4. KONSTRUKSI DATA DASAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4. KONSTRUKSI DATA DASAR"

Transkripsi

1 4. KONSTRUKSI DATA DASAR Sumber data utama yang digunakan untuk membangun data dasar (data base) pada model CGE INDOTDL adalah Tabel I-O Indonesia tahun Model CGE INDOTDL merupakan model CGE yang analisisnya masih bersifat statis komparatif, sehingga faktor produksi hanya terdiri dari tenaga kerja dan modal. Disagregasi hanya dilakukan pada kelompok rumahtangga menurut daya terpasang listriknya. Penelitian ini tidak melakukan disagregasi tenaga kerja menurut tingkat pendidikan dan modal menurut kepemilikan tanah. Model CGE INDOTDL dengan rumahtangga yang didisagregasi memerlukan data Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) tahun 2008 atau Social Accounting Matrix (SAM) untuk melengkapi data yang tidak tercakup pada Tabel I-O. Data Susenas tahun 2008 digunakan untuk memisahkan rumahtangga menjadi dua berdasarkan daya terpasang listriknya. Data Tabel I-O UKM tahun 200 digunakan untuk mendisagregasi sektor listrik menjadi dua menurut daya terpasangnya berdasarkan share konsumsi listrik di tiap skala usahanya. Bab ini menjelaskan langkah-langkah dalam membangun data dasar model CGE INDOTDL dengan menggunakan data yang relevan. 4. Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 Tabel I-O yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel I-O Indonesia tahun 2008 atas dasar harga produsen yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik. Tabel I-O Indonesia tahun 2008 terdiri dari dua sub-grup tabel, yaitu tabel dasar dan tabel analisis. Tabel dasar terdiri dari tabel transaksi total atas dasar harga konsumen, tabel transaksi total atas dasar harga produsen, tabel transaksi domestik atas dasar harga konsumen, tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen dan tabel transaksi impor atas dasar harga produsen. Tabel I-O Indonesia tahun 2008 terdiri dari 66 klasifikasi sektor. Tabel analisis dalam penelitian ini diperoleh dari tabel dasar setelah dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Tabel ini meliputi tabel koefisien input, matriks kebalikan total atas dasar harga produsen dan matriks kebalikan domestik atas dasar harga produsen.

2 Tabel Input-Output Usaha Kecil dan Menengah Indonesia (Tabel I-O UKM ) Tahun 200 Penelitian ini selain menggunakan Tabel I-O Indonesia tahun 2008, juga menggunakan Tabel I-O UKM Indonesia tahun 200. Tabel I-O UKM terdiri dari 2 klasifikasi sektor ekonomi dan diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik. Tabel IO UKM dapat untuk melihat keterkaitan antarsektor ekonomi khususnya UKM dalam perekonomian Indonesia, dapat digunakan untuk penghitungan produktivitas tenaga kerja UKM serta dapat digunakan untuk analisis Tabel I-O UKMK untuk berbagai kebutuhan. Pada penelitian ini Tabel I-O UKM digunakan untuk mendisagregasi sektor listrik menurut daya terpasangnya menggunakan pendekatan share konsumsi listrik pada tiap skala ekonominya. Klasifikasi Tabel I-O UKM dibuat berdasarkan omzet yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi. Dimana definisi Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta dan penjualan tahunan paling banyak Rp. miliar. Usaha Menengah adalah usaha yang memiliki penjualan tahunan di atas Rp. miliar hingga Rp. 50 miliar. Usaha Besar adalah usaha yang memiliki penjualan tahunan di atas Rp. 50 miliar. 2 sektor pada klasifikasi Tabel I-O UKM sektor terdiri dari 72 sektor Usaha Kecil (UK), 72 sektor Usaha Menengah (UM) dan 85 sektor Usaha Besar (UB). 4. Struktur Input-Output Struktur lengkap Tabel I-O dapat dilihat pada Gambar 8 (Bab ). Matriks yang terdapat pada Tabel I-O terdiri dari matriks penyerapan input (absorption matrix) di tiap industri, matriks produk bersama dan matriks pajak. Kolom dari matriks penyerapan menunjukkan lima pelaku ekonomi yaitu produsen domestik, investor, rumahtangga, ekspor dan pemerintah. Semua data yang tertera pada Tabel I-O dihitung dalam satuan rupiah. Baris pada Gambar 8 (pada Bab ) menunjukkan asal dari pembelian komoditas yang dilakukan oleh pelaku ekonomi pada setiap kolom yang meliputi aliran bahan baku, tenaga kerja, modal, tanah, pajak tak langsung dan biaya lainnya. Aliran bahan baku dasar pada kolom pertama dan kedua menunjukkan aliran komoditas impor dan domestik yang digunakan oleh industri sebagai input

3 57 atau pembentukan modal. Kolom pertama dan baris pertama adalah nilai dari bahan baku (input antara) dari komoditas (c) dan sumber (s) yang digunakan oleh setiap industri (i) pada proses produksinya. Selanjutnya aliran komoditas ke kolom ketiga menunjukkan komoditas yang dikonsumsi oleh rumahtangga. Aliran komoditas ke kolom keempat dan kelima menunjukkan nilai komoditas yang diekspor dan dikonsumsi pemerintah. Disini dapat dilihat bahwa hubungan antar komoditas pada Tabel I-O menunjukkan hubungan sektoral antar industri dan hubungan agregat dari pelaku-pelaku ekonomi dalam ekonomi makro. Alur tenaga kerja dari baris ketiga adalah upah dan gaji yang diterima oleh pekerja sebagai balas jasa faktor tenaga kerja yang digunakan oleh industri. Balas jasa faktor modal dimatrikskan pada baris keempat. Baris keempat ini menunjukkan besarnya biaya sewa modal yang digunakan oleh industri dalam proses produksi. Pajak produksi (pajak tak langsung) dimatrikskan pada baris kelima menunjukkan pajak yang dibayar oleh konsumen melalui produsen sebagai pajak tak langsung dikurangi dengan subsidi yang diterima. Matriks bea impor mencatat pembayaran bea impor atas tiap komoditas yang diimpor oleh setiap industri. Penelitian ini mengasumsikan bahwa sebuah industri hanya dapat memproduksi sebuah komoditas. 4.4 Agregasi dan Disagregasi Sektor Sesuai dengan tujuan penelitian, maka sektor yang tercakup dalam penelitian ini terdiri dari 2 sektor. Bila sektor-sektor tersebut dikategorikan ke dalam sembilan sektor seperti pada PDB menurut lapangan usaha, maka disagregasi ke-2 sektor dalam penelitian dapat dikelompokkan sebagai berikut: sektor pertanian ( sektor), sektor pertambangan dan penggalian ( sektor), sektor industri pengolahan (didisagregasi menjadi sektor), sektor listrik, gas dan air bersih (didisagregasi menjadi sektor), sektor bangunan (didisagregasi sektor), sektor perdagangan, hotel dan restoran ( sektor), sektor pengangkutan dan komunikasi ( sektor), sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan ( sektor) dan sektor jasa ( sektor). Disagregasi sektor menurut PDB lapangan usaha ke dalam sektor penelitian ditunjukkan pada Tabel 6.

4 58 Tabel 6 Klasifikasi sektor dalam penelitian menurut lapangan usaha Sektor PDB menurut Lapangan Usaha Sektor Penelitian (2 sektor) Notasi. 2. Pertambangan & Pertambangan dan penggalian Tambangali Penggalian. Industri Makanan, minuman dan tembakau IndMakmin 2 Tekstil, pakaian, kulit dan pemintalan IndTekstPak Bambu, kayu, rotan & barang dr kayu IndBambuKy 4 kertas, barang dari kertas dan karton IndKertas 5 Kimia,Pupuk,dan hasil kilang IndKimia 6 Barang karet, plastik & mineral bukan logam IndKrtPlstk 7 Semen IndSemen 8 Logam dasar besi dan baja & bukan besi IndLgmDsr 9 Barang dari logam IndBrgLgm Mesin, alat-alat, perlengkapan listrik dan alat 0 IndMesin pengangkutan dan perbaikannya Industri lainnya, Indlainnya 4. Listrik, Gas dan Air Listrik berdaya 900 VA ke bawah Listrik900 Bersih 2 Listrik berdaya 00 VA ke atas Listrik00 2 Gas dan Air bersih Gasair 5. Bangunan Bangunan Bangunan 6. Perdagangan, Hotel Perdagangan dan Hotel dan restoran PerdagHR dan Restoran 7. Pengangkutan dan Pengangkutan dan Komunikasi Angkom Komunikasi 8. Keuangan dan Jasa Keuangan dan jasa perusahaan KeuJspersh Perusahaan 9. Jasa Jasa JasaLain Sumber: BPS, 200 (diolah) Untuk memadukan hasil agregasi dan disagregasi sektor ekonomi yang digunakan dalam penelitian dengan Tabel I-O 2008 dan SNSE 2008, maka dilakukan mapping (pemetaan) antara sektor ekonomi yang terdapat dalam penelitian (2 sektor) dan sektor ekonomi yang terdapat pada Tabel I-O 2008 (66 sektor) dan tabel SNSE Proses mapping antara sektor pada Tabel I-O dan sektor PDB dalam penelitian ini seperti pada Tabel 7.

5 59 Kenaikan TDL per juli 200 hanya dibebankan pada pelanggan listrik yang berdaya 00 VA ke atas, sehingga pelanggan listrik VA merasa lega karena tidak mengalami kenaikan TDL. Untuk melihat dampak kebijakan kenaikan TDL yang sesuai dengan kejadian sebenarnya, maka dilakukan disagregasi sektor listrik menggunakan Tabel I-O UKM. Proses disagregasi dan agregasi sektor pada penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor sektor yang rentan terkena dampak kenaikan TDL terutama sektor industri yang mengkonsumsi listrik dalam jumlah besar. Tabel 7 Mapping sektor penelitian (2 sektor) dengan Tabel I-O (66 sektor) Agregasi sektor dalam Tabel I-O tahun 2008 No Klasifikasi sektor Padi Tanaman kacang-kacangan Jagung Tanaman umbi-umbian Sayur-sayuran dan buah-buahan Tanaman bahan makanan lainnya Karet Tebu Kelapa Kelapa sawit Tembakau Kopi Teh Cengkeh Hasil tanaman serat Tanaman perkebunan lainnya Tanaman lainnya Peternakan Pemotongan hewan Unggas dan hasil-hasilnya Kayu Hasil hutan lainnya Perikanan Penambangan batubara dan bijih logam Penambangan minyak, gas & panas bumi Penambangan dan penggalian lainnya Industri pengolahan & pengawetan makanan Industri minyak dan lemak Industri penggilingan padi Industri tepung, segala jenis Industri gula Industri makanan lainnya Industri minuman Industri rokok Industri pemintalan Industri tekstil, pakaian dan kulit Agregasi sektor dalam Penelitian No Klasifikasi sektor Pertambangan dan Penggalian Pertambangan dan Penggalian Pertambangan dan Penggalian Industri tekstil, pakaian, kulit & pemintalan Industri tekstil, pakaian, kulit & pemintalan

6 60 Tabel 7 Lanjutan Agregasi sektor dalam Tabel I-O tahun 2008 No. Klasifikasi sektor Agregasi sektor dalam Penelitian No. Klasifikasi sektor 7 Industri bambu, kayu dan rotan 5 Industri bambu, kayu dan rotan 8 Industri kertas, barang dari kertas & karton 6 Industri kertas, barang dari kertas dan karton 9 Industri pupuk dan pestisida 7 40 Industri kimia 7 4 Pengilangan minyak bumi 7 42 Industri barang karet dan plastik Industri barang-barang dari mineral bukan logam Industri semen Industri logam dasar besi dan baja Industri logam dasar bukan besi Industri barang dari logam Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik Industri alat pengangkutan dan perbaikannya Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun Listrik gaskota dan air bersih Bangunan Perdagangan Restoran dan hotel Angkutan kereta api Angkutan darat Angkutan air Angkutan udara Jasa penunjang angkutan Komunikasi 6 Lembaga keuangan Real estat dan jasa perusahaan Pemerintahan umum dan pertahanan Jasa sosial kemasyarakatan Jasa lainnya Kegiatan yang tak jelas batasannya Industri kimia pupuk pestisida dan Pengilangan minyak bumi Industri kimia pupuk pestisida dan Pengilangan minyak bumi Industri kimia pupuk pestisida dan Pengilangan minyak bumi Industri barang karet plastik dan mineral bukan logam Industri barang karet plastik dan mineral bukan logam Industri semen Industri logam dasar Industri logam dasar Industri barang dari logam Industri mesin, perlengkapan listrik dan alat angkut Industri mesin, perlengkapan listrik dan alat angkut Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun Listrik dan gasair Bangunan Perdagangan hotel dan Restoran Perdagangan hotel dan Restoran Angkutan dan komunikasi Angkutan dan komunikasi Angkutan dan komunikasi Angkutan dan komunikasi Angkutan dan komunikasi Angkutan dan komunikasi Lembaga keuangan, real estate & jasa perusahaan Lembaga keuangan, real estate & jasa perusahaan Jasa lainnya Jasa lainnya Jasa lainnya Jasa lainnya Sumber: BPS, 200 (diolah) 4.5 Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) SNSE menyediakan informasi mengenai keadaan sosial ekonomi makro Indonesia, tidak hanya meliputi informasi Tabel I-O tapi juga mengenai distribusi pendapatan untuk semua faktor produksi, pendapatan rumahtangga, dan pola dari pengeluaran rumahtangga. Dibanding dengan Tabel I-O, SNSE tidak hanya mengidentifikasi struktur produksi tetapi juga bermanfaat dalam menjelaskan distribusi pendapatan, tenaga kerja dan akumulasi modal.

7 6 Tabel 8 Pengelompokan sektoral dari Tabel Input-Output dan Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Agregasi sektor dalam Penelitian Sektor dalam SNSE No. Klasifikasi sektor No. Klasifikasi sektor -5 2 Pertambangan dan penggalian 6-7 Pertambangan dan penggalian Industri makanan, minuman dan 8 Industri Makanan, Minuman & Tembakau tembakau 4 Industri tekstil, pakaian dan kulit dan 9 Industri TPT pemintalan 5 Industri Bambu, Kayu, rotan & Barang 0 Industri Kayu & Barang dr Kayu dr Kayu 6 Industri kertas, barang dari kertas dan karton Industri Kertas, Percetakan, Angkutan, Barang Logam & Lainnya 7 Industri Kimia, Pupuk,dan hasil kilang 2 Industri Kimia,Pupuk,Hasil Tanah Liat,Semen 8 Industri barang karet, plastik & mineral bukan logam 2 Industri Kimia,Pupuk,Hasil Tanah Liat,Semen 9 Industri semen 2 Industri Kimia, Pupuk,Hasil Tanah Liat, Semen 0 Industri logam dasar besi dan baja & bukan besi Industri Kertas, Percetakan, Angkutan, Barang Logam &Lainnya Industri barang dari logam Industri Kertas, Percetakan, Angkutan, Barang Logam &Lainnya 2 Industri mesin, alat-alat, perlengkapan listrik dan alat pengangkutan dan Industri Kertas, Percetakan, Angkutan, Barang Logam &Lainnya perbaikannya Industri lainnya Industri Kertas, Percetakan, Angkutan, Barang Logam &Lainnya 4 Listrik berdaya 900 VA kebawah Listrik,Gas & Air Minum 5 Listrik berdaya 00 VA kebawah Listrik,Gas & Air Minum 6 Gas kota & air Listrik,Gas & Air Minum 7 Bangunan 4 Konstruksi 8 Perdagangan, hotel dan restoran, 5-7 Perdagangan, hotel dan restoran, 9 Pengangkutan dan komunikasi 8-9 Angkutan darat, udara, Air, dan Komunikasi 20 Lembaga keuangan, real estat dan jasa perusahaan 2-22 Bank & Asuransi, Real Estate & Jasa Perusahaan 2 Jasa lainnya 2-24 Jasa lainnya Sumber: BPS, 200 (diolah). SNSE banyak digunakan sebagai data dasar dalam penerapan model keseimbangan umum di Indonesia. SNSE Indonesia dikeluarkan dalam kelompok sektoral yaitu versi 05 X 05, versi 7 x 7 dan versi X. Pengelompokan sektor pada SNSE berbeda dengan pengelompokan pada Tabel I- O. Penelitian ini menggunakan SNSE sebagai data tambahan dalam Tabel I-O 2008, untuk menggabungkan data SNSE dan Tabel I-O dilakukan pengelompokan antara sektor keduanya (Oktaviani 2008). Pengelompokan sektor antara SNSE dan Tabel I-O disajikan pada Tabel 8.

8 Klasifikasi Input Primer Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, karena model INDOTDL merupakan model CGE komparatif statis, maka pada penelitian ini input primer hanya terdiri dari tenaga kerja dan modal. Modal meliputi pembayaran atas lahan dan sewa barang modal yang digunakan dalam proses produksi oleh masing-masing sektor produksi. Pembayaran tenaga kerja meliputi upah dan gaji yang dibayar oleh setiap sektor perekonomian (industri). 4.7 Klasifikasi Pengguna (User) Pengguna barang dan jasa dapat dibedakan menurut dua kelompok utama, yaitu pengguna antara (intermediate product) dan pengguna akhir (final user). Pengguna antara adalah pembelian yang dilakukan oleh industri tertentu terhadap output industri-industri lainnya dengan tujuan bukan untuk konsumsi, investasi, ekspor, dan inventori. Pembelian barang/jasa oleh pengguna antara tersebut untuk mendukung proses produksi dan bersifat habis pakai dalam satu periode akuntansi. Pengguna antara pada penelitian ini meliputi 2 sektor ekonomi, yaitu (), (2) Pertambangan dan penggalian () Industri makanan, minuman dan tembakau (4) Industri tekstil, pakaian dan kulit dan pemintalan, (5) Industri Bambu, kayu, rotan & barang dr kayu (6) Industri kertas, barang dari kertas dan karton, (7) Industri Kimia,Pupuk,dan hasil kilang, (8) Industri barang karet, plastik & mineral bukan logam, (9) Industri semen, (0) Industri logam dasar besi dan baja & bukan besi, () Industri barang dari logam, (2) Industri mesin, alat-alat, perlengkapan listrik dan alat pengangkutan dan perbaikannya, () Industri lainnya, (4) Listrik berdaya 900 VA ke bawah, (5) Listrik berdaya 00 VA ke atas, (6) Gas kota & air, (7) Bangunan, (8) Perdagangan, hotel dan restoran, (9) Pengangkutan dan komunikasi, (20) Lembaga keuangan, real estat dan jasa perusahaan dan (2) Jasa lain. Pengguna akhir terdiri dari 5 kelompok, yaitu: () investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB), (2) konsumsi rumahtangga bawah, () konsumsi rumahtangga atas (4) konsumsi pemerintah dan (5) ekspor. Pembelian barang dan jasa oleh pengguna akhir ini ditujukan untuk konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor. Tiga bagian pertama

9 6 merupakan pengguna akhir dari dalam negeri (domestik) dan satu bagian lainnya merupakan pengguna akhir luar negeri (ekspor). Ketentuan tersebut menunjukkan bahwa tujuan pembelian barang dan jasa oleh pengguna akhir adalah dalam rangka menambah aset karena umur penggunaannya lebih dari satu periode akuntansi. Rumahtangga dikelompokan menjadi 2 sehingga total pengguna pada penelitian ini sebanyak 26 pengguna, yang merupakan penjumlahan dari pengguna antara dan pengguna akhir. Sementara jumlah pengguna domestik adalah sebanyak 25 pengguna, yaitu total pengguna dikurangi dengan pengguna luar negeri (ekspor). 4.8 Klasifikasi Rumahtangga Pada penelitian ini pengguna akhir untuk konsumsi rumahtangga dibagi menjadi 2 kelompok yaitu rumahtangga bawah (HouseHB) dan rumah rumahtangga atas (HouseHA). Pembagian 2 kelompok rumahtangga ini mengacu pada kebijakan kenaikan TDL yang hanya berlaku untuk pelanggan listrik yang berdaya 00 VA ke atas saja sedangkan pelanggan listrik 900 VA ke bawah masih disubsidi. Kelompok rumahtangga atas terdiri dari semua rumahtangga yang daya tersambung listrik VA, sedangkan kelompok rumahtangga atas adalah semua rumah yang berdaya listrik 00 VA ke atas. Untuk mengetahui rumahtangga menurut daya terpasang listriknya dibutuhkan data Susenas tahun 2008 baik KOR maupun Modul. Proporsi rumahtangga diperoleh sebagai indikator untuk membagi rumahtangga menjadi dua kelompok berdasarkan daya terpasangnya listriknya. Pembagian proporsi rumahtangga tersebut digunakan mengalokasikan rumahtangga menjadi 2 kelompok yaitu dengan melakukan agregasi dan disagregasi pada delapan kelompok rumahtangga dalam SNSE tahun Klasifikasi Sumber Output yang berwujud barang dan jasa pada suatu wilayah (perekonomian), sesungguhnya bersumber dari produksi dalam negeri wilayah itu sendiri dan berasal dari produksi luar negeri. Berdasarkan kondisi ini maka sumber komoditas dibedakan menjadi dua sumber, yaitu domestik dan impor. Nilai komoditas yang

10 64 diimpor menurut industri dapat diperoleh dari Tabel I-O transaksi impor, sedangkan nilai komoditas domestik menurut industri diperoleh dari Tabel I-O transaksi domestik. BPS mempublikasikan Tabel I-O Indonesia tahun 2008 menurut transaksi total dan transaksi domestik, maka untuk memperoleh nilai transaksi impor dilakukan dengan cara mengurangkan Tabel I-O transaksi total dengan Tabel I-O transaksi domestik. Semua jenis transaksi dalam Tabel I-O tersebut dihitung menurut harga produsen. 4.0 Elastisitas dan Parameter Lain Data-data lain yang dibutuhkan untuk membangun model CGE INDOTDL selain yang telah disebutkan di atas, dibutuhkan juga data-data parameter behavioral lainnya. Parameter elastisitas yang digunakan dalam model CGE INDOTDL antara lain elastisitas Armington, elastisitas substitusi input primer dan elastisitas permintaan ekspor Elastisitas Armington Armington mengemukakan teori mengenai permintaan barang dalam aktivitas perdagangan internasional. Dalam teori yang dikembangkannya, Armington memperkenalkan asumsi bahwa produk yang diperdagangkan secara internasional berbeda berdasarkan lokasi produksinya. Armington juga mengasumsikan bahwa dalam suatu negara, setiap industri hanya menghasilkan satu produk dan bahwa produk ini berbeda dari produk industri yang sama dari negara lain. Dari sudut pandang konsumen, produk suatu industri yang berasal dari berbagai negara merupakan sekelompok barang yang dapat saling bersubstitusi. Tingkat substitusi di antara barang yang dihasilkan oleh industri domestik dan industri di negara lain besifat tidak sempurna (imperfect of substitution). Derajat substitusi di antara kedua barang tersebut selanjutnya dikenal secara luas sebagai elastisitas substitusi Armington atau elastisitas Armington. Asumsi Armington terhadap produk yang terdiferensiasi secara nasional telah diadopsi secara luas dalam model CGE untuk mendefinisikan permintaan barang-barang domestik dan barang-barang impor. Nilai elastisitas

11 65 Armington untuk tiap komoditas dalam penelitian ini, mengikuti model yang dikembangkan oleh Oktaviani (2000). Nilai elastisitas Armington diestimasi dengan menggunakan data time series yang tersedia. Elastisitas Armington diestimasi dengan data volume dan harga barang impor serta data produksi dan harga barang domestik. Nilai parameter elastisitas tersebut disajikan pada 9. Tabel 9 Parameter elastisitas yang digunakan dalam model No Sektor penelitian Armington Elastisitas Substitusi Input Primer Permintaan Ekspor 2,8 4, 2 Pertambangan dan penggalian,70, Industri makanan, minuman dan tembakau,97 4,7 4 Industri tekstil, pakaian dan kulit dan pemintalan 4,0 7,0 5 Industri Bambu, Kayu, rotan & Barang dari Kayu,20 6,00 6 Industri kertas, barang dari kertas dan karton,00 5,50 7 Industri Kimia, Pupuk,dan hasil kilang,00 5,70 8 Industri barang karet, plastik & mineral bukan logam,00 7,40 9 Industri semen,00,60 0 Industri logam dasar besi dan baja & bukan besi 4,20 7,40 Industri barang dari logam 4,20 7,20 2 Industri mesin, alat-alat, perlengkapan listrik dan alat pengangkutan 4,0 dan perbaikannya 7,90 Industri lainnya 4,40 7,40 4 Listrik berdaya 900 VA kebawah 6,00 5,70 5 Listrik berdaya 00 VA kebawah 6,00 5,70 6 Gas kota & air 6,00 5,70 7 Bangunan,00 2,50 8 Perdagangan, hotel dan restoran, 2,00 2,50 9 Pengangkutan dan komunikasi,90 0,40,80 20 Lembaga keuangan, real estat dan jasa perusahaan,90 0,40,80 2 Jasa lain,90 0,40,80 Sumber: Oktaviani, 2000 (dimodifikasi) Elastisitas Substitusi Input Primer Elastisitas substitusi input primer menunjukkan bagaimana respon dari setiap input pada setiap sektor akibat perubahan harga input. Pada fungsi

12 66 produksi CES, faktor primer disubstitusi sesamanya dengan elastisitas substitusi yang konstan. Nilai yang sama juga diberlakukan untuk semua faktor yang saling berpasangan. Biasanya nilai yang digunakan untuk elastisitas ini adalah 0,5. Kisaran nilai 0,5 tersebut telah digunakan dalam model ORANI, ORANI-F dan ORANI-G pada perekonomian Australia [Horridge et al (99) dan Horridge et al (997) dalam Delis (2008)]. Penentuan nilai elastisitas substitusi input primer dalam penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Oktaviani (2000). Nilai elastisitas substitusi input primer masing-masing sektor/komoditas disajikan pada Tabel Elastisitas Permintaan Ekspor Elastisitas permintaan ekspor menunjukkan respons permintaan komoditas ekspor terhadap perubahan harganya di pasar internasional. Pada perekonomian internasional, Indonesia diasumsikan sebagai negara kecil, sehingga ekspor Indonesia tidak akan memengaruhi harga dunia. Nilai elastisitas permintaan ekspor dalam penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Oktaviani (2000), yang diestimasi dengan menggunakan data volume dan nilai ekspor. Elastisitas permintaan ekspor masing-masing sektor/komoditas disajikan pada Tabel Membuat File Header Array File header array merupakan file yang memuat matriks-matriks data dasar dan set dari setiap komoditas, industri, pengguna, sumber komoditas beserta faktor produksi (input) yang digunakan. Pada umumnya dimensi matriks-matriks yang terdapat pada data dasar berukuran dua dimensi, tetapi beberapa matriks memiliki ukuran tiga dimensi. File har telah dibuat sedemikian hingga memungkinkan untuk membuat data dasar yang memiliki dimensi matriks lebih dari dua. Setelah semua data dasar yang dibutuhkan tersedia, maka prosedur yang dilakukan untuk membuat file header array adalah sebagai berikut:. Melakukan entry data terhadap data pada Tabel I-O Indonesia tahun 2008 ke dalam software excel Tabel I-O yang digunakan adalah Tabel I-O transaksi total dan Tabel I-O transaksi domestik atas dasar

13 67 harga produsen. Tabel I-O transaksi impor atas dasar harga produsen diperoleh dengan cara mengurangkan Tabel I-O transaksi total atas dasar harga produsen dengan Tabel I-O transaksi domestik atas dasar harga produsen. 2. Melakukan disagregasi 66 sektor menjadi 69 sektor yang diolah dari tabel Tabel I-O Indonesia tahun 2008, kemudian dilakukan agregasi menjadi 2 sektor penelitian (Tabel 7). Proses agregasi dapat dilakukan dengan menggunakan software excel 2007, Gempack maupun program GRIMP.. Melakukan penyesuaian kolom dan baris pada Tabel I-O sesuai kebutuhan data dasar pada model CGE INDOTDL, dengan cara sebagai berikut: a. Menghapus baris jumlah input antara dan nilai tambah kotor yang terdapat pada Tabel I-O, baik pada Tabel I-O transaksi total, domestik maupun impor. Dihapuskannya baris ini adalah untuk menghilangkan masalah perhitungan ganda pada nilai input. b. Menghapus nilai total permintaan antara, total permintaan akhir, total permintaan, total impor, margin perdagangan besar, margin perdagangan kecil, biaya transportasi dan margin perdagangan total dan biaya transportasi total pada kolom yang terdapat pada Tabel I-O (tabel total, domestik dan impor). Dihapuskannya nilai yang terdapat pada matriks permintaan adalah untuk menghilangkan masalah perhitungan ganda, sedangkan dihapuskannya nilai matriks margin dikarenakan nilai-nilai yang terdapat pada matriks tersebut bernilai nol. c. Menambahkan baris pajak impor (tarif impor) pada baris terakhir pada data dasar. 4. Menggunakan program Modhar, semua data di atas dikonversi ke dalam file har. File har tersebut merupakan matriks-matriks dasar pada model CGE INDOTDL. Selain data di atas, file lain yang dibutuhkan untuk membuat file har adalah sebagai berikut:

14 68 a. File Modraw.inp sebagai input statemen ketika melakukan running program Modhar. File ini terdiri dari file header array yang akan dibuat dan semua file.csv di atas. b. File Dgscale.inp sebagai input statemen untuk membagi nilai-nilai yang terdapat pada data input statemen dengan angka 000. File ini digunakan sebagai input statemen pada program DAGG. c. Rawdata.bat sebagai file bat untuk melakukan running program Modhar dan program DAGG dalam batch mode. File ini merupakan statemen untuk melakukan running program Modhar dan DAGG. 4.2 Software GEMPACK Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa analisis pada penelitian ini menggunakan metode CGE INDOTDL yang dijalankan oleh Software Gempack (General Equilibrium Modelling PACKage), selanjutnya disebut sebagai Gempack. Gempack dapat menyelesaikan masalah ekonomi secara luas dan mempunyai kapasitas yang baik dalam memecahkan model intertemporal. Gempack berguna untuk membangun data dasar, memodifikasi/membangun persamaan-persamaan dan melakukan simulasi kebijakan yang diinginkan. Secara garis besar Gempack terdiri dari:. File Tablo yang memuat persamaan-persamaan ekonomi yang ditulis dalam bentuk linear dan dibagi menjadi blok-blok persamaan, misalnya blok produksi, faktor produksi, investasi dan lain-lain. File ini bukan merupakan bahasa program, sehingga dapat dibaca bagi yang tidak mengerti bahasa program. 2. File STI yang berisi perintah untuk mengubah bahasa tablo menjadi bahasa program.. File HAR yang berisi matrik-matrik data yang sesuai dengan sistem persamaan yang dibangun dalam model CGE. Data yang digunakan bersumber dari Tabel I-O dan parameter-parameter lainnya yang dibutuhkan dalam model. 4. File CMF yang memuat file data yang dibutuhkan, file output yang akan dihasilkan, pilihan variabel eksogen (closure) dan variabel endogen, metode

15 69 simulasi, pilihan dan besarnya shock perubahan kebijakan yang dianalisis. 5. GEMSIM yang digunakan untuk untuk melakukan running file CMF dan menghasilkan solusi dari simulasi. 6. Berbagai fasilitas lainnya yang digunakan untuk membangun dan memodifikasi data dasar. 4. Prosedur Kerja GEMPACK Gempack terdiri dari beberapa file, yaitu file tablo, file har dan file cmf. File-file tersebut dibuat secara terpisah yang kemudian dikombinasikan oleh Gempack menjadi satu kesatuan. Untuk mempermudah pengertian file tablo dan file har diberi nama menjadi file INDOTDL. INDOTDL adalah aplikasi model CGE dengan menggunakan Gempack yang diadopsi dari model INDOMINI yang rumahtangganya didisagregasi mengikuti persamaan model CGE wayang. Nama-nama file tersebut diubah menjadi: INDOTDL.tab, INDOTDL.sti, INDOTDL.har, dan INDOTDL.cmf. INDOTDL.tab Tablo Program INDOTDL.sti INDOTDL.for Keterangan: FORTRAN Compiler Text File Binary File Program INDOTDL.a INDOTDL.a Sumber : Horridge dan Powel, 200 Gambar Prosedur melakukan running file tablo dan file STI. IndoTDL.exe

16 70 Gambar mendeskripsikan prosedur Gempack dalam melakukan proses spesifikasi terhadap file-file di atas guna menemukan solution file pada suatu simulasi kebijakan. Dengan menggunakan Tablo program, kedua jenis teks file (INDOTDL.tab dan INDOTDL.sti) diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan auxiliary file yaitu file INDOTDL.for yang kemudian dikonversi ke dalam Fortran. Selanjutnya Fortran akan mengkompilasi file INDOTDL.for ke dalam eksekusi program yaitu INDOTDL.exe. Tablo program juga memproduksi dua jenis auxiliary files, yaitu INDOTDL.axs and INDOTDL.axt. IndoTDL.axs Auxiliary file CMF File Closure Shock IndoTDL.axs Auxiliary file Solution Method IndoTDL. exe RunGem IndoTDL.ax s Pre-simulation (base) data Summary of (base) data Summary of Update data Post -Simulation Update data SL4 solution file of simulation results Sumber : Horridge dan Powel, 200 Gambar 4 Prosedur memperoleh file solusi pada Gempack. Gambar 4 mendeskripsikan prosedur program INDOTDL.exe dalam memproduksi sebuah solusi akhir. Pada tahap ini dibutuhkan dua auxiliary files lainnya, yaitu INDOTDL.axs dan INDOTDL.axt. File-file lain yang dibutuhkan adalah INDOTDL.har dan INDOTDL.cmf. Dengan menggunakan file-file tersebut program INDOTDL.exe akan menghasilkan:

17 7. Sebuah file solusi (SL4) yang memuat dampak yang ditimbulkan oleh perubahan peubah eksogen (policy shock) terhadap variabelvariabel endogen. Besaran efek tersebut dihitung dalam satuan persentase. 2. Sebuah file update data dasar, file ini memiliki format yang sama dengan INDOTDL.har tetapi memuat data-data setelah dilakukan simulasi (post-shock equilibrium).. Dua file summary (summary files) merupakan ringkasan nilai-nilai total (misalnya nilai PDB total dari sisi pengeluaran dan penerimaan) sebelum dan setelah dilakukan simulasi kebijakan. 4.4 Membuat File Tablo File Tablo memuat persamaan-persamaan beserta set, subset, peubah, koefisien dan parameter-parameter yang digunakan dalam model CGE INDOTDL. Mengingat jumlah persamaan yang terdapat dalam file tablo sangat banyak maka pada penelitian ini, file Tablo disajikan pada Lampiran.

KONSTRUKSI DATA DASAR

KONSTRUKSI DATA DASAR IV. KONSTRUKSI DATA DASAR Sumber data utama yang digunakan untuk membangun data dasar (data base) pada model CGE Indomini adalah Tabel I-O Indonesia tahun 2005. Model CGE Indomini merupakan model CGE yang

Lebih terperinci

V. MEMBANGUN DATA DASAR

V. MEMBANGUN DATA DASAR V. MEMBANGUN DATA DASAR Sudah dikemukakan sebelumnya, di bagian metodologi bahwa sumber data utama yang digunakan dalam studi ini dalam rangka membangun Model CGE-Investasi Regional (CGE-IR) adalah Tabel

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2) Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif. 5. RANGKUMAN HASIL Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model

Lebih terperinci

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

6. HASIL DAN PEMBAHASAN 6. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan respon kebijakan untuk meminimisasi dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Mengingat sejak bulan

Lebih terperinci

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

V. MEMBANGUN DATA DASAR MODEL CGE AGROINDUSTRI

V. MEMBANGUN DATA DASAR MODEL CGE AGROINDUSTRI V. MEMBANGUN DATA DASAR MODEL CGE AGROINDUSTRI Sumber data utama yang digunakan untuk membangun Model CGE Agroindustri adalah Tabel Input-Output (I-O) tingkat nasional tahun 2003. Untuk melengkapi data

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) 2017 ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas. Buku 2 ini menyajikan data yang lebih lengkap dan terperinci mengenai

Lebih terperinci

V. KONSTRUKSI DATA DASAR

V. KONSTRUKSI DATA DASAR V. KONSTRUKSI DATA DASAR Penyusunan data dasar dilakukan secara terintegrasi dengan penyusunan sistem persamaan. Data dasar berperan sebagai pensuplai semua data dan parameter yang dibutuhkan sistem persamaan.

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) IRIO memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa analisa. Kemampuan

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q. Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Model Input Output Koefisien teknis dalam Tabel Input Output menunjukkan kontribusi suatu sektor dalam pembentukan output total secara langsung. Besaran koefisien

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

Keterangan * 2011 ** 2012 *** Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR Keterkaitan Sektor Hulu dan Sektor Hilir Hasil dari analisis dengan menggunakan PCA menunjukkan sektor-sektor perekonomian pada bagian hulu dan sektor-sektor

Lebih terperinci

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013*** 8 6 4 2 5.99 6.29 6.81 6.45 6.52 6.49 6.50 6.29 6.36 6.16 5.81 6.11 6.035.81 3.40 2.69 2.04 2.76 3.37 1.70 1.50 2.82 3.18 1.42 2.61 0-2 (1.42) (1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II 2010

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI LAMPUNG

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI LAMPUNG ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI LAMPUNG (Linkage Analysis of The Agroindustry Sector on Economy In Lampung Province) Rendy Oktaliando, Agus Hudoyo, dan Achdiansyah

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR

Kata Pengantar KATA PENGANTAR 2 Ne r a c asa t e l i tpa r i wi s a t ana s i o na l 201 6 KEMENTERI ANPARI WI SATA Websi t e:ht t p: / / www. kemenpar. go. i d ht t p: / / www. i ndonesi a. t r avel Emai l :pusdat i n@kemenpar. go.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Menurut Sugiyono (2005:129) pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan

Lebih terperinci

VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN ANGKA PENGGANDA SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI

VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN ANGKA PENGGANDA SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI 157 VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN ANGKA PENGGANDA SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI Salah satu kelebihan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) adalah mampu menjelaskan dengan lengkap tiga aktivitas distribusi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL 7.. Analisis Multiplier Output Dalam melakukan kegiatan produksi untuk menghasilkan output, sektor produksi selalu membutuhkan input, baik input primer

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

DAMPAK IMPLEMENTASI MANDAT KONSUMSI BAHAN BAKAR NABATI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 1. Institut Pertanian Bogor

DAMPAK IMPLEMENTASI MANDAT KONSUMSI BAHAN BAKAR NABATI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 1. Institut Pertanian Bogor DAMPAK IMPLEMENTASI MANDAT KONSUMSI BAHAN BAKAR NABATI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 1 Sugiyono 1, Rina Oktaviani 2, Dedi Budiman Hakim 2, Bustanul Arifin 3 1 Mahasiswa Pascasarjana, IPB 2 Departemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Banyuwangi memiliki peran strategis dalam pembangunan daerah di Jawa Timur baik dari sisi ekonomi maupun letak geografis. Dari sisi geografis, Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN

VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN 6.1. Dampak Kenaikan Investasi Sektor Pertambangan di Bagian ini akan menganalisis dampak dari peningkatan investasi pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data 38 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun 2005. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

SINKRONISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN YANG BERBASIS DATA

SINKRONISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN YANG BERBASIS DATA SINKRONISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN YANG BERBASIS DATA Dr. Slamet Sutomo Deputi Kepala Badan Pusat Statistik Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS-Statistik Statistik Indonesia Forum Kepala Bappeda

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN HUBUNGAN ANTARSEKTOR PEREKONOMIAN NASIONAL

ANALISIS KEBIJAKAN HUBUNGAN ANTARSEKTOR PEREKONOMIAN NASIONAL ANALISIS KEBIJAKAN HUBUNGAN ANTARSEKTOR PEREKONOMIAN NASIONAL Saktyanu K. Dermoredjo Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 PENDAHULUAN Sesaat setelah

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder seperti tabel I-O Indonesia klasifikasi 175 sektor tahun 2005 dan 2008, Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS MULTIPLIER & DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA. Investasi infrastruktur transportasi di Provinsi Jawa Barat diharapkan

BAB VI ANALISIS MULTIPLIER & DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA. Investasi infrastruktur transportasi di Provinsi Jawa Barat diharapkan 138 BAB VI ANALISIS MULTIPLIER & DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA 6.1. Infrastruktur dan Kinerja perekonomian Investasi infrastruktur transportasi di Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

M E T A D A T A INFORMASI DASAR M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Statistik Departemen Statistik : Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan metode yang digunakan pada penelitian ini dan tahapan-tahapan analisis pada penelitian ini. Diawali dengan penjelasan mengenai sumber data yang akan digunakan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan instansi terkait maupun hasil-hasil penelitian

Lebih terperinci

PROYEKSI EKONOMI MAKRO : Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LMFEUI

PROYEKSI EKONOMI MAKRO : Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LMFEUI PROYEKSI EKONOMI MAKRO 2011-2015: Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LMFEUI Indonesia memiliki sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam berbagai bidang usaha. Kendati, tidak seperti

Lebih terperinci

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Sebagai negara yang menganut sisitem perekonomian terbuka maka sudah barang tentu pertumbuhan ekonominya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 24/04/Th. XIII, 1 April PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR FEBRUARI HARGA GROSIR NAIK 0,04 PERSEN, HARGA GROSIR BAHAN BAKU NAIK 0,05 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN Biro Riset LMFEUI Data tahun 2007 memperlihatkan, dengan PDB sekitar Rp 3.957 trilyun, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar, yaitu Rp

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT OLEH: Abdul Kohar Mudzakir Dosen Lab Sosek Perikanan, Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KODE KETERANGAN 000 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 011 PERTANIAN TANAMAN PANGAN, TANAMAN PERKEBUNAN, DAN HORTIKULTURA 012 PETERNAKAN 013 KOMBINASI PERTANIAN

Lebih terperinci

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA 5.1. Struktur Perkonomian Sektoral Struktur perekonomian merupakan suatu analisis yang dilakukan terhadap struktur Produk Domestik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/01/Th. XIII, 4 Januari 2010 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR NOVEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,73 PERSEN Pada bulan November Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL. Indonesia ke luar negeri. Selama ini devisa di sektor pariwisata di Indonesia selalu

VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL. Indonesia ke luar negeri. Selama ini devisa di sektor pariwisata di Indonesia selalu VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL 7.1. Neraca Pariwisata Jumlah penerimaan devisa melalui wisman maupun pengeluaran devisa melalui penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri tergantung

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 30/05/Th. XIV, 2 Mei PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR APRIL HARGA GROSIR TURUN 0,07 PERSEN Pada Bulan April Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan Besar

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah Pulau Kalimantan didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu: Pulau Kalimantan sangat kaya akan sumberdaya alam

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Mudrajad Kuncoro Juli 2008 Peranan Masing- Masing Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 1995-2008* No. Cabang Industri Persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 44/07/Th. XIII, 1 Juli PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI HARGA GROSIR NAIK 0,72 PERSEN Pada bulan Juni Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan Besar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kode Sektor Sektor Eknonomi

Lampiran 1. Kode Sektor Sektor Eknonomi 263 Lampiran 1. Kode Sektor Sektor Eknonomi Kode Nama Sektor 1 Padi 2 Jagung 3 Ubi Kayu 4 Ubi-Ubian Lainnya 5 Kacang-kacangan 6 Sayuran dataran ttinggi 7 Sayuran dataran rendah 8 Jeruk 9 Pisang 10 Buah-buahan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso

Lebih terperinci

VI. DAMPAK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TERHADAP KINERJA EKONOMI, PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN TINGKAT KEMISKINAN

VI. DAMPAK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TERHADAP KINERJA EKONOMI, PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN TINGKAT KEMISKINAN VI. DAMPAK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TERHADAP KINERJA EKONOMI, PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN TINGKAT KEMISKINAN Peningkatan produktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 28 Perekonomian Indonesia tahun 28 tumbuh 6,6%(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun 27 (6,28%). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi didorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci