BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar a. Teori Belajar Belajar bukan suatu kegiatan untuk menghafal ataupun mengingat. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti bertambahnya pengetahuan, kecakapan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan dan aspek-aspek yang ada pada individu tersebut. Proses tersebut biasa dilakukan oleh setiap manusia dimanapun berada, baik di rumah, di masyarakat, maupun di sekolah. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi belajar oleh beberapa ahli. Abdillah (2003) dalam Aunurrahman (2009: 35) menyatakan belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh tujuan tertentu (perubahan tingkah laku) melalui latihan atau pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang merupakan hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungan. Sedangkan Gagne (1984) dalam Dahar (1989: 11) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan perilaku organisme akibat dari pengalaman. Perubahan-perubahan hasil dari proses belajar tersebut akan tampak dalam seluruh aspek tingkah laku. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang terjadi secara bertahap sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. Perubahan-perubahan itu, berbentuk kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama, 7

2 8 serta perubahan-perubahan tersebut terjadi karena usaha sadar yang dilakukan oleh individu yang sedang belajar. b. Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 456): konsep adalah: (1) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (2) gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Van den Berg (1991: 8) menyatakan konsep merupakan abstraksi dari suatu benda, kejadian, atau situasi yang memiliki ciri khas untuk mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berpfikir (bahasa adalah alat berfikir). Sedangkan Dahar (1989: 80) menyatakan konsep adalah abstraksi dari suatu objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan-hubungan yang memiliki atribut yang sama. Berdasarkan definisi konsep menurut beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan gagasan mengenai materi, peristiwa atau ciri khas suatu objek yang diabstraksikan untuk mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berpikir (bahasa adalah alat berfikir). Penguasaan konsep adalah mampu mengungkap arti serta mampu menjelaskan konsep-konsep dari suatu materi. c. Belajar Konsep Siswa sering menghafalkan definisi konsep tanpa memperhatikan hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain. Hal inilah yang membuat konsep baru tersebut tidak masuk dalam jaringan konsep yang telah dipahami siswa sebelumnya, tetapi konsepnya berdiri sendiri tanpa hubungan dengan konsep lainnya, padahal arti konsep sebenarnya berasal dari hubungan dengan konsep-konsep lain. Dahar (1989: 82) mengemukakan teori belajar konsep ditinjau dari dua pendekatan, yaitu: 1) Pendekatan perilaku. Perbedaan utama antara belajar konsep dan belajar yang lain commit adalah to belajar user konsep, anak yang belajar memberikan satu respon terhadap sejumlah stimulus yang berbeda,

3 jadi bukan memberikan satu respons terhadap satu stimulus. Stimulus-stimulus itu berbeda dalam beberapa atribut, tetapi stimulus-stimulus itu mempunyai satu atau lebih atribut yang sama. Tugas anak atau siswa adalah untuk mengasosiasikan satu respon dengan atribut-atribut yang sama diantara stimulus-stimulus itu. 2) Pendekatan kognitif. Pada pendekatan kognitif ini memusatkan pada proses perolehan, sifat dan bagaimana konsep-konsep disajikan dalam struktur kognitif. Sementara itu dalam buku Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi (Van den Berg, 1991: 11) dijelaskan bahwa mengajar konsep agar siswa dapat : (1) Mendefinisikan konsep yang bersangkutan. (2) Menjelaskan perbedaan konsep yang bersangkutan. (3) Menjelaskan hubungan dengan konsepkonsep lain. (4) Menjelaskan arti konsep dalam kehidupan seharihari dan menerapkannya dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tentang belajar konsep, maka dapat disimpulkan bahwa belajar konsep bukanlah menghafal konsep tetapi memperhatikan konsep-konsep awal yang dihubungkan dengan konsep baru atau konsep-konsep lain sehingga diperoleh konsep akhir yang diharapkan. Dengan demikian konsep baru yang masuk dalam struktur kognitif tidak berdiri sendiri melainkan satu kesatuan dan memiliki arti. 2. Miskonsepsi a. Konsepsi Van den Berg (1991: 10) menyatakan konsepsi adalah tafsiran perorangan dari suatu konsep ilmu, dimana tafsiran tersebut dapat berbeda untuk setiap orang. Misalnya, inti konsep dari proses rotasi dan revolusi bumi yang benar adalah bumi mengelilingi matahari. Tetapi, kebanyakan anak-anak mempunyai konsepsi yang berbeda, mereka beranggapan bahwa matahari yang mengelilingi bumi, karena tiap hari mereka melihat bahwa matahari terbit dari timur, terus bergerak keatas dan akhirnya terbenam di barat. Anak dengan tegas menyimpulkan bahwa matahari mengelilingi bumi sedangkan bumi diam. Padahal, menurut teori ilmiah konsepsi tersebut tidak benar. 9

4 10 b. Prakonsepsi Van den Berg (1991: 10) menyatakan prakonsepsi adalah konsepsi awal yang dimiliki oleh siswa sebelum pelajaran, meskipun sebelumnya mereka sudah pernah mendapatkannya. Misalnya siswa memasuki kelas untuk belajar Fisika, siswa telah memiliki pengetahuan tertentu tentang fisika yang disebut prakonsep. Sebagai contoh, siswa sebelum masuk materi Usaha dan Energi, mereka sudah berpengalaman dengan teori-teori serta peristiwa-peristiwa yang berkenaan dengan gaya. Prakonsepsi yang dimiliki siswa belum tentu benar. Hal ini kurang diperhatikan oleh guru. Prakonsepsi yang tidak benar jika tidak diperhatikan guru akan mengganggu proses belajar mengajar pada tahap selanjutnya. c. Miskonsepsi 1) Pengertian Miskonsepsi Flowler (1987) dalam Suparno (2005: 5) menyatakan bahwa miskonsepsi dapat berupa pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hierarkis konsepkonsep yang tidak benar. Menurut Van Den Berg (1991: 10) miskonsepsi siswa biasanya menyangkut kesalahan siswa dalam pemahaman antar konsep, hal ini dapat dijumpai ketika siswa menggabungkan dua konsep belajar yang baru dengan konsep yang lama. Misalnya, kesalahan dalam hubungan antar gaya dan momentum, atau antara massa jenis dengan massa. Suparno (2005: 8) menyatakan bahwa miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan pengertian ilmiah para ahli di bidang itu. Misalnya, siswa berpendapat bahwa pada saat seseorang mendorong meja dan meja tersebut belum bergerak maka tidak ada gaya yang bekerja pada meja tersebut. Padahal tidak demikian, meskipun meja tidak bergerak, pada meja tersebut tetap terjadi gaya yang diakibatkan oleh orang tersebut.

5 Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kesalahan pemahaman (miskonsepsi) merupakan kesalahan pengertian akan konsep, penggunaan konsep yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan hubungan antar konsep-konsep yang tidak benar. 2) Penyebab Miskonsepsi Suparno (2005: 53) menyatakan faktor penyebab miskonsepsi fisika dibagi menjadi lima sebab utama, yaitu berasal dari siswa, pengajar, buku teks, kontent, dan cara mengajar. Adapun penjelasan rincinya seperti yang disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1: Faktor-Faktor Penyebab Miskonsepsi (Suparno, 2005: 53) Sebab Utama Sebab Khusus Siswa Prakonsepsi, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, reasoning yang tidak lengkap, intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif siswa, minat belajar siswa. Pengajar Tidak menguasai bahan, tidak memberi waktu siswa untuk mengungkapkan gagasan, relasi guru-siswa jelek. Buku Teks Penjelasan keliru, salah tulis terutama dalam rumus,tingkat penulisan buku terlalu tinggi bagi siswa, buku teks tidak disertai pedoman penggunaan, buku fiksi dan kartun sains sering salah konsep sebagai daya tarik belajar. Konteks Pengalaman siswa keliru, bahasa sehari-hari berbeda, teman diskusi yang salah, penjelasan orang tua/orag lain yang keliru, konteks hidup siswa (TV, radio, film yang keliru). Cara Mengajar Hanya berisi ceramah dan menulis, langsung ke dalam bentuk matematika, tidak mengungkapkan miskonseps, tidak mengoreksi PR, model analogi yang dipakai kurang tepat. 11 Penelitian ini menganalisis penyebab miskonsepsi yang salah satunya dikarenakan oleh buku teks pelajaran. Suparno (2005: 44) menyatakan buku teks sebagai buku ajar dapat menyebabkan miskonsepsi karena bahasanya sulit atau karena penjelasannya yang tidak benar.

6 12 Lona (1987) & Renner (1990) dalam Suparno (2005: 45) menemukan bahwa beberapa miskonsepsi disebabkan oleh buku teks. Para peneliti menemukan beberapa kesalahan dalam buku Fisika, misalnya dalam menganalisis benda jatuh. Dalam buku tersebut menyatakan benda yang jatuh mempunyai energi kinetik sebesar, tanda negatif menunjukkan gerak benda ke arah bawah. Padahal cukup jelas bahwa pengertian energi kinetik negatif tidak ada dalam Fisika. Dalam buku Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Dalam Pendidikan Fisika (Suparno, 2005: 45) menjelaskan miskonsepsi juga terdapat dalam buku pelajaran Fisika di Indonesia. Dalam buku Fisika SMP dan SMA terdapat salah satu gambar yang berpotensi menyebabkan miskonsepsi. Buku tersebut menggambarkan peristiwa pembiasan, dimana pembiasan itu terjadi pada tengah lensa dan bukan pada permukaan lensa. Padahal yang benar adalah pembiasan terjadi pada permukaan, karena di situ terjadi perbedaan indeks bias dari dua medium yang berbeda. Adapun peristiwa pembiasan tersebut disajikan pada gambar 2.1 (Suparno, 2005: 45). Gambar 2.1. Sinar Dibiaskan Pada Tengah Lensa, Bukan Pada Permukaan Lensa. Suparno (2005: 46) menjelaskan buku teks sebagai buku ajar yang terlalu sulit bagi tingkat siswa yang sedang belajar dapat menumbuhkan miskonsepsi karena mereka sulit menangkap dan memahami isinya. Paul Suparno juga menyimpulkan banyak siswa mengalami miskonsepsi karena mereka tidak mengerti bagaimana membaca dan mempelajari buku sains misalnya buku Fisika. Mereka membaca buku Fisika seperti commit membaca to user novel. Mereka membaca dengan

7 3. Buku Ajar cepat tanpa memahami maksud dari buku tersebut, sehingga mereka tidak mengerti konsep-konsep baru secara baik. a. Pengertian Buku Ajar Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran Pasal 1 menjelaskan, Buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan. Muslich (2010: 50) dalam bukunya yang berjudul Text Book Writing menjelaskan bahwa buku teks sebagai buku pelajaran adalah sebuah buku yang berisi materi pelajaran tertentu yang disusun secara sistematis, mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu serta berorientasi pembelajaran dan perkembangan siswa untuk diasimilasikan. Muslich (2010: 51) menambahkan berdasarkan rumusan yang tertera pada Pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran, dapat disimpulkan beberapa indikator atau ciri penanda buku teks, antara lain : 1) Buku teks merupakan buku sekolah yang ditujukan bagi siswa pada jenjang pendidikan tertentu. 2) Buku teks berisi bahan yang telah terseleksi. 3) Buku teks selalu berkaitan dengan bidang studi atau mata pelajaran tertentu. 4) Buku teks biasanya disusun oleh para pakar di bidangnya. 5) Buku teks ditulis untuk tujuan instruksional tertentu. 6) Buku teks biasanya dilengkapi dengan sarana pembelajaran. 7) Buku teks disusun secara sistematis mengikuti strategi pembelajaran tertentu. 8) Buku teks untuk diasimilasikan dalam pembelajaran. 9) Buku teks disusun untuk menunjang program pembelajaran. 13 Berdasarkan definisi tentang buku ajar dari beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa commit buku to user teks pelajaran merupakan buku yang

8 berisi materi pelajaran tertentu yang digunakan siswa sebagai media pembelajaran, disusun secara sistematis oleh seorang atau tim pengarang berdasarkan kurikulum yang berlaku, baik yang diterbitkan oleh pemerintah (Depdiknas) maupun penerbit swasta yang dapat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan nasional. b. Karakteristik Buku Ajar Muslich (2010: 60) menyimpulkan bahwa buku teks merupakan karya tulis ilmiah, karena buku teks sebagai buku ajar memiliki kesamaan karakteristik dengan karya tulis ilmiah. Kesamaan ini terlihat pada hal-hal berikut: 1) Segi isi Buku teks berisi serangkaian pengetahuan atau informasi yang bisa dipertanggungjawabkan keilmiahannya. 2) Segi sajian Materi yang terdapat dalam buku teks diuraikan dengan mengikuti pola penalaran tertentu, sebagaimana pola penalaran dalam sajian ilmiah, yaitu pola penalaran induktif, deduktif, atau campuran (kombinasi induktif-deduktif). 3) Segi format Buku teks mengikuti konvensi buku ilmiah, baik pola penulisan, pola pengutipan, maupun pola pembahasan (Muslich, 2010: 60). Selain mempunyai ciri umum, buku teks juga mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan buku-buku ilmiah pada umumnya. Ciri-ciri khusus tersebut adalah sebagai berikut: 1) Buku teks disusun berdasarkan pesan kurikulum pendidikan. 2) Buku teks memfokuskan ke tujuan tertentu. 3) Buku teks menyajikan bidang pelajaran tertentu. 4) Buku teks berorientasi kepada kegiatan belajar siswa. 5) Buku teks dapat mengarahkan kegiatan mengajar guru di kelas. 6) Pola sajian buku teks disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa sasaran. 7) Gaya sajian buku teks dapat memunculkan kreativitas siswa dalam belajar (Muslich, 2010: 61-62). c. Pandangan Ahli Pendidikan terhadap Buku Ajar Para ahli pendidikan turut menanggapi kehadiran buku teks pelajaran yang semakin berkembang saat ini. Ada yang berpandangan 14

9 15 negatif, ada yang positif, dan adapula yang berpandangan moderat terhadap kehadiran buku teks, berikut penjelasannya (Muslich, 2010: 29) : 1) Pandangan negatif terhadap buku teks. Beberapa ahli berpandangan negatif terhadap kehadiran buku teks. Hal ini didasari oleh (Muslich: 2010: 30) : a) Buku teks kurang memperhatikan perbedan individual siswa. b) Desain buku teks sering tidak sesuai dengan kurikulum pendidikan. c) Bahan ajar dan konteks yang terdapat dalam buku teks sering tidak sesuai dengan kondisi dan lingkungan siswa sasaran. d) Bahan ajar yang terdapat dalam buku teks sering bias dan basi. 2) Pandangan positif terhadap buku teks. Sebaliknya, beberapa ahli pendidikan juga ada yang berpandangan positif terhadap kehadiran buku teks sebagai buku ajar. Hal ini didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan berikut (Muslich, 2010: 30-32) : a) Buku teks pelajaran merupakan pondasi belajar di kelas. b) Buku teks pelajaran memuat bahan ajar yang sebaiknya disajikan secara runtut dan memperhatikan tata cara penyajiannya. c) Jangkauan, jumlah, dan jenis bahan ajar yang terdapat dalam buku teks telah relatif pasti sehingga guru memungkinkan untuk mengalokasikan berdasarkan jadwal sekolah. d) Paparan masalah atau pokok persoalan (subject matter) dalam buku teks relatif teliti. e) Bahan ajar dalam buku teks cukup tertata baik. f) Buku teks pelajaran memuat alat bantu pengajaran yang mempermudah pemahaman siswa, misalnya gambar peta, dan diagram. g) Kesinambungan bahan ajar dalam buku teks telah diatur oleh penyusunnya. h) Buku teks pelajaran merupakan batu loncatan bagi siswa terbebas dari kegiatan mencatat yang merupakan pemborosan waktu, tenaga, dan pikiran.

10 i) Buku teks pelajaran sangat membantu sekolah yang tidak memiliki perpustakaan yang lengkap. j) Buku teks pelajaran yang dipublikasikan oleh pemerintah dan pihak swasta telah dipertimbangkan kualitasnya. 3) Pandangan yang moderat terhadap buku teks. Beberapa ahli pendidikan menilai bahwa kedua pandangan diatas memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu timbullah pandangan yang moderat terhadap kehadiran buku teks pelajaran. Mereka beranggapan bahwa tidak semua buku teks menguntungkan ataupun merugikan bagi kelangsungan pendidikan. Adapun pandangan moderat tersebut antara lain (Muslich, 2010: 33) : a) Tidak ada satupun buku teks pelajaran yang baik untuk semua situasi. b) Tidak ada buku teks pelajaran yang betul-betul bisa memenuhi harapan kurikulum. c) Tidak ada satupun buku teks pelajaran yang cocok untuk semua jenjang pendidikan. d. Analisis Miskonsepsi Buku Ajar Materi buku teks pelajaran terdiri atas konsep-konsep dalam bidang ilmu tertentu yang disusun secara sistematis sehingga menjadi teori-teori yang membentuk pengetahuan untuk memperoleh kompetensi yang diinginkan. Oleh karena itu konsep-konsep tersebut harus benar, valid atau relevan dilihat dari disiplin ilmunya. Menurut Sitepu (2005: 121) hal-hal yang perlu dianalisis berkaitan dengan kebenaran konsep dalam buku ajar sebagai berikut: 1) Apakah sesuai dengn cakupan (ontologi) disiplin ilmu yang bersangkutan? 2) Apakah lengkap untuk mencapai kompetensi yang dikehendaki? 3) Apakah kebenaran konsep dapat dipertanggungjawabkan dari ilmu yang bersangkutan? 4) Apakah konsep-konsep yang disampaikan masih relevan dengan keadaan sekarang? Sitepu (2005: ) juga menjelaskan susunan dan hubungan konsep berbeda pada masing-masing ilmu. Untuk memudahkan memahami 16

11 suatu ilmu secara utuh perlu memahami struktur dan hubungan konsepkonsep itu sebagai berikut: 1) Apakah konsep-konsep yang disampaikan disusun berdasarkan hubungan struktur konsep dalam ilmu tersebut? 2) Apakah diawali dengan konsep yang menjadi dasar untuk memahami konsep berikutnya? 3) Apakah konsep-konsep disusun secara sistematis? 4) Apakah susunan urutan tersebut memudahkan siswa memahami konsep-konsep secara keseluruhan? Sitepu (2005: 122) menyatakan bahwa pemberian contoh dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep atau teori yang bersifat abstrak. Pemberian contoh yang kurang tepat dapat membingungkan siswa. Dengan demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menilai contoh-contoh yang perlu dipergunakan untuk menjelaskan konsep, yaitu sebagai berikut : 1) Apakah relevan dengan konsep yang hendak dijelaskan? 2) Apakah memperjelas konsep yang hendak dijelaskan? 3) Apakah konkrit atau nyata? 4) Apakah mudah dimengerti oleh siswa? 5) Apakah menarik bagi siswa? 6) Apakah memotivasi siswa untuk mempelajari konsep berikutnya? Sementara itu Suparno (2009: 114) menyatakan ada beberapa pertanyaan dan hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis miskonsepsi buku ajar Fisika SMA. Beberapa pertanyaan itu antara lain : (1) Apakah konsep utamanya benar? (2) Apakah rumus-rumus ditulis secara benar? (3) Apakah gambar, tabel, ilustrasi, dan skema yang digunakan benar? (4) Apakah satuan, ketepatan, dan ketentuan-ketentuan lain ditulis secara benar?. 4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian Kurikulum Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 ayat (13) menjelaskan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran commit serta cara to user yang digunakan sebagai pedoman 17

12 18 penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sejalan dengan pengertian tersebut, Muslich (2010: 92) menyatakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan beberapa definisi tetang kurikulum tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah alat atau seperangkat rencana mengenai tujuan, isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Muslich (2011: 1) menyatakan KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. KTSP merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah. Dengan kata lain, KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan dan dilaksanakan pada tiap-tiap satuan pendidikan. Dalam hal ini, sekolah diberikan keleluasaan untuk mengembangkan kurikulumnya. Namun demikian, tidak berarti sekolah bebas tanpa batas untuk mengembangkan kurikulumnya. c. Silabus Silabus biasanya memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, bahan, model pembelajaran, peralatan yang digunakan, evaluasi dan pembagian waktu (Suparno, 2009: 102). Sejalan dengan pernyataan tersebut Muslich (2011: 23) menyatakan : Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi commit dan to kompetensi user dasar.

13 19 Berdasarkan definisi tentang silabus dari beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa silabus adalah penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penelitian. 5. Materi Usaha dan Energi Materi di bawah ini merupakan rangkuman dari buku Fisika Universitas di antaranya Young & Freedman (2002, hal ), Serway & Jewett(2004, hal ), Giancoli (2001, hal ). a. Usaha dan Energi Besarnya kerja atau usaha (work) W didefinisikan sebagai hasil kali antara besar perpindahan dengan besar komponen gaya yang sejajar dengan perpindahan benda. Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Usaha yang dilakukan oleh gaya konstan F yang bekerja pada benda adalah: (2.1) Satuan usaha dalam SI adalah Joule (J), di mana 1 J = 1 Nm. Usaha adalah hasil kali skalar antara dua vektor. (2.2) (2.3) di mana adalah sudut yang terbentuk antara dan. Percepatan partikel ketika diberikan gaya konstan adalah konstan, maka dapat digunakan hukum kedua Newton,. Misalkan laju berubah dari ke ketika partikel melakukan perpindahan dari titik ke. Maka dengan persamaan Gerak Lurus Berubah Beraturan didapatkan Maka didapatkan persamaan dari hukum kedua Newton

14 20 dan (2.4) Besarnya dinamakan energi kinetik ( ): (2.5) Berdasarkan persamaan (2.4) dapat disimpulkan bahwa usaha atau kerja yang dilakukan oleh gaya total pada partikel sama dengan perubahan energi kinetik partikel: (2.6) Daya (power) adalah laju waktu di mana kerja dilakukan. Seperti energi, daya adalah Besaran skalar. Ketika jumlah kerja dilakukan selama selang waktu, kerja rata-rata yang dilakukan per satuan waktu atau daya rata-rata didefinisikan sebagai (2.7) Sedangkan daya sesaat bisa didapatkan dengan membuat mendekati nol: (2.8) Satuan SI untuk daya adalah watt (W). 1 W = 1 J/s. Satuan lainnya adalah horsepower/tenaga kuda (hp) di mana 1 hp = 746 W = 0,746 kw. Satuan komersial yang umum pada energi listrik adalah kilowatt-hour (kwh). 1 kwh = (10 3 J/s) (3600 s) = 3, J = 3,6 MJ Kilowatt-hour adalah satuan kerja atau usaha bukan satuan daya. b. Energi Potensial dan Kekekalan Energi Gambar 2.2. Usaha yang Dilakuakan oleh Gaya Gravitasi

15 21 Kedua contoh di atas menjelaskan energi yang berhubungan dengan posisi suatu benda pada suatu sistem. Untuk alasan ini, energi yang berhubungan dengan posisi dinamakan energi potensial ( ). Energi yang berhubungan dengan berat dan ketinggian suatu benda relatif terhadap tanah disebut energi potensial gravitasi. Usaha yang dilakukan oleh gaya berat adalah: ( ) (2.9) di mana adalah gaya berat dengan persamaan, gaya yang diakibatkan oleh percepatan gravitasi. (2.10) Maka usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi: ( ) (2.11) Tanda negatif di depan merupakan hal penting. Ketika benda bergerak naik, y akan semakin besar, kerja yang dilakukan oleh gaya gravitasi akan negatif, maka energi potensial gravitasi akan bertambah ( ). Sebaliknya ketika benda turun, y akan berkurang, gaya gravitasi akan melakukan kerja positif maka energi potensial gravitasi akan berkurang ( ). Dengan melihat persamaan (2.6) dan persamaan (2.10) akan didapatkan persamaan baru: dan dapat dituliskan sebagai (2.12) (2.13) Penjumlahan + didefinisikan dari energi kinetik dan energi potensial sebagai, energi mekanik total dari sistem. Sistem adalah benda bermassa m dan Bumi dihitung jadi satu. Ketika posisi

16 22 merupakan 2 titik yang berbeda selama pergerakan benda, maka energi mekanik total E akan bernilai sama untuk semua titik selama gerak: (2.14) Jika ada usaha atau kerja yang berasal dari gaya lain yang bekerja pada sistem, maka persamaan menjadi (2.15) (2.16) Besaran yang selalu memberikan nilai yang sama dinamakan Besaran yang kekal. Ketika hanya gaya gravitasi yang bekerja, maka energi mekanik total akan konstan, jadi energi tersebut kekal. Hal di atas merupakan contoh dari kekekalan energi mekanik. Gambar 2.3. Model untuk Gerak Periodik Ketika benda bermassa yang terkait pada pegas (Gambar 2.2) dipindahkan, kerja yang harus dilakukan pada pegas untuk memindahkan satu ujung yang dari perpanjangan ke perpanjangan lain adalah: (2.17) Seperti halnya pada kerja gravitasi, kerja yang dilakukan oleh pegas dapat dinyatakan dalam bentuk Besaran yang diberikan sebagai fungsi perpindahan awal dan akhir. Besaran ini adalah, yang didefinisikan sebagai energi potensial elastis (elastic potential energy): (2.18)

17 23 (2.19) Teori kerja energi menyatakan bahwa, dengan tidak memperhatikan gaya-gaya apa saja yang bekerja pada benda. Jika gaya elastis merupakan satu-satunya gaya yang bekerja pada benda, maka Teori kerja-energi, akan memberikan: (2.20) (2.21) Pada kasus ini energi mekanik total (penjumlahan energi kinetik dan energi potensial elastis) akan kekal. Agar persamaan (2.21) berlaku dengan benar, maka pegas ideal yang telah dibicarakan harus tidak bermassa. Jika pegas tersebut memiliki massa, maka pegas juga akan memiliki energi kinetik pada saat bergerak maju dan mundur. Energi kinetik pada pegas dapat diabaikan jika massa pegas lebih kecil dari massa benda m, yang diikat pada pegas. Jika ada gaya lain yang bekerja pada sistem ini maka persamaan menjadi: (2.22) (2.23) Persamaan ini menujukkan bahwa kerja yang dilakukan oleh semua gaya selain gaya elastis sama dengan perubahan energi mekanik total dari suatu sistem, di mana adalah energi gaya elastis pegas. sistem yang dimaksud terdiri dari massa benda m, dan konstanta pegas k. Sebuah gaya yang mampu menghasilkan perubahan dua arah antara energi kinetik dan energi potensial dinamakan gaya konservatif (conservative force). Contoh gaya konsertvatif adalah gaya gravitasi dan gaya pegas. Ciri penting dari gaya konservatif adalah kerja yang dihasilkannya selalu reversible (dapat diubah kembali ke asalnya). Aspek lain dari gaya konservatif adalah bahwa sebuah benda dapat berpindah dari

18 24 titik 1 ke titik 2 dengan berbagai lintasan, tetapi kerja yang dilakukan oleh gaya konservatif akan tetap sama untuk setiap lintasan. Kerja yang dilakukan oleh gaya konservatif selalu memiliki sifatsifat berikut ini: 1) Dapat selalu dinyatakan sebagai perbedaan antara nilai awal dengan nilai akhir dari fungsi energi potensial. 2) Bersifat reversibel (bisa bolak-balik). 3) Tidak tergantung pada lintasan benda dan hanya tergantung pada titik awal dan titik akhir lintasan. 4) Ketika titik awal dan titik akhir sama, kerja total yang dihasilkan sama dengan nol. Sebuah gaya yang tidak konservatif dinamakan gaya nonkonservatif (nonconservative force). Kerja yang dilakukan gaya nonkonservatif tidak dapat dinyatakan dalam fungsi energi potensial. Beberapa gaya nonkonservatif, seperti gesekan kinetik, atau hambatan udara, menyebabkan energi mekanik menjadi hilang atau berkurang, gaya jenis ini dinamakan gaya disipasi (dissipative force). B. Penelitian yang Relevan Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai analisis terhadap buku ajar dengan aspek tinjauan yang berbeda. Penelitian yang berkaitan dengan analisis materi buku teks pelajaran dapat dari segi kedalaman, keluasan, dan kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku. Penelitian-penelitian berikut ini menjadi salah satu referensi yang digunakan penulis dalam menyusun penelitian. Penelitian buku ajar oleh Adisendjaja & Romlah (2007) yang berjudul Identifikasi Kesalahan dan Miskonsepsi Buku Teks Biologi SMU, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari tujuh topik Biologi (struktur tumbuhan, struktur dan fungsi sel,sistem koordinasi, metabolisme sel, bioteknologi, reproduksi sel, dan biogeografi) yang terdapat di dalam buku teks Biologi SMU yang diteliti memiliki kesalahan sebesar 17%, miskonsepsi 11%, dan memerlukan

19 25 konsep alternatif sebesar 25% dari seluruh konsep. Sebagian kecil siswa (< 25%) terpengaruh oleh kesalahan dan miskonsepsi yang terdapat di dalam buku teks. Penelitian oleh Fadhilah Prastiwi (2011) yang berjudul Analisis Miskonsepsi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Fisika SMA Kelas X Materi Semester I, pada BSE Fisika SMA kelas X semester I cetakan pertama, tedapat miskonsepsi pada Bab I besaran Fisika dan Pengukurannya (7,31%), Bab III Kinematika Gerak Lurus (8,82%), Bab IV Gerak Melingkar (16,67%), Bab V Hukum Newton (15,38%) dan dari penelitian tersebut terdapat satu bab yang tidak terdapat miskonsepsi didalamnya, yaitu: Bab II Besaran Vektor (0%). Selain itu Fadhilah Prastiwi (2011) juga menemukan beberapa keterangan lain dari BSE tersebut yang berpotensi menimbulkan miskonsepsi, meliputi: konsep benar tetapi kalimat perlu diperbaiki, konsep benar tetapi terdapat penulisan keterangan yang tidak jelas, salah ketik, salah gambar, perbaikan gambar, keterangan gambar diperbaiki, penambahan keterangan gambar, penulisan rumus diperbaiki dan perbaikan keterangan perumusan. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu wardani (2010) yang berjudul Analisis Teks Buku Sekolah Elektronik (BSE) IPS Terpadu Kelas VII SMP/MTs Terbitan Depdiknas pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan Gejala Atmosfer dan Hidrosfer Serta Pengaruhnya Bagi Kehidupan, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat beberapa materi atau konsep yang tidak sesuai dengan indikator, kebenaran konsep (konsep terdefinisi dan konsep konkrit) masih rendah, kebenaran bahasa dalam buku ajar BSE IPS Terpadu sedang, dan media yang digunakan dalam buku ajar sudah cukup bagus dan cukup inovatif. C. Kerangka Berfikir Buku teks pelajaran merupakan salah satu sarana penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Sampai saat ini buku teks masih merupakan sumber informasi utama di dalam proses pembelajaran, baik bagi guru maupun siswa. Buku teks yang baik adalah yang memenuhi kriteria tertentu, antara lain materi yang termuat di dalamnya menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dan

20 26 memuat konsep-konsep yang benar sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini. Siswa memiliki pemahaman tentang konsep-konsep dalam sebuah mata pelajaran tergantung pada penjelasan guru. Seorang guru sebagai tenaga profesional harus mampu menyampaikan materi pelajaran dengan baik dan dituntut untuk dapat memilih buku teks pelajaran yang sesuai sebagai sumber belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Karena pentingnya fungsi buku teks pelajaran bagi institusi pendidikan, dalam hal ini guru dan peserta didik, diperlukan jaminan atas standar isi serta ketersediaan buku teks tersebut. Perlu diteliti kembali tentang konsep-konsep yang terdapat di dalam buku teks pelajaran, apakah konsep tersebut sudah benar dan sesuai dengan standar isi KTSP atau terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Buku teks merupakan salah satu penyebab terjadinya miskonsepsi. Apabila dalam buku ajar terjadi miskonsepsi, maka akan berakibat pengetahuan siswa tentang konsep tersebut dan konsep lain yang terkait juga akan mengalami kesalahan. Hal ini dapat berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Dengan adanya berbagai macam terbitan buku teks pelajaran, khususnya buku teks Fisika, maka perlu diteliti kembali apakah buku tersebut sudah memenuhi syarat dan layak untuk sumber pelajaran atau belum. Pada penelitian kali ini akan diteliti miskonsepsi-miskonsepsi yang terdapat dalam buku teks Fisika SMA Kelas XI Semester I materi Usaha dan Energi. Alasan pemilihan materi ini karena masalah yang berhubungan dengan konsep Usaha dan Energi banyak sekali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, namun kenyataannya siswa masih sulit memahami materi tersebut. Dengan demikian untuk meminimalkan adanya kesalahan konsep pada buku teks pelajaran Fisika khususnya materi Usaha dan Energi, perlu diadakan penelitian untuk mencari kesalahan-kesalahan konsep yang terdapat pada materi tersebut. Untuk memperjelas kerangka berfikir di atas, maka disusun alur paradigma penelitian sebagai berikut :

21 27 Pemilihan Buku Ajar Fisika SMA Kelas XI Semester 1 Pemilihan Materi Identifikasi Konsep Usaha dan Energi Studi Pustaka Wawancara Tim Ahli Pembuatan Instrumen Konsultasi Tim Ahli Analisis Data Kesimpulan Gambar 2.4 Paradigma Penelitian D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dituliskan pertanyaan penelitian : 1. Apakah terdapat miskonsepsi pada materi Usaha dan Energi pada buku teks pelajaran Fisika untuk SMA kelas XI semester 1?

22 28 2. Berapa persentase miskonsepsi Usaha dan Energi pada buku teks pelajaran Fisika untuk SMA kelas XI semester 1? 3. Apakah terdapat identifikasi keterangan lain yang berpotensi menimbulkan miskonsepsi pada materi Usaha dan Energi pada buku teks pelajaran Fisika untuk SMA kelas XI semester 1?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buku teks pelajaran merupakan salah satu sarana penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Keberadaan buku teks memberikan dampak yang signifikan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Miskonsepsi a. Konsep Mengenai pengertian konsep, Winkel berpendapat bahwa Konsep adalah satuan arti yang dapat mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Konsep merupakan pemikiran dasar yang diperoleh dari fakta peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum memperoleh pendidikan formal, sejak lahir anak sudah memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai alam yang berkaitan dengan Fisika. Pengalaman dan

Lebih terperinci

TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA

TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Indikator : 1. Konsep usaha sebagai hasil

Lebih terperinci

KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI Ignasia Evi Susanti 1, Diane Noviandini 1, Marmi Sudarmi 1 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Jl.

Lebih terperinci

1. Pengertian Usaha berdasarkan pengertian seharihari:

1. Pengertian Usaha berdasarkan pengertian seharihari: USAHA DAN ENERGI 1. Pengertian Usaha berdasarkan pengertian seharihari: Kata usaha dalam pengertian sehari-hari ini tidak dapat dinyatakan dengan suatu angka atau ukuran dan tidak dapat pula dinyatakan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI SMA SEMESTER 1 BERDASARKAN KURIKULUM 2013 USAHA DAN ENERGI. Disusun Oleh : Nama : Muhammad Rahfiqa Zainal NIM :

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI SMA SEMESTER 1 BERDASARKAN KURIKULUM 2013 USAHA DAN ENERGI. Disusun Oleh : Nama : Muhammad Rahfiqa Zainal NIM : BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI SMA SEMESTER 1 BERDASARKAN KURIKULUM 2013 USAHA DAN ENERGI Disusun Oleh : Nama : Muhammad Rahfiqa Zainal NIM : 1201437 Prodi : Pendidikan Fisika (R) JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GASAL. Abstrak

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GASAL. Abstrak IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GASAL Andi Desy Yuliana Mukti 1), Trustho Raharjo 2), Edy Wiyono 2) 1). Alumnus Prodi Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA FKIP UNS 2). Dosen

Lebih terperinci

Upaya Mengungkap Miskonsepsi pada Konsep Mekanika dan Termofisika

Upaya Mengungkap Miskonsepsi pada Konsep Mekanika dan Termofisika Upaya Mengungkap Miskonsepsi pada Konsep Mekanika dan Termofisika Dr. Johar Maknun, M.Si 08121452201; johar_upi@yahoo.co.id Miskonsepsi/salah konsep Suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah

Lebih terperinci

Bahan Ajar USAHA, ENERGI, DAN DAYA NURUL MUSFIRAH 15B08055 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR PROGRAM STUDI PEDIDIKAN FISIKA

Bahan Ajar USAHA, ENERGI, DAN DAYA NURUL MUSFIRAH 15B08055 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR PROGRAM STUDI PEDIDIKAN FISIKA Bahan Ajar USAHA, ENERGI, DAN DAYA NURUL MUSFIRAH 15B08055 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR Bahan Ajar PROGRAM STUDI PEDIDIKAN FISIKA BAB IV Usaha, Energi, dan Daya 1. Usaha Pada saat

Lebih terperinci

BAB II KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL MATERI USAHA DAN ENERGI. berarti keliru, kekhilafan, sesuatu yang salah, perbuatan salah.

BAB II KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL MATERI USAHA DAN ENERGI. berarti keliru, kekhilafan, sesuatu yang salah, perbuatan salah. BAB II KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL MATERI USAHA DAN ENERGI A. Kesalahan Siswa Menurut Poerwadarminta (2003 : 1012) salah berarti tidak sebagaimana mestinya, tidak betul, tidak benar, keliru, sedangkan

Lebih terperinci

KERJA DAN ENERGI. 4.1 Pendahuluan

KERJA DAN ENERGI. 4.1 Pendahuluan IV KERJA DAN ENERGI Kompetensi yang ingin dicapai setelah mempelajari bab ini adalah kemampuan memahami, menganalisis dan mengaplikasikan konsep-konsep kerja dan energi pada kehidupan sehari-hari ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buku ajar ini mewajibkan guru untuk berfikir kritis dan selektif dalam memilih

BAB I PENDAHULUAN. buku ajar ini mewajibkan guru untuk berfikir kritis dan selektif dalam memilih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buku ajar atau buku teks memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran sebagai sumber belajar siswa maupun pegangan guru. Setiap awal tahun ajaran baru,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah konsep Gaya dan Tekanan yang terdapat dalam Buku Sekolah Elektronik (BSE) dan buku cetak SMP/MTs kelas VIII.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep Pengertian-pengertian tentang sebuah konsep, beberapa para ahli mendefinisikan konsep itu berbeda-beda. Gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang

Lebih terperinci

BAB V USAHA DAN ENERGI

BAB V USAHA DAN ENERGI BAB V USAHA DAN ENERGI Usaha Dengan Gaya Konstan Usaha atau kerja (work) dalam fisika sedikit berbeda dengan pengertian dengan pemahaman sehari-hari kita. Kita bisa beranggapan bahwa kita melakukan kerja

Lebih terperinci

KERJA DAN ENERGI. r r. kx untuk pegas yang teregang atau ditekan, di mana. du dx. F x

KERJA DAN ENERGI. r r. kx untuk pegas yang teregang atau ditekan, di mana. du dx. F x 9 30 KERJA DAN ENERGI 1. Kerja dilakukan pada benda oleh gaya ketika benda tersebut bergerak melalui jarak, d. Jika arah gaya konstan F membuat sudut θ dengan arah gerak, kerja yang dilakukan oleh gaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengingat begitu pentingnya peranan ilmu fisika, sudah semestinya

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 7 MATERI POKOK : USAHA DAN ENERGI

Kegiatan Belajar 7 MATERI POKOK : USAHA DAN ENERGI Kegiatan Belajar 7 MATERI POKOK : USAHA DAN ENERGI A. URAIAN MATERI: 1. Usaha/Kerja (Work) Dalam ilmu fisika, usaha mempunyai arti jika sebuah benda berpindah tempat sejauh d karena pengaruh yang searah

Lebih terperinci

ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA

ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA Anjar Taufik Hidayat*, Surantoro ** dan Edy Wiyono** Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS

KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS Petrus Ongga *), Yani Sanwaty *), Ferdy Semuel Rondonuwu **), Wahyu Hari Kristiyanto ***) Email : whkris_fisika@yahoo.com, whkris@staff.uksw.edu *) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA MELALUI METODE CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) TERMODIFIKASI PADA MATERI USAHA DAN ENERGI

BAB II IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA MELALUI METODE CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) TERMODIFIKASI PADA MATERI USAHA DAN ENERGI BAB II IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA MELALUI METODE CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) TERMODIFIKASI PADA MATERI USAHA DAN ENERGI A. Miskonsepsi 1. Definisi Miskonsepsi Sebelum siswa masuk atau mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS SK KD dan RPP

ANALISIS SK KD dan RPP ANALISIS SK KD dan RPP Perencanaan pembelajaran fisika RENPEL SILABUS INDIKATOR dan MATERI AJAR SNP SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN BELAJAR Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP) :. Standar kompetensi (SK)

Lebih terperinci

Uraian Materi. W = F d. A. Pengertian Usaha

Uraian Materi. W = F d. A. Pengertian Usaha Salah satu tempat seluncuran air yang popular adalah di taman hiburan Canada. Anda dapat merasakan meluncur dari ketinggian tertentu dan turun dengan kecepatan tertentu. Energy potensial dikonversikan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN No. 01/ 01 / XI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN No. 01/ 01 / XI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN No. 01/ 01 / XI SATUAN PENDIDIKAN : SMA NEG. KHUSUS RAHA MATA PELAJARAN : F I S I K A KELAS / SEM./ PROGRAM : XI / 1 / IPA ALOKASI WAKTU : 2 x 45 I. STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB 4 USAHA DAN ENERGI

BAB 4 USAHA DAN ENERGI 113 BAB 4 USAHA DAN ENERGI Sumber: Serway dan Jewett, Physics for Scientists and Engineers, 6 th edition, 2004 Energi merupakan konsep yang sangat penting, dan pemahaman terhadap energi merupakan salah

Lebih terperinci

Hukum Kekekalan Energi Mekanik

Hukum Kekekalan Energi Mekanik Hukum Kekekalan Energi Mekanik Konsep Hukum Kekekalan Energi Dalam kehidupan kita sehari-hari terdapat banyak jenis energi. Selain energi potensial dan energi kinetik pada benda-benda biasa (skala makroskopis),

Lebih terperinci

Materi dan Soal : USAHA DAN ENERGI

Materi dan Soal : USAHA DAN ENERGI Materi dan Soal : USAHA DAN ENERGI Energi didefinisikan sebagai besaran yang selalu kekal. Energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan. Energi hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.

Lebih terperinci

ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA

ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA Oleh: Anjar Taufik Hidayat* Drs. Surantoro, M.Si** Drs. Edy Wiyono, M.Pd** zen_ath@yahoo.com, surantoro57@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang akan memiliki pengalaman dari hasil fenomena yang diamati dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman-pengalaman yang dimiliki itu kemudian menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Prakonsepsi Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek, misalnya benda-benda atau kejadian-kejadian yang mewakili kesamaan ciri khas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep Konsep secara umum menurut Poh (2007) adalah ide abstrak yang digeneralisasikan dari fakta-fakta atau pengalaman yang spesifik. Pendapat lain dari Soedjadi

Lebih terperinci

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan pernyataan BENAR atau SALAH. Jika jawaban anda BENAR, pilihlah alasannya yang cocok dengan jawaban anda. Begitu pula jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu buku teks pelajaran. Buku teks pelajaran merupakan salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. yaitu buku teks pelajaran. Buku teks pelajaran merupakan salah satu sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Agar proses pembelajaran di sekolah berjalan dengan lancar dan efektif maka perlu adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia secara umum merupakan bahasa resmi negara Indonesia yang digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting dalam dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan inti dari sistem pendidikan nasional, di

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan inti dari sistem pendidikan nasional, di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari sistem pendidikan nasional, di dalamnya terdapat berbagai komponen pembangun di antaranya guru, siswa, kurikulum,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014 Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 318 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

HUKUM KEKEKALAN ENERGI MEKANIK

HUKUM KEKEKALAN ENERGI MEKANIK HUKUM KEKEKALAN ENERGI MEKANIK Nama Kelompok : Kelas : Anggota Kelompok : Mata Pelajaran : Fisika Semester/ tahun Ajaran : Alokasi Waktu : 50 menit A. Petunjuk Belajar. Baca buku-buku Fisika kelas XI SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu, bahasa Indonesia juga memiliki peranan

Lebih terperinci

52. Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan

52. Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan 52. Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang kehidupan dan perkembangan manusia. Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan

Lebih terperinci

BAB 4 USAHA DAN ENERGI

BAB 4 USAHA DAN ENERGI BAB 4 USAHA DAN ENERGI 113 BAB 4 USAHA DAN ENERGI Sumber: Serway dan Jewett, Physics for Scientists and Engineers, 6th edition, 2004 Energi merupakan konsep yang sangat penting, dan pemahaman terhadap

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD Kegiatan Belajar 3 PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD A. Pengantar Seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Wayan Memes (2000), mendefinisikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pendahuluan Pendalaman Materi Fisika SMP

PENDAHULUAN. Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pendahuluan Pendalaman Materi Fisika SMP PENDAHULUAN Dengan mengacu kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam standar nasional pendidikan, setiap satuan pendidikan (sekolah) diberi kebebasan (harus) mengembangkan Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mochammad Ramdhani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mochammad Ramdhani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Standar nasional pendidikan terdiri dari sejumlah standar yang masingmasing memiliki kekhasan. Salah satu standar nasional tersebut adalah standar isi. Bagian penting

Lebih terperinci

SILABUS Mata Pelajaran : Fisika

SILABUS Mata Pelajaran : Fisika SILABUS Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : XI/1 Standar Kompetensi: 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik Kompetensi Dasar Alokasi per Semester: 72 jam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan dari siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekolah seharusnya tidak melalui pemberian informasi pengetahuan. melainkan melalui proses pemahaman tentang bagaimana pengetahuan itu

I. PENDAHULUAN. sekolah seharusnya tidak melalui pemberian informasi pengetahuan. melainkan melalui proses pemahaman tentang bagaimana pengetahuan itu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mencapai pendidikan berkualitas diperlukan sistem pembelajaran yang berkualitas pula. Pendidikan berkualitas dalam proses pembelajaran di sekolah seharusnya tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan pengetahuan tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buku teks memegang peranan penting dalam proses pembelajaran, kurikulum dan instruksi pembelajaran terutama di negara berkembang (Chiapetta. 2007; Penny et

Lebih terperinci

Aktif Belajar Fisika XI SMA & MA

Aktif Belajar Fisika XI SMA & MA Cari Cari Aktif Belajar Fisika XI SMA & MA PUSAT PERBUKUAN Departemen Pendidikan Nasional Cari i Hak Cipta Pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi oleh Undang-Undang Aktif Belajar Fisika Untuk SMA

Lebih terperinci

SILABUS. Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar

SILABUS. Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar SILABUS Satuan Pendidikan : SMA NEGERI... Semester/Kelas : Ganjil/XI Mata Pelajaran : Fisika Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku

Lebih terperinci

Pendahuluan. dari energi: Bentuk. Energi satu ke bentuk yang lain. mekanik. kimia elektromagnet Inti. saat ini. Fokus

Pendahuluan. dari energi: Bentuk. Energi satu ke bentuk yang lain. mekanik. kimia elektromagnet Inti. saat ini. Fokus Usaha dan Energi Pendahuluan Bentuk dari energi: mekanik Fokus saat ini kimia elektromagnet Inti Energi bisa ditransformasi dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain Usaha Menyatakan hubungan antara gaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

USAHA DAN ENERGI. W = F.s Satuan usaha adalah joule (J), di mana: 1 joule = (1 Newton).(1 meter) atau 1 J = 1 N.m

USAHA DAN ENERGI. W = F.s Satuan usaha adalah joule (J), di mana: 1 joule = (1 Newton).(1 meter) atau 1 J = 1 N.m USAHA DAN ENERGI Usaha (W) yang dilakukan pada sebuah benda oleh suatu gaya tetap (tetap dalam besar dan arah) didefinisikan sebagai perkalian antara besar pergeseran (s) dengan komponen gaya (F) yang

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN JUDUL MATA KULIAH : FISIKA DASAR NOMOR KODE / SKS : FIS 101 / 3(2-3) DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah Fisika Dasar ini diberikan di TPB untuk membekali seluruh mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat mendasar dalam kehidupan kita. Karena pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sadar dan bertujuan

Lebih terperinci

d r 5. KERJA DAN ENERGI F r r r 5.1 Kerja yang dilakukan oleh gaya konstan

d r 5. KERJA DAN ENERGI F r r r 5.1 Kerja yang dilakukan oleh gaya konstan 5. KERJA DAN ENERGI 5. Kerja yang dilakukan oleh gaya konstan F r θ d r Kerja hasil kali besar perpindahan dengan komponen gaya yang sejajar dengan perpindahan r r W = F d = F// d = Fd cosθ Kerja (Joule)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB VI Usaha dan Energi

BAB VI Usaha dan Energi BAB VI Usaha dan Energi 6.. Usaha Pengertian usaha dalam kehidupan sehari-hari adalah mengerahkan kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai. Dalam fisika usaha adalah apa yang dihasilkan gaya ketika gaya

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA

10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA 10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

Lebih terperinci

FIsika USAHA DAN ENERGI

FIsika USAHA DAN ENERGI KTSP & K-3 FIsika K e l a s XI USAHA DAN ENERGI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami konsep usaha dan energi.. Menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghapusan desentralisasi pendidikan oleh pemerintah. Pembaharuan sistem

BAB I PENDAHULUAN. penghapusan desentralisasi pendidikan oleh pemerintah. Pembaharuan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan di Indonesia dengan mengadakan pembaharuan sistem pendidikan nasional, diantaranya pembaharuan dan penghapusan

Lebih terperinci

SILABUS ROTASI BENDA TEGAR UNTUK SMU KELAS 2 SEMESTER 2. Disusun Oleh SAEFUL KARIM

SILABUS ROTASI BENDA TEGAR UNTUK SMU KELAS 2 SEMESTER 2. Disusun Oleh SAEFUL KARIM SILABUS ROTASI BENDA TEGAR UNTUK SMU KELAS 2 SEMESTER 2 Disusun Oleh SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI 2003 SILABUS ROTASI BENDA TEGAR Mata Pelajaran Kelas/Semester Satuan Pendidikan Alokasi

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama sekolah : SMA... Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : XI/1 per Semester: 72 jam pelajaran Standar : 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan a benda titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 4 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 4 menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu bangsa selalu disertai pembangunan bidang pendidikan. UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 4 menyatakan bahwa guru sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik

BAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Bahan ajar diperlukan sebagai pedoman beraktivitas dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan

Lebih terperinci

SILABUS. Mata Pelajaran : Fisika 2 Standar Kompetensi : 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik

SILABUS. Mata Pelajaran : Fisika 2 Standar Kompetensi : 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik SILABUS Mata Pelajaran : Fisika 2 Standar Kompetensi : 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik Kompetensi Dasar Kegiatan Indikator Penilaian Alokasi 1.1 Menganalisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nurdaeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nurdaeni, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi situasi yang berubahubah. Pendidikan sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Matematika Menurut Hamalik (2008:36) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN PG IPA: ENERGI, USAHA, & DAYA 1. Energi yang dipunyai benda karena letaknya disebut... 2. Usaha yang dilakukan gaya 10 newton terhadap benda 20 kg supaya benda berpindah sejauh 5 meter adalah...

Lebih terperinci

Struktur Materi Usaha, Energi, dan Daya

Struktur Materi Usaha, Energi, dan Daya Struktur Materi Usaha, Energi, dan Daya KOMPUTERISASI PEMBELAJARAN FISIKA NURUL MUSFIRAH 15B80057 Usaha, Energi, dan Daya (Kelas XI SMA) 1 K o m p u t e r i s a s i P e m b e l a j a r a n F i s i k a

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA 1. Soal Olimpiade Sains bidang studi Fisika terdiri dari dua (2) bagian yaitu : soal isian singkat (24 soal) dan soal pilihan

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki A. Pendahuluan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kelanjutan dari kurikulum tahun 2004

Lebih terperinci

Keseimbangan Benda Tegar dan Usaha

Keseimbangan Benda Tegar dan Usaha Keseimbangan Benda Tegar dan Usaha Pusat Massa dan Titik Berat Pusat Massa adalah titik tangkap dari resultan gaya-gaya berat pada setiap komponen dimana jumlah momen gaya terhadap titik(pusat massa) sama

Lebih terperinci

Konsep Usaha dan Energi

Konsep Usaha dan Energi 1/18 FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) USAHA DAN ENERGI Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id Konsep Usaha dan Energi Disamping perumusan hukum newton,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia, nomor: 20 tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 (PP. 19/2005)

Lebih terperinci

Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Suatu benda dikatakan memiliki energi jika benda tersebut dapat melakukan usaha.

Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Suatu benda dikatakan memiliki energi jika benda tersebut dapat melakukan usaha. Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Suatu benda dikatakan memiliki energi jika benda tersebut dapat melakukan usaha. Misalnya kendaraan dapat mengangkat barang karena memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak didik agar dapat menemukan dirinya. Ini artinya pendidikan adalah suatu proses untuk membentuk

Lebih terperinci

Kisi kisi Pedagogi dan Profesional Mapel Fisika SMA

Kisi kisi Pedagogi dan Profesional Mapel Fisika SMA Kisi kisi Pedagogi dan Fisika SMA Pedagogik 1. 1. Menguasai peserta didik dari aspek fisik,moral, spiritual, sosial, kultural,emosional, dan intelektual. 1.2 Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu

I. PENDAHULUAN. Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran matematika di sekolah memiliki peranan penting dalam mengembangkan

Lebih terperinci

SILABUS. Religius Jujur Toleransi Disiplin Mandiri Rasa ingin tahu Tanggung jawab. 1 / Silabus Fisika XI / Kurikulum SMA Negeri 5 Surabaya

SILABUS. Religius Jujur Toleransi Disiplin Mandiri Rasa ingin tahu Tanggung jawab. 1 / Silabus Fisika XI / Kurikulum SMA Negeri 5 Surabaya SILABUS Sekolah : SMA Negeri 5 Surabaya Mata Pelajaran : Fisika Kelas/semester : XI / 1 Referensi : BSNP / CIE Standar Kompetensi : 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika

Lebih terperinci

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas Soal Multiple Choise 1.(4 poin) Sebuah benda yang bergerak pada bidang dua dimensi mendapat gaya konstan. Setelah detik pertama, kelajuan benda menjadi 1/3 dari kelajuan awal benda. Dan setelah detik selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Syarifudin, 2007: 21). Dalam arti luas, pendidikan berlangsung bagi siapapun,

BAB I PENDAHULUAN. (Syarifudin, 2007: 21). Dalam arti luas, pendidikan berlangsung bagi siapapun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah segala pengalaman (belajar) di berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu (Syarifudin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam proses pembentukan karakter bangsa, sehingga mampu menemukan jati dirinya sebagai ciri

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengembangan Pendidikan Fisika di Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNS. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN

SATUAN ACARA PENGAJARAN Pertemuan : 1 A. Tujuan Instruksional 1. Umum memahami konsep besaran pokok dan besaran satuan, dimensi besaran, alat ukur yang memiliki ketelitian. 2. Khusus dapat memahami pengertian konsep besaran pokok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL (KODE A )

KISI-KISI PENULISAN SOAL (KODE A ) KISI-KISI PENULISAN SOAL (KODE A ) Jenis Sekolah : SMK Alokasi Waktu menit Mata Pelajaran : FISIKA Jumlah Soal butir Kurikulum : K- Guru Penyusun Iksan, S.Pd NO STANDAR KOMPETENSI KLS / BENTUK UR MATERI

Lebih terperinci