ANALISIS RISIKO TIPE I (PRODUSEN) DAN RISIKO TIPE II (KONSUMEN) DALAM KERJASAMA RANTAI PASOK. Nama Mahasiswa : Afriani Sulastinah NRP :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO TIPE I (PRODUSEN) DAN RISIKO TIPE II (KONSUMEN) DALAM KERJASAMA RANTAI PASOK. Nama Mahasiswa : Afriani Sulastinah NRP :"

Transkripsi

1 ANALISIS RISIKO TIPE I (PRODUSEN) DAN RISIKO TIPE II (KONSUMEN) DALAM KERJASAMA RANTAI PASOK Nama Mahasiswa : Afriani Sulastinah NRP : Jurusan : Matematika Dosen Pembimbing : Dra. Laksmi Prita Wardhani M.Si Abstrak Di era industri yang semakin kompetitif sekarang ini setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan persaingan akan memberikan perhatian penuh terhadap kualitas suatu produk. Perkembangan bisnis tak bisa lepas dari berbagai persoalan. Salah satunya adalah permasalahan pengendalian bahan negosiasi kontrak antara perusahaan pemasok dalam kerjasama rantai pasok. Setiap persoalan menimbukan risiko baik yang diterima perusahaan (produsen) pemasok. Pada tugas akhir ini dilakukan langkah-langkah untuk meminimalkan risiko tipe II (konsumen) dalam kerjasama rantai pasok antara produsen pemasok yaitu melakukan uji hipotesa Neyman-Pearson kemudian menentukan fungsi objektif mencari solusi optimum dalam meminimalkan risiko tersebut menggunakan teori permainan (game theory) sehingga didapatkan hasil yang optimum untuk meminimalkan risiko tipe II. Dan untuk memperjelas analisis tersebut dilakukan simulasi dalam contoh kasus. Dengan demikian dapat dilihat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai minimum dari risiko tipe II dalam kerjasama rantai pasok. Kata kunci: Pengendalian kualitas Rantai pasok Risiko Teori permainan. I. PENDAHULUAN Banyak industri yang berkembang saat ini demikian banyak terjadi persaingan bisnis di mana para kompetitor berlombalomba memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen. Salah satu cara yang dilakukan adalah memberikan perhatian penuh terhadap kualitas suatu produk. Perhatian penuh terhadap kualitas akan memberikan dampak langsung kepada perusahaan berupa kepuasan pelanggan. Akan tetapi perkembangan bisnis yang ada juga tidak bisa lepas dari berbagai persoalan. Pengambilan keputusan yang tepat dapat memberi kontribusi terhadap keberlanjutan sebuah perusahaan. Para praktisi akademis mencari pendekatan-pendekatan yang mampu menggabungkan berbagai kepentingan dalam suatu kerangka kerja yang memberi keuntungan bagi perusahaan. Salah satu pendekatan yang dilakukan dalam upaya melakukan kolaborasi secara menyeluruh dalam sebuah bisnis adalah supply chain management. Dalam makalah tugas akhir ini contoh permasalahan yang diangkat dalam sebuah bisnis adalah masalah pengendalian persediaan barang negosiasi kontrak antara perusahaan pemasok. Setiap permasalahan yang terjadi dapat memberikan risiko baik yang diterima produsen atau pun konsumen. Dalam hal ini perusahaan supplier (pemasok) yang berperan sebagai produsen konsumen. Risiko tidak dapat dihilangkan namun dapat diminimalkan. Biasanya risiko yang terjadi menguntungkan salah satu pihak merugikan pihak yang lainnya. Akan tetapi jika perusahaan pemasok bekerjasama maka risiko tersebut dapat diminimalkan bersama. Penanganan risiko yang dilakukan terstruktur menyeluruh dapat berkontribusi terhadap perbaikan kinerja perusahaan sekaligus dapat menambah keuntungan mengurangi terjadinya risiko yang tidak diharapkan dalam aktivitas bisnis. Dengan menggunakan metode penerimaan sampling acak lemma Neyman- Pearson teori permainan akan ditentukan solusi optimum untuk meminimalkan risiko konsumen (tipe II). Dengan demikian diharapkan tantangan bisnis turbulensi pasar dapat ditangani baik.. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampling Penerimaan Pemeriksaan bahan baku produk setengah jadi atau produk jadi adalah satu bagian yang penting dalam menjamin kualitas. Apabila pemeriksaan bertujuan untuk 1

2 penerimaan atau penolakan suatu produk berdasarkan kesesuaiannya standar jenis prosedur pemeriksaan yang digunakan biasanya dinamakan sampling penerimaan. Definisi Risiko produsen (kesalahan tipe I). Risiko produsen adalah probabilitas lot ditolak padahal kualitas lot tersebut baik. Secara umum diharapkan untuk menerima lot terus-menerus dari tingkat kualitasnya. Risiko produsen dinotasikan α. bilangan tingkat kualitas Acceptable Quality Level (AQL) ditentukan. Definisi Risiko konsumen (kesalahan tipe II). Risiko konsumen adalah probabilitas menerima lot kualitas buruk. Hal ini jarang diharapkan menerima lot kualitas rendah kata lain lot diterima toleransi (Lowest Tolerance Fraction Defectives (LTFD)). Risiko konsumen dinotasikan. 2.2 Rantai Pasok Istilah rantai pasok sebenarnya merupakan frase yang baru diperkenalkan sejak tahun 1980-an untuk menggambarkan suatu disiplin manajemen yang memberikan respon terhadap perubahan tren strategi bisnis strategi ini membutuhkan fungsi internal untuk mencapai organisasi yang lebih efisien sehingga mampu menciptakan memberikan nilai lebih kepada pelanggan stakeholder (Christopher et al. 2003). Rantai pasok yang dideskripsikan adalah aktivitas bisnis yang terkait logistik yaitu integrasi dari transportasi pergugan distribusi; serta manajemen operasi yang berdasarkan manufaktur. Kemudian berkembang dikaitkan pula pembelian manajemen inventori perencanaan pengendalian produksi juga pelayanan pelanggan. 2.3 Kerangka kerja Neyman-Pearson untuk pengendalian risiko. Lemma Neyman-Pearson Sampel mempunyai pdf Dilakukan uji hipotesa Diberikan 2.4 Distribusi Sampling Binomial Diberikan sampel adalah probabilitas sukses probabilitas gagal. adalah (2.1) 2.5 Teori Permainan Strategi Campuran : peluang pemain I menngunakan strategi. : peluang pemain II menngunakan strategi : payoff jika pemain I menggunakan strategi pemain II menggunakan strategi. Definisi 2.1 Kriteria minimaks adalah kriteria yang mengharuskan pemain memilih strategi campuran yang meminimumkan harapan kerugian maksimum. Strategi minimaks untuk pemain II adalah strategi acak yang meminimumkan dapat ditulis sebagai berikut: nilai dari minimaks dinyatakan Definisi 2.2 Kriteria maksimin adalah kriteria yang memaksimumkan harapan payoff minimum. Harapan payoff minimum adalah harapan payoff terkecil yang dapat dihasilkan oleh sebarang strategi campuran yang dapat ditangkis oleh lawan. Strategi maksimin untuk pemain I adalah strategi acak yang memaksimumkan dapat ditulis sebagai berikut: nilai dari maksimin dinyatakan. Lemma 2.1 Untuk beberapa strategi 2

3 a) b) Lemma 2.2 Dalam beberapa permainan dapat menghasilkan penyelesaian yang stabil. Definisi 2.3 Jika permainan dikatakan mempunyai nilai. Jika pemain mempunyai strategi minimaks maksimin permainan dikatakan diputuskan tepat. III. METODE PENELITIAN 1. Uji Hipotesa Neyman-Pearson distribusi binomial. 2. Menetukan fungsi objektif untuk meminimalkan risiko tipe II produsen pemasok tanpa aya kerjasama antar keduanya aya kerjasama antar keduanya. 3. Menentukan solusi optimum untuk meminimalkan risiko tipe II produsen pemasok pendekatan teori permainan (game theory). 4. Mendapatkan hasil optimasi minimum dari risiko tipe II produsen pemasok. 5. Simulasi dalam contoh kasus. 6. Membuat kesimpulan. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerangka kerja Neyman-Pearson untuk pengendalian risiko. Diasumsikan bahwa lot ukuran dinyatakan oleh pemasok kepada pembeli (produsen produk jadi). Produsen menggunakan program pengendalian risiko kej pemasok menggunakan program pengendalian risiko kei. Didefinisikan: adalah risiko tipe I II pada produsen untuk strategi ke-. adalah risiko tipe I II pada pemasok untuk strategi ke-. Diberikan adalah probabilitas produsen memilih strategi pengendalian adalah probabilitas pemasok memilih strategi pengendalian Rata-rata risiko pada produsen adalah (4.1) (4.2) Rata-rata risiko pada pemasok (4.3) (4.4) Dimana adalah rata-rata risiko tipe I tipe II produsen pemasok pada pemilihan rancangan sampling acak. Diberikan matriks risiko. Dalam kasus tertentu (4.5) adalah rata-rata risiko pada pemasok rata-rata risiko sampling khusus adalah rata-rata risiko pada produsen rata-rata risiko sampling khusus Risiko tipe II produsen pemasok minimum tanpa aya kerjasama kendala risiko tipe I secara eksplisit dinyatakan = kendala kendala adalah parameter khusus ketika adalah parameter khusus ketika (4.6) Jika produsen pemasok bekerja sama dalam meminimalkan risiko maka masalah tersebut dapat dinyatakan solusi pembobotan untuk permainan. Diberikan parameter yang menunjukkan bobot dari dari persamaan (4.6) sehingga diperoleh (1 ) } (4.7) 3

4 Diberikan matriks. Pada perumusan masalah pengendalian sampling dalam (4.6) (4.7) rata-rata risiko didefinisikan sebagai berikut: (4.10) Berdasarkan teorema Neyman-Pearson pada persamaan (2.1) didapatkan Dan (4.8) (4.9) Uji Hipotesa Neyman-Pearson menggunakan distribusi sampling binomial : banyaknya percobaan yang dilakukan produsen : banyaknya percobaan yang dilakukan pemasok. : banyaknya barang cacat yang diterima. : banyaknya barang tidak cacat yang diterima. : konstanta : risiko tipe I produsen strategi sampling : risiko tipe II produsen strategi sampling. : proporsi barang cacat tidak diterima pada sampling penerimaan. : proporsi barang cacat diterima pada sampling penerimaaan. : risiko tipe I pemasok strategi sampling. : risiko tipe II produsen strategi sampling. a. Uji Hipotesa risiko tipe I untuk produsen probabilitas barang cacat diterima dalam jumlah sedikit. probabilitas barang cacat diterima dalam jumlah banyak. Misalkan sampel akan dilakukan uji hipotesa risiko tipe I yaitu menolak padahal bernilai benar. diasumsikan berdistribusi binomial maka dapat ditulis nya pada persamaan (2.2) yaitu: karena maka. Batas log bernilai negatif uji untuk menolak benar adalah jika Probabilitasnya ditunjukkan dalam persamaan berikut: Dalam sampling penerimaan nilai untuk kesalahan tipe I ( ) pada produsen sehingga didapatkan probabilitas sebagai berikut : ) l1 (4.11) b. Uji hipotesa risiko tipe II untuk produsen. probabilitas barang tidak cacat diterima dalam jumlah sedikit. probabilitas barang tidak cacat diterima dalam jumlah banyak. Misalkan sampel akan dilakukan uji hipotesa risiko tipe II yaitu menerima padahal bernilai salah. Dengan cara yang sama pada (a). Uji hipotesa menerima salah atau kesalahan tipe II untuk produsen ( ) adalah jika probabilitas dalam binomial sebagai berikut : Dalam sampling penerimaan nilai untuk pada produsen sehingga didapatkan probabilitas sebagai berikut : 4

5 ) l2 (4.12) c. Uji hipotesa risiko tipe I untuk pemasok probabilitas barang cacat diterima dalam jumlah sedikit. probabilitas barang cacat diterima dalam jumlah banyak. Misalkan sampel akan dilakukan uji hipotesa diasumsikan berdistribusi binomial maka dapat ditulis nya yaitu: (4.13) Berdasarkan lemma Neyman-Pearson pada persamaan (2.1) didapatkan karena maka batas log bernilai negatif uji untuk menolak benar adalah jika. Probabilitasnya ditunjukkan dalam persamaan berikut: Dalam sampling penerimaan nilai untuk kesalahan tipe I ( ) pada produsen sehingga didapatkan probabilitas sebagai berikut : probabilitas barang tidak cacat diterima dalam jumlah banyak. Misalkan sampel akan dilakukan uji hipotesa Dengan cara yang sama pada (c) uji hipotesa menerima salah atau kesalahan tipe II untuk pemasok adalah jika probabilitas dalam binomial sebagai berikut: Dalam sampling penerimaan nilai untuk pada produsen sehingga didapatkan probabilitas sebagai berikut : ) l2 (4.15) 4.2 Menentukan Fungsi Objektif dalam Meminimalkan Risiko Tipe II Theorema 4.1 Diberikan adalah risiko tipe I II pada produsen. adalah risiko tipe I II pada pemasok. Berdasarkan persamaan sampling binomial Jika risiko tipe I terpenuhi oleh kedua strategi maka pengendalian sampling optimal adalah strategi murni pemasok produser mengambil pengendalian strategi intensif ( risiko tipe II ). Jika kendala risiko tipe I terikat maka pemasok produsen dapat menggunakan strategi sampling acak solusi yang diberikan sebagai berikut : Rata-rata risiko tipe II produsen pemasok minimum diberikan sebagai berikut : ) l1 (4.14) d. Uji hipotesa risiko tipe II untuk pemasok probabilitas barang tidak cacat diterima dalam jumlah sedikit (4.16) Dengan adalah rencana sampling pemasok. 5

6 adalah rencana sampling produsen. adalah risiko tipe I tipe II yang bersesuaian rencana sampling pemasok. adalah risiko tipe I tipe II yang bersesuaian rencana sampling produsen. Solusi optimal untuk memilih satu rancangan sampling adalah: Bukti Produsen pemasok memilih dua strategi yaitu adalah risiko tipe I II produsen. adalah risiko tipe I II pemasok. Jika risiko tipe I memenuhi kedua strategi maka pengendalian sampling optimal adalah suatu strategi murni dimana baik produsen maupun pemasok mengambil strategi pengendalian intensif. Buktinya jelas pada matriks sampling intensif oleh pemasok produsen mendominasi semua strategi yang lain. Dalam hal ini biaya yang berhubungan sampling semua biaya risiko lainnya diabaikan. Jika risiko tipe I dinyatakan dalam nilai maksimalnya maka Dengan kendala maka nilai. Karena maksimal sehingga Dari persamaan (4.5) bahwa diketahui nilai maka sehingga Dan jelas bahwa. Sistem persamaan dalam probabilitas atau mensubstitusi persamaan (4.14) ke (4.3) mensubstitusi persamaan (4.11) ke (4.1) diperoleh ( ): ) l (4.17) l 1 =12 1 l=0 l( )l(1 ) l (4.18) Kendala risiko yang diharapkan bagi produsen pemasok adalah: Kendala risiko tipe I tipe II bagi produsen : (4.19) (4.20) Kendala risiko tipe I tipe II bagi pemasok : (4.21) (4.22) Persamaan (4.22) dapat ditulis sebagai Karena berupa peluang maka sehingga (4.23) adalah risiko rata-rata pemasok risiko rata-rata sampling khusus. Diberikan parameter pengendalian sampling pada risiko tipe II pemasok mengarah pada sehingga persamaan (4.23) dapat ditulis Persamaan (4.20) dapat ditulis sebagai Karena berupa peluang maka sehingga (4.24) adalah risiko rata-rata produsen risiko rata-rata sampling khusus. Diberikan parameter pengendalian sampling pada risiko tipe II produsen mengarah pada sehingga persamaan (4.24) dapat ditulis 6

7 1 2( 1+1 2) 4.3 Menentukan Solusi Optimum Kendala risiko tipe I produsen pemasok terikat maka dari persamaan (4.21) persamaan (4.19) akan menghasilkan nilai parameter optimal. Persamaan (4.21) dapat ditulis sebagai Karena berupa peluang maka sehingga Diberikan parameter pengendalian sampling pada risiko tipe I pemasok sehingga (4.25) Diberikan parameter pengendalian sampling pada risiko tipe I produsen sehingga ) Dari persamaan (4.25) maka (4.28) Akan diperoleh nilai optimum (4.26) Akan diperoleh nilai optimum ( Dalam teori permainan solusi optimum tersebut dinotasikan sehingga Berdasarkan definisi Dalam teori permainan solusi optimum tersebut dinotasikan sehingga Berdasarkan definisi Dan Dan (4.27) (4.26) (4.27) diperoleh Berdasarkan lemma 2.2 Jadi solusi optimum untuk strategi acak adalah Bersama (4.20) diperoleh Berdasarkan lemma 2.2 Jadi solusi optimum untuk strategi acak adalah Persamaan (4.19) dapat ditulis sebagai 1+ 2 Karena berupa peluang maka sehingga 4.4 Hasil Optimasi Minimum Risiko Tipe II Masalah pengendalian sampling diturunkan ke bentuk optimasi nonlinier dalam proposisi secara jelas diberikan oleh

8 2) (1 ) ( 1 2) Produsen pemasok dapat mengurangi biaya kontrol apabila mereka berkolaborasi. Jika risiko ini terikat maka (4.7) dapat diturunkan menjadi 1 2 +( 2+( 1 2) ) Atau Dengan Diberikan probabilitas bahwa produsen pemasok tanpa sampel. Dari persamaan (4.23) adalah probabilitas strategi pemasok sehingga diperoleh Karena maka nilai rata-rata risiko tipe II pemasok optimum berdasarkan lemma 2.2 adalah adalah probabilitas strategi produsen Sama halnya pemasok nilai rata-rata risiko tipe II produsen optimum probabilitas adalah Kendala risiko tipe I: 2+( 1 2) ( 1 2) ( ) Jadi terbukti jika produsen pemasok berkolaborasi maka akan diperoleh minimum risiko tipe II ( ). 4.5 Simulasi dalam Contoh Kasus Diasumsikan pemasok produsen menggunakan dua strategi yaitu : tidak aya sampling sampling. Pada strategi tidak aya sample probabilitas menolak lot yang tidak cacat adalah 0(nol) segkan probabilitas menerima lot cacat adalah 1. (4.28) Untuk strategi aya sampling m n. Diberikan. ; ; (4.29) Dengan n adalah ukuran sampel produsen m adalah ukuran sampel pemasok. Karena (4.29) maka dapat ditulis sebagai berikut: Dan Jika nilai tengah kendala risiko tipe I terikat maka kedua persamaan di atas dalam keadaan yang sama oleh karena itu penyelesaian untuk probabilitas tanpa sampling adalah 1. Diasumsikan bahwa risiko tipe I terikat Ukuran sampel n m adalah ( ) bilangan penerimaan adalah nol maka perhitungan menggunakan Maple 13 ditunjukkan pada Table 1. Dari Tabel 1 terlihat bahwa strategi yang dapat meminimalkan rata-rata risiko tipe II adalah ukuran sampel produsen ukuran sampel pemasok sehingga diperoleh 8

9 Jadi untuk strategi risiko tipe I terikat diperoleh rata-rata risiko tipe II minimum 2. Diasumsikan bahwa risiko tipe I tidak terikat Ukuran sampel n m adalah ( ) bilangan penerimaan adalah nol maka perhitungan menggunakan Maple 13 ditunjukkan pada Table 2. Dari Tabel 2 terlihat bahwa strategi yang dapat meminimalkan rata-rata risiko tipe II adalah ukuran sampel produsen ukuran sampel pemasok sehingga diperoleh Jadi untuk strategi risiko tipe I tidak terikat diperoleh rata-rata risiko tipe II minimum 3. Diasumsikan bahwa risiko tipe I terikat Ukuran sampel n m adalah ( ) bilangan penerimaan adalah nol maka perhitungan menggunakan Maple 13 ditunjukkan pada Tabel 3. Dari Tabel 3 terlihat bahwa strategi yang dapat meminimalkan rata-rata risiko tipe II adalah ukuran sampel produsen ukuran sampel pemasok sehingga diperoleh 4. Diasumsikan bahwa risiko tipe I tidak terikat Ukuran sampel n m adalah ( ) bilangan penerimaan adalah nol maka perhitungan menggunakan Maple 13 ditunjukkan pada Tabel 4. Dari Tabel 4 terlihat bahwa strategi yang dapat meminimalkan rata-rata risiko tipe II adalah ukuran sampel produsen ukuran sampel pemasok sehingga diperoleh Jadi untuk strategi risiko tipe I tidak terikat diperoleh rata-rata risiko tipe II minimum V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Model untuk meminimalkan risiko tipe II produsen pemasok aya kerjasama dalam rantai pasok antara keduanya adalah 2+( 1 2) ( 1 2) Jadi untuk strategi risiko tipe I terikat diperoleh rata-rata risiko tipe II minimum 2. Dalam simulasi contoh kasus ukuran sampel n m adalah ( ) bilangan penerimaan adalah nol a) Kasus 1 ketika risiko tipe I terikat 9

10 Diperoleh b) Kasus 2 ketika risiko tipe I tidak terikat Diperoleh c) Kasus 3 ketika risiko tipe I terikat Diperoleh d) Kasus 4 ketika risiko tipe I tidak terikat Diperoleh Dari empat simulasi contoh kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila diasumsikan risiko tipe I terikat maka diperoleh nilai solusi optimum ( ) yang dapat mempengaruhi nilai optimasi minimum risiko tipe II dalam kerjasama rantai pasok antara produsen pemasok segkan jika diasumsikan risiko tipe I tidak terikat maka didapatkan nilai minimum risiko tipe II lebih kecil dibandingkan ketika risiko tipa I terikat. Selain itu nilai AQL LTFD mempengaruhi nilai minimum risiko tipe II. America : R.R. Donnelley & Sons Company. [2] IndonesianSCM. Supply Chain Management. 17 Maret <URL: indonesianscm.web44.net/index.php>. [3] Mitra Amitava Fundamentals of Quality Control and Improvement. Alabama: A John Wiley & Sons. Inc Publication. [4] Montgomery Douglas C Pengendalian Kualitas Statistik. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press. [5] Tapiero Charles S Consumers risk and quality control in a collaborative supply chain. European Journal of Operational Research 182 (2007) Saran Saran yang dapat diberikan pada tugas akhir ini adalah: 1. Pada tugas akhir ini uji hipotesa Neyman- Pearson dilakukan menggunakan distribusi binomial diharapkan untuk penelitian selanjutnya akan dilakukan uji hipotesa serupa menggunakan model distribusi selain binomial. 2. Pada tugas akhir ini analisis terhadap biaya yang diperlukan untuk pemeriksaan sampling diabaikan sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan aya analisis untuk meminimalkan biaya pemeriksaan sampling. DAFTAR PUSTAKA [1] Grant Eugene L. and Leavenworth Richard S Statistical Quality Control Sixth Edition. United States of 10

ANALISIS RISIKO TIPE I (PRODUSEN) DAN RISIKO TIPE ii (KONSUMEN) DALAM KOLABORASI RANTAI PASOK

ANALISIS RISIKO TIPE I (PRODUSEN) DAN RISIKO TIPE ii (KONSUMEN) DALAM KOLABORASI RANTAI PASOK ANALISIS RISIKO TIPE I (PRODUSEN) DAN RISIKO TIPE ii (KONSUMEN) DALAM KOLABORASI RANTAI PASOK OLEH AFRIANI SULASTINAH 1206100030 DOSEN PEMBIMBING Dra. LAKSMI PRITA WARDHANI, M.Si JURUSAN MATEMATIKA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Permainan Teori permainan ( games theory) merupakan salah satu solusi dalam merumuskan keadaan persaingan antara berbagai pihak dan berbagai kepentingan. Pendekatan dalam

Lebih terperinci

TEORI PERMAINAN GAME THEORY MATA KULIAH RISET OPERASI

TEORI PERMAINAN GAME THEORY MATA KULIAH RISET OPERASI TEORI PERMAINAN GAME THEORY MATA KULIAH RISET OPERASI KETENTUAN UMUM 1. Teori permainan memusatkan pada analisis keputusan dalam suasana konflik 2. Setiap pemain bermain rasional, dengan asumsi memiliki

Lebih terperinci

Istilah games atau permainan berhubungan erat dengan kondisi pertentangan bisnis yang meliputi suatu periode tertentu.

Istilah games atau permainan berhubungan erat dengan kondisi pertentangan bisnis yang meliputi suatu periode tertentu. Istilah games atau permainan berhubungan erat dengan kondisi pertentangan bisnis yang meliputi suatu periode tertentu. Saingan-saingan yang memanfaatkan teknik matematika dan pemikiran logis agar sampai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa konsep teori permainan pada permainan berstrategi murni dan campuran dari dua pemain yang akan digunakan sebagai landasan berpikir dalam melakukan

Lebih terperinci

Tugas Akhir KAJIAN PEMILIHAN STUKTUR DUA RANTAI PASOK YANG BERSAING UNTUK STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS

Tugas Akhir KAJIAN PEMILIHAN STUKTUR DUA RANTAI PASOK YANG BERSAING UNTUK STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS Tugas Akhir KAJIAN PEMILIHAN STUKTUR DUA RANTAI PASOK YANG BERSAING UNTUK STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS Oleh : Ika Norma Kharismawati 1208 100 041 Dosen Pembimbing : 1. Dra. Laksmi Prita W, M.Si 2. Drs.

Lebih terperinci

TEORI PERMAINAN. Digunakan jika permainan stabil ada titik saddle (saddle point) Titik sadel minimaks = maksimin Contoh :

TEORI PERMAINAN. Digunakan jika permainan stabil ada titik saddle (saddle point) Titik sadel minimaks = maksimin Contoh : TEORI PERMAINAN Aplikasi Teori Permainan Lawan pemain (punya intelegensi yang sama) Setiap pemain mempunyai beberapa strategi untuk saling mengalahkan Two-Person Zero-Sum Game Permainan dengan pemain dengan

Lebih terperinci

TEORI PERMAINAN GAME THEORY MATA KULIAH RISET OPERASI

TEORI PERMAINAN GAME THEORY MATA KULIAH RISET OPERASI TEORI PERMAINAN GAME THEORY MATA KULIAH RISET OPERASI KETENTUAN UMUM 1. Teori permainan memusatkan pada analisis keputusan dalam suasana konflik 2. Setiap pemain bermain rasional, dengan asumsi memiliki

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI PERMAINAN DALAM STRATEGI PEMASARAN PRODUK BAN SEPEDA MOTOR DI FMIPA USU

PENERAPAN TEORI PERMAINAN DALAM STRATEGI PEMASARAN PRODUK BAN SEPEDA MOTOR DI FMIPA USU Saintia Matematika Vol. 1, No. 2 (2013), pp. 129 137. PENERAPAN TEORI PERMAINAN DALAM STRATEGI PEMASARAN PRODUK BAN SEPEDA MOTOR DI FMIPA USU Charles Harianto Simamora, Elly Rosmaini, Normalina Napitupulu

Lebih terperinci

Riset Operasional Teori Permainan

Riset Operasional Teori Permainan TEORI PERMAINAN KETENTUAN UMUM 1. Setiap pemain bermain rasional, dengan asumsi memiliki intelegensi yang sama, dan tujuan sama, yaitu memaksimumkan payoff, dengan kriteria maksimin dan minimaks. 2. Terdiri

Lebih terperinci

STRATEGI GAME. Achmad Basuki

STRATEGI GAME. Achmad Basuki STRATEGI GAME Achmad Basuki MATERI Strategi dalam Permainan Strategi Murni Strategi Campuran Penyelesaian Analisis (Metode Linear Programming) STRATEGI DALAM PERMAIAN BENTUK STRATEGI PERMAINAN 2 pemain

Lebih terperinci

Pertemuan 7 GAME THEORY / TEORI PERMAINAN

Pertemuan 7 GAME THEORY / TEORI PERMAINAN Pertemuan 7 GAME THEORY / TEORI PERMAINAN Objektif: 1. Mahasiswa dapat merumuskan masalah dalam game theory / teori permainan 2. Mahasiswa dapat mencari penyelesaian masalah dalam proses pengambilan keputusan

Lebih terperinci

Teori Permainan. Lecture 8 : Pengambilan Keputusan dalam Kondisi Konflik (Game Theory) Hanna Lestari, ST, M.Eng

Teori Permainan. Lecture 8 : Pengambilan Keputusan dalam Kondisi Konflik (Game Theory) Hanna Lestari, ST, M.Eng Teori Permainan Lecture 8 : Pengambilan Keputusan dalam Kondisi Konflik (Game Theory) Hanna Lestari, ST, M.Eng Dalam dunia bisnis yang kompetitif kita tidak terlepas dari adanya persaingan dengan kompetitor.

Lebih terperinci

Modul 11. PENELITIAN OPERASIONAL GAME THEORY. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Modul 11. PENELITIAN OPERASIONAL GAME THEORY. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Modul. PENELITIAN OPERASIONAL GAME THEORY Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA http://www.mercubuana.ac.id JAKARTA 7 Modul

Lebih terperinci

Matriks Permainan (Payoff matrix) Matriks Permainan Jumlah tak NOL

Matriks Permainan (Payoff matrix) Matriks Permainan Jumlah tak NOL Definisi Teori permainan adalah suatu pendekatan matematis untuk merumuskan situasi dan pertentangan (konfleks) antar berbagai kepentingan. Teori ini dikembangkan untuk meng-analisis proses pengambil keputusan

Lebih terperinci

Teori permainan mula-mula dikembangkan oleh ilmuan Prancis bernama Emile Borel, secara umum digunakan untuk menyelesaikan masalah yang

Teori permainan mula-mula dikembangkan oleh ilmuan Prancis bernama Emile Borel, secara umum digunakan untuk menyelesaikan masalah yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Strategi Pemasaran Strategi pemasaran adalah pola pikir pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pemasarannya. Strategi pemasaran berisi strategi spesifik untuk pasar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Pemasaran Konsep pemasaran merupakan orientasi managemen yang beranggapan bahwa tugas pokok perusahaan ialah menentukan kebutuhan, keinginan dan penilaian dari pasar yang

Lebih terperinci

Pendahuluan. Matriks Permainan (Payoff Matrix) Matriks Permainan Jumlah Nol. Unsur-Unsur Dasar. Matriks Permainan Jumlah Tak Nol

Pendahuluan. Matriks Permainan (Payoff Matrix) Matriks Permainan Jumlah Nol. Unsur-Unsur Dasar. Matriks Permainan Jumlah Tak Nol Mata Kuliah : Riset Operasi Kode MK : TKS 6120 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XV TEORI PERMAINAN (Game Theory) e-mail : zacoebc93@gmail.com www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Pendahuluan DEFINISI : Metode Optimasi

Lebih terperinci

Sesi XV TEORI PERMAINAN (Game Theory)

Sesi XV TEORI PERMAINAN (Game Theory) Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XV TEORI PERMAINAN (Game Theory) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan DEFINISI

Lebih terperinci

Riset Operasi GAME THEORY. Evangs Mailoa, S.Kom., M.Cs.

Riset Operasi GAME THEORY. Evangs Mailoa, S.Kom., M.Cs. Riset Operasi GAME THEORY Evangs Mailoa, S.Kom., M.Cs. Teori Permainan adalah suatu pendekatan matematis untuk merumuskan situasi persaingan dan konflik antara berbagai persaingan. Teori ini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV TEORI PERMAINAN

BAB IV TEORI PERMAINAN BAB IV TEORI PERMAINAN Teori permainan merupakan suatu model matematika yang digunakan dalam situasi konflik atau persaingan antara berbagai kepentingan yang saling berhadapan sebagai pesaing. Dalam permaian

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Tabel 3.1 Dengan Stategi Dominan Permainan zero sum Pemain 2 a b Pemain 1 a 1,-1 2,-2 b 4,-4 3,-3. Universitas Sumatera Utara

BAB III PEMBAHASAN. Tabel 3.1 Dengan Stategi Dominan Permainan zero sum Pemain 2 a b Pemain 1 a 1,-1 2,-2 b 4,-4 3,-3. Universitas Sumatera Utara BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengantar Keseimbangan Nash adalah jika ada serangkaian strategi untuk permainan dimana tidak ada pemain yang bisa memperoleh keuntungan dengan mengubah strateginya sementara pemain

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Metode Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah bahan baku yang digunakan oleh PT Singgang Jati. Jumlah populasi penelitian

Lebih terperinci

Model Optimisasi Ukuran Lot Produksi yang Mempertimbangkan Inspeksi Sampling dengan Kriteria Minimisasi Total Ongkos

Model Optimisasi Ukuran Lot Produksi yang Mempertimbangkan Inspeksi Sampling dengan Kriteria Minimisasi Total Ongkos Model Optimisasi Ukuran Lot Produksi yang Mempertimbangkan Inspeksi Sampling dengan Kriteria Minimisasi Total Ongkos Arie Desrianty, Fifi Herni M, Adelia Septy Perdana Jurusan Teknik Industri Institut

Lebih terperinci

Oleh: Nurul Hidayah Dosen pembimbing: Dra. Laksmi Prita, M.Si

Oleh: Nurul Hidayah Dosen pembimbing: Dra. Laksmi Prita, M.Si KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE (EWMA) DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 057 Dosen pembimbing:

Lebih terperinci

X. KESIMPULAN DAN SARAN

X. KESIMPULAN DAN SARAN X. KESIMPULAN DAN SARAN 10.1. Kesimpulan Penelitian ini telah berhasil merancang model sistem penunjang pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok produk/komoditi jagung yang diberi nama

Lebih terperinci

Pemain B B 1 B 2 B 3 9 5

Pemain B B 1 B 2 B 3 9 5 TEORI PERMAINAN Teori permainan (game theory) adalah suatu pendekatan matematis untuk merumuskan situasi persaingan dan konflik antara berbagai kepentingan. Teori dikembangkan untuk menganalisa proses

Lebih terperinci

ANALISIS RANCANGAN EKONOMI PADA GRAFIK KENDALI EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE (EWMA) UNTUK MEAN DAN VARIANS

ANALISIS RANCANGAN EKONOMI PADA GRAFIK KENDALI EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE (EWMA) UNTUK MEAN DAN VARIANS ANALISIS RANCANGAN EKONOMI PADA GRAFIK KENDALI EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE (EWMA) UNTUK MEAN DAN VARIANS Oleh: Dian Mareta Windayani 1206 100 055 Desen pembimbing: Dra. Laksmi Prita, M.Si Abstrak

Lebih terperinci

Prosedur untuk Memonitor Proses dengan Proporsi Kecacatan yang Rendah

Prosedur untuk Memonitor Proses dengan Proporsi Kecacatan yang Rendah Prosiding Statistika ISSN: 2460-6456 Prosedur untuk Memonitor Proses dengan Proporsi Kecacatan yang Rendah 1 Shobrina Nuradhanti Nugroho, 2 Teti Sofia Yanti, 3 Suwanda Idris 1,2,3 Prodi Statistika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III GAME THEORY. Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai kegiatan-kegiatan yang

BAB III GAME THEORY. Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai kegiatan-kegiatan yang 7 BAB III GAME THEORY 3. Pengantar Game Theory Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai kegiatan-kegiatan yang bersifat kompetitif yang diwarnai persaingan atau konflik. Persaingan atau konflik ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti tertarik mempelajari teori permainan. Teori permainan yang mula-mula dikembangkan oleh ilmuan Prancis bernama Emile Borel

Lebih terperinci

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ A. Supply Chain Proses distribusi produk Tujuan untuk menciptakan produk yang tepat harga, tepat kuantitas, tepat kualitas, tepat

Lebih terperinci

UKURAN LOT PRODUKSI DAN BUFFER STOCK PEMASOK UNTUK MERESPON PERMINTAAN PROBABILISTIK

UKURAN LOT PRODUKSI DAN BUFFER STOCK PEMASOK UNTUK MERESPON PERMINTAAN PROBABILISTIK UKURAN LOT PRODUKSI DAN BUFFER STOCK PEMASOK UNTUK MERESPON PERMINTAAN PROBABILISTIK Hari Prasetyo Staf Pengajar Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta harpras2@yahoo.com ABSTRAK Dalam sebuah

Lebih terperinci

ANALISIS RANCANGAN EKONOMI PADA GRAFIK KENDALI EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE (EWMA)

ANALISIS RANCANGAN EKONOMI PADA GRAFIK KENDALI EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE (EWMA) ANALISIS RANCANGAN EKONOMI PADA GRAFIK KENDALI EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE (EWMA) Oleh: Dian Mareta Windayani 16 100 055 Dosen pembimbing: Dra. Laksmi Prita, M.Si Latar belakang PENDAHULUA N

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN Produksi bunga krisan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun memberikan kontribusi yang positif kepada petani dalam peningkatan kesejahteraan mereka.

Lebih terperinci

Pengertian Teori permainan adalah suatu pendekatan matematis untuk merumuskan situasi dan pertentangan (konfleks) antar berbagai kepentingan.

Pengertian Teori permainan adalah suatu pendekatan matematis untuk merumuskan situasi dan pertentangan (konfleks) antar berbagai kepentingan. Pengertian Teori permainan adalah suatu pendekatan matematis untuk merumuskan situasi dan pertentangan (konfleks) antar berbagai kepentingan. Teori ini dikembangkan untuk menganalisis proses pengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

UJI STATISTIK NON PARAMETRIK. Widha Kusumaningdyah, ST., MT

UJI STATISTIK NON PARAMETRIK. Widha Kusumaningdyah, ST., MT UJI STATISTIK NON PARAMETRIK Widha Kusumaningdyah, ST., MT SIGN TEST Sign Test Digunakan untuk menguji hipotesa tentang MEDIAN dan DISTRIBUSI KONTINYU. Pengamatan dilakukan pada median dari sebuah distribusi

Lebih terperinci

Lembar Kerja Mahasiswa

Lembar Kerja Mahasiswa Lembar Kerja Mahasiswa MEMAHAMI KONSEP TEORI PERMAINAN Nama Anggota Kelompok : 1 2 4 Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember 2016 LEMBAR KERJA SISWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia industry manufaktur maupun jasa semakin ketat

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia industry manufaktur maupun jasa semakin ketat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia industry manufaktur maupun jasa semakin ketat dengan memasuki era globalisasi, karena persaingan bukan hanya dengan perusahaan dalam

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: PENENTUAN SAMPEL PRODUK LINK BELT MENGGUNAKAN METODE ACCEPTANCE SAMPLING MIL-STD-105E

Seminar Nasional IENACO ISSN: PENENTUAN SAMPEL PRODUK LINK BELT MENGGUNAKAN METODE ACCEPTANCE SAMPLING MIL-STD-105E PENENTUAN SAMPEL PRODUK LINK BELT MENGGUNAKAN METODE ACCEPTANCE SAMPLING MIL-STD-105E Siti Nandiroh 1, Ganang Adi Sulistyawan 2 1 Pusat Studi Logistik dan Optimisasi Industri (PUSLOGIN), Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Landasan Teori 2.1 Sejarah dan Pengertian

Tujuan Praktikum Landasan Teori 2.1 Sejarah dan Pengertian Modul ini disusun sebagai pegangan untuk semua Asisten Laboratorium Teknik Industri Lanjut dalam melakkan pengajaran praktikum Metode Stokastik. Modul ini dikhususkan mempelajari salah satu metode dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Matriks 2.1.1 Pengertian Matriks Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan bilangan. Bilanganbilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks (Anton,

Lebih terperinci

TEKNIK PENARIKAN SAMPEL PADA DATA ATRIBUT UNTUK PEMERIKSAAN HASIL AKHIR PRODUKSI

TEKNIK PENARIKAN SAMPEL PADA DATA ATRIBUT UNTUK PEMERIKSAAN HASIL AKHIR PRODUKSI TEKNIK PENARIKAN SAMPEL PADA DATA ATRIBUT UNTUK PEMERIKSAAN HASIL AKHIR PRODUKSI ERNANING WIDIASWANTI Program Studi Teknik Industri, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang PO Box Kamal, Bangkalan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin ketat. Tiap-tiap perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin ketat. Tiap-tiap perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pasar yang semakin mengglobal, persaingan di dunia bisnis semakin ketat. Tiap-tiap perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB III MODEL REGRESI BINOMIAL NEGATIF UNTUK MENGATASI OVERDISPERSI PADA MODEL REGRESI POISSON

BAB III MODEL REGRESI BINOMIAL NEGATIF UNTUK MENGATASI OVERDISPERSI PADA MODEL REGRESI POISSON BAB III MODEL REGRESI BINOMIAL NEGATIF UNTUK MENGATASI OVERDISPERSI PADA MODEL REGRESI POISSON 3.1 Regresi Poisson Regresi Poisson merupakan salah satu model regresi dengan variabel responnya tidak berasal

Lebih terperinci

Syarat Fritz John pada Masalah Optimasi Berkendala Ketaksamaan. Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2. Abstrak

Syarat Fritz John pada Masalah Optimasi Berkendala Ketaksamaan. Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2. Abstrak Syarat Fritz John pada Masalah Optimasi Berkendala Ketaksamaan Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2 1,2 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY 1 wcaturiyati@yahoo.com 2 himmawatipl@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan dibukanya pasar bebas di kawasan Asia Pasifik menyebabkan persaingan yang semakin ketat dibidang industri. Industri lokal di Indonesia yang sebelumnya hanya

Lebih terperinci

BAB 4 FORMULASI MODEL

BAB 4 FORMULASI MODEL BAB 4 FORMULASI MODEL Formulasi model pada Bab 4 ini berisi penjelasan mengenai karakteristik sistem yang diteliti, penjabaran pemodelan matematis dari sistem, model dasar penelitian yang digunakan, beserta

Lebih terperinci

SYARAT FRITZ JOHN PADA MASALAH OPTIMASI BERKENDALA KETAKSAMAAN. Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2. Abstrak

SYARAT FRITZ JOHN PADA MASALAH OPTIMASI BERKENDALA KETAKSAMAAN. Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2. Abstrak Syarat Fritz John... (Caturiyati) SYARAT FRITZ JOHN PADA MASALAH OPTIMASI BERKENDALA KETAKSAMAAN Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2 1,2 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY 1 wcaturiyati@yahoo.com

Lebih terperinci

Manajemen Kuantitatif Modul 10 dan 11 TEORI PERMAINAN ( GAME THEORY)

Manajemen Kuantitatif Modul 10 dan 11 TEORI PERMAINAN ( GAME THEORY) Manajemen Kuantitatif Modul 10 dan 11 TEORI PERMAINAN ( GAME THEORY) TUJUAN INSTRUKSIONAL 1. Mahasiswa memahami arti dan kegunaan Teori Permainan 2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis Teori Permainan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah kompetitior asing dan dalam negeri, organisasi diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah kompetitior asing dan dalam negeri, organisasi diharapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi persaingan saat ini dapat dikatakan bahwa pada jaman sekarang perubahan sangat cepat terjadi, dimulai dari kemajuan teknologi, sistem perdagangan globalisasi,

Lebih terperinci

PERTEMUAN 12 KEMEROSOTAN (DEGENERACY)

PERTEMUAN 12 KEMEROSOTAN (DEGENERACY) PERTEMUAN 2 KEMEROSOTAN (DEGENERACY) Ciri-ciri terjadinya kemerosotan adalah banyaknya variabel basis yang lebih kecil dari n+m- (dimana m = jumlah sumber dan n = jumlah tujuan), hal ini disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Pada bagian bab pendahuluan ini akan dijabarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan metodologi penelitian. Penelitian dilakukan di PT. Blambangan

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. untuk setiap di dan untuk setiap, dengan. (Peressini et al. 1988)

III PEMBAHASAN. untuk setiap di dan untuk setiap, dengan. (Peressini et al. 1988) 4 untuk setiap di dan untuk setiap (Peressini et al 1988) Definisi 22 Teorema Deret Taylor Nilai hampiran f di x untuk fungsi di a (atau sekitar a atau berpusat di a) didefinisikan (Stewart 1999) 24 Kontrol

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru dalam dunia bisnis global, persaingan di dunia industri semakin meningkat. Pelanggan mulai bisa membedakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENENTUAN JUMLAH PEMESANAN PADA BULLWHIP EFFECT

PENGARUH PENENTUAN JUMLAH PEMESANAN PADA BULLWHIP EFFECT PENGARUH PENENTUAN JUMLAH PEMESANAN PADA BULLWHIP EFFECT Puji Lestari, Liong Irena, I Gede Agus Widyadana Program Studi Teknik Industri, Universitas Kristen Petra Siwalankerto, Surabaya, Indonesia (Received:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan, BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan, pemrograman linear, metode simpleks, teorema dualitas, pemrograman nonlinear, persyaratan karush kuhn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SAMPLING besar

DISTRIBUSI SAMPLING besar DISTRIBUSI SAMPLING besar Distribusi Sampling Sampling = pendataan sebagian anggota populasi = penarikan contoh / pengambilan sampel Sampel yang baik Sampel yang representatif, yaitu diperoleh dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang memiliki rantai pasok (supply chain), baik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang memiliki rantai pasok (supply chain), baik sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Setiap perusahaan yang memiliki rantai pasok (supply chain), baik sebagai supplier maupun sebagai pelanggan, baik yang beroperasi dalam wilayah Indonesia

Lebih terperinci

R PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR

R PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dunia bisnis, manajemen rantai suplai merupakan strategi klasik yang banyak digunakan oleh industri atau perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Salah satu tingkat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSAINGAN PENENTUAN TARIF ANGKUT DENGAN METODE GAME THEORY

PENGEMBANGAN MODEL PERSAINGAN PENENTUAN TARIF ANGKUT DENGAN METODE GAME THEORY PENGEMBANGAN MODEL PERSAINGAN PENENTUAN TARIF ANGKUT DENGAN METODE GAME THEORY Oleh: Bagus Prasetyo Wibowo NRP. 4109100063 Dosen Pembimbing: Dr. Ing. Setyo Nugroho Surabaya, 10 Juli 2014 PENDAHULUAN 2

Lebih terperinci

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus PENERAPAN JUST IN TIME PADA INDUSTRI FASHION SEBAGAI PENJAMINAN KUALITAS (QUALITY ASSURANCE) ABSTRAKSI Sistem Just in Time telah menjadi satu pendekatan umum dalam pengelolaan bahan baku/persediaan. Semakin

Lebih terperinci

Penentuan Strategi Pemasaran Produk Minuman Energi (Dwi Sukma Donoriyanto) 11

Penentuan Strategi Pemasaran Produk Minuman Energi (Dwi Sukma Donoriyanto) 11 Penentuan Strategi Pemasaran Produk Minuman Energi (Dwi Sukma Donoriyanto) 11 PENENTUAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK MINUMAN ENERGI DENGAN TEORI PERMAINAN (GAME THEORY) UNTUK MENINGKATKAN MINAT KONSUMEN DI

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI-p MENGGUNAKAN KUALITAS FUZZY PADA PERGESERAN NILAI RATA-RATA DAN VARIANSI DARI SUATU PROSES ROLLITA PUTRI KARENI ( )

ANALISIS PETA KENDALI-p MENGGUNAKAN KUALITAS FUZZY PADA PERGESERAN NILAI RATA-RATA DAN VARIANSI DARI SUATU PROSES ROLLITA PUTRI KARENI ( ) SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS PETA KENDALI-p MENGGUNAKAN KUALITAS FUZZY PADA PERGESERAN NILAI RATA-RATA DAN VARIANSI DARI SUATU PROSES ROLLITA PUTRI KARENI (1207 100 067) Dosen Pembimbing Dra. Laksmi Prita

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI SEMEN DALAM MENDUKUNG KONSEP SUPPLY CHAIN

EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI SEMEN DALAM MENDUKUNG KONSEP SUPPLY CHAIN TUGAS AKHIR EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI SEMEN DALAM MENDUKUNG KONSEP SUPPLY CHAIN UNTUK MEMINIMASI BIAYA DISTRIBUSI (Studi Kasus pada Distributor Semen Holcim CV. Putra Abadi ) Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun belakangan ini, keunggulan optimasi dan integrasi supply chain menjadi fokus dari beberapa organisasi perusahaan besar di dunia, Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern sekarang ini dengan biaya hidup yang semakin meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern sekarang ini dengan biaya hidup yang semakin meningkat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era modern sekarang ini dengan biaya hidup yang semakin meningkat, berakibat beberapa perusahaan mengalami peningkatan biaya pendistribusian produk. Pendistribusian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Teori permainan (game theory) adalah bagian dari ilmu matematika yang mempelajari interaksi antar agen, di mana tiap strategi yang dipilih akan memiliki matriks perolehan

Lebih terperinci

TEORI PERMAINAN. JHON HENDRI RISET OPERASIONAL UNIVERSITAS GUNADARMA 2009 Page 1

TEORI PERMAINAN. JHON HENDRI RISET OPERASIONAL UNIVERSITAS GUNADARMA 2009 Page 1 TEORI PERMAIA Teori permainan merupakan suatu model matematika yang digunakan dalam situasi konflik atau persaingan antara berbagai kepentingan yang saling berhadapan sebagai pesaing. Dalam permaian peserta

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA BULLWHIP EFFECT DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PT. MONDRIAN KLATEN

TUGAS AKHIR ANALISA BULLWHIP EFFECT DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PT. MONDRIAN KLATEN TUGAS AKHIR ANALISA BULLWHIP EFFECT DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PT. MONDRIAN KLATEN Diajukan Guna Memenuhi dan Melengkapi Syarat Gelar Sarjana Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian

III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian Sebuah manajemen rantai pasok yang baik memerlukan berbagai keputusan yang berhubungan dengan aliran informasi, produk dan dana. Rancang bangun rantai pasokan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah pesat. Bidang otomotif pun turut serta, khususnya sepeda motor yang sampai saat ini jumlah pemakainya

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet

Lebih terperinci

MODEL PROGRAM STOKASTIK DALAM TRANSPORTASI DAN LOGISTIK

MODEL PROGRAM STOKASTIK DALAM TRANSPORTASI DAN LOGISTIK MODEL PROGRAM STOKASTIK DALAM TRANSPORTASI DAN LOGISTIK Chairunisah Abstrak Problema transportasi dan logistik dikarakteristikkan dengan proses informasi yang sangat dinamis, seperti : pesanan konsumen

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi suatu industri sangat penting demi memberikan nilai tambah baik bagi industri itu sendiri maupun bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini telah membawa banyak dampak ke semua negara, termasuk Indonesia khususnya karena banyak sekali industri baik yang berskala besar maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut ini merupakan pembahasan kajian-kajian tersebut.

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut ini merupakan pembahasan kajian-kajian tersebut. BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai kajian teori yang digunakan sebagai dasar penulisan tugas akhir ini berdasarkan literatur yang relevan. Berikut ini merupakan pembahasan kajian-kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di daerah tropis seperti Indonesia, jagung memiliki kontribusi sebagai komponen industri pakan. Lebih dari 50% komponen pakan pabrikan adalah jagung. Hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau perilaku konsumen akan semakin diperhatikan. Untuk sekarang ini, selain menginginkan

Lebih terperinci

ACCEPTANCE SAMPLING PLANS MUHAMMAD YUSUF IWAN NOEGROHO GALIH DWI AGUNG P BRIAN REYVENDRA P AHMAD AUDREY T. JUIOCAISAR W SYAFIQAR NABIL M.

ACCEPTANCE SAMPLING PLANS MUHAMMAD YUSUF IWAN NOEGROHO GALIH DWI AGUNG P BRIAN REYVENDRA P AHMAD AUDREY T. JUIOCAISAR W SYAFIQAR NABIL M. ACCEPTANCE SAMPLING PLANS MUHAMMAD YUSUF IWAN NOEGROHO GALIH DWI AGUNG P BRIAN REYVENDRA P AHMAD AUDREY T. JUIOCAISAR W SYAFIQAR NABIL M. ILHAMDKA 125060707111002 125060707111004 125060707111009 125060707111022

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai hal pokok yang mendasari dilakukannya penelitian serta identifikasi masalah penelitian meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. integrasi yang efisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufacture), pusat

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. integrasi yang efisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufacture), pusat BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. 1.1 Latar Belakang Supply Chain Management (SCM) adalah sebuah

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI PERMAINAN DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LAPTOP PADA TOKO ELEKTRONIK DI PAMEKASAN

APLIKASI TEORI PERMAINAN DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LAPTOP PADA TOKO ELEKTRONIK DI PAMEKASAN APLIKASI TEORI PERMAINAN DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LAPTOP PADA TOKO ELEKTRONIK DI PAMEKASAN Lailatul Qomariyah SY 1*, Rica Amalia 2, Tony Yulianto 3 Program Studi Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

Definisi & Latar Belakang...(1/2)

Definisi & Latar Belakang...(1/2) Materi #9 CCR314 RISET OPERSIONL Definisi & Latar Belakang...(1/2) 2 Game theory dapat disebut juga Teori Permainan. Suatu pendekatan matematis untuk merumuskan situasi persaingan/pertentangan (konflik)

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Tenun Sarung Menggunakan Metode Statistical Quality Control Di PT. PTI Pekalongan

Analisis Kualitas Tenun Sarung Menggunakan Metode Statistical Quality Control Di PT. PTI Pekalongan Analisis Kualitas Tenun Sarung Menggunakan Metode Statistical Quality Control Di PT. PTI Pekalongan Arief Hadi Prasetyo *1) dan Kariyam 2) 1) Statistika, FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Jalan Kaliurang

Lebih terperinci

Definisi & Latar Belakang...(1)

Definisi & Latar Belakang...(1) Definisi & Latar Belakang...(1) Game theory dapat disebut juga Teori Permainan. Suatu pendekatan matematis untuk merumuskan situasi persaingan/pertentangan (konflik) antara berbagai pihak yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, distribusi dan logistik telah memainkan peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan perdagangan dunia. Terlebih lagi persaingan

Lebih terperinci

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN DAN DISTRIBUTOR DENGAN INFLASI DAN INVESTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES PRODUKSI

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN DAN DISTRIBUTOR DENGAN INFLASI DAN INVESTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES PRODUKSI MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN DAN DISTRIBUTOR DENGAN INFLASI DAN INVESTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES PRODUKSI Muhammad Syafi i, Sutanto, dan Purnami Widyaningsih Program Studi Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah proses produksi, pasti akan selalu ditemui adanya quality control.

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah proses produksi, pasti akan selalu ditemui adanya quality control. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada sebuah proses produksi, pasti akan selalu ditemui adanya quality control. Hal ini disebabkan produsen ingin memastikan produk yang dihasilkan sudah memiliki kualitas

Lebih terperinci

PERAN STATISTIKA DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN INDUSTRI Pengendalian Mutu dengan Bantuan Statistika

PERAN STATISTIKA DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN INDUSTRI Pengendalian Mutu dengan Bantuan Statistika PERAN STATISTIKA DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN INDUSTRI Pengendalian Mutu dengan Bantuan Statistika Muhammad Arif Tiro Program Studi Statistika FMIPA Universitas Negeri Makassar Abstrak Salah satu alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang produksi atau pembuatan kertas rokok (cigarette paper). Produk kertas

BAB I PENDAHULUAN. di bidang produksi atau pembuatan kertas rokok (cigarette paper). Produk kertas 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia usaha mengalami perkembangan yang sedemikian cepatnya yang menyebabkan maraknya perusahaan-perusahaan manufaktur yang saling bersaing untuk menjadi yang terbaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebagai daerah yang memiliki tanah yang subur, Wonogiri bisa menjadi daerah yang berkembang dengan meningkatkan taraf hidup penduduknya. Untuk mencapai hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis dan industri saat sekarang ini semakin ketat dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat serta sangat cerdas dalam memilih produk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka pada bab ini akan membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan fungsi, turunan parsial, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari baik disadari maupun tidak, optimasi selalu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Tetapi optimasi yang dilakukan masyarakat awam lebih banyak

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 6: Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Inferensi Statistik Pendahuluan Inferensi Statistik Inferensi statistik adalah metode untuk menarik kesimpulan mengenai suatu populasi. Inferensi statistik

Lebih terperinci

Tanggal : No. Responden : ANALISIS RANTAI PASOKAN (SUPPLY CHAIN) BUAH NAGA. 1. Nama :.. 2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan. 4. Alamat Rumah :...

Tanggal : No. Responden : ANALISIS RANTAI PASOKAN (SUPPLY CHAIN) BUAH NAGA. 1. Nama :.. 2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan. 4. Alamat Rumah :... Lampiran 1. Untuk Petani Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Buah Naga di Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur oleh Rini Yuli Susanti (20140430295),Mahasiswa

Lebih terperinci