KATA PENGANTAR. Kata Pengantar
|
|
- Verawati Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya data yang lengkap dan berkesinambungan serta mutakhir sangat diperlukan untuk melihat perkembangan pariwisata Indonesia. Begitu pula dalam penyusunan Nesparnas tahun ini, diperlukan data pariwisata baik dari sisi permintaan (demand) maupun penawaran (supply) serta data lainnya yang berkaitan dengan pariwisata. Secara umum, Nesparnas merupakan suatu sajian statistik dalam bentuk neraca dan matriks yang menggambarkan hubungan ekonomi, baik antara pelaku pariwisata dengan pelaku ekonomi lainnya maupun antar pelaku pariwisata sendiri. Dengan demikian Nesparnas mendeskripsikan seluruh aktivitas ekonomi wisatawan, baik dalam hal permintaan (konsumsi) jasa pariwisata dan penunjangnya maupun dalam hal permintaan (konsumsi) produk jasa pariwisata. Untuk mendapatkan gambaran ataupun deskripsi mengenai hal tersebut tentunya perlu didukung oleh data yang ada. Sementara perangkat analisis yang dipakai untuk mengukur dampak pariwisata adalah Tabel Input-Ouput (Tabel I-O). Nesparnas 2013 (Buku 2) i
3 Kata Pengantar Untuk maksud tersebut maka disusun buku 2, sebagai pelengkap buku 1 nesparnas, yang memuat data-data pendukung dalam penyusunan nesparnas, yang meliputi: (i) dampak kegiatan pariwisata terhadap perekonomian nasional yang merupakan hasil penghitungan dengan Tabel I-O, (ii) Wisatawan Nusantara (wisnus) yang terdiri dari jumlah perjalanan domestik yang dilakukan penduduk, rata-rata lama berpergian serta rata-rata pengeluaran, (iii) Wisatawan mancanegara (wisman), yang mencakup jumlah kunjungan wisman ke Indonesia, rata-rata pengeluaran mereka selama berada di Indonesia, dan rata-rata lama tinggal, (iv) Outbound, meliputi jumlah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan, rata-rata pengeluaran mereka selama di luar negeri serta rata-rata pengeluaran mereka sebelum dan setelah dari luar negeri yang masih berkaitan dengan perjalanannya, (v) usaha akomodasi yang terdiri dari jumlah usaha, jumlah pekerja, dan tingkat penghunian kamar hotel. Saran dan masukan sangat diharapkan guna meningkatkan kualitas dan cakupan dalam penyusunan Nesparnas di tahun-tahun mendatang. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengguna data. Jakarta, Desember 2013 Tim Penyusun Nesparnas 2013 (Buku 2) ii
4 Daftar Tabel DAFTAR TABEL 1. DAMPAK Halaman Tabel 1.1. Konsumsi Wisatawan, Investasi dan Belanja Pemerintah dan Swasta Tahun 2012 (miliar rupiah)... 1 Tabel 1.2. Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap Output Tahun 2012 (miliar rupiah)... 3 Tabel 1.3. Tabel 1.4. Tabel 1.5. Tabel 1.6. Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap PDB Tahun 2012 (miliar rupiah)... 5 Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap Upah/Gaji Tahun 2012 (miliar rupiah)... 7 Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap Penerimaan Pajak Tahun 2012 (miliar rupiah)... 9 Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2012 (000 Orang) WISNUS (Wisatawan Nusantara) Tabel 2.1 Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal Tahun Tabel 2.2 Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 2.3 Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal dan Kelompok Umur Tahun Tabel 2.4 Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal dan Pendidikan yang Ditamatkan Tahun Nesparnas 2013 (Buku 2) iii
5 Daftar Tabel Tabel 2.5 Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal dan Maksud Kunjungan Tahun Tabel 2.6 Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal dan Provinsi Tujuan Tahun Tabel 2.7 Tabel 2.8 Rata-rata Pengeluaran Per Orang Per Perjalanan Menurut Provinsi Asal dan Jenis Pengeluaran Tahun Rata-rata Pengeluaran Per Orang Per Perjalanan Menurut Provinsi Tujuan dan Jenis Pengeluaran, Tahun WISMAN (Wisatawan Mancanegara) Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Jumlah Wisman Menurut Negara Tempat Tinggal Tahun Jumlah Wisman Menurut Negara Tempat Tinggal dan Bulan Kedatangan Tahun Jumlah Wisman Menurut Negara Tempat Tinggal dan Maksud Kunjungan Tahun Jumlah Wisman Menurut Negara Tempat Tinggal dan Kelompok Umur Tahun Jumlah Wisman Menurut Negara Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Tahun Jumlah Wisman Menurut Negara Tempat Tinggal dan Akomodasi yang Digunakan Tahun Jumlah Wisman Menurut Negara Tempat Tinggal dan Jenis Pekerjaan Tahun Nesparnas 2013 (Buku 2) iv
6 Daftar Tabel Tabel 3.8 Distrbusi Pengeluaran Wisman Menurut Jenis Pengeluaran Tahun Tabel 3.9 Rata-rata Pengeluaran Wisman Per Kunjungan Menurut Negara Tempat Tinggal Tahun Tabel 3.10 Tabel 3.11 Rata-rata Lama Tinggal Wisman Menurut Negara Tempat Tinggal Tahun Rata-rata Pengeluaran Wisman Per Hari Menurut Negara Tempat Tinggal Tahun OUTBOUND (Penduduk Indonesia yang Pergi ke Luar Negeri) Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Indonesia yang Melakukan Perjalanan ke Luar Negeri Menurut Pintu Keluar Tahun Tabel 4.2 Tabel 4.3 Distribusi Pengeluaran Penduduk Indonesia yang Melakukan Perjalanan ke Luar Negeri Menurut Jenis Pengeluaran Tahun Struktur Pengeluaran Penduduk Indonesia yang Melakukan Perjalanan ke Luar Negeri Menurut Kategori Pengeluaran dan Produk Barang dan Jasa yang Dikonsumsi Tahun USAHA AKOMODASI a. BANYAKNYA USAHA AKOMODASI Tabel Tabel Banyaknya Usaha Akomodasi di Indonesia Menurut Provinsi dan Kelas Hotel Tahun Banyaknya Kamar Usaha Akomodasi di Indonesia Menurut Provinsi dan Kelas Hotel Tahun Nesparnas 2013 (Buku 2) v
7 Daftar Tabel Tabel Tabel Banyaknya Tempat Tidur Usaha Akomodasi di Indonesia Menurut Provinsi dan Kelas Hotel Tahun Rata-rata Tamu Per Hari Usaha Akomodasi di Indonesia Menurut Provinsi dan Kelas Hotel Tahun Tabel Banyaknya Tenaga Kerja Usaha Akomodasi di Indonesia Menurut Provinsi dan Kelas Hotel Tahun b. TPK (Tingkat Penghunian Kamar) dan Rata-rata Lama Menginap Tabel Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang Menurut Provinsi dan Kelas Hotel Tahun Tabel Tabel Tingkat Penghunian Kamar Hotel Non Berbintang Menurut Provinsi dan Kelompok Kamar Tahun Tingkat Pemakaian Tempat Tidur Hotel Berbintang Menurut Provinsi dan Kelas Hotel Tahun Tabel Tingkat Pemakaian Tempat Tidur Hotel Non Berbintang Menurut Provinsi dan Kelompok Kamar Tahun Tabel Rata-rata Lama Menginap Tamu Hotel Berbintang Menurut Provinsi dan Kelas Hotel Tahun Tabel Rata-rata Lama menginap Tamu Hotel Non Berbintang Menurut Provinsi dan Kelompok Kamar Tahun Nesparnas 2013 (Buku 2) vi
8 Tabel 1.1. Konsumsi Wisatawan, Investasi dan Belanja Pemerintah dan Swasta Tahun 2012 (miliar rupiah) No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Padi Tanaman kacang-kacangan 12, ,0 3. Jagung 4, ,9 4. Tanaman umbi-umbian 14, ,3 5. Sayur-sayuran dan buah-buahan 1 231,8-821, ,7 6. Tanaman bahan makanan lainnya 17,0-10, ,5 7. Karet Tebu Kelapa Kelapa sawit Tembakau Kopi Teh Cengkeh Hasil tanaman serat Tanaman perkebunan lainnya Tanaman lainnya ,2 16,2 18. Peternakan Pemotongan hewan Unggas dan hasil-hasilnya Kayu Hasil hutan lainnya Perikanan 897, ,5 24. Penambangan batubara dan bijih logam Penambangan minyak, gas dan panas bumi Penambangan dan penggalian lainnya Industri pengolahan dan pengawetan 1 126,0 83,5 450, ,3 makanan 28. Industri minyak dan lemak Industri penggilingan padi Industri tepung, segala jenis 304,8 50,0 270, ,3 31. Industri gula 349, ,8 32. Industri makanan lainnya 2 450,9 106,8 697, ,9 33. Industri minuman 1 369,1 63,3 315, ,2 34. Industri rokok 799,5 45,6 206, ,3 Nesparnas 2013 (Buku 2) 1
9 Tabel 1.1. Lanjutan No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Jumlah 35. Industri pemintalan 1 871,9 53,2 253, ,4 36. Industri tekstil, pakaian dan kulit 8 595,5 530, , ,0 59, ,1 37. Industri bambu, kayu dan rotan 3 908,6 298, , ,7 3,, ,0 38. Industri kertas, barang dari kertas dan karton 877,9-97,7-372, ,8 39. Industri pupuk dan pestisida ,9 6,9 40. Industri kimia 461,4 108, ,0-151, ,0 41. Pengilangan minyak bumi 4 967,8 83, , ,4 42. Industri barang karet dan plastik 1 869, , ,3 43. Industri barang-barang dari mineral bukan 2 739,5-847,3-8, ,6 logam 44. Industri semen Industri dasar besi dan baja Industri logam dasar bukan besi Industri barang dari logam ,3 112,3 48. Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan ,3 234, ,,1 listrik 49. Industri alat pengangkutan dan perbaikannya ,2 114, ,8 50. Industri barang lain yang belum digolongkan 2 822,0 72, ,7-35, ,3 dimanapun 51. Listrik, gas dan air bersih ,1 9,1 52. Bangunan , ,9 53. Perdagangan Restoran ,1 654, ,1-879, ,5 55. Hotel ,5 58, , , ,8 56. Angkutan kereta api 4 012,8 255,1 876,2-12, ,0 57. Angkutan darat ,8 940, ,0-192, ,1 58. Angkutan air 7 075,3 88,2 744,6-101, ,5 59. Angkutan udara ,1 571, ,0-468, ,9 60. Jasa penunjang angkutan 2 455,0 547, ,1-49, ,4 61. Komunikasi 2 100, ,0-144, ,8 62. Lembaga keuangan 727,1-645,7-89, ,1 63. Usaha bangunan dan jasa perusahaan 893,8-499,3-247, ,8 64. Pemerintahan umum dan pertahanan ,7 433,7 65. Jasa sosial kemasyarakatan 627,6-292,8-330, ,2 66. Jasa lainnya 1 749, ,9-253, ,4 67. Kegiatan yang tak jelas batasannya TOTAL , , , , , ,2 Nesparnas 2013 (Buku 2) 2
10 1.2. Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap Output Tahun 2012 (miliar rupiah) Tabel No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Padi 2 232,7 39, ,0 84, ,3 2. Tanaman kacang-kacangan 344,7 9,1 197,8 8, ,6 3. Jagung 1 136,8 32,3 729,6 32, ,2 4. Tanaman umbi-umbian 542,4 12,1 336,7 18, ,5 5. Sayur-sayuran dan buah-buahan 4 117,2 55, ,9 114, ,7 6. Tanaman bahan makanan lainnya 83,4 2,1 46,6 3, ,3 7. Karet 786,2 17,5 198,5 362,0 20, ,0 8. Tebu 495,6 8,8 269,2 10,0 15,8 799,3 9. Kelapa 205,7 4,7 123,4 10,0 6,2 349,9 10. Kelapa sawit 492,8 17,5 353,8 188,5 25, ,0 11. Tembakau 40,3 1,7 16,1 0,5 0,6 59,1 12. Kopi 124,3 3,6 72,2 2,6 3,5 206,3 13. Teh 32,1 1,0 18,0 0,6 0,9 52,6 14. Cengkeh 32,5 1,3 13,1 0,5 0,5 47,9 15. Hasil tanaman serat 35,5 1,5 14,5 7,4 0,3 59,2 16. Tanaman perkebunan lainnya 223,1 7,4 136,3 46,9 8,2 421,9 17. Tanaman lainnya 304,3 7,9 214,7 134,0 29,1 689,9 18. Peternakan 1 720,9 37, ,3 98,1 76, ,1 19. Pemotongan hewan 2 970,9 61, ,3 158,7 131, ,4 20. Unggas dan hasil-hasilnya 5 373,7 87, ,1 156,9 270, ,0 21. Kayu 591,1 38,5 441, ,4 11, ,1 22. Hasil hutan lainnya 178,2 11,7 138,0 298,4 1,8 628,1 23. Perikanan 3 755,2 71, ,3 72,5 106, ,9 24. Penambangan batubara dan bijih logam 889,3 37,9 527, ,1 45, ,5 25. Penambangan minyak, gas dan panas bumi 5 379,6 151, , ,1 196, ,0 26. Penambangan dan penggalian lainnya 360,2 9,7 148, ,1 9, ,4 27. Industri pengolahan dan pengawetan makanan 3 943,8 139, ,5 75,6 124, ,2 28. Industri minyak dan lemak 970,3 24,2 636,4 75,0 36, ,0 29. Industri penggilingan padi 3 163,8 56, ,3 110,8 153, ,7 30. Industri tepung, segala jenis 2 019,6 97, ,8 137,3 77, ,3 31. Industri gula 1 125,7 19,8 607,4 22,0 35, ,7 32. Industri makanan lainnya 5 868,6 169, ,0 123,5 167, ,2 33. Industri minuman 1 962,5 74,0 834,3 29,1 34, ,1 34. Industri rokok 1 405,0 58,3 559,4 15,8 19, ,7 Nesparnas 2013 (Buku 2) 3
11 Tabel 1.2. Lanjutan No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 35. Industri pemintalan 2 930,8 111,7 624,9 273,4 9, ,0 36. Industri tekstil, pakaian dan kulit ,1 680, , ,4 110, ,7 37. Industri bambu, kayu dan rotan 5 184,5 377, , ,1 21, ,7 38. Industri kertas, barang dari kertas dan karton 2 342,8 35,9 733,2 850,4 539, ,2 39. Industri pupuk dan pestisida 675,3 15,5 416,1 105,6 33, ,6 40. Industri kimia 3 997,4 229, , ,2 326, ,2 41. Pengilangan minyak bumi ,7 460, , ,8 545, ,7 42. Industri barang karet dan plastik 4 806,3 76, , ,4 139, ,5 43. Industri barang-barang dari mineral bukan logam 2 943,9 7,5 953, ,1 7, ,5 44. Industri semen 111,9 3,7 43, ,6 3, ,9 45. Industri dasar besi dan baja 216,6 6,9 100, ,6 15, ,4 46. Industri logam dasar bukan besi 123,0 3,4 85,5 351,0 4,4 567,4 47. Industri barang dari logam 787,2 29,2 384, ,6 153, ,6 48. Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 2 280,4 78,4 999, ,2 360, ,9 49. Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 4 219,4 101, , ,4 230, ,2 50. Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 2 981,4 76, ,6 179,0 43, ,8 51. Listrik, gas dan air bersih 2 425,0 96, , ,7 91, ,1 52. Bangunan 2 488,9 128, , ,9 104, ,2 53. Perdagangan ,2 380, , ,5 594, ,2 54. Restoran ,0 701, , ,3 958, ,3 55. Hotel ,6 64, ,4 147, , ,4 56. Angkutan kereta api 4 065,4 257,2 900,6 42,8 15, ,0 57. Angkutan darat , , , ,3 333, ,7 58. Angkutan air 7 872,9 110, ,1 662,6 131, ,8 59. Angkutan udara ,9 604, ,2 336,7 514, ,9 60. Jasa penunjang angkutan 6 934,8 655, ,3 550,6 127, ,7 61. Komunikasi 4 652,2 90, , ,5 233, ,4 62. Lembaga keuangan 6 542,1 155, , ,1 288, ,4 63. Usaha bangunan dan jasa perusahaan 5 177,2 126, , ,5 397, ,0 64. Pemerintahan umum dan pertahanan 444,2 9,0 238,7 141,3 456, ,2 65. Jasa sosial kemasyarakatan 1 145,9 17,7 529,8 472,4 355, ,5 66. Jasa lainnya ,6 269, , ,6 426, ,9 67. Kegiatan yang tak jelas batasannya 16,1 0,4 8,3 15,2 0,7 40,8 TOTAL , , , , , ,2 Nesparnas 2013 (Buku 2) 4
12 Tabel 1.3. Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap PDB Tahun 2012 (miliar rupiah) No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Padi 1 663,1 29, ,4 62,9 81, ,6 2. Tanaman kacang-kacangan 274,5 7,2 157,5 6,4 8,1 453,6 3. Jagung 866,5 24,6 556,1 24,6 29, ,0 4. Tanaman umbi-umbian 471,0 10,5 292,4 15,9 16,5 806,3 5. Sayur-sayuran dan buah-buahan 3 606,8 48, ,2 100,0 128, ,4 6. Tanaman bahan makanan lainnya 70,6 1,8 39,5 2,8 1,5 116,2 7. Karet 517,4 11,5 130,6 238,2 13,6 911,3 8. Tebu 342,8 6,1 186,2 6,9 11,0 553,0 9. Kelapa 151,4 3,5 90,8 7,3 4,6 257,6 10. Kelapa sawit 274,2 9,7 196,9 104,9 14,1 599,9 11. Tembakau 18,7 0,8 7,4 0,2 0,3 27,4 12. Kopi 77,5 2,2 45,0 1,6 2,2 128,6 13. Teh 27,1 0,8 15,2 0,5 0,7 44,4 14. Cengkeh 26,7 1,1 10,8 0,4 0,4 39,4 15. Hasil tanaman serat 30,6 1,3 12,5 6,4 0,2 51,0 16. Tanaman perkebunan lainnya 153,6 5,1 93,9 32,3 5,6 290,5 17. Tanaman lainnya 231,3 6,0 163,2 101,8 22,1 524,4 18. Peternakan 1 113,9 24,4 821,6 63,5 49, ,6 19. Pemotongan hewan 1 225,5 25,4 911,3 65,4 54, ,7 20. Unggas dan hasil-hasilnya 2 412,9 39, ,4 70,4 121, ,2 21. Kayu 456,0 29,7 340, ,6 9, ,7 22. Hasil hutan lainnya 141,3 9,3 109,4 236,5 1,4 497,9 23. Perikanan 2 765,8 52, ,5 53,4 78, ,6 24. Penambangan batubara dan bijih logam 662,8 28,3 393, ,3 33, ,7 25. Penambangan minyak, gas dan panas bumi 4 551,8 127, , ,7 166, ,6 26. Penambangan dan penggalian lainnya 279,2 7,5 115, ,2 7, ,7 27. Industri pengolahan dan pengawetan makanan 1 238,1 43,7 804,8 23,7 39, ,2 28. Industri minyak dan lemak 342,4 8,5 224,6 26,5 12,7 614,7 29. Industri penggilingan padi 712,0 12,7 535,9 24,9 34, ,0 30. Industri tepung, segala jenis 598,4 28,9 469,5 40,7 22, ,3 31. Industri gula 301,6 5,3 162,7 5,9 9,6 485,1 32. Industri makanan lainnya 1 927,9 55, ,9 40,6 54, ,1 33. Industri minuman 741,1 27,9 315,1 11,0 13, ,0 34. Industri rokok 872,9 36,2 347,5 9,8 11, ,4 Nesparnas 2013 (Buku 2) 5
13 Tabel 1.3. Lanjutan No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 35. Industri pemintalan 900,8 34,3 192,1 84,0 2, ,0 36. Industri tekstil, pakaian dan kulit 4 519,4 266, , ,1 43, ,7 37. Industri bambu, kayu dan rotan 2 187,4 159, , ,0 9, ,0 38. Industri kertas, barang dari kertas dan karton 853,8 13,1 267,2 309,9 196, ,8 39. Industri pupuk dan pestisida 224,3 5,2 138,2 35,1 11,0 413,7 40. Industri kimia 1 162,4 66,7 989, ,3 95, ,3 41. Pengilangan minyak bumi ,6 268, , ,9 317, ,7 42. Industri barang karet dan plastik 1 307,6 20,8 296,9 640,8 37, ,0 43. Industri barang-barang dari mineral bukan logam 1 440,6 3,7 466, ,2 3, ,7 44. Industri semen 45,8 1,5 17, ,9 1, ,4 45. Industri dasar besi dan baja 56,2 1,8 26,0 646,6 3,9 734,5 46. Industri logam dasar bukan besi 30,3 0,8 21,1 86,4 1,1 139,7 47. Industri barang dari logam 379,2 14,0 185, ,0 74, ,6 48. Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 655,8 22,6 287, ,3 103, ,7 49. Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 1 710,6 41,2 485, ,2 93, ,2 50. Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 966,4 24,8 772,9 58,0 14, ,2 51. Listrik, gas dan air bersih 896,7 35,7 397,6 566,4 33, ,3 52. Bangunan 903,6 46,6 373, ,1 37, ,3 53. Perdagangan 8 164,1 203, , ,7 317, ,6 54. Restoran ,9 303, ,9 485,2 414, ,6 55. Hotel ,8 38, ,3 87, , ,3 56. Angkutan kereta api 1 221,4 77,3 270,6 12,9 4, ,6 57. Angkutan darat ,9 431, , ,9 138, ,5 58. Angkutan air 2 481,9 34,8 375,8 208,9 41, ,6 59. Angkutan udara ,3 184, ,0 102,8 157, ,9 60. Jasa penunjang angkutan 3 952,4 373, ,8 313,8 72, ,3 61. Komunikasi 3 632,1 70, , ,0 182, ,6 62. Lembaga keuangan 4 288,9 101, , ,2 189, ,0 63. Usaha bangunan dan jasa perusahaan 3 630,5 88, , ,8 278, ,7 64. Pemerintahan umum dan pertahanan 254,5 5,1 136,8 81,0 261,2 738,6 65. Jasa sosial kemasyarakatan 621,4 9,6 287,3 256,2 192, ,3 66. Jasa lainnya 5 011,2 133, , ,3 210, ,6 67. Kegiatan yang tak jelas batasannya 8,8 0,2 4,5 8,3 0,4 22,3 TOTAL , , , , , ,7 Nesparnas 2013 (Buku 2) 6
14 Tabel 1.4. Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap Upah/Gaji Tahun 2012 (miliar rupiah) No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Padi 287,4 5,1 215,8 10,9 14,1 533,3 2. Tanaman kacang-kacangan 42,4 1,1 24,3 1,0 1,2 70,0 3. Jagung 117,5 3,3 75,4 3,3 4,0 203,5 4. Tanaman umbi-umbian 54,4 1,2 33,8 1,8 1,9 93,1 5. Sayur-sayuran dan buah-buahan 681,1 9,2 494,6 18,9 24, ,1 6. Tanaman bahan makanan lainnya 8,3 0,2 4,6 0,3 0,2 13,7 7. Karet 265,3 5,9 67,0 122,2 7,0 467,4 8. Tebu 115,9 2,0 63,0 2,3 3,7 186,9 9. Kelapa 29,2 0,7 17,5 1,4 0,9 49,8 10. Kelapa sawit 85,3 3,0 61,3 32,6 4,4 186,7 11. Tembakau 7,6 0,3 3,0 0,1 0,1 11,1 12. Kopi 19,1 0,6 11,1 0,4 0,5 31,7 13. Teh 9,6 0,3 5,4 0,2 0,3 15,7 14. Cengkeh 5,7 0,2 2,3 0,1 0,1 8,4 15. Hasil tanaman serat 3,9 0,2 1,6 0,8 0,0 6,5 16. Tanaman perkebunan lainnya 24,6 0,8 15,0 5,2 0,9 46,5 17. Tanaman lainnya 71,6 1,9 50,5 31,5 6,8 162,4 18. Peternakan 281,8 6,2 207,9 16,1 12,5 524,4 19. Pemotongan hewan 350,8 7,3 260,9 18,7 15,5 653,1 20. Unggas dan hasil-hasilnya 1 049,6 17,0 862,4 30,6 52, ,4 21. Kayu 95,4 6,2 71,2 401,9 1,9 576,6 22. Hasil hutan lainnya 31,2 2,1 24,1 52,2 0,3 109,9 23. Perikanan 540,5 10,3 280,2 10,4 15,3 856,7 24. Penambangan batubara dan bijih logam 110,1 4,7 65,4 231,8 5,6 417,6 25. Penambangan minyak, gas dan panas bumi 398,5 11,2 130,8 218,3 14,6 773,4 26. Penambangan dan penggalian lainnya 100,3 2,7 41, ,1 2, ,2 27. Industri pengolahan dan pengawetan makanan 308,1 10,9 200,3 5,9 9,7 534,9 28. Industri minyak dan lemak 116,2 2,9 76,2 9,0 4,3 208,5 29. Industri penggilingan padi 140,4 2,5 105,6 4,9 6,8 260,2 30. Industri tepung, segala jenis 183,4 8,8 143,9 12,5 7,0 355,7 31. Industri gula 95,6 1,7 51,6 1,9 3,0 153,8 32. Industri makanan lainnya 582,9 16,9 338,6 12,3 16,6 967,3 33. Industri minuman 222,2 8,4 94,5 3,3 3,9 332,3 34. Industri rokok 104,4 4,3 41,6 1,2 1,4 152,9 Nesparnas 2013 (Buku 2) 7
15 Tabel 1.4. Lanjutan No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 35. Industri pemintalan 188,8 7,2 40,3 17,6 0,6 254,5 36. Industri tekstil, pakaian dan kulit 1 503,9 88,5 568,3 415,0 14, ,2 37. Industri bambu, kayu dan rotan 603,8 44,0 487, ,0 2, ,6 38. Industri kertas, barang dari kertas dan karton 251,4 3,8 78,7 91,3 57,9 483,1 39. Industri pupuk dan pestisida 164,5 3,8 101,4 25,7 8,1 303,5 40. Industri kimia 371,5 21,3 316,4 380,1 30, ,8 41. Pengilangan minyak bumi 2 840,8 69,1 644, ,4 81, ,3 42. Industri barang karet dan plastik 446,1 7,1 101,3 218,6 12,9 786,0 43. Industri barang-barang dari mineral bukan logam 491,2 1,2 159,1 436,2 1, ,1 44. Industri semen 12,7 0,4 4,9 297,4 0,3 315,8 45. Industri dasar besi dan baja 9,1 0,3 4,2 104,4 0,6 118,6 46. Industri logam dasar bukan besi 9,4 0,3 6,5 26,7 0,3 43,2 47. Industri barang dari logam 134,4 5,0 65, ,5 26, ,9 48. Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 183,7 6,3 80, ,3 29, ,9 49. Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 562,0 13,5 159, ,9 30, ,7 50. Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 369,1 9,5 295,2 22,2 5,4 701,4 51. Listrik, gas dan air bersih 615,0 24,5 272,7 388,4 23, ,8 52. Bangunan 335,8 17,3 138, ,4 14, ,3 53. Perdagangan 2 315,7 57, , ,2 90, ,0 54. Restoran 5 488,3 106, ,3 171,1 146, ,8 55. Hotel 3 641,2 13, ,2 30,8 447, ,2 56. Angkutan kereta api 1 034,4 65,4 229,2 10,9 3, ,7 57. Angkutan darat 5 639,8 176, ,8 499,1 56, ,0 58. Angkutan air 909,5 12,7 137,7 76,5 15, ,7 59. Angkutan udara 5 366,2 86, ,3 48,0 73, ,1 60. Jasa penunjang angkutan 1 570,4 148,4 547,4 124,7 28, ,8 61. Komunikasi 730,2 14,2 455,5 211,5 36, ,1 62. Lembaga keuangan 1 250,4 29,7 604,5 693,1 55, ,0 63. Usaha bangunan dan jasa perusahaan 587,3 14,3 277,8 487,0 45, ,5 64. Pemerintahan umum dan pertahanan 224,3 4,5 120,5 71,3 230,2 650,9 65. Jasa sosial kemasyarakatan 463,9 7,2 214,5 191,3 144, ,9 66. Jasa lainnya 1 907,3 50,7 838,2 386,8 80, ,2 67. Kegiatan yang tak jelas batasannya 2,2 0,1 1,1 2,1 0,1 5,6 TOTAL , , , , , ,7 Nesparnas 2013 (Buku 2) 8
16 Tabel 1.5. Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap Penerimaan Pajak Tahun 2012 (miliar rupiah) No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Padi 24,4 0,4 18,3 0,9 1,2 45,3 2. Tanaman kacang-kacangan 3,7 0,1 2,1 0,1 0,1 6,1 3. Jagung 9,2 0,3 5,9 0,3 0,3 15,9 4. Tanaman umbi-umbian 4,5 0,1 2,8 0,2 0,2 7,7 5. Sayur-sayuran dan buah-buahan 47,6 0,6 34,5 1,3 1,7 85,7 6. Tanaman bahan makanan lainnya 1,0 0,0 0,5 0,0 0,0 1,6 7. Karet 5,8 0,1 1,5 2,7 0,2 10,2 8. Tebu 7,0 0,1 3,8 0,1 0,2 11,2 9. Kelapa 2,5 0,1 1,5 0,1 0,1 4,2 10. Kelapa sawit 4,6 0,2 3,3 1,7 0,2 10,0 11. Tembakau 0,3 0,0 0,1 0,0 0,0 0,4 12. Kopi 2,5 0,1 1,4 0,1 0,1 4,1 13. Teh 0,5 0,0 0,3 0,0 0,0 0,8 14. Cengkeh 0,2 0,0 0,1 0,0 0,0 0,3 15. Hasil tanaman serat 4,1 0,2 1,7 0,8 0,0 6,8 16. Tanaman perkebunan lainnya 1,8 0,1 1,1 0,4 0,1 3,5 17. Tanaman lainnya 5,0 0,1 3,5 2,2 0,5 11,3 18. Peternakan 18,5 0,4 13,6 1,1 0,8 34,4 19. Pemotongan hewan 37,7 0,8 28,0 2,0 1,7 70,2 20. Unggas dan hasil-hasilnya 47,0 0,8 38,6 1,4 2,4 90,1 21. Kayu 20,8 1,4 15,5 87,5 0,4 125,5 22. Hasil hutan lainnya 4,0 0,3 3,1 6,7 0,0 14,1 23. Perikanan 33,5 0,6 17,4 0,6 0,9 53,2 24. Penambangan batubara dan bijih logam 27,7 1,2 16,4 58,2 1,4 104,9 25. Penambangan minyak, gas dan panas bumi 190,5 5,3 62,5 104,3 7,0 369,6 26. Penambangan dan penggalian lainnya 10,4 0,3 4,3 171,1 0,3 186,3 27. Industri pengolahan dan pengawetan makanan 94,0 3,3 61,1 1,8 3,0 163,3 28. Industri minyak dan lemak 9,4 0,2 6,2 0,7 0,3 16,9 29. Industri penggilingan padi 13,1 0,2 9,9 0,5 0,6 24,3 30. Industri tepung, segala jenis 25,5 1,2 20,0 1,7 1,0 49,5 31. Industri gula 24,7 0,4 13,3 0,5 0,8 39,7 32. Industri makanan lainnya 80,0 2,3 46,5 1,7 2,3 132,7 33. Industri minuman 206,7 7,8 87,9 3,1 3,6 309,0 34. Industri rokok 527,2 21,9 209,9 5,9 7,2 772,2 Nesparnas 2013 (Buku 2) 9
17 Tabel 1.5. Lanjutan No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 35. Industri pemintalan 40,0 1,5 8,5 3,7 0,1 53,9 36. Industri tekstil, pakaian dan kulit 116,1 6,8 43,9 32,0 1,1 200,0 37. Industri bambu, kayu dan rotan 64,5 4,7 52,1 124,0 0,3 245,6 38. Industri kertas, barang dari kertas dan karton 22,7 0,3 7,1 8,2 5,2 43,6 39. Industri pupuk dan pestisida 3,4 0,1 2,1 0,5 0,2 6,3 40. Industri kimia 78,6 4,5 66,9 80,4 6,4 236,9 41. Pengilangan minyak bumi 101,0 2,5 22,9 36,4 2,9 165,7 42. Industri barang karet dan plastik 73,5 1,2 16,7 36,0 2,1 129,5 43. Industri barang-barang dari mineral bukan logam 90,3 0,2 29,3 80,2 0,2 200,3 44. Industri semen 3,3 0,1 1,3 77,9 0,1 82,8 45. Industri dasar besi dan baja 3,2 0,1 1,5 36,4 0,2 41,4 46. Industri logam dasar bukan besi 1,7 0,0 1,2 4,8 0,1 7,7 47. Industri barang dari logam 13,9 0,5 6,8 195,3 2,7 219,1 48. Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 31,1 1,1 13,6 200,8 4,9 251,5 49. Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 51,7 1,2 14,7 269,9 2,8 340,3 50. Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 72,3 1,9 57,8 4,3 1,1 137,4 51. Listrik, gas dan air bersih 106,4 4,2 47,2 67,2 4,0 229,0 52. Bangunan 32,7 1,7 13, ,5 1, ,7 53. Perdagangan 301,8 7,5 172,6 232,4 11,7 726,0 54. Restoran 698,7 13,6 365,5 21,8 18, ,2 55. Hotel 463,5 1,7 821,9 3,9 56, ,0 56. Angkutan kereta api 41,4 2,6 9,2 0,4 0,2 53,8 57. Angkutan darat 270,8 8,5 93,0 24,0 2,7 399,0 58. Angkutan air 70,1 1,0 10,6 5,9 1,2 88,8 59. Angkutan udara 420,0 6,7 94,5 3,8 5,7 530,8 60. Jasa penunjang angkutan 77,4 7,3 27,0 6,1 1,4 119,2 61. Komunikasi 31,7 0,6 19,8 9,2 1,6 62,9 62. Lembaga keuangan 39,5 0,9 19,1 21,9 1,7 83,1 63. Usaha bangunan dan jasa perusahaan 114,6 2,8 54,2 95,0 8,8 275,3 64. Pemerintahan umum dan pertahanan 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 65. Jasa sosial kemasyarakatan 6,1 0,1 2,8 2,5 1,9 13,4 66. Jasa lainnya 177,0 4,7 77,8 35,9 7,4 302,9 67. Kegiatan yang tak jelas batasannya 0,2 0,0 0,1 0,2 0,0 0,6 TOTAL 5 114,2 141, , ,4 194, ,4 Nesparnas 2013 (Buku 2) 10
18 1.6. Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2012 (000 Orang) Tabel Konsumsi Pengembangan No Sektor Jumlah Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Padi 323,2 5,7 238,2 12,8 15,1 595,0 2. Tanaman kacang-kacangan 78,5 2,0 45,7 2,1 2,4 130,7 3. Jagung 84,9 2,5 55,2 2,4 2,9 148,0 4. Tanaman umbi-umbian 99,4 2,2 61,2 3,5 3,4 169,7 5. Sayur-sayuran dan buah-buahan 485,1 5,9 349,6 12,3 15,4 868,2 6. Tanaman bahan makanan lainnya 23,7 0,6 14,5 0,7 0,6 40,1 7. Karet 26,5 0,6 6,6 12,2 0,7 46,5 8. Tebu 93,2 1,7 55,0 1,9 3,2 155,0 9. Kelapa 11,5 0,3 6,9 0,5 0,4 19,6 10. Kelapa sawit 12,7 0,4 8,9 2,1 0,6 24,7 11. Tembakau 13,4 0,5 5,8 0,2 0,2 20,1 12. Kopi 26,8 0,8 16,0 0,6 0,8 45,0 13. Teh 16,8 0,5 9,7 0,4 0,5 27,9 14. Cengkeh 6,9 0,3 3,0 0,1 0,1 10,4 15. Hasil tanaman serat 1,1 0,0 0,5 0,2 0,0 1,9 16. Tanaman perkebunan lainnya 6,7 0,2 4,2 1,1 0,2 12,5 17. Tanaman lainnya 7,6 0,2 5,3 2,1 0,8 16,0 18. Peternakan 10,6 0,3 6,8 1,1 0,4 19,2 19. Pemotongan hewan 3,2 0,2 1,4 0,7 0,1 5,6 20. Unggas dan hasil-hasilnya 100,1 1,7 79,7 3,3 4,8 189,5 21. Kayu 11,1 0,7 8,4 44,0 0,2 64,4 22. Hasil hutan lainnya 2,9 0,2 2,2 4,1 0,0 9,4 23. Perikanan 69,4 1,3 33,8 1,4 1,8 107,7 24. Penambangan batubara dan bijih logam 0,9 0,0 0,5 2,5 0,0 4,0 25. Penambangan minyak, gas dan panas bumi 2,7 0,1 0,9 1,6 0,1 5,4 26. Penambangan dan penggalian lainnya 5,0 0,1 2,1 81,6 0,1 89,0 27. Industri pengolahan dan pengawetan makanan 12,3 0,4 7,8 0,3 0,4 21,2 28. Industri minyak dan lemak 2,8 0,1 1,8 0,1 0,1 4,9 29. Industri penggilingan padi 12,4 0,2 9,2 0,5 0,6 22,8 30. Industri tepung, segala jenis 6,6 0,3 5,3 0,3 0,3 12,8 31. Industri gula 13,4 0,2 7,9 0,3 0,5 22,2 32. Industri makanan lainnya 23,6 0,7 14,1 0,6 0,7 39,7 33. Industri minuman 8,5 0,3 4,0 0,1 0,2 13,1 34. Industri rokok 6,4 0,2 2,8 0,1 0,1 9,7 Nesparnas 2013 (Buku 2) 11
19 Tabel 1.6. Lanjutan No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 35. Industri pemintalan 34,0 1,4 8,4 4,3 0,2 48,3 36. Industri tekstil, pakaian dan kulit 152,9 8,9 58,6 40,4 1,5 262,2 37. Industri bambu, kayu dan rotan 136,8 10,1 111,4 229,2 0,4 487,9 38. Industri kertas, barang dari kertas dan karton 14,9 0,2 4,9 5,5 3,4 28,8 39. Industri pupuk dan pestisida 4,4 0,1 2,9 0,4 0,2 8,0 40. Industri kimia 3,1 0,2 3,1 2,6 0,3 9,3 41. Pengilangan minyak bumi 6,9 0,2 1,5 2,8 0,2 11,6 42. Industri barang karet dan plastik 15,6 0,2 3,5 7,7 0,4 27,5 43. Industri barang-barang dari mineral bukan logam 63,4 0,2 20,8 71,5 0,2 156,1 44. Industri semen 1,5 0,0 0,6 34,6 0,0 36,7 45. Industri dasar besi dan baja 0,4 0,0 0,2 4,8 0,0 5,4 46. Industri logam dasar bukan besi 0,6 0,0 0,4 3,2 0,0 4,3 47. Industri barang dari logam 2,2 0,1 1,1 31,1 0,6 35,0 48. Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 2,7 0,1 1,2 19,1 0,5 23,7 49. Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 13,3 0,3 3,7 68,8 0,7 86,9 50. Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 93,8 2,4 74,9 4,4 1,4 176,9 51. Listrik, gas dan air bersih 6,7 0,3 3,1 4,4 0,3 14,8 52. Bangunan 17,2 0,9 7,1 727,2 0,7 753,1 53. Perdagangan 389,8 10,0 219,7 373,9 15, ,4 54. Restoran 385,3 7,5 202,1 13,6 10,3 618,8 55. Hotel 128,3 0,5 227,0 1,6 15,8 373,2 56. Angkutan kereta api 70,8 4,5 15,8 1,1 0,3 92,4 57. Angkutan darat 696,5 21,9 237,1 64,1 6, ,3 58. Angkutan air 102,8 1,6 17,3 13,4 1,8 136,9 59. Angkutan udara 130,9 2,1 29,4 1,1 1,8 165,2 60. Jasa penunjang angkutan 92,3 9,1 33,0 9,0 1,7 145,1 61. Komunikasi 36,9 0,7 23,8 10,5 1,9 73,8 62. Lembaga keuangan 20,3 0,5 9,9 11,1 0,9 42,6 63. Usaha bangunan dan jasa perusahaan 27,4 0,7 13,5 24,9 2,1 68,5 64. Pemerintahan umum dan pertahanan 4,4 0,1 2,8 1,3 10,3 18,9 65. Jasa sosial kemasyarakatan 17,9 0,3 8,8 8,1 5,4 40,5 66. Jasa lainnya 224,9 6,0 98,5 44,8 9,2 383,4 67. Kegiatan yang tak jelas batasannya 4,2 0,1 2,0 4,9 0,2 11,4 TOTAL 4 512,8 122, , ,2 152, ,8 Nesparnas 2013 (Buku 2) 12
20 Tabel 2.1. Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal Tahun 2012 Provinsi Asal Tri Wulan I Tri WulanII Tri Wulan III Tri Wulan IV Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua INDONESIA Nesparnas 2013 (Buku 2) 13
21 Tabel 2.2. Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal dan Jenis Kelamin Tahun 2012 Provinsi Asal Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) 01. Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua INDONESIA Nesparnas 2013 (Buku 2) 14
22 Tabel 2.3. Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal dan Kelompok Umur Tahun 2012 Kelompok Umur Provinsi Asal Jumlah < > 54 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01. Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua INDONESIA Nesparnas 2013 (Buku 2) 15
23 Tabel 2.4. Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal dan Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2012 Pendidikan Provinsi Asal Jumlah Diploma/ SD SLTP SMU Sarjana (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua INDONESIA Nesparnas 2013 (Buku 2) 16
24 Tabel 2.5. Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal dan Maksud Kunjungan Tahun 2012 Provinsi Asal Berlibur Profesi/ Bisnis Maksud Kunjungan Misi/ pertemuan/ konggres Pendidikan Kesehatan Berziarah/ Keagamaan Mengunjungi Teman Olahraga / Kesenian Lainnya Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 01. Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua INDONESIA Nesparnas 2013 (Buku 2) 17
25 Tabel 2.6. Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal dan Provinsi Tujuan Tahun 2012 Provinsi Asal Dalam Provinsi Provinsi Tujuan Provinsi Lain Jumlah (1) (2) (3) (4) 01. Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua INDONESIA Nesparnas 2013 (Buku 2) 18
26 Tabel 2.7. Rata-rata Pengeluaran Per Orang Per Perjalanan Menurut Provinsi Asal dan Jenis Pengeluaran Tahun 2012 (ribu rupiah) Provinsi Asal Akomodasi Makanan & Minuman Angkutan Jenis Pengeluaran Pertunjukan Hiburan, Jasa Rekreasi, pariwisata dan lainnya Kebudayaan Cinderamata/ Belanja Lainnya Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 01. Aceh 96,79 122,99 294,11 16,81 1,02 184,93 115,04 831, Sumatera Utara 123,34 146,52 241,39 33,03 0,56 54,16 48,07 647, Sumatera Barat 69,22 115,14 267,34 20,31 0,49 91,99 34,94 599, Riau 246,08 113,82 469,38 6,98 14,53 157,70 87, , Jambi 24,98 64,72 204,97 5,88 24,11 112,46 32,62 469, Sumatera Selatan 47,24 173,37 441,88 43,03 2,61 115,12 131,03 954, Bengkulu 30,10 160,49 312,47 15,23-97,06 85,95 701, Lampung 29,94 107,04 181,65 4,40 18,12 25,53 57,71 424, Kep. Bangka Belitung 58,63 96,32 251,45 6,76 0,70 302,15 52,31 768, Kepulauan Riau 302,50 367,29 751,42 49,80 57,71 357,14 16, , DKI Jakarta 68,79 121,31 385,02 27,48 8,69 63,55 43,53 718, Jawa Barat 35,72 104,26 142,19 16,01 9,49 46,81 30,89 385, Jawa Tengah 20,10 51,66 92,84 5,85 35,84 38,84 22,23 267, DI Yogyakarta 83,03 140,29 236,53 21,81 29,86 259,62 70,61 841, Jawa Timur 29,50 83,42 136,31 16,48 28,25 57,10 28,85 379, Banten 62,92 93,59 215,42 13,90 4,49 53,24 32,87 476, B a l i 29,72 97,37 207,09 4,76 10,00 94,83 70,88 514, Nusa Tenggara Barat 80,64 106,53 163,67 15,97 1,22 159,01 62,43 589, Nusa Tenggara Timur 165,32 107,51 428,77 2,84-50,20 25,57 780, Kalimantan Barat 67,11 120,37 490,97 3,68-176,21 129,67 988, Kalimantan Tengah 81,68 153,03 311,23 10,89 24,14 149,97 117,94 848, Kalimantan Selatan 243,24 183,75 520,19 6,64 1,20 118,22 29, , Kalimantan Timur 181,91 192,08 637,63 27,23 44,13 202,28 81, , Sulawesi Utara 136,48 229,68 612,39 9,41 1,63 129,71 68, , Sulawesi Tengah 186,14 293,39 672,77 23,72 1,24 269,71 153, , Sulawesi Selatan 82,82 110,70 285,78 8,91 46,02 100,16 39,27 673, Sulawesi Tenggara 87,69 130,17 388,98 3,24-99,96 97,25 807, Gorontalo 95,64 85,36 271,93 1,61 18,01 73,82 31,70 578, Sulawesi Barat 82,64 265,30 243,69-0,09 7,44 18,19 617, Maluku 212,62 244,25 833,64 15,55-259,04 518, , Maluku Utara 675,65 248, ,50 39,90-640,87 123, , Papua Barat 328,93 321, ,94 2,79-291,75 75, , Papua 661,90 218, ,56 23,08 14,31 118,07 860, ,28 INDONESIA 87,04 122,81 301,57 15,11 15,43 102,98 59,74 704,68 Nesparnas 2013 (Buku 2) 19
27 2.8. Rata-rata Pengeluaran Per Orang Per Perjalanan Menurut Provinsi Tujuan dan Jenis Pengeluaran Tahun 2012 (ribu rupiah) Tabel Provinsi Asal Akomodasi Makanan & Minuman Angkutan Jenis Pengeluaran Pertunjukan Hiburan, Jasa Rekreasi, pariwisata dan lainnya Kebudayaan Cinderamata/ Belanja Lainnya Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 01. Aceh 52,51 107,19 149,35 12,56-69,74 78,02 469, Sumatera Utara 105,29 150,58 250,62 34,44 0,78 98,80 52,26 692, Sumatera Barat 41,94 90,24 210,28 17,02 0,41 51,95 26,64 438, Riau 101,53 148,10 294,82 11,64 16,77 116,45 127,89 817, Jambi 6,73 75,99 140,78 4,68-74,36 31,66 334, Sumatera Selatan 41,15 123,66 292,64 12,71-60,99 60,95 592, Bengkulu 48,78 127,51 145,39 3,04-58,48 32,02 415, Lampung 12,83 103,94 200,34 6,92 3,53 35,06 100,81 463, Kep. Bangka Belitung 7,55 35,60 244,77 9,18 0,81 50,49 10,11 358, Kepulauan Riau 205,42 239,66 510,09 47,30 2,59 246,76 26, , DKI Jakarta 330,26 231,36 943,87 36,86 28,02 363,88 130, , Jawa Barat 102,29 121,11 266,92 22,67 25,93 91,60 48,69 679, Jawa Tengah 42,02 80,41 218,95 9,22 9,60 83,74 34,11 478, DI Yogyakarta 92,17 119,88 477,26 14,99 33,93 147,99 33,93 920, Jawa Timur 62,71 96,94 239,44 14,91 14,20 78,34 69,71 576, Banten 61,75 87,51 234,30 9,78 0,66 50,55 32,68 477, B a l i 212,87 113,96 299,55 17,35 72,36 118,85 33,87 868, Nusa Tenggara Barat 54,17 112,23 173,93 9,40 10,69 155,89 84,20 600, Nusa Tenggara Timur 45,46 95,41 185,09 1,00-45,49 19,73 392, Kalimantan Barat 62,74 154,95 515,41 29,40-140,81 34,77 938, Kalimantan Tengah 54,31 187,64 152,36 2,87 12,63 86,19 97,11 593, Kalimantan Selatan 31,09 118,05 212,62 7,39 6,30 65,97 46,46 487, Kalimantan Timur 85,51 214,89 489,32 8,21 5,66 67,38 88,72 959, Sulawesi Utara 46,49 186,79 268,83 3,55 22,71 176,70 142,00 847, Sulawesi Tengah 65,10 146,21 232,73 12,63 1,18 54,90 8,25 521, Sulawesi Selatan 93,44 124,51 326,40 6,95 35,16 117,57 95,47 799, Sulawesi Tenggara 60,89 93,98 203,78 1,90-25,49 16,00 402, Gorontalo 10,68 69,40 84,14 0,03 20,54 41,10 24,76 250, Sulawesi Barat 11,67 248,47 126,96-0,12 11,03 24,04 422, Maluku 29,33 188,96 546,36 4,82 7,86 42,45 101,39 921, Maluku Utara 117,77 277,42 390,99 0,64-60,77 38,16 885, Papua Barat 149,02 249, ,72 6,30-102,74 59, , Papua 74,06 178, ,52 17,31-240,29 143, ,72 INDONESIA 87,04 122,81 301,57 15,11 15,43 102,98 59,74 704,68 Nesparnas 2013 (Buku 2) 20
Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)
Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya
Lebih terperinciKata Pengantar KATA PENGANTAR
Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) 2017 ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas. Buku 2 ini menyajikan data yang lebih lengkap dan terperinci mengenai
Lebih terperinciKata Pengantar KATA PENGANTAR
2 Ne r a c asa t e l i tpa r i wi s a t ana s i o na l 201 6 KEMENTERI ANPARI WI SATA Websi t e:ht t p: / / www. kemenpar. go. i d ht t p: / / www. i ndonesi a. t r avel Emai l :pusdat i n@kemenpar. go.
Lebih terperinciBOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)
BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) IRIO memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa analisa. Kemampuan
Lebih terperinciSektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian
Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009* 2010** (1) (2) (3) (3) (4) (4) (5) (5) (6) (6) (7) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86
Lebih terperincigula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.
5. RANGKUMAN HASIL Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual
Lebih terperinci5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model
Lebih terperinciDAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009
ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT
Lebih terperinciTABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN
TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil
Lebih terperinciSINKRONISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN YANG BERBASIS DATA
SINKRONISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN YANG BERBASIS DATA Dr. Slamet Sutomo Deputi Kepala Badan Pusat Statistik Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS-Statistik Statistik Indonesia Forum Kepala Bappeda
Lebih terperinciV. MEMBANGUN DATA DASAR
V. MEMBANGUN DATA DASAR Sudah dikemukakan sebelumnya, di bagian metodologi bahwa sumber data utama yang digunakan dalam studi ini dalam rangka membangun Model CGE-Investasi Regional (CGE-IR) adalah Tabel
Lebih terperinciTABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN
TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)
Lebih terperinciJUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015
JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN NO PROVINSI LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 ACEH 197 435 632 2 SUMATERA UTARA 1,257 8,378 9,635 3 SUMATERA BARAT 116 476 592
Lebih terperinciPopulasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),
Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi
Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86
Lebih terperinciAntar Kerja Antar Daerah (AKAD)
Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Konsep Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) merujuk pada mobilitas pekerja antar wilayah administrasi dengan syarat pekerja melakukan pulang pergi seminggu sekali atau sebulan
Lebih terperinci2013, No.1531
11 2013,.1531 LAMPIRAN I DAFTAR PROVINSI DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI DI BIDANG PENANAMAN MODAL YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL
Lebih terperinci2012, No
2012,.1305 12 LAMPIRAN I PERATURAN DAFTAR PROVINSI DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI DI BIDANG PENANAMAN MODAL YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Model Input Output Koefisien teknis dalam Tabel Input Output menunjukkan kontribusi suatu sektor dalam pembentukan output total secara langsung. Besaran koefisien
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/08/Th.XVII, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015 Perekonomian
Lebih terperinciTABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011
TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529
Lebih terperinciLAPORAN STATISTIK KINERJA INDUSTRI INDONESIA 2018
LAPORAN STATISTIK KINERJA INDUSTRI INDONESIA 2018 METODOLOGI STATISTICAL REPORT iii BAB I PERTUMBUHAN INDUSTRI 1 BAB II PERTUMBUHAN INVESTASI 37 BAB III PERTUMBUHAN EKSPOR - IMPOR HASIL PERTANIAN 58 BAB
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No.21/04/Th.XIV, 1 April PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$14,40 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$14,40
Lebih terperinciVII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL. Indonesia ke luar negeri. Selama ini devisa di sektor pariwisata di Indonesia selalu
VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL 7.1. Neraca Pariwisata Jumlah penerimaan devisa melalui wisman maupun pengeluaran devisa melalui penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri tergantung
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI PROVINSI LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG NILAI TUKAR PETANI PROVINSI LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan Merupakan NTP tertinggi, dengan Angka 116,18 NTP Provinsi Lampung Oktober
Lebih terperinciANALISIS KETERKAITAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI LAMPUNG
ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI LAMPUNG (Linkage Analysis of The Agroindustry Sector on Economy In Lampung Province) Rendy Oktaliando, Agus Hudoyo, dan Achdiansyah
Lebih terperinciANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA
ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA Oleh : Azwar Harahap Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Lebih terperinciVI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku
VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,
Lebih terperinciII. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional
II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian
Lebih terperinciKeterangan * 2011 ** 2012 ***
Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKAN HUBUNGAN ANTARSEKTOR PEREKONOMIAN NASIONAL
ANALISIS KEBIJAKAN HUBUNGAN ANTARSEKTOR PEREKONOMIAN NASIONAL Saktyanu K. Dermoredjo Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 PENDAHULUAN Sesaat setelah
Lebih terperinciBerita Resmi Statistik
6 November 2017 2 Pelopor Data Statistik Terpercaya Untuk Semua Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Produk Domestik Bruto) Berita Resmi Statistik 6 November 2017 Indeks Tendensi Bisnis dan Indeks Tendensi Konsumen
Lebih terperinciI-O Multiplier Matrix. Dampak Thd Produksi Barang & Jasa (40,39) Dampak Thd Nilai Tambah Sektoral (19,54) Kesempatan Kerja (0,815) upah & Gaji (4,45)
Pengeluaran Inbound Tourist (int l+dom) (24,47) Pengeluaran Domestic/Local Tourist (0,60) Investasi Sektor (4,0) Pengeluaran Outbond Tourist (int l+dom) (0,20) Pengeluaran Promosi Untuk (pemerintah+swasta)
Lebih terperinciProduk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 30 /05/52/Th.VII, 02 Mei 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I TAHUN 2016 1. Pertumbuhan produksi
Lebih terperinci2
2 3 c. Pejabat Eselon III kebawah (dalam rupiah) NO. PROVINSI SATUAN HALFDAY FULLDAY FULLBOARD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. ACEH
Lebih terperinciJumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,
yang Tersedia pada Menurut, 2000-2015 2015 yang Tersedia pada ACEH 17 1278 2137 SUMATERA UTARA 111 9988 15448 SUMATERA BARAT 60 3611 5924 RIAU 55 4912 7481 JAMBI 29 1973 2727 SUMATERA SELATAN 61 4506 6443
Lebih terperinciPREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi
LAMPIRAN 1 PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013 Status Gizi No Provinsi Gizi Buruk (%) Gizi Kurang (%) 1 Aceh 7,9 18,4
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya
Lebih terperinciGrafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017 Ekonomi Provinsi Lampung Triwulan III- 2017 Tumbuh 5,21 Persen Melambat Dibandingkan Triwulan III- 2016 Perekonomian
Lebih terperinciGROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.
Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No.40/07/Th.XIV, 1 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$18,33 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$18,33 miliar atau
Lebih terperinci(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***
8 6 4 2 5.99 6.29 6.81 6.45 6.52 6.49 6.50 6.29 6.36 6.16 5.81 6.11 6.035.81 3.40 2.69 2.04 2.76 3.37 1.70 1.50 2.82 3.18 1.42 2.61 0-2 (1.42) (1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II 2010
Lebih terperinciANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI
ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN Biro Riset LMFEUI Data tahun 2007 memperlihatkan, dengan PDB sekitar Rp 3.957 trilyun, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar, yaitu Rp
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/05/18/Th.XVII, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,05 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN I-2015 Perekonomian Lampung triwulan I-2016
Lebih terperinciV. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung
Lebih terperinciPDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.
Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku
Lebih terperinciKLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997
KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KODE KETERANGAN 000 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 011 PERTANIAN TANAMAN PANGAN, TANAMAN PERKEBUNAN, DAN HORTIKULTURA 012 PETERNAKAN 013 KOMBINASI PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu
Lebih terperinciLampiran 1. Kode Sektor Sektor Eknonomi
263 Lampiran 1. Kode Sektor Sektor Eknonomi Kode Nama Sektor 1 Padi 2 Jagung 3 Ubi Kayu 4 Ubi-Ubian Lainnya 5 Kacang-kacangan 6 Sayuran dataran ttinggi 7 Sayuran dataran rendah 8 Jeruk 9 Pisang 10 Buah-buahan
Lebih terperinciBPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 04/04/18/Th. XI, 3 April 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NTP Provinsi Lampung Maret 2017 untuk masing-masing subsektor tercatat sebesar
Lebih terperinciBoks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007
Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 48/05/Th. XVIII, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL MENCAPAI US$13,08 MILIAR Nilai ekspor Indonesia April mencapai US$13,08
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010
BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciKETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR
KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR Keterkaitan Sektor Hulu dan Sektor Hilir Hasil dari analisis dengan menggunakan PCA menunjukkan sektor-sektor perekonomian pada bagian hulu dan sektor-sektor
Lebih terperinciBPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 04/10/18/Th. X, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NTP Provinsi Lampung September 2016 untuk masing-masing subsektor tercatat sebesar
Lebih terperinciRUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN
Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22
Lebih terperinciNusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.
LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT PADA TRIWULAN IV 2015 TUMBUH 11,98 PERSEN Sampai dengan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 52 /08/52/Th.VII, 01 Agustus 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II TAHUN 2016 1. Pertumbuhan
Lebih terperinciSISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016
BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu
Lebih terperinciJumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,
Menurut, 2000-2016 2015 ACEH 17 1.278 2.137 20 1.503 2.579 SUMATERA UTARA 111 9.988 15.448 116 10.732 16.418 SUMATERA BARAT 60 3.611 5.924 61 3.653 6.015 RIAU 55 4.912 7.481 58 5.206 7.832 JAMBI 29 1.973
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2017
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/05/18/Th.XIX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,11 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN I-2016 Perekonomian Lampung triwulan I-2017
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Average Length of Stay (Day) Per Visit. Growth (%)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian khususnya sektor jasa di Indonesia berlangsung sangat pesat. Salah satu sektor jasa yang menjadi andalan Indonesia adalah industri
Lebih terperinciLAPORAN STATISTIK KINERJA INDUSTRI INDONESIA 2017
LAPORAN STATISTIK KINERJA INDUSTRI INDONESIA 2017 METODOLOGI STATISTICAL REPORT iii BAB I PERTUMBUHAN INDUSTRI 1 BAB II PERTUMBUHAN INVESTASI 37 BAB III PERTUMBUHAN EKSPOR - IMPOR HASIL PERTANIAN 58 BAB
Lebih terperinciII. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional
II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi
Lebih terperinciKEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016
KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN 2017 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 PERKEMBANGAN SERAPAN ANGGARAN DITJEN. PERKEBUNAN TAHUN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 22/03/21/Th.XI 1 Maret PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI Pada Februari NTP di Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar 0,27 persen dibanding
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN DAN PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB PAJAK PADA
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 04/12/18/Th. IX, 1 Desember 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NTP Provinsi Lampung November 2015 untuk masing-masing subsektor tercatat sebesar
Lebih terperinciI-O Multiplier Matrix. Dampak Thd ProduksiBarang& Jasa(40,39) Dampak Thd Nilai Tambah Sektoral (19,54) Dampak Thd Kesempatan Kerja (0,815) Dampak Thd
PengeluaranInbound Tourist (int l+dom) (24,47) PengeluaranDomestic/Local Tourist (0,60) Investasi Sektor (4,0) PengeluaranOutbondTourist (int l+dom) (0,20) Pengeluaran Promosi Untuk (pemerintah+swasta)
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016.
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI No.81/10/21/Th. XI, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016. Pada September 2016 NTP di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 97,02
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 65/11/34/Th.XVII, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 5,57 PERSEN, LEBIH TINGGI
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI No.31/05/21/Th. XII, 2 Mei 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL 2017 Pada April 2017 NTP di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 98,12 mengalami
Lebih terperinciBAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
133 BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Struktur Perekonomian Kepulauan Bangka Belitung Sebelum Transformasi Untuk mengetahui struktur perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dilakukan analisis struktur
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Banyuwangi memiliki peran strategis dalam pembangunan daerah di Jawa Timur baik dari sisi ekonomi maupun letak geografis. Dari sisi geografis, Kabupaten Banyuwangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara
Lebih terperinciFungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154
ALOKASI ANGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR (Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Per Menurut Program dan Kegiatan) (ribuan rupiah) 1 010022 : DKI Jakarta 484,909,154
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL 2015
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI No. 37/05/21/Th. X, 4 Mei PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL Pada April NTP di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 98,69 mengalami penurunan sebesar
Lebih terperinci4. KONSTRUKSI DATA DASAR
4. KONSTRUKSI DATA DASAR Sumber data utama yang digunakan untuk membangun data dasar (data base) pada model CGE INDOTDL adalah Tabel I-O Indonesia tahun 2008. Model CGE INDOTDL merupakan model CGE yang
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/08/34/Th.XVII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2015 MENGALAMI KONTRAKSI 0,09 PERSEN,
Lebih terperinciPerkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA
Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Mudrajad Kuncoro Juli 2008 Peranan Masing- Masing Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 1995-2008* No. Cabang Industri Persen
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK
BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/08/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2009 Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI No. 24/03/21/Th.X, 2 Maret PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI Pada Februari NTP di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 100,54 mengalami kenaikan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.
KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun
Lebih terperinciMENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA
MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA 2010) Oleh : Dirjen Industri Kecil dan Menengah Disampaikan ik pada acara : Rapat Kerja Departemen
Lebih terperinciBPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/09/18/Th. XI, 4 September 2017 NTP Provinsi Lampung Agustus 2017 untuk masing-masing subsektor tercatat sebesar
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU JUNI 2015
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI No. 54/07/21/Th. X, 1 Juli PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU JUNI Pada Juni NTP di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 98,93 mengalami penurunan sebesar
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL OKTOBER 2013
BADAN PUSAT STATISTIK No. 87/12/Th. XVI, 2 Desember PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL OKTOBER A. PERKEMBANGAN PARIWISATA JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA OKTOBER MENCAPAI 719,9 RIBU
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR
BADAN PUSAT STATISTIK No. 24/04/Th. XIII, 1 April PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR FEBRUARI HARGA GROSIR NAIK 0,04 PERSEN, HARGA GROSIR BAHAN BAKU NAIK 0,05 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen
Lebih terperinciBPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05 PERSEN LEBIH TINGGI DIBANDING TAHUN
Lebih terperinci