PERBANDINGAN MUTU TABLET METRONIDAZOL GENERIK DENGAN MEREK DAGANG SECARA IN VITRO SKRIPSI. Oleh : WINDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN MUTU TABLET METRONIDAZOL GENERIK DENGAN MEREK DAGANG SECARA IN VITRO SKRIPSI. Oleh : WINDA"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN MUTU TABLET METRONIDAZOL GENERIK DENGAN MEREK DAGANG SECARA IN VITRO SKRIPSI Oleh : WINDA PROGRAM REGULER SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

2 PERBANDINGAN MUTU TABLET METRONIDAZOL GENERIK DENGAN MEREK DAGANG SECARA IN VITRO SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara OLEH : WINDA PROGRAM REGULER FAKULTAS FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

3 Pengesahan Skripsi PERBANDINGAN MUTU TABLET METRONIDAZOL GENERIK DENGAN MEREK DAGANG SECARA IN VITRO Oleh: WINDA Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal : Juli 2009 Disetujui Oleh: Pembimbing I, Panitia Penguji, Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt. NIP NIP Pembimbing II, Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. NIP Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Dra. Sudarmi, M.Si., Apt. NIP NIP Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt. NIP Dekan, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik dengan Merek Dagang Secara In Vitro. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Pemakaian tablet semakin populer dimana sediaannya banyak diproduksi dan merupakan salah satu sediaan yang banyak mengalami perkembangan baik formulasinya maupun cara pemakaiannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan mutu dari tablet Metronidazol generik dan merek dagang secara in vitro. Hendaknya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi kepada masyarakat tentang mutu tablet Metronidazol generik dan merek dagang. Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Ayah dan Ibu tercinta, kakak-kakak serta adik atas segala perhatian, doa, kasih sayang, dan dukungan moril serta materil yang telah diberikan kepada penulis. Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt. atas waktu dan kesabarannya membimbing penulis selama penelitian hingga penulisan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dekan Fakultas Farmasi Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., Bapak/Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama perkuliahan serta penasehat akademik penulis Bapak Dr. M. Pandapotan Nst., MPS., Apt. yang telah

5 memberikan bimbingan kepada penulis selama ini. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt., selaku Kepala Laboratorium Teknologi Formulasi Sediaan Padat. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt., Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang membantu penulis secara langsung dalam penelitian ini Kak Butet, Kak Reni, Kistia, Silvia, Maria, Finnie, Juliana, Johan, Victor, dan teman-teman penulis Stambuk 2005, serta seluruh rekan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Tidak lupa juga kepada pegawai Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis selama ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan bagi ilmu farmasi khususnya. Penulis juga menyadari penulisan ini masih jauh dari sempurna oleh karena keterbatasan kemampuan penulis. Atas kekurangan dan kelemahan ini penulis mohon maaf. Medan, Juli 2009 Penulis, Winda

6 PERBANDINGAN MUTU TABLET METRONIDAZOL GENERIK DENGAN MEREK DAGANG SECARA IN VITRO ABSTRAK Tablet merupakan salah satu sediaan Farmasi yang dapat dibuat dengan bentuk yang bermacam-macam, sesuai dengan keinginan produsen. Dewasa ini pemakaian tablet semakin populer dimana sediaannya banyak diproduksi dan merupakan salah satu sediaan yang banyak mengalami perkembangan baik formulasinya maupun cara pemakaiannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan mutu dari tablet Metronidazol generik dan merek dagang secara in vitro. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan secara purposif dengan cara mengambil sampel dari salah satu apotik yang ada di Jalan Gatot Subroto Medan. Parameter-parameter pengujian mutu tablet yang dilakukan yaitu kekerasan, friabilitas, waktu hancur, kadar zat aktif, keragaman bobot dan disolusi. Pengujian kekerasan dan friabilitas merujuk pada persyaratan mutu farmasi industri. Pada uji penetapan kadar zat aktif, keragaman bobot dan disolusi digunakan larutan HCl 0,1 N sebagai media dan serapannya diukur dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet dengan panjang gelombang 277 nm dan pengujian waktu hancur yang merujuk pada Farmakope Indonesia Edisi IV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tablet Metronidazol generik dan merek dagang memenuhi persyaratan farmasi industri kecuali uji kekerasan pada tablet Metronidazol generik PT. Kimia Farma, tablet salut selaput Velazol, tablet salut selaput Trichodazol dan kaplet salut selaput Metrolet dan uji friabilitas pada kaplet Grafazol dan sebaliknya pengujian parameter menurut Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu waktu hancur, kadar zat aktif, keragaman bobot dan disolusi memenuhi persyaratan untuk semua tablet Metronidazol generik dan merek dagang. Kata kunci: metronidazol, mutu, generik, merek dagang, in vitro, spektrofotometer.

7 QUALITY COMPARISON OF GENERIC AND BRANDED METRONIDAZOLE TABLETS AS IN VITRO ABSTRACT Tablet is one of the forms in pharmacy that can be made into various forms, depends on the drug company. These days the usage of tablet becomes popular where many companies produce tablets and tablet is one of the forms that has developed well in the formulation and the usage. The purpose to this research is to compare the quality of generic Metronidazole and branded Metronidazole tablets by using in vitro test. The technique of getting the samples is done purposively by getting the samples from one of the drugstores at Gatot Subroto Street in Medan. The parameters to test the quality are hardness, friability analysis, disintegration time, determining the Metronidazole value, uniformity preparations and dissolution test. Hardness and friability tests are made in reference to the requirements of industrial pharmacy. In the determining the Metronidazole value, uniformity preparations and dissolution test were used HCl 0.1 N as the medium and the absorption was measured by using ultraviolet spectrophotometer at wave length of 277 nm and the disintegration time test are made in reference to the Indonesian Pharmacopoeia the fourth editions. The result of the study showed that generic and branded Metronidazole tablets have fulfilled the requirements of pharmacy industry except the hardness test of generic Metronidazole tablets PT. Kimia Farma, Velazol film-coated tablets, Trichodazol film-coated tablets and Metrolet film-coated caplets and friability analysis of Grafazol caplets. But for the parameters from Indonesian Pharmacopoeia the fourth editions which are disintegration time, determining the Metronidazole value, uniformity preparations and dissolution test have fulfilled the requirements for all generic and branded Metronidazole tablets. Key words: metronidazole, quality, generic, branded, in vitro, spectrophotometer

8 DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Hipotesis Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Metronidazol Tinjauan Umum Tentang Metronidazol Farmakologi Efek Samping, Indikasi dan Sediaan Uraian Tablet Pengertian Tablet... 7

9 2.2.2 Evaluasi Tablet Kadar Zat Berkhasiat Keseragaman Sediaan Waktu Hancur Kekerasan Friabilitas (Kerapuhan) Disolusi Pembagian Tablet Obat Generik dan Obat Merek Dagang Spektrofotometri Ultraviolet Hukum Lambert-Beer BAB III METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Alat-alat Bahan-bahan Metode Penelitian Teknik Pengambilan Sampel Pembuatan Pereaksi Asam Klorida 0,1 N Cairan Lambung Buatan Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi Metronidazol dalam Larutan HCl 0,1 N Pembuatan Larutan Induk Baku I Pembuatan Larutan Induk Baku II Penentuan Kurva Serapan Metronidazol... 18

10 3.5.4 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Metronidazol dalam Larutan HCl 0,1 N Evaluasi Tablet Penetapan Kadar Metronidazol dalam Tablet Uji Keseragaman Sediaan Uji Kekerasan Tablet Uji Friabilitas Uji Waktu Hancur Tablet Tidak Bersalut Tablet Bersalut Bukan Enterik Uji Disolusi Tablet Analisis Data Secara Statistik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI dalam Larutan HCl 0,1 N Hasil Evaluasi Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Hasil Penetapan Kadar Hasil Uji Keragaman Bobot Hasil Uji Kekerasan Tablet Hasil Uji Friabilitas Hasil Uji Waktu Hancur Hasil Uji Evaluasi Kekerasan, Friabilitas, Waktu Hancur dan Waktu Disolusi (Q+5%) Hasil Uji Disolusi... 36

11 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 43

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Kriteria Penerimaan Zat Aktif yang Larut dengan Disolusi Tabel 2. Data Hasil Kadar Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Tabel 3. Hasil Uji Keragaman Bobot Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Tabel 4. Data Kekerasan Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Tabel 5. Data Friabilitas Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Tabel 6. Data Waktu Hancur Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Tabel 7. Data Uji Kekerasan, Friabilitas, Waktu Hancur dan Waktu Disolusi (Q+5%) Tabel 8. Data Uji Disolusi Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang... 36

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kurva Serapan Metronidazol BPFI dengan Konsentrasi 12 mcg/ml dalam Larutan HCl 0,1 N Gambar 2. Hasil Penentuan Serapan Metronidazol BPFI dengan Konsentrasi 12 mcg/ml dalam Larutan HCl 0,1 N Gambar 3. Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI dalam Larutan HCl 0,1 N pada Panjang Gelombang 277 nm Gambar 4. Grafik Persen Kumulatif Rata-Rata Dari Hasil Uji Disolusi Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang dalam Medium HCl 0,1 N Gambar 5. Hasil Penentuan Serapan Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI pada Panjang Gelombang Maksimum 277 nm dengan Larutan HCl 0,1 N Sebagai Blanko... 44

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Sediaan Tablet yang Diperiksa Lampiran 2. Hasil Penentuan Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI pada Panjang Gelombang Serapan Maksimum 277 nm dengan Larutan HCl 0,1 N Sebagai Blanko Lampiran 3. Data Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI Secara Spektrofotometri Ultraviolet dalam Larutan HCl 0,1 N pada Panjang Gelombang 277 nm Lampiran 4. Contoh Perhitungan Penetapan Kadar Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Lampiran 5. Hasil Penetapan Kadar Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Lampiran 6. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Tablet Generik (PT. Kimia Farma) Lampiran 7. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Tablet Generik (PT. Phyto Kemo Agung) Lampiran 8. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Tablet Omenizol (PT. Mutifa) Lampiran 9. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Tablet Fladex Forte (PT. Dexa Medica) Lampiran 10. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Tablet Salut Selaput Velazol (PT. Novell) Lampiran 11. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Tablet Salut Selaput Trichodazol (PT. Sanbe Farma) Lampiran 12. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Kaplet Grafazol (PT. Graha Farma) Lampiran 13. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Kaplet Salut Selaput Metrolet (PT. Graha Farma) Lampiran 14. Hasil Uji Waktu Hancur Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang... 67

15 Lampiran 15. Contoh Perhitungan Persentase (%) Metronidazol yang Terlarut dalam Medium Disolusi pada Interval Waktu Tertentu Lampiran 16. Rata-Rata Hasil Uji Disolusi Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Lampiran 17. Contoh Perhitungan Keragaman Bobot Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Lampiran 18. Hasil Uji Keragaman Bobot Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Lampiran 19. Hasil Uji Kekerasan Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Lampiran 20. Hasil Uji Friabilitas Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Lampiran 21. Sertifikat Baku Pembanding Metronidazol Lampiran 22. Daftar Nilai Distribusi t... 83

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat sering dipandang sebagai produk yang mahal dan harganya terus naik. Sesungguhnya produk obat tidak bisa dilepaskan dari aspek komersial yang menginginkan laba. Produsen obat mengajukan alasan bahwa mahalnya harga obat terkait dengan masalah tingginya biaya penelitian/penemuan dan promosi. Ditambah lagi oleh keyakinan sebagian masyarakat bahwa obat yang baik adalah obat yang mahal, membuat para dokter kadang terdorong meresepkan obat mahal karena khawatir dianggap meresepkan obat-obat kurang bermutu. Keadaan ini semakin mendorong produsen obat menaikkan harga produknya (Widodo, 2004). Melihat masalah mahalnya harga obat, pemerintah membuat kebijakan mengenai Obat Esensial Nasional, yaitu memberikan pemilihan obat yang bermutu, aman dan relatif murah. Obat-obat terpilih tersebut kemudian disusun dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN). Setiap unit kesehatan pemerintah diperintahkan untuk menggunakan Obat Esensial Nasional, dengan mengedepankan penggunaan obat generik (Widodo, 2004). Obat dengan harga tinggi tidak selalu menunjukkan kualitas yang lebih baik. Kenyataannya obat-obat dengan isi sama, antar merek obat bisa berbeda harga hingga 3 kali lipat bahkan lebih. Produsen obat berlomba membuat iklan yang memikat dan biaya iklan yang tinggi ini akan dibebankan kepada harga produk obat tersebut. Salah satu cara mendapatkan obat yang bermutu relatif lebih murah adalah dengan memilih obat generik. Obat generik merupakan obat

17 bermutu. Perbandingan harga antara obat generik dan obat paten/bermerek bisa 1:5 atau lebih (Widodo, 2004). Berdasarkan Permenkes No. 085/MenKes/Per/I/1989, obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Ditjen POM., 1989). Obat dengan merek dagang atau spesialité adalah obat milik suatu perusahaan dengan nama khas yang dilindungi hukum, yaitu merek terdaftar atau proprietary name. Banyaknya obat merek dagang dengan beraneka-ragam nama yang setiap tahun dikeluarkan oleh farmasi industri dan kekacauan yang diakibatkan telah mendorong WHO untuk menyusun Daftar Obat dengan namanama resmi. Official atau generic name (nama generik) ini dapat digunakan di semua negara tanpa melanggar hak paten obat bersangkutan (Tan, 2002). Metronidazol merupakan senyawa kemoterapi dengan spektrum luas, selektif terhadap mikroorganisme anaerob, termasuk bakteri dan protozoa. Metronidazol adalah obat pilihan terhadap amubiasis usus dan sistemik, trikomoniasis dan giardiasis. Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan sempurna, kadar serum tinggi dicapai dalam 1-2 jam setelah pemberian secara oral, dengan waktu paro plasma ± 8 jam (Siswandono, 1995). Dalam menanggapi perbedaan harga dari obat-obat yang mempunyai zat berkhasiat yang sama, perlu dilakukan suatu pembuktian ilmiah terhadap mutu dari obat-obat dengan kandungan zat berkhasiat yang banyak digunakan di masyarakat. Berdasarkan hal itu dan untuk meluruskan pemahaman masyarakat tentang obat generik dan merek dagang, maka penulis tertarik untuk melakukan studi perbandingan mutu tablet Metronidazol generik dan merek dagang dengan

18 melakukan pembuktian dari segi kekerasan dan friabilitas yang merujuk pada persyaratan mutu farmasi industri serta waktu hancur, kadar zat aktif, keragaman bobot, dan disolusi yang merujuk pada Farmakope Indonesia Edisi IV. 1.2 Perumusan Masalah 1. Apakah tablet Metronidazol generik dengan merek dagang mempunyai mutu yang sama secara in vitro dengan paramater waktu hancur, kadar zat aktif, keragaman bobot dan disolusi sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi IV? 2. Apakah tablet Metronidazol generik dengan merek dagang mempunyai mutu yang sama secara in vitro dengan paramater kekerasan dan friabilitas sesuai dengan persyaratan mutu farmasi industri? 1.3 Hipotesis 1. Tablet Metronidazol generik dengan merek dagang mempunyai mutu yang sama secara in vitro dengan paramater waktu hancur, kadar zat aktif, keragaman bobot dan disolusi sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi IV. 2. Tablet Metronidazol generik dengan merek dagang mempunyai mutu yang sama secara in vitro dengan paramater kekerasan dan friabilitas sesuai dengan persyaratan mutu farmasi industri. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk membandingkan mutu tablet Metronidazol generik dengan merek dagang secara in vitro dengan parameter waktu hancur, kadar zat aktif, keragaman bobot dan disolusi sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi IV.

19 2. Untuk membandingkan mutu tablet Metronidazol generik dengan merek dagang secara in vitro dengan parameter kekerasan dan friabilitas sesuai dengan persyaratan mutu farmasi industri. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi kepada masyarakat bahwa masyarakat tidak perlu ragu untuk menggunakan obat generik sebagai pengganti dari obat merek dagang.

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metronidazol Tinjauan Umum Tentang Metronidazol Rumus Bangun : CH 2 -CH 2 -OH NO 2 N CH 3 Nama Kimia N : 2-Metil-5-nitroimidazol-1-etanol Rumus Molekul : C 6 H 9 N 3 O 3 Berat Molekul : 171,16 Metronidazol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C 6 H 9 N 3 O 3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian : hablur atau serbuk hablur, putih hingga kuning pucat; tidak berbau; stabil di udara, tetapi lebih gelap bila terpapar oleh cahaya Kelarutan : sukar larut dalam eter; agak sukar larut dalam air, dalam metanol dan dalam kloroform (Ditjen POM., 1995) Pengukuran UV : Asam 277 nm ( A 1 1 = 377 a ) Basa 319 nm ( A 1 1 = 520 b ) (Moffat, 1986) Farmakologi Metronidazol ialah 2-Metil-5-nitroimidazol-1-etanol yang berbentuk kristal kuning muda dan sedikit larut dalam air atau alkohol. Selain memiliki efek

21 trikomoniasid, metronidazol juga berefek amubisid dan efektif terhadap Giardia lamblia (Sjarif, 1995). Absorpsi metronidazol berlangsung dengan baik sesudah pemberian oral. Satu jam setelah pemberian dosis tunggal 500 mg per oral diperoleh kadar plasma kira-kira 10 μg/ml. Umumnya untuk kebanyakan protozoa dan bakteri sensitif, rata-rata diperlukan kadar tidak lebih dari 8 μg/ml. Waktu paruhnya berkisar antara 8-10 jam (Sjarif, 1995). Metronidazol terutama digunakan untuk amubiasis, trikomoniasis dan infeksi bakteri anaerob. Metronidazol efektif untuk amubiasis intestinal maupun ekstraintestinal. Namun efeknya lebih jelas pada jaringan, sebab sebagian besar metronidazol mengalami penyerapan di usus halus (Sjarif, 1995) Efek Samping, Indikasi dan Sediaan Efek sampingnya ringan dan berupa gangguan saluran cerna, mulut kering dan rasa logam, pusing atau sakit kepala, rash kulit, dan sewaktu-waktu leukopenia. Air kemih dapat menjadi coklat kemerah-merahan disebabkan oleh zat warna yang terbentuk (Tan, 2002). Obat yang digunakan untuk membunuh/membasmi amuba yaitu Entamuba histolytica, suatu protozoa (organisme bersel tunggal). Amuba menimbulkan penyakit dysentri, ialah infeksi usus yang mengakibatkan radang usus dengan ciriciri mulas dan buang air berlendir dan berdarah (Anief, 1996). Metronidazol tersedia dalam bentuk tablet 250 mg dan 500 mg dan tablet vaginal 500 mg (Ditjen POM, 1989).

22 2.2 Uraian Tablet Pengertian Tablet Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Ditjen POM., 1979). Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablettablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tabet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara oral dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna atau zat pemberi rasa (Ansel, 1989) Evaluasi Tablet Kadar Zat Berkhasiat Tablet Metronidazol mengandung Metronidazol, C 6 H 9 N 3 O 3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM., 1995) Keseragaman Sediaan Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan dua metode yaitu: Keragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih atau merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan

23 Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet yang mengandung zat aktif kurang dari 50 mg atau kurang dari 50% dari bobot satuan sediaan (Ditjen POM., 1995). Faktor-faktor yang dapat menimbulkan masalah keseragaman isi tablet yaitu tidak seragamnya distribusi bahan obat pada pencampuran bubuk atau granulasi, pemisahan dari campuran bubuk atau selama berbagai proses pembuatan, dan penyimpangan berat tablet (Lachman, dkk., 1994) Waktu Hancur Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan berukuran mesh-10. Uji ini tidak memberi jaminan bahwa partikel-partikel itu akan melepas bahan obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya (Lachman, dkk., 1994). Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur dari tablet adalah sifat kimia dan fisis dari granulat, kekerasan dan porositasnya. Tablet biasanya diformulasi dengan bahan pengembang atau bahan penghancur yang menyebabkan tablet hancur di dalam air atau cairan lambung. Hancurnya tablet tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam tablet. Kebanyakan bahan pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan memperlambat waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat dari pada tablet yang keras dengan rongga-rongga yang kecil (Soekemi, dkk., 1987).

24 Kekerasan Kekerasan diartikan sebagai kekuatan untuk menghancurkan tablet. Kekerasan tablet ditentukan oleh besarnya tenaga yang diperlukan untuk memecah tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan pengangkutan. Selain itu tablet juga harus dapat bertahan terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen (Lachman, dkk., 1994). Ketahanan dari tablet terhadap goncangan pada waktu pengangkutan, pengemasan dan peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet. Kekerasan yang umum untuk tablet adalah 4 8 kg. Untuk tablet hisap dan tablet sustained release kekerasannya kg. Tablet kunyah mempunyai kekerasan yang lebih kecil dari 3 kg. Walaupun kekerasan yang lebih tinggi menghasilkan tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan berkurangnya porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan yang menyebabkan lamanya waktu hancur. Alat-alat yang dipergunakan untuk menguji kekerasan tablet antara lain: Stokes Monsanto, Strong Cobb dan Pfizer (Soekemi, dkk., 1987) Friabilitas (Kerapuhan) Kerapuhan ditandai sebagai massa seluruh partikel yang berjatuhan dari tablet melalui beban pengujian mekanis. Kerapuhan diberikan dalam persen yang ditarik dari massa tablet sebelum pengujian (Voight, 1994). Kerapuhan dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk akhir. Seringkali kandungan air (kelembapan) rendah tetapi masih dalam batasan

25 yang dapat diterima dapat berfungsi sebagai pengikat. Granul yang sangat kering dan hanya mengandung sedikit sekali persentase kelembapan, sering menghasilkan lebih banyak tablet renyah daripada granul yang kadar kelembapannya 2 sampai 4%. Karena itulah sangat sukar membuat tablet yang mengandung sejumlah zat yang dapat dihidrolisis tetap stabil secara kimia (Lachman, dkk., 1994) Disolusi Disolusi adalah proses melarutnya obat (Ansel, 1989). Dua sasaran dalam mengembangkan uji disolusi in vitro yaitu untuk menunjukkan pelepasan obat dari tablet kalau dapat mendekati 100% dan laju pelepasan obat seragam pada setiap batch dan harus sama dengan laju pelepasan dari batch yang telah dibuktikan mempunyai bioavailabilitas dan efektif secara klinis (Lachman, dkk., 1994). Faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi yaitu: 1. faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia obat Sifat-sifat fisikokimia dari obat yang mempengaruhi laju disolusi meliputi kelarutan, bentuk kristal, bentuk hidrat solvasi dan kompleksasi serta ukuran partikel. 2. faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan Formulasi sediaan berkaitan dengan bentuk sediaan, bahan pembantu dan cara pengolahan. Pengaruh bentuk sediaan pada laju disolusi tergantung pada kecepatan pelepasan bahan aktif yang terkandung didalamnya. Penggunaan bahan pembantu sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur dan pelicin dalam proses formulasi mungkin akan menghambat atau

26 mempercepat laju disolusi tergantung pada bahan pembantu yang dipakai. Cara pengolahan dari bahan baku, bahan pembantu dan prosedur yang dilaksanakan dalam formulasi sediaan padat peroral juga akan berpengaruh pada laju disolusi. 3. faktor yang berkaitan dengan alat uji disolusi dan parameter uji Faktor ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan selama percobaan yang meliputi kecepatan pengadukan, suhu medium, ph medium dan metoda uji yang dipakai (Syukri, 2002). 2.3 Pembagian Tablet Berdasarkan pembuatannya tablet dibagi menjadi: 1. Tablet cetak (Compressed tablet) Tablet ini dibuat dengan cara mengempa dan tidak mengandung penyalut yang khusus. Tablet cetak dibuat dari bahan-bahan berupa serbuk atau kristal dengan atau tanpa penambahan bahan pengisi, pengikat, pengembang, pelicin dan bahan-bahan tambahan lainnya. 2. Tablet bersalut (Coated tablet) a. Tablet bersalut gula (Sugar Coated tablet) yaitu tablet yang disalut dengan lapisan yang terdiri dari gula dengan bahan-bahan yang sesuai dengan atau tanpa pemberian warna. b. Tablet bersalut selaput (Film coated tablet) yaitu tablet yang disalut dengan lapisan tipis yang dibuat dari bahan-bahan sintetis atau bahanbahan alam.

27 c. Tablet bersalut enterik (Enteric Coated tablet) yaitu tablet yang disalut dengan bahan-bahan yang tahan terhadap cairan lambung tetapi hancur dalam cairan usus. 3. Mutiple Compressed tablet yaitu tablet yang dicetak lebih dari sekali dengan menggunakan mesin pencetak tablet khusus. a. Layered tablet yaitu tablet yang dibuat dengan mencetak granul-granul yang telah dicetak terlebih dahulu. Pencetakan dapat dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan tablet dengan 2 atau 3 lapisan. b. Press Coated tablet (Dry Coated tablet) dibuat dengan mengisikan tablet-tablet yang telah dicetak pada mesin pencetak tablet yang khusus, kemudian dicetakkan granul-granul tambahan di sekeliling tablet (Soekemi, dkk., 1987). 2.4 Obat Generik dan Obat Merek Dagang Mahalnya harga obat di pasaran telah menyebabkan Pemerintah melalui Menteri Kesehatan, mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 085/MenKes/Per/I/1989 tentang kewajiban menuliskan resep dan menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah (Ditjen POM., 1989). Adapun pertimbangan yang digunakan untuk merumuskan peraturan tersebut adalah sebagai berikut: - Harga obat generik lebih rendah daripada harga obat paten yang mempunyai terapetik yang sama - Penulisan resep/penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan akan mempermudah perluasan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Ditjen POM., 1989).

28 Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 193/Kab/B.VIII/71 memberikan definisi berikut untuk obat: Obat ialah suatu bahan atau bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia (Joenoes, 1995). Obat dengan merek dagang atau spesialité adalah obat milik suatu perusahaan dengan nama khas yang dilindungi hukum, yaitu merek terdaftar atau proprietary name. Banyaknya obat merek dagang dengan beraneka-ragam nama yang setiap tahun dikeluarkan oleh farmasi industri dan kekacauan yang diakibatkan telah mendorong WHO untuk menyusun Daftar Obat dengan namanama resmi. Official atau generic name (nama generik) ini dapat digunakan di semua negara tanpa melanggar hak paten obat bersangkutan (Tan, 2002). Berdasarkan Permenkes No. 085/MenKes/Per/I/1989, obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Ditjen POM., 1989). 2.5 Spektrofotometri Ultraviolet Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Daerah spektrum ultraviolet membentang dari 190 nm 380 nm (Ditjen POM.,1995). Radiasi elektromagnetik dapat dianggap sebagai energi yang merambat dalam bentuk gelombang. Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur

29 besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap. Serapan dapat terjadi jika radiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga (Gandjar, dkk., 2007). 2.6 Hukum Lambert-Beer Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan yaitu: 1. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis 2. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas yang sama 3. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut 4. Tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforisensi 5. Indeks bisa tidak tergantung pada konsentrasi larutan (Gandjar, dkk.,2007) Jika absorbansi suatu seri konsentrasi larutan diukur pada panjang gelombang, suhu, kondisi pelarut yang sama; dan absorbansi masing-masing larutan diplotkan terhadap konsentrasinya maka suatu garis lurus akan teramati sesuai dengan persamaan A = abc. Grafik ini disebut dengan plot hukum Lambert- Beer dan jika garis yang dihasilkan merupakan suatu garis lurus maka dapat dikatakan bahwa hukum Lambert-Beer dipenuhi pada kisaran konsentrasi yang diamati (Gandjar, dkk., 2007).

30 Hukum Lambert-Beer adalah: A = abc Dimana: A = absorban a = absorptivitas b = tebal kuvet (cm) c = konsentrasi (Gandjar, dkk., 2007) Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet, dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi (Gandjar, dkk., 2007).

31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan sifat dari suatu keadaan sampel dalam hal ini dilakukan perbandingan mutu tablet Metronidazol generik dengan merek dagang secara in vitro. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Formulasi Sediaan Solid Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Maret 2009 Mei Alat Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Disintegration Tester (Erweka), Dissolution Tester (Erweka DT), Strong Cobb Hardness Tester (Erweka), Roche Friabilator (Erweka), Spektrofotometer Ultraviolet (UV Mini 1240 Shimadzu), Stopwatch, Neraca listrik, alat-alat gelas dan alat laboratorium lainnya. 3.3 Bahan Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air suling, Asam Klorida pekat (E. Merck), Metronidazol BPFI (Badan POM), Tablet Metronidazol generik (PT. Kimia Farma), Tablet Metronidazol generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma), Tablet Omenizol (PT. Mutifa), Tablet Fladex Forte (PT. Dexa Medica), Tablet salut selaput Velazol (PT. Novell), Kaplet Grafazol (PT. Graha Farma), Tablet salut selaput Trichodazol (PT. Sanbe Farma), dan Kaplet salut selaput Metrolet (PT. Harsen).

32 3.4 Metode Penelitian Teknik Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah tablet Metronidazol generik, tablet Metronidazol merek dagang, tablet salut selaput Metronidazol merek dagang, kaplet Metronidazol merek dagang dan kaplet salut selaput Metronidazol merek dagang dengan jumlah zat aktif 500 mg per tablet. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan secara purposif dengan cara mengambil sampel dari salah satu apotik yang ada di Jalan Gatot Subroto Medan Pembuatan Pereaksi Asam Klorida 0,1 N Encerkan 8,5 ml asam klorida P dengan air suling hingga 1000 ml (Ditjen POM., 1995) Cairan Lambung Buatan Larutkan 2,0 g natrium klorida P dalam 7,0 ml asam klorida P dan air secukupnya hingga 1000 ml. Larutan mempunyai ph lebih kurang 1,2 (Ditjen POM., 1995). 3.5 Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi Metronidazol dalam Larutan HCl 0,1 N Pembuatan Larutan Induk Baku I Ditimbang seksama 50 mg Metronidazol BPFI, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml. Dilarutkan dengan HCl 0,1 N dan dicukupkan sampai garis tanda, lalu dikocok homogen maka diperoleh larutan induk baku dengan konsentrasi 500 mcg/ml.

33 3.5.2 Pembuatan Larutan Induk Baku II Dari LIB I dipipet sebanyak 10 ml lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda sehingga diperoleh konsentrasi 100 mcg/ml Penentuan Kurva Serapan Metronidazol Dari LIB II dipipet sebanyak 6 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda. Dikocok homogen maka akan diperoleh larutan konsentrasi 12 mcg/ml. Diukur serapannya pada panjang gelombang nm dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1 N. Kurva serapan Metronidazol dapat dilihat pada Gambar 1 halaman Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Metronidazol dalam Larutan HCl 0,1 N Dari LIB II dipipet masing-masing 3 ml; 4,5 ml; 6 ml; 7,5 ml; dan 9 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, kemudian dicukupkan volumenya dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, sehingga diperoleh konsentrasi Metronidazol masing-masing 6 mcg/ml; 9 mcg/ml; 12 mcg/ml; 15 mcg/ml; dan 18 mcg/ml. Diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum dengan menggunakan HCl 0,1 N sebagai blanko. Hasil penentuan kurva kalibrasi Metronidazol dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman Evaluasi Tablet Penetapan Kadar Metronidazol dalam Tablet Ditimbang seksama 20 tablet, dicatat beratnya, kemudian digerus sampai homogen. Ditimbang sejumlah serbuk yang setara dengan 50 mg Metronidazol sebanyak 6 kali, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml,

34 kemudian dilarutkan dengan HCl 0,1 N dan dicukupkan sampai garis tanda, dikocok homogen maka diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 mcg/ml. Disaring dan lebih kurang 25 ml filtrat pertama dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung. Dari larutan tersebut dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, maka diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 mcg/ml. Selanjutnya dipipet sebanyak 6 ml filtrat, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, maka diperoleh larutan dengan konsentrasi 12 mcg/ml. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 277 nm dengan menggunakan HCl 0,1 N sebagai blanko. Persyaratan: Tablet Metronidazol mengandung Metronidazol, C 6 H 9 N 3 O 3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM., 1995). Data kadar tablet pada Lampiran 5 halaman 49 dan contoh perhitungan pada Lampiran 4 halaman Uji Keseragaman Sediaan Menurut Farmakope Indonesia edisi IV bahwa kadar zat aktif 50 mg atau lebih besar dari 50 mg yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan, maka uji keseragaman sediaan dilakukan dengan cara keragaman bobot. Penetapan keragaman bobot dilakukan dengan cara: Ditimbang seksama 10 tablet, satu persatu dan dihitung bobot rata-rata. Kemudian ditentukan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet. Dari hasil penetapan kadar dihitung jumlah zat aktif dari masing-masing 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.

35 Persyaratan: Keragaman bobot terletak antara 85,0% sampai 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang atau sama dengan 6,0% (Ditjen POM., 1995). Perhitungan keragaman bobot dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 73 dan hasil uji keragaman bobot pada Lampiran 18 halaman Uji Kekerasan Tablet Alat: Strong Cobb Hardness Tester (Erweka) Cara: Sebuah tablet diletakkan tegak lurus diantara anvil dan punch, tablet dijepit dengan memutar skrup pengatur hingga tanda lampu stop menyala, knop ditekan dan dicatat angka yang ditunjukkan jarum penunjuk skala pada saat tablet pecah. Percobaan ini dilakukan untuk 5 tablet. Ketentuan umum: Kekerasan tablet 4-8 kg (Parrot, 1970). Data uji kekerasan dapat dilihat pada Lampiran 19 halaman Uji Friabilitas Alat: Roche Friabilator (Erweka) Cara: Ditimbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu, dicatat beratnya (a gram). Tablet dimasukkan ke dalam alat friabilator, lalu alat dijalankan selama 4 menit (100 kali putaran). Setelah batas waktu yang ditentukan tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu, lalu ditimbang beratnya (b gram). Friabilitas (F) = (a b) / a x 100% Ketentuan umum: Kehilangan berat 0,8% (Voight, 1994).

36 Data uji friabilitas dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 20 halaman Uji Waktu Hancur Alat: Disintegration Tester (Erweka) Tablet Tidak Bersalut Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Dimasukkan 1 tablet pada masingmasing tabung dari keranjang, dimasukkan satu cakram pada tiap tabung, kemudian alat dijalankan. Digunakan air dengan suhu 37º ± 2º C sebagai media. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi, angkat keranjang dan amati keenam tablet. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang dari 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna. Persyaratan: Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut (Ditjen POM., 1979) Tablet Bersalut Bukan Enterik Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Dimasukkan 1 tablet pada masingmasing tabung dari keranjang, dimasukkan satu cakram pada tiap tabung, kemudian alat dijalankan. Digunakan cairan lambung buatan LP dengan suhu 37º ± 2º C sebagai media. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi, angkat keranjang dan amati keenam tablet. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang dari 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.

37 Persyaratan: Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput (Ditjen POM., 1979). Data uji waktu hancur dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman Uji Disolusi Tablet Untuk menguji laju disolusi tablet dilakukan dengan menggunakan alat Dissolution Tester. Medium Alat Kecepatan putaran Waktu : 900 ml HCl 0,1 N : tipe 1 (metode keranjang) : 100 rpm : 60 menit Cara: Satu tablet dimasukkan ke dalam wadah disolusi yang telah berisi 900 ml medium disolusi yang bersuhu 37º ± 0,5º C. Kemudian keranjang diputar dengan kecepatan 100 rpm. Pada interval waktu 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55 dan 60 menit larutan dipipet sebanyak 0,5 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, lalu diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda. Serapan diukur pada panjang gelombang 277 nm dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1 N. Volume medium diusahakan tetap dengan menambahkan medium HCl 0,1 N sebanyak 0,5 ml setelah pemipetan. Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Persyaratan: Dalam waktu 60 menit harus larut tidak kurang dari 85% (Q) C 6 H 9 N 3 O 3 dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM., 1995). Interpretasi: Persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Apabila tidak memenuhi persyaratan maka pengujian dilanjutkan sampai tiga tahap, kecuali bila hasil pengujian

38 memenuhi tahap S1 atau S2. Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti yang tertera dalam masing-masing monografi, dinyatakan dalam persentase kadar pada etiket, angka 5% dan 15% dalam tabel adalah persentase kadar pada etiket, dengan demikian mempunyai arti yang sama dengan Q. Data uji disolusi dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 71 dan contoh perhitungan pada Lampiran 15 halaman 69. Tabel 1. Kriteria Penerimaan Zat Aktif yang Larut dengan Disolusi Tahap Jumlah Kriteria penerimaan yang diuji S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5 % S2 6 Rata-rata dari 12 unit (S1 + S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak 1 unit sediaan yang lebih kecil dari Q - 15 % S3 12 Rata-rata dari 24 unit (S1 + S2 + S3) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q 15 % dan tidak 1 unit pun yang lebih kecil dari Q 25 % (Ditjen POM., 1995) 3.7 Analisis Data Secara Statistik Kadar zat aktif sebenarnya yang terkandung dalam sampel dapat diketahui menggunakan uji distribusi t. Data diterima atau ditolak dihitung dengan menggunakan metode standar deviasi dengan rumus: X i X SD = n 1 2 Keterangan: X i = nilai dari masing-masing pengukuran X = rata-rata dari pengukuran

39 n = jumlah perlakuan (Gandjar, dkk., 2007) Untuk mencari t hitung digunakan rumus: t hitung = X X SD n Sebagai dasar penolakan data hasil uji analisis adalah t hitung t tabel atau t hitung - t tabel. Untuk menentukan kadar zat aktif dalam sampel dengan taraf kepercayaan 99%, α= 0,01, dk= n-1, dapat digunakan rumus: Kadar sebenarnya: µ = X ± t (α/2,dk) x (SD/ n ) Keterangan: X = Interval kepercayaan kadar sampel X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi dk = derajat kebebasan (dk = n-1) α = taraf kepercayaan n = jumlah perlakuan (Wibisono, 2005) Hasil perhitungan statistik kadar zat aktif sebenarnya pada sampel dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 51 sampai dengan Lampiran 13 halaman 65. Untuk mencari koefisien variasi atau Relative Standard Deviation (RSD) ditentukan dengan rumus: RSD = SD x 100% X Keterangan : SD = Standar Deviasi X = rata-rata kadar zat berkhasiat (Gandjar, dkk., 2007) Data hasil perhitungan RSD dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 73.

40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI dalam Larutan HCl 0,1 N Metronidazol memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang nm dengan A 1 = 377a dalam pelarut asam (Moffat, 1986). Dari penelitian ini, pengukuran serapan maksimum Metronidazol BPFI diperoleh 277 nm. Hasil pengukuran yang diperoleh menunjukkan panjang gelombang serapan maksimum yang sama dengan literatur dan penetapan kadar selanjutnya dilakukan pada panjang gelombang maksimum 277nm. Gambar 1. Kurva Serapan Metronidazol BPFI dengan Konsentrasi 12 mcg/ml dalam Larutan HCl 0,1 N

41 Dari hasil identifikasi spektrum ultraviolet larutan Metronidazol BPFI dalam larutan HCl 0,1 N pada panjang gelombang maksimum 277 nm diperoleh serapan 0,4282. Gambar 2. Hasil Penentuan Serapan Metronidazol BPFI dengan Konsentrasi 12 mcg/ml dalam Larutan HCl 0,1 N Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV yang menyatakan bahwa suatu penetapan atau pengujian mengenai panjang gelombang, serapan maksimum mengandung implikasi bahwa serapan maksimum tersebut tepat pada atau dalam batas 2 nm dari panjang gelombang yang ditentukan. Pada penentuan kurva kalibrasi, larutan Metronidazol BPFI dibuat dengan konsentrasi berturut-turut: 6 mcg/ml; 9 mcg/ml; 12 mcg/ml; 15 mcg/ml; dan 18 mcg/ml, diperoleh hubungan linier antara serapan dengan konsentrasi dimana koefisien korelasi (r) = 0,9995 dan persamaan garis regresi Y = 0,0359 X + 0,0038 (Data Perhitungan pada Lampiran 3 halaman 45) serta dapat juga dilihat hubungan antara variasi konsentrasi dengan serapan membentuk suatu garis lurus atau linier.

42 Gambar 3. Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI dalam Larutan HCl 0,1 N pada Panjang Gelombang 277 nm 4.2 Hasil Evaluasi Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Hasil Penetapan Kadar Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, tablet Metronidazol mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Dari hasil penetapan kadar pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa semua tablet Metronidazol baik generik maupun merek dagang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV.

43 Tabel 2. Data Hasil Kadar Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang No. Nama Obat Kadar sebenarnya (%) 1. Tablet Metronidazol Generik (PT. Kimia Farma) 101,56 ± 2,39* 2. Tablet Metronidazol Generik (PT. Phyto Kemo 102,78 ± 5,91* Agung Farma) 3. Tablet Omenizol (PT. Mutifa) 100,36 ± 4,23* 4. Tablet Fladex Forte (PT. Dexa Medica) 100,87 ± 4,79* 5. Kaplet Grafazol (PT. Graha Farma) 100,05 ± 4,77* 6. Tablet Salut Selaput Velazol (PT. Novell) 102,85 ± 0,43* 7. Tablet Salut Selaput Trichodazol (PT. Sanbe 102,82 ± 4,38* Farma) 8. Kaplet Salut Selaput Metrolet (PT. Harsen) 103,18 ± 2,21* * Standar Deviasi (n=6) Kadar Tablet Metronidazol pada tablet Metronidazol generik (PT. Kimia Farma) yaitu 101,56 ± 2,39%, tablet Metronidazol generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma) 102,78 ± 5,91%, tablet Omenizol (PT. Mutifa) 100,36 ± 4,23%, tablet Fladex Forte (PT. Dexa Medica) 100,87 ± 4,79%, kaplet Grafazol (PT. Graha Farma) 100,05 ± 4,77%, tablet salut selaput Velazol (PT. Novell) 102,85 ± 0,43%; tablet salut selaput Trichodazol (PT. Sanbe Farma) 102,82 ± 4,38% dan tablet salut selaput Metrolet (PT. Harsen) 103,18 ± 2,21%. Dari Tabel 2 terlihat bahwa kadar Metronidazol dalam tablet berkisar antara 100,05% sampai 103,18% dimana kadar terendah diperoleh pada tablet Grafazol (PT. Graha Farma) dan kadar tertinggi pada tablet salut selaput Metrolet (PT. Harsen). Data kadar tablet pada Lampiran 5 halaman 49 dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 47.

44 4.2.2 Hasil Uji Keragaman Bobot Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) bahwa persyaratan keragaman bobot dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan terletak antara 85,0% 115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%. Tabel 3. Hasil Uji Keragaman Bobot Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang No. Nama Obat Bobot Rata- 1. Tablet Metronidazol Generik (PT. Kimia Farma) 2. Tablet Metronidazol Generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma) 3. Tablet Omenizol (PT. Mutifa) 4. Tablet Fladex Forte (PT. Dexa Medica) 5. Kaplet Grafazol (PT. Graha Farma) 6. Tablet Salut Selaput Velazol (PT. Novell) 7. Tablet Salut Selaput Trichodazol (PT. Sanbe Farma) 8. Kaplet Salut Selaput Metrolet (PT. Harsen) Rata (mg) Kadar Rata- Rata (%) Standar Deviasi Relatif 659,7 105,14 0,38 601,8 103,37 0,49 672,5 103,87 0,47 703,7 102,93 0,21 744,2 101,17 0, ,23 0,42 789,2 101,92 0,28 625,5 105,45 0,35

45 Dari Tabel 3 dapat dilihat hasil uji keragaman bobot tablet Metronidazol generik (PT. Kimia Farma) 105,14% dengan standar deviasi relatif 0,38, tablet Metronidazol generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma) 103,37% dengan standar deviasi relatif 0,49, tablet Omenizol 103,87% dengan standar deviasi relatif 0,47, tablet Fladex Forte 102,93% dengan standar deviasi relatif 0,21, kaplet Grafazol Velazol 101,17% dengan standar deviasi relatif 0,37, tablet salut selaput 105,23% dengan standar deviasi relatif 0,42, tablet salut selaput Trichodazol 101,92% dengan standar deviasi relatif 0,28 dan kaplet salut selaput Metrolet 105,45% dengan standar deviasi relatif 0,35. Hal ini berarti bahwa baik tablet Metronidazol generik maupun merek dagang memenuhi persyaratan keragaman bobot berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV. Perhitungan keragaman bobot dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 73 dan hasil uji keragaman bobot pada Lampiran 18 halaman 77. Keseragaman isi tablet dapat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu tidak seragamnya distribusi bahan obat pada pencampuran bubuk atau granulasi, pemisahan dari campuran bubuk atau granulasi selama berbagai proses pembuatan dan penyimpangan berat tablet (Lachman dkk., 1994) Hasil Uji Kekerasan Tablet Berdasarkan Tablel 4 menunjukkan bahwa setiap tablet yang diuji mempunyai kekerasan yang berbeda-beda mulai dari 7,60 kg sampai 11,85 kg untuk tablet tidak bersalut dan 10,40 kg sampai 13,35 kg untuk tablet bersalut. Data uji kekerasan dapat dilihat pada Lampiran 19 halaman 79. Menurut Lachman dkk. (1994), perbedaan kekerasan dapat terjadi karena beberapa faktor seperti perbedaan tekanan kompresi yang diberikan atau

46 perbedaan massa granul yang mengisi die pada saat pencetakan tablet. Selain itu, berbedanya nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan tambahan yang digunakan pada formulasi. Bahan pengikat adalah contoh bahan tambahan yang bisa menyebabkan meningkatnya kekerasan tablet bila digunakan terlalu banyak. Tabel 4. Data Kekerasan Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang No. Nama Obat Kekerasan (kg) 1. Tablet Metronidazol Generik (PT. Kimia Farma) 11,85 2. Tablet Metronidazol Generik (PT. Phyto Kemo 7,65 Agung Farma) 3. Tablet Omenizol (PT. Mutifa) 7,65 4. Tablet Fladex Forte (PT. Dexa Medica) 7,75 5. Kaplet Grafazol (PT. Graha Farma) 7,60 6. Tablet Salut Selaput Velazol (PT. Novell) 13,35 7. Tablet Salut Selaput Trichodazol (PT. Sanbe 10,45 Farma) 8. Kaplet Salut Selaput Metrolet (PT. Harsen) 10, Hasil Uji Friabilitas Menurut Voight (1994) bahwa friabilitas atau kehilangan berat yang dialami setiap jenis tablet tidak melebihi 0,8%. Dengan terpenuhinya syarat uji friabilitas, maka keutuhan tablet sampai ke tangan konsumen dapat terjamin. Data uji friabilitas dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 20 halaman 80.

47 Tabel 5. Data Friabilitas Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang No. Nama Obat Friabilitas (%) 1. Tablet Metronidazol Generik (PT. Kimia Farma) 0,25 2. Tablet Metronidazol Generik (PT. Phyto Kemo 0,4 Agung Farma) 3. Tablet Omenizol (PT. Mutifa) 0,45 4. Tablet Fladex Forte (PT. Dexa Medica) 0,13 5. Kaplet Grafazol (PT. Graha Farma) 2,69 6. Tablet Salut Selaput Velazol (PT. Novell) 0,06 7. Tablet Salut Selaput Trichodazol (PT. Sanbe 0,04 Farma) 8. Kaplet Salut Selaput Metrolet (PT. Harsen) 0,06 Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa setiap tablet yang diuji memiliki tingkat kerapuhan yang baik. Dari hasil uji friabilitas tablet mempunyai friabilitas yang relatif kecil yaitu mulai dari 0,04% sampai 0,06% untuk tablet salut dan 0,13% sampai 2,69% untuk tablet tidak bersalut. Pada tablet salut mempunyai friabilitas yang lebih kecil daripada tablet tak bersalut karena tablet salut relatif kuat daripada tablet tidak bersalut dan permukaan tablet salut yang halus menyebabkan gesekan antar tablet hampir tidak ada. Pada kaplet Grafazol friabilitasnya adalah 2,69% dan tidak memenuhi persyaratan yaitu tidak melebihi 0,8%. Hal ini disebabkan kaplet Grafazol sangat rapuh sehingga pada saat tablet diputar di friabilator tablet pecah. Ini dapat disebabkan jumlah penambahan bahan pengikat yang tidak cukup atau pada saat pencampuran dengan bahan pengikat yang tidak merata ataupun cara pembuatannya yang tidak sesuai.

48 4.2.5 Hasil Uji Waktu Hancur Menurut Farmakope Indonesia Edisi III menyatakan bahwa waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah tidak lebih dari 15 menit dan untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput adalah tidak lebih dari 60 menit. Tabel 6. Data Waktu Hancur Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang No. Nama Obat Waktu Hancur 1. Tablet Metronidazol Generik (PT. Kimia Farma) Tablet Metronidazol Generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma) 3. Tablet Omenizol (PT. Mutifa) Tablet Fladex Forte (PT. Dexa Medica) Kaplet Grafazol (PT. Graha Farma) Tablet Salut Selaput Velazol (PT. Novell) Tablet Salut Selaput Trichodazol (PT. Sanbe 7 41 Farma) 8. Kaplet Salut Selaput Metrolet (PT. Harsen) 7 10 Keterangan: = menit = detik Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa waktu hancur untuk tablet Metronidazol generik (PT. Kimia Farma) yaitu 12 menit 15 detik, tablet Metronidazol generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma) 11 menit 58 detik, tablet Omenizol 10 menit 22 detik, tablet Fladex Forte 12 menit 13 detik, kaplet Grafazol 8 menit 38 detik, tablet salut selaput Velazol 6 menit 19 detik, tablet salut selaput Trichodazol 7 menit 41 detik dan kaplet salut selaput Metrolet 7 menit 10 detik. Semua tablet baik tidak bersalut maupun bersalut memenuhi syarat. Data uji waktu hancur dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman 67.

49 Menurut Lachman dkk. (1994), jika dikaitkan dengan disolusi maka waktu hancur merupakan faktor penentu dalam pelarutan obat. Sebelum obat larut dalam media pelarut maka tablet terlebih dahulu pecah menjadi partikel-partikel kecil sehingga daerah permukaan partikel menjadi lebih luas. Namun uji ini tidak memberi jaminan bahwa partikel-partikel akan melepaskan bahan obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya, karena uji waktu hancur hanya menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan berukuran mesh Hasil Uji Evaluasi Kekerasan, Friabilitas, Waktu Hancur dan Waktu Disolusi (Q+5%) Data hasil uji evaluasi Tablet Metronidazol generik dan merek dagang dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini: Tabel 7. Data Uji Kekerasan, Friabilitas, Waktu Hancur dan Waktu Disolusi (Q+5%) No. Nama Obat Kekerasan (kg) Friabilitas (%) 1. Tablet Metronidazol Generik (PT. Kimia Farma) 2. Tablet Metronidazol Generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma) 3. Tablet Omenizol (PT. Mutifa) 4. Tablet Fladex Forte (PT. Dexa Medica) 5. Kaplet Grafazol (PT. Graha Farma) 6. Tablet Salut Selaput Velazol (PT. Novell) 7. Tablet Salut Selaput Trichodazol (PT. Sanbe Farma) Waktu Hancur Waktu disolusi (Q+5%) (menit) 11,85 0, ,65 0, ,65 0, ,75 0, ,60 2, ,35 0, ,45 0,

50 Tabel 7, lanjutan 8. Kaplet Salut Selaput Metrolet (PT. Harsen) 10,40 0, Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa semakin keras sebuah tablet maka friabilitas juga akan semakin kecil dan demikian juga waktu hancur tablet akan lebih lama dan sebaliknya. Bila kekerasan suatu tablet menurun maka friabilitas akan semakin tinggi dan waktu hancur tablet akan cepat. Dilihat dari tablet Metronidazol generik (PT. Kimia Farma) mempunyai kekerasan 11,85 kg, friabilitas 0,25% dan waktu hancur 12 menit 15 detik dan tablet Metronidazol Generik (PT. Phtyo Kemo Agung Farma) mempunyai kekerasan 7,65 kg, friabilitas 0,4% dan waktu hancur 11 menit 58 detik. Sama halnya juga dengan tablet Omenizol dan tablet Fladex Forte yang hampir sama dengan tablet Metronidazol generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma). Untuk kaplet Grafazol dengan kekerasan 7,60 kg memiliki friabilitas yang sangat tinggi yaitu 2,69% dengan waktu hancur yang sangat cepat yaitu 8 menit 38 detik. Untuk tablet salut diperoleh kekerasan yang jauh lebih tinggi dari tablet tidak bersalut sehingga friabilitas yang diperoleh pun lebih kecil dengan waktu hancur yang lebih cepat. Dilihat dari tablet salut selaput Velazol dengan kekerasan 13,35 kg, friabilitas 0,06% dan waktu hancur 6 menit 19 detik. Hal ini disebabkan karena tablet salut telah dilapisi permukaan tabletnya sehingga akan lebih tahan terhadap guncangan sedangkan waktu hancur tablet salut lebih cepat dikarenakan salut tablet akan hancur dan segera melepaskan partikel-partikel kecil atau granul.

51 4.2.7 Hasil Uji Disolusi Tabel 8. Data Uji Disolusi Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Waktu (menit) Generik (PT. Kimia Farma) Generik (PT. Phyto Kemo) Jumlah Kumulatif Metronidazol Yang Terlepas (%) Omenizol Velazol (PT. (PT. Mutifa) Novell) Fladex Forte (PT. Dexa Medica) Grafazol (PT. Graha Farma) Trichodazol (PT. Sanbe Farma) Metrole (PT. Harsen ,91 30,27 14,94 17,38 60,69 24,12 63,63 26, ,18 61,17 30,04 43,19 86,82 93,02 90,13 63, ,08 81,34 51,09 54,39 91,11 93,87 90,76 85, ,97 91,98 61,59 66,53 91,55 94,35 90,99 90, ,37 94,35 75,81 80,24 91,79 94,62 92,01 90, ,07 95,79 82,44 90,95 91,97 94,98 92,33 90, ,74 96,98 96,66 91,60 92,76 95,21 92,52 91, ,45 98,04 98,36 92,52 93,51 95,55 92,79 91, ,96 99,03 99,24 93,71 94,60 95,92 93,66 92, ,55 100,63 99,87 94,38 94,72 96,32 94,21 92, ,67 101,95 100,86 95,86 96,51 96,69 95,42 92, ,13 102,62 104,44 97,56 97,80 97,84 97,42 94,25

52 Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) bahwa uji disolusi dilakukan dengan menggunakan metode keranjang, media HCl 0,1 N dimana dalam waktu 60 menit Metronidazol terlarut tidak kurang dari 85% (Q) dari jumlah yang tertera pada etiket. Dari hasil pengujian ternyata semua tablet Metronidazol baik generik maupun merek dagang memenuhi persyaratan uji disolusi. Data uji disolusi dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 70 dan contoh perhitungan pada Lampiran 17 halaman 73. Dari Tabel 8 dan Gambar 4 dapat dilihat bahwa persen kumulatif yang terlepas pada menit ke-60 untuk tablet Metronidazol generik (PT. Kimia Farma) sebesar 104,13%, tablet Metronidazol generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma) sebesar 102,62%, tablet Omenizol 104,44%, tablet Fladex Forte 97,56%, kaplet Grafazol 97,80%, tablet salut selaput Velazol 97,84%, tablet salut selaput Trichodazol 97,42% dan kaplet salut selaput Metrolet 94,25%. Tablet Omenizol memiliki persen kumulatif yang paling besar yaitu 104,44% dibandingkan dengan tablet lainnya. Jika dilihat dari kecepatan melarutnya, pencapaian Q + 5% yaitu 85% + 5% dari tablet tersebut berbeda-beda. Tablet Metronidazol generik (PT. Kimia Farma) pada menit ke-25, tablet Metronidazol generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma) pada menit ke-20, tablet Omenizol pada menit ke-35, tablet Fladex Forte pada menit ke-30, kaplet Grafazol pada menit ke-15, tablet salut selaput Velazol pada menit ke-10, tablet salut selaput Trichodazol pada menit ke-10 dan kaplet salut selaput Metrolet pada menit ke-20. Hal ini sesuai dengan hasil uji yang lain yaitu kekerasan dan waktu hancurnya. Dimana hasil uji kekerasan

53 dan waktu hancur paling kecil maka kecepatan melarutnya paling cepat. Demikian juga sebaliknya, hasil uji kekerasan dan waktu hancur paling besar maka kecepatan melarutnya paling lama. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan bahan-bahan tambahan maupun penyalutnya. Menurut Lachman dkk. (1994) menyatakan bahwa uji waktu hancur tidak memberikan jaminan bahwa partikel-partikel tablet hancur akan melepas bahan obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya. Besar kecilnya partikel sangat menentukan kecepatan disolusi bahan obat tersebut. Gambar grafik persen kumulatif rata-rata dari hasil uji disolusi tablet Metronidazol generik dan merek dagang dapat dilihat pada gambar 4: % Kumulatif Waktu (menit) Tablet Metronidazol Generik (PT. Kimia Farma) Tablet Metronidazol Generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma) Tablet Omenizol (PT. Mutifa) Tablet Fladex Forte (PT. Dexa Medica) Kaplet Grafazol (PT. Graha Farma) Tablet Salut Selaput Velazol (PT. Novell) Tablet Salut Selaput Trichodazol (PT. Sanbe Farma) Kaplet Salut Selaput Metrolet (PT. Harsen) Gambar 4. Grafik Persen Kumulatif Rata-Rata Dari Hasil Uji Disolusi Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang dalam Medium HCl 0,1 N Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa semua tablet Metronidazol telah terlarut dan melepaskan bahan aktifnya dalam waktu 60 menit. Waktu yang diperlukan setiap tablet Metronidazol untuk terlarut dan melepaskan bahan aktifnya sebanyak 50% adalah berbeda-beda. Pada tablet Metronidazol generik

54 (PT. Kimia Farma) melepaskan 50% kadar aktifnya pada menit ke-10, tablet Metronidazol generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma) pada menit ke-8, tablet Omenizol pada menit ke-15, tablet Fladex Forte pada menit ke-13, kaplet Grafazol pada menit ke-5, tablet salut selaput Velazol pada menit ke-7, tablet salut selaput Trichodazol pada menit ke-5 dan kaplet salut selaput Metrolet pada menit ke-8. Menurut Leon Shargel (1988) menyatakan bahwa laju pelarutan dapat dipengaruhi oleh sifat fisikokimia obat, formulasi, dan pelarut. Sebagai tambahan, pada faktor-faktor ini suhu media dan kecepatan pengadukan juga mempengaruhi laju pelarutan obat.

55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Hasil pemeriksaan mutu yang dilakukan secara in vitro terhadap tablet Metronidazol generik dan merek dagang dengan parameter uji kekerasan dan uji friabilitas memenuhi persyaratan farmasi industri kecuali uji kekerasan pada tablet Metronidazol generik PT. Kimia Farma yaitu 11,85 kg, tablet salut selaput Velazol dan Trichodazol yaitu 13,35 kg dan 10,45 kg, dan kaplet salut selaput Metrolet yaitu 10,40 kg dan uji friabilitas pada kaplet Grafazol yaitu 2,69%. 2. Hasil pemeriksaan mutu yang dilakukan secara in vitro terhadap tablet Metronidazol generik dan merek dagang dengan parameter uji waktu hancur, penetapan kadar, uji keragaman bobot, dan uji disolusi memenuhi persyaratan untuk semua tablet sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi IV. 5.2 Saran Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan uji in vivo untuk mengetahui ketersediaan hayati tablet Metronidazol generik dan merek dagang di dalam tubuh.

56 DAFTAR PUSTAKA Anief, M. (1996). Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan Penggunaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 13. Ansel, H. C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: UI Press. Halaman 244. Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi Ke III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 6-7. Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi Ke IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman , 999, 1061, 1143, Ditjen POM. (1989). Informatorium Obat Generik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 11, 15, Gandjar, I. B., Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 220, Joenoes, N. Z. (1995). Ars Prescribendi Resep Yang Rasional 1. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 25. Lachman, L., Lieberman, H. A., dan Kanig, J. L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press. Halaman , Moffat, A. C. (1986). Clarke s Isolation and Identification of Drugs. Second Edition. London: The Pharmaceutical Press. Page 780. Parrott, E. L. (1970). Pharmaceutical Technology. United States of America: Burgess Publishing Company. Page 82. Shargel, L., dan Andrew, B. C. (1988). Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 97. Siswandono, dan Bambang, S. (1995). Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman Sjarif, A. (1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi Keempat. Jakarta: Gaya Baru. Halaman 540. Soekemi, R. A., Yuanita, T., Fat Aminah, Salim Usman. (1987). Tablet. Medan: Mayang Kencana. Halaman 2-4, 41, 49. Syukri, Y. (2002). Biofarmasetika. Jakarta: UI Press. Halaman 31,

57 Tjay, T. H., dan Kirana, R. (2002). Obat-Obatan Penting. Edisi Kelima. Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 6, 181. Voight, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman Widodo, R. (2004). Panduan Keluarga Memilih dan Menggunakan Obat. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Halaman 31-32,

58 Lampiran 1. Sediaan Tablet yang Diperiksa No. Nama Obat Kandungan Zat Berkhasiat 1. Tablet Metronidazol Generik 2. Tablet Metronidazol Generik 500 mg PT. Kimia Farma 500 mg PT. Phyto Kemo Agung Farma Pabrik No. Batch Tanggal Kadaluarsa F40826B Juni 2011 SD91261 April Tablet Omenizol 500 mg PT. Mutifa Oktober Tablet 500 mg PT. Dexa Mei 2011 Fladex Forte Medica 5. Kaplet Grafazol 500 mg PT. Graha Farma YI112G September Tablet Salut Selaput Velazol 500 mg PT. Novell 09B052 Februari Tablet Salut Selaput Trichodazol 500 mg PT. Sanbe Farma JH1594 Agustus Kaplet Salut 500 mg PT. Harsen 8J Oktober Selaput Metrolet 2012

59 Lampiran 2. Hasil Penentuan Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI pada Panjang Gelombang Serapan Maksimum 277 nm dengan Larutan HCl 0,1N Sebagai Blanko Gambar 5. Hasil Penentuan Serapan Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI pada Panjang Gelombang Maksimum 277 nm dengan Larutan HCl 0,1 N Sebagai Blanko

60 Lampiran 3. Data Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI Secara Spektrofotometri Ultraviolet dalam Larutan HCl 0,1 N pada Panjang Gelombang 277 nm C (mcg/ml) Absorbansi XY X 2 Y 2 (X) (Y) 0 0, , ,222 1, , ,330 2, , ,430 5, , ,550 8, , ,645 11, ,4160 ΣX = 60 X = 10 ΣY = 2,177 Y = 0,3628 ΣXY = 29,32 Σ X 2 = 810 Σ Y 2 = 1,0616 a = = = XY ( X )( 2 2 X ( X ) 29, ,177 / , , Y ) / n / n 7,55 = 210 = 0,0359 Y = a X + b b = Y - a X = 0,3628 0, = 0,0038 Persamaan regresi diperoleh dengan mensubstitusikan nilai a dan b, sehingga persamaan regresi adalah: Y = 0,00359 X + 0,0038

61 r = = = = X (60) XY ( X )( 2 ( X ) / n Y 29,32 (60)(2,177) 2 29,32 21, ,2717 7,552 7,5536 / 6 Y ) / n 2 / 6 ( 1,0616 (2,177) 2 Y / 6 2 ) / n = 0,9998

62 Lampiran 4. Contoh Perhitungan Penetapan Kadar Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Misalnya untuk Tablet Metronidazol Generik PT. Phyto Kemo Agung Farma Berat 20 tablet = 11,977 gr Tiap tablet mengandung 500 mg Metronidazol Berat Metronidazol dalam 20 tablet = 20 x 500 mg = mg Berat serbuk setara 50 mg Metronidazol = 50mg 10000mg x 11,977 g x 1000 = 59,9mg Ditimbang sebanyak 6 kali, kemudian dilakukan pengujian sesuai dengan prosedur yang telah disebutkan sebelumnya dan diukur serapannya pada panjang gelombang 277 nm. Perhitungan konsentrasi teoritis : Konsentrasi LIB I = 50mg 100ml = 50000mcg 50ml = 500 mcg/ml Konsentrasi LIB II: V1. N1 = V2. N2 10 ml. 500 mcg/ml = 50 ml. N2 N2 = 100 mcg/ml Konsentrasi Teoritis: V1. N1 = V2. N2 6 ml. 100 mcg/ml = 50 ml. N2 N2 = 12 mcg/ml Perhitungan Konsentrasi Pengukuran: Dari pengukuran diperoleh absorbansi (Y) = 0,4569, maka dengan menggunakan persamaan garis regresi: Y = 0,0359X+ 0,0038 0,4569 = 0,0359 X+ 0,0038

63 X = 12,62 mcg/ml Konsentrasi sampel = 12,62 mcg/ml Kadar Metronidazol dalam sampel: %Kadar = = Csampel x 100% Cukur 12,62 x 100% 12 = 105,17% Dengan cara yang sama, dihitung kadar tablet lainnya.

64 Lampiran 5. Hasil Penetapan Kadar Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang No. Nama Obat Konsentrasi (mcg/ml) 1. Tablet Metronidazol Generik (PT. Kimia Farma) 2. Tablet Metronidazol Generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma) 3. Tablet Omenizol (PT. Mutifa) 4. Tablet Fladex Forte (PT. Dexa Medica) 5. Kaplet Grafazol (PT. Graha Farma) 6. Tablet Salut Selaput Velazol (PT. Novell) 7. Tablet Salut Selaput Trichodazol (PT. Sanbe Farma) 12,43 12,20 12,89 12,14 12,16 12,01 12,62 11,77 12,45 12,08 12,97 12,11 12,53 12,17 11,73 12,20 11,83 11,80 12,30 11,68 12,24 12,34 12,99 11,96 12,39 11,86 12,25 12,20 11,43 11,91 12,31 12,45 12,38 12,32 12,36 12,34 12,59 11,99 12,56 12,11 12,72 12,06 Kadar (%) 103,62 101,67 107,45 101,16 101,29 100,07 105,17 98,08 103,75 100,67 108,08 100,92 104,39 101,42 97,75 101,67 98,58 98,35 102,5 97, ,83 108,35 99,67 103,27 98,79 102,09 101,67 95,29 99,21 102,62 103,76 103,13 102,69 102,97 102,86 104,92 99,92 104,67 100, ,50 Kadar rata-rata (%) Simpangan Baku Kadar Sebenarnya (%) 102,54 1,16 101,56 ± 2,39* 102,78 3,59 102,78 ± 5,91* 100,36 2,57 100,36 ± 4,23* 102,09 2,33 100,87 ± 4,79* 100,05 2,90 100,05 ± 4,77* 103,01 0,21 102,85 ± 0,43* 100,82 2,66 102,82 ± 4,38*

65 Lampiran 5, lanjutan 8. Kaplet Salut Selaput Metrolet (PT. Harsen) 12,38 12,34 12,62 12,16 12,51 12,29 103,13 102,86 105,13 101,32 104,22 102,44 103,18 1,34 103,18 ± 2,21*

66 Lampiran 6. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Tablet Generik (PT. Kimia Farma) No. Kadar (mcg/ml) [X] (Xi X ) (Xi X ) ,62 1,08 1, ,67 0,87 0, ,45 4,91 24, ,16 1,38 1, ,29 1,25 1, ,27 2,47 6,1009 X = 102,54 = 35,5992 SD = ( X X ) n 1 2 = 35, = 2,69 Pada taraf kepercayaan 99% dengan nilai λ = 0,01; n = 6; dk = 5 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,03. Data ditolak jika t hitung t tabel atau t hitung - t tabel X X t = SD n t hitung data 1 = t hitung data 2 = t hitung data 3 = t hitung data 4 = t hitung data 5 = t hitung data 6 = 102,54 103,62 = - 0,98 2, ,54 101,67 = 0,79 2, ,54 107,45 = - 4,47 ditolak 2, ,54 101,16 = 1,26 2, ,54 101,29 = 1,14 2, ,54 100,07 = 2,25 2,69 6 Data ke-3 ditolak, karena pada data ke-3 t hitung - t tabel, maka data yang dipakai adalah data 1,2,4,5, dan 6.

67 No. Kadar (mcg/ml) [X] (Xi X ) (Xi X ) ,62 2,06 4, ,67 0,11 0, ,16 0,4 0, ,29 0,27 0, ,27 1,49 2,2201 X = 101,56 = 6,7087 SD = ( X X ) n 1 2 = 6, = 1,16 Pada taraf kepercayaan 99% dengan nilai λ = 0,01; n = 6; dk = 5 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,60. Data ditolak jika t hitung t tabel atau t hitung - t tabel X X t = SD n t hitung data 1 = t hitung data 2 = t hitung data 4 = t hitung data 5 = t hitung data 6 = 101,56 103,62 = - 3,97 1, ,56 101,67 = - 0,21 1, ,56 101,16 = 0,77 1, ,56 101,29 = 0,52 1, ,56 100,07 = 2,49 1,16 5 Dari hasil perhitungan, semua data diterima. Maka dilakukan penetapan kadar sebenarnya dengan nilai λ = 0,01; dk = 4 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,60 terletak antara: µ = X ± t (α/2,dk) x (SD/ n ) = 101,56 ± 4,60. (1,16 / 5 ) = 101,56 ± 2,39 %

68 Lampiran 7. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Tablet Generik (PT. Phyto Kemo Agung) No. Kadar (mcg/ml) [X] (Xi X ) (Xi X ) ,17 2,39 5, ,08 4,7 22, ,75 0,97 0, ,67 2,11 4, ,08 5,3 28, ,92 1,86 3,4596 X = 102,78 = 64,7447 SD = ( X X ) n 1 2 = 64, = 3,59 Pada taraf kepercayaan 99% dengan nilai λ = 0,01; n = 6; dk = 5 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,03. Data ditolak jika t hitung t tabel atau t hitung - t tabel X X t = SD n t hitung data 1 = t hitung data 2 = t hitung data 3 = t hitung data 4 = t hitung data 5 = t hitung data 6 = 102,78 105,12 = - 1,63 3, ,78 98,08 = 3,21 3, ,78 103,75 = - 0,66 3, ,78 100,67 = 1,44 3, ,78 108,08 = - 3,62 3, ,78 100,92 = 1,27 3,59 6

69 Dari hasil perhitungan, semua data diterima. Maka dilakukan penetapan kadar sebenarnya dengan nilai λ = 0,01; dk = 5 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,03 terletak antara: µ = X ± t (α/2,dk) x (SD/ n ) = 102,78 ± 4,03. (3,59 / 6 ) = 102,78 ± 5,91 %

70 Lampiran 8. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Tablet Omenizol (PT. Mutifa) No. Kadar (mcg/ml) [X] (Xi X ) (Xi X ) ,39 4,03 16, ,42 1,06 1, ,75 2,61 6, ,67 1,31 1, ,58 1,78 3, ,35 2,01 4,0401 X = 100,36 = 33,1012 SD = ( X X ) n 1 2 = 33, = 2,57 Pada taraf kepercayaan 99% dengan nilai λ = 0,01; n = 6; dk = 5 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,03. Data ditolak jika t hitung t tabel atau t hitung - t tabel X X t = SD n t hitung data 1 = t hitung data 2 = t hitung data 3 = t hitung data 4 = t hitung data 5 = t hitung data 6 = 100,36 104,39 = - 3,84 2, ,36 101,42 = - 1,01 2, ,36 97,75 = 2,49 2, ,36 101,67 = - 1,25 2, ,36 98,58 = 1,69 2, ,36 98,35 = 1,92 2,57 6

71 Dari hasil perhitungan, semua data diterima. Maka dilakukan penetapan kadar sebenarnya dengan nilai λ = 0,01; dk = 5 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,03 terletak antara: µ = X ± t (α/2,dk) x (SD/ n ) = 100,36 ± 4,03. (2,57 / 5 ) = 100,36 ± 4,23 %

72 Lampiran 9. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Tablet Fladex Forte (PT. Dexa Medica) No. Kadar (mcg/ml) [X] (Xi X ) (Xi X ) ,5 0,41 0, ,33 4,76 22, ,09 0, ,83 0,74 0, ,25 6,16 37, ,67 2,42 5,8564 X = 102,09 = 67,1834 SD = ( X X ) n 1 2 = 67, = 3,67 Pada taraf kepercayaan 99% dengan nilai λ = 0,01; n = 6; dk = 5 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,03. Data ditolak jika t hitung t tabel atau t hitung - t tabel X X t = SD n t hitung data 1 = t hitung data 2 = t hitung data 3 = t hitung data 4 = t hitung data 5 = t hitung data 6 = 102,09 102,5 = - 0,27 3, ,09 97,33 = 3,18 3, , = 0,06 3, ,09 102,83 = - 0,49 3, ,09 108,25 = - 4,11 ditolak 3, ,09 99,67 = 1,62 3,67 6 Data ke-5 ditolak, karena pada data ke-5 t hitung - t tabel, maka data yang dipakai adalah data 1,2,3,4, dan 6.

73 No. Kadar (mcg/ml) [X] (Xi X ) (Xi X ) ,5 1,63 2, ,33 3,54 12, ,13 1, ,83 1,96 3, ,67 1,20 1,4400 X = 100,87 = 21,7470 SD = ( X X ) n 1 2 = 21, = 2,33 Pada taraf kepercayaan 99% dengan nilai λ = 0,01; n = 6; dk = 5 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,60. Data ditolak jika t hitung t tabel atau t hitung - t tabel X X t = SD n t hitung data 1 = t hitung data 2 = t hitung data 3 = t hitung data 4 = t hitung data 6 = 100,87 102,5 = - 1,56 2, ,87 97,33 = 3,39 2, , = - 1,08 2, ,87 102,83 = - 1,88 2, ,87 99,67 = 1,15 2,33 5 Dari hasil perhitungan, semua data diterima. Maka dilakukan penetapan kadar sebenarnya dengan nilai λ = 0,01; dk = 4 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,60 terletak antara: µ = X ± t (α/2,dk) x (SD/ n ) = 100,87 ± 4,60. (2,33 / 5 ) = 100,87 ± 4,79 %

74 Lampiran 10. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Tablet Salut Selaput Velazol (PT. Novell) No. Kadar (mcg/ml) [X] (Xi X ) (Xi X ) ,62 0,39 0, ,76 0,75 0, ,13 0,12 0, ,69 0,32 0, ,97 0,04 0, ,86 0,15 0,0255 X = 103,01 = 0,8555 SD = ( X X ) n 1 2 = 0, = 0,41 Pada taraf kepercayaan 99% dengan nilai λ = 0,01; n = 6; dk = 5 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,03. Data ditolak jika t hitung t tabel atau t hitung - t tabel X X t = SD n t hitung data 1 = t hitung data 2 = t hitung data 3 = t hitung data 4 = t hitung data 5 = t hitung data 6 = 103,01 102,62 = 2,33 0, ,01 103,76 = - 4,48 ditolak 0, ,01 103,13 = - 0,72 0, ,01 102,69 = 1,91 0, ,01 102,97 = 0,24 0, ,01 102,86 = 0,89 0,41 6 Data ke-2 ditolak, karena pada data ke-2 t hitung - t tabel, maka data yang dipakai adalah data 1,3,4,5, dan 6.

75 No. Kadar (mcg/ml) [X] (Xi X ) (Xi X ) ,62 0,23 0, ,13 0,28 0, ,69 0,16 0, ,97 0,12 0, ,86 0,01 0,0001 X = 102,85 = 0,1714 SD = ( X X ) n 1 2 = 0, = 0,21 Pada taraf kepercayaan 99% dengan nilai λ = 0,01; n = 6; dk = 5 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,60. Data ditolak jika t hitung t tabel atau t hitung - t tabel X X t = SD n t hitung data 1 = t hitung data 3 = t hitung data 4 = t hitung data 5 = t hitung data 6 = 102,85 102,62 = 2,45 0, ,85 103,13 = - 2,98 0, ,85 102,69 = 1,70 0, ,85 102,97 = - 1,28 0, ,85 102,86 = - 0,11 0,21 6 Dari hasil perhitungan, semua data diterima. Maka dilakukan penetapan kadar sebenarnya dengan nilai λ = 0,01; dk = 4 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,60 terletak antara: µ = X ± t (α/2,dk) x (SD/ n ) = 102,85 ± 4,60. (0,21 / 5 ) = 102,85 ± 0,43 %

76 Lampiran 11. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Tablet Salut Selaput Trichodazol (PT. Sanbe Farma) No. Kadar (mcg/ml) [X] (Xi X ) (Xi X ) ,92 2,10 4, ,92 2,90 8, ,67 1,85 3, ,92 1,90 3, ,18 10, ,5 2,32 5,3824 X = 102,82 = 35,3473 SD = ( X X ) n 1 2 = 35, = 2,66 Pada taraf kepercayaan 99% dengan nilai λ = 0,01; n = 6; dk = 5 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,03. Data ditolak jika t hitung t tabel atau t hitung - t tabel X X t = SD n t hitung data 1 = t hitung data 2 = t hitung data 3 = t hitung data 4 = t hitung data 5 = t hitung data 6 = 102,82 104,92 = - 1,93 2, ,82 99,92 = 2,67 2, ,82 104,67 = - 1,70 2, ,82 100,92 = 1,75 2, , = - 2,93 2, ,82 100,5 = 2,14 2,66 6

77 Dari hasil perhitungan, semua data diterima. Maka dilakukan penetapan kadar sebenarnya dengan nilai λ = 0,01; dk = 5 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,03 terletak antara: µ = X ± t (α/2,dk) x (SD/ n ) = 102,82 ± 4,03. (2,66 / 6 ) = 102,82 ± 4,38 %

78 Lampiran 12. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Kaplet Grafazol (PT. Graha Farma) No. Kadar (mcg/ml) [X] (Xi X ) (Xi X ) ,27 3,22 10, ,79 1,26 1, ,09 2,04 4, ,67 1,62 2, ,29 4,67 22, ,21 0,84 0,7056 X = 100,05 = 42,1052 SD = ( X X ) n 1 2 = 42, = 2,90 Pada taraf kepercayaan 99% dengan nilai λ = 0,01; n = 6; dk = 5 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,03. Data ditolak jika t hitung t tabel atau t hitung - t tabel X X t = SD n t hitung data 1 = t hitung data 2 = t hitung data 3 = t hitung data 4 = t hitung data 5 = t hitung data 6 = 100,05 103,27 = - 2,72 2, ,05 98,79 = 1,06 2, ,05 102,09 = - 0,86 2, ,05 101,67 = - 1,37 2, ,05 95,29 = 3,94 2, ,05 99,21 = 0,71 2,90 6

79 Dari hasil perhitungan, semua data diterima. Maka dilakukan penetapan kadar sebenarnya dengan nilai λ = 0,01; dk = 5 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,03 terletak antara: µ = X ± t (α/2,dk) x (SD/ n ) = 100,05 ± 4,03. (2,90 / 6 ) = 100,05 ± 4,77 %

80 Lampiran 13. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol pada Kaplet Salut Selaput Metrolet (PT. Graha Farma) No. Kadar (mcg/ml) [X] (Xi X ) (Xi X ) ,13 0,05 0, ,86 0,32 0, ,13 1,95 3, ,32 1,86 3, ,22 1,04 1, ,44 0,74 0,5476 X = 103,18 = 8,9962 SD = ( X X ) n 1 2 = 8, = 1,34 Pada taraf kepercayaan 99% dengan nilai λ = 0,01; n = 6; dk = 5 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,03. Data ditolak jika t hitung t tabel atau t hitung - t tabel X X t = SD n t hitung data 1 = t hitung data 2 = t hitung data 3 = t hitung data 4 = t hitung data 5 = t hitung data 6 = 103,18 103,13 = 0,09 1, ,18 102,86 = 0,59 1, ,18 105,13 = - 3,56 1, ,18 101,32 = 3,40 1, ,18 104,22 = - 1,90 1, ,18 102,44 = 1,35 1,34 6

81 Dari hasil perhitungan, semua data diterima. Maka dilakukan penetapan kadar sebenarnya dengan nilai λ = 0,01; dk = 5 dari daftar tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,03 terletak antara: µ = X ± t (α/2,dk) x (SD/ n ) = 103,18 ± 4,03. (1,34 / 6 ) = 103,18 ± 2,21 %

82 Lampiran 14. Hasil Uji Waktu Hancur Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang No. Nama Obat Waktu Hancur Waktu Hancur Rata-rata Standar Deviasi 1. Tablet Metronidazol Generik (PT. Kimia Farma) ,60 2. Tablet Metronidazol Generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma) 3. Tablet Omenizol (PT. Mutifa) 4. Tablet Fladex Forte (PT. Dexa Medica) 5. Kaplet Grafazol (PT. Graha Farma) 6. Tablet Salut Selaput Velazol (PT. Novell) 7. Tablet Salut Selaput Trichodazol (PT. Sanbe Farma) , , , , , ,43

83 Lampiran 14, lanjutan 8. Kaplet Salut Selaput Metrolet (PT. Harsen) Keterangan: = menit = detik ,26

84 Lampiran 15. Contoh Perhitungan Persentase (%) Metronidazol yang Terlarut dalam Medium Disolusi pada Interval Waktu Tertentu Sebagai contoh adalah disolusi kaplet salut selaput Metrolet (PT. Harsen) dengan interval waktu t = 5 menit Hasil pemipetan pada menit ke-5 berupa larutan dengan volume 0,5 ml dimasukkan dalam labu tentukur 25 ml. Lalu dicukupkan dengan HCl 0,1 N hingga garis tanda. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang 277 nm. Konsentrasi Pengukuran pada t = 5 menit : Diperoleh absorbansi (Y) = 0,1105 Y = 0,0359 X + 0,0038 0,1105 = 0,0359 X + 0,0038 X = 2,9721 mcg/ml Jumlah Metronidazol yang terlepas di dalam 900 ml medium disolusi adalah sebanyak = 900 ml x 25ml 0,5ml x 2,9721 mcg/ml = ,5 mcg = 133,7445 mg = 133,74 mg % Kumulatif Metronidazol yang terlepas pada menit ke-5 adalah = Metronidazol yang terlepas pada menit ke-5 x 100% Jumlah Metronidazol tiap tabletnya = 133,74 mg x 100% 500 mg = 26,75% Dengan cara yang sama dihitung % kumulatif Metronidazol yang terlepas dari setiap larutan yang dipipet. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.

85 Lampiran 16. Rata-Rata Hasil Uji Disolusi Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Nama Obat Tablet Metronidazol Generik (PT. Kimia Farma) Tablet Metronidazol Generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma) Tablet Omenizol (PT. Mutifa) Waktu (menit) % Kumulatif (%) Ratarata 31,04 50,49 65,98 87,07 97,79 99,12 102,15 102,57 103,31 104,43 104,51 105,30 31,92 60,26 81,03 93,67 95,42 95,32 97,52 98,01 99,77 100,61 101,61 102,83 14,67 30,08 50,82 61,47 75,64 82,43 96,69 98,45 99,20 99,95 100,08 104,72 30,16 52,54 66,88 87,81 98,82 99,78 100,87 101,38 101,73 102,81 102,36 103,23 28,33 59,25 82,68 92,05 94,45 96,76 98,21 98,35 99,62 101,18 102,28 103,63 14,84 30,01 50,92 61,32 75,69 82,40 96,54 98,55 99,33 99,85 100,23 103,57 31,09 53,64 64,83 86,92 97,35 100,13 102,25 102,67 103,71 103,86 104,15 104,35 30,73 61,53 79,84 90,18 93,25 95,67 96,52 97,92 98,13 100,84 102,21 102,66 15,12 29,96 50,89 61,42 75,81 82,60 96,67 98,27 99,15 100,06 102,35 104,62 29,96 50,52 65,93 85,97 98,45 101,01 103,56 104,12 104,56 104,78 105,16 105,34 31,89 63,63 80,21 92,25 93,18 96,65 97,20 97,79 98,01 100,16 101,68 101,78 14,99 30,06 50,94 62,47 75,84 82,55 96,62 98,32 99,08 99,73 101,25 105,59 32,19 49,66 65,91 87,21 99,42 100,52 101,30 102,36 102,82 102,96 103,26 103,78 28,08 60,15 82,47 93,45 95,86 96,13 96,80 98,65 98,81 99,21 101,61 102,25 14,94 29,98 51,04 61,35 75,86 82,33 96,52 98,22 99,30 99,75 101,15 104,67 30,99 50,25 66,92 86,82 98,37 99,83 100,33 101,59 101,62 102,43 102,57 102,81 30,61 62,21 81,79 90,27 93,92 94,21 95,65 97,51 99,86 101,78 102,73 103,17 15,09 30,16 51,92 61,49 75,99 82,35 96,92 98,37 99,35 99,88 100,10 103,47 30,91 51,18 66,08 86,97 98,37 100,07 101,74 102,45 102,96 103,55 103,67 104,13 30,27 61,17 81,34 91,98 94,35 95,79 96,98 98,04 99,03 100,63 101,95 102,62 14,94 30,04 51,09 61,59 75,81 82,44 96,66 98,36 99,24 99,87 100,86 104,44

86 Lampiran 16, lanjutan Tablet Fladex Forte (PT. Dexa Medica) ,87 43,17 54,33 67,44 80,69 91,22 91,62 92,44 93,91 94,18 95,40 95,68 18,63 44,14 54,25 66,36 79,67 90,28 91,68 92,59 93,82 94,06 96,46 97,53 17,75 43,19 55,15 67,39 81,51 90,85 91,74 92,69 93,54 94,39 96,37 98,46 16,60 40,27 56,13 65,41 80,32 91,16 91,81 92,56 93,62 94,21 95,28 97,65 18,58 45,29 53,23 65,44 79,07 90,91 91,19 92,35 93,48 94,94 95,31 96,49 17,55 43,12 53,28 67,14 80,17 91,36 91,57 92,50 93,88 94,52 96,32 99,56 17,98 43,19 54,39 66,53 80,24 90,95 91,60 92,52 93,71 94,38 95,86 97,56 Kaplet Grafazol (PT. Graha Farma) ,47 86,84 90,38 91,75 91,81 91,92 92,63 93,79 94,54 94,61 96,67 98,19 59,57 87,87 90,33 91,70 91,76 91,87 92,76 93,74 94,69 94,76 96,62 97,35 61,59 86,77 91,50 91,68 91,72 91,86 92,66 93,43 94,61 94,66 96,49 97,27 59,52 85,72 91,38 91,43 91,58 91,91 92,83 93,51 94,41 94,59 96,64 98,25 62,42 87,67 91,63 91,23 92,06 92,18 92,93 93,33 94,76 94,92 96,44 97,67 60,57 86,04 91,43 91,52 91,86 92,11 92,76 93,28 94,61 94,82 96,19 98,09 60,69 86,82 91,11 91,55 91,79 91,97 92,76 93,51 94,60 94,73 96,51 97,80 Tablet Salut Selaput Velazol (PT. Novell) ,24 93,02 94,06 94,46 94,73 95,04 95,34 95,53 96,01 96,17 96,66 97,08 24,19 93,11 93,63 94,49 94,79 95,01 95,28 95,56 96,08 96,23 96,59 97,24 23,92 92,96 93,94 94,33 94,76 95,09 95,31 95,62 96,14 96,32 96,72 98,69 23,97 93,14 93,99 94,27 94,49 94,81 95,25 95,40 95,68 96,26 96,62 98,59 23,87 93,05 93,88 94,12 94,38 94,85 95,37 95,49 95,86 96,29 96,78 98,29 24,52 92,83 93,72 94,43 94,56 95,07 94,73 95,68 95,72 96,62 96,81 97,17 24,12 93,02 93,87 94,35 94,62 94,98 95,21 95,55 95,92 96,32 96,69 97,84

87 Lampian 16, lanjutan Tablet Salut Selaput Trichodazol (PT. Sanbe Farma) Kaplet Salut Selaput Metrolet (PT. Harsen) ,70 90,48 90,85 91,10 91,87 92,11 92,38 92,81 93,51 94,11 95,44 96,79 26,75 63,15 85,86 90,05 90,16 90,39 91,23 91,48 92,18 92,66 92,83 93,94 62,79 90,33 90,95 91,08 92,11 92,42 92,46 92,78 93,61 94,19 95,26 98,39 26,89 63,20 85,84 90,18 90,37 90,68 91,45 91,63 92,33 92,65 92,68 93,99 63,85 90,55 90,75 91,03 92,23 92,51 92,83 92,88 93,56 94,21 95,52 97,24 26,79 63,08 85,76 90,12 90,25 90,49 91,04 91,36 92,21 92,61 92,65 93,89 64,25 89,53 90,70 91,13 92,25 92,76 92,81 92,83 93,76 94,26 95,47 97,31 26,92 63,13 85,71 90,23 90,47 90,53 91,12 91,51 92,13 92,56 92,79 94,01 63,68 89,45 90,75 90,68 92,32 92,57 92,60 92,73 93,71 94,16 95,36 96,44 26,82 63,28 85,76 90,02 90,25 90,35 91,20 91,45 92,18 92,78 93,06 94,16 63,53 90,43 90,53 90,95 91,30 91,58 92,06 92,68 93,79 94,31 95,44 98,36 26,87 63,25 85,59 90,18 90,28 90,43 91,32 91,56 92,21 92,57 92,61 95,51 63,63 90,13 90,76 90,99 92,01 92,33 92,52 92,79 93,66 94,21 95,42 97,42 26,84 63,18 85,75 90,13 90,29 90,48 91,23 91,49 92,21 92,63 92,77 94,25

88 Lampiran 17. Contoh Perhitungan Keragaman Bobot Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Contoh: Tablet Metronidazol Generik PT. Phyto Kemo Agung Farma Ditimbang 10 tablet satu per satu masing-masing tablet: mg mg mg mg mg mg mg mg mg mg Berat 10 tablet = 6018 mg Berat rata-rata = 6018 mg / 10 tablet = 601,8 mg/tablet Tiap tablet mengandung 500 mg Metronidazol Berat Metronidazol dalam 10 tablet = 10 x 500 mg = 5000 mg Berat serbuk setara 50 mg Metronidazol = 50mg 5000mg x 6018 mg = 60,18 mg Ditimbang sebanyak 6 kali, kemudian dilakukan pengujian sesuai dengan prosedur yang telah disebutkan sebelumnya dan diukur serapannya pada panjang gelombang 277 nm. Data penimbangan serbuk setara 50 mg Metronidazol No. Serbuk yang ditimbang Berat Kesetaraan Kadar (%) (mg) (mg) , , , , , , , , , , , ,42 Rata-rata = 103,37

89 Perhitungan Kesetaraan Serbuk Serbuk ditimbang = 61 mg Berat kesetaraan = 61 mg 5000mg 6018mg = 50,6813 mg Perhitungan Konsentrasi Teoritis: Konsentrasi LIB I = Konsentrasi LIB II: 50,6813mg 100ml = 506,813 mcg/ml V1. N1 = V2. N2 10 ml x 506,813 mcg/ml = 50 ml x N2 N2 = 101,36 mcg/ml Konsentrasi Teoritis: V1 x N1 = V2 x N2 6 ml x 101,36 mcg/ml = 50 ml x N2 N2 = 12,16 mcg/ml Perhitungan Pengukuran: Dari pengukuran diperoleh absorbansi (Y) = 0,4612, maka dengan menggunakan persamaan garis regresi: Y = 0,00359 X + 0,0038 0,4612 = 0,0359 X + 0,0038 X = 12,74 mcg/ml Perhitungan Kadar Metronidazol dalam Sampel: Csampel % Kadar = x 100% Cteoritis = 12,74 12,16 = 104,77% x 100% Dengan cara yang sama, dihitung kadar tablet lainnya.

90 Perhitungan % Penyimpangan Berat Tablet: Rata-rata hasil penetapan kadar = 103,37% x 500 mg = 516,85 mg zat berkhasiat/tablet Contoh: Berat tablet 1 = 601 mg, maka zat berkhasiatnya = 601mg 601,8 mg x 516,85 mg = 516,16 mg Maka % penyimpangan berat terhadap berat rata-rata adalah: = 516,16mg 516,85mg 516,85mg x 100% = 0,13% Tablet Berat Tablet (mg) Kadar Zat Berkhasiat Selisih Berat Terhadap Rata-rata (%) ,16 0, ,73 0, ,01 1, ,30 0, ,57 1, ,01 1, ,07 4, ,45 0, ,76 2, ,43 1,63 Rata-rata 601,8 516,85 1,47 Dengan cara yang sama dihitung keragaman bobot untuk tablet lainnya.

91 Perhitungan Standar Deviasi Relatif: Misalnya pada Tablet 1: SD = = ( X X ) n 1 0, = 0,23 Maka perhitungan standar deviasi relatif: Misalnya pada Tablet 1: SD RSD = x 100% X = 0,23 516,85 x 100% Tablet = 0,04% Berat Tablet (mg) Kadar Zat Berkhasiat (X X ) (X X ) 2 SD RSD (%) ,16 0,69 0,4761 0,23 0, ,73 4,12 16,9744 1,37 0, ,01 5,84 34,1056 1,95 0, ,30 1,55 2,4025 0,52 0, ,57 9,28 86,1184 3,09 0, ,01 5,84 34,1056 1,95 0, ,07 24,22 586,6084 8,07 1, ,45 2,4 5,76 0,8 0, ,76 13,91 193,4881 4,64 0, ,43 8,42 70,8964 2,81 0,54 Ratarata 601,8 516,85 0,49

92 Lampiran 18. Hasil Uji Keragaman Bobot Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang Generik (PT. Kimia Farma) Generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma) Omenizol (PT. Mutifa) A B C A B C A B C A Fladex Fo ,14 0, ,16 0, ,83 0, ,94 0, ,73 0, ,15 0, ,95 0, ,01 0, ,78 0, ,83 1, ,30 0, ,61 0, ,53 0, ,57 0, ,01 0, ,16 0, ,01 0, ,05 0, ,75 0, ,07 1, ,55 0, ,77 0, ,45 0, ,83 0, ,56 0, ,76 0, ,37 0, ,36 0, ,43 0, ,33 0, Wr = 659,7 Kr = 105,14 Wr = 601,8 Kr = 103,37 Wr = 672,5 Kr = 103,87 Syarat Kadar: 85,0% s/d 115,0% Simpangan baku relatif 6,0% Me Wr = Kr =

93 Lampiran 18, lanjutan Velazol (PT. Novell) Trichodazol (PT. Sanbe Farma) Metrolet (PT. Harsen) A B C A B C A B C , ,47 0, ,46 0, ,99 0, ,43 0, ,29 0, ,31 0, ,35 0, ,73 0, ,97 0, ,31 0, ,61 0, ,97 0, ,69 0, ,93 0, ,63 0, ,69 0, ,73 0, ,89 2, ,80 0, ,26 0, ,99 0, ,76 0, ,10 0, ,64 0, ,24 0, ,39 0, ,95 0, ,24 0, ,99 0,08 Wr = 630 Kr = 105,23 Wr = 789,2 Kr = 101,92 Wr = 625,5 Kr = 105,45 Syarat Kadar: 85,0% s/d 115,0% Simpangan baku relatif 6,0%

94 Lampiran 19. Hasil Uji Kekerasan Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang No. Nama Obat Kekerasan (Kg) 1. Tablet Metronidazol 12 Generik (PT. Kimia 12,25 Farma) 11, Tablet Metronidazol Generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma) 3. Tablet Omenizol (PT. Mutifa) 4. Tablet Fladex Forte (PT. Dexa Medica) 5. Kaplet Grafazol (PT. Graha Farma) 6. Tablet Salut Selaput Velazol (PT. Novell) 7. Tablet Salut Selaput Trichodazol (PT. Sanbe Farma) 8. Kaplet Salut Selaput Metrolet (PT. Harsen) 11, ,5 7,75 7,5 8 7,5 7, ,5 7,25 7,5 7,25 8 7,75 7,5 13, ,25 13,5 13,25 10,25 10,5 10,25 10,75 10,5 7,5 7,25 8 7,75 7,5 Kekerasan Rata-rata (Kg) Standar Deviasi 11,85 0,34 7,65 0,42 7,65 0,34 7,75 0,35 7,6 0,29 13,35 0,29 10,45 0,21 7,6 0,29

95 Lampiran 20. Hasil Uji Friabilitas Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang No. Nama Obat a (gram) b (gram) F (%) 1. Tablet Metronidazol Generik 13,032 12,999 0,25 (PT. Kimia Farma) 2. Tablet Metronidazol Generik 11,996 11,948 0,4 (PT. Phyto Kemo Agung Farma) 3. Tablet Omenizol 13,349 12,389 0,45 (PT. Mutifa) 4. Tablet Fladex Forte 14,080 14,062 0,13 (PT. Dexa Medica) 5. Kaplet Grafazol 14,772 14,374 2,69 (PT. Graha Farma) 6. Tablet Salut Selaput Velazol 12,562 12,555 0,06 (PT. Novell) 7. Tablet Salut Selaput 15,761 15,755 0,04 Trichodazol (PT. Sanbe Farma) 8. Kaplet Salut Selaput Metrolet (PT. Harsen) 12,460 12,452 0,06 Friabilitas (F) = a b a x 100% Dimana: a = bobot 20 tablet sebelum diputar dengan friabilator (gram) b = bobot tablet sesudah diputar dengan friabilator (gram) F = Friabilitas (%) Syarat: F 0,8% Perhitungan: - Tablet Metronidazol Generik PT. Kimia Farma F = 13,032 12,999 13,032 x 100% = 0,25% - Tablet Metronidazol Generik PT. Phyto Kemo Agung Farma F = 11,996 11,948 x 100% = 0,4% 11,996

96 - Tablet Omenizol (PT. Mutifa) F = 13,349 13,289 13,349 x 100% = 0,45% - Tablet Fladex Forte (PT. Dexa Medica) F = 14,080 14,062 14,080 x 100% = 0,13% - Kaplet Grafazol (PT. Graha Farma) F = 14,772 14,374 14,772 x 100% = 2,69% - Tablet Salut Selaput Velazol (PT. Novell) F = 12,562 12,555 12,562 x 100% = 0,06% - Tablet Salut Selaput Trichodazol (PT. Sanbe Farma) F = 15,761 15,755 15,761 x 100% = 0,04% - Kaplet Salut Selaput Metrolet (PT. Harsen) F = 12,460 12,452 x 100% = 0,06% 12,460

97 Lampiran 21. Sertifikat Baku Pembanding Metronidazol

98 Lampiran 22. Daftar Nilai Distribusi t

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MUTU TABLET KUNYAH ANTASIDA YANG MENGANDUNG FAMOTIDIN YANG BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN SKRIPSI

PEMERIKSAAN MUTU TABLET KUNYAH ANTASIDA YANG MENGANDUNG FAMOTIDIN YANG BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN SKRIPSI PEMERIKSAAN MUTU TABLET KUNYAH ANTASIDA YANG MENGANDUNG FAMOTIDIN YANG BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH: FEBRIN BELINA MALAU NIM 111524089 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara internasional obat dibagi menjadi 2 yaitu obat paten dan obat generik. Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia), BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. BAHAN Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia), pragelatinisasi pati singkong suksinat (Laboratorium Farmasetika, Departemen Farmasi FMIPA UI),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Bahan yang digunakan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco chemical),

Lebih terperinci

PENGUJIAN MUTU SEDIAAN TABLET PARASETAMOL GENERIK TAK BERLOGO DIBANDINGKAN DENGAN GENERIK BERLOGO DAN MEREK DAGANG SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH:

PENGUJIAN MUTU SEDIAAN TABLET PARASETAMOL GENERIK TAK BERLOGO DIBANDINGKAN DENGAN GENERIK BERLOGO DAN MEREK DAGANG SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH: PENGUJIAN MUTU SEDIAAN TABLET PARASETAMOL GENERIK TAK BERLOGO DIBANDINGKAN DENGAN GENERIK BERLOGO DAN MEREK DAGANG SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH: MALA PEBRIANI 040804018 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel 56 Lampiran 2. Gambar tanaman singkong (Manihot utilissima P.) Tanaman Singkong Umbi Singkong Pati singkong 57 Lampiran 3. Flowsheet isolasi pati singkong Umbi singkong

Lebih terperinci

FORMULASI ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT) METOKLOPRAMIDA HCl MENGGUNAKAN KOMBINASI KROSPOVIDON DAN Ac-Di-Sol DENGAN METODE CETAK LANGSUNG SKRIPSI

FORMULASI ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT) METOKLOPRAMIDA HCl MENGGUNAKAN KOMBINASI KROSPOVIDON DAN Ac-Di-Sol DENGAN METODE CETAK LANGSUNG SKRIPSI FORMULASI ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT) METOKLOPRAMIDA HCl MENGGUNAKAN KOMBINASI KROSPOVIDON DAN Ac-Di-Sol DENGAN METODE CETAK LANGSUNG SKRIPSI OLEH: SARIATY FARAH DIBA NIM 071501080 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 17 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet Lampiran. Perhitungan Karakteristik Pati Kentang Merah Berat kentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI Metodologi yang dilakukan pada kaplet Omefulvin produksi PT.MUTIFA Medan adalah uji disolusi dengan menggunakan alat uji disolusi tipe dayung dengan kecepatan rotasi 100 rpm dan waktu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%). Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%). Dibuat formula untuk 100 tablet, berat pertablet 00 mg dan penampang tablet 9 mm. Berat

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL GENERIK SECARA SPEKTROFOTOMETER ULTRAVIOLET DAN UJI DAYA HAMBAT TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi SKRIPSI

PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL GENERIK SECARA SPEKTROFOTOMETER ULTRAVIOLET DAN UJI DAYA HAMBAT TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi SKRIPSI PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL GENERIK SECARA SPEKTROFOTOMETER ULTRAVIOLET DAN UJI DAYA HAMBAT TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi SKRIPSI OLEH : INDRA NIM : 050804016 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran. Konsentrasi untuk pengukuran panjang gelombang digunakan 12 µg/ml

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran. Konsentrasi untuk pengukuran panjang gelombang digunakan 12 µg/ml Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran Diketahui: Nilai Absorptivitas spesifik (A 1 1 = 351b) λ= 276 nm Tebal sel (b) = 1 cm A = A 1 1 x b x c c = c = c = 0,001237 g/100ml c = 12,37 µg/ml Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bromazepam 2.1.1 Sifat Fisikokimia Rumus Struktur : Gambar 2.1.1 Rumus Struktur Bromazepam Rumus Molekul Nama Kimia : C 14 H 10 BrN 3 O : 7-bromo-5-(pyridin-2-yl)-1,3-dihydro-2H-1,4

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MUTU TABLET IBUPROFEN GENERIK DAN MEREK DAGANG

PERBANDINGAN MUTU TABLET IBUPROFEN GENERIK DAN MEREK DAGANG PERBANDINGAN MUTU TABLET IBUPROFEN GENERIK DAN MEREK DAGANG Maria Dona Octavia 1, Fitriani 1, Firmansyah 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi STIFARM, Padang 2 Fakultas Farmasi, Universitas Andalas (UNAND)

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C DAN NATRIUM BENZOAT PADA MINUMAN SARI BUAH SECARA SIMULTAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SKRIPSI OLEH: FELICIA CHRISTINE NIM 101501027 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

Lebih terperinci

PENGUJIAN MUTU BENTUK SEDIAAN NATRIUM DIKLOFENAK YANG BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN SKRIPSI. OLEH: Yanti Juliatri NIM

PENGUJIAN MUTU BENTUK SEDIAAN NATRIUM DIKLOFENAK YANG BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN SKRIPSI. OLEH: Yanti Juliatri NIM PENGUJIAN MUTU BENTUK SEDIAAN NATRIUM DIKLOFENAK YANG BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Unta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan melakukan percobaan disolusi tablet floating metformin HCl dan tablet

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR PIRANTEL PAMOAT DALAM SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SKRIPSI OLEH : NIKI AGUSTINA NIM

PENETAPAN KADAR PIRANTEL PAMOAT DALAM SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SKRIPSI OLEH : NIKI AGUSTINA NIM PENETAPAN KADAR PIRANTEL PAMOAT DALAM SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SKRIPSI OLEH : NIKI AGUSTINA NIM 060804048 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PENETAPAN KADAR

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR As-Syifaa Vol 08 (02) : Hal. 64-74, Desember 2016 ISSN : 2085-4714 FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2 LAMPIRAN Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2 NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2 1 3,0000 0,226 0,678 9,0000 0,051076 2 4,2000 0,312 1,310 17,64 0,0973 3 5,4000 0,395 2,133

Lebih terperinci

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid Sebagai contoh diambil tablet Isoniazid dengan konsentrasi 11.5% (Formula 4). Dibuat formula untuk 100 tablet, dengan berat tablet 50 mg dan diameter

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI Dwi Elfira Kurniati*, Mirhansyah Ardana, Rolan Rusli Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS,

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET HISAP NANOPARTIKEL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) SECARA GRANULASI BASAH

FORMULASI TABLET HISAP NANOPARTIKEL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) SECARA GRANULASI BASAH FORMULASI TABLET HISAP NANOPARTIKEL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) SECARA GRANULASI BASAH SKRIPSI OLEH: VERONIKA DACHI NIM 091501169 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asetaminofen. Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asetaminofen. Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum 2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Parasetamol Sinonim : Paracetamolum Asetaminofen. Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida. Rumus molekul : C 8 H 9 NO 2 Rumus bangun :

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MUTU FISIK TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA MERK DAGANG DAN GENERIK

PERBANDINGAN MUTU FISIK TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA MERK DAGANG DAN GENERIK PERBANDINGAN MUTU FISIK TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA MERK DAGANG DAN GENERIK Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Oleh : Fitri Wijayanti

Lebih terperinci

Nia Kurniasih: Evaluasi Mutu Tablet Parasetamol Generik Dibandingkan Dengan Tablet Parasetamol Non Generik

Nia Kurniasih: Evaluasi Mutu Tablet Parasetamol Generik Dibandingkan Dengan Tablet Parasetamol Non Generik EVALUASI MUTU TABLET PARASETAMOL GENERIK DIBANDINGKAN DENGAN TABLET PARASETAMOL NON GENERIK Nia Kurniasih, Panji Wahlanto, Nikeu Herawati Prodi DIII Farmasi STIKes Muhammadiyah Ciamis Email: nia.umifaiz@gmail.com

Lebih terperinci

PROFIL PELEPASAN METRONIDAZOL DARI MATRIKS KALSIUM ALGINAT-KITOSAN

PROFIL PELEPASAN METRONIDAZOL DARI MATRIKS KALSIUM ALGINAT-KITOSAN PROFIL PELEPASAN METRONIDAZOL DARI MATRIKS KALSIUM ALGINAT-KITOSAN SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi gelar Sarjana Farmasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Februari sampai Mei tahun 2012. 3.2 Alat-alat Alat alat yang

Lebih terperinci

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati Lampiran 1. Flow Sheet Pembuatan Pati Kentang Kentang Residu Filtrat Ditimbang ± 10 kg Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong Diblender hingga halus Disaring dan diperas menggunakan kain putih yang bersih

Lebih terperinci

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). Lampiran 1. Gambar Sampel dan Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 1. Sampel Brokoli Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). 45 Lampiran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic. 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Amilum Biji Nangka Pada penelitian ini didahulu dengan membuat pati dari biji nangka. Nangka dikupas dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian direndam larutan

Lebih terperinci

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg. PEMBAHASAN TABLET Setelah dilakukan uji granul dan granul dinyatakan layak untuk dikempa, proses yang selanjutnya dilakukan adalah pencetakan tablet sublingual famotidin. Sebelum pencetakan, yang dilakukan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SIFAT FISIK TABLET SALUT CIPROFLOXACIN 500 MG MEREK GENERIK DAN MEREK DAGANG

PERBANDINGAN SIFAT FISIK TABLET SALUT CIPROFLOXACIN 500 MG MEREK GENERIK DAN MEREK DAGANG Mikhania: Perbandingan Sifat Fisik Tablet 7 PERBANDINGAN SIFAT FISIK TABLET SALUT CIPROFLOXACIN 500 MG MEREK GENERIK DAN MEREK DAGANG Mikhania C.E. *, Dewi rashati, Dadang Putra Mardigantara Akademi Farmasi

Lebih terperinci

Spektrum serapan derivat kedua deksklorfeniramin 20 mcg/ml

Spektrum serapan derivat kedua deksklorfeniramin 20 mcg/ml Lampiran 1. Spektrum Serapan Penentuan Panjang Gelombang Analisis Spektrum serapan derivat kedua deksametason 5 mcg/ml Spektrum serapan derivat kedua deksklorfeniramin 20 mcg/ml 45 Lampiran 1. (lanjutan)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Medan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV Vis V-530 (Jasco, Jepang), fourrier transformation infra red 8400S (Shimadzu, Jepang), moisture analyzer

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 Mata Kuliah Topik Smt / Kelas Beban Kredit Dosen Pengampu Batas Pengumpulan : Kimia Analitik II : Spektrofotometri

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN PADA SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF DENGAN ZERO CROSSING SKRIPSI

PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN PADA SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF DENGAN ZERO CROSSING SKRIPSI PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN PADA SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF DENGAN ZERO CROSSING SKRIPSI OLEH: RISTINA HASIBUAN NIM 121524085 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

Lebih terperinci

UJI DISOLUSI TABLET ALLOPURINOL YANG DIPRODUKSI OLEH PT MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN

UJI DISOLUSI TABLET ALLOPURINOL YANG DIPRODUKSI OLEH PT MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN UJI DISOLUSI TABLET ALLOPURINOL YANG DIPRODUKSI OLEH PT MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN TUGAS AKHIR OLEH: HARDINITA HASUGIAN NIM 102410005 PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

UJI KARAKTERISTIK GRANUL YANG DIBUAT DARI CAMPURAN PATI KENTANG DENGAN PATI SARI TAPE SEBAGAI DISINTEGRAN DALAM BENTUK SEDIAAN TABLET

UJI KARAKTERISTIK GRANUL YANG DIBUAT DARI CAMPURAN PATI KENTANG DENGAN PATI SARI TAPE SEBAGAI DISINTEGRAN DALAM BENTUK SEDIAAN TABLET UJI KARAKTERISTIK GRANUL YANG DIBUAT DARI CAMPURAN PATI KENTANG DENGAN PATI SARI TAPE SEBAGAI DISINTEGRAN DALAM BENTUK SEDIAAN TABLET SKRIPSI OLEH : RATNA RAHMAYANA SINAGA NIM 071524053 PROGRAM EKSTENSI

Lebih terperinci

PEMBUATAN KAPLET ASAM MEFENAMAT SECARA GRANULASI BASAH DENGAN PATI KENTANG MERAH (Solanum tuberosum L.) SEBAGAI DISINTEGRAN SKRIPSI

PEMBUATAN KAPLET ASAM MEFENAMAT SECARA GRANULASI BASAH DENGAN PATI KENTANG MERAH (Solanum tuberosum L.) SEBAGAI DISINTEGRAN SKRIPSI PEMBUATAN KAPLET ASAM MEFENAMAT SECARA GRANULASI BASAH DENGAN PATI KENTANG MERAH (Solanum tuberosum L.) SEBAGAI DISINTEGRAN SKRIPSI OLEH CYANITA FRANSISKA BAWONI NIM 060804001 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR RIFAMPISIN DAN ISONIAZID DALAM SEDIAAN TABLET SECARA MULTIKOMPONEN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SKRIPSI

PENETAPAN KADAR RIFAMPISIN DAN ISONIAZID DALAM SEDIAAN TABLET SECARA MULTIKOMPONEN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SKRIPSI PENETAPAN KADAR RIFAMPISIN DAN ISONIAZID DALAM SEDIAAN TABLET SECARA MULTIKOMPONEN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SKRIPSI OLEH: FAULA HASTIA NIM 071524024 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA OCH2CHCH2 OCH3. 3-(o-Metoksifenoksi)-1,2-propanadiol [ ] : Larut dalam air, dalam etanol, dalam kloroform dan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA OCH2CHCH2 OCH3. 3-(o-Metoksifenoksi)-1,2-propanadiol [ ] : Larut dalam air, dalam etanol, dalam kloroform dan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Gliseril Guaiakolat Rumus Bangun : OH OCH2CHCH2 OCH3 3-(o-Metoksifenoksi)-1,2-propanadiol [93-14-1] Nama Kimia : Guaifenesin Rumus Molekul : Berat Molekul : 198,22

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: PIANTA GINTING NIM

SKRIPSI OLEH: PIANTA GINTING NIM UJI PELEPASAN TEOFILIN DARI MEMBRAN NATA DE COCO YANG DIPANEN DENGAN WAKTU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PENYAMPAIAN OBAT SECARA TERAPUNG SKRIPSI OLEH: PIANTA GINTING NIM 050814029 PROGRAM EKSTENSI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Bilangan Gelombang Spektrum IR Pseudoefedrin HCl BPFI

Lampiran 1. Data Bilangan Gelombang Spektrum IR Pseudoefedrin HCl BPFI Lampiran 1. Data Bilangan Gelombang Spektrum IR Pseudoefedrin HCl BPFI Lampiran. Data Bilangan Gelombang Spektrum IR Triprolidin HCl BPFI Lampiran 3. Kurva Serapan Penentuan Panjang Gelombang Analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. HCl. Tablet piridoksin mengandung piridoksin hidroklorida, C 8 H 11 NO 3.HCl tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. HCl. Tablet piridoksin mengandung piridoksin hidroklorida, C 8 H 11 NO 3.HCl tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Piridoksin 2.1.1 Uraian Umum Piridoksin Rumus bangun : CH 2 OH OH CH 2 OH CH 3 N. HCl Tablet piridoksin mengandung piridoksin hidroklorida, C 8 H 11 NO 3.HCl tidak kurang dari

Lebih terperinci

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien) Defenisi tablet Berdasarkan FI III : Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

UJI KEKERASAN, KEREGASAN, DAN WAKTU HANCUR BEBERAPA TABLET RANITIDIN

UJI KEKERASAN, KEREGASAN, DAN WAKTU HANCUR BEBERAPA TABLET RANITIDIN UJI KEKERASAN, KEREGASAN, DAN WAKTU HANCUR BEBERAPA TABLET RANITIDIN Yos Banne, Selfie P.J. Ulaen, Fifiliane Lombeng Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Abstrak : Salah satu bentuk sediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Definisi Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga

Lebih terperinci

PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL SECARA GRANULASI BASAH DENGAN PATI KENTANG MERAH (Solanum tuberosum L.) SEBAGAI PELICIN

PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL SECARA GRANULASI BASAH DENGAN PATI KENTANG MERAH (Solanum tuberosum L.) SEBAGAI PELICIN PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL SECARA GRANULASI BASAH DENGAN PATI KENTANG MERAH (Solanum tuberosum L.) SEBAGAI PELICIN SKRIPSI OLEH: MAYLISA FITRI NIM 081524035 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sampel Pulna Forte Tablet

Lampiran 1. Sampel Pulna Forte Tablet Lampiran 1. Sampel Pulna Forte Tablet 50 Lampiran 2. Komposisi Tablet Pulna Forte Daftar Spesifikasi Sampel 1. Pulna Forte No. Reg : DKL 0319609209A1 ExpireDate :Agustus 2017 Komposisi : Ethambutol HCL...

Lebih terperinci

FORMULASI ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT) NATRIUM DIKLOFENAK MENGGUNAKAN KROSPOVIDON DAN NATRIUM PATI GLIKOLAT DENGAN METODE CETAK LANGSUNG SKRIPSI

FORMULASI ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT) NATRIUM DIKLOFENAK MENGGUNAKAN KROSPOVIDON DAN NATRIUM PATI GLIKOLAT DENGAN METODE CETAK LANGSUNG SKRIPSI FORMULASI ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT) NATRIUM DIKLOFENAK MENGGUNAKAN KROSPOVIDON DAN NATRIUM PATI GLIKOLAT DENGAN METODE CETAK LANGSUNG SKRIPSI OLEH: NOVALYA FRISLEY NIM 111524053 PROGRAM EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tablet Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Mengapung Verapamil HCl Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih lima formula untuk dibandingkan kualitasnya, seperti

Lebih terperinci

SKRIPSI SANASHTRIA PRATIWI K Oleh :

SKRIPSI SANASHTRIA PRATIWI K Oleh : OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN LEPAS LAMBAT TABLET TEOFILIN DENGAN MATRIKS ETIL SELULOSA (EC) DAN HIDROKSIPROPIL METIL SELULOSA (HPMC) DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : SANASHTRIA PRATIWI

Lebih terperinci

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 PENETAPAN KADAR TRAMADOL SECARA TITRASI SEMI BEBAS AIR DALAM SEDIAAN KAPSUL SKRIPSI SKR] OLEH: SRI WAHYUNI TANJUNG NIM 091524027 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan TEKNIK VALIDASI METODE ANALISIS KADAR KETOPROFEN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Erina Oktavia 1 Validasi metode merupakan proses yang dilakukan melalui penelitian laboratorium untuk membuktikan

Lebih terperinci

PROFIL DISOLUSI TERBANDING TABLET RIFAMPISIN MEREK DAN GENERIK. Mutiara Poetri Nurtanti, Anjar Mahardian Kusuma, Agus Siswanto

PROFIL DISOLUSI TERBANDING TABLET RIFAMPISIN MEREK DAN GENERIK. Mutiara Poetri Nurtanti, Anjar Mahardian Kusuma, Agus Siswanto PROFIL DISOLUSI TERBANDING TABLET RIFAMPISIN MEREK DAN GENERIK Mutiara Poetri Nurtanti, Anjar Mahardian Kusuma, Agus Siswanto Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya Dukuhwaluh,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Sediaan Tablet

Lampiran 1. Gambar Sediaan Tablet Lampiran 1. Gambar Sediaan Tablet Gambar 1.TabletPritacort Lampiran 2. Komposisi Tablet Pritacort Daftar spesifikasi sampel Nama sampel : Pritacort No. Reg : DKL9730904510A1 Tanggal Kadaluarsa : Mei 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat adalah suatu bahan baik zat kimia, hewani, maupun nabati dalam dosis yang layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit dan gejalanya, baik

Lebih terperinci

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL DAN PREDNISOLON DALAM SEDIAAN KRIM SECARA SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF DENGAN METODE ZERO CROSSING SKRIPSI OLEH: DELYUVIN NASUTION NIM 131524106 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

Lebih terperinci

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat. I. Pembahasan Disolusi Suatu obat yang di minum secara oral akan melalui tiga fase: fase farmasetik (disolusi), farmakokinetik, dan farmakodinamik, agar kerja obat dapat terjadi. Dalam fase farmasetik,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN AVAILABILITAS IN VITRO TABLET METRONIDAZOL PRODUK GENERIK DAN PRODUK DAGANG SKRIPSI

PERBANDINGAN AVAILABILITAS IN VITRO TABLET METRONIDAZOL PRODUK GENERIK DAN PRODUK DAGANG SKRIPSI PERBANDINGAN AVAILABILITAS IN VITRO TABLET METRONIDAZOL PRODUK GENERIK DAN PRODUK DAGANG SKRIPSI Oleh: DIAH MUSTIKA RHOIHANA K 100 030 189 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

PENETAPAN HARGA pka DERIVAT ASAM ARIL ASETAT (Diklofenak, Ibuprofen dan Ketoprofen) SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV SKRIPSI

PENETAPAN HARGA pka DERIVAT ASAM ARIL ASETAT (Diklofenak, Ibuprofen dan Ketoprofen) SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV SKRIPSI PENETAPAN HARGA pka DERIVAT ASAM ARIL ASETAT (Diklofenak, Ibuprofen dan Ketoprofen) SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV SKRIPSI Oleh: HELVI DELIANA NIM: 060824052 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 1. Kotak Kemasan Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 2. Sampel Neo Antidorin Kapsul

Lampiran 1. Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 1. Kotak Kemasan Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 2. Sampel Neo Antidorin Kapsul Lampiran 1. Sampel Neo Antidorin Kapsul Gambar 1. Kotak Kemasan Sampel Neo Antidorin Kapsul Gambar 2. Sampel Neo Antidorin Kapsul 43 Lampiran 2. Komposisi Neo Antidorin Kapsul Setiap kapsul mengandung:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PATI JAGUNG GELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PADA FORMULASI TABLET ALLOPURINOL SKRIPSI OLEH: DERI ARISANDI NIM

PENGGUNAAN PATI JAGUNG GELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PADA FORMULASI TABLET ALLOPURINOL SKRIPSI OLEH: DERI ARISANDI NIM PENGGUNAAN PATI JAGUNG GELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PADA FORMULASI TABLET ALLOPURINOL SKRIPSI OLEH: DERI ARISANDI NIM 121524108 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Krim Klorfeson dan Chloramfecort-H

Lampiran 1. Krim Klorfeson dan Chloramfecort-H Lampiran 1. Krim Klorfeson dan Chloramfecort-H Gambar 1 Krim merek Klorfeson Gambar 2 Krim merek Chloramfecort-H 48 Lampiran 2. Komposisi krim Klorfeson dan Chloramfecort-H Daftar Spesifikasi krim 1. Klorfeson

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam dosis tertentu dapat digunakan untuk preventif (profilaksis), rehabilitasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam dosis tertentu dapat digunakan untuk preventif (profilaksis), rehabilitasi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Obat Obat adalah zat aktif berasal dari tumbuhan, hewan, maupun sintetis yang dalam dosis tertentu dapat digunakan untuk preventif (profilaksis), rehabilitasi, terapi,

Lebih terperinci

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau

Lebih terperinci

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN PENETAPAN KADAR SULFAMETOKSAZOL DAN TRIMETOPRIM DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK SECARA SIMULTAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) SKRIPSI Oleh : FARAHDIBA ASSEWETH

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Domperidone Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan buku Martindale (Sweetman, 2009) sediaan tablet domperidone merupakan sediaan yang mengandung

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 ANALISIS KANDUNGAN NATRIUM BENZOAT DAN KAFEIN PADA MINUMAN ENERGI SECARA SIMULTAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SKRIPSI OLEH: FLORENCIA NIM 101501020 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR KALSIUM, KALIUM, DAN MAGNESIUM PADA AIR TEBU MERAH DAN AIR TEBU HIJAU SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI

PENETAPAN KADAR KALSIUM, KALIUM, DAN MAGNESIUM PADA AIR TEBU MERAH DAN AIR TEBU HIJAU SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI PENETAPAN KADAR KALSIUM, KALIUM, DAN MAGNESIUM PADA AIR TEBU MERAH DAN AIR TEBU HIJAU SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI OLEH: NOVEN PRISSILIA NIM 091501064 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR METFORMIN HCl SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET TUGAS AKHIR OLEH: DESI ANGGIAT BUTAR-BUTAR NIM

PENETAPAN KADAR METFORMIN HCl SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET TUGAS AKHIR OLEH: DESI ANGGIAT BUTAR-BUTAR NIM PENETAPAN KADAR METFORMIN HCl SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET TUGAS AKHIR OLEH: DESI ANGGIAT BUTAR-BUTAR NIM 112410033 PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul 2.1.1 Kapsul secara umum Kapsul merupakan suatu bentuk sediaan padat, dimana satu macam bahan obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Flowsheet Rancangan Percobaan

Lampiran 1. Flowsheet Rancangan Percobaan 43 Lampiran 1. Flowsheet Rancangan Percobaan Furosemida Sifat Fisikokimia Serbuk hablur berwarna putih s/d kekuningan dan tidak berbau Praktis tidak larut dalam air pka 3,9 Log P 0,74 Kelarutan 0,01 (mg/ml)

Lebih terperinci

Gambar Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco

Gambar Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco Lampiran 1. Gambar Nata de Coco dan Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco Gambar Nata de Coco basah Gambar Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco Lampiran. Hasil Uji Mikroskopik Selulosa Mikrokristal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tablet Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu: PENDAHULUAN Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel yang dinyatakan sebagai fungsi panjang gelombang. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai

Lebih terperinci

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 PENETAPAN KADAR CAMPURAN RIFAMPISIN DAN ISONIAZID DALAM SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET DENGAN METODE PANJANG GELOMBANG BERGANDA SKRIPSI OLEH: RIRIS ANUGRAH REMA SITORUS NIM 121524192

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR RESIDU TETRASIKLIN DALAM DAGING AYAM PEDAGING SECARA ADISI STANDAR DENGAN SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

PENETAPAN KADAR RESIDU TETRASIKLIN DALAM DAGING AYAM PEDAGING SECARA ADISI STANDAR DENGAN SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SKRIPSI PENETAPAN KADAR RESIDU TETRASIKLIN DALAM DAGING AYAM PEDAGING SECARA ADISI STANDAR DENGAN SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET OLEH: CHRISTINA NIM 071501028 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur PEMBUATAN GRANUL 1. Cara Basah Zat berkasiat,zat pengisi dan pengkancur dicampur baik bai,laludibasahi dengan larutan bahan pengikat,bila perlu ditambah bahan pewarna.setelah itu diayak menjadi granul,dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Parasetamol Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai parasetamol adalah sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 2.1 Rumus Struktur Parasetamol Nama Kimia

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT Nursiah Hasyim 1, Mirawati 2, dan Sri Sulistiana 2 1 Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar 2 Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS KALSIUM, MAGNESIUM, DAN TIMBAL PADA AIR MINERAL DALAM KEMASAN DAN AIR MINUM ISI ULANG SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS KALSIUM, MAGNESIUM, DAN TIMBAL PADA AIR MINERAL DALAM KEMASAN DAN AIR MINUM ISI ULANG SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS KALSIUM, MAGNESIUM, DAN TIMBAL PADA AIR MINERAL DALAM KEMASAN DAN AIR MINUM ISI ULANG SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syaruniversitas Sumatera

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: 4.1.1 Pemeriksaan bahan baku Hasil pemeriksan bahan baku ibuprofen, Xanthan Gum,Na CMC, sesuai dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Spesifikasi Sediaan tablet Celestamin, Ocuson, dan Polacel : DKL A1. Expire Date : September 2015

Lampiran 1. Daftar Spesifikasi Sediaan tablet Celestamin, Ocuson, dan Polacel : DKL A1. Expire Date : September 2015 Lampiran 1. Daftar Spesifikasi Sediaan tablet Celestamin, Ocuson, dan Polacel 1. Celestamin (Schering-plough) No. Reg : DKL 9106604510A1 Expire Date : September 2015 Komposisi : Betametason... 0,25 mg

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN NATRIUM ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : YENNYFARIDHA K100040034

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh BAB III METODE PENELITIAN Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh penambahan polimer terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat. Dalam penelitian ini yang termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penyiapan sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Bahan 2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Omeprazole Rumus struktur : Nama Kimia : 5-metoksi-{[(4-metoksi-3,5-dimetil-2- piridinil)metil]sulfinil]}1h-benzimidazol Rumus Molekul

Lebih terperinci

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI.

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI. UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI Helni Bagian Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi, Jl. Letjen Soeprapto Telanaipura Jambi

Lebih terperinci