P U T U S A N. Nomor : 26/G/2016/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA"

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "P U T U S A N. Nomor : 26/G/2016/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA""

Transkripsi

1 P U T U S A N Nomor : 26/G/2016/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA" Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada Tingkat Pertama dengan Acara Biasa telah memutuskan dengan pertimbanganpertimbangan seperti di bawah ini, dalam perkara antara : N a m a : BORIS SIHOTANG Kewarganegaraan : Indonesia Tempat Tinggal : Jalan Teratai RT.002 RW.001 Kelurahan Pulau Karam, Kecamatan Sukajadi, Kota Pekanbaru Pekerjaan : Anggota BA Polres Rokan Hulu Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus No. 020/FM&P/VI/2016 tanggal 1 Juni 2016 memberikan kuasa kepada : EKA WANTI, S.H YUTA PRATAMA, S.H DWI CIPTA AMALIA NINGSIH, S.H DONY PRANANDA, S.H M. HIRSANDY SURGANA, S.H., M.H Kesemuanya kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan Advokat dan Konsultan Hukum pada Kantor LAW FIRM FERY MAHENDRA & PARTNERS yang beralamat di Komplek Perkantoran Taman Melia Blok C No. 14 Jalan Tuanku Tambusai, Pekanbaru; Selanjutnya disebut sebagai... PENGGUGAT; Halaman 1 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

2 M E L A W A N : Nama Jabatan : KEPALA KEPOLISIAN DAERAH RIAU; Tempat Kedudukan : Jalan Jenderal Sudirman No. 235 Pekanbaru Riau;-- Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 23 Juni 2016 memberikan kuasa kepada : Nama : RUSLI, S.H.; Pangkat/NIP. : KOMPOL/ ; Jabatan/Kesatuan : Kasubbid Bankum Bidkum Polda Riau; Alamat : Jalan Jenderal Sudirman No. 235 Pekanbaru; Nama : DARVIUS, S.H., M.H.; Pangkat/NIP. : KOMPOL/ ; Jabatan/Kesatuan : Advokat Muda I Bidkum Polda Riau; Alamat : Jalan Jenderal Sudirman No. 235 Pekanbaru; Nama : NERWAN, S.H., M.H.; Pangkat/NIP. : Pembina/ ; Jabatan/Kesatuan : Kasubbid Sunluhkum Bidkum Polda Riau; Alamat : Jalan Jenderal Sudirman No. 235 Pekanbaru; Selanjutnya disebut sebagai.. TERGUGAT; Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru tersebut, Telah membaca : Halaman 2 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

3 1. Surat Gugatan Penggugat tanggal 15 Juni 2016 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada tanggal 15 Juni 2016, dibawah Register Perkara Nomor : 26/G/2016/PTUN-Pbr; 2. Penetapan Wakil Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor : 26/PEN-MH/2016/PTUN.Pbr, tanggal 16 Juni 2016 tentang Penunjukan Susunan Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara ini; Surat Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor : 26/G/2016/PTUN.Pbr, tanggal 16 Juni 2016 tentang Penunjukan Panitera Pengganti; Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor : 26/PEN-PP/2016/PTUN.Pbr, tanggal 16 Juni 2016 tentang Penetapan Hari Pemeriksaan Persiapan; Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor : 26/PEN-HS/2016/PTUN.Pbr tanggal 21 Juli 2016 tentang Penetapan Hari Sidang; Penetapan Wakil Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor : 26/PEN-MH/2016/PTUN.Pbr, tanggal 29 Juli 2016 tentang Penggantian Penunjukan Susunan Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara ini; Berkas perkara, surat-surat bukti yang diajukan dipersidangan dalam sengketa ini; TENTANG DUDUK SENGKETA Bahwa Penggugat dalam surat gugatannya tanggal 15 Juni 2016 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada tanggal 15 Juni 2016 dan telah diperbaiki pada tanggal 21 Juli 2016 Penggugat telah menggugat Tergugat dengan mengemukakan Halaman 3 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

4 dasar/dalil-dalil sebagai berikut: OBYEK SENGKETA Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP , Kesatuan BA Polres Rokan Hulu; I. TENTANG TENGGAT WAKTU A. Bahwa Surat Keputusan Tergugat Nomor : Kep/33/l/2016, tertanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP , Kesatuan BA POLRES ROKAN HULU baru diterima Penggugat pada tanggal 18 Maret karena pada sidang KKEP Penggugat tidak pernah dipanggil secara patut sehingga Penggugat tidak mengetahui jalannya persidangan hingga hasil persidangan, dan pada saat Tergugat mengeluarkan Surat Keputusan Nomor : Kep/33/l/2016 tanggal 21 Januari 2016 tersebut Tergugat juga tidak langsung memberitahukan kepada Penggugat secara patut dan sah sebagaimana diatur oleh Undang-undang, padahal Penggugat mengetahui keberadaan Tergugat secara pasti tetapi Tergugat dengan sengaja mengulur-ulur waktu agar Penggugat kembali kehilangan haknya untuk membela diri, barulah tanggal 18 Maret 2016 Penggugat mengetahui adanya surat keputusan tersebut yang diberikan oleh Bripda Yogi; B. Bahwa dengan demikian pengajuan gugatan oleh Penggugat atas penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat Halaman 4 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

5 AIPDA, NRP , Kesatuan BA Polres Rokan Hulu masih dalam tenggang waktu yang dibenarkan oleh ketentuan yang berlaku untuk itu, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 55 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara berbunyi sebagai berikut Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu 90 (Sembilan puluh) hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata usaha negara ; II. KEPENTINGAN PENGGUGAT Bahwa Penggugat mengajukan gugatan terhadap Tergugat (Kepala Kepolisian Daerah Riau) di Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, karena Tergugat berdomisili atau berkedudukan di wilayah hukum Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru dan juga Tergugat selaku Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara telah mengeluarkan/ menerbitkan Surat Keputusan Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP , Kesatuan BA Polres Rokan Hulu; Bahwa Surat Keputusan a quo yang diterbitkan oleh Tergugat adalah merupakan Surat Keputusan Pejabat Tata Usaha Negara yang secara hukum telah bersifat konkrit individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum Perdata, sehingga telah memenuhi Pasal 1 angka 9 Undang- Undang Nomor 51 Tahun 2009 yang berbunyi : Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Halaman 5 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

6 Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkrit, individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau Badan Hukum perdata ;--- Bersifat konkrit sebab obyek sengketa dapat dilihat dengan nyata, tidak abstrak, berwujud dan tertentu; Bersifat individual sebab obyek sengketa jelas dan tegas ditujukan kepada Penggugat dan bukan kepada umum; Bersifat final sebab obyek sengketa a quo merupakan suatu keputusan akhir yang tidak memerlukan persetujuan lagi instansi atasan ataupun instansi lainnya dengan menyatakan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri terhadap Penggugat; Menimbulkan akibat hukum sebab obyek sengketa mengakibatkan Penggugat telah kehilangan pekerjaan yang merupakan sumber utama dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan baik primer maupun skunder; Bahwa tindakan Tergugat yang telah menerbitkan / mengeluarkan Surat Keputusan No.: Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP , Kesatuan BA Polres Rokan Hulu (objek sengketa a quo) mengakibatkan kepentingan Penggugat sangat dirugikan yaitu antara lain : Hilangnya pekerjaan sehingga terhentinya pembayaran gaji Penggugat; Hilangnya kesempatan untuk berkarier yang lebih tinggi di instansi Kepolisian Negara Republik Indonesia; Halaman 6 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

7 Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Penggugat mempunyai kepentingan untuk mengajukan gugatan atas terbitnya Surat Keputusan a quo tersebut; III. PERMOHONAN PENANGGUHAN PELAKSANAAN Bahwa keputusan TERGUGAT telah nyata : a. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku: PP No.1 Tahun 2003, tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara RI; PP No. 2 Tahun 2003, tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara RI; b. Dalam mengeluarkan keputusannya, TERGUGAT telah menggunakan wewenangnya yang berakibat dapat mengakhiri dan mematikan kehidupan ekonomi keluarga yang selama ini telah dibina dengan baik oleh PENGGUGAT sebagai Anggota Polri; c. Bahwa sesuai Pasal 53 ayat 1 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menjelaskan : Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan gati rugi dan/atau rehabilitasi ;-- Halaman 7 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

8 Dengan penjelasan pasal tersebut Penggugat menuntut agar Tergugat membayarkan gaji Penggugat yang selama ini tertahan dengan rincian : Gaji pokok dan tunjangan yang seharusnya di dapat berupa pendapatan per bulan Rp ,- (empat juta dua ratus enam puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) selama 16 (enam belas) bulan terhitung sejak bulan Agustus 2014 hingga saat dikeluarkannya Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP , Kesatuan BA POLRES ROKAN HULU yang mana jika dijumlahkan adalah sejumlah Rp ,- (enam puluh delapan juta tiga ratus dua belas ribu rupiah); Gaji pokok dan tunjangan yang seharusnya didapat berupa pendapatan per bulan Rp ,- (empat juta delapan ratus ribu rupiah) selama 6 (enam) bulan terhitung sejak dikeluarkannya Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP , Kesatuan BA POLRES ROKAN HULU sampai dengan saat ini, yang mana jika dijumlahkan adalah sejumlah Rp ,- (dua puluh lima juta enam ratus tujuh belas ribu rupiah); Permohonan ini sesungguhnya telah didasarkan atas tindakan kesalahan Tergugat yang pada faktanya telah tidak memberikan penghasilan (gaji pokok dan tunjangan) kepada Penggugat pada Halaman 8 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

9 saat masih dalam proses pemeriksaan di propam jauh sebelum dikeluarkannya Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016 sampai dengan saat ini yang jika ditotalkan adalah sejumlah Rp ,- (Sembilan puluh tiga juta Sembilan ratus dua puluh sembilan ribu rupiah);- d. TERGUGAT tidak mempertimbangkan semua alasan pembenar dan semua kepentingan PENGGUGAT dalam mengeluarkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP , Kesatuan BA Polres Rokan Hulu, yaitu : ---- TERGUGAT tidak mempertimbangkan semua fakta-fakta yang telah disampaikan PENGGUGAT sebagai alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukumnya terkait perkara in casu; TERGUGAT tidak mempertimbangkan masa depan PENGGUGAT sebagai anggota polri ; TERGUGAT tidak mempertimbangkan kepentingan keluarga PENGGUGAT yang selama ini telah bergantung hidup kepada dirinya sebagai penunjang karier PENGGUGAT sebagai anggota Polri; Maka berdasarkan Pasal 67 ayat 2 dan 3 Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 : Ayat (2) yang berbunyi : Penggugat dapat mengajukan permohonan agar pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara itu ditunda selama pemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara sedang berjalan, Halaman 9 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

10 sampai ada putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap; Ayat (3) yang berbunyi : Permohonan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) dapat diajukan sekaligus dalam gugatan dan dapat diputus terlebih dahulu dari pokok sengketanya ; Bahwa karena alasan yang mendesak Kami mohon kepada Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru dan/ atau Hakim Majelis yang memeriksa dan mengadili perkara permohonan penggugat ini, untuk mengeluarkan penetapan penundaan pelaksanaan atas surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP , Kesatuan BA POLRES ROKAN HULU, dengan alasan sebagai berikut : a. Untuk mendapatkan gaji/ atau tunjangan keluarga, tidak dapat dinikmati Penggugat beserta keluarga dikarenakan Penggugat telah diberhentikan oleh Tergugat; b. Agar Penggugat tidak terlalu lama tertundanya mengikuti pendidikan, penundaan kenaikan gaji berkala, dan penundaan kenaikan pangkat; c. Untuk menghindari hilangnya pekerjaan Penggugat sebagai anggota Polri dan tulang punggung untuk menafkahi keluarga; Bahwa menurut pakar sosiologi Indonesia, Soerjono Soekanto dalam bukunya, Kamus Sosiologi dijelaskan bahwa konflik sosial adalah pertentangan sosial yang bertujuan untuk menguasai atau menghancurkan pihak lain atau proses pencapaian tujuan dengan Halaman 10 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

11 cara melemahkan pihak lawan tanpa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku; Soerjono Soekanto juga menjelaskan penyebab konflik dalam masyarakat karena tiga hal sebagai berikut : a. Perbedaan antar individu karena perasaan, pendirian, dan pendapat; b. Bentrokan Kepentingan, baik ekonomi maupun politik; c. Perubahan sosial dalam masyarakat dapat mengubah nilai sosial sehingga menimbulkan perbedaan pendirian; Bahwa dengan diterbitkannya surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP , Kesatuan BA POLRES ROKAN HULU dapat mengabitkan terjadinya konflik sosial yang tentunya juga merupakan salah satu syarat penundaaan keputusan tata usaha negara sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 65 ayat (1) Undang-Undang No 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintaan : Keputusan yang sudah ditetapkan tidak dapat ditunda pelaksanaannya, kecuali jika berpotensi menimbulkan : a. kerugian negara; b. kerusakan lingkungan hidup; dan/atau c. konflik sosial; Bahwa berdasarkan uraian dan fakta hukum tersebut di atas, maka sudah cukup alasan Majelis Hakim mengeluarkan penetapan penundaan pelaksanaan surat keputusan yang diterbitkan Tergugat, sesuai dengan Pasal 67 ayat 4 butir a Undang-Undang No. 9 Halaman 11 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

12 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo Undang-Undang No 51 Tahun 2009 tentang Perbubahan Kedua Atas Undang-Undang No 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yaitu : Permohonan Penundaan : dapat dikabulkan hanya apabila terdapat keadaan yang sangat mendesak yang mengakibatkan kepentingan Penggugat dirugikan jika keputusan Tata Usaha Negara yang di gugat itu tetap dilaksanakan; -- IV. ALASAN DAN DASAR GUGATAN Bahwa Penggugat adalah Anggota POLRI yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Republik Indonesia No. Pol : Skep/537/VI/1996, Tanggal 17 Juni 1996 dan telah dinyatakan lulus Pendidikan Pertama Bintara Polri Tahun Ajaran 1995/1996 di SPN Pekanbaru dan di tempatkan di POLDA Riau dengan riwayat kedinasan: Ba Polresta Pekanbaru Polda Riau Pada tahun 1997; Anggota Samapta Polresta Pekanbaru dari tahun 1997 sampai dengan tahun 1998; Anggota Satuan Reskrim Polresta Pekanbaru pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2012; Anggota Satuan Sabhara Polres Rokan Hulu pada tahun 2012 sampai 2014; Bahwa pada tanggal 30 Juni 2014 sampai dengan 2 Juli 2014 Penggugat mengalami sakit (dapat dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter) karena kelelahan sehingga mengharuskan Penggugat untuk beristirahat; Halaman 12 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

13 3. Bahwa pada tanggal 21 Juli 2014 sampai dengan 30 Juli 2014 Penggugat mendapat kabar bahwa ibu Penggugat sedang sakit sehingga Penggugat harus berangkat ke Medan untuk melihat dan membawa ibunya yang sedang sakit keras untuk berobat ke Rumah Sakit Elizabet Medan; Bahwa pada tanggal 1 Agustus 2014 sampai dengan 5 Agustus 2014 Penggugat mengalami sakit kembali (dapat dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter) sehingga mengharuskan Penggugat untuk beristirahat; Bahwa pada tanggal 15 Agustus 2014 terdapat Laporan Polisi Nomor : LP.A/28/VIII/2014 Propam Polres Rohul, dimana Penggugat diduga melanggar ketentuan Pasal 14 ayat 1 huruf (a) PPRI Nomor 1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Polri, karena telah meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 hari kerja secara berturut- turut terhitung mulai tanggal 2 Juni 2014 sampai dengan 30 Agustus 2014 yaitu selama 63 (enam puluh tiga) hari kerja; Bahwa dengan adanya Laporan Polisi tersebut Tergugat mengalami proses penegakan hukum secara tidak fair dan mengandung banyak cacat formil / menyalahi aturan dari penegakan hukum itu sendiri; Bahwa sesuai dengan Perkap No. 19 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang menyatakan : Pasal 1 angka 11 : Pemeriksaan Pendahuluan Komisi Kode Etik Polri (selanjutnya disingkat KKEP) adalah serangkaian tindakan Halaman 13 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

14 pemeriksa untuk melakukan audit investigasi, pemeriksaan dan pemberkasan perkara guna mencari serta mengumpulkan fakta dan/atau bukti yang dengan fakta dan/atau bukti itu membuat terang tentang terjadinya dugaan Pelanggaran KEPP dan menemukan pelanggarnya ; Pasal 32 ayai (1): audit investigasi dilaksanakan oleh akreditor berdasarkan surat perintah ; Pasal 32 ayat (6) hasil audit investigasi ditindaklanjuti dengan pelaksanaan gelar yang diikuti oleh fungsi inspektorat pengawasan, fungsi SDM, fungsi hukum, dan fungsi propam (wabprof, provos, dan paminal) untuk dapat atau tidak dilakukan pemeriksaan;-- Namun dalam proses penegakan hukum terhadap Penggugat tim penyidik dari Sie Propam Polres Rokan Hulu dalam melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Kode Etik Profesi Polri (selanjutnya disingkat KEPP) atas nama Penggugat tidak ada melakukan audit investigasi terlebih dahulu sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 30, 31, dan Pasal 32 Perkap No. 19 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia, hal tersebut tentu merupakan cacat formil dari suatu aturan yang harusnya dijalankan dalam proses penegakan hukum terhadap Penggugat; Bahwa sesuai dengan Pasal 50 ayat (3) Perkap No. 19 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menyatakan : Halaman 14 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

15 Waktu dan tempat pelaksanaan Sidang KKEP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan secara tertulis oleh Sekretaris pada Sekretariat KKEP fungsi Wabprof paling lama 3 (tiga) hari kerja sebelum pelaksanaan sidang, kepada: a.terduga Pelanggar; b.penuntut; dan c.pendamping; Namun dalam perkara a quo Penggugat (terduga pelanggar) tidak pernah menerima pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud Pasal 50 ayat (3), karenanya Penggugat menjadi kehilangan hakhak yang seharusnya didapatkan dan telah diberikan oleh Perkap No. 19 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Pasal 74, hal ini tentu sangat merugikan Penggugat dan melanggar prosedural yang tentu saja menjadikan putusan sidang KEPP atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP , Kesatuan BA POLRES ROKAN HULU tersebut dapat dikatakan secara formil merupakan cacat hukum; Bahwa apabila menyangkut masalah PTDH penunjukan pendamping wajib dilakukan oleh KKEP Polres Rokan Hulu. Supaya terciptanya keberimbangan antara hak dan kewajiban dari Penggugat (terduga pelanggar) selama proses persidangan berlangsung. Namun jika pendamping tidak sedikitpun melakukan perkerjaannya (pembelaan) terhadap kepentingan Penggugat (terduga pelanggar), untuk apa dilakukan penunjukan terhadap pendamping yang hanya dijadikan syarat formil berlangsungnya proses persidangan KEPP di Polres Rokan Hulu, namun Halaman 15 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

16 sebenarnya proses persidangan tersebut jauh dari rasa keadilan, yang mana dalam proses tersebut pendamping tidak berbuat apaapa dan tidak melakukan apapun selama proses persidangan KEPP, hal ini dapat dilihat dan dibuktikan bahwa dalam PUTUSAN SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI Nomor : PUT.KKEP/05/IX/2015/KKEP Tanggal 17 September 2015 terhadap Aipda Boris Sihotang tidak memuat tentang MATERI PEMBELAAN. Dimana MATERI PEMBELAAN adalah suatu yang wajib dalam putusan sidang KKEP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 Perkap No. 19 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia, sehingga PUTUSAN SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI Nomor : PUT.KKEP/05/IX/2015/KKEP Tanggal 17 September 2015 terhadap Aipda Boris Sihotang Cacat Hukum ; Bahwa melihat PUTUSAN SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI Nomor : PUT.KKEP/05/IX/2015/KKEP Tanggal 17 September 2015 terhadap Aipda Boris Sihotang, tidak ada poin terhadap faktor faktor yang meringankan terhadap Penggugat (terduga pelanggar) sehingga terduga pelanggar berdasarkan penilaian pejabat yang berwenang telah memberikan penilaian terhadap terduga pelanggar AIPDA BORIS SIHOTANG TIDAK LAYAK DIPERTAHANKAN MENJADI ANGGOTA POLRI. Bahwa kami Penggugat tidak sependapat dengan penilaian yang diberikan oleh pejabat yang berwenang, karena pejabat yang berwenang tidak ada/ tidak pernah memperhatikan serta mempertimbangkan sama sekali tentang jasa jasa Penggugat (terduga pelanggar) dalam mengungkapkan kasus kasus di jajaran Polres Rokan Hulu; Halaman 16 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

17 11. Bahwa untuk Majelis Hakim ketahui Penggugat adalah anggota polisi yang sudah 20 (dua puluh) tahun mengabdi kepada negara dengan sangat giat bekerja dan memiliki banyak prestasi serta sering mendapatkan piagam penghargaan baik dari Kapolda Riau maupun Kapolresta Pekanbaru, bahkan saat bertugas di Polres Rokan Hulu pun Penggugat sering mengungkap kejahatan yang salah satunya penangkapan terhadap pencurian (Pasal 365 KUHP) dengan menggunakan senjata api dengan pelaku sebanyak 9 orang sekitar Bulan Desember 2013 dan penangkapan lainnya di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru sekira bulan Februari Dan Penggugat sampai saat gugatan ini tidak pernah sekalipun di laporkan melanggar ketentuan pidana dan tidak pernah di hukum atas kesalahaan apapun; Bahwa Penggugat selama 12 tahun bertugas di Satuan Reserse Kriminal Polresta Pekanbaru tidak pernah di wajibkan untuk melakukan apel, hal ini merupakan kebijakan dari kepala satuan karena tidak mungkin menyamakan cara kerja anggota lapangan (buser) dengan penyidik di kantor yang setiap hari hadir dan melakukan absensi dikantor, hal tersebut sudah menjadi kebiasaan bagi diri Penggugat sebagai anggota lapangan karena telah di lakukan selama 12 tahun. Selanjutnya pada saat pindah tugas ke Polres Rokan Hulu dengan satuan kerja yang sama Penggugat di wajibkan untuk apel, hal ini tentu saja membuat Penggugat merasa sangat kesulitan dan tidak biasa untuk melakukannya, karena bagaimana mungkin seorang anggota lapangan yang dalam mengungkap suatu perkara harus melakukan pendalaman dilapangan yang jaraknya sangat jauh dari kantor dan kadang Halaman 17 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

18 memerlukan waktu berhari hari bahkan minggu masih harus dituntut untuk hadir ke kantor hanya untuk melakukan absensi; Bahwa Penggugat menolak dengan tegas menyatakan tidak pernah melanggar ketentuan Pasal 14 ayat 1 huruf (a) PPRI Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri karena telah meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 hari kerja secara berturut-turut terhitung mulai tanggal 2 Juni 2014 sampai dengan 30 Agustus 2014 yaitu selama 63 (enam puluh tiga) hari kerja; Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 Ayat 1 Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemberian Cuti Dan Izin Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berbunyi : (1) Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b diberikan kepada Pegawai dengan ketentuan: a. menderita sakit selama 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) hari yang dibuktikan dengan surat keterangan istirahat dari dokter, diberikan Cuti paling lama 6 (enam) hari; b. apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari Pegawai yang bersangkutan masih sakit, harus dirujuk dengan surat keterangan dokter untuk pemeriksaan lanjutan dari rumah sakit Polri/rumah sakit umum;dan c. apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari secara terusmenerus Pegawai yang bersangkutan masih sakit dan dirawat di rumah sakit, pejabat yang berwenang mengeluarkan keputusan Cuti sakit berdasarkan surat keterangan dokter yang merawat; Halaman 18 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

19 (2) Keputusan Cuti sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berlaku paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali 6 (enam) bulan; (3) Apabila setelah 1(satu) tahun 6 (enam) bulan dinyatakan belum sembuh, Cuti sakit dapat diperpanjang untuk jangka waktu 6 (enam) bulan berikutnya, dan dapat diperpanjang setiap 6 (enam) bulan sekali sampai dengan paling lama 3 (tiga) tahun; --- (4) Apabila setelah 3 (tiga) tahun dinyatakan belum sembuh, dilaksanakan evaluasi kesehatan oleh tim penguji kesehatan yang dipimpin oleh : a. Kapusdokkes Polri, untuk Pegawai golongan Perwira Tinggi (Pati); b. Kapusdokkes Polri, untuk Pegawai golongan Perwira Menengah (Pamen) sampai dengan Brigadir Polri dan PNS Polri yang bertugas di Mabes Polri;dan c. Kabiddokkes Polda, untuk Pegawai golongan Pamen sampai dengan Brigadir Polri dan PNS Polri yang bertugas pada satuan kewilayahan; (5) Dalam hal hasil evaluasi kesehatan menyatakan bahwa yang bersangkutan belum sembuh, dapat diusulkan untuk diberhentikan dengan hormat dari dinas Polri; (6) Format keputusan Cuti sakit tercantum dalam lampiran A yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini; Bahwa sesuai dengan aturan Pasal di atas, dalam hal ini Penggugat mengalami 2 (dua) kali sakit yang dapat di buktikan dengan surat keterangan dokter yaitu dari tanggal 30 Juni 2014 sampai dengan 2 Juli 2014 dan dari tanggal 1 Agustus 2014 sampai dengan 5 Agustus Halaman 19 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

20 2014, hal ini tentu sangat sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat 1 tersebut dimana ketidakhadiran Tergugat dalam menjalankan tugas tidak dapat di golongkan sebagai meninggalkan tugasnya secara tidak sah, karena sedang dalam keadaan sakit (cuti sakit). Semua hal ini di butuhkan Penggugat dikarenakan Penggugat yang seharusnya diberi jam istirahat yang cukup namun tidak di berikan oleh Polres Rokan Hulu, dimana Penggugat selalu diminta untuk bertugas setiap saat dan tidak diberi libur bahkan pada sedang menjalankan ajaran agamanya; Sesuai dengan ketentuan Pasal 17 Ayat 1 Huruf (A) Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemberian Cuti Dan Izin Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berbunyi : cuti karena alasan penting sebagaimana di maksud dalam pasal 4 huruf G di berikan kepada pegawai dalam hal : a. Suami/istri, anak/menantu, orang tua kandung/tiri, atau mertua sakit keras atau meninggal dunia ; Bahwa berdasarkan peraturan tersebut di atas jelas tidak dapat di katakan Penggugat meninggalkan tugasnya secara tidak sah, karena Penggugat mempunyai hak untuk mengambil cuti karena alasan penting sebagaimana dimaksud Pasal 4 huruf G Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemberian Cuti Dan Izin Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mana pada Tanggal 21 Juli 2014 sampai dengan 30 Juli 2014 Penggugat pergi melihat dan membawa ibunya yang sedang sakit keras berobat ke rumah sakit Elizabet Medan; Halaman 20 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

21 16. Bahwa dalam Pasal 30 Ayat 2 Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemberian Cuti Dan Izin Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia menjelaskan: permohonan cuti sakit dan cuti karna alasan penting sebagaimana di maksud pasal 29 diajukan sesuai kebutuhan ; kata-kata sesuai kebutuhan yang terncantum dalam pasal tersebut menjelaskan bahwa syarat administrasi dan tata cara pengusulan cuti sakit dan cuti karena alasan penting bisa di ajukan kapanpun; Bahwa unsur dalam Pasal 14 ayat (1) huruf (a) PPRI Nomor 1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Polri karena telah meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 hari kerja secara berturut-turut terhitung mulai tanggal 2 Juni 2014 sampai dengan 30 Agustus 2014 yaitu selama 63 (enam puluh tiga) hari kerja; Bahwa terhadap hal tersebut Penggugat secara tegas menolak dan tidak dapat diterima karena sudah terputus dan tidak tergolong berturut-turut sesuai yang dituduhkan, karena Penggugat dalam keadaan sakit, serta Penggugat membawa dan melihat orang tuanya yang sakit keras berobat ke Medan sebagaimana dijelaskan dalam pointer nomor 10 dan 11 diatas, dan oleh karenanya hal tersebut tidak dapat di golongkan sebagai meninggalkan tugas secara tidak sah sebagaimana di atur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemberian Cuti Dan Izin Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia; Halaman 21 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

22 18. Bahwa berdasarkan uraian uraian diatas maka sepantasnyalah Majelis Hakim yang memeriksa perkara a quo untuk menyatakan PUTUSAN SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI Nomor : PUT.KKEP/05/IX/2015/KKEP Tanggal 17 September 2015 dan PUTUSAN SIDANG BANDING KOMISI KODE ETIK POLRI Nomor: PUT BANDING/17/XII/2015/KOM BANDING Tanggal 15 Desember 2015 terhadap Aipda Boris Sihotang Cacat Hukum dan untuk selanjutnya dapat dinyatakan batal demi hukum; Bahwa dengan dinyatakannya PUTUSAN SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI Nomor : PUT.KKEP/05/IX/2015/KKEP Tanggal 17 September 2015 dan PUTUSAN SIDANG BANDING KOMISI KODE ETIK POLRI Nomor : PUT BANDING/17/XII/2015/KOM BANDING Tanggal 15 Desember 2015 terhadap Aipda Boris Sihotang Cacat Hukum dan batal demi hukum, maka dasar keluarnya Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP , Kesatuan BA POLRES ROKAN HULU tidak berdasarkan dan beralasan hukum, karenanya harus dinyatakan batal demi hukum; Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 98 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Peradilan Tata Usaha Negara, Penggugat mohon kepada Majelis Hakim yang terhormat agar pemeriksaan dalam perkara ini dilakukan dengan acara cepat, dengan alasan agar perkara ini tidak semakin berlarut-larut mengingat Penggugat harus menghidupi keluarganya; Halaman 22 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

23 Berdasarkan fakta fakta dan uraian tersebut diatas, Penggugat mohon agar Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, melalui Majelis Hakim yang memeriksa perkara a quo berkenan memutuskan dengan amar putusan sebagai berikut : A. DALAM PENANGGUHAN PELAKSANAAN : Mengabulkan permohonan penangguhan pelaksanaan yang dimohonkan Penggugat; Menguatkan Permohonan Penangguhan Pelaksanaan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP , Kesatuan BA Polres Rokan Hulu sampai ada Putusan Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap; Memerintahkan kepada Tergugat agar membayarkan gaji Penggugat yang selama ini tertahan dengan rincian: Gaji pokok dan tunjangan yang seharusnya di dapat berupa pendapatan per bulan Rp ,- (empat juta dua ratus enam puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) selama 16 (enam belas) bulan terhitung sejak bulan Agustus 2014 hingga saat dikeluarkannya Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP , Kesatuan BA POLRES ROKAN HULU yang mana jika dijumlahkan adalah sejumlah Rp ,- (enam puluh delapan juta tiga ratus dua belas ribu rupiah); Halaman 23 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

24 - Gaji pokok dan tunjangan yang seharusnya di dapat berupa pendapatan per bulan Rp ,- (empat juta delapan ratus ribu rupiah) selama 6 (enam) bulan terhitung sejak dikeluarkannya Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP , Kesatuan BA POLRES ROKAN HULU sampai dengan saat ini, yang mana jika dijumlahkan adalah sejumlah Rp ,- (dua puluh lima juta enam ratus tujuh belas ribu rupiah); B. DALAM POKOK PERKARA : Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ; Menyatakan batal atau tidak sah Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP , Kesatuan BA Polres Rokan Hulu ; Memerintahkan kepada Tergugat untuk mencabut Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP , Kesatuan BA Polres Rokan Hulu ; Memerintahkan kepada Tergugat untuk merehabilitasi nama baik Penggugat dalam kedudukan harkat dan martabat Penggugat seperti keadaan semula ; Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya perkara hingga keputusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap; Halaman 24 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

25 Bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, pihak Tergugat telah mengajukan Jawaban pada persidangan tanggal 4 Agustus 2016, dan mengemukakan hal-hal sebagai berikut: Bahwa Tergugat menolak seluruh dalil-dalil yang dikemukakan oleh Penggugat, kecuali yang dengan tegas dan jelas diakui oleh Tergugat : Bahwa pemberhentian tidak dengan hormat terhadap Penggugat (BORIS SIHOTANG) telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku di institusi Kepolisian Republik Indonesia yaitu Peraturan Peraturan Pemerintah RI No. 1 Tahun 2003, Peraturan Kapolri No. 19 Tahun 2012 dan Peraturan Kapolri lainya yang berkaitan perkara yang bersangkutan, berdasarkan fakta-fakta hukum sebagai berikut : a. Adanya Laporan Polisi Nomor: LP.A /28/ VIII / 2014 / Propam tanggal 15 Agustus 2014 a.n. AIPDA BORIS SIHOTANG tidak melaksanakan kewajibannya masuk dinas lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja berturut turut secara tidak sah tanpa izin pimpinan dari tanggal 2 Juni 2014 s/d 30 Agustus 2014 sebagaimana bukti Absensi Polres Rohul; b. Bahwa berdasarkan Laporan Polisi tersebut, selanjutnya Unit P3D/ Provost Polres Rokan Hulu melakukan pemeriksaan dengan mengumpulkan bukti-bukti yaitu keterangan saksi-saksi, bukti petunjuk dan bukti surat serta keterangan terduga pelanggar yang kemudian menjadi berkas perkara pelanggaran No. Pol : BP/35/XI/2014/Propam tanggal 10 Nopember 2014; c. Bahwa dari hasil pemberkasan tersebut Propam Polres Rokan Hulu melimpahkan berkas perkara tersebut kepada Ankum Penggugat, selanjutnya Ankum terperiksa (Kapolres) Halaman 25 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

26 memerintahkan kepada Kanit P3D untuk meminta saran dan pendapat hukum kepada pembinaan fungsi hukum Polda Riau guna mendapatkan saran pendapat hukum terhadap penyelesaian perkara Penggugat BORIS SIHOTANG; d. Bahwa berdasarkan surat permintaan saran pendapat hukum Polres Rokan Hulu Bidang Hukum Polda Riau telah memberikan saran pendapat hukum an. AIPDA BORIS SIHOTANG Nomor : R/713/XIII/2014/Bidkum tanggal 12 Desember 2014 yang intinya perbuatan terperiksa secara yuridis telah memenuhi unsur Pasal 14 ayat (1) huruf a PP RI No. 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri yaitu anggota Polri diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian RI apabila meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut; Berdasarkan saran pendapat hukum fungsi pembinaan hukum Polda Riau dan analisa berkas perkara, Kasi Propam Polres Rokan Hulu mengusulkan pembentukan Komisi Kode Etik Polri untuk memeriksa dan menyidangkan AIPDA BORIS SIHOTANG ke Kapolres Rokan Hulu surat nomor: R/26/VIII/2015/Propam tanggal 21 Agustus 2015 dan atas usulan tersebut maka terbitlah surat Keputusan Kapolres Rokan Hulu Nomor : Kep/27VIII/2015 tanggal 24 Agustus 2015 tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Polri untuk menyidangkan kasus AIPDA BORIS SIHOTANG; e. Bahwa setelah dibentuknya susunan sidang Komisi Kode Etik maka pada tanggal 17 Desember 2015 telah dilaksankan sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri Polres Rokan Hulu yang dihadiri oleh terduga pelanggar dimana dalam proses persidangan telah Halaman 26 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

27 didengar keterangan saksi-saksi dan bukti-bukti lainnya, kemudian Pejabat Komisi Kode Etik Polri berkesimpulan Aipda Boris Sihotang telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 1 Tahun 2003 yaitu telah meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturutturut terhitung sejak tanggal 2 Juni 2014 sampai 14 Agustus 2014 atau selama 65 (enam puluh lima) hari kerja; Bahwa terperiksa juga sudah beberapa kali melakukan pelanggaran disiplin tidak masuk dinas di Polres Rokan Hulu antara lain : ) pada bulan mei 2013 telah meninggalkan tugas selama 15 hari kerja, secara berturut-turut dari tanggal 2 Mei 2013 sampai 31 Mei 2013 pimpinan masih memberikan kesempatan kepada AIPDA BORIS SIHOTANG untuk berubah; ) Pada Juni 2013 tidak masuk dinas selama 18 (delapan belas) hari kerja; Masih diberikan kesempatan lagi; ) Pada bulan Juli 2013 tidak masuk dinas selama 14 (lima belas) hari kerja; masih diberikan kesempatan terakhir kalinya; ) Bahwa berdasarkan pelanggaran tersebut Penggugat telah disidangkan dalam sidang disiplin anggota Polri dan telah mendapat surat keputusan penjatuhan hukuman disiplin (SKHD) dengan putusan nomor : Skep/02/I/2014 tanggal 23 Januari 2014; Halaman 27 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

28 5) Bahwa karena Penggugat AIPDA BORIS SIHOTANG sudah sering melakukan pelanggaran disiplin, maka yang bersangkutan dilakukan pembinaan oleh ankum (kapolres Rokan Hulu) dan ditempatkan dalam pleton Khusus yang didalamnya ada anggota Polri lain yang melakukan pelanggaran disiplin untuk memudahkan pengawasan, namun Penggugat tetap melakukan pelanggaran disiplin yaitu tidak masuk dinas dari tanggal 2 Juni 2014 s/d 30 Agustus 2014; ) Bahwa setelah adanya putusan sidang Komisi Kode Etik terhadap terperiksa AIPDA BORIS SIHOTANG (Penggugat) Nomor : PUT.KKEP/05/IX/2015/KKEP tanggal 17 Desember 2015, dengan sanksi bersifat administratif berupa : REKOMENDASI PTDH selanjutnya pejabat Komisi Kode Etik Polri memberikan saran pertimbangan kepada pejabat pembentuk komisi kode etik Polri tentang Pemberhentian tidak dengan hormat an. AIPDA BORIS SIHOTANG dan selanjutnya Kapolres Rokan Hulu selaku ankum terduga pelanggar mengusulkan ke Kapolda Riau untuk diterbitkan surat keputusan pemberhentian tidak dengan hormat a.n. AIPDA BORIS SIHOTANG; ) Bahwa Kapolda Riau setelah menerima usulan dari Kapolres Rokan Hulu selaku ankum terperiksa dan berkas lainnya selanjutnya Kapolda Riau menerbitkan Surat Keputusan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat a.n. AIPDA BORIS SIHOTANG Nomor: Kep/33/I/2016 tanggal 21 Januari 2016, hal ini sesuai dengan surat keputusan Kapolri No. Pol.: Kep / 74 / XI / 2003 tanggal 11 Nopember 2003 yang pada intinya Halaman 28 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

29 menyatakan wewenang Kapolri di delegasikan kepada Kapolda Riau tentang pengakhiran dinas anggota Polri yang berpangkat Aiptu kebawah yang sifatnya (PTDH); ) Bahwa terhadap putusan komisi kode etik profesi Polri Polres Rokan Hulu Penggugat AIPDA BORIS SIHOTANG telah mengajukan permohonan banding kepada Kapolda Riau pada tanggal 6 Januari 2016 dan Komisi banding Polda Riau telah pula memberikan putusan Nomor : PUT. BANDING/17/XII/2015/KOM.BANDING dengan bunyi putusan menolak permohonan banding AIPDA BORIS SIHOTANG; Bahwa menanggapi dalil Penggugat dalam gugatannya yang menyatakan Penggugat menuntut agar Tergugat membayar gaji Penggugat yang selama ini tertahan dari bulan Agustus 2014 sampai tanggal 21 Januari 2016 atau lebih kurang 6 (enam) bulan dengan jumlah uang Rp (enam puluh delapan juta tiga ratus dua belas ribu rupiah) : Bahwa dalil Penggugat tersebut tidaklah beralasan hukum karena Penggugat berdasarkan absensi Polres Rokan Hulu telah tidak masuk dinas /desersi lebih dari 30 (tiga puluh) hari secara berturut-turut maka berdasarkan surat Keputusan Kapolri No. Pol: Skep/1665/XI/2001/XI/2001 tanggal 30 Nopember 2001, anggota Polri yang melakukan Desersi gajinya dapat diberhentikan sementara atas perintah Kasatker, dan pemberhentian gaji tersebut bukan menjadi obyek atau prasyarat dalam pelaksanaan sidang komisi kode etik Polri atau pun Pemberhentian anggota Polri melainkan suatu bentuk pembinaan dari atasan/ankum agar Negara tidak dirugikan karena memberikan gaji kepada anggota polri yang tidak melaksanakan Halaman 29 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

30 tugasnya namun Penggugat tetap melakukan pelanggaran dan tidak menimbulkan efek jera sehingga penegakan dan kepastian hukum harus ditegakkan demi rasa keadilan; Bahwa Penggugat juga perlu memahami dalam sengketa tata usaha Negara tidak mengenal gugatan ganti rugi atau perdata, karena bukan merupakan obyek ataupun kewenangan untuk mengadilinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-Undang nomor 5 Tahun 1986 tentang peradilan tata usaha negara jo Undang-undang nomor 9 Tahun 2004 tentang perubahan pertama jo Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang perubahan kedua Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara; Bahwa dalil Penggugat yang menyatakan keputusan tata usaha Negara yang sudah ditetapkan tidak dapat ditunda pelaksanaannya kecuali jika berpotensi menimblkan kerugian Negara, kerusakan lingkungan hidup dan konflik sosial. Bahwa dalil dan pendapat Penggugat tersebut sangatlah keliru dan tidak memahami maksud dari Undang-Undang tersebut karena keputusan (beshikking) yang dimaksud adalah keputusan yang berakibat hukum terhadap kepentingan orang banyak bukan kepentingan hukum individu/person, Justru dengan diberikan gaji kepada Penggugat Negara dirugikan dan menimbulkan konflik sosial sesama anggota Polri yang rajin melaksanakan kewajibannya disamakan dengan yang malas; Bahwa dalil Penggugat yang menyatakan tidak masuk sakit yaitu pada tanggal 30 Juni 2014 sampai dengan 2 Juli 2014 terus pada tanggal 21 Juli 2014 sampai tanggal 30 Juli 2014 pergi ke Medan menjenguk ibunya yang sakit dan sepulangnya Penggugat sakit lagi dari tanggal 1 Agustus 2014 sampai 5 Agustus 2014; Halaman 30 dari 73 halaman Putusan Nomor : 26/G/2016/PTUN-PBR.

PUTUSAN Nomor : 35/G/2013/PTUN-Pbr.

PUTUSAN Nomor : 35/G/2013/PTUN-Pbr. PUTUSAN Nomor : 35/G/2013/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 41 / G / 2013 / PTUN-Pbr

P U T U S A N NOMOR : 41 / G / 2013 / PTUN-Pbr P U T U S A N NOMOR : 41 / G / 2013 / PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN CUTI DAN IZIN DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

P U T U S A N. NOMOR: 19/G/2015/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. NOMOR: 19/G/2015/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR: 19/G/2015/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, yang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara pada

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1206, 2015 POLRI. Cuti dan Izin. Pemberian Tata Cara. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN CUTI DAN

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 106/B/2013/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 106/B/2013/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 106/B/2013/PT.TUN-MDN ------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.920, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN. Komisi Kode Etik. Kepolisian. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG SUSUNAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG 1 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI KODE ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

P U T U S A N. No. 22/ G / 2013/ PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. No. 22/ G / 2013/ PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N No. 22/ G / 2013/ PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 17/B/2013/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 17/B/2013/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 17/B/2013/PT.TUN-MDN ------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan turunan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 13/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA"

P U T U S A N. Nomor : 13/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 13/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA" Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 42/ G / 2013/ PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 42/ G / 2013/ PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 42/ G / 2013/ PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 120/B/2012/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 120/B/2012/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 120/B/2012/PT.TUN-MDN -------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 22/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 22/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 22/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

P U T U S A N. Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada

Lebih terperinci

P U T U S A N. NOMOR : 02/G/2016/PTUN.Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. NOMOR : 02/G/2016/PTUN.Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 02/G/2016/PTUN.Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 5/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa,

P U T U S A N. Nomor : 5/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, P U T U S A N Nomor : 5/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada

Lebih terperinci

PENETAPAN. Nomor : 12/PEN-CB/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, yang memeriksa,

PENETAPAN. Nomor : 12/PEN-CB/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, yang memeriksa, PENETAPAN Nomor : 12/PEN-CB/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf No.1393, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Hukuman Disiplin. Penjatuhan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENJATUHAN HUKUMAN

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 53/B/2013/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 53/B/2013/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 53/B/2013/PT.TUN-MDN ---------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.257, 2014 PERTAHANAN. Hukum. Disiplin. Militer. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5591) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 37/ G / 2012/ PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 37/ G / 2012/ PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 37/ G / 2012/ PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR 00/Pdt.G/2013/PTA.BTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR 00/Pdt.G/2013/PTA.BTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR 00/Pdt.G/2013/PTA.BTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Banten yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu dalam tingkat

Lebih terperinci

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH BENGKULU BIDANG PROFESI DAN PENGAMANAN STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA Bengkulu, September 2014

Lebih terperinci

P E N E T A P A N NOMOR : 28/G/2014/PTUN-Pbr

P E N E T A P A N NOMOR : 28/G/2014/PTUN-Pbr P E N E T A P A N NOMOR : 28/G/2014/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA JAMBI NOMOR: 01/ G/ TUN/2003/PTUN.JBI

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA JAMBI NOMOR: 01/ G/ TUN/2003/PTUN.JBI ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA JAMBI NOMOR: 01/ G/ TUN/2003/PTUN.JBI BY : ANNEKA SALDIAN MARDHIAH Berdasarkan Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 58/B/2012/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 58/B/2012/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 58/B/2012/PT.TUN-MDN ------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan turunan

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor : 32/G/2016/PTUN-Pbr.

P E N E T A P A N Nomor : 32/G/2016/PTUN-Pbr. P E N E T A P A N Nomor : 32/G/2016/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 10 / G / 2013 / PTUN-Pbr

P U T U S A N NOMOR : 10 / G / 2013 / PTUN-Pbr P U T U S A N NOMOR : 10 / G / 2013 / PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02.PR.08.10 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN ANGGOTA, PEMBERHENTIAN ANGGOTA, SUSUNAN ORGANISASI, TATA KERJA, DAN TATA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 82/B/2013/PT.TUN-MDN

P U T U S A N. Nomor : 82/B/2013/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 82/B/2013/PT.TUN-MDN ----------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 158/B/2012/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 158/B/2012/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 158/B/2012/PT.TUN-MDN ------------------------------------------------------------------------------------ Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. Nomor : 23/G/2014/PTUN-Pbr.

P E N E T A P A N. Nomor : 23/G/2014/PTUN-Pbr. P E N E T A P A N Nomor : 23/G/2014/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor :14/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, yang memeriksa,

PENETAPAN Nomor :14/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, yang memeriksa, PENETAPAN Nomor :14/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR: 34/G/2013/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN YANG BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR: 34/G/2013/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN YANG BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR: 34/G/2013/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN YANG BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, yang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

P U T U S A N. NOMOR <No Prk>/Pdt.G/2017/PTA.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. NOMOR <No Prk>/Pdt.G/2017/PTA.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR /Pdt.G/2017/PTA.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara Pembatalan Nikah pada tingkat banding

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 5-1991 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2004 POLITIK. KEAMANAN. HUKUM. Kekuasaaan Negara. Kejaksaan. Pengadilan. Kepegawaian.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 15 TAHUN 2006 SERI E =============================================================== PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan transparansi dan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Putusan Nomor : 9/G/2014/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Putusan Nomor : 9/G/2014/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 9/G/2014/PTUN.Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

P E N E T A P A N No. 29/G/2016/PTUN-Pbr

P E N E T A P A N No. 29/G/2016/PTUN-Pbr P E N E T A P A N No. 29/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 40/B/2012/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 40/B/2012/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 40/B/2012/PT.TUN-MDN ------------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 33/B/2012/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 33/B/2012/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 33/B/2012/PT.TUN-MDN ------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan turunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 177 K/TUN/2002

P U T U S A N No. 177 K/TUN/2002 P U T U S A N No. 177 K/TUN/2002 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 79/B/2013/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 79/B/2013/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 79/B/2013/PT.TUN-MDN --------------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 74/B/2012/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 74/B/2012/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 74/B/2012/PT.TUN-MDN ------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan turunan

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 54 K / TUN / 2004

P U T U S A N No. 54 K / TUN / 2004 P U T U S A N No. 54 K / TUN / 2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah mengambil putusan sebagai

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERHENTIAN DENGAN HORMAT, PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT, DAN PEMBERHENTIAN SEMENTARA, SERTA HAK JABATAN FUNGSIONAL JAKSA

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 LAMPIRAN : Keputusan Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia Nomor : Kep-04/BAPMI/11.2002 Tanggal : 15 Nopember 2002 Nomor : Kep-01/BAPMI/10.2002 Tanggal : 28 Oktober 2002 PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 86/B/2012/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 86/B/2012/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 86/B/2012/PT.TUN-MDN ---------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 80 K/TUN/2005

P U T U S A N NOMOR : 80 K/TUN/2005 P U T U S A N NOMOR : 80 K/TUN/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G Memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah mengambil putusan sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 59/B/2013/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 59/B/2013/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 59/B/2013/PT.TUN-MDN ------------------------------------------------------------------------------------ Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 175/B/2012/PT.TUN-MDN

P U T U S A N. Nomor : 175/B/2012/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 175/B/2012/PT.TUN-MDN --------------------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik,

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM I. Pendahuluan 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 134/B/2012/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 134/B/2012/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 134/B/2012/PT.TUN-MDN ------------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 20/G/2015/PTUN-SMD DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 20/G/2015/PTUN-SMD DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 20/G/2015/PTUN-SMD DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Keterbukaan Informasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

P U T U S A N. Putusan Nomor : 38/G/2013/PTUN-Pbr.

P U T U S A N. Putusan Nomor : 38/G/2013/PTUN-Pbr. P U T U S A N Nomor : 38/G/2013/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara pada

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. WALIKOTA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009.... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 102/B/2012/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 102/B/2012/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 102/B/2012/PT.TUN-MDN ----------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G TATA BERACARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06 P U T U S A N No. 62 K/TUN/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 15/G/2013/PTUN-Pbr

PUTUSAN Nomor : 15/G/2013/PTUN-Pbr PUTUSAN Nomor : 15/G/2013/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada tingkat

Lebih terperinci