BAB I PENDAHULUAN. lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo
|
|
- Glenna Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arisman (2004) mengungkapkan bahwa secara umum lanjut usia atau lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo dalam Azizah (2011), lanjut usia bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan tahap lanjut suatu proses kehidupan yang akan dijalani semua individu ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Proses menua atau menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk mempertahankan struktur dan fungsi normalnya secara perlahan (Darmojo, 2004). Nugroho (1998) menambahkan, lanjsia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun yang pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi. Menurut Miller (1997), proses menua ditandai dengan adanya gangguan konservasi cairan dan pemeliharaan keseimbangan natrium yang merupakan faktor keseimbangan volume dan tonisitas cairan ekstraseluler. Menurut Guyton dan Hall (1997), cairan masuk ke dalam tubuh berasal dari cairan dan makanan yang dikonsumsi, sedangkan cairan tubuh keluar dapat melalui keringat, feses, urin, serta insensible water loss (kehilangan cairan secara tidak disadari) yaitu melalui kulit dan traktus respiratorius. Almatsier (2001) menambahkan bahwa asupan cairan diatur oleh rasa haus dan kenyang yang dipengaruhi oleh mulut, hipotalamus, dan perut. Apabila konsentrasi darah terlalu tinggi, hipotalamus dan saraf lambung akan mengontrol rangsangan untuk minum (respon haus) sehingga terjadi pengaturan asupan cairan. 1
2 2 Status hidrasi menurut Shirrefs (2003) dibagi menjadi tiga, yaitu euhidrasi (status hidrasi baik/ keadaan terjadi keseimbangan cairan), hiperhidrasi (kondisi terjadinya kelebihan cairan), dan hipohidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi merupakan proses kehilangan cairan tubuh yang terjadi akibat kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama natrium, sedangkan rehidrasi merupakan proses penambahan atau pengembalian cairan tubuh. Kelompok yang beresiko mengalami dehidrasi salah satunya adalah lanjut usia. Menurut Gunter (2002), penurunan fungsi tubuh yang terjadi dapat mempengaruhi status kesehatan pada lansia, yaitu penurunan massa otot, penurunan mobilitas usus, penurunan kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar, kejadian incontintia urine (pengeluaran urin di luar kesadaran), serta penurunan respon haus sehingga mengalami ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan yang dapat menyebabkan penurunan status hidrasi. Darmojo dan Martono (1999) menambahkan bahwa lansia memiliki proporsi lemak lebih besar sehingga beresiko tinggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air tubuh yang sedikit. Menurut Arisman (2004), penurunan massa otot pada usia 25 dan 70 tahun mencapai 5 kg (wanita) hingga 12 kg (pria), serta terjadi penurunan ukuran otot hingga 40%. Pernyataan tersebut merupakan alasan utama penelitian ini menggunakan subjek laki-laki lanjut usia yaitu massa otot (bagian tubuh yang terdapat kandungan air) mengalami penurunan terbesar terjadi pada lanjut usia laki-laki. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Raman (2004), dari 458 orang dewasa berusia tahun yang menyelesaikan evaluasi perputaran air dengan menggunakan teknik 2 H oxide. Intake cairan sangat
3 3 bervariasi pada subyek dan lebih rendah pada laki-laki usia tahun dan wanita berusia tahun. Output urin juga sangat bervariasi dan terjadi sedikit peningkatan output urin dengan bertambahnya umur pada kelompok pria. Pernyataan tersebut mendukung peneliti dalam memutuskan pemilihan individu laki-laki lanjut usia, yaitu terjadi ketidakseimbangan cairan tubuh disertai penurunan intake cairan yang dapat mengarah ke kondisi status hidrasi buruk. Konsumsi atau asupan cairan paling umum adalah plain water, yaitu minuman nol kalori (Campos, 2009) yang di Indonesia biasa dinyatakan dengan air minum, yaitu air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Kepmenkes RI, 2002) serta memiliki manfaat terhadap keseimbangan cairan tubuh pada kondisi dehidrasi (Maughan dan Murray, 2001). Konsumsi cairan dapat meningkatkan status hidrasi seseorang dengan memperhatikan jenis dan volume cairan tersebut. Kecepatan penyerapan air dalam tubuh untuk dapat merehidrasi cairan tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya kecepatan pengosongan lambung (Berning, 2004) yang dipengaruhi oleh kandungan kalori, volume, osmolaritas, suhu cairan, jenis kegiatan, dan tingkat dehidrasi (William, 2005). Konsumsi cairan untuk meningkatkan status hidrasi salah satunya adalah minuman isotonik, yaitu minuman yang mempunyai tekanan osmotik sama dengan tekanan darah manusia sehingga dapat secara cepat diserap tubuh setelah diminum. Berdasarkan Standard Non-Alcoholic Beverages and Brewed Soft Drinks oleh Federal Register of Legislative Instruments (2009), minuman isotonik merupakan jenis minuman elektrolit yang diformulasikan sebagai minuman yang dapat menggantikan cairan tubuh, karbohidrat, elektrolit,
4 4 dan mineral tubuh secara cepat. Minuman isotonik yang ada di masyarakat cenderung banyak dikembangkan sebagai minuman untuk atlet tetapi juga dapat digunakan untuk proses rehidrasi bagi masyarakat. Indonesia memiliki sumber bahan pangan lokal yang melimpah, salah satunya adalah pisang yang cukup populer di kalangan masyarakat, memiliki banyak jenis, dan hampir setiap orang dapat mengonsumsinya (Aminah, et.al., 2004). Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Hortikultura Departemen Pertanian (2008), rata-rata hasil tanaman pisang tahun 2007 adalah sekitar 55,57 ton/ha. Melalui penelitian Penggalih (2010), pisang kepok kuning memiliki kandungan energi yang mudah dimanfaatkan oleh tubuh dan kandungan mineral tinggi yaitu kalium yang dapat berfungsi dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh. Dengan adanya kandungan tersebut pisang kepok kuning dikembangkan menjadi bahan dalam pembuatan minuman isotonik alami untuk merehidrasi cairan tubuh. Pengembangan produk minuman isotonik berbahan tepung pisang kepok kuning telah dilakukan yang dinamakan Banana Isotonic Drink (Penggalih, et.al, 2010, 2012). Pengujian Banana Isotonic Drink telah dilakukan pada kelompok dewasa (usia tahun). Hasil pengujian klinis membuktikan bahwa Banana Isotonic Drink memberikan proses rehidrasi lebih baik dibandingkan dengan plain water atau air putih (Penggalih et al, 2011). Minuman isotonik berbahan tepung pisang kepok kuning ini dianggap perlu dilakukan uji pemanfaatan terhadap proses rehidrasi pada kelompok lanjut usia sehingga dapat meningkatkan cakupan pemanfaatannya. Hal yang perlu diperhatikan pada lanjut usia adalah mengenai kualitas cairan yang dikonsumsi (Schols, et.al, 2009; Hebuterne, et.al, 2009). Plain water merupakan rekomendasi cairan yang pertama dan harus menjadi bagian terbesar dalam
5 5 konsumsi harian (Bennett, 2000). Jenis kopi dan teh dapat memiliki efek diuretik sehingga hanya dikonsumsi dalam batas tertentu, sedangkan minuman beralkohol tidak dianjurkan pada lanjut usia (Bennett, 2000; Schols, et.al, 2009; Hebuterne, et.al, 2009). Menurut Maughan dan Murray (2001), minuman isotonik dan hipotonik dapat dengan cepat mempengaruhi pengosongan lambung. Menurut Casa et al. (2000), elektrolit mempercepat proses hidrasi, kandungan karbohidrat <8 gram % dan vitamin mempercepat pengosongan lambung dan berguna untuk membantu penyerapan air di usus halus. Konsumsi minuman isotonik pada lanjut usia dapat mempengaruhi penyerapan air dalam tubuh (Berning, 2004) yaitu semakin tinggi kecepatan pengosongan lambung akan dapat merehidrasi tubuh dengan cepat (William, 2005). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa konsumsi cairan yang berasal dari air minum biasa tidak cukup bagi lanjut usia, sehingga diperlukan adanya konsumsi minuman isotonik yang diharapkan dapat memberikan manfaat ganda yaitu dalam konsumsi cairan maupun peningkatan kesehatan. Pengukuran status hidrasi pada lansia secara klinis diketahui sangat sulit (Stout, Kenny, dan Baylis, 1999). Belum ada gold standard untuk mengukur status hidrasi pada semua kondisi lingkungan. Beberapa indikator yang sering digunakan untuk mengukur status hidrasi antara lain parameter keseimbangan air, perubahan berat badan atau total cairan tubuh, indikator plasma, serta indikator urin (Manz dan Wentz, 2005). Seluruh jenis pengukuran status hidrasi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam penelitian ini, indikator urin digunakan untuk mengukur status hidrasi pada lanjut usia dengan pertimbangan visibilitas dan juga adanya resiko penurunan fungsi ginjal sebagai bagian dari pengaturan keseimbangan cairan dan natrium tubuh memiliki peran
6 6 penting dalam mensekresikan urin. Indikator urin yang digunakan adalah bagian profil urin yang meliputi warna, kejernihan, ph, dan berat jenis urin. Indikator tersebut hanya dapat digunakan pada subjek sehat, sedangkan pada pasien bedah indikator urin bukan merupakan indikator yang handal untuk menilai status hidrasi pasien, karena stres pembedahan menginduksi pelepasan aldosteron dan ADH yang keduanya memiliki efek retensi cairan (Darmawan, 2008). Diperkirakan pada tahun 2019, kelompok usia lanjut ini tercatat secara nasional sebanyak 23 juta jiwa (9,77% total populasi nasional), sedangkan jumlah lansia di kota Yogyakarta mencapai 29 ribu jiwa atau 12,48% total populasi (Badan Pusat Statistik, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa populasi lansia yang tinggi dapat beresiko dalam tingginya pula permasalahan kesehatan akibat penurunan fisiologis tubuh serta gangguan konservasi cairan dan pemeliharaan keseimbangan natrium yang berkaitan erat dengan status hidrasi, sehingga penelitian ini dilakukan diharapkan agar dapat meningkatkan status kesehatan pada lansia terkait status hidrasi melalui asupan cairan berupa Banana Isotonic Drink dan plain water yang diukur dengan indikator profil urin. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh pemberian Banana Isotonic Drink terhadap status hidrasi dengan pendekatan profil urin? 2. Bagaimana pengaruh pemberian Plain Water terhadap status hidrasi dengan pendekatan profil urin? 3. Bagaimana perbedaan pengaruh antara pemberian Banana Isotonic Drink dan Plain Water terhadap status hidrasi lansia dengan pendekatan profil urin?
7 7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pemberian Banana Isotonic Drink terhadap status hidrasi dengan melihat profil urin. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengaruh pemberian Banana Isotonic Drink terhadap status hidrasi dengan pendekatan profil urin. b. Mengetahui pengaruh pemberian Plain Water terhadap status hidrasi dengan pendekatan profil urin. c. Mengetahui perbedaan pengaruh pemberian Banana Isotonic Drink dan Plain Water terhadap status hidrasi lansia dengan pendekatan profil urin. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Mendapatkan pengalaman dalam melakukan penelitian klinis eksperimental serta mendapat informasi mengenai manfaat produk minuman isotonik yang telah dikembangkan terhadap rehidrasi tubuh. 2. Bagi Masyarakat Mendapatkan pilihan produk minuman isotonik alami berbasis tepung pisang kepok kuning yang banyak ditemukan di masyarakat sebagai sumber bahan pangan lokal dan bermanfaat dalam proses rehidrasi. 3. Bagi Industri Mendapatkan informasi mengenai produk alternatif minuman isotonik alami berbasis tepung pisang kepok kuning yang bermanfaat positif terhadap kesehatan yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
8 8 E. Keaslian Penelitian Penelitian yang berjudul Perbedaan Pengaruh Pemberian Banana Isotonic Drink dan Plain Water terhadap Status Hidrasi Pada Lanjut Usia dengan Pendekatan Profil Urin ini belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. Adapun penelitian yang hampir sama antara lain: 1. Penelitian oleh Tawarniate (2011) yang berjudul Identifikasi Dehidrasi dengan Pengukuran Ortostatik dan Frekuensi Cairan pada Mahasiswa di Universitas Gadjah Mada. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui prevalensi dehidrasi yang tidak disadari pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada dengan pengukuran ortostatik dan desain cross sectional dan frekuensi konsumsi cairan. Perbedaannya dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada metode, subjek penelitian, dan pendekatan mengenai pengukuran status hidrasi. Metode yang digunakan peneliti adalah cross over pada subjek lanjut usia dengan pendekatan profil urin, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Tawarniate (2011) menggunakan metode cross sectional pada subjek mahasiswa dengan menggunakan pengukuran ortostatik. Penelitian tersebut menggunakan subjek penelitian sekitar 274 mahasiswa untuk mengetahui adanya kondisi dehidrasi dengan pengukuran ortostatik tekanan darah dan denyut jantung selama 12 menit (5 menit berbaring dan 7 menit berdiri) serta dengan menggunakan kuesioner food frequency semi kuantitatif untuk mengetahui volume dan jenis cairan yang dikonsumsi. Dari hasil penelitian tersebut, didapat bahwa jenis minuman yang memiliki hubungan signifikan (p<0,05) dengan kondisi voluntary dehydration adalah minuman air putih dengan jumlah <1500 ml per hari.
9 9 2. Penelitian oleh Afriani (2011) yang berjudul Pengujian Klinis Hasil Pengembangan Produk Minuman Isotonik Alami Berbasis Pisang Kepok Kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical) terhadap Rehidrasi Cairan Tubuh: Pendekatan Nilai Elektrolit Urin. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian minuman isotonik berbasis tepung pisang kepok kuning terhadap kadar elektrolit urin. Perbedaannya dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah subjek penelitian dan pada jenis pendekatan untuk mengukur status hidrasi, yaitu peneliti menggunakan subjek penelitian lanjut usia dengan pendekatan profil urin, sedangkan penelitian oleh Afriani (2011) menggunakan desain cross over dengan subjek penelitian laki-laki maksimal 20 tahun sebanyak 16 orang. Dari hasil penelitian tersebut, didapat bahwa kadar elektrolit pada kelompok kontrol (plain water) terjadi penurunan secara bermakna pada Cl -, Na +, dan K + tidak terdapat perbedaan secara bermakna (p>0,05), sedangkan pada kelompok perlakuan (minuman isotonik berbasis tepung pisang kepok kuning) terjadi penurunan secara bermakna pada Cl - dan Na +, serta peningkatan K + tetapi tidak terdapat perbedaan secara bermakna (p>0,05). Perbedaan kadar elektrolit urin antara pemberian minuman isotonik berbasis tepung pisang kepok kuning dan plain water tidak terdapat perbedaan secara bermakna (p>0,05). 3. Penelitian oleh Rosler, et.al (2009) yang berjudul Nutritional and Hydration Status in Elderly Subjects: Clinical rating versus Bio Impedance Analysis. Perbedaannya dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada pengukuran status hidrasi yang digunakan yaitu dengan mengukur status gizi dan status hidrasi pada kelompok lanjut usia di Jerman dengan
10 10 menggunakan alat Bio Impedance Analysis (BIA). Berdasarkan penelitian tersebut, pengukuran BIA dilakukan dengan penilaian klinis pada 31 wanita lanjut usia yang tinggal di rumah dan 30 wanita yang tinggal di panti jompo. Pengukuran BIA menunjukkan hasil yang baik untuk lingkar perut, kekuatan genggaman tangan, dan betis yang kemudian dibandingkan dengan penilaian klinis status hidrasi pada 103 geriatri dengan penyakit akut di rumah sakit. Kesesuaian antara hasil penilaian klinis dan pengukuran BIA adalah hanya 43,7%. Pengukuran pada pasien geriatri rawat inap, terdapat sedikit kebermaknaan antara evaluasi klinis dan BIA terhadap status hidrasi.
BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat penuaan. Sesuai dengan pertambahan usia, terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut biasanya ditandai dengan adanya berbagai masalah kesehatan akibat penuaan. Sesuai dengan pertambahan usia, terjadi perubahan fisiologi yang menurunkan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingginya jam aktivitas masyarakat serta meningkatnya kesadaran. terhadap makanan dan minuman yang bermanfaat bagi kesehatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya jam aktivitas masyarakat serta meningkatnya kesadaran terhadap makanan dan minuman yang bermanfaat bagi kesehatan yang dapat menjaga stamina dan tampil prima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual di pasaran. Menurut Badan Standar Nasional (1998), minuman isotonik merupakan salah satu produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cairan sedikit banyak dapat menyebabkan permasalahan bagi atlet yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yang berkaitan dengan termoregulasi dan keseimbangan cairan sedikit banyak dapat menyebabkan permasalahan bagi atlet yang melakukan latihan saat suhu udara panas.
Lebih terperinciDr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S
PENTINGNYA CAIRAN Dr.Or. Mansur, M.S Dr.Or. Mansur, M.S mansur@uny.ac.id Fungsi air dan elektrolit 1. Mempertahankan keseimbangan cairan 2. Hilangnya kelebihan air terjadi selama aktivitas 3. Dehidrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikarenakan pengeluaran cairan lebih besar daripada pemasukan. (Almatsier, 2009). Dehidrasi dapat terjadi tanpa disadari di saat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dehidrasi merupakan ketidakseimbangan cairan tubuh dikarenakan pengeluaran cairan lebih besar daripada pemasukan (Almatsier, 2009). Dehidrasi dapat terjadi tanpa disadari
Lebih terperinciPROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN
Tanggal: PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN Salam, perkenalkan nama saya Ririn Triana Putri, mahasiswi Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu
Lebih terperinciHYDRATION & EXERCISE. 17 March 2016 JW Marriot Hotel, Kuningan Jakarta 1 st Indonesian H2C
HYDRATION & EXERCISE 17 March 2016 JW Marriot Hotel, Kuningan Jakarta 1 st Indonesian H2C 2 Status Hidrasi Meningkatkan Exercise Performance Status hidrasi yang baik meningkatkan daya tahan/endurance pada
Lebih terperinciBAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or
BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Penyebabnya adalah pengeluaran air/cairan lebih banyak daripada pemasukan
Lebih terperinciKOMPOSISI CAIRAN REHIDRASI PADA OLAHRAGA
KOMPOSISI CAIRAN REHIDRASI PADA OLAHRAGA dr. Sri Murni Proboprastowo, Sp Gz dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS Pendahuluan Tubuh manusia terdiri dari sebagian besar air (60%). Asupan cairan yang adekuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Batmanghelidj (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan 25% bahan padat. Air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan tubuh manusia tidak hanya tergantung dari jenis makanan yang dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan zat yang sangat esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa mengandung air. Air memiliki beberapa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Lansia Asupan dan Keluaran Air
4 TINJAUAN PUSTAKA Lansia Masa lanjut usia pada kelompok lansia merupakan masa penutup dari kehidupan manusia. Seseorang diatas umur 55 tahun disebut dalam tahap masuk lanjut usia (Setiyono 2010). Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi dalam dua tingkatan yaitu sehat statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat dinamis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kekurangan gizi yang sering terjadi di Indonesia salah satunya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi yang sering terjadi di Indonesia salah satunya adalah Kurang Energi Kronis (KEK) yang sering dialami pada orang dewasa dan gizi kurang hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat semakin sadar terhadap pentingnya olahraga bagi kesehatan tubuh. Di berbagai kota besar sudah mulai banyak bermunculan pusatpusat kebugaran tubuh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60%
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60% pada orang dewasa (Almatsier, 2004). Menurut Fraser (2009), tercapainya keseimbangan asupan dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kelompok remaja dan kelompok dewasa. Karakteristik subyek terdiri dari umur, wilayah ekologi, jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera L.) adalah salah satu dari tumbuhan yang paling banyak manfaatnya di dunia, khususnya di daerah tropis seperti di Indonesia. Selain mudah ditemukan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tetapi hanya dapat bertahan selama beberapa hari tanpa air. Air merupakan komponen utama dari semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cairan tubuh adalah cairan suspense sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurangnya konsumsi cairan merupakan masalah penting di bidang kesehatan karena sel tubuh manusia memerlukan air dalam proses metabolisme. Air sebagai zat gizi tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glukosa darah adalah salah satu gula monosakarida dan salah satu sumber karbon terpenting yang digunakan sebagai sumber energi yang adekuat bagi sel-sel, jaringan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air memenuhi sekitar 60-65% berat badan orang dewasa. Kandungan air tubuh (body water) berbeda antar manusia tergantung proporsi jaringan otot dan jaringan lemak
Lebih terperinciSTUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA
http://dbriawan.staff.ipb.ac.id/research/studi-kebiasaan-minum-dan-hidrasi-pada-remaja-dan-dewas a STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA STUDI KEBIASAAN
Lebih terperincikemenangan pada olahraga sepakbola. Konsumsi karbohidrat dan menjaga dehidrasi, serta dapat menjaga performa atlet. Hasil penelitian Immawati
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Performa dan keterampilan atlet merupakan dua faktor penentu kemenangan pada olahraga sepakbola. Konsumsi karbohidrat dan menjaga status hidrasi selama pertandingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi seluruh manusia. Glukosa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glukosa merupakan sumber energi utama bagi seluruh manusia. Glukosa terbentuk dari karbohidrat yang dikonsumsi melalui makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan utama pada makhluk hidup, terutama manusia.tidak ada makhluk hidup bisa hidup tanpa adanya air yang di konsumsi. Karena pada proses metabolisme,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi sangat penting bagi kesehatan manusia dan diperlukan untuk menentukan kualitas fisik, biologis, kognitif dan psikososial sepanjang hayat manusia. Komposisi zat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai
Lebih terperinciMODUL 10 PEDOMAN MAKANAN BAGI OLAHRAGAWAN
MODUL 10 PEDOMAN MAKANAN BAGI OLAHRAGAWAN A. Pendahuluan Pemberian makanan yang tepat dilihat dari kuantitas dan kualitas dapat menghasilkan kondisi fisik yang optimal, serta memberikan energi yang cukup
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
60 Lampiran I Kuesioner Penelitian Petunjuk : Isilah pertanyaan berikut ini dengan lengkap dan jelas 1. Identitas Responden (diisi petugas) ID Responden : [ ] [ ] Nama : Umur : Jenis kelamin : Petunjuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sukarmin (2012) gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air sebagai Zat Gizi Esensial Air merupakan komponen yang yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Asupan air yang kurang ataupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebanyak 249 juta jiwa dan sekaligus menduduki posisi ke-5 di dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) secara kependudukan bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Keluarga Berencana dilihat dari segi kesehatan KB merupakan suatu upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan fisiologis seseorang akan mengalami penurunan secara bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan kehilangan massa otot tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan terjadi pada manusia baik perubahan pada fungsi tubuh maupun psikologis akibat proses menua. Lanjut usia
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah merupakan salah satu tanda vital kehidupan manusia. Tekanan darah dibagi menjadi tekanan sistolik yaitu tekanan dalam arteri saat jantung berdenyut (ketika
Lebih terperinciDEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
LAMPIRAN 60 61 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode: KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN GIZI, KONSUMSI PANGAN, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI TERHADAP KEBUGARAN ATLET BOLA BASKET DI SMP/SMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada suatu objek untuk menghadapi objek tersebut. 1. mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk mengontrol atensi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atensi merupakan salah satu aspek dari fungsi kognitif yang mempunyai peran penting. Atensi adalah usaha pemusatan pikiran secara jelas dan sadar pada suatu objek untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebaran transportasi di Indonesia kini semakin mengalami peningkatan seiring dengan berjalannya waktu. Jumlah kendaraan yang masih beroperasi di seluruh Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Remaja
TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja (adolescence) berasal dari kata latin adolesceere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock 2004). Menurut Arisman (2004), masa ini dimulai antara usia
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penderitanya mengalami peningkatan yang cukup pesat dari tahun ke tahun.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang jumlah penderitanya mengalami peningkatan yang cukup pesat dari tahun ke tahun. Menurut data yang dikeluarkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Dewasa Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Orang Dewasa
4 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari berat badan orang dewasa atau 70% dari bagian tubuh tanpalemak.kandungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air atau cairan tubuh merupakan bagian utama tubuh, yaitu 55-60% dari berat badan orang dewasa atau 70% dari bagian tubuh tanpalemak.kandungan air tubuh relatif berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga sepak bola merupakan olahraga yang memerlukan ketahanan dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI didapatkan hasil bahwa atlet sepak
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dibutuhkan di semua jaringan tubuh, khususnya tulang. Sekitar 99% kalsium tubuh berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara dan kesejahteraan rakyat adalah meningkatnya usia harapan hidup, hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat. dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lansia merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia individu yang ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak, jantung, hati dan ginjal serta peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vegetarian telah menjadi salah satu pilihan gaya hidup masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pada saat berdiri tahun 1998, jumlah vegetarian yang terdaftar
Lebih terperinciDehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi:
Dehidrasi Pengertian, Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan Pengertian: Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang didapatkan, sehingga keseimbangan gula-garam
Lebih terperinciKOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN II.
KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN Lansia merupakan salah satu bagian dari siklus hidup manusia yang menjadi tahap akhir dari kehidupan. Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cairan ekstrasel terdiri dari cairan interstisial (CIS) dan cairan intravaskular. Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada di antara sebagian sel tubuh dan menyusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jaringan yang paling kering, memiliki kandungan H 2 O hanya 10%. Karena itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lemak merupakan salah satu kandungan utama dalam makanan, dan penting dalam diet karena beberapa alasan. Lemak merupakan salah satu sumber utama energi dan mengandung
Lebih terperinciKEBUTUHAN DASAR CAIRAN & ELEKTROLIT
KEBUTUHAN DASAR CAIRAN & ELEKTROLIT Disampaikan pada kuliah KDDK_1_2011 Komposisi cairan tubuh Fungsi cairan tubuh Faktor berpengaruh pada kebutuhan cairan Kebutuhan cairan tubuh Intake dan output cairan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan hormon insulin yang cukup atau ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia
Lebih terperincilebih lambat daripada pertumbuhan bayi. Akan tetapi, kegiatan fisik pada pertumbuhan tersebut meningkat. Dengan demikian dalam kondisi keseimbangan
TINJAUAN PUSTAKA Anak-anak Anak-anak mempunyai perkembangan fisik maupun fisiologis yang khusus pada setiap tahapan kehidupannya. Banyak perbedaan perkembangan saat anak masih pada usia pra sekolah, sekolah,
Lebih terperinciMETODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek
18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat gizi, termasuk air merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi kebutuhan zat gizi melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekatul tidak banyak dikenal di masyarakat perkotaan, khususnya anak muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari beras yang terlepas saat
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN
Lebih terperinciEma Qurnianingsih, dr., M.Si
Ema Qurnianingsih, dr., M.Si Pokok Bahasan : PENDAHULUAN - Fungsi Air Dalam Tubuh Manusia - Homeostasis cairan Tubuh - Pengukuran Volume Cairan Tubuh - Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi Cairan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4 terbesar jumlah penduduk usia lanjut sesudah Cina, India dan Amerika Serikat. Meningkatnya populasi usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan kreatinin yang sangat
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka masalah gizi lebih dianggap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan hal yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Bahkan menurut data WHO tahun 2011, jumlah perokok Indonesia mencapai 33% dari total jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,
Lebih terperinciMETODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek
METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kecukupan air dan homeostasis elektrolit dalam tubuh sangat penting untuk kesehatan fungsi fisiologis. Hal ini juga tergantung dari keseimbangan air dan elektrolit.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SERAT DAN KONSUMSI SERAT DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA DI SMP BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SERAT DAN KONSUMSI SERAT DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA DI SMP BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : RUSMIYATI J310101010 PROGRAM STUDI SARJANA GIZI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan
BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia dan zat gizi yang dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya memerlukan air untuk minum. Manusia tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah, bergantung pada volume darah dan distensibilitas dinding pembuluh darah (Sherwood,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang ingin menjalani kehidupannya senantiasa dalam keadaan sehat. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, berbagai upaya telah dilakukan, salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk telah menjadi penyakit yang mematikan banyak penduduk di negara maju dan Negara berkembang lebih dari delapan
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen terbesar tubuh kita, yaitu sekitar 60% berat badan. Komposisi cairan tubuh terdiri dari cairan intraseluler 65% dan cairan ekstraseluler
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat yang terutama tinggal di kota-kota besar cenderung mempunyai pola makan yang tidak sehat, karena sering mengonsumsi makanan siap saji, hal ini meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas sehingga membutuhkan nutrisi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut
Lebih terperinciLAPORAN KASUS / RESUME DIARE
LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoporosis merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada tulang, penyakit ini ditandai dengan penurunan kepadatan tulang dan peningkatan risiko terjadinya patah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW
PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW Ahmad Syauqy 1, Cicip Rozana Rianti 1, Siti Kumairoh 1 1) Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Lebih terperinciUniversitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Tubuh manusia : 60 % ( sebagian besar ) terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi obesitas di seluruh dunia, termasuk
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik
BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 20 responden pada kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata
Lebih terperinci