Kata Pengantar KATA PENGANTAR
|
|
- Widyawati Hartanto
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2
3 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) 2017 ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas. Buku 2 ini menyajikan data yang lebih lengkap dan terperinci mengenai konsumsi wisatawan, investasi dan promosi pariwisata, dan dampaknya terhadap perekonomian nasional serta data-data lain terkait kepariwisataan di Indonesia. Tersedianya data yang lengkap dan berkesinambungan serta mutakhir sangat diperlukan untuk melihat perkembangan pariwisata Indonesia. Dalam penyusunan Nesparnas diperlukan data pariwisata baik dari sisi permintaan (demand) maupun penawaran (supply) serta data lainnya yang berkaitan dengan pariwisata. Secara umum, Nesparnas merupakan suatu sajian statistik dalam bentuk neraca dan matriks yang menggambarkan hubungan ekonomi, baik antara pelaku pariwisata dengan pelaku ekonomi lainnya maupun antar pelaku pariwisata sendiri. Nesparnas mendeskripsikan seluruh aktivitas ekonomi wisatawan, baik dalam hal permintaan (konsumsi) jasa pariwisata dan penunjangnya maupun dalam h al permintaan (konsumsi) produk jasa pariwisata. Untuk maksud tersebut maka disusun Buku 2 ini sebagai pelengkap buku 1 Nesparnas, yang memuat data-data pendukung dalam penyusunan Nesparnas, yang meliputi: (i) Konsumsi pariwisata dari wisatawan (wisnus, w isnas, dan wisman), investasi dan promosi pariwisata, serta dampak kegiatan pariwisata terhadap perekonomian nasional yang merupakan hasil penghitungan dengan Tabel I-O, (ii) Tenaga kerja yang terserap pada industri pariwisata, (iii) Wisatawan Nusantara (wisnus) yang terdiri dari jumlah perjalanan domestik yang dilakukan penduduk, rata-rata lama berpergian serta rata-rata pengeluaran, (iv) Wisatawan mancanegara (wisman), yang mencakup jumlah kunjungan wisman ke Indonesia, rata-rata pengeluaran mereka selama berada di Indonesia, dan rata-rata lama tinggal, ( v) Outbound, meliputi jumlah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan, ratarata pengeluaran mereka selama di luar negeri serta rata-rata pengeluaran mereka sebelum dan setelah dari luar negeri yang masih berkaitan dengan perjalanannya, i
4 Kata Pengantar (vi) usaha akomodasi yang terdiri dari jumlah usaha, jumlah pekerja, dan tingkat penghunian kamar hotel. Saran dan masukan sangat diharapkan guna meningkatkan kualitas dan cakupan dalam penyusunan Nesparnas di tahun-tahun mendatang. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengguna data. Jakarta, Desember 2017 Tim Penyusun ii
5 Tim Penyusun NERACA SATELIT PARIWISATA NASIONAL 2017 TIM PENYUSUN Penanggung Jawab Umum : Yunita Rusanti Penanggung Jawab Teknis : Titi Kanti Lestari Andriyatna Rubenta Editor : Titi Kanti Lestari Andriyatna Rubenta Rifa Rufiadi Penulis : Akhmad Tantowi Barudin Endang Suryani Pengolah Data/Penyiapan Draft : Suryani Widarta Suryadiningrat Wahyu Winarsih Pipit Helly Sorayan Nuryadin Indri Wahyu Susanti Dyah Soendari Eko Sriyanto Nur Indah Kristiani Rahmad Basuki Rina Indriani Beta Septi Iriani Rayinda Citra Utami Septia Awal Hidayah RR. Chamma Fitri Putri I Dewa Gede Richard Alan A Penerbit : Kementerian Pariwisata Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan ISBN : iii
6 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Halaman 1. KONSUMSI DAN DAMPAK Tabel 1.1. Konsumsi Wisatawan, Investasi dan Belanja Pemerintah dan Swasta Tahun 2016 (miliar rupiah)... 1 Tabel 1.2. Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap Output Tahun 2016 (miliar rupiah)... 3 Tabel 1.3. Tabel 1.4. Tabel 1.5. Tabel 1.6. Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap NTB Tahun 2016 (miliar rupiah)... 5 Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap Pajak Atas Produk Neto Tahun 2016 (miliar rupiah)... 7 Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap Kompensasi Tenaga Kerja Tahun 2016 (miliar rupiah)... 9 Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap Pajak Atas Produksi Neto Tahun 2016 (miliar rupiah) TENAGA KERJA USAHA PARIWISATA Tabel 2.1 Tabel 2.2 Penduduk yang Bekerja di Sektor Pariwisata Menurut Kategori Lapangan Usaha, Tahun Penduduk yang Bekerja di Sektor Pariwisata Menurut Wilayah Tempat Tinggal, Tahun iv
7 Daftar Tabel Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Penduduk yang Bekerja di Sektor Pariwisata Menurut Jenis Kelamin, Tahun Penduduk yang Bekerja di Sektor Pariwisata Menurut Kelompok Umur, Tahun Penduduk yang Bekerja di Sektor Pariwisata Menurut Kelompok Umur, Tahun Penduduk yang Bekerja di Sektor Pariwisata Menurut Kelompok Umur, Tahun WISNUS (Wisatawan Nusantara) Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal Tahun Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal dan Jenis Kelamin Tahun Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk, Menurut Provinsi Asal dan Kelompok Umur Tahun Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal dan Pendidikan yang Ditamatkan Tahun Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal dan Maksud Kunjungan Tahun Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal dan Provinsi Tujuan Tahun Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Tujuan Tahun v
8 Daftar Tabel Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Rata-rata Lama Bepergian Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal dan Tujuan Utama, Tahun Rata-rata Pengeluaran Per Orang Per Perjalanan Menurut Provinsi Asal dan Jenis Pengeluaran, Tahun 2016 (ribu rupiah) Rata-rata Pengeluaran Per Orang Per Perjalanan Menurut Provinsi Tujuan dan Jenis Pengeluaran, Tahun 2016 (ribu rupiah) WISMAN (Wisatawan Mancanegara) Tabel 4.1 Jumlah Wisman Menurut Negara Tempat Tinggal Tahun Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Jumlah Wisman Menurut Negara Tempat Tinggal dan Bulan Kedatangan, Tahun Distribusi Pengeluaran Wisman Menurut Jenis Pengeluaran, Tahun Rata-rata Pengeluaran Wisman Per Kunjungan Menurut Negara Tempat Tinggal, Tahun Rata-rata Lama Tinggal Wisman Menurut Negara Tempat Tinggal, Tahun Rata-rata Pengeluaran Wisman Per Hari Menurut Negara Tempat Tinggal Tahun OUTBOUND (Penduduk Indonesia yang Pergi ke Luar Negeri) Tabel 5.1 Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Indonesia yang Melakukan Perjalanan ke Luar Negeri Menurut Pintu Keluar, Tahun Distribusi Pengeluaran Penduduk Indonesia yang Melakukan Perjalanan ke Luar Negeri Menurut Jenis Pengeluaran, Tahun vi
9 Daftar Tabel Tabel 5.3 Struktur Pengeluaran Penduduk Indonesia yang Melakukan Perjalanan ke Luar Negeri Menurut Kategori Pengeluaran dan Produk Barang dan Jasa yang Dikonsumsi, Tahun USAHA AKOMODASI a. BANYAKNYA USAHA AKOMODASI Tabel Banyaknya Usaha Akomodasi di Indonesia Menurut Provinsi dan Kelas Hotel, Tahun Tabel Banyaknya Kamar Usaha Akomodasi di Indonesia Menurut Provinsi dan Kelas Hotel, Tahun Tabel Banyaknya Tempat Tidur Usaha Akomodasi di Indonesia Menurut Provinsi dan Kelas Hotel, Tahun Tabel Rata-rata Tamu Per Hari Usaha Akomodasi di Indonesia Menurut Provinsi dan Kelas Hotel, Tahun Tabel Banyaknya Tenaga Kerja Usaha Akomodasi di Indonesia Menurut Provinsi dan Kelas Hotel, Tahun b. TPK (Tingkat Penghunian Kamar) dan Rata-rata Lama Menginap Tabel Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang Menurut Provinsi dan Kelas Hotel, Tahun Tabel Tingkat Penghunian Kamar Hotel Non Berbintang Menurut Provinsi dan Kelompok Kamar, Tahun vii
10 Daftar Tabel Tabel Tingkat Pemakaian Tempat Tidur Hotel Berbintang Menurut Provinsi dan Kelas Hotel, Tahun Tabel Tingkat Pemakaian Tempat Tidur Hotel Non Berbintang Menurut Provinsi dan Kelompok Kamar, Tahun Tabel Rata-rata Lama Menginap Tamu Hotel Berbintang Menurut Provinsi dan Kelas Hotel, Tahun Tabel Rata-rata Lama Menginap Tamu Hotel Non Berbintang Menurut Provinsi dan Kelompok Kamar, Tahun viii
11 Tabel 1.1. Konsumsi Wisatawan, Investasi dan Belanja Pemerintah dan Swasta Tahun 2016 (miliar rupiah) No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Padi Tanaman kacang-kacangan 21, ,2 3. Jagung 8, ,6 4. Tanaman umbi-umbian 25, ,2 5. Sayur-sayuran dan buah-buahan 1.592, , ,9 6. Tanaman bahan makanan lainnya 29,9-22, ,9 7. Karet Tebu Kelapa Kelapa sawit Tembakau Kopi Teh Cengkeh Hasil tanaman serat Tanaman perkebunan lainnya Tanaman lainnya Peternakan Pemotongan hewan 120,8 9,4 45, ,5 20. Unggas dan hasil-hasilnya 130,8 10,2 49, ,1 21. Kayu Hasil hutan lainnya Perikanan 1.583, ,4 Penambangan batubara dan bijih 24. logam Penambangan minyak, gas dan 25. panas bumi Penambangan dan penggalian 26. lainnya Industri pengolahan dan pengawetan makanan 2.264,3 176,9 849, ,6 28. Industri minyak dan lemak Industri penggilingan padi Industri tepung, segala jenis 696,5 117,9 566, ,7 31. Industri gula 2.342,7 113,2 656, ,8 32. Industri makanan lainnya 2.898,2 144,2 831, ,6 33. Industri minuman 2.768,2 149,1 661, ,6 34. Industri rokok 1.586,9 107,3 431, ,1 35. Industri pemintalan 4.008,2 125,4 530, ,9 1
12 Tabel 1.1. Lanjutan No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 36. Industri tekstil, pakaian dan kulit , , , , ,1 37. Industri bambu, kayu dan rotan 9.542,0 703, , , ,3 38. Industri kertas, barang dari kertas dan karton 1.548,8-204, ,4 39. Industri pupuk dan pestisida Industri kimia 162,8 51,0 751, ,0 41. Pengilangan minyak bumi ,8 196, ,6 42. Industri barang karet dan plastik 4.180, ,4 43. Industri barang-barang dari mineral bukan logam 651,2 203, , ,9 44. Industri semen Industri dasar besi dan baja Industri logam dasar bukan besi Industri barang dari logam Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 2.051,3 59, , , ,8 49. Industri alat pengangkutan dan perbaikannya , ,2 50. Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 3.809,5 110, , ,6 51. Listrik, gas dan air bersih Bangunan , ,2 53. Perdagangan Penyediaan Akomodasi ,0 95, , ,9 55. Penyediaan Makan dan Minum , , , ,1 56. Angkutan kereta api 1.239, , ,3 57. Angkutan darat , , , ,6 58. Angkutan air 6.579, , ,6 59. Angkutan udara , , ,3 60. Jasa penunjang angkutan 4.678, , , ,4 61. Jasa Pos dan Kurir 1.169,7 257,7 462, ,7 62. Komunikasi 3.882, , ,5 63. Lembaga keuangan 1.459, , ,9 64. Jasa Real Estat 298,1-177, ,8 65. Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 631,2-376, ,5 66. Jasa Persewaan dan Jasa Penunjang Usaha 824,1-491, ,4 67. Pemerintahan umum dan pertahanan , ,3 68. Jasa sosial kemasyarakatan 1.107,3-613, ,3 69. Jasa Kesenian, Hiburan dan Rekreasi 6.394, , ,5 70. Jasa Lainnya 3.579,9-272, ,5 TOTAL , , , , , ,2 2
13 Tabel 1.2. Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap Output Tahun 2016 (miliar rupiah) No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Padi 4.351,8 78, ,8 136,5 54, ,4 2. Tanaman kacang-kacangan 426,8 11,0 298,2 8,7 3,7 748,4 3. Jagung 1.126,0 39,1 924,5 32,0 9, ,4 4. Tanaman umbi-umbian 1.144,1 26, ,4 28,7 13, ,8 5. Sayur-sayuran dan buah-buahan 6.163,9 90, ,8 139,2 52, ,4 6. Tanaman bahan makanan lainnya 36,5 0,1 30,3 0,2 0,0 67,1 7. Karet 1.695,5 19,2 306, ,7 19, ,5 8. Tebu 711,1 28,9 341,9 26,5 3, ,6 9. Kelapa 818,9 26,9 502,9 27,4 6, ,0 10. Kelapa sawit 1.408,9 35, ,5 176,4 17, ,3 11. Tembakau 50,1 3,2 20,6 0,1 0,0 74,0 12. Kopi 265,7 8,1 184,4 5,9 2,0 466,1 13. Teh 43,8 1,5 28,0 0,8 0,3 74,4 14. Cengkeh 136,7 7,1 72,7 8,0 0,7 225,2 15. Hasil tanaman serat 6,8 0,4 2,5 2,0 0,0 11,7 16. Tanaman perkebunan lainnya 1.004,2 37,0 718,7 65,2 8, ,3 17. Tanaman lainnya 1.281,0 19, ,7 164,6 13, ,8 18. Peternakan 1.184,2 28, ,0 52,5 11, ,9 19. Pemotongan hewan 4.737,6 92, ,2 145,8 54, ,2 20. Unggas dan hasil-hasilnya 3.042,4 59, ,7 74,8 36, ,7 21. Kayu 1.898,6 130, , ,1 23, ,0 22. Hasil hutan lainnya 593,9 37,4 383,4 872,9 5, ,1 23. Perikanan 6.946,4 131, ,4 111,6 60, ,6 Penambangan batubara dan bijih 24. logam 891,2 44,8 755, ,5 31, ,2 Penambangan minyak, gas dan 25. panas bumi ,9 348, , ,6 173, ,9 Penambangan dan penggalian 26. lainnya 446,0 24,8 383, ,5 20, ,5 27. Industri pengolahan dan pengawetan makanan 5.487,2 232, ,9 68,9 35, ,2 28. Industri minyak dan lemak 3.042,7 70, ,4 92,3 34, ,5 29. Industri penggilingan padi 5.373,0 93, ,2 127,8 68, ,0 30. Industri tepung, segala jenis 6.107,9 280, ,3 234,5 56, ,0 31. Industri gula 4.000,3 166, ,9 150,9 16, ,8 32. Industri makanan lainnya 9.195,9 282, ,0 202,0 68, ,4 33. Industri minuman 3.952,5 173, ,4 36,8 13, ,9 34. Industri rokok 1.941,6 123,5 796,2 2,6 1, ,1 35. Industri pemintalan 7.662,7 296, ,3 467,0 4, ,2 3
14 Tabel 1.2. Lanjutan No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 36. Industri tekstil, pakaian dan kulit , , , ,0 38, ,0 37. Industri bambu, kayu dan rotan ,1 823, , ,4 23, ,1 38. Industri kertas, barang dari kertas dan karton 4.000,8 55, , ,2 660, ,0 39. Industri pupuk dan pestisida 600,7 13,6 534,2 48,1 8, ,2 40. Industri kimia 4.647,9 217, , ,9 126, ,8 41. Pengilangan minyak bumi ,0 717, , ,8 334, ,1 42. Industri barang karet dan plastik 6.712,9 65, , ,5 80, ,5 43. Industri barang-barang dari mineral bukan logam 1.565,9 249, , ,3 59, ,7 44. Industri semen 124,8 7,7 105, ,5 10, ,8 45. Industri dasar besi dan baja 338,6 17,4 287, ,4 16, ,8 46. Industri logam dasar bukan besi 386,0 14,5 290, ,3 14, ,6 47. Industri barang dari logam 876,3 40,2 680, ,3 40, ,1 48. Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 4.165,2 135, , ,7 64, ,8 49. Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 2.663,2 107, , ,1 49, ,5 50. Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 5.425,7 128, ,0 376,9 31, ,7 51. Listrik, gas dan air bersih 5.306,6 198, , ,8 190, ,1 52. Bangunan 3.355,5 181, , ,3 314, ,1 53. Perdagangan ,2 724, , ,5 433, ,5 54. Penyediaan Akomodasi ,7 114, ,9 476,4 204, ,6 55. Penyediaan Makan dan Minum , , , ,6 837, ,4 56. Angkutan kereta api 1.275,0 1, ,5 34,6 6, ,5 57. Angkutan darat , , , ,7 362, ,4 58. Angkutan air 7.638,3 105, ,5 297,6 23, ,5 59. Angkutan udara ,9 53, ,4 366,9 198, ,9 60. Jasa penunjang angkutan 9.044, , ,9 349,4 53, ,5 61. Jasa Pos dan Kurir 1.297,6 262,8 549,9 172,8 6, ,3 62. Komunikasi ,9 232, , ,6 331, ,4 63. Lembaga keuangan 7.566,9 199, , ,1 493, ,0 64. Jasa Real Estat 857,0 20,5 553,1 428,8 15, ,6 65. Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 1.703,5 38, , ,0 68, ,2 66. Jasa Persewaan dan Jasa Penunjang Usaha 4.748,6 107, , ,3 133, ,1 67. Pemerintahan umum dan pertahanan 1.144,2 22,5 859,0 757, , ,1 68. Jasa sosial kemasyarakatan 1.550,7 14,7 941,2 353,3 46, ,7 69. Jasa Kesenian, Hiburan dan Rekreasi 6.492,9 0, ,6 2,4 0, ,3 70. Jasa Lainnya 5.361,8 8,3 560,0 219,1 4, ,8 TOTAL , , , , , ,4 4
15 Tabel 1.3. Dampak Ekonomi Pariwisata Terhdap NTB Tahun 2016 (miliar rupiah) No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Padi 3.807,3 68, ,3 119,4 47, ,7 2. Tanaman kacang-kacangan 324,3 8,4 226,6 6,6 2,8 568,8 3. Jagung 957,0 33,2 785,7 27,2 8, ,5 4. Tanaman umbi-umbian 951,7 21,7 846,2 23,9 11, ,8 5. Sayur-sayuran dan buah-buahan 5.544,5 80, ,3 125,2 47, ,2 6. Tanaman bahan makanan lainnya 34,4 0,1 28,6 0,2 0,0 63,3 7. Karet 1.451,0 16,4 262,1 933,5 16, ,0 8. Tebu 524,6 21,3 252,3 19,5 2,4 820,1 9. Kelapa 740,7 24,3 454,8 24,8 6, ,9 10. Kelapa sawit 1.068,5 27,2 859,6 133,8 13, ,5 11. Tembakau 35,6 2,3 14,6 0,0 0,0 52,5 12. Kopi 222,9 6,8 154,7 4,9 1,7 391,0 13. Teh 35,7 1,2 22,8 0,7 0,2 60,7 14. Cengkeh 121,1 6,3 64,4 7,1 0,7 199,5 15. Hasil tanaman serat 5,7 0,3 2,1 1,7 0,0 9,9 16. Tanaman perkebunan lainnya 861,1 31,7 616,3 55,9 7, ,1 17. Tanaman lainnya 1.058,7 15, ,6 136,0 11, ,3 18. Peternakan 938,8 22,7 861,8 41,6 9, ,1 19. Pemotongan hewan 1.805,7 35, ,5 55,6 20, ,9 20. Unggas dan hasil-hasilnya 1.874,1 36, ,8 46,1 22, ,9 21. Kayu 1.630,9 112, , ,9 19, ,9 22. Hasil hutan lainnya 508,4 32,0 328,2 747,3 4, ,6 23. Perikanan 5.902,3 111, ,8 94,8 51, ,2 Penambangan batubara dan bijih 24. logam 639,1 32,1 541, ,7 22, ,1 Penambangan minyak, gas dan 25. panas bumi 7.913,6 254, , ,1 126, ,4 Penambangan dan penggalian 26. lainnya 363,5 20,2 312, ,8 16, ,9 27. Industri pengolahan dan pengawetan makanan 1.753,2 74, ,1 22,0 11, ,0 28. Industri minyak dan lemak 1.074,0 25,0 880,8 32,6 12, ,6 29. Industri penggilingan padi 1.169,9 20, ,9 27,8 14, ,0 30. Industri tepung, segala jenis 1.793,8 82, ,8 68,9 16, ,6 31. Industri gula 1.080,5 44,8 508,0 40,7 4, ,7 32. Industri makanan lainnya 2.734,2 84, ,9 60,1 20, , ,2 64,9 Industri minuman 715,4 13,7 5, ,2 34. Industri rokok 1.050,0 66,8 430,6 1,4 0, ,4 35. Industri pemintalan 2.379,2 92,1 445,3 145,0 1, ,1 5
16 Tabel 1.3. Lanjutan No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 36. Industri tekstil, pakaian dan kulit ,7 628, , ,8 16, ,0 37. Industri bambu, kayu dan rotan 4.781,9 348, , ,9 10, ,0 38. Industri kertas, barang dari kertas dan karton 1.353,0 18,8 543,7 434,3 223, ,2 39. Industri pupuk dan pestisida 228,1 5,2 202,9 18,3 3,3 457,8 40. Industri kimia 1.568,8 73, , ,2 42, ,4 41. Pengilangan minyak bumi ,5 332, , ,4 154, ,6 42. Industri barang karet dan plastik 1.773,2 17,4 307, ,6 21, ,3 43. Industri barang-barang dari mineral bukan logam 640,5 102, , ,8 24, ,8 44. Industri semen 39,7 2,5 33, ,4 3, ,5 45. Industri dasar besi dan baja 94,7 4,9 80, ,1 4, ,9 46. Industri logam dasar bukan besi 90,4 3,4 67,9 633,4 3,4 798,6 47. Industri barang dari logam 310,9 14,3 241, ,4 14, ,6 48. Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 1.118,8 36,4 811, ,9 17, ,1 49. Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 1.291,7 52,3 700, ,6 24, ,0 50. Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 1.896,4 45, ,3 131,7 10, ,4 51. Listrik, gas dan air bersih 1.467,3 55, , ,7 52, ,5 52. Bangunan 1.154,9 62,4 805, ,5 108, ,5 53. Perdagangan ,7 489, , ,0 293, ,2 54. Penyediaan Akomodasi ,0 68, ,5 287,5 123, ,3 55. Penyediaan Makan dan Minum ,5 467, ,7 589,1 360, ,0 56. Angkutan kereta api 471,6 0,4 507,7 12,8 2,4 994,9 57. Angkutan darat ,5 810, , ,9 178, ,2 58. Angkutan air 2.478,6 34,3 492,8 96,6 7, ,8 59. Angkutan udara ,7 17, ,1 121,2 65, ,2 60. Jasa penunjang angkutan 5.260,0 650, ,5 203,2 31, ,1 61. Jasa Pos dan Kurir 684,7 138,6 290,2 91,2 3, ,9 62. Komunikasi 6.986,5 144, , ,3 206, ,7 63. Lembaga keuangan 5.476,6 144, , ,2 357, ,6 64. Jasa Real Estat 708,6 16,9 457,3 354,6 12, ,0 65. Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 943,2 21,5 627,2 920,3 37, ,0 66. Jasa Persewaan dan Jasa Penunjang Usaha 2.974,8 67, ,4 835,9 83, ,0 67. Pemerintahan umum dan pertahanan 709,9 14,0 532,9 470, , ,5 68. Jasa sosial kemasyarakatan 902,7 8,6 547,9 205,7 27, ,0 69. Jasa Kesenian, Hiburan dan Rekreasi 2.485,3 0, ,3 0,9 0, ,6 70. Jasa Lainnya 2.728,3 4,2 284,9 111,5 2, ,3 TOTAL , , , , , ,3 6
17 Tabel 1.4. Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap Pajak Atas Produk Neto Tahun 2016 (miliar rupiah) No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Padi (129,1) (2,3) (135,7) (4,0) (1,6) (272,8) 2. Tanaman kacang-kacangan (27,3) (0,7) (19,1) (0,6) (0,2) (47,9) 3. Jagung (38,6) (1,3) (31,7) (1,1) (0,3) (73,0) 4. Tanaman umbi-umbian (36,9) (0,8) (32,8) (0,9) (0,4) (71,8) 5. Sayur-sayuran dan buah-buahan (195,1) (2,8) (197,3) (4,4) (1,7) (401,3) 6. Tanaman bahan makanan lainnya (0,8) (0,0) (0,7) (0,0) (0,0) (1,5) 7. Karet (16,9) (0,2) (3,1) (10,9) (0,2) (31,3) 8. Tebu (70,2) (2,9) (33,8) (2,6) (0,3) (109,8) 9. Kelapa (8,5) (0,3) (5,2) (0,3) (0,1) (14,4) 10. Kelapa sawit (11,8) (0,3) (9,5) (1,5) (0,1) (23,3) 11. Tembakau (6,2) (0,4) (2,5) (0,0) (0,0) (9,1) 12. Kopi (2,5) (0,1) (1,7) (0,1) (0,0) (4,3) 13. Teh (0,4) (0,0) (0,3) (0,0) (0,0) (0,7) 14. Cengkeh (0,8) (0,0) (0,5) (0,0) (0,0) (1,4) 15. Hasil tanaman serat (0,1) (0,0) (0,1) (0,0) (0,0) (0,2) 16. Tanaman perkebunan lainnya (12,6) (0,5) (9,0) (0,8) (0,1) (23,0) 17. Tanaman lainnya (40,3) (0,6) (64,3) (5,2) (0,4) (110,8) 18. Peternakan 0,4 0,0 0,3 0,0 0,0 0,7 19. Pemotongan hewan 5,2 0,1 5,2 0,2 0,1 10,7 20. Unggas dan hasil-hasilnya 5,0 0,1 5,4 0,1 0,1 10,7 21. Kayu 3,0 0,2 2,1 6,1 0,0 11,5 22. Hasil hutan lainnya 0,4 0,0 0,3 0,6 0,0 1,2 23. Perikanan (32,7) (0,6) (22,1) (0,5) (0,3) (56,2) Penambangan batubara dan bijih 24. logam 5,2 0,3 4,4 26,5 0,2 36,5 Penambangan minyak, gas dan 25. panas bumi 17,9 0,6 5,5 8,5 0,3 32,8 Penambangan dan penggalian 26. lainnya 0,6 0,0 0,5 7,5 0,0 8,6 27. Industri pengolahan dan pengawetan makanan 11,4 0,5 10,0 0,1 0,1 22,1 28. Industri minyak dan lemak 1,9 0,0 1,6 0,1 0,0 3,6 29. Industri penggilingan padi 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 30. Industri tepung, segala jenis 70,9 3,3 63,5 2,7 0,7 141,1 31. Industri gula 20,9 0,9 9,8 0,8 0,1 32,4 32. Industri makanan lainnya 28,8 0,9 20,0 0,6 0,2 50,6 33. Industri minuman 30,2 1,3 14,6 0,3 0,1 46,5 34. Industri rokok 73,6 4,7 30,2 0,1 0,0 108,7 35. Industri pemintalan 82,4 3,2 15,4 5,0 0,0 106,1 7
18 Tabel 1.4. Lanjutan No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 36. Industri tekstil, pakaian dan kulit 116,4 6,8 37,2 22,2 0,2 182,8 37. Industri bambu, kayu dan rotan 16,3 1,2 11,9 19,8 0,0 49,3 38. Industri kertas, barang dari kertas dan karton 42,5 0,6 17,1 13,6 7,0 80,7 39. Industri pupuk dan pestisida 9,1 0,2 8,1 0,7 0,1 18,3 40. Industri kimia 79,6 3,7 52,8 91,1 2,2 229,4 41. Pengilangan minyak bumi 25,9 0,8 6,5 8,9 0,4 42,5 42. Industri barang karet dan plastik 58,9 0,6 10,2 38,4 0,7 108,8 43. Industri barang-barang dari mineral bukan logam 2,3 0,4 5,4 14,8 0,1 22,9 44. Industri semen 0,9 0,1 0,8 30,2 0,1 32,0 45. Industri dasar besi dan baja 3,2 0,2 2,7 48,4 0,2 54,6 46. Industri logam dasar bukan besi 6,3 0,2 4,8 44,3 0,2 55,8 47. Industri barang dari logam 11,8 0,5 9,2 113,1 0,5 135,2 48. Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 114,5 3,7 83,1 306,8 1,8 509,9 49. Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 42,8 1,7 23,2 170,9 0,8 239,5 50. Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 72,2 1,7 61,4 5,0 0,4 140,8 51. Listrik, gas dan air bersih 5,0 0,2 4,0 3,5 0,2 12,9 52. Bangunan 23,9 1,3 16,6 894,5 2,2 938,6 53. Perdagangan (133,2) (4,6) (96,4) (109,4) (2,8) (346,3) 54. Penyediaan Akomodasi 202,7 0,9 571,4 3,8 1,6 780,4 55. Penyediaan Makan dan Minum 309,4 5,9 190,1 7,5 4,6 517,5 56. Angkutan kereta api (1,4) (0,0) (1,5) (0,0) (0,0) (2,9) 57. Angkutan darat (242,1) (19,6) (125,0) (73,9) (4,3) (464,9) 58. Angkutan air (197,9) (2,7) (39,4) (7,7) (0,6) (248,4) 59. (1.332,1 Angkutan udara ) (1,9) (509,3) (12,8) (7,0) (1.863,1) 60. Jasa penunjang angkutan 25,1 3,1 8,2 1,0 0,1 37,5 61. Jasa Pos dan Kurir 2,6 0,5 1,1 0,4 0,0 4,6 62. Komunikasi 22,7 0,5 14,8 6,9 0,7 45,5 63. Lembaga keuangan 22,3 0,6 16,7 10,3 1,5 51,3 64. Jasa Real Estat 1,4 0,0 0,9 0,7 0,0 3,0 65. Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 8,6 0,2 5,7 8,4 0,3 23,3 66. Jasa Persewaan dan Jasa Penunjang Usaha 17,1 0,4 9,8 4,8 0,5 32,5 67. Pemerintahan umum dan pertahanan 4,9 0,1 3,7 3,3 45,5 57,6 68. Jasa sosial kemasyarakatan 9,7 0,1 5,9 2,2 0,3 18,1 69. Jasa Kesenian, Hiburan dan Rekreasi 75,0 0,0 113,1 0,0 0,0 188,1 70. Jasa Lainnya 35,5 0,1 3,7 1,5 0,0 40,8 TOTAL (811,1) 9,6 148, ,2 53, ,4 8
19 Tabel 1.5. Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap Kompensasi Tenaga Kerja Tahun 2016 (miliar rupiah) No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Padi 795,1 14,4 836,0 24,9 10, ,4 2. Tanaman kacang-kacangan 57,7 1,5 40,3 1,2 0,5 101,2 3. Jagung 152,3 5,3 125,1 4,3 1,3 288,4 4. Tanaman umbi-umbian 153,3 3,5 136,3 3,8 1,8 298,8 5. Sayur-sayuran dan buah-buahan 938,2 13,7 949,0 21,2 8, ,1 6. Tanaman bahan makanan lainnya 6,1 0,0 5,1 0,0 0,0 11,2 7. Karet 546,1 6,2 98,7 351,3 6, ,7 8. Tebu 140,1 5,7 67,4 5,2 0,6 219,0 9. Kelapa 174,4 5,7 107,1 5,8 1,5 294,5 10. Kelapa sawit 384,6 9,8 309,4 48,2 4,8 756,7 11. Tembakau 11,1 0,7 4,6 0,0 0,0 16,4 12. Kopi 66,1 2,0 45,9 1,5 0,5 116,0 13. Teh 13,9 0,5 8,9 0,3 0,1 23,6 14. Cengkeh 30,5 1,6 16,2 1,8 0,2 50,3 15. Hasil tanaman serat 0,9 0,1 0,3 0,3 0,0 1,6 16. Tanaman perkebunan lainnya 207,9 7,7 148,8 13,5 1,7 379,5 17. Tanaman lainnya 269,5 4,0 430,6 34,6 2,8 741,5 18. Peternakan 355,3 8,6 326,1 15,8 3,5 709,2 19. Pemotongan hewan 508,6 9,9 510,0 15,7 5, ,1 20. Unggas dan hasil-hasilnya 663,0 12,9 719,5 16,3 8, ,6 21. Kayu 374,0 25,8 267,6 768,7 4, ,7 22. Hasil hutan lainnya 116,6 7,3 75,3 171,4 1,1 371,7 23. Perikanan 1.171,6 22,2 790,6 18,8 10, ,4 Penambangan batubara dan bijih 24. logam 113,6 5,7 96,3 577,9 4,0 797,5 Penambangan minyak, gas dan 25. panas bumi 835,3 26,9 256,8 396,4 13, ,7 Penambangan dan penggalian 26. lainnya 131,1 7,3 112, ,3 6, ,5 27. Industri pengolahan dan pengawetan makanan 426,1 18,1 371,7 5,4 2,8 824,0 28. Industri minyak dan lemak 272,1 6,3 223,1 8,3 3,1 512,9 29. Industri penggilingan padi 306,2 5,3 326,6 7,3 3,9 649,2 30. Industri tepung, segala jenis 495,0 22,7 442,8 19,0 4,6 984,1 31. Industri gula 354,4 14,7 166,6 13,4 1,5 550,6 32. Industri makanan lainnya 811,9 25,0 565,0 17,8 6, ,8 33. Industri minuman 690,0 30,3 334,4 6,4 2, ,5 34. Industri rokok 340,8 21,7 139,8 0,5 0,2 502,9 35. Industri pemintalan 561,2 21,7 105,0 34,2 0,3 722,5 9
20 Tabel 1.5. Lanjutan No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 36. Industri tekstil, pakaian dan kulit 3.639,0 211, ,8 694,8 5, ,5 37. Industri bambu, kayu dan rotan 1.255,9 91,4 911, ,2 2, ,4 38. Industri kertas, barang dari kertas dan karton 424,6 5,9 170,6 136,3 70,1 807,5 39. Industri pupuk dan pestisida 86,1 2,0 76,6 6,9 1,2 172,8 40. Industri kimia 534,6 25,0 354,4 611,8 14, ,4 41. Pengilangan minyak bumi 2.814,7 87,0 709,1 973,7 40, ,1 42. Industri barang karet dan plastik 580,5 5,7 100,5 378,6 6, ,3 43. Industri barang-barang dari mineral bukan logam 227,5 36,3 539, ,0 8, ,2 44. Industri semen 13,4 0,8 11,3 436,2 1,1 462,9 45. Industri dasar besi dan baja 18,8 1,0 15,9 283,2 0,9 319,9 46. Industri logam dasar bukan besi 18,6 0,7 14,0 130,6 0,7 164,6 47. Industri barang dari logam 90,6 4,2 70,4 867,1 4, ,5 48. Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 415,6 13,5 301, ,2 6, ,2 49. Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 413,2 16,7 224, ,9 7, ,5 50. Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 742,8 17,6 631,1 51,6 4, ,4 51. Listrik, gas dan air bersih 330,3 12,4 267,1 234,3 11,9 855,9 52. Bangunan 461,6 24,9 322, ,3 43, ,1 53. Perdagangan 4.092,8 141, , ,7 84, ,1 54. Penyediaan Akomodasi 4.055,3 18, ,5 75,3 32, ,5 55. Penyediaan Makan dan Minum 9.006,3 172, ,4 217,7 133, ,3 56. Angkutan kereta api 372,7 0,3 401,2 10,1 1,9 786,2 57. Angkutan darat 3.291,7 266, , ,0 58, ,0 58. Angkutan air 881,9 12,2 175,3 34,4 2, ,5 59. Angkutan udara 5.121,6 7, ,2 49,4 26, ,1 60. Jasa penunjang angkutan 1.921,3 237,5 627,7 74,2 11, ,2 61. Jasa Pos dan Kurir 235,7 47,7 99,9 31,4 1,1 415,9 62. Komunikasi 1.927,3 39, ,4 582,7 57, ,4 63. Lembaga keuangan 1.674,7 44, ,9 774,6 109, ,5 64. Jasa Real Estat 38,6 0,9 24,9 19,3 0,7 84,5 65. Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 206,3 4,7 137,2 201,3 8,2 557,8 66. Jasa Persewaan dan Jasa Penunjang Usaha 1.147,4 25,9 661,7 322,4 32, ,7 67. Pemerintahan umum dan pertahanan 631,6 12,4 474,2 418, , ,1 68. Jasa sosial kemasyarakatan 666,9 6,3 404,7 151,9 20, ,0 69. Jasa Kesenian, Hiburan dan Rekreasi 1.164,4 0, ,2 0,4 0, ,1 70. Jasa Lainnya 1.587,3 2,5 165,8 64,9 1, ,8 TOTAL , , , , , ,6 10
21 Tabel 1.6. Dampak Ekonomi Pariwisata Terhadap Pajak Atas Produksi Neto Tahun 2016 (miliar rupiah) No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Padi 25,3 0,5 26,6 0,8 0,3 53,5 2. Tanaman kacang-kacangan 2,6 0,1 1,8 0,1 0,0 4,6 3. Jagung 9,3 0,3 7,6 0,3 0,1 17,6 4. Tanaman umbi-umbian 6,5 0,1 5,7 0,2 0,1 12,6 5. Sayur-sayuran dan buah-buahan 37,7 0,6 38,2 0,9 0,3 77,7 6. Tanaman bahan makanan lainnya 0,4 0,0 0,3 0,0 0,0 0,7 7. Karet 16,2 0,2 2,9 10,4 0,2 29,9 8. Tebu 4,3 0,2 2,0 0,2 0,0 6,6 9. Kelapa 8,9 0,3 5,5 0,3 0,1 15,1 10. Kelapa sawit 11,6 0,3 9,3 1,5 0,1 22,9 11. Tembakau 0,5 0,0 0,2 0,0 0,0 0,8 12. Kopi 2,6 0,1 1,8 0,1 0,0 4,6 13. Teh 0,4 0,0 0,3 0,0 0,0 0,7 14. Cengkeh 1,3 0,1 0,7 0,1 0,0 2,2 15. Hasil tanaman serat 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 16. Tanaman perkebunan lainnya 9,4 0,3 6,7 0,6 0,1 17,2 17. Tanaman lainnya 7,3 0,1 11,7 0,9 0,1 20,2 18. Peternakan 6,7 0,2 6,2 0,3 0,1 13,4 19. Pemotongan hewan 12,6 0,2 12,6 0,4 0,1 25,9 20. Unggas dan hasil-hasilnya 12,4 0,2 13,5 0,3 0,1 26,5 21. Kayu 18,3 1,3 13,1 37,6 0,2 70,5 22. Hasil hutan lainnya 5,7 0,4 3,7 8,4 0,1 18,2 23. Perikanan 39,7 0,8 26,8 0,6 0,3 68,2 Penambangan batubara dan bijih 24. logam 5,6 0,3 4,8 28,7 0,2 39,6 Penambangan minyak, gas dan 25. panas bumi 70,1 2,3 21,5 33,3 1,1 128,2 Penambangan dan penggalian 26. lainnya 3,1 0,2 2,7 42,4 0,1 48,6 27. Industri pengolahan dan pengawetan makanan 12,2 0,5 10,6 0,2 0,1 23,6 28. Industri minyak dan lemak 7,0 0,2 5,7 0,2 0,1 13,1 29. Industri penggilingan padi 9,0 0,2 9,6 0,2 0,1 19,0 30. Industri tepung, segala jenis 12,5 0,6 11,2 0,5 0,1 24,8 31. Industri gula 7,5 0,3 3,5 0,3 0,0 11,7 32. Industri makanan lainnya 19,2 0,6 13,4 0,4 0,1 33,7 33. Industri minuman 10,6 0,5 5,1 0,1 0,0 16,3 34. Industri rokok 7,5 0,5 3,1 0,0 0,0 11,1 35. Industri pemintalan 19,2 0,7 3,6 1,2 0,0 24,8 11
22 Tabel 1.6. Lanjutan No Sektor Konsumsi Pengembangan Wisnus Wisnas Wisman Investasi Promosi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 36. Industri tekstil, pakaian dan kulit 86,5 5,0 27,6 16,5 0,1 135,8 37. Industri bambu, kayu dan rotan 38,7 2,8 28,1 46,9 0,1 116,5 38. Industri kertas, barang dari kertas dan karton 11,2 0,2 4,5 3,6 1,8 21,3 39. Industri pupuk dan pestisida 2,2 0,0 1,9 0,2 0,0 4,4 40. Industri kimia 14,9 0,7 9,9 17,1 0,4 43,0 41. Pengilangan minyak bumi 85,8 2,7 21,6 29,7 1,2 141,0 42. Industri barang karet dan plastik 16,2 0,2 2,8 10,6 0,2 29,9 43. Industri barang-barang dari mineral bukan logam 6,0 0,9 14,1 38,9 0,2 60,1 44. Industri semen 0,5 0,0 0,4 14,8 0,0 15,7 45. Industri dasar besi dan baja 0,8 0,0 0,7 11,9 0,0 13,4 46. Industri logam dasar bukan besi 0,7 0,0 0,6 5,3 0,0 6,6 47. Industri barang dari logam 2,5 0,1 2,0 24,1 0,1 28,9 48. Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 10,9 0,4 7,9 29,3 0,2 48,6 49. Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 11,5 0,5 6,2 45,9 0,2 64,3 50. Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 17,1 0,4 14,5 1,2 0,1 33,3 51. Listrik, gas dan air bersih 10,2 0,4 8,2 7,2 0,4 26,3 52. Bangunan 9,6 0,5 6,7 359,2 0,9 376,8 53. Perdagangan 105,8 3,7 76,6 86,9 2,2 275,1 54. Penyediaan Akomodasi 110,5 0,5 311,3 2,1 0,9 425,2 55. Penyediaan Makan dan Minum 192,8 3,7 118,5 4,7 2,9 322,5 56. Angkutan kereta api 3,7 0,0 4,0 0,1 0,0 7,9 57. Angkutan darat 76,5 6,2 39,5 23,4 1,4 146,9 58. Angkutan air 19,5 0,3 3,9 0,8 0,1 24,5 59. Angkutan udara 99,1 0,1 37,9 1,0 0,5 138,6 60. Jasa penunjang angkutan 41,6 5,1 13,6 1,6 0,2 62,2 61. Jasa Pos dan Kurir 5,4 1,1 2,3 0,7 0,0 9,6 62. Komunikasi 55,5 1,2 36,3 16,8 1,6 111,4 63. Lembaga keuangan 31,2 0,8 23,4 14,4 2,0 71,9 64. Jasa Real Estat 30,7 0,7 19,8 15,4 0,5 67,2 65. Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 7,7 0,2 5,1 7,6 0,3 20,9 66. Jasa Persewaan dan Jasa Penunjang Usaha 23,5 0,5 13,6 6,6 0,7 44,9 67. Pemerintahan umum dan pertahanan Jasa sosial kemasyarakatan 3,3 0,0 2,0 0,8 0,1 6,3 69. Jasa Kesenian, Hiburan dan Rekreasi 16,0 0,0 24,1 0,0 0,0 40,1 70. Jasa Lainnya 17,0 0,0 1,8 0,7 0,0 19,5 TOTAL 1.588,7 51, , ,7 24, ,0 12
23 Tabel 2.1. Penduduk yang Bekerja di Sektor Pariwisata Menurut Kategori Lapangan Usaha, Tahun Dijit KBLI Kategori lapangan Usaha Jumlah (1) (2) (3) 47 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor Angkutan Penyediaan Akomodasi Penyediaan Makanan dan Minuman Real Estat Jasa Agen Perjalanan, Penyelenggara Tur dan Jasa Reservasi Lainnya Jasa Administrasi Kantor, Jasa Penunjang Kantor dan Jasa Penunjang Usaha Lainnya Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Pendidikan Kegiatan Hiburan, Kesenian dan Kreativitas Perpustakaan, Arsip, Museum dan Kegiatan Kebudayaan Lainnya Kegiatan Perjudian dan Pertaruhan Kegiatan Olahraga dan Rekreasi Lainnya , 70, 96 Lainnya Jumlah Sumber: Sakernas, BPS,
24 Tabel 2.2. Penduduk yang Bekerja di Sektor Pariwisata Menurut Wilayah Tempat Tinggal, Tahun 2016 Jumlah Distribusi Wilayah Tempat Tinggal (orang) (%) (1) (2) (3) Perkotaan ,80 Pedesaan ,20 Sumber: Sakernas, BPS, 2016 Tabel 2.3. Jumlah ,00 Penduduk yang Bekerja di Sektor Pariwisata Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2016 Jenis Kelamin Jumlah (orang) Distribusi (%) (1) (2) (3) Laki-laki ,56 Perempuan ,44 Sumber: Sakernas, BPS, 2016 Tabel 2.4. Jumlah ,00 Penduduk yang Bekerja di Sektor Pariwisata Menurut Kelompok Umur, Tahun 2016 Jumlah Distribusi Kelompok Umur (orang) (%) (1) (2) (3) , , , ,42 Jumlah ,00 Sumber: Sakernas, BPS,
25 Tabel 2.5. Penduduk yang Bekerja di Sektor Pariwisata Menurut Kelompok Umur, Tahun 2016 Jumlah Distribusi Pendidikan (orang) (%) (1) (2) (3) <= SD ,80 SMP ,42 SMA ,82 Diploma I/II/III ,85 Universitas ,11 Sumber: Sakernas, BPS, 2016 Jumlah ,00 Tabel 2.6. Penduduk yang Bekerja di Sektor Pariwisata Menurut Kelompok Umur, Tahun 2016 Jumlah Distribusi Status Pekerjaan Utama (orang) (%) (1) (2) (3) Berusaha sendiri ,17 Berusaha dibantu buruh tidak tetap/brh tdk dibayar ,61 Berusaha dibantu buruh tetap/brh dibayar ,14 Buruh/karyawan ,63 Pekerja bebas ,89 Pekerja tak dibayar ,57 Sumber: Sakernas, BPS, 2016 Jumlah ,00 15
26 Tabel 3.1. Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal Tahun Provinsi Asal (1) (2) (3) (4) 01. Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara n.a n.a Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua INDONESIA
27 Tabel 3.2. Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal dan Jenis Kelamin Tahun 2016 Provinsi Asal Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) 01. Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalminatan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua INDONESIA
28 Tabel 3.3. Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk, Menurut Provinsi Asal dan Kelompok Umur Tahun 2016 Provinsi Asal Kelompok Umur < > 54 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01. Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua INDONESIA
29 Tabel 3.4. Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal dan Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2016 Pendidikan Provinsi Asal Jumlah Diploma/ SD SLTP SMU Sarjana (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua INDONESIA
30 Tabel 3.5. Jumlah Perjalanan yang Dilakukan Penduduk Menurut Provinsi Asal dan Maksud Kunjungan Tahun 2016 Provinsi Asal Berlibur Profesi/ Bisnis Misi/ pertemuan/ kongres Maksud Kunjungan Pendidikan Kesehatan Berziarah/ Keagamaan Mengunjungi Teman Olahraga/ Lainnya Keseni-an (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Jumlah 01. Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua INDONESIA
Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)
Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kata Pengantar
Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya
Lebih terperinciKata Pengantar KATA PENGANTAR
2 Ne r a c asa t e l i tpa r i wi s a t ana s i o na l 201 6 KEMENTERI ANPARI WI SATA Websi t e:ht t p: / / www. kemenpar. go. i d ht t p: / / www. i ndonesi a. t r avel Emai l :pusdat i n@kemenpar. go.
Lebih terperinciBOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)
BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) IRIO memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa analisa. Kemampuan
Lebih terperinciSektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian
Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009* 2010** (1) (2) (3) (3) (4) (4) (5) (5) (6) (6) (7) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86
Lebih terperincigula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.
5. RANGKUMAN HASIL Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual
Lebih terperinciTABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN
TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-321/PJ/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-
Lebih terperinci5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model
Lebih terperinciDAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009
ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT
Lebih terperinciSINKRONISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN YANG BERBASIS DATA
SINKRONISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN YANG BERBASIS DATA Dr. Slamet Sutomo Deputi Kepala Badan Pusat Statistik Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS-Statistik Statistik Indonesia Forum Kepala Bappeda
Lebih terperinciV. MEMBANGUN DATA DASAR
V. MEMBANGUN DATA DASAR Sudah dikemukakan sebelumnya, di bagian metodologi bahwa sumber data utama yang digunakan dalam studi ini dalam rangka membangun Model CGE-Investasi Regional (CGE-IR) adalah Tabel
Lebih terperinciJUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015
JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN NO PROVINSI LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 ACEH 197 435 632 2 SUMATERA UTARA 1,257 8,378 9,635 3 SUMATERA BARAT 116 476 592
Lebih terperinciTABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN
TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)
Lebih terperinciAntar Kerja Antar Daerah (AKAD)
Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Konsep Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) merujuk pada mobilitas pekerja antar wilayah administrasi dengan syarat pekerja melakukan pulang pergi seminggu sekali atau sebulan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/08/Th.XVII, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015 Perekonomian
Lebih terperinciKLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997
KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KODE KETERANGAN 000 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 011 PERTANIAN TANAMAN PANGAN, TANAMAN PERKEBUNAN, DAN HORTIKULTURA 012 PETERNAKAN 013 KOMBINASI PERTANIAN
Lebih terperinciII. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional
II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian
Lebih terperinciPDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.
Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM SURVEI PENYUSUNAN INDIKATOR KHUSUS SPIK Badan Pusat Statistik-Direktorat Neraca Produksi
PEDOMAN UMUM SURVEI PENYUSUNAN INDIKATOR KHUSUS SPIK 2014 Badan Pusat Statistik-Direktorat Neraca Produksi DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan dan Sasaran... 2 1.3. Ruang
Lebih terperinciBerita Resmi Statistik
6 November 2017 2 Pelopor Data Statistik Terpercaya Untuk Semua Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Produk Domestik Bruto) Berita Resmi Statistik 6 November 2017 Indeks Tendensi Bisnis dan Indeks Tendensi Konsumen
Lebih terperinciV. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/05/18/Th.XVII, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,05 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN I-2015 Perekonomian Lampung triwulan I-2016
Lebih terperinciProduk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017 Ekonomi Provinsi Lampung Triwulan III- 2017 Tumbuh 5,21 Persen Melambat Dibandingkan Triwulan III- 2016 Perekonomian
Lebih terperinciANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA
ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA Oleh : Azwar Harahap Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN DAN PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB PAJAK PADA
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No.21/04/Th.XIV, 1 April PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$14,40 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$14,40
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi
Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86
Lebih terperinciPopulasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),
Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera
Lebih terperinciVI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku
VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,
Lebih terperinciGROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.
Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 30 /05/52/Th.VII, 02 Mei 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I TAHUN 2016 1. Pertumbuhan produksi
Lebih terperinci2013, No.1531
11 2013,.1531 LAMPIRAN I DAFTAR PROVINSI DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI DI BIDANG PENANAMAN MODAL YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 48/05/Th. XVIII, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL MENCAPAI US$13,08 MILIAR Nilai ekspor Indonesia April mencapai US$13,08
Lebih terperinciKeterangan * 2011 ** 2012 ***
Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)
Lebih terperinci2012, No
2012,.1305 12 LAMPIRAN I PERATURAN DAFTAR PROVINSI DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI DI BIDANG PENANAMAN MODAL YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN
Lebih terperinciANALISIS KETERKAITAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI LAMPUNG
ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI LAMPUNG (Linkage Analysis of The Agroindustry Sector on Economy In Lampung Province) Rendy Oktaliando, Agus Hudoyo, dan Achdiansyah
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016
BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu
Lebih terperinciLAPORAN STATISTIK KINERJA INDUSTRI INDONESIA 2018
LAPORAN STATISTIK KINERJA INDUSTRI INDONESIA 2018 METODOLOGI STATISTICAL REPORT iii BAB I PERTUMBUHAN INDUSTRI 1 BAB II PERTUMBUHAN INVESTASI 37 BAB III PERTUMBUHAN EKSPOR - IMPOR HASIL PERTANIAN 58 BAB
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2017
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/05/18/Th.XIX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,11 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN I-2016 Perekonomian Lampung triwulan I-2017
Lebih terperinciTABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011
TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529
Lebih terperinci(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***
8 6 4 2 5.99 6.29 6.81 6.45 6.52 6.49 6.50 6.29 6.36 6.16 5.81 6.11 6.035.81 3.40 2.69 2.04 2.76 3.37 1.70 1.50 2.82 3.18 1.42 2.61 0-2 (1.42) (1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II 2010
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05 PERSEN LEBIH TINGGI DIBANDING TAHUN
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat
Lebih terperinciVII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL. Indonesia ke luar negeri. Selama ini devisa di sektor pariwisata di Indonesia selalu
VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL 7.1. Neraca Pariwisata Jumlah penerimaan devisa melalui wisman maupun pengeluaran devisa melalui penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri tergantung
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT PADA TRIWULAN IV 2015 TUMBUH 11,98 PERSEN Sampai dengan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No.40/07/Th.XIV, 1 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$18,33 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$18,33 miliar atau
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Model Input Output Koefisien teknis dalam Tabel Input Output menunjukkan kontribusi suatu sektor dalam pembentukan output total secara langsung. Besaran koefisien
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI PROVINSI LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG NILAI TUKAR PETANI PROVINSI LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan Merupakan NTP tertinggi, dengan Angka 116,18 NTP Provinsi Lampung Oktober
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 65/11/34/Th.XVII, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 5,57 PERSEN, LEBIH TINGGI
Lebih terperinciGrafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur
Lebih terperinciJumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,
yang Tersedia pada Menurut, 2000-2015 2015 yang Tersedia pada ACEH 17 1278 2137 SUMATERA UTARA 111 9988 15448 SUMATERA BARAT 60 3611 5924 RIAU 55 4912 7481 JAMBI 29 1973 2727 SUMATERA SELATAN 61 4506 6443
Lebih terperinciPREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi
LAMPIRAN 1 PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013 Status Gizi No Provinsi Gizi Buruk (%) Gizi Kurang (%) 1 Aceh 7,9 18,4
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2016
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/08/18/Th.XVIII, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2016
Lebih terperinciStatistik KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber
Lebih terperinciBPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 04/04/18/Th. XI, 3 April 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NTP Provinsi Lampung Maret 2017 untuk masing-masing subsektor tercatat sebesar
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/08/34/Th.XVII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2015 MENGALAMI KONTRAKSI 0,09 PERSEN,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016
2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 45/08/34/Th.XVIII, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2016 TUMBUH 5,57 PERSEN LEBIH
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 52 /08/52/Th.VII, 01 Agustus 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II TAHUN 2016 1. Pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari
Lebih terperinciLampiran 1. Kode Sektor Sektor Eknonomi
263 Lampiran 1. Kode Sektor Sektor Eknonomi Kode Nama Sektor 1 Padi 2 Jagung 3 Ubi Kayu 4 Ubi-Ubian Lainnya 5 Kacang-kacangan 6 Sayuran dataran ttinggi 7 Sayuran dataran rendah 8 Jeruk 9 Pisang 10 Buah-buahan
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKAN HUBUNGAN ANTARSEKTOR PEREKONOMIAN NASIONAL
ANALISIS KEBIJAKAN HUBUNGAN ANTARSEKTOR PEREKONOMIAN NASIONAL Saktyanu K. Dermoredjo Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 PENDAHULUAN Sesaat setelah
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017
2 BPS PROVINSI DI YOGYAKARTA No 46/08/34/ThXIX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2017 TUMBUH 5,17 PERSEN LEBIH LAMBAT
Lebih terperinciTabel Kesesuaian Lapangan Usaha KBLI 2009 KBLI 2005
Katalog BPS:1302018 Tabel Kesesuaian Lapangan Usaha CETAKAN II BADAN PUSAT STATISTIK Tabel Kesesuaian Lapangan Usaha CETAKAN II TABEL KESESUAIAN LAPANGAN USAHA CETAKAN II ISBN : 978-979-064-365-9 No. Publikasi
Lebih terperinciI-O Multiplier Matrix. Dampak Thd Produksi Barang & Jasa (40,39) Dampak Thd Nilai Tambah Sektoral (19,54) Kesempatan Kerja (0,815) upah & Gaji (4,45)
Pengeluaran Inbound Tourist (int l+dom) (24,47) Pengeluaran Domestic/Local Tourist (0,60) Investasi Sektor (4,0) Pengeluaran Outbond Tourist (int l+dom) (0,20) Pengeluaran Promosi Untuk (pemerintah+swasta)
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-28/PJ/2012 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-28/PJ/2012 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB
Lebih terperinciAntar Kerja Antar Lokal (AKAL)
Antar Kerja Antar Lokal (AKAL) Konsep antar kerja antar lokal dalam analisis ketenagakerjaan ini merujuk pada mereka yang bekerja di lain kabupaten/kota dengan persyaratan waktu pulang pergi ditempuh dalam
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013
BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan
Lebih terperinciII. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional
II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi
Lebih terperinciStatistik KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber
Lebih terperinci2
2 3 c. Pejabat Eselon III kebawah (dalam rupiah) NO. PROVINSI SATUAN HALFDAY FULLDAY FULLBOARD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. ACEH
Lebih terperinciBPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 04/10/18/Th. X, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NTP Provinsi Lampung September 2016 untuk masing-masing subsektor tercatat sebesar
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000
Lebih terperinciSISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi
Lebih terperinciBPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun
Lebih terperinciPerkembangan Indeks Produksi Triwulanan
KATALOG BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 2012-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KATALOG BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN
Lebih terperinciGO LONGAN PO KOK URAIAN KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA
-16- LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-10/PJ/2018 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciV. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010
65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan
Lebih terperinciFungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154
ALOKASI ANGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR (Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Per Menurut Program dan Kegiatan) (ribuan rupiah) 1 010022 : DKI Jakarta 484,909,154
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/02/18 Tahun XVIII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 TUMBUH 5,15 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Lampung
Lebih terperinciStatistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun
KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010
BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciRUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN
Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015
No. 10/02/14/Th. XVII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 0,22 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Riau tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 04/12/18/Th. IX, 1 Desember 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NTP Provinsi Lampung November 2015 untuk masing-masing subsektor tercatat sebesar
Lebih terperinciLAPORAN STATISTIK KINERJA INDUSTRI INDONESIA 2017
LAPORAN STATISTIK KINERJA INDUSTRI INDONESIA 2017 METODOLOGI STATISTICAL REPORT iii BAB I PERTUMBUHAN INDUSTRI 1 BAB II PERTUMBUHAN INVESTASI 37 BAB III PERTUMBUHAN EKSPOR - IMPOR HASIL PERTANIAN 58 BAB
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016
No. 55/08/19/Th.X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 3,67 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2015
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 10/02/34/Th.XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015 TUMBUH 4,9 PERSEN SEDIKIT MELAMBAT DIBANDING
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40
Lebih terperinciANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI
ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN Biro Riset LMFEUI Data tahun 2007 memperlihatkan, dengan PDB sekitar Rp 3.957 trilyun, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar, yaitu Rp
Lebih terperinciJumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,
Menurut, 2000-2016 2015 ACEH 17 1.278 2.137 20 1.503 2.579 SUMATERA UTARA 111 9.988 15.448 116 10.732 16.418 SUMATERA BARAT 60 3.611 5.924 61 3.653 6.015 RIAU 55 4.912 7.481 58 5.206 7.832 JAMBI 29 1.973
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Pertumbuhan Ekonomi DIY Triwulan III-2017 No. 63/11/Th.XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pertumbuhan Ekonomi DIY Triwulan III-2017 EKONOMI DIY TRIWULAN III-
Lebih terperinciKETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR
KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR Keterkaitan Sektor Hulu dan Sektor Hilir Hasil dari analisis dengan menggunakan PCA menunjukkan sektor-sektor perekonomian pada bagian hulu dan sektor-sektor
Lebih terperinci