BAB IV KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV KEADAAN UMUM PERUSAHAAN"

Transkripsi

1 BAB IV KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Toyota Sakichi Toyoda sebagai pendiri organisasi Toyota di Jepang, lahir 1867 sebagai anak tukang kayu yang mulai hidupnya saat Jepang mulai memodernisasi negaranya, banyak menyumbang kemajuan Jepang melalui beberapa penemuannya yang paling terkenal yaitu alat tenun otomatis. Karakteristik dari penemuannya itu adalah bila benang putus maka mesin akan berhenti otomatis. Kebiasaan mesin berhenti apabila terdapat kasalahan adalah sebagai salah satu prinsip yang penting bagi Toyota dewasa ini. Sakichi banyak membuat pembaruan dalam penyelidikannya agar alat tenunnya lebih efisien dan ekonomis. Pada tahun 1926, didirikan Toyoda Automatic Loom Works yang akan melahirkan Toyota Motor Corporation. Sakichi Toyoda memberikan sebagian dari hasil pembuatan alat tenun tersebut kepada putranya yaitu Kiichiro yang ingin berbuat hal yang sama terhadap mobil setelah berkeliling ke Amerika Serikat dan Eropa untuk melihat penggunaan mobil, sehingga ia berpendapat bahwa zaman mobil akan datang ke Jepang. Maka pada tahun 1933 ditambahkanlah divisi mobil dalam Toyoda Automatic Loom Works. Tahun 1935, dilakukan pembuatan bentuk asli pertama kendaran yang bermuatan 5 penumpang disebut Toyota A1 dan Truck G1. Dua tahun kemudian Kiichiro memisahkan diri dari Toyoda Automatic Loom Works, kemudian mendirikan Toyota Motor Company sebagai kelembagaan yang menetapkan just-in time production (melakukan pengiriman part yang betul, pada waktu yang tepat, dengan jumlah yang betul, dan tidak ada kelebihan stock atau tidak diperlukan gudang). Setelah perang dunia kedua, ekonomi Jepang menggalami krisis yang berpengaruh pula pada keuangan perusahaan Toyota. Akibatnya perusahaan tidak mampu membayar gaji para karyawannya, sehingga untuk 17

2 menanggulangi permasalahan keuangan tersebut pada bulan april 1950 Toyota dipecah menjadi Toyota Motor Company dan Toyota Motor Sales Company. Pada bulan juni 1950, pertentangan karyawan mengenai ketidakmampuan membayar gaji berakhir dan perusahaan mulai beroperasi dengan manajemen baru. Tahun 1951, dua orang staf Toyota mengunjungi Amerika Serikat untuk belajar metode manajemen modern, dan di Ford Motor Company mereka melihat sistem saran atau ide perbaikan dan slogan Kualitas dan Keselamatan Kerja yang memberikan ide untuk menempatkan sistem yang sama di Toyota. Dengan ide tersebut, dipilih Produk Yang Baik Dari Pemikiran Baik sebagai slogan Toyota tahun Pada tahun 1953, fasilitas produksi pertama yang aklusif untuk membuat kendaraan penumpang bagi keluarga yaitu Motomachi Plant selesai dibagun dengan menanamkan modal yang merupakan resiko yang besar pada saat itu. Tahun 1955, Toyota memperkenalkan Crown yang dikembangkan tanpa memanfaatkan bantuan dari luar, lalu dua tahun kemudian Toyota mulai mengekspor mobil tersebut ke Amerika Serikat walaupun akhirnya gagal karena tidak dapat melawan jalan jauh dan cepat di Amerika Serikat. Selama tahun 1960, industri mobil Jepang tumbuh pesat baik untuk pasar ekspor dan dalam negeri. Toyota memperkenalkan TQC (Total Quality Control) dengan maksud meningkatkan derajat produksi mobil yang berstandard mutu internasional pada tahun Untuk mempunyai daya saing lebih besar yang diperlukan agar sukses dalam pasar yang ketat pada tahun 1980an maka Toyota Motor Company dan Toyota Motor Sales Company bergabung membentuk Toyota Motor Comporation. Perubahan besar dalam sejarah Toyota termasuk pembentukan NUMMI yaitu suatu usaha kolektif antara Toyota dengan Amerika Serikat pada tahun 1984 sampai saat ini memproduksi jenis kendaraan Prims GM dan Corolla untuk Toyota. 18

3 B. Perkembangan Toyota PT. Toyota Astra Motor sebagai perusahaan pelopor industri otomotif Indonesia memiliki komitmen untuk selalu mengutamakan kepuasan pelanggan dan senantiasa terus-menerus menciptakan inovasi terbaiknya. Guna mewujudkan visi perusahaan Toyota untuk menjadi perusahaan industri otomotif berkelas internasional, Toyota juga mempunyai misi untuk tetap unggul di bidang otomotif dan kepuasan pelanggan, selalu memberikan konstribusi bagi pembangunan ekonomi dan sosial, meningkatkan kesejateraan melalui pembinaan kepercayaan dengan karyawan, dealer dan pemasok, memelihara kelangsungan hidup dan keselamatan kerja, serta menjunjung tinggi kemampuan individu tanpa mengesampingkan kerja sama tim. PT. Toyota Astra Motor diresmikan pada tanggal 12 April 1971, mempunyai peranan semula hanya sebagai importir kendaraan Toyota namun setahun kemudian sudah berfungsi sebagai distributor. Demi kepuasan produk yang dimiliki para penggunanya, Toyota juga menghadirkan beragam produk terbaiknya yang terbukti banyak diminati. Variasi produk andalannya meliputi kendaraan serba guna diantaranya : Kijang dan Dyna; sedan unggulannya : Soluna, Corolla dan Camry; serta kendaraan Completely Built-up (CBU) yang mewah : Crown, Previa, RAV4, dan Land Cruiser Turbo. PT. Toyota Astra Motor menyadari bahwa inovasi dalam menciptakan mobil berkualitas tinggi mutlak dilakukan demi memenuhi komitmen utama yaitu kepuasan pelanggan. Itulah yang mendorong Toyota yang melengkapi setiap fasilitas produksinya dengan teknologi tinggi, misalnya : robotisasi yang digunakan pada proses penggecetan dan pencetakan body untuk menjaga konsistensi dan hasil yang prima, rancang bagun dengan CAD / CAM digunakan untuk analisa hasil proses dengan komputer serta penggelasan berteknologi mutakir, dan spot welding untuk memberikan hasil yang lebih akurat. Pada tahun 1998, pabrik mesin Toyota berhasil meraih penghargaan internasional berupa sertifikasi ISO 9002 untuk manajemen pengendalian 19

4 kualitas di bidang manufaktur. Di lain pihak, pabrik perakitan di Sunter berhasil mendapatkan setifikasi ISO untuk pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan Toyota benar-benar menerapkan teknologi canggih yang berwawasan lingkungan adalah dengan adanya instalasi pengelolahan air limbah. Tabel 1. Sejarah Perkembangan Toyota 1971 PT Toyota-Astra Motor (TAM) resmi didirikan sebagai importir dan distributor kendaraan Toyota di Indonesia 1973 Didirikan pabrik perakitan PT Multi Astra 1976 Mendirikan PT Toyota Mobilindo, pabrik komponen kendaraan niaga 1977 Peluncuran Kijang generasi pertama 1982 Peresmian Parts Center 1982 Pabrik mesin PT Toyota Engine Indonesia mulai beroperasi 1987 Ekspor perdana Kijang ke beberapa negara Asia-Pasifik 1989 Peluncuran Kijang ke & produksi Toyota ke Kijang Lintas Nusa, Banda Aceh-Larantuka sekitar 6000 Km, memperingati "Indonesia Emas" (50 tahun merdeka) 1996 Peluncuran unit produksi Toyota ke Peresmian pabrik mobil modern di Karawang TAM berubah menjadi PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia 2003 [TMMIN] dan didirikan TAM sebagai distributor. Produksi Kijang ke unit. Peluncuran Toyota Avanza sebagai kendaraan hasil kolaborasi TAM TMMIN dan PT. Astra Daihatsu Motor. Peluncuran Toyota Kijang generasi V dan Kijang Inova. 20

5 Terhitung sejak 15 Juli 2003, didirikan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dan Toyota-Astra Motor (TAM) sebagai distributor. Dengan kepemilikan saham yaitu PT. Astra International Tbk sebesar 5% dan Toyota Motor Corporation sebesar 95%. Dengan aktivitas utamanya yaitu sebagai pabrik perakit produk Toyota, pabrik pembuat mesin, jig, dies dan komponen otomotif, juga sebagai eksportir kendaraan Toyota dan part komponen kendaraan. PT. Toyota Motor Manufacturing Indunesia memiliki kantor pusat (Head Office) yang berlokasi sama dengan TAM yaitu di Sunter Jakarta Utara, sedangkan untuk produksinya PT. TMMIN memiliki dua lokasi kawasan produksi yaitu pertama yang berada di Sunter dengan jenis kegiatan produksi pabrik pengecoran, pencetakan, mesin, perakitan. Dan satu lagi berlokasi di Karawang International Industries City (KIIC) Karawang Barat dengan kegiatan produksi pabrik pencetakan dan perakitan. Karawang Plant mulai beroperasi semenjak Februari 1998, terletak di tol Jakarta-Cikampek KM 47, Teluk Jambe, Karawang, Jawa Barat. Di bangun di atas lahan seluas m 2. Karawang plant dirancang untuk memproduksi mobil-mobil Toyota khusus kendaraan penumpang dengan kapasitas unit pertahun dan kini telah ditingkatkan hingga unit pertahun. Kegiatannya mulai dari Stamping (beberapa panel), Welding, Painting, Assembling untuk mobil penumpang misalnya : Kijang, Soluna, Corolla, Camry. Pada saat ini, lokasi yang dulunya jauh dari pemukiman masyarakat, baik masyarakat yang bekerja di PT. Toyota Astra Motor maupun masyarakat umum. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi perusahaan agar kegiatan kegiatan sehari-hari perusahaan tidak menggangu masyarakat sekitar. Pihak perusahaan telah berupaya mengurangi dampak buruk, baik berupa limbah, polusi udara, ataupun suara dengan cara melakukan perbaikan dan pengelolahan limbah.hal ini di lakukan selain untuk menjaga lingkungan juga untuk mendapatkan sertifikasi standar ISO sehingga PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia menjadi pabrik yang ramah lingkungan. 21

6 C. Visi dan Misi Perusahaan Visi : Menjadi yang terdepan di dalam bidang manufacturing maupun distribusi sebagai upaya untuk menjadi perusahaan otomotif berkelas internasional. Misi : a. Menjadi pemimpin dalam industri otomotif Indonesia b. Selalu mengutamakan kepuasan pelanggan c. Selalu memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi dan sosial d. Meningkatkan kesejahteraan melalui pembinaan kepercayaan dengan karyawan, dealer dan pemasok e. Memelihara kelangsungan lingkungan hidup dan keselamatan kerja f. Menjunjung tinggi kemampuan individu tanpa mengesampingkan kerjasama tim Filosofi : a. Memproduksi barang dan jasa yang berkualitas tinggi dengan langkahlangkah yang professional guna memberikan kontribusi kepada negara, bangsa dan masyarakat. b. Berkembang bersama karyawan, dealer dan supplier atas dasar kepercayaan dan saling menghargai. D. Stuktur Organisasi PT. TMMIN Bagi suatu perusahaan, keberadaan struktur organisasi memberikan beberapa sumbangan dukungan yang sangat berarti dan positif. Hal ini didasarkan pada apa yang terkandung di dalam struktur keorganisasian itu sendiri yang memuat gambaran tentang suatu wewenang dan tanggung jawab yang terarah di antara pelaku di perusahaan. Seperti kita ketahui bahwa efektivitas suatu perusahaan akan tergantung dari pada manajemen yang ditetapkan pada perusahaan tersebut, serta manajemen yang baik akan tercapai 22

7 apabila tugas serta wewenang yang diemban oleh masing-masing pelaku organisasi perusahaan dapat terarah dan memberikan informasi yang jelas. Struktur organisasi dari satu perusahaan berkaitan erat dengan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan job description masing-masing komponen. Struktur organisasi juga terdiri dari beberapa hubungan yang relatif tetap dan mantap antara pekerjaan dan kelompok pekerjaan. Tujuan utama dari kelompok organisasi adalah menyalurkan prilaku orang dan kelompok di dalam suatu pekerjaan untuk menghasilkan hasil yang efektif dan efisien. Empat keputusan penting dari manajemen dalam menentukan struktur organisasi adalah menentukan spesialisasi pekerjaan, departemenisasi, menentukan tentang kendala dan penampilan wewenang. Keempat keputusan penting tersebut saling berhubungan dan saling berkaitan satu sama lain. Walaupun masing-masing mempunyai persoalan khusus tertentu yang dapat dipertimbangkan terpisah dari yang lain. Pada PT TMMIN, keberadaan struktur organisasi sama halnya dengan perusahaan-perusahaan lainnya yang menganggap penting dan positif. Dalam hal ini struktur organisasi yang ditetapkan oleh PT TMMIN adalah organisasi staf dan organisasi garis. Hal tersebut dipilih dengan pertimbangan agar fungsi personal dan administrasi secara struktural, baik vertikal maupun horizontal dapat tetap berjalan secara serasi dan seimbang. Struktur organisasi di PT TMMIN, didasarkan pada pembagian tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan kegiatan atau usaha di perusahaan tersebut. Badan tertinggi adalah Board Of Director (BOD). 23

8 Strategic Planning & Production Engineering Operation Management Consulting Human Resources & General Affair Human General Affair Finance External Affair ISTD Purchasing Direktur Quality Assurance Engineering Internal Audit KI-J Promoting Safety, Health & Environment Production & Logistic Control Packing & Vanning Export Import Production Sunter Plant Karawang Plant Administration Manufacturing Administration Machining Stamping Casting Design & Fabrication Quality Control Manufacturing Assembly & Painting Press & Welding Gambar 2. Sttuktur Organisasi Perusahaan 24

9 E. Toyota Intership Programe Toyota Motor Coorporation sebagai salah satu perusahaan otomotif terbesar dunia kian hari mengalami pangsa pasar yang terus meningkat. Secara langsung hal ini jelas akan meningkatkan kuntitas produksi per harinya. Untuk mencapai target kuantitas tersebut dibutuhkan pula tenaga lebih, baik berupa mesin, equipment maupun tenaga manusia. Tenaga manusia yang dibutuhkanpun harus benar-benar handal. Oleh karena itu Toyota menggunakan beberapa metode untuk melakukan perekrutan karyawan. Beberapa metode tersebut adalah seperti dibawah ini : 1. Langsung Merekrut secara langsung dari masyarakat umum melalui informasi di internet maupun lewat media cetak dan informasi. 2. Kerjasama dengan universitas Perekrutan melalui universitas-universitas yang dianggap cukup berkualitas. Melalui hal ini diharapkan perusahaan mendapat bibit yang bernar-benar bermutu dan mampu bersaing. 3. Intership Program Proses kerjasama dengan universitas yang saling menguntungkan. Dari pihak Universitas sendiri akan mempermudah bagi para mahasiswanya untuk mendapatkan tempat kerja praktek. Bagi pihak Toyota mahasiswa tersebut diharapkan mampu memberikan inovasi maupun improvement untuk meningkatkan unjuk kerja perusahaan tersebut. Toyota Internship Program memberi kewajiban bagi para pesertanya untuk melakukan improvement dan mempresentasikannya di Head Office yaitu di Human Resources Division (HRD). Di program ini terlihat hubungan timbal balik, bagi mahasiswa sendiri yang membutuhkan tempat kerja praktek. Bagi Toyota program ini juga merupakan salah satu jalan untuk melakukan perekrutan karyawan. 25

10 Perekrutan karyawan baru ditinjau dari beberapa aspek. Selain dilihat dari unjuk kerja di Lapangan, yaitu dengan cara rekomendasi dari mentor supaya orang yang bersangkutan ditarik untuk menjadi karyawan Toyota. Perekrutan juga dilihat dari hasil penilaian pada saat proses presentasi improvement yang telah dibuat. F. Lokasi Perusahaan PT. TMMIN mempunyai beberapa lokasi kantor dan plant yaitu: a. Kantor Pusat (Head Office) Jl. Yos Sudarso, Sunter II, Jakarta Website: Telp. (62-21) Faks. (62-21) b. Sunter I Plant Jl. Laks. Yos Sudarso, Sunter I, Jakarta Telp. (62-21) Faks. (62-21) c. Sunter II Plant Jl. Gaya Motor Raya, Sunter II, Jakarta Telp. (62-21) Faks. (62-21) d. Karawang Plant Jl. Permata Raya Lot DD-1, Kawasan Industri KIIC (Tol Jakarta- Cikampek Km 47) Karawang, West Java

11 Telp. (62-21) Faks. (62-21) Karawang Plant mulai dibangun pada tanggal 26 Mei 1996 dan mulai beroperasi pada tanggal 10 Maret Pada plant dengan luas m 2 ini terdapat empat shop dan beberapa gedung lainnya yaitu: a. Press Shop dengan luas bangunan m 2 b. Welding Shop dengan luas bangunan m 2 c. Painting Shop dengan luas bangunan m 2 d. Assembly Shop dengan luas bangunan m 2 Gedung lainnya dengan luas bangunan m 2 Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah tata letak Karawang Plant PT. TMMIN, yaitu: Gambar 3. Tata letak PT. TMMIN Plant Karawang 27

12 G. Kegiatan Divisi-divisi Perusahaan. Kegiatan yang dilakukan di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia dapat dispesifikasikan sebagai kegiatan tiap-tiap plant yaitu : 1. Stamping Plant Manufaktur bagian-bagian body stamping untuk keperluan pembuatan kendaraan komersial Toyota. Manufaktur frame untuk kendaraan komersial Toyota. Manufaktur bagian-bagian sub-assembly dari body seperti : engine-hood, back-door, rear-door, front-door. Manufaktur tanki bahan bakar, pipa pengeluaran untuk kendaraan komersial dan kendaraan penumpang. Manufaktur peralatan stamping dan alat bantu perakitan untuk pembuatan body. Mengekspor peralatan stamping ke Thailand dan Filipina serta alat bantu perakitan ke Venezuela, Jepang dan Pakistan 2. Engine Plant Luas dari Engine 7K Plant adalah m2 dengan kapasitas produk unit/bulan. 7K Engine Plant memproduksi mesin tipe 7K dan 14B untuk Kijang Pick Up dan Truk Dyna. Beberapa pekerjaan diselesaikan di Engine Plant, seperti : Pembuatan komponen mesin Perakitan mesin tipe 7K (270 M/C) Perakitan dan pengepakan dari mesin tipe TR ( IMV Series) dan komponen mesin TR dimana akan dikirim ke Thailand (komponen), dan Venezuela, Afrika Selatan, dan Filiphina (rakitan mesin). 28

13 Engine TR Plant, dengan luas area sebesar m2, memiliki kapasitas produksi unit /bulan untuk Machining Line dan unit/bulan untuk Assy Line. Engine TR Plant juga dilengkapi peralatan dengan fasilitas seperti: 1. Machining Line : a. Mesin N/C dengan Meldas C64T dan Fanuc controller yang juga digunakan oleh TMC dan di Negara lainnya. b. Hardening machine untuk Cam Shaft dan Crank Shaft c. Leak Tester untuk quality assurance. 2. Assembly Line : a. Flexible Module Conveyor yang dapat disamakan dengan siklus waktu produksi. b. Torque Control untuk penghitungan akurat dalam jangka waktu pendek. c. Interlock system untuk mencegah kesalahan yang dilakukan dengan panel program touch screen. d. Supply Part System untuk memenuhi permintaan mensetting part mesin. e. Leak Tester untuk ujicoba leaking level di C/H, unit E/G dengan volume yang tepat dengan tipe mesin f. Test Bench. 3. Casting Plant Membuat blok silinder, crank-shaft, crank-cap dan flywheel untuk proses lebih lanjut pada mesin di engine plant. 4. Parts Center Memproduksi, menjual, mendistribusikan bagian-bagian dari kendaraan yang di jual oleh Toyota. 29

14 5. Training Center Melakukan training baik bagi para mekanik Toyota maupun unutk umum, yang diantaranya mencakup kegiatan kerja magang bagi para pelajar. 6. Assembly Plant Assembling Shop yang memiliki luas area m2 merupakan tempat perakitan satu body kendaraan utuh menjadi sebuah kendaraan utuh siap jalan. Di Assembling Shop inilah dilakukan proses perakitan atau pemasangan seluruh komponen kendaraan pada satu body kendaraan. Mulai dari mesin hingga roda kendaraan. Assembling Shop memiliki fasilitas Main Assembly Line dengan door less system assembly yang memberikan jaminan kualitas terbaik dan peningkatan produktifitas kerja. Selain itu juga dilengkapi dengan Final Test Facility yang mengecek setiap unit kendaraan untuk mewujudkan kepuasan pengguna kendaraan tersebut. o Luas area : m2 o Fasilitas : Interior Assembling Wheel Alignment 7. Welding Plant Welding Shop memiliki area m2. Di sinilah proses penyambungan/pengelasan bagian-bagian body kendaraan untuk menghasilkan satu bagian utuh. Prosesnya adalah dengan menyatukan seluruh pressed part yang diproduksi oleh Stamping Shop. Hasil akhir dari proses ini adalah satu body kendaraan utuh. Untuk menjamin tingkat presisi dan keakuratan yang tinggi Welding Shop dilengkapi fasilitas Welding Main Body line, Coordinate Measuring Machine dan Shell Body Line dengan Slat Conveyor. Disamping itu juga didukung dengan 34 buah robot las (MB 16, UB 6 30

15 dan Fr 12) dan GBL (Global Body Line) yang memberikan jaminan kualitas permukaan luar (proses clamp dari sisi dalam). Luas Area : m2 Fasilitas : Welding Main Bodyline Coordinate Measuring Machine Shell Body Line Slat Conveyor Gambar 4. Produk PT. TMMIN 31

16 BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN A. General Induction Setiap orang yang akan masuk ke dalam lingkungan PT. TMMIN wajib mendapatkan induksi atau pengenalan mengenai perusahaan serta aturan-aturan dan prosedur keselamatan yang berlaku di dalam lingkungan perusahaan. Hal ini bertujuan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan juga orang lain dari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan. Dalam induksi ini, diperkenalkan profil perusahaan dan prinsip yang dianut (Toyota Way) seperti prinsip dalam ketenagakerjaan/dunia kerja, Toyota Production System (TPS), dan berbagai prosedur keselamatan yang berlaku di PT. TMMIN. 1. Dunia Kerja Dalam hal ketenagakerjaan, karyawan PT. TMMIN harus memiliki lima peran dan dua tindakan dalam melaksanakan pekerjaannya sehari hari. Kelima peran tersebut adalah : ikhlas dalam melaksanakan pekerjaan, melaksanakan kewajiban yang dibebankan dengan hati lapang, melaksanakan kewajiban-kewajiban dengan teliti dan sempurna, menghormati atasan dan menghargai rekan kerja dan memberikan ide-ide untuk mengembangkan perusahaan. Dan kedua tindakan adalah : inisiatif dalam menjalankan pekerjaan dan konsentrasi dalam menjalankan pekerjaan. 2. Toyota Production System (TPS) Toyota Production System merupakan prinsip kerja Toyota dalam melakukan standarisasi dalam menghasilkan produknya. Pilar yang digunakan dalam TPS ini adalah berdasarkan keingingan konsumen yang pada umumnya menginginkan tiga hal pada suatu produk, yaitu kualitas sebaik mungkin, 32

17 harga yang pantas, dan tersedia pada saat yang dibutuhkan. Tiga hal yang dianut dalam TPS berdasarkan keinginan konsumen tersebut adalah tidak meneruskan produk yang cacat (jidoka), menghilangkan segala bentuk pemborosan, dan just in time production. Dasar pemikiran untuk jidoka adalah Proses Berikutnya adalah Pelanggan. Maksudnya setiap line proses melakukan pengecekan kualitas sebelum masuk ke proses berikutnya. Proses berikutnya dianggap sebagai pelanggan sehingga harus diberikan produk yang sebaik mungkin tanpa ada cacat atau ketidaknormalan pada produk tersebut. Prinsip dasarnya adalah menghentikan proses jika terjadi ketidaknormalan. Apapun proses yang sedang dilakukan, jika terjadi suatu ketidaknormalan pada produk, maka proses tersebut harus dihentikan. Hal ini untuk memudahkan inspektor untuk menetapkan suatu kondisi normal atau tidak. Menghilangkan segala bentuk pemborosan bertujuan untuk menghasilkan produk yang lebih murah dengan tanpa mengurangi kualitasnya. Dasar pemikirannya adalah profit dengan mengeliminir pemborosan. Terdapat konsep untuk mengeliminir pemborosan tersebut yang dikenal dengan istilah muda, mura, muri. Muda, artinya sesuatu yang tidak menghasilkan nilai tambah (waste) seperti produksi berlebihan, menunggu, pengangkutan pada proses, gerakan/pemindahan, inventory/stok, perbaikan, dll. Mura, artinya tidak merata/ketidakteraturan seperti volume produksi yang selalu berubah sehingga peralatan, mesin, dan orang disesuaikan dengan kondisi puncak meskipun kondisi tersebut hanya terjadi sewaktu waktu. Muri, artinya membebani mesin atau orang melebihi batas kemampuan. 33

18 12 ton 4 ton Kapasitas angkut truk 4 ton Bagaimana cara mengangkut semua beban tersebut? Gambar 5. Ilustrasi muda, mura, muri Dalam TPS juga dikenal istilah Just In Time Production, yaitu membuat barang sesuai dengan yang dibutuhkan dan pada saat diperlukan. 3. Safety Rule Toyota Toyota menerapkan safety rule bagi siapa saja yang memasuki lingkungan pabrik. Aturan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau hal hal yang tidak diinginkan yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Aturan di lingkungan pabrik antara lain adalah berjalan di jalur hijau yang telah disediakan dan tidak menelpon dan memasukkan tangan ke dalam saku saat berjalan. Berbagai aturan tersebut ditampilkan dalam simbol/ilustrasi dan tulisan pada papan yang dipasang ditempat yang mudah dilihat. Aturan atau safety rule di dalam pabrik lebih komplek dan spesifik baik bagi karyawan maupun visitor yang bekerja atau melakukan observasi di dalamnya. Aturan tersebut antara lain harus mengenakan alat pelindung diri (APD), seperti helm. Jika akan memasuki line produksi (di luar jalur hijau), maka harus mengenakan safety shoes. Beberapa APD khusus untuk areal 34

19 tertentu adalah masker untuk areal casting, safety vest untuk areal packing and vanning, ear plug untuk stamping, dan kaca mata pelindung untuk machining. Dalam proses produksi dikenal istilah STOP 6 (Safety Toyota 0/zero Procedure 6) yaitu suatu prosedur di Toyota untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang sering terjadi, dikelompokkan menjadi 6 kategori, ABCDEF, a. Apparatus, adalah kecelakaan atau insiden yang terjadi karena alat atau mesin. Seperti terjepit, tersayat, dsb. b. Big heavy, kejatuhan benda berat c. Car, tertabrak mobil atau kendaraan lain seperti forklift, towing, atau truk d. Drop, terjatuh e. Electricity, tersengat listrik f. Fire, kebakaran atau ledakan Jika terjadi kecelakaan atau suatu ketidaknormalan, maka operator harus melakukan porsedur SCW (Stop, Call, Wait), yaitu menghentikan proses yang sedang dilakukan, memanggil atasan yang bersangkutan, dan menunggu hingga ada instruksi atau saran dari atasan yang telah memeriksanya. Aturan aturan tersebut dibuat untuk menghindari terjadinya hal hal yang tidak diinginkan yang dapat menghambat produktivitas dan merugikan perusahaan dan karyawan. B. Observasi Observasi merupakan kegiatan yang diperlukan untuk melihat kondisi sebenarnya di lapangan. Dalam istilah Toyota, observasi ini disebut Genba. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan manual material handling atau pekerjaan yang melibatkan penggunaan tenaga manusia pada areal packing and vanning. Observasi difokuskan pada satu tempat dan satu proses tertentu. Observasi dilakukan dua kali, yaitu sebelum improvement dan setelah improvement. Observasi yang dilakukan sebelum improvement bertujuan untuk mengetahui berbagai masalah yang ada pada kegiatan manual material 35

20 handling di PVD dan menentukan fokus objek observasinya. Penentuan fokus objek observasi ini diperoleh dari hasil diskusi dengan divisi terkait dan juga perhitungan menggunakan tabel evaluasi resiko dari OSHMS (Occupational Safety and Health Management System) yang terkait dengan postur kerja. Dari observasi yang telah dilakukan, terlihat bahwa permasalahan dalam manual material handling di PVD didominasi oleh postur yang salah dalam bekerja, terutama dalam mengangkat beban. Operator membungkuk untuk mengangkat beban yang ada di bawah sehingga yang menjadi tumpuan dalam pengangkatan adalah tubuh. Hal ini tidak sesuai dengan fungsi tulang punggung sebagai penopang tubuh bagian atas. Jika hal ini dilakukan terusmenerus, maka bantalan pada ruas-ruas tulang belakang dapat rusak dan beresiko menyebabkan cidera permanen pada tulang belakang. Selain itu, postur yang salah juga dapat memicu cidera pada bagian tubuh lain dan menurunkan produktivitas. Tingkat resiko dari beberapa line kerja di PVD berbeda sesuai dengan proses kerja yang dilakukan. Perhitungan nilai resiko dan besarnya nilai resiko yang didapat pada setiap line di PVD akan dijelaskan berikut ini. 1. Perhitungan Resiko Perhitungan menggunakan tabel evaluasi resiko akan menghasilkan suatu nilai untuk melihat potensi bahaya dari suatu pekerjaan, apakah pekerjaan yang dilakukan memiliki potensi bahaya besar, sedang, atau kecil. Perhitungan skor yang dilakukan di sini adalah berdasarkan faktor ergonomi yang penilaiannya dilihat dari postur tubuh pekerja dalam bekerja, peralatan yang menimbulkan getaran, berat beban, dan berat pembebanan tangan dan ujung jari pekerja. 36

21 Tabel 2. Poin evaluasi resiko Poin evaluasi resiko (Nilai total elemen resiko) (1) Level kecelakaan + (2) Frekuensi kerja + (3) Level countermeasure Elemen Resiko Poin Kecelakaan fatal (a) 12 Level Kecelakaan yang memerlukan kecelakaan cuti (b) 6 Kecelakaan tanpa cuti (c) 2 Tinggi 5 Frekuensi kerja Sedang 4 Rendah 3 Level countermeasure Level efektivitas rendah, tidak ada countermeasure dalam hal safety (termasuk tingkat kehatia-hatian orang) Level efektivitas sedang, countermeasure tergantung dari sebagian orang Level efektivitas tinggi, countermeasure tidak tergantung dari sebagian orang Tabel 3. Kategori resiko Poin evaluasi resiko Rank resiko Rank A Rank B Rank C Bahaya besar Bahaya sedang Bahaya kecil Isi resiko Level kecelakaan : a Level kecelakaan : b Level kecelakaan : a Level kecelakaan : b Level kecelakaan : c Level kecelakaan : c Indikasi rank resiko Aa Ab Ac Ba Bb Cc Perhitungan ergonomic risk point dilakukan dengan menjumlahkan angka dari level kecelakaan, frekuensi kerja, dan level countermeasure yang ada dari setiap elemen kerja. Level kecelakaan kerja memiliki tiga kategori yaitu kecelakaan fatal yang dapat menyebabkan kematian atau cacat dengan pemberian poin 12, kecelakaan yang memerlukan cuti/lwd (loss working day) sehingga mengurangi hari kerja bagi karyawan dengan pemberian point 6, dan kecelakaan yang tidak memerlukan cuti/non-lwd atau ringan dengan point 2. Frekuensi kerja memiliki tiga kriteria yaitu frekuensi tinggi, adalah untuk pekerjaan yang rutin dilakukan dengan pemberian poin 5, frekuensi sedang untuk pekerjaan yang dilakukan pada selang waktu tertentu seperti dilakukan setiap 1 bulan sekali dengan pemberian poin 4, dan frekuensi rendah untuk pekerjaan yang jarang dilakukan seperti perbaikan pada mesin dengan pemberian poin 3. Level 37

22 countermeasure adalah tingkat pencegahan kecelakaan atau cidera seperti ada tidaknya alat bantu dalam pekerjaan tersebut termasuk tingkat kehatihatian operator. Kriteria tersebut dilihat pada setiap elemen dan poin yang ada dijumlahkan sehingga diperoleh kategori resiko dari setiap elemen yang ada. Untuk memudahkan melihat poin resiko pada setiap elemen kerja, maka poin resiko dari setiap pengamatan dijumlahkan dengan asumsi bahwa kriteria pengamatan yang ada sama pada setiap elemennya. Lebih jauh lagi, poin dari setiap elemen dijumlahkan untuk melihat poin resiko pada setiap line kerja. Namun hasil penjumlahan poin resiko dari setiap pengamatan ini tidak menunjukkan seberapa besar tingkat/kategori bahaya dari pekerjaan tersebut. Hanya untuk membandingkan poin pekerjaan yang satu dengan yang lainnya. Observasi yang dilakukan setelah improvement bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari improvement yang dilakukan di area kerja tersebut. Pengaruh yang diamati antara lain adalah penurunan ergonomic risk point, kenyamanan operator dan waktu kerjanya. Observasi dilakukan dengan merekam setiap kegiatan pada pada setiap line produksi. Hasil rekaman kemudian diubah ke format digital untuk memudahkan analisa secara visual dari setiap element kerja. Hasil rekaman juga dapat digunakan untuk menghitung waktu kerja dari setiap elemen kerja. 2. Packing and Vanning Division Packing and vanning Division adalah divisi yang bertugas untuk mengemas part untuk diekspor ke berbagai Negara seperti Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Packing and Vanning Division terbagi menjadi dua areal yaitu area assy untuk packing part berukuran kecil dan sedang, dan welding untuk packing dan vanning part berukuran sedang dan besar. Kegiatan-kegiatan pada PVD meliputi receiving (penerimaan part dari pabrik produksi atau supplier), Shortir (memilah part), supply (mengantar part ke bagian produksi), produksi (pengemasan pada box dan case), dan vanning (pengangkutan ke truk atau container). 38

23 Pada receiving area, part dari pabrik produksi maupun supplier diturunkan dari truk pengangkut menggunakan forklift. Part tersebut dikemas dalam palet atau tempat khusus berupa kayu atau besi. Palet yang berisi part tersebut diletakkan di docking area untuk diperiksa kesesuaiannya dengan pesanan yang dilakukan sebelumnya. Palet yang telah selesai diperiksa kemudian diangkut menggunakan forklift dan diletakkan di production line (p-line). Di tempat ini, palet disusun berdasarkan waktu produksi yang telah terjadwal sebelumnya. Terdapat 12 p-line dengan masing-masing memiliki dua baris area untuk meletakkan palet. Part yang ada di p-line kemudian dipilih (shortasi) untuk diproses selanjutnya. Pada assy line, shortasi dilakukan sepenuhnya secara manual. Operator membaca identitas yang ada pada palet untuk memilih part yang akan diproses selanjutnya. Pada welding line, shortasi dilakukan secara manual untuk part yang berukuran kecil dan sedang, dan menggunakan forklift untuk part berukuran besar. Shortir untuk part berukuran besar pada welding line juga sebagai supply untuk proses stacking karena part besar tersebut langsung diantar ke area stacking. Pada assy line, part yang telah dipilih ada yang diantar ke area boxing dan sebagian ke flow rack, yaitu rak untuk menempatkan part untuk sementara waktu sebelum proses stacking. Pada area boxing, part yang berukuran kecil dimasukkan ke dalam kotak kardus/karton dengan jenis dan jumlah yang telah ditentukan sebelumnya. Kardus yang telah berisi part tersebut kemudian diletakkan di flow rack. Pada welding line, part yang dipilih kemudian diantar ke wiring area untuk diikat menggunakan kawat. Satu ikatan part berisi sepuluh part yang sama. Part yang telah diikat kemudian diletakkan di flow rack. Pada welding area, terdapat alat bantu untuk mengangkat part berupa hoist yang digerakkan menggunakan tekanan udara. Untuk part berukuran besar, pengikatan dilakukan di area stacking sebelum part dimasukkan ke dalam case. 39

24 Part yang ada di flow rack kemudian dipilih lagi oleh operator untuk kemudian di kemas ke kotak besi (stacking). Pengambilan part di flow rack disebut shoping atau picking. Pengambilan part sesuai dengan daftar part yang akan dimasukkan ke dalam case. Peralatan manual yang digunakan untuk transportasi part dari mulai proses shortir hingga ke area stacking adalah doly atau kereta dorong. Sebagian part berukuran besar pada welding line dibawa ke area stacking menggunakan forklift. Pada area stacking assy line, kardus yang berisi part didiletakkan pada roll conveyor yang mengarah ke case untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam case. Sedangkan pada welding line, part yang telah diambil dari flow rack diletakkan di doly, dan doly yang berisi part tersebut diletakkan di sekitar area stacking. supplier Receiving area Shortir & supply Assy line, Production Boxing stacking Welding line, Wiring stacking Vanning Gambar 6. Alur proses pada PVD Sunter 1 Plant 40

25 a. Assy line a.1. Receiving Chek Receiving check, untuk memeriksa part yang baru datang dari supplier. Part yang baru datang dan masih di dalam kotak atau palet dari supplier diangkat dari truk menggunakan forklift dan diletakkan di receiving area untuk diperiksa oleh operator untuk mencocokkan jenis dan jumlahnya dengan order yang/pemesanan yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan tabel evaluasi resiko dari OSHMS, ergonomic risk point pada receiving chek adalah sebesar 12. Nilai ini relatif rendah dibanding dengan line lainnya karena kegiatan manual material handling pada line ini relatif sedikit. a.2. Supply & Shortir Supply & shortir, untuk memindahkan part yang akan diproses berikutnya. Dari receiving area, part kemudian dipisahkan atau shortir untuk ditempatkan di flow rack dan dari flow rack ke area boxing dan atau stacking. Flow rack adalah rak yang digunakan untuk meletakkan part yang menunggu untuk proses stacking. Supply dari proses shortir ke flow rack dan ke area boxing dan stacking dilakukan secara manual dan pemindahannya menggunakan doly atau kereta dorong. Berdasarkan perhitungan menggunakan tabel evaluasi resiko OSHMS, ergonomic risk point pada line ini adalah 61 karena pada line ini banyak dilakukan kegiatan manual material handling, seperti mengangkat dan menurunkan part dari atau ke dalam doly. a.3. Boxing Boxing, untuk mengemas part ke dalam kotak karton. Beberapa jenis part dari supplier masih harus dikemas lagi ke dalam kotak karton sesuai dengan jenis dan jumlah tertentu. Jenis dan jumlah part yang harus di-boxing sudah ditentukan. Ergonomic risk point pada line boxing adalah sebesar 47. pekerjaan pada boxing dilakukan pada posisi 41

26 berdiri dan terkadang pekerja melakukan pengambilan part dengan posisi pinggang memutar. a.4. Stacking Stacking, adalah proses untuk memasukkan box atau part ke dalam modul untuk kemudian diekspor ke berbagai negara. Pemasukan part ke dalam modul dilakukan satu persatu secara manual. Modul diletakkan pada dudukan yang tidak terlalu tinggi sehingga pekerja kadang membungkuk untuk meletakkan part ke dalam modul. Pada assy line, terdapat 5 line pos stacking. Dua untuk part berukuran kecil dan tiga untuk part yang lebih besar. Perhitungan poin ergonomi pada stacking adalah 50. b. Welding line b.1. Receiving Chek Kegiatan pada receiving chek pada welding line sama dengan pada assy line. Perhitungan poin ergonomi pada pos ini adalah sama dengan pada assy line yaitu 12. b.2. Supply & Shortir Supply & shortir pada welding line hampir sama dengan supply pada assy line. Hanya saja sebagian proses pada welding line dikerjakan menggunakan forklift dan juga terdapat alat bantu berupa hoist pada supply pada flow rack sehingga ergonomic risk point pada line ini sedikit lebih rendah dibanding line yang sama pada assy line, yaitu 54 poin. b.3. Wiring Proses wiring atau pengikatan part menggunakan kawat dilakukan dengan posisi berdiri. Pekerja terkadang harus mengambil part yang posisinya berada di bawah sehingga posisi tubuh membungkuk. Perhitungan poin ergonomi pada pos ini adalah

27 b.4. Stacking Berat part yang ada pada welding line relatif lebih berat dibanding pada assy line sehingga ditambahkan alat bantu berupa hoist untuk mengangkat part pada welding line. Terdapat 6 line stacking pada welding line. Tiga line untuk stacking part berukuran besar seperti bagian body mobil. Ergonomic risk point untuk tiga pos stacking ini adalah 54. Tiga pos stacking lainnya adalah untuk part yang ukurannya sangat bervariasi. Stacking 1 dan 2 untuk part yang relatif lebih kecil dibanding pada stacking 3. ergonomic risk point pada stacking 1 adalah 57 dan stacking 2 adalah 51. risk point pada stacking 1 lebih tinggi karena dudukan pada stacking 1 lebih rendah dibanding stacking 2 sehingga posisi membungkuk pekerja menjadi lebih banyak dibanding pada stacking 2. sedangkan ergonomic risk point pada stacking 3 adalah 65. Risk point pada stacking 3 merupakan yang paling tinggi dibanding pos lainnya karena part yang ditangani pada pos ini lebih banyak dan tidak terdapat dudukan untuk modul. Sehingga pekerja harus membungkuk untuk meletakkkan part ke dalam modul. Tidak adanya dudukan untuk modul pada pos ini dikarenakan terdapat beberapa ukuran modul yang digunakan. Tidak pada stacking 1 dan 2 yang menggunakan ukuran modul yang sama. C. Diskusi Diskusi dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan dan hasil sementara yang diperoleh di lapangan. Diskusi ini dilakukan secara rutin setiap dua minggu sekali dan dihadiri oleh pembimbing lapang dan pihak PVD. Dalam diskusi, banyak ide dan masukan yang diberikan baik dari mahasiswa magang kepada pihak perusahaan maupun sebaliknya. 43

28 BAB IV PENINGKATAN KUALITAS KERJA (IMPROVEMENT) Dari pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa kegiatan manual material handling di PVD belum memenuhi kriteria ergonomic dan berpotensi menyebabkan terjadinya cidera otot (resiko MSD) pada pekerja. Sehingga perusahaan perlu untuk segera melakukan improvement untuk mengatasinya. Pada fokus objek yang diamati (stacking case A7), banyak terdapat elemen kerja yang memiliki kategori resiko Ab atau bahaya besar, seperti pada saat memasukkan salah satu part ke dalam case (Lampiran ). Untuk menganalisa dan memecahkan suatu permasalahan dalam kerja, biasa digunakan analisis 4M + E, yaitu Machine, Method, Man, Material, dan Environment. Namun dalam kegiatan ini, improvement yang dilakukan difokuskan dari aspek machine (mesin/perlatan kerja), method (metode kerja), dan man saja. A. Machine Improvement (Peningkatan pada Mesin/Peralatan Kerja) Berdasarkan perhitungan ergonomic risk point, penurunan resiko ergonomi setelah dilakukan improvement pada mesin/perlatan stacking pada assy line welding 3 case A7 adalah yang paling besar. Sebagian besar posisi tidak ergonomis dalam proses stacking tersebut adalah membungkuk karena modul yang digunakan untuk mengemas part berada di lantai, sehingga operator harus membungkuk untuk meletakkan/mengambil part. Improvement pada peralatan yang diusulkan adalah penambahan base stacking dan panel roof hoist. Base stacking digunakan untuk meninggikan posisi modul yang sebelumnya ada dilantai. Base stacking sendiri sebenarnya sudah digunakan pada pos stacking line welding 1 dan 2 yang melakukan stacking untuk modul yang ukurannya relatif lebih kecil dibanding modul pada line welding 3. Selain itu, pada line welding 3 ukuran modul yang digunakan bervariasi. Modul terkecil adalah modul S1 dengan ukuran p x l x t, 2 m x 1.5 m x 1 m dan yang terbesar adalah A7 dengan ukuran p x l x t, 4 m x 2.5 m x 0.5 m. Namun demikian, masih terdapat proses yang mengharuskan 44

29 operator untuk membungkuk karena ketinggian base tidak dapat disesuaikan dengan tumpukan part yang dimasukkan ke dalam modul. Pada awal proses stacking, tumpukan part masih rendah dan pada akhir proses stacking, tumpukan part cukup tinggi sehingga operator harus berdiri pada pijakan yang sudah dibuat sebelumnya. Sehingga untuk mengatasi masalah tumpukan part yang semakin meniggi pada selama proses stacking, maka dibuat base stacking yang level/ketinggiannya dapat diatur. Pada awal proses stacking, ketinggian base yang sesuai adalah 75 cm dari permukaan lantai sehingga daerah kerja berada pada daerah kerja optimal. Dan pada saat akhir proses stacking, ketinggian yang sesuai adalah 20 cm dari permukaan lantai sehingga daerah kerja tetap pada daerah kerja optimal. Gambar 7. Base stacking yang terlalu rendah Pada Gambar 7, terlihat bahwa operator tetap harus membungkuk untuk meletakkan part karena base stacking yang dibuat masih terlalu rendah. Selain itu tidak terdapat space untuk ujung kaki sehingga posisi operator tidak nyaman. Space untuk ujung kaki dibuat agar tubuh operator dapat lebih merapat ke case dan lebih mudah menjangkau posisi yang lebih jauh dari tubuhnya. 45

30 Sumber : OSHA, 2003 Gambar 8. Daerah optimal kerja Gambar 9. Rancangan pneumatic base stacking Mekanisme yang digunakan untuk pengangkatan beban menggunakan scissor lift dengan sumber tenaga silinder pneumatik. Rancangan dari base stacking ini dapat dilihat pada Gambar 9. Bahan yang digunakan untuk rangka dan lengan pengangkatnya adalah square pipe 5 cm. Sementara silinder 46

31 pneumatik yang digunakan adalah silinder dengan diameter 100 mm dan stroke 30 cm berjumlah tiga buah. Pada awal proses stacking, base stacking diposisikan pada posisi tinggi dengan ketinggian 80 cm. Pada tengah proses stacking, ketinggian base diturunkan pada posisi rendah hingga tinggi 25 cm. Dengan mekanisme ini, diharapkan postur kerja operator pada proses stacking dapat terjaga pada posisi yang benar/tidak membungkuk. B. Method Improvement (Peningkatan Metode Kerja) Perbaikan peralatan maupun tempat kerja dapat memakan waktu yang relatif lama karena proses pengerjaannya maupun karena terkendala dana. Oleh karena itu, prioritas perbaikan berikutnya adalah dari segi metode kerja. Metode kerja yang diterapkan di PT. TMMIN belum menerapkan aspek ergonomika di dalamnya. Hal ini terlihat dari banyaknya postur janggal yang dilakukan operator dalam melakukan proses kerja. Seperti posisi badan bagian atas (lumbar) membungkuk dengan sudut lebih dari 45 terhadap vertikal dan cara mengangkat yang salah. Posisi janggal seperti disebutkan di atas akan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang tidak nampak pada pekerja jika dilakukan dalam jangka waktu lama dan frekuensi yang cukup tinggi. Masalah yang dapat ditimbulkan antara lain adalah cedera otot atau musculoskeletal disorder (MSD) pada pinggang, bahu, dan lengan. Cedera seperti itu dapat mengganggu produktivitas pekerja sehingga berpotensi merugikan pekerja dan juga perusahaan. Perbaikan metode yang diterapkan di area PVD adalah penerapan aspek ergonomika dalam manual material handling (MMH). Sosialisasi penerapan metode ergonomika tersebut dilakukan melalui training kepada operator dan pembuatan guideline mengenai ergonomika dalam manual material handling. 47

32 (a) (b) Gambar 10. (a) Training teoritis, (b) Training praktek Dengan adanya training tersebut, operator mengetahui bagaimana posisi tubuh yang baik untuk bekerja dan cara mengangkat atau meletakkan beban yang benar. Prinsip dari metode yang diberikan adalah mengusahakan agar operator menjaga posisi tulang punggungnya tetap lurus (dalam posisi alaminya). (a) (b) Gambar 11. Proses prepare module (a) Sebelum improvement, (b) Setelah improvement Dalam rangkaian training tersebut, operator diberikan test awal untuk mengetahui tingkat pemahaman mengenai ergonomika secara sederhana. Kemudian setelah pelaksanaan training, operator ditest kembali untuk 48

33 mengetahui perubahan/peningkatan pemahaman yang diperoleh dari training tersebut. Test ini dilakukan kepada 16 karyawan pada shift merah dan putih. Hasil dari test ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil test operator No. Nama Area Job Position Shift Score Materi Pretest Posttest 1 Sumarno Welding - L/H Merah Abdul Musanip Welding - G/H Merah Very Albert Welding Picking Merah Status 4 Budi Irawan Welding Picking Merah Pargito Welding Stacking Merah Fathurokhman Welding Binding Merah Abdul 7 Welding Binding Merah Ramdani Fathikin Welding Stacking Merah Tumino Welding - L/H Putih Nanang Welding - G/H Putih Ramli Welding Picking Putih Endin S Welding Picking Putih Tatang M Welding Binding Putih M Fikri Welding Stacking Putih Ponang Welding Binding Putih Alex Iskandar Welding Picking Putih Keterangan : Score : 0-30 : Butuh Bimbingan Score : 30-50: Bisa bekerja dengan pengawasan intensif Score : 50-80: Bisa bekerja tanpa dibantu Score : : Bisa bekerja tanpa dibantu dan handle abnormality Dari hasil tes tersebut, dapat dilihat bahwa kemampuan operator dalam memahami prinsip dasar ergonomi meningkat setelah pelaksanaan training. Sekitar 87% operator memperoleh skor diatas 50 sehingga dapat dianggap dapat bekerja dengan posisi atau postur ergonomis tanpa dibantu atau diarahkan lagi. Sementara sisanya masih harus diawasi dalam hal ini. 49

34 (a) (b) Gambar 12. Proses scanning part (a) Sebelum improvement, (b) Setelah improvement C. Man Improvement (Peningkatan pada Pekerja) Perbaikan lain yang dilakukan adalah dari aspek manusia/operator itu sendiri. Kesadaran operator terhadap keselamatan diri sendiri dan orang lain dalam bekerja perlu ditingkatkan dengan training seperti telah disebutkan sebelumnya. Dan untuk melindungi dari bahaya yang ada, operator diharuskan untuk memakai alat pelindung diri (APD). Alat pelindung diri yang digunakan operator pada umumnya adalah untuk melindungi dari bahaya yang nampak seperti helm dan safety shoes untuk melindungi kepala dan kaki dari kejatuhan benda berat, sarung tangan dan apron untuk melindungi tangan dan tubuh dari bahan kimia dan benda tajam. Namun operator tidak memiliki APD untuk melindungi tubuh dari bahaya yang tidak nampak. Bahaya yang tidak nampak antara lain adalah cidera otot yang diakibatkan kebiasaan atau posisi bekerja yang salah. Alat pelindung diri yang ditambahkan untuk operator untuk hal ini adalah back support yang fungsinya untuk men-support pinggang dan mendorong operator untuk mempertahankan posisi yang benar (tidak membungkuk) dalam bekerja. Back support dipasang pada bagian pinggang dan memiliki bantalan penahan disekelilingnya. 50

35 (a) (b) Gambar 13. (a) Back suuport, (b) Pemakaian back support Penggunaan back support telah melalui tahapan trial pemakaian selama kurang lebih satu bulan. Dalam satu bulan masa percobaan tersebut, sampel pemakai diharuskan mengisi tabel yang menggambarkan fungsi dan keadaan back support selama pemakaian (Lampiran 2). Hasil dari trial pemakian tersebut adalah sebagai berikut, Uji Coba Alat Pelindung Diri (Back Support) 15 Jum lah 10 5 O X 0 tidak menambah gerah tidak mengganggu pernapasan tidak membuat iritasi pinggang lebih nyaman tidak mengganggu workability suspender tetap elastis Aspek Pengamatan suspender tidak putus jahitan tidak lepas tidak robek perekat tetap kuat Gambar 14. Hasil trial pemakaian back support 51

36 Dari hasil yang diperoleh pada trial tersebut, terlihat bahwa pemakaian back support sedikit menambah gerah pemakainya. Hal ini dapat disebabkan karena operator telah memakai beberapa APD sebelumnya seperti helm, masker, sarung tangan, apron, arm protector, dan safety shoes. Bertambah gerahnya operator merupakan konsekuensi dari penambahn APD back support. Fungsi dari back support sendiri dilihat dari kenyaman pinggang yang dirasakan operator selama masa percobaan pemakaian. Semua responden menjawab bahwa pinggang menjadi lebih nyaman selama pemakaian meskipun kadarnya berbeda. Dari tiga improvement yang diusulkan, improvement pada mesin memiliki pengurangan ergonomic risk point paling besar dibanding improvement metode dan APD. Nilai cumulative ergonomic risk point pada stacking line welding 3 adalah Dengan improvement pada mesin, cumulative risk point akan berkurang 2245 poin sehingga menjadi 877 poin. Jika improvement pada metode saja akan mengurangi cumulative risk point tersebut sebesar 504 poin sehingga menjadi 2618 poin. Penurunan Cumulative Ergonomic Risk Point Stacking Case A7 FD (Machine Improvement) Before 877 After Gambar 15. Pengurangan ergonomic risk point (machine improvement) 52

37 Penurunan Cumulative Ergonomic Risk Point Stacking Case A7 FD (Method Improvement) Before 2618 After Gambar 16. Pengurangan ergonomic risk point (method improvement) Besarnya cumulative ergonomic risk point di atas tidak menunjukkan tingkat atau kategori bahayanya. Nilai tersebut hanya menunjukkan total nilai dari setiap elemen/proses kerja yang dilakukan pada pos tersebut. Penjumlahan risk point ergonomic dilakukan untuk memudahkan penilaian penurunan poin dari improvement yang dilakukan. 53

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH PERUSAHAAN Sakichi Toyoda sebagai pendiri organisasi Toyota di Jepang, lahir pada tahun 1867 sebagai anak tukang kayu yang mulai hidupnya saat Jepang mulai termodernisasi.

Lebih terperinci

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI A. General Induksi General Induksi merupakan suatu kegiatan pengenalan prinsip-prinsip yang dianut oleh toyota kepada karyawan baru, agar karyawan baru

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. TMMIN (Toyota Motor Manufacturing Indonesia) diresmikan pada tanggal 12 April 1971. Pada saat itu PT. TMMIN (Toyota Motor Manufacturing

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia diawali dengan mengetahui semua pekerjaan yang dilakukan di pabrik. Setelan itu, dilakukan pengenalan istilah-istilah

Lebih terperinci

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan Sakichi Toyoda adalah pendiri organisasi Toyota di Jepang. Terlahir sebagai anak tukang kayu pada tahun 1867 yang memulai hidupnya ketika Jepang

Lebih terperinci

PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan II. PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia adalah bagian dari perusahaan besar yaitu Toyota Motor Corporation (TMC), Jepang. Diawali dengan berdirinya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juni di Sunter Plant 1 yang bertempat di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia,

Lebih terperinci

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN VII. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diharapkan dari pengkajian ini adalah berkurangnya nilai Evaluasi Risiko Kerja OSHMS (Occupational Safety and Health Management System) di stacking (Welding 998 L).

Lebih terperinci

II. PROFIL PERUSAHAAN

II. PROFIL PERUSAHAAN II. PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Berawal sejak tahun 1971 dengan diresmikannya PT. Toyota-Astra Motor (TAM) sebagai importir dan distributor kendaraan Toyota di Indonesia pada

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Toyota Sakichi Toyoda sebagai pendiri organisasi Toyota di Jepang, lahir pada tahun 1867 sebagai anak tukang kayu yang mulai hidupnya saat Jepang mulai memordernisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi yang dilakukan perusahaan dimaksudkan untuk memperoleh manfaat atau hasil dalam beberapa periode atau beberapa tahun di masa yang akan datang. Karena itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini teknologi informasi sudah diterapkan dalam semua sisi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini teknologi informasi sudah diterapkan dalam semua sisi kehidupan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dewasa ini teknologi informasi sudah diterapkan dalam semua sisi kehidupan manusia, terutama dalam perusahaan dan industri. Dengan berbasiskan teknologi informasi,

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PENGEPAKAN PRODUK EKSPOR KOMPONEN MOBIL DI COMPONENT EXPORT VANNING DIVISION

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PENGEPAKAN PRODUK EKSPOR KOMPONEN MOBIL DI COMPONENT EXPORT VANNING DIVISION MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PENGEPAKAN PRODUK EKSPOR KOMPONEN MOBIL DI COMPONENT EXPORT VANNING DIVISION, SUNTER I, PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA Disusun oleh: Fathimah Baya Nabilah 32411726

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan industri ini dapat dilihat dari mulai banyaknya merek dunia yang masuk ke pasar Indonesia.

Lebih terperinci

PROFIL PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN

PROFIL PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN II. PROFIL PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sejarah berdirinya Toyota berawal dari seorang bernama Sakichi Toyoda sebagai pendiri organisasi Toyota di Jepang. Sakichi Toyoda lahir pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang sangat berperan dalam memberikan input yang signifikan terhadap perusahaan adalah bagian produksi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toyota merupakan perusahaan manufaktur kendaran niaga dan penumpang yang saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PROFIL PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Perusahaan

PROFIL PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Perusahaan II. PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Sakichi Toyoda adalah pendiri organisasi Toyota di Jepang, beliau lahir pada tahun 1867 sebagai anak seorang tukang kayu yang memulai kehidupannya saat Jepang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT ADM (Astra Daihatsu Motor) sebagai ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) terus berupaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ini, dunia industri otomotif

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ini, dunia industri otomotif 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ini, dunia industri otomotif berada pada tingkat persaingan yang sangat tinggi. Beberapa bukti yang dapat diambil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toyota merupakan perusahaan manufaktur kendaran niaga dan penumpang yang saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab II ini akan menjelaskan mengenai profil perusahaan, tujuan visi dan misi, sejarah perusahaan, unit usaha dan kegiatan perusahaan, dan struktur organisasi dan manajemen

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR

BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR 2.1 Profil Perusahaan 2.2 Sejarah Singkat PT. Astra Daihatsu Motor PT. Astra Daihatsu Motor (ADM) mengawali sejarahnya pada tahun 1973. Pada tahun 1973, Astra mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

Jl. Yos Sudarso, Sunter II, Jakarta 14330

Jl. Yos Sudarso, Sunter II, Jakarta 14330 LAMPIRAN 57 Lampiran 1. Lokasi Perusahaan a. Kantor Pusat (Head Office) Jl. Yos Sudarso, Sunter II, Jakarta 14330 Website: http://www.toyota.co.id Telp. (62-21) 651 5551 Faks. (62-21) 651 5327 Gambar 17.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat PT. Astra Daihatsu Motor meningkatkan kapasitas produksi di beberapa jalur produksinya, diantaranya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat persaingan dalam era globalisasi dewasa ini semakin tinggi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat persaingan dalam era globalisasi dewasa ini semakin tinggi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tingkat persaingan dalam era globalisasi dewasa ini semakin tinggi dan kompetitif. Setiap industri manufaktur sebagai penghasil produk riil dituntut untuk memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak pada bidang otomotif. Kegiatan di PT. TMMIN selain

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak pada bidang otomotif. Kegiatan di PT. TMMIN selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Toyota Motor Manufakturing Indonesia (PT. TMMIN) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang otomotif. Kegiatan di PT. TMMIN selain merakit mobil, membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangannya industri otomotif di Indonesia dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangannya industri otomotif di Indonesia dan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring berkembangannya industri otomotif di Indonesia dan untuk meningkatkan daya saing di pasar lokal dan internasional, semua industri otomotif di Indonesia berlomba-lomba

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Ergonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Ergonomi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Ergonomi Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, Ergo artinya kerja dan Nomos artinya peraturan atau hukum (Oborne, 1995). Dengan demikian, ergonomi dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

Struktur Perusahaan PT. Astra Honda Motor

Struktur Perusahaan PT. Astra Honda Motor BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Astra Honda Motor merupakan pelopor industri sepeda motor di Indonesia. Didirikan pada 11 Juni 1971 dengan nama awal PT. Federal Motor yang sahamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT. TMMIN) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT. TMMIN) merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT. TMMIN) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur mobil. Perusahaan ini memproduksi beberapa tipe

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri otomotif di Indonesia semakin hari semakin meningkat, terutama di segmen kendaraan ringan roda empat atau mobil. Pertumbuhan tersebut akan didukung

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN. A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role)

VII. PEMBAHASAN. A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role) VII. PEMBAHASAN A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role) Visi PT. TMMIN adalah untuk mencapai Jiritsuka 2012, yaitu kemandirian dalam produksinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. bernama PT. Toyota Astra Motor (PT. TAM) yang didirikan pada tanggal

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. bernama PT. Toyota Astra Motor (PT. TAM) yang didirikan pada tanggal 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN 1.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) pada awalnya bernama PT. Toyota Astra Motor (PT. TAM) yang didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini turut menyumbangan kemudahan dalam menciptakan inovasi-inovasi produk baru yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang menghasilkan pelumas (oli). PT. Federal Karyatama berusaha untuk tepat

Lebih terperinci

V. GL s ROLE. A. Pengertian GL s Role

V. GL s ROLE. A. Pengertian GL s Role V. GL s ROLE A. Pengertian GL s Role Pada struktur organisasi Toyota, terdapat seorang line head yang berperan untuk menjaga agar line yang berada di bawah tanggung jawabnya dapat berjalan dengan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Global Economic Resession atau krisis ekonomi dunia yang dimulai bulan

BAB I PENDAHULUAN. Global Economic Resession atau krisis ekonomi dunia yang dimulai bulan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Global Economic Resession atau krisis ekonomi dunia yang dimulai bulan September 2008 di Amerika, pada awalnya diakibatkan oleh adanya kehancuran pada industri properti

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT TMMIN

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT TMMIN LAMPIRAN 80 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT TMMIN DIRECTORATE DIVISION DEPARTMENT Board of Directors Plant Karawang Assy & Painting Press & Welding - AssyProduction - Painting Engineering Service -

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dari dunia industri menimbulkan persaingan yang kompetitif

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dari dunia industri menimbulkan persaingan yang kompetitif 1 BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dari dunia industri menimbulkan persaingan yang kompetitif antar industri-industri didalamnya. Diantaranya dengan adanya peluncuran berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia otomotif semakin pesat, hal ini dapat ditunjukan dengan semakin banyaknya perusahaan otomotif yang menghasilkan beberapa model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otomotif terbesar di Indonesia. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (yang

BAB I PENDAHULUAN. otomotif terbesar di Indonesia. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia adalah salah satu perusahaan otomotif terbesar di Indonesia. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (yang dulunya dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN unit. Pertumbuhan penjualan produsen-produsen mobil utama di. dengan pangsa pasar sebesar 11.3%.

BAB I PENDAHULUAN unit. Pertumbuhan penjualan produsen-produsen mobil utama di. dengan pangsa pasar sebesar 11.3%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri otomotif di Indonesia semakin hari semakin meningkat, terutama di segmen kendaraan ringan roda empat atau mobil. Pertumbuhan tersebut akan didukung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini yang akan menjadi objek penelitian adalah PT. Samudra Marine Indonesia yaitu perusahaan jasa pembuatan kapal, perbaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai membaik, berdampak pula dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah industri sepeda motor.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT. TMMIN) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT. TMMIN) merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT. TMMIN) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur mobil. Perusahaan ini memproduksi beberapa tipe

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mengenai perusahaan yang menjadi tempat penelitian, yaitu PT. XYZ. Beberapa hal tersebut adalah sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas, efisiensi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. X adalah Agen Tunggal Pemilik Merk (ATPM) dan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri perakitan mobil yang berdiri

Lebih terperinci

PROSES WELDING SHOP PADA PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA KARAWANG PLANT

PROSES WELDING SHOP PADA PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA KARAWANG PLANT PROSES WELDING SHOP PADA PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA KARAWANG PLANT Nama : Oti Lupiyani NPM : 55212611 Dosen Pembimbing : Dr. Sri Nawangsari, SE, MM. PENDAHULUAN Latar Belakang Welding Shop

Lebih terperinci

Strategi Peningkatan Produktivita s

Strategi Peningkatan Produktivita s MODUL PERKULIAHAN Strategi Peningkatan Produktivita s Sejarah Toyota Production System (TPS) Fakultas Program Pascasarjana Program Studi Magister Teknik Industri Tatap Kode MK Muka 01 B11536CA (M-203)

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. Akita Jaya Mobilindo berawal pada tahun 1974 dengan nama CV. Sumber Jaya Motor yang bergerak dalam bidang usaha jual beli kendaraan bermotor di

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Taruna Jaya JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2013

Disusun Oleh : Taruna Jaya JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2013 Analisis Sistem Material Requirement Planning Pada Proses Perakitan Front Door RH Kijang Innova Di PT. TOYOTA Motor Manufacturing Indonesia Karawang Plant Disusun Oleh : Taruna Jaya 3040818 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini persaingan di dunia industri makin ketat. Permintaan pasarpun sering berubah-ubah. Kenyataan ini membuat para pengusaha selalu berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. A. Deskripsi Kegiatan

IV. METODOLOGI. A. Deskripsi Kegiatan IV. METODOLOGI A. Deskripsi Kegiatan Kegiatan magang dilakukan di PT. TMMIN selama 4 bulan, dimulai dari tanggal 10 Maret 2010 sampai dengan 9 Juli 2010. Waktu pelaksanaannya mengikuti jam kerja karyawan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis 26 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan cara menjelaskan fakta yang ada dilapangan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair. BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Diagram Proses Pembuatan Frame Body Comp Marking Front Frame Rear Frame General Assy Stay Body Cover Permanent 1 Permanent 2 Permanent 3 Permanent

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Latar Belakang Perusahaan Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia (Pro Tec) merupakan perusahaan perakit komponen-komponen untuk perusahaan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA. sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) Toyota untuk seluruh

BAB III GAMBARAN UMUM PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA. sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) Toyota untuk seluruh BAB III GAMBARAN UMUM PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA A. Sejarah Singkat Perusahaan Pada tanggal 1 Juli 1969 PT. Astra Internasional Inc. ditunjuk pemerintah sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pergerakan operator dan barang antar workstation saja. Belum pernah penulis

BAB 1 PENDAHULUAN. pergerakan operator dan barang antar workstation saja. Belum pernah penulis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini orang biasanya hanya memikirkan bagaimana memperbaiki pergerakan operator dan barang antar workstation saja. Belum pernah penulis menemukan ada kajian yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Astra Honda Motor merupakan pelopor industri sepeda motor di Indonesia. Didirikan pada 11 Juni 1971 dengan nama awal PT. Federal Motor yang sahamnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan berkembang semakin ketat. Masing masing

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan berkembang semakin ketat. Masing masing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan berkembang semakin ketat. Masing masing perusahaan berupaya untuk menguasai pangsa pasar sebesar-besarnya guna memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS FR DOOR OUTER RH KIJANG INNOVA PADA PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS FR DOOR OUTER RH KIJANG INNOVA PADA PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS FR DOOR OUTER RH KIJANG INNOVA PADA PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA Nama : Aan Andri Yana NPM : 30411004 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah sistematis yang berperan penting sebagai pedoman dalam menyelesaikan dan memberikan solusi dari masalah yang timbul dalam penyusunan

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Kerja praktik di laksanakan di PT. Hino Motor Sales Indonesia Tangerang, perusahaan ini bergerak dalam bidang Sales, Service, Spare parts

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri pada saat ini tidak dapat dihindari, dan setiap pesaing

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri pada saat ini tidak dapat dihindari, dan setiap pesaing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di dunia industri pada saat ini tidak dapat dihindari, dan setiap pesaing berusaha untuk mencari suatu metode yang lebih baik untuk memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dalam dunia bisnis terjadi dengan cepatnya. Persaingan antar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dalam dunia bisnis terjadi dengan cepatnya. Persaingan antar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan dalam dunia bisnis terjadi dengan cepatnya. Persaingan antar perusahaan meningkat pesat, era globalisasi semakin menambah ketatnya persaingan. Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan sistemnya agar dapat meningkatkan kualitas produk dan pelayanannya untuk mempertahankan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI

MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI Nama : Ridwanullah NPM : 36411161 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Dian Kemala Putri, MT MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data dengan menggunakan Metode FMEA dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Mengidentifikasi moda kegagalan potensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan industri di negara Indonesia sedang mengalami peningkatan yang cukup pesat, baik itu dalam bidang jasa atau manufaktur. Persaingan antara

Lebih terperinci

SKRIPSI STUDI ASPEK KEBISINGAN DI UNIT STAMPING SHOP, KARAWANG PLANT PT TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA. Oleh : KOKOH BAIQUNI F

SKRIPSI STUDI ASPEK KEBISINGAN DI UNIT STAMPING SHOP, KARAWANG PLANT PT TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA. Oleh : KOKOH BAIQUNI F SKRIPSI STUDI ASPEK KEBISINGAN DI UNIT STAMPING SHOP, KARAWANG PLANT PT TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA Oleh : KOKOH BAIQUNI F14050305 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari waktu ke waktu yang menuntut semua instansi industri untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari waktu ke waktu yang menuntut semua instansi industri untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan jaman yang semakin pesat, dunia industri semakin berkembang dari waktu ke waktu yang menuntut semua instansi industri untuk memperbaiki

Lebih terperinci

Manufacturer Exporter Broker/Marketing Importir Main Dealer. Broker/Marketing Importir Main Dealer

Manufacturer Exporter Broker/Marketing Importir Main Dealer. Broker/Marketing Importir Main Dealer Analisis Plant Layout Delivery Center Dan Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk CBU Export Business Process Guna Meningkatkan Kapasitas Penyimpanan Dan Pengiriman CBU Export Erma Retno Ayu Mahasiswi Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perindustrian di Indonesia sekarang ini mengalami perkembangan yang pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat, rolling door, dan lan-lain.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi

Lampiran 1. Struktur Organisasi Lampiran 1. Struktur Organisasi Kepala Pabrik Administrasi Produksi Quality Assurance and Environment Utilitas Bussiness Accounting Seksi Kesehatan & Keselamatan Kerja Seksi Gudang Material Seksi Stock

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (INDUSTRI)

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (INDUSTRI) BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (INDUSTRI) 2.1 Sejarah Perusahaan A. Sejarah Aisan Nasmoco Industri di Indonesia Pada tahun 1997, Aisan Co. Ltd mendirikan manufaktur anak perusahaan di Indonesia bekerjasama

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kegiatan bisnis di Indonesia sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat, terutama dengan banyaknya bisnis internasional yang semakin berkembang dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan merupakan suatu organisasi bisnis yang meraih reward dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan merupakan suatu organisasi bisnis yang meraih reward dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah perusahaan merupakan suatu organisasi bisnis yang meraih reward dan keberhasilan. Namun keberhasilan tidak diperoleh dengan sendirinya. Keberhasilan hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis kualitatif, karena analisis

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan 2.1.1 Profil Perusahaan Adrenaline Counter adalah toko yang bergerak pada penjualan sepeda, sparepart dan perbaikan. Didirikan dibawah naungan PT. Biker

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Tri Dharma Wisesa yang beralamatkan di Jl. Pegangsaan Dua blok A1, km 1.6, Kelapa Gading, Jakarta Utara adalah salah satu perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era yang perkembanganya sangat cepat ini dimana semua dituntut untuk menciptakan suatu proses kerja yang efektif dan effisien dengan tidak mengurangi standard kualitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN WAKTU PELAYANAN PRODUKSI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

ANALISIS PENINGKATAN WAKTU PELAYANAN PRODUKSI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ANALISIS PENINGKATAN WAKTU PELAYANAN PRODUKSI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Hernadewita (1), H e n d r a (2) (1) Staf Pengajar Sekolah Tinggi Manajemen Industri Departemen Perindustrian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tingginya sepeda motor di Indonesia. Sehingga membuat permintaan Alloy

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tingginya sepeda motor di Indonesia. Sehingga membuat permintaan Alloy BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kendaraan sepeda motor di Indonesia semakin berkembang sejalan dengan tingginya sepeda motor di Indonesia. Sehingga membuat permintaan Alloy Wheel For Motorcycle

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat serta penyedia pelayanan purna jual baik berupa suku cadang maupun servis dengan cabang-cabang

Lebih terperinci

Bab 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

Bab 2 GAMBARAN UMUM OBJEK Bab 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 PT Astra Otoparts Tbk Astra Intenational Tbk. adalah salah satu perusahaan otomotif terbesar di Indonesia dengan karyawan lebih dari 75.000 orang. Bisnis utama yang dijalankan

Lebih terperinci

II. PROFIL PERUSAHAAN

II. PROFIL PERUSAHAAN II. PROFIL PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN PT TMMIN diresmikan pada tanggal 12 April 1971. Pada saat itu PT TMMIN bernama PT Toyota Astra Motor (TAM) yang mempunyai fungsi sebagai importir

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin kompetitif. Menuntut perusahaan untuk mampu menyusun sebuah strategi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin kompetitif. Menuntut perusahaan untuk mampu menyusun sebuah strategi yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini, dimana persaingan dalam dunia industri semakin kompetitif. Menuntut perusahaan untuk mampu menyusun sebuah strategi yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Sejarah Perusahaan IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan Frame Chassis dan Press Part sebagai bisnis utamanya. Menjawab

Lebih terperinci

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT By: Rini Halila Nasution, ST, MT Alat, bahan dan pekerja harus diatur posisinya sedemikian rupa dalam suatu pabrik, sehingga hasilnya paling efektif dan ekonomis.

Lebih terperinci