HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran minuman. Sementara itu, karakteristik keluarga meliputi besar keluarga dan pengeluaran rumah tangga. Tabel 11 memaparkan sebaran subyek dan tidak berdasarkan karakteristik individu dan keluarga Tabel 11 Sebaran subyek dan tidak berdasarkan karakteristik individu dan keluarga No Karakteristik Gemuk Tidak 1 Umur (tahun) 39 ± ± ± Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 161 (42.1) 221 (57.9) 417 (51.0) 401 (49.0) 578 (48.2) 622 (51.8) Jumlah 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0) 3 Besar keluarga (orang) a. 2-4 b. 5-6 c (47.9) 147 (38.5) 52 (13.6) 366 (44.7) 354 (43.3) 98 (12.0) 548 (45.7) 500 (41.6) 152 (12.7) Jumlah 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0) 4 Pengeluaran minuman (Rp/bulan) a. 100 ribu b. > 100 ribu ± (70.0) 115 (30.0) ± (76.5) 192 (23.5) ± (74.4) 307 (25.6) Jumlah 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0) 5 Pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan) a. <1 juta b juta c juta d. 4 juta 71 (18.6) 137 (35.9) 131 (34.3) 43 (11.2) 220 (26.9) 369 (45.1) 195 (23.8) 34 (4.2) 291 (24.2) 506 (42.2) 326 (27.2) 77 (6.4) Jumlah 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0) Rata-rata umur subyek (39 ± 12 tahun) lebih tua dibandingkan subyek tidak (24 ± 12 tahun) (p<0.05). Hal ini karena semakin dewasa semakin meningkat risiko kean. Data Riskesdas (2010) juga menunjukkan hal yang sama. Prevalensi kean pada remaja adalah 7.4% sedangkan prevalensi kean pada dewasa adalah 11.7%. Sementara itu, laki-laki yang memiliki status gizi (42.1%) berjumlah lebih sedikit dibandingkan perempuan (57.9%) (p<0.05). Menurut Wahlqvist (1997) dan Hamaideh et al (2010) umur dan jenis kelamin merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kean. Perempuan lebih rentan mengalami peningkatan simpanan lemak (Gibson 1990) dan perempuan cenderung bekerja lebih ringan dibanding laki-laki (Janghorbani et al 2007).

2 Tidak terdapat perbedaaan rata-rata jumlah anggota keluarga antara subyek dan tidak (p>0.05). Namun jumlah anggota keluarga terkecil pada subyek (47.9%) lebih tinggi dibandingkan subyek tidak (44.7%). Besar keluarga berhubungan dengan jumlah makanan yang harus disediakan. Makin sedikit jumlah anggota keluarga, semakin mudah terpenuhi kebutuhan makan seluruh anggota keluarga. Sebaliknya, apabila jumlah anggota keluarga banyak dan pendapatan terbatas, maka makanan yang tersedia tidak mencukupi (Prihartini 1996; Sanjur 1982). Pengeluaran minuman pada subyek lebih tinggi dibandingkan subyek tidak (p>0.05). Pengeluaran minuman paralel dengan pendapatan per kapita seseorang. Semakin tinggi pendapatan akan semakin berisiko terhadap kejadian kean (Erem et al 2004). Persentase subyek (11.2%) yang memiliki pengeluaran rumah tangga tertinggi lebih besar dibandingkan subyek tidak (4.2%) (p<0.05). Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain, seperti pendidikan, perumahan, kesehatan, dan lain-lain (Hardinsyah 1997). Tabel 12 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan karakteristik individu dan keluarga No Karakteristik Laki-laki Perempuan Gemuk Tidak Gemuk Tidak 1 Umur (thn) 38 ± ± ± ± ± ± 14 2 Besarkeluarga (orang) a. 2-4 b. 5-6 c (37.3) 78 (48.4) 23 (14.3) 209 (50.1) 159 (38.1) 49 (11.8) 269 (46.5) 243 (42.0) 66 (11.5) 123 (55.7) 69 (31.2) 29 (13.1) 158 (39.4) 181 (45.1) 62 (15.5) 279 (44.8) 257 (41.4) 86 (13.8) Jumlah 161 (100.0) 417 (100.0) 578 (100.0) 221(100.0) 401(100.0) 622 (100.0) 3 Pengeluaran minuman (Rp/bln) a. 100 ribu b. > 100 ribu ± (66.5) 54 (33.5) ± (76.7) 97 (23.3) ± (73.5) 153 (26.5) ± (72.4) 61 (27.6) ± (76.3) 95 (23.7) ± (75.2) 154 (24.8) Jumlah 161 (100.0) 417 (100.0) 578 (100.0) 221(100.0) 401(100.0) 622 (100.0) Pengeluaran rumah tangga (Rp/bln) a. <1 juta b juta c juta d. 4 juta 32 (19.9) 63 (39.1) 51 (31.7) 15 (9.3) 130 (31.2) 185 (44.4) 82 (19.7) 20 (4.7) 162 (28.0) 251 (43.4) 133 (23.0) 32 (5.5) 39 (17.6) 74 (33.5) 80 (36.2) 28 (12.7) 90 (22.4) 184 (45.9) 113 (28.2) 14 (3.5) 129 (20.7) 255 (41.0) 193 (31.0) 45 (7.3) Jumlah 161 (100.0) 417 (100.0) 578 (100.0) 221(100.0) 401(100.0) 622 (100.0) Perempuan memiliki umur yang lebih tua dibandingkan laki-laki (p>0.05) (Tabel 12). Menurut Khomsan (2002), kejadian kean meningkat pada usia dewasa, mencapai puncaknya pada usia 40 pertengahan dan awal 50 untuk pria serta akhir 50 dan awal 60 untuk wanita. Tidak terdapat perbedaaan rata-rata jumlah anggota keluarga antara laki-laki dan perempuan (p>0.05). Namun jumlah anggota keluarga terbanyak pada subyek laki-laki lebih

3 tinggi dibandingkan subyek perempuan. Pengeluaran minuman pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan (p<0.05). Persentase subyek perempuan yang memiliki pengeluaran rumah tangga tertinggi lebih besar dibandingkan subyek laki-laki (p<0.05). Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain, seperti pendidikan, perumahan, kesehatan, dan lain-lain (Hardinsyah 1997). Status Gizi Status gizi berdasarkan IMT dibagi menjadi tiga kategori yaitu kurus, normal, dan. Subyek yang memiliki status gizi kurus dan normal digolongkan menjadi subyek tidak. Penentuan status gizi ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi subyek yang. Prevalensi subyek remaja dan dewasa yang adalah 31.8%. Nilai IMT rata-rata untuk seluruh subyek adalah 23.0 ± 4.9 (kg/m 2 ). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subyek memiliki status gizi normal berdasarkan kategori status gizi berdasarkan IMT (WHO 2007). Perempuan dengan rata-rata IMT 23.5 ± 5.2 (kg/m 2 ) memiliki prevalensi kean yang lebih tinggi (35.5%) dibandingkan laki-laki (27.9%) dengan ratarata IMT 22.5 ± 4.6 (kg/m 2 ) (p<0.05) meskipun masih berada dalam kisaran IMT normal. Janghorbani et al (2007) menyatakan bahwa tingginya prevalesi kean pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki karena adanya perbedaan tingkat aktivitas fisik dan asupan energi pada laki-laki dan perempuan. Tingkat aktivitas fisik pada laki-laki pada umumnya lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Selain itu, asupan energi pada laki-laki juga lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi sehingga terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi. Perempuan lebih rentan mengalami peningkatan simpanan lemak (Gibson 1990). Remaja laki-laki memiliki perilaku makan dalam porsi besar untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein mereka (Mann & Stewart 2007). Asupan gula pada laki-laki dewasa ditemukan lebih tinggi dibandingkan pada perempuan dewasa (Yabanci et al 2010). Perbandingan aktivitas fisik dan konsumsi energi antara laki-laki dan perempuan akan dibahas selanjutnya dalam analisis mengenai hal tersebut. Nilai rata-rata IMT pada subyek dan tidak adalah 29.1 ± 3.9 (kg/m 2 ) dan 20.6 ± 2.7 (kg/m 2 ). Kean dipengaruhi oleh beberapa faktor

4 yang bersifat kompleks. Menurut Wahlqvist (1997), konsumsi makanan dan pengeluaran energi dapat mempengaruhi kean secara langsung, sedangkan umur, jenis kelamin, keturunan, stres, keadaan sosial-ekonomi, gaya hidup, iklim, dan obat-obatan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kean secara tidak langsung Persentase (%) Gemuk Tidak 20 0 Laki-laki Perempuan Gambar 2 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan status gizi Aktivitas Fisik Aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk penggunaan energi di dalam tubuh. Keseimbangan energi antara energi yang dikonsumsi dengan energi yang dikeluarkan pada akhirnya akan menentukan status gizi seseorang. Nilai PAL rata-rata untuk seluruh subyek adalah 1.65 ± Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subyek (67.5%) memiliki tingkat aktivitas fisik ringan. Angka ini tidak berbeda jauh dengan data Riskesdas (2007) yang menyebutkan bahwa prevalensi nasional kurang aktivitas fisik pada penduduk yang berumur lebih dari 10 Tahun adalah 48.2%. Sebagian besar subyek (PAL=1.60 ± 0.16) (72.3%) dan tidak (PAL=1.67 ± 0.19) (65.3%) memiliki tingkat aktivitas fisik ringan. Akan tetapi, persentase subyek yang memiliki tingkat aktivitas fisik berat lebih rendah (3.6%) dibandingkan subyek tidak (5.5%) (p<0.05) (Tabel 13). Alokasi waktu santai dan menonton TV pada subyek lebih tinggi dibandingkan subyek tidak. Sebaliknya waktu olahraga dan melakukan pekerjaan rumah tangga pada subyek lebih rendah dibandingkan subyek tidak. Level aktivitas fisik yang rendah menjadi faktor penting dalam penambahan berat badan. Hal ini terjadi karena perubahan gaya hidup, salah

5 satunya minimnya waktu yang dilakukan untuk melakukan aktivitas fisik (Mann & Stewart 2007). Tabel 13 Sebaran subyek dan tidak berdasarkan tingkat aktivitas fisik No Aktivitas fisik Gemuk Tidak Ringan Sedang Berat 276 (72.3) 92 (24.1) 14 (3.6) 534 (65.3) 239 (29.2) 45 (5.5) 810(67.5) 331(27.6) 59(4.9) 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0) Nilai rata-rata PAL untuk laki-laki dan perempuan adalah 1.69 ± 0.21 dan 1.62 ± 0.16 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki memiliki tingkat aktivitas fisik sedikit berat di atas aktivitas fisik perempuan, meskipun keduanya tergolong tingkat aktivitas fisik ringan. Persentase laki-laki yang memiliki tingkat aktivitas fisik berat lebih rendah (1.9%) dibandingkan perempuan (4.9%). Sebaliknya, persentase laki-laki tidak yang memiliki tingkat aktivitas fisik berat lebih rendah (9.5%) dibandingkan perempuan tidak (1.3%) (Tabel 14). Janghorbani et al (2007) menyatakan bahwa tingginya prevalensi kean pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki karena adanya perbedaan tingkat aktivitas. Tabel 14 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan tingkat aktivitas fisik Laki-laki Perempuan Aktivitas Gemuk Tidak Gemuk Tidak No fisik Ringan Sedang Berat 115 (71.4) 43 (26.7) 3 (1.9) 161 (100.0) 246 (58.3) 131 (32.2) 40 (9.5) 417 (100.0) 361(62.5) 174(30.1) 43(7.4) 578 (100.0) 161 (72.9) 49 (22.2) 11 (4.9) 221 (100.0) Asupan Energi Minuman Berkalori 288 (71.8) 108 (26.9) 5 (1.3) 401 (100.0) 449(72.2) 157(25.2) 16(2.6) 622 (100.0) Pengelompokan minuman berkalori didasarkan pada definisi operasional yang telah dipaparkan sebelumnya. Penelitian ini menemukan bahwa subyek memiliki asupan energi minuman yang lebih rendah (395 ± 360 kkal/hari) dibandingkan subyek tidak (477 ± 408 kkal/hari) (p<0.05). Pola yang sama juga terlihat pada konsumsi energi yang berasal dari makanan. Rendahnya asupan energi yang berasal dari makanan dan minuman pada subyek merupakan bentuk kecenderungan dari subyek untuk mengurangi konsumsi pangannya. Pengurangan terhadap konsumsi pangan yang dilakukan oleh subyek merupakan salah satu cara untuk menurunkan berat badannya. Hasil perhitungan kebutuhan energi memperlihatkan bahwa kebutuhan energi subyek lebih rendah (2207 kkal) dibandingkan subyek

6 tidak (2596 kkal). Hal ini disebabkan oleh subyek membutuhkan kebutuhan energi sesuai berat badan ideal agar terjadi penurunan berat badan untuk mengembalikan status gizi menjadi normal. Kontribusi energi minuman terhadap total konsumsi energi pada subyek lebih rendah (21.0%) dibandingkan subyek tidak (24.2%) (Tabel 15). Subyek tidak yang memiliki asupan energi minuman berkalori dalam jumlah tinggi memiliki risiko untuk menjadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gibney et al (2008) yang mengatakan bahwa konsumsi minuman dengan kadar gula tinggi dalam jumlah yang melebihi batas normal memberikan asupan energi yang tinggi pula yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kenaikan berat badan. Lopez et al (2010) mengatakan bahwa konsumsi minuman berkalori yang tinggi berhubungan dengan peningkatan asupan energi. Hal ini terlihat dari data yang menunjukkan bahwa subyek tidak memiliki total asupan energi yang lebih tinggi (1973 ± 879 kkal/hari) dibandingkan subyek (1881 ± 700 kkal/hari) (Tabel 15). Risiko subyek tidak menjadi belum terlihat dalam penelitian ini dikarenakan tingkat kecukupan energi subyek tidak masih rendah, yaitu 77.1% sehingga asupan energi dibutuhkan dalam jumlah yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan energi. Tabel 15 Kontribusi energi minuman berkalori terhadap total asupan energi pada subyek dan tidak No Kategori Gemuk Tidak 1 asupan energi Makanan Minuman 1881 ± ± ± ± ± ± ± ± ± Kebutuhan energi 2207 ± ± ± Tingkat kecukupan energi (%) Kontribusi energi minuman terhadap total asupan energi (%) Laki-laki memiliki asupan energi minuman yang lebih tinggi (471 ± 420 kkal/hari) dibandingkan perempuan (409 ± 367 kkal/hari) (p<0.05) (Tabel 16). Pola yang sama juga terlihat pada asupan energi dari makanan. Laki-laki memperoleh asupan energi dari makanan sebesar 1588 ± 773 kkal/hari sedangkan perempuan 1437 ± 583 kkal/hari. Hasil perhitungan kebutuhan energi memperlihatkan bahwa kebutuhan energi laki-laki lebih tinggi (2601 kkal) dibandingkan perempuan (2242 kkal). Hal ini disebabkan oleh laki-laki memiliki laju metabolisme basal dan aktivitas fisik yang lebih tinggi dibandingkan perempuan sehingga energi yang dikeluarkan juga lebih tinggi pula. Kontribusi

7 energi minuman berkalori terhadap total konsumsi energi pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan dan keduanya melebihi 10%. Tabel 16 Kontribusi energi minuman berkalori terhadap total asupan energi pada laki-laki dan perempuan No Kategori 1 asupan energi Makanan Minuman Gemuk 2025 ± ± ± 373 Laki-laki Tidak 2097 ± ± ± ± ± ± 420 Gemuk 1770 ± ± ± 348 Perempuan Tidak 1849 ± ± ± ± ± ± Kebutuhan energi 2310 ± ± ± ± ± ± Tingkat kecukupan energi (%) Kontribusi energi minuman terhadap total asupan energi (%) Konsumsi Minuman Berkalori Jenis minuman selain air putih yang paling sering diminum oleh subyek adalah jus/sari buah tanpa kemasan, teh tanpa kemasan, kopi tanpa kemasan, aneka es buah/campur/kelapa, dan minuman berkarbonasi (Tabel 17). Sementara itu, jenis minuman selain air putih yang paling sering diminum oleh subyek tidak adalah susu kemasan, jus/dari buah tanpa kemasan, teh tanpa kemasan, aneka es buah/campur/kelapa, dan kopi tanpa kemasan. Daftar jumlah subyek dan tidak yang mengkonsumsi minuman berkalori berdasarkan merk tersaji dalam Lampiran 4. Tabel 17 Sebaran subyek dan tidak berdasarkan kebiasaan minum minuman berkalori No Jenis Minuman Berkalori Gemuk Tidak 1 Jus/sari buah tanpa kemasan 170 (49.3) 337 (39.4) 507 (42.3) 2 Sari buah kemasan 73 (21.2) 229 (26.8) 302 (25.2) 3 Aneka es buah/campur/kelapa 95 (27.5) 321 (37.5) 416 (34.7) 4 Minuman serbuk 69 (20.0) 311 (36.4) 380 (31.7) 5 Minuman jelly 20 (5.8) 159 (18.6) 179 (14.9) 6 Susu tanpa kemasan 46 (13.4) 104 (12.2) 151 (12.6) 7 Susu kedele 8 (2.1) 5 (0.6) 13 (1.1) 8 Susu kemasan 108 (0.3) 400 (48.9) 508 (42.3) 9 Yoghurt kemasan 42 (0.1) 89 (0.1) 131 (10.9) 10 Teh tanpa kemasan 135 (35.3) 319 (39.0) 454 (37.8) 11 Kopi tanpa kemasan 105 (27.5) 297 (36.3) 402 (33.5) 12 Teh dalam kemasan 71 (18.6) 187 (22.9) 258 (21.5) 13 Kopi dalam kemasan 57 (14.9) 147 (18.0) 204 (17) 14 Minuman berkarbonasi 86 (24.9) 275 (32.2) 361 (30.1) 15 Sirup 38 (11.0) 148 (17.3) 186 (15.5) 16 Minuman berelektrolit 39 (11.3) 76 (8.9) 115 (9.6) 17 Minuman lainnya 59 (15.4) 100 (12.2) 159 (13.3)

8 Jenis minuman selain air putih yang paling sering diminum laki-laki adalah jus/sari buah tanpa kemasan, susu kemasan, teh tanpa kemasan, aneka es buah/campur/kelapa, dan minuman serbuk (Tabel 18). Sementara itu, jenis minuman selain air putih yang paling sering diminum oleh perempuan adalah susu kemasan, kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, dan teh tanpa kemasan. Daftar jumlah subyek laki-laki dan perempuan yang mengkonsumsi minuman berkalori berdasarkan merk tersaji dalam Lampiran 5. Tabel 18 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan kebiasaan minum minuman berkalori Laki-laki Perempuan No Jenis Minuman Berkalori Gemuk Tidak Gemuk Tidak 1 Jus/sari buah tanpa kemasan 67 (45.9) 152 (35.2) 219 (37.9) 103 (51.8) 185 (43.7) 288 (46.3) 2 Sari buah kemasan 27 (18.5) 105 (24.3) 132 (22.8) 46 (23.1) 124 (29.3) 170 (27.3) 3 Aneka es buah/campur/kelapa 42 (28.8) 151 (35.0) 193 (33.4) 53 (26.6) 170 (40.2) 223 (35.9) 4 Minuman serbuk 31 (21.2) 160 (37.0) 191 (33.0) 38 (19.1) 151 (35.7) 189 (30.4) 5 Minuman jelly 9 (6.2) 72 (16.7) 81 (14.0) 11 (5.5) 87 (20.6) 98 (15.8) 6 Susu tanpa kemasan 19 (13.0) 49 (11.3) 68 (11.8) 27 (14.1) 55 (13.0) 83 (13.3) 7 Susu kedele 2 (1.2) 1 (0.2) 3 (0.5) 6 (2.7) 4 (1.0) 10 (1.6) 8 Susu kemasan 48 (29.8) 160 (38.4) 208 (36.0) 60 (27.1) 240 (59.9) 300 (48.2) 9 Yoghurt kemasan 15 (9.3) 39 (9.4) 54 (9.3) 27 (12.2) 50 (12.5) 77 (12.4) 10 Teh tanpa kemasan 60 (37.3) 140 (33.6) 200 (34.6) 75 (33.9) 179 (44.6) 254 (40.8) 11 Kopi tanpa kemasan 66 (41.0) 39 (9.4) 105 (18.2) 137 (62.0) 160 (40.0) 297 (47.7) 12 Teh dalam kemasan 31 (19.3) 107 (25.7) 138 (23.9) 40 (18.1) 80 (20.0) 120 (19.3) 13 Kopi dalam kemasan 27 (16.8) 117 (28.1) 144 (24.9) 30 (13.6) 30 (7.5) 147 (23.6) 14 Minuman berkarbonasi 34 (23.3) 144 (33.3) 178 (30.8) 52 (26.1) 131 (31.0) 183 (29.4) 15 Sirup 16 (11.0) 64 (14.8) 80 (13.8) 22 (11.1) 84 (19.9) 106 (17.0) 16 Minuman berelektrolit 20 (13.7) 41 (9.5) 61 (10.6) 19 (9.5) 35 (8.3) 54 (8.7) 17 Minuman lainnya 26 (16.1) 47 (11.3) 73 (12.6) 33 (14.9) 53 (13.2) 86 (13.8) Lima jenis minuman yang yang paling sering diminum oleh subyek adalah jus/sari buah tanpa kemasan, susu kemasan, teh tanpa kemasan, aneka es buah/campur/kelapa, dan kopi tanpa kemasan. Tabel 19 memperlihatkan jumlah konsumsi minuman berkalori (ml) pada subyek, tidak, laki-laki, dan perempuan dalam sehari. Subyek memiliki konsumsi minuman berkalori yang lebih rendah (635 ml) dibandingkan subyek tidak (660 ml). Hal ini

9 sesuai dengan data pada tabel 15 yang menyebutkan bahwa asupan energi minuman berkalori pada subyek (395 kkal) lebih rendah dibandingkan subyek tidak (477 kkal). Subyek berusaha menurunkan berat badan dengan cara mengurangi konsumsi pangan, termasuk minuman. Minuman berkalori yang paling banyak dikonsumsi oleh subyek adalah minuman lainnya (77 ml) sedangkan pada subyek tidak adalah jus/sari buah tanpa kemasan (83 ml). Tabel 19 Jumlah konsumsi minuman berkalori (ml/hari) No Jenis Minuman Berkalori Gemuk Tidak Laki-laki Perempuan (ml) (ml) (ml) (ml) 1 Jus/sari buah tanpa kemasan 73 ± ± ± ± 67 2 Sari buah kemasan 40 ± ± ± ± 80 3 Aneka es buah/campur/kelapa 25 ± ± 8 30 ± ± 23 4 Minuman serbuk 18 ± ± ± ± 92 5 Minuman jelly 10 ± 8 30 ± ± ± Susu tanpa kemasan 40 ± 25 25± ± ± 56 7 Susu kedele 54 ± ± ± Susu kemasan 30 ± ± ± ± 26 9 Yoghurt kemasan 17 ± 8 27 ± ± Teh tanpa kemasan 66 ± ± ± ± Kopi tanpa kemasan 54 ± ± ± ± 9 12 Teh dalam kemasan 19 ± 8 20 ± ± ± Kopi dalam kemasan 10 ± 7 15 ± 7 18 ± ± 7 14 Minuman berkarbonasi 20 ± ± ± ± Sirup 36 ± ± ± ± Minuman berelektrolit 46 ± ± ± Minuman lainnya 77 ± ± 5 28 ± ± 49 Jumlah 635 ± ± ± ± 397 Perbandingan jumlah konsumsi minuman berkalori pada subyek laki-laki dan perempuan juga memperlihatkan pola yang sama dengan jumlah asupan energi minuman berkalori pada keduanya. Laki-laki memiliki konsumsi minuman berkalori yang lebih tinggi (882 ml) dibandingkan perempuan (783 ml). Hal ini sesuai dengan data pada tabel 15 yang menyebutkan bahwa asupan energi pada laki-laki (471 kkal) lebih tinggi dibandingkan perempuan (409 kkal). Laki-laki membutuhkan kebutuhan cairan dan energi yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Minuman berkalori yang paling banyak dikonsumsi oleh subyek lakilaki adalah sirup (94 ml) sedangkan pada perempuan adalah jus/sari buah tanpa kemasan (77 ml). Jenis minuman berkalori yang memberikan kontribusi energi tertinggi terhadap total asupan energi pada subyek adalah teh tanpa kemasan, kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, susu kemasan, dan yoghurt kemasan. Sementara itu, pada subyek tidak adalah teh tanpa kemasan, susu kemasan, kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, dan yoghurt kemasan (Tabel 20). Teh tanpa kemasan memberikan sumbangan energi

10 tertinggi karena mengandung gula pasir yang ditambahkan dalam proses pembuatannya. Barquera et al (2008) menemukan bahwa sumbangan energi dari minuman berkalori pada remaja dan dewasa Meksiko (2006) berasal dari soft drink, minuman buah segar yang ditambahkan gula, susu tinggi lemak, kopi dan teh, jus yang ditambahkan gula, alkohol, dan minuman lain. Kelompok usia tahun memiliki asupan energi dari minuman berkalori yang lebih tinggi, yaitu 457 kkal, dibandingkan kelompok usia yang lain. Sebanyak 117 kkal diantaranya diperoleh dari energi teh dan kopi yang dikonsumsi. Tabel 20 Kontribusi energi minuman berkalori pada subyek dan tidak No Jenis Minuman Berkalori Gemuk Tidak 1 Jus/sari buah tanpa kemasan 40 ± ± ± 17 2 Sari buah kemasan 12 ± 6 15 ± ± 5 3 Aneka es buah/campur/kelapa 16 ± ± ± 14 4 Minuman serbuk 15 ± 8 15 ± 9 14 ± 8 5 Minuman jelly 1 ± 4 3 ± 2 4 ± 6 6 Susu tanpa kemasan 10 ± 5 10 ± 7 8 ± 6 7 Susu kedele 7 ± 5 8 ± 2 9 ± 5 8 Susu kemasan 40 ± ± ± 54 9 Yoghurt kemasan 27 ± ± ± Teh tanpa kemasan 80 ± ± ± Kopi tanpa kemasan 68 ± ± ± Teh dalam kemasan 20 ± ± 8 30 ± Kopi dalam kemasan 22 ± ± ± Minuman berkarbonasi 13 ± 7 20 ± ± 8 15 Sirup 10 ± 5 11 ± 8 14 ± Minuman berelektrolit 4 ± 1 3 ± 6 11 ± 8 17 Minuman lainnya 10 ± 8 13 ± 12 5 ± 4 konsumsi 395 ± ± ± 394 Laki-laki mendapatkan kontribusi energi minuman berkalori tertinggi yang berasal dari kopi tanpa kemasan (96 kkal), teh tanpa kemasan (80 kkal), susu kemasan (40 kkal), kopi dalam kemasan (39 kkal), dan jus/sari buah tanpa kemasan. Sementara itu, perempuan mendapatkan kontribusi energi minuman berkalori tertinggi yang berasal dari kopi tanpa kemasan (67 kkal), teh tanpa kemasan (60 kkal), jus/sari buah tanpa kemasan (42 kkal), susu kemasan (40 kkal), dan yoghurt kemasan (27 kkal) (Tabel 21). Laki-laki memperoleh kontribusi energi minuman berkalori tertinggi yang berasal dari kopi tanpa kemasan (121 kkal), sedangkan perempuan dari teh tanpa kemasan (120 kkal). Tabel 19 menunjukkan bahwa konsumsi kopi tanpa kemasan pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sebaliknya, konsumsi teh tanpa kemasan pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

11 No Tabel 21 Kontribusi energi minuman berkalori pada subyek laki-laki dan perempuan Jenis Minuman Berkalori Gemuk Laki-laki Tidak Gemuk Perempuan Tidak 1 Jus/sari buah tanpa kemasan 36 ± ± ± ± ± ± 22 2 Sari buah kemasan 12 ± 9 15 ± 9 20 ± ± ± ± 12 3 Aneka es buah/campur/kelapa 19 ± 5 26 ± ± ± 9 28 ± Minuman serbuk 16 ± ± ± ± 6 13 ± ± 11 5 Minuman jelly 1 ± 3 4 ± 3 1 ± 2 2 ± 1 3 ± 1 6 Susu tanpa kemasan 12 ± 8 9 ± 3 15 ± 7 8 ± 2 10 ± 9 9 ± 12 7 Susu kedele 8 ± 6 9 ± 6 6 ± 4 8 ± 6 8± 4 8 Susu kemasan 40 ± ± ± ± ± ± 61 9 Yoghurt kemasan 26 ± ± 8 55 ± ± ± ± Teh tanpa kemasan 80 ± ± ± ± ± ± Kopi tanpa kemasan 96 ± ± ± ± ± ± Teh dalam kemasan 20 ± ± ± ± ± ± Kopi dalam kemasan 39 ± ± ± ± 7 11 ± 6 22 ± Minuman berkarbonasi 12 ± 8 23 ± ± ± 8 18 ± ± Sirup 11 ± 8 12 ± 9 16 ± 14 9 ± 5 9 ± 8 11 ± 5 16 Minuman berelektrolit 4 ± 3 2 ± 1 4 ± 2 4 ± 3 4 ± 1 4 ± 1 17 Minuman lainnya 12 ± 8 5 ± 3 8 ± 4 9 ± 6 21 ± 17 3 ± 1 konsumsi 444 ± ± ± ± ± ± 367 Sumbangan energi dari minuman berkalori yang dibuat sendiri di rumah berasal dari konsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam minuman tersebut. Terdapat tiga jenis minuman tanpa kemasan/dibuat di rumah yang dalam proses pembuatannya ditambahkan gula pasir, yaitu : jus/sari buah, susu, teh, dan kopi. Teh dan kopi tanpa kemasan memberikan sumbangan energi tertinggi terhadap konsumsi energi minuman berkalori dibandingkan golongan minuman berkalori lainnya. Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan yang mengkonsumsi gula pasir terhadap jumlah total laki-laki dan perempuan serta rata-rata konsumsi gula pasir dari seluruh subyek tersaji dalam Lampiran 6. Laki-laki yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam jus lebih sedikit (26.1%) dibandingkan laki-laki tidak (73.9%). Konsumsi gula pada laki-laki lebih tinggi (7.8 ± 4.9 g) dibandingkan lakilaki tidak (5.8 ± 5.9 g). Perempuan yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam jus lebih sedikit (23.3%) dibandingkan perempuan tidak (76.7%). Konsumsi gula pada perempuan lebih tinggi (9.8 ± 7.6 g) dibandingkan perempuan tidak (6.7 ± 1.5 g) (Tabel 22). Laki-laki yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam susu lebih sedikit (11.9%) dibandingkan laki-laki tidak (88.1%). Konsumsi gula pada laki-laki lebih rendah (7.3 ± 3.0 g) dibandingkan lakilaki tidak (9.0 ± 3.0 g). Perempuan yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam susu lebih sedikit (23.4%) dibandingkan perempuan tidak (76.6%). Konsumsi gula pada perempuan lebih rendah (10.0 ± 4.3 g) dibandingkan perempuan tidak (11.2 ± 10.1 g).

12 Laki-laki yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam teh lebih sedikit (21.4%) dibandingkan laki-laki tidak (78.6%). Konsumsi gula pada laki-laki lebih tinggi (14.1 ± 3.7 g) dibandingkan lakilaki tidak (11.6 ± 6.3 g). Perempuan yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam teh lebih sedikit (16.7%) dibandingkan perempuan tidak (83.3%). Konsumsi gula pada perempuan lebih tinggi (13.3 ± 4.8 g) dibandingkan perempuan tidak (12.4 ± 7.7 g). Laki-laki yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam kopi lebih sedikit (34.7%) dibandingkan laki-laki tidak (65.3%). Konsumsi gula pada laki-laki lebih rendah (13.0 ± 7.1 g) dibandingkan laki-laki tidak (13.6 ± 5.5 g). Perempuan yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam kopi lebih sedikit (45.2%) dibandingkan perempuan tidak (54.8%). Konsumsi gula pada perempuan lebih tinggi (9.6 ± 4.5 g) dibandingkan perempuan tidak (9.1 ± 5.4 g). Secara keseluruhan, jumlah gula yang ditambahkan ke dalam minuman pada subyek lebih tinggi dibandingkan subyek tidak. Jumlah gula yang ditambahkan ke dalam minuman pada laki-laki juga lebih rendah dibandingkan perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan Yabanci et al (2010) yang menyebutkan bahwa konsumsi gula pada laki-laki ditemukan lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Hasil uji t memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) antara konsumsi gula pada subyek dan tidak. Namun sebaliknya pada subyek laki-laki dan perempuan (p>0.05). Konsumsi gula memberikan sumbangan terhadap pemenuhan kebutuhan energi seseorang. Konsumsi gula yang terdapat dalam jus, susu, teh, dan kopi memberikan sumbangan energi sebesar 187 kkal pada subyek. Angka ini lebih tinggi dibandingkan jumlah energi yang diperoleh subyek tidak, yaitu 167 kkal. Sementara itu, asupan energi yang diperoleh dari konsumsi gula pada laki-laki dan perempuan tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Laki-laki memperoleh asupan energi sebesar 179 kkal sedangkan perempuan memperoleh 178 kkal.

13 Jenis Minuman Gemuk Tabel 22 Konsumsi gula pada laki-laki dan perempuan Laki-laki Perempuan Tidak Gemuk Tidak Gemuk Tidak Jus 6 (26.1) 17(73.9) 23(100.0) 7(23.3) 23(76.7) 30(100.0) 13(24.5) 40(75.5) 53(100.0) Jml (g) 7.8 ± ± ± ± ± ± ± ± ± 8.9 E 33 ± ± ± ± ± ±19 38 ± ±35 Susu 7 (11.9) 52(88.1) 59(100.0) 15(23.4) 49(76.6) 64(100.0) 22(17.9) 101(82.1) 123(100.0) Jml (g) 7.3 ± ± ± ± ± ± ± ± ± 7.0 E 30 ± ± ± ± ± ±38 38 ± ± ±24 Teh 46(21.4) 169(78.6) 215(100.0) 59(16.7) 294(83.3) 353(100.0) 105(18.5) 463(81.5) 568(100.0) Jml (g) 14.1± ± ± ± ± ± ± ± ± 6.9 E 59 ± ± ± ± ± ±47 57 ± ± ±29 Kopi 25(34.7) 47 (65.3) 72 (100.0) 14 (45.2) 17 (54.8) 31 (100.0) 39 (37.9) 64 (62.1) ) Jml (g) 13.0± ± ± ± ± ± ± ± 5.3 E 54 ± ± ± ± ± ±39 48 ± ± ±27 Jml (g) 50.2± ± ± ± ± ± ± ± ±36.9 E 189 ± ± ± ± ± ± ± ± ± 145 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Hasil uji statistik korelasi Pearson menunjukkan bahwa aktivitas fisik memiliki hubungan yang nyata dan negatif dengan status gizi pada laki-laki dan perempuan (p<0.05 dan r=-0.160) (Lampiran 19). Menurut Thomas (2003), berkurangnya aktivitas fisik akibat dari kehidupan yang makin modern dengan kemajuan teknologi mutakhir akan menimbulkan kean. Hasil uji statistik korelasi Pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan yang nyata antara konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada laki-laki dan perempuan (p>0.05 dan r=-0.036) (Lampiran 20). Hal ini disebabkan oleh tingkat konsumsi energi subyek yang pada umumnya masih rendah (84.3%). Lopez et al (2010) mengatakan bahwa konsumsi minuman berkalori yang tinggi berhubungan dengan peningkatan asupan energi. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa asupan energi minuman berkalori pada subyek masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi sehingga belum tampak pengaruh kean di dalamnya. Alasan lain yang menyebabkan tidak terdapat hubungan antara konsumsi minuman berkalori dengan status gizi adalah kelemahan disain penelitian yaitu cross sectional study. Uji regresi logistik digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi. Variabel dependen yang dianalisa adalah status gizi yang dihitung berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), sedangkan variabel independen adalah kelompok umur (remaja/dewasa), jenis kelamin, aktivitas fisik, asupan energi minuman berkalori, dan tingkat kecukupan energi. Hasil uji regresi logistik pada laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap status gizi adalah umur, jenis kelamin, aktivitas fisik dan

14 tingkat kecukupan energi. Berikut merupakan penyajian hasil uji regresi logistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi Tabel 23 Hasil uji regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi (tidak =0, =1) pada laki-laki dan perempuan X 1 = Umur Faktor Risiko Kategori B Sig. X 2 = Jenis kelamin X 3 = Aktivitas fisik X 4 = Asupan energi minuman berkalori X 5 = Tingkat kecukupan energi (TKE) 0=remaja 1=dewasa 0=laki-laki 1= perempuan 0=PAL =PAL>1.69 0=E 200 kkal 0=E>200 kkal 0=TKE 120% 1=TKE>120% OR Exp(B) 95.0% CI for Exp(B) * * * * Konstanta *Taraf signifikansi p<0.1 Variabel umur (X 1 ), jenis kelamin (X 2 ), aktivitas fisik (X 3 ), dan tingkat kecukupan energi (X 5 ) memiliki risiko 0.1, 0.7, 0.8 dan 1.6 kali dalam meningkatkan nilai IMT (Lampiran 20). Penelitian yang dilakukan oleh McCarthy et al (2006) mengungkapkan bahwa umur dan jenis kelamin memiliki risiko 1.02 dan 0.49 kali dalam menyebabkan kean. Indeks Massa Tubuh dipengaruhi oleh jumlah makanan yang dikonsumsi. Semakin banyak jumlah makanan yang dikonsumsi maka semakin tinggi pula tingkat kecukupan energi. Li (2010) mengatakan bahwa bahwa gaya hidup berupa aktivitas fisik yang cukup dapat mengubah predisposisi genetik dari kean. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur berhubungan dengan penurunan predisposisi genetik dari kean sebanyak 40%.

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kelompok remaja dan kelompok dewasa. Karakteristik subyek terdiri dari umur, wilayah ekologi, jenis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa Masa remaja adalah tahap terjadinya pertumbuhan yang sangat cepat dan transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan dari ketergantungan menuju kemandirian dalam

Lebih terperinci

MINUMAN BERKALORI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP TOTAL ASUPAN ENERGI REMAJA DAN DEWASA

MINUMAN BERKALORI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP TOTAL ASUPAN ENERGI REMAJA DAN DEWASA ISSN 1978-1059 Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2012, 7(1): 35-42 MINUMAN BERKALORI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP TOTAL ASUPAN ENERGI REMAJA DAN DEWASA (Calorie Beverages and It s Contribution to the Total Energy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang dan membangun, Indonesia masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan dengan negara lain yang sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor yang penting untuk menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas dari pembahasan mengenai zat-zat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat gizi, termasuk air merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi kebutuhan zat gizi melalui

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain survei melalui pendekatan Cross-sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, pada saat ini menghadapi masalah yang berhubungan dengan pangan, gizi dan kesehatan. Dalam bidang gizi, Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan bagian dari sektor kesehatan yang penting dan mendapat perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan THP FTP UB Menu France : daftar yang

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai Kebiasaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA http://dbriawan.staff.ipb.ac.id/research/studi-kebiasaan-minum-dan-hidrasi-pada-remaja-dan-dewas a STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA STUDI KEBIASAAN

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas didefinisikan sebagai penumpukan lemak yang berlebihan sehingga dapat menggangu kesehatan tubuh. (1) Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Geografis Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau

Lebih terperinci

AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI ENERGI MINUMAN BERKALORI PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN GEMUK DAN TIDAK GEMUK SILVIA MAWARTI PERDANA

AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI ENERGI MINUMAN BERKALORI PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN GEMUK DAN TIDAK GEMUK SILVIA MAWARTI PERDANA AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI ENERGI MINUMAN BERKALORI PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN GEMUK DAN TIDAK GEMUK SILVIA MAWARTI PERDANA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara 1 BAB I PENDAHULUAN a) Latar Belakang Peningkatan kemakmuran seseorang ternyata diikuti dengan perubahan gaya hidup. Pola makan mulai bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

Oleh: Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Siti Nuryati, STP, MSi Muhammad Aries

Oleh: Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Siti Nuryati, STP, MSi Muhammad Aries ANALISIS STATUS GIZI DAN GAYA HIDUP SEBAGAI FAKTOR RISIKO HIPERTENSI & DM DI JAKARTA: IMPLIKASINYA PADA PENCEGAHAN MASALAH GIZI LEBIH, HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS Oleh: Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa datang. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air memenuhi sekitar 60-65% berat badan orang dewasa. Kandungan air tubuh (body water) berbeda antar manusia tergantung proporsi jaringan otot dan jaringan lemak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk lanjut usia pria lebih rendah dibanding wanita. Terlihat dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi dan proyeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa anak dan remaja adalah masa dimana manusia. mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik secara

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa anak dan remaja adalah masa dimana manusia. mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik secara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masa anak dan remaja adalah masa dimana manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik secara pesat. Pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah di bidang kesehatan. Hipertensi yang dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, adalah

Lebih terperinci

40 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

40 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK DI SDN 176 KOTA PEKANBARU Eka Maya Saputri Ahmad Satria Efendi Juli Selvi Yanti ABSTRAK Obesitas pada anak adalah kondisi medis pada anak

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi overweight dan obesitas telah meningkat selama tiga dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius sejak awal abad ke-21 (WHO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi kurang dan gizi lebih. Tahun 2013, masalah gizi ganda Indonesia pada dewasa diatas 18 tahun 13,5

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kegemukan bukanlah hal baru dalam masyarakat kita, bahkan 20 tahun yang lalu kegemukan merupakan kebanggaan dan lambang kemakmuran. Bentuk tubuh yang gemuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi kegemukan dan obesitas terus meningkat sangat tajam di seluruh dunia, dan mencapai tingkatan yang membahayakan. Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak perubahan yang terjadi. Selain perubahan fisik karena bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi masalah kesehatan global di dunia. Masalah kesehatan ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju tetapi juga di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Soekirman, 2000). Di bidang gizi telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Tabel Karakteristik contoh Usia

LAMPIRAN 1 Tabel Karakteristik contoh Usia LAMPIRAN Tabel Karakteristik contoh Usia Kelas Total Rata-rata (tahun) 5 BB (kg) N % N % n % 9 5 2 5 2 26.5 ± 5.9 26. 2.6 5 2 26. ± 6.2 2. 5 2..6 ± 6. 2 29.6 29.6. ± 6. Rata-rata TB (cm). ± 6.9 2.5 ± 6.

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol 15 KERANGKA PEMIKIRAN Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2008). Anemia hampir dialami oleh semua tingkatan umur dan salah satunya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan seseorang dapat dapat diindikasikan oleh meningkatkatnya usia harapan hidup (UHH), akibatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) semakin bertambah banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad 20 telah terjadi transisi masyarakat yaitu transisi demografi yang berpengaruh terhadap transisi epidemiologi sebagai salah satu dampak pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang yang menjadi Obesitas dan overweight merupakan suatu yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas atau kegemukan adalah keadaan yang terjadi apabila kuantitas jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal. Hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas merupakan suatu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n =

METODE PENELITIAN. n = 24 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengumpulan variabel independen dan dependen dilakukan pada satu waktu yang tidak

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2006, tingkat kemiskinan di Indonesia masih mencapai 17,8 persen yang berarti sekitar 40 juta jiwa masih berada di bawah garis kemiskinan. Salah satu akibat

Lebih terperinci

METODE. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian Variabel

METODE. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian Variabel 104 METODE Sumber Data, Disain, Cara Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari hasil Riskesdas 2007. Riskesdas 2007 menggunakan disain penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi buruk, gizi kurang, dan gizi lebih.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight merupakan masalah kesehatan dunia dengan jumlah prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari berbagai penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara kegemukan dan usia harapan hidup seseorang (Soegih dan Wiramihardja, 2009). Begitu pula obesitas pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan merupakan masalah serius yang dihadapi di dunia, karena terus meningkat disemua negara. Tahun 2014, sebanyak 39% penduduk dewasa ( 18 tahun) menderita kegemukan

Lebih terperinci

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi 47 BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian serta interpretasi dari hasil penelitian tersebut. Akan dijabarkan gambaran umum responden dan hasil dari analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Kelebihan berat badan pada anak apabila telah menjadi obesitas akan berlanjut

Lebih terperinci

KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA HAFIDUDIN

KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA HAFIDUDIN KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA HAFIDUDIN DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kemakmuran di Indonesia diikuti oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan dari masyarakat baik dalam keluarga maupun diluar rumah. Pola makan terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu tantangan yang paling serius. Masalahnya adalah global dan terus mempengaruhi negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis atau diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering ditemui di hampir semua

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka masalah gizi lebih dianggap

Lebih terperinci

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan. BAB I PEN DAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah pembangunan nasional adalah rendahnya kualitas SDM. Masalah ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti gizi makanan, sikap masyarakat terhapat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 15 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Lebih terperinci