BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air memenuhi sekitar 60-65% berat badan orang dewasa. Kandungan air tubuh (body water) berbeda antar manusia tergantung proporsi jaringan otot dan jaringan lemak (Briawan et al., 2011). Hal ini sesuai dengan penelitian Ritz et al. (2008) bahwa pada indeks massa tubuh (IMT) yang sama, perempuan memiliki lebih banyak lemak dibandingkan laki-laki. Jumlah body water yang tinggi ditemukan pada massa bebas lemak, sehingga jika proporsi lemak tinggi (massa bebas lemak rendah) maka jumlah body water akan sedikit. Hal tersebut menunjukkan bahwa per kilogram berat badan, perempuan mengandung lebih sedikit air dibandingkan laki-laki. Observasi komite DRI (Dietary Reference Intake) Amerika Serikat menyatakan bahwa jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktifitas fisik menjadi dasar pertimbangan selain dari faktor metabolisme dan kondisi lingkungan, untuk dijadikan rekomendasi kecukupan konsumsi air minum pada populasi dan individu yang sama (Popkin et al., 2010). Penelitian di Prancis mengenai konsumsi air minum pada subjek remaja sehat menunjukkan rata-rata total konsumsi air minum harian sebesar 1111,8 ml (577,8 ml atau 51,96% diperoleh dari air minum, sedangkan sisanya dari jenis minuman lain seperti alkohol, minuman panas, jus, soda, dan susu). Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa 80% total air minum harian dikonsumsi ketika di rumah (Bellisle et al., 2010; Drewnowski et al., 2013). Di Indonesia, berdasarkan analisis data Riskesdas 2010 yang dilakukan Hardinsyah et al. (2012), konsumsi air minum pada usia remaja baik laki-laki maupun perempuan masih rendah. Pada kelompok usia tahun, rata-rata tingkat konsumsi air minum per hari laki-laki sebesar 55,63% (± 1600 ml) sedangkan perempuan sebesar 64,67% (± 1123 ml). Berdasarkan rekomendasi angka kecukupan air Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004, remaja laki-laki usia

2 2 tahun memiliki kebutuhan sebesar ml/hari sedangkan remaja perempuan sebesar ml/hari (Astuti et al., 2014). Pertumbuhan tinggi badan, berat badan, dan kapasitas aerobik maksimal mencapai puncaknya pada periode usia remaja (Khodnapur et al., 2012). Remaja mengalami peningkatan kekuatan dan toleransi fisik karena adanya perubahan sistem sirkulasi dan respirasi selama masa pubertas. Ukuran anatomi jantung pada perempuan lebih kecil, aktifitas denyut jantung lebih rendah, dan jumlah sirkulasi sel darah merah lebih sedikit dibandingkan laki-laki (Huxley, 2007). Secara fisik remaja juga lebih aktif, dalam hal ini laki-laki lebih banyak melakukan aktifitas fisik dibandingkan perempuan (Jandric, 2010). Kehilangan cairan yang disebabkan karena aktifitas fisik merupakan kejadian yang sering ditemukan dalam kehidupan seharihari. Penurunan status hidrasi sebesar 3% memiliki dampak terhadap performa ketika melakukan aktifitas fisik (Carlton & Orr, 2015; Rew, 2005). Status hidrasi juga dapat berpengaruh secara signifikan terhadap performa daya tahan latihan anak-anak (Kavouras et al., 2012). Daya tahan merupakan salah satu komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan (Nieman, 2007). Manfaat kebugaran jasmani antara lain dapat meningkatkan level kecerdasan, aktifitas, dan perilaku social (Khodnapur et al., 2012). Wittberg et al. (2012) juga menunjukkan terdapat hubungan antara kebugaran jasmani (khususnya kapasitas aerobik) dengan pencapaian prestasi akademik anak sekolah. Berdasarkan penelitian mengenai tes kebugaran jasmani, laki-laki memiliki tingkat kebugaran yang lebih baik dibandingkan perempuan (Thomas & Thomas, 1988). Di Indonesia, proporsi dehidrasi ringan pada kelompok remaja lebih tinggi yaitu sebesar 41,67% dibandingkan kelompok dewasa sebesar 24% (Hardinsyah et al., 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Tawarniate (2011) menunjukkan prevalensi dehidrasi laki-laki usia 20 tahun di Yogyakarta sebesar 70,1%. Penelitian Rizqi (2013) menunjukkan prevalensi dehidrasi laki-laki usia 20 tahun di Yogyakarta sebesar 56,7%. Menurut Gustam (2012) tingkat pengetahuan, tingkat konsumsi air minum, suhu tubuh, jenis kelamin, dan wilayah ekologi merupakan faktor risiko

3 3 terjadinya dehidrasi pada remaja. Hasil penelitian Hardinsyah et al. (2009) menunjukkan sebanyak 42,4 49,7% remaja memiliki pengetahuan yang rendah tentang air minum. Pengetahuan tentang fungsi air, makanan sebagai sumber air, dan gejala dehidrasi merupakan beberapa aspek yang paling banyak tidak diketahui oleh remaja. Dibandingkan dengan subjek yang memiliki pengetahuan baik, risiko dehidrasi 1,33 kali lebih besar terjadi pada subjek dengan pengetahuan yang kurang (Gustam, 2012). Proses dalam mengolah informasi antara laki-laki dan perempuan berbeda. Penelitian menunjukkan laki-laki lebih sering menggunakan satu sisi otak sehingga lebih berpikir secara objektif, sedangkan perempuan menggunakan kedua sisi otaknya sehingga dalam mengakses informasi menggunakan pikiran dan perasaan (Smallie, 2004). Penelitian Cleary et al. (2012) menunjukkan bahwa pengetahuan remaja dapat ditingkatkan dengan pemberian intervensi edukasi, tetapi remaja hanya dalam batas sadar dan mengerti tentang perilaku hidrasi, mereka tidak dapat menerapkan pengetahuannya tersebut pada strategi perilaku hidrasi yang tepat. Hal tersebut menunjukkan bahwa perubahan perilaku hidrasi dan peningkatan status hidrasi remaja tidak akan terjadi jika intervensi yang diberikan hanya berupa edukasi. Penelitian Gustam (2012) menunjukkan bahwa risiko dehidrasi 1,31 kali lebih besar terjadi pada subjek dengan tingkat konsumsi air minum yang kurang dari 90%. Kondisi dehidrasi dapat pulih jika seseorang mengonsumsi air minum (Brown, 2014). Penerapan strategi untuk meningkatkan konsumsi air minum pada remaja lebih efektif melalui pemberian air minum dengan volume yang telah ditentukan dibandingkan konsumsi volume air minum secara bebas (tidak diatur volumenya) (Cleary et al., 2012). Tingkat pengetahuan dan tingkat konsumsi air minum merupakan dua faktor risiko terjadinya dehidrasi yang dapat dikendalikan dan diperbaiki sehingga menjadi dasar pertimbangan perlu dilakukannya penelitian mengenai perbedaan peningkatan konsumsi air minum, status hidrasi, dan kebugaran jasmani dengan mempertimbangkan faktor jenis kelamin akibat pemberian edukasi yang disertai air minum.

4 4 B. Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan konsumsi air minum pada remaja lakilaki dan perempuan setelah pemberian edukasi yang disertai air minum? 2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan konsumsi air minum pada remaja lakilaki dan perempuan setelah pemberian edukasi? 3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan konsumsi air minum pada remaja lakilaki dan perempuan setelah pemberian air minum? 4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan status hidrasi dan kebugaran jasmani pada remaja laki-laki dan perempuan? C. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum Untuk menilai perbedaan peningkatan konsumsi air minum, status hidrasi, dan kebugaran jasmani berdasarkan jenis kelamin pada remaja setelah pemberian edukasi yang disertai air minum. b. Tujuan khusus 1. Menilai perbedaan peningkatan konsumsi air minum pada remaja laki-laki dan perempuan setelah memperoleh edukasi yang disertai air minum. 2. Menilai perbedaan peningkatan konsumsi air minum pada remaja laki-laki dan perempuan setelah memperoleh edukasi. 3. Menilai perbedaan peningkatan konsumsi air minum pada remaja laki-laki dan perempuan setelah memperoleh air minum. 4. Menilai perbedaan status hidrasi dan kebugaran jasmani pada remaja lakilaki dan perempuan.

5 5 D. Manfaat Penelitian a. Bagi Ilmu Pengetahuan 1) Untuk membuktikan teori yang sudah ada sebelumnya mengenai pengaruh edukasi dan pemberian air minum terhadap tingkat konsumsi air minum dan status hidrasi. 2) Berkontribusi dalam mengembangkan teori mengenai pengaruh intervensi edukasi dan pemberian air minum terhadap tingkat kebugaran jasmani remaja. b. Bagi Pemerintah dan Institusi 1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perumusan kebijakan pemerintah terkait peningkatan status hidrasi remaja. 2) Memberikan bahan pertimbangan kurikulum di sekolah mengenai pengaturan konsumsi air minum, status hidrasi, upaya pencegahan dehidrasi, dan dampak dari status hidrasi terhadap tingkat kebugaran jasmani remaja. 3) Memberikan bahan pertimbangan upaya program pencegahan dehidrasi melalui pendekatan lingkungan sekolah dan tempat tinggal remaja. c. Bagi Peneliti Sebagai bahan acuan atau referensi bagi penelitian selanjutnya dengan topik hidrasi pada subjek penelitian yang berbeda. d. Bagi Masyarakat Meningkatkan edukasi masyarakat mengenai status hidrasi, pengaturan konsumsi air minum, deteksi gejala dehidrasi, dan dampak dehidrasi bagi kesehatan.

6 6. Peneliti, Tahun, dan Judul Cleary, et al. (2012). Hydration Behaviors Before and After an Educational and Prescribed Hydration Intervention in Adolescent Athletes. Hardinsyah, et al. (2009). Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi Pada Remaja dan Dewasa di Dua E. Keaslian Penelitian Deskripsi Persamaan Perbedaan Penelitian ini menilai status hidrasi dan perilaku hidrasi sebelum dan sesudah intervensi edukasi dan prescribed hydration. Desain: Repeated-measures design study. Subjek: remaja perempuan atlet bola voli. Intervensi: 4 periode observasi antara lain periode kontrol, intervensi edukasi, intervensi prescribed hydration, dan periode observasi. - Perubahan berat badan sebelum dan sesudah latihan pada periode intervensi prescribed hydration menunjukkan angka positif (tidak ada penurunan berat badan) dibandingkan periode lainnya. - Total cairan yang dikonsumsi pada periode intervensi prescribed hydration paling banyak diantara periode lainnya. - Persentase cairan yang dikonsumsi untuk menjaga massa tubuh pada periode intervensi prescribed hydration paling tinggi. - Nilai osmolalitas urin setelah latihan pada seluruh periode menunjukkan nilai yang lebih besar dibandingkan sebelum latihan. - Pada periode intervensi prescribed hydration, perubahan nilai osmolalitas urin sebelum dan sesudah latihan paling rendah dibanding periode lainnya. Penelitian ini mempelajari jenis, jumlah, dan sumber air minum serta minuman yang biasa dikonsumsi; kebiasaan minum air dan minuman meliputi frekuensi, waktu, dan tempat; alasan pemilihan jenis air minum dan minuman; pengetahuan mengenai kebutuhan air, air minum yang aman serta manfaatnya; mempelajari besaran masalah dehidrasi pada remaja dan orang dewasa. Desain: cross sectional. Subjek: remaja dan dewasa laki-laki dan perempuan. Pengumpulan data: sosial-ekonomi-demografi, konsumsi air dan minuman, kebiasaan - Observasi periode intervensi edukasi, intervensi pemberian air minum dan follow-up. - Subjek remaja. - Pemeriksaan status hidrasi melalui pengambilan dan pemeriksaan urin berdasarkan parameter urine specific grafity (berat jenis urin). - Subjek remaja (pelajar). - Wilayah ekologi dataran rendah. - Pengumpulan data berupa konsumsi air minum, pengetahuan tentang hidrasi, berat - Rancangan penelitian pre-post with control group - Subjek bukan atlet tetapi pelajar. - Adanya tes pengukuran tingkat kebugaran jasmani. - Adanya modifikasi model intervensi edukasi dan pemberian air minum. - Jenis penelitian quasi eksperimental study dengan rancangan pre-post with control group - Wilayah

7 7 Wilayah Ekologi yang Berbeda. Kavouras, et al. (2012). Educational Intervention on Water Intake Improves Hydration Status and Enhances Exercise Performance in Athletic Youth. minum air dan minuman, pengetahuan tentang kebutuhan air, minum air yang sehat serta manfaatnya, asupan air minum, berat dan tinggi badan, aktifitas fisik, urin pagi hari, gejala dehidrasi, aktifitas fisik, pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit. - Sumber air minum remaja di wilayah dataran rendah berasal dari air galon sebanyak 74,3% dan dari ledeng sebanyak 32,1%. - Jenis air galon yang digunakan remaja adalah bermerk (65-70%) dan sebanyak 88,2% menggunakan merk Aqua. - Frekuensi mengonsumsi air minum kemasan di dataran rendah lebih tinggi sebesar 3,9 kali/hari dibandingkan di dataran tinggi sebesar 1,8 kali/hari. - Di wilayah dataran rendah, sebanyak 81% remaja mengonsumsi teh dan kopi sebagai minuman kedua setelah air minum. - Remaja yang memiliki pengetahuan tentang air minum yang rendah sebanyak 42,4-49,7%. Fungsi air, makanan sebagai sumber air, dan gejala dehidrasi merupakan aspek yang paling banyak tidak diketahui. - Prevalensi dehidrasi ringan remaja di dataran rendah yaitu 41,6%. Penelitian ini mengevaluasi sebuah program intervensi dalam upaya untuk meningkatkan asupan cairan yang dapat berpengaruh terhadap peningkatan performa latihan pada anakanak yang berlatih dalam kondisi suhu panas. Desain: kuasi eksperimental dengan non randomized pretest and posttest control group Subjek: atlet muda bola voli dan basket. Intervensi: pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi berupa tes performa fisik saat pagi hari antara lain tes lari 600m, lari sprint 30m, lompat vertikal, dan tes keahlian bola voli dan basket; pemberian air minum kemasan botol. Pada kelompok intervensi terdapat intervensi edukasi. Pengumpulan data: pengukuran denyut nadi, konsumsi minuman dengan FFQ, pengukuran status hidrasi menggunakan sampel urin pagi hari berdasarkan parameter berat jenis (urine specific gravity) dan osmolalitas urin, serta persepsi berdasarkan asupan dan akses cairan. dan tinggi badan, serta urin pagi hari. - Metode pengukuran status hidrasi berdasarkan parameter berat jenis urin. - Subjek remaja. - Intervensi berupa edukasi dan pemberian air minum. - Pengumpulan data berupa pengukuran denyut nadi serta pemeriksaan status hidrasi melalui pengambilan dan pemeriksaan urin pagi hari berdasarkan parameter urine penelitian. - Variabel outcome berupa tingkat kebugaran jasmani. - Rancangan penelitian pre-post with control group - Subjek bukan atlet tetapi pelajar. - Adanya modifikasi model intervensi edukasi dan pemberian air minum. - Pengukuran konsumsi air minum dengan record 3 hari (2

8 8 Yuliati (2014). Promosi Gizi di Sekolah untuk Meningkatkan Konsumsi Air Pada Anak Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta. - Berdasarkan kriteria urine specific gravity, sebanyak 96,7% kelompok kontrol dan 91,7% kelompok intervensi dalam kondisi dehidrasi (pada hari ke-2 camp). - Berdasarkan kriteria urine specific gravity, sebanyak 96,7% kelompok kontrol dan 66,1% kelompok intervensi dalam kondisi dehidrasi (pada hari ke-4 camp). - Berdasarkan osmolalitas urin, sebanyak 90,3% kelompok kontrol dan 83,3% kelompok intervensi dalam kondisi dehidrasi (pada hari ke-2 sebelum intervensi). - Sebagai respon dari intervensi, kelompok intervensi yang mengalami dehidrasi menurun menjadi 62,1%, sementara tidak ada beda pada kelompok kontrol (90%). - Performa daya tahan pada tes lari 600 meter meningkat hanya pada kelompok intervensi. - Program intervensi yang relatif sederhana dan menyeluruh terbukti berhasil untuk meningkatkan status hidrasi hanya pada periode 2 hari. - Peningkatan status hidrasi melalui asupan air secara ad libitum di lingkungan latihan atlet remaja pada suhu yang panas, dapat meningkatkan performa daya tahan saat latihan. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan yang berkaitan dengan gizi di sekolah, dalam upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap konsumsi air. Desain: kuasi eksperimen dengan rancangan pre-post with control group Subjek: siswa SD kelas 4 dan 5. Intervensi: pendidikan gizi dengan metode pembelajaran aktif berupa permainan dan diskusi serta pembiasaan dilakukan dengan meminta anak membawa minuman dari rumah dan minum bersama sebelum pelajaran dimulai dan ketika akan pulang sekolah. Pengumpulan data: pengukuran pengetahuan dan sikap serta konsumsi air minum mengunakan 3 hari fluid record. - Promosi gizi melalui pendidikan gizi menggunakan metode pembelajaran aktif dan pembiasaan mampu meningkatkan pengetahuan anak terkait konsumsi air. - Promosi gizi melalui pendidikan gizi menggunakan metode pembelajaran aktif dan pembiasaan belum mampu meningkatkan sikap dan perilaku anak terkait konsumsi air. specific grafity (berat jenis urin). - Model intervensi menggunakan pendidikan gizi dengan metode pembelajaran aktif (diskusi). - Pengumpulan data berupa pengukuran tingkat pengetahuan. hari sekolah dan 1 hari libur). - Lama waktu periode intervensi. - Adanya tes pengukuran tingkat kebugaran jasmani. - Subjek pelajar SMA. - Jenis penelitian berupa quasi eksperimental dengan rancangan pre-post with control group - Adanya intervensi pemberian air minum. - Adanya modifikasi pemberian edukasi berupa penambahan

9 9 Septianingrum (2014). Hubungan Antara Persentase Lemak Tubuh, Status Hidrasi, Indeks Kebugaran Jasmani Pada Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Sepak Bola di UGM & UNY. Viandaru (2010). Pengaruh Kecukupan Hidrasi dan Energi Terhadap Kebugaran Tubuh Manusia Pada Mahasiswa Teknik Penelitian ini mengetahui hubungan antara persentase lemak tubuh, status hidrasi, dan indeks kebugaran jasmani pada anggota UKM Sepak Bola di UGM dan UNY. Desain: cross sectional Subjek: mahasiswa UGM dan UNY Pengumpulan data: persen lemak tubuh, status hidrasi dengan indikator warna urin, ph, dan berat jenis urin, recall 24 jam, dan hasil yoyo intermittent recovery test. - Subjek yang memiliki status hidrasi baik berdasarkan warna yaitu sebesar 53,9%, rata-rata status hidrasi berdasarkan ph urin sebesar 5,77, dan berat jenis urin sebesar 1012,69. - Rata-rata indeks kebugaran jasmani subjek termasuk tidak baik, sebesar 50,38. - Tidak ada hubungan antara status hidrasi berdasarkan warna, ph, dan berat jenis urin dengan indeks kebugaran jasmani. Penelitian ini mengetahui pengaruh kecukupan asupan cairan dan energi terhadap kebugaran tubuh mahasiswa Teknik UGM. Desain: observasional dengan rancangan eksperimental Subjek: mahasiswa Teknik UGM usia tahun Pengumpulan data: asupan energi dengan recall 24 jam (2 hari), antropometri, tingkat kebugaran jasmani. - Sebanyak 90,8% subjek memiliki kebugaran yang baik. - Pengumpulan data berupa pengukuran status hidrasi melalui pengambilan urin pagi hari dan pemeriksaan berdasarkan berat jenis urin, serta pengukuran tingkat kebugaran jasmani. - Melihat hubungan status hidrasi dengan tingkat kebugaran jasmani. - Adanya intervensi pemberian air minum. - Adanya pengukuran tingkat kebugaran jasmani yang dilakukan setelah intervensi pemberian air minum. media (leaflet dan video animasi). - Pengukuran konsumsi air minum dengan record 3 hari (2 hari sekolah dan 1 hari libur). - Subjek pelajar SMA. - Jenis penelitian berupa quasi eksperimental dengan rancangan pre-post with control group - Metode pengukuran tingkat kebugaran jasmani (Harvard step up test). - Jenis penelitian berupa quasi eksperimental dengan rancangan pre-post with control group - Subjek: pelajar SMA

10 10 UGM. - Sebanyak 47,4% subjek memiliki asupan cairan baik dan 43,4% dengan asupan cairan kurang. - Sebanyak 44,7% subjek memiliki asupan energi baik dan 46,1% dengan asupan energi kurang. - Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan cairan dan energi dengan tingkat kebugaran - Metode penilaian konsumsi air minum dengan record 3 hari (2 hari sekolah dan 1 hari libur).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu zat gizi penting bagi kesehatan tubuh. Peran penting air dalam tubuh antara lain sebagai pelarut, katalisator, pelumas, pengatur suhu tubuh

Lebih terperinci

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA http://dbriawan.staff.ipb.ac.id/research/studi-kebiasaan-minum-dan-hidrasi-pada-remaja-dan-dewas a STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA STUDI KEBIASAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan

BAB I PENDAHULUAN. (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Batmanghelidj (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan 25% bahan padat. Air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurangnya konsumsi cairan merupakan masalah penting di bidang kesehatan karena sel tubuh manusia memerlukan air dalam proses metabolisme. Air sebagai zat gizi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI

BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga sepak bola merupakan olahraga yang memerlukan ketahanan dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI didapatkan hasil bahwa atlet sepak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan zat yang sangat esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa mengandung air. Air memiliki beberapa

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN Tanggal: PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN Salam, perkenalkan nama saya Ririn Triana Putri, mahasiswi Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen utama pada tubuh manusia. Pada orang dewasa, air menyumbang sebanyak 60% berat badan total, dan persentase tersebut lebih tinggi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik kompetitif yang biasanya dilakukan melalui partisipasi santai atau terorganisi, bertujuan untuk menggunakan, memelihara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kelompok remaja dan kelompok dewasa. Karakteristik subyek terdiri dari umur, wilayah ekologi, jenis

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia. Saat ini, pencak silat sendiri sudah dipertandingkan diberbagai ajang kompetisi olahraga internasional,

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kemajuan zaman seperti sekarang ini dan arus globalisasi sangatlah mempengaruhi kehidupan setiap individu di Indonesia maupun di negara-negara lainnya baik ditinjau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan oleh banyaknya klub-klub sepak bola yang ada dan penggemar yang tidak sedikit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan aktivitas fisik. Latihan fisik merupakan aktivitas fisik yang tumbuh dan berkembang seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat penuaan. Sesuai dengan pertambahan usia, terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat penuaan. Sesuai dengan pertambahan usia, terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut biasanya ditandai dengan adanya berbagai masalah kesehatan akibat penuaan. Sesuai dengan pertambahan usia, terjadi perubahan fisiologi yang menurunkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60%

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60% 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60% pada orang dewasa (Almatsier, 2004). Menurut Fraser (2009), tercapainya keseimbangan asupan dan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN...

LEMBAR PERSETUJUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENGESAHAN SKRIPSI... iv SURAT PERNYATAAN... v RIWAYAT HIDUP... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai Kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat juga keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glukosa darah adalah salah satu gula monosakarida dan salah satu sumber karbon terpenting yang digunakan sebagai sumber energi yang adekuat bagi sel-sel, jaringan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan pengeluaran cairan lebih besar daripada pemasukan. (Almatsier, 2009). Dehidrasi dapat terjadi tanpa disadari di saat

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan pengeluaran cairan lebih besar daripada pemasukan. (Almatsier, 2009). Dehidrasi dapat terjadi tanpa disadari di saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dehidrasi merupakan ketidakseimbangan cairan tubuh dikarenakan pengeluaran cairan lebih besar daripada pemasukan (Almatsier, 2009). Dehidrasi dapat terjadi tanpa disadari

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CAKRAM KEBUTUHAN ASUPAN CAIRAN UNTUK PENINGKATAN KEBERHASILAN PELAKSANAAN PROGRAM AYO MINUM AIR

PEMANFAATAN CAKRAM KEBUTUHAN ASUPAN CAIRAN UNTUK PENINGKATAN KEBERHASILAN PELAKSANAAN PROGRAM AYO MINUM AIR PEMANFAATAN CAKRAM KEBUTUHAN ASUPAN CAIRAN UNTUK PENINGKATAN KEBERHASILAN PELAKSANAAN PROGRAM AYO MINUM AIR Darsini, Faris Hamidi Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Insan Cendekia Medika Jombang Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi kegemukan dan obesitas terus meningkat sangat tajam di seluruh dunia, dan mencapai tingkatan yang membahayakan. Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh supaya memudahkan dalam beraktivitas. Menurut Dawn (2000: 2), manusia memperoleh bahan bakar terutama

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah di bidang kesehatan. Hipertensi yang dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai sarana untuk meraih prestasi. latihan fisik yang teratur dan sesuai untuk mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai sarana untuk meraih prestasi. latihan fisik yang teratur dan sesuai untuk mengembangkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan aktivitas fisik yang berfungsi untuk menjaga kekuatan fisik dan kesehatan tubuh, serta penting untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Minat masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tetapi hanya dapat bertahan selama beberapa hari tanpa air. Air merupakan komponen utama dari semua

Lebih terperinci

Kajian Karakteristik dan Asupan Cairan pada Atlet di SMA Negeri 1 Sewon

Kajian Karakteristik dan Asupan Cairan pada Atlet di SMA Negeri 1 Sewon Nutrisia, Volume 15 Nomor 2, September 2013, halaman 76-81 Kajian Karakteristik dan pada Atlet di SMA Negeri 1 Sewon Fani Indrawati 1, Weni Kurdanti 2, Isti Suryani 3 1,2,3 Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dahulu badan gemuk dianggap sebagai simbol kemakmuran karena umumnya masalah kegemukan banyak dijumpai di negara kaya seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia hidup tidak hanya bergantung pada makanan tetapi juga minuman, karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup beminggu minggu tanpa

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas didefinisikan sebagai penumpukan lemak yang berlebihan sehingga dapat menggangu kesehatan tubuh. (1) Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi (WHO, 2011). Menurut Departemen Kesehatan RI (2007),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daya Tahan Tubuh (Endurance) 1. Pengertian Menurut Toho Cholik Mutohir dan Ali Maksum (2007) daya tahan umum adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas terus-menerus (lebih

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang ingin menjalani kehidupannya senantiasa dalam keadaan sehat. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, berbagai upaya telah dilakukan, salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak perubahan yang terjadi. Selain perubahan fisik karena bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan bagian dari sektor kesehatan yang penting dan mendapat perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa anak dan remaja adalah masa dimana manusia. mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik secara

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa anak dan remaja adalah masa dimana manusia. mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik secara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masa anak dan remaja adalah masa dimana manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik secara pesat. Pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan fisik

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel independen Latihan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 60 Lampiran I Kuesioner Penelitian Petunjuk : Isilah pertanyaan berikut ini dengan lengkap dan jelas 1. Identitas Responden (diisi petugas) ID Responden : [ ] [ ] Nama : Umur : Jenis kelamin : Petunjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebaran transportasi di Indonesia kini semakin mengalami peningkatan seiring dengan berjalannya waktu. Jumlah kendaraan yang masih beroperasi di seluruh Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol merupakan konstituen utama membrane plasma dan lipoprotein plasma. Senyawa ini sering ditemukan sebagai ester kolesteril, dengan gugus hidroksil di posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah siswa pada perguruan tinggi yang memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

Specific Dynamic Action

Specific Dynamic Action Kebutuhan Energi Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini menjaga penampilan merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang wanita dapat menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden of malnutrition) yaitu kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan

BAB I PENDAHULUAN. golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang diminati semua golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan beregu yang berisi dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002). 74 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan sepakbola membutuhkan daya tahan fisik yang tinggi untuk melakukan aktifitas secara terus menerus dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang dan membangun, Indonesia masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan dengan negara lain yang sudah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat gizi, termasuk air merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi kebutuhan zat gizi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai ukuran, bentuk, dan struktur tubuhnya sendiri, dan pada umumnya dikonseptualisasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1). BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan fisik sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran, selain itu olahraga juga dapat ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap atlet pastilah memiliki tujuan untuk mencapai performa maksimal dalam setiap pertandingan yang diikutinya, sehingga dapat menghasilkan prestasi yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cairan sedikit banyak dapat menyebabkan permasalahan bagi atlet yang

BAB I PENDAHULUAN. cairan sedikit banyak dapat menyebabkan permasalahan bagi atlet yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yang berkaitan dengan termoregulasi dan keseimbangan cairan sedikit banyak dapat menyebabkan permasalahan bagi atlet yang melakukan latihan saat suhu udara panas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo

BAB I PENDAHULUAN. lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arisman (2004) mengungkapkan bahwa secara umum lanjut usia atau lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo dalam Azizah (2011), lanjut

Lebih terperinci

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia defisiensi besi ialah suatu kondisi anemia dan terdapat bukti yang jelas akan kehilangan zat besi. Anemia defisiensi besi merupakan tahap berat dari defisiensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA Ahmad Syauqy 1 1 Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi email : asqyjbi30@gmail.com

Lebih terperinci

Online di :

Online di : 8 Journal Journal of Nutrition of Nutrition College, College, Volume Volume 5, Nomor 5, Nomor 1, Tahun 1, 2016 Tahun 2016, Halaman 8-13 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc PENGARUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu dalam masyarakat berperan penting sebagai agen dari suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut membutuhkan suatu keadaan yang mendukung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan kebutuhan setiap manusia untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi menjadi dua tingkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal ialah suatu rangkaian gerak tubuh yang menggunakan tenaga atau energi. Jenis aktivitas fisik yang sehari-hari dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Fisiologi dan Kedokteran Olahraga. rancangan one group pre- and post-test design.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Fisiologi dan Kedokteran Olahraga. rancangan one group pre- and post-test design. 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Fisiologi dan Kedokteran Olahraga. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau berlebihnya lemak

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau berlebihnya lemak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau berlebihnya lemak yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. Ukuran yang menentukan obesitas adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual

BAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual di pasaran. Menurut Badan Standar Nasional (1998), minuman isotonik merupakan salah satu produk

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU- ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU- ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN KONSUMSI CAIRAN, AKTIFITAS FISIK DAN BERAT JENIS URIN PADA SISWI SMU NEGERI 3 KUPANG (DATARAN RENDAH) DAN SMU NEGERI KAPAN (DATARAN TINGGI) DI NUSA TENGGARA TIMUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja masa yang sangat penting dalam membangun perkembangan mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan periode kehidupan anak dan dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi mengakibatkan perilaku penduduk berubah dan menimbulkan ketidakseimbangan antara asupan makanan dengan aktivitas yang lebih banyak kurang gerak sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA HAFIDUDIN

KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA HAFIDUDIN KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA HAFIDUDIN DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 LAMPIRAN 60 61 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode: KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN GIZI, KONSUMSI PANGAN, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI TERHADAP KEBUGARAN ATLET BOLA BASKET DI SMP/SMA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di. berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di. berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan aktivitas fisik di berbagai kalangan usia. Data susenas (Survei

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan modern kini menuntut segala sesuatu yang serba cepat. Baik dalam aktivitas pekerjaan, kehidupan rumah tangga dan kebutuhan makan dalam sehari-hari. Perkembangan

Lebih terperinci