HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dewasa muda (20-39 tahun) dan dewasa madya (40-55 tahun). Selanjutnya sampel dikategorikan berdasarkan kondisi fisiologisnya, yaitu hamil dan tidak hamil. Pengelompokan sampel berdasarkan kondisi fisiologis menjadi dua kelompok didasarkan pada ketersediaan data Riskesdas Total sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak orang, yang terdiri dari 1995 orang wanita dewasa hamil dan orang wanita yang tidak hamil. Sebanyak 1828 orang dari total wanita dewasa hamil dikategorikan dewasa muda, sedangkan 167 orang lainya tergolong dewasa madya. Sebaran sampel hamil berdasarkan karakteristik sosial ekonomi dapat dilihat pada Tabel 7. Karakteristik sosial ekonomi sampel terdiri dari aspek pendidikan, pekerjaan, daerah tempat tinggal, dan status ekonomi. Berdasarkan latar belakang pendidikan, sampel dapat dikelompokkan menjadi tidak tamat SD/MI, tamat SD/MI, tamat SMP/MTS, tamat SMA/MA, tamat D1/D2/D3, dan tamat perguruan tinggi. Persentase terbanyak pada dewasa muda dan madya berturutturut adalah 31.1% tamat SMA/MA dan 40.7% tamat SD/MI. Persentase terkecil pada kedua kelompok usia adalah tamat D1/D2/D3 yaitu sebanyak 5.2% dan 2.4%. Berdasarkan pekerjaan, sampel dikelompokkan menjadi tidak kerja/sekolah, TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layanjasa/dagang, petani/nelayan, buruh, dan lainnya. Pengelompokkan tersebut mengikuti kategori yang telah dirumuskan Riskesdas Berdasarkan tabel sebaran sampel hamil (Tabel 7), diketahui bahwa persentase terbesar pada dewasa muda maupun dewasa madya adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 52.4% dan 43.1%. Persentase terendah pada dewasa muda dan madya adalah buruh, yaitu sebesar 4.2% dan 3.0%. Karakteristik daerah atau tempat tinggal dibedakan menjadi daerah perkotaan dan perdesaan. Terlihat pada Tabel 7 bahwa pada kelompok usia dewasa muda, sebagian besar (54.0%) bertempat tinggal di daerah perkotaan. Adapun dewasa madya sebanyak 52.1% bertempat tinggal di daerah perdesaan.

2 28 Status ekonomi sampel berdasarkan Riskesdas 2010 dibagi menjadi lima kelompok, yaitu kuintil 1, kuintil 2, kuintil 3, kuintil 4, dan kuintil 5. Jumlah sampel yang berasal dari kuintil 5 lebih banyak dibanding kuintil lainnya. Berdasarkan kelompok usia, sampel dewasa muda dan dewasa madya berturut-turut lebih banyak berasal dari kuintil 5 (23.6%) dan kuintil 4 (24.0%) dibanding kuintil lainnya. Tabel 7 Sebaran sampel wanita dewasa (hamil) menurut karakteristik sosial ekonomi Kelompok Umur Aspek Sosial Ekonomi Dewasa Muda Dewasa Madya Total n (%) n (%) Pendidikan Tidak tamat SD/MI 186 (10.2) 39 (23.4) 225 (11.3) Tamat SD/MI 415 (22.7) 68 (40.7) 483 (24.2) Tamat SMP/MTS 446 (24.4) 19 (11.4) 465 (23.3) Tamat SMA/MA 568 (31.1) 28 (16.8) 596 (29.9) Tamat D1/D2/D3 95 (5.2) 4 (2.4) 99 (5.0) Tamat PT 118 (6.5) 9 (5.4) 127 (6.4) Total 1828(100.0) 167 (100.0) 1995 (100.0) Pekerjaan Tidak kerja/sekolah 958 (52.4) 72 (43.1) 1030 (51.6) TNI/Polri/PNS 127 (6.9) 11 (6.6) 138 (6.9) Wiraswasta/layan jasa/dagang 266 (14.6) 28 (16.8) 294 (14.7) Petani/Nelayan 214 (11.7) 37 (22.2) 251 (12.6) Buruh 76 (4.2) 5 (3.0) 81 (4.1) Lainnya 187 (10.2) 14 (8.4) 201 (10.1) Total 1828(100.0) 167 (100.0) 1995 (100.0) Daerah Perkotaan 988 (54.0) 80 (47.9) 1068 (53.5) Perdesaan 840 (46.0) 87 (52.1) 927 (46.5) Total 1828(100.0) 167 (100.0) 1995 (100.0) Status Ekonomi Kuintil (16.0) 35 (21.0) 327 (16.4) Kuintil (18.7) 32 (19.2) 374 (18.7) Kuintil (20.3) 36 (21.6) 407 (20.4) Kuintil (21.4) 40 (24.0) 432 (21.7) Kuintil (23.6) 24 (14.4) 455 (22.8) Total 1828(100.0) 167 (100.0) 1995 (100.0) Secara keseluruhan, hasil di atas memperlihatkan bahwa dewasa muda memiliki karakteristik sosial ekonomi yang lebih baik dibanding dewasa madya. Berdasarkan latar belakang pendidikan, dewasa muda sebagian besar adalah tamatan SMA/MA, sedangkan dewasa madya sebagian besarnya hanya menempuh pendidikan hingga SD/MI. Dewasa muda paling banyak berasal dari kuintil 5, sedangkan dewasa madya paling banyak berasal dari kuintil 4. Aspek daerah atau tempat tinggal sampel memperlihatkan bahwa penduduk perkotaan lebih didominasi oleh kelompok usia dewasa muda. Sedangkan di wilayah perdesaan sebagian besarnya adalah dewasa madya. Berdasarkan karakteritik

3 29 pekerjaan, baik dewasa muda maupun dewasa madya sebagian besarnya tidak bekerja. Sebaran sampel wanita dewasa dengan kondisi fisiologis tidak hamil berdasarkan karakteristik sosial ekonomi disajikan pada Tabel 8. Adapun penggolongan dari setiap aspek sosial ekonomi tidak memiliki perbedaan dengan kategori pada sampel hamil seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan latar belakang pendidikan, persentase terbesar pada kedua kelompok usia adalah tamat SD/MI yaitu sebanyak 28.5% pada dewasa muda dan 36.9% pada dewasa madya. Adapun persentase terendah pada kelompok usia dewasa muda dan dewasa madya adalah tamat D1/D2/D3 dengan persentase 4.6% dan 2.9%. Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase terbanyak pada aspek pekerjaan baik pada dewasa muda maupun dewasa madya adalah tidak bekerja, dengan persentase masing-masingnya 46.9% dan 38.5%. Adapun jenis pekerjaan dengan persentase paling rendah adalah buruh yaitu hanya sebanyak 6.8% pada dewasa muda dan 7.2% pada dewasa madya. Sebaran sampel berdasarkan daerah tempat tinggal menunjukkan bahwa wanita dewasa dengan kondisi fisiologis tidak hamil bertempat tinggal di daerah perkotaan dengan persentase sebanyak 53.0%. Adapun dewasa muda yang bertempat tinggal di daerah perkotaan adalah sebanyak 53.3%, sedangkan dewasa madya sebanyak 52.5%. Berdasarkan status ekonomi, sebaran sampel tidak hamil dari kedua kelompok umur hampir merata. Sebaran terbanyak pada dewasa muda adalah sebanyak 20.9% yaitu pada kuintil 2, dan sebanyak 20.4% dari kuintil 4 pada kelompok dewasa madya.

4 30 Tabel 8 Sebaran sampel wanita dewasa (tidak hamil) menurut karakteristik sosial ekonomi Kelompok Umur Aspek Sosial - Ekonomi Dewasa Muda Dewasa Madya Total n (%) n (%) Pendidikan Tidak tamat SD/MI 3935 (11.4) 6181 (29.7) (18.3) Tamat SD/MI 9802 (28.5) 7668 (36.9) (31.6) Tamat SMP/MTS 7310 (21.2) 2345 (11.3) 9655 (17.5) Tamat SMA/MA (29.6) 3145 (15.1) (24.1) Tamat D1/D2/D (4.6) 608 (2.9) 2194 (4.0) Tamat PT 1626 (4.7) 843 (4.1) 2469 (4.5) Total (100.0) (100.0) (100.0) Pekerjaan Tidak kerja/sekolah (46.9) 8003 (38.5) (43.8) TNI/Polri/PNS 2461 (7.1) 1477 (7.1) 3938 (7.1) Wiraswasta/layan jasa/dagang 5675 (16.5) 3449 (16.6) 9124 (16.5) Petani/Nelayan 4718 (13.7) 4756 (22.9) 9474 (17.2) Buruh 2358 (6.8) 1489 (7.2) 3847 (7.0) Lainnya 3070 (8.9) 1616 (7.8) 4686 (8.5) Total (100.0) (100.0) (100.0) Daerah Perkotaan (53.3) (52.5) (53.0) Perdesaan (46.7) 9866 (47.5) (47.0) Total (100.0) (100.0) (100.0) Status Ekonomi Kuintil (20.8) 4115 (19.8) (20.4) Kuintil (20.9) 4151 (20.0) (20.5) Kuintil (20.5) 4162 (20.0) (20.3) Kuintil (19.9) 4233 (20.4) (20.1) Kuintil (17.8) 4129 (19.9) (18.6) Total (100.0) (100.0) (100.0) Status ekonomi sampel sangat beragam dan tersebar hampir merata di setiap kuintilnya. Kuintil idealnya membagi sampel menjadi lima kelompok yaitu sebanyak 20% di setiap kuintilnya. Akan tetapi hasil yang ditunjukkan pada Tabel 7 dan Tabel 8 memperlihatkan persentase yang beragam. Hal ini diduga terjadi karena terbuangnya beberapa sampel dari masing-masing kuintil saat dilakukan proses cleaning data dan pengolahan selanjutnya. Berat Badan, Tinggi Badan, dan Status Gizi Sebaran berat badan dan tinggi badan sampel terlampir pada Lampiran 4. Nilai rata-rata berat badan wanita dewasa hamil adalah 55.5±10.0 kg, sedangkan pada dewasa yang tidak hamil berat badan rata-rata adalah sebesar 53.9±10.1 kg. Adapun rata-rata tinggi badan sampel secara keseluruhan adalah sebesar 152.2±6.3 cm. Berdasarkan kondisi fisiologisnya, wanita dewasa yang sedang hamil memiliki rata-rata tinggi badan yang tidak jauh berbeda dengan wanita dewasa yang tidak hamil, yaitu sebesar 152.4±6.1 cm pada wanita hamil dan 152.2±6.3 cm pada wanita tidak hamil.

5 31. Data berat badan dan tinggi badan selanjutnya dikalkulasikan dengan menggunakan rumus perhitungan IMT. Nilai IMT yang diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan WHO (2007) menjadi status gizi kurang, normal, dan gemuk. Sebaran sampel berdasarkan status gizi tersaji pada Tabel 9. Secara keseluruhan, sampel memiliki status gizi normal dengan persentase sebanyak 61.4%. Sebagian besar sampel dengan kondisi fisiologis hamil dan tidak hamil memiliki status gizi normal, masing-masing sebanyak 58.5% dan 61.5%. Persentase paling kecil adalah status gizi kurang yaitu sebanyak 14.2% pada wanita hamil dan 9.4% pada wanita yang tidak hamil. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 27.3% sampel hamil yang mengalami kegemukan, dan 29.1% sampel yang tidak hamil mengalami kegemukan. Tabel 9 Sebaran status gizi sampel menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis Kelompok Umur Status Gizi Dewasa Muda Dewasa Madya Total n (%) n (%) Hamil 23.9± ± ±4.0 Kurus 264 (14.4) 20 (12.0) 284 (14.2) Normal 1060 (58.0) 107 (64.1) 1167 (58.5) Gemuk 504 (27.6) 40 (24.0) 544 (27.3) Total 1828 (100.0) 167 (100.0) 1995 (100.0) Tidak Hamil 22.8± ± ±4.2 Kurus 3574 (10.4) 1599 (7.7) 5173 (9.4) Normal (65.1) (55.7) (61.5) Gemuk 8462 (24.6) 7609 (36.6) (29.1) Total (100.0) (100.0) (100.0) Hamil dan Tidak Hamil 22.9± ± ±42.2 Kurus 3838 (10.6) 1619 (7.7) 5457 (9.5) Normal (64.7) (55.8) (61.4) Gemuk 8966 (24.7) 7649 (36.5) (29.0) Total (100.0) (100.0) (100.0) Data Riskesdas 2010 telah mampu membedakan sampel berdasarkan status kehamilan. Akan tetapi, tidak terdapat data tambahan mengenai umur kehamilan. Hasil pengukuran IMT pada tabel di atas menggunakan kriteria dari Institute of Medicine (IOM) tahun 1990 untuk ibu hamil trimester 3. Sampel yang mengalami status gizi tidak normal lebih banyak berasal dari kondisi fisiologis yang tidak hamil. Secara keseluruhan, dewasa madya memiliki persentase kegemukan lebih besar dibanding dewasa muda, yaitu sebanyak 37.3%. Hal ini diduga karena semakin berkurangnya aktivitas fisik wanita dengan usia yang lebih tua sehingga terdapat kecenderungan menjadi lebih gemuk.

6 32 Asupan Air dari Minuman Total asupan air pada wanita hamil lebih besar dibanding wanita tidak hamil, yaitu sebesar 907.6±421.2 ml. Total asupan air dari minuman pada wanita tidak hamil adalah sebesar 874.7±407.4 ml. Jenis minuman yang menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan air dari minuman adalah air putih dengan rata-rata 740.8±402.7 ml. Asupan air putih pada wanita hamil sebanyak 751.6±401.4 ml dan pada wanita tidak hamil sebanyak 740.4±402.8 ml. Golongan minuman yang paling sedikit dikonsumsi oleh sampel adalah minuman berkarbonasi, dengan rata-rata asupan sebanyak 0.8±15.2 ml pada wanita hamil dan 1.0±19.0 ml pada wanita tidak hamil (Tabel 10). Air dari minuman yang paling banyak dikonsumsi adalah air putih. Berdasarkan survey yang dilakukan di Singapura menunjukkan bahwa sumber air tubuh yang paling utama adalah air putih (74%) (AFIC 1998). Selain air putih, terdapat jenis minuman lainnya yang dikonsumsi sampel dalam jumlah yang cukup banyak. Pada wanita dewasa yang tidak hamil, minuman teh dan kopi cukup banyak dikonsumsi yaitu sebanyak 85.0±150.6 ml minuman teh dan 26.1±92.6 ml minuman kopi. Teh dan kopi juga banyak dikonsumsi pada wanita hamil, hanya saja jumlah asupannya lebih sedikit. Berdasarkan hasil survey di Singapura menunjukkan bahwa teh dan kopi merupakan minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi setelah air putih (AFIC 1998). Selain minuman tersebut, pada wanita hamil terdapat golongan minuman lain yang dikonsumsi cukup banyak yaitu susu kental manis sebanyak 16.8±72.4 ml dan susu sebanyak 32.9±92.7 ml. Sampel hamil dengan usia tergolong dewasa muda lebih banyak mengonsumsi susu dibanding dewasa madya, yaitu sebanyak 34.7±94.5 ml. Asupan air minuman dari susu pada dewasa madya tidak mencapai setengah dari asupan dewasa muda, yakni hanya sebanyak 12.8±66.3 ml. Asupan air putih pada wanita hamil dan tidak hamil memiliki nilai rata-rata yang hampir sama. Perbedaan asupan paling besar adalah pada golongan minuman susu. Asupan air dari golongan minuman susu maupun susu kental manis lebih banyak pada wanita hamil. Hal ini menunjukkan masih rendahnya konsumsi wanita dewasa yang tidak hamil khususnya dan memberikan gambaran bagi pola konsumsi masyarakat terhadap konsumsi susu yang masih sedikit (Lampiran 5).

7 33 Tabel 10 Asupan air dari minuman pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis (ml/kap/hari) Hamil Kelompok Minuman Golongan Umur Dewasa Muda Dewasa Madya Total 1 Air Putih 757.5± ± ± Teh 74.3± ± ± Kopi 13.5± ± ± Susu kental manis 17.9± ± ± Susu 34.7± ± ± Sirop 1.3± ± ± Jus 7.2± ± ± Minuman karbonasi 0.9± ± ± Minuman lainnya 6.1± ± ±53.2 Total 913.4± ± ±421.2 Tidak Hamil 1 Air Putih 746.7± ± ± Teh 80.9± ± ± Kopi 20.7± ± ± Susu kental manis 6.0± ± ± Susu 5.3± ± ± Sirop 2.7± ± ± Jus 5.6± ± ± Minuman karbonasi 1.1± ± ± Minuman lainnya 4.4± ± ±42.2 Total 873.4± ± ±407.4 Hamil dan Tidak Hamil 1 Air Putih 747.2± ± ± Teh 80.5± ± ± Kopi 20.3± ± ± Susu kental manis 6.6± ± ± Susu 6.8± ± ± Sirop 2.6± ± ± Jus 5.6± ± ± Minuman karbonasi 1.1± ± ± Minuman lainnya 4.5± ± ±42.7 Total 875.4± ± ±407.9 Asupan air dari minuman menyumbangkan kontribusi terbesar dalam pemenuhan kebutuhan air yaitu sebesar ml (Whitney & Rolfes 2008). Hasil perhitungan asupan air dari minuman menunjukkan angka yang masih rendah dibanding temuan dari beberapa studi sebelumnya. Hal ini disebabkan karena pengumpulan data yang dilakukan oleh tim Riskesdas 2010 belum menjadikan asupan minum sebagai salah satu fokus utama, sehingga dalam

8 34 proses wawancara masih belum bisa menggali informasi lebih dalam mengenai konsumsi minuman sampel. Asupan Air dari Makanan Total air dari makanan secara keseluruhan adalah sebanyak 493.5±323.4 ml dengan rincian 505.7±386.6 ml dari wanita hamil dan 493.1±320.9 ml. Kontribusi air makanan terbanyak adalah dari golongan serealia, umbi, dan hasil olahannya. Secara keseluruhan, asupan air dari golongan serealia adalah sebanyak 274.0±233.8 ml. Nilai rata-rata ini tidak berbeda jauh apabila dibandingkan dengan asupan air dari serealia pada wanita hamil dan tidak hamil yaitu 273.1±261.7 ml dan 274.0±232.7 ml. Asupan air makanan yang paling rendah adalah dari golongan olahan susu serta lemak dan minyak dengan nilai rata-rata 0.0±0.2 ml pada wanita hamil dan 0.0±0.1 ml pada wanita tidak hamil (Tabel 11). Tabel 11 Asupan air dari makanan pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis (ml/kap/hari) Golongan Bahan Makanan Golongan Umur Dewasa Muda Dewasa Madya Total Hamil 1 Serealia, umbi, dan hasil olahannya 271.6± ± ± Kacang-kacangan, biji-bijian, dan hasil olahannya 28.9± ± ± Daging dan hasil olahannya 8.1± ± ± Telur dan hasil olahannya 12.7± ± ± Ikan, hasil perikanan, dan hasil olahannya 21.4± ± ± Sayuran dan hasil olahannya 108.7± ± ± Buah-buahan 26.8± ± ± Olahan susu 0.0± ± ±0.0 9 Lemak dan minyak 0.0± ± ± Serba-serbi 4.1± ± ± Makanan jajanan 23.6± ± ±67.2 Total air dari makanan 505.9± ± ±386.6 Tidak Hamil 1 Serealia, umbi, dan hasil olahannya 274.7± ± ± Kacang-kacangan, biji-bijian, dan hasil olahannya 31.5± ± ± Daging dan hasil olahannya 7.8± ± ± Telur dan hasil olahannya 11.6± ± ± Ikan, hasil perikanan, dan hasil olahannya 20.8± ± ± Sayuran dan hasil olahannya 102.8± ± ± Buah-buahan 15.8± ± ± Olahan susu 0.0± ± ±0.0 9 Lemak dan minyak 0.0± ± ± Serba-serbi 4.3± ± ± Makanan jajanan 22.6± ± ±56.7 Total air dari makanan 491.9± ± ±320.9 Hamil dan Tidak Hamil 1 Serealia, umbi, dan hasil olahannya 274.5± ± ± Kacang-kacangan, biji-bijian, dan hasil olahannya 31.4± ± ± Daging dan hasil olahannya 7.8± ± ± Telur dan hasil olahannya 11.6± ± ± Ikan, hasil perikanan, dan hasil olahannya 20.9± ± ± Sayuran dan hasil olahannya 103.1± ± ± Buah-buahan 16.3± ± ± Olahan susu 0.0± ± ±0.0 9 Lemak dan minyak 0.0± ± ± Serba-serbi 4.3± ± ± Makanan jajanan 22.7± ± ±57.1 Total air dari makanan 492.6± ± ±323.4

9 35 Menurut Santoso et al. (2011) banyaknya air yang berasal dari makanan adalah ml. Hasil perhitungan menunjukkan nilai yang jauh lebih kecil dibanding hasil studi sebelumnya. Hal ini diduga karena kemungkinan terjadi kehilangan informasi saat wawancara sehingga data yang dikumpulkan masih sangat minim. Besarnya asupan air dari makanan yang dihasilkan golongan serealia menunjukkan bahwa serealia dikonsumsi dalam frekuensi yang sering dan jumlah yang banyak (Lampiran 6). Hal ini berkaitan dengan kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang menjadikan bahan pangan dari golongan serealia sebagai makanan pokok. Selain itu, kebanyakan masyarakat Indonesia memiliki proporsi makanan pokok yang lebih besar dibanding lauk pada setiap waktu makan. Selain serealia, golongan makanan lain yang berkontribusi cukup banyak terhadap asupan air sampel adalah sayuran dan hasil olahannya. Rata-rata asupan air dari sayuran pada wanita hamil adalah 109.3±259.5 ml dan pada wanita tidak hamil sebanyak 105.2±197.2 ml. Besarnya nilai rata-rata asupan air dari sayuran dan olahannya tersebut dikarenakan banyaknya jenis sayuran di Indonesia yang disajikan dengan kuahnya yang ikut dikonsumsi bersama sayuran. Hal ini sesuai dengan Przyrembel (2006) dalam EFSA (2010) bahwa diet kaya sayur dan buah menyediakan kandungan air yang signifikan terhadap total asupan air, artinya sumber air dari makanan akan lebih tinggi. Asupan Air Metabolik Asupan air metabolik wanita hamil dan wanita tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 172.7±67.2 ml dan 163.1±58.1 ml. Berdasarkan kelompok usia, asupan air metabolik pada dewasa muda dengan kondisi hamil adalah sebanyak 174.8±68.2 ml sedangkan pada dewasa madya sebanyak 149.9±48.4 ml. Pada kelompok yang tidak hamil banyaknya asupan air metabolik pada dewasa muda adalah sebanyak 163.8±58.5 ml dan pada dewasa madya 161.9±57.5 ml (Tabel 12). Tabel 12 Asupan air metabolik pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis (ml/kap/hari) Asupan air metabolik Dewasa Muda Kelompok Umur Dewasa Madya Total Hamil 174.8± ± ±67.2 Tidak hamil 163.8± ± ±58.1 Total 164.4± ± ±58.5

10 36 Nilai rata-rata asupan air metabolik dari seluruh sampel lebih rendah dibanding beberapa hasil studi sebelumnya. Menurut Whitney dan Rolfes (2008) banyaknya air yang dihasilkan dari proses metabolisme zat gizi adalah sebanyak ml. Menurut Verdu (2008) menyatakan bahwa air yang berasal dari proses metabolisme adalah sebanyak 300 ml. Rendahnya asupan air metabolik diduga disebabkan karena rendahnya konsumsi zat gizi sampel, sehingga tubuh menghasilkan energi hasil metabolisme dalam jumlah yang sedikit pula. Selain itu, rendahnya asupan air metabolik juga dipengaruhi pola konsumsi masyarakat yang tergolong sedikit mengonsumsi karbohidrat dan lemak (Tabel 17). Total Asupan Air pada Wanita Dewasa Total asupan air dihitung sebagai total dari seluruh sumber asupan air, yaitu dari minuman, makanan, dan air metabolik. Rata-rata total asupan air dari seluruh sampel adalah sebanyak ±554.5 ml. Total asupan air pada wanita hamil dan wanita tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak ±608.1mL dan ±552.3 ml (Tabel 13). Tabel 13 Total asupan air pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis, ml/kap/hari (%) Golongan Umur Asupan Air Dewasa Muda Dewasa Madya Total (%) (%) (%) Hamil Air minuman 913.7± ± ±421.5 (57.4±15.6) (56.7±15.9) (57.4±15.6) Air makanan 505.6± ± ±386.6 (30.9±14.6) (32.3±15.3) (31.0±14.7) Air metabolik 174.8± ± ±67.2 (11.7±4.4) (11.0±4.3) (11.6±4.4) Total ± ± ±608.1 (100) (100) (100) Tidak Hamil Air minuman 873.3± ± ±407.4 (56.9±15.2) (56.8±15.3) (56.9±15.2) Air makanan 491.7± ± ±320.9 (31.0±14.1) (31.9±14.1) (31.8±14.1) Air metabolik 163.8± ± ±58.1 (11.4±4.2) (11.2±4.1) (11.4±4.1) Total ± ± ±552.3 (100) (100) (100) Hamil dan tidak hamil Air minuman 875.3± ± ±407.9 (56.9±15.2) (56.8±15.3) (56.9±15.2) Air makanan 492.4± ± ±323.4 (31.7±14.1) (31.9±14.1) (31.8±14.1) Air metabolik 164.4± ± ±58.5 (11.4±4.2) (11.2±4.1) (11.4±4.1) Total ± ± ±554.5 (100) (100) (100)

11 37 Persentase terbesar dalam pemenuhan asupan air sehari berasal dari minuman yaitu sebesar 56.9±15.2% mencakup keseluruhan sampel. Berdasarkan kondisi fisiologisnya, asupan air dari minuman adalah sebesar 57.4±15.6% pada wanita hamil dan 56.9±15.2% pada wanita yang tidak hamil. Air dari makanan memiliki persentase sebanyak 31.8±14.1% dari total asupan air. Adapun persentase air dari makanan pada sampel hamil dan tidak hamil yaitu 31.0±14.7% dan 31.8±14.1%. Air metabolik memiliki persentase paling rendah yaitu sebanyak 11.4±4.1%. Persentase air metabolik terhadap asupan air sehari pada wanita hamil adalah sebanyak 11.6±4.4% dan pada wanita yang tidak hamil sebanyak 11.4±4.1%. Berdasarkan kelompok usia, persentase masing-masing sumber asupan air tidak jauh berbeda masing-masingnya. Total asupan air pada wanita hamil dan tidak hamil berbeda secara nyata (p<0.01) dengan asupan yang lebih tinggi pada wanita hamil, namun berdasarkan golongan usia tidak terdapat perbedaan yang nyata pada total asupan air (p>0.01) (Lampiran 8). Hasil penelitian ini menunjukkan nilai asupan air pada wanita secara keseluruhan (1532.6±554.5 ml) lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Adyas (2011) dengan subjek pria dewasa (1771.8±589.1 ml). Menurut EFSA (2010), total asupan air pada wanita lebih rendah dibanding pria. Grafik asupan air pada wanita hamil dan tidak hamil disajikan pada Gambar 3. ml y = 3,1034x ,6 R² = 0,2862 y = 1,6045x + 866,38 R² = 0,1098 y = 1,9289x + 481,38 R² = 0,3846 y = -0,43x + 163,82 R² = 0,282 y = -21,984x ,8 R² = 0,325 y = -21,99x + 986,85 R² = 0,4576 y = 4,0004x + 474,37 R² = 0,0146 y = -3,9943x + 179,6 R² = 0, Usia (tahun) Air dari minuman (h) Air dari makanan (h) Air metabolik (h) Total asupan air (h) Air dari minuman (th) Air dari makanan (th) Air Metabolik (th) Total asupan air (th) Keterangan: h = hamil th = tidak hamil Gambar 3 Air dari makanan, air dari minuman, dan total asupan air pada wanita dewasa menurut usia dan kondisi fisiologis

12 38 Kajian asupan air pada populasi dewasa di Amerika Serikat menunjukkan total asupan air yang berasal dari minuman adalah 72%. Sedangkan air makanan dan metabolik memiliki persentase 28% (Santoso et al. 2011). Berdasarkan Tabel 13, terlihat bahwa persentase air dari minuman masih sangat jauh dari angka yang ditunjukkan studi sebelumnya di negara luar sehingga diduga perhitungan jumlah asupan air dari minuman underestimate. Ketidaksempurnaan pengumpulan data Riskesdas 2010 mengenai asupan minuman dapat menyebabkan terjadinya underestimate ini. Selain itu, masih rendahnya asupan makanan dan minuman masyarakat menyebabkan secara keseluruhan total asupan air menjadi kecil (Lampiran 5 dan Lampiran 6). Estimasi Asupan Air Minuman Hasil perhitungan asupan air minum sampel menunjukkan nilai yang jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan banyaknya asupan air yang dikemukakan oleh Santoso et al. (2011) yaitu sebesar 2300 ml. Salah satu penyebab rendahnya total asupan air tersebut adalah hasil perhitungan asupan air dari minuman yang sangat rendah. Oleh karena itu, dilakukan estimasi asupan air minuman berdasarkan pendekatan konsumsi makanan untuk mengkoreksi berapa besar kekurangan air minuman tersebut. Berdasarkan Institut of Medicine (2004) dalam Santoso et al. (2011) pada penelitiannya di Amerika Serikat, kontribusi asupan air dari air metabolik dan air makanan sekitar sepertiga total asupan air (35%), sehingga kontribusi air dari minuman yang diperlukan oleh tubuh sekitar dua pertiga (65-70%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fauji (2011), kontribusi asupan cairan dari air putih dan minuman lainnya terhadap total asupan air adalah sebesar 73.7% pada wanita dewasa, sedangkan rata-rata konsumsi air dari makanan dan air metabolik terhadap total asupan air sebesar 26.3%. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan estimasi asupan air dari minuman dengan persentase kontribusi air dari makanan dan metabolik sebanyak 30%. Persentase tersebut di atas dapat digunakan untuk pengestimasian dan dianggap tepat setelah dilakukan analisis regresi. Adapun analisis regresi yang dilakukan adalah melihat hubungan antara jumlah air metabolik dan air dari makanan dengan air dari minuman. Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa terdapat hubungan positif (p<0.05) antara air dari makanan dan metabolik dengan air dari minuman dengan Y= X (Lampiran 7). Oleh

13 39 karena itu, perhitungan air estimasi dengan persentase 70% bisa dilakukan. Hasil perhitungan estimasi air dari minuman tersaji pada Tabel 14. Rata-rata estimasi air dari minuman pada seluruh sampel adalah sebesar ±822.9 ml. Air dari minuman hasil estimasi pada dewasa hamil adalah sebanyak ±976.4 ml dan pada dewasa yang tidak hamil sebanyak ±816.8 ml. Hasil estimasi asupan air dari makanan berimplikasi terhadap total asupan air yaitu meningkat menjadi ± ml secara keseluruhan. Total asupan air setelah dilakukan estimasi pada wanita dewasa hamil adalah ± ml dan pada dewasa yang tidak hamil sebanyak ± ml. Tabel 14 Estimasi asupan air dari minuman pada wanita dewasa berdasarkan pendekatan konsumsi Asupan Air Kelompok Usia Dewasa Muda Dewasa Madya Total Hamil Air dari makanan+metabolik 680.4± ± ±418.4 Air dari minuman ± ± ±976.4 Total Asupan Air ± ± ± Tidak Hamil Air dari makanan+metabolik 655.5± ± ±350.0 Air dari minuman ± ± ±816.8 Total Asupan Air ± ± ± Hamil dan Tidak Hamil Air dari makanan+metabolik 656.8± ± ±352.7 Air dari minuman ± ± ±822.9 Total Asupan Air ± ± ± Asupan air dari minuman hasil estimasi pada kelompok dewasa muda lebih banyak dibanding dewasa madya. Hal ini diduga karena kelompok usia yang lebih muda biasanya lebih aktif sehingga membutuhkan asupan air yang lebih banyak. Perbedaan juga terdapat antara kelompok wanita dewasa dengan kondisi hamil dengan yang tidak hamil. Wanita hamil memiliki nilai estimasi asupan air dari minuman yang lebih tinggi dibanding yang tidak hamil. Hal ini akan sangat terkait dengan terjadinya perubahan fisiologis pada wanita hamil sehingga membutuhkan asupan air yang lebih banyak dari kondisi normal (Nix 2005). Kebutuhan dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Air Berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan air, diketahui bahwa kebutuhan air rata-rata dari seluruh sampel adalah ±372.7 ml. Kebutuhan air pada wanita hamil lebih tinggi dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu

14 ±343.5 ml. Adapun kebutuhan air pada wanita yang tidak hamil adalah sebesar ±364.8 ml (Tabel 15). Berdasarkan uji beda dengan Independent sample test, terdapat perbedaan pada sampel hamil dan tidak hamil dengan kebutuhan air serta tingkat pemenuhan kebutuhan air (p<0.01). Kebutuhan air pada wanita hamil lebih tinggi namun tingkat pemenuhan kebutuhan airnya lebih rendah. Begitu pula antara dewasa muda dan dewasa madya (p<0.01), kebutuhan air dewasa muda lebih tinggi dengan tingkat pemenuhan yang lebih rendah (Lampiran 8). Tabel 15 Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis, ml/kap/hari (%) Asupan Air Kelompok Usia Dewasa Muda Dewasa Madya Total Hamil Konsumsi air (Riskesdas 2010) ± ± ±608.1 Konsumsi air (Estimasi) ± ± ± Kebutuhan ± ± ±343.5 Tingkat pemenuhan kebutuhan (Riskesdas) Tingkat pemenuhan kebutuhan (Estimasi) Tidak Hamil 56.9± ± ± ± ± ±51.4 Konsumsi air (Riskesdas 2010) ± ± ±552.3 Konsumsi air (Estimasi) ± ± ± Kebutuhan ± ± ±364.8 Tingkat pemenuhan kebutuhan 64.7± ± ±25.9 (Riskesdas) Tingkat pemenuhan kebutuhan 92.5± ± ±52.0 (Estimasi) Hamil dan Tidak Hamil Konsumsi air (Riskesdas 2010) ± ± ±554.5 Konsumsi air (Estimasi) ± ± ± Kebutuhan ± ± ±372.7 Tingkat pemenuhan kebutuhan 64.3± ± ±25.8 (Riskesdas) Tingkat pemenuhan kebutuhan (Estimasi) 91.9± ± ±52.0 Rendahnya asupan air dari minuman pada orang Indonesia terlihat pada rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan air yaitu sebesar 65% pada keseluruhan subjek. Hardinsyah et al. (2010) menyatakan bahwa alasan utama orang Indonesia tidak meminum air dalam jumlah yang cukup adalah kurang mengerti pentingnya asupan air yang cukup bagi kesehatan tubuh, serta sulitnya memperoleh akses air minum. Tingkat pemenuhan kebutuhan air mengalami peningkatan setelah dilakukan pengestimasian asupan air dari minuman. Tingkat pemenuhan kebutuhan air keseluruhan sampel adalah sebesar 65.1±25.8%, kemudian

15 41 mengalami peningkatan setelah diestimasi menjadi 92.9±52.0%. Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada wanita hamil meningkat dari 56.8±22.9% menjadi 80.9±51.4%. Pemenuhan kebutuhan air pada wanita tidak hamil setelah dilakukan estimasi yaitu sebesar 93.3±52.0%. Tingkat pemenuhan kebutuhan air yang paling rendah adalah pada sampel dengan kondisi fisiologis hamil. Hal ini disebabkan karena tingginya kebutuhan air yang hampir mencapai 3000 ml. Tingginya kebutuhan air tersebut disebabkan oleh terjadinya perubahan fisiologis pada wanita hamil sehingga membutuhkan tambahan energi yang lebih besar. Asupan Zat Gizi Makro dan Mineral Analisis asupan zat gizi makro dan mineral dilakukan dengan menghitung rata-rata zat gizi yang diasup setiap orang per hari. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 16. Rata-rata asupan energi pada sampel hamil adalah sebanyak 1361±530 Kal. Nilai ini sedikit lebih tinggi dibanding rata-rata asupan pada wanita tidak hamil, yaitu sebanyak 1285±459 Kal. Asupan protein rata-rata dari keseluruhan sampel adalah sebanyak 44.3±21.3 g, dengan rincian 47.2±24.0 g pada wanita hamil dan 44.2±21.2 g pada wanita yang tidak hamil. Rata-rata asupan lemak adalah sebanyak 38.4±27.1 g. Asupan lemak pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita tidak hamil, yaitu 40.1±30.0 g. Adapun asupan lemak pada kelompok sampel yang tidak hamil adalah sebanyak 38.4±27.0 g. Rata-rata asupan karbohidrat dari seluruh sampel adalah 190.2±71.5 g. Rata-rata asupan karbohidrat pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita tidak hamil dengan nilai masing-masingnya adalah sebesar 202.0±79.1 g dan 189.8±71.2 g. Secara keseluruhan, rata-rata asupan air adalah sebanyak ±554.5 ml. Asupan air pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu ±608.1 ml. Adapun asupan air pada wanita yang tidak hamil adalah sebanyak ±552.3 ml. Asupan kalsium pada wanita hamil dan tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 324.1±388.9 mg dan 249.5±295.2 mg. Asupan fosfor pada wanita hamil adalah sebanyak 702.0±347.8 mg, sedangkan pada wanita yang tidak hamil adalah sebanyak 636.0±294.1 mg. Adapun asupan zat besi pada wanita hamil dan tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 9.5±17.7 mg dan 7.8±12.8 mg.

16 42 Tabel 16 Asupan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis Hamil Asupan Zat Gizi Kelompok Umur Dewasa Muda Dewasa Madya Total Energi (Kal) 1377± ± ±530 Protein (g) 47.8± ± ±24.0 Lemak (g) 40.8± ± ±30.0 Karbohidrat (g) 203.8± ± ±79.1 Air (ml) ± ± ±608.1 Kalsium (mg) 329.3± ± ±388.9 Fosfor (mg) 711.7± ± ±347.8 Besi (mg) 9.7± ± ±17.7 Tidak Hamil Energi (Kal) 1292± ± ±459 Protein (g) 44.6± ± ±21.2 Lemak (g) 38.5± ± ±27.0 Karbohidrat (g) 190.6± ± ±71.2 Air (ml) ± ± ±552.3 Kalsium (mg) 247.7± ± ±295.2 Fosfor (mg) 640.9± ± ±294.1 Besi (mg) 7.7± ± ±12.8 Hamil dan Tidak Hamil Energi (Kal) 1296± ± ±462 Protein (g) 44.7± ± ±21.3 Lemak (g) 38.6± ± ±27.1 Karbohidrat (g) 191.3± ± ±71.5 Air (ml) ± ± ±554.5 Kalsium (mg) 251.8± ± ±299.3 Fosfor (mg) 644.4± ± ±296.4 Besi (mg) 7.8± ± ±13.0 Meskipun energi bukan tergolong zat gizi, namun tetap menjadi salah satu pembahasan utama saat melakukan analisis asupan zat gizi. Energi merupakan hasil metabolisme zat gizi yangberasal dari karbohidrat, protein, dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga yang selanjutnya digunakan tubuh untuk berbagai keperluan seperti kegiatan fisik, pertumbuhan, dan metabolisme (WNPG 2004). Asupan karbohidrat, protein, dan lemak sangat berhubungan dengan asupan energi seseorang. Semakin banyak asupan zat gizi makro tersebut, maka semakin banyak pula asupan energi individu tersebut. Adapun pangan yang merupakan sumber zat gizi makro adalah serealia sebagai sumber

17 43 karbohidrat, kacang-kacangan dan pangan hewani sebagai sumber protein dan lemak (WNPG 2004). Mineral yang dianalisis dalam penelitian ini mengikuti data yang tersedia dari Riskesdas 2010, yaitu kalsium, fosfor, dan besi. Kalsium dan fosfor merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dan fosfor yang baik untuk pertumbuhan tulang, serta besi yang berfungsi untuk perkembangan otak dan sistem kekebalan tubuh, sedangkan zat besi bermanfaat untuk pembuatan sel darah merah (WNPG 2004). Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa asupan energi, zat gizi makro, dan mineral pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita yang tidak hamil. Hal ini diduga karena terjadinya perubahan fisik dan fisiologis pada wanita hamil yang mendorong terjadinya peningkatan asupan zat gizi. Asupan zat gizi sampel berdasarkan kelompok usia, terlihat bahwa dewasa muda mengonsumsi zat gizi makro dan mineral dalam jumlah yang lebih banyak dibanding dewasa madya. Hal ini menunjukkan bahwa golongan umur yang lebih muda pada dewasa cenderung lebih banyak mengonsumsi zat gizi dibanding wanita dengan umur yang lebih tua. Salah satu faktor yang diduga terkait dengan hal ini adalah kesadaran akan pentingnya mengonsumsi makanan yang bergizi pada wanita yang lebih muda lebih tinggi dibanding wanita yang lebih tua. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Makro dan Mineral Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral tersaji pada Tabel 17. Tingkat pemenuhan konsumsi energi secara keseluruhan, tanpa membedakan kelompok usia dan kondisi fisiologis adalah sebesar 66.7±26.1%. Tingkat pemenuhan kebutuhan protein, lemak, dan karbohidrat berturut-turut adalah sebesar 87.2±44.6%, 71.8±52.3%, dan 61.4±25.2%. Adapun tingkat pemenuhan air dari keseluruhan sampel adalah sebesar 65.1±25.8 %. Mineral yang dianalisis, meliputi kalsium, fosfor, dan zat besi, masing-masing nilai tingkat kecukupannya adalah sebesar 31.2±36.4%, 106.2±48.6%, dan 29.7±48.5%. Tingkat pemenuhan energi pada wanita hamil lebih rendah dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu sebesar 59.5±24.2%. Sementara itu tingkat pemenuhan kebutuhan energi pada wanita yang tidak hamil adalah sebesar 67.0±26.2%. Tingkat pemenuhan kebutuhan protein pada wanita hamil dan tidak hamil berturut-turut adalah 71.8±38.2% dan 87.8±44.8%. Tingkat pemenuhan kebutuhan lemak pada wanita hamil adalah 63.1±47.6%, sedangkan pada wanita yang tidak hamil adalah 72.2±52.4%. Sebanyak 55.9±23.2% dari kebutuhan

18 44 karbohidrat dapat terpenuhi pada wanita hamil, sementara persentase kebutuhan yang dapat terpenuhi pada wanita yang tidak hamil adalah sebesar 61.6±25.2%. Tabel 17 Tingkat pemenuhan zat gizi makro dan mineral per kapita/haripada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis Hamil Asupan Zat Gizi Dewasa Muda Kelompok Umur Dewasa Madya Total Energi (Kal) 60.1± ± ±24.2 Protein (g) 72.8± ± ±38.2 Lemak (g) 64.2± ± ±47.6 Karbohidrat (g) 56.2± ± ±23.2 Air (ml) 56.9± ± ±22.9 Kalsium (mg) 34.3± ± ±40.2 Fosfor (mg) 117.7± ± ±55.6 Besi (mg) 27.6± ± ±50.5 Tidak Hamil Energi (Kal) 66.7± ± ±26.2 Protein (g) 89.9± ± ±44.8 Lemak (g) 71.7± ± ±52.4 Karbohidrat (g) 61.1± ± ±25.2 Air (ml) 64.7± ± ±25.9 Kalsium (mg) 30.8± ± ±36.3 Fosfor (mg) 106.6± ± ±48.3 Besi (mg) 29.6± ± ±48.4 Hamil dan Tidak Hamil Energi (Kal) 66.4± ± ±26.1 Protein (g) 89.0± ± ±44.6 Lemak (g) 71.4± ± ±52.3 Karbohidrat (g) 60.8± ± ±25.2 Air (ml) 64.3± ± ±25.8 Kalsium (mg) 31.0± ± ±36.4 Fosfor (mg) 107.2± ± ±48.6 Besi (mg) 29.5± ± ±48.5 Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada wanita hamil dan tidak hamil adalah 56.8±22.9% dan 65.4±25.9%. Tingkat pemenuhan kebutuhan kalsium pada wanita hamil lebih besar dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 33.8±40.2% pada wanita hamil dan 31.1±36.3% pada wanita yang tidak hamil. Tingkat pemenuhan kebutuhan fosfor pada wanita hamil dan tidak hamil adalah 116.2±55.6% dan 105.8±48.3%. Sementara itu, tingkat pemenuhan kebutuhan zat besi pada wanita hamil dan tidak hamil adalah 27.2±50.5% dan 29.8±48.4%.

19 45 Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral merupakan perbandingan antara konsumsi energi, zat gizi makro, dan mineral dengan kebutuhannya. Tingkat pemenuhan kebutuhan ini dinyatakan dalam persentase. Data Riskesdas mengenai asupan zat gizi makro dan mineral kemudian ditentukan kebutuhannya berdasarkan karakteristik (berat badan, tinggi badan, aktivitas) dan kondisi fisiologisnya Berdasarkan Tabel 17, diketahui bahwa tingkat pemenuhan energi, zat gizi makro, dan mineral pada wanita hamil lebih rendah dibanding wanita yang tidak hamil. Hal ini diduga karena terjadi peningkatan kebutuhan energi, zat gizi makro, dan mineral yang besar, namun tidak diiringi dengan peningkatan konsumsi yang besar pula (Lampiran 9). Secara keseluruhan, tingkat pemenuhan kebutuhan energi, zat gizi makro, dan mineral pada semua kelompok usia dan kondisi fisiologis belum mencapai 100%. Hal ini berarti bahwa asupan zat gizi belum mampu memenuhi kebutuhan individu tersebut. Kekurangan zat gizi tersebut apabila tidak dikoreksi akan menimbulkan masalah yang lebih besar. Tercapainya tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi terutama pada ibu hamil sangat berkaitan dengan kondisi kesehatan anak baik saat lahir maupun jangka panjang. Asupan Vitamin pada Wanita Dewasa Rata-rata asupan vitamin berdasarkan kelompok usia dan kondisi fisiologis disajikan pada Tabel 18. Rata-rata asupan vitamin A dari seluruh sampel adalah sebanyak 506.1±652.9 RE. Asupan vitamin A pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 604.5±741.0 RE. Adapun asupan vitamin A pada wanita yang tidak hamil adalah sebanyak 502.6±649.2 RE. Asupan tiamin pada wanita hamil dan tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 0.5±0.3 mg dan 0.4±0.3 mg. Asupan riboflavin pada wanita hamil adalah 0.6±0.4 mg, sedangkan asupan pada wanita yang tidak hamil adalah 0.5±0.4 mg. Asupan niasin pada wanita hamil dan tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 8.5±5.4 mg dan 8.2±5.1 mg. Asupan vitamin B6 pada wanita hamil memiliki nilai yang hampir sama dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 1.0±0.6 mg pada wanita hamil dan 0.9±0.5 mg pada wanita yang tidak hamil. Asupan folat pada wanita hamil adalah sebanyak 145.0±140.3 µg, sedangkan pada wanita yang tidak hamil adalah sebanyak 126.9±117.1 µg. Rata-rata asupan vitamin B12 pada wanita hamil lebih tinggi dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 2.1±1. 9 µg. Sementara itu, asupan vitamin B12 wanita yang tidak

20 46 hamil adalah sebanyak 1.9±1.8 µg. Asupan vitamin C pada wanita hamil dan wanita tidak hamil adalah sebanyak 34.2±48.2 mg dan 27.6±41.7 mg. Tabel 18 Hamil Asupan vitamin per kapita/hari pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis Asupan Zat Gizi Kelompok Usia Dewasa Muda Dewasa Madya Total Vitamin A (RE) 611.6± ± ±741.0 Tiamin (mg) 0.5± ± ±0.3 Riboflavin (mg) 0.6± ± ±0.4 Niasin (mg) 8.7± ± ±5.4 Vitamin B6 (mg) 1.0± ± ±0.6 Folat (µg) 146.3± ± ±140.3 Vitamin B12 (µg) 2.1± ± ±1.9 Vitamin C (mg) 34.2± ± ±48.2 Tidak Hamil Vitamin A (RE) 505.6± ± ±649.2 Tiamin (mg) 0.4± ± ±0.3 Riboflavin (mg) 0.5± ± ±0.4 Niasin (mg) 8.2± ± ±5.1 Vitamin B6 (mg) 0.9± ± ±0.5 Folat (µg) 126.1± ± ±117.1 Vitamin B12 (µg) 2.0± ± ±1.8 Vitamin C (mg) 26.9± ± ±41.7 Hamil dan Tidak Hamil Vitamin A (RE) 511.0± ± ±652.9 Tiamin (mg) 0.4± ± ±0.3 Riboflavin (mg) 0.5± ± ±0.4 Niasin (mg) 8.2± ± ±5.1 Vitamin B6 (µg) 0.9± ± ±0.5 Folat (µg) 127.1± ± ±118.0 Vitamin B12 (µg) 2.0± ± ±1.8 Vitamin C (mg) 27.2± ± ±41.9 Vitamin yang menjadi fokus penelitian ini adalah vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C. Vitamin A merupakan vitamin yang sangat berperan penting dalam kemampuan penglihatan. Sumber vitamin A adalah sayuran hijaun, buah-buahan berwarna orange, akar, dan umbi-umbian. Vitamin B kompleks sangat berperan dalam bekerjanya sistem syaraf tubuh. Sedangkan vitamin C berhubungan dengan imunitas. Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa asupan vitamin pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita yang tidak hamil. Hal ini diduga

21 47 berkaitan dengan disadarinya terjadi peningkatan kebutuhan vitamin di saat hamil oleh sampel. Adanya kesadaran diri tersebut selanjutnya menyebabkan sampel meningkatkan asupan zat gizinya dibanding sebelum hamil. Perbandingan asupan vitamin menurut kelompok usia pada sampel hamil menunjukkan bahwa dewasa muda mengasup vitamin dalam jumlah yang lebih banyak dibanding dewasa madya. Berkaitan juga dengan penjelasan sebelumnya, diduga terdapatnya kesadaran diri pada individu yang hamil sehingga asupannya meningkat. Wanita dengan usia yang lebih muda cenderung lebih memiliki kesadaran yang tinggi sehingga lebih memperhatikan asupan makanannnya dibandingkan dengan wanita hamil dengan usia yang tua. Selain itu, kehamilan yang terjadi pada usia dewasa muda biasanya merupakan kehamilan yang direncanakan secara matang sehingga perhatian terhadap kesehatan ibu dan anak juga lebih besar dibanding wanita yang hamil pada usia dewasa madya. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Vitamin Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin tersaji pada Tabel 19. Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin A pada wanita hamil lebih rendah dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 75.4±92.6% pada wanita hamil dan 100.3±128.8% pada wanita yang tidak hamil. Tingkat pemenuhan kebutuhan tiamin pada wanita hamil dan tidak hamil adalah sebesar 40.1±24.3% dan 48.9±29.0%. Tingkat pemenuhan kebutuhan riboflavin pada wanita hamil adalah 44.3±31.4%, sedangkan pada wanita yang tidak hamil adalah sebesar 47.3±31.8%. Sebanyak 47.2±29.5% dari kebutuhan niasin sampel hamil mampu dipenuhi dari konsumsinya. Sementara itu, 58.6±35.7% dari kebutuhan niasin pada wanita yang tidak hamil telah mampu dipenuhi dari konsumsinya. Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin B6 pada wanita hamil dan tidak hamil berturut-turut adalah sebesar 56.5±34.7% dan 68.0±39.8%. Tingkat pemenuhan kebutuhan folat pada wanita hamil lebih rendah dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 24.1±23.3%. Tingkat pemenuhan kebutuhan folat pada wanita yang tidak hamil adalah sebesar 31.6±28.8%. Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin B12 pada sampel hamil dan tidak hamil masing-masing adalah sebesar 80.8±72.1% dan 81.0±76.8%. Sementara itu, tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin C pada wanita hamil dan tidak hamil adalah 40.0±56.5% dan 36.7±55.4%.

22 48 Tabel 19 Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin per kapita/hari pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis Hamil Asupan Zat Gizi Dewasa Muda Kelompok Usia Dewasa Madya Total Vitamin A (RE) 76.3± ± ±92.6 Tiamin (µg) 40.6± ± ±24.3 Riboflavin (µg) 45.0± ± ±31.4 Niasin (µg) 47.8± ± ±29.5 Vitamin B6 (µg) 57.1± ± ±34.7 Folat (µg) 24.3± ± ±23.3 Vitamin B12 (µg) 81.9± ± ±72.1 Vitamin C (mg) 40.0± ± ±56.5 Tidak Hamil Vitamin A (RE) 100.9± ± ±128.8 Tiamin (µg) 49.0± ± ±29.0 Riboflavin (µg) 48.0± ± ±31.8 Niasin (µg) 58.4± ± ±35.7 Vitamin B6 (µg) 67.4± ± ±39.8 Folat (µg) 31.4± ± ±28.8 Vitamin B12 (µg) 82.7± ± ±76.8 Vitamin C (mg) 35.8± ± ±55.4 Hamil dan Tidak Hamil Vitamin A (RE) 99.6± ± ±127.8 Tiamin (µg) 48.6± ± ±28.9 Riboflavin (µg) 47.8± ± ±31.8 Niasin (µg) 57.8± ± ±35.5 Vitamin B6 (µg) 66.9± ± ±39.7 Folat (µg) 31.1± ± ±28.6 Vitamin B12 (µg) 82.7± ± ±76.6 Vitamin C (mg) 36.0± ± ±55.4 Berdasarkan Tabel 19, terlihat bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin pada wanita hamil lebih rendah dibanding wanita yang tidak hamil. Hal ini diduga karena peningkatan kebutuhan vitamin saat hamil (Lampiran 10) tidak diikuti dengan peningkatan asupan pangan sumber vitamin tersebut. Wanita hamil memiliki nilai tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin yang lebih tinggi dibanding wanita yang tidak hamil. Perbandingan tingkat konsumsi pada dua kelompok usia menunjukkan bahwa wanita hamil dengan usia yang lebih muda cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan bayinya sehingga asupan zat gizi juga meningkat.

23 49 Secara keseluruhan, tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin bernilai di bawah 100% dan dinyatakan defisit (<70% AKG). Hal ini menunjukkan bahwa asupan vitamin belum mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin tersebut. Keadaan ini apabila terus dibiarkan secara individual akan mengakibatkan berbagai masalah kesehatan dan secara umum menyebabkan status kesehatan masyarakat memburuk. Pentingnya terpenuhinya kebutuhan tubuh akan vitamin terutama pada ibu hamil sangat berhubungan dengan kesehatan bayi setelah lahir bahkan ikut menentukan keadaan kesehatan anak jangka panjang. Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin pada wanita dewasa dapat dikoreksi dengan meningkatkan asupan pangan hewani, sayur, dan buah (WNPG 2004). Mutu Gizi Asupan Pangan Rata-rata skor MGP dari seluruh sampel adalah 53.1±15.9. Sebanyak orang (56.6%) dari seluruh sampel memiliki skor MGP <55. Banyaknya sampel dengan skor MGP adalah sebanyak orang (28.2%). Sebanyak 6949 orang (12.1%) dari seluruh sampel memiliki skor MGP Hanya sebagian kecil saja yang memiliki skor >85 yaitu sebanyak 1756 orang (3.1 %) (Tabel 20). Skor MGP rata-rata pada kelompok wanita yang hamil adalah sebesar 48.6±16.4 dan tergolong buruk. Banyaknya sampel hamil yang memiliki skor MGP <55 adalah sebanyak 1340 orang (67.2%). Sebanyak 444 orang (22.3%) dari sampel hamil memiliki skor MGP Sebanyak 162 orang (8.1%) memiliki skor Hanya sebanyak 2.5% atau 49 orang saja yang memiliki skor MGP 85. Skor MGP rata-rata pada sampel yang tidak hamil adalah sebesar 53.2±15.9. Sebanyak orang (56.2%) dari jumlah sampel yang tidak hamil memiliki nilai rata-rata skor MGP <55. Jumlah sampel dengan skor MGP orang adalah sebanyak orang (28.4%). Sebanyak 6787 orang (12.3%) sampel memiliki skor MGP Hanyak sebanyak 3.1% atau 1707 orang yang memiliki skor dengan kategori baik ( 85). Berdasarkan uji beda dengan Independent sample t-test, terdapat perbedaan yang nyata pada sampel hamil dan tidak hamil dengan mutu gizi asupan pangan, begitu juga pada sampel dewasa muda dan dewasa madya (p<0.01) (Lampiran 8).

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi sampel meliputi pendidikan terakhir, pekerjaan, domisili, dan status ekonomi (kuintil), yang disajikan dalam Tabel 5. Pendidikan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 16 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitan ini menggunakan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 15 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 OLEH : KELOMPOK 15 D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU Pengertian Gizi ibu hamil Zat gizi adalah : Ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian,

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian, 4 generasi, kromosom akan melalui proses evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan fungsi fitness. Nilai fitness dari suatu kromosom akan menunjukkan kualitas kromosom dalam populasi tersebut.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Status Anemia Kadar hemoglobin contoh yang terendah 9.20 g/dl dan yang tertinggi 14.0 g/dl dengan rata-rata kadar Hb 11.56 g/dl. Pada Tabel 6 berikut dapat diketahui sebaran contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Status Gizi

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Status Gizi 4 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Istilah dewasa (adult) berasal dari istilah latin adultus yang memiliki arti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. WHO (2009) mengklasifikasikan

Lebih terperinci

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE BIODATA 1. Nama : Iwan Halwani, SKM, M.Si 2. Pendidikan : Akademi Gizi Jakarta, FKM-UI, Fakultas Pasca sarjana UI 3. Pekerjaan : ASN Pada Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI SUSTAINABLE

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA CICA YULIA, S.Pd, M.Si Remaja merupakan kelompok manusia yang berada diantara usia kanak-kanak dan dewasa (Jones, 1997). Permulaan masa remaja dimulai saat anak secara seksual

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi atau anak yang optimal. Sejak lahir bayi hanya diberikan ASI hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar rakyat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan Kehamilan pada ibu akan terjadi apabila terjadi pembuahan yaitu bertemunya sel telur (ovum) dan spermatozoa. Yang secara normal akan terjadi di tuba uterina. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan sehingga menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim seorang wanita (1). Di mana dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani siklus hidupnya membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kebutuhan zat gizi bagi tubuh meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

Veni Hadju Nurpudji Astuti

Veni Hadju Nurpudji Astuti Veni Hadju Nurpudji Astuti Penelitian di Unhas; yang dilaksanakan di Pusat Studi Gizi dan Pangan, mahasiswa S3, S2, dan S1. Kendala waktu, pada umumnya yang bisa disampaikan adalah penelitian PSGP. Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola Konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang atau rumahtangga untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam menyusun pola konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah naga (Hylocereus sp.) merupakan tanaman jenis kaktus yang berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang awalnya dikenal sebagai tanaman

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanggulangan masalah gizi dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang paling baik adalah pada masa menjelang dan saat prenatal, karena: (1) penelitian

Lebih terperinci

Cara pengumpulan data karakteristik, antropometri dan recall pangan 1x24 jam oleh tim Riskesdas 2010

Cara pengumpulan data karakteristik, antropometri dan recall pangan 1x24 jam oleh tim Riskesdas 2010 LAMPIRAN 55 56 Lampiran 1 Cara pengumpulan data karakteristik, antropometri dan recall pangan 1x24 jam oleh tim Riskesdas 2010 Jenis data Cara pengumpulan data Keterangan Karakteristik sampel Jenis kelamin

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

Eko Winarti, SST.,M.Kes

Eko Winarti, SST.,M.Kes (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Nutrisi Ibu Hamil Disusun oleh : Eko Winarti, SST.,M.Kes PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI SATUAN ACARA PENYULUHAN 1 Tema : Nutrisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA DEWASA USIA TAHUN DI INDONESIA KHOIRUL ANWAR

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA DEWASA USIA TAHUN DI INDONESIA KHOIRUL ANWAR KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA DEWASA USIA 19-49 TAHUN DI INDONESIA KHOIRUL ANWAR DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya mengandung unsur empat sehat lima sempurna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut. Proporsi penduduk usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

2013, No.710 6

2013, No.710 6 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN/ATAU IBU MENYUSUI PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

2011, No BAB 9 FORMAT

2011, No BAB 9 FORMAT 5 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.11.11. TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.06.51.0475

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gizi a. Definisi Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut cara pengucapan Mesir, ghidza dibaca ghizi. Gizi adalah segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Orang Dewasa

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Orang Dewasa 4 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi

Lebih terperinci

pelajaran 1 Apa itu Kelaparan dan Kekurangan Gizi dan Siapa yang Menderita Kelaparan?

pelajaran 1 Apa itu Kelaparan dan Kekurangan Gizi dan Siapa yang Menderita Kelaparan? tingkat lanjutan pelajaran 1 Apa itu Kelaparan dan Kekurangan Gizi dan Siapa yang Menderita Kelaparan? Pelajaran ini dirancang untuk jangka waktu 45-60 menit, tapi guru dapat menambah atau mengurangi bahasan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber nutrisi lengkap dan mengandung gizi tinggi. Kandungan kalsium susu sangat dibutuhkan dalam masa pertumbuhan dan pembentukan tulang

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini masalah pangan dan gizi menjadi permasalahan serius di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini masalah pangan dan gizi menjadi permasalahan serius di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini masalah pangan dan gizi menjadi permasalahan serius di Indonesia. Asupan zat gizi yang mempunyai peran penting dalam masalah pangan dan gizi adalah kalsium.

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran 30 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Konsumsi pangan merupakan faktor penentu yang penting dalam menentukan status kepadatan tulang khususnya pada saat pertumbuhan seperti pada masa remaja.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi. dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi. dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN Astini Syarkowi *) Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat sehingga memiliki kecakapan memilih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tergolong tinggi. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator terpenting untuk menilai kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang meliputi buah-buahan dan sayuran. Buah-buahan berfungsi penting dalam proses metabolisme tubuh

Lebih terperinci