BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Para ahli psikologi menyadari pentingya konsep. Konsep belum dapat didefinisikan dengan tepat.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Para ahli psikologi menyadari pentingya konsep. Konsep belum dapat didefinisikan dengan tepat."

Transkripsi

1 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Para ahli psikologi menyadari pentingya konsep. Konsep belum dapat didefinisikan dengan tepat. Karena konsep merupakan penyajian internal sekelompok stimulus, konsep tidak dapat diamati, konsep harus disimpulkan dari perilaku.menurut pendapat Rosser yang dikutip oleh Dahar mengungkapkan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek, kejadiankejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atributatribut yang sama: (1989: 80). Sedangkan menurut Van den Berg (1991: 8) berpendapat, Konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan yang memungkinkan manusia berpikir (bahasa adalah alat berpikir). Berdasarkan definisi konsep dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mempunyai ciri-ciri sesuatu yang sama yang mempermudah komunikasi dan cara berfikir manusia. Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Menurut Dahar : untuk melakukan analisis konsep, guru hendak memerhatikan hal-hal : (1) Nama konsep, (2) Atribuut-atribut kriteria dan atributatribut variabel dari konsep, (3) Definisi konsep, (4) Contoh dan noncontoh dari konsep, dan (5) Hubungan konsep dengan konsep-konsep lain (1989: 93) 2. Miskonsepsi Beberapa ahli mendefinisikan miskonsepsi, Menurut Suparno (2005: 4) miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh para ahli. Sedangkan menurut Fowler (1987) yang dikutip oleh Suparno (2005: 5) miskonsepsi yaitu pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep 8

2 yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar Berdasarkan definisi miskonsepsi dari beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh para ahli, seperti: pengertian yang tidak sesuai dengan konsep asli, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar. Menurut para ahli penyebab miskonsepsi ada lima kelompok, yaitu: a. Siswa, penyebab yang dari siswa dapat terdiri dari berbagai hal, seperti prakonsepsi awal, kemampuan, tahap pengembangan, minatm cara berfikir, dan teman lain. b. Guru, penyebab kesalahan dari guru dapat berupa ketidakmampuan guru, kurangnya penguasaan bahan, cara mengajar yang tidak tepat atau sikap guru dalam berelasi dengan siswa yang kurang baik. c. Buku teks, penyebab miskonsepsi dari buku teks biasanya terdapat pada penjelasan atau uraian yang adalah dalam buku tersebut. d. Konteks, penyebab miskonsepsi dari konteks seperti budaya, agama, dan bahasa sehari-hari. e. Metode belajar, penyebab miskonsepsi dari metode belajar menekankan kebenaran dari satu segi sering munculkan salah pengertian pada siswa (Suparno, 2005: 29). Miskonsepsi sering terjadi dalam sains, khususnya Fisika. Menurut Wandersee, Mintzes dan Novak (1994) dalam Suparno dalam artikelnya mengenai Reaserch on Alternative Conceptions in Science, menjelaskan bahwa konsep alternative terjadi dalam sebuah bidang Fisika. Dari 700 studi mengenai miskonsepsi dalam mekanika, 259 tentan listrik, 70 tentang panas, optika dan sifat-sifat materi, 35 tentang bumi, dan antariksa, serta 10 studi mengenai Fisika Modern (2005: 11). Miskonsepsi banyak terjadi pada bidang mekanika. Itu karena mekanika merupakan bahan awal dan utama di SMU maupun tahun-tahun pertama perguruan tinggi, sehingga pada bidang studi mekanika banyak yang meneliti. Terdapat banyak 9 9

3 contoh miskonsepsi pada bidang mekanika, seperti miskonsepsi pada materi hukum newton, gaya, gerak, fluida, dan lain-lain. Pada materi hukum Newton, miskonsepsi diungkapkan dalam penilitian Brown (1989) yang dikutip oleh Suparno. Brown mengungkapkan bahwa Banyak siswa memahami gaya sebagai suatu sifat yang ada dalam suatu benda, suatu sifat yang melekat pada benda tersebut. Oleh karena itu, siswa mudah percaya bahwa benda yang berat akan jatuh lebih cepat daripada benda yang ringan, jika terjadi gerak jatuh bebas karena benda yang berat mempunyai gaya yang lebih besar daripada yang ringan. Padahal dalam konsep Newton, gaya muncul dari interaksi antara benda-benda itu (2005:16). Miskonsepsi pada materi Gaya oleh Arons yang dikutip oleh Suparno yang mengungkapakan bahwa beberapa siswa memandang gaya sebagai suatu dorongan atau tarikan yang harus dikerjakan oleh kegiatan otot. Bagi siswa, suatu benda yang tidak bergerak atau diam, tidak mempunyai gaya yang bekerja padanya (2005: 15). 3. Buku Ajar Buku teks (buku pelajaran) berperan penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah, sehingga perlu ada kebijakan pemerintah mengenai buku teks pelajaran bagi peserta didik. Berdasakan permendiknas no 11 tahun 2005 (2005: 1) menjelaskan bahwa buku teks (buku pelajaran) adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaa ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007, buku teks (buku pelajaran) merupakan salah satu persyaratan pelaksanaan pembelajaran yanng meliputi: a. Buku ajar pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah dipilih melalui rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari buku-buku teks pelajaran yang ditetapkan oleh menteri. b. Rasio buku ajar pelajaran untuk peserta didik adalah 1:1 tiap mata pelajaran. c. Selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya. d. Guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah

4 Buku teks (buku pelajaran) memuat materi mengenai suatu bidang ilmu pengetahuan tertentu yang menjadi sumber belajar siswa. Dalam memilih buku harus memerhatikan materi yang dimuat oleh buku. Menurut Sitepu (2005:120) yang perlu diperhatikan dalam menilai materi buku pelajaran ialah ; (1) Kesesuaian dengan kurikulum, (2) Kebenaran konsep, (3) Urutan konsep, (4) Contoh, dan (5) Bahan evaluasi. Di dalam materi terdapat konsep-konsep beserta penjelasan. Sehingga konsep-konsep di dalam buku ajar tersebut harus sesuai dengan konsep para ahli. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis konsep di dalam buku ajar. Menurut Sitepu hal-hal yang perlu dianalisis berkaitan dengan kebenaran konsep dalam buku ajar antara lain: a. Apakah sesuai dengan cakupan (ontologi) disiplin ilmu yang bersangkutan? b. Apakah lengkap untuk mencapai kompetensi yang dikehendaki? c. Apakah kebenaran konsep dapat dipertanggungjawabkan dari ilmu yang bersangkutan? d. Apakah konsep-konsep yang disampaikan masih relevan dengan keadaan sekarang? (2005: 121) Suparno menyatakan ada beberapa pertanyaan dan hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis miskonsepsi buku ajar Fisika SMA. Beberapa pertanyaan itu antara lain: (a) Apakah konsep utamanya benar?, (b) Apakah rumusrumus ditulis secara benar?, (c) Apakah gambar, tabel, ilustrasi, dan skema yang digunakan benar?, (d) Apakah satuan, ketepatan, dan ketentuan-ketentuan lain ditulis secara benar? (2009: 114) Dinamika Rotasi Benda Tegar a. Momen Gaya dan Momen Inersia Momen gaya dapat dianggap sebagai suatu besaran vektor yang dinyatakan sebagai perkalian vektor τ = r F (2.1) 11

5 12 Gambar 2.1 Massa m Berputar dalam Lingkaran Berjari-jari r sekitar Titik Tetap (Giancoli, D. C., 2001 :260) Jika sebuah partikel bermassa m berputar di sebuah lingkaran berjari-jari r pada ujung sebuah senar atau batang yang massanya dapat kita abaikan. Kemudian gaya tunggal F bekerja tegak lurus terhadap r, seperti pada Gambar 2. sehingga momen gaya yang menaikkan percepatan sudut adalah τ = r F. Jika menggunakan hukum newton kedua untuk besaran linier F = ma, dan kemudian dikaitkan dengan a T = a = α r, sehingga diperoleh F = ma = m(α r ) (2.2) Kemudian subtitusikan persamaan (2.2) ke dalam persamaan τ = r F, sehingga τ = r m(α r ) = m(r (α r ) ) = m((r r ) α (r α )r ) = m (r 2 cos 0) α (rα cos 90 0 )r Karena cos 0 = 1 dan cos 90 0 = 0 sehingga dihasilkan τ = mr 2 α (2.3) Kemudian menerapkan persamaan τ = mr 2 α ke tiap partikel benda, dan kemudian menjumlahkan semua partikel tersebut. Jumlah berbagai momen total. Sehingga didapatkan momen total τ = ( mr 2 ) α (2.4) 12

6 13 τ = ( mr 2 ) α menyatakan penjumlahan massa tiap partikel dari benda dikalikan dengan kuadrat jarak partikel tersebut dari sumbu perputaran. Besaran ini disebut dengan momen inersia atau momen kelembaman rotasi yang biasa disimbolkan dengan I. I = mr 2 (2.5) Gabungkan τ = ( mr 2 ) α dan I = mr 2 sehingga didapatkan, τ = Iα (2.6) Ini merupakan padanan memutar hukum newton kedua. Ini berlaku untuk perputaran benda kaku sekitar sumbu tetap, sehingga momen kelembaman (I) merupakan sebuah ukuran kelembaman rotasi benda memainkan peranan yang sama untuk gerakan rotasi dengan yang massa lakukan untuk gerakan translasi. Kelembaman rotasi benda tidak hanya tergantung pada massanya, tetapi juga pada cara massa disebarkan dengan acuan ke sumbu. Gambar 2.2 Roda Bergaris-tengah Besar Mempunyai Kelembaman Rotasi Lebih Besar daripada yang Bergaris Tengah Lebih Kecil tetapi Massa Sebanding (Giancoli, D. C., 2001: 261) Contohnya, silinder bergaris tengah besar akan memiliki kelembaman rotasi lebih daripada silinder bermassa sama tetapi bergaris-garis lebih kecil (dan selanjutnya panjang lebih besar) seperti pada gambar. Gambar pertama akan lebih sulit untuk memutar, dan lebih sulit berhenti. Bila massa dikumpulkan lebih jauh dari sumbu putar, kelembaman memutar lebih besar. Untuk gaya rotasi, massa benda tidak dapat dipandang commit sebagai to user terkumpul pada pusat massa. 13

7 Tabel 2.1 Momen Kelembaman untuk Bermacam Benda dengan Komposisi Sama Rata (Giancoli, D. C., 2001: 263) Benda Lokasi Sumbu Momen inersia a Lingkaran tipis dengan radius R Melalui pusat MR 2 14 b Lingkaran tipis dengan radiius R dan lebar W Melalui diameter pusat 1 2 MR MW c Silinder padat dengan radius R Melalui pusat 1 2 MR2 d e Silinder berongga dengan radius dalam R 1 dan radius luar R 2 Bola serba sama dengan radius R Melalui pusat 1 2 M(R R 2 21 ) Melalui pusat 2 3 MR2 f g h Batang serba sama panjang dengan panjang L Batang serba sama panjang dengan panjang L Lempengan persegi panjang tipis dengan panjang L dan lebar W Melalui pusat 1 12 MR2 Melalui ujung 1 3 ML2 Melalui pusat 1 12 M(L2 + W 2 ) 14

8 translasi perpustakaan.uns.ac.id 15 b. Energi Kinetik Rotasi Besaran 1 2 mv2 merupakan energi kinetik benda yang mengalami gerak translasi. Benda yang berotasi sekitar sumbu disebut mempunyai energi kinetik rotasi. Dengan kesamaan E k R, kita mengharapkan ini akan diberikan oleh 1 2 Iω2 dengan I momen kelembaman benda dan ω kecepatan sudutnya. Ini sesungguhnya menunjukkan bahwa ini benar. Perhatikan seuatu benda kaku berputar yang dibuat dari banyak partikel mungil, masing-masing bermassa m. Jika kita misalkan setiap satu partikel dari sumbu perputaran, maka kecepatan liniernya adalah v = rω. Energi kinetik total seluruh benda menjadi jumlah energi kinetik seluruh partikelnya. Benda yang berputar sementara pusat massanya mengalami gerak translasi akan memnyai dua E k yaitu E k translasi dan E k rotasi. Pada persamaan E k = 1 2 Iω2 memberika E k rotasi jika sumbu perputaran tetap. Jika benda bergerak (seperti roda berguling menuruni bukit), persamaan ini akan tetap berlaku selama sumbu perputaran arahnya tetaparahnya. Maka energy totalnya adalah E k = 1 Mv 2 PM I 2 PMω 2 (2.7) dengan v PM merupakan kecepatan linier pusat massa, I PM merupakan momen kelembaman sekitar sumbu melalui pusat massa, ω merupakan kecepatan sudut sekitar sumbu ini dan M merupakan massa total benda c. Momentum Sudut dan Kekekalannya Momentum linier juga mempunyai padanan untuk rotasi yang disebut dengan momentum sudut. Untuk benda berputar sekitar sumbu tetap didefinisikan sebagai L = Iω (2.8) 15

9 dengan I momen kelembaman partikel terhadat sumbu yang melaui pusat lingkaran dan tegak lurus bidang gerak dan arah L = Iω sama dengan arah L = Iω. Utuk gerakan yang berlawanan dengan arah jarum jam, L = Iω dan L = Iω biasanya diambil positif, sehingga untuk gerakan searah jarum jam, nilai besaran adalah negatif. Hukum newton dua dapat ditulis tidak hanya F = ma,tetapi juga lebih umum dalam suku-suku momentum F = p t.. Dengan jalan sama, padanan rotasi hukum newton dua dapat dituliskan τ = Iα, dapat juga dituliskakn dalam suku suku momentum sudut : τ = L t d. Vektor Momentum Sudut ; Roda Berputar 16 (2.9) Momentum sudut merupakan besaran vektor (seperti roda, silinder, simpai, bola) yang berputar sekitar sumbu tertangkupvektor kecepatan sudut dan L berputar ke arah yang sama yaitu menuju sepanjang sumbu perputaran ke arah yang diberikan oleh aturan tangan kanan. Gambar 2.3 Orang Berdiri di Panggung Melingkar (Giancoli, D. C., 2001: 272) Sifat dasar momentum sudut dapat digunakan untuk menjelaskan sejumlah gejala menarik. Sebagai contohnya, seorang yang berdiri pada panggung lingkaran yang diam yang dapat berputar melalui commit pusatnya. to user Jika orang sekarang mulai berjalan 16

10 sepanjang tepi panggung. Panggung mulai berputar ke arah berlawanan. Mengapa? Pertama-tama karena kaki bawah orang mendesakkan gaya padanya, tetapi juga karena ini merupakan contoh kekekalan momentum sudut. Jika orang mulai berjalan berlawanan arah jarum jam, momentum sudut orang akan menuju ke atas sepanjang sumbu perputaran. Besarnya momentum sudut orang akan, L = Iω. Panggung berputar ke arah yang berlawanan, sehingga momentum sudutnya menuju ke bawah. Jika momentum sudut total awal nol (orang dan panggung diam), ia akan terus nol setelah orang mulai berjalan. Jadi momentum sudut ke atas orang tepat mengimbangi arah berlawanan. Momentum sudut ke bawah panggung, sehingga vektor momentum sudut total terus nol. Meskipun orang mendesak gaya ke panggung, dan sebaliknya, ini merupakan momen internal (internal ke sistem yang mengandung panggung plus orang). Tidak ada momen luar (anggap pemikul panggung bebas gesekan), sehingga dari persamaan τ = L = 0 yang berarti momentum sudut tetap. t e. Syarat Benda dalam Kesetimbangan Syarat yang diperlukan partikel untuk tetap diam adalah bahwa gaya neto yang bekerja pada partikel itu nol.pada kondisi ini, partikel tidak dipercepat, dan jika kecepatan awalnya nol, maka partikel tetap diam. Karen percepatan pusat massa sebuah benda sama dengan gaya neto yang bekerja pada benda dibagi dengan massa total benda, maka sysrat ini juga belaku untuk benda tegar yang berada dalam kesetimbangan. Namun, walaupun pusat massa sebuah benda diam, benda dapat berputar. Jadi, jugalah perlu bahwa torsi neto terhadap pusat massa sama dengan nol. Jika pusat massa sebuah benda diam dan tidak ada torsi mengelilinginya, maka tidak akan ada rotasi mengelilingi titik manapun. Jadi, agar kesetimbangan statik terjadi, torsi neto yang bekerja pada sebuah benda harus nol terhadap setiap titik. Sehingga syarat benda dalam kesetimbangan adalah 17 17

11 18 a) Gaya eksternal yang bekerja pada benda tersebut harus nol b) Torsi eksternal neto terhadap setiap titik harus nol f. Titik Berat F netto = 0 (2.10) τ netto = 0 (2.11) Y F 1 F F 2 O X Z Gambar 2.4 Kedua Gaya Sejajar F 1 dan F 2 Dapat Diganti Oleh Gaya Neto Tunggal F yang Mempunyai Pengaruh yang Sama Bila dua atau lebih gaya sejajar bekerja pada sebuah benda, maka mereka dapat digantikan oleh sebuah gaya tunggal ekivalen yang sama dengan jumlah gaya-gaya itu dan dikerjakan pada sebuah titik sedemikian sehingga torsi yang dihasilkan gaya ekivalen tunggal tunggal itu sama dengan gaya neto yang dihasilkan oleh gaya-gaya semula. Gambar 6 menunjukkan gaya F 1 yang bekerja pada sebuah batang dititik x 1 dan gaya kedua F 2 yang bekerja pada titikx 2. Gaya neto F = F 1 + F 2 akan menghasilkan torsi yang sama terhadap O jika gaya itu bekerja pada jarak xr, yang diberikan oleh x, F = F 1 x 1 + F 2 x 2 (2.12) Hasil tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa gaya gravitasi yang dikerjakan pada berbagai bagian benda dapat digantikan oleh gaya tunggal, berat total yang bekerja pada sebuah titik yang dinamakan titik berat. 18

12 19 Pada Gambar 7 benda telah dibagi menjadi berapa benda yang lebih kecil. Jika pembagian itu dibuat cukup kecil, maka benda-benda yang lebih kecil itu dapat dipandang sebagai partikel-partikel. Berap tiap partikel adalah w i dan berat total benda itu adalah W = w i. Dengan padanan persamaan x, F = F 1 x 1 + F 2 x 2 untuk kasus banyak gaya sejajar dan dengan menggunakan W = w i. Maka didapatkan untuk titik tangkap gaya neto X pb X pb W = i w i x i. (2.13) Persamaan (2.13) di atas dapat didefinisikan koordinat x pusat berat. Titik berat adalah titik dimana berat total sebuah benda bekerja sehingga torsi yang dihasilkannya terhadap sembarang titik sama dengan torsi yang dihasilkan oleh berat masing-masing partikel yang membentuk benda tersebut. Jika percepatan gravitasi tidak berbeda diseluruh benda itu, kita dapat menulis w i = m i g dan WMgR dan mencoret faktor yang sama g, maka X pb Mg = i m i gx i (2.14) X pb M = i m i x i (2.15) Persamaan (2.15) di atas memberikan koordinat x untuk pusat massa. Jadi, bila percepatan gravitasi tidak berbeda di seluruh benda, maka pusat berat dan pusat massa berimpit. Bila titik asal dipilih berada di titik berat, X pb = 0, dengan demikian Gambar 2.5 Berat Semua Partikel Sebuah Benda Dapat Digantikan Oleh Berat Total W Benda yang Bekerja pada Pusat Berat 19

13 memaksa benda itu kembali kearah posisi kesetimbangannya. 20 i w i x i = 0 (2.16) Jadi, kita dapat berfikir tentang pusat berat sebuah benda sebagai titik yang terhadapnya gaya-gaya berat bekerja pada semua partikel benda itu yang menghasilkkan torsi nol. Kita dapat menggunakan cara ini untuk menentukan letak pusat massa. g. Kopel Penggantian sekumpulan gaya dengan gaya tunggal yang sama dengan jumlah gaya-gaya sejajar tersebut, yang bekerja pada suatu titik sedemikian sehingga menghasilkan torsi rotasi yang sama seperti gaya-gaya sejajar tadi terhadap sembarang titik. Selanjutnya penggantian gaya-gaya yang berat yang bekerja pada berbagai agian dari benda dengan sebuah gaya tunggal, yaitu berat gaya tersebut, yang bekerja pada pusat berat. Namun, dua gaya yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan dan mempunyai garis kerja yang berbeda tidak dapat diganti oleh gaya tunggal. Pasangan gaya semacam itu, dinamakan gaya kopel, berusaha menghasilkan torsi, tetapi gaya netonya nol.perhatikan Gambar kopel. torsi yang dihasilkan oleh gaya-gaya ini terhadap titik O adalah τ = Fx 2 Fx 1 = F(x 2 x 1 ) = FD (2.17) dengan F adalah besar salah satu gaya dan D adalah jarak antara gaya-gaya tersebut. Hasil ini tidak bergantung pada pemilihan titik O. h. Stabilitas Kesetimbangan Kesetimbangan sebuah benda dapat diklasifikasikan menurut tiga kategori : stabil, tak stabil dan netral. Kesetimbangan takstabil bila gaya-gaya atau torsi yang muncul karena perpindahan kecil dari benda yang memaksa benda menjauhi posisi kesetimbangannya. Kesetimbangan netral jika sebuah sistem diganggu sedikit dari posisi kesetimbangannya maka tidak ada torsi atau gaya yang menggerakkannya ke salah satu arah. Kesetimbangan stabil terjadi bila torsi atau gaya yang muncul karena perpindahan kecil dari benda tersebut 20

14 21 A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang analisis miskonsepsi telah dilakukan oleh beberapa ahli. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Andi Desy Yuliana Mukti, Trustho Raharjo, dan Edy Wiyono pada tahun 2010 melakukan penelitian buku ajar dengan judul Identifikasi Miskonsepsi dalam Buku Ajar Fisika SMA Kelas X Semester Gasal oleh. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada konsep-konsep yang berpotensi terjadi miskonsepsi dalam buku ajar Fisika (Fisika 1 SMA kelas X karangan Purwoko dan Fendi H. Cetakan kedua tahun 2010 yang diterbitkan Yudistira) dengan besar prosentase konsep-konsep yang berpotensi terjadi miskonsepsi dalam buku ajar tersebut adalam materi: (a) pengukuran 7,2 % ;(b) vektor 00,8 %; (c) kinematika gerak lurus 7,25 %: (d) kinematika gerak melingkar 1,6 %; (e) dinamika gerak lururs 7,2 % : (f) dinamika gerak melingkar 2,4 %. 2. Elya Nusantari pada tahun 2011 melakukan penilitian buku ajar dengan judul Analisis dan Penyebab Miskonsepsi pada Materi Genetika Buku SMA Kelas XII. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ditemukannya miskonsepsi pada konsep genetik seperti miskonsepsi pada konsep arti dan ruang lingkup genetika; materi genetik; gen, DNA, dan kromosom; hubungan gen, DNA-RNApolipeptida dan proses sintesis protein; prinsip hereditas dan mekanisme pewarisan sifat ; penentuan jenis kelamin; Hubungan pembelahan mitosis dan meiosis dengan pewarisan sifat; mutasi. 3. Nurul Fitrianingrum, Widha Sunarno, dan Dewanto Harjunowibowo pada tahun 2013 melakukan penilitian buku ajar dengan judul Analisis dan Penyebab Miskonsepsi Gerak Melingkar pada Buku Sekolah Elektronik (BSE) Fisika SMA Kelas X Semester I. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada miskonsepsi Gerak Melingkar pada buku-buku BSE cetakan pertama tahun 2009 yang 21

15 diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Kemendiknas, besar persentase miskonsepsi pada buku-buku tersebut 0 %. 4. Tyas Utami pada tahun 2013 melakukan penilitian buku ajar dengan judul Analisis Miskonsepsi Sistem Pernafasan dalam Buku Ajar Biologi SMA di Kotamadya Yogyakarta. Penelitian ini menyimmpulkan bahwa teridentifikasi adanya miskonsepsi sistempernafasan pada buku ajar Biologi SMA kela XI semester II di Kotamadya Yogyakarta tahun ajaran 2012/ Yusuf Hilmi A dan Oom Romlah pada tahun 2007 melakukan penelitian buku ajar dengan judul Identifikasi Kesalahan dan Miskonsepsi Buku Teks Biologi SMU, menyimpulkan bahwa dari tujuh topik Biologi (struktur tumbuhan, struktur dan fungsi sel,sistem koordinasi, metabolisme sel, bioteknologi, reproduksi sel, dan biogeografi) yang terdapat di dalam buku teks Biologi SMU yang diteliti memiliki kesalahan sebesar 17 %, miskonsepsi 11 %, dan memerlukan konsep alternatif sebesar 25 % dari seluruh konsep. Sebagian kecil siswa (< 25%) terpengaruh oleh kesalahan dan miskonsepsi yang terdapat di dalam buku teks. 6. Derya Kaltakҫi Gürel dan Ali Eryilmaz pada tahun 2013 melakukan penelitian dengan judul A Content Analysis of Physics Textbooks as a Probable Source of Misconceptions in Geometric Optics. Pada penelitian ini ditemukan keterangan yang berpotensi menimbulkan miskonsepsi pada buku ajar fisika tersebut yang sebagian besar terjadi pada submateri pembentukan bayangan pada cermin, Observer s Eye in Virtual Image Case, Observer s Eye in Real Image Case, dan Refraction on Observer s Eye 7. Elif Omca Cobanoglu dan Birgul Sahin pada tahun 2009 melakukan penelitian dengan judul Underlining the Problems in Biology Textbook for 10th Grades in High School Education Using the Suggestions of Practicing Teachers, menyimpulkan bahwa buku teks Biologi yang diteliti mengandung miskonsepsi, sehingga dapat mempengaruhi pembelajaran. Tipe pertanyaan yang digunakan tidak mengandung penyelidikan. Disamping itu, buku teks menekankan pada 22 22

16 23 guru agar mendorong peserta didik untuk mengingat, sehingga harus ditinjau kembali. 8. Narendra D. Deshmukh dan Veena M. Deshmukh pada tahun 2011 melakukan penelitian dengan judul Textbook: A Source of Students Misconceptions at The Secondary School Level. Penelitian ini menyimpulkan bahwa banyak penulis buku teks, guru, dan siswa tidak menyadari miskonsepsi yang terdapat dalam buku teks. Peneliti menyarankan penulis buku untuk menghapus miskonsepsi yang terdapat pada buku teks, karena buku teks yang beredar dianggap oleh guru dan siswa sebagai buku yang tidak memiliki kesalahan konsep. B. Kerangka Berfikir Sumber belajar tidak lepas dalam kegiatan pembelajaran. Sumber belajar terdiri dari berbagai jenis, seperti pesan, manusia, alat, bahan, dan teknik. Salah satu contoh dari sumber belajar berjenis bahan adalah buku ajar. Buku ajar dalam proses pembelajaran sangat penting peranannya, karena buku merupakan sumber utama dalam kegiatan pembelajaran. Permasalahan yang sering terjadi dalam buku adar yang digunakan dalam pembelajaran ialah Miskonsepsi, terlebih lagi pada sains terutama Fisika. Miskonsepsi pada Fisika yang paling banyak terjadi adalah pada bidang mekanika yang merupakan materi awal dan utama dalam pembelajaran Fisika pada Sekolah Menengah Atas. Sehingga pada awal pembelajaran seharusnya dihindari terjadinya miskonsepsi. Mekanika terdiri dari beberapa pokok bahasan yang dipelajari dimana salah satunya adalah Dinamika Rotasi Benda Tegar. Berdasarkan uraian kerangka berfikir di atas, maka dapat dibuat suatu paradigma penelitian yang ditunjukkan pada Gambar

17 24 Sumber belajar Bahan Buku merupakan sumber informasi utama dalam pembelajaran Permasalahan yang sering terjadi dalam Buku ajar adalah miskonsepsi Dinamika Rotasi Benda Tegar Mekanik Miskonsepsi dalam Fisika Analisis Miskonsepsi Dinamika Rotasi benda Tegar pada Buku Ajar Fisika SMA Gambar 2.6. Diagram Paradigma Penelitian C. Pertanyaan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis meneliti tiga buku ajar sebagai objek penelitian. Tiga buku ajar yang diteliti ini adalah : 1. Buku ajar berjudul Fisika untuk SMA Kelas XI karangan Marthen Kanginan yang diterbitkan oleh penerbit Erlangga pada tahun 2006, 2. Buku ajar berjudul Terpadu Fisika untuk SMA/ MA Kelas XI Semester 2 karangan Bob Foster yang diterbitkan oleh Erlangga pada tahun 2012, 3. Buku ajar berjudul Fisika untuk SMA dan MA Kelas XI karangan Sri Handayani dan Ari Damari yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tahun Berdasarkan uraian kerangka berfikir penelitian, dapat diperoleh pertanyaanpertanyaan peelitian sebagi berikut : 24

18 25 1. Apakah ada miskonsepsi pada materi Dinamika Rotasi Benda Tegar pada tiga buku yang diteliti? 2. Berapa persen miskonsepsi pada materi Dinamika Rotasi Benda Tegar pada tiga buku yang diteliti? 3. Apakah ada indikasi keterangan lainya (kesalahan kalimat, gambar, penulisan perumusan, dll) yang berpotensi menimbulkan miskonsepsi pada materi Dinamika Rotasi Benda Tegar pada tiga buku yang diteliti? 25

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 37 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah konsep-konsep Fisika pada materi Dinamika Rotasi Benda Tegar yang terdapat dalam 3 buku SMA kelas XI yang diteliti yaitu

Lebih terperinci

FISIKA XI SMA 3

FISIKA XI SMA 3 FISIKA XI SMA 3 Magelang @iammovic Standar Kompetensi: Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar: Merumuskan hubungan antara konsep torsi,

Lebih terperinci

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI Momen gaya : Simbol : τ Momen gaya atau torsi merupakan penyebab benda berputar pada porosnya. Momen gaya terhadap suatu poros tertentu

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

a. Hubungan Gerak Melingkar dan Gerak Lurus Kedudukan benda ditentukan berdasarkan sudut θ dan jari jari r lintasannya Gambar 1

a. Hubungan Gerak Melingkar dan Gerak Lurus Kedudukan benda ditentukan berdasarkan sudut θ dan jari jari r lintasannya Gambar 1 . Pengantar a. Hubungan Gerak Melingkar dan Gerak Lurus Gerak melingkar adalah gerak benda yang lintasannya berbentuk lingkaran dengan jari jari r Kedudukan benda ditentukan berdasarkan sudut θ dan jari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buku teks pelajaran merupakan salah satu sarana penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Keberadaan buku teks memberikan dampak yang signifikan dalam

Lebih terperinci

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L)

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L) Dinamika Rotasi adalah kajian fisika yang mempelajari tentang gerak rotasi sekaligus mempelajari penyebabnya. Momen gaya adalah besaran yang menyebabkan benda berotasi DINAMIKA ROTASI momen inersia adalah

Lebih terperinci

FIsika DINAMIKA ROTASI

FIsika DINAMIKA ROTASI KTS & K- Fsika K e l a s X DNAMKA ROTAS Tujuan embelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami konsep momen gaya dan momen inersia.. Memahami teorema sumbu

Lebih terperinci

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi titik berat, dan momentum sudut pada benda tegar (statis dan dinamis) dalam kehidupan sehari-hari.benda tegar (statis dan Indikator Pencapaian Kompetensi: 3.1.1

Lebih terperinci

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar A. Torsi 1. Pengertian Torsi Torsi atau momen gaya, hasil perkalian antara gaya dengan lengan gaya. r F Keterangan: = torsi (Nm) r = lengan gaya (m) F = gaya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014 Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 318 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Fisika Kelas XI SCI Semester I Oleh: M. Kholid, M.Pd. 43 P a g e 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Kompetensi Inti : Memahami, menerapkan, dan

Lebih terperinci

Satuan dari momen gaya atau torsi ini adalah N.m yang setara dengan joule.

Satuan dari momen gaya atau torsi ini adalah N.m yang setara dengan joule. Gerak Translasi dan Rotasi A. Momen Gaya Momen gaya merupakan salah satu bentuk usaha dengan salah satu titik sebagai titik acuan. Misalnya anak yang bermain jungkat-jungkit, dengan titik acuan adalah

Lebih terperinci

SILABUS ROTASI BENDA TEGAR UNTUK SMU KELAS 2 SEMESTER 2. Disusun Oleh SAEFUL KARIM

SILABUS ROTASI BENDA TEGAR UNTUK SMU KELAS 2 SEMESTER 2. Disusun Oleh SAEFUL KARIM SILABUS ROTASI BENDA TEGAR UNTUK SMU KELAS 2 SEMESTER 2 Disusun Oleh SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI 2003 SILABUS ROTASI BENDA TEGAR Mata Pelajaran Kelas/Semester Satuan Pendidikan Alokasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Vektor Ada beberapa besaran fisis yang cukup hanya dinyatakan dengan suatu angka dan satuan yang menyatakan besarnya saja. Ada juga besaran fisis yang tidak

Lebih terperinci

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi 1. Sistem Diskrit Tinjaulah sistem yang terdiri atas 2 benda. Benda A dan benda B dihubungkan dengan batang ringan yang tegar dengan sebuah batang tegak yang

Lebih terperinci

bermassa M = 300 kg disisi kanan papan sejauh mungkin tanpa papan terguling.. Jarak beban di letakkan di kanan penumpu adalah a m c m e.

bermassa M = 300 kg disisi kanan papan sejauh mungkin tanpa papan terguling.. Jarak beban di letakkan di kanan penumpu adalah a m c m e. SOAL : 1. Empat buah gaya masing-masing : F 1 = 100 N F 2 = 50 N F 3 = 25 N F 4 = 10 N bekerja pada benda yang memiliki poros putar di titik P. Jika ABCD adalah persegi dengan sisi 4 meter, dan tan 53

Lebih terperinci

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus BAB 7. GERAK ROTASI 7.1. Pendahuluan Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus Sebuah benda tegar bergerak rotasi murni jika setiap partikel pada benda tersebut

Lebih terperinci

MAKALAH MOMEN INERSIA

MAKALAH MOMEN INERSIA MAKALAH MOMEN INERSIA A. Latar belakang Dalam gerak lurus, massa berpengaruh terhadap gerakan benda. Massa bisa diartikan sebagai kemampuan suatu benda untuk mempertahankan kecepatan geraknya. Apabila

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 5 MOMEN INERSIA

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 5 MOMEN INERSIA LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 5 MOMEN INERSIA Nama : Lukman Santoso NPM : 240110090123 Tanggal / Jam Asisten : 17 November 2009/ 15.00-16.00 WIB : Dini Kurniati TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Kinematika Rotasi. Dinamika Rotasi

Fisika Umum (MA101) Kinematika Rotasi. Dinamika Rotasi Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Kinematika Rotasi Hukum Gravitasi Dinamika Rotasi Kinematika Rotasi Perpindahan Sudut Riview gerak linear: Perpindahan, kecepatan, percepatan r r = r f r i, v =, t a

Lebih terperinci

BENDA TEGAR FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

BENDA TEGAR FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta 1/36 FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) BENDA TEGAR Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id Rotasi Benda Tegar Benda tegar adalah sistem partikel yang

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN GURU FISIKA SMA/MA

MATERI PELATIHAN GURU FISIKA SMA/MA MATERI PELATIHAN GURU FISIKA SMA/MA a. Judul: Pembelajaran Gerak Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar Berbasis Koop untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMA b. Kompetensi Dasar Setelah berpartisipasi

Lebih terperinci

SOAL SOAL FISIKA DINAMIKA ROTASI

SOAL SOAL FISIKA DINAMIKA ROTASI 10 soal - soal fisika Dinamika Rotasi SOAL SOAL FISIKA DINAMIKA ROTASI 1. Momentum Sudut Seorang anak dengan kedua lengan berada dalam pangkuan sedang berputar pada suatu kursi putar dengan 1,00 putaran/s.

Lebih terperinci

3.6.1 Menganalisis momentum sudut pada benda berotasi Merumuskan hukum kekekalan momentum sudut.

3.6.1 Menganalisis momentum sudut pada benda berotasi Merumuskan hukum kekekalan momentum sudut. I. Kompetensi Inti KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai),

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GASAL. Abstrak

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GASAL. Abstrak IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GASAL Andi Desy Yuliana Mukti 1), Trustho Raharjo 2), Edy Wiyono 2) 1). Alumnus Prodi Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA FKIP UNS 2). Dosen

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 80 BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Benda tegar adalah benda yang dianggap sesuai dengan dimensi ukuran sesungguhnya dengan jarak antar partikel penyusunnya tetap. Ketika benda tegar

Lebih terperinci

Dari gamabar diatas dapat dinyatakan hubungan sebagai berikut.

Dari gamabar diatas dapat dinyatakan hubungan sebagai berikut. Pengertian Gerak Translasi dan Rotasi Gerak translasi dapat didefinisikan sebagai gerak pergeseran suatu benda dengan bentuk dan lintasan yang sama di setiap titiknya. gerak rotasi dapat didefinisikan

Lebih terperinci

DEPARTMEN IKA ITB Jurusan Fisika-Unej BENDA TEGAR. MS Bab 6-1

DEPARTMEN IKA ITB Jurusan Fisika-Unej BENDA TEGAR. MS Bab 6-1 Jurusan Fisika-Unej BENDA TEGAR Kuliah FI-1101 Fisika 004 Dasar Dr. Linus Dr Pasasa Edy Supriyanto MS Bab 6-1 Jurusan Fisika-Unej Bahan Cakupan Gerak Rotasi Vektor Momentum Sudut Sistem Partikel Momen

Lebih terperinci

BAB 13 MOMEN INERSIA Pendahuluan

BAB 13 MOMEN INERSIA Pendahuluan BAB 13 MOMEN INERSIA 13.1. Pendahuluan Pada pembahasan mengenai Torsi, gurumuda sudah menjelaskan pengaruh torsi terhadap gerakan benda yang berotasi. semakin besar torsi, semakin besar pengaruhnya terhadap

Lebih terperinci

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan SP FISDAS I Perihal : Matriks, pengulturan, dimensi, dan sebagainya. Bisa baca sendiri di tippler..!! KINEMATIKA : Gerak benda tanpa diketahui penyebabnya ( cabang dari ilmu mekanika ) DINAMIKA : Pengaruh

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN FIS A. BENDA TEGAR Benda tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk dan volume selama bergerak. Benda tegar dapat mengalami dua macam gerakan, yaitu translasi dan rotasi. Gerak translasi

Lebih terperinci

dengan g adalah percepatan gravitasi bumi, yang nilainya pada permukaan bumi sekitar 9, 8 m/s².

dengan g adalah percepatan gravitasi bumi, yang nilainya pada permukaan bumi sekitar 9, 8 m/s². Hukum newton hanya memberikan perumusan tentang bagaimana gaya mempengaruhi keadaan gerak suatu benda, yaitu melalui perubahan momentumnya. Sedangkan bagaimana perumusan gaya dinyatakan dalam variabelvariabel

Lebih terperinci

Gerak rotasi: besaran-besaran sudut

Gerak rotasi: besaran-besaran sudut Gerak rotasi Benda tegar Adalah kumpulan benda titik dengan bentuk yang tetap (jarak antar titik dalam benda tersebut tidak berubah) Gerak benda tegar dapat dipandang sebagai gerak suatu titik tertentu

Lebih terperinci

Bab VI Dinamika Rotasi

Bab VI Dinamika Rotasi Bab VI Dinamika Rotasi Sumber : Internet : www.trade center.com Adanya gaya merupakan faktor penyebab terjadinya gerak translasi. Bianglala yang berputar terjadi karena kecenderungan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

Saat mempelajari gerak melingkar, kita telah membahas hubungan antara kecepatan sudut (ω) dan kecepatan linear (v) suatu benda

Saat mempelajari gerak melingkar, kita telah membahas hubungan antara kecepatan sudut (ω) dan kecepatan linear (v) suatu benda 1 Benda tegar Pada pembahasan mengenai kinematika, dinamika, usaha dan energi, hingga momentum linear, benda-benda yang bergerak selalu kita pandang sebagai benda titik. Benda yang berbentuk kotak misalnya,

Lebih terperinci

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13 Fakultas Perikanan - KESETIMBANGAN Kondisi benda setelah menerima gaya-gaya luar SEIMBANG : Bila memenuhi HUKUM NEWTON I Resultan Gaya yang bekerja pada benda besarnya sama dengan nol sehingga benda tersebut

Lebih terperinci

GERAK BENDA TEGAR. Kinematika Rotasi

GERAK BENDA TEGAR. Kinematika Rotasi GERAK BENDA TEGAR Benda tegar adalah sistem benda yang terdiri atas sistem benda titik yang jumlahnya tak-hinggadan jika ada gaya yang bekerja, jarak antara titik-titik anggota sistem selalu tetap. Gerak

Lebih terperinci

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan pernyataan BENAR atau SALAH. Jika jawaban anda BENAR, pilihlah alasannya yang cocok dengan jawaban anda. Begitu pula jika

Lebih terperinci

Pembahasan UAS I = 2/3 m.r 2 + m.r 2 = 5/3 m.r 2 = 5/3 x 0,1 x (0,05) 2

Pembahasan UAS I = 2/3 m.r 2 + m.r 2 = 5/3 m.r 2 = 5/3 x 0,1 x (0,05) 2 Pembahasan UAS 2013 1. Sebuah cakram homogen berjari-jari 0,3 m pada titik tengahnya terdapat sebuah poros mendatar dan tegak lurus dengan cakram. Seutas tali dililitkan melingkar pada sekeliling cakram

Lebih terperinci

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi)

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi) Gerak Rotasi Momen Inersia Terdapat perbedaan yang penting antara masa inersia dan momen inersia Massa inersia adalah ukuran kemalasan suatu benda untuk mengubah keadaan gerak translasi nya (karena pengaruh

Lebih terperinci

ANALISIS MISKONSEPSI DINAMIKA PARTIKEL PADA BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS X

ANALISIS MISKONSEPSI DINAMIKA PARTIKEL PADA BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS X ANALISIS MISKONSEPSI DINAMIKA PARTIKEL PADA BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS X Anwar Hidayat, Drs. Trustho Raharjo, M. Pd, Drs. Edy Wiyono, M.Pd. Prodi Pendidikan Fisika, Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

4 I :0 1 a :4 9 1 isik F I S A T O R A IK M A IN D

4 I :0 1 a :4 9 1 isik F I S A T O R A IK M A IN D 9:4:04 Posisi, Kecepatan dan Percepatan Angular 9:4:04 Partikel di titik P bergerak melingkar sejauh θ. Besarnya lintasan partikelp (panjang busur) sebanding sebanding dengan: s = rθ Satu keliling lingkaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum memperoleh pendidikan formal, sejak lahir anak sudah memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai alam yang berkaitan dengan Fisika. Pengalaman dan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN PANJANG POROS SUATU BENDA TERHADAP KECEPATAN SUDUT PUTAR

PENGARUH PERBEDAAN PANJANG POROS SUATU BENDA TERHADAP KECEPATAN SUDUT PUTAR PENGARUH PERBEDAAN PANJANG POROS SUATU BENDA TERHADAP KECEPATAN SUDUT PUTAR Sri Jumini 1, Lilis Muhlisoh 2 1,2) Prodi Pendidikan Fisika, FITK UNSIQ Wonosobo jawa Tengah Email : umyfadhil@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Momen inersia yaitu ukuran kelembapan suatu benda untuk berputar. Rumusannya yaitu sebagai berikut:

Momen inersia yaitu ukuran kelembapan suatu benda untuk berputar. Rumusannya yaitu sebagai berikut: Momen Gaya Momen gaya merupakan salah satu bentuk usaha dengan salah satu titik sebagai titik acuan. Momen gaya merupakan hasil kali gaya dan jarak terpendek arah garis kerja terhadap titik tumpu. Momen

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 85 BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Benda tegar adalah benda yang dianggap sesuai dengan dimensi ukuran sesungguhnya di mana jarak antar partikel penyusunnya tetap. Ketika benda tegar

Lebih terperinci

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O 1 1. Empat buah partikel dihubungkan dengan batang kaku yang ringan dan massanya dapat diabaikan seperti pada gambar berikut: Jika jarak antar partikel sama yaitu 40 cm, hitunglah momen inersia sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Miskonsepsi a. Konsep Mengenai pengertian konsep, Winkel berpendapat bahwa Konsep adalah satuan arti yang dapat mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar a. Teori Belajar Belajar bukan suatu kegiatan untuk menghafal ataupun mengingat. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan

Lebih terperinci

Nama : Mohammad Syaiful Lutfi NIM : D Kelas : Elektro A

Nama : Mohammad Syaiful Lutfi NIM : D Kelas : Elektro A Nama : Mohammad Saiful Lutfi NIM : D46 Kelas : Elektro A RANGKUMAN MATERI MOMENTUM SUDUT DAN BENDA TEGAR Hukum kekalan momentum linier meruakan salah satu dari beberaa hukum kekalan dalam fisika. Dalam

Lebih terperinci

ANALISIS MISKONSEPSI DINAMIKA ROTASI BENDA TEGAR PADA BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI

ANALISIS MISKONSEPSI DINAMIKA ROTASI BENDA TEGAR PADA BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI ANALISIS MISKONSEPSI DINAMIKA ROTASI BENDA TEGAR PADA BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI Skripsi Oleh: Laila Nur Afianti K2310058 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

Lebih terperinci

Statika. Pusat Massa Dan Titik Berat

Statika. Pusat Massa Dan Titik Berat Statika Pusat Massa Dan Titik Berat STATIKA adalah ilmu kesetimbangan yang menyelidiki syarat-syarat gaya yang bekerja pada sebuah benda/titik materi agar benda/titik materi tersebut setimbang. PUSAT MASSA

Lebih terperinci

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika. Hukum Newton. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika. Hukum Newton. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika Hukum Newton Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinematika Mempelajari gerak materi tanpa melibatkan

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

GERAK ROTASI. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com

GERAK ROTASI. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com GERAK ROTASI Hoga saragih Benda tegar yang dimaksud adalah benda dengan bentuk tertentu yang tidak berubah, sehinga partikelpartikel pembentuknya berada pada posisi tetap relatif satu sama lain. Tentu

Lebih terperinci

Mengukur Kebenaran Konsep Momen Inersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring

Mengukur Kebenaran Konsep Momen Inersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring POSDNG SKF 16 Mengukur Kebenaran Konsep Momen nersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring aja Muda 1,a), Triati Dewi Kencana Wungu,b) Lilik Hendrajaya 3,c) 1 Magister Pengajaran Fisika Fakultas

Lebih terperinci

(translasi) (translasi) Karena katrol tidak slip, maka a = αr. Dari persamaan-persamaan di atas kita peroleh:

(translasi) (translasi) Karena katrol tidak slip, maka a = αr. Dari persamaan-persamaan di atas kita peroleh: a 1.16. Dalam sistem dibawah ini, gesekan antara m 1 dan meja adalah µ. Massa katrol m dan anggap katrol tidak slip. Abaikan massa tali, hitung usaha yang dilakukan oleh gaya gesek selama t detik pertama!

Lebih terperinci

Pembahasan UAS I = 2/3 m.r 2 + m.r 2 = 5/3 m.r 2 = 5/3 x 0,1 x (0,05) 2

Pembahasan UAS I = 2/3 m.r 2 + m.r 2 = 5/3 m.r 2 = 5/3 x 0,1 x (0,05) 2 Pembahasan UAS 2014 1. Sebuah cakram homogen berjari-jari 0,3 m pada titik tengahnya terdapat sebuah poros mendatar dan tegak lurus dengan cakram. Seutas tali dililitkan melingkar pada sekeliling cakram

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : E123101 / FISIKA DASAR 1 Revisi 3 Satuan Kredit Semester : 3 SKS Tgl revisi : 05 Januari 2012 Jml Jam kuliah dalam seminggu

Lebih terperinci

SOAL DINAMIKA ROTASI

SOAL DINAMIKA ROTASI SOAL DINAMIKA ROTASI A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Sistem yang terdiri atas bola A, B, dan C yang posisinya seperti tampak pada gambar, mengalami gerak rotasi. Massa bola A, B,

Lebih terperinci

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

Pelatihan Ulangan Semester Gasal Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN GERAK ROTASI UNTUK SMU KELAS 2 SEMESTER 2. Disusun Oleh SAEFUL KARIM

RENCANA PEMBELAJARAN GERAK ROTASI UNTUK SMU KELAS 2 SEMESTER 2. Disusun Oleh SAEFUL KARIM RENCANA PEMBELAJARAN GERAK ROTASI UNTUK SMU KELAS 2 SEMESTER 2 Disusun Oleh SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI 2003 RENCANA PEMBELAJARAN GERAK ROTASI Mata Pelajaran Kelas/Semester Satuan

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal ME KANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINE MATI KA = Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buku ajar ini mewajibkan guru untuk berfikir kritis dan selektif dalam memilih

BAB I PENDAHULUAN. buku ajar ini mewajibkan guru untuk berfikir kritis dan selektif dalam memilih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buku ajar atau buku teks memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran sebagai sumber belajar siswa maupun pegangan guru. Setiap awal tahun ajaran baru,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 2 PESAWAT ATWOOD

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 2 PESAWAT ATWOOD LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 2 PESAWAT ATWOOD Nama : Nova Nurfauziawati NPM : 240210100003 Tanggal / jam : 2 Desember 2010 / 13.00-15.00 WIB Asisten : Dicky Maulana JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT 1. VEKTOR Jika diketahui vektor A = 4i 8j 10k dan B = 4i 3j + 2bk. Jika kedua vektor tersebut saling tegak lurus, maka tentukan

Lebih terperinci

BAB I. Penyusun SUMARTI SEKOLAH MENENGAH ATAS. Kata Pengantar. Modul Keseimbangan Benda Tegar 2

BAB I. Penyusun SUMARTI SEKOLAH MENENGAH ATAS. Kata Pengantar. Modul Keseimbangan Benda Tegar 2 SEKOLAH MENENGAH ATAS 2016 BAB I Penyusun SUMARTI SEKOLAH MENENGAH ATAS 2016 Kata Pengantar Modul Keseimbangan Benda Tegar 2 Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan hidayah-nya,

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR FIS-3.1/4.1/3/1-1 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 1. IDENTITAS a. Nama Mata Pelajaran : Fisika b. Semester : 3 c. Kompetensi Dasar : 3.1 Menerapkan konsep torsi, momen inersia, titik berat,

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINEMATIKA = Ilmu gerak Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Treefy Education Pelatihan OSN Online Nasional Jl Mangga III, Sidoarjo, Jawa WhatsApp:

Treefy Education Pelatihan OSN Online Nasional Jl Mangga III, Sidoarjo, Jawa  WhatsApp: Treefy Education PEMBAHASAN LATIHAN 1 1.a) Bayangkan bola berada di puncak pipa. Ketika diberikan sedikit dorongan, bola akan bergerak dan menabrak tanah dengan kecepatan. Gerakan tersebut merupakan proses

Lebih terperinci

v adalah kecepatan bola A: v = ωr. Dengan menggunakan I = 2 5 mr2, dan menyelesaikan persamaanpersamaan di atas, kita akan peroleh: ω =

v adalah kecepatan bola A: v = ωr. Dengan menggunakan I = 2 5 mr2, dan menyelesaikan persamaanpersamaan di atas, kita akan peroleh: ω = v adalah kecepatan bola A: v = ωr. ω adalah kecepatan sudut bola A terhadap sumbunya (sebenarnya v dapat juga ditulis sebagai v = d θ dt ( + r), tetapi hubungan ini tidak akan kita gunakan). Hukum kekekalan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Mata Kuliah : Fisika Dasar 1 Kode/SKS : FIS 1 / 3 (2-3) Deskrisi : Mata Kuliah Fisika Dasar ini diberikan untuk mayor yang memerlukan dasar fisika yang kuat, sehingga

Lebih terperinci

MODUL. DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA MATARAM SMA NEGERI 1 MATARAM JL. PENDIDIKAN NO. 21 TELP/Fax. (0370) MATARAM

MODUL. DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA MATARAM SMA NEGERI 1 MATARAM JL. PENDIDIKAN NO. 21 TELP/Fax. (0370) MATARAM MODUL OLEH BURHANUDIN, SPd NIP 98 005 00 0 009 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA MATARAM SMA NEGERI MATARAM JL PENDIDIKAN NO TELP/ax (070) 665 MATARAM MODUL ISIKA TORSI DAN KESEIMBANGAN SMAN MATARAM

Lebih terperinci

SASARAN PEMBELAJARAN

SASARAN PEMBELAJARAN 1 2 SASARAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu menyelesaikan persoalan gerak partikel melalui konsep gaya. 3 DINAMIKA Dinamika adalah cabang dari mekanika yang mempelajari gerak benda ditinjau dari penyebabnya.

Lebih terperinci

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR BAB DNAMKA OTAS DAN KESEMBANGAN BENDA TEGA. SOA PHAN GANDA. Dengan menetapkan arah keluar bidang kertas, sebagai arah Z positif dengan vektor satuan k, maka torsi total yang bekerja pada batang terhadap

Lebih terperinci

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA BAB. 6 DINAMIKA OTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGA A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INESIA 1. Momen Gaya Benda hanya dapat mengaami perubahan gerak rotasi jika pada benda tersebut diberi momen gaya, dengan adanya

Lebih terperinci

Statika dan Dinamika

Statika dan Dinamika Statika dan Dinamika Dinamika Dinamika adalah mempelajari tentang gerak dengan menganalisis penyebab gerak tersebut. Dinamika meliputi: Hubungan antara massa dengan gaya : Hukum Newton tentang gerak. Momentum,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA Koefisien Gesek dan Resultan Gaya Sejajar Disusun Oleh : Hermy Yuanita Jefferson Syaputra Nur Fitria Ramadhani Salma Nur Amalina XII IPA 7 KATA PENGANTAR Puji Syukur tim penulis

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Nama/Kode mata kuliah : Mekanika/FI342 Jumlah SKS/Semester : 4 / 4 Program : S1 (Pendidikan Fisika, Fisika murni) Nama Dosen : 1. Drs. I Made Padri, M.Pd 2. Selly Feranie, S.Pd,

Lebih terperinci

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI SMA SEMESTER 1 BERDASARKAN KURIKULUM 2013 USAHA DAN ENERGI. Disusun Oleh : Nama : Muhammad Rahfiqa Zainal NIM :

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI SMA SEMESTER 1 BERDASARKAN KURIKULUM 2013 USAHA DAN ENERGI. Disusun Oleh : Nama : Muhammad Rahfiqa Zainal NIM : BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI SMA SEMESTER 1 BERDASARKAN KURIKULUM 2013 USAHA DAN ENERGI Disusun Oleh : Nama : Muhammad Rahfiqa Zainal NIM : 1201437 Prodi : Pendidikan Fisika (R) JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran : SMK : XI (Sebelas) : FISIKA A. Standar Kompetensi 1. Menerapkan konsep impuls dan momentum. B. Kompetensi Dasar 1. Mengenali

Lebih terperinci

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak?????

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak????? DINAMIKA PARTIKEL GAYA Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain Macam-macam gaya : a. Gaya kontak gaya normal, gaya gesek, gaya tegang tali, gaya

Lebih terperinci

DINAMIKA. Massa adalah materi yang terkandung dalam suatu zat dan dapat dikatakan sebagai ukuran dari inersia(kelembaman).

DINAMIKA. Massa adalah materi yang terkandung dalam suatu zat dan dapat dikatakan sebagai ukuran dari inersia(kelembaman). DINAMIKA Konsep Gaya dan Massa Massa adalah materi yang terkandung dalam suatu zat dan dapat dikatakan sebagai ukuran dari inersia(kelembaman). Gaya adalah penyebab terjadi gerakan pada benda. Konsep Gaya

Lebih terperinci

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR Dinamika mempelajari pengaruh lingkungan terhadap keadaan gerak suatu sistem. Pada dasarya persoalan dinamika dapat dirumuskan sebagai berikut: Bila sebuah sistem dengan

Lebih terperinci

Treefy Education Pelatihan OSN Online Nasional Jl Mangga III, Sidoarjo, Jawa WhatsApp:

Treefy Education Pelatihan OSN Online Nasional Jl Mangga III, Sidoarjo, Jawa  WhatsApp: PEMBAHASAN SOAL LATIHAN 2 1. Bola awalnya bergerak dengan lintasan lingkaran hingga sudut sebelum bergerak dengan lintasan parabola seperti sketsa di bawah ini. Koordinat pada titik B adalah. Persamaan

Lebih terperinci

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO Departemen Fisika Universitas Airlangga, Surabaya E-mail address, P. Carlson: i an cakep@yahoo.co.id URL: http://www.rosyidadrianto.wordpress.com Puji syukur

Lebih terperinci

Keseimbangan, Momen Gaya, Pusat Massa, dan Titik Berat

Keseimbangan, Momen Gaya, Pusat Massa, dan Titik Berat Keseimbangan, Momen Gaya, Pusat Massa, dan Titik Berat OLEH : KELOMPOK IV VIRA AUDINA 171910301148 ANGEL NOVITA T.L.A 171910301146 MAWAN TRIKANADA 171910301104 AINUN HIDAYAT PUTRA 171910301058 ELYAS ARROCHMAN

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

Pengertian Momen Gaya (torsi)- momen gaya.

Pengertian Momen Gaya (torsi)- momen gaya. Pengertian Momen Gaya (torsi)- Dalam gerak rotasi, penyebab berputarnya benda merupakan momen gaya atau torsi. Momen gaya atau torsi sama dengan gaya pada gerak tranlasi. Momen gaya (torsi) adalah sebuah

Lebih terperinci

Mata Kuliah: Statika Struktur Satuan Acara Pengajaran:

Mata Kuliah: Statika Struktur Satuan Acara Pengajaran: Mata Kuliah: Statika Struktur Satuan Acara engajaran: Minggu I II III IV V VI VII VIII IX X XI Materi Sistem aya meliputi Hk Newton, sifat, komposisi, komponen, resultan, keseimbangan gaya, Momen dan Torsi

Lebih terperinci

KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI Ignasia Evi Susanti 1, Diane Noviandini 1, Marmi Sudarmi 1 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Jl.

Lebih terperinci

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. HUKUM-HUKUM GERAK NEWTON Beberapa Definisi dan pengertian yang berkaitan dgn hukum gerak newton

Lebih terperinci

BAB IV DINAMIKA PARTIKEL. A. STANDAR KOMPETENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel).

BAB IV DINAMIKA PARTIKEL. A. STANDAR KOMPETENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel). BAB IV DINAMIKA PARIKEL A. SANDAR KOMPEENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel). B. KOMPEENSI DASAR : 1. Menjelaskan Hukum Newton sebagai konsep dasar

Lebih terperinci

MAKALAH MOMEN GAYA. Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Mekanik. Disusun Oleh: 1.Heri Kiswanto 2.M Abdul Aziz

MAKALAH MOMEN GAYA. Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Mekanik. Disusun Oleh: 1.Heri Kiswanto 2.M Abdul Aziz MAKALAH MOMEN GAYA Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Mekanik Disusun Oleh: 1.Heri Kiswanto 2.M Abdul Aziz JURUSAN TEKNIK INDUSTRI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEXMACO SUBANG 2015 MOMEN GAYA

Lebih terperinci

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas Soal Multiple Choise 1.(4 poin) Sebuah benda yang bergerak pada bidang dua dimensi mendapat gaya konstan. Setelah detik pertama, kelajuan benda menjadi 1/3 dari kelajuan awal benda. Dan setelah detik selanjutnya

Lebih terperinci