HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, dan daerah tempat tinggal sampel, sedangkan karakteristik keluarga terdiri dari pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, serta status ekonomi keluarga dalam bentuk kuintil. Daerah tempat tinggal sampel atau pemukiman dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu perdesaan dan perkotaan. Sampel adalah anak dengan rentang usia 0-9 tahun (WHO 2011). Sampel penelitian ini dibagi berdasarkan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dan kelompok usia. Sampel dikelompokkan menjadi enam kelompok usia, yaitu 0-5 bulan, 6-11 bulan, bulan, 2-3 tahun, 4-6 tahun, dan usia 7-9 tahun. Pengelompokan ini didasarkan pada WNPG (2004). Jumlah total sampel dari penelitian ini adalah 41655, dengan sampel laki-laki berjumlah orang (50.7%) dan sampel perempuan berjumlah orang (49.3%). Sebaran sampel laki-laki dan perempuan menurut karakteristik individu dan jenis kelamin dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Daerah tempat tinggal dapat menentukan kemudahan akses terhadap asupan pangan. Lebih dari setengah sampel bertempat tinggal di daerah perdesaan dengan besar persentase masing-masing sampel laki-laki dan perempuan secara berurut, yaitu 51.7% dan 51.2%. Berdasarkan kelompok usia, lebih dari setengah sampel bertempat tinggal di daerah perdesaan. Hanya saja, pada sampel laki-laki dengan kelompok usia 6-11 bulan dan bulan lebih banyak tinggal di daerah perkotaan. Pendidikan orangtua merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi pemilihan jenis pangan yang dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi. Penggolongan pendidikan orangtua sampel didasarkan pada kategori yang telah ditentukan oleh Riskesdas Kategori pendidikan orangtua dikelompokkan menjadi tidak tamat SD/MI, tamat SD/MI, tamat SMP/MTS, tamat SMA/MA, tamat D1/D2/D3, dan tamat perguruan tinggi. Persentase tertinggi untuk pendidikan terakhir ayah dan ibu baik pada sampel laki-laki maupun perempuan adalah tamat SD/MI. Jenis pekerjaan merupakan faktor yang dapat menentukan kuantitas dan kualitas pangan yang dibeli karena jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan

2 28 pendapatan yang diterima. Kategori pekerjaan ditentukan oleh Riskesdas 2010, yaitu tidak bekerja, TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layan jasa/dagang, petani/nelayan, buruh, dan lainnya. Sebagian besar pekerjaan ayah sebagai wiraswasta pada daerah perkotaan dan sebagai petani/nelayan di daerah perdesaan. Ibu sampel sebagian besar tidak bekerja baik pada sampel yang di daerah perkotaan maupun perdesaan. Status ekonomi sampel berdasarkan data Riskesdas 2010 diperoleh dalam bentuk kuintil, yaitu kuintil 1, kuintil 2, kuintil 3, kuintil 4, dan kuintil 5. Kuintil 1 sampai 5 mengidentifikasi keadaan ekonomi suatu rumah tangga. Semakin tinggi kuintil maka semakin baik keadaan ekonomi suatu rumah tangga, sebaliknya semakin rendah kuintil semakin rendah pendapatan keluarga per kapita setiap bulannya. Secara keseluruhan, sampel penelitian berada pada kuintil 1 dengan persentase untuk sampel laki-laki sebesar 27.4% dan sampel perempuan 27.3%. Keadaan ini juga terjadi pada seluruh kelompok usia sampel laki-laki dan perempuan. Status Gizi Indikator antropometri yang digunakan untuk mengukur status gizi pada penelitian ini adalah usia, berat badan (BB), dan tinggi badan (TB). Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap sampel dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (z-score) dengan menggunakan baku antropometri WHO (2007). Pengolahan status gizi menghasilkan nilai z-score berupa WAZ (weight- for-age z-score), HAZ (length or height-for-age z-score), dan BAZ (BMI-for-age z-score). Nilai z-score yang digunakan dalam penilaian status gizi anak adalah BAZ (BMI-for-age z-score), karena lebih menggambarkan status gizi terkini. Cut off points dari indikator tersebut adalah sampel dikatakan kurus apabila z-score < -2.0, normal pada range z-score -2,0 s/d z-score 2,0, dan tergolong gizi lebih apabila z-score > 2.0. Berdasarkan Tabel 10, sebagian besar sampel memiliki status gizi normal. Persentase status gizi normal pada sampel laki-laki dan perempuan masing-masing, yaitu 69.4% dan 73.2%. Status gizi normal lebih tinggi pada sampel perempuan dibandingkan dengan sampel laki-laki. Mayoritas sampel, yaitu sebanyak 71.3% memiliki status gizi normal, sebanyak 17.1% sampel status gizi lebih, dan sampel dengan status gizi kurus sebanyak 11.6%. Sampel yang memiliki status gizi kurus lebih sedikit daripada sampel dengan status gizi

3 29 lebih. Hasil perolehan status gizi ini sama dengan status gizi anak usia 0-9 tahun yang dihitung dan diperoleh Riskesdas 2010 (Balitbangkes 2010). Berikut tabel status gizi berdasarkan nilai z-score BAZ menurut jenis kelamin dan kelompok usia: Status Gizi (BAZ) Laki-laki Kurus Normal Lebih Perempuan Kurus Normal Lebih Laki-laki dan Perempuan Kurus Normal Lebih Tabel 10 Sebaran responden menurut status gizi (BAZ) dan kelompok usia 0-5bln n (%) (13.6) 88 (54.3) 52 (32.1) (11.7) 88 (64.2) 33 (24.1) (12.7) 176 (58.9) 85 (28.4) 6-11bln n (%) (15.7) 508 (60.0) 206 (24.3) (14.7) 482 (60.6) 197 (24.7) (15.2) 990 (60.3) 403 (24.5) Kelompok Usia 12-23bln 2-3thn n (%) n (%) (15.7) (12.0) (59.7) (67.1) (24.6) (20.9) (13.8) (11.7) (62.3) (68.0) (23.9) (20.3) (14.7) (11.8) (61.0) (67.6) (24.3) (20.6) 4-6thn n (%) (10.8) 4831 (71.3) 1216 (17.9) (10.8) 4890 (74.6) 957 (14.6) (10.8) 9721 (72.9) 2173 (16.3) 7-9thn n (%) (12.1) 5319 (72.8) 1105 (15.1) (9.9) 5710 (79.2) 785 (10.9) (11.0) (76.0) 1890 (13.0) n (%) (12.1) (69.4) 3911 (18.5) (11.1) (73.2) 3218 (15.7) (11.6) (71.3) 7129 (17.1) Tingginya persentase status gizi lebih pada anak laki-laki dan perempuan dapat menjadi beban tambahan bagi pemerintah, karena selain harus menanggulangi anak dengan status gizi kurang, pemerintah dituntut pula untuk memperhatikan anak dengan status gizi lebih. Menurut Riyadi (2003), gizi lebih atau overweight pada masa anak-anak berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas pada masa dewasa. Baker et al. (2004) dalam penelitiannya menyimpulakan bahwa pemberian makanan tambahan sebelum bayi berusia 4 bulan dan ibu yang obesitas menyebabkan pertambahan berat badan bayi yang lebih banyak dibandingkan bayi yang mendapat ASI saja sampai usia 5 bulan. Persentase sampel yang paling banyak memiliki status gizi lebih adalah sampel laki-laki pada kelompok usia 0-5 bulan sebanyak 32.1%, dengan rata-rata berat badan dan tinggi badan adalah 7.5 ± 1.4 kg dan 55.7 ± 5.5 cm. Demikian pula, untuk status gizi kurus persentase paling banyak pada sampel laki-laki sebanyak 15.7%, namun pada kelompok usia 6-11 bulan, dengan rata-rata berat badan dan tinggi badan adalah 7.6 ± 1.1 kg dan 76.4 ± 6.5 cm (Lampiran 5).

4 30 Asupan Air Menurut Sumber Air dari Minuman Air dari minuman, air dari makanan, dan hasil metabolisme (air metabolik) merupakan sumber air dalam tubuh. Asupan air dalam jumlah terbesar yang diperoleh tubuh merupakan air dari minuman, yaitu sekitar dua pertiga (65-70%) (Santoso et al. 2011). Air dari minuman dibedakan menjadi air putih dan bukan air putih. Rata-rata asupan air putih pada sampel laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sampel perempuan. Asupan air putih pada sampel laki-laki dan perempuan secara berurut sebesar ± ml/hari dan ± ml/hari. Asupan air putih pada sampel usia 0-5 bulan sebanyak ± ml/hari, usia 6-11 bulan sebanyak ± ml/hari, usia bulan sebanyak ± ml/hari, usia 2-3 tahun sebanyak ± ml/hari, usia 4-6 tahun sebanyak ± ml/hari, dan pada sampel yang berusia 7-9 tahun sebesar ± ml/hari (Lampiran 6). Selain air putih, air dari minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh sampel adalah susu, dengan besar asupan pada sampel laki-laki dan perempuan masing-masing sebanyak 78.1 ± ml/hari dan 73.3 ± ml/hari. Asupan susu lebih rendah pada kelompok usia yang lebih tua. Asupan susu paling tinggi berada pada kelompok usia 0-5 bulan, yaitu sebanyak ± ml/hari. Secara keseluruhan, rata-rata asupan susu pada sampel adalah 75.7 ± ml/hari. Asupan minuman teh semakin meningkat pada kelompok usia yang lebih tua. Rata-rata asupan minuman teh secara keseluruhan pada sampel sebesar 49.5 ± ml/hari. Susu kental manis banyak dikonsumsi oleh kelompok sampel yang berusia 2-3 tahun sebanyak 53.9 ± ml/hari. Secara berurut kontribusi air dari minuman yang paling banyak dikonsumsi adalah air putih, susu, teh, susu kental manis, sirup, minuman lainnya (seperti es dawet, jamu, es cincau, dan lainnya), jus, minuman berkarbonasi, dan yang paling sedikit dikonsumsi sampel adalah kopi. Rata-rata total asupan air dari minuman pada sampel laki-laki (800.9 ± ml/hari) lebih tinggi daripada sampel perempuan (790.1 ± ml/hari). Berdasarkan kelompok usia, rata-rata total asupan air mengalami fluktuasi dengan total asupan air yang paling tinggi pada kelompok usia 6-11 bulan sebanyak ± ml/hari. Rata-rata total asupan air pada seluruh sampel

5 31 adalah ± ml/hari. Tabel asupan air dari minuman pada anak menurut sumber, jenis kelamin, dan kelompok usia lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa air dari minuman yang paling banyak dikonsumsi adalah air putih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Singapura menunjukkan bahwa sumber air tubuh yang paling utama adalah air putih (74%) (AFIC 1998). Rata-rata asupan air putih lebih tinggi pada kelompok usia 4-6 tahun dan 7-9 tahun dibandingkan dengan kelompok usia lain yang lebih muda. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada kelompok usia 4-18 tahun oleh Fulgoni (2007) bahwa semakin bertambahnya usia, asupan air putih semakin banyak. Air dari Makanan Pangan yang dikonsumsi seseorang berasal dari makanan dan minuman. Kontribusi air bagi tubuh dapat diperoleh dari asupan air dari makanan. Asupan air dari makanan dikelompokkan ke dalam 11 kelompok, yaitu (1) serealia, umbi, dan olahannya; (2) kacang-kacangan, biji-bijian, dan olahannya; (3) daging dan olahannya; (4) telur dan olahannya; (5) ikan, hasil perikanan, dan olahannya; (6) sayuran dan olahannya; (7) buah-buahan; (8) olahan susu; (9) minyak dan lemak; (10) serba serbi; dan (11) makanan jajanan. Asupan air dari makanan pada sampel laki-laki maupun sampel perempuan paling banyak berasal dari golongan serealia, umbi, dan olahannya. Rata-rata asupan air dari serealia, umbi, dan olahannya pada sampel laki-laki sebesar ± ml/hari dan pada sampel perempuan sebesar ± ml/hari. Rata-rata asupan air dari serealia, umbi, dan olahannya mengalami peningkatan pada kelompok usia yang lebih tua. Menurut Hardinsyah et al. (2010), sebagian besar sumber air dari makanan adalah makanan pokok (46%), serta buah dan sayur (30%). Makanan pokok orang Indonesia pada umumnya adalah nasi yang mengandung kadar air 25-35%, sementara buah dikonsumsi dalam jumlah yang relatif sedikit meskipun banyak kadar airnya. Asupan air dari makanan yang dikonsumsi terbanyak kedua oleh sampel adalah golongan sayuran dan olahannya. Rata-rata mayoritas asupan air dari sayuran dan olahannya adalah 52.2 ± 73.8 ml/hari, pada sampel laki-laki sebanyak 52.0 ± 73.5 ml/hari dan pada sampel perempuan sebanyak 52.5 ± 74.1 ml/hari (Lampiran 7). Asupan air dari makanan yang sedikit memberikan

6 32 kontribusi berasal dari golongan olahan susu, serta lemak dan minyak. Secara keseluruhan, rata-rata asupan air dari makanan pada sampel adalah ± ml/hari. Jumlah air dari makanan tergantung kepada pola konsumsi makan berupa jenis asupan makanan sampel. Apabila seseorang banyak mengonsumsi makanan lembek atau cair, sayur dan buah termasuk salad, maka sumber air tubuh dari makanan akan lebih tinggi. Akan terjadi sebaliknya bila seseorang lebih banyak mengonsumsi makanan dari produk serealia, tepung, dan daging yang kering (Santoso et al. 2011). Air Metabolik Air metabolik adalah air yang diperoleh dari hasil oksidasi dalam reaksi kimia, yaitu metabolisme (Makfoeld et al. 2002). Air metabolik berasal dari oksidasi substrat zat gizi makro, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak di dalam tubuh. asupan air juga berasal dari air hasil metabolisme (air metabolik). Rata-rata asupan air metabolik lebih tinggi pada sampel laki-laki (130.6 ± 61.6 ml/hari) daripada sampel perempuan (128.0 ± 61.0 ml/hari). Rata-rata asupan air metabolik lebih tinggi pada sampel dengan kelompok usia yang lebih tua. Rata-rata total asupan air metabolik pada seluruh sampel sebesar ± 61.3 ml/hari. Berikut adalah tabel asupan air metabolik pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia: Tabel 11 Asupan air metabolik pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia Air Metabolik Laki-laki Perempuan Kelompok Usia 0-5bln 6-11bln 12-23bln 2-3thn 4-6thn 7-9thn 57.0 ± 72.3 ± 96.9 ± ± ± ± ± 72.3 ± 94.9 ± ± ± ± ± 72.3 ± 95.9 ± ± ± ± ± ± ± 61.3 asupan air metabolik pada penelitian ini masih rendah dibandingkan anjuran yang semestinya. Menurut Hoyt and Honig (1996) dalam Institute of Medicine of the National Academies (2004) bahwa perkiraan yang wajar dari produksi rata-rata air metabolik untuk orang dengan aktivitas ringan sekitar ml/hari dan dapat meningkat menjadi ml/hari untuk orang yang aktif secara fisik. Rendahnya air metabolik pada sampel dapat disebabkan oleh kurangnya asupan pangan yang mengandung karbohidrat. Menurut Santoso et al. (2011), semakin banyak produksi energi dari makanan berkarbohidrat akan semakin banyak air metabolik yang dihasilkan oleh tubuh.

7 33 Asupan Air Rata-rata total asupan air pada anak laki-laki maupun perempuan lebih tinggi pada kelompok usia yang lebih tua. Rata-rata total asupan air pada anak usia 0-5 bulan sebanyak 951 ± 664 ml/hari, usia 6-11 bulan sebanyak 1044 ± 598 ml/hari, usia bulan sebanyak 1103 ± 476 ml/hari, usia 2-3 tahun sebanyak 1221 ± 474 ml/hari, usia 4-6 tahun sebanyak 1274 ± 451 ml/hari, dan usia 7-9 tahun sebanyak 1338 ± 460 ml/hari (Tabel 12). Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata asupan air anak laki-laki (1269 ± 481 ml/hari) yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan (1250 ± 472 ml/hari) (p<0.01). Tabel 12 Asupan air pada anak menurut sumber, jenis kelamin, dan kelompok usia ml/kap/hari (%) Asupan Air Laki-laki Air dari minuman Air dari makanan Air metabolik Perempuan Air dari minuman Air dari makanan Air metabolik Kelompok Usia 0-5bln 6-11bln 12-23bln 2-3thn 4-6thn 7-9thn 837.2± (84.2%) 65.3± 84.3 (8.2%) 56.9± 37.5 (7.6%) 959± ± (83.3%) 75.8 ± 98.8 (9.1%) 57.3± 38.3 (7.6%) 940± 618 Laki-laki dan Perempuan ± Air dari minuman (83.8%) Air dari makanan Air metabolik 70.1 ± 91.2 (8.6%) 57.0± 37.8 (7.6%) 951± 664 a ± (76.8%) 140.9± (15.2%) 72.2± 44.4 (8.0%) 1039± ± (76.4%) ± (15.5%) 72.2± 43.3 (8.1%) 1048± ± (76.6%) ± (15.3%) 72.2± 43.8 (8.1%) 1044± 598 (100.0% b ± (69.2%) ± (21.6%) 96.6± 45.8 (9.3%) 1123± ± (68.8%) ± (21.8%) 94.7± 48.2 (9.4%) 1083± ± (69.0%) ± (21.7%) 95.7± 47.0 (9.3%) 1103± 476 c ± (64.8%) ± (25.0%) 120.6± 52.4 (10.2%) 1240± ± (65.0%) ± (24.9%) 116.5± 51.0 (10.2%) 1202± ± (64.9%) ± (24.9%) 118.6± 51.7 (10.2%) 1221± 474 d ± (60.7%) ± (28.5%) 134.6± 58.4 (10.8%) 1279± ± (61.1%) ± (28.2%) 132.2± 58.5 (10.7%) 1270± ± (60.9%) ± (28.3%) 133.4± 58.5 (10.8%) 1275± 451 e ± (57.7%) ± (31.0%) 148.7± 64.9 (11.3%) 1348± ± (58.0%) ± (30.8%) 145.4± 63.6 (11.2%) 1328± ± (57.9%) ± (30.8%) 147.1± 64.3 (11.3%) 1338± 460 f ± (62.1%) ± (27.3%) 130.3± 61.5 (10.6%) 1269± 481 a ± (62.2%) ± (27.3%) 127.6± 60.8 (10.5%) 1250± 472 b ± (62.1%) ± (27.3%) 129.0± 61.2 (10.6%) 1260± 477

8 34 Asupan air berdasarkan karakteristik daerah tempat tinggal sampel juga perlu untuk diketahui. Untuk mengetahui asupan air di daerah perkotaan dengan perdesaan dilakukan uji beda. Asupan air untuk daerah perdesaan berbeda nyata dengan daerah perkotaan (p<0.01), dimana lebih tinggi di daerah perkotaan sebesar 1308 ± 498 ml/hari dibandingkan dengan daerah perdesaan sebesar 1214 ± 451 ml/hari. Tingginya asupan air di daerah perkotaan menunjukkan bahwa tingginya asupan pangan yang berkaitan dengan status ekonomi keluarga di daerah perkotaan, sehingga menghasilkan total asupan air yang tinggi pula. Persentase air dari minuman, makanan, dan air metabolik terhadap total asupan air berbeda untuk tiap kelompok usia. Persentase asupan air juga lebih tinggi pada sample dengan kelompok usia yang lebih tua pada ketiga sumber asupan air tersebut (Gambar 3). Rata-rata persentase air dari minuman, makanan, dan air metabolik pada sampel secara berurut adalah 62.1%, 27.3%, dan 10.6%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa persentase sumber asupan air paling besar berasal dari minuman. Berikut grafik yang menggambarkan asupan air menurut sumber berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia y = 34,472x ,6 R² = 0,8527 y = 43,859x + 966,57 R² = 0,8476 Laki-laki Air dari Minuman Laki-laki Air dari Makanan Laki-laki Air metabolik y = -6,0242x + 841,03 R² = 0,7031 y = 3,9127x + 760,12 R² = 0,272 Laki-laki Asupan Air Perempuan Air dari Minuman Perempuan Air metabolik y = 31,456x + 142,51 R² = 0,8572 y = 31,119x + 134,89 R² = 0,8972 Perempuan Air dari Makanan Perempuan Asupan Air 200 y = 8,9915x + 73,207 y = 8,8091x + 71,6 R² = 0,8607 R² = 0, Usia (bulan) Gambar 3 Asupan air pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia (ml/kap/hari)

9 35 Setelah diperoleh total asupan air masing-masing sampel, maka dapat ditetapkan nilai Adequate Intake (AI) untuk asupan air pada median asupan air dari sampel dengan status gizi normal. AI adalah perkirain asupan dan penyerapan pangan yang cukup akan zat gizi yang penting untuk memenuhi kebutuhan dan menjaga kesehatan. Berdasarkan rasio perbandingan AI untuk asupan air dengan kebutuhan energi sampel dapat diperoleh nilai kebutuhan air bagi sampel. Nilai kebutuhan air bagi anak yang diperoleh berdasarkan penelitian ini sebesar 0.95 ml/kal lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan air berdasarkan penelitian Manz dan Wentz (2005) sebesar 1.11 ml/kal dan penelitian Popkin et al. (2010) sebesar 1 ml/kal. Kebutuhan air menurut Manz dan Wentz (2005) menyesuaikan dengan data penelitian NHANES III, sedangkan kebutuhan air menurut Popkin et al. (2010) menyesuaikan dengan data kebutuhan air menurut IOM. Rasio perbandingan AI untuk asupan air dengan kebutuhan energi sampel pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai kebutuhan air dari penelitian-penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini diduga disebabkan karena food recall 1x24 jam yang dilakukan oleh tim pengumpul data Riskesdas 2010 hanya fokus kepada makanan yang dikonsumsi oleh sampel. Recall terhadap asupan air putih dan air dari minuman lainnya tidak dilakukan dengan wawancara secara mendalam. Rendahnya asupan air dari minuman pada kelompok usia 0-5 bulan diperkirakan karena adanya kontribusi air dari makanan dan air metabolik, yang seharusnya hanya berasal dari ASI saja. Kebutuhan dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Air Rata-rata kebutuhan air anak laki-laki adalah 1431 ± 345 ml/hari dan anak perempuan adalah 1360 ± 285 ml/hari dengan rata-rata kebutuhan air secara keseluruhan adalah 1396 ± 319 ml/hari (Tabel 13). Rata-rata kebutuhan air pada anak meningkat seiring dengan peningkatan usia. Kebutuhan air sampel laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan sampel perempuan (p<0.01). Hasil uji beda dapat dilihat pada Lampiran 10. Tingginya kebutuhan air pada sampel laki-laki sesuai dengan studi yang dilakukan Asian Food Information Centre (2000), bahwa laki-laki memiliki lebih banyak air dalam tubuhnya dibandingkan perempuan karena laki-laki memiliki otot tanpa lemak (lean muscle) lebih besar dari perempuan. Otot menahan lebih banyak air dibandingkan jaringan lemak. Hal tersebut juga dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki biasanya lebih banyak daripada perempuan,

10 36 sehingga dibutuhkan asupan air yang lebih banyak untuk menggantikan asupan air yang hilang akibat aktivitas tersebut. Berikut adalah tabel tingkat pemenuhan kebutuhan air pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia: Tabel 13 Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia ml/kap/hari (%) Asupan Air Kelompok Usia 0-5bln 6-11bln 12-23bln 2-3thn 4-6thn 7-9thn Laki-laki Asupan 959 ± 1039 ± 1123 ± 1240 ± 1279 ± 1348 ± 1269 ± Kebutuhan 762 ± 827 ± 1011 ± 1287 ± 1494 ± 1646 ± 1431 ± a Tingkat pemenuhan kebutuhan air ± ± ± ± ± ± ± 41.0 a Perempuan Asupan 940 ± 1048 ± 1083 ± 1202 ± 1270 ± 1328 ± 1250 ± Kebutuhan 699 ± 789 ± 968 ± 1238 ± 1407 ± 1557 ± 1360 ± b Tingkat pemenuhan kebutuhan air ± ± ± ± ± ± ± 42.7 b Laki-laki dan Perempuan Asupan 951 ± 1044 ± 1103 ± 1221 ± 1275 ± 1338 ± 1260 ± Kebutuhan 733 ± 809 ± 990 ± 1264 ± 1452 ± 1602 ± 1396 ± 149 a 167 b 227 c 230 d 211 e 244 f 319 Tingkat pemenuhan ± ± ± 99.0 ± 89.0 ± 84.9 ± 94.0 ± kebutuhan air a 82.8 b 54.1 c 41.0 d 32.5 e 30.6 f 41.9 Tingkat pemenuhan kebutuhan air yang dihitung berdasarkan data asupan Riskesdas 2010 untuk anak laki-laki adalah 92.6 ± 41.0 % lebih rendah dibandingkan dengan anak perempuan, yaitu 95.4 ± 42.7 % (p<0.01). Hal ini dikarenakan, kebutuhan pada anak perempuan lebih rendah dibandingkan dengan anak laki-laki, sedangkan selisih nilai asupan air pada anak perempuan hanya sedikit berbeda dibandingkan dengan anak laki-laki. Asupan Zat Gizi Makro dan Mineral Selain total asupan air, jumlah asupan zat gizi makro dan mineral juga diteliti dalam penelitian ini. Zat gizi makro terdiri dari energi, protein, lemak, dan karbohidrat, sedangkan mineral terdiri dari kalsium, fosfor, dan besi. Asupan zat gizi makro dan mineral diolah berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas Rata-rata asupan zat gizi makro dan mineral pada sampel laki-laki lebih tinggi daripada sampel perempuan. Rata-rata asupan energi pada sampel lakilaki sebesar 1028 ± 481 Kal per kapita/hari, sedangkan pada sampel perempuan sebesar 1008 ± 476 Kal per kapita/hari. Rata-rata asupan protein pada sampel laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 33.8 ± 17.9 g dan 33.1 ± 17.7 g. Rata-rata asupan karbohidrat pada sampel laki-laki sebanyak ± 77.9 g dan

11 37 pada sampel perempuan sebanyak ± 76.4 g. Rata-rata asupan lemak pada penelitian ini relatif sama pada seluruh sampel sebesar 30.9 ± 22.7 g. Berikut adalah tabel asupan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari: Tabel 14 Asupan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia Asupan Zat Gizi Laki-laki Energi (Kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Air (ml) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Kelompok Usia 0-5bln 6-11bln 12-23bln 2-3thn 4-6thn 7-9thn 444 ± ± ± ± ± ± ± ± 8.3 Perempuan Energi (Kal) 448 ± 300 Protein (g) 10.1 ± 7.5 Lemak (g) 18.6 ± 15.2 Karbohidrat (g) 60.6 ± 39.5 Air (ml) ± Kalsium (mg) ± Fosfor (mg) ± Besi (mg) 2.8 ± 3.3 Laki-laki dan Perempuan Energi (Kal) 446 ± 296 Protein (g) 10.6 ± 8.1 Lemak (g) 17.9 ± 15.2 Karbohidrat (g) 61.2 ± 39.4 Air (ml) ± Kalsium (mg) ± Fosfor (mg) ± Besi (mg) 3.3 ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± 8.1

12 38 Asupan mineral yang paling tinggi pada seluruh sampel berasal dari zat gizi fosfor dengan besar asupan ± mg. Asupan mineral kalsium mengalami fluktuasi yang cenderung menurun pada sampel dengan kelompok usia yang lebih tua. Rata-rata asupan kalsium pada seluruh sampel adalah ± mg. Besi merupakan zat gizi dengan asupan yang paling rendah dibandingkan dengan asupan zat gizi makro dan mineral lainnya. Rata-rata total asupan besi pada seluruh sampel sebanyak 5.5 ± 8.1 mg. Secara keseluruhan asupan zat gizi makro dan mineral (Tabel 14) meningkat pada sampel dengan kelompok usia yang lebih tua. Semakin tua kelompok usia, maka asupan pangan seseorang akan semakin meningkat sesuai dengan kebutuhannya. Asupan energi sampel lebih tinggi pada sampel laki-laki dibandingkan dengan sampel perempuan. Tingginya asupan energi pada sampel laki-laki, dikarenakan aktivitasnya lebih banyak daripada perempuan, sehingga dibutuhkan asupan energi yang lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan tubuhnya. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Makro dan Mineral Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral sampel diperoleh dari asupan zat gizi makro dan mineral dibandingkan dengan kebutuhan (Lampiran 8) masing-masing sampel. Secara berurut tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral dari nilai yang paling tinggi hingga yang paling rendah, yaitu berasal dari protein, fosfor, air, energi, karbohidrat, lemak, besi, dan kalsium. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro pada sampel lakilaki lebih rendah dibandingkan dengan sampel perempuan. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan energi pada sampel laki-laki adalah 81.2 ± 36.8 % dan pada sampel perempuan adalah 83.3 ± 38.0 %. Secara keseluruhan, rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan energi sampel adalah 82.2 ± 37.4 % (Tabel 15). Persentase tingkat pemenuhan zat gizi makro dan mineral yang paling tinggi diperoleh sampel dari zat gizi protein. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan protein sampel sebesar ± 82.1 %, pada sampel laki-laki adalah ± 81.5 % dan pada sampel perempuan adalah ± 82.7 %. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan karbohidrat dan lemak secara keseluruhan pada sampel adalah 79.5 ± 40.4 % dan 70.8 ± 51.2 %. Kebutuhan sampel akan zat gizi mineral kalsium, fosfor, dan besi berbeda untuk tiap kelompok usia sesuai dengan kebutuhan menurut WNPG (2004). Secara keseluruhan rata-rata tingkat

13 39 pemenuhan kebutuhan kalsium, fosfor, dan besi secara berturut-turut adalah 51.8 ± 63.4 %, ± 80.7 %, dan 62.3 ± 90.7 %. Berikut tabel tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada anak: Tabel 15 Tingkat pemenuhan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia Kelompok Usia Asupan Zat Gizi 0-5bln 6-11bln 12-23bln 2-3thn 4-6thn 7-9thn Laki-laki 66.3 ± 77.1 ± 85.5 ± 83.6 ± 80.0 ± 80.6 ± Energi (Kal) ± ± ± ± ± ± Protein (g) ± 56.9 ± 68.9 ± 65.4 ± 71.4 ± 72.0 ± Lemak (g) ± 87.5 ± 86.2 ± 83.9 ± 74.7 ± 76.3 ± Karbohidrat (g) ± ± ± 98.6 ± 87.0 ± 83.7 ± Air (ml) ± 91.7 ± 64.7 ± 62.5 ± 50.3 ± 39.7 ± Kalsium (mg) ± ± ± ± ± ± Fosfor (mg) ± 67.0 ± 63.1 ± 70.4 ± 61.6 ± 59.4 ± Besi (mg) Perempuan 73.6 ± 82.3 ± 88.0 ± 84.0 ± 82.7 ± 82.5 ± Energi (Kal) ± ± ± ± ± ± Protein (g) ± 59.0 ± 70.7 ± 66.3 ± 74.3 ± 75.1 ± Lemak (g) ± 95.6 ± 89.0 ± 84.1 ± 77.3 ± 77.8 ± Karbohidrat (g) ± ± ± 99.5 ± 91.0 ± 86.1 ± Air (ml) ± 86.6 ± 58.5 ± 61.9 ± 48.7 ± 39.2 ± Kalsium (mg) ± ± ± ± ± ± Fosfor (mg) ± 59.8 ± 62.6 ± 69.4 ± 59.8 ± 58.9 ± Besi (mg) Laki-laki dan Perempuan 69.7 ± 79.6 ± 86.7 ± 83.8 ± 81.3 ± 81.5 ± Energi (Kal) ± ± ± ± ± ± Protein (g) ± 57.9 ± 69.8 ± 65.8 ± 72.8 ± 73.6 ± Lemak (g) ± 91.5 ± 87.6 ± 84.0 ± 76.0 ± 77.1 ± Karbohidrat (g) ± ± ± 99.0 ± 89.0 ± 89.4 ± Air (ml) ± 89.3 ± 61.6 ± 62.2 ± 49.6 ± 39.4 ± Kalsium (mg) ± ± ± ± ± ± Fosfor (mg) ± 63.5 ± 62.9 ± 69.9 ± 60.7 ± 59.2 ± Besi (mg) ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± 90.7

14 40 Secara keseluruhan rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan lemak tergolong defisit tingkat sedang (70-79% kebutuhan). Tingkat pemenuhan kebutuhan lemak pada sampel laki-laki defisit berat (< 70% kebutuhan) dan pada perempuan defisit sedang (70-79% kebutuhan). Hal ini disebabkan oleh kurangnya asupan pangan sumber lemak, seperti pangan yang berasal dari daging dan unggas dan telur. Hanya sebanyak 3.1% sampel yang mengonsumsi pangan dari daging dan unggas dan sebanyak 5.7% sampel yang mengonsumsi pangan dari telur. Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein menurut depkes (1996) dalam Sukandar (2007) adalah : (1) defisit tingkat berat (< 70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); (5) kelebihan ( 120% AKG). Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan protein tergolong berlebih ( 120% AKG) untuk seluruh sampel. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan karbohidrat defisit sedang (70-79% AKG) pada semua sampel. Kebutuhan energi tergolong defisit ringan (80-89% kebutuhan) pada semua sampel. Klasifikasi tingkat kecukupan mineral menurut Gibson (2005), yaitu (1) kurang (< 77% AKG); (2) cukup ( 77% AKG). Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan mineral, yaitu kalsium dan besi, tergolong kurang (< 77% AKG). Protein dapat meningkatkan kehilangan kalsium dalam urin yang menyebabkan berkurangnya retensi kalsium dalam tubuh (WNPG 2004). Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan fosfor tergolong cukup ( 77% AKG). Kekurangan fosfor dapat menyebabkan kerusakan tulang (Almatsier 2003). Pangan sumber fosfor adalah daging, ikan, unggas, dan serealia. Namun sumber fosfor yang berasal dari pangan hewani mudah diserap oleh tubuh dibandingkan dengan pangan nabati (WNPG 2004). Asupan Vitamin Selain asupan zat gizi mikro berupa mineral (kalsium, fosfor, dan besi) juga terdapat asupan vitamin, yaitu vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, asam folat, vitamin B12, dan vitamin C. Rata-rata asupan vitamin A sampel secara keseluruhan adalah ± RE, tiamin 0.3 ± 0.2 mg, riboflavin 0.5 ± 0.4 mg, niasin 5.5 ± 4.0 mg, vitamin B6 0.6 ± 0.4 mg, asam folat 90.7 ± 97.0 µg, vitamin B ± 3.3 µg, dan vitamin C sebesar 19.5 ± 29.5 mg (Tabel 16).

15 41 Tabel 16 Asupan vitamin per kapita/hari pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia Kelompok Usia Asupan Zat Gizi 0-5bln 6-11bln 12-23bln 2-3thn 4-6thn 7-9thn Laki-laki ± ± ± ± ± ± Vitamin A (RE) ± 0.2 ± 0.3 ± 0.3 ± 0.3 ± 0.4 ± Tiamin (mg) ± 0.4 ± 0.5 ± 0.5 ± 0.5 ± 0.5 ± Riboflavin (mg) ± 2.6 ± 3.7 ± 5.0 ± 5.8 ± 6.7 ± Niasin (mg) ± 0.3 ± 0.4 ± 0.5 ± 0.6 ± 0.7 ± Vitamin B6 (mg) ± 53.3 ± 73.3 ± 88.2 ± 92.7 ± ± Folate (µg) ± 1.0 ± 1.4 ± 1.7 ± 1.9 ± 2.1 ± Vitamin B12 (µg) ± 25.9 ± 22.8 ± 19.4 ± 18.6 ± 19.1 ± Vitamin C (mg) Perempuan ± ± ± ± ± ± Vitamin A (RE) ± 0.2 ± 0.3 ± 0.3 ± 0.3 ± 0.4 ± Thiamin (mg) ± 0.4 ± 0.4 ± 0.5 ± 0.5 ± 0.5 ± Riboflavin (mg) ± 2.5 ± 3.6 ± 5.0 ± 5.6 ± 6.5 ± Niasin (mg) ± 0.3 ± 0.4 ± 0.5 ± 0.6 ± 0.7 ± Vitamin B6 (mg) ± 50.3 ± 70.5 ± 83.9 ± 92.7 ± ± Folate (µg) ± 1.0 ± 1.3 ± 1.7 ± 1.8 ± 2.1 ± Vitamin B12 (µg) ± 24.0 ± 22.2 ± 18.7 ± 18.0 ± 19.5 ± Vitamin C (mg) Laki-laki dan Perempuan ± ± ± ± ± ± Vitamin A (RE) ± 0.2 ± 0.3 ± 0.3 ± 0.3 ± 0.4 ± Thiamin (mg) ± 0.4 ± 0.5 ± 0.5 ± 0.5 ± 0.5 ± Riboflavin (mg) ± 2.5 ± 3.7 ± 5.0 ± 5.7 ± 6.6 ± Niasin (mg) ± 0.3 ± 0.4 ± 0.5 ± 0.6 ± 0.7 ± Vitamin B6 (mg) ± 51.8 ± 71.9 ± 86.1 ± 92.7 ± ± Folate (µg) ± 1.0 ± 1.4 ± 1.7 ± 1.9 ± 2.1 ± Vitamin B12 (µg) ± 25.0 ± 22.5 ± 19.0 ± 18.3 ± 19.3 ± Vitamin C (mg) ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± 29.5 Secara keseluruhan, rata-rata asupan vitamin sampel semakin meningkat pada sampel dengan kelompok usia yang lebih tua. Asupan vitamin tersebut sangat berguna untuk proses pertumbuhan selama masa anak-anak, karena sebagian besar vitamin tersebut berfungsi sebagai koenzim yang penting untuk

16 42 metabolisme tubuh, seperti riboflavin dan niasin. Asupan tiamin yang cukup dapat mengoptimalkan metabolisme energi dari karbohidrat. Selain itu, vitamin C juga berfungsi sebagai antioksidan bagi tubuh dan vitamin B12 berfungsi sebagai pencegah anemia, terutama anemia perniciousa (WNPG 2004). Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Vitamin Asupan zat gizi vitamin juga dibandingkan dengan kebutuhannya (Lampiran 9) untuk mengetahui tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin dari sampel yang diteliti. Persentase tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin dari persentase yang paling tinggi terpenuhi ke persentase terendah secara berurut adalah vitamin B6, vitamin A, riboflavin, niasin, tiamin, asam folate, vitamin C, dan vitamin B12. Secara keseluruhan rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin A sebesar 91.9 ± %, tiamin sebesar 52.0 ± 34.1 %, sebesar riboflavin 79.2 ± 65.8 %, niasin sebesar 70.8 ± 49.0 %, vitamin B6 sebesar 92.4 ± 65.9 %, vitamin B12 sebesar 15.9 ± 29.9 %, asam folat sebesar 51.1 ± 54.6, dan vitamin C sebesar 45.2 ± 67.9 %. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin lebih tinggi pada sampel laki-laki daripada sampel perempuan (Tabel 17). Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin dikatakan defisit atau kurang apabila nilainya < 77% AKG dan cukup apabila nilainya 77% AKG. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin A, riboflavin, niasin, dan vitamin B6 tergolong cukup, sedangkan rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan tiamin, asam folat, vitamin B12, dan vitamin C tergolong defisit. Persentase vitamin B12 dan vitamin C tidak mencapai setengah dari tingkat pemenuhan kebutuhan sampel akan vitamin ini. Pemenuhan vitamin B12 pada anak yang masih dalam masa pertumbuhan penting untuk diperhatikan, karena vitamin B12 bersama asam folat merupakan substansi yang sangat penting pada regenerasi sel dan pertumbuhan jaringan (WNPG 2004). Persentase tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin mengalami fluktuasi yang cenderung menurun sampai kelompok usia bulan, dan meningkat kembali pada kelompok usia 2-3 tahun, kemudian mengalami penurunan pada kelompok usia yang lebih tua. Namun, hal ini berbeda pada tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin A yang cenderung meningkat dari kelompok usia 0-5 bulan sampai pada kelompok usia bulan, dan kemudian mengalami penurunan pada kelompok usia yang lebih tua, yaitu 4-6 tahun dan 7-9 tahun. Pangan sumber vitamin sebagian besar adalah daging dan unggas yang sedikit dikonsumsi oleh sampel. Selain daging dan unggas, sayuran dan buah

17 43 juga merupakan sumber vitamin yang baik, namun memiliki daya cerna yang lebih rendah dibandingkan dengan pangan hewani (WNPG 2004). Berikut adalah tabel tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin per kapita/hari pada anak: Tabel 17 Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin per kapita/hari pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia Kelompok Usia Asupan Zat Gizi 0-5bln 6-11bln 12-23bln 2-3thn 4-6thn 7-9thn Laki-laki 74.4 ± ± ± ± 85.5 ± 84.8 ± Vitamin A (RE) ± 54.4 ± 52.8 ± 65.0 ± 57.1 ± 41.3 ± Thiamin (mg) ± ± 92.5 ± ± 83.6 ± 56.4 ± Riboflavin (mg) ± 71.6 ± 62.2 ± 83.9 ± 71.9 ± 66.6 ± Niasin (mg) ± ± 86.7 ± ± ± 70.0 ± Vitamin B6 (mg) ± 68.4 ± 48.9 ± 58.8 ± 46.3 ± 51.0 ± Folate (µg) ± 20.0 ± 15.8 ± 19.2 ± 15.7 ± 14.3 ± Vitamin B12 (µg) ± 64.7 ± 57.1 ± 48.4 ± 41.2 ± 42.5 ± Vitamin C (mg) Perempuan 82.8 ± ± ± 99.2 ± 86.0 ± 85.4 ± Vitamin A (RE) ± 52.6 ± 51.2 ± 63.2 ± 55.5 ± 40.9 ± Tiamin (mg) ± 97.6 ± 88.3 ± ± 81.2 ± 55.7 ± Riboflavin (mg) ± 68.8 ± 60.7 ± 82.6 ± 70.1 ± 64.7 ± Niasin (mg) ± ± 83.3 ± ± ± 68.8 ± Vitamin B6 (mg) ± 64.2 ± 47.0 ± 55.9 ± 46.4 ± 50.9 ± Folate (µg) ± 21.0 ± 14.7 ± 19.3 ± 15.1 ± 13.8 ± Vitamin B12 (µg) ± 60.1 ± 55.4 ± 46.7 ± 40.0 ± 43.3 ± Vitamin C (mg) Laki-laki dan Perempuan 80.9 ± ± ± ± 85.9 ± 85.1 ± Vitamin A (RE) ± 53.5 ± 52.0 ± 64.1 ± 56.3 ± 41.1 ± Thiamin (mg) ± 99.8 ± 90.4 ± ± 82.4 ± 56.0 ± Riboflavin (mg) ± 70.3 ± 61.4 ± 83.3 ± 71.0 ± 65.6 ± Niasin (mg) ± ± 85.0 ± ± ± 69.4 ± Vitamin B6 (mg) ± 66.4 ± 48.0 ± 57.4 ± 46.3 ± 50.9 ± Folate (µg) ± 20.5 ± 15.2 ± 19.3 ± 15.4 ± 14.0 ± Vitamin B12 (µg) ± 62.5 ± 56.2 ± 47.6 ± 40.6 ± 42.9 ± Vitamin C (mg) ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± 67.9

18 44 Mutu Gizi Asupan Pangan Perhitungan Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP) didasarkan pada 16 zat gizi, yaitu energi, protein, lemak, karbohidrat, air, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, tiamin, riboflavin, niacin, vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C. Rata-rata MGP pada anak laki-laki sebesar 58.9 ± 18.0 dan anak perempuan sebesar 58.7 ± 18.0 (Tabel 18). Hasil uji beda menggunakan independent samples t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara MGP laki-laki dengan perempuan (p>0.05). Berikut adalah tabel mutu gizi asupan pangan pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia: Tabel 18 Rata-rata mutu gizi asupan pangan dan sebaran sampel pada anak menurut kategori MGP, jenis kelamin, dan kelompok usia Skor Mutu Gizi Asupan Pangan Laki-laki < Perempuan < Laki-laki dan Perempuan < Kelompok Usia 0-5bln 6-11bln 12-23bln 2-3thn 4-6thn 7-9thn n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) 60.2 ± 59.5 ± 60.5 ± 62.9 ± 59.2 ± 55.8 ± (37.7) (40.9) (37.8) (32.8) (39.4) (48.0) (17.3) (16.3) (24.8) (28.6) (33.0) (31.9) (22.8) (23.1) (23.5) (25.0) (21.1) (16.4) (22.2) (19.7) (13.8) (13.6) (6.6) (3.7) ± 59.2 ± 59.1 ± 62.5 ± 59.1 ± 55.9 ± (38.7) (42.5) (40.7) (34.2) (40.1) (47.8) (13.9) (18.2) (24.1) (27.5) (32.7) (32.6) (25.5) (20.1) (22.1) (24.9) (20.2) (15.8) (21.9) (19.2) (13.1) (13.4) (7.0) (3.8) ± 59.3 ± 59.8 ± 62.7 ± 59.2 ± 55.9 ± (38.1) (41.6) (39.2) (33.5) (39.7) (47.9) (15.7) (17.2) (24.5) (28.0) (32.8) (32.3) (24.1) (21.7) (22.8) (25.0) (20.6) (16.1) (22.1) (19.5) (13.7) (13.5) (6.8) (3.8) n (%) 58.9 ± (40.9) 6392 (30.2) 4345 (20.6) 1745 (8.3) ± (41.8) 6196 (30.2) 4054 (19.8) 1695 (8.3) ± (41.4) (30.2) 8399 (20.2) 3440 (8.3) 41655

19 45 Mutu gizi asupan pangan untuk daerah perdesaan berbeda nyata dengan daerah perkotaan (p<0.01), dimana nilai MGP untuk sampel yang tinggal di daerah perkotaan lebih tinggi daripada daerah perdesaan. Tingginya nilai MGP di daerah perkotaan kemungkinan dikarenakan asupan pangan di daerah perkotaan lebih tinggi daripada daerah perdesaan. Selain itu, tingkat pendidikan dan status ekonomi di suatu daerah akan mempengaruhi tingkat asupan dan daya beli masyarakat akan pangan. Sampel memiliki nilai MGP yang tergolong sangat kurang dengan persentase 40.9% untuk sampel laki-laki dan 41.8% untuk sampel perempuan. Secara keseluruhan, sebanyak 41.4% sampel yang memiliki nilai MGP tergolong sangat kurang. Sebanyak 8.3% sampel yang memiliki nilai MGP tergolong baik. Banyaknya sampel yang memiliki nilai MGP tergolong sangat kurang dapat disebabkan oleh kurangnya asupan zat gizi sampel yang lebih lanjut dapat menyebabkan kurangnya tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi sampel yang dapat mempengaruhi nilai MGP. Menurut Hardinsyah (2001), mutu gizi asupan pangan merupakan suatu nilai untuk menentukan apakah makanan tersebut bergizi atau tidak, yang didasarkan pada kandungan zat gizi makanan berkaitan dengan kebutuhan dan tingkat ketersediaan secara biologis bagi tubuh (bioavailability). Secara keseluruhan, nilai MGP yang paling tinggi berada pada kelompok usia 2-3 tahun sebesar 62.7 ± Rata-rata MGP sampel semakin menurun seiring dengan berrtambahnya usia. Berikut grafik yang menggambarkan MGP sampel menurut jenis kelamin dan kelompok usia y = x R² = y = -0,6812x + 62,547 R² = 0,5037 Laki laki MGP Perempuan MGP Gambar 4 Mutu gizi asupan pangan pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia (%)

20 46 Hubungan antara Karakteristik dengan Asupan Air dan MGP Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman pada seluruh sampel menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<0.01) antara asupan air dengan pendidikan ayah (r = 0.090), pendidikan ibu (r = 0.082), dan status ekonomi (r = 0.167) (Tabel 19). Berikut adalah tabel uji korelasi Rank Spearman hubungan antara karakteristik sampel dengan asupan air dan MGP: Tabel 19 Uji korelasi Rank Spearman hubungan antara karakteristik dengan asupan air dan MGP Karakteristik Asupan MGP air Pendidikan Ayah 0.090** 0.186** (1=Tidak tamat SD/MI, 2=tamat SD/MI, 3=tamat SMP/MTS, =tamat SMA/Ma, 5=tamat D1/D2/D3, 6=tamat PT) Pendidikan Ibu 0.082** 0.184** (1=Tidak tamat SD/MI, 2=tamat SD/MI, 3=tamat SMP/MTS, =tamat SMA/Ma, 5=tamat D1/D2/D3, 6=tamat PT) Status ekonomi 0.167** 0.274** (Kuintil) Asupan air meningkat seiring dengan semakin baiknya pendidikan ayah, pendidikan ibu, dan status ekonomi. Hasil uji korelasi Rank Spearman pada keseluruhan sampel menunjukkan hubungan yang bernilai positif dan signifikan (p<0.01) antara mutu gizi asupan pangan dengan pendidikan ayah (r = 0.186), pendidikan ibu (r = 0.184), dan status ekonomi (r = 0.274). Hal ini berarti, semakin tinggi status pendidikan orangtua dan semakin baiknya status ekonomi rumah tangga maka mutu gizi asupan pangan semakin meningkat. Berdasarkan nilai correlation coefficient, karakteristik status ekonomi memiliki hubungan korelasi yang lebih kuat terhadap asupan air dan MGP dibandingkan karakteristik yang lain. Implikasi Data Riskesdas dan Program Mendatang Data Riskesdas 2010 merupakan data pertama yang dikumpulkan oleh tim Riskesdas berupa data asupan pangan per individu pada setiap anggota rumah tangga dalam skala nasional. Kekuatan dari data Riskesdas 2010 adalah 1) data pertama yang representatif; 2) variabel luas karena mencangkup nasional; 3) adanya data kandungan zat gizi pangan hasil Recall 1x24 jam; sehingga 4) dapat digunakan untuk berbagai keperluan terkait informasi asupan pangan dan kandungan gizinya; serta 5) dapat dijadikan acuan bagi pemerintah dalam rangka pembuatan kebijakan. Kendala-kendala yang dihadapi Riskesdas dalam pengumpulan data asupan pangan berupa 1) kesulitan memperoleh tenaga profesional (tenaga ahli

21 47 gizi) untuk kabupaten/kota yang aksesnya sulit dijangkau seperti kabupaten/kota yang berada di provinsi papua; 2) sampel tidak seluruhnya dapat diwawancara karena tidak berada di tempat; 3) blok sensus yang tidak terjangkau karena keterbatasan akses transportasi; serta 4) kabupaten/kota yang tidak memenuhi syarat, yaitu jumlah rumah tangga yang kurang dari 25 RT. Kendala-kendala yang dihadapi oleh tim Riskesdas dalam upaya pengumpulan data asupan pangan, berimplikasi menjadi kelemahan dari data Riskesdas Di samping kekuatan dari data Riskesdas 2010, terdapat juga kelemahan dari pengumpulan data asupan pangan oleh tim Riskesdas 2010 berupa 1) data yang tidak lengkap pada beberapa sampel, seperti: data berat badan, tinggi badan, dan asupan pangan; 2) tidak adanya pemisahan kuesioner makanan dan minuman; 3) beberapa data berat bahan pangan (gram atau ml) yang tidak logis, sehingga berimplikasi pada kandungan zat gizi dari bahan pangan yang cenderung terlalu tinggi atau terlalu rendah; 4) tenaga pengumpul data asupan pangan tidak seluruhnya dilakukan oleh tenaga profesional dalam bidang gizi; 5) tidak adanya data mengenai faktor aktivitas sampel; dan 6) beberapa data total berat (ml) asupan ASI per hari yang tidak logis. Penelitian ini sepenuhnya menggunakan data sekunder yang telah dikumpulkan oleh tim Riskesdas Kelemahan pada data Riskesdas berimplikasi menjadi kelemahan pada penelitian ini, yaitu 1) kandungan zat gizi dari bahan pangan yang cenderung terlalu tinggi atau terlalu rendah karena beberapa data asupan pangan yang tidak logis; 2) terdapat beberapa pangan yang tidak ada data kandungan air pada DKBM; 3) tidak adanya data kandungan zat gizi ASI pada DKBM; 4) karena ada beberapa data yang tidak lengkap dan tidak logis, sehingga beberapa sampel harus dibuang melalui cleaning data. Sebelum data diterima oleh peneliti, Riskesdas telah melakukan proses manajemen data berupa receiving batching, edit, entri, penggabungan data, cleaning, dan imputasi. Meskipun imputasi telah dilakukan guna penanganan data-data missing dan outlier, namun masih terdapat data yang tidak lengkap seperti pada berat badan, tinggi badan, dan asupan pangan. Riskesdas 2010 tidak memisahkan kuesioner recall 1x24 jam antara makanan dan minuman, sehingga wawancara terhadap minuman yang dikonsumsi sampel menjadi kurang mendalam. Kurang mendalamnya wawancara terhadap asupan minuman sampel berimplikasi pada data minuman yang missing, seperti beberapa sampel tidak memiliki data asupan minuman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi sampel meliputi pendidikan terakhir, pekerjaan, domisili, dan status ekonomi (kuintil), yang disajikan dalam Tabel 5. Pendidikan

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 16 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitan ini menggunakan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 15 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja (adolescence) berasal dari kata latin adolesceere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock 2004). Menurut Arisman (2004), masa ini dimulai antara usia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air sebagai Zat Gizi Esensial Air merupakan komponen yang yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Asupan air yang kurang ataupun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

Veni Hadju Nurpudji Astuti

Veni Hadju Nurpudji Astuti Veni Hadju Nurpudji Astuti Penelitian di Unhas; yang dilaksanakan di Pusat Studi Gizi dan Pangan, mahasiswa S3, S2, dan S1. Kendala waktu, pada umumnya yang bisa disampaikan adalah penelitian PSGP. Studi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang)

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang) 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional study. Data primer diperoleh melalui survey, wawancara, pengisian kuesioner dan recall

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani siklus hidupnya membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kebutuhan zat gizi bagi tubuh meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA REMAJA USIA TAHUN DI INDONESIA LATIVA

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA REMAJA USIA TAHUN DI INDONESIA LATIVA KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA REMAJA USIA 13-18 TAHUN DI INDONESIA LATIVA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA DEWASA USIA TAHUN DI INDONESIA KHOIRUL ANWAR

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA DEWASA USIA TAHUN DI INDONESIA KHOIRUL ANWAR KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA DEWASA USIA 19-49 TAHUN DI INDONESIA KHOIRUL ANWAR DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Status Gizi

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Status Gizi 4 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Istilah dewasa (adult) berasal dari istilah latin adultus yang memiliki arti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. WHO (2009) mengklasifikasikan

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA ANAK USIA SEKOLAH 7 12 TAHUN DI INDONESIA

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA ANAK USIA SEKOLAH 7 12 TAHUN DI INDONESIA ISSN 1978-1059 Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2014, 9(2): 117 124 KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA ANAK USIA SEKOLAH 7 12 TAHUN DI INDONESIA (Food and Nutrient Consumption

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut. Proporsi penduduk usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Gambar 2Cara Penarikan Contoh 16 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study dimana pengumpulan data dilakukan pada satu waktu untuk menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan KERANGKA PEMIKIRAN Konsumsi pangan karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu karakteristik sosial ekonomi yang meliputi jenis kelamin, umur dan

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Status Anemia Kadar hemoglobin contoh yang terendah 9.20 g/dl dan yang tertinggi 14.0 g/dl dengan rata-rata kadar Hb 11.56 g/dl. Pada Tabel 6 berikut dapat diketahui sebaran contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi pada anak sekolah dasar masih cukup memprihatinkan. Hal ini dapat terlihat dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap anak usia sekolah dasar di Indonesia.

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi atau anak yang optimal. Sejak lahir bayi hanya diberikan ASI hingga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional 37 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian ini merupakan penelitian survey yang dilakukan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi penelitian ini terdiri dari 3 Puskesmas yaitu Kadudampit,

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA ANAK USIA 2 6 TAHUN DI INDONESIA

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA ANAK USIA 2 6 TAHUN DI INDONESIA ISSN 1978-1059 Jurnal Gizi dan Pangan, November 2013, 8(3): 159 166 KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA ANAK USIA 2 6 TAHUN DI INDONESIA (Food and Nutrients Intake and Desirable

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross

Lebih terperinci

HEALTHY EATING INDEX REMAJA DI KOTA YOGYAKARTA DAN PADANG YOGA HENDRIYANTO

HEALTHY EATING INDEX REMAJA DI KOTA YOGYAKARTA DAN PADANG YOGA HENDRIYANTO HEALTHY EATING INDEX REMAJA DI KOTA YOGYAKARTA DAN PADANG YOGA HENDRIYANTO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian mengenai hubungan antara kepatuhan konsumsi biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan status gizi dan morbiditas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kimia Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara kadar Zn, Se, dan Co pada rambut siswa SD dengan pendapatan orang tua yang dilakukan pada SDN I Way Halim Lampung

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1.

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1. L A M P I R A N 50 Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian No. Variabel Kategori Pengukuran 1. Proses Penyelenggaraan Makanan 2. Karakteristik Responden a. Umur (Depkes 2005) b. Uang saku 3. Karakteristik

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG BALITA OLEH : RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

GIZI SEIMBANG BALITA OLEH : RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes GIZI SEIMBANG BALITA OLEH : RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes 1 GIZI BALITA dan ANAK 1-5 tahun Balita Dibedakan : * 1 3 tahun : Batita * 4 5 tahun : usia pra sekolah >5 thn- 9 tahun anak-anak Pertambahan tinggi

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci