P U T U S A N. Nomor : 13/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA"

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "P U T U S A N. Nomor : 13/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA""

Transkripsi

1 P U T U S A N Nomor : 13/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA" Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada Tingkat Pertama dengan Acara Biasa telah menjatuhkan Putusan sebagai berikut dalam perkara antara : AAN SUPARJO RUSTAM, Kewarganegaraan Indonesia, Tempat Tinggal : Jalan Indrapuri No. 3 RT. 004 RW. 020 Kelurahan Rejosari, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, Pekerjaan Mantan Anggota POLRI Dalam hal ini memberikan kuasa kepada : EKA MEDIELY, S.H.; ZENWEN PADOR, S.H., dan HELMI YADI, S.H., semuanya Kewarganegaran Indonesia, pekerjaan Advokat dan Advokat Magang pada Kantor Hukum EKA MEDIELY, SH & REKAN, beralamat di Jalan H.R. Subrantas No. 9 Kelurahan Tuah Karya, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 7 Maret 2016; Selanjutnya disebut sebagai.. PENGGUGAT ; M E L A W A N KEPALA KEPOLISIAN DAERAH RIAU, Tempat Kedudukan di Jalan Jenderal Sudirman No. 235 Pekanbaru Riau; Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 22 Maret 2016 memberikan kuasa kepada :-- Halaman 1 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

2 1. Nama : RUSLI, S.H.; Pangkat/NIP. : KOMPOL/ ; Jabatan/Kesatuan : Advokat Bidkum Polda Riau;- Alamat : Jalan Jenderal Sudirman No. 235 Pekanbaru; Nama : NERWAN, S.H., M.H.; Pangkat/NIP. : Pembina/ ; Jabatan/Kesatuan : Advokat I Bidkum Polda Riau; Alamat : Jalan Jenderal Sudirman No. 235 Pekanbaru; Nama : ABDUL KADIR, S.H., M.H.;--- Pangkat/NIP. : KOMPOL/ ; Jabatan/Kesatuan : Analis I Bankum Bidkum Polda Riau; Alamat : Jalan Jenderal Sudirman No. 235 Pekanbaru; Selanjutnya disebut sebagai.. TERGUGAT ; Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru tersebut, Telah membaca : Surat Gugatan Penggugat tanggal 14 Maret 2016 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada tanggal 14 Maret 2016, dibawah Register Perkara Nomor : 13/G/2016/PTUN- Pbr; Penetapan Plh. Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor : 13/PEN-MH/2016/PTUN.Pbr, tanggal 15 Maret 2016 tentang Penunjukan Susunan Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara ini; Halaman 2 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

3 3. Surat Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor : 13/G/2016/PTUN.Pbr, tanggal 15 Maret 2016 tentang Penunjukan Panitera Pengganti; Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor : 13/PEN-PP/2016/PTUN.Pbr tanggal 16 Maret 2016 tentang Penetapan Hari Pemeriksaan Persiapan; Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor : 13/PEN-HS/2016/PTUN.Pbr tanggal 29 Maret 2016 tentang Penetapan Hari Sidang; Berkas perkara, surat-surat bukti, mendengar keterangan saksi-saksi yang diajukan dipersidangan dalam perkara ini; TENTANG DUDUK SENGKETA Menimbang, bahwa Penggugat dalam surat gugatannya tanggal 14 Maret 2016 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada tanggal 14 Maret 2016 dan telah diperbaiki pada tanggal 29 Maret 2016 Penggugat telah menggugat Tergugat dengan mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut: A. OBJEK GUGATAN Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/507/XI/2015, tanggal 24 November 2015, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri, Khusus lampiran Daftar No Urut 2, atas nama AAN SUPARJORUSTAM, PANGKAT BRIGADIR, NRP , KESATUAN BANUM SUBBAG JARLAT SPN PEKANBARU POLDA RIAU B. KEPENTINGAN PENGGUGAT Bahwa Penggugat mengajukan gugatan terhadap Tergugat (Kepala Kepolisian Daerah Riau) di Pengadilan Tata Usaha Negara Halaman 3 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

4 Pekanbaru karena Tergugat berdomisili atau berkedudukan di wilayah hukum Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru dan juga Tergugat selaku Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang telah mengeluarkan/menerbitkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/507/XI/2015, tanggal 24 November 2015, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri, Khusus lampiran Daftar No Urut 2, atas nama AAN SUPARJO RUSTAM, PANGKAT BRIGADIR, NRP , KESATUAN BANUM SUBBAG JARLAT SPN PEKANBARU POLDA RIAU Bahwa Surat Keputusan a quo yang diterbitkan oleh Tergugat adalah merupakan Surat Keputusan Pejabat Tata Usaha Negara yang secara hukum telah bersifat konkrit, individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata, sehingga telah memenuhi Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 yang berbunyi : Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum tata usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata Bahwa tindakan Tergugat yang telah menerbitkan Surat Keputusan Nomor : Kep/507/XI/2015, tanggal 24 November 2015 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri atas nama Penggugat (objek sengketa a quo) mengakibatkan kepentingan Penggugat sangat dirugikan yaitu antara lain : Hilangnya pekerjaan atau terhentinya pembayaran gaji Penggugat.- Halaman 4 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

5 - Hilangnya kesempatan untuk berkarier di Institusi Kepolisian Republik Indonesia Hal mana sesuai dengan ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara C. TENGGANG WAKTU Bahwa Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/507/XI/2015, tanggal 24 November 2015, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri, Khusus lampiran Daftar No Urut 2, atas nama AAN SUPARJO RUSTAM, PANGKAT BRIGADIR, NRP , KESATUAN BANUM SUBBAG JARLAT SPN PEKANBARU POLDA RIAU, (objek sengketa a quo), diterima Penggugat pada tanggal 21 Desember 2015 dari atasan Penggugat yaitu Subbag Jarlat SPN Pekanbaru Kompol Dasril, Dengan demikian pengajuan gugatan ini masih dalam tenggang waktu 90 (Sembilan puluh) hari sebagaimana ditentukan dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986; D. DASAR GUGATAN Bahwa Penggugat adalah Anggota Polri lulusan Pendidikan DIKTUK BA GASUM POLRI Gelombang I tahun ajaran 2005 yang Halaman 5 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

6 diselenggarakan SPN Padang Besi tanggal 4 Juli 2005 dengan pangkat pertama BRIPDA; Bahwa pada 26 Desember 2005 Tergugat menerbitkan Surat Keputusan No. Pol : Skep/274/XII/2005 Tentang Penempatan Pertama Bintara Polri Gelombang I T.A 2005 Di Lingkungan Polda Riau dengan penempatan tugas di BA Polres Pelalawan; Bahwa setelah itu di tempatkan di bagian Intel Polda Riau dan terakhir di mutasi pada tanggal 17 Februari 2012 Tergugat menerbitkan Surat Keputusan Nomor: Kep/49/II/2012 Tentang Mutasi Personil di Lingkungan Polda Riau dengan penempatan tugas baru di BRIG SPN POLDA RIAU; Bahwa Putusan Sidang Komisi Kode Etik Polri No : PUT/06/VII/2015/KKEP, tanggal 6 Juli 2015 telah menyatakan Penggugat terbukti secara sah dan menyakinkan telah melanggar Pasal 14 ayat 1 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri. Pasal 14 ayat 1 huruf a berbunyi Setiap Anggota Polri diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian RI apabila meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturutturut dan merekomendasi Pemberhentian tidak dengan hormat (PDTH) kepada Penggugat; Bahwa berdasarkan putusan tersebut di atas Tergugat mengeluarkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/507/XI/2015, tanggal 24 November 2015, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri, Khusus lampiran Daftar No Urut 2, atas nama AAN SUPARJO RUSTAM, PANGKAT BRIGADIR, NRP , KESATUAN BANUM SUBBAG JARLAT SPN PEKANBARU POLDA RIAU; Halaman 6 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

7 6. Bahwa tidak benar Penggugat meninggalkan tugas secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut. dari tanggal 18 september s/d 03 November 2014; - 7. Bahwa pada tanggal 18 September s/d 21 September 2014 Penggugat tidak masuk kantor karena Penggugat saat itu sakit bisulan yang membuat Penggugat kesulitan untuk duduk dan berdiri sehingga serba tidak nyaman melakukan aktivitas apapun. Terkait ketidak hadiran Penggugat karena sakit bisulan ini ada Penggugat telah memberitahukan ke rekan kerja di subbag Jarlat dan Penggugat telah minta izin dan diketahui oleh Kasubbag Jarlat SPN Pekanbaru Bahwa pada tanggal 22 September sampai dengan tanggal 27 September 2014, Penggugat bekerja bersama dengan anggota Reskrimum Polda Riau yaitu Brigadir EFARIZAL dan Polsek Tambang untuk mencari dan melakukan penangkapan terhadap tersangka Curanmor bernama Dede dan kemudian untuk melengkapi berkas tersangka tersebut pihak Polsek Tambang selaku Pihak yang memproses perkara karena Laporan polisinya berada pada Polsek Tambang, Polsek Tambang meminta Penggugat menjadi saksi atas perkara tersebut, kemudian memeriksa atau mem BAP Penggugat untuk melengkapi perkara tersebut pada tanggal 24 September 2014, dan tanggal 27 September 2014 Penggugat mengikuti serta pemeriksaan tambahan tanggal 13 oktober Bahwa selama Penggugat bekerja membantu mencari dan melakukan penangkapan terhadap tersangka Curanmor (Dede) bersama dengan anggota Reskrimum Polda Riau, yang juga diminta bantu oleh Polsek Tambang, Penggugat telah memberitahukan Halaman 7 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

8 kepada rekan kerja di Subbag Jarlat SPN Pekanbaru yaitu kepada BRIPKA HERU NURYAN dan kepada pimpinan Penggugat di Subbag Jarlat SPN Pekanbaru yaitu kepada KOMPOL DASRIL serta kepada PROVOS pengambil absensi an BRIPKA AFRIZAL ARIF; Bahwa pada tanggal 29 September s/d Oktober 2014 Pengugat jatuh sakit dan beristirahat di rumah karena kelelahan setelah membantu Reskrimum Polda Riau dan Polsek Tambang; Bahwa setelah pulih dari sakit Penggugat kembali bekerja seperti biasa namun kemudian pada tanggal 7 Oktober 2014 anak Penggugat kecelakaan jatuh karenanya Penggugat tidak masuk kantor kembali; Bahwa pada hari minggu tanggal 7 Oktober 2014 Penggugat mendapat berita dari Bengkulu mengabarkan Ibu Penggugat yang mengalami sakit Paru-paru menahun sakit keras dan Penggugat diminta pulang ke Bengkulu menjenguk. Khawatir Penggugat tidak akan bertemu lagi dengan beliau yang sakit parah maka Penggugat menghadap atasan dan menceritakan kondisi ibu Penggugat. Penggugat mohon izin untuk berangkat ke Bengkulu menjenguk ibu Penggugat tersebut, bahkan karena Penggugat juga sedang tidak ada uang sama sekali pada saat itu untuk berangkat besok ke Bengkulu, Penggugat meminta bantuan ongkos perginya kepada Atasan Penggugat dan Penggugat ingat diberi oleh atasan Penggugat sebesar Rp (tiga ratus ribu) ketika itu; Bahwa setelah hamper 2 (dua) minggu lebih Penggugat berada di Bengkulu, istri Penggugat khawatir mengenai pekerjaan Penggugat maka istri Penggugat lah yang mengirim pesan singkat (sms) kepada atasan Penggugat memastikan apakah tidak ada masalah, Halaman 8 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

9 apabila suaminya yaitu Penggugat masih berada di Bengkulu. Atas sms tersebut atasan Penggugat menjawab dan meminta istri Penggugat menyampaikan bahwa Penggugat harus secepatnya masuk kerja melaksanakan dinas jangan mengurus yang lain lagi. Penggugat mematuhi perintah tersebut dan segera kembali ke Pekanbaru; Bahwa pada tanggal 3 November 2014 Penggugat sudah masuk kantor melaksanakan dinas, dan sepengetahuan Penggugat tidak benar ada provos yang mencari Penggugat ke rumah atau pun menelpon istri Penggugat; Bahwa pada saat masuk bekerja kembali melaksanakan dinas pada hari senin tanggal 3 November 2014 tersebut baru Penggugat dapat berita atas ketidak hadiran Penggugat menjenguk ibu yang sakit di Bengkulu tersebut KA SPN Pekanbaru marah dan telah membuat laporannya. Kepala SPN Pekanbaru mencurigai Penggugat mengkonsumsi narkoba, padahal Penggugat tidak pernah mengkomsumsi Narkoba. Pada tanggal 3 November 2014 itu juga Penggugat diperintahkan untuk menjalani rangkaian tes NARKOBA dan terbukti dari hasil Tes tersebut Penggugat Negatif dari zat Adiktif NARKOBA dan Terbukti Penggugat tidaklah seorang pengguna Narkoba sebagaimana tuduhan Kepala SPN Pekanbaru; Bahwa berdasarkan uraian di atas tidak benar Penggugat meninggalkan tugas tanpa izin, melainkan ada izin atasan penggugat dan tidak benar Penggugat tidak melaksanakan dinas berturut-turut selama lebih dari 30 hari kerja. Kata berturutturut menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah dilakukan terus menerus tanpa henti, sementara faktanya Penggugat tidak masuk kerja tidak terus menerus selama lebih dari 30 hari. Walaupun benar Halaman 9 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

10 selama beberapa hari Penggugat tidak hadir melaksanakan dinas namun bukan berturut-turut selama lebih dari 30 hari Bahwa pada tanggal 3 November 2014 adalah hari pertama Penggugat masuk bekerja melaksanakan dinas setelah kembali dari Bengkulu. Namun lembaran Absensi Penggugat tetap tidak diisi hadir oleh Provos dan dinyatakan tidak melaksanakan dinas yang mana rekap Absensinya ada pada berkas Putusan KKEP dan menjadi bukti dalam perkara ini. Padahal, jelas-jelas Penggugat masuk kembali melaksanakan dinas, kemudian diminta menjalani rangkaian Tes Narkoba Bahwa di dalam Putusan Kode Etik Polri Nomor : PUT/06 Juli tahun 2015 menyatakan pekerjaan Penggugat membantu tugas kesatuan lain adalah urusan pribadi, hal ini didasarkan oleh pendapat saksisaksi yang ada. Namun tidak benar Perkara tersebut adalah Perkara Penggugat secara Pribadi. Terbukti LP atau STPL laporan Polisi di Polsek Tambang Kampar bukan atas nama Penggugat dan tertulis atas nama korban yaitu ZUBAIDAH yang beralamat Dsn IV Kampung Terendam RT 02/01 Desa Tambang Kec Tambang Kab Kampar. Hanya saja Tersangka yang di laporkan oleh Pelapor/korban yang bernama ZUBAIDAH yaitu Sdr DEDE adalah orang yang menggadaikan motor curiannya kepada Penggugat. Namun tidak pernah datang menebus motor tersebut karenanya Penggugat curiga motor ini adalah motor curian dan motor tersebut diserahkan kepada Penggugat tanpa surat-surat Bahwa Penggugat yang jelas-jelas saja sebagai anggota Polri berani-berani Sdr. DEDE menipu apalagi terhadap masyarakat awam pastinya perbuatan Sdr Dede melebihi dari terhadap Penggugat, karena dahulunya sebelum bertugas di Subbag Jarlat Halaman 10 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

11 SPN Pekanbaru Penggugat bertugas di Intel Reskrim Polda Riau, Penggugat menceritakan masalah tersebut kepada Rekan yang masih bekerja Reskrimum Polda Riau yaitu Brigadir EFARIZAL, Justru kemudian Brigadir EFARIZAL menyatakan orang yang Penggugat ceritakan sedang mereka cari dan laporan terhadap Tersangka DEDE tersebut ada di Polsek Tambang; Bahwa kemudian karena merasa terpanggil dan juga merasa dirugikan oleh tindakan tersangka karena perbuatanya meresahkan masyarakat, Penggugat mengiyakan ajakan Brigadir EFARIZAL membantu pihak kepolisian Polsek Tambang yang sedang mencari keberadaanya Sdr DEDE, dimana mereka kesulitan mencari Keberadaan Tersangka sehingga meminta bantuan ke Reskrimun Polda Riau, karena Penggugat mengetahui perihal Tersangka, Penggugat membantu pencarian dan Penangkapan terhadap Tersangka DEDE tersebut Bahwa menurut PERKAP No. 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian RI Bab II tentang Etika Profesi Polri Pasal 5 huruf C menyatakan Etika kemasyarakatan memuat pedoman berprilaku Anggota polri dalam hubungan : Pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) Penegakan Hukum Pelindung Pengayom dan pelayan masyarakat dan Kearifan lokal, antara lain gotong royong, kesetiakawanan dan toleransi Dan Pasal 7 tentang Etika kelembagaan ayat (4) huruf menyatakan Sesama Sesama Anggota Polri wajib huruf (a), saling menghargai Halaman 11 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

12 dan menghormati dalam melaksanakan tugas dan huruf (b), bekerjasama dalam rangka meningkatkan kinerja Bahwa dengan demikian apakah salah Penggugat bekerja membantu Reskrimum Polda Riau mencari tersangka dan juga bekerja membantu Polsek Tambang mengungkap kejahatan yang meresahkan masyarakat yang jelas semuanya berada di ruang lingkup wilayah kerja Tergugat yaitu Polda Riau sebagaimana acuan Pasal 5 dan 7 diatas Bahwa seandainya pun Penggugat dianggap salah karena bekerja membantu kesatuan lain yang masih dibawah ruang lingkup Tergugat, Namun Penggugat tetaplah bekerja mengabdi Pada Negara dan membantu lembaga tempat Penggugat bekerja yaitu Polri, yang masih berada dalam wilayah kerja Tergugat yaitu Polda RIAU. Seharusnya dan selayaknya Tergugat mempertimbangkan hal tersebut bahwa Penggugat masih tetap bekerja melaksanakan dinas walaupun bukan di kesatuan Penggugat. Tergugat dapat menghukum Penggugat dengan Hukuman Pembinaan ataupun penurunan jabatan dan tidak menghukum Penggugat dengan hukuman yang sangat berat seperti ini yaitu Pemberhentian Tidak dengan Hormat dari dinas Polri tanpa juga memperhatikan bahwa Penggugat masih punya tanggungan istri dan 2 (dua) anak-anak yang masih sangat kecil balita dan bagaimana masa depan mereka Jika ayahnya berhenti bekerja Bahwa Putusan Sidang Komisi Kode Etik Polri No. Put/06/VII/2015/KKEP tanggal 6 Juli 2015 yang menjatuhkan hukuman Rekomendasi PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT (PTDH) kepada Penggugat hanya didasarkan kepada Laporan Polisi No. LP-A/11/XI/2014, tanggal 4 November 2014 yang Halaman 12 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

13 di buat oleh Pelapor RUSLAN dan laporan itu dibuat hanya berdasarkan Rekapitulasi Absensi Personil Provos SPN Pekanbaru Bahwa Rekap Absensi yang dijadikan dasar Laporan Polisi No. LP- A/11/XI/2014, tanggal 4 November 2014 yang di buat oleh Pelapor RUSLAN tersebut hanya dibuat secara manual oleh Personil anggota Provos, karenanya Rekapitulasi Absensi yang diajukan dapat saja di buat baru, ditambahi dan dihapus karena diisi oleh Personil Provos bukan merupakan TTD Penggugat dan bukan Finjer Print atau tidak dapat diketahui Ankuntabilitasnya secara pasti. Absensi yang demikian sangat rentan dan dapat saja di manipulasi datanya, apalagi data Absensi tidak dapat di akses secara langsung oleh Penggugat untuk diketahuinya ketika Penggugat hadir apakah sudah ditulis hadir oleh Petugas absensi atau belum ditulis apa-apa atau justru sebaliknya dapat saja Penggugat sudah hadir namun tetap dibuat tidak hadir tanpa di ketahui oleh Penggugat Bahwa Rekapitulasi Absensi jelas bukanlah data Absensi yang sebenarnya namun merupakan Rekapitulasi dari lembaran-lembaran Absensi lainnya, biasanya data Absensi ada lembaran Apel Pagi dan lembaran Apel siang, dan lembaran Absensi Apel pagi dan Apel siang sebenarnya juga rentan karena diisi oleh petugas Absensi yang mengisi lembaran absensi tersebut sendiri, tanpa tanda tangan Penggugat dalam hal ini apabila Penggugat terlambat atau masih diruangan petugas pengisi Absensi dapat saja, menyatakan Penggugat ataupun Personil yang lainnya di tulis tidak hadir oleh Petugas yang mengisi Absensi tersebut, dan hal ini juga pernah Halaman 13 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

14 dialami oleh yang lain, mereka datang namun ditulis tidak datang sehingga kehilangan tunjangan Bahwa mengenai Data Absensi yang sebenarnya bukan Rekapitulasi Absensi, disaat persidangan KKEP pernah dimintakan oleh Pendamping Penggugat untuk ditunjukkan yang sebenarnya, namun sampai saat ini tidak pernah ditunjukkan justru didalilkan sudah pernah ditunjukkan kepada Penggugat dan kepada saksi-saksi barang Bukti berupa 33 lembar Rekapitulasi Absensi. Ketua Komisi KKEP mendalilkan dengan diperlihatkannya Absensi tersebut kepada Terduga Pelanggar dan selanjutnya dibenarkan oleh Terduga Pelanggar maka itu sudah merupakan kebenaran tanpa menggali hal-hal lain dan menghubungkanya dengan bukti-bukti lain Bahwa Pertimbangan ketua komisi dalam Putusan Sidang Komisi Kode Etik Polri No. Put/06/VII/2015/KKEP tanggal 4 Juli 2015 halaman 6 huruf C yang demikian sangat dangkal, tidak memperlihatkan fakta dari materi hukum yang sebenarnya dari tuduhan atau laporan yang dibuat pelapor dan Tuntutan dari Penuntut. Pertimbangan yang demikian jelas memberatkan dan merugikan Penggugat, tidak bersifat mengayomi, tidak patut, tidak objektif dan tidak adil, atau tidak mencerminkan sikap dari Prinsip-prinsip KKEP sebagaimana Pasal 3 PERKAP No. 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia Bahwa setelah di keluarkannya Putusan kode etik Polri No. PUT/06/VII/2015/KKEP 6 Juli 2015, tentang Rekomendasi Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) atas nama Penggugat, Penggugat bersama Pendamping telah mengajukan Halaman 14 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

15 Permohonan Banding namun Permohon Banding Penggugat ditolak dan materil Memori Banding Penggugat tidak diperiksa oleh Komisi Banding Bahwa seharusnya yang berhak dan berwenang menyidangkan perkara Terduga Pelanggar adalah ANKUM dari pelanggar dan bukan Kabid Propam Polda Riau, tetapi dipimpin oleh KA SPN Pekanbaru. Komisi Banding menyatakan SPN Pekanbaru adalah Satker dalam lingkungan Polda Riau berdasarkan Perkap No. 22 Tahun 2010, jika demikian seharusnya Penggugat yang bekerja membantu Reskrimun Polda Riau juga saharusnya dianggap bekerja di Satker dalam Lingkungan Polda Riau E. ALASAN HUKUM GUGATAN Bahwa berdasarkan fakta dan uraian di atas tindakan Tergugat dalam menerbitkan Surat Keputusan Objek Sengketa a quo atas nama Penggugat yang didasarkan atas rekomendasi Putusan Sidang Kode Etik Polri No. PUT/06/VII/2015/KKEP 6 Juli 2015 yang kemudian di Perkuat oleh Putusan Sidang Banding KKEP adalah cacat hukum baik secara materil maupun secara formil dan sangat bertentangan dengan rasa keadilan dan kepatutan; Bahwa secara materil tindakan Tergugat mengeluarkan surat keputusan dalam perkara a quo telah bertentangan dengan : ) Pasal 14 ayat 1 huruf a PP No. 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, karena pasal ini menegaskan bahwa anggota Polri yang dapat diberhentikan dengan tidak hormat adalah apabila meninggalkan tugas secara tidak sah secara berturut-turut selama lebih dari 30 hari. Secara tidak sah artinya tanpa pemberitahuan dan sebab yang jelas. Faktanya Penggugat selalu memberitahukan dan Halaman 15 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

16 meminta izin ketika tidak hadir di kantor dan faktanya pula hal tersebut bukanlah tanpa alasan yang jelas. Semua ketidakhadiran Penggugat lebih karena menjalankan fungsi kepolisian yang Penggugat emban dan itupun dilakukan masih dalam lingkup kesatuan tugas Penggugat yaitu Polda Riau serta sebab lain adalah urusan keluarga yang mendesak yaitu sakitnya keluarga dekat Penggugat dan itupun dilakukan dengan pemberitahuan ke kantor dan/atau sepengetahuan atasan Penggugat Secara berturut-turut artinya dilakukan secara terus menerus tanpa berhenti. Faktanya ketidakhadiran Penggugat di kantor tidaklah secara terus menerus tanpa henti hingga melebihi 30 hari Faktanya lagi bukti surat yang dijadikan bukti utama hanya Rekap Absensi yang dijadikan dasar Majelis Kode Etik menjatuhkan putusan. Padahal Rekap Absensi yang juga dijadikan dasar Laporan Polisi hanya dibuat secara manual oleh Personil anggota Provos, karenanya Rekapitulasi Absensi yang diajukan dapat saja di buat baru, ditambahi dan dihapus karena diisi oleh Personil Provos bukan merupakan TTD Penggugat dan bukan Finjer Print atau tidak dapat diketahui Angkuntabitasnya secara pasti, Absensi yang demikian sangat rentan dan dapat saja di manipulasi datanya, apalagi data Absensi tidak dapat di akses secara langsung oleh Penggugat untuk diketahuinya ketika Penggugat hadir apakah sudah ditulis hadir oleh Petugas absensi atau belum ditulis apa-apa atau justru sebaliknya Halaman 16 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

17 dapat saja Penggugat sudah hadir namun tetap dibuat tidak hadir tanpa di ketahui oleh Penggugat ) Perkap No. 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia; a. Dalam konsiderannya secara tegas menyatakan KKEP harus dilaksanakan secara objektif, akuntabel, menunjung tinggi kepastian hukum dan rasa keadilan (legal and legitimite), serta hak asasi manusia dengan memperhatikan jasa pengabdian anggota POLRI yang diduga melanggar kode etik profesi POLRI. Faktanya sidang Kode Etik yang telah Penggugat jalani mengabaikan semua prinsip tersebut. --- b. Pasal 3 Perkap No. 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia juga menyebutkan mengenai prisip-prinsip KEPP meliputi : kepatutan, kepastian hukum, sederhana, kesamaan hak, aplikatif, akuntabel, yaitu pelaksaan penegakan KEPP dapat dipertanggungjawabkan secara administratif, moral, dan hukum berdasarkan fakta Faktanya sidang Kode Etik yang telah dijalani Penggugat telah mengabaikan prinsip prinsip tersebut ). Perkap No. 19 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia a. Pasal 2 Perkap mengatur secara jelas dan terang bahwa tujuan dari pembentukan peraturan ini adalah antara lain : a) sebagai pedoman dalam proses penegakan pelanggaran KEPP; b) terselenggaranya tertib administrasi dalam proses penegakan pelanggaran KEPP; Halaman 17 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

18 c) Terselenggaranya proses penegakan KEPP secara objektif, jujur, adil, transparan dan akuntabel; d) terwujudnya kepastian hukum terhadap setiap penanganan pelanggaran KEPP; e) terakomodasi hak-hak Terduga Pelanggar/Pelanggar dalam proses penegakan KEPP Faktanya sidang Kode Etik yang telah Penggugat jalani tidak berpedoman pada Perkap ini, tidak tertib administrasi, berlangsung secara tidak objektif, tidak jujur, tidak adil, tidak transparan dan tidak akuntabel. Akibatnya tidak terwujud kepastian hukum dan tidak terakomodasinya hak-hak Penggugat selaku Terduga Pelanggar b. Pasal 3 Perkap menegaskan beberapa prinsip yang terkandung dalam peraturan ini antara lain : a) legalitas, yaitu penegakan pelanggaran KEPP berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan b) profesionalisme, yaitu penegakan pelanggaran KEPP sesuai kompetensi dan tanggung jawabnya c) akuntabel, yaitu pelaksanaan penegakan pelanggaran KEPP dapat dipertanggungjawabkan secara administratif, moral, dan hukum berdasarkan fakta d) kesamaan hak, yaitu setiap pelanggar KEPP wajib diperlakukan sama tanpa membedakan pangkat dan jabatan e) kepastian hukum, yaitu proses penanganan penegakan pelanggaran KEPP harus jelas, tuntas dan dapat dipertanggungjawabkan Halaman 18 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

19 f) keadilan, yaitu proses penegakan pelanggaran KEPP dilakukan dengan menjunjung tinggi rasa keadilan bagi para pihak tanpa dipengaruhi oleh kepentingan pihak tertentu g) praduga tak bersalah, yaitu setiap anggota POLRI yang dihadapkan pada penegakan pelanggaran KEPP wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan yang berkekuatan hukum tetap, dan h) transparan, yaitu pelaksanaan pelanggaran KEPP harus dilakukan secara jelas, terbuka dan sesuai prosedur Faktanya sidang Kode Etik yang dijalani Penggugat cenderung mengabaikan semua prinsip di atas. Prinisip yang dominan dilanggar adalah praduga tak bersalah, karena dalam sidang Kode Etik Penggugat sudah diposisikan diperlakukan dan telah dianggap bersalah sebelum ada putusan yang berkekuatan hukum tetap Bahwa secara formil Tergugat dalam menerbitkan Surat Keputusan dalam perkara a quo tidak sesuai prosedur, bertentangan dan telah melanggar PERKAP No. 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara RI dan PERKAP No. 19 Tahun 2012 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia. Rincian pelanggaran formil tersebut akan Penggugat uraikan dalam point-point selanjutnya dibawah ini; Bahwa pada saat Pemeriksaan Pendahulauan, faktanya Penggugat tidak didampingi oleh pendamping padahal Pengemban fungsi hukum wajib menunjuk Pendamping. Sekalipun Penggugat tidak menunjuk pendamping Halaman 19 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

20 5. Bahwa dalam Pasal 1 ayat 15 PERKAP No. 19 Tahun 2012 jelas menyatakan yang disebut Pendamping adalah Pegawai negeri pada Polri yang diminta oleh Pelanggar atau atasan pelanggar atau Akreditor untuk mendampingi terduga Pelanggar dalam Pemeriksaan Pendahuluan, pada tahap pemeriksaan dan pada Sidang KKEP Bahwa pada Pasal 18 PERKAP No. 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara RI menyatakan : (1) Dalam penegakan KKEP, Terduga Pelanggar dapat di dampingi Anggota Polri yang ditunjuk oleh Terduga Pelanggar pada Tingkatan Pemeriksaan Pendahuluan, Sidang KKEP, dan Sidang Komisi Banding (2) Dalam hal Terduga Pelanggar tidak menunjuk Anggota Polri sebagai pendamping, Pengemban fungsi hukum wajib menunjuk Pendamping (3) Untuk kepentingan Pembelaan, Terduga Pelanggar diberi hak untuk mengajukan saksi-saksi yang meringankan Bahwa Pengemban fungsi hukum tidak menerangkan fungsi dan kegunaan pendamping bagi Penggugat dalam pemeriksaan pendahuluan justru menyatakan jika tidak didampingi pendamping agar menandatangani Surat Pernyataan yang telah dikonsep dan dibuat serta disodorkan oleh Penyidik kepada Penggugat pada saat pemeriksaan pendahuluan tersebut. Karena Penggugat tidak mengerti fungsi pendamping, kegunaan dan manfaatnya dalam mendampingi Penggugat dalam Pemeriksaan Pendahuluan ditambah karena Penggugat khawatir harus menyediakan dana untuk membayar pendamping sedangkan kondisi keuangan Penggugat tidak memungkinkan untuk itu maka Halaman 20 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

21 Penggugat mengiyakan tidak perlu didampingi, ditambah Penggugat pada saat itu dalam kondisi, depresi, stres dan merasa tertekan, Penggugat menandatangani surat pernyataan yang disodorkan penyidik; Bahwa akibat Penggugat tidak didampingi Pendamping pada saat Pemeriksaan Pendahuluan tersebut, Penggugat lebih banyak hanya membenarkan pertanyaan penyidik tidak berani membantah tanpa menganalisanya dengan teliti pertanyaan penyidik. Tidak adanya Pendamping yang mendampingi Penggugat dalam Pemeriksaan Pendahuluan, menyebabkan Penggugat telah kehilangan hakhak dan kesempatan untuk Pembelaan diri secara maksimal. Kemudian Penggugat tidak menggetahui apa apa yang menjadi hak-hak Penggugat karena kurangnya pengetahuan untuk itu, dan tidak ada tempat berkonsultasi secara hukum, seperti Penggugat tidak diberitahukan oleh penyidik berhak untuk menghadirkan saksi-saksi yang meringankan, pada hal itu penting untuk mengetahui dan membuktikan kenapa Penggugat sampai tidak masuk kerja melaksanakan dinas, apakah benar Penggugat tidak bekerja Bahwa tentang pendamping ini juga jelas diatur dalam Pasal 75 dan 76 PERKAP No. 19 Tahun 2012 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI. Karena tidak adanya Pendamping pada saat Pemeriksaan Pendahuluan maka Pelaksanaan Sidang Komisi Kode Etik Polri atas nama Penggugat belum mengungkap fakta kebenaran secara materil dan menyebabkan tidak terpenuhinya hukum acara pemeriksaan secara formil Halaman 21 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

22 10. Bahwa sebelum Penggugat diajukan ke Persidangan Kode Etik Polri seharusnya Provos SPN Pekanbaru harus melakukan langkah pencarian terhadap Terduga Pelanggar apabila memang tidak masuk dinas tanpa ijin pimpinan, Provos SPN Pekanbaru dan atau SIPROPAM melihat lembaran Absensi kosong dalam beberapa hari saja seharusnya sudah mencaritahu akar masalah kenapa anggota Polri tersebut tidak masuk dinas sebagai langkah Pembinaan dan Pengawasan dan apabila tidak di ketahui juga seharusnya melakukan langkah pencarian, bukan hanya mencari untuk memberhentikan anggota Polri itu saja, atau hanya untuk dihadapkan pada persidangan Kode Etik saja. Oleh karenanya kesalahan tidak masuknya Penggugat melaksanakan dinas, semata-mata tidak hanya merupakan kesalahan Anggota Polri itu saja namun juga merupakan kesalahan SIPROPAM, (atau Provos SPN Pekanbaru) karena kurang perhatian dan lemahnya pengawasan sehingga tidak berfungsi maksimal Bahwa Pencarian terhadap Terduga Pelanggar yang dilakukan Provos SPN Pekanbaru seharusnya dibuktikan dengan adanya Berita Acara Pencarian Terduga Pelanggar, syarat formil ini tidak dipenuhi oleh Provos SPN Pekanbaru Bahwa Sidang KKEP hanya melihat berkas yang ada dan kesaksian dari anggota Polri saja sementara berkas Rekapitulasi Absensi yang menjadi dasar untuk menuduh Penggugat tidak melaksanakan dinas lebih dari 30 hari berturut-turut tidak Valid atau tidak sempurna, jelas saksi-saksi mengetahui ketidakhadiran penggugat di dalam BAP hanya ketika disodorkan Rekapitulasi Absensi Penggugat saja oleh penyidik Halaman 22 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

23 13. Bahwa seharusnya terhadap Perkara Penggugat terlebih dahulu harus dilakukan AUDIT INVESTIGASI sebagaimana diatur Pasal 31 ayat (1) huruf a PERKAP No. 19 Tahun 2012, menyebutkan Pemeriksaan Pendahuluan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf a dilaksanakan melalui tahapan, a Audit Investigasi kemudian pada Pasal 36 menyebutkan Audit Investigasi dilaksanakan dengan cara : a. Wawancara terhadap Terduga Pelanggar dan saksi b. Mencari, mengumpulkan dan mencatat bukti-bukti yang memiliki hubungan dengan pelanggaran KEPP c. Memeriksa, meneliti dan menganalisa dokumen yang memiliki hubungan dengan dugaan pelanggaran KEPP dan, d. Mendatangi tempat-tempat yang berhubungan dengan Pelanggaran KEPP Bahwa jika Audit Investigasi dilakukan sebagaimana ketentuan diatas, yaitu terutama pada ayat 1 huruf b, c dan D, maka Audit Investigasi akan menemukan bukti-bukti dan fakta tidak benar penggugat meninggalkan dinas 30 berturut-turut, Audit Investigasi jika ada mendatangi tempat-tempat yang berhubungan dengan Penggugat, akan mengetahui Penggugat ada bekerja membantu kesatuan lain di bawah lingkup kerja Wilayah Polda Riau, dan Penggugat juga telah meminta izin atasan untuk melihat ibu Penggugat yang sakit di Bengkulu Bahwa dari fakta persidangan terhadap Perkara Penggugat, tidak dilakukan Audit Investigasi terlebih dahulu oleh bidpropam Polda Riau selaku Penyidik sebagaimana ketentuan Pasal 32 ayat (6) PERKAP No. 19 Tahun 2012 yang menyatakan Hasil Audit investigasi ditindaklanjuti dengan pelaksanaan gelar yang Halaman 23 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

24 diikuti oleh fungsi inspektorat pengawas, fungsi SDM, fungsi hukum dan fungsi propam (wabprof, Provos, dan Paminal) untuk menentukan dapat atau tidaknya dilakukan pemeriksaan 16. Bahwa pada Pemeriksaan Pendahuluan untuk Sidang KKEP yang ditujukan kepada Penggugat, Tim Audit Investigasi tidak memeriksa keluarga Penggugat untuk dijadikan sebagai saksi tidak mendatangi atasan Penggugat langsung, agar kesaksiannya menjadi pertimbangan oleh Sidang KKEP untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi, mengapa Penggugat tidak dapat melaksanakan dinas sebagaimana tuduhan Penuntut sidang KKEP. Tim Audit Investigasi juga tidak menghadirkan saksi ahli untuk menganalisa perihal Apakah selama penggugat bekerja bersama kesatuan lain itu masih merupakan kategori dinas atau bukan, faktanya Penggugat bekerja walau dengan kesatuan lain atau Satker lain dibawah Polda Riau untuk itu keterangan ahli sangat penting sebagai pertimbangan dalam pelaksanaan Sidang KKEP, namun KKEP tidak melakukanya sebagaimana kewenangannya yang diatur di dalam Pasal 13 c, d, f PERKAP No 19 Tahun Bahwa menurut Pasal 47 ayat (2) huruf a s/d u PERKAP No 19 Tahun 2012 menyatakan tentang berkas Pemeriksaan Pendahuluan Pelanggaran KEPP dibuat oleh Pemeriksa dan sekurang-kurangnya memuat sebagaimana huruf g, yaitu Berita Acara Pemeriksaan Ahli dan/atau keterangan Ahli huruf n yaitu Berita Acara ketidakhadiran saksi yang bukan anggota polri kemudian huruf 0, yaitu surat kesediaan menjadi ahli. Faktanya KKEP tidak melengkapi Berkas Pemeriksaan Pendahuluan dan tidak menghadirkan saksi ahli serta orang yang bukan anggota Polri Halaman 24 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

25 atau saksi yang meringankan Penggugat, sehingga hak-hak dan kepentingan Penggugat dirugikan Bahwa Berkas Pemeriksaan Pendahuluan diberikan kepada Terduga Pelanggar sebagaimana ketentuan PERKAP No. 19 Tahun 2012 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI. Pasal 47 ayat 3 huruf C: Berkas Pemeriksaan Pendahuluan Pelanggaran KEPP dibuat Rangkap 7 dan didistribusikan kepada : a. Ketua dan Anggota KKEP : 3 (tiga) Berkas b. Penuntut : 1 (satu) Berkas c. Terduga Pelanggar : 1 (satu) Berkas d. Fungsi Hukum Polri : 1 (satu) Berkas e. Sekretariat KKEP : 1 (satu) Berkas Bahwa Perihal Berkas Pemeriksaan Pendahuluan Pelanggaran KEPP yang tidak diberikan kepada Penggugat/Terduga Pelanggar disampaikan oleh Pendamping Penggugat pada saat persidangan dalam nota Pembelaanya namun dikesampingkan Ketua dan komisi KKEP dengan alasan keberadaan Pendamping dapat menyampaikan Berkas tersebut kepada Terduga Pelanggar sebagaimana halaman 6 point b Putusan Komisi Kode Etik Polri No. Put/06/VII/2015 tanggal Juli Bahwa Pasal 74 ayat 1 PERKAP No 19 Tahun 2012 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI. mengatur perihal hak-hak dari Terduga Pelanggar : (1) Terduga Pelanggar berhak ; a. Menerima Turunan Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan b. Menunjuk Pendamping Halaman 25 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

26 c. Mengajukan saksi yang meringankan d. Menerima salinan Surat Persangkaan e. Mengajukan eksepsi/bantahan f. Menerima salinan tuntutan g. Mengajukan pembelaan h. Menerima salinan putusan sidang KKEP i. Mengajukan banding atas putusan sidang KKEP j. Menerima salinan putusan Sidang Banding Bahwa menurut Pasal 75 ayat (1) a PERKAP No 19 Tahun 2012 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI menyatakan bahwa Pendamping Terduga Pelanggar Berhak menerima turunan Berita Acara Pemeriksaan Terduga Pelanggar Bahwa apabila memang Pendamping dan Terduga Pelanggar adalah satu kesatuan sebagaimana Pendapat Ketua dan Anggota Komisi, sehingga Terduga Pelanggar tidak perlu diberi Turunan Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan, maka seharusnya PERKAP No 19 Tahun 2012, tidak mengatur atau membuat 2 (dua) Pasal terkait hal ini yaitu Pasal 74 ayat (1) a untuk hak Terduga Pelanggar dan Pasal 75 (1) a untuk menyatakan perihal hak Pendamping, dengan demikian terlihat jelas Ketua dan Wakil Ketua Komisi persidangan KKEP telah mengambil keputusan dalam sidang KKEP bertentangan dengan PERKAP No 19 Tahun 2012 sehingga syarat formil beracara tidak terpenuhi dan bertindak sewenangwenang dan tidak objektif dalam mengeluarkan pertimbangan tanpa dasar sehingga merugikan Penggugat Bahwa Berkas Pemeriksaan Pendahuluan Pelanggaran KEPP di berikan kepada terduga Pelanggar, pada hakekatnya berguna Halaman 26 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

27 untuk dipelajari Terduga Pelanggar untuk melakukan pembelaan diri dipersidangan KKEP dan untuk mengetahui hak-haknya, namun faktanya Berkas Pemeriksaan Pendahuluan tersebut tidak diberikan kepada Penggugat, dan akibatnya Penggugat tidak tahu secara pasti arah persidangan selain hanya diam mendengarkan dan menerima hasil persidangan Bahwa pada persidangan KKEP Pendamping Penggugat telah menyampaikan Pembelaan berdasarkan fakta hukum yang terungkap atas tuntutan Penuntut yang telah lewat waktu berdasarkan Pasal 50 PERKAP No 19 Tahun 2012 Tentang Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI. Perihal waktu dan pelaksanaan KKEP Menyatakan Sidang KKEP dilaksanakan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterbitkanya keputusan pembentukan KKEP karena Penetapan waktu dimulainya persidangan Terduga Pelanggar atas nama AAN SUPARJO RUSTAM dilaksanakan tanggal 10 Juni 2015 dan Keluarnya Surat Keputusan Kapolda Riau No. Kep/232/V/2015 tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara RI di keluarkan tertanggal 29 Mei 2015, sehingga batas waktu yang ditentukan dalam Pasal 50 PERKAP No.19 Tahun 2012 Tentang STOK, sudah lewat 14 (empat belas hari) kerja. dan seharusnya telah gugur hak menuntut dari Penuntut untuk menyidangkan Perkara Penggugat (daluwarsa) karena tidak terpenuhi lagi syarat formil Pelaksanaan Persidangan KKEP Bahwa dalam persidangan KKEP, Pendamping Penggugat telah menyampaikan Pembelaanya mengenai sejak dari awal proses penyidikan sudah terjadi cacat formil yaitu : Halaman 27 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

28 - tidak dibuatnya berita acara hasil Audit Investigasi tidak digelarnya perkara dengan fungsi terkait tentang layak atau tidaknya perkara ini dilanjutkan Provos SPN Pekanbaru tidak membuat acara pencarian Terduga Pelanggar Dalam proses penyidikan pengemban fungsi atau penyidik tidak menyediakan pendamping untuk mendampingi Terduga Pelanggar, padahal Pendamping wajib hukumnya diminta ataupun tidak Penyidik hanya bertanya jika tidak didampingi pendamping Penggugat diminta menandatangani surat pernyataan tidak memakai pendamping yang telah dikonsepkan oleh Penyidik Terduga Pelanggar tidak menerima berkas perkara sebelum persidangan dimulai sehingga Data Absensi yang sebenarnya tidak diperlihatkan yang diperlihatkan hanya Rekapitulasi Absensi Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut Pendamping Penggugat telah meminta keringanan hukuman bagi Penggugat kerena Rekomendasi PTDH sangat berat bagi Penggugat sebab Penggugat mempunyai tanggung seorang istri dan 2 dua orang anak yang masih balita berumur 5 dan 2,5 tahun, sementara ibu Penggugat juga masih dalam kondisi sakit, Namun hal itu tidak juga diakomodir oleh Ketua Komisi dan Wakil Ketua Komisi KKEP kecuali oleh Anggota Komisi Rommel Hutagaol yang berpendapat lain dan menyatakan Penggugat masih layak dipertahankan Bahwa pada halaman 8 Putusan Kode Etik Polri No. PUT/06/VII/2015/KKEP 6 Juli 2015 point 13 huruf a menyatakan tidak ada fakta yang meringankan pernyataan yang demikian Halaman 28 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

29 sangat tendensius dan sangat tidak objektif, andaipun sewaktu Penggugat lebih dari satu minggu membantu Kesatuan lain yaitu Reskrim Polda Riau dan Polsek Tambang dalam melakukan penangkapan terhadap Curanmor tidak dianggap dalam rangka melaksankan dinas faktanya atas pekerjaan Penggugat tersebut Reskrim Polda Riau, Polsek Tambang dan Kejaksaan serta masyarakat terbantu oleh hasil kerja Penggugat, hal ini juga sudah dapat membantu menghilangkan keresahan masyarakat menertibkan keamanan dan ketentraman masyarakat walaupun masih dalam bentuk yang masih kecil Bahwa kemudian point 14 dari Putusan Kode Etik Polri No. PUT/06/VII/2015/KKEP 6 Juli 2015 menerangkan KA SPN Pekanbaru selaku Atasan dari Terduga Pelanggar telah mengadakan rapat staf tanggal 19 Juni 2015 perihal Pelanggaran yang dilakukan Terduga Pelanggar dimana berdasarkan hasil rapat staf menurut KA SPN direkomendasikan Terduga Pelanggar dinyatakan Tidak layak di Pertahankan Sebagai Anggota Polri Bahwa apabila dibaca, ditelaah dan diteliti ternyata rapat staf tanggal 19 Juni 2015 yang mengeluarkan REKOMENDASI No. R/10/VI/2015/SPN tersebut 22 (dua puluh dua) orang peserta rapat memberikan rekomendasi dan menyatakan BRIGADIR AAN SUPARJO RUSTAM layak dipertahankan dengan alasan yang bersangkutan kinerjanya cukup baik pada kegiatan siswa selalu datang tepat waktu, dan hanya 3 (tiga) orang yang menyatakan BRIGADIR AAN SUPARJO RUSTAM tidak layak dipertahankan dengan demikian seharusnya Komisi Kode Etik Profesi Polri mempertahankan Penggugat namun justru sebaliknya Komisi Kode Etik Profesi Polri justru memakai rekomendasi 3 orang Halaman 29 dari 115 halaman Putusan Nomor : 13/G/2016/PTUN-PBR.

PUTUSAN Nomor : 35/G/2013/PTUN-Pbr.

PUTUSAN Nomor : 35/G/2013/PTUN-Pbr. PUTUSAN Nomor : 35/G/2013/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 26/G/2016/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA"

P U T U S A N. Nomor : 26/G/2016/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 26/G/2016/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA" Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.920, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN. Komisi Kode Etik. Kepolisian. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG SUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG 1 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI KODE ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 41 / G / 2013 / PTUN-Pbr

P U T U S A N NOMOR : 41 / G / 2013 / PTUN-Pbr P U T U S A N NOMOR : 41 / G / 2013 / PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 106/B/2013/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 106/B/2013/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 106/B/2013/PT.TUN-MDN ------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan

Lebih terperinci

P U T U S A N. No. 22/ G / 2013/ PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. No. 22/ G / 2013/ PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N No. 22/ G / 2013/ PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERHENTIAN SEMENTARA DARI JABATAN DINAS KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 42/ G / 2013/ PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 42/ G / 2013/ PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 42/ G / 2013/ PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

P U T U S A N. NOMOR: 19/G/2015/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. NOMOR: 19/G/2015/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR: 19/G/2015/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, yang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara pada

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 17/B/2013/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 17/B/2013/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 17/B/2013/PT.TUN-MDN ------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan turunan

Lebih terperinci

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH BENGKULU BIDANG PROFESI DAN PENGAMANAN STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA Bengkulu, September 2014

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.257, 2014 PERTAHANAN. Hukum. Disiplin. Militer. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5591) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, SEKRETARIS

Lebih terperinci

P U T U S A N. NOMOR : 02/G/2016/PTUN.Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. NOMOR : 02/G/2016/PTUN.Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 02/G/2016/PTUN.Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor : 32/G/2016/PTUN-Pbr.

P E N E T A P A N Nomor : 32/G/2016/PTUN-Pbr. P E N E T A P A N Nomor : 32/G/2016/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

P U T U S A N. Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Putusan Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 40/G/2013/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor: 27 / Pdt.G / 2010 / PN.Smi

P U T U S A N Nomor: 27 / Pdt.G / 2010 / PN.Smi P U T U S A N Nomor: 27 / Pdt.G / 2010 / PN.Smi "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA" Pengadilan Negeri Sukabumi yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam tingkat pertama

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM I. Pendahuluan 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

2016, No Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indon

2016, No Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indon No.1580, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPK. DPP-KPK. Pencabutan. PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN PEGAWAI KOMISI PEMBERANTASAN

Lebih terperinci

PENETAPAN. Nomor : 12/PEN-CB/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, yang memeriksa,

PENETAPAN. Nomor : 12/PEN-CB/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, yang memeriksa, PENETAPAN Nomor : 12/PEN-CB/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN POLRI PUSAT PEMBINAAN PROFESI I. Pendahuluan 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI Pelayanan publik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.574, 2013 KOMISI YUDISIAL. Penghubung. Daerah. Pembentukan. Susunan. Tata Kerja. PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN,

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 22/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 22/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 22/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA u PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

P U T U S A N. NOMOR : 39/G/2013/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. NOMOR : 39/G/2013/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 39/G/2013/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 5/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa,

P U T U S A N. Nomor : 5/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, P U T U S A N Nomor : 5/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02.PR.08.10 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN ANGGOTA, PEMBERHENTIAN ANGGOTA, SUSUNAN ORGANISASI, TATA KERJA, DAN TATA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Putusan Nomor : 9/G/2014/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Putusan Nomor : 9/G/2014/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 9/G/2014/PTUN.Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PERSONIL UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia \ Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA PELAKSANAAN KEMITRAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor 000/Pdt.G/2013/PTA.Btn

PUTUSAN. Nomor 000/Pdt.G/2013/PTA.Btn PUTUSAN Nomor 000/Pdt.G/2013/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Banten yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada Tingkat Banding, dalam persidangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Majelis Kehormatan Notaris

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Majelis Kehormatan Notaris No.180,2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Majelis Kehormatan Notaris PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 HA PIOAUSPOI TENTANG MAJELIS KEHORMATAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SALINAN PUTUSAN Nomor :18/Pdt.G/2011/PA.NTN. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN PUTUSAN Nomor :18/Pdt.G/2011/PA.NTN. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN PUTUSAN Nomor :18/Pdt.G/2011/PA.NTN. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Natuna yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor : 0094/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 0094/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 0094/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Palembang yang telah memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.727, 2012 LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN. Tata Cara. Pendampingan. Saksi. PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 10 / G / 2013 / PTUN-Pbr

P U T U S A N NOMOR : 10 / G / 2013 / PTUN-Pbr P U T U S A N NOMOR : 10 / G / 2013 / PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 120/B/2012/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 120/B/2012/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 120/B/2012/PT.TUN-MDN -------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan transparansi dan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 15/G/2013/PTUN-Pbr

PUTUSAN Nomor : 15/G/2013/PTUN-Pbr PUTUSAN Nomor : 15/G/2013/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada tingkat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM P U T U S A N Nomor : 0264Pdt.G/2008/PA.Bn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kelas I A Bengkulu yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 33/G/2013/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 33/G/2013/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 33/G/2013/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor: 174/Pdt.G/2012/PA.Pkc.

PUTUSAN Nomor: 174/Pdt.G/2012/PA.Pkc. PUTUSAN Nomor: 174/Pdt.G/2012/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN, DAN TATA KERJA PENGHUBUNG KOMISI YUDISIAL DI DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 0655/Pdt.G/2013/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 0655/Pdt.G/2013/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA 1 P U T U S A N Nomor 0655/Pdt.G/2013/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kebumen yang memeriksa dan mengadili perkara cerai gugat pada

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180,2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Majelis Kehormatan Notaris PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 HA PIOAUSPOI TENTANG MAJELIS KEHORMATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERHENTIAN DENGAN HORMAT, PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT, DAN PEMBERHENTIAN SEMENTARA, SERTA HAK JABATAN FUNGSIONAL JAKSA

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 78/PDT/2012/PTR

P U T U S A N Nomor : 78/PDT/2012/PTR P U T U S A N Nomor : 78/PDT/2012/PTR DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Pekanbaru yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding menjatuhkan putusan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1230, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Perilaku. Kode Etik. Jaksa. Pencabutan. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER 014/A/JA/11/2012 TENTANG KODE PERILAKU JAKSA DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR SUMBAWA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELESAIAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI I. PENDAHULUAN 1. Latar belakang a. Bahwa institusi

Lebih terperinci

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAMPINGAN SAKSI LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAMPINGAN SAKSI LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAMPINGAN SAKSI LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 37/ G / 2012/ PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 37/ G / 2012/ PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 37/ G / 2012/ PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1985 (ADMINISTRASI. KEHAKIMAN. LEMBAGA NEGARA. Mahkamah Agung. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 2432/Pdt.G/2012/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 2432/Pdt.G/2012/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA 1 P U T U S A N Nomor 2432/Pdt.G/2012/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kebumen yang memeriksa dan mengadili perkara cerai gugat pada

Lebih terperinci

KODE ETIK P O S B A K U M A D I N

KODE ETIK P O S B A K U M A D I N KODE ETIK P O S B A K U M A D I N PEMBUKAAN Bahwa pemberian bantuan hukum kepada warga negara yang tidak mampu merupakan kewajiban negara (state obligation) untuk menjaminnya dan telah dijabarkan dalam

Lebih terperinci

P U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGGUGAT ; MELAWAN TERGUGAT ;

P U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGGUGAT ; MELAWAN TERGUGAT ; Salinan Nomor : P U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Donggala yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

TENTANG DUDUK PERKARANYA

TENTANG DUDUK PERKARANYA 1 P U T U S A N Nomor : 0138/Pdt.G/2012/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kebumen yang memeriksa dan mengadili perkara cerai gugat pada

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 018/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

P U T U S A N Nomor : 018/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN Salinan P U T U S A N Nomor : 018/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA -------- Pengadilan Agama Donggala yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Pasal 24B Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2015, No Mengingat : 1. Pasal 24B Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1758, 2015 KY. Laporan Masyarakat. Penanganan. Pencabutan. PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.277, 2012 KEJAKSAAN. Tunjangan. Kinerja. Pegawai. Perubahan. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-003/A/J.A/02/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN JAKSA

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KOTA PEKALONGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KOTA PEKALONGAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

Lebih terperinci