BAB II OPC, APC, STRUKTUR PRODUK, DAN BOM
|
|
- Yuliani Sasmita
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 II-13 BAB II OPC, APC, STRUKTUR PRODUK, DAN BOM 2.1 Landasan Teori Peta proses operasi adalah peta kerja yang yang mencoba menggambarkan urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut menjadi elemen-elemen operasi secara detail. Tahapan proses operasi kerja harus diuraikan secara logis dan sistematis. Keseluruhan operasi kerja dapat digambarkan dari awal (raw material) sampai menjadi produk akhir (finished goods product), sehingga analisis perbaikan dari masing-masing operasi kerja secara individual maupun urutan-urutannya secara keseluruhan akan dapat dilakukan. Peta operasi ini umumnya digunakan untuk menganalisis operasi-operasi kerja yang memakan waktu beberapa menit per siklus kerjanya (Sritomo, 1992). Peta proses operasi memiliki beberapa kegunanaan dan informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi. Kegunaan peta proses operasi adalah sebagai berikut (Sutalaksana, 1979): a. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya. b. Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan menghitung efisiensi di tiap operasi/pemeriksaan). c. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik. d. Sebagai alat untuk menentukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai. e. Sebagai alat untuk latihan kerja. f. Dan lain-lain. II-1
2 II-2 Peta-peta kerja yang biasa digunakan pada perusahaan dikembangkan oleh Gilberth yang dibuat untuk membuat suatu peta kerja. Adapun lambang-lambang yang umum digunakan adalah sebagai berikut (Sutalaksana, 1979). OPERASI Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat baik fisik maupun kimiawi. Kegiatan operasi ini juga menggambarkan kegiatan mengambil informasi maupun memberikan informasi pada suatu keadaan. PEMERIKSAAN Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas. Lambang ini digunakan jika melakukan pemeriksaan terhadap suatu objek atau membandingkan obyek tertentu dengan suatu standar. TRANSPORTASI Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja, dan perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi. Suatu pergerakan yang merupakan bagian dari operasi atau disebabkan oleh pekerja pada tempat bekerja sewaktu operasi atau pemeriksaan berlangsung bukanlah merupakan transportasi. MENUNGGU Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja, dan perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu (biasanya sebentar). Kejadian ini menunjukan bahwa suatu objek
3 II-3 ditinggalkan untuk sementara tanpa pencatatan sampai diperlukan kembali. PENYIMPANAN Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan pada jangka waktu yang cukup lama. Jika benda kerja tersebut diambil kembali, biasanya memerlukan prosedur perizinan tertentu. Lambang ini digunakan untuk menyatakan suatu obyek yang mengalami penyimpanan permanen. AKTIVITAS GABUNGAN Lambang yang satu ini menunjukkan sebuah aktivitas gabungan. Kegiatan yang terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan kebersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja. Assembling Proces Chart (APC) merupakan peta yang menggambarkan langkah-langkah proses perakitan yang akan dialami komponen berikut pemeriksaannya dari awal sampai produk jadi selesai. APC atau disebut juga sebagai peta proses perakitan memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah menentukan kebutuhan operator, mengetahui kebutuhan tiap komponen, alat untuk menentukan tata letak fasilitas, alat untuk menentukan perbaikan cara kerja, dan alat untuk latihan kerja (Scribd, 2012). Menurut Gaspersz (2004), struktur produk atau BOM didefinisikan sebagai cara komponen-komponen itu bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufakturing. Struktur produk adalah suatu susunan hirarki dari komponen-komponen pembentuk suatu produk akhir. Biasanya produk akhir ditempatkan di level 0, komponen pembentuk berikutnya adalah
4 II-4 ditempatkan di level 1, dan seterusnya. Pada umumnya produk akhir disebut juga induk atau parent dan komponen pembentuknya disebut juga anak atau child. Terdapat dua teknik yang digunakan p a d a struktur produk, yaitu seperti yang dijelaskan di bawah ini (thesis.binus.ac.id, 2012): 1. Explosion, yaitu suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan dimulai dari induk sampai komponen pada level paling bawah. 2. Implosion, yaitu suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan dimulai dari komponen sampai induk atau level atas. Struktur produk akan menunjukkan bahan baku yang dikonversi ke dalam komponen-komponen fabrikasi kemudian komponen-komponen itu bergabung secara bersama untuk membuat sub assemblies, kemudian sub assemblies bergabung bersama membuat assemblies dan seterusnya sampai produk akhir. Manfaat struktur produk adalah sebagai berikut (thesis: binus, 2012). 1. Mengetahui berapa jumlah item penyusunan suatu produk akhir. 2. Memberikan rincian mengenai komponen apa saja yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk. Bill of Material (BOM) merupakan rangkaian struktur semua komponen yang digunakan untuk memproduksi barang jadi sesuai dengan master production scheduling. Bill Of Material (BOM) adalah daftar (list) dari material atau komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur, dan dibuat produk akhir. Ada beberapa format dari Bill of Material (BOM), yaitu (thesis: binus, 2012):
5 II-5 1. Single-Level BOM, merupakan BOM yang menggambarkan hubungan sebuah induk dengan satu level komponenkomponen pembentuknya. 2. Multi-Level BOM, merupakan BOM yang menggambarkan struktur produk lengkap dari level 0 sampai level paling bawah. 3. Indented BOM, adalah BOM yang dilengkapi dengan informasi level setiap komponen. 4. Summarized BOM, merupakan BOM yang dilengkapi dengan jumlah total tiap komponen yang dibutuhkan 2.2 Pembahasan Pembahasan ini berisi suatu pengolahan data tentang OPC, APC, struktur produk, dan BOM. Akan tetapi sebelum melakukan proses pengolahan data tersebut harus terlebih dahulu melakukan pembuatan produk lemari tas. Pembuatan lemari tas ini bertujuan untuk mendapatkan atau mengumpulkan data yang diperlukan pada modul OPC, APC, struktur produk, dan BOM. Pembuatan lemari tas memerlukan beberapa kebutuhan seperti bahan-bahan dan peralatan. Kebutuhan tersebut dapat diketahui pada tabel 2.1, tabel 2.2, tabel 2.3, tabel 2.4 tentang komponen utama beserta perhitungan harga per komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan lemari tas. Tabel 2.1 Komponen Utama No. Komp. Nama Komponen Komp. Assy Tipe Ukuran Pakai (cm) (pxlxt) Ukuran Terima (cm) (pxlxt) Berat/ komp. (kg) Harga/ unit (Rp) 002 Bawah 1 kayu 44,8 x 52 x 1,5 120 x 52 x 1,5 2, samping 2 kayu 37,5 x 52 x 1,5 120 x 52 x 1,5 2,2 9375
6 II-6 Tabel 2.1 Komponen Utama (Lanjutan) No. Komp. Nama Komponen Komp. Assy Tipe Ukuran Pakai (cm) (pxlxt) Ukuran Terima (cm) (pxlxt) Berat/ komp. (kg) Harga/ unit (Rp) 004 Tengah 1 kayu 52 x 42 x 1,5 79 x 65 x 1,5 1, Atas 1 kayu 44,8 x 52 x 1,5 120 x 52 x 1,5 1, belakang 1 kayu 45 x 40 x 1,5 55 x 40x 1,5 1, Pintu bawah 1 kayu 44,8 x 20 x 1,5 120 x 52 x 1,5 0, Pintu atas 1 kayu 44,8 x 20 x 1,5 79 x 65 x 1,5 0, Ukuran Pakai Harga per komponen = Harga Beli Ukuran Diterima Harga Komponen papan bawah = Harga Komponen papan tengah = Harga komponen papan belakang = 44,8 x 52 x 1,5 120 x 52 x 1,5 = Rp x 42 x 1,5 79 x 65 x 1,5 = Rp x 40 x 1,5 55 x 40 x 1,5 = Rp Rp Rp Rp No Komp. Nama Komponen Tabel 2.2 Komponen Tambahan Vol. Assy Tipe Ukuran Kemasan (cm) Ukuran tersedia Berat/komp Harga/unit (kg) (Rp) 009 Sekrup 3 cm 28/36 Besi , Sekrup 2 cm 20/20 Besi , Engsel sendok 4/4 Besi Handle pintu 2/2 Besi ,7 5000
7 II-7 Tabel 2.3 Data-Data Komponen (Utama dan Tambahan) No.Komp. Nama Komponen Simbol Kuantitas 001 Lemari Tas LT Bawah PH Samping PS Tengah PT Atas PA Belakang PG Pintu Bawah PPB Pintu Atas PPA Sekrup 3 cm SK Sekrup 2 cm SK Engsel Pintu EP Handle Pintu HND 2 Tabel 2.4 Data Pencatatan Waktu Perakitan (Menit) No Nama Komponen Perakitan (Menit) Kuantitas Rata-rata I II III 1 Komp. PH dan komp. PS (Assy. 1) 5,48 5,23 5,25 1 5,32 2 Komp. PT dan Assy. 1 (Assy. 2) 6,30 6,10 6,00 1 6,13 3 Komp. PA dan Assy. 2 (Assy. 3) 7,10 6,10 6,06 1 6,42 4 Komp. PG dan Assy. 3 (Assy. 4) 2,40 2,33 2,30 1 2,34 5 Komp. PPB dan Assy. 4 (Assy. 5) 2,50 2,02 2,05 1 2,19 6 Komp. PPA dan Assy. 5 3,00 2,10 2,01 1 2,37 Total 26,78 23,88 23, ,76 Berdasarkan dari data tabel 2.4 yaitu, data pencatatan waktu perakitan maka dapat diketahui waktu siklus, waktu normal, serta waktu baku dari proses perakitan komponen lemari tas. Waktu siklus merupakan waktu penyelesaiaan satu satuan
8 II-8 produksi mulai dari bahan baku atau mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan. Waktu normal merupakan waktu penyelesaiaan suatu pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja dalam kondisi wajar dan kemampuan rata-rata. Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan sewajarnya oleh pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaan yang dikerjakan dalam sistem kerja yang terbaik pada saat itu. Waktu Siklus (Ws) Ws Perakitan 1 = 5,48 + 6,30 + 7,10 + 2,40 + 2,50 + 3,00 = 26,78 menit Ws Perakitan 2 = 23,88 menit Ws perakitan 3 = 23,67 menit Sehingga, Ws = 26,78+23,88+23,67 3 = 24,7 menit Waktu Normal Wn = Ws p Wn = 24,7 1 = 24,7 menit Kelonggaran pada perakitan lemari tas, yaitu untuk kebutuhan pribadi (tenaga yang cukup besar yang dikeluarkan pada proses perakitan, gerakan yang terbatas, dan sikap badan yang berdiri tegak saat perakitan) sebesar 13%. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique ialah 1% dan kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan yang harus diberikan untuk operator ialah 1%. Maka kelonggaran total yang harus diberikan bagi operator adalah ( )% = 15%.
9 II-9 Waktu Baku (Wb) Wb = Wn (1 + l) Wb = 24, 7 (1 + 0,15 ) = 28,4 menit Scrap merupakan sebuah sisa bahan baku berupa serbuk yang dilakukan ketika melakukan proses produksi. Scrap tersebut dapat diketahui berdasarkan perhitungan dimana sesuai dengan komponen yang dibuat. Perhitungan scrap dilakukan untuk mengetahui bahwa proses yang dilakukan agar pembuatan masing-masing komponen lemari tas tidak terbuang berlebihan, sehingga kerugian akan didapat. Nama Komp. Bawah Samping Tengah Atas Belakang Pintu Bawah Pintu Atas Tabel 2.5 Perhitungan Scrap Operasi Sebelum Proses Setelah Proses (Ukuran Dipakai) %Scrap (Ukuran Diterima) Mengukur 50 x 52 x 1,5 50 x 52 x 1,5 0 Memotong 50 x 52 x 1,5 44,9 x 52 x 1,5 0,2 Meratakan 44,9 x 52 x 1,5 44,8 x 52 x 1,5 0,2 Melubangi 44,8 x 52 x 1,5 (44,8 x 52 x 1,5) (0,3768 x 8) 0,086 Mengukur 37,7 x 52 x 1,5 37,7 x 52 x 1,5 0 Memotong 37,7 x 52 x 1,5 37,6 x 52 x 1,5 0,2 Meratakan 37,6 x 52 x 1,5 37,5 x 52 x 1,5 0,2 Melubangi 37,5 x 52 x 1,5 (37,5 x 52 x 1,5) (0,3768 x 8) 0,103 Mengukur 52,2 x 42 x 1,5 52,2 x 42 x 1,5 0 Memotong 52,2 x 42 x 1,5 52,1 x 42 x 1,5 0,2 Meratakan 52,1 x 42 x 1,5 52 x 42 x 1,5 0,2 Melubangi 52 x 42 x 1,5 (52 x 42 x 1,5) (0,3768 x 8) 0,092 Mengukur 50 x 52 x 1,5 50 x 52 x 1,5 0 Memotong 50 x 52 x 1,5 44,9 x 52 x 1,5 0,2 Meratakan 44,9 x 52 x 1,5 44,8 x 52 x 1,5 0,2 Melubangi 44,8 x 52 x 1,5 (44,8 x 52 x 1,5) (0,3768 x 8) 0,086 Mengukur 45,2 x 40 x 1,5 45,2 x 40 x 1,5 0 Memotong 45,2 x 40 x 1,5 45,1 x 40 x 1,5 0,2 Meratakan 45,1 x 40 x 1,5 45 x 40 x 1,5 0,2 Melubangi 45 x 40 x 1,5 (45 x 40 x 1,5) (0,3768 x4) 0,056 Mengukur 45 x 20 x 1,5 45 x 20 x 1,5 0 Memotong 45 x 20 x 1,5 44,9 x 20 x 1,5 0,2 Meratakan 44,9 x 20 x 1,5 44,8 x 20 x 1,5 0,2 Melubangi 44,8 x 20 x 1,5 (44,8 x 20 x 1,5) (0,1413 x10) 0,052 Mengukur 45 x 20 x 1,5 45 x 20 x 1,5 0 Memotong 45 x 20 x 1,5 44,9 x 20 x 1,5 0,2 Meratakan 44,9 x 20 x 1,5 44,8 x 20 x 1,5 0,2 Melubangi 44,8 x 20 x 1,5 (44,8 x 20 x 1,5) (0,1413 x10) 0,052
10 II-10 Contoh perhitungan scrap pada komponen papan bawah: % scrap hasil memotong = 1- = 1- % scrap hasil meratakan = 1- ukuran dipakai 100% ukuran diterima 44,9 52 1, ,5 44,8 52 1,5 44,9 52 1,5 100% = 0,2 % % scrap pada hasil melubangi dengan mesin bor, yaitu 100% = 0,2 % Volume lubang sekrup 3 cm = 1 4 π d2 t = 1 3,14 4 0,42 3 = 0,3768 Apabila jumlah lubang yang dibuat 8 buah yaitu 0, = 3,0144 Sehingga % scrap = 1- = 1- ukuran diterima-volume scrap ukuran diterima 100% (,, ), 100% = 0,086%,, Peta kerja merupakan alat sistematis dan jelas yang menggambarkan seluruh kegiatan proses operasi dari pembuatan sebuah produk. Peta kerja memiliki beberapa macam seperti peta proses operasi dan peta proses perakitan. Peta proses operasi merupakan peta yang menggambarkan proses operasi secara keseluruhan baik dari proses pembuatan sampai dengan proses perakitan. Namun untuk peta proses perakitan merupakan peta yang menggambarkan kegiatan atau aktivitas proses perakitan dari komponen satu dengan komponen lainnya sampai menjadi komponen yang utuh atau produk jadi. Peta proses operasi dan peta proses perakitan dalam pembuatan lemari tas dapat dilihat pada gambar 2.1 dan 2.2.
11 II-11 II-11 Gambar 2.1 Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)
12 II-12 II-12 Gambar 2.2 Peta Proses Perakitan (Assembly Procces Chart)
13 II-13 Explotion merupakan BOM dengan urutan dimulai dari induk sampai komponen pada level paling bawah. Pembuatan lemari tas dibuat explotion dengan tujuan menunjukkan komponen-komponen yang membentuk suatu induk dari level paling atas sampai level terbawah. Struktur produk explotion dapat dilihat pada gambar 2.3. Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5 Level 6 Gambar 2.3 Struktur Produk Explotion
14 II-14 Proses pembuatan struktur produk explotion tersebut telah dilakukan, maka selanjutnya ialah membuat BOM (Bill of Material). BOM ini dibuat dengan tujuan mengetahui komponenkomponen itu bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufakturing yang dibutuhkan dalam pembuatan produk lemari tas serta mengetahui urutan level yang telah dijelaskan pada struktur produk explotion. BOM explotion dapat dilihat pada tabel 2.6. Struktur produk lemari tas tidak hanya dibuat dalam bentuk explotion, tetapi terdapat dalam bentuk metode implotion. Struktur produk implotion dapat dilihat pada gambar 2.4. Proses pembuatan struktur produk implotion telah dilakukan maka selanjutnya membuat BOM (Bill of Material). Tabel BOM (Bill of Material) implotion dapat dilihat pada tabel 2.7. Tabel 2.6 Bill of Material (BOM) Explotion No. Level Kode Deskripsi Kuantitas 1 0 LT Lemari Tas PPA Pintu Atas PPB Pintu Bawah PG Belakang PA Atas PT Tengah PSA Samping PH Bawah 1 9 1, 2 EP Engsel Pintu , 2 HND Handle Pintu , 4,5,6 SK3 Sekrup 3 cm , 2 SK2 Sekrup 2 cm 20
15 II-15 Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5 Level 6 Gambar 2.4 Struktur Produk Implotion Tabel 2.7 Bill of Material (BOM) Implotion No. Level Kode Deskripsi Kuantitas 1 0 PH Bawah PSA Samping PT Tengah PA Atas 1
16 II-16 Tabel 2.7 Bill of Material (BOM) Implotion (Lanjutan) No. Level Kode Deskripsi Kuantitas 5 3 PG Belakang PPB Pintu Bawah PPA Pintu Atas LT Lemari Tas 1 9 4, 5 EP Engsel , 5 HND Handle , 1, 2, 3 SK3 Sekrup 3 cm , 5 SK2 Sekrup 2 cm 20 Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data pada OPC, APC, struktur produk, dan BOM maka dapat diketahui suatu proses dan sistem produksi lemari tas. Proses pembuatan tersebut berupa pengukuran, pemotongan, pemerataan, dan pengeboran. Pembuatan lemari tas terdiri dari beberapa komponen yang dibutuhkan untuk bisa menjadikan suatu produk yang utuh, maka pada proses pengerjaan ini dibuatlah suatu peta OPC dan APC. Peta OPC ini berisi seluruh operasi dari bahan mentah sampai produk jadi, sedangkan untuk peta APC ini hanya berupa serangkaian suatu aktivitas perakitan. Perakitan ini dimana mengabungkan komponen satu dengan komponen yang lain seperti assembly komponen satu dengan komponen dua maka akan terbentuk perakitan 1, selanjutnya dilakukan perakitan kembali dengan komponen 3, dan seterusnya sampai menjadi produk lemari tas. Struktur produk atau BOM menunjukkan bahan baku yang dikonversi ke dalam komponen-komponen dari lemari tas kemudian komponen-komponen itu digabung menjadi satu.
17 II Analisis OPC, APC, Struktur Produk, dan BOM Komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan lemari tas terdiri dari delapan komponen, akan tetapi terdapat beberapa komponen yang sama seperti komponen papan atas dan bawah serta papan samping. Berdasarkan jenis operasi yang dilakukan dalam pembuatan lemari tas ini, yaitu pengukuran, pemotongan, perataan, pengeboran sampai dengan perakitan produk. Waktu yang didapat 165,25 menit, dimana waktu tersebut didapat berdasarkan proses keseluruhan dari peta proses operasi. Perakitan dalam APC, yaitu terdiri dari 6 dimana terdiri dari komponen, papan bawah, papan atas, papan samping ada 2, papan tengah, pintu atas, dan pintu bawah. Waktu yang didapat dalam APC, yaitu untuk waktu siklus 5,32 menit, 6,13 menit, 6,42 menit, 2,34 menit, 2,19 menit, dan 2,37 menit. Proses perakitan lemari tas ini diawali dengan menyiapkan komponen-komponen yang telah dibentuk, yaitu papan bawah, dua buah papan samping, papan tengah, papan atas, papan belakang, pintu bawah, dan pintu atas, serta beberapa peralatan yang digunakan. Perakitan diawali dengan merakit papan bawah dan dua buah papan samping menjadi satu. Kemudian papan tengah dirakit dengan hasil rakitan sebelumnya yang kemudian diikuti dengan komponen papan atas dan papan belakang secara berurutan. Pemasangan pintu bawah membutuhkan dua buah engsel sendok dan sebuah handle. Perakitan pintu atas juga membutuhkan dua buah engsel sendok dan sebuah handle. Struktur produk explotion dan implotion tersebut terdiri dari 6 level. Namun struktur produk explotion ini hanya berupa perakitan struktur produk dari level 0 sampai produk jadi sedangkan implotion ini merupakan pelepasan komponen dimana dari produk jadi sampai menjadi level 0. Struktur produk explotion
18 II-18 dalam BOM ini berguna untuk mengetahui daftar produk yang digunakan dalam perakitan dimana berupa level yang ditentukan explotion serta dijelaskan pada gambar 2.3, sedangkan struktur produk implotion ini merupakan daftar pelepasan komponen dimana telah dijelaskan pada gambar 2.4. Perbedaan untuk keduanya, yaitu dapat dilihat pada tabel 2.6 dan tabel 2.7, karena dengan tabel itu dapat diketahui secara keseluruhan ketika melakukan proses perakitan atau pelepasan berdasarkan level struktur produk. Waktu siklus perakitan lemari tas, yaitu 24,7 menit yang merupakan waktu penyelesaian perakitan lemari tas yang didapatkan dari rata-rata tiga kali perakitan. Waktu normal perakitan lemari tas, yaitu 24,7 menit yang merupakan waktu penyelesaian perakitan lemari tas yang ditambahkan penyesuaian guna menormalkan waktu kerja yang diperoleh. Waktu baku pada perakitan lemari tas, yaitu 28,4 menit yang merupakan waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menghasilkan satu buah produk lemari tas. Waktu baku didapatkan dengan menambahkan waktu kelonggaran bagi operator. Kelonggaran pada perakitan lemari tas, yaitu untuk kebutuhan pribadi (tenaga yang cukup besar yang dikeluarkan pada proses perakitan, gerakan yang terbatas, dan sikap badan yang berdiri tegak saat perakitan) sebesar 13%. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique ialah 1% dan kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan yang harus diberikan untuk operator ialah 1%. Maka kelonggaran total yang harus diberikan bagi operator adalah ( )% = 15% Kendala pada pengukuran yaitu terjadi pembuangan scrap saat melakukan proses pemotongan dan penghalusan, sehingga pada perhitungannya didapat bahwa scrap yang terbuang ialah
19 II-19 0,2%. Perakitan produk lemari tas berdasarkan struktur produk explotion dan implotion dibagi menjadi 6 level dan dapat dilihat pada gambar 2.3 dan gambar 2.4.
BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL
BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL 2.1 Landasan Teori Operation Process Chart (OPC) adalah suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang dialami oleh bahan baku yang meliputi urutan proses
Lebih terperinciM A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri ( )
M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri (4411216140) Universitas Pancasila Jakarta Jl.Srengseng Sawah, Jagakarsa Jakarta Selatan 12640 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia industri menyebabkan terjadinya persaingan yang cukup ketat antar perusahaan. Kualitas merupakan faktor dasar konsumen terhadap
Lebih terperinciCONTOH OPC DAN FPC. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart) TUGAS PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI AYU DINI R
TUGAS PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI AYU DINI R. 0810670002 CONTOH OPC DAN FPC Peta Proses Operasi (OPC) dan Peta Aliran Proses (FPC) merupakan dua jenis peta kerja digunakan untuk mengetahui secara jelas proses
Lebih terperinciMODUL 4 PERENCANAAN PROSES
MODUL 4 PERENCANAAN PROSES 1. Deskripsi Perencanaan proses merupakan tahapan untuk menentukan bagaimana suatu produk itu diproduksi. Tahapan tersebut mendefinisikan secara detil proses produksi dan perakitan,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Peta Kerja Peta kerja ( Peta Proses process chart ) merupaka alat komunikasi yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir (Sritomo,
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Produk Produk yang telah dibuat dalam peta-peta kerja ini adalah meja lipat. Komponennya terdiri dari alas yang berukuran 50 cm x 33 cm, kaki meja yang berukuran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas produksi yang terjadi pada sebuah perusahaan tidak hanya terbatas pada hal yang berkaitan dengan menghasilkan produk saja, namun kegiatan tersebut erat kaitannya
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Kesimpulan ini diambil dari modul OPC, APC, struktur produk, dan BOM, Peramalan,
Lebih terperinciPETA-PETA KERJA. Kata kunci : Peta-Peta Kerja, Proses Operasi, Kotak Kado
PETA-PETA KERJA Oke Sofyan,Ita Novita Sari Mahasiswa Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma, Jakarta Kampus J Universitas Gunadarma Jl. KH. Noer Ali, kalimalang, Bekasi Telp: (021) 94122603 Email:
Lebih terperinciBAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING
BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders
Lebih terperinciPERANCANGAN PROSES 81
PERANCANGAN PROSES 81 Keterkaitan Perancangan Produk, Perancangan Proses, Perancangan Jadwal,dan Perancangan Fasilitas Perancangan Produk Perancangan Fasilitas Perancangan Proses Perancangan Jadwal 82
Lebih terperinciPETA PETA KERJA. Nurjannah
PETA PETA KERJA Nurjannah Peta Kerja Peta kerja merupakan suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (Sutalaksana, 2006) Peta kerja merupakan alat komunikasi yang sistematis
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIS
BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) 1 Setelah mempunyai gambaran tentang keadaan umum dari proses yang terjadi seperti yang diperlihatkan dalam peta proses operasi, langkah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kerja Studi kerja adalah penelaahan secara sistematik terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk : (Barnes, 1980, Halaman 6) 1. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih
Lebih terperinciERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA
ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT DEFINISI Peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk berkomunikasi secara luas dan sekaligus melalui petapeta
Lebih terperinciANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING
ANALISIS DAN PROSES MANUFAKTURING Suatu rancangan ataupun rencana tentang tata letak fasilitas pabrik tidaklah akan bisa dibuat efektif apabila data penunjang mengenai bermacam-macam faktor yang berpengaruh
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan
Lebih terperinciSTUDI WAKTU DAN PROSES PEMBUATAN TERALIS JENDELA DI PT X
STUDI WAKTU DAN PROSES PEMBUATAN TERALIS JENDELA DI PT X I Wayan Sukania 1), Oktaviangel 2), Julita 3) Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara 1) Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan yang paling pokok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keseimbangan Lintasan berkaitan dengan bagaimana operasi yang ditunjuk pada stasiun kerja dapat dioptimalkan melalui menyeimbangkan kegiatan yang ditugaskan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Sistem Kerja Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja yang bersangkutan. Teknikteknik dan
Lebih terperinciProces Design. Bentuk Mutu. Volume Type. Bentuk. Volume. Bahan. Mutu. Type. Bahan. Plant. Plant
PROCESS DESIGN perencanaan tentang pembuatan produk yang telah ditetapkan pada produk desain dengan mempergunakan alat-alat yang ada atau dapat diadakan dengan caracara seekonomis mungkin Proces Design
Lebih terperinciMODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)
MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB VI LINE BALANCING
BAB VI LINE BALANCING 6.1. Landasan Teori Line Balancing Menurut Gaspersz (2004), line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan
Lebih terperinciSISTEM PRODUKSI PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT. Disusun Guna Menunjang Praktikum Sistem
Nama Praktikan : NPM : Kelas : Kelompok : PANDUAN PRAKTIKUM SISTEM PRODUKSI Disusun Guna Menunjang Praktikum Sistem Produksi (Untuk Praktikan) Oleh: Asisten Laboratorium Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/
Lebih terperinciPETA KERJA UNTUK ANALISA KERJA KESELURUHAN
PETA KERJA UNTUK ANALISA KERJA KESELURUHAN TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI MANUFAKTUR/JASA PETA KERJA Peta Kerja : alat yg menggambarkan kegiatan kerja secara
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Toyota Production System Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah aktivitas pada tingkat keseluruhan perusahaan berdasarkan pada kesadaran untuk
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
24 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan mengunakan alat-alat yang telah disiapkan. Teknik
Lebih terperinciAnalisa Tata Letak Pabrik dan Perhitungan Waktu Baku Pabrik Helmet
Analisa Tata Letak Pabrik dan Perhitungan Waktu Baku Pabrik Helmet Mohammad Imam Shalahudin, Dosen Pengajar Jurusan Teknik Industri Politeknik Swadharma, Jakarta Abstraksi Pabrik helmet dewasa ini sangat
Lebih terperinciBAB VI LINE BALANCING
BAB VI LINE BALANCING 6.1 Landasan Teori Keseimbangan lini perakitan (line balancing) merupakan suatu metode penugasan pekerjaan ke dalam stasiun kerja-stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
29 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Tata Letak Salah satu kegiatan rekayasa industri yang paling tua adalah menata letak fasilitas. Dan tata letak yang baik selalu mengarah kepada perbaikan-perbaikan
Lebih terperincipracticum apk industrial engineering 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern seperti saat ini, sebagai pekerja yang baik harus mampu menciptakan suatu sistem kerja yang baik dalam melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA
MODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA LABORATORIUM MENENGAH TEKNIK INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK/KALIMALANG 05 Modul Peta Peta Kerja (Work
Lebih terperinciTIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d
#4 - AC dan OPC 1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Assembly Chart (AC) (1) 2 Bagian paling kiri AC merupakan nama part. Semakin ke kiri, penomoran S bertambah dan semakin ke bawah penomoran A bertambah.
Lebih terperinciSystematic Layout Planning
Materi #3 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Systematic Layout Planning 2 (2) Aliran material (1) Data masukan dan aktivitas (3) Hubungan aktivitas (5a) Kebutuhan ruang (7a) Modifikasi (4) Diagram
Lebih terperinciPERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING
PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING Niken Parwati¹, Ibnu Sugandi². Program Studi Teknik Industri, Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta 12110 niken.parwati@uai.ac.id
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN MASALAH DAN ANALISA
BAB 4 PEMBAHASAN MASALAH DAN ANALISA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Komponen PT. Marino Pelita Indonesia memproduksi sepatu militer dalam 2 jenis yaitu jenis PDL (Pakaian Dinas Lapangan) dan PDH (Pakaian
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Observasi lapangan Identifikasi masalah Pengumpulan data : 1. Data komponen. 2. Data operasi perakitan secara urut. 3. Data waktu untuk menyelesaikan
Lebih terperinciPENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO
PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO Darsini Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo E-mail : dearsiny@yahoo.com
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di
22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Diagram Metodologi Gambar 4.1 Metodologi Penelitian 47 Gambar 4.2 Metodologi Penelitian (lanjutan) 48 4.2 Penelitian Pendahuluan Penelitian dilakukan di PT. Refconindo
Lebih terperinciPERANCANGAN KERJA PETA-PETA KERJA
PERANCANGAN KERJA PETA-PETA KERJA PEMBUATAN DONAT Siapkan dan timbang tepung terigu Tambah gula, mentega, telur campur rata Setelah tercampur, potong dan bentuk bulat kecil Diamkan sejenak agar adonan
Lebih terperinciModul III: Analisis Sistem Manufaktur
Analisis Sistem Manufaktur 1 Modul III: Analisis Sistem Manufaktur Modul ini berisi tahapan-tahapan yang dilakukan untuk mendesain sebuah proses produksi. Berawal dari spesifikasi produk yang diperoleh
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Menurut Suryabrata (1983), metode deskriptif dilakukan dengan membuat deskripsi secara sistematis,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkat Kinerja Operator (Performance Rating) Perancangan sistem kerja menghasilkan beberapa alternatif sehingga harus dipilih alternatif terbaik. Pemilihan alternatif rancangan
Lebih terperinciProgram Studi Teknik Industri Page 1 Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini, persaingan di dunia manufaktur menjadi sangat ketat, hal ini menyebabkan perusahaan harus mempunyai kemampuan yang baik dalam mengelola perusahaan
Lebih terperinciBAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING
BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1 Landasan Teori Perencanaan kebutuhan material (material requirements planning) merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item-item
Lebih terperinciPERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN
Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN (Improving The Plug Assembling Method Through The Left and Right Hand Motions) I Wayan Sukania*,
Lebih terperinciBagian Assembly Chart
Materi #4 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Bagian Assembly Chart 2 x : nomor part, berada dalam lingkaran kecil yyy : nama part, lingkaran yang agak besar SiAj : subassembly A : final product 6623
Lebih terperinciBAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstrasi Hasil Pengumpulan Data Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly adalah digunakan untuk pengukuran waktu dimana pengukuran waktu
Lebih terperinciBAB 3 LANDASAN TEORI
BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Teknik Tata Cara Kerja Teknik Tata Cara Kerja adalah suatu ilmu yang mempelajari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan suatu rancangan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan sistem kerja Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancanganterbaik dari system kerja yang bersangkutan. Teknik-teknik
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Multi Makmur Indah Industri adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, khususnya pembuatan kaleng kemasan produk. Dalam perkembangan teknologi
Lebih terperinciPROSES PRODUKSI KEPALA KEMUDI DAN KINERJA OPERATOR PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR RANGKA SEPEDA MOTOR
1 PROSES PRODUKSI KEPALA KEMUDI DAN KINERJA OPERATOR PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR RANGKA SEPEDA MOTOR 1 Fajar Bakti 2 Grace Elizabeth 3 Heidy Olivia Thaeras 4 Yoga Afriyadi 5 Yogie Miharja Jurusan Teknik
Lebih terperinciLAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI OLEH: Marianus T. Dengi 122080139 LABORATORIUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA & ERGONOMI JURUSAN
Lebih terperinciBAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data gerakan kerja dilakukan dengan cara merekam proses perakitan resleting polyester dengan handycam / kamera video. Setelah itu data
Lebih terperinciBAB 6 USULAN DAN ANALISIS
BAB 6 USULAN DAN ANALISIS 6.1 Stasiun Kerja Usulan Berikut merupakan nama-nama stasiun kerja usulan yang digunakan untuk memproduksi toy Nxxxx. Pada usulan ini terdapat 27 stasiun kerja, berikut merupakan
Lebih terperinciTabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan
Uji Keseragaman Data Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Pengamatan (Menit) No Kegiatan Rata rata sigma (Xirata)^2 S BKA BKB Keterangan 1 Plat MS di ukur, digambar dan
Lebih terperinciBAB VII SIMULASI CONVEYOR
BAB VII SIMULASI CONVEYOR VII. Pembahasan Simulasi Conveyor Conveyor merupakan peralatan yang digunakan untuk memindahkan material secara kontinyu dengan jalur yang tetap. Keterangan yang menjelaskan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan secara terus-menerus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan secara terus-menerus yang diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat dan kesejahteraan secara umum. Dalam pelaksanaannya,
Lebih terperinciANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M.
ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ Benny Winandri, M.Sc, MM ABSTRAK: PT. XYZ adalah industri yang memproduksi pakaian jadi. Seperti
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu ( Barnes h.257 ) Studi Gerak dan Waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk
Laporan Tugas Akhir BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suati pekerjaan.
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik
15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perancangan Alat Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik perancangan dan perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan, yaitu: 1. Berorientasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi masal, dimana tugastugas yang dikerjakan dalam proses harus dibagi kepada seluruh operator agar beban kerja dari operator merata.
Lebih terperinciSYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS
SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Penentuan waktu standar akan mempunyai peranan yang cukup penting didalam pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan. Penentuan waktu standar yang tepat dan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi massal, dimana dalam proses produksinya harus dibagikan pada seluruh operator sehingga beban kerja
Lebih terperinci1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan lintasan produksi seoptimal mungkin merupakan tujuan yang ingin dicapai tiap industri. Penggunaan lintasan produksi secara optimal dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang
Lebih terperinciLAPORAN RESMI PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN ACARA II PETA KERJA UNTUK EVALUASI TATA LETAK AWAL
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN ACARA II PETA KERJA UNTUK EVALUASI TATA LETAK AWAL Disusun oleh : Kelompok 6 Kelompok 10 1. Nika Awalistyaningrum (9118) 2. Esti Rumaningsih (9127)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Keberhasilan suatu penelitian sangat ditentukan oleh langkah-langkah penelitian yang baik, sehingga penelitian tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
66 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari seluruh data yang telah dikumpulkan, dilakukan pengolahan data yang dapat dilihat secara keseluruhan pada lampiran. 4.2 Analisis Data 4.2.1 OPC (Operation
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Untuk lebih mempermudah melihat urutan atau tahapan-tahapan pemecahan masalah, maka pada gambar flowchart dibawah ini akan merangkum semua
Lebih terperinciPengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA
Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA Pengertian Sampling pekerjaan adalah suatu prosedur pengukuran cara langsung yang dilakukan pada waktu-waktu yang ditentukan secara acak. Standar pekerja
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Pembahasan Proses pembuatan magnet kimono ini, praktikan mencari Waktu Aktual, Performance Rating, Performance Estimasi, dan %Error. Pembahasan yang dijelaskan pada
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini secara sistematis mengenai tahapan yang dilakukan dalam membuat penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dapat digambarkan dengan sebuah flowchart pada gambar
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA TIM PENYUSUN: ASISTEN LABORATORIUM
MODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA TIM PENYUSUN: ASISTEN LABORATORIUM LABORATORIUM MENENGAH TEKNIK INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK 2014
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Menurut Jogiyanto (2005), aplikasi adalah penggunaan dalam suatu komputer, instruksi atau pernyataan (statement) yang disusun sedemikian rupa sehingga komputer dapat
Lebih terperinciPERENCANAAN PRODUKSI F I T H R O T I N M A U L I D I Y A H A L F A I D A H
PERENCANAAN PRODUKSI F I T H R O T I N M A U L I D I Y A H A L F A I D A H Proses Bisnis dalam ERP 6 bagian utama dalam ERP menurut SAP-ERP Pengertian Production Planning Menurut KBBI: perencanaan merupakan
Lebih terperinciTEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA
TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNWERSITAS GADJAH MADA
Lebih terperinciPERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN
PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN I Wayan Sukania, Oktaviangel 2, Julita 2. Staf pengajar Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Untar 2. Mahasiswa Teknik
Lebih terperinciUNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PRODUKSI SEPATU MILITER DI PT. MARINO PELITA INDONESIA
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 USULAN PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PRODUKSI SEPATU MILITER DI PT. MARINO PELITA INDONESIA
Lebih terperinciDalam menjalankan proses ini permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya informasi tentang prediksi kebutuhan material yang diperlukan oleh produks
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Sinar Inti Electrindo Raya adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, pemasaran panel Tegangan Menengah (TM) dan panel Tegangan Rendah (TR).Dalam
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengaturan Jam Kerja Berikut adalah kebijakan jam kerja di PT. XX Tabel 4.1 Jam Kerja Reguler Reguler Hari Jam Kerja Istirahat Total Waktu Kerja Senin - Kamis
Lebih terperinciBAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN
digilib.uns.ac.id BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan merupakan salah satu tahap untuk membuat komponenkomponen pada Troli Bermesin. Komponen-komponen yang akan
Lebih terperinciDEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA
DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA O U T L I N E Peta Kerja Peta Kerja Keseluruhan Peta Kerja Setempat Standard Operation Procedure PETA KERJA
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik
Lebih terperinciABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada
ABSTRAK Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada sangat menentukan keberhasilan suatu perusahaan. Pada saat perusahaan semakin besar dan berkembang, kemampuan manajemen untuk
Lebih terperinciPERANCANGAN STANDARD OPERATING PROSEDURES (SOP) KEGIATAN GENERAL CLEANING DAN SET UP MESIN PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT.
PERANCANGAN STANDARD OPERATING PROSEDURES (SOP) KEGIATAN GENERAL CLEANING DAN SET UP MESIN PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. BAYER INDONESIA IID FELIX AGUSTONY DAN HARI MOEKTIWIBOWO Program Studi Teknik Industri,
Lebih terperinciBAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN
BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terutama dalam menghadapi perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang. Para
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia industri saat ini dimana sedang menuju kearah persaingan global, terutama dalam menghadapi perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang. Para perusahaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih
BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Menentukan Waktu Siklus Tiap Proses. 4.1.1 Proses Pemasangan Komponen (Setting Part) 4.1.1.1 Elemen operasi pada proses ini adalah : 1. Setting holder magnet ke rotor dan
Lebih terperinciPembahasan Materi #6
1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Pembahasan 2 Perencanaan Aliran Material Kelompok Analisa Aliran Pola Aliran Teknik Analisa Aliran Data Analisa Aliran 6623 - Taufiqur Rachman 1 Perencanaan Aliran
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peta Kerja Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah
Lebih terperinciBAB III PEMBUATAN ROUTING SHEET DAN MULTIPLE PRODUCT PROCESS CHART ASISTEN PRAKTIKUM PLO 2015
BAB III PEMBUATAN ROUTING SHEET DAN MULTIPLE PRODUCT PROCESS CHART ASISTEN PRAKTIKUM PLO 2015 ROUTING SHEET Routing sheet adalah lembar isian yang akan menjelaskan kebutuhan sumber daya bahan baku dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk
Lebih terperinci