HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percoaan Penelitian ini dilaksanakan di dalam rumah kaca yang terletak pada ketinggian 1100 m diatas permukaan laut. Tanaman gerera yang digunakan merupakan iit yang sudah erumur 2 ulan dengan jumlah daun sekitar 2-4 helai dan erukuran seragam (Gamar 2). Biit yang ditanam, direndam terleih dahulu dengan fungisida untuk mencegah usuk akar. Gamar 2. Biit Tanaman Gerera yang Berumur 2 Bulan dan Siap Tanam Media tanam yang dipergunakan terdiri dari campuran top soil dan pupuk organik dengan perandingan volume sesuai dengan perlakuan. Pupuk organik yang digunakan terdiri dari 3 jenis yaitu pupuk kandang ayam, pupuk kandang kaming, dan pupuk hijau (humus amu). Setiap jenis pupuk kandang memiliki karakteristik yang ereda-eda, pupuk kandang kaming memiliki tekstur yang liat dan padat sehingga menjadi leih erat (Gamar 3a), pupuk kandang ayam memiliki oot yang leih ringan karena ercampur dengan sekam (Gamar 3), dan pupuk hijau yaitu humus amu yang memiliki massa yang porous, tidak memadat, dan tidak lengket (Gamar 3c). Campuran top soil dan pupuk organik yang sudah merat dimasukkan ke dalam polyag erdiameter 30 cm. Setiap polyag ditanami dengan satu iit gerera. Daya tumuh tanaman gerera pada media dengan perlakuan pupuk kandang ayam dan pupuk kandang kaming pada minggu ketiga dan keempat mencapai 60 % dan minggu keenam mencapai 0%. Penurunan daya tumuh terseut diduga karena pupuk kandang ayam dan kaming yang digunakan elum

2 19 matang sempurna sehingga memuat kondisi suhu dalam media meningkat dan tanaman tidak dapat ertahan dengan peningkatan suhu sehingga hampir semua tanaman pada perlakuan terseut mati. Peningkatan suhu terseut menunjukkan adanya aktivitas mikroorganisme yang masih mendekomposisi campuran media. Hal ini merupakan salah satu indikasi ahwa pupuk elum dalam keadaan kondisi matang sempurna. Pupuk hijau yang erasal dari daun amu mengalami peningkatan daya tumuh mencapai 80% antara minggu ketiga dan keempat sejak awal tanam. a c Gamar 3. Pupuk Organik yang Digunakan untuk Penelitian (a) Pukan Kaming; () Pukan Ayam; (c) Pupuk Hijau (Humus Bamu) Percoaan ini diulang kemali setelah melihat kondisi daya tumuh tanaman yang uruk pada hampir seluruh perlakuan. Penanaman iit dilakukan setelah pematangan pupuk. Pematangan pupuk dilakukan selama 1 ulan. Daya tumuh tanaman setelah pengulangan mencapai 80% pada minggu ketiga dan minggu keempat. Daya tumuh tanaman pada media dengan perlakuan pupuk kandang kaming dengan perandingan volume 1 : 3 (PK3) mencapai 50% pada minggu keempat dan mencapai 0% pada minggu keenam. Tanaman yang mati menunjukkan adanya indikasi pemusukan tanaman (Gamar 4). Hal ini diduga diseakan oleh kepadatan campuran media pada perlakuan terseut sangat tinggi sehingga menghamat aerasi dan drainase dalam polyag. Gamar 4. Biit Gerera yang Mati pada Perlakuan Pukan Kaming dengan Perandingan Volume 1:3 (PK3)

3 20 Komposisi media erpengaruh terhadap kondisi drainase atau aerasi tanah. Tanah yang erstruktur aik akan mempunyai kondisi drainase dan aerasi yang aik pula sehingga leih memudahkan sistem perakaran tanaman untuk masuk ke dalam tanah dan mengasorsi hara dan air (Hanafiah, 2005). Struktur media yang uruk karena tekstur yang erat dan padat dapat menyeakan fungsi akar terganggu. Keadaan demikian menciptakan kondisi aerasi di sekitar perakaran menjadi uruk, proses serapan hara terhamat dan drainase uruk. Pada waktu musim hujan tanah ertekstur erat tidak mampu menyerap air dengan cepat dan pada musim kemarau mudah retak dan erongkah sehingga dapat erakiat anyak akar tanaman yang putus (Usman et al, 1996). Dosis pemupukan yang dierikan dihitung erdasarkan data dosis pemupukan tanaman gerera yang telah dilakukan di Cipanas yaitu 60 gram Urea, 75 gram TSP, dan 40 gram KCl untuk setiap m 2 media (Mattjik, 2010). Hasil konversi dari data terseut didapat pemerian dosis Urea per tanaman seanyak 6,7 gram, dosis KCl seanyak 4,4 gram per tanaman, dan dosis SP-36 seanyak 11,1 gram per tanaman. Pemupukan N, P dan K dierikan seluruhnya pada saat tanaman erumur 1 minggu setelah tanam (MST) dan setelah 1 MST dierikan setengah dari dosis awal dengan jangka waktu pemupukan 1 ulan sekali. Pemupukan N, P, dan K dilakukan dengan cara dienamkan di sekeliling tanaman sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan. a c Gamar 5. Hama yang Menyerang Tanaman Gerera (a) Kutu Daun; () White Flyes; (c) Ulat Grayak; (d) Laa-laa d

4 21 Gamar 6. Penyakit Powdery Mildew yang Menyerang Tanaman Gerera Penyiraman dilakukan setiap tiga hari sekali dengan menggunakan gemor. Pengendalian gulma dilakukan secara manual. Hama yang menyerang tanaman selama pengamatan antara lain semut, kutu daun, white flyes, ulat grayak, laa-laa (Gamar 5). Penyakit yang menyerang adalah powdery mildew (Gamar 6). Jumlah Daun Teruka Sempurna Daun yang diamati adalah daun yang kondisinya sudah teruka sempurna. Kondisi daun yang sudah teruka sempurna dapat dilihat pada Gamar 7d. Pengamatan jumlah daun teruka sempurna dimulai saat 1 MST hingga 20 MST. Pengaruh pemerian perlakuan erdasarkan analisis data menunjukkan ereda sangat nyata pada umur 1, 6, 8-20 MST, ereda nyata pada umur 4 dan 7 MST, dan tidak ereda nyata pada 2, 3, dan 5 MST. a c d Gamar 7. Pertumuhan Daun Gerera hingga Teruka Sempurna (a) 3 Hari Setelah Tanam (HST); () 6 HST; (c) 9 HST; (d) 12 HST Penamahan jumlah daun yang ditunjukkan pada Gamar 8 menunjukkan perlakuan P0, PH1, PH2, PH3, PK1, PA1, PA2, PA3 mulai meningkat mulai dari 7 MST hingga 20 MST. Penamahan jumlah daun tertinggi ditunjukkan oleh

5 22 perlakuan PH1 dan PH3. Saat umur 7 MST penamahan jumlah daun di semua perlakuan menunjukkan penurunan. Perlakuan PK2 menunjukkan penamahan jumlah daun yang menurun diandingkan perlakuan lain. Perlakuan PK3 menunjukkan penurunan drastis hingga kemudian semua tanaman mati sampai akhir percoaan. Perlakuan PH1 dan PH3 menunjukkan jumlah daun teranyak pada 20 MST dengan jumlah 10,78 helai daun. Jumlah daun yang paling sedikit ditunjukkan oleh perlakuan PK3 yaitu 0 helai daun karena tanaman PK3 mati. Penurunan penamahan jumlah daun pada perlakuan PK2 dan PK3 dipengaruhi oleh kondisi komposisi media pada perlakuan terseut. Penamahan pupuk kandang kaming pada perandingan volume 1:3 (PK3) mengakiatkan kondisi media menjadi leih padat dan erat. Keadaan demikian menciptakan kondisi aerasi di sekitar perakaran menjadi uruk, proses serapan hara terhamat dan drainase uruk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Usman et al (1996) yaitu tanah ertekstur erat tidak mampu menyerap air dengan cepat pada waktu musim hujan dan pada musim kemarau mudah retak dan erongkah sehingga dapat erakiat anyak akar tanaman yang putus. Gardner et al. (1991) menyatakan jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Penamahan jumlah daun tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan pupuk hijau dengan perandingan volume 1:1 (PH1) dan pupuk hijau dengan perandingan volume 1:3 (PH3). Hal terseut didukung oleh pernyataan Hardjowigeno (2003) ahwa pupuk hijau mengandung unsur N yang cukup anyak sehingga dapat menunjang pertumuhan daun. Pertumuhan daun yang aik pada perlakuan ini juga dipengaruhi oleh karakter pupuk hijau yang digunakan yaitu humus amu yang memiliki daya tukar ion yang tinggi sehingga isa menyimpan unsur hara (Forum Kerjasama Agriisnis, 2011).

6 23 Keterangan : 1. P0 (top soil tanpa penamahan pupuk organik) 2. PH1 (top soil dengan pupuk hijau dengan perandingan volume 1:1) 3. PH2 (top soil dengan pupuk hijau dengan perandingan volume 1:2) 4. PH3 (top soil dengan pupuk hijau dengan perandingan volume 1:3) 5. PK1 (top soil dengan pupuk kandang kaming dengan volume 1:1) 6. PK2 (top soil dengan pupuk kandang kaming dengan volume 1:2) 7. PK3 (top soil dengan pupuk kandang kaming dengan volume 1:3) 8. PA1 (top soil dengan pupuk kandang ayam dengan volume 1:1) 9. PA2 (top soil dengan pupuk kandang ayam dengan volume 1:2) 10. PA3 (top soil dengan pupuk kandang ayam dengan volume 1:3) Gamar 8. Penamahan Jumlah Daun Teruka Sempurna Selama 20 MST 23

7 24 Jumlah Anakan Jumlah anakan mulai diamati pada saat 1 MST setiap 3 hari sekali. Jumlah anakan yang muncul pada setiap tanaman erdasarkan analisis data tidak menunjukkan peredaan yang nyata. Jumlah anakan yang memiliki nilai rataan tertinggi ditunjukkan oleh PK1 yaitu seesar 0,94 sedangkan yang memiliki nilai rataan terendah ditunjukkan oleh perlakuan PK2 yaitu seesar 0,71 (Gamar 9). Gamar 9. Jumlah Anakan yang Muncul Selama 20 MST Peranyakan tanaman gerera dapat dilakukan dengan pemisahan anakan. Pengamatan di lapang selama penelitian memperlihatkan tanaman yang tumuh dari anakan memiliki karakteristik yang sama persis dengan induknya. Oleh karena itu peranyakan tanaman gerera dianjurkan menggunakan pemisahan anakan. Tanaman yang diperanyak dengan pemisahan anakan akan erunga 4 ulan setelah tanam (Auman, 1980). Panjang dan Lear Daun Daun yang digunakan untuk pengamatan panjang dan lear daun adalah daun yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Pada kondisi ini daun erada pada produksi optimal. Daun yang digunakan adalah daun ketiga dari daun termuda. Pengamatan panjang dan lear daun dilakukan pada akhir penelitian. Panjang daun diamati dengan mengukur dari pangkal tangkai hingga pucuk daun. Daun gerera memiliki lear yang tidak eraturan. Oleh karena itu, lear daun diamati dengan mengukur agian terlear dari daun. Berdasarkan hasil análisis data, perlakuan tidak erpengaruh nyata terhadap panjang dan lear daun.

8 25 Panjang daun terpanjang terdapat pada perlakuan PK1 yaitu sepanjang 25,887 cm dan panjang daun terpendek terdapat pada perlakuan PK2 yaitu sepanjang 14,33 cm. Lear daun terlear ditunjukkan oleh perlakuan PA2 dengan lear 3,496 cm dan lear daun tersempit ditunjukkan oleh perlakuan PK2 dengan lear 2,543 cm (Gamar 10). Gamar 10. Panjang dan Lear Daun yang Diamati Pada 20 MST (Cm) Pemupukan nitrogen (N) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap peluasan daun, terutama pada lear dan luas daun (Humphries dan Wheeler, 1963). Suatu defisiensi N juga menyeakan pengurangan luas daun karena menuanya daun-daun yang leih awah (Gardner, 1991). Waktu Muncul Kuncup Bunga Pertama Pengamatan waktu muncul kuncup unga pertama dimulai pada 1 MST. Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali hingga kuncup unga pertama di setiap tanaman muncul. Pada Gamar 11 ditunjukkan entuk kuncup unga pertama yang muncul pada tanaman gerera. Berdasarkan análisis data diketahui ahwa pemerian perlakuan PK2 ereda nyata terhadap waktu muncul kuncup unga pertama. Waktu muncul kuncup unga pertama dengan nilai rataan terkecil menunjukkan perlakuan yang paling cepat mengeluarkan unga, sealiknya waktu muncul kuncup unga dengan nilai rataan teresar menunjukkan perlakuan yang paling lama mengeluarkan unga. Perlakuan PK1 menunjukkan waktu muncul kuncup unga yang tercepat yaitu 48,67 hari dari 1 MST dan perlakuan PK2 menunjukkan waktu muncul kuncup unga yang terlama yaitu 144 hari dari 1 MST (Tael 3). Tanaman

9 26 gerera yang ditanam di pot, unga pertama akan muncul setelah memiliki daun pada tanaman utamanya. Waktu muncul kuncup unga pertama gerera di hari pendek akan muncul setelah 65 hari sejak tanam (Mattjik, 2010). Gamar 11. Kuncup Bunga Saat Pertama Sekitar 8 MST Unsur P (Fosfor) memiliki fungsi untuk memacu pementukan unga (Hardjowigeno, 2003). Pada Tael 2 diseutkan ahwa pupuk kandang kaming memiliki kandungan P 2 O 5 teresar kedua setelah pupuk kandang ayam yaitu seesar 0,4%. Perlakuan pupuk kandang ayam dengan perandingan volume 1:3 memiliki waktu muncul kuncup tercepat kedua setelah perlakuan pupuk kandang kaming dengan perandingan volume 1:1. Tael 3. Waktu Muncul Kuncup Bunga Pertama (Hari) Perlakuan P0 PH1 PH2 PH3 PK1 PK2 PA1 PA2 PA3 Rata -rata Waktu Muncul Kuncup Bunga Pertama (Hari) a* Keterangan : (*) Angka yang diikuti oleh huruf yang ereda pada aris yang sama menunjukkan ereda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Jumlah Bunga per Tanaman Pengamatan jumlah unga dilakukan saat akal unga pertama mulai muncul yaitu sekitar 7 MST dan diamati hingga 20 MST. Data yang diperoleh adalah jumlah akal unga yang muncul hingga 20 MST. Berdasarkan hasil análisis data diketahui ahwa seluruh perlakuan tidak memerikan pengaruh yang

10 27 nyata terhadap jumlah unga. Nilai rataan jumlah unga tertinggi terdapat pada perlakuan PA2 yaitu seesar 4 sedangkan nilai rataan jumlah unga terendah terdapat pada perlakuan PK2 yaitu seesar 0,5 (Gamar 12). Gamar 12. Jumlah Bunga per Tanaman yang Muncul Selama 20 MST Gardner et al. (1991) mengungkapkan ahwa proses pemungaan sangat dikendalikan oleh lingkungan terutama fotoperiode, temperatur dan faktor genetik terutama fitohormon yang ada dalam tumuhan, hasil fotosintesa dan pasokan hara. Erwin (1990) menyatakan ahwa pertumuhan dan perkemangan unga leih dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan suhu. Jumlah cahaya yang diterima tanaman akan mempengaruhi pemungaan (Mattjik, 2010). Bunga akan ertamah anyak dengan adanya tamahan sinar (Tjusita, 1983). Suhu leih esar dari 24 C memungkinkan tidak erunga. Suhu siang dan malam yang aik untuk pertumuhan dan perkemangan unga adalah 25 C (siang hari) dan 14 C (malam hari) (Erwin, 1990). Pengamatan di lapang menunjukkan ahwa suhu pada siang hari mencapai hampir 30 C. Hal ini menunjukkan pertumuhan unga dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama cahaya dan suhu. Diameter Bunga Diameter unga gerera varietas Red Ruy dipengaruhi nyata oleh perlakuan penamahan pupuk organik. Pengamatan dilakukan pada saat panen dan diukur menggunakan jangka sorong. Diameter unga erpengaruh nyata pada perlakuan PA2 yaitu seesar 9,24. Nilai rataan terendah ditunjukkan oleh perlakuan PK2 yaitu seesar 6,80 (Tael 4).

11 28 Tael 4. Diameter Bunga yang Dipanen Selama 20 MST (Cm) Perlakuan P0 PH1 PH2 PH3 PK1 PK2 PA1 PA2 PA3 Ratarata Diameter Bunga (Cm) a 8.41 a 8.65 a 8.67 a 6.80 c 8.88 a 9.24 a* 9.00 a 8.51 Keterangan : (*) Angka yang diikuti oleh huruf yang ereda pada aris yang sama menunjukkan ereda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Mahkota unga merupakan nilai jual dari unga potong. Daya tarik dari mahkota unga adalah entuk susunan unga dan warnanya yang menarik, juga eerapa jenis unga memiliki au yang harum (Tjitrosoepomo, 2007). Unsur utama yang menunjang pementukan unga, perkemangan unga dan pematangan unga hingga siap dipanen adalah unsur P (Fosfor) (Hardjowigeno, 2003). Kandungan unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang ayam leih anyak diandingkan pupuk organik yang lain terutama kandungan unsur P (Tael 2). Data terseut menunjukkan ahwa kadar P 2 O 5 dalam pupuk kandang ayam mencapai 1,3%, hampir 1% leih tinggi dari pupuk kandang lainnya. Hal ini mendukung perlakuan pupuk kandang ayam dengan perandingan volume 1:2 menunjukkan peredaan yang nyata terhadap diameter unga (Tael 4). Holstead (1985) mengungkapkan diameter unga dapat tumuh erkisar antara 5-13 cm. Penjualan unga potong gerera di Indonesia juga mempertimangkan diameter unga yang dihasilkan. Diameter unga minimal harus memiliki diameter unga selear 10 cm 11 cm untuk kriteria gerera jenis standard. Walaupun perlakuan pupuk kandang ayam dengan perandingan volume 1:2 erpengaruh sangat nyata terhadap diameter unga seesar 9,24 cm, ukuran ini elum dapat memenuhi kriteria diameter unga yang diutuhkan. Panjang Tangkai Bunga Hasil pengujian menunjukkan ahwa penamahan eragai jenis pupuk organik erpengaruh sangat nyata terhadap panjang tangkai unga. Panjang tangkai unga erpengaruh sangat nyata pada perlakuan PA1 dengan nilai rataan

12 29 seesar 46,65. Nilai rataan terendah ditunjukkan oleh perlakuan PK2 dengan nilai rataan seesar 28,50 (Tael 5). Panjang tangkai unga erpengaruh sangat nyata pada perlakuan pupuk kandang ayam dengan volume 1:1. Komposisi media pada perlakuan terseut memiliki daya serap dan daya simpan air yang cukup aik sehingga keutuhan tanaman terhadap air untuk memenuhi keutuhan perpanjangan tangkai unga dapat terpenuhi. Tael 5. Panjang Tangkai Bunga yang Dipanen Selama 20 MST (Cm) Perlakuan P0 PH1 PH2 PH3 PK1 PK2 PA1 PA2 PA3 Ratarata Panjang Tangkai Bunga (Cm) a a** 45.8 a 45.9 a 38.5 Keterangan : (**) Angka yang diikuti oleh huruf yang ereda pada aris yang sama menunjukkan ereda sangat nyata menurut uji DMRT pada taraf 1% Menurut Gardner et al (1991), perpanjangan sel memutuhkan air yang anyak. Bagian dari tanaman gerera yang paling anyak mengandung air (sukulen) adalah tangkai unga. Hal terseut menyeakan air yang diserap oleh tanaman gerera paling anyak diserap oleh tangkai unga diandingkan agian tanaman yang lainnya. Panjang tangkai unga dan diameter unga menjadi tolak ukur untuk tanaman pot gerera. Hal ini sangat dipengaruhi oleh peredaan suhu siang dan malam. Peredaan yang esar akan menamah panjang tangkai unga (Mattjik, 2010). Beerapa naungan menghasilkan tangkai yang leih panjang dan leih sesuai keinginan konsumen (Auman, 1980). Faktor yang mempengaruhi panjang tangkai unga adalah air, suhu dan naungan. Kriteria penjualan unga potong gerera di Indonesia minimal harus memiliki panjang tangkai unga sepanjang 60 cm 75 cm. Hal ini tidak dipenuhi oleh perlakuan pupuk kandang ayam dengan volume 1:1 yang erpengaruh sangat nyata yang memiliki ukuran panjang tangkai paling tinggi diantara perlakuan lain yaitu seesar 46,65 cm.

13 30 Diameter Tangkai Bunga Perlakuan penamahan pupuk organik tidak erpengaruh nyata terhadap diameter tangkai unga. Nilai rataan tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan PA2 dengan nilai rataan seesar 0,583 sedangkan nilai rataan terendah ditunjukkan oleh perlakuan PK2 yaitu seesar 0,400 (Gamar 13). Gamar 13. Diameter Tangkai Bunga yang Dipanen Selama 20 MST Tangkai erfungsi seagai penopang unga, tempat penyimpanan ahan makanan, air dan mineral (Ashari, 1995). Bagian dari tanaman gerera dilihat dari kenampakannya secara fisik yang sukulen, agian yang paling anyak mengandung air adalah tangkai unga. Berdasarkan pengamatan setelah panen, tangkai unga yang mempunyai diameter kecil dan memiliki diameter unga yang cukup esar akan mudah terkulai sehingga mudah patah. Hal ini dikarenakan agian tangkai unga gerera ersifat sukulen dan diameter tangkai tidak mampu menyangga secara seimang. Masa Segar Bunga Vase life atau masa segar unga adalah lamanya waktu (hari) unga layak pajang di peragaan, dihitung dari awal panen hingga kurang leih 50% unga mengalami kelayuan. Masa segar unga menunjukkan kemampuan unga mempertahankan tingkat kesegarannya hingga pada atas titik layu. Titik layu yang dimaksudkan disini adalah kondisi unga sudah tidak layak untuk dikonsumsi seagai unga potong. Masa segar unga diamati mulai unga selesai dipanen hingga unga layu dan tidak layak digunakan seagai unga potong

14 31 Bunga yang siap dipanen mempunyai syarat yaitu saat petal agian luar telah mekar penuh atau pada saat dua aris enang sarinya telah matang tetapi seelum unga utuh elum matang dan polen elum tersear (Gamar 14a). Kondisi unga yang telah hais masa segarnya ditunjukkan dengan ciri-ciri enang sarinya telah matang seluruhnya dan polen sudah tersear (Gamar 14). a Gamar 14. Kondisi Bunga Pasca Panen (a) Sesaat Setelah Panen () 2 Minggu Setelah Panen (Hais Masa Segar) Analisis data menunjukkan ahwa pemerian perlakuan tidak menunjukkan peredaan yang nyata terhadap kondisi masa segar unga. Masa segar unga dengan rataan terkecil menunjukkan masa segar unga terpendek, sealiknya masa segar unga dengan rataan teresar menunjukkan masa segar unga terpanjang. Untuk mempertahankan kesegaran unga pada umumnya merendam tangkai unga menggunakan air atau aquades. Percoaan ini menggunakan aquades untuk perlakuan pengamatan kesegaran unga. Perlakuan PH3 menunjukkan masa segar unga yang terpanjang yaitu 14,827 hari setelah panen. Perlakuan PA2 menunjukkan masa segar unga yang terpendek yaitu 9,730 hari setelah panen (Gamar 15). Hal ini sesuai dengan pernyataan Mattjik (2010) ahwa unga yang telah dipanen dapat ertahan di jamangan sekitar 2-3 minggu. Gamar 15. Masa Segar Bunga yang Dipanen Selama 20 MST (Hari)

15 32 Bunga masih melakukan proses respirasi untuk menghasilkan energi yang akan digunakan untuk proses metaolisme unga. Beerapa faktor yang dapat menurunkan kualitas unga segar yaitu : 1. Kemampuan atang untuk mengasorpsi air oleh karena adanya hamatan dari akteri, jamur atau mikroorganisme yang lain. 2. Kandungan karohidratnya rendah sehingga kurang memadai untuk mendukung respirasi. 3. Mengalami terlalu anyak kehilangan air karena suhu lingkungan yang tinggi. 4. Gas etilen yang dihasilkan oleh jaringan yang rusak. 5. Terkena penyakit atau serangga. Kelayuan merupakan tahap normal yang selalu terjadi pada siklus kehidupan tanaman (Winarno, 2002). Menurut Havely dan Mayak (1979) kelayuan terjadi karena peruahan potensial air pada jaringan, sehingga tegangan turgor menurun yang menyeakan peruahan elastisitas jaringan memuat jaringan menjadi terkulai dan mengkerut. Keadaan ini harus diimangi dengan penyerapan larutan yang cukup untuk mempertahankan kesegaran. Selama keragaan larutan yang digunakan adalah akuades. Keutuhan air selama keragaan diperoleh dari akuades terseut, sedangkan keutuhan akan karohidrat untuk respirasi dan metaolisme hanya diperoleh dari cadangan yang terdapat pada atang. Terdapat dua faktor yang menentukan ketahanan simpan unga potong yaitu faktor internal (faktor genetik) dan faktor eksternal selama penyimpanan seperti suhu, kelemaan, cahaya, sirkulasi udara tempat penyimpanan. Suhu rendah sangat aik karena akan menekan kehilangan air, menghamat infeksi akteri dan cendawan serta memperlamat proses penuaan. Prince dan Tayama (1988) mengungkapkan ahwa pada suhu rendah, enzimenzim yang erperan dalam proses respirasi dapat diperlamat sehingga kualitas unga terjaga dan memperpanjang ketahanan masa simpan unga mawar. Semakin tinggi suhu cenderung akan mempercepat proses respirasi sehingga proses pematangan unga juga semakin cepat dan akiatnya unga menjadi leih cepat layu.

16 33 Manu (2007) mengungkapkan ahwa eerapa faktor yang dapat menurunkan kualitas unga segar antara lain ketidakmampuan atang menyerap air karena terjadi emolisme (penyumatan pemuluh atang oleh udara atau mikroorganisme) yang diseakan mikroorganisme atau reaksi fisiologisnya sendiri. Faktor terakhir adalah serangan penyakit dan hama. Salah satunya yaitu misellium cendawan yang erwarna putih. Misselium ini menyumat jaringan pemuluh xylem pada agian atang sehingga penyerapan air terhamat (Anjum et al, 2001). Jenis cendawan yang menyerang adalah cendawan upas (Upasia salmonicolor). Boot Kering Daun Pengamatan oot kering daun dilakukan pada akhir penelitian. Daun dipetik hingga pangkal kemudian diersihkan terleih dahulu. Daun yang sudah ersih ditimang terleih dahulu untuk memperoleh oot asah. Boot kering diperoleh dengan pengovenan daun pada suhu 70 C selama 24 jam. Hasil analisis data menunjukkan perlakuan tidak erpengaruh nyata terhadap oot kering daun. Nilai rataan oot kering tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan PH3 yaitu seesar 3,22 gram sedangkan nilai rataan oot kering terendah ditunjukkan oleh perlakuan PK2 yaitu seesar 1,52 gram (Gamar 16). Gamar 16. Boot Kering Daun yang Diamati Pada 20 MST Berat kering dapat menunjukkan pertumuhan tanaman. Pertumuhan tanaman dapat didefinisikan pemelahan dan pemesaran sel (Gardner, 1991). Menurut Gardner (1991), daun merupakan sumer karohidrat utama melalui

17 34 proses fotosíntesis. Selain itu, fungsi daun agi tanaman adalah tempat pengamilan zat makanan (resorsi), pengolahan zat makanan (asimilasi), penguapan air (transpirasi), dan respirasi (Tjitrosoepomo, 2007). Oleh karena itu, daun memiliki fungsi utama dalam pertumuhan dan perkemangan tanaman gerera. Semakin tinggi oot kering daun menunjukkan semakin anyak sumer karohidrat yang tersedia dan proses metaolisme lain erjalan dengan aik sehingga pertumuhan tanaman juga semakin aik dan meningkat. Analisis Hara N, P, dan K Pengujian komposisi media untuk melihat kandungan unsur hara N, P 2 O 5, dan K 2 O seelum dan sesudah percoaan terlihat pada Tael 6. Perlakuan P0 merupakan perlakuan yang kekurangan ketiga unsur hara terseut. Pada perlakuan pupuk kandang kaming aik memiliki kandungan unsur N dan P 2 O 5 yang tinggi dianding perlakuan lainnya. Semakin tinggi perandingan volume yang digunakan semakin tinggi kandungan unsur N dan P 2 O 5 di dalamnya. Perlakuan pupuk kandang ayam merupakan perlakuan yang mengandung unsur K 2 O tertinggi dianding perlakuan lainnya dan semakin tinggi perandingan volume yang digunakan semakin tinggi kandungan unsur K 2 O di dalam komposisi media terseut. Tael 6. Hasil Analisis Contoh Tanah Seelum dan Sesudah Perlakuan Perlakuan Kadar N (%) Kadar P 2 O 5 (ppm) Kadar K 2 O (ppm) Seelum Sesudah Seelum Sesudah Seelum Sesudah P PH PH PH PK PK PK PA PA PA Sumer : Laoratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor (diolah)

18 35 Kadar N dan P 2 O 5 pada semua perlakuan setelah percoaan meningkat (Tael 6). Kadar K 2 O pada perlakuan tanpa pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk kandang ayam mengalami penurunan sedangkan pada perlakuan pupuk kandang kaming kadar K 2 O mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Hasil analisis menunjukkan kandungan N dan P 2 O 5 tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk kandang ayam dengan perandingan volume 1:3 (PA3) sedangkan kadar K 2 O tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk kandang kaming dengan perandingan volume 1:2 (PK2). Hasil análisis contoh tanah seelum dan sesudah perlakuan yang digunakan pada percoaan ini memiliki kandungan unsur hara N yang sedang hingga tinggi erdasarkan kriteria penilaian hasil análisis tanah sedangkan kandungan unsur hara P 2 O 5, dan K 2 O erada pada klasifikasi sangat tinggi (Tael 7). Tael 7. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah Parameter Nilai tanah Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi N (%) <0,1 0,1 0,2 0,21 0,5 0,51 0,75 >0,75 P 2 O 5 Bray < >15 (ppm P) K 2 O HCl 25% (mg/100g) < >60 Sumer : Balai Penelitian Tanah, 2004 Perlakuan pupuk hijau memiliki kandungan N yang cukup tinggi diandingkan perlakuan lainnya (Tael 6). Hal ini diseakan karena pupuk hijau yang digunakan erasal dari daun amu yang telah melewati proses pelapukan oleh jasad mikro. Daun merupakan agian utama tanaman dalam fase vegetatif. Pertumuhan vegetatif tanaman yang aik ditunjang dengan adanya kandungan unsur N yang cukup (Hardjowigeno, 2003). Hal ini juga diuktikan dengan penamahan jumlah daun pada perlakuan PH1 dan PH3 merupakan perlakuan yang menghasilkan jumlah daun teranyak dari seluruh perlakuan (Gamar 8). Perlakuan pupuk kandang ayam memiliki kandungan P leih tinggi diandingkan dengan perlakuan lainnya dilihat dari hasil análisis pada Tael 6.

19 36 Hal ini sesuai dengan pernyataan Lingga (1991) pada Tael 2. Unsur P mempunyai fungsi utama yaitu pementukan unga, mempercepat pematangan, memperkuat atang, memperaiki kualitas tanaman (Hardjowigeno, 2003). Hal ini terukti sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan jumlah unga paling anyak dihasilkan oleh perlakuan PA2 (Gamar 12). Kualitas unga seperti diameter unga yang paling esar ditunjukkan oleh perlakuan PA2 (Tael 4), tangkai unga terpanjang ditunjukkan oleh perlakuan PA1 (Tael 5), dan diameter tangkai unga teresar ditunjukkan oleh perlakuan PA2 (Gamar 14). Perlakuan pupuk kandang kaming mempunyai tekstur media yang sangat liat. Semakin tinggi dosis pupuk kandang kaming yang ditamahkan semakin liat dan erat tekstur medianya. Tanah yang kandungan tanah liatnya tinggi cenderung untuk mengandung K yang relatif tinggi (Gardner, 1991). Unsur K ditemukan dalam jumlah anyak di dalam tanah tetapi hanya seagian kecil yang digunakan oleh tanaman yaitu yang larut dalam air atau yang dapat dipertukarkan (Hardjowigeno, 2003). Hal ini yang memengaruhi jumlah unsur K dalam media percoaan aik seelum maupun sesudah percoaan dalam jumlah yang sangat tinggi (Tael 6). Tanaman yang cukup K hanya kehilangan sedikit air karena K meningkatkan potensial osmotik (Humle dan Hsiao, 1969). Hal ini mengakiatkan drainase media yang memiliki kandungan K tinggi menjadi uruk sehingga tanaman dapat mati karena keleihan pasokan air.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usaha untuk memperbaiki kondisi pertumbuhan jagung dan menambah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usaha untuk memperbaiki kondisi pertumbuhan jagung dan menambah 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Peningkatan pertumuhan jagung melalui pemerian pupuk merupakan usaha untuk memperaiki kondisi pertumuhan jagung dan menamah keseuran tanah. Pemerian pupuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat

Lebih terperinci

PAKAN: PERTUMBUHAN PIYIK DENGAN PAKAN BERBEDA SERTA POLA MAKAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF

PAKAN: PERTUMBUHAN PIYIK DENGAN PAKAN BERBEDA SERTA POLA MAKAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF 49 PAKAN: PERTUMBUHAN PIYIK DENGAN PAKAN BERBEDA SERTA POLA MAKAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF Pendahuluan Pakan diutuhkan ternak untuk memenuhi keutuhan untuk hidup pokok, produksi

Lebih terperinci

Elli Afrida. Staf pengajar kopertis Wilayah I dpk Unpab

Elli Afrida. Staf pengajar kopertis Wilayah I dpk Unpab 8 EFEKTIFITAS PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK A32 DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum. L.) VARIETAS BREBES Elli Afrida Staf pengajar kopertis Wilayah I dpk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ada aturan bakunya, yang terpenting ransum yang diberikan kandungan

TINJAUAN PUSTAKA. ada aturan bakunya, yang terpenting ransum yang diberikan kandungan TINJAUAN PUSTAKA Keutuhan Nutrisi Itik Petelur Bahan pakan yang dipergunakan dalam menyusun ransum pada itik elum ada aturan akunya, yang terpenting ransum yang dierikan kandungan nutriennya dalam ransum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan mikro di dalam rumah tanaman khususnya di daerah tropika asah perlu mendapat perhatian khusus, mengingat iri iklim tropika asah dengan suhu udara yang relatif panas,

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN GRANULA BOBOT TEPUNG JAGUNG TERHADAP PROFIL GELATINISASI DAN MI JAGUNG

PENGARUH UKURAN GRANULA BOBOT TEPUNG JAGUNG TERHADAP PROFIL GELATINISASI DAN MI JAGUNG PEMBAHASAN UMUM PENGARUH UKURAN GRANULA BOBOT TEPUNG JAGUNG TERHADAP PROFIL GELATINISASI DAN MI JAGUNG Pada penelitian tahap pertama diperoleh hasil ahwa ukuran partikel tepung sangat erpengaruh terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, Kecamatan Tanjung Karang Barat. Kota Bandar Lampung, mulai bulan Mei sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Gladiol 2.1.1 Taksonomi Tanaman Gladiol Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida

Lebih terperinci

Ilmu Pertanian Vol. 15 No. 1, 2008 : KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza spp) PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN DAN SALINITAS

Ilmu Pertanian Vol. 15 No. 1, 2008 : KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza spp) PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN DAN SALINITAS Ilmu Pertanian Vol. 15 No. 1, 2008 : 49-58 KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza spp) PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN DAN SALINITAS THE PERFORMANCE OF SEVERAL RICE (Oryza spp) VARIETIES ON DROUGHT AND

Lebih terperinci

KLOROFIL X - 2 : 68 75, Desember 2015 ISSN

KLOROFIL X - 2 : 68 75, Desember 2015 ISSN KLOROFIL X - : 68 75, Desemer 5 ISSN 85-96 PENGRUH KOMPOSISI MEDI TNM DN PUPUK NPK MJEMUK TERHDP PERTUMBUHN BIBIT KELP SWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PD STDI PRE NURSERY Bayu Segara, Heniyati Hawalid,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap

TINJAUAN PUSTAKA. didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap TINJAUAN PUSTAKA Telur Itik Telur merupakan produk peternakan yang memerikan sumangan esar agi tercapainya kecukupan gizi masyarakat (Sudaryani, 2003). Dari seutir telur didapatkan gizi yang cukup sempurna

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS BUAH JERUK VARIETAS SIAM BANJAR

HUBUNGAN KUALITAS BUAH JERUK VARIETAS SIAM BANJAR HUBUNGAN KUALITAS BUAH JERUK VARIETAS SIAM BANJAR (Citrus suhuiensis Tan.) DENGAN SIFAT KIMIA TANAH DAN AIR DI LAHAN PASANG SURUT (Relationship Between Quality of Citrus Var. Siam Banjar (Citrus suhuiensis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium I I I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIGOR BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) ABSTRAK

LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIGOR BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) ABSTRAK Media Litang Sulteng 2 (1) : 56 61, Oktoer 29 ISSN : 1979-5971 LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIGOR BIBIT KAKAO (Theoroma cacao L.) Maemunah 1 dan Enny Adelina 2 ABSTRAK Penelitian ini ertujuan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS PENAMBAHAN BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN BUNGA POTONG GERBERA (Gerbera jamesonii) var.

UJI EFEKTIVITAS PENAMBAHAN BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN BUNGA POTONG GERBERA (Gerbera jamesonii) var. UJI EFEKTIVITAS PENAMBAHAN BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN BUNGA POTONG GERBERA (Gerbera jamesonii) var. RED RUBY Hilaria Primapuspita A24061732 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Silika Hasil Isolasi dari Sekam Padi Analisis kuantitatif dengan metode X-Ray Fluorescence dilakukan untuk mengetahui kandungan silika au sekam dan oksida-oksida lainnya aik logam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Pemberian dosis kotoran kambing pada budidaya secara tumpang sari antara tanaman bawang daun dan wortel dapat memperbaiki

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa L.) The Effect of Inorganic and Organic Fertilizers

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan 49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW Silviana 1, Nova Risdiyanto Ismail 2 1 Universitas Widyagama Malang/ Dosen Teknik Industri, Kota Malang 2 Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Meia Tanam an Jenis Pupuk terhaap Pertumuhan an Perkemangan Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) engan Teknik Buiaya Hiroponik Hasil analisis variansi (ANAVA)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan Desember 2009. Bahan dan

Lebih terperinci

BAB 2. RANDOMISASI DALAM PENELITIAN

BAB 2. RANDOMISASI DALAM PENELITIAN 16 BAB 2. RANDOMISASI DALAM PENELITIAN Randomisasi merupakan langkah peting dalam penelitian yang tidak dilakukan secara sensus. Dengan randomisasi yang aik maka akan dapat diperoleh sampel yang representatif

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN NaOCl DALAM TAHAPAN PEMUCATAN EKSTRAKSI RUMPUT LAUT COKLAT (Sargassum duplicatum) TERHADAP KARAKTERISTIK NATRIUM ALGINAT

PENGARUH PENGGUNAAN NaOCl DALAM TAHAPAN PEMUCATAN EKSTRAKSI RUMPUT LAUT COKLAT (Sargassum duplicatum) TERHADAP KARAKTERISTIK NATRIUM ALGINAT PENGARUH PENGGUNAAN NaOCl DALAM TAHAPAN PEMUCATAN EKSTRAKSI RUMPUT LAUT COKLAT (Sargassum duplicatum) TERHADAP KARAKTERISTIK NATRIUM ALGINAT Herdito Wisnuaji dan Emma Rochima Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Mengembangkan dan membudidayakan tanaman tomat membutuhkan faktor yang mendukung seperti pemupukan, pengairan, pembumbunan tanah, dan lain-lain. Pemberian

Lebih terperinci

PENYIMPANAN SPORA T. asperellum T 13 dana. niger A 1 DALAM BAHAN PEMBAWA PADAT DAN CAIR ABSTRAK

PENYIMPANAN SPORA T. asperellum T 13 dana. niger A 1 DALAM BAHAN PEMBAWA PADAT DAN CAIR ABSTRAK 63 PENYIMPANAN SPORA T. asperellum T 13 dana. niger A 1 DALAM BAHAN PEMBAWA PADAT DAN CAIR ABSTRAK Seelas ahan pemawa padat dan lima ahan pemawa cair telah diuji untuk menentukan ahan pemawa teraikagi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos, 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos, baik yang berbentuk cair, maupun

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Green House (GH) dan Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada bulan

Lebih terperinci

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P Zubir et al.: Keragaan Pertumbuhan Jagung Dengan. KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P Zubir Marsuni 1), St. Subaedah 1), dan Fauziah Koes 2) 1) Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 3.2 Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang

I. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang paling dikenal. Walaupun tidak menghasilkan jumlah protein dan kalori setinggi buncis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi dan Manfaat Vertikultur Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa lnggris (vertical dan culture). Menurut Nitisapto (1993) vertikultur

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta di Jumantono, Karanganyar. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong yang berpotensi untuk dibudidayakan secara intensif. Prospek agribisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci