VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA"

Transkripsi

1 VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi yang disyaratkan, yakni uji asumsi normalitas, heteroskedastisitas, multikolinieritas, dan autokorelasi. Terpenuhinya uji asumsi-asumsi tersebut akan membuat penaksir kuadrat terkecil dalam kelas penaksir linier tak bias menghasilkan variabel penduga terbaik yang tidak bias atau disebut BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Sebaliknya, jika ada setidaknya satu asumsi dalam model regresi yang tidak dapat dipenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran pendugaan model itu atau pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan itu akan diragukan. Secara umum, gravity model aliran perdagangan kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini telah memenuhi uji asumsi normalitas. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pengujian Jarque Bera (Lampiran 3). Pada taraf nyata sepuluh persen diperoleh p-value sebesar 0, Nilai yang diperoleh tersebut lebih besar dari taraf nyata sepuluh persen atau 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas sudah terpenuhi. Pengujian asumsi selanjutnya yang harus dipenuhi adalah uji heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas ini dapat dilihat melalui gambar standardized residual graph (Lampiran 4). Berdasarkan grafik plot tersebut diketahui bahwa data tersebar di bawah dan di atas titik nol serta tidak menggambarkan pola tertentu. Selain itu, hasil output pada lampiran 2 menunjukkan bahwa nilai sum square residual pada weighted statistic (66,3769) lebih besar daripada pada unweighted statistic (59,12537) nya sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut terbebas dari heteroskedastisitas. Berikutnya adalah pengujian asumsi multikolinearitas. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas yang sempurna antar variabel independen pada model dapat dilihat dari nilai korelasi antar variabel independen pada model yang dibangun. Berdasarkan Lampiran 5 (Uji Klein), model dapat dinyatakan terbebas dari

2 multikolinearitas karena seluruh koefisien korelasi antar variabel tidak ada yang melebihi koefisien determinasi (R-square) 0, Hal ini juga didukung oleh uji statistik t, F, dan p-value yang signifikan. Berdasarkan uji statistik-t dengan taraf sepuluh persen, terdapat empat variabel bebas pada model tersebut yang dinyatakan memiliki pengaruh signifikan yaitu variabel GDP per kapita negara tujuan ekspor, harga kepiting Indonesia di negara tujuan, jarak Indonesia terhadap negara tujuan, dan nilai tukar negara tujuan terhadap mata uang negara asal ekspor. Dengan demikian, secara umum seluruh variabel yang digunakan di dalam model regresi tersebut sudah memenuhi asumsi multikolinieritas. Uji asumsi yang terakhir adalah uji yang mensyaratkan model terbebas dari adanya autokorelasi. Untuk mendeteksi apakah model yang dibangun steril dari masalah autokorelasi dapat diketahui dengan melakukan uji Durbin-Watson (Lampiran 6).Setelah diuji dengan menggunakan uji statistik Durbin-Watson diperoleh nilai DW sebesar 1, Nilai tersebut terletak di antara nilai DU (1,7683) dan 2 yang artinya masih berada di luar selang autokorelasi positif. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi pada model tersebut. Berdasarkan pengujian dari asumsi-asumsi yang telah dijelaskan di atas tersebut maka regresi gravity model aliran perdagangan kepiting Indonesia sudah memenuhi asumsi-asumsi dan dapat dipakai untuk menjelaskan hubungan antara aliran perdagangan kepiting Indonesia dengan GDP per kapita Indonesia (Yi), GDP per kapita negara tujuan (Yj), jarak antara Indonesia dengan negara tujuan (Dij), harga kepiting Indonesia di negara tujuan (Pij), dan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap rupiah (ERij). Berdasarkan Tabel 16 Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor kepiting Indonesia yang (mean) rata-rata jumlah volume ekspornya tertinggi. Sedangkan, Malaysia menjadi negara tujuan ekspor kepiting Indonesia yang memiliki jumlah volume ekspor yang relatif paling stabil. Hal ini terlihat dari nilai standar deviasi yang cukup kecil serta nilai mean, median maximum, dan minimumnya yang tidak terlalu berfluktuasi dibandingkan ketujuh negara lainnya.

3

4 Tabel 16. Statistik Deskriptif Volume Ekspor Kepiting Indonesia Negara Volume Ekspor (kg) Standar Deviasi Mean Median Maximum Minimum Amerika Serikat Singapura Malaysia RRC Jepang Belanda Korea Pengaruh Variabel-variabel Ekonomi dan Non Ekonomi terhadap Ekspor Kepiting Indonesia Aliran perdagangan ekspor kepiting Indonesia pada penelitian ini dijelaskan dengan menggunakan gravity model. Model ini digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel ekonomi terhadap ekspor kepiting Indonesia ke negaranegara tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Melalui model yang dibangun dapat diketahui variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor kepiting Indonesia ke negara-negara tujuan. Hasil analisis pengaruh variabel-variabel ekonomi dan non ekonomi terhadap ekspor kepiting Indonesia dengan metode fixed effect secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 2, dengan persamaan yang dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Output Model Analisis Regresi Gravity Model Ekspor Kepiting Indonesia dengan Metode Fixed Effect Variabel Koefisien t-statistik Probabilitas C -2, , ,5482 GDP per kapita Indonesia -0, , ,6613 GDP per kapita Negara Tujuan 0, , ,0683 Nilai Tukar 0, , ,0251 Harga Komoditas -1, , ,0000 Jarak 0, , ,0002 R-squared 0, F-statistik 160,5062 Adjusted R-squared 0, Prob (F-statistik) 0, Berdasarkan Tabel 17, diperoleh nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 96,82 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 96,82 persen keragaman aliran

5 perdagangan ekspor kepiting Indonesia ke negara-negara tujuan dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel bebas dalam model. Sedangkan sebesar 3,18 persen sisa keragaman aliran perdagangan ekspor kepiting Indonesia dapat diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model atau error. Berdasarkan uji statistik-t pada taraf nyata sebesar sepuluh persen, terdapat empat variabel bebas di dalam model tersebut yang berpengaruh nyata terhadap besar kecilnya ekspor kepiting Indonesia ke negara-negara tujuan ekspornya. Keempat variabel tersebut adalah GDP per kapita negara tujuan (GDPj), harga kepiting Indonesia di negara tujuan (Pj), Jarak antara Indonesia terhadap negara tujuan (Dij), dan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap rupiah (ERij). Sedangkan variabel GDP per kapita negara Indonesia dan GDP per kapita negara tujuan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor kepiting Indonesia. Berdasarkan pengujian statistik-f model, nilai probability (F-statistik) pada model ini juga lebih kecil dari taraf nyata sepuluh persen yang digunakan. Hal ini mengindikasikan bahwa model dianggap mampu merepresentasikan permintaan ekspor kepiting Indonesia di negara tujuan. Regresi yang dihasilkan menunjukkan bahwa secara bersama-sama seluruh variabel bebas dalam model dapat menjelaskan variasi perubahan ekspor kepiting Indonesia ke negara-negara tujuan ekspornya. Analisis pengaruh variabel bebas pada hasil regresi gravity model terhadap ekspor kepiting Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut: GDP per kapita Indonesia (Yi) GDP atau produk domestik bruto merupakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. GDP menyatakan berapa banyak uang yang mengalir mengelilingi aliran sirkuler perekonomian suatu negara per unit waktu atau juga nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu. GDP menggambarkan keadaan perekonomian suatu negara. GDP adalah jumlah konsumsi, investasi, pembelian pemerintah dan ekspor bersih. Sedangkan GDP per kapita menggambarkan tingkat kesejahteraan serta kemampuan ekonomi rata-rata setiap penduduk di negara tersebut.

6 Apabila suatu negara memiliki tingkat GDP per kapita yang semakin besar, maka kemampuan rata-rata penduduk negara tersebut dalam memproduksi barang dan jasanya juga semakin besar. Selain itu, GDP per kapita juga menggambarkan kemampuan (daya beli) rata-rata penduduk dalam menyerap barang-barang dari dalam negeri maupun yang diperdagangkan di pasar internasional. Pada penelitian kali ini, nilai probabilitas variabel GDP per kapita Indonesia yang lebih besar dari taraf nyata sebesar sepuluh persen menunjukkan bahwa parameter GDP per kapita Indonesia memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap aliran perdagangan kepiting Indonesia. Variabel GDP per kapita Indonesia juga memiliki pengaruh yang negatif terhadap ekspor kepiting Indonesia terlihat dari nilai koefisien parameter yang besarnya -0, Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan GDP per kapita Indonesia sebesar satu persen maka akan terjadi penurunan besarnya volume ekspor kepiting Indonesia sebesar 0, persen dari jumlah sebelumnya, ceteris paribus. Pertumbuhan GDP per kapita Indonesia (pengekspor) merupakan salah satu indikator bagi ekspor kepiting Indonesia ke negara tujuan. Meningkatnya GDP per kapita Indonesia dapat diartikan sebagai peningkatan daya beli rata-rata masyarakat Indonesia yang serta merta akan meningkatkan jumlah permintaan terhadap barang dan jasa dalam negeri termasuk permintaan komoditas kepiting Indonesia. Peningkatan konsumsi domestik akan mengurangi jumlah ekspor kepiting karena pada dasarnya ekspor dilakukan ketika terjadi kelebihan produksi di tingkat domestik. Produk kepiting Indonesia yang biasanya diperdagangkan ke luar negeri merupakan produk dengan grade yang lebih tinggi dari yang umum diperdagangkan di pasar domestik. Namun dengan meningkatnya daya beli masyarakat domestik, komoditas kepiting dengan grade tinggi tersebut menjadi lebih terjangkau oleh konsumen lokal sehingga permintaannya pun akan meningkat GDP per kapita Negara Tujuan (Yj) GDP merupakan salah satu indikator ekonomi yang mampu menggambarkan skala atau ukuran ekonomi suatu negara. Dalam hal perdagangan antar negara, ukuran

7 ekonomi negara importir akan menentukan besarnya jumlah komoditi ekspor yang dapat dijual oleh negara eksportir. Variabel GDP per kapita negara tujuan mewakili ukuran ekonomi serta daya beli masyarakat di negara tersebut. Semakin besar daya beli dan ukuran ekonomi suatu negara tentu semakin besar pula permintaan pasar di negara tersebut Singapura Malaysia China Japan Belanda Korea Gambar 3. Perkembangan GDP per Kapita Negara Tujuan Ekspor Kepiting Indonesia Tahun Berdasarkan Gambar 3, terlihat bahwa negara-negara tujuan ekspor kepiting Indonesia cenderung mengalami peningkatan GDP per kapita setiap tahunnya. GDP per kapita negara tujuan ekspor kepiting berpengaruh secara nyata dalam mempengaruhi besar kecilnya volume ekspor kepiting Indonesia. Koefisien slope pada variabel GDP per kapita negara tujuan yang bertanda positif, mengindikasikan bahwa semakin meningkatnya GDP per kapita negara tujuan akan cenderung memiliki jumlah impor kepiting yang semakin banyak. Sebaliknya, negara dengan GDP per kapita yang lebih rendah memiliki jumlah impor kepiting yang lebih sedikit. Nilai koefisien variabel GDP per kapita negara tujuan dari hasil analisis regresi gravity model ekspor kepiting Indonesia adalah sebesar 0, Hal ini menunjukkan bahwa, jika secara kolektif GDP per kapita ketujuh negara tujuan ekspor kepiting Indonesia meningkat sebesar satu persen maka ekspor kepiting

8 Indonesia ke negara-negara tujuan akan meningkat sebesar 0,42 persen dari jumlah sebelumnya, ceteris paribus. Hasil pengolahan data juga menunjukkan bahwa nilai probabilitas variabel GDP per kapita negara tujuan masih lebih rendah dari taraf nyata sebesar sepuluh persen sehingga faktor tersebut dapat dinyatakan sebagai faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor kepiting Indonesia. Tabel 18. Perkembangan GDP per Kapita Negara Tujuan dan Volume Ekspor Kepiting Indonesia Tahun Negara Standar Deviasi GDP Negara Tujuan (US$) Mean Median Max Min Laju GDP per kapita (%/tahun) Laju Volume Ekspor (%/tahun) Amerika Serikat ,28-0,12 Singapura ,98 0,60 Malaysia ,58 0,47 RRC ,66 0,72 Jepang ,27-2,68 Belanda ,48 9,27 Korea ,59 4,23 Sumber : * ** (diolah) Berdasarkan Tabel 18, telihat bahwa pertumbuhan volume ekspor cenderung meningkat ke negara-negara tujuan ekspor yang memiliki pertumbuhan GDP per kapita yang relatif besar. Pada tabel tersebut juga terlihat bahwa dua negara yang memiliki pertumbuhan GDP per kapita terendah yakni Amerika Serikat dan Jepang memiliki pertumbuhan volume ekspor yang negatif. Hal ini sesuai dengan Lipsey et al. (1995) yang menyatakan bahwa kenaikan pendapatan akan menaikkan pula permintaan terhadap suatu barang atau jasa dan sebaliknya. Hal ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadi (2009) dan Widianingsih (2009) dalam penelitiannya berturut-turut mengenai aliran perdagangan komoditas pisang dan biji kakao. Pada studi yang dilakukan oleh keduanya variabel GDP memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspor komoditas tersebut. Kondisi demikian membuat Indonesia sebagai negara pengekspor kepiting harus lebih giat memasarkan produk kepiting Indonesia di negara yang memiliki pendapatan per kapita yang besar untuk dijadikan negara tujuan ekspornya. Selain itu, Indonesia juga perlu melihat tren

9 pertumbuhan GDP per kapita pada negara-negara tujuannya karena tidak semua negara tujuan memiliki kecenderungan GDP per kapita yang meningkat setiap tahunnya Jarak Indonesia dengan Negara Tujuan (Dij) Jarak akan mempengaruhi perdagangan bilateral antar dua negara atau beberapa negara dalam bentuk penurunan perdagangan. Semakin jauh jarak yang harus ditempuh akan semakin memperbesar biaya transportasi yang harus dikeluarkan sehingga semakin rendah volume ekspor produknya (semakin rendah aliran perdagangan). Pada dasarnya jarak antar negara relatif konstan sehingga pada penelitian ini kedinamisan pengaruh variabel jarak akan diwakilkan oleh biaya transportasi. Sebagai bentuk penyederhanaan, biaya transportasi yang dipergunakan merupakan hasil dari perkalian antara jarak pelabuhan terbesar antar negara dengan harga minyak dunia pada tahun tersebut. Keberadaan biaya pengangkutan tidak merubah prinsip-prinsip dasar keunggulan komparatif atau keunggulan perdagangan. Pada kondisi riil, biaya transportasi meliputi ongkos pengapalan, biaya bongkar muat di pelabuhan, premi asuransi, serta berbagai pungutan pada saat komoditi yang diperdagangkan itu disimpan di suatu tempat sementara (transit). Selain itu, risiko penyusutan ataupun rusaknya barang akan meningkat seiring dengan semakin jauhnya jarak yang harus ditempuh. Pertimbangan-pertimbangan tersebut menjelaskan mengapa sebagian besar barang dan jasa yang ada di masing-masing negara tidak diperdagangkan secara internasional (diekspor atau diimpor). Akan tetapi dewasa ini biaya dan teknologi transportasi telah banyak berkembang berkat adanya berbagai metode pengangkutan massal yang relatif murah seperti truk berukuran besar, fasilitas kontainer dan kapalkapal raksasa, serta pesawat berbadan lebar yang mampu menekan waktu dan biaya transportasi. Perkembangan ini pula yang menyebabkan banyak komoditi yang awalnya tidak dapat diperdagangkan secara internasional kini menjadi komoditi perdagangan antar negara yang lazim.

10 Tabel 19. Statistik Deskriptif Jarak (Biaya Transportasi) Negara Tujuan Ekspor Kepiting Indonesia Negara Biaya Transportasi (US$) Standar Deviasi Mean Median Maximum Minimum Amerika Serikat Singapura Malaysia RRC Jepang Belanda Korea Sumber : (diolah) Berdasarkan hasil analisis regresi gravity model aliran perdagangan ekspor kepiting Indonesia, menunjukkan bahwa koefisien variabel jarak antara Indonesia dengan negara tujuan justru memiliki slope yang positif. Dengan demikian, apabila jarak antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor semakin jauh, maka volume ekspor kepiting yang diperdagangkan akan semakin besar, ceteris paribus. Nilai koefisien variabel jarak antara Indonesia dengan negara tujuan adalah sebesar 0, Hal ini menunjukkan bahwa, jika jarak antara Indonesia dengan salah satu negara tujuan ekspor kepiting Indonesia bertambah sebesar satu persen maka ekspor kepiting Indonesia ke negara-negara tujuan akan bertambah sebesar 0, persen dari jumlah sebelumnya, ceteris paribus. Variabel jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor kepiting Indonesia signifikan dan berbeda nyata dengan nol pada pengujian hipotesis statistik-t dengan taraf sepuluh persen. Temuan ini inkonsisten baik dengan hipotesis maupun studi yang dilakukan oleh Hadi (2009) dalam penelitiannya mengenai aliran perdagangan mangga, Setyo (2009) dalam penelitiannya mengenai aliran perdagangan komoditas pisang, dan Hadianto (2010) mengenai komoditi hasil hutan bukan kayu. Ketiga penelitian tersebut menyatakan bahwa pertambahan jarak antara Indonesia dengan negara tujuan akan cenderung mengurangi volume perdagangannya. Perbedaan pada hasil penelitian ini dapat disebabkan oleh fakta bahwa sejauh ini negara-negara yang mengimpor kepiting Indonesia dalam jumlah besar adalah negara yang terletak jauh dari Indonesia. Mengingat bahwa komoditas

11 yang diperdagangkan adalah komoditas segar, maka semakin segar produk tersebut akan semakin diminati pula oleh para konsumen. Untuk memperoleh kesegaran yang tinggi, produk harus dikirimkan secara cepat dan tentunya akan meningkatkan biaya pengirimannya. Selain itu, kedekatan secara geografis suatu negara dengan Indonesia juga dapat mengakibatkan jenis komoditas kepiting yang dapat diproduksi oleh negara tersebut relatif sama dengan Indonesia. Akibatnya, alih-alih mengimpor kepiting dari Indonesia, negara tersebut justru dapat menjadi pesaing Indonesia di pasar ekspornya

12 6.2.4 Nilai Tukar Mata Uang Negara Tujuan Terhadap Rupiah (ERij) Kurs mata uang adalah nilai tukar atau harga dari mata uang suatu negara dalam satuan mata uang negara lainnya. Dalam hal ini, kurs yang dimaksud adalah nilai tukar dari mata uang negara-negara tujuan ekspor kepiting terhadap mata uang domestik Indonesia yakni rupiah. Pada umumnya, kurs ditentukan oleh besar kecilnya permintaan dan penawaran pasar dari mata uang tersebut. Keadaan perekonomian Indonesia pada saat krisis moneter menyebabkan rupiah mengalami depresiasi terhadap dollar AS yang sangat besar dan mengakibatkan anjloknya nilai mata uang rupiah. Meskipun demikian, depresiasi rupiah tersebut justru memberikan keuntungan bagi perkembangan volume ekspor Indonesia khususnya produk-produk pertanian. Depresiasi menyebabkan harga produk yang dihasilkan dari dalam negeri menjadi relatif lebih murah. Hal ini tentu saja mendorong negara-negara importir untuk mengkonsumsi lebih banyak barang dari Indonesia, tak terkecuali kepiting, sehingga volume ekspor kepiting akan cenderung meningkat Amerika Serikat Singapura Malaysia China Jepang Belanda Korea Selatan Gambar 4. Perkembangan Nilai Tukar Negara Tujuan Ekspor Kepiting Indonesia Terhadap Rupiah Tahun Analisis regresi gravity model aliran perdagangan ekspor kepiting Indonesia menunjukkan bahwa koefisien nilai tukar mata uang bernilai positif. Sesuai dengan hipotesis yakni terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan

13 mengakibatkan harga ekspor kepiting di pasar internasional menjadi relatif lebih murah, sehingga penduduk negara tujuan akan lebih banyak membeli kepiting dari Indonesia. Variabel ini mempengaruhi besarnya volume ekspor kepiting Indonesia ke negara-negara tujuan dengan nilai koefisien sebesar 0, Nilai ini berarti bahwa apabila terjadi pelemahan (depresiasi) nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan sebesar satu persen, maka akan menyebabkan peningkatan ekspor kepiting Indonesia ke negara tujuan sebesar 0,97 persen dari jumlah sebelumnya, ceteris paribus. Variabel nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap rupiah menjadi faktor penting yang sangat mempengaruhi besarnya ekspor kepiting Indonesia karena variabel ini memiliki nilai P-value yang lebih kecil dari taraf nyata sepuluh persen, sehingga variabel nilai tukar negara tujuan ekspor kepiting terhadap rupiah tersebut signifikan dan berbeda nyata dengan nol. Temuan ini konsisten dengan studi yang dilakukan oleh Widianingsih (2009) dan Kartikasari (2008) masing masing mengenai aliran perdagangan komoditi biji kakao dan anggrek. Besarnya koefisien variabel nilai tukar merupakan gambaran bahwa pengaruh dari nilai tukar sebagai faktor yang mempengaruhi ekspor kepiting Indonesia sangat besar. Semakin menguatnya nilai tukar negara tujuan terhadap rupiah semakin besar pula potensi negara tersebut dalam meningkatkan volume ekspor kepiting Indonesia. Berdasarkan Gambar 4, terlihat bahwa mata uang negara-negara tujuan ekspor kepiting Indonesia cenderung mengalami apresiasi terhadap rupiah. Tabel 20. Perkembangan Nilai Tukar dan Volume Ekspor Kepiting Indonesia Tahun Negara Standar Deviasi Nilai Tukar (Importer s Currency/Rp) Mean Median Max Min Laju Nilai Tukar (%/tahun) Laju Volume Ekspor (%/tahun) Amerika Serikat 584, , , , ,8-0,14-0,12 Singapura 738, , , , ,6 0,20 0,60 Malaysia 235, , , , ,7 0,07 0,47 RRC 152, , , , ,3 0,02 0,72 Jepang 12,6 87,1 83,7 111,4 74,2-0,54-2,68 Belanda 1.929, , , , ,8 0,33 9,27 Korea 0,9 8,4 8,1 9,9 7,2 0,03 4,23

14 Sumber : (diolah) Tabel 20 menunjukan bahwa negara yang memiliki rata-rata apresiasi terhadap rupiah tertinggi selama tahun 2001 hingga tahun 2010 adalah Belanda yaitu sebesar 0,33 persen dengan persentase pertumbuhan volume ekspornya yang juga tertinggi di antara yang lainnya yakni mencapai 9,27% per tahun. Penurunan pertumbuhan volume ekspor Amerika Serikat juga dapat dijelaskan pada variabel ini. Depresiasi nilai tukar Dollar Amerika terhadap Rupiah menjadikan nilai riil komoditas kepiting Indonesia lebih tinggi di Amerika Serikat sehingga mengurangi pertumbuhan jumlah impor di negara tersebut. Tanda positif pada variabel nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan, mengindikasikan bahwa negara dengan nilai tukar mata uang terhadap rupiah yang tinggi memiliki volume ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan negara-negara yang nilai tukar terhadap rupiahnya lebih rendah Harga Kepiting Indonesia di Negara Tujuan (Pij) Perdagangan internasional pada dasarnya terjadi karena adanya perbedaan harga yang terbentuk pada masing-masing negara. Perbedaan harga ini disebabkan salah satu negara lebih efisien dibandingkan negara lain dalam menghasilkan suatu komoditi tertentu, sedangkan negara lain lebih efisien dalam menghasilkan komoditi lainnya. Dengan demikian, masing-masing negara akan melakukan spesialisasi terhadap salah satu komoditi yang mengandung keunggulan komparatif dan mengekspor sebagian outputnya ke negara lain. Perbedaan relatif harga-harga atas berbagai komoditi antar dua negara pada dasarnya mencerminkan keunggulan komparatif bagi masing-masing. Harga juga yang menjadi pijakan setiap negara dalam melangsungkan hubungan dagang yang saling menguntungkan. Harga relatif ekuilibrium setelah perdagangan berlangsung, merupakan harga relatif bersama yang berlaku di negara pengekspor dan negara pengimpor. Harga ini pula yang sekaligus akan menyeimbangkan hubungan dagang di antara kedua negara tersebut. Tinggi rendahnya harga kepiting di pasar

15 internasional sangat dipengaruhi kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan negara-negara yang melakukan perdagangan. Teori permintaan ekspor menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat harga yang terjadi pada transaksi perdagangan maka jumlah permintaan komoditi suatu barang akan semakin menurun. Dari hasil estimasi model diketahui bahwa koefisien dari variabel Px bernilai negatif sebesar -1, Artinya, jika harga ekspor kepiting meningkat sebesar satu persen akan menurunkan permintaan kepiting Indonesia sebesar 1,11 persen, ceteris paribus. Variabel harga kepiting Indonesia di negara tujuan signifikan dan berbeda nyata dengan nol pada pengujian hipotesis statistik t dengan taraf nyata sepuluh persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel harga berpengaruh signifikan terhadap besar kecilnya volume ekspor kepiting Indonesia ke negara-negara tujuan. Temuan ini konsisten dengan studi yang dilakukan oleh Hadi (2009) dalam penelitiannya mengenai aliran perdagangan komoditi pisang dan mangga Amerika Serikat Singapura Malaysia China Jepang Belanda Korea Selatan Gambar 5. Perkembangan Harga Kepiting Indonesia di Negara Tujuan Tahun Berdasarkan Gambar 5, terlihat bahwa perkembangan harga kepiting Indonesia di negara-negara tujuan ekspor cenderung mengalami fluktuasi dengan trend meningkat. Variabel harga kepiting Indonesia di negara tujuan memberikan

16 pengaruh yang nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel tersebut menjadi pertimbangan bagi negara pengimpor dalam menentukan volume kepiting yang akan diimpor dari Indonesia. Jika harga kepiting Indonesia di negara tujuan tinggi, maka volume kepiting yang diperdagangkan ke negara tersebut akan semakin kecil. Harga kepiting Indonesia ditentukan oleh situasi penawaran dan permintaan di pasar internasional. Harga menjadi murah pada saat persediaan besar dan mahal pada saat persediaan rendah atau sedikit. Sesuai dengan hukum permintaan bahwa konsumen cenderung menginginkan harga yang relatif lebih murah. Kenaikan harga kepiting Indonesia merupakan kenaikan harga impor bagi negara tujuan ekspor. Hal ini dapat menyebabkan berpalingnya negara pengimpor kepada produsen atau negara lainnya yang memiliki harga ekspor lebih rendah atau kepada produsen lain yang memiliki harga ekspor yang sama, namun dengan kualitas kepiting yang lebih baik. Harga merupakan cerminan dari tingkat efisiensi suatu produk. Agar harga kepiting Indonesia tetap stabil tentunya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Harga yang terbentuk dipengaruhi oleh biaya-biaya yang dibebankan pada suatu komoditi, seperti biaya produksi dan biaya pemasaran. Penekanan pada biaya produksi dan biaya pemasaran diharapkan mampu menjaga harga kepiting untuk tetap stabil sehingga tidak akan berdampak pada penurunan volume ekspor kepiting Indonesia. Tabel 21. Perkembangan Harga dan Volume Ekspor Kepiting Indonesia pada Tahun Negara Standar Deviasi Harga di Negara Tujuan (US$/kg) Mean Median Max Min Laju Harga (%/tahun) Laju Volume Ekspor (%/tahun) Amerika Serikat 2,32 14,60 13,90 19,62 12,14 1,19-0,12 Singapura 0,33 1,91 1,96 2,40 1,35 9,68 0,60 Malaysia 0,24 1,26 1,29 1,80 0,87-33,98 0,47 RRC 1,52 1,55 1,44 5,30 0,23 6,98 0,72 Jepang 3,09 3,96 3,12 10,57 1,16 123,12-2,68 Belanda 1,57 8,04 8,12 11,44 5,73 1,24 9,27 Korea 3,80 6,40 6,31 12,83 1,51 68,38 4,23 Sumber : (diolah)

17 Tabel 21 menunjukkan bahwa negara yang memiliki tingkat pertumbuhan harga kepiting terendah dari tahun 2001 sampai tahun 2010 adalah Malaysia dengan penurunan harga sebesar 33,98 persen setiap tahunnya. Pada variabel ini juga dapat dijelaskan anjloknya rata-rata pertumbuhan ekspor kepiting ke negara Jepang. Seperti terlihat pada Tabel 21, di antara ketujuh negara di atas, Jepang memiliki persentase pertumbuhan harga yang paling tinggi dan sangat signifikan yakni mencapai 123,12 persen sehingga tingkat permintaannya terhadap komoditas kepiting Indonesia pun berkurang secara drastis. 6.3 Potensi Perdagangan Kepiting Indonesia di Negara-negara Tujuan Ekspor Untuk mempertajam analisis mengenai aliran perdagangan kepiting Indonesia, langkah berikutnya adalah melakukan analisis potensi perdagangan. Dengan membagi nilai prediksi perdagangan (P) dengan nilai aktual perdagangan (A) dari estimasi gravity model dapat diketahui potensi perdagangan kepiting Indonesia di negara-negara tujuannya. Apabila rasio antara nilai aktual perdagangan dengan nilai prediksi perdagangannya lebih kecil dari 1 (A/P < 1), maka perdagangan yang dilakukan dengan mitra dagang tersebut masih lebih kecil daripada potensi yang ada di negara tersebut (undertrade). Sebaliknya jika rasio antara nilai aktual perdagangan dengan nilai prediksi perdagangannya lebih besar dari 1 (A/P > 1), maka perdagangan yang dilakukan dengan mitra dagang tersebut sudah melebihi potensi yang ada di negara tersebut (overtrade). Tabel 22. Potensi Perdagangan Bilateral Kepiting Indonesia Negara Mitra Dagang Nilai Aktual (A) Nilai Prediksi (P) Potensi Perdagangan (PP) Keterangan Implikasi Amerika Serikat 15, ,3470 0, Undertrade Potensial Singapura 14, ,6147 0, Undertrade Potensial Malaysia 14, ,5041 0, Overtrade RRC 14, ,6539 1, Overtrade Jepang 9, ,6825 0, Undertrade Potensial Belanda 9, ,0500 0, Undertrade Potensial Korea Selatan 11,0144 9,7256 1, Overtrade

18 Berdasarkan hasil perhitungan nilai potensial perdagangan, maka implikasi terhadap mitra dagang kepiting Indonesia dibagi menjadi dua kategori, yaitu mitra dagang yang pasarnya berpotensi untuk dikembangkan di masa mendatang dan mitra dagang yang telah melebihi potensi perdagangannya. Amerika Serikat, Singapura, Jepang, dan Belanda merupakan negara mitra dagang komoditas kepiting Indonesia yang masih berpotensi untuk ditambah volume ekspornya. Hal ini terlihat pada nilai potensial perdagangan serta implikasinya pada tabel 22. Berdasarkan tabel tersebut, Belanda adalah negara mitra dagang dengan potensi tertinggi karena memiliki nilai potensial perdagangan terendah yakni sebesar 0, Nilai tersebut menunjukkan bahwa perdagangan komoditas kepiting dari Indonesia ke Belanda masih sebesar 83,98% dari keseluruhan potensi perdagangan. Sehingga masih terdapat 16,02% peluang ekspor kepiting Indonesia ke Belanda yang dapat dioptimalkan oleh Indonesia. Meskipun terdapat empat negara yang masih potensial untuk ditingkatkan ekspornya, nilai potensi perdagangan di keempat negara tersebut sudah mendekati nilai impas (PP=1). Hal ini menyiratkan bahwa perdagangan di pasar komoditas kepiting negara-negara tersebut sudah mendekati kejenuhan sehingga Indonesia perlu mempersiapkan alternatif pasar yang baru. Sebagai salah satu negara produsen kepiting segar terbesar, Indonesia harus segera melakukan penetrasi pasar ke negaranegara lainnya. Investasi perlu dilakukan dalam bentuk promosi atau kampanye mengenai berbagai kelebihan serta pentingnya mengkonsumsi produk kepiting khususnya kepiting Indonesia di negara-negara yang konsumsi kepitingnya tergolong rendah. Melalui kampanye tersebut diharapkan akan terbentuk suatu kebutuhan untuk mengkonsumsi kepiting di benak para konsumen yang pada akhirnya meningkatkan permintaan kepiting di negara-negara tersebut.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan meliputi perancangan penelitian, perumusan masalah, pengumpulan data pada berbagai instansi terkait, pemrosesan data, analisis

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared. V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil estimasi dan pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi dalam tiga pemaparan umum yaitu pemaparan secara statistik yang meliputi pembahasan mengenai hasil dari uji statistik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA 6.1 Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai 2008, diperoleh hasil regresi sebagai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan berupa data sekunder baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data sekunder kuantitatif terdiri dari data time series dan cross section

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China, Philipines, Netherlands, USA, dan Australia 9 2 Kentang (HS )

III. METODE PENELITIAN. Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China, Philipines, Netherlands, USA, dan Australia 9 2 Kentang (HS ) III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data yang diamati merupakan data gabungan time series dan cross section atau panel data. Tahun pengamatan sebanyak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari 54 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas hasil dari estimasi faktor-faktor yang memengaruhi migrasi ke Provinsi DKI Jakarta sebagai bagian dari investasi sumber daya manusia. Adapun variabel

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik Estimasi model pertumbuhan ekonomi negara ASEAN untuk mengetahui pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN yang menggunakan

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Sampel dan Data Penelitian ini menggunakan 30 data, sampel yang diamati selama 15 tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun 2015. Data yang diambil

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN 6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Teh PTPN Analisis regresi berganda dengan metode OLS didasarkan pada beberapa asumsi yang harus

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perbankan Indonesia. kategori bank, diantaranya adalah Bank Persero, Bank Umum Swasta Nasional

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perbankan Indonesia. kategori bank, diantaranya adalah Bank Persero, Bank Umum Swasta Nasional BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Gambaran Umum Perbankan Indonesia Dilihat dari segi kepemilikannya, Bank di Indonesia dibedakan menjadi enam kategori bank, diantaranya adalah Bank

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau kuatitatif. Data kuantitatif ialah data yang diukur dalam

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. resmi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. resmi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berbentuk time series, yang merupakan data bulanan dari tahun 005 sampai 008, terdiri dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 43 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi perkembangan variabel 1. Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia Negara yang menjadi tujuan ekspor nonmigas terbesar adalah negara Jepang, nilai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel 30 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup nasional, yang dilihat adalah migrasi antar provinsi di Indonesia dengan daerah tujuan DKI Jakarta, sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk

Lebih terperinci

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga.

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga. LAMPIRAN Lampiran 1. Evaluasi Model Evaluasi Model Keterangan 1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga. 2)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. i ii iii

DAFTAR ISI. Hal. i ii iii DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1.2. Rumusan Masalah... 1.3. Tujuan dan Manfaat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Estimasi Parameter Model Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi Penanaman Modal Asing di Provinsi Jawa Timur adalah dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup ekspor mebel di Kota Surakarta, dengan mengambil studi kasus di Surakarta dalam periode tahun 1990-2014. Penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Fungsi Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Fungsi Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca 49 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Estimasi Fungsi Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca Dalam penelitian ini berusaha untuk menganalisis 6 buah model

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dan BPS Provinsi Maluku Utara.

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Hasil Regresi dengan OLS 6.1.1. Uji Ekonometrika Sebuah model regresi dikatakan baik berdasarkan kriteria statistik jika memenuhi kebaikan uji ekonometrika dimana uji ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Jumlah Uang Beredar Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau broad money merupakan merupakan kewajiban sistem moneter (bank sentral)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah inflasi, Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun 2010 sampai tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. transaksi berjalan di Indonesia periode adalah anggaran pemerintah,

BAB III METODE PENELITIAN. transaksi berjalan di Indonesia periode adalah anggaran pemerintah, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara kebijakan fiskal dan transaksi berjalan tergantung pada rasio utang luar negeri terhadap PDB

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi di Indonesia, suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), dan kurs rupiah terhadap dolar Amerika terhadap Indeks Harga

Lebih terperinci

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai pengaruh pertumbuhan variabel PMTDB, pertumbuhan variabel angkatan kerja terdidik, pertumbuhan variabel pengeluaran pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan perekonomian baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan perekonomian baik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis finansial yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memberi dampak yang kurang menguntungkan bagi perekonomian Indonesia. Salah satu dampak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas kakao dunia tidak ditentukan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai populasi dan proses pengumpulan data untuk kepentingan analisis data penelitian. Penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengujian Stasioneritas Data Pengujian kestasioneran data merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data panel untuk melihat ada tidaknya panel unit root yang terkandung

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia Struktur pasar dapat dianalisis dengan tiga pokok elemen, yaitu nilai pangsa pasar, konsentrasi rasio empat perusahaan

Lebih terperinci

Bab IV. Metode dan Model Penelitian

Bab IV. Metode dan Model Penelitian Bab IV Metode dan Model Penelitian 4.1 Spesifikasi Model Sesuai dengan tinjauan literatur, hal yang akan diteliti adalah pengaruh real exchange rate, pertumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan ekonomi Jepang,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis 1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif berfungsi untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA MODEL PERSAMAAN REKURSIF FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN EKSPOR CPO INDONESIA

BAB 5 ANALISA MODEL PERSAMAAN REKURSIF FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN EKSPOR CPO INDONESIA BAB 5 ANALISA MODEL PERSAMAAN REKURSIF FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN EKSPOR CPO INDONESIA Pada bagian metodologi penelitian telah dijelaskan bahwa adanya ketidaksamaan satuan antara variabel ekspor CPO dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data panel (pooled data) yang merupakan gabungan data silang (cross section)

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI

VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI 6.1. Pengujian Asumsi-Asumsi Klasik Regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data panel dan merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi

Lebih terperinci

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : 1306105133 ABSTRAK Kebutuhan sehari-hari masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode 38 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan datum yang berisi fakta-fakta serta gambaran suatu fenomena yang dikumpulkan, dirangkum, dianalisis, dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang 5.1.1. Produksi Pupuk Urea ton 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data Tingkat Bagi Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2014 dan mengambil data yang berasal dari situs resmi Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi, BAB III 3.1. Jenis dan Sumber Data METODE PENELITIAN 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang telah berhasil dikumpulkan, serta permasalahan dan hipotesis yang telah ditetapkan pada bab bab sebelumnya, maka penulis akan membahas variabel variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Negara Indonesia dari tahun 1985 sampai tahun 2014. Penentuan judul penelitian didasarkan pada pertumbuhan produksi beras Negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari faktor-faktor ekonomi makro seperti Interest Rate dan Foreign Exchange Rate selain itu

Lebih terperinci

Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA

Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA Metode Kuadrat Terkecil (OLS) Persoalan penting dalam membuat garis regresi sampel adalah bagaimana kita bisa mendapatkan garis regresi yang baik yaitu sedekat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Uji Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau member gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, kurtosis. dan skewness (kemencengan distribusi).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, kurtosis. dan skewness (kemencengan distribusi). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Menurut Ghozali (2011: 19), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode 1993-2013 kurun waktu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil yang tercantum pada Tabel 6.1. Koefisien determinan (R 2 ) sebesar

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN JURNAL PUBLIKASI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN JURNAL PUBLIKASI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN 1993-2013 JURNAL PUBLIKASI OLEH : Nama : Futikha Kautsariyatun Rahmi Nomor Mahasiswa : 12313269 Jurusan : Ilmu Ekonomi FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied I. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied Descriptive Reasearch), yaitu penelitian yang dilakukan dengan maksud

Lebih terperinci

V. HASIL DAN ANALISIS

V. HASIL DAN ANALISIS 53 V. HASIL DAN ANALISIS 5.1. Analisis Regresi Data Panel Statis Tabel 8 menyajikan hasil estimasi koefisien regresi dari model data panel statis pada persamaan (1). Koefisien estimasi yang disajikan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. asumsi klasik dan pengujian hipotesis adalah mengetahui gambaran atau

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. asumsi klasik dan pengujian hipotesis adalah mengetahui gambaran atau BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian 1. Uji Statistik Deskriptif Langkah awal yang harus dilakukan sebelum melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis adalah mengetahui

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perkembangan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Pembahasan mengenai kinerja keuangan pemerintah daerah ditinjau dari beberapa hal. Pertama, proporsi belanja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan analisis dari data-data penelitian yang telah diolah menggunakan Eviews, diikuti dengan pembahasan dari hasil pengolahan data.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kebijakan WTO terhadap Perdagangan CPO Indonesia dan Empat Mitra Dagang Utama

V HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kebijakan WTO terhadap Perdagangan CPO Indonesia dan Empat Mitra Dagang Utama V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh Kebijakan WTO terhadap Perdagangan CPO Indonesia dan Empat Mitra Dagang Utama World Trade Organization merupakan suatu organisasi internasional yang terbentuk untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi pada bank umum di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN IV.1 Analisis Deskriptif IV.1.1 Gambaran Mengenai Return Saham Tabel IV.1 Descriptive Statistics N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Return Saham 45 2.09-0.40

Lebih terperinci

5. PENGARUH BELANJA PEMERINTAH, INFRASTRUKTUR, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB

5. PENGARUH BELANJA PEMERINTAH, INFRASTRUKTUR, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB Sementara itu, Kabupaten Supiori dan Kabupaten Teluk Wondama tercatat sebagai daerah dengan rata-rata angka kesempatan kerja terendah selama periode 2008-2010. Kabupaten Supiori hanya memiliki rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KASUS. Indeks merupakan daftar harga sekarang dibandingkan dengan

BAB IV STUDI KASUS. Indeks merupakan daftar harga sekarang dibandingkan dengan BAB IV STUDI KASUS 4.1 Indeks Harga Konsumen Indeks merupakan daftar harga sekarang dibandingkan dengan sebelumnya menurut persentase untuk mengetahui turun naiknya harga barang. Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Pada bagian ini akan disajikan karakteristik-karakteristik perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait dengan kualitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Perdagangan, Kementrian ESDM, Badan Pusat Statistika, serta penelusuran

METODE PENELITIAN. Perdagangan, Kementrian ESDM, Badan Pusat Statistika, serta penelusuran III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelian ini adalah data sekunder yang merupakan panel data dengan periode waktu 9 tahun dari tahun 2001 hingga tahun 2009. Data

Lebih terperinci

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS 7.1. Karakteristik Responden Responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 38 responden yang menjadi mitra

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut : 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio (DER), price to earning ratio (PER), dan earning pershare (EPS) terhadap return

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskripsi Data 1. Analisis Dana Pihak Ketiga Bank BCA Syariah Dana Pihak Ketiga adalah komponen dana yang paling penting, besarnya keuntungan (profit) yang akan dihasilkan

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Sukuk Korporasi Pesatnya perkembangan industri keuangan syariah juga diikuti oleh pesatnya perkembangan instrumen keuangan dan pembiayaan syariah yaitu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA & PEMBAHASAN. Dari analisis deskriptif menggunakan program SPSS 12.0 For Windows didapatkan

BAB IV ANALISIS DATA & PEMBAHASAN. Dari analisis deskriptif menggunakan program SPSS 12.0 For Windows didapatkan 4.1 Pengujian Statistik Deskriptif BAB IV ANALISIS DATA & PEMBAHASAN Dari analisis deskriptif menggunakan program SPSS 12.0 For Windows didapatkan hasil gambaran data sebagai berikut : Tabel 4.1 Pengujian

Lebih terperinci

Biaya operasional terendah adalah dialami oleh PT. Centrin Online Tbk (CENT), dan tertinggi di alami oleh Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI

Biaya operasional terendah adalah dialami oleh PT. Centrin Online Tbk (CENT), dan tertinggi di alami oleh Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Dengan statistik deskriptif memberikan informasi tentang karakteristik sampel yang digunakan secara lebih rinci. Informasi yang dapat diperoleh dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data Produk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data Produk BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah,

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah, 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan BUMD Dan Pendapatan Lain Daerah Terhadap Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. oleh para peneliti terdahulu, penelitian terdahulu digunakan untuk mendukung

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. oleh para peneliti terdahulu, penelitian terdahulu digunakan untuk mendukung 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, penelitian terdahulu digunakan untuk

Lebih terperinci