BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic."

Transkripsi

1 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Amilum Biji Nangka Pada penelitian ini didahulu dengan membuat pati dari biji nangka. Nangka dikupas dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian direndam larutan natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic. Setelah itu dilakukan pencucian untuk menghilangkan lendir. Proses selanjutnya adalah pengeringan untuk mengurangi kadar air. Hasil proses penggilingan diperas dan disaring sehingga diperoleh filtrat, filtrat diendapkan dan dikeringkan pada suhu 40 0 C,kemudian diperoleh amilum biji nangka kering lalu diuji kualitatifnya. (Chrisdani dkk., 2010). Pada pembuatan ini yang sangat diperhatikan adalah kebersihan dan kelembaban dalam pembuatan, untuk menjaga kualitas amilum agar tetap murni tidak tercampur dengan kotoran, menjaga terpaparnya atau ditumbuhi mikroorganisme dan tidak mempengaruhi saat pembuatan tablet. B. Pembuatan Granul Pada penelitian ini pembuatan tablet didahului dengan pembuatan granul menggunakan metode granulasi basah, proses granulasi basah yaitu dengan cara seluruh zat berkhasiat dicampur, lalu dibasahi dengan bahan pengikat, setelah itu dikeringkan dalam oven dan diayak, setelah kering ditambah bahan pelicin dan ditablet (Anief, 2006). Bahan pengikat yang digunakan yaitu amilum biji nangka dengan variasi konsentrasi 10%, 12,5% dan 15% yang berfungsi untuk meningkatkan kohesifitas antar partikel serbuk, dimana mekanisme yang terjadi

2 29 adalah pembentukan jembatan cair sehingga partikel serbuk menjadi semakin berdekatan. Jumlah mucilago amilum biji nangka yang digunakan untuk membentuk masa elastis pada setiap formula dikendalikan sama sesuai konsentrasi masing-masing yaitu berjumlah 33 g. Setelah ditambah bahan pengikat bahan yang membentuk masa granul diayak dengan ayakan 16 mesh dan dikeringkan dalam oven pada suhu 50 0 C selama 3 jam. Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada granul. Granul yang sudah kering kemudian diayak dengan ayakan ukuran 18 mesh untuk menyeragamkan bentuk ukuran dari granul tersebut. Granul yang terbentuk sedapat mungkin mempunyai ukuran yang seragam, karena besarnya perbedaan ukuran granul akan berpengaruh pada fluiditas granul sehingga berpengaruh pada keseragaman bobot dan sifat fisik tablet. C. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul Pemeriksaan sifat fisik granul dilakukan untuk mengetahui granul yang akan diproses menjadi tablet memenuhi persyaratan sehingga diharapkan dapat memperoleh tablet dengan mutu yang baik. Pemeriksaan sifat fisik granul dilakukan sebelum dan sesudah penambahan bahan pelicin kecuali pada uji pengetapan dilakukan setelah penambahan bahan pelicin. Hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya bahan pelicin mampu memperbaiki sifat alir granul. Pemeriksaan sifat fisik granul ini terdiri dari waktu alir, sudut diam, dan pengetapan. Hasil pemeriksaan sifat fisik granul dapat dilihat pada Tabel III dan lampiran 5.

3 30 Tabel III. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul Pemeriksaan F I F II F III Waktu Alir (detik) tanpa pelicin 9,9 ± 0,40 11,97 ± 0,36 12,50 ± 0,18 Waktu Alir (detik) dengan pelicin 9,31 ± 0,28 11,08 ± 0,46 11,61 ± 0,50 Sudut Diam tanpa pelican ( o ) 30,09 ± 0,16 31,24 ± 1,02 30,28 ± 0,81 Sudut Diam dengan pelican ( o ) 30,30 ± 0,43 28,60 ± 0,44 32,43 ± 0,80 Indeks Pengetapan(%) 6,00 ± 1,00 8,00 ± 1,00 8,00 ± 1,00 Keterangan: F I : Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 10% F II : Formula Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 12,5% F III : Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 15% Masing-masing percobaan dilakukan dengan 3x replikasi percobaan. Indeks pengetapan dilakukan sampai volume konstan. 1. Uji Waktu Alir Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir dalam suatu alat. Kecepatan alir granul berpengaruh pada proses pencetakan tablet. Kecepatan alir granul menunjukkan jumlah granul yang mengalir tiap detik. Pemeriksaan waktu alir granul berpengaruh terhadap keseragaman bobot, hal ini dikarenakan granul mempunyai sifat alir yang baik akan mengisi ruang kompresi dengan konstan, tidak ada rongga dalam tablet, sehingga tablet yang dihasilkan memiliki bobot yang seragam dan kandungan aktif juga akan seragam (Parrot, 1971). Waktu alir yang baik adalah kurang dari 10 detik untuk 100 gram granul dengan demikian kecepatan alirnya lebih dari 10 gram/detik. Kecepatan aliran dari granul dipengaruhi oleh bentuk partikel, ukuran partikel, kondisi permukaan, kelembaban granul, dan penambahan bahan

4 31 pelicin. Diagram perbandingan waktu alir tablet tanpa pelicin dan dengan pelicin dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Diagram Perbandingan Waktu Alir Tanpa Pelicin dengan Pelicin Granul Antalgin Hasil pemeriksaan waktu alir granul seperti pada Gambar 5, menunjukkan bahwa granul dengan penambahan bahan pelicin memiliki waktu alir yang lebih cepat dibandingkan dengan tanpa bahan pelicin. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan bahan pelicin dapat mempercepat waktu alir dari granul ketika melewati corong, sehingga dapat memperbaiki sifat alir granul dengan mekanisme mengurangi gesekan antar partikel granul sehingga granul akan lebih mudah dalam mengalir. Namun pada percobaan ini pada formula II dan formula III lebih dari 10 detik pada 100 gramnya, hal tersebut diduga karena corong yang dipakai tidak sesuai standar dengan diameter lubang 10 mm, namun lubang corong hanya 8 mm, karenanya granul tetap kami lanjutkan untuk dikempa. Diduga juga granul

5 32 lembab sehingga mempengaruhi gesekan partikel dengan partikel dan partikel dengan corongnya. Granul pada formula I yang mengandung bahan pengikat pati biji nangka 10% menunjukkan respon waktu alir yang paling cepat diantara formula lainnya. Granul pada formula III yang mengandung bahan pengikat pati biji nangka 15% menunjukkan waktu alir yang lambat namun masih dalam persyaratan. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji statistik dari data ketiga formula menunjukkan distribusi normal (sig>0,05), kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA, dari hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan bermakna antara ketiga formula (sig < 0,05) sehingga penggunaan variasi konsentrasi amilum biji nangka sebagai bahan pengikat berpengaruh terhadap waktu alir massa tablet. Hasil uji statistik dapat dilihat pada lampiran Uji Sudut Diam Sudut diam adalah sudut yang dapat dibentuk oleh sejumlah granul setelah granul diberi perlakuan. Sudut diam merupakan salah satu uji granul yang menunjukkan bagaimana sifat alir dari suatu granul dikatakan baik, granul yang baik bila sudut diam yang dibentuk antara tinggi puncak granul dengan dasar granul yang horisontal membentuk sudut antara (Siregar dan Wikarsa, 2010). Perbandingan sudut diam antar granul tanpa pelicin dengan granul dengan pelicin dapat dilihat pada Gambar 6.

6 Uji Sudut Diam Sudut diam ( 0 ) tanpa bahan pelicin dengan bahan pelicin formula I formula II formula II Gambar 6. Diagram Perbandingan Sudut Diam Granul Tanpa Pelicin dan dengan Pelicin Berdasarkan hasil pengamatan sudut diam seperti pada Gambar 6, diperoleh hasil bahwa sudut diam dari ketiga formula sebelum ataupun sesudah penambahan bahan pelicin sudah memenuhi standar yaitu antara Semakin kecil nilai sudut diam granul memiliki sifat alir yang baik sehingga granul dapat mengalir dengan baik pula. Penambahan bahan pelicin memperbaiki sifat alir granul sehingga granul mudah mengalir. Dengan penambahan bahan pelicin dapat menurunkan besarnya sudut diam yang dibentuk oleh granul. Dilihat dari data pada Gambar 6, formula I yang mengandung pengikat biji nangka 10 % memiliki sudut diam terkecil diantara kedua formula lainnya. Pada formula II memiliki sudut diam yang lebih besar dari formula III disebabkan karena waktu alir dari formula II lebih besar dari pada formula III. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji statistik dari data ketiga formula menunjukkan distribusi normal (sig > 0,05), kemudian dilanjutkan dengan uji

7 34 ANOVA, dari hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan bermakna antara ketiga formula (sig < 0,05) sehingga penggunaan variasi konsentrasi amilum biji nangka sebagai bahan pengikat berpengaruh terhadap sudut diam massa granul. Hasil uji statistik dapat dilihat pada lampiran Uji Pengetapan Pengetapan merupakan penurunan volume sejumlah granul akibat hentakan dan sentakan. Semakin kecil indeks tap pengetapan suatu granul maka semakin baik sifat fisik massa granul begitu juga dengan kompresibilitas pada saat pencetakan menjadi tablet. Granul dengan indeks tap kurang dari 20% adalah granul yang mempunyai sifat fisik granul yang baik (Lachman, dkk, 1994). Perbandingan indeks tap untuk ketiga formula dapat dilihat pada Gambar 7 (lihat lampiran 6c). Gambar 7. Diagram Indeks Tap Granul Antalgin Berdasarkan hasil pemeriksaan indeks pengetapan pada Gambar 7, menunjukkan bahwa ketiga formula tersebut memenuhi ketentuan yang ada

8 35 yaitu untuk granul yang baik adalah kurang dari 20%. Pada formula I yang mengandung bahan pengikat pati biji nangka 10% mempunyai indeks tap yang paling kecil diantara formula lainnya. Hal tersebut karena granul yang mengandung pengikat pati biji nangka 10% mempunyai sifat alir yang baik sehingga akan mempermudah pengisian rongga antara granul. Formula II dan Formula III yang mengandung pengikat pati biji nangka 12,5% dan 15% memiliki indeks tap yang sama lebih tinggi dari formula I dan masih dalam persyaratan. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi maka indeks tap semakin besar pula. D. Penabletan Proses pencetakan tablet dilakukan dengan mengontrol tekanan kompresi dan keseragaman bobot yang sama untuk formula kekerasannya antara 4-6 kg dan berat tablet 500 mg. Kekerasan tablet yang dikendalikan antara 4-6 kg diharapkan mampu mempercepat waktu hancur tablet, dikarenakan antalgin merupakan obat analgetik yang memerlukan efek yang cepat, sehingga memerlukan kekerasan yang tidak terlalu tinggi. Kompresibilitas adalah kemampuan bahan untuk membentuk massa yang kompak (padat) setelah diberi tekanan dan dapat digambarkan oleh kekerasan tablet yang dihasilkan. Granul yang memiliki kompresibilitas yang baik akan mudah dikempa untuk memadat menjadi tablet, artinya dengan pemberian tekanan yang relatif kecil maka massa granul tersebut akan memadat membentuk massa kompak. Sifat kompresibilitas granul dapat berpengaruh terhadap sifat fisik tablet yang terbentuk yaitu kekerasan dan kerapuhan tablet. Jika granul yang memiliki sifat kompresibilitas yang tinggi

9 36 maka tablet yang dihasilkan akan memiliki kekerasan yang tinggi dengan kerapuhan yang kecil. Dalam percobaan ini diawali dengan mengatur kedalaman punch bawah yang tetap (pada posisi kedalaman 7,5 mm) pada setiap ukuran kedalaman punch atas yang diubah-ubah, hal ini bertujuan untuk mendapatkan kedalaman punch atas yang tepat untuk mendapatkan kekerasan tablet yang dikendalikan 4-6 kg. Setelah dilakukan percobaan berkali-kali maka dapat ditemukan kedalaman punch atas yang dapat menghasilkan kekerasan yang sesuai. Dari ketiga formula diperoleh kekerasan 4-6 kg berada pada kedalaman punch atas sekitar 6,00 mm 6,65 mm. Percobaan tersebut menunjukkan formula III yang mengandung bahan pengikat pati biji nangka 15% mempunyai nilai kompresibilitas yang paling bagus. Hal ini dikarenakan dengan kenaikan sedikit kedalaman punch dapat memperoleh kekerasan yang tinggi E. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Pemeriksaan sifat fisik tablet dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas tablet yang dapat memenuhi kriteria tablet yang baik sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki. Pemeriksaan sifat fisik tablet meliputi pemeriksaan keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur tablet. Hasil pemeriksaan sifat fisik tablet seperti terlihat pada Tabel IV. Tabel IV. Pemeriksaan sifat fisik tablet antalgin Pemeriksaan FI F II F III Keseragaman Bobot (mg) 500 ± 9, ± 7, ± 8,01 (CV = 1,83%) (CV = 1,47%) (CV = 1,61%) Kekerasan (kg) 6.08 ± 0,56 5,41 ± 0,78 6,24 ± 0,76 Kerapuhan (%) 0,191 ± 0,01 0,220 ± 0,06 0,343 ± 0,19 Waktu Hancur (menit) 9,84 ± 1,96 10,65 ± 0,77 11,65 ± 1,70

10 37 Keterangan : F I : Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 10% F II : Formula Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 12,5% F III : Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 15% Pemeriksaan Keseragaman Bobot perlakuan pada 20 tablet Pemeriksaan Kekerasan dilakukan 5 kali dan Kerapuhan dilakukan sebanyak 3 kali replikasi Pemeriksaan Waktu Hancur perlakuan pada 6 tablet. 1. Keseragaman Bobot Tablet Suatu tablet dikatakan baik bila di dalam suatu pembuatan tablet yang bersamaan diperoleh bobot tablet yang sama dan seragam antara satu tablet dengan tablet lainnya. Keseragaman bobot ini sangat dipengaruhi oleh sifat alir granul. Sifat alir yang baik akan mempengaruhi granul dalam mengisi ruang kompresi sehingga diperoleh tablet dengan bobot yang seragam. Semakin baik sifar alir dari suatu granul maka akan semakin baik pula keseragaman bobotnya. Menurut Farmakope Indonesia edisi III, standar dari keseragaman bobot untuk tablet yang tidak bersalut dengan berat rata-rata tablet lebih dari 300 mg mengikuti ketentuan kolom A 5% dan kolom B 10%. Dalam artian bila tablet ditimbang satu persatu tidak boleh ada 2 tablet yang berat masing-masing bobotnya menyimpang lebih dari 5% dan tidak satupun tablet menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-rata tablet (Anonim, 1979). Hasil Perhitungan keseragaman bobot sesuai dengan Farmakope Indonesia dapat dilihat pada Tabel V. Tabel V. Hasil perhitungan rentang keseragaman bobot Formula Rentang Kolom A (mg) Kolom B (mg) I II 472,15 521, ,7 III 472,15 521, ,7

11 38 Keterangan : Kolom A : Penyimpangan 5% dari bobot rata-ratanya Kolom B : Penyimpangan 10 % dari bobot rata-ratanya F I : Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 10% F II : Formula Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 12,5% F III : Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 15% Berdasarkan hasil perhitungan keseragaman bobot tablet pada semua formula dibandingkan dengan penyimpangan bobot tablet maka tidak ada satu tablet yang menyimpang lebih besar dari 5% dan tidak ada satu tablet yang menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua formula mempunyai keseragaman bobot yang memenuhi persyaratan dalam Farmakope Indonesia edisi III. Selain itu keseragaman bobot dapat dilihat juga dari nilai CV. Diagram hasil CV keseragaman bobot dapat dilihat pada Gambar 8. Parameter Coefficient of Variation (CV), digunakan untuk mengevaluasi keseragaman bobot. Keseragaman bobot dikatakan baik apabila nilai dari CV kurang dari sama dengan 5%. Berdasarkan hasil pemeriksaan keseragaman bobot pada Gambar 8, menunjukkan bahwa untuk ketiga formula telah memenuhi persyaratan kesergaman bobot yaitu kurang dari 5%, dan semakin kecil nilai dari CV maka tablet dikatakan semakin seragam. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji statistik dari data ketiga formula menunjukkan distribusi normal (sig>0,05), kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA, dari hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan bermakna antara ketiga formula (sig > 0,05) sehingga penggunaan variasi konsentrasi amilum biji nangka sebagai bahan pengikat tidak berpengaruh pada keseragaman massa tablet. Hasil uji statistik dapat dilihat pada lampiran 7.

12 39 Gambar 8. Diagram CV Keseragaman Bobot Tablet Antalgin 2. Kerapuhan Tablet Kerapuhan tablet adalah ketahanan tablet dalam menahan tekanan terutama goncangan atau pengikisan. Kerapuhan merupakan parameter yang baik untuk mengetahui ketahanan tablet selama proses pengemasan dan distribusi. Tablet yang tahan dan tidak rapuh yang bertahan sampai kepada konsumen, karena tablet yang rapuh akan terkikis atau menyerpih bahkan bisa pecah ketika mengalami pengikisan di pengemasan dan guncangan saat distribusi. Kerapuhan dinyatakan dalam persentase bobot yang hilang selama pengujian, pada ketentuan yang ada tablet yang baik mempunyai nilai kerapuhan kurang dari 1% (Lachman dkk, 1994). Data hasil kerapuhan dapat dilihat pada Gambar 9.

13 40 Gambar 9. Diagram Kerapuhan Tablet Antalgin Dari Gambar 9 tersebut dapat dilihat hasil kerapuhan untuk 3 formula, semua formula yang memenuhi persyaratan, yaitu di bawah 1%. Kerapuhan pada ketiga formula ini memenuhi persyaratan hal ini dipengaruhi karena bahan pengikat yang baik dan tekanan kompresi yang baik pula yaitu 4-6 kg, sehingga dengan kekerasan yang besar maka kerapuhan tablet relatif kecil. Kerapuhan tablet dipengaruhi oleh tekanan kompresi saat pembuatan tablet yang terlalu kurang sehingga mempengaruhi kekompakan tablet, yang menyebabkan kerapuhan dari tablet akan bertambah. Pencampuran bahan pengikat dengan granul yang kurang begitu homogen juga berpengaruh terhadap kerapuhan tablet. Namun pada percobaan ini formula III dan formula II justru memiliki angka kerapuhan yang tinggi karena disebabkan tablet tersebut mengalami caping, hal tersebut diduga disebabkan karena

14 41 pencampuran yang kurang baik pada saat formulasi atau pada saat mengempa terjadi perubahan pada kedalaman punch. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji statistik dari data ketiga formula menunjukkan distribusi normal (sig > 0,05), kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA, dari hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan bermakna antara ketiga formula (sig > 0,05) sehingga penggunaan variasi konsentrasi amilum biji nangka sebagai bahan pengikat tidak berpengaruh pada kerapuhan massa tablet. Hasil uji statistik dapat dilihat pada lampiran Kekerasan Tablet Suatu tablet yang baik harus mempunyai kekerasan yang baik, kekerasan yang baik adalah tablet yang tidak begitu keras dan tablet yang tidak begitu rapuh. Apabila terlalu keras air tidak dapat berpenetrasi ke dalam tablet dan tablet sulit untuk hancur di dalam tubuh, dan bila kekerasan kurang maka tablet tidak tahan terhadap kekuatan mekanik seperti guncangan saat pengemasan maupun ketika distribusi. Kekerasan suatu tablet diperoleh dari pengaturan kompresibilitas untuk mendapatkan kekerasan yang sama yaitu sekitar 4-6 kg. Hasil diagram kekerasan tablet Antalgin dapat dilihat pada Gambar 10.

15 42 Gambar 10. Diagram Kekerasan Tablet Antalgin Dilihat dari diagram kekerasan di atas ketiga formula sudah masuk kedalam rentang 4-6 kg sesuai dengan ketentuan yang ada. Kekerasan tersebut didapat dari kedalaman punch atas 6,00 mm 6,65 mm. Dari ketiga formula tersebut dikempa dengan kompresibilitas yang tinggi yakni 4-6 kg, maka dihasilkan bahwa semakin tinggi konsentrasi penambahan bahan pengikat amilum biji nangka menunjukkan kekerasan yang paling tinggi dari formula lainnya karena granul yang dikempa memiliki kriteria dan kompaktibilitas yang tinggi sehingga dengan sedikit tekanan akan menghasilkan kekerasan yang relatif besar, pada percobaan ini formula III memiliki kompaktibilitas tinggi dibandingkan formula I dan formula II. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji statistik dari data ketiga formula menunjukkan distribusi normal (sig > 0,05), kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA, dari hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan bermakna antara ketiga formula (sig > 0,05) sehingga penggunaan variasi konsentrasi amilum biji

16 43 nangka sebagai bahan pengikat tidak berpengaruh pada kekerasan massa tablet. Hasil uji statistik dapat dilihat pada lampiran 7 Waktu Hancur Tablet Waktu hancur tablet adalah waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur secara fisik sebelum diabsorbsi sepenuhnya di dalam tubuh. Uji waktu hancur ini dilakukan secara in vitro. Waktu hancur tablet dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; bahan penghancur, bahan pengikat, bahan pelicin, dan kekuatan kompres tablet saat pembuatan. Waktu hancur tablet mempunyai hubungan dengan uji sifat fisik tablet lainnya yaitu kekerasan dan kerapuhan, semakin tinggi kekerasan tablet maka waktu hancurnya semakin lama dan semakin rendah kekerasan suatu tablet maka waktu hancurnya semakin cepat. Hasil pemeriksaan uji waktu hancur tablet dapat dilihat pada Tabel VI. Tabel VI. Pemeriksaan waktu hancur tablet antalgin Pemeriksaan FI F II F III Waktu Hancur 9,84 ± 1,96 menit 10,65 ± 0,77 menit 11,65 ± 1,70 menit Keterangan : F I : Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 10% F II : Formula Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 12,5% F III : Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 15% Dari hasil pemeriksaan uji waktu hancur diperoleh hasil untuk ketiga formula mempunyai waktu hancur kurang dari 15 menit, hal ini dikarenakan zat aktif antalgin merupakan analgetik yang membutuhkan efek cepat sehingga tablet dibutuhkan waktu hancur yang cepat pula dan hal tersebut sudah memenuhi syarat pada farmakope. Dalam hal ini formula I mempunyai waktu hancur yang lebih cepat, diduga dikarenakan dalam penambahan bahan pengikat amilum biji nangka paling sedikit sendiri yaitu 10%, terbukti pada

17 44 formula II yang penambahan bahan pengikat amilum biji nangka yaitu 12,5% lebih tinggi dari formula I dan formula III lebih besar dari formula lainnya. Jadi kesimpulannya menunjukkan bahwa semakin besar konsetrasi penambahan bahan pengikat amilum biji nangka maka semakin lambat pula waktu hancur dalam lambung manusia. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji statistik dari data ketiga formula menunjukkan distribusi normal (sig>0,05), kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA, dari hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan bermakna antara ketiga formula (sig > 0,05) sehingga penggunaan variasi konsentrasi amilum biji nangka sebagai bahan pengikat tidak berpengaruh pada waktu hancur massa tablet. Hasil uji statistik dapat dilihat pada lampiran 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terjadi di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terjadi di digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terjadi di seluruh dunia, karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya

Lebih terperinci

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur PEMBUATAN GRANUL 1. Cara Basah Zat berkasiat,zat pengisi dan pengkancur dicampur baik bai,laludibasahi dengan larutan bahan pengikat,bila perlu ditambah bahan pewarna.setelah itu diayak menjadi granul,dan

Lebih terperinci

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg. PEMBAHASAN TABLET Setelah dilakukan uji granul dan granul dinyatakan layak untuk dikempa, proses yang selanjutnya dilakukan adalah pencetakan tablet sublingual famotidin. Sebelum pencetakan, yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tablet Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, menggunakan metode kering pada kondisi khusus

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Sugiyono 1), Siti Komariyatun 1), Devi Nisa Hidayati 1) 1) Program S1 Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI Dwi Elfira Kurniati*, Mirhansyah Ardana, Rolan Rusli Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN NATRIUM ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : YENNYFARIDHA K100040034

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel 56 Lampiran 2. Gambar tanaman singkong (Manihot utilissima P.) Tanaman Singkong Umbi Singkong Pati singkong 57 Lampiran 3. Flowsheet isolasi pati singkong Umbi singkong

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tablet CTM digunakan sebagai antihistaminikum. Antihistaminikum adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga berguna dalam menekan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN 2 EVALUASI GRANUL

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN 2 EVALUASI GRANUL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN 2 EVALUASI GRANUL Disusun oleh : Grup E Kelompok 1 Karunia Sari (1343050050) Waliroh Komarifah (1343050108) Arie Aulia Rahman (1343050131) FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN EXPLOTAB SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh: HENI SUSILOWATI K100 040 020

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN PENGHANCUR SECARA INTRAGRANULAR, EKSTRAGRANULAR, DAN KOMBINASINYA

PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN PENGHANCUR SECARA INTRAGRANULAR, EKSTRAGRANULAR, DAN KOMBINASINYA 1 Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research 2016, 01, 1-9 PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN PENGHANCUR SECARA INTRAGRANULAR, EKSTRAGRANULAR, DAN KOMBINASINYA Ahmad Ainurofiq 1* dan Nailatul Azizah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia), BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. BAHAN Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia), pragelatinisasi pati singkong suksinat (Laboratorium Farmasetika, Departemen Farmasi FMIPA UI),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM Akhmad Jazuli, Yulias Ninik Windriyati, Sugiyono Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101 FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101 Supomo *, Dayang Bella R.W, Hayatus Sa`adah # Akademi Farmasi Samarinda e-mail: *fahmipomo@gmail.com,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KADAR AMILUM BIJI DURIAN (Durio zibethinus, Murr) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA TABLET PARASETAMOL

PENGARUH VARIASI KADAR AMILUM BIJI DURIAN (Durio zibethinus, Murr) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA TABLET PARASETAMOL PENGARUH VARIASI KADAR AMILUM BIJI DURIAN (Durio zibethinus, Murr) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA TABLET PARASETAMOL Sugiyono Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Jl.

Lebih terperinci

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al, BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan farmasi terdapat berbagai macam bentuk berbeda yang didalamnya terkandung suatu bahan obat untuk pengobatan penyakit tertentu. Salah satu bentuk sediaan yang paling populer adalah

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 % PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan tablet dengan cara Granulasi Kering. Tablet yang dibuat sebanyak 300 buah. Komposisi tablet yang akan kami buat adalah sebagai berikut : R/ Acetosal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu contoh jenis tanaman obat yang bisa dimanfaatkan yaitu daun pepaya (Carica papaya). Menurut penelitian Maniyar dan Bhixavatimath (2012), menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Singkong Gambar 2.1 Tumbuhan singkong (Prastika, 2012) Singkong Manihot esculenta Crantz merupakan tanaman tipikal daerah tropis. Tanaman singkong tumbuh pada iklim yang panas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan produk herbal saat ini semakin banyak diminati oleh masyarakat. Tidak hanya kalangan menengah ke bawah, tetapi kalangan atas pun kini mulai menggunakannya.

Lebih terperinci

POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL

POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL Awal P, Yun Astuti Nugroho Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional Badan Litbang Kesehatan Kem Kes RI E-mail: b2p2to2t@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya kemajuan teknologi dalam industri farmasi sekarang ini, terutama di bidang sediaan solida termasuk sediaan tablet yang telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR As-Syifaa Vol 08 (02) : Hal. 64-74, Desember 2016 ISSN : 2085-4714 FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI

Lebih terperinci

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, terutama dalam bidang farmasi, memberikan kesempatan pada bagian Research and Development di sebuah industri farmasi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%). Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%). Dibuat formula untuk 100 tablet, berat pertablet 00 mg dan penampang tablet 9 mm. Berat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Mengapung Verapamil HCl Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih lima formula untuk dibandingkan kualitasnya, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi farmasi berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan lebih banyak lagi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau Uji KLT dilakukan sebagai parameter spesifik yaitu untuk melihat apakah ekstrak kering daun sirih yang diperoleh dari PT. Industry

Lebih terperinci

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 17 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet Lampiran. Perhitungan Karakteristik Pati Kentang Merah Berat kentang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: 4.1.1 Pemeriksaan bahan baku Hasil pemeriksan bahan baku ibuprofen, Xanthan Gum,Na CMC, sesuai dengan

Lebih terperinci

(Submitted: 06 Agustus 2017, Accepted: 25 September 2017) Sri Rahayu, Nezar Azhari, Ina Ruslinawati

(Submitted: 06 Agustus 2017, Accepted: 25 September 2017) Sri Rahayu, Nezar Azhari, Ina Ruslinawati PENGGUNAAN AMYLUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DALAM FORMULASI TABLET IBUPROFEN SECARA KOMBINASI INTRAGRANULAR- EKSTRAGRANULAR (Amylum Manihot As A Desintegrator In Ibuprofen Tablet Formulation By

Lebih terperinci

PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA

PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA (Abrus precatorius L.) DENGAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT MENGGUNAKAN METODA GRANULASI BASAH SKRIPSI Oleh : IMAWAN NUR RAIS AHMAD K 100040165

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan sebagian besar wilayahnya adalah daerah hutan yang memiliki banyak kekayaan alam berupa tanaman. Tanaman asli Indonesia

Lebih terperinci

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien) Defenisi tablet Berdasarkan FI III : Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis-jenis sediaan obat yang ada di pasaran, tablet merupakan bentuk sediaan yang paling

Lebih terperinci

PERBANDINGAN VARIASI SUHU PENGERINGAN GRANUL TERHADAP KADAR AIR DAN SIFAT FISIS TABLET PARASETAMOL. Oleh :

PERBANDINGAN VARIASI SUHU PENGERINGAN GRANUL TERHADAP KADAR AIR DAN SIFAT FISIS TABLET PARASETAMOL. Oleh : PERBANDINGAN VARIASI SUHU PENGERINGAN GRANUL TERHADAP KADAR AIR DAN SIFAT FISIS TABLET PARASETAMOL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI TABLET ZETASAL Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 9 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E Apriani, N.P 1, Arisanti, C.I.S 1 1 Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

10); Pengayak granul ukuran 12 dan 14 mesh; Almari pengenng; Stopwatch;

10); Pengayak granul ukuran 12 dan 14 mesh; Almari pengenng; Stopwatch; BAB HI CARA PENELITIAN A. Bahan Dan Alat Yang Digunakan 1. Bahan-bahan yang digunakan Metampiron (kualitas farmasi); Amilum manihot (kualitas fannasi); Amilum ganyong (dibuat dari umbi Canna edulis, Ker);

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II PENGUJIAN TERHADAP GRANUL

PRAKTIKUM II PENGUJIAN TERHADAP GRANUL PRAKTIKUM II PENGUJIAN TERHADAP GRANUL A. Tujuan Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai bagaimana cara pengujian terhadap granul B. Tinjauan Pustaka Granul adalah sediaan bentuk padat berupa partikel

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV. BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Percobaan Ibuprofen, HPMC 6 cps (Shin-Etsu), PVP K-30, laktosa, acdisol, amprotab, talk, magnesium stearat, kalium dihidrogen fosfat, natrium hidroksida, natrium dihidrogen fosfat,

Lebih terperinci

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN AVICEL PH 101 TERHADAP SIFAT FISIS TABLET EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum. L) SECARA GRANULASI BASAH

PENGARUH PENAMBAHAN AVICEL PH 101 TERHADAP SIFAT FISIS TABLET EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum. L) SECARA GRANULASI BASAH PENGARUH PENAMBAHAN AVICEL PH 101 TERHADAP SIFAT FISIS TABLET EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum. L) SECARA GRANULASI BASAH Lindawati Damidjan, Iskandar Soedirman, Dwi Hartanti Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN LAMA PENGERINGAN GRANUL TERHADAP KADAR AIR DAN SIFAT FISIS TABLET PARASETAMOL TUGAS AKHIR

PERBANDINGAN LAMA PENGERINGAN GRANUL TERHADAP KADAR AIR DAN SIFAT FISIS TABLET PARASETAMOL TUGAS AKHIR digilib.uns.ac.id PERBANDINGAN LAMA PENGERINGAN GRANUL TERHADAP KADAR AIR DAN SIFAT FISIS TABLET PARASETAMOL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal.

BAB II PEMBAHASAN. biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. BAB II PEMBAHASAN Metode kempa atau cetak langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus) BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Nangka (Artocarpus heterophyllus) Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus) Pohon Artocarpus heterophyllus memiliki tinggi 10-15 m. Batangnya

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARASETAMOL KEMPA LANGSUNG MENGGUNAKAN EKSIPIEN CO-PROCESSING DARI AMILUM SINGKONG PARTIALLY PREGELATINIZED DAN GOM AKASIA ABSTRAK

FORMULASI TABLET PARASETAMOL KEMPA LANGSUNG MENGGUNAKAN EKSIPIEN CO-PROCESSING DARI AMILUM SINGKONG PARTIALLY PREGELATINIZED DAN GOM AKASIA ABSTRAK FORMULASI TABLET PARASETAMOL KEMPA LANGSUNG MENGGUNAKAN EKSIPIEN CO-PROCESSING DARI AMILUM SINGKONG PARTIALLY PREGELATINIZED DAN GOM AKASIA Puspita, P.A.P 1, Dewantara, I.G.N.A 1, Arisanti, C.I.S 1 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Bahan yang digunakan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco chemical),

Lebih terperinci

membentuk warna biru keunguan maka amilum ganyong banyak mengandung

membentuk warna biru keunguan maka amilum ganyong banyak mengandung BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pemeriksaan Kualitatif Amilum Ganyong dan Metampiron Tabel III. Hasil pemeriksaan kualitatif amilum ganyong Uji Kualitatif 1. Organoleptik a. Bentuk b. Warna c. Bau d. Rasa

Lebih terperinci

APLIKASI METODE RESPON PERMUKAAN DAN GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMASI SIFAT FISIK DAN MEKANIK TABLET OBAT

APLIKASI METODE RESPON PERMUKAAN DAN GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMASI SIFAT FISIK DAN MEKANIK TABLET OBAT APLIKASI METODE RESPON PERMUKAAN DAN GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMASI SIFAT FISIK DAN MEKANIK TABLET OBAT Ivan Aris Nugroho 1) dan Abdullah Shahab 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut

Lebih terperinci

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati Lampiran 1. Flow Sheet Pembuatan Pati Kentang Kentang Residu Filtrat Ditimbang ± 10 kg Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong Diblender hingga halus Disaring dan diperas menggunakan kain putih yang bersih

Lebih terperinci

Uji Mutu Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu Monyet (Anacardium occidentale L.) dengan Bahan Pengikat PVP (Polivinilpirolidon) secara Granulasi Basah

Uji Mutu Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu Monyet (Anacardium occidentale L.) dengan Bahan Pengikat PVP (Polivinilpirolidon) secara Granulasi Basah Jurnal Farmasi Indonesia, November 2010, hal 62-66 ISSN: 1693-8615 Vol. 7 No. 2 Uji Mutu Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu (Anacardium occidentale L.) dengan Bahan Pengikat PVP (Polivinilpirolidon) secara

Lebih terperinci

FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIS TABLET VITAMIN C DENGAN METODE GRANULASI KERING

FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIS TABLET VITAMIN C DENGAN METODE GRANULASI KERING FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIS TABLET VITAMIN C DENGAN METODE GRANULASI KERING Ganang Adi Nurcahyo, Rahmi Nurhaini, Yetti O. K. INTISARI Salah satu bentuk sediaan farmasi yang banyak digunakan adalah tablet,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI Oleh : WADLICHAH SYARIFAH K 100 060 038 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bahan buangan limbah buah pisang yang jumlahnya cukup banyak. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, kulit pisang

Lebih terperinci

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daging lidah

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daging lidah 25 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. BAHAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daging lidah buaya (PT. Kavera Biotech, Indonesia), asam sitrat (Cina), asam tartrat (Perancis) dan natrium

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia L.)

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia L.) LAMPIRAN 64 Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia L.) 65 66 Lampiran 2. Foto Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia L.) 67 Lampiran 3. Foto Ekstrak, Serbuk,

Lebih terperinci

Sifat fisika kimia - Zat Aktif

Sifat fisika kimia - Zat Aktif Praformulasi UKURAN PARTIKEL, DISTRIBUSI PARTIKEL BENTUK PARTIKEL / KRISTAL POLIMORFI, HIDRAT, SOLVAT TITIK LEBUR, KELARUTAN KOEFISIEN PARTISI, DISOLUSI FLUIDITAS (SIFAT ALIR), KOMPAKTIBILITAS PEMBASAHAN

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC Na SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

Jurnal Para Pemikir Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn : e-issn :

Jurnal Para Pemikir Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn : e-issn : Jurnal Para Pemikir Volume 6 mor 2 Juni 2017 p-issn : 2089-5313 UJI SIFAT FISIKTABLETHISAP KOMBINASI EKSTRAK HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) DAN BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff)

Lebih terperinci

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN TABLET EKSTRAK DAUN GEDI HIJAU (Abelmoschus manihot) DENGAN METODE GRANULASI BASAH

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN TABLET EKSTRAK DAUN GEDI HIJAU (Abelmoschus manihot) DENGAN METODE GRANULASI BASAH FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN TABLET EKSTRAK DAUN GEDI HIJAU (Abelmoschus manihot) DENGAN METODE GRANULASI BASAH Winda M. Rori 1), Paulina V. Y.Yamlean 1), Sri Sudewi 1) 1) Program Studi Farmasi FMIPA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asetaminofen. Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asetaminofen. Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum 2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Parasetamol Sinonim : Paracetamolum Asetaminofen. Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida. Rumus molekul : C 8 H 9 NO 2 Rumus bangun :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun sirih hijau (Piper betle, L) diperoleh dari PT. Borobudur Natural Herbal Industry,

Lebih terperinci

IFNA ANGGAR KUSUMA K

IFNA ANGGAR KUSUMA K OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : IFNA ANGGAR KUSUMA K100040029

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KADAR GETAH SAGU (Metroxylon sagus Rottb) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN PELEPASAN TABLET DEXAMETHASON

PENGARUH VARIASI KADAR GETAH SAGU (Metroxylon sagus Rottb) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN PELEPASAN TABLET DEXAMETHASON PENGARUH VARIASI KADAR GETAH SAGU (Metroxylon sagus Rottb) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN PELEPASAN TABLET DEXAMETHASON Sugiyono 1), Irawan Sukma 1) 1) Fakultas Farmasi Universitas Wahid

Lebih terperinci

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan BAB 1 PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang relatif lebih stabil secara fisika kimia dan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang sering dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I TABLET ZETAMOL

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I TABLET ZETAMOL LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I TABLET ZETAMOL Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Hari : Jumat Tanggal Praktikum : 19 Maret 2010 Dosen Pengampu : Anasthasia Pujiastuti,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Berbagai Jenis Kentang. Kentang Putih. Kentang Kuning. Kentang Merah. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Gambar Berbagai Jenis Kentang. Kentang Putih. Kentang Kuning. Kentang Merah. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Gambar Berbagai Jenis Kentang Kentang Putih Kentang Kuning Kentang Merah 53 Lampiran 2. Gambar Mikroskopik Pati Kentang Pati Kentang Kuning dengan perbesaran 10x10 Keterangan; Lamela tampak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau lebih dengan atau zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau lebih dengan atau zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tablet Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya berbentuk bulat, yang mengandung satu jenis obat atau lebih dengan

Lebih terperinci

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini indutri farmasi berfokus pada pengembangan sistem penghantaran obat secara oral yang menawarkan kepatuhan pasien dan dosis yang efektif. Rute pemberian oral tidak diragukan lagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis sediaan obat yang ada, tablet dan jenis-jenis modifikasinya merupakan sediaan yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMPAAN ULANG PADA STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGISI-PENGIKAT TABLET KEMPA LANGSUNG

PENGARUH PENGEMPAAN ULANG PADA STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGISI-PENGIKAT TABLET KEMPA LANGSUNG Majalah Farmasi Indonesia, 12(4), 166171, 21 PENGARUH PENGEMPAAN ULANG PADA STARCH 15 SEBAGAI BAHAN PENGISIPENGIKAT TABLET KEMPA LANGSUNG THE EFFECT OF REPEATED COMPACTION ON STARCH 15 AS A FILLER BINDER

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. UJI AMILUM BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA TABLET KLORFENIRAMIN

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. UJI AMILUM BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA TABLET KLORFENIRAMIN NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI UJI AMILUM BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA TABLET KLORFENIRAMIN MALEAT (CTM) DENGAN METODE GRANULASI BASAH Oleh STEPANUS RAPAEL NIM : I21109006

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV Vis V-530 (Jasco, Jepang), fourrier transformation infra red 8400S (Shimadzu, Jepang), moisture analyzer

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG UMBI PORANG (Amorphophallus oncophyllus) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA TABLET PARASETAMOL

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG UMBI PORANG (Amorphophallus oncophyllus) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA TABLET PARASETAMOL PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG UMBI PORANG (Amorphophallus oncophyllus) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA TABLET PARASETAMOL Sugiyono *, Dyah Perwitosari Fakultas Farmasi Universitas Wahid

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KADAR AMILUM GARUT (Maranta arundinaceae Linn) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA TABLET PARASETAMOL

PENGARUH VARIASI KADAR AMILUM GARUT (Maranta arundinaceae Linn) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA TABLET PARASETAMOL PENGARUH VARIASI KADAR AMILUM GARUT (Maranta arundinaceae Linn) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA TABLET PARASETAMOL Sugiyono 1), Pipit Murdiyani 1), Yulias Ninik W. 1) 1) Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan jaman yang semakin modern menuntut semua hal yang serba cepat dan praktis, termasuk perkembangan sediaan obat. Bentuk sediaan obat padat berupa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT Nursiah Hasyim 1, Mirawati 2, dan Sri Sulistiana 2 1 Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar 2 Fakultas

Lebih terperinci

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari. BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI PATI BIJI ALPUKAT

PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI PATI BIJI ALPUKAT Majalah Obat Tradisional, 17(2), 22 26, 2012 PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI PATI BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill.) SEBAGAI PENGIKAT TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK GRANUL DAN TABLET EKSTRAK AKAR ALANG-

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI PATI BIJI ALPUKAT

PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI PATI BIJI ALPUKAT Majalah Obat Tradisional, 17(2), 22 26, 2012 PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI PATI BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill.) SEBAGAI PENGIKAT TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK GRANUL DAN TABLET EKSTRAK AKAR ALANG-

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya (L.)) Jumasni Adnan *) ABSTRAK

FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya (L.)) Jumasni Adnan *) ABSTRAK FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya (L.)) Jumasni Adnan *) *) Program Studi DIII Farmasi STIKES Nani Hasanuddin ABSTRAK Daun Pepaya (Carica papaya L) merupakan tanaman obat yang sering

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66 DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Halaman 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan... 66 a. Ekstraksi pati ganyong... 66 b. Penentuan kisaran konsentrasi sorbitol untuk membuat edible film 68 c. Penentuan

Lebih terperinci

METODE GRANULASI BASAH DALAM PEMBUATAN TABLET KOMPRESI

METODE GRANULASI BASAH DALAM PEMBUATAN TABLET KOMPRESI Makalah Mata Kuliah Teknologi Formulasi Solid METODE GRANULASI BASAH DALAM PEMBUATAN TABLET KOMPRESI Disusun oleh : Nama NPM Iman Firmansyah 260110130044 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016 I.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, karena memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara pemakaiannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan oral berupa sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui perbedaan karakter masing-masing manitol, dilakukan serangkaian penelitian berupa penentuan bentuk polimorf dan pemeriksaan ukuran partikel. Struktur

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica Val) DENGAN VARIASI BAHAN PENGIKAT

FORMULASI TABLET EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica Val) DENGAN VARIASI BAHAN PENGIKAT FORMULAS TABLET EKSTRAK KUNYT (Curcuma domestica Val) DENGAN VARAS BAHAN PENGKAT Edi Suyono, Rahmi Nurhaini NTSAR Rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) sangat bermanfaat dalam pengobatan penyakit. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, industri farmasi di Indonesia terus mengalami perkembangan dalam setiap bidangnya, termasuk dalam bidang pengembangan formulasi dan teknologi

Lebih terperinci

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013 KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013 Rancangan formula R/ Ketokenazol PVP Amilum Sagu pregelatinasi Avicel ph 102 Tween 80 Magnesium Stearat Talk HOME 200 mg

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, Tablet merupakan sediaan obat yang paling banyak digunakan di masyarakat. Sediaan Tablet merupakan bentuk sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Mefenamat 2.1.1 Tinjauan Umum Rumus bangun : Rumus molekul : C 15 H 15 NO Nama kimia : Asam N-2,3-xililantranilat [61-68-7] Berat molekul : 241,29 2 Pemerian : Serbuk hablur,

Lebih terperinci