HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kelompok remaja dan kelompok dewasa. Karakteristik subyek terdiri dari umur, wilayah ekologi, jenis kelamin, suhu tubuh, tingkat pengetahuan minum dan dehidrasi, tingkat aktivitas fisik, dan IMT. Karakteristik subyek berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Karakteristik subyek berdasarkan kelompok umur No Karakteristik Remaja Dewasa Total 1 Umur (tahun)* 15,9±0,9 40,3±9,4 27,9±13,9 2 Wilayah ekologi a. Dataran rendah 308 (51,0%) 296 (50,8%) 604 (51,0%) b. Dataran tinggi 296 (49,0%) 286 (49,2%) 582 (49,0%) Jumlah (%) 604 (100,0) 582 (100,0) 1186 (100,0) 3 Jenis kelamin a. Laki-laki 300 (49,7) 270 (46,6) 570 (48,2) b. Wanita 304 (50,3) 312 (53,4) 616 (51,8) Jumlah (%) 604 (100,0) 582 (100,0) 1186 (100,0) 4 Suhu tubuh ( o C)* 36,1 (0,9) 35,8 (0,9) 35,9 (0,9) 5 Tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi (skor)* 59,8±21 63,5±22 61,6±16 6 Tingkat aktivitas fisik ( kkal/kg/hari)* 1,7±0,2 1,5±0,1 1,6±0,2 7 Indeks massa tubuh (Kg/m 2 )* 20,8±4,0 25,2±4,0 23,0±5,0 * berbeda nyata pada p<0,05 Subyek dalam penelitian ini tersebar di enam lokasi penelitian dengan jumlah 1186 orang yang terdiri dari remaja dan dewasa. Subyek remaja berjumlah 604 orang yang merupakan siswa dan siswi SMU serta subyek dewasa berjumlah 582 orang yang merupakan guru dan staf pegawai. Subyek remaja rata-rata berumur 15,9±0,9 tahun dan subyek dewasa berumur 40,3±9,4 tahun. Rata-rata usia total subyek adalah 27,9±13,9 tahun. Berdasarkan uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara umur subyek remaja dan dewasa (p<0,05). Sebaran subyek berdasarkan wilayah ekologi terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu subyek yang tinggal di dataran rendah dan subyek yang tinggal di dataran tinggi. Subyek remaja yang tinggal dataran rendah berjumlah 308 orang (51,0%) dan 296 orang (41,0%) tinggal di dataran tinggi. Subyek dewasa yang tinggal di dataran rendah sebanyak 296 orang (50,8%) dan 286 orang

2 28 (49,2%) tinggal di dataran tinggi. Pada total subyek yang tinggal di dataran rendah berjumlah 604 (51,0%), dan 582 (49,0%) orang tinggal di dataran tinggi. Sebaran subyek berdasarkan jenis kelamin dikelompokkan menjadi lakilaki dan wanita. Pada remaja sebanyak 300 orang (49,7%) subyek berjenis kelamin laki-laki dan 304 orang (50,3%) berjenis kelamin wanita. Pada kelompok dewasa sebanyak 270 orang (46,6%) subyek berjenis kelamin laki-laki dan 312 orang (53,4%) berjenis kelamin wanita. Total subyek yang berjenis kelamin lakilaki adalah 570 orang (48,2%) dan 616 orang (51,8%) subyek berjenis kelamin wanita. Sebaran subyek menurut suhu tubuh menunjukkan rata suhu tubuh pada kelompok remaja yaitu 36,1 o C dan 35,8 o C pada subyek dewasa. Suhu tubuh rata-rata total subyek adalah 35,9 o C. Uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara suhu tubuh subyek remaja dan dewasa (p<0,05). Sebaran subyek menurut tingkat pengetahuan tentang air minum dan hidrasi menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pada dewasa lebih baik dibandingkan pada remaja dimana skor rata-rata pengetahuan pada remaja sebesar 59,8±21 poin dan 63,3±22 poin pada kelompok dewasa. Skor pengetahuan rata-rata total subyek sebesar 61,6±16 poin. Uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat pengetahuan subyek remaja dengan subyek dewasa (p<0,05). Nilai rata-rata tingkat aktivitas fisik subyek menunjukkan tingkat aktivitas fisik kelompok remaja lebih besar dibandingkan pada kelompok subyek dewasa. Tingkat aktivitas fisik subyek remaja adalah sebesar 1,7±0,2 kkal/kg/hari dan pada kelompok dewasa sebesar 1,5±0,1 kkal/kg/hari. Pada total subyek sebesar 1,6±0,2 kkal/kg/hari. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat aktivitas fisik pada remaja dan dewasa (p>0,05). IMT ratarata subyek menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara IMT pada kelompok remaja dan dewasa (p<0,05). Nilai IMT rata-rata pada kelompok remaja yaitu 20,8±4,0 kg/m 2 dan pada kelompok dewasa yaitu 25,2±4,0 kg/m 2. Indeks massa tubuh rata-rata pada total subyek adalah 23,0±5,0 kg/m 2. Asupan Air pada Remaja dan Dewasa Total asupan air pada remaja dan dewasa berasal dari asupan air minuman, asupan air makanan, dan air metabolik. Sesuai dengan Manz dan Wentz et al. (2003) yang menyatakan bahwa asupan air merupakan total asupan air yang diperoleh dari makanan dan minuman serta air metabolik.

3 29 Total asupan air rata-rata pada remaja adalah 2770±439 ml/hari yang terbagi kedalam 1623±574 ml/hari minuman air putih, 474±465 ml/hari minuman lainnya, 513±211 ml/hari air dari makanan, serta 196±86 ml/hari air metabolik. Total asupan air pada dewasa tidak jauh berbeda dengan total asupan air pada remaja dengan nilai yang lebih kecil yaitu rata-rata 2730±456 ml/hari. Pada dewasa total asupan air berasal dari asupan minuman air putih rata-rata sebesar 1584±590 ml/hari, minuman lainnya 474±465 ml/hari, air dari makanan 535±198 ml/hari serta air metabolik 186±64 ml/hari. Total asupan air rata-rata pada total subyek adalah 2750±753 ml/hari yang terbagi kedalam 1611±580 ml/hari minuman air putih, 456±449 ml/hari minuman lainnya, 524±205 ml/hari air dari makanan, serta 191±76 ml/hari air metabolik. Hasil penelitian ini sejalan dengan NHANES III dalam Manz dan Wentz (2005) menyatakan bahwa pada remaja dan dewasa sekitar 80% total asupan air diperoleh dari minuman, sementara 20% sisanya diperoleh dari makanan. Rata-rata asupan air pada remaja dan dewasa berdasarkan sumbernya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Rata-rata asupan air (ml) subyek pada remaja dan dewasa berdasarkan sumbernya Sumber Remaja ml (%) Dewasa ml (%) Total ml (%) Minuman air putih 1623±574 (58,6) 1584±590 (56,2) 1611±580 (57,4) Minuman lainya ** 439±412 (14,9) 474±465 (16,7) 456±449 (15,8) Air makanan 513±211 (19,2) 535±198 (20,1) 524±205 (19,6) Air metabolik 196±86 (7,3) 186±64 (7,0) 191±76 (7,2) Jumlah (ml) 2773±439 (100) 2730±456 (100) 2750±753 (100) **): minuman bewarna dan berasa (selain air putih) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asupan air pada remaja dan dewasa tidak berbeda signifikan (p>0,05). Penelitian Bossingham et al. (2005) tentang keseimbangan air dan status hidrasi pada remaja dan dewasa menyatakan bahwa total asupan air tidak berbeda antara remaja dan dewasa. Mereka juga melaporkan bahwa umur tidak mempengaruhi total asupan air. Status Dehidrasi Pengukuran status dehidrasi didasarkan pada pemeriksaan urine USG yang dinyatakan dalam berat jenis urin (g/ml). Metode pengukuran status dehidrasi ini sesuai dengan Bossingham et al. (2005) bahwa dalam pengukuran status hidrasi dapat dilakukan menggunakan USG dan osmolalitas plasma. USG juga merupakan salah satu dari 5 metode yang mampu dan sering digunakan (Santoso et al. 2011). Pengukuran dehidrasi ditentukan dengan USG 1,020

4 30 g/ml (Casa et al. 2000). Rata-rata USG, jumlah dan persentase dehidrasi pada remaja dan dewasa berdasarkan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Rata-rata USG (g/ml), jumlah dan persentase dehidrasi berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi Sumber Dehidrasi Tidak dehidrasi USG (g/ml) n (%) USG (g/ml) n (%) Remaja 1,021±0, (44,5) 1,011±0, (55,5) Dewasa 1,021±0, (48,1) 1,011±0, (51,9) Total 1,021±0, (46,3) 1,011±0, (53,7) Berdasarkan nilai USG, rata-rata nilai berat jenis urin pada remaja dan dewasa serta total subyek tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05). Nilai rata-rata berat jenis subyek pada remaja dan dewasa serta total subyek yang dehidrasi yaitu 1,021±0,002 g/ml dan pada subyek remaja dan dewasa serta total subyek yang tidak dehidrasi yaitu 1,011±0,003 g/ml. Berdasarkan uji statistik terdapat perbedaan yang nyata antara nilai berat jenis urin subyek yang dehidrasi dan tidak dehidrasi (p<0,05). Persentase dehidrasi pada kelompok umur dewasa lebih besar dibandingkan dengan kelompok umur remaja yaitu sebesar 48,1% untuk dewasa dan 44,5% pada remaja. Persentase dehidrasi pada total subyek adalah sebesar 46,3%. Persentase dehidrasi yang cukup besar pada remaja dan dewasa menunjukkan bahwa walaupun dalam kondisi ginjal yang baik dibandingkan pada usia anak-anak dan lanjut usia, namun terdapat beberapa faktor dapat mempengaruhi status hidrasi remaja dan dewasa. Menurut Hardinsyah (2009), selain tingkat aktivitas fisik yang tinggi serta kurangnya pengetahuan tentang air minum, faktor akses terhadap air minum yang aman dan bermutu juga dapat mempengaruhi tingkat dehidrasi karena biasanya toilet di sekolah dirasa tidak cukup bersih untuk buang air kecil sehingga mereka malas untuk minum. Hasil analisis Chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kelompok umur dan status dehidrasi (p<0,05). Status dehidrasi dan jenis kelamin Status dehidrasi berdasarkan jenis kelamin menunjukkan persentase dehidrasi pada subyek wanita lebih tinggi dibandingkan subyek laki-laki. Pada kelompok remaja, persentase kelompok wanita yang dehidrasi sebesar 49.0% dan pada kelompok laki-laki yang dehidrasi sebesar 40,0%. Pada kelompok dewasa, persentase kelompok laki-laki dehidrasi adalah sebesar 48,2% relatif sama dengan kelompok wanita dehidrasi yaitu 48,1%. Persentase dehidrasi

5 31 pada total kelompok laki-laki adalah 43,9% dan pada wanita adalah 48,5%. Sebaran subyek menurut kelompok umur, jenis kelamin dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Sebaran subyek menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan status dehidrasi No Kelompok Jenis kelamin Dehidrasi Tidak Total umur n(%) dehidrasi n(%) 1 Remaja Wanita 149 (49,0) 155 (51,0) 304 (50,3) Laki-laki 120 (40,0) 180 (60,0) 300 (49,7) Total 269 (44,5) 335 (55,5) 604 (100,0) 2 Dewasa Wanita 150 (48,1) 162 (51,9) 312 (53,6) Laki-laki 130 (48,1) 140 (51,9) 270 (46,4) Total 280 (48,1) 302 (51,9) 582 (100,0) 3 Total Wanita 299 (48,5) 317 (51,5) 616 (51,9) Laki-laki 250 (43,9) 320 (56,1) 570 (48,1) Total 549 (46,3) 637 (53,7) 1186 (100,0) Hasil analisis Chi square pada remaja menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dan status dehidrasi (p<0,05). Namun pada dewasa dan total subyek menunjukkan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dan status dehidrasi (p>0,05). Status dehidrasi yang tinggi pada remaja wanita diduga disebabkan asupan air pada wanita lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, hal ini sejalan dengan tingkat aktivitas fisik wanita lebih ringan dibandingkan laki-laki sehingga wanita tidak mudah haus dan tidak cukup minum. Wanita juga memiliki jaringan adiposa dibawah kulit yang melindungi kulit dari eksresi keringat berlebih. Pada remaja wanita yang mengalami pubertas juga menunjukkan persentase air yang lebih rendah dibandingkan lakilaki karena massa lemak yang tinggi (Novak 1989 dalam Pivarnik & Palmer 1994). Penelitian yang dilakukan Viktor (2007) menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak memenuhi asupan air dari makanan dan minuman dibandingkan wanita. Status dehidrasi dan wilayah ekologi Status dehidrasi berdasarkan wilayah ekologi menunjukkan status dehidrasi pada kelompok subyek yang tinggal di dataran rendah lebih tinggi dibandingkan subyek yang tinggal di dataran tinggi. Pada kelompok remaja persentase status dehidrasi pada wilayah ekologi dataran rendah yang mewakili wilayah dengan suhu lingkungan panas sebesar 55,5% dan pada wilayah ekologi dataran tinggi yang mewakili wilayah dengan suhu lingkungan dingin yaitu sebesar 33,1%. Pada kelompok remaja persentase dehidrasi pada kelompok subyek yang tinggal di dataran rendah yaitu sebesar 60,8% dan pada kelompok

6 32 subyek yang tinggal di dataran tinggi sebesar 35,0%. Pada total subyek persentase dehidrasi pada kelompok subyek yang tinggal di dataran rendah yaitu sebesar 58,1% dan pada kelompok subyek yang tinggal di dataran tinggi sebesar 34,0%. Sebaran subyek berdasarkan kelompok umur, wilayah ekologi dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran subyek menurut kelompok umur, wilayah ekologi dan status dehidrasi No Kelompok Wilayah ekologi Dehidrasi Tidak dehidrasi Total umur n(%) n(%) 1 Remaja Dataran rendah 171 (55,5) 137 (44,5) 308 (51,0) Dataran tinggi 98 (33,1) 198 (66,9) 296 (49,0) Total 269 (44,5) 335 (55,5) 604 (100,0) 2 Dewasa Dataran rendah 180 (60,8) 116 (39,2) 296 (50,9) Dataran tinggi 100 (35,0) 186 (65,0) 286 (49,1) Total 280 (48,1) 302(51,9) 582 (100,0) 3 Total Dataran rendah 351 (58,1) 253 (41,9) 604 (50,9) Dataran tinggi 198 (34,0) 384 (66,0) 582 (49,1) Total 549 (46,3) 637 (53,7) 1186 (100,0) Kelompok dataran rendah mewakili suhu lingkungan panas dan kelompok dataran tinggi mewakili subyek pada suhu lingkungan dingin. Hasil analisis Chi square menunjukkan terdapat hubungan antara status dehidrasi dan wilayah ekologi pada remaja dan dewasa (p<0,05). Udara yang panas dan lembab dapat membuat berkeringat sehingga membutuhkan tambahan air. Udara dalam ruangan yang panas juga dapat membuat kulit kehilangan kelembabannya. Ketinggian lebih dari 2500 m (8200 kaki) dapat menyebabkan peningkatan urinasi dan bernafas menjadi lebih cepat, sehingga lebih banyak air yang terbuang (Didinkaem 2006). Kehilangan air melalui penguapan bergantung pada suhu serta kelembaban lingkungan. Makin tinggi suhu dan makin rendah kelembaban akan meningkatkan kehilangan air (Santoso et al. 2011). Status dehidrasi dan tingkat asupan air Status dehidrasi berdasarkan tingkat asupan air pada semua kelompok usia dihitung berdasarkan tingkat asupan air per kebutuhan individu. Kebutuhan air individu dihitung menggunakan rumus NRC dalam Sawka et al. (2005) yaitu 1 ml/kkal untuk remaja dan dewasa. Kebutuhan air rata-rata pada remaja dehidrasi sebesar 2800±684 ml/hari dan pada remaja tidak dehidrasi sebesar 2754±633 ml/hari. Kebutuhan air rata-rata pada kelompok dewasa yaitu 2527±327 ml/hari pada kelompok dehidrasi dan 2484±344 ml/hari pada kelompok tidak dehidrasi. Kebutuhan air pada total subyek dehidrasi sebesar

7 ±570 ml/hari dan pada total subyek tidak dehidrasi sebesar 2626±546 ml/hari. Menurut DA-CH (2008) total asupan air yang rekomendasikan untuk orang dewasa berkisar 2,2-3,7 L/hari. Rata-rata tingkat kebutuhan air (ml) menurut status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Rata-rata kebutuhan air (ml) pada remaja dan dewasa dan status dehidrasi Sumber Dehidrasi Tidak dehidrasi Total Remaja 2800± ± ±656 Dewasa 2527± ± ±385 Total 2661± ± ±557 Asupan air dalam perhitungan tingkat asupan air yang dibandingkan berdasarkan kebutuhan air rumus NRC yang diacu dalam Sawka et al. (2005) adalah asupan air dari minuman air putih dan lainnya serta asupan air dari makanan. Rata-rata asupan air pada remaja dan dewasa berdasarkan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Rata-rata asupan air (ml) pada remaja dan dewasa berdasarkan status dehidrasi Sumber Dehidrasi Tidak dehidrasi Total Remaja Minuman air putih (ml) 1615±580 (61,9) 1655±584 (63,9) 1623±574 (63,0) Minuman lainya (ml) * 461±422 (17,7) 421±503 (16,2) 439±412 (17,0) Air makanan (ml) 532±207 (20,4) 540±191 (19,9) 513±211 (20,0) Total 2608±732 (100,0) 2591±817 (100,0) 2575±780 (100,0) Tingkat asupan (%) 93,1±2,8 95,3±3,1 94,6±3,0 Dewasa Minuman air putih (ml) 1641±580 (63,3) 1518±568 (60,5) 1584±590 (61,8) Minuman lainya (ml) * 448±464 (17,3) 497±501 (19,8) 474±465 (18,3) Air makanan (ml) 502±215 (20,4) 522±209 (20,7) 535±198 (20,9) Total 2591±623 (100,0) 2508±641 (100,0) 2593±633 (100,0) Tingkat asupan (%) 103,3±2,8 101,7±2,9 102,5±2,8 Total Minuman air putih (ml) 1531±584 (61,1) 1585±573 (62,1) 1611±580 (62,4) Minuman lainya (ml) * 439±407 (17,5) 472±480 (1875) 456±449 (17,4) Air makanan (ml) 537±236 (21,4) 531±212 (20,4) 524±205 (20,2) Total 2506±678 (100,0) 2552±740 (100,0) 2589±439 (100,0) Tingkat asupan (%) 98,3±2,8 98,7±2,8 98,5±2,8 Pada remaja, rata-rata asupan air pada subyek dehidrasi adalah sebesar 2608±732 ml/hari dan pada subyek tidak dehidrasi sebesar 2591±817 ml/hari. Pada kelompok dewasa rata-rata asupan air pada subyek dehidrasi adalah sebesar 2591±623 ml/hari dan 2508±641 ml/hari pada subyek tidak dehidrasi. Asupan air pada total subyek dehidrasi sebesar 2506±678 ml/hari dan pada total subyek tidak dehidrasi sebesar 2552±740 ml/hari.

8 34 Hasil uji statistik terhadap kebutuhan air rata-rata antara kelompok dehidrasi pada remaja dan dewasa tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara kebutuhan air kelompok dehidrasi dan tidak dehidrasi (p>0,05). Hasil uji statistik pada asupan air juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara asupan air kelompok dehidrasi dan tidak dehidrasi pada remaja maupun dewasa (p>0,05). Hasil uji statistik tidak berbeda nyata antara kebutuhan air dan asupan air kelompok dehidrasi dan tidak dehidrasi kemungkinan karena terdapat faktor lain yang diduga berpengaruh. Faktor tersebut diantaranya adalah pengeluaran air subyek yang berasal dari aktivitas fisik yang ekstrim atau suhu dan kelembaban lingkungan tempat tinggal serta kebiasaan berkemih yang tidak diperhitungkan pada perhitungan kebutuhan air subyek. Proboprastowo dan Dwiriyani (2004) menyatakan bahwa kebutuhan air sangat bervariasi antar individu. Besarnya kebutuhan air individu dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu tubuh dan kelembaban lingkungan serta aktivitas fisik. Tingkat asupan air dihitung berdasarkan persentase asupan air per kebutuhan yang kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori defisit (<90%), serta cukup atau berlebih ( 90%). Sebaran subyek berdasarkan kelompok umur, tingkat asupan air dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran subyek berdasarkan kelompok umur, tingkat asupan air dan status dehidrasi No Kelompok Tingkat Dehidrasi Tidak dehidrasi umur asupan air n(%) n(%) Total 1 Remaja <90% 140 (48,9) 146 (51,1) 286 (47,4) 90% 129 (40,6) 189 (59,4) 318 (52,6) Total 269 (44,5) 335 (55,5) 604 (100,0) 2 Dewasa <90% 107 (48,8) 112 (51,2) 219 (37,6) 90% 173 (47,7) 190 (52,3) 363 (62,4) Total 280 (48,1) 302 (51,9) 582 (100,0) 3 Total <90% 247 (48,9) 258 (51,1) 505 (42,6) 90% 302 (44,3) 379 (55,7) 681 (57,4) Total 549 (46,3) 637 (53,7) 1186 (100,0) Tingkat asupan air pada remaja menunjukkan subyek dengan asupan air defisit (<90%) yang mengalami dehidrasi adalah sebesar 48,9%. Pada subyek dengan asupan air cukup atau berlebih ( 90%) yang mengalami dehidrasi sebesar 40,6%. Pada kelompok dewasa subyek dengan asupan air defisit (<90%) yang mengalami dehidrasi adalah sebesar 48,8%. Pada subyek dengan asupan air cukup atau berlebih ( 90%) subyek yang dehidrasi sebesar 47,6%. Pada total subyek dengan asupan air defisit (<90%) yang mengalami dehidrasi

9 35 adalah sebesar 48,9%. Pada subyek dengan asupan air cukup atau berlebih ( 90%) subyek yang dehidrasi sebesar 44,3%. Tingkat asupan air merupakan peubah yang paling dicurigai berhubungan dan berpengaruh terhadap dehidrasi namun hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat asupan air dan dehidrasi pada remaja (p<0,05). Pada subyek dewasa dan total subyek menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tingkat asupan air dan dehidrasi (p>0,05). Status dehidrasi dan indeks massa tubuh Status dehidrasi berdasarkan IMT menunjukkan bahwa rata-rata IMT pada kelompok dehidrasi lebih besar dibandingkan dengan kelompok tidak dehidrasi. Pada remaja nilai rata-rata IMT pada kelompok dehidrasi adalah 21,3±5,3 kg/m 2 dan pada kelompok tidak dehidrasi yaitu 20,5±5,2 kg/m 2. Indeks massa tubuh pada dewasa yaitu rata-rata sebesar 25,7±4,0 kg/m 2 pada kelompok dehidrasi dan 24,7±4,2 kg/m 2 pada kelompok tidak dehidrasi. Pada total subyek nilai rata-rata IMT subyek kelompok dehidrasi adalah 23,4±5,3 kg/m 2 dan pada kelompok tidak dehidrasi yaitu 22,7±5,2 kg/m 2. Rata-rata IMT pada remaja dan dewasa dengan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Rata-rata IMT (kg/m 2 ) berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi Sumber Dehidrasi Tidak dehidrasi Remaja 21,26±5,3 20,48±5,2 Dewasa* 25,74±4,0 24,76±4,2 Total* 23,39±5,0 22,66±5,0 * berbeda nyata pada p<0,05 Nilai IMT subyek dikelompokkan menjadi gemuk dan tidak gemuk. Pada kelompok remaja maupun kelompok dewasa subyek dengan status gizi gemuk memiliki persentase dehidrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan subyek tidak gemuk. Pada remaja persentase subyek dehidrasi dengan status gizi gemuk yaitu sebesar 53,4% dan status gizi tidak gemuk 46,6%. Pada kelompok dewasa persentase dehidrasi pada subyek dengan status gizi gemuk yaitu 52,7% dan status gizi tidak gemuk sebesar 47,3%. Pada total subyek persentase dehidrasi pada subyek dengan status gizi gemuk yaitu 52,9% dan status gizi tidak gemuk sebesar 47,1%. Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara IMT dan dehidrasi pada total subyek dan kelompok dewasa (p<0,05), namun pada remaja tidak terdapat hubungan antara IMT dan dehidrasi (p>0,05). Hal ini

10 36 disebabkan tingkat kegemukan pada dewasa lebih besar dibandingkan pada remaja. Menurut Khomsan (2002), kejadian kegemukan meningkat pada usia dewasa, mencapai puncaknya pada usia 40 pertengahan dan awal 50 untuk lakilaki serta akhir 50 dan awal 60 untuk wanita. Santoso et al. (2011) menyatakan bahwa pada obesitas, air tubuh total lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas, kandungan air di dalam sel lemak lebih rendah daripada kandungan air di dalam sel otot sehingga orang obesitas lebih mudah kekurangan air dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. Sebaran subyek berdasarkan kelompok umur status gizi dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Sebaran subyek berdasarkan kelompok umur status gizi dan status dehidrasi No Kelompok Status gizi Dehidrasi Tidak dehidrasi Total umur n(%) n(%) 1 Remaja Gemuk 63 (53,4) 55 (46,6) 118 (19,5) Tidak gemuk 206 (46,6) 280 (53,4) 486 (80,5) Total 269 (44,5) 335 (55,5) 604 (100,0) 2 Dewasa Gemuk 155 (52,7) 139 (47,3) 294 (50,5) Tidak gemuk 125 (47,3) 163 (52,7) 288 ( 49,5) Total 280 (48,1) 302 (51,9) 582(100,0) 3 Total Gemuk 218 (52,9) 194 (57,1) 412 (34,7) Tidak gemuk 331 (47,1) 443 (42,9) 774 (65,3) Total 549 (46,3) 637 (53,7) 1186 (100,0) Status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik Status dehidrasi menurut tingkat aktivitas fisik pada remaja dan dewasa tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0,05). Pada kelompok remaja, rata-rata nilai PAL yaitu 1,7±0,2 kkal/kg/hari pada subyek dehidrasi dan 1,7±0,2 kkal/kg/hari pada subyek tidak dehidrasi. Pada kelompok dewasa rata-rata nilai PAL yaitu 1,6±0,1 kkal/kg/hari dan 1,6±0,1 kkal/kg/hari pada subyek tidak dehidrasi. Pada total subyek rata-rata nilai PAL yaitu 1,6±0,2 kkal/kg/hari dan 1,6±0,2 kkal/kg/hari pada subyek tidak dehidrasi. Rata-rata nilai PAL (kkal/kg/hari) berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Rata-rata nilai PAL (kkal/kg/hari) berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi Sumber Dehidrasi Tidak dehidrasi Remaja 1,7±0,2 1,7±0,2 Dewasa 1,6±0,1 1,6±0,1 Total 1,6±0,2 1,6±0,2

11 37 Aktivitas fisik dikategorikan ke dalam dua kategori yaitu sangat ringan dan ringan 1,7 kkal/kg/hari serta sedang dan berat pada nilai >1,7 kkal/kg/hari. Pada kelompok remaja dengan aktivitas fisik ringan dan sangat ringan, subyek mengalami dehidrasi adalah sebesar 44,4% dan pada aktivitas fisik sedang dan berat subyek mengalami dehidrasi adalah sebesat 44,8%. Pada kelompok dewasa 48,3% subyek dengan aktivitas fisik ringan dan sangat ringan mengalami dehidrasi, dan 47,2% pada tingkat aktivitas fisik sedang dan berat. Pada total subyek 46,7% subyek dengan aktivitas fisik ringan dan sangat ringan mengalami dehidrasi, dan 45,3% pada tingkat aktivitas fisik sedang dan berat. AFIC (1999) menyatakan bahwa ketika berolahraga, asupan air yang dibutuhkan meningkat, karena tubuh banyak kehilangan air, sehingga diperlukan penggantian air secara cepat untuk mencegah dehidrasi. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh tubuh, maka akan semakin banyak air yang dibutuhkan. Sebaran subyek berdasarkan kelompok umur, tingkat aktivitas fisik dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Sebaran subyek berdasarkan tingkat aktivitas fisik, kelompok umur dan status dehidrasi No Kelompok Umur Tingkat aktivitas fisik Dehidrasi n(%) Tidak Dehidrasi n(%) Total 1 Remaja Sangat ringan/ringan 141 (44,3) 177 (55,7) 318 (52,6) Sedang/berat 128 (44,8) 158 (55,2) 286 (47,4) Total 269 (44,5) 335 (55,5) 604 (100,0) 2 Dewasa Sangat ringan/ringan 238 (48,3) 255 (51,7) 493 (84,7) Sedang/berat 42 (47,2) 47 (52,8) 89 (15,3) Total 280 (48,1) 302 (51,9) 582(100,0) 3 Total Sangat ringan/ringan 379 (46,7) 432 (53,3) 811 (68,4) Sedang/berat 170 (45,3) 205 (54,7) 375 (31,6) Total 549 (46,3) 637 (53,7) 1186 (100,0) Hasil analisis Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan antara status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik (p>0,05). Hal ini diduga karena tingkat aktivitas fisik subyek rata-rata berada pada tingkat ringan dan hanya sedikit subyek yang melakukan aktivitas berat. Selain itu subyek dengan aktivitas fisik berat telah sadar untuk minum dalam jumlah yang cukup. Hal ini disebabkan respon haus pada tingkat aktivitas fisik berat lebih dirasakan dibandingkan dengan aktivitas ringan. Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa pengaturan air manusia bergantung pada sensasi hausnya. Jika tidak merasa haus, manusia cenderung tidak minum air. Biasanya, seseorang menunggu sampai haus sebelum mulai berpikir untuk minum air.

12 38 Status dehidrasi dan tingkat pengetahuan tentang air minum dan hidrasi Status dehidrasi berdasarkan tingkat pengetahuan tentang air minum dan hidrasi menunjukkan bahwa rata-rata skor nilai pada subyek dehidrasi lebih kecil dibandingkan subyek tidak dehidrasi. Pada remaja nilai rata-rata pengetahuan subyek yang mengalami dehidrasi yaitu 57,3±21 poin dan 61,9±21 poin pada subyek tidak dehidrasi. Pada kelompok dewasa rata-rata poin pengetahuan pada subyek dehidrasi sebesar 62,1±22 dan sebesar 64,9±22 poin pada subyek tidak dehidrasi. Pada total subyek rata-rata poin pengetahuan pada subyek dehidrasi sebesar 59,7±22 dan sebesar 69,3±22 poin pada subyek tidak dehidrasi. Ratarata skor tingkat pengetahuan berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Rata-rata skor pengetahuan (poin) berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi Sumber Dehidrasi Tidak dehidrasi Remaja* 57,3±21 61,9±21 Dewasa 62,1±22 64,9±22 Total* 59,7±22 63,3±22 * berbeda nyata pada p<0,05 Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara skor pengetahuan kelompok dehidrasi dan tidak dehidrasi pada remaja dan total subyek (p<0,05). Tingkat pengetahuan air minum dan dehidrasi subyek dibagi kedalam 2 kelompok yaitu tingkat pengetahuan kurang (<60) dan tingkat pengetahuan sedang atau baik ( 60). Sebaran subyek menurut tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi pada kelompok umur dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Sebaran subyek berdasarkan tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi serta status dehidrasi No Kelompok Pengetahuan air Dehidrasi Tidak Total umur minum dan hidrasi n(%) dehidrasi n(%) 1 Remaja Kurang 128 (50,6) 125 (49,4) 253 (41,9) Sedang/baik 141 (40,2) 210 (59,8) 351 (58,1) Total 269 (44,5) 335 (55,5) 604 (100,0) 2 Dewasa Kurang 107 (54,1) 91 (45,9) 198 (38,1) Sedang/baik 173 (45,1) 211 (54,9) 384 (61,9) Total 280 (48,1) 302 (51,9) 582(100,0) 3 Total Kurang 235 (52,1) 216 (47,9) 451 (38,1) Sedang/baik 314 (42,7) 421 (57,3) 735 (61,9) Total 549 (46,3) 637 (53,7) 1186 (100,0) Pada remaja persentase subyek dehidrasi pada kelompok tingkat pengetahuan kurang yaitu 50,5% dan 40,2% pada kelompok tingkat

13 39 pengetahuan sedang atau baik. Pada dewasa sebesar 54,0% subyek dehidrasi pada kelompok tingkat pengetahuan kurang dan 45,1% subyek dehidrasi pada kelompok tingkat pengetahuan sedang atau baik. Pada total subyek sebesar 52,1% subyek dehidrasi pada kelompok tingkat pengetahuan kurang dan 42,7% subyek mengalami dehidrasi pada kelompok tingkat pengetahuan sedang atau baik. Pengetahuan tentang air minum dan hidrasi subyek yang rendah akan berpengaruh terhadap kebiasaan minum dan hidrasi subyek. Subyek yang memiliki tingkat pengetahuan tentang air minum dan hidrasi cenderung mengalami dehidrasi. Menurut Khomsan (2000) tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih pangan, yang pada akhirnya berpengaruh pada keadaan gizi seseorang. Hasil korelasi Spearman pada remaja dan total subyek menunjukkan terdapat hubungan antara status dehidrasi dan tingkat pengetahuan subyek (p<0,05). Pada kelompok dewasa hasil korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan antara status dehidrasi dan tingkat pengetahuan subyek (p>0,05) hal ini diduga karena pada kelompok dewasa yang merupakan tenaga pengajar memiliki tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi yang sudah baik sehingga tingkat pengetahuan pada dewasa tidak berhubungan dengan status dehidrasi. Status dehidrasi dan suhu tubuh Status dehidrasi berdasarkan suhu tubuh menunjukkan rata-rata suhu tubuh subyek dengan status dehidrasi lebih kecil dibandingkan dengan suhu tubuh subyek tidak dehidrasi. Pada remaja suhu tubuh rata-rata subyek yang mengalami dehidrasi adalah 36,0±0,9 o C dan pada subyek yang tidak mengalami dehidrasi yaitu 36,1±0,9 o C. Pada dewasa suhu tubuh rata-rata subyek yang mengalami dehidrasi adalah 35,8±0,9 o C dan pada subyek yang tidak mengalami dehidrasi yaitu 35,9±0,9 o C. Pada dewasa suhu tubuh rata-rata subyek yang mengalami dehidrasi adalah 36,0±0,9 o C dan pada subyek yang tidak mengalami dehidrasi yaitu 36,1±0,9 o C. Rata-rata suhu tubuh ( o C) berdasarkan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Rata-rata suhu ( o C) tubuh berdasarkan status dehidrasi Sumber Dehidrasi Tidak dehidrasi Remaja 36,0±0,9 36,1±0,9 Dewasa* 35,8±0,9 35,9±0,9 Total* 35,9±0,9 36,0±0,9 * berbeda nyata pada p<0,05

14 40 Suhu tubuh dikelompokkan menjadi suhu tubuh normal dan tidak normal. Pada persentase subyek dehidrasi berdasarkan suhu tubuh normal dan tidak normal menunjukkan persentase dehidrasi lebih besar pada subyek dengan suhu tubuh tidak normal baik itu pada remaja, dewasa maupun pada total subyek. Pada remaja, persentase subyek dehidrasi dengan suhu tubuh normal sebesar 41,3% dan pada suhu tidak normal 50,5%. Pada dewasa, persentase subyek dehidrasi pada kelompok suhu tubuh normal sebesar 44,1% dan 53,1% pada kelompok suhu tubuh tidak normal. Pada total subyek persentase dehidrasi pada kelompok suhu tubuh normal sebesar 42,6% dan pada kelompok suhu tubuh tidak normal sebesar 51,9%. Sebaran subyek menurut kelompok umur, suhu tubuh dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Sebaran subyek menurut kelompok umur, suhu tubuh dan status dehidrasi No Kelompok Suhu tubuh Dehidrasi Tidak Total umur n(%) dehidrasi n(%) 1 Remaja Normal 162 (41,3) 230 (58,7) 392 (64,9) Tidak normal 107 (50,5) 105 (49,5) ,1) Total 269 (44,5) 335 (55,5) 604 (100,0) 2 Dewasa Normal 143 (44,1) 181 (55,9) 324 (55,7) Tidak normal 137 (53,1) 121 (46,9) 258 (44,3) Total 280 (53,1) 302 (51,9) 582 (100,0) 3 Total Normal 305 (42,6) 411 (57,4) 716 (60,4) Tidak normal 244 (51,9) 226 (48,1) 470 (39,6) Total 549 (46,3) 637 (53,7) 1186 (100,0) Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara status dehidrasi dengan suhu tubuh pada dewasa dan total subyek (p<0,05). Pada remaja tidak terdapat hubungan antara status dehidrasi dan suhu tubuh (p<0,05). Pada suhu tubuh yang tinggi akan memberikan penguapan kulit, banyak berkeringat sehingga ekskresi air melalui kulit relatif lebih tinggi (Hardinsyah 2009). Kenaikan suhu tubuh 1 0 C pada suhu tubuh diatas 37 0 C akan mengakibatkan kehilangan volume ml. Tubuh memerlukan air dalam jumlah yang sangat banyak dalam keadaan dingin karena persepsi individu tentang haus dan butuh untuk minum akan tertahan saat dingin, dehidrasi terjadi saat asupan air ke tubuh berkurang. Dehidrasi menyebabkan menurunnya ketahanan mental, menurunnya kapasitas kerja, menurunkan kemampuan tekanan darah saat suhu tubuh turun (Nugroho 2009).

15 41 Faktor Risiko Dehidrasi Dehidrasi didefinisikan sebagai keadaan dimana terjadi kekurangan air dan elektrolit tubuh yang dapat berakibat serius dan berpotensi mematikan (Thompson et al. 2008). Dehidrasi umumnya terjadi akibat olahraga berat, kerja berat, atau ekpos pada tempat suhu tinggi sehingga tubuh kehilangan berat badan secara nyata melalui pengeluaran air yang berlebih, baik dalam bentuk keringat maupun uap air dari pernapasan. Variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap status dehidrasi adalah jenis kelamin, wilayah ekologi, status gizi, suhu tubuh, tingkat aktivitas fisik, tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi serta tingkat asupan air. Variabel tersebut kemudian dianalisis menggunakan model regresi logistik untuk melihat faktor risiko dehidrasi. Hasil regresi logistik faktor risiko dehidrasi pada remaja dan dewasa dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Hasil regresi logistik faktor risiko dehidrasi pada remaja, dewasa dan total subyek Faktor Risiko Kategori B Sig. OR Odd Ratio (exp B) Remaja Wilayah ekologi 0 = dataran tinggi 1,006 0,000 2,735 1,930-3,875 1 = dataran rendah Jenis Kelamin 0 = laki-laki 0,472 0,009 1,604 1,127-2,281 1 = wanita Suhu tubuh 0 = normal 0,406 0,027 1,501 1,047-2,152 1 = tidak normal Tingkat 0 = baik 0,353 0,045 1,423 1,007-2,010 pengetahuan 1 = kurang Tingkat 0 = 90% 0,512 0,004 1,668 1,173-2,371 asupan air 1 = <90% Dewasa Wilayah ekologi 0 = dataran tinggi 1,057 0,000 2,879 2,033-4,077 1 = dataran rendah Suhu tubuh 0 = normal 0,434 0,014 1,543 1,093-2,178 1 = tidak normal Total subyek Wilayah ekologi 0 = dataran tinggi 1,013 0,000 2,754 2,158-3,514 1 = dataran rendah Suhu tubuh 0 = normal 0,431 0,001 1,539 1,201-1,973 1 = tidak normal Tingkat 0 = 90% 0,274 0,033 1,316 1,023-1,692 asupan air 1 = < 90% Tingkat pengetahuan 0 = baik 1 = kurang 0,283 0,026 1,327 1,035-1,702 Hasil uji regresi logistik menunjukkan faktor risiko dehidrasi pada remaja adalah jenis kelamin, wilayah ekologi, suhu tubuh, tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi serta tingkat asupan air. Faktor risiko dehidrasi pada dewasa

16 42 adalah wilayah ekologi dan suhu tubuh. Faktor risiko dehidrasi pada total subyek adalah wilayah ekologi, suhu tubuh, tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi serta tingkat asupan air. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa wilayah ekologi mempengaruhi status dehidrasi secara nyata pada taraf 5% untuk kelompok remaja (OR= 2,735; 95% CI: 1,930 3,875) dan dewasa (OR= 2,879; 95% CI: 2,033 4,077). Hal ini berarti bahwa pada kelompok remaja subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,74 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi dan pada kelompok dewasa subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,88 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa wilayah ekologi mempengaruhi status dehidrasi secara nyata pada taraf 5% untuk total subyek (OR=2,754; 95% CI: 2,158 3,515). Hal ini menunjukkan subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,75 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi. Suhu lingkungan yang lebih tinggi pada seperti dataran rendah akan memberi pengaruh penguapan pada kulit, sehingga ekskresi air melalui kulit akan relatif lebih tinggi. Suhu lingkungan tempat seseorang tinggal akan mempengaruhi fisiologis tubuh, yaitu dalam upaya untuk merespon dengan baik agar dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup. Suhu lingkungan yang tinggi meyebabkan suhu tubuh seseorang meningkat dan tubuh melakukan adaptasi dengan lingkungan dengan cara mengekskresikan keringat. Apabila ekskresi keringat terjadi secara terus menerus tanpa diimbangi dengan asupan air yang cukup maka dapat menyebabkan dehidrasi (Hardinsyah et al. 2009). Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa jenis kelamin mempengaruhi status dehidrasi secara nyata pada taraf 5% untuk remaja (OR= 1,604; 95% CI: 1,127 2,281). Hal ini menunjukkan remaja wanita lebih berisiko 1,60 kali mengalami dehidrasi dibandingkan pada remaja laki-laki. Beberapa literatur menyebutkan bahwa komposisi lemak tubuh pada wanita lebih besar dibandingkan pada laki-laki sehingga kandungan air pada tubuh wanita lebih rendah dan akibatnya wanita lebih rentan untuk mengalami dehidrasi jika dibandingkan dengan laki-laki. Dhamayanti (2009) menyatakan bahwa komposisi lemak mulai meningkat ketika usia anak memasuki 6 tahun, tubuh anak wanita lebih banyak lemak, sedangkan tubuh anak laki-laki lebih banyak jaringan

17 43 ototnya. Wanita mengontrol kelebihan energi sebagai lemak simpanan, sedangkan laki-laki menggunakan kelebihan energinya untuk mensintesis protein (WHO 2000). Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa suhu tubuh mempengaruhi status dehidrasi secara nyata pada taraf 5% untuk remaja (OR=1,501; 95% CI:1,047 2,152) dan dewasa (OR:1,543; 95% CI= 1,093 2,178) serta total subyek (OR= 1,539; 95% CI: 1,201 1,973). Hal ini berarti pada suhu tubuh subyek yang berada di luar rentang normal akan berisiko mengalami dehidrasi 1,50 kali pada remaja dan 1,54 kali pada dewasa, serta 1,54 kali pada total subyek jika dibandingkan pada subyek dengan suhu tubuh normal. Ahrens (2007) dalam Hardinsyah et al. (2009) menyatakan bahwa apabila suhu tubuh meningkat maka kelenjar hipotalamus mengaktifkan mekanisme regulasi panas tubuh. Salah satu cara penurunan suhu tubuh adalah penguapan. Pada tubuh manusia, penguapan terjadi melalui pernapasan dan keringat. Saat penguapan banyak air dan elektrolit yang hilang sehingga terjadi ketidakseimbangan air dalam tubuh. Pada daerah suhu dingin secara otomatis tubuh akan banyak mengeluarkan panas sehingga akan menyebabkan pemakaian energi dan air yang berlebih sehingga dapat menyebabkan dehidrasi. Selain itu udara yang dingin membuat rasa haus ingin minum pun menjadi berkurang sehingga tubuh bisa saja kekurangan asupan air. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi mempengaruhi status dehidrasi secara nyata pada taraf 5% untuk remaja (OR=1,423; 95% CI: 1,007 2,010) dan pada total subyek (OR=1,327; 95% CI: 1,035 1,702). Subyek yang memiliki tingkat pengetahuan yang lebih rendah akan berisiko 1,42 kali mengalami dehidrasi pada remaja dan 1,33 kali pada total subyek jika dibandingkan dengan subyek yang tingkat pengetahuannya baik. Skor nilai pengetahuan tentang air minum dan hidrasi subyek berbanding lurus dengan sikap subyek dalam memenuhi asupan air. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih pangan, yang pada akhirnya berpengaruh pada keadaan gizi seseorang (Khomsan 2000). Berdasarkan data hasil penelitian subyek yang tingkat pengetahuannya baik rata-rata asupan airnya lebih tinggi dibandingkan subyek yang tingkat pengetahuannya kurang. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat asupan air mempengaruhi status dehidrasi secara nyata pada taraf 5% untuk remaja

18 44 (OR=1,668; 95% CI: 1,173 2,371) dan total subyek (OR=1,316; 95% CI: 1,023 1,692. Asupan air subyek yang kurang 90% kebutuhannya berisiko mengalami dehidrasi 1,67 kali pada remaja dan 1,32 kali pada total subyek jika dibandingkan dengan subyek yang asupan airnya lebih dari 90% kebutuhannya.

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai Kebiasaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa Yulianasari (2009) yang mengacu pada WHO (1995) mengkategorikan usia remaja berada pada kisaran umur 10-19 tahun dan dewasa berada pada kisaran umur 20-59 tahun. Ciri-ciri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tetapi hanya dapat bertahan selama beberapa hari tanpa air. Air merupakan komponen utama dari semua

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO DEHIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA GUSTAM

FAKTOR RISIKO DEHIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA GUSTAM FAKTOR RISIKO DEHIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA GUSTAM DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ABSTRACT GUSTAM. Risk Factors of Dehydration in Adolescents and Adults.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurangnya konsumsi cairan merupakan masalah penting di bidang kesehatan karena sel tubuh manusia memerlukan air dalam proses metabolisme. Air sebagai zat gizi tubuh

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA http://dbriawan.staff.ipb.ac.id/research/studi-kebiasaan-minum-dan-hidrasi-pada-remaja-dan-dewas a STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA STUDI KEBIASAAN

Lebih terperinci

lebih lambat daripada pertumbuhan bayi. Akan tetapi, kegiatan fisik pada pertumbuhan tersebut meningkat. Dengan demikian dalam kondisi keseimbangan

lebih lambat daripada pertumbuhan bayi. Akan tetapi, kegiatan fisik pada pertumbuhan tersebut meningkat. Dengan demikian dalam kondisi keseimbangan TINJAUAN PUSTAKA Anak-anak Anak-anak mempunyai perkembangan fisik maupun fisiologis yang khusus pada setiap tahapan kehidupannya. Banyak perbedaan perkembangan saat anak masih pada usia pra sekolah, sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan zat yang sangat esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa mengandung air. Air memiliki beberapa

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia dan zat gizi yang dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya memerlukan air untuk minum. Manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan

BAB I PENDAHULUAN. (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Batmanghelidj (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan 25% bahan padat. Air

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air sebagai Zat Gizi Esensial Air merupakan komponen yang yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Asupan air yang kurang ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kecukupan air dan homeostasis elektrolit dalam tubuh sangat penting untuk kesehatan fungsi fisiologis. Hal ini juga tergantung dari keseimbangan air dan elektrolit.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja (adolescence) berasal dari kata latin adolesceere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock 2004). Menurut Arisman (2004), masa ini dimulai antara usia

Lebih terperinci

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi 47 BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian serta interpretasi dari hasil penelitian tersebut. Akan dijabarkan gambaran umum responden dan hasil dari analisa

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

4. HASIL. Tabel 4.1 Sebaran Subjek berdasarkan Status Gizi, Usia, Tingkat Pendidikan, Penghasilan Ibu, Morbiditas ibu, dan Praktik ASI eksklusif

4. HASIL. Tabel 4.1 Sebaran Subjek berdasarkan Status Gizi, Usia, Tingkat Pendidikan, Penghasilan Ibu, Morbiditas ibu, dan Praktik ASI eksklusif 4. HASIL 4.1. Sebaran Subjek Dari 92 subjek didapatkan karakteristik subjek berdasarkan status gizi, usia, tingkat pendidikan terakhir, penghasilan ibu, morbiditas ibu dalam 2 minggu terakhir, dan praktik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air memenuhi sekitar 60-65% berat badan orang dewasa. Kandungan air tubuh (body water) berbeda antar manusia tergantung proporsi jaringan otot dan jaringan lemak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60%

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60% 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60% pada orang dewasa (Almatsier, 2004). Menurut Fraser (2009), tercapainya keseimbangan asupan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia hidup tidak hanya bergantung pada makanan tetapi juga minuman, karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup beminggu minggu tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi dalam dua tingkatan yaitu sehat statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat dinamis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. penggerindaan dan pengelasan di area malting, dan finishing produk. Lokasi

BAB V PEMBAHASAN. penggerindaan dan pengelasan di area malting, dan finishing produk. Lokasi digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kegiatan operasional industri pengecoran logam X terdapat berbagai jenis pekerjaan yang dibagi dalam beberapa proses produksi antara lain : pola produk

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak perubahan yang terjadi. Selain perubahan fisik karena bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal ialah suatu rangkaian gerak tubuh yang menggunakan tenaga atau energi. Jenis aktivitas fisik yang sehari-hari dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat penuaan. Sesuai dengan pertambahan usia, terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat penuaan. Sesuai dengan pertambahan usia, terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut biasanya ditandai dengan adanya berbagai masalah kesehatan akibat penuaan. Sesuai dengan pertambahan usia, terjadi perubahan fisiologi yang menurunkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cairan sedikit banyak dapat menyebabkan permasalahan bagi atlet yang

BAB I PENDAHULUAN. cairan sedikit banyak dapat menyebabkan permasalahan bagi atlet yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yang berkaitan dengan termoregulasi dan keseimbangan cairan sedikit banyak dapat menyebabkan permasalahan bagi atlet yang melakukan latihan saat suhu udara panas.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

HYDRATION & EXERCISE. 17 March 2016 JW Marriot Hotel, Kuningan Jakarta 1 st Indonesian H2C

HYDRATION & EXERCISE. 17 March 2016 JW Marriot Hotel, Kuningan Jakarta 1 st Indonesian H2C HYDRATION & EXERCISE 17 March 2016 JW Marriot Hotel, Kuningan Jakarta 1 st Indonesian H2C 2 Status Hidrasi Meningkatkan Exercise Performance Status hidrasi yang baik meningkatkan daya tahan/endurance pada

Lebih terperinci

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S PENTINGNYA CAIRAN Dr.Or. Mansur, M.S Dr.Or. Mansur, M.S mansur@uny.ac.id Fungsi air dan elektrolit 1. Mempertahankan keseimbangan cairan 2. Hilangnya kelebihan air terjadi selama aktivitas 3. Dehidrasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Geografis Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1. Definisi fleksibilitas Fleksibilitas mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Kemampuan gerak sendi ini berbeda di setiap persendian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara 1 BAB I PENDAHULUAN a) Latar Belakang Peningkatan kemakmuran seseorang ternyata diikuti dengan perubahan gaya hidup. Pola makan mulai bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang yang menjadi Obesitas dan overweight merupakan suatu yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 15 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci

KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN KECENDERUNGAN DEHIDRASI SISWI SEKOLAH DASAR PARAMITA RACHMA

KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN KECENDERUNGAN DEHIDRASI SISWI SEKOLAH DASAR PARAMITA RACHMA KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN KECENDERUNGAN DEHIDRASI SISWI SEKOLAH DASAR PARAMITA RACHMA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRACT Paramita Rachma.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Orang Dewasa

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Orang Dewasa 4 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi mengakibatkan perilaku penduduk berubah dan menimbulkan ketidakseimbangan antara asupan makanan dengan aktivitas yang lebih banyak kurang gerak sehingga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang)

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang) 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional study. Data primer diperoleh melalui survey, wawancara, pengisian kuesioner dan recall

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan berkembang, demikian pula dengan aspek sosial dan psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja

Lebih terperinci

Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37 C.

Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37 C. Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37 C. Suhu kulit (shell temperature) Suhu kulit menggambarkan suhu kulit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Status Gizi

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Status Gizi 4 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Istilah dewasa (adult) berasal dari istilah latin adultus yang memiliki arti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. WHO (2009) mengklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Gizi lebih adalah suatu keadaan berat badan yang lebih atau diatas normal. Anak tergolong overweight (berat badan lebih) dan risk of overweight (risiko untuk berat

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebaran transportasi di Indonesia kini semakin mengalami peningkatan seiring dengan berjalannya waktu. Jumlah kendaraan yang masih beroperasi di seluruh Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, berbagai macam aktivitas yang dilakukan manusia sangat padat dan beraneka ragam. Di perkotaan manusia menjalani kehidupannya dengan persaingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glukosa darah adalah salah satu gula monosakarida dan salah satu sumber karbon terpenting yang digunakan sebagai sumber energi yang adekuat bagi sel-sel, jaringan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta orang

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN 135 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tinggi badan lansia dapat diprediksi dari tinggi lutut, panjang depa, dan tinggi duduk. Panjang depa memberikan nilai korelasi tertinggi pada lansia lakilaki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas fisik merupakan suatu pergerakan tubuh, dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi (WHO, 2011). Aktifitas fisik menurut Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Boyolali yang berada di Provinsi Jawa tengah dengan luas wilayah mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan tubuh manusia tidak hanya tergantung dari jenis makanan yang dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Obyek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Kampanye sosial merupakan suatu gerakan yang dilakukan untuk mengubah perilaku sesuatu yang berkenaan dengan kelompok masyarakat melalui pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

4. HASIL. Universitas Indonesia

4. HASIL. Universitas Indonesia 33 4. HASIL 4.1. Data Sebaran Subyek Dari 86 ibu yang menjadi sampel pada data umum akan ditampilkan data status gizi ibu menyusui berdasarkan indeks massa tubuh, data usia, penghasilan, pendidikan terakhir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara alamiah lansia itu mengalami kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai organ tubuh pada lansia maka akan membuat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... i ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan bagian dari sektor kesehatan yang penting dan mendapat perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen utama pada tubuh manusia. Pada orang dewasa, air menyumbang sebanyak 60% berat badan total, dan persentase tersebut lebih tinggi pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi obesitas di seluruh dunia, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup. Sebagian besar dari aktivitas telah digantikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup. Sebagian besar dari aktivitas telah digantikan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pada era globalisasi membawa berbagai dampak perubahan gaya hidup. Sebagian besar dari aktivitas telah digantikan oleh teknologi yang secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi kurang yang ada di Indonesia masih belum teratasi dengan baik. Saat ini Indonesia telah dihadapkan dengan masalah gizi baru yaitu masalah gizi lebih.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi overweight dan obesitas telah meningkat selama tiga dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius sejak awal abad ke-21 (WHO,

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci