V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk. Hasil pengolahan data pengaruh pola agroforestri terhadap parameter pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Lampiran 1. Rekapitulasi hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil sidik ragam pengaruh pola agroforestri terhadap parameter pertumbuhan tanaman Parameter Pertumbuhan Perlakuan p-value Diameter batang Tinggi total TBC Diameter tajuk *: berpengaruh nyata pada taraf 5% * * * * < 0,0001 0,0027 < 0,0001 < 0,0001 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa pola agroforestri yang diberikan memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter pertumbuhan gmelina yakni diameter batang, tinggi, tinggi bebas cabang, dan diameter tajuk pada taraf 5%. Hal tersebut sesuai dengan nilai p-value yang lebih kecil dari taraf nyata 5%. Tinggi total Berdasarkan hasil uji Duncan pada Tabel 2 pola agroforestri satu (AgF1) memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap pola agroforestri tiga pada taraf 5% dan memberikan nilai rataan tinggi total tertinggi daripada pola agroforestri dua (AgF2) dan pola agroforestri tiga (AgF3). Pola agroforestri dua memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pola agroforestri satu dan tiga.

2 18 Tabel 2 Hasil uji Duncan pengaruh pola agroforestri terhadap parameter tinggi gmelina Pola agroforestri Tinggi gmelina AgF1 3,6 a* AgF2 3,3 ab AgF3 2,9 b* *: huruf beda di belakang angka menunjukan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5%; AgF1: gmelina + suren + mahoni + sengon + cabai + jagung; AgF 2: gmelina + sengon + jagung + singkong; AgF 3: gmelina + suren + kacang tanah + singkong + jagung Diameter batang Berdasarkan Tabel 3 ketiga perlakuan memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap variabel diameter batang gmelina. Pola agroforestri yang memberikan nilai rataan diameter batang tertinggi adalah pola agroforestri satu. Pola agroforestri tiga memberikan pengaruh nilai rataan diameter yang paling rendah. Tabel 3 Hasil uji Duncan pengaruh pola agroforestri terhadap parameter diameter batang gmelina Pola agroforestri Diameter batang gmelina (cm) AgF 1 3,5 * AgF 2 3,0 b* AgF3 2,3 c* *: huruf beda di belakang angka menunjukan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5%; AgF1: gmelina + suren + mahoni + sengon + cabai + jagung; AgF 2: gmelina + sengon + jagung + singkong; AgF 3: gmelina + suren + kacang tanah + singkong + jagung Tinggi bebas cabang (TBC) Berdasarkan Tabel 4 pola agroforestri satu memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap tinggi bebas cabang gmelina. Selain itu, rataan tinggi bebas cabang tertinggi terdapat pada pola agroforestri satu. Rataan tinggi bebas cabang yang paling rendah terdapat pada pola agroforestri tiga.

3 19 Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh pola agroforestri terhadap parameter TBC gmelina Pola agroforestri Rata-rata TBC (m) AgF 1 40,7 a* AgF 2 20,1 b AgF 3 19,6 b *: Huruf beda di belakang angka menunjukan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5%; AgF1: gmelina + suren + mahoni + sengon + cabai + jagung; AgF 2: gmelina + sengon + jagung + singkong; AgF 3: gmelina + suren + kacang tanah + singkong + jagung Diameter tajuk Tabel 5 menunjukkan bahwa pola agroforestri satu memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan memberikan pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan diameter tajuk gmelina. Pola agroforestri dua dan tiga memberikan pengaruh yang saling tidak berbeda nyata. Hal ini dapat dilihat dari nilai rataan diamater tajuk yang hampir sama. Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh pola agroforestri terhadap parameter diameter tajuk gmelina Pola Agroforestri Diameter tajuk (m) AgF 1 1,5 a* AgF 2 0,8 b AgF 3 0,7 b *: huruf beda di belakang angka menunjukan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5%; AgF1: gmelina + suren + mahoni + sengon + cabai + jagung; AgF 2: gmelina + sengon + jagung + singkong; AgF 3: gmelina + suren + kacang tanah + singkong + jagung Persentase penutupan tajuk Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa persen penutupan tajuk yang paling rendah terdapat pada pola agroforstri satu (16,5%). Persen penutupan tajuk yang paling besar terdapat pada pola agroforestri dua (51,3%). Tabel 6 Rata-rata persentase penutupan tajuk pada setiap pola agroforestri Pola agroforestri Penutupan tajuk (%) AgF1 16,5 AgF2 51,3 AgF3 25,9 AgF1: gmelina + suren + mahoni + sengon + cabai + jagung; AgF 2: gmelina + sengon + jagung + singkong; AgF 3: gmelina + suren + kacang tanah + singkong + jagung

4 20 Suhu dan kelembaban Berdasarkan Tabel 7, rataan suhu yang paling tinggi terdapat pada pola agroforestri satu. Berbeda halnya dengan suhu, nilai kelembaban terbesar terdapat pada pola agroforestri tiga. Tabel 7 Rata-rata suhu dan kelembaban Pola agroforestri Suhu rata-rata ( o C) Kelembaban (%) AgF1 AgF2 AgF3 25,7 25,0 25, AgF1: gmelina + suren + mahoni + sengon + cabai + jagung; AgF 2: gmelina + sengon + jagung + singkong; AgF 3: gmelina + suren + kacang tanah + singkong + jagung Sifat fisik dan kimia tanah Tabel 8 Hasil analisis sifat kimia tanah Parameter Perlakuan AgF1 AgF2 AgF3 Tekstur Pasir (%) 11,08 7,62 4,54 Debu (%) 27,21 18,53 14,58 Liat (%) 61,71 73,85 80,85 ph H 2 0 5,6 5,4 5,6 KCL 4,8 4,7 4,9 Bahan organik C (%) 2,07 2,0 1,67 Nilai Tukar Kation N (%) 0,21 0,2 0,17 Ca (me/100g) 6,64 5,34 8,15 Mg (me/100g) 3,01 2,18 2,01 K (me/100g) 1,56 0,76 0,67 P pada HCl 25% (ppm) 123,1 136,1 72,9 Na (me/100g) 0,66 0,34 0,32 KTK (me/100g) 20,25 22,46 25,76 KB (%) 58,62 38,38 43,26 Fe (ppm) 5,76 4,10 303,58 Cu (ppm) 3, ,18 Zn (ppm) 1,75 4,39 3,54 Mn (ppm) 64,21 50,50 29,46 Tabel 9 Hasil analisis sifat fisik tanah Parameter Hasil Bulk density (g/cm 3 ) 1,15 Porositas (%) 56,49 Kadar air (% volume) PF 2.54 PF ,69 22,17 Air Tersedia (%) 13,52

5 21 Sampel tanah yang diambil untuk analisis sifat fisik hanya diambil sebanyak satu sampel. Hal ini dikarenakan semua pola agroforestri terletak pada satu hamparan lahan yang sama dan dianggap homogen. Berdasarkan analisis sifat fisik tanah, sifat fisik tanah yang diperoleh merupakan sifat fisik yang tergolong baik untuk pertumbuhan gmelina. Sifat kimia dan fisik tanah pada setiap pola agroforestri disajikan pada Tabel 8 dan Tabel Pembahasan Pola agroforestri dengan tanaman pokok gmelina yang diamati pada penelitian ini adalah sebanyak tiga pola. Pola agroforestri satu (AgF1) terdiri dari gmelina, suren (Toona sureni), mahoni (Swietenia macrophylla), sengon, dominansi cabai, dan jagung. Pola agroforestri dua (AgF2) terdiri dari gmelina, sengon, dominansi jagung, dan singkong. Pola agroforestri tiga (AgF3) terdiri dari gmelina, suren, dominansi kacang tanah, singkong, dan jagung. Berdasarkan hasil sidik ragam perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata terhadap empat parameter pertumbuhan yakni diameter batang, tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk. Berdasarkan uji lanjut Duncan dapat dilihat bahwa pola agroforestri satu memberikan pengaruh berbeda nyata dan memberikan pengaruh yang paling baik terhadap pertumbuhan gmelina dilihat dari nilai rataan yang tertinggi dari semua parameter pertumbuhan, yakni tinggi total, diameter, tinggi bebas cabang, dan diemeter tajuk. Tinggi pohon merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang mudah diamati. Berdasarkan hasil uji Duncan yang disajikan pada Tabel 2, pola agroforestri satu memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap pola agroforestri tiga. Selain itu nilai rataan tinggi total gmelina pada pola agroforestri satu merupakan rataan tertinggi dibandingkan pola agroforestri dua dan tiga yakni sebesar 3,7 cm. Pola agroforestri satu dan pola agroforestri dua tidak saling berbeda nyata. Hal ini dapat dilihat dari nilai rataan tinggi total yang selisihnya berdekatan. Rataan tinggi total yang besar pada pola agroforestri satu diduga karena unsur hara yang cukup, suhu yang optimal, dan cahaya yang cukup. Hal tersebut mengakibatkan tingkat fotosintesis yang optimal sehingga pertumbuhan tinggi lebih pada pola ini lebih tinggi. Menurut Lewenussa (2009), pada usia muda,

6 22 tanaman cenderung melakukan pertumbuhan yang cepat ke arah vertikal (atas), pertumbuhan diameter berlangsung apabila keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi, pergantian daun, pergantian akar, dan tinggi telah terpenuhi. Rataan tinggi total yang besar pada pola agroforestri dua diduga karena adanya faktor kekurangan cahaya. Intensitas cahaya yang masuk pada pola agroforestri dua lebih rendah dibandingkan dengan pola agroforestri satu dan tiga. Hal ini dilihat dari nilai persentase penutupan tajuk sebesar 51,3%. Sitompul dan Guritno (1995), menyatakan bahwa tinggi tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan tertentu seperti cahaya. Tanaman yang mengalami kekurangan cahaya biasanya lebih tinggi dari tanaman yang mendapat cahaya cukup. Diameter batang adalah salah satu parameter pertumbuhan yang diamati. Berdasarkan hasil uji Duncan yang disajikan pada Tabel 3, pengaruh ketiga pola agroforestri saling berbeda nyata pada taraf 5%. Akan tetapi berdasarkan nilai rataan diameter batang, pola agroforestri satu memberikan pengaruh yang paling baik terhadap parameter diameter batang gmelina. Hal tersebut terbukti dengan nilai rataan yang tertinggi pada pola agroforestri satu, yaitu sebesar 3,5 meter. Nilai rataan diameter batang yang tinggi pada pola agroforestri satu diduga karena unsur hara yang cukup. Selain itu pula pada pola agroforestri ini cahaya dan suhu optimal merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan diameter batang. Cahaya yang cukup dan suhu yang optimal memungkinkan optimalnya kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses fisiologis yang berfungsi dalam pertumbuhan. Rataan diameter yang paling rendah pada pola agroforestri tiga diduga karena kombinasi tanaman yang beragam dengan tidak diiringi oleh sistem pengelolaan yang kurang optimal terutama dalam hal pemeliharaan tanaman pertanian seperti pemupukan. Hal ini mengakibatkan adanya persaingan yang tinggi dalam hal mendapatkan unsur hara pada setiap tanaman. Pemupukan dilakukan untuk memenuhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman (Sumarna 2012). Kombinasi tanaman yang banyak akan membutuhkan lebih banyak masukan unsur hara. Tinggi bebas cabang merupakan parameter pertumbuhan tanaman yang diamati. Tinggi bebas cabang tanaman selain dipengaruhi oleh lingkungan dan

7 23 unsur hara juga dipengaruhi oleh sistem pengelolaan lahan terutama dalam hal pemeliharaan tanaman, yakni pemangkasan. Menurut Sumarna (2012), untuk mendapatkan tinggi bebas cabang yang optimal, maka pemangkasan cabang harus dilakukan dengan gergaji pangkas sehingga pembentukan mata kayu yang dapat menurunkan kualitas kayu dapat ditekan. Tabel 4 hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pola agroforestri satu memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap pola agroforestri dua dan tiga. Pola agroforestri dua dan tiga tidak saling berbeda nyata atau memberikan pengaruh yang sama. Pola agroforestri satu memberikan pengaruh paling baik dilihat dari nilai rataan tinggi bebas cabang yang tertinggi yakni sebesar 40,8%. Tajuk merupakan aspek penting dalam pertumbuhan tanaman. Tajuk merupakan tempat berlangsungnya proses metabolisme yang menunjang terjadinya pertumbuhan. Aktivitas metabolisme tersebut salah satunya adalah fotosintesis. Semakin banyak dan semakin luas ukuran tajuk maka semakin besar kemampuannya dalam melakukan fotosintesis. Menurut Brown (1971), ukuran dan bentuk tajuk dikontrol oleh kombinasi genetis bawaan dan faktor lingkungan. Berdasarkan hasil uji Duncan yang disajikan pada Tabel 5, pola agroforestri satu memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter pertumbuhan diameter tajuk gmelina. Pola agroforestri satu memberikan pengaruh paling baik dibandingkan dengan pola agroforestri dua dan tiga. Hal ini terlihat dengan nilai rataan diameter tajuk yang diperoleh yakni sebesar 1,5 meter. Faktor-faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan gmelina paling baik di pola agroforestri satu adalah sistem pengelolaan lahan, intensitas penutupan tajuk, sifat fisik dan kimia tanah, iklim, dan komposisi tanaman. Menurut Hardjowigeno (1987), pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor di antaranya cahaya matahari, suhu, udara, air, dan unsur-unsur hara dalam tanah. Menurut Daniel et al. (1987), ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi tanaman antara lain: tempat tumbuh, iklim, penyebab fisiologis. Kombinasi tanaman pada setiap pola agroforestri akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman pokok maupun tanaman sela. Interaksi yang positif pada pola agroforestri akan menghasilkan peningkatan produksi dari semua komponen tanaman yang ada pada pola tersebut dan sebaliknya (Hairiah et al. 2002).

8 24 Kandungan ph pada ketiga pola agroforestri menunjukkan nilai yang hampir sama yakni berkisar antara 5,40 5,60. Hal tersebut berarti tanah tersebut memiliki keasaman yang tidak tinggi dan baik untuk pertumbuhan tanaman. Nilai ph menunjukkan banyaknya konsentrasi ion H + di dalam tanah. ph tanah sangat penting terhadap pertumbuhan tanaman, di antaranya berfungsi dalam menentukan mudah tidaknya unsur hara diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan mempengaruhi perkembangan mikroorganisme. Pertumbuhan gmelina yang lebih rendah pada pola agroforestri dua dan tiga diduga karena adanya tanaman singkong yang dikombinasikan pada kedua pola tersebut. Salam et al. (1997) menyebutkan tanaman singkong dikenal sangat boros dalam penyerapan unsur hara khususnya unsur P dan K serta beberapa unsur hara mikro (Fe, Mn, Cu, Zn). Sifat singkong yang boros akan beberapa unsur hara makro dan mikro dapat mengakibatkan terjadinya defisiensi hara terutama pada tanaman pokok sehingga pertumbuhan tanaman pokok menjadi terhambat. Pola agroforestri satu secara umum memiliki unsur makro yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua pola lainnya. Unsur N merupakan salah satu unsur makro tanah yang berfungsi memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N berwarna lebih hijau. Selain itu, unsur N berfungsi untuk pembentukan protein. Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah, tanah pada pola agroforestri satu memiliki kadar unsur N paling tinggi daripada pola agroforestri dua dan tiga. Hal ini sesuai dengan hasil pertumbuhan gmelina yang lebih baik pada pola agroforestri satu. Unsur P berfungsi dalam pembelahan sel, pembentukan buah dan biji, serta mempercepat pematangan. Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah unsur P tertinggi terdapat pada pola agroforestri dua. Unsur K berfungsi dalam pembentukan pati mengaktifkan enzim, pembukaan stomata, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain, dan mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan. Pertumbuhan gmelina yang lebih rendah pada pola agroforestri tiga diduga karena rendahnya unsur hara tanah. Unsur hara N, P, dan K diduga sebagai faktor pembatas pertumbuhan gmelina pada pola agroforestri tiga. Ketiga unsur hara

9 25 makro tersebut memiliki nilai yang paling rendah dibandingkan dengan pola agroforestri satu dan dua. Sama halnya dengan unsur K, unsur Ca dan Mg tertinggi terdapat pada pola agroforestri satu. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan gmelina lebih cepat dibandingkan dengan dua pola lainnya. Unsur Ca berfungsi dalam penyusunan dinding-dinding sel tanaman dan pembelahan sel. Unsur Mg (magnesium) berfungsi dalam pembentukan klorofil, aktivasi sistem enzim, dan pembentukan minyak. Menurut Indriyanto (2006), tanah adalah tubuh alam (bumi) yang berasal dari berbagai campuran hasil pelapukan oleh iklim dan terdiri atas komponen bahan organik dan anorganik yang menyelimuti bumi, sehingga mampu menyediakan air, udara, dan hara bagi tumbuhan, serta sebagai berdiri tegaknya tumbuh-tumbuhan. Sifat fisik tanah yang diamati adalah Bulk density, porositas, kadar air, dan air tersedia. Bulk density atau kerapatan lindak atau bobot isi menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin tinggi kepadatan tanah makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya bulk density berkisar dari 1,1 1,6 g/ml (Hardjowigeno 1987). Nilai bulk density yang diperoleh di lahan agroforestri sebesar 1,15 g/ml. Hal ini berarti nilai kepadatan tanah tergolong sedang sehingga tanah mudah untuk ditembus oleh akar. Porositas tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang diamati. Poripori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air). Pori-pori tanah terdiri dari pori-pori kasar dan pori-pori halus. Tanah dengan banyak pori-pori kasar sulit menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan. Menurut Hardjowigeno (1987), porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, dan tekstur tanah. Nilai porositas tanah pada lahan agroforestri yang diamati sebesar 56,49%. Hal ini menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki porositas yang baik. Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah pada wilayah jenuh atau semua pori-pori dan ruang antar partikel tanah jenuh berisi air, yang terdapat pada bagian atas disebut water table dan bagian bawah disebut ground water (Asdak 2005, Winter et al. 2005).

10 26 Kemantapan agregat tanah dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk bertahan terhadap gaya-gaya yang akan merusaknya. Agregat tanah yang mantap akan mempertahankan sifat-sifat tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, seperti porositas dan ketersediaan air lebih lama dibandingkan dengan agregat tanah tidak mantap (Hardjowigeno 1987). Tekstur tanah pada pola agroforestri satu tergolong ke dalam kelas tekstur berliat halus. Tekstur tanah pada pola agroforestri dua tergolong ke dalam kelas tekstur tanah liat. Tekstur tanah pada pola agroforestri tiga tergolong ke dalam kelas tekstur liat halus. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanah tersebut mengandung fraksi liat yang lebih banyak dibandingkan dengan debu dan pasir. Tanah dengan ruang pori tinggi seperti tanah liat memiliki bobot isi yang rendah. Sebaliknya, tanah dengan tekstur kasar, walaupun ukuran porinya lebih besar, namun total ruang porinya lebih kecil mempunyai bobot isi yang lebih tinggi. Komposisi mineral tanah seperti dominannya mineral tanah dengan berat jenis partikel tinggi di dalam tanah menyebabkan bobot isi tanah menjadi lebih tinggi pula (Grossman dan Reinsch 2002). Cahaya merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena kaitannya dengan proses fotosintesis sebagai proses metabolisme yang menghasilkan karbohidrat untuk aktivitas tanaman. Berdasarkan pengukuran intensitas penutupan tajuk dengan menggunakan densiometer, persen penutupan tajuk yang paling rendah terdapat pada pola agroforestri satu yakni sebesar 16,5% sedangkan pada pola agroforestri dua dan tiga yakni sebesar 51,3% dan 25,9%. Persen penutupan tajuk yang rendah pada pola agroforestri satu menyebabkan optimalnya intensitas cahaya yang dapat diserap oleh gmelina maupun tanaman pertaniannya. Suhu dan kelembaban merupakan salah satu unsur iklim yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap suhu di setiap pola agroforestri, rataan suhu pada ketiga pola agroforestri termasuk ke dalam kisaran suhu optimal untuk pertumbuhan gmelina yakni 21 o C 28 o C. Menurut Handoko (1995), suhu merupakan gambaran umum keadaan energi suatu benda. Variasi suhu menurut tempat dipengaruhi oleh posisi daerah terhadap daratan dan lautan serta keadaan unsur iklim seperti perawanan. Variasi

11 27 menurut tempat ini juga sangat ditentukan oleh waktu. Di daerah tropika, fluktuasi suhu rata-rata harian relatif konstan sepanjang tahun sedangkan fluktuasi suhu diurnal (variasi antara siang dan malam) lebih besar daripada fluktuasi suhu ratarata harian. Selain suhu, kelembaban merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Menurut Handoko (1995), kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara. Kelembaban udara yang diukur pada setiap pola agroforestri menunjukan nilai yang bervariasi. Akan tetapi nilai kelembaban terbesar diperoleh pada pola agroforestri tiga. Pengelolaan lahan merupakan salah satu aspek penting dalam menentukan pertumbuhan tanaman pada lahan agroforestri. Pengelolaan lahan dalam konteks ini lebih menitikberatkan pada kegiatan pemeliharaan tanaman, baik itu tanaman pokok maupun tanaman sela. Berdasarkan hasil wawancara dengan penggarap lahan dari setiap pola agroforestri, kegiatan pemeliharaan untuk gmelina pada setiap pola agroforestri adalah sama. Hal tersebut dikarenakan sumber dana untuk pemeliharaan gmelina berasal dari pemerintah. Dana yang diberikan disesuaikan dengan luas dan jumlah tanaman gmelina pada setiap pola agroforestri. Kegiatan pemeliharaan tersebut meliputi pemupukan dasar dengan pupuk kandang, penyiangan, dan pemupukan setiap tiga bulan satu kali dengan menggunakan pupuk NPK. Berbeda halnya dengan kegiatan pemeliharaan pada tanaman gmelina, kegiatan pemeliharaan untuk tanaman sela pada setiap pola agroforestri adalah berbeda. Hal tersebut mengingat jenis tanaman sela yang berbeda pada setiap pola agroforestri dan kebutuhan akan nutrisi yang berbeda pula. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada pola agroforestri satu lebih intensif dibandingkan dengan pola agroforestri dua dan tiga. Hal tersebut dikarenakan jenis tanaman sela yang ditanam adalah cabai. Cabai merupakan jenis tanaman pertanian yang waktu panennya lebih dari satu kali (bisa mencapai 20 kali panen) untuk setiap satu kali masa tanam. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya unsur hara yang dibutuhkan tanaman cabai sehingga intensitas pemupukan yang diberikan lebih besar daripada jenis tanaman sela lain pada pola dua dan tiga (dominansi jagung dan kacang tanah). Jagung dan kacang tanah adalah jeinis tanaman pertanian yang waktu

12 28 panennya hanya sekali, sehingga unsur hara yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan dengan cabai. Tingkat pemeliharaan yang lebih intensif pada pola agroforestri satu mengakibatkan pertumbuhan gmelina pada setiap parameter lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada pola agroforestri dua dan tiga.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Analisis Tanah yang digunakan dalam Penelitian Hasil analisis karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 5. Dari hasil analisis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi, diameter, berat kering dan NPA dari semai jabon pada media tailing dengan penambahan arang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan penelitian terdiri atas pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang dilakukan di luar

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1 Pertumbuhan Dimensi Tanaman Paraserianthes falcataria Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tanaman pokok P. falcataria pada 3 (tiga) pola agroforestri menunjukkan rata-rata

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah Berdasarkan hasil analisis fisika dan kimia tempat pelaksanaan penelitian di Desa Dutohe Kecamatan Kabila. pada lapisan olah dengan kedalaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa. 38 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa Terhadap Sifat Fisik Tanah 4.1.1. Bobot Isi Pengaruh pemberian sisa tanaman jagung sebagai mulsa terhadap bobot isi tanah adalah seperti tertera pada Tabel

Lebih terperinci

Pertumbuhan Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) pada Beberapa Pola Agroforestri di Desa Sekarwangi Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut

Pertumbuhan Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) pada Beberapa Pola Agroforestri di Desa Sekarwangi Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut JURNAL Vol. 03 Agustus SILVIKULTUR 2012 TROPIKA Pertumbuhan Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) 85 Vol. 03 No. 02 Agustus 2012, Hal. 85 91 ISSN: 2086-8227 Pertumbuhan Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) pada Beberapa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha pengembangan pertanian selayaknya dilakukan secara optimal tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha tersebut, maka produktivitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Pebruari 2012 di lahan agroforestri Desa Sekarwangi, Kecamatan Malangbong,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah tinggi, diameter, berat kering total (BKT) dan nisbah pucuk akar (NPA). Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar Agroforestri jarak pagar di bawah tegakan mahoni di BKPH Babakan Madang berada di dua macam jenis tegakan yaitu mahoni muda dan mahoni tua.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Fisika dan Kimia Tanah Berdasarkan hasil analisis fisik dan kimia tanah tempat pelaksanaan penelitian di Dutohe Kecamatan Kabila pada lapisan olah dengan

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian 2 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Pada saat penelitian berlangsung suhu dan RH di dalam Screen house cukup fluktiatif yaitu bersuhu 26-38 o C dan berrh 79 95% pada pagi hari pukul 7.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Mulsa Vertikal terhadap Sifat Fisik Tanah 4.1.1 Infiltrasi Kumulatif Hasil analisis sidik ragam menunjukan pemberian mulsa vertikal tidak berbeda nyata

Lebih terperinci

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I) Lampiran 1. Bagan Percobaan U V4(IV) V5 (II) V1 (II) V3(III) V2 (II) V3 (I) V3 (II) V4 (I) V1(IV) V2(III) V5(III) V0 (II) V0 (I) V4 (II) V0(IV) V2(IV) V5 (I) V1(III) V4(III) V5(IV) V3(IV) V0(III) V2 (I)

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Fisika Kimia Abu Terbang Abu terbang adalah bagian dari sisa pembakaran batubara berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari tungku pembakaran yang mempergunakan bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 19 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Potensi lahan kering di Bali masih cukup luas. Usahatani lahan kering sering kali mendapat berbagai kendala terutama

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Botani dan Klasifikasi Tanaman Gandum Tanaman gandum dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas : Monokotil Ordo : Graminales Famili : Graminae atau

Lebih terperinci

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara IV. HASIL 4.. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Data fisikokimia tanah awal percobaan disajikan pada Tabel 2. Andisol Lembang termasuk tanah yang tergolong agak masam yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan setelah melaksanakan penelitian, diperoleh hasil yang disusun dengan sistematika hasil pengomposan, kualitas kompos dari berbagai bahan organik, pengaruh kompos

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 8. KTK (me/100 g) 30,40 Tinggi - 9. C-organik (%) 12,42 Sangat Tinggi - 10. N-Total (%) 0,95 Sangat Tinggi - 11. P-tersedia (ppm) 34,14 Tinggi - 12. C/N 13,07 Sedang - * Dianalisis di Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Hubungan air tanah dan Tanaman Fungsi air bagi tanaman Menjaga tekanan sel Menjaga keseimbangan suhu Pelarut unsur hara Bahan fotosintesis

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Paremeter pertumbuhan tanaman yang diukur dalam penelitian ini adalah pertambahan tinggi dinyatakan dalam satuan cm dan pertambahan diameter tanaman dinyatakan dalam satuan

Lebih terperinci

Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman A. Tujuan Mengetahui pengaruh nutrisi terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. B. Dasar Teori Pertumbuhan adalah perubahan biologis yang dipengaruhi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ph Tanah Data hasil pengamatan ph tanah gambut sebelum inkubasi, setelah inkubasi, dan setelah panen (Lampiran 4) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan ph tanah.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nitrogen tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Variasi kandungan nitrogen dalam tanah terjadi akibat perubahan topografi, di samping pengaruh iklim, jumlah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah menurut PPT (1983) (Lampiran 2), karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga (Tabel 2) termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat fisik tanah vertisol BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis fisika dan kimia tanah menunjukkan bahwa sifat fisik tanah : tekstur tanah merupakan liat 35 %, pasir 27 % dan debu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai komersial tinggi di Indonesia. Hal ini karena buah melon memiliki kandungan vitamin A dan C

Lebih terperinci

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I) Lampiran 1. Bagan Percobaan U V4(IV) V5 (II) V1 (II) V3(III) V2 (II) V3 (I) V3 (II) V4 (I) V1(IV) V2(III) V5(III) V0 (II) V0 (I) V4 (II) V0(IV) V2(IV) V5 (I) V1(III) V4(III) V5(IV) V3(IV) V0(III) V2 (I)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG Rossi Prabowo 1*,Renan Subantoro 1 1 Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN

IV. HASIL PENELITIAN IV. HASIL PENELITIAN Karakterisasi Tanah Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tanah Ultisol memiliki tekstur lempung dan bersifat masam (Tabel 2). Selisih antara ph H,O dan ph KC1 adalah 0,4; berarti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci Analisis kompos kotoran kelinci dilakukan untuk mengetahui kandungan kompos dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

Desti Diana Putri/ I.PENDAHULUAN

Desti Diana Putri/ I.PENDAHULUAN Desti Diana Putri/1214121050 I.PENDAHULUAN Tumbuhan memerlukan sejumlah nutrisi untuk menunjang hidup dan pertumbuhan. Tumbuhan membutuhkan unsur hara makro dan mikro dalam jumlah tertentu sesuai dengan

Lebih terperinci