ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA REMAJA DI INDONESIA ITNI LINORITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA REMAJA DI INDONESIA ITNI LINORITA"

Transkripsi

1 ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA REMAJA DI INDONESIA ITNI LINORITA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 ii ABSTRACT ITNI LINORITA. An Analysis of Water Intake and Nutritional Quality of Diet among Adolescents in Indonesia. Supervised by Hardinsyah and Anies Irawati. The objective of this research was to analyze water intake and nutritional quality of diet among adolescents in Indonesia. This research was carried out through analyzing a data set of Riskesdas. Data was collected on May-August 2010 by applying a cross-sectional study design. Research area consists of 33 provinces in Indonesia with total screened sample size adolescents from adolescents aged years. Data processing, analysis, and interpretation were conducted in Bogor on June-September The result showed that mean of total water intake at male and female adolescents was 1605±581 ml/day and 1528±542 ml /day (p<0.01), respectively. Percentage of water from beverages, food, and metabolic at male and female adolescents was 57.6%, 31.6%, 10.8% and 58.0%, 31.2%, 10.4%, respectively. Mean of estimated total water intake at male and female adolescents was 2173±792 ml/day and 2052±759 ml/day, respectively. Water requirements of male and female adolescents was 3035±727 ml/day and 2430±430 ml/day (p<0.01), respectively. Water adequacy level based on data Riskesdas for male and female adolescents was 55.6±23.6% and 64.7±25.4% (p<0.01), respectively. Water adequacy based on estimated total water intake for male and female adolescents was 75.3±32.7% and 87.0±36.0%, respectively. Nutritional quality of diet among male (68.1%) and female (65.9%) adolescents in Indonesia was very low (mean of MGP at male and female adolescents was 48.2±15.5 and 49.1±15.9, respectively). Only 1.7% of male and 1.9% of female had good nutritional quality of diet. Water intake had significant correlation with teens education (r=0.092) and economic status (r=0.145). Nutritional quality of diet also had significant correlation with teens education (r=0.052) and economic status (r=0.135). Water intake and nutritional quality of diet had significant differences between adolescents who live in rural and urban. Keywords : adolescent, water intake, water requirement, water adequacy level, nutritional quality of diet

3 RINGKASAN ITNI LINORITA. Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan pada Remaja di Indonesia. (Dibimbing oleh Hardinsyah dan Anies Irawati) Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada remaja (usia tahun) di Indonesia. Secara khusus, tujuannya adalah untuk (1) Menganalisis asupan air pada remaja, (2) Menganalisis kebutuhan dan tingkat pemenuhan kebutuhan air pada remaja, (3) Menganalisis Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP) pada remaja, serta (4) Menganalisis hubungan antara karakteristik remaja dengan asupan air serta MGP pada remaja. Penelitian ini seluruhnya menggunakan data sekunder yang berasal dari Riskesdas Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study sesuai dengan desain penelitian Riskesdas Data diperoleh dalam bentuk electronic file berupa entry data dan hasil pengolahan tim Riskesdas Data karakteristik sosial ekonomi keluarga, antropometri dan asupan pangan diperoleh dari entry data kuesioner Riskesdas, sedangkan data status ekonomi, serta asupan zat gizi makro dan mikro diperoleh dari hasil pengolahan tim Riskesdas Pengumpulan data dilakukan oleh tim Riskesdas pada bulan Mei Agustus 2010 di 33 provinsi di Indonesia. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data pada penelitian ini dilakukan pada bulan Juni September 2011 di Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat. Sampel rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun Proses pemilihan rumah tangga dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan two stage sampling. Jumlah seluruh sampel dari data Riskesdas 2010 sebanyak orang. Jumlah remaja berusia tahun adalah orang dengan jumlah remaja laki-laki sebanyak dan remaja perempuan sebanyak orang. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu remaja berusia tahun dan dalam kondisi asupan yang biasa, yaitu tidak sedang diet, sakit, puasa atau dalam acara hajatan/hari raya. Kriteria eksklusi sampel yang digunakan adalah kondisi fisiologis hamil. Cleaning data dilakukan pada sampel yang tidak ada data berat badan dan tinggi badan, serta terhadap sampel yang asupan energinya <0.3 atau >3 kali dari energi basal dan memiliki tingkat kecukupan zat gizi >400%. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu orang (87.9% dari total sampel awal remaja) yang terdiri dari sampel laki-laki dan sampel perempuan. Rata-rata asupan air remaja laki-laki (1605±581 ml/hari) lebih tinggi dibanding remaja perempuan (1528±542 ml/hari) (p<0.01). Rata-rata remaja dengan usia yang lebih tua memiliki asupan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang lebih muda usianya (p<0.01). Rata-rata asupan air pada remaja berusia tahun sebanyak 1501±519 ml/hari, usia tahun sebanyak 1569±562 ml/hari, dan usia tahun sebanyak 1630±597 ml/hari. Persentase air dari makanan, air metabolik dan air dari minuman terhadap total asupan air masing-masing adalah 31.6±10.4%, 10.8±3.7% dan 57.6±12.9% pada remaja laki-laki, serta 31.2±10.4%, 10.8±3.7%, dan 58.0±12.8% pada remaja perempuan. Total asupan air pada penelitian ini dianggap underestimate. Perkiraan underestimate pada asupan air minum dari data Riskesdas 2010 ditunjukkan oleh rendahnya persentase air dari minuman (57.8%) bila dibandingkan dengan studi lain di Indonesia (73.5%) dan di Amerika (65%), sehingga dilakukan estimasi asupan air dengan proporsi air dari minuman sebesar 70%. Rata-rata estimasi asupan air dari minuman pada remaja laki-laki

4 adalah ±554.6 ml/hari, sedangkan pada remaja perempuan adalah ±531.3 ml/hari. Rata-rata estimasi total asupan air pada remaja laki-laki adalah 2173±792 ml/hari sedangkan pada remaja perempuan adalah 2052±759 ml/hari. Rata-rata estimasi asupan air lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata asupan air sampel dari data Riskesdas Rata-rata kebutuhan air remaja laki-laki (3035±727 ml/hari) lebih tinggi dibanding remaja perempuan (2430±432 ml/hari) (p<0.01). Rata-rata kebutuhan air pada remaja menurut kelompok usia pada sampel berusia tahun sebanyak 2477±537 ml/hari, usia tahun sebanyak 2822±646 ml/hari, dan usia tahun sebanyak 2925±729 ml/hari. Rata-rata remaja dengan usia yang lebih tua memiliki kebutuhan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang lebih muda usianya (p<0.01). Tingkat pemenuhan kebutuhan air yang dihitung berdasarkan data asupan pangan Riskesdas 2010 untuk remaja laki-laki (55.6±23.6%) lebih rendah dibanding remaja perempuan (64.7±25.4%) (p<0.01). Tingkat pemenuhan kebutuhan air yang dihitung dari estimasi asupan air pada remaja laki-laki sebesar 75.3±32.7%, sedangkan pada remaja perempuan adalah 87.0±36.0%. Rata-rata MGP pada remaja laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 48.2±15.5 dan 49.1±15.9. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara MGP laki-laki dan perempuan. Rata-rata MGP pada remaja berusia tahun adalah 50.8±15.8, usia tahun 47.2±15.5, dan usia tahun 48.0±15.6. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara MGP setiap kelompok usia. Sebagian besar sampel memiliki nilai MGP yang tergolong sangat kurang dengan persentase 68.1% untuk sampel laki-laki dan 65.9% untuk sampel perempuan. Sebanyak 1.8% sampel memiliki nilai MGP yang tergolong baik. Uji korelasi Rank Spearman pada seluruh sampel menunjukkan bahwa peubah yang memiliki hubungan signifikan dengan asupan air adalah pendidikan remaja (r=0.092) dan status ekonomi keluarga (r=0.145). Uji korelasi Rank Spearman pada seluruh sampel juga menunjukkan bahwa peubah yang memiliki hubungan signifikan dengan MGP adalah pendidikan remaja (r=0.052) dan status ekonomi keluarga (r=0.135). Uji beda-t (Independent samples t-test) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan air sampel yang bertempat tinggal di desa dan di kota. Uji beda-t (Independent samples t-test) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara MGP sampel yang bertempat tinggal di desa dan di kota. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang asupan air dan MGP pada remaja di Indonesia. Remaja disarankan untuk mengonsumsi air sesuai dengan kebutuhan untuk mencegah kekurangan asupan air, serta disarankan untuk mengonsumsi pangan sumber hewani, sayur, dan buah untuk meningkatkan MGP. Sumber zat gizi tersebut antara lain pangan hewani, sayur, dan buah yang terjangkau bagi masyarakat. iv

5 ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA REMAJA DI INDONESIA ITNI LINORITA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

6 Judul Skripsi : Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan pada Remaja di Indonesia Nama : Itni Linorita NIM : I Dosen Pembimbing I Disetujui, Dosen Pembimbing II Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS NIP Dr. Ir. Anies Irawati, MKes NIP Diketahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP Tanggal Lulus :

7 RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, puteri pasangan Bapak Drs. Suyitno dan Ibu Emy Yulistiningsih. Penulis dilahirkan di Kota Malang (Jawa Timur) pada tanggal 05 Agustus Penulis menempuh pendidikan dasar pada tahun 1995 sampai 1998 di SD Tirta Buaran Ciputat, kemudian tahun 1998 sampai 2001 di SD Negeri Bojonggede 01. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMP Negeri 12 Bogor pada tahun 2001 sampai Selanjutnya, pada tahun 2004 sampai 2007 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 6 Bogor. Penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis tercatat sebagai penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) terhitung dari 2009 s/d Penulis juga pernah menjadi anggota Klub Kulinari Himagizi 2008/2009 dan menjadi juara favorit dalam Business Plan FEMA Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Pasir Baru, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi selama 2 bulan terhitung dari 28 Juni 10 Agustus Penulis juga melaksanakan Internship Dietetik di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta pada bulan Mei 2011.

8 viii PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan pada Remaja di Indonesia sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan masukan dari banyak pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Dr. Ir. Anies Irawati, MKes selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing, memberi arahan, masukan serta saran yang sangat membangun kepada penulis selama penyusunan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Eddy S. Mudjajanto selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa membimbing, memberi arahan, masukan serta saran yang sangat membangun kepada penulis selama penulis kuliah di Departemen Gizi Masyarakat, IPB. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Yekti Hartati Effendi, S.ked selaku dosen pemandu seminar dan Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS selaku dosen penguji atas masukan dan saran yang diberikan. Skripsi ini juga tidak terselesaikan tanpa doa, dukungan dan semangat yang selalu diberikan oleh Mama, Papa dan Adikku (Onni Linoarfrino) tersayang serta pengorbanan dan kasih sayangnya yang luar biasa. Teman-teman seperjuangan suku air, Desi, Mutia, Ezria, dan Cici, atas bantuan kalian, segala suka dan duka ini akhirnya terselesaikan dengan baik kawan. Lucy Amilia, Imas Septiyani, Resefa Getri Mantarisa, dan Khusnul Khotimah sebagai pembahas seminar atas saran dan kritik yang diberikan. Deviani, nonly, aulia, ayunda, fauji, gustam, made, dan teman-teman seperjuangan di GM 44 yang selalu memberikan motivasi, semangat serta kenangan indah tentang kebersamaan selama masa perkuliahan yang tak akan terlupakan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua. Amin. Bogor, Oktober 2011 Penulis

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Kegunaan... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Remaja... 4 Status Gizi... 5 Kebutuhan Air... 6 Fungsi dan Regulasi Air dalam Tubuh... 7 Sumber Air bagi Tubuh... 9 Asupan air dari minuman... 9 Asupan air dari makanan Air hasil metabolisme (air metabolik) Dampak Kekurangan Asupan Air pada Remaja Mutu Gizi Asupan Pangan KERANGKA PEMIKIRAN METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Karakteristik Status gizi Asupan air Estimasi asupan air Kebutuhan air dan kebutuhan energi Kebutuhan protein... 25

10 x Halaman Kebutuhan lemak dan karbohidrat Kebutuhan zat gizi mikro Tingkat pemenuhan kebutuhan air Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi selain air Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP) Analisis data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Status Gizi Asupan Air Menurut Sumber Air dari minuman Air dari makanan Air metabolik Total Asupan Air Estimasi Total Asupan Air Asupan Zat Gizi Makro dan Mineral Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Makro dan Mineral Asupan Vitamin Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Vitamin Mutu Gizi Asupan Pangan Analisis antara Karakteristik dengan Asupan Air dan MGP Implikasi Data Riskesdas dan Program Mendatang KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 59

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Volume air menurut sumber dan pengeluaran air tubuh Tabel 2 Jumlah air yang dihasilkan dari proses metabolisme (ml/g) Tabel 3 Sumber dan cara pengumpulan data Tabel 4 Kategori status gizi remaja berdasarkan IMT menurut umur Tabel 5 Perhitungan kebutuhan energi (Kal) menurut usia, jenis kelamin dan status gizi Tabel 6 Perhitungan kebutuhan protein menurut usia dan jenis kelamin Tabel 7 Sebaran sampel laki-laki menurut karakteristik sosial ekonomi dan kelompok usia Tabel 8 Sebaran sampel perempuan menurut karakteristik sosial ekonomi dan kelompok usia Tabel 9 Sebaran sampel menurut status gizi, jenis kelamin dan kelompok usia Tabel 10 Rata-rata asupan air dari minuman pada remaja menurut sumber, jenis kelamin dan kelompok usia (ml/kap/hari) Tabel 11 Rata-rata asupan air dari makanan pada remaja menurut sumber, jenis kelamin dan kelompok usia Tabel 12 Rata-rata asupan air metabolik pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia (ml) Tabel 13 Rata-rata asupan air pada remaja menurut sumber, jenis kelamin dan kelompok usia ml/kap/hari (%) Tabel 14 Rata-rata estimasi asupan air pada remaja berdasarkan pendekatan asupan makanan pada data Riskesdas 2010 menurut jenis kelamin dan kelompok usia (ml/kap/hari) Tabel 15 Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan air pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia ml/kap/hari (%) Tabel 16 Rata-rata asupan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia Tabel 17 Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia (%) Tabel 18 Rata-rata asupan vitamin per kapita/hari pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia Tabel 19 Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin per kapita/hari pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia (%) Tabel 20 Sebaran sampel menurut mutu gizi asupan pangan, jenis kelamin dan kelompok usia Tabel 21 Uji korelasi Rank Spearman hubungan antara karakteristik dengan asupan air dan MGP... 51

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada remaja di Indonesia Gambar 2 Alur memperoleh jumlah sampel yang digunakan Gambar 3 Perhitungan estimasi total asupan air Gambar 4 Air dari makanan, air dari minuman, dan total asupan air pada remaja menurut usia dan jenis kelamin Gambar 5 Mutu gizi asupan pangan pada remaja menurut usia dan jenis kelamin... 50

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Halaman Cara pengumpulan data karakteristik, antropometri dan asupan pangan oleh tim Riskesdas Lampiran 2 Kuesioner Riskesdas Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Jenis bahan pangan yang kandungan airnya diperoleh dari daftar komposisi pangan luar Indonesia Uji beda-t (Independent samples t-test) peubah menurut jenis kelamin Uji beda-t (Independent samples t-test) peubah menurut kelompok usia Rata-rata berat badan dan tinggi badan remaja menurut status gizi, jenis kelamin dan kelompok usia Jenis dan berat (g) minuman yang dikonsumsi sama dengan atau lebih dari 1% sampel menurut jenis kelamin dan kelompok usia Jenis dan berat (g) makanan yang dikonsumsi sama dengan atau lebih dari 1% sampel menurut jenis kelamin dan kelompok usia Kebutuhan zat gizi makro dan mineral pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia Lampiran 10 Kebutuhan vitamin pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia Lampiran 11 Uji beda-t (Independent samples t-test) peubah menurut daerah perdesaan dan perkotaan... 96

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh memerlukan asupan air yang cukup untuk mempertahankan fungsi homeostatik lingkungan dalam tubuh, yaitu konsentrasi ion hidrogen, konsentrasi air dan elektrolit, tekanan osmotik, suhu dan keseimbangan lain dalam cairan intestin (Poedjiadi 2006). Salah satu dampak dari kurangnya asupan air dalam tubuh adalah terjadinya dehidrasi. Dehidrasi merupakan kondisi kekurangan air dalam tubuh karena jumlah air yang keluar lebih banyak dibandingkan jumlah air yang dikonsumsi. Dehidrasi dapat mengganggu keseimbangan dan pengaturan suhu tubuh, serta menyebabkan penurunan kesadaran dan koma pada tingkat yang sangat berat. Beberapa penelitian mengenai dehidrasi menunjukkan bahwa sebagian besar individu tidak minum dalam jumlah yang cukup. Menurut Asian Food Information Centre (AFIC) (1999), berdasarkan survei di Singapura menunjukkan bahwa pada usia yang lebih muda (15-24 tahun), laki-laki dan perempuan minum air dalam jumlah yang lebih sedikit yaitu sekitar 1.4 L/hari, sedangkan kebutuhan air yang dianjurkan adalah 2 L/hari. Penelitian yang dilakukan oleh Kant dan Graubard (2010) menggunakan data National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES) tahun , menunjukkan bahwa remaja di United States hanya mengonsumsi 2.4 L air dari kebutuhan air remaja sebesar 3.3 L. Penelitian mengenai asupan air juga dilakukan di Indonesia oleh Hardinsyah et al. (2010). Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa sekitar separuh orang dewasa dan remaja mengalami dehidrasi ringan. Selain itu, kejadian dehidrasi ringan pada remaja sebesar 49,5% ternyata lebih tinggi dibandingkan orang dewasa sebesar 42,5%. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa asupan air pada remaja lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan tubuhnya. Masa remaja merupakan awal terjadinya proses pembentukan massa otot pada laki-laki dan pembentukan lemak tubuh pada perempuan, serta terjadinya peningkatan aktivitas fisik, sehingga tubuh membutuhkan asupan air yang lebih banyak. Asupan air dari makanan, minuman dan hasil metabolisme yang sesuai dengan kebutuhan air remaja perlu diketahui agar tubuh dapat menggantikan air yang hilang dan terhindar dari masalah dehidrasi.

15 2 Selain asupan air, manusia juga membutuhkan asupan gizi lainnya dari pangan yang dikonsumsi. Zat gizi pangan merupakan zat atau senyawa dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia (Hardinsyah 2001). Remaja membutuhkan asupan gizi yang lebih besar dibandingkan dengan golongan umur lainnya, karena pada masa tersebut terjadi peningkatan aktivitas fisik, serta perubahan komposisi tubuh. Penerimaan dan penggunaan makanan oleh tubuh yang dapat mempengaruhi status gizi, salah satunya dapat dipengaruhi oleh mutu gizi. Penilaian mutu gizi biasanya dilakukan pada setiap kandungan gizi pangan kaitannya dengan kebutuhan gizi seseorang, namun saat ini sudah berkembang penilaian Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP) yang menilai mutu gizi secara komprehensif (Hardinsyah 2001). Penilaian mutu gizi makanan yang dilakukan di India, yaitu pengukuran mutu gizi makanan suplemen pada anak preschool di India (Jadhav & Vali 2010), serta di Perancis mengenai mutu gizi makanan organik (Lairon 2009) hanya dilakukan pada setiap kandungan zat gizi. Penelitian tentang mutu gizi secara komprehensif sudah dilakukan di Indonesia, salah satunya oleh Hardinsyah et al. (2000) mengenai cara sederhana penilaian mutu gizi makanan ibu hamil dan anak batita. Asupan pangan merupakan jumlah pangan, baik tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang dengan tujuan tertentu, sehingga Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP) tidak hanya ditentukan oleh kandungan zat gizi secara parsial tetapi juga oleh faktor kebutuhan gizi orang yang mengonsumsi makanan tersebut (Gibson 1990 dalam Hardinsyah 2000). Penelitian yang dilakukan terkait asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada remaja di Indonesia belum pernah dilakukan dalam skala luas, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai hal tersebut.

16 3 Tujuan Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada remaja di Indonesia. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Menganalisis asupan air pada remaja; (2) Menganalisis kebutuhan dan tingkat pemenuhan kebutuhan air pada remaja; (3) Menganalisis Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP) pada remaja; serta (4) Menganalisis hubungan antara karakteristik remaja dengan asupan air serta MGP pada remaja. Kegunaan Penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi mengenai asupan air pada remaja di Indonesia, serta dapat dijadikan pertimbangan oleh pemerintah dan pihak terkait untuk lebih memperhatikan masalah asupan air dan status hidrasi pada remaja. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai mutu gizi dari pangan yang dikonsumsi oleh remaja di Indonesia, serta dapat dijadikan pertimbangan oleh pemerintah dan pihak terkait untuk lebih memperhatikan mutu gizi asupan pangan pada golongan remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan.

17 TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja (adolescence) berasal dari kata latin adolesceere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock 2004). Menurut Arisman (2004), masa ini dimulai antara usia 9 hingga 10 tahun dan berakhir pada usia sekitar 19 tahun. Menurut WHO (2011), usia remaja berkisar antara 10 sampai 19 tahun. Menurut Gunarsa (2001) pada masa remaja ini terjadi keunikan pertumbuhan dan perkembangan yang karakteristiknya adalah (1) pertumbuhan fisik yang sangat cepat; (2) pertumbuhan remaja putra dan remaja putri berbeda dalam besar dan susunan tubuh sehingga kebutuhan gizinya pun berbeda; (3) pertumbuhan fisik dan pematangan fungsi-fungsi tubuh adalah proses akhir dari masa remaja. Keadaan ini menentukan pada waktu dewasa seperti bertambah tinggi atau pendek, lamban atau energik, ulet atau pasrah; dan (4) terjadinya perubahan hormon seks. Perubahan fisik dan psikologis pada remaja tidak terjadi pada waktu yang sama untuk seluruh remaja. Perubahan tersebut dibagi ke dalam tiga periode, yaitu remaja awal (early adolescent) dengan usia tahun, remaja tengah (middle adolescent) dengan usia tahun, dan remaja akhir (late adolescent) dengan usia tahun. Pengelompokkan tersebut didasarkan pada pertumbuhan fisik, kematangan seksual, dan perubahan psikososial. Pertumbuhan fisik terjadi secara cepat pada kelompok remaja awal dan remaja tengah, kemudian menurun pada usia 18 tahun. Namun pertumbuhan linier pada rangka akan mencapai puncak massa tulang pada usia 20 tahun (Omran & Al-Hafez 2001). Tubuh manusia termasuk remaja terdiri atas dua bagian utama yaitu adiposa (simpanan lemak) dan jaringan bebas lemak (lean tissue). Jaringan bebas lemak, terdiri atas tulang, otot, air ekstraselular, jaringan syaraf, serta semua jaringan lain selain jaringan lemak. Terjadinya peningkatan tinggi dan berat badan pada masa remaja mengakibatkan adanya perubahan pada komposisi tubuh (Supariasa et al. 2001). Menurut Bredbenner et al. (2009), proporsi jaringan lemak bebas tertinggi yaitu pada masa bayi dan anak yang mulai tumbuh. Ketika anak lakilaki maupun perempuan mulai memasuki masa remaja, perubahan proporsi jaringan lemak bebas pun dimulai. Laki-laki menghasilkan hormon testosteron

18 5 yang mendorong terbentuknya lebih banyak massa otot, menumbuhkan tulang yang lebih padat dan berat, serta membangun sel darah merah yang lebih banyak dibanding perempuan. Lain halnya dengan massa otot, kadar lemak tubuh pada perempuan terus meningkat di masa remaja namun menurun pada laki-laki. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar hormon estrogen yang menstimulasi penumpukan lemak subkutan (lemak bawah kulit) pada perempuan. Status Gizi Status gizi seseorang dapat diperoleh berdasarkan pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri sangat penting pada masa remaja untuk mengetahui perubahan pertumbuhan dan kematangan yang dipengaruhi oleh faktor hormonal. Selain itu, menurut Riyadi (2003), pengukuran antropometri penting dilakukan pada masa remaja karena pertumbuhannya cukup sensitif terhadap kekurangan atau kelebihan gizi. Pengukuran status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur (IMT/U) direkomendasikan sebagai indikator terbaik untuk remaja. Menurut Riyadi (2003), pengukuran status gizi menggunakan BB/U dianggap tidak valid jika tidak disertai dengan informasi mengenai TB/U. Namun pengukuran menggunakan kombinasi BB/U dan TB/U untuk menilai massa tubuh dianggap aneh dan memberikan hasil yang bias. Menurut WHO (2007), untuk anak berusia diatas 10 tahun, BB/U bukanlah indikator yang baik karena tidak dapat membedakan antara tinggi badan dan berat badan pada masa remaja yang sedang mengalami pubertal growth spurt. Perubahan komposisi tubuh pada remaja yang mungkin dapat terlihat adalah adanya penambahan berat badan (BB/U) sedangkan sebenarnya sampel hanya bertambah tinggi bukan bertambah berat badan. IMT menurut umur merupakan indikator yang direkomendasikan untuk mengetahui thinness, overweight dan obesity pada remaja usia tahun (Riyadi 2003 dan WHO 2007). Sistem klasifikasi standar yang biasanya digunakan untuk melihat status gizi remaja adalah z-score atau skor standar deviasi (SD). Sistem klasifikasi ini direkomendasikan oleh WHO karena kemampuannya dalam menggambarkan status gizi termasuk pada keadaan ekstrim, serta menunjukkan proses hasil statistik, seperti mean dan standar deviasi dari z-score. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta perluasan penggunaannya dalam bidang klinis, maka sistem klasifikasi untuk mengukur status gizi remaja

19 6 disajikan dalam bentuk persentil. Klasifikasi dengan persentil pada dasarnya sama dengan z-score karena keduanya menggunakan data berat badan dan tinggi badan (WHO 2007). Cut-off-point yang digunakan dalam IMT menurut umur untuk anak usia 5-19 tahun adalah +1SD (ekuivalen dengan persentil ke-85) bertepatan pada usia 19 tahun dengan cut-off-point IMT dewasa adalah 25 (kg/m 2 ) untuk overweight. Begitu juga dengan +2SD (ekuivalen dengan persentil ke-95) yang bertepatan pada usia 19 tahun dengan cut-off-point IMT dewasa adalah 30 (kg/m 2 ) untuk obesity. Status gizi yang tergolong thinness dan severe thinness berada pada cut-off-point masing-masing -2SD dan -3SD (WHO 2007). Kebutuhan Air Kebutuhan air sangat bervariasi antar individu. Besarnya kebutuhan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu dan kelembaban lingkungan serta aktivitas fisik. Penentuan kebutuhan air untuk orang sehat dapat didasarkan pada umur, berat badan, asupan energi dan luas permukaan tubuh (Praboprastowo & Dwiriani 2004). Kebutuhan air akan meningkat seiring bertambahnya umur, mulai 0.6 L pada bayi hingga 1.7 L pada anak-anak. Pada orang dewasa kebutuhan air meningkat menjadi 2.5 L untuk aktivitas sedentary dan 3.2 L untuk aktivitas fisik sedang, untuk orang dewasa yang lebih aktif yang tinggal di lingkungan panas memiliki kebutuhan air sekitar 6 L (Sawka et al. 2005). The National Research Council diacu dalam Sawka et al. (2005) merekomendasikan intake air harian yaitu sekitar 1 ml/kkal energi yang dikeluarkan. Asupan air yang dianjurkan di Filipina tergantung pada energi yang dikeluarkan (energy expenditure) dan keadaan lingkungan, yaitu sebesar 1 ml/kal dari energi yang dikeluarkan. Jumlah tersebut dapat meningkat menjadi 1.5 ml/kal tergantung dari aktivitas fisik dan pengeluaran keringat sampel (Barba & Cabrera 2008). Kebutuhan air sebesar 1 ml/kal merupakan kebutuhan air yang berasal dari intake air, yaitu air dari makanan dan air dari minuman (IOM 2005). Kebutuhan air yang berasal dari asupan air dari makanan, air dari minuman dan air metabolik adalah sebesar 1.31 ml/kal untuk pria dan 1.22 ml/kal untuk wanita pada golongan usia dewasa (19-70 tahun), sedangkan pada anak-anak (9-13 tahun) yaitu sebesar 1.15 ml/kal untuk laki-laki dan 1.11 ml/kal untuk perempuan (Manz & Wentz 2005). Berdasarkan kebutuhan air pada dewasa

20 7 dan anak-anak tersebut, maka diasumsikan rata-rata kebutuhan air pada remaja adalah sebesar 1.15 ml/kal untuk remaja perempuan dan 1.23 ml/kal untuk remaja laki-laki. Kebutuhan air menurut Popkin et al. (2010) yang membandingkan antara Adequate Intake (AI) air dengan Estimated Energy Requirement (EER) pada remaja adalah sebesar 1.15 ml/kal untuk remaja perempuan dan 1.18 ml/kal untuk remaja laki-laki. Berdasarkan studi yang dilakukan Asian Food Information Centre (2000), persentase air dalam tubuh berbeda pada setiap orang, tergantung dari komposisi tubuh, usia dan jenis kelamin. Laki-laki memiliki lebih banyak air dalam tubuhnya dibandingkan perempuan pada semua kelompok usia karena pria memiliki otot tanpa lemak (lean muscle) lebih besar dari wanita. Otot menahan lebih banyak air dibandingkan jaringan lemak. Institute of Medicine (2005) menyebutkan bahwa jaringan lemak bebas mengandung 70-75% air, sedangkan jaringan lemak mengandung 10-40% air. Aktivitas yang dilakukan oleh pria biasanya lebih banyak daripada wanita sehingga dibutuhkan cairan yang lebih banyak untuk menggantikan cairan yang keluar akibat aktivitas tersebut. Asian Food Information Centre (AFIC) (1999) menyatakan bahwa ketika berolahraga, cairan yang dibutuhkan meningkat, karena tubuh banyak kehilangan cairan, sehingga diperlukan penggantian cairan secara cepat untuk mencegah dehidrasi. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh tubuh, maka akan semakin banyak air yang dibutuhkan tubuh. Fungsi dan Regulasi Air dalam Tubuh Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, antara lain sebagai pelarut dan alat angkut, katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, dan pengatur suhu (Almatsier 2003). Selain itu air juga berfungsi sebagai pembentuk sel dan cairan tubuh (Guyton et al dalam Santoso et al. 2011). Air di dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida, asam amino, lemak, vitamin, mineral, oksigen dan hormon yang kemudian dibawa ke sel-sel yang membutuhkan. Air juga berfungsi sebagai pelarut yang mengangkut sisa-sisa metabolisme termasuk karbondioksida dan ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit, dan ginjal. Air berfungsi sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel,

21 8 termasuk dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana. Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh, serta bagian jaringan tubuh yang diperlukan untuk pertumbuhan. Selain itu, air juga berfungsi sebagai pengatur suhu. Hal ini disebabkan air dapat menyalurkan panas, sehingga air memegang peranan dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh. Air merupakan komponen utama sel, kecuali sel lemak, sebanyak 70-85%, sedangkan kandungan air dalam sel lemak kurang dari 10%. Air berperan penting dalam pembentukan berbagai cairan tubuh, seperti darah, cairan lambung, hormon, dan enzim. Selain itu, air juga terdapat dalam otot dan berguna untuk menjaga tonus otot sehingga otot mampu berkontraksi. Keseimbangan air tubuh dikontrol dengan pengaturan masukan dan ekskresi cairan. Secara normal, masukan air dipengaruhi oleh rasa haus, yang merupakan pertahanan utama terhadap kekurangan cairan. Rasa haus merupakan keinginan yang sadar untuk minum air yang diatur oleh suatu pusat di midhipotalamus (Adelman & Solhung 1999). Namun, selain karena adanya rasa haus, manusia juga mengonsumsi cairan karena alasan kesukaan seperti saat mengonsumsi minuman manis dan alkohol (Popkin et al. 2010). Bossingham et al. (2005) menyatakan rasa haus dan mekanisme hormonal lainnya bertanggung jawab untuk memelihara Total Body Water (TBW). Haus dirangsang oleh peningkatan osmolalitas plasma, penurunan volume plasma atau penurunan tekanan darah. Peningkatan osmolalitas plasma selanjutnya akan merangsang osmoreseptor di hipotalamus sehingga akan merangsang pusat haus di hipotalamus dan timbul rasa haus (keinginan untuk minum). Selain itu, haus juga dapat terjadi akibat penurunan volume darah atau penurunan tekanan darah. Penurunan tekanan darah akan merangsang ginjal untuk mengeluarkan renin. Peningkatan renin akan mengakibatkan peningkatan angiotensin dan menimbulkan rasa haus di hipotalamus. Keseimbangan cairan tubuh diatur oleh mekanisme homeostatis yang dipengaruhi oleh status cairan tubuh. Defisiensi air meningkatkan konsentrasi ionik pada kompartemen ekstraseluler yang menyebabkan sel-sel mengerut. Pengerutan sel dideteksi oleh dua sensor otak, yang satu mengontrol minum dan yang lain mengontrol ekskresi urin (Popkin et al. 2010). Ekskresi cairan

22 9 atau kehilangan air tubuh dapat terjadi melalui paru-paru, kulit, traktus gastrointestinal, dan ginjal. Ekskresi cairan ini terjadi salah satunya untuk menyeimbangkan suhu tubuh dan kondisi lingkungan hingga tercapai kondisi homeostatis (Verdu & Navarrete 2009). Kehilangan air wajib merupakan volume cairan minimum yang harus dicerna setiap hari untuk mempetahankan keseimbangan cairan (Adelman & Solhung 1999). Sumber Air bagi Tubuh Asupan air dari minuman Kebanyakan air diperoleh dari minuman, yaitu sekitar 1650 ml per hari dalam bentuk air, teh, kopi, soft drink, susu, dan sebagainya (Muchtadi et al. 1993). Berdasarkan Institute of Medicine (2004) dalam Santoso et al. (2011), asupan air pada populasi di Amerika Serikat menunjukan total asupan air 28% berasal dari makanan dan 72% dari minuman, yang terdiri dari 28% air putih dan 44% minuman lain-lain. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Fauji (2011) menyatakan bahwa kontribusi asupan air dari air putih dan minuman lainnya terhadap total asupan air yaitu sebesar 73.5% pada sampel remaja, sedangkan rata-rata asupan air dari makanan dan air metabolik terhadap total asupan air sebesar 26.5%. Menurut Santoso et al. (2011), secara umum dari berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa kontribusi air dari minuman yaitu 65% dan air dari makanan dan air metabolik sebesar 35%. Penelitian yang dilakukan oleh Kant dan Graubard (2010) menggunakan data National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES) tahun , menunjukkan bahwa asupan air putih semakin meningkat sesuai dengan bertambahnya usia dari 22% pada usia 2-5 tahun menjadi 33% pada usia tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Fulgoni (2007) pada anak usia 4-18 tahun dan dewasa diatas 19 tahun menunjukkan bahwa pada anak semakin bertambahnya usia, asupan air putih semakin banyak, namun pada dewasa, semakin bertambahnya usia, asupan air putih semakin menurun. Menurut survei yang dilakukan oleh Asian Food Information Center (1998) di Singapura meyatakan bahwa sebagian besar orang Singapura mengonsumsi air putih (74%). Asupan minuman selain air putih yang paling banyak dikonsumsi adalah teh dan kopi (32%), serta minuman berkarbonasi sebagai minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi.

23 10 Asupan air dari makanan NHANES III (Third National Health and Nutrition Surveys) diacu dalam Manz dan Wentz (2005) menyatakan bahwa pada remaja dan orang dewasa sekitar 80% total intake air diperoleh dari minuman, sementara 20% sisanya diperoleh dari makanan. Jumlah air dari makanan ml per hari (Tabel 1). Jumlah ini tergantung pada pola konsumsi makan, jika banyak mengonsumsi makanan lembek atau cair, sayur dan buah termasuk salad, maka sumber air tubuh dari makanan akan lebih tinggi. Akan terjadi sebaliknya bila seseorang lebih banyak mengonsumsi makanan dari produk serealia, tepung dan daging yang kering (Santoso et al 2011). Sebagian besar sumber air dari makanan pada orang Indonesia adalah makanan pokok (46%), serta buah dan sayur (30%). Makanan pokok yang dikonsumsi pada umumnya adalah nasi yang mengandung kadar air 25-35%, sementara buah dikonsumsi dalam jumlah yang relatif sedikit meskipun banyak kadar airnya (Hardinsyah et al dalam Santoso et al. 2011). Tabel 1 Volume air menurut sumber dan pengeluaran air tubuh Sumber Air Tubuh Jumlah (ml) Pengeluaran Air Tubuh Jumlah (ml) Minuman/cairan Urin/ginjal Makanan Keringat/kulit Hasil metabolisme Pernapasan/paru 350 Tinja 150 Total Total Sumber : Whitney (1993) dalam Almatsier (2003) Air hasil metabolisme (air metabolik) Air metabolik adalah air yang dihasilkan dari proses metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat di dalam tubuh. Jumlah air metabolik yang dihasilkan oleh orang dewasa ml dalam sehari (Tabel 1). Menurut Manz dan Wentz (2005), banyaknya air metabolik adalah 10% dari total asupan air. Jumlah air yang dihasilkan dari metabolisme pemecahan lemak, protein, dan karbohidrat per 1 gram dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah air yang dihasilkan dari proses metabolisme (ml/g) Metabolisme Lemak Protein Karbohidrat Sumber : Verdu dan Navarrete (2009) Air yang dilepaskan

24 11 Proses metabolisme di dalam tubuh menghasilkan air tetapi jumlahnya relatif sedikit. Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa air dalam makanan padat menyumbangkan 750 ml dan air dari metabolisme (air yang dibentuk jika gula, lemak, dan protein dimetabolisme untuk menghasilkan energi) sekitar 350 ml. Proses metabolisme tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Verdu & Navarrete 2009) : C 6 H 12 O 6 + O 2 ATP + CO 2 + H 2 O (Glukosa) CH 3 -(CH 2 ) 14 -COOH + O 2 ATP + CO 2 + H 2 O (Asam palmitat) NH 2 H 2 N-CH-COOH + O 2 ATP + CO 2 + H 2 O+O=C R NH 2 (Asam amino) CH 3 -CH 2 OH + O 2 ATP + CO 2 + H 2 O (Etanol) Dampak Kekurangan Asupan Air pada Remaja Kekurangan air dalam tubuh merupakan suatu kondisi terjadinya pengurangan air intrasel atau air ekstrasel. Kekurangan air tubuh terdiri atas dua jenis, yaitu hipovolemia dan dehidrasi. Hipovolemia adalah kondisi terjadi pengurangan volume cairan ekstrasel. Keadaan ini terjadi bila keluaran airnya adalah cairan yang isotonik, yaitu air dan natrium keluar dalam jumlah yang sebanding (proporsional) sehingga osmolalitas plasma tidak berubah atau kadar natrium plasma tetap normal. Hipovolemia atau disebut juga deplesi volume, dapat terjadi misalnya pada perdarahan atau diare (Santoso et al. 2011). Dehidrasi adalah kondisi terjadinya pengurangan volume cairan intrasel. Dehidrasi terjadi bila air yang keluar adalah cairan hipotonik, yaitu volume air yang keluar jauh lebih besar dari jumlah natrium yang keluar (Santoso et al. 2011). Survei di Singapura menunjukkan 70% orang Singapura minum jika merasa haus (AFIC 1998). Asian Food Information Centre (AFIC) (1999) menyatakan bahwa pada saat manusia merasa haus, berarti sedang mengalami dehidrasi. Banyak orang mengasumsikan bahwa haus merupakan indikator yang baik dari kebutuhan cairan. Meskipun demikian, haus sebenarnya merupakan suatu tanda bahwa tubuh baru saja mengalami dehidrasi. Cairan harus diganti sebelum rasa haus ini timbul.

25 12 Tanda-tanda dehidrasi bervariasi mulai dari haus dan lemas hingga kerusakan fungsi ginjal. Kasus yang sangat parah dari dehidrasi dapat berakibat pada kematian. Tanda-tanda dehidrasi untuk (1) dehidrasi tingkat ringan adalah haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan kering; (2) dehidrasi tingkat sedang adalah detak jantung makin cepat, pusing, tekanan darah rendah, lemas, konsentrasi urin pekat, tetapi volumenya kurang; serta (3) dehidrasi tingkat berat adalah muscle spams (kejang), swollen tongue (lidah bengkak), dan kegagalan fungsi ginjal (AFIC 1999). Beberapa penelitian mengenai dehidrasi menunjukkan bahwa sebagian besar individu tidak minum dalam jumlah yang cukup. Menurut Asian Food Information Centre (1999), berdasarkan survei di Singapura menunjukkan bahwa pada usia yang lebih muda (15-24 tahun), laki-laki dan perempuan minum air dalam jumlah yang lebih sedikit yaitu sekitar 1,4 L/hari dari kebutuhan air yang dianjurkan adalah 2 L/hari. Alasan sampel tidak minum secara cukup berdasarkan survei di Singapura karena 72% tidak merasa haus, 20% sampel mengatakan lupa minum, 5% mengatakan sulit memperoleh minuman, dan 3% sisanya tidak ingin sering ke kamar mandi. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Hardinsyah et al. (2010) menyatakan bahwa sebagian besar sampel tidak minum cukup air dengan alasan tidak mengetahui pentingnya air bagi kesehatan tubuh, serta kesulitan memperoleh air minum. Penelitian mengenai kecenderungan dehidrasi pada remaja juga dilakukan di Indonesia oleh Hardinsyah et al. (2010). Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa kejadian dehidrasi ringan pada remaja sebesar 49.5% ternyata lebih tinggi dibandingkan orang dewasa sebesar 42.5%. Penelitian yang dilakukan oleh Kant dan Graubard (2010) menggunakan data National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES) tahun , juga menunjukkan bahwa remaja di United States hanya mengonsumsi 2.4 L air dari kebutuhan air remaja sebesar 3.3 L. Mutu Gizi Asupan Pangan Berdasarkan UU No. 7 tahun 1996, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Tujuan fisiologis dari mengonsumsi pangan adalah

26 13 untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologisnya adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat (Sediaoetama 1996). Penilaian mutu gizi pada pangan biasanya dilakukan pada setiap kandungan zat gizi pangan kaitannya dengan kebutuhan seseorang (Hardinsyah et al. 2000). Namun saat ini sudah berkembang penilaian mutu gizi yang menilai mutu gizi secara komprehensif. Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP) secara sederhana diartikan sebagai suatu nilai untuk menentukan apakah pangan tersebut bergizi atau tidak yang didasarkan pada kandungan zat gizi pangan berkaitan dengan kebutuhan tubuh secara komprehensif. Mutu gizi asupan pangan diartikan pula sebagai persentase asupan zat gizi terhadap kecukupan atau kebutuhannya. Penentuan mutu gizi asupan pangan didasarkan pada jumlah zat gizi yang tersedia untuk dikonsumsi relatif terhadap kebutuhannya (Hardinsyah 2001). Menurut McCollum dan Becker (1934) dalam Hardinsyah (2001), mutu gizi pangan adalah totalitas kandungan gizi dari makanan yang dibutuhkan oleh manusia. Hal ini berarti bahwa komponen mutu gizi tidak hanya ditentukan dari kandungan energi, karbohidrat, dan lemak, tetapi ditentukan juga oleh kandungan vitamin, dan mineral. Sejak ada konsep mutu gizi pangan tersebut, konsep mutu gizi yang semula diartikan sebagai kandungan zat gizi pangan, berubah menjadi tingkat kecukupan semua zat gizi, yaitu persentase asupan zat gizi terhadap kecukupan atau kebutuhannya. Penilaian Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP) menggunakan metode rata-rata tingkat kecukupan gizi secara lebih komperehensif dan dinyatakan dalam persen.

27 KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan UU No. 7 tahun 1996 bahwa pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Asupan pangan (makanan dan minuman) seseorang dapat dipengaruhi oleh karakteristik sampel, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, dan daerah tempat tinggal. Selain itu, asupan pangan juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi keluarga, seperti pekerjaan ayah dan ibu, serta status ekonomi keluarga. Pemenuhan kebutuhan air diperoleh dari asupan air yang berasal dari makanan, air hasil metabolisme tubuh, serta air dari minuman. Kebutuhan air yang berasal dari asupan air dari makanan, air dari minuman dan air metabolik adalah sebesar 1.31 ml/kal untuk pria dan 1.22 ml/kal untuk wanita pada golongan usia dewasa (19-70 tahun), sedangkan pada anak-anak (9-13 tahun) yaitu sebesar 1.15 ml/kal untuk laki-laki dan 1.11 ml/kal untuk perempuan (Manz & Wentz 2005). Berdasarkan kebutuhan air pada dewasa dan anak-anak tersebut, maka diasumsikan kebutuhan air pada remaja adalah sebesar 1.15 ml/kal untuk remaja perempuan dan 1.23 ml/kal untuk remaja laki-laki. Menurut AFIC (2000), kebutuhan air pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan dikarenakan adanya perbedaan komposisi tubuh dan aktivitas fisik. Selain mengandung air, makanan dan minuman yang dikonsumsi juga mengandung beberapa zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti energi, karbohidrat, protein, lemak, Ca, P, Fe, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, Folat, vitamin B12, dan vitamin C. Berdasarkan kandungan gizi pangan tersebut, maka diperoleh penilaian mutu gizi secara komperehensif, yaitu mutu gizi asupan pangan. Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP) merupakan salah satu dimensi utama mutu pangan yang mencerminkan pemenuhan kebutuhan zat gizi dari pangan yang dikonsumsi (Gibson 1990 dalam Hardinsyah et al. 2000). Penilaian Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP) menggunakan metode rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi dan dinyatakan dalam persen (Gambar 1).

28 15 Karakteristik sampel - Usia - Jenis kelamin - Daerah tempat tinggal - Pendidikan Karakteristik sosial ekonomi keluarga - Pekerjaan ayah - Pekerjaan ibu - Status ekonomi Asupan air - Air dari makanan - Air metabolik - Air dari minuman Kebutuhan air Mutu gizi asupan pangan - Asupan zat gizi - Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada remaja di Indonesia Keterangan gambar : : variabel yang diteliti : hubungan yang diteliti : hubungan yang tidak diteliti

29 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Indonesia. Pengumpulan data dilakukan oleh tim Riskesdas pada bulan Mei Agustus Pengolahan, analisis, dan interpretasi data untuk penelitian ini dilakukan pada bulan Juni September 2011 di Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat. Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan sampel yang digunakan dalam Riskesdas Sampel Riskesdas 2010 di tingkat kabupaten/kota berasal dari 441 Kabupaten/Kota yang tersebar di 33 provinsi. Jumlah tersebut merupakan sebagian dari jumlah keseluruhan kabupaten/kota di Indonesia (497 Kabupaten/Kota). Sebanyak 56 kabupaten tidak termasuk kedalam sampel Riskesdas karena jumlah rumah tangga dari blok sensus pada kabupaten tersebut kurang dari 25 rumah tangga, sehingga tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan dan terdapat 1 kabupaten di Provinsi Papua (Kabupaten Nduga) yang tidak dapat dikunjungi dalam periode waktu pengumpulan data Riskesdas. Populasi dalam Riskesdas 2010 adalah seluruh rumah tangga biasa yang mewakili 33 provinsi. Sampel rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun Proses pemilihan rumah tangga dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan two stage sampling. Riskesdas mengambil sejumlah blok sensus dari setiap kabupaten/kota yang termasuk ke dalam kerangka sampel kabupaten/kota. Pemilihan blok sensus tersebut dilakukan sepenuhnya oleh BPS dengan memperhatikan status ekonomi dan rasio perkotaan/perdesaan, serta dipilih blok sensus yang mewakili propinsinya. Blok sensus tersebut proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Selanjutnya dipilih 25 rumah tangga dari setiap blok sensus menggunakan simple random sampling oleh penanggung jawab teknis kabupaten yang sudah dilatih. Blok sensus yang dipilih untuk kesehatan masyarakat adalah sebesar 2800 blok sensus dengan rumah tangga.

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja (adolescence) berasal dari kata latin adolesceere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock 2004). Menurut Arisman (2004), masa ini dimulai antara usia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air sebagai Zat Gizi Esensial Air merupakan komponen yang yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Asupan air yang kurang ataupun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Orang Dewasa

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Orang Dewasa 4 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 15 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Status Gizi

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Status Gizi 4 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Istilah dewasa (adult) berasal dari istilah latin adultus yang memiliki arti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. WHO (2009) mengklasifikasikan

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 16 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitan ini menggunakan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik

Lebih terperinci

lebih lambat daripada pertumbuhan bayi. Akan tetapi, kegiatan fisik pada pertumbuhan tersebut meningkat. Dengan demikian dalam kondisi keseimbangan

lebih lambat daripada pertumbuhan bayi. Akan tetapi, kegiatan fisik pada pertumbuhan tersebut meningkat. Dengan demikian dalam kondisi keseimbangan TINJAUAN PUSTAKA Anak-anak Anak-anak mempunyai perkembangan fisik maupun fisiologis yang khusus pada setiap tahapan kehidupannya. Banyak perbedaan perkembangan saat anak masih pada usia pra sekolah, sekolah,

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lansia Asupan dan Keluaran Air

TINJAUAN PUSTAKA Lansia Asupan dan Keluaran Air 4 TINJAUAN PUSTAKA Lansia Masa lanjut usia pada kelompok lansia merupakan masa penutup dari kehidupan manusia. Seseorang diatas umur 55 tahun disebut dalam tahap masuk lanjut usia (Setiyono 2010). Departemen

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kelompok remaja dan kelompok dewasa. Karakteristik subyek terdiri dari umur, wilayah ekologi, jenis

Lebih terperinci

ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA PRIA DEWASA DI INDONESIA EZRIA EKAFADHINA ADYAS

ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA PRIA DEWASA DI INDONESIA EZRIA EKAFADHINA ADYAS ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA PRIA DEWASA DI INDONESIA EZRIA EKAFADHINA ADYAS DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ii ABSTRACT EZRIA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi sampel meliputi pendidikan terakhir, pekerjaan, domisili, dan status ekonomi (kuintil), yang disajikan dalam Tabel 5. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurangnya konsumsi cairan merupakan masalah penting di bidang kesehatan karena sel tubuh manusia memerlukan air dalam proses metabolisme. Air sebagai zat gizi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tetapi hanya dapat bertahan selama beberapa hari tanpa air. Air merupakan komponen utama dari semua

Lebih terperinci

ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA WANITA DEWASA DI INDONESIA

ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA WANITA DEWASA DI INDONESIA i ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA WANITA DEWASA DI INDONESIA MUTIA FERMANDA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ii ABSTRACT MUTIA FERMANDA.

Lebih terperinci

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA http://dbriawan.staff.ipb.ac.id/research/studi-kebiasaan-minum-dan-hidrasi-pada-remaja-dan-dewas a STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA STUDI KEBIASAAN

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai Kebiasaan

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anak dan Status Gizi Anak

TINJAUAN PUSTAKA Anak dan Status Gizi Anak TINJAUAN PUSTAKA Anak dan Status Gizi Anak Anak mempunyai perkembangan fisik maupun fisiologis yang khusus pada setiap tahapan kehidupannya. Banyak perbedaan perkembangan saat anak masih pada usia pra

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN i PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN ASRINISA RACHMADEWI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia dan zat gizi yang dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya memerlukan air untuk minum. Manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA ANAK DI INDONESIA LUCY AMILIA

ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA ANAK DI INDONESIA LUCY AMILIA ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA ANAK DI INDONESIA LUCY AMILIA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 2 ABSTRACT LUCY AMILIA. An Analysis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa Yulianasari (2009) yang mengacu pada WHO (1995) mengkategorikan usia remaja berada pada kisaran umur 10-19 tahun dan dewasa berada pada kisaran umur 20-59 tahun. Ciri-ciri

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan

Lebih terperinci

KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN KECENDERUNGAN DEHIDRASI SISWI SEKOLAH DASAR PARAMITA RACHMA

KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN KECENDERUNGAN DEHIDRASI SISWI SEKOLAH DASAR PARAMITA RACHMA KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN KECENDERUNGAN DEHIDRASI SISWI SEKOLAH DASAR PARAMITA RACHMA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRACT Paramita Rachma.

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang)

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang) 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional study. Data primer diperoleh melalui survey, wawancara, pengisian kuesioner dan recall

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan zat yang sangat esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa mengandung air. Air memiliki beberapa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo

BAB I PENDAHULUAN. lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arisman (2004) mengungkapkan bahwa secara umum lanjut usia atau lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo dalam Azizah (2011), lanjut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air memenuhi sekitar 60-65% berat badan orang dewasa. Kandungan air tubuh (body water) berbeda antar manusia tergantung proporsi jaringan otot dan jaringan lemak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA CICA YULIA, S.Pd, M.Si Remaja merupakan kelompok manusia yang berada diantara usia kanak-kanak dan dewasa (Jones, 1997). Permulaan masa remaja dimulai saat anak secara seksual

Lebih terperinci

FISIK DAN KIMIA SERTA MUTU ORGANOLEPTIK PADA WORTEL

FISIK DAN KIMIA SERTA MUTU ORGANOLEPTIK PADA WORTEL KANDUNGAN β-karoten, SIFAT FISIK DAN KIMIA SERTA MUTU ORGANOLEPTIK PADA WORTEL (Daucus carota L.) ORGANIK DAN NON-ORGANIK SELAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN ASTARI APRIANTINI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang berawal dari usia 9-10 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Remaja sebagai golongan individu

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR DIAH IMAS SRIMARYANI

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR DIAH IMAS SRIMARYANI POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR DIAH IMAS SRIMARYANI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

KERAGAAN STATUS GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN SERTA TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR SOFYA EKA MASTI

KERAGAAN STATUS GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN SERTA TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR SOFYA EKA MASTI KERAGAAN STATUS GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN SERTA TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR SOFYA EKA MASTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG Oleh : TAN WEE YEN 110100464 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 28 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah: Variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah di dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan sejak tahun 2008 sebanyak 2,8 juta penduduk meninggal setiap tahun terkait overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan KESEIMBANGAN ENERGI Jumlah energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air sebesar 1 kg sebesar

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat gizi, termasuk air merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi kebutuhan zat gizi melalui

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian

Lebih terperinci

KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR LUTHFI RAKHMAWATI

KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR LUTHFI RAKHMAWATI KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR LUTHFI RAKHMAWATI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik dapat dicapai dengan memperhatikan pola konsumsi makanan terutama energi, protein, dan zat gizi mikro. Pola konsumsi makanan harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2 17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen utama pada tubuh manusia. Pada orang dewasa, air menyumbang sebanyak 60% berat badan total, dan persentase tersebut lebih tinggi pada

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Gizi lebih adalah suatu keadaan berat badan yang lebih atau diatas normal. Anak tergolong overweight (berat badan lebih) dan risk of overweight (risiko untuk berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebaran transportasi di Indonesia kini semakin mengalami peningkatan seiring dengan berjalannya waktu. Jumlah kendaraan yang masih beroperasi di seluruh Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO. HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 1 KOTA MANADO. Puput Dewi Purwanti 1), Shirley E.S Kawengian 1), Paul A.T. Kawatu 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeritas

Lebih terperinci

TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe), STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADAA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR PALUR, KARANGANYAR

TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe), STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADAA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR PALUR, KARANGANYAR TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe), STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADAA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR PALUR, KARANGANYAR ANISA ROSYIDA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci