6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "6 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 seperti tertuang pada beberapa peraturan pemerintah yaitu Keppres No 117 tahun 1999 tentang prosedur permohonan PMDM dan PMA, Permen KP No 50 tahun 2011 tentang petunjuk teknis penggunaan dana alokasi khusus bidang kelautan dan perikanan tahun 2012, serta Permen KP No 33 tahun 2012 tentang petunjuk teknis alokasi khusus bidang kelautan dan perikanan tahun Kebijakan keuangan ini bertujuan untuk mendorong percepatan pembanguna perikanan pada umumnya sehingga akan terjadi pemerataan kesejahteraan pelaku usaha perikanan. Serta ada kebijakan pemerintah yang dibuat untuk tujuan efisiensi seperti kebijakan strategis yang terdapat dalam Kepmen KP No 7 tahun 2013 tentang peta jalan (Road Map) industrialisasi kelautan dan perikanan, Permen KP No 15 tahun 2012 tentang rencana strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun , serta Permen KP No 27 tahun 2012 tentang pedoman umum industrialisasi kelautan dan perikanan. Kebijakan produk pun tidak lupa dibuat guna melindungi kepentingan konsumen sebagai pengguna produk seperti terdapat dalam Kepmen KP No 01 tahun 2002 tentang sistem manajemen mutu terpadu hasil perikanan. Rincian peraturan pemerintah yang berhubungan dengan perikanan khususnya untuk komoditi rumput laut dapat dilihat pada Lampiran HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pendugaan Model Model persamaan simultan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia ini terdiri dari enam persamaan struktural dan dua persamaan identitas. Model dianalisis dengan menggunakan data time series dari tahun 1989 sampai tahun 2011 merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber serta telah diolah. Pendugaan model ekspor rumput laut Indonesia memberikan hasil dugaan yang cukup baik secara ekonomi, statistika dan ekonometri. Hampir semua variabel eksogen yang dimasukan dalam persamaan struktural mempunyai parameter dugaan yang tandanya sesuai dengan teori pendukung meskipun pengaruhnya ada yang kurang signifikan pada tingkat kepercayaan 51 sampai 99 persen. Beberapa variabel penjelas yang parameter dugaannya tidak sesuai dengan harapan dapat dijelaskan secara logis dan sesuai dengan keadaan nyata di lapangan. Nilai koefeisien determinasi (R 2 ) hasil pendugaan model menunjukan bahwa nilainya berkisar antara 0.51 sampai 0.99, sehingga secara umum variabel-variabel endogennya dapat dijelaskan secara baik. Oleh karena itu hasil pendugaan model cukup representatif untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia. Hasil pengolahan data faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia secara lengkap di sajikan pada sub bab berikut. Pembahasan Hasil Pendugaan Model Model pada penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia terdiri dari enam persamaan struktural yaitu persamaan produksi rumput

2 32 laut Indonesia, persamaan permintaan domestik, persamaan ekspor Filipina, persamaan ekspor Cina, persamaan ekspor Hongkong serta persamaan harga rumput laut domestik. Selain itu terdapat persamaan ekspor rumput laut Indonesia yang merupakan selisih antara produksi rumput laut Indonesia dengan permintaan rumput laut domestik sebagai persamaan identitas. Produksi Rumput Laut Indonesia Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia disajikan pada Tabel 5. Hasil pendugaan parameter pada persamaan produksi rumput laut Indonesia dijelaskan oleh variabel jumlah pembudidaya, harga rumput laut domestik, anggaran KKP, harga rumput laut dunia, permintaan rumput laut domestik, jumlah produksi rumput laut tahun lalu serta tren dapat menjelaskan produksi rumput laut Indonesia sebesar 99 persen. Semua arah dan besaran parameter sesuai dengan harapan namun ada beberapa parameter yang kurang respon terhadap perubahan peubah penjelasnya. Tabel 5 Hasil pendugaan parameter produksi rumput laut Produksi rumput laut Indonesia QR t Intersept * Jumlah pembudidaya tahun sebelumnya TK t Harga rumput laut domestik PRLD t Anggaran KKP APP t *** Produksi rumput laut domestik tahun sebelumnya QR t *** Tren Tren * Harga rumput laut dunia PX t Adjusted R-squared R 2 -adj = 0.99 Stat durbin watson DW = 2.07 F value F-val = Variabel anggaran KKP (APPt) dan produksi rumput laut tahun sebelumnya (QRt-1) signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen. Sedangkan variabel tren (Tren) signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen. Hasil pendugaan menunjukan bahwa pada variabel anggaran KKP berpengaruh positif dimana setiap peningkatan satu juta rupiah anggaran maka diduga akan menaikan produksi rumput laut domestik sebesar kg. Sebaliknya jika anggaran KKP menurun maka diduga produksi rumput laut domestik menurun. Hal ini sesuai dengan penelitian Zulham et al, 2007 mengenai Assessment Klaster Perikanan (Studi Pengembangan Klaster Rumput Laut Kabupaten Sumenep) yang menyatakan bahwa dalam peningkatan produksi rumput laut diperlukan pengklusteran bisnis rumput laut, dimana pembentukan kluster ini secara umum memanfaatkan kemudahan atau fasilitas yang disediakan pemerintah. Kemudahan fasilitas pemerintah tersebut seperti kemudahan mendapatkan akses hasil inovasi baru yang dapat cepat diadopsi serta pembiayaan dari lembaga keuangan pemerintahan. Oleh sebab itu kebutuhan akan anggaran pemerintah sangat diperlukan untuk peningkatan produksi rumput laut seperti yang telah diprioritaskan pemerintah. Sedangkan menurut Zulham dan Aprilliani 2007

3 dalam hasil penelitiannya yang berjudul Struktur Bisnis Rumput Laut Gorontalo menyatakan bahwa pemerintah pun dalam jangka panjang mendorong produksi rumput laut domestik dengan pemberian insentif kepada pedagang besar atau industri produk lanjutan rumput laut berupa Semi Refined Carageenan (SRC). Produksi rumput laut tahun sebelumnya juga berpengaruh positif terhadap produksi rumput laut domestik saat ini yaitu jika produksi tahun sebelumnya meningkat sebesar satu kg maka akan meningkatkan produksi rumput laut tahun ini sebesar 0.5 kg. Begitu pula sebalikya jika produksi rumput laut tahun sebelumnya menurun maka akan menurunkan produksi rumput laut tahun ini. Hal ini diperkirakan karena adanya faktor penyakit ice-ice yang sering menyerang rumput laut, seperti dijelaskan pada penelitian Santoso dan Nugraha 2008 Mengenai Pengendalian Penyakit Ice-Ice Untuk Meningkatkan Produksi Riumput Laut Indonesia. Dimana terjadinya pneyebaran penyakit ice-ice ini bersifat musiman dan menyebar. Oleh sebab itu maka kecenderungan produksi rumput laut tahun sebelumnya berpengaruh pada produksi rumput laut saat ini. Begitu pula dengan variabel tren yang berpengaruh positif terhadap produksi rumput laut domestik. Yaitu semakin bertambahnya tahun maka jumlah produksi rumput laut domestik semakin meningkat pula rata rata per tahunya sejumlah ton. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 yaitu perkembangan jumlah dan nilai ekspor rumput laut Indonesia tahun dimana jumlah produksi rumput laut dari taun memperlihatkan peningkatan rata-rata sebesar 31.2 persen. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa pembudidaya merespon tren produksi yang positif. Semua hasil pendugaan parameter di atas berlaku dengan tetap mempertahankan bahwa faktor-faktor lainnya memenuhi asumsi cateris paribus. Permintaan Rumput Laut Domestik Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rumput laut domestik disajikan pada Tabel 6. Hasil pendugaan parameter pada persamaan permintaan domestik dijelaskan oleh variabel harga rumput laut domestik tahun sebelumnya, pendapatan nasional (GDP riil Indonesia), jumlah penduduk Indonesia, permintaan rumput laut tahun sebelumnya dan produksi rumput laut domestik dapat menjelaskan permintaan rumput laut domestik sebesar 49 persen. Tabel 6 Hasil pendugaan parameter permintaan rumput laut domestik Permintaan rumput laut domestik Q Dt Intersept Harga rumput laut domestik tahun sebelumnya PRLD t Pendapatan domestik riil Indonesia GDPID t Jumlah penduduk Indonesia POPID t * Permintaan rumput laut domestik tahun sebelumnya QD t Harga karageenan PATC ** Adjusted R-squared R 2 -adj = 0.49 Stat durbin watson DW = F value F-val =

4 34 Hasil pendugaan menunjukan bahwa jumlah penduduk Indonesia berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan rumput laut domestik pada tingkat kepercayaan 90 persen serta harga karageenan pun berpengaruh secara nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen. Semakin bertambahnya penduduk Indonesia diduga memliki kecenderungan meningkatkan konsumsi produk olahan rumput laut. Seiring dengan hal tersebut, harga karagenan sebagai produk lanjutan rumput laut semakin meningkat sehingga membuat jumlah populasi penduduk Indonesia dan harga karagenan berpengaruh signifikan terhadap permintaan rumput laut domestik. Variabel jumlah penduduk Indonesia diketahui berpengaruh positif terhadap permintaan rumput laut domestik. Yaitu jika terjadi peningkatan sebesar satu orang jumlah penduduk Indonesia maka diduga akan meningkatkan jumlah permintaan rumput laut domestik sebesar kg. Sebaliknya jika terjadi penurunan jumlah penduduk maka diduga akan menurunkan jumlah permintaan rumput laut domestik. Variabel jumlah penduduk Indonesia ini diasumsikan sebagai konsumen dalam mengkonsumsi produk rumput laut domestik itu sendiri. Dari hasil pendugaan tersebut dikeahui bahwa jumlah penduduk Indonesia secara signifikan mempengaruhi permintaan rumput laut domestik. Sedangkan untuk variabel harga karageenan pun berpengaruh positif terhadap permintaan rumput laut domestik. Yaitu jika terjadi peningkatan harga karageenan sebesar satu USD maka akan meningkatkan permintaan domestik sebesar 80 ton. Sebaliknya jika harga karageenan menurun maka akan menurunkan permintaan rumput laut domestik. Menurut Boediono 1992, permintaan akan input itu sama dengan Value of Marginal Product (VMPx) yang merupakan perkalian harga output yang dalam hal ini adalah harga karageenan dengan Marginal Price Product x (MPPx). Oleh sebab itu permintaan dan harga karagenaan berbanding lurus. Semua hasil pendugaan parameter di atas berlaku dengan tetap mempertahankan bahwa faktor-faktor lainnya memenuhi asumsi cateris paribus. Harga Rumput Laut Domestik Tabel 7 Hasil pendugaan parameter harga rumput laut domestik Harga rumput laut domestik PRLD t Intersept Produksi rumput laut domestik QR t Harga rumput laut dunia PX Permintaan rumput laut domestik Q D R t Nilai tukar riil Rupiah terhadap US Dolar ErriilID t Harga karageenan PC t Harga rumput laut domestikt tahun sebelumnya PRLD t ** Adjusted R-squared R2 adj = 0.34 Stat durbin watson DW = 2.06 F value F-val = 2.58

5 Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi harga rumput laut domestik disajikan pada Tabel 7. Hasil pendugaan parmeter pada persamaan harga rumput laut domestik dijelaskan oleh variabel produksi rumput laut domestik, harga rumput laut internasional dan permintaan rumput laut domestik yang dapat menjelaskan permintaan rumput laut domestik sebesar 34.5 persen. Hasil pendugaan menunjukan bahwa harga rumput laut domestik pada tahun sebelumya memiliki pengaruh yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen.variabel harga rumput laut domestik pada tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap rumput laut domestik saat ini. Yaitu jika harga rumput laut domestik tahun sebelumnya meningkat sebesar satu rupiah maka akan meningkatkan harga rumput laut domestik saat ini sebesar 0.04 rupiah. Variabel harga rumput laut pada tahun sebelumnya merupakan rujukan untuk harga rumput laut pada saat sekarang. Semua hasil pendugaan parameter di atas berlaku dengan tetap mempertahankan bahwa faktor-faktor lainnya memenuhi asumsi catersi paribus. Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Filipina Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang memengaruhi ekspor rumput laut Indonesia ke Filipina disajikan pada Tabel 8. Hasil pendugaan parameter pada persamaan ekspor rumput laut Indonesia ke Filipina dijelaskan oleh variabel harga rumput laut Filipina, harga rumput laut Cili sebagi harga rumput laut kompetitor Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap peso Filipina, GDP riil Filipina, populasi penduduk Filipina dan tarif yang dikenakan terhadap rumput laut Indonesia dapat menjelaskan permintaan ekspor ke Filipina seebesar 76 persen. Semua arah dan besaran parameter sesuai dengan harapan. Tabel 8 Hasil pendugaan ekspor rumput laut Indonesia ke Filipina Ekspor rumput laut ke Filipina XRFil t Intersept Harga rumput laut Filipina PRFil t Harga rumput laut Cili PCil t Nilai tukar riil Rupiah terhadap Peso Filipina ErF t Pendapatan Domestik riil Filipina GDPFil t Jumlah penduduk Filipina POPFilt Tarif yang berlaku di negara Filipina TRFFil t Ekspor rumput laut ke Filipina tahun sebelumnya LXRFil t Harga rumput laut dunia PX t Harga rumput laut domestik tahun sebelumnya LPRLD t * Adjusted R-squared R2 adj = 0.77 Stat durbin watson DW = 1.97 F value F-val = 8.91 Menurut Santoso dan Nugraha 2007, hal ini dikarenakan resiko budidaya rumput laut yang terjadi di Filipina telah menimbulka kerugian yang cukup besar. Resiko ini diakibatkan oleh adanya serangan penyakit ice-ice yang pertama kali menyerang Filipina pada tahun Sehingga untuk menghindari resiko 35

6 36 kerugian tersebut maka Filipina berusaha mengimpor rumput laut kering itu dari Indonesia. Dengan memperhitungkan harga rumput laut Indonesia pada tahun sebelumnya sehingga di dapat nilai keuntungan yang akan diperoleh Filipina setelah pengolahan lanjutan rumput laut tersebut. Semua hasil pendugaan parameter di atas berlaku dengan tetap mempertahankan bahwa faktor-faktor lainya memenuhi asumsi cateris paribus. Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Cina Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia ke Cina disajikan pada Tabel 9. Hasil pendugaan parameter pada persamaan ekspor rumput laut Indonesia ke Cina dijelaskan oleh variabel harga rumput laut Cina, harga eksportir kompetitor yaitu negara Cili, nilai tukar rupiah terhadap yuan Cina, pendapatan nasional riil Cina (GDP riil Cina), jumlah penduduk Cina serta tarif impor rumput laut yang diberlakukan Cina terhadap Indonesia, harga rumput laut dunia serta harga rumput laut domestik dapat menjelaskan ekspor rumput laut Indonesia ke Cina sebesar persen. Semua arah dan parameter sesuai dengan harapan. Hasil pendugaan menunjukan bahwa pendapatan domestik Cina berpengaruh secara signifikan pada ekspor rumput laut Indonesia ke Cina dengan tingkat kepercayaan 90 persen. Tabel 9 Hasil pendugaan ekspor rumput laut Indonesia ke Cina Ekspor rumput laut Cina XRC t Intersept Harga rumput laut Cina PRC t Harga rumput laut Cili PCil t Nilai tukar riil Rupiah terhadap Yuan Cina ErC t Pendapatan Domestik riil Cina GDPC t * Jumlah penduduk Cina POPC t Tarif yang berlaku di negara Cina TRFC t Ekspor rumput laut ke Cina tahun sebelumnya LXRC t Jumlah penduduk Cina tahun sebelumnya LPOPC t Harga rumput laut dunia PX t Harga rumput laut domestik PRLD t Adjusted R-squared R 2 - adj = 0.95 Stat durbin watson DW = 1.75 F value F-val = Vaiabel pendapatan nasioanal riil Cina berpengaruh positif terhadap ekspor rumput laut Indonesia ke Cina. Peningkatan pendapatan nasional riil Cina sebesar satu USD diduga akan meningkatkan ekspor rumput laut Indonesia ke Cina sebesar 17 ton. Sebaliknya penurunan pendapatan nasional riil Cina diduga akan menurunkan jumlah ekspor rumput laut Indonesia ke Cina. Menurut Yusuf dan Tajerin 2008, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor rumput laut Indonesia di pasar Internasional salah satunya adalah pendapatan nasional negara mitra dagang kita yang dalam hal ini adalah salah satunya negara Cina. Dalam

7 ekspor rumput laut Indonesia ke Cina, pendapatan nasional Cina diketahui berpengaruh positif terhadap jumlah ekspor rumput laut kita ke negaraa tersebut. Semua hasil pendugaan parameter di atas berlaku dengan tetap mempertahankan bahwa faktor-faktor lainya memenuhi asumsi cateris paribus. Ekspor Rumput Laut Indonesia Ke Hongkong Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang memengaruhi ekspor rumput laut Indonesia ke Hongkong dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil pendugaan parameter pada persamaan permintaan domestik dijelaskan oleh variabel harga rumput laut Indonesia di pasar Hongkong, harga eksportir kompetitor yaitu harga Cili, nilai tukar rupiah terhadap dolar Hongkong, pendapatan nasional riil Hongkong, jumlah penduduk Hongkong serta tarif yang dikenakan terhadap rumput laut Indonesia di pasar Hongkong, dapat menjelaskan permintaan ekspor Hongkong sebesar 57 persen. Hasil pendugaan parameter menunjukan bahwa variabel tarif impor serta ekspor rumput laut ke Hongkong pada tahun sebelumnya berpengaruh signifikan pada ekspor rumput laut ke Hongkong dengan tingkat kepercayaan 90 persen. Sedangkan harga rumput laut dunia berpengaruh signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Tabel 10 Hasil pendugaan parameter ekspor rumput laut Indonesia ke Hongkong Ekspor rumput laut Hongkong XRHk t Intersept Harga rumput laut Hongkong PRHk t Harga rumput laut Cili PCil t Nilai tukar riil Rp terhadap HKD ErriilHk t Pendapatan Domestik riil Hongkong GDPHk t Jumlah penduduk Hongkong POPHk t Tarif yang berlaku di negara Hongkong TRFHk t * Ekspor rumput laut ke Hongkong tahun sebelumnya LXRHk t * Pendapatan domestik riil Hongkong tahun sebelumnya LGDPHK t Harga rumput laut dunia PX t * * Harga rumput laut domestik PRLD t Adjusted R-squared R2 adj = 0.57 Stat durbin watson DW = 2.20 F value F-val = 3.89 Kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh pemerintah Hongkong yang dalam hal ini adalah kebijakan tarif impor rumput laut dari Indonesia berpengaruh negatif terhadap ekspor rumput laut Indonesia ke Hongkong. Yaitu apabila tarif impor rumput laut dari Indonesia dinaikan sebesar satu persen maka akan menurunkan jumlah ekspor rumput laut Indonesia ke Hongkong sebesar 356 ton. Sebaliknya apabila tarif impor rumput laut Hongkong dari Indonesia diturunkan maka akan meningkatkan pula jumlah ekspor rumput laut Indonesia ke Hongkong. Hal ini sesuai dengan teori kebijakan tarif yang dijelaskan oleh Halwani 2002, yaitu penerapan kebijkan tarif impor yang dalam hal ini 37

8 38 diberlakukan secara ketat oleh negara Hongkong akan berakibat pada peningkatan harga barang impor dan ujung-ujungnya akan mengurangi jumlah impor produk tersebut dikarenakan terlalu mahalnya produk tersebut di negara Hongkong. Sedangkan variabel ekspor rumput laut ke Hongkong pada tahun sebelumya diketahui berpengaruh positif terhadap ekspor rumput laut ke Hongkong. Yaitu jika terjadi peningkatan ekspor ke Hongkong pada tahun sebelumnya sebesar satu kg maka akan meningkatkan ekspor rumput laut ke Hongkong sebesar kg. Sebaliknya jika terjadi penurunan ekspor ke Hongkong pada tahun sebelumnya maka akan menurunkan pula ekspor ke Hongkong. Hal ini sesuai dengan Yusuf dan Tajerin 2008 yang menjelaskan bahwa peubah utama yang memberikan pengaruh dominan terhadap ekspor rumput laut Indonesia ke pasar internasional adalah variabel ekspor rumput laut tahun sebelumnya. Begitu pula salah satu variabel yang berpengaruh pada jumlah ekspor rumput laut Indonesia ke pasar internasional adalah harga rumput laut di pasar internasional. Hal tersebut sesuai pula dengan pendugaan parameter ekspor rumput laut Indonesia ke Hongkong. Yaitu harga rumput laut dunia berpengaruh positif terhadap ekspor rumput laut Indonesia ke Hongkong. Yaitu jika harga rumput laut dunia meningkat sebesar satu USD maka akan menurun ekspor rumput laut ke Hongkong sebesar ton. Sebaliknya jika harga rumput laut dunia turun maka akan meningkatkan ekspor rumput laut ke Hongkong. Sedangkan harga rumput laut domestik berpengaruh negatif terhadap ekspor ke Hongkong. Yaitu jika harga rumput laut domestik meningkat sebesar satu rupiah maka akan menurunkan ekspor ke Hongkong sebesar 175 kg. Sebaliknya jika harga rumput laut domestik menurun maka akan meningkatkan ekspor rumput laut ke Hongkong. Semua hasil pendugaan parameter di atas berlaku dengan tetap mempertahankan bahwa faktorfaktor lainya memenuhi asumsi cateris paribus. Validasi Model Validasi model merupakan tahapan yang digunakan untuk mengetahui apakah model cukup valid untuk selanjutnya dilakukan simulasi alternatif kebijakan. Validasi model dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis sejauh mana model hasil penelitian dapat mewakili dunia nyata. Kriteria statistik untuk validasi nilai pendugaan model ekonometrika menggunakan beberapa indikator, dalam penelitian ini yang digunakan adalah Root Mean Square Percent Error (RMSPE) untuk mengukur seberapa dekat nilai masing-masing peubah endogen hasil pendugaan mengikuti nilai data aktualnya pada periode pengamatan. Selain RMPSE digunakan Theils inquality coefficient (U) yang idealnya mendekati nol karena jika nilanya satu maka model dapat dikatakan naif. Validasi model faktorfaktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia dilakukan dengan simulasi dasar (baseline) untuk periode sampel pengamatan penelitian tahun terhadap nilai aktualnya. Hasil validasi model faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia secara lengkap disajikan pada Tabel 11. Hasil validasi model faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia, seperti yang disajikan pada Tabel 11 memperlihatkan dari seluruh persamaan, terdapat tiga persamaan memiliki nilai RMSPE di bawah 50 persen. Artinya nilai prediksi masih dapat mengikuti kecenderungan data historisnya

9 dengan baik. Dan secara umum semua persamaan (50 persen) memiliki nilai U Theil mendekati 0 sehingga dapat diartikan simulasi model yang digunakan pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia mengikuti data aktualnya dengan baik sehingga dapat dilakukan simulasi pada tahap selanjutnya. Tabel 11 Hasil validasi model faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia No. Peubah Notasi Durbin RMPSE U R 2 watson statistik 1 Produksi rumput laut Indonesia QR t Permintaan rumput laut domestik Q D R t Harga rumput laut domestik PRLD t Permintaan ekspor rumput laut XRF t Indonesia ke Filipina 5 Permintaan ekpor rumput laut Indonesia ke Cina XRC t Permintaan ekspor rumput laut Indonesia ke Hongkong XRHK t Tingkat autokorelasi dapat dilihat dari statistik Durbin-Watson yang pada penelitian ini bernilai Hal ini menunjukan bahwa model faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia tidak memiliki autokorelasi. Masalah autokorelasi dalam suatu model ekonometrik timbul apabila nilai dari statistik Durbin-Watson berada dibawah 1.25 dan diatas Hasil dan Pembahasan Simulasi Model Untuk melihat dampak perubahan kebijakan maupun fenomena yang ada saat ini terhadap peubah-peubah endogen dalam sistem persamaan dilakukan beberapa simulasi perubahan variabel eksogen karena perubahan tersebut dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif atau bahkan mungkin tidak membawa dampak sama sekali terhadap masing-masing peubah endogen. Evaluasi perubahan dilakukan untuk membandingkan dampak yang ditimbulkan dalam ekspor rumput laut Indonesia. Simulasi kebijakan yang dilakukan pada model faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia adalah: (1) dampak peningkatan anggaran KKP sebesar 50 persen, (2) dampak kebijakan penurunan jumlah ekspor rumput laut sebesar 50 persen Dampak Kebijakan Peningkatan Anggaran KKP Sebesar 50 Persen Skenario peningkatan anggaran program pengembangan rumput laut dari Kementerian Kelautan Perikanan. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia telah menargetkan Indonesia sebagai penghasil produk perikanan terbesar di Asia pada tahun Menurut Kepmen KP No 7 tahun 2013 tentang Peta Jalan (Road Map) Industrialisasi Kelautan dan Perikanan yaitu dalam pengembangan komoditas dan produk unggulan berrorientasi pasar yang dalam hal ini adalah rumput laut maka diperlukan 39

10 40 peningkatan produksi, produktivitas dan kualitas komoditas serta bahan baku. Oleh sebab itu target volume produksi rumput laut pada tahun selanjutnya adalah ton. Jadi untuk dapat memenuhi target tersebut maka diharapkan KKP kedepannya dapat meningkatkan 50 persen anggaran program pengembangan rumput laut nasional.kebijakan pemerintah ini disimulasikan dengan meningkatkan anggaran Kementerian Kelautan Perikanan sebesar 50 persen dipandang cukup relevan untuk melihat bagaimana dampak peningkatan anggaran terhadap produksi, permintaan dan harga rumput laut domestik. Hasil simulasi disajikan pada Tabel 12. Peningkatan anggaran KKP sebesar 50 persen akan berpengaruh meningkatkan produksi rumput laut domestik sebesar 32 persen. Hal ini dikarenakan dalam proses budidaya rumput laut, nelayan perlu adanya bantuan modal dalam memulai usahanya. Budidaya rumput laut biasanya hanya menjadi usaha sampingan bagi nelayan-nelayan pesisir sehingga dalam memulai usaha rumput laut nelayan sudah kekurangan modal karena habis untuk biaya melaut. Oleh karena itu stimulan modal usaha perlu diberikan untuk nelayan-nelayan tersebut dalam rangka meningkatka kesejahteraan nelayan-nelayan pesisir. Tabel 12 Perubahan nilai rata-rata simulasi kenaikan anggaran KKP 50 persen Peubah Notasi Satuan Nilai Nilai simulasi Perubahan dasar kebijakan (Persen) Produksi rumput laut Indonesia Permintaan rumput laut domestik Harga rumput laut domestik Ekspor rumput laut Indonesia ke Filipina Ekpor rumput laut Indonesia ke Cina Ekspor rumput laut Indonesia ke Hongkong QR Ton QD Ton PRLD Rp XRF Ton XRC Ton XRHK Ton Ekspor rumput laut total domestik pun meningkat sebesar 65.4 persen dengan simulasi peningkatan anggaran KKP sebesar 50 persen, dimana ekspor rumput laut ke negara tujuan utama seperti Cina dan Hongkong masing-masing meningkat sebesar 1.87 dan 0.96 persen. Sedangkan jumlah ekspor rumput laut Indonesia ke Filipina diduga akan tetap. Hal ini dikarenakan diasumsikan bahwa ekspor rumput laut total adalah sisa dari produksi rumput laut domestik dengan permintaan rumput laut domestik. Sedangkan permintaan rumput laut domestik meningkat sebesar 11.2 persen dan harga rumput laut domestik akan turun sebesar 15.5 persen. Penurunan harga rumput laut domestik telah sesuai dengan hukum

Lampiran 1 Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan rumput laut Indonesia

Lampiran 1 Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan rumput laut Indonesia 46 Lampiran 1 Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan rumput laut No Kebijakan Tentang Tujuan Objek i ii iii iv v 1 UU No 31 tahun. Mengatur pengelolaan Pembudidaya 2004 perikanan UU No 45 Tahun 2009

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Pendugaan Model Model persamaan simultan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ikan tuna Indonesia di pasar internasional terdiri dari enam persamaan

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN. Jenis dan Sumber Data

4 METODE PENELITIAN. Jenis dan Sumber Data 15 4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) dari tahun 1989 2011 meliputi berbagai sumber yang berasal antara lain dari

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 66 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan bawang merah dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA 5.1. Hasil Estimasi Model Hasil estimasi model dalam penelitian ini ditunjukkan secara lengkap pada Lampiran 4 sampai Lampiran

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN P R O S I D I N G 113 DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT Erlangga Esa Buana 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya E-mail: erlanggaesa@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN 6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Teh PTPN Analisis regresi berganda dengan metode OLS didasarkan pada beberapa asumsi yang harus

Lebih terperinci

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Sebagai negara yang menganut sisitem perekonomian terbuka maka sudah barang tentu pertumbuhan ekonominya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared. V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil estimasi dan pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi dalam tiga pemaparan umum yaitu pemaparan secara statistik yang meliputi pembahasan mengenai hasil dari uji statistik

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Hasil Regresi dengan OLS 6.1.1. Uji Ekonometrika Sebuah model regresi dikatakan baik berdasarkan kriteria statistik jika memenuhi kebaikan uji ekonometrika dimana uji ini merupakan

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT 83 VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT 8.1. Struktur Biaya, Penerimaan Privat dan Penerimaan Sosial Tingkat efesiensi dan kemampuan daya saing rumput laut di

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER

DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER P R O S I D I N G 186 DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER Novi Haryati, Soetriono, Anik Suwandari Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi susu sapi lokal dalam

Lebih terperinci

BAB VI. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN. Validasi model merupakan tahap awal yang harus dilakukan melaksanakan

BAB VI. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN. Validasi model merupakan tahap awal yang harus dilakukan melaksanakan BAB VI. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN 6.1 Validasi Model Simulasi Awal. Validasi model merupakan tahap awal yang harus dilakukan melaksanakan simulasi model, validasi model dilakukan untuk melihat apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Dalam era perdagangan bebas saat ini, daya

Lebih terperinci

VII. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF KEBIJAKAN. Bab ini akan membahas penerapan model ekonometrika melalui analisis

VII. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF KEBIJAKAN. Bab ini akan membahas penerapan model ekonometrika melalui analisis VII. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF KEBIJAKAN Bab ini akan membahas penerapan model ekonometrika melalui analisis simulasi beberapa alternatif kebijakan dengan tujuan untuk mengevaluasi perkembangan

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series tahunan dengan rentang waktu penelitian dari tahun 1980 sampai 2008. Data dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Perumusan Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia Model merupakan abstraksi atau penyederhanaan dari fenomena yang terjadi. Dengan penyederhanaan itu,

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil yang tercantum pada Tabel 6.1. Koefisien determinan (R 2 ) sebesar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Estimasi Parameter Model Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi Penanaman Modal Asing di Provinsi Jawa Timur adalah dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

Bab IV. Metode dan Model Penelitian

Bab IV. Metode dan Model Penelitian Bab IV Metode dan Model Penelitian 4.1 Spesifikasi Model Sesuai dengan tinjauan literatur, hal yang akan diteliti adalah pengaruh real exchange rate, pertumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan ekonomi Jepang,

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang 5.1.1. Produksi Pupuk Urea ton 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

V. EVALUASI MODEL. BAB V membahas hasil pendugaan, pengujian dan validasi model.

V. EVALUASI MODEL. BAB V membahas hasil pendugaan, pengujian dan validasi model. V. EVALUASI MODEL BAB V membahas hasil pendugaan, pengujian dan validasi model. Pembahasan dibedakan untuk masing-masing blok, yang terdiri dari: (1) blok makroekonomi, (2) blok deforestasi, dan (3) blok

Lebih terperinci

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI GULA PASIR DI INDONESIA

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI GULA PASIR DI INDONESIA FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI GULA PASIR DI INDONESIA Eka Dewi Satriana, Ermi Tety, Ahmad Rifai Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau Email: satriana.eka@gmail.com, No. Handphone:

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan meliputi perancangan penelitian, perumusan masalah, pengumpulan data pada berbagai instansi terkait, pemrosesan data, analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki peran penting bagi suatu negara. Perdagangan internasional memberikan manfaat berkaitan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN JURNAL PUBLIKASI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN JURNAL PUBLIKASI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN 1993-2013 JURNAL PUBLIKASI OLEH : Nama : Futikha Kautsariyatun Rahmi Nomor Mahasiswa : 12313269 Jurusan : Ilmu Ekonomi FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 75 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pemerintah Penerimaan pemerintah terdiri dari PAD dan dana perimbangan. PAD terdiri dari pajak, retribusi, laba BUMD, dan lain-lain

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 84 VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 7.1. Hasil Validasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sebelum melakukan simulasi untuk menangkap

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN USAHA TERHADAP STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN USAHA TERHADAP STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA VII. DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN USAHA TERHADAP STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA 7.1. Hasil Validasi Model Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan Ternak Hasil validasi model ekonometrika struktur,

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA MODEL PERSAMAAN REKURSIF FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN EKSPOR CPO INDONESIA

BAB 5 ANALISA MODEL PERSAMAAN REKURSIF FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN EKSPOR CPO INDONESIA BAB 5 ANALISA MODEL PERSAMAAN REKURSIF FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN EKSPOR CPO INDONESIA Pada bagian metodologi penelitian telah dijelaskan bahwa adanya ketidaksamaan satuan antara variabel ekspor CPO dengan

Lebih terperinci

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : 1306105133 ABSTRAK Kebutuhan sehari-hari masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi gula lokal yang dihasilkan

Lebih terperinci

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 59 V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 5.1. Perkembangan Rumput Laut Dunia Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dan mempunyai prospek

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN ANALISIS

V. HASIL DAN ANALISIS 53 V. HASIL DAN ANALISIS 5.1. Analisis Regresi Data Panel Statis Tabel 8 menyajikan hasil estimasi koefisien regresi dari model data panel statis pada persamaan (1). Koefisien estimasi yang disajikan merupakan

Lebih terperinci

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai pengaruh pertumbuhan variabel PMTDB, pertumbuhan variabel angkatan kerja terdidik, pertumbuhan variabel pengeluaran pemerintah daerah

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EKONOMETRIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI TPT INDONESIA. Pada bagian ini akan disajikan dan dibahas nilai-nilai hasil pendugaan

VI. ANALISIS EKONOMETRIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI TPT INDONESIA. Pada bagian ini akan disajikan dan dibahas nilai-nilai hasil pendugaan VI. ANALISIS EKONOMETRIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI TPT INDONESIA Pada bagian ini akan disajikan dan dibahas nilai-nilai hasil pendugaan parameter persamaan struktural dalam model ekonometrika perkembangan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN GULA DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN GULA DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA 101 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN GULA DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan gula Indonesia dalam penelitian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c.

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai sekitar 104.000 km serta memiliki 17.504 pulau. Wilayah laut Indonesia membentang luas

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari berbagai sumber. Data deret waktu (time series) meliputi data tahunan dari

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia 41 V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT 5.1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Rumput Laut Dunia 5.1.1. Produksi Rumput Laut Dunia Indonesia dengan potensi rumput laut yang sangat besar berpeluang menjadi salah

Lebih terperinci

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG 7.1. Profitabilitas Privat dan Sosial Analisis finansial dan ekonomi usahatani jagung memberikan gambaran umum dan sederhana mengenai tingkat kelayakan usahatani

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KEBIJAKAN

VII. ANALISIS KEBIJAKAN VII. ANALISIS KEBIJAKAN 179 Secara teoritis tujuan dari suatu simulasi kebijakan adalah untuk menganalisis dampak dari berbagai alternatif kebijakan dengan jalan mengubah dari salah satu atau beberapa

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Perbaikan kualitas udang melalui rantai pengendalian mutu perlu melibatkan unit pengadaan bahan baku, unit penyediaan bahan baku, unit pengolahan, dan laboratorium

Lebih terperinci

ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia

ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia (ECONOMETRIC MODEL: SIMUTANEOUS EQUATION MODEL) The title of paper: ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia OLEH: S U R I A N I NIM: 1509300010009 UNIVERSITAS SYIAH KUALA PROGRAM DOKTOR

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENAWARAN APEL

VII ANALISIS PENAWARAN APEL VII ANALISIS PENAWARAN APEL 7.1 Analisis Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Pada penelitian ini penawaran apel di Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dijelaskan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik dari dimensi ekonomi, sosial, maupun politik. Indonesia memiliki keunggulan komparatif sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China, Philipines, Netherlands, USA, dan Australia 9 2 Kentang (HS )

III. METODE PENELITIAN. Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China, Philipines, Netherlands, USA, dan Australia 9 2 Kentang (HS ) III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data yang diamati merupakan data gabungan time series dan cross section atau panel data. Tahun pengamatan sebanyak

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik Estimasi model pertumbuhan ekonomi negara ASEAN untuk mengetahui pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN yang menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA

DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA 233 IX. DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA Secara teoritis kinerja ekonomi rumahtangga petani dipengaruhi oleh perilaku rumahtangga dalam kegiatan produksi,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA 6.1 Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai 2008, diperoleh hasil regresi sebagai

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN 7.1. Hasil Validasi Model Simulasi model dilakukan untuk menganalisis dampak perubahan berbagai faktor ekonomi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti yang telah dijelaskan pada Bab IV, model integrasi pasar beras Indonesia merupakan model linier persamaan simultan dan diestimasi dengan metode two stage least squares

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim, dua pertiga wilayahnya merupakan lautan dan luas perairan lautnya mencapai 5.8 juta km 2 termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode 1993-2013 kurun waktu

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 1998, harga minyak sawit (Crude Palm Oil=CPO) dunia rata-rata berkisar US$ 341 hingga US$ 358 per ton. Namun sejak tahun 2007

Lebih terperinci

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG VI. 6.1 Analisis Dayasaing Hasil empiris dari penelitian ini mengukur dayasaing apakah kedua sistem usahatani memiliki keunggulan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP,

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP, V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP, selisih tingkat suku bunga, selisih inflasi dan selisih neraca pembayaran terhadap kurs

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Hutan alam dan hutan tanaman industri adalah penawaran utama bahan baku industri pengolahan kayu primer, yaitu industri kayu lapis, industri kayu gergaji

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di Indonesia. Sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti. Dalam

Lebih terperinci

PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN

PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN 2002-2012 Julika Rahma Siagian Program Studi Ilmu Ekonomi, Pasca Sarjana, Medan Sumatera Utara Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Perkebunan memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

VI. APLIKASI MODEL UNTUK EVALUASI ALTERNATIF KEBIJAKAN

VI. APLIKASI MODEL UNTUK EVALUASI ALTERNATIF KEBIJAKAN VI. APLIKASI MODEL UNTUK EVALUASI ALTERNATIF KEBIJAKAN Model ekonometrika yang telah dibangun kemudian digunakan untuk mengevaluasi alternatif kebijakan, untuk maksud itu maka model tersebut perlu divalidasi

Lebih terperinci