BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan
|
|
- Sudirman Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan dan kekurangan asupan serta kesalahan dalam pemilihan bahan makanan (Arisman, 2010). Suhardjo (1989) dalam Sartika (2012) mengatakan status gizi seseorang dipengaruhi oleh jumlah dan mutu pangan yang dikonsumsi serta keadaan tubuh seseorang yang mempengaruhi penyerapan zat gizi. Masalah gizi pada remaja di Indonesia masih tinggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi kurus pada remaja umur tahun secara nasional sebesar 9,4% (1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus), sedangkan prevalensi gemuk pada remaja umur tahun sebanyak 7,3% (5,7% gemuk dan 1,6% obesitas). Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk dalam provinsi dengan prevalensi gemuk tertinggi. Berdasarkan IMT/U anak usia tahun yang kurus di DIY sebanyak 8,1%, di Kabupaten Sleman sendiri menyumbang prevalensi kurus paling tinggi yaitu 9,5% dan merupakan tertinggi dari kabupaten lainnya (Kemenkes RI, 2013). Makanan memiliki banyak fungsi di dalam tubuh. Menurut Sediaoetama (2008) dalam Mustaqimah (2015) fungsi dari zat-zat makanan yang masuk ke dalam tubuh antara lain sebagai sumber energi, penyokong pertumbuhan badan, memelihara jaringan tubuh, mengatur metabolisme tubuh dan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Makanan yang kita makan akan dimetabolisme oleh tubuh kemudian hasil dari metabolisme makanan digunakan sebagai bahan 1
2 2 bakar dalam melakukan suatu kegiatan. Asupan makanan akan menaikkan kadar gula darah sehingga sel tubuh bisa menggunakannya untuk melakukan reaksi. Kadar gula yang rendah menyebabkan badan lemas, mengantuk, sulit menerima pelajaran, serta turunnya gairah belajar dan kemampuan merespon (Irianto, 2007 dalam Pustika, 2015). Remaja berada pada fase adolescence growth spurt membutuhkan zat gizi yang cukup banyak untuk fase pertumbuhan tersebut. Peningkatan kebutuhan energi dibutuhkan untuk kegiatan fisik yang tinggi pada masa remaja. Sedangkan peningkatan protein digunakan dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Pada kondisi konsumsi zat gizi tidak sesuai dengan kebutuhannya maka akan berakibat pada defisiensi zat gizi (Sediaoetama, 1991 dalam Camelia, 2002). Selain pertumbuhan fisik, remaja membutuhkan zat gizi untuk perkembangan kemampuan intelegensi antara lain energi, protein, vitamin C, seng, zat besi dan kalsium (Wirakusumah, dkk, 1993 dalam Rina, 2008). Kurangnya zat gizi dalam tubuh akan mengurangi kemampuan dan konsentrasi belajar siswa (Purnakarya, 2010 dalam Masdewi, 2011). Kekurangan gizi pada anak sekolah akan mengakibatkan lemah, cepat lelah dan sakit-sakitan sehingga anak akan sering absen serta mengalami kesulitan dalam memahami dan mengikuti pelajaran (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2000). Kekurangan gizi pada masa remaja akan memiliki dampak pada aktifitas siswa di sekolah seperti sluggishness (lesu), mudah letih/lelah, hambatan pertumbuhan, penurunan prestasi dan akhirnya akan berdampak pada kekurangan gizi pada masa dewasa nanti (Elnovriza, dkk, 2008 dalam Masdewi, 2011). Kondisi kekurangan gizi kronis atau berlangsung lama akan berakibat kekurangan energi protein (KEP) yang memiliki pengaruh terhadap IQ siswa. Dalam penelitian
3 3 Baliwati, dkk (2004) dalam Minatun (2011) penurunan IQ yang diakibatkan oleh kekurangan energi dan protein sebesar 10 hingga 13 skor dari anak yang normal. Kondisi kekurangan gizi pada remaja diakibatkan oleh pola konsumsi yang salah yaitu lebih mengkonsumsi makanan yang disukai dan jarang mengkonsumsi makanan yang dipantang atau tidak disukai, menurut Hurlock (1997) dalam Rina (2008) surveynya mengatakan bahwa remaja sangat menyukai makanan yang manis, roti serta permen, sedangkan sayur dan buah yang banyak mengandung vitamin C jarang dikonsumsi sehingga diet yang dikonsumsi rendah zat besi, seng, kalsium dan vitamin C. Disamping konsumsi makanan tersebut remaja juga menyukai minuman ringan (soft drink), teh, dan kopi daripada susu yang memiliki kandungan kalsium yang cukup tinggi. Kebiasaan diatas mengakibatkan keadaan kekurangan zat gizi mikro dalam tubuh yaitu mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Salah satunya yaitu anemia defisiensi besi yang sering terjadi pada masa remaja. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga 2001 pada remaja Indonesia usia tahun mengalami anemia sebanyak 26,5% (Subeno, 2007 dalam Fauzi, 2011). Penelitian rata-rata asupan zat besi dilakukan pada 106 mahasiswa Universitas Andalas dihasilkan hanya 6,56 mg/hari zat besi yang masuk ke dalam tubuh (Aryani, 2010 dalam Fitri, dkk, 2013). Angka Kecukupan Gizi 2013 (AKG 2013) pada remaja umur tahun membutuhkan asupan zat besi 26 mg/hari pada remaja putri dan 15 mg/hari pada remaja laki-laki untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Anemia defisiensi besi memberikan dampak luas termasuk menurunkan kapasitas kerja, menurunkan regulasi panas, disfungsi imunitas,
4 4 gangguan saluran cerna, menurunkan kemampuan kognitif (Clark, 2008 dalam Zulaekah, dkk, 2014). Masalah lain yang terjadi pada remaja adalah kurangnya kebiasaan sarapan pagi. Apabila tidak sarapan, tubuh akan menggunakan cadangan makanan untuk memenuhi energi yang dibutuhkan untuk belajar selama berada di sekolah sebelum makan siang dan jika tidak terpenuhi hal ini akan mengganggu konsentrasi sehingga kegiatan belajar tidak maksimal (Khomsan, 2003 dalam Rahmiwati, 2014). Membiasakan sarapan merupakan salah satu pesan umum gizi seimbang. Sarapan dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi 15-30% kebutuhan gizi harian dalam mewujudkan hidup sehat, aktif dan produktif. Membiasakan sarapan bertujuan untuk membekali tubuh dengan zat gizi yang dapat digunakan untuk berfikir, bekerja dan melakukan aktifitas fisik secara optimal. Bagi anak sekolah sarapan dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan stamina. Sedangkan bagi remaja dan orang dewasa dapat mencegah terjadinya kegemukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 40% anak sekolah tidak sarapan pagi. Padahal dengan tidak sarapan akan menyebabkan berbagai hal yang tidak baik terutama pada proses belajar di sekolah. Selain itu akan menurunkan aktivitas fisik dan menyebabkan kegemukan pada remaja dan orang dewasa. Tidak sarapan juga akan meningkatkan risiko jajan yang tidak sehat (Kemenkes RI, 2014). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah yang lebih mengutamakan penguasaan keterampilan sedangkan Sekolah Menengah Atas (SMA) lebih mengutamakan penguasaan teori. SMK menjadi pilihan yang bagus untuk para siswa yang ingin segera bekerja karena bekal keterampilan yang diberikan pada masa pendidikan lebih banyak. Pemerintah mengeluarkan
5 5 kebijakan untuk mengembangkan pertumbuhan SMK yang lebih banyak daripada SMA. Proporsi SMK akan ditingkatkan hingga 70:30 dibandingkan dengan SMA Bahkan di Kabupaten Bantul memiliki target rasio peserta didik SMK: SMA sebanyak 67:33. DIY tercatat memiliki 203 sekolah menengah kejuruan, dimana 53 diantaranya berada di Kabupaten Sleman (Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY, 2012). Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jogja (2012) jumlah siswa SMK yang berada di Kabupaten Sleman sekitar (swasta) dan (negeri) siswa. Dalam hal ini Dikpora (2012) memiliki tujuan untuk meningkatkan lulusan SMK untuk segera terjun dalam dunia kerja. Untuk menunjang tujuan ini status gizi perlu diperbaiki sehingga lulusan SMK yang memiliki produktivitas yang tinggi dan siap terjun ke dalam dunia kerja. Siswa SMK memiliki banyak kompetensi keahlian sesuai dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman yang menyatakan bahwa Kabupaten Sleman memiliki 33 kompetensi keahlian dengan 196 rombongan belajar/kelas. Kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan memiliki rombongan belajar yang paling besar yaitu sebesar 40 (Jatmoko, 2013). Besarnya jumlah tersebut akan membuat persaingan dalam belajar menjadi lebih tinggi. Padahal untuk mendapatkan prestasi terutama dalam hal ketrampilan yang baik banyak hal yang dapat mempengaruhinya. Salah satu hal yang mempengaruhi prestasi adalah status gizi. Menurut Sa adah, dkk (2014) terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi stunting dan status gizi wasting dengan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota Padangpanjang. Asupan merupakan salah satu faktor dari status gizi. Menurut penelitian Fitriani (2014) terdapat hubungan yang signifikan asupan makan
6 6 dengan kejadian anemia, asupan makan dengan nilai praktik dan anemia dengan nilai praktik pada siswi Boga SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. Sedangkan di Kabupaten Sleman belum pernah ada penelitian tentang asupan makan dan status gizi yang dihubungkan dengan keterampilan siswa. Hal ini menjadi dasar penelitian hubungan asupan zat gizi dan status gizi dengan keterampilan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman. B. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan asupan zat gizi (energi, karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, seng dan kalsium), sarapan dan status gizi dengan keterampilan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan asupan zat gizi (energi, karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, seng dan kalsium), sarapan dan status gizi dengan keterampilan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat asupan zat gizi (energi, karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, seng dan kalsium) pada siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman b. Mengetahui status gizi siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman
7 7 c. Mengetahui tingkat keterampilan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman d. Mengetahui hubungan antara asupan zat gizi (energi, karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, seng dan kalsium) dengan keterampilan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman e. Mengetahui hubungan antara status gizi dengan keterampilan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman f. Mengetahui hubungan antara asupan zat gizi (energi, karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, seng dan kalsium) dengan status gizi siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman g. Mengetahui hubungan antara sarapan dengan status gizi siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman h. Mengetahui hubungan antara sarapan dengan keterampilan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Sleman D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Terkait Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada instansi terkait termasuk staf pendidik dan seluruh staf sekolah maupun instansi yang berkaitan dengan pendidikan dan gizi pada siswa SMK. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini akan memberikan tambahan informasi dan wawasan bagi penelliti mengenai gizi dan keterampilan siswa SMK.
8 8 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi dasar/acuan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik pada gizi anak sekolah terkait keterampilan siswa SMK. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Rina (2008) yang berjudul Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Prestasi Belajar pada Siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta. Jenis penelitian dan rancangan penelitian : penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study. Ringkasan penelitian : penelitian ini memiliki tujuan umum untuk mengetahui penyelenggaraan makanan, konsumsi pangan serta hubungannya dengan status gizi dan prestasi belajar siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta. Tujuan khususnya yaitu mengetahui sistem penyelenggaran makanan di pondok pesantren serta menganalisis sumbangannya terhadap konsumsi pangan siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta, menganalisis status gizi siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta, menganalisis prestasi belajar serta faktor-faktor yang diduga berhubungan dan mempengaruhi prestasi belajar siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta. Kesimpulan : uji korelasi Spearman menunjukkan lingkungan belajar, kelengkapan fasilitas belajar, pola belajar dan status gizi berhubungan nyata dengan prestasi belajar. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan konsumsi energi dan protein berhubungan nyata dengan status gizi. Hasil analisis Regresi Linier berganda menunjukkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh status gizi, fasilitas belajar, dan lingkungan belajar.
9 9 Persamaan : variabel yang diteliti mengenai konsumsi pangan, status gizi dan prestasi belajar siswa-siswi SMA. Pada penelitian ini juga menggunakan desain penelitian cross-sectional. Status gizi pada penelitian ini menggunakan subvariabel IMT. Perbedaan : meskipun SMA dan SMK memiliki jenjang yang sama tetapi pada siswa SMK memiliki tambahan penilaian kejuruan yaitu nilai praktek kejuruan. Data konsumsi makan dikumpulkan dengan cara food recall yang dilakukan selama 2x24 jam. 2. Penelitian Effendy (2012) yang berjudul Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Prestasi Belajar pada Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Indramayu. Jenis penelitian dan rancangan penelitian : penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang termasuk jenis penelitian analitik survey dengan pendekatan cross-sectional. Ringkasan penelitian : penelitian ini bertujuan umum untuk mengetahui hubungan status gizi dengan prestasi belajar siswa di SMK Negeri 2 Indramayu. Tujuan khusus penelitian ini antara lain mengetahui status gizi siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Indramayu, mengetahui tingkat prestasi belajar siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Indramayu, mengetahui hubungan status gizi dengan tingkat prestasi belajar siswa SMK kelas X SMK Negeri 2 Indramayu. Kesimpulan : tidak ada hubungan yang kuat antara status gizi dan tingkat prestasi belajar siswa kelas X SMK Negeri 2 Indramayu. Persamaan : variabel yang diteliti mengenai status gizi dan prestasi belajar. Penelitian ini mengunakan desain cross-sectional. Sampel yang dalam penelitian ini siswa sekolah menegah kejuruan. Status gizi (IMT) diperoleh
10 10 dari data pengukuran berat badan dan tinggi badan kemudian diolah menggunakan program nutrisurvey 2005 Indonesian Versions. Perbedaan : penelitian ini tidak meneliti tentang asupan zat gizi pada siswa. Uji statistik yang digunakan yaitu uji korelasi Pearson Product Moment dengan taraf signifikasi 0, Penelitian Fitriani (2014) yang berjudul Hubungan Asupan Makanan dengan Kejadian Anemia dan Nilai Praktik pada Siswi Kelas XI Boga SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo Jenis penelitian dan rancangan penelitian : jenis penelitian ini adalah crosssectional Ringkasan penelitian : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan makanan dengan kejadian anemia, mengetahui hubungan asupan makanan dengan nilai praktik dan mengetahui hubungan kejadian anemia dengan nilai praktik. Kesimpulan : ada hubungan asupan makanan dengan kejadian anemia siswi kelas XI Jasa Boga 1 SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. Ada hubungan asupan makanan dengan nilai praktik siswi kelas XI Jasa Boga 1 SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. Ada hubungan kejadian anemia dengan nilai praktik siswi kelas XI Jasa Boga 1 SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo Persamaan : subjek penelitian merupakan siswa SMK. Penelitian ini merupakan jenis penelitian cross-sectional. Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa meskipun hanya pada nilai praktik saja. Perbedaan : asupan makan diperoleh menggunakan Food Recall 24 jam selama dua hari. peneltian ini tidak memasukkan status gizi dalam variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat yaitu prestasi siswa.
BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan keterbukaan untuk mendapatkan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)
anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia yang dimulai sejak janin dalam kandungan sampai tua nanti. Pada rentangan usia, status gizi ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak-anak terutama usia sekolah merupakan tahapan yang penting bagi kehidupan seseorang. Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting. bangsa, membutuhkan SDM berkualitas tinggi (Sibuea, 2002).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting dalam pembangunan bangsa. Perkembangan ilmu dan pengetahuan (iptek) yang kini berlangsung amat cepat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang berawal dari usia 9-10 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Remaja sebagai golongan individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah terutama bagi remaja putri usia sekolah. Hal ini dilakukan karena pada remaja putri usia sekolah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012
HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di mana ketika masalah gizi kurang masih belum dapat teratasi, masalah gizi lebih menjadi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab dan pada usia ini sudah termasuk remaja. Keadaan kesehatan gizi anak sekolah tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah. remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat Pembangunan Kesehatan adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat
20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi baru pembangunan kesehatan direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi Indonesia Sehat 2010. Tahun 2010 dipilih dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam bahasa Inggris adolescence berasal dari bahasa. latinadolescere berati tumbuh menjadi dewasa. Menurut World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Remaja dalam bahasa Inggris adolescence berasal dari bahasa latinadolescere berati tumbuh menjadi dewasa. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1975, remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh supaya memudahkan dalam beraktivitas. Menurut Dawn (2000: 2), manusia memperoleh bahan bakar terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sarapan didefinisikan mengkonsumsi makanan atau minuman yang menghasilkan energi dan zat gizi lain pada pagi hari, yang dilakukan dirumah sebelum berangkat melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa datang. Untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi mempunyai pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka panjang tahap ke dua ( PJP II) adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan arah pembangunan nasional. Salah satunya adalah meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana pembangunan kesehatan mengarah pada pembangunan kesehatan sesuai dengan arah pembangunan nasional. Salah satunya adalah meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia
Lebih terperinciPERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN
PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN ( Studi Kasus di SMAN 3 Klaten dan SMAN 1 Bayat) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia merupakan masalah yang sering ditemui pada remaja putri. Remaja putri termasuk dalam kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap di mana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanakkanak berakhir, ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Sejak janin dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia merefleksikan eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi dan anemia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan keadaan masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani, 2008). Anemia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah merupakan masa pertumbuhan bagi anak sehingga memerlukan gizi yang cukup dan seimbang. Defisiensi gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan anak menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Salah satu faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia dimasa depan karena tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh kondisinya saat masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan
Lebih terperinciGIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si
GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA CICA YULIA, S.Pd, M.Si Remaja merupakan kelompok manusia yang berada diantara usia kanak-kanak dan dewasa (Jones, 1997). Permulaan masa remaja dimulai saat anak secara seksual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa depan bangsa yang akan menggantikan generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia anak menjadi usia dewasa. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia Sekolah Dasar (6-12 tahun) mempunyai karakteristik banyak melakukan aktivitas jasmani. Oleh karena itu, pada masa ini anak membutuhkan energi tinggi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi mikro yang cukup serius dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian besar anemia di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah golongan kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan asupan serat makanan pada remaja akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan status gizi masyarakat sebagai upaya peningkatan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung dari pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma Premenstruasi (SPM) secara luas diartikan sebagai gangguan siklik berulang berkaitan dengan variasi hormonal perempuan dalam siklus menstruasi, yang berdampak
Lebih terperinciProgram Studi : Ilmu Gizi / Ilmu Kesehatan Masyarakat (Lingkari salah satu) Umur Sampel : tahun
70 KUESIONER PENGUMPULAN DATA PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN ASUPAN SARAPAN ANTARA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU GIZI DENGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT DI UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUESIONER DATA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada
Lebih terperinciSemuel Sandy, M.Sc*, Maxi Irmanto, M.Kes, ** *) Balai Litbang Biomedis Papua **) Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih
Analisis Hubungan Tingkat Kecukupan Gizi Terhadap Status Gizi pada Murid Sekolah Dasar di SD Inpres Dobonsolo dan SD Inpres Komba, Kabupaten Jayapura, Papua Semuel Sandy, M.Sc*, Maxi Irmanto, M.Kes, **
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan oleh tubuh dalam kehidupan sehari-hari dalam jumlah yang cukup sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Oleh karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap seseorang mengalami masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak berakhir. Hal ini ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas didefinisikan sebagai penumpukan lemak yang berlebihan sehingga dapat menggangu kesehatan tubuh. (1) Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berakhir pada usia 19 tahun (Proverawati, 2010) Remaja adalah kelompok yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Menengah Atas (SMA) tergolong usia remaja yang merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang berawal dari usia 10 tahun dan berakhir pada
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP AL-AZHAR PALU 2014 ABD. HAKIM, NIKMAH UTAMI, ARUM M
HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP AL-AZHAR PALU 2014 ABD. HAKIM, NIKMAH UTAMI, ARUM M Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Lebih terperinciHUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN
HUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN Dr. Erli Mutiara, M.Si, Dra. Adikahriani, M.Si dan Elvi Novi Yanti erlimutiara@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciMETODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data
22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seseorang mengalami masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, pada masa ini seseorang
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi
Kecukupan Tingkat Kecukupan Asupan Kebiasaan Protein Pengetahuan Pendidikan energi Perilaku Energi Energi makan BAB dan ibu di dan protein Gizi sekolah pagi II Pengetahuan gizi Ibu Protein ibu Sarapan
Lebih terperinciHUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO
1 HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah kadar hemoglobin 1. Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di seluruh dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu pondok pesantren. Sebagian besar dari jumlah santri merupakan usia remaja. Menurut Soetjiningsih
Lebih terperinci