BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Miskonsepsi a. Konsep Mengenai pengertian konsep, Winkel berpendapat bahwa Konsep adalah satuan arti yang dapat mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama (2009: 92). Menurut Rosser (1984) konsep dapat diartikan sebagai suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objekobjek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama (Dahar, 1989: 80). Kemudian Van den Berg berpendapat, Konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir (1991: 8). Berdasarkan pengertian beberapa ahli mengenai konsep, dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu abstraksi yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri sama yang dapat mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia untuk berfikir. b. Konsepsi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia konsepsi diartikan sebagai pendapat, paham, pandangan, pengertian yang terlintas dalam pikiran (2005: 483). Suatu konsep akan diartikan berbeda oleh beberapa orang. Hal ini sesuai dengan penjelasan Van den Berg yang berpendapat, Tafsiran perorangan dari suatu konsep ilmu kita disebut konsepsi (1991: 10). Jadi, konsepsi adalah suatu pendapat, paham, pandangan, atau pengertian perorangan dari suatu konsep. Setiap orang dapat memiliki konsepsi berbeda mengenai suatu konsep. c. Miskonsepsi Mengenai miskonsepsi, Fowler (1987) dalam buku yang ditulis oleh Paul Suparno, memandang commit to miskonsepsi user sebagai pengertian dari 6

2 7 suatu konsep yang tidak akurat, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar (2005: 5). Biasanya miskonsepsi akan menyangkut kesalahan dalam pemahaman hubungan antar konsep (Van den Berg, 1991: 10). Miskonsepsi atau salah konsep merupakan suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian yang diterima oleh para ahli. Bentuk dari miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan antara konsep-konsep yang tidak benar, gagasan intuitif atau pandangan yang naif (Suparno, 2005: 4). Jadi, dapat disimpulkan miskonsepsi adalah suatu bentuk kesalahan konsep atau konsep yang tidak sesuai dengan pengertian dari para ahli yang menimbulkan kesalahan dalam pemahaman hubungan antar konsep. Pada semua bidang sains terdapat miskonsepsi, seperti fisika, kimia, biologi, serta bumi dan antariksa. Miskonsepsi terdapat dalam semua subbidang fisika, seperti mekanika, termodinamika, bunyi dan gelombang, optika, listrik dan magnet, dan fisika modern. Selain itu, miskonsepsi juga terjadi pada semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, bahkan juga terjadi pada guru dan dosen (Suparno, 2005: 8). Miskonsepsi yang muncul diakibatkan oleh berbagai sebab. d. Penyebab Miskonsepsi Para peneliti miskonsepsi menemukan berbagai hal yang menjadi penyebab timbulnya miskonsepsi. Penyebab tersebut berasal dari siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar (Suparno, 2005: 29). Secara lebih rinci mengenai penyebab miskonsepsi, khususnya miskonsepsi Fisika disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Penyebab Miskonsepsi Sebab Utama Sebab Khusus Siswa Prakonsepsi, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, reasoning yang tidak lengkap, intuisi commit to user yang salah, tahap perkembangan kognitif siswa,

3 kemampuan siswa, minat belajar siswa Pengajar Tidak menguasai bahan, bukan lulusan dari bidang ilmu fisika, tidak membiarkan siswa mengungkapkan gagasan/ide, relasi guru-siswa tidak baik Buku Teks/Buku Ajar Konteks Cara mengajar (Sumber : Suparno, 2005: 53) Penjelasan keliru, salah tulis terutama dalam rumus, tingkat penulisan buku terlalu tinggi bagi siswa, tidak tahu cara membaca buku teks, buku fiksi dan kartun sains yang kadang-kadang konsepnya menyimpang demi menarik pembaca Pengalaman siswa, bahasa sehari-hari berbeda, teman diskusi yang salah, keyakinan dan agama, penjelasan orang tua/orang lain yang keliru, konteks hidup siswa (tv, radio, film yang keliru, perasaan senang tidak senang, bebas atau tertekan. Hanya berisi ceramah dan menulis, langsung ke dalam bentuk matematika, tidak mengungkapkan miskonsepsi, tidak mengoreksi PR, model analogi yang dipakai kurang tepat, model demonstrasi sempit. Kelima penyebab miskonsepsi yang dijabarkan pada Tabel 2.1 sebenarnya penyebab miskonsepsi pada siswa. Miskonsepsi yang terjadi pada guru dan juga cara mengajar guru akan menyebabkan miskonsepsi pada siswa yang diajarkan oleh guru tersebut. Miskonsepsi buku teks akan berakibat memunculkan miskonsepsi pada siswa yang menggunakan buku teks tersebut. Miskonsepsi yang berasal dari konteks tentu juga akan menimbulkan miskonsepsi pada siswa. Penyebab miskonsepsi tersebut dikaji dan kemudian dilakukan tindakan untuk mencegah timbulnya miskonsepsi. e. Buku Teks sebagai Penyebab Miskonsepsi Iona (1987) dan Renner (1990) menjelaskan bahwa para peneliti telah menemukan beberapa miskonsepsi yang muncul disebabkan oleh buku teks (Suparno, 2005: 45). Buku teks dapat menjadi penyebab miskonsepsi jika terdapat penjelasan atau uraian yang salah mengenai konsep-konsep pada buku tersebut. Selain itu, Anderson (1990) commit to user menemukan bahwa diagram dan gambar dalam buku teks yang kurang 8

4 9 tepat dapat menjadi penyebab adanya miskonsepsi bagi peserta didik yang menggunakan buku tersebut (Suparno, 2005: 45). Buku teks yang memiliki level terlalu sulit bagi level peserta didik yang sedang belajar juga dapat menumbuhkan miskonsepsi karena peserta didik terlalu sulit menangkap isinya. Sehingga, peserta didik hanya akan menangkap sebagian atau bahkan tidak mengerti sama sekali mengenai isi buku teks tersebut (Suparno, 2005: 46). Oleh karena itu, untuk mengurangi miskonsepsi yang timbul pada peserta didik, semua buku teks yang digunakan oleh peserta didik seharusnya tidak mengandung miskonsepsi. 2. Buku Teks Mengenai pengertian buku teks, Muslich berpendapat bahwa buku teks merupakan salah satu jenis buku pendidikan yang berisi bahan mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu, orientasi pembelajaran, dan perkembangan peserta didik, untuk diasimilasikan (Muslich, 2010: 50). Kedudukan buku teks pelajaran adalah sebagai acuan wajib dalam proses pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi. Buku teks pelajaran berisi materi pelajaran, serta tujuan buku teks pelajaran, yaitu mengacu pada tujuan pendidikan nasional, serta penyusunannya mengikuti standar pendidikan nasional (Sitepu, 2012: 18). Dengan kata lain buku teks merupakan salah sau jenis buku pendidikan yang kedudukannya wajib dalam proses pembelajaran. a. Ciri-ciri Buku Teks Buku teks yang digunakan dalam proses pembelajaran harus memiliki ciri-ciri atau kriteria baik. Menurut Greene dan Petty ada sepuluh kriteria yang harus dipenuhi buku teks yang berkualitas, yaitu: (1) Buku teks haruslah menarik minat peserta didik yang mempergunakannya. (2) Buku teks haruslah mampu memberikan motivasi kepada para peserta didik yang memakainya. (3) Buku teks haruslah memuat ilustrasi yang menarik peserta didik yang memanfaatkannya. commit to user

5 10 (4) Buku teks seharusnya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik, sehingga sesuai dengan kemampuan peserta didik yang memakainya. (5) Isi buku teks haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya, lebih baik lagi jika dapat menunjangnya dengan terencana sehingga semuanya merupakan suatu kebulatan yang utuh dan tepadu. (6) Buku teks haruslah dapat menstimulasi, merangsang aktivitasaktivitas pribadi peserta didik yang mempergunakannya. (7) Buku teks haruslah dengan sadar dan tegas menghindar dari konsepkonsep yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak membuat bingung peserta didik yang memakainya. (8) Buku teks haruslah mempunyai sudut pandang yang jelas dan tegas, sehingga pada akhirnya juga menjadi sudut pandang para pemakainya. (9) Buku teks haruslah mampu member pemantapan dan penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa. (10) Buku teks haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para pemakainya (Muslich, 2010: 53). Kesepuluh cirri tersebut jika terpenuhi dalam buku teks, maka buku teks telah memenuhi kriteria baik. Namun, tidak semua buku teks memiliki kriteria baik. Oleh karena itu, guru maupun peserta didik harus dapat memilih buku teks yang berkriteria baik. b. Peran Buku Teks dalam Pembelajaran Buku teks sangat memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Loveridge, bahwa pelajaran dalam kelas sangat bergantung pada buku teks, yakni buku teks bertugas sebagai dasar untuk belajar secara sistematis, untuk memperteguh, mengulang, dan untuk mengikuti pelajaran lanjutan bagi peserta didik (Muslich, 2010: 56). Begitu pula dengan pendapat B. P. Sitepu yang menyebutkan buku teks memiliki peran penting bagi peserta didik dan bagi guru (2012: commit 21): to user

6 11 Peran buku teks bagi peserta didik: (1) mempersiapkan diri secara individu atau kelompok sebelum kegiatan belajar di kelas, (2) berinteraksi dalam proses pembelajaran di kelas, (3) mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, dan (4) mempersiapkan diri untuk tes atau ujian formatif dan sumatif. Peran buku teks bagi guru: (1) membuat desain pembelajaran, (2) mempersiapkan sumber-sumber belajar lain, (3) mengembangkan bahan belajar yang kontekstual, (4) memberikan tugas, dan (5) menyusun bahan evaluasi. Berdasarkan peran-peran tersebut, maka buku teks yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai. 3. Buku Sekolah Elektronik (BSE) a. BSE Selain dalam bentuk cetak, buku teks juga dapat ditampilkan dengan menggunakan peralatan elektronik atau biasa disebut dengan buku elektronik (e-book). Buku elektronik memiliki tata letak dan penampilan yang sama dengan buku teks cetak, serta memuat informasi yang sama. Kelebihan dari buku elektronik ini adalah dapat disimpan di CD, flash disk, atau komputer sehingga tidak menggunakan banyak tempat dan membawanya lebih mudah daripada buku teks biasa (Sitepu, 2012: 13). Buku elektronik yang digunakan sebagai buku teks pelajaran ini di Indonesia biasa disebut Buku Sekolah Elektronik (BSE). BSE adalah buku teks pelajaran yang oleh pemerintah hak cipta buku tersebut telah dibeli secara langsung dari para penulis dan disebarluaskan melalui internet. BSE merupakan e-book, sehingga kepala sekolah, guru, peserta didik, dan masyarakat umum dapat mengunduh, mencetak, dan memperjualbelikan BSE dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah. commit BSE to memiliki user dasar hukum, yaitu SE

7 12 Kemendiknas No. 88/MPN/LI/2008 tanggal 19 Juni Selain dalam bentuk e-book, BSE juga tersedia dalam bentuk cetak dengan harga terjangkau. Harga Eceran Tertinggi (HET) BSE cetak diatur oleh pemerintah dalam Permendiknas No. 28 Tahun 2008 tanggal 13 Juni 2008 (Ruwanto, 2011: 255). Tujuan BSE adalah untuk menyediakan sumber belajar alternatif bagi peserta didik. Buku-buku BSE dapat didownload di portal BSE. Salah satu portal BSE adalah Sebelum mendownload BSE pengguna harus login terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan memilih materi buku yang tampil pada portal BSE (Nurhayati, 2012: 46). Dengan kemudahan ini, peserta didik yang ingin memiliki BSE dapat langsung mendownload di portal BSE tanpa perlu membeli. b. Macam-macam Bentuk BSE Pemerintah telah menyediakan beberapa kemudahan dengan tersedianya BSE dalam berebagai bentuk (Sutrisno, Tamrin & Murtiono, 2012: 12), yaitu: 1) BSE Internet, yaitu buku teks yang diupload ke internet sehingga dapat didownload oleh siapa pun, baik untuk dibaca di komputer maupun untuk dicetak dalam jumlah terbatas. 2) BSE CD, yaitu buku yang isinya sama dengan BSE Internet, namun disediakan dalam bentuk cakaram padat (compact disk). BSE CD disediakan dengan tujuan agar percetakan, penerbit, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan pihak-pihak lainnya yang membantu penyediaan buku teks dapat menggandakannya baik dalam bentuk Buku Murah atau BSE Cetak, maupun dalam bentuk data elektronik secara masal. 3) BSE Cetak, yaitu buku teks yang isinya sama dengan BSE Internet maupun BSE CD, namun disediakan dalam bentuk cetakan di atas kertas dalam bentuk buku konvensional. Setiap orang atau badan hukum di Indonesia diperbolehkan mencetaknya, namun harus mencantumkan beberapa commit to hal user yang dipersyaratkan, yakni harga

8 13 eceran tertinggi (HET), logo BSE, dan keterangan bahwa hak cipta buku tersebut dimiliki oleh Pemerintah. Dengan kata lain BSE adalah buku teks pelajaran yang sangat mudah didapat, baik berupa e-book maupun cetak. c. BSE IPA BSE IPA adalah buku sekolah berbasis elektronik yang berisikan gabungan konsep-konsep IPA, yaitu Fisika, Kimia, dan Biologi. BSE IPA telah melalui proses penilaian oleh Pusat Perbukuan Kemendiknas. Kriteria penilaian harus dipenuhi agar sebuah buku teks pelajaran layak digunakan sebagai acuan pembelajaran. Puskur menyebutkan standar penilaian buku teks pelajaran IPA meliputi tiga aspek, yaitu pertama aspek kelayakan isi yang meliputi cakupan materi, keakuratan materi, kemutakhiran materi, materi mengandung wawasan produktivitas, materi merangsang keingintahuan, materi mengembangkan kecakapan hidup, dan mengembangkan wawasan ke-indonesiaan dan kontekstual; kedua aspek kebahasaan yang meliputi bahasa sesuai dengan perkembangan peserta didik, bahasa komunikatif, dialogis dan interaktif, koherensi dan keruntutan alur pikir, bahasa sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar, dan penggunaan istilah, simbol, dan lambang; ketiga aspek penyajian yang meliputi teknik penyajian, pendukung penyajian materi, penyajian pembelajaran (2007: 10). Semua aspek di atas harus terpenuhi sebagai syarat buku teks pelajaran yang layak digunakan oleh peserta didik. 4. Pembelajaran IPA di SMP/MTs pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia (Rohman, 2012: 103). Sedangkan, pada UUSPN No. 20 Tahun 2003 pada BAB I Pasal 1 menyatakan commit kurikulum to user adalah seperangkat rencana dan

9 14 pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Susilo, 2007: 82). Jadi, KTSP merupakan seperangkat rencana dan pengaturan pembelajaran sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran, namun secara operasional disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing sekolah. KTSP diolah berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) produk Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pada kurikulum ini guru diberikan otonomi dalam menjabarkan kurikulum dan murid sebagai subjek dalam proses belajar mengajar (Susilo, 2007: 95). SI memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan. SI digunakan sebagai pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Sedangkan, SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan (Rohman, 2012: 104). Oleh karena itu, kedua perangkat ini sangat diperlukan sebagai pedoman dalam pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan di masing-masing sekolah. Hal ini dilakukan agar pengembangan terarah dan dapat mencapai tujuan pendidikan. Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut (Trianto, 2010: 22). (1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. (2) Beragam, yaitu dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan. (3) Terpadu, yaitu meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi. commit to user

10 15 (4) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, sehingga peserta didik dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. (5) Relevan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan dan dunia kerja. (6) Menyeluruh dan berkesinambungan, yaitu mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan, dan mata pelajaran. (7) Belajar sepanjang hayat, yaitu kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. (8) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Jika semua syarat dalam pengembangan kurikulum diterapkan, maka akan menciptakan kurikulum yang dapat mencapai tujuan pendidikan. b. Pembelajaran IPA di SMP/MTs Pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, struktur kurikulum SMP/MTS dengan substansi mata pelajaran IPA merupakan IPA Terpadu (Trianto, 2010: 31). Hadisubroto (2000) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, agar pembelajaran lebih bermakna (Trianto, 2010: 56). Pembelajaran IPA Terpadu dapat dilakukan dalam satu disiplin ilmu, seperti mentautkan antara dua tema dalam Fisika dan Biologi yang memiliki relevansi atau antara tema dalam Fisika dan Kimia, ataupun ketiganya (Trianto, 2010: 37). Puskur menyebutkan mengenai tujuan pembelajaran IPA Terpadu, yaitu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran terpadu itu sendiri, meningkatkan minat dan motivasi, dan beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus (Trianto, 2010: 155). Jadi, dalam menciptakan pembelajaran commit yang to lebih user bermakna untuk mencapai tujuan

11 16 pendidikan tertentu, kurikulum tingkat satuan pendidikan memberlakukan pembelajaran IPA di SMP/MTs secara terpadu. 5. Konsep Materi Pokok Getaran dan Gelombang Pada silabus KTSP SMP/MTs kelas VIII semester II materi pokok Getaran dan Gelombang memiliki 23 konsep, yaitu: SK : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari KD : 6.1 Mendeskripsi-kan konsep getaran dan gelombang serta parameterparameternya Konsep-konsep berdasarkan silabus 1. Pengertian getaran 2. Satu getaran 3. Simpangan dan amplitudo getaran 4. Periode getaran 5. Perumusan periode getaran 6. Frekuensi getaran 7. Perumusan frekuensi getaran 8. Hubungan periode dan frekuensi getaran 9. Pengertian gelombang 10. Klasifikasi gelombang 11. Gelombang mekanik 12. Gelombang elektromagnetik 13. Gelombang transversal 14. Panjang gelombang transversal 15. Amplitudo gelombang transversal 16. Gelombang longitudinal 17. Panjang gelombang longitudinal 18. Panjang gelombang 19. Laju gelombang 20. Periode gelombang 21. Frekuensi gelombang commit to user

12 Hubungan panjang gelombang, laju gelombang, periode gelombang, dan frekuensi gelombang 23. Pemantulan gelombang B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian mengenai analisis terhadap buku teks pelajaran telah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan dengan aspek tinjauan yang berbeda. Berikut beberapa penelitian yang menjadi referensi penulis dalam penelitian ini. 1. Penelitian yang dilakukan Elif Omca Cobanoglu dan Birgul Sahin (2009) dengan judul Underlining the Problems in Biology Textbook for 10th Grades in High School Education Using the Suggestions of Practicing Teachers dalam jurnal Turkish Science Education menyimpulkan bahwa buku teks Biologi yang diteliti mengandung miskonsepsi, sehingga dapat mempengaruhi pembelajaran. Tipe pertanyaan yang digunakan tidak mengandung penyelidikan. Disamping itu, buku teks menekankan pada guru agar mendorong peserta didik untuk mengingat, sehingga harus ditinjau kembali. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Wardani (2010) dalam Skripsinya yang menganalisis BSE IPS Terpadu kelas VII SMP/MTs pada kompetensi dasar mendeskripsikan gejala atmosfer dan hidrosfer serta pengaruhnya bagi kehidupan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa materi atau konsep yang tidak sesuai dengan indikator, kebenaran konsep (konsep terdefinisi dan konsep konkrit) masih rendah, kebenaran bahasa dalam BSE sedang, dan media yang digunakan dalam buku ajar sudah bagus dan cukup inovatif. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Narendra D. Deshmukh dan Veena M. Deshmukh (2011) dengan judul Textbook: A Source of Students Misconceptions at The Secondary School Level. Penelitian ini menyimpulkan bahwa banyak penulis buku teks, guru, dan siswa tidak menyadari miskonsepsi yang commit terdapat to dalam user buku teks. Peneliti menyarankan

13 18 penulis buku untuk menghapus miskonsepsi yang terdapat pada buku teks, karena buku teks yang beredar dianggap oleh guru dan siswa sebagai buku yang tidak memiliki kesalahan konsep. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Fadhilah Prastiwi (2011) dalam Skripsinya mengenai analisis miskonsepsi buku Fisika karangan Purwoko dan Fendi. Penelitian ini menyimpulkan ada miskonsepsi pada buku yang dianalisis. Besar persentase miskonsepsi, yaitu 5,13 % pada materi pengukuran, 6,89 % pada materi gerak lurus, dan 14,81 % pada materi dinamika gerak. Pada buku ajar juga teridentifikasi keterangan lainnya, yaitu konsep benar, konsep tidak lengkap, konsep tidak ada, salah ketik, penembahan gambar, penambahan keterangan gambar, dan penulisan perumusan dibetulkan. C. Kerangka Berfikir Buku teks pelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran. Buku teks pelajaran merupakan salah satu sarana penting dan ampuh bagi penyediaan dan pemenuhan pengalaman tak langsung dalam jumlah yang besar dan terorganisasi rapi (Tarigan, 1993: 15). Buku teks pelajaran yang digunakan oleh guru harus memenuhi kriteria baik. Tetapi, ternyata masih ditemukan miskonsepsi pada beberapa buku teks pelajaran yang digunakan. Buku teks IPA Terpadu berupa BSE telah banyak digunakan oleh peserta didik. BSE IPA Terpadu tersebut perlu dianalisis apakah mengandung miskonsepsi atau tidak. Oleh karena itu, penting untuk melakukan analisis miskonsepsi. Hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan miskonsepsi pada pengguna buku teks tersebut. Analisis miskonsepsi BSE dilakukan terhadap satu materi pokok, agar penelitian lebih mendalam dan konsisten. Salah satu materi pokok yang terdapat pada BSE IPA Terpadu kelas VIII adalah pada materi pokok Getaran dan Gelombang. Untuk memperjelas kerangka berfikir penelitian ini, maka dapat disusun dalam suatu paradigma penelitian berikut: commit to user

14 19 Proses Pembelajaran Buku Teks Pembelajaran SMP/MTs Ditemukan Miskonsepsi BSE IPA Terpadu SMP/MTs Kelas VIII Analisis Miskonsepsi BSE IPA Terpadu SMP/ MTs Kelas VIII pada Materi Pokok Getaran dan Gelombang Materi Pokok Getaran dan Gelombang Gambar 2.1. Paradigma Penelitian D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dituliskan pertanyaan pada penelitian analisis miskonsepsi yang ada pada tiga BSE IPA Terpadu pada materi pokok Getaran dan Gelombang sebagai berikut: 1. Apakah ada miskonsepsi pada materi pokok Getaran dan Gelombang dalam tiga BSE IPA Terpadu SMP yang dianalisis? 2. Berapa persentase miskonsepsi pada materi pokok Getaran dan Gelombang dalam tiga BSE IPA Terpadu SMP yang dianalisis? 3. Apakah ada indikasi keterangan lainnya yang berpotensi menimbulkan miskonsepsi pada materi pokok Getaran dan Gelombang dalam tiga BSE IPA Terpadu SMP yang dianalisis? commit to user

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buku teks pelajaran merupakan salah satu sarana penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Keberadaan buku teks memberikan dampak yang signifikan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar a. Teori Belajar Belajar bukan suatu kegiatan untuk menghafal ataupun mengingat. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada kegiatan pembelajaran di kelas guru sering menggunakan buku teks pelajaran sebagai sumber belajar. Terlebih lagi jika guru memberikan pekerjaan rumah bagi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Konsep merupakan pemikiran dasar yang diperoleh dari fakta peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bahan ajar yang digunakan oleh guru adalah buku teks. Buku mengandung informasi yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui apa yang terjadi pada masa lalu,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep Pengertian-pengertian tentang sebuah konsep, beberapa para ahli mendefinisikan konsep itu berbeda-beda. Gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep Konsep secara umum menurut Poh (2007) adalah ide abstrak yang digeneralisasikan dari fakta-fakta atau pengalaman yang spesifik. Pendapat lain dari Soedjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang akan memiliki pengalaman dari hasil fenomena yang diamati dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman-pengalaman yang dimiliki itu kemudian menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buku teks memegang peranan penting dalam proses pembelajaran, kurikulum dan instruksi pembelajaran terutama di negara berkembang (Chiapetta. 2007; Penny et

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum memperoleh pendidikan formal, sejak lahir anak sudah memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai alam yang berkaitan dengan Fisika. Pengalaman dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Buku Teks 1. Pengertian Buku Teks

BAB II KAJIAN TEORI. A. Buku Teks 1. Pengertian Buku Teks BAB II A. Buku Teks 1. Pengertian Buku Teks KAJIAN TEORI Materi pelajaran biasanya tercantum dalam sebuah kumpulan kertas yang disebut dengan buku. Buku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu lembar

Lebih terperinci

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34 HALAMAN 1 / 34 1 2 3 4 5 Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit Waktu Pengembangan g Silabus 6 7 8 9 Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah Pengembangan Silabus Contoh Model HALAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, afektif, dan psikomotrik. Kompleksitas dalam belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, afektif, dan psikomotrik. Kompleksitas dalam belajar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah ranah kognitif, afektif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia, nomor: 20 tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 (PP. 19/2005)

Lebih terperinci

KESALAHAN KONSEP FISIKA DALAM BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) UNTUK SMP 1. Bambang Ruwanto 2

KESALAHAN KONSEP FISIKA DALAM BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) UNTUK SMP 1. Bambang Ruwanto 2 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 KESALAHAN KONSEP FISIKA DALAM BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) UNTUK SMP 1 Bambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilum Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

ANALISIS MATERI IPBA DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

ANALISIS MATERI IPBA DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Prosiding Seminar Nasional Fisika 2008 ISBN : 978-979-98010-3-6 ANALISIS MATERI IPBA DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Winny Liliawati dan Mimin Iryanti Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan pengetahuan tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memainkan peranan yang penting dalam kehidupan dan. kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP mengacu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memainkan peranan yang penting dalam kehidupan dan. kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP mengacu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memainkan peranan yang penting dalam kehidupan dan kemajuan umat manusia. Sesuai dengan kebijakan pendidikan saat ini kurikulum yang diberlakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah dengan terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buku ajar ini mewajibkan guru untuk berfikir kritis dan selektif dalam memilih

BAB I PENDAHULUAN. buku ajar ini mewajibkan guru untuk berfikir kritis dan selektif dalam memilih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buku ajar atau buku teks memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran sebagai sumber belajar siswa maupun pegangan guru. Setiap awal tahun ajaran baru,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, tindakan, dan lain-lain. Deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, tindakan, dan lain-lain. Deskriptif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP Landasan & Acuan Penyusunan & Pengembangan KTSP UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang sistematis dan menyeluruh. Ilmu pengetahuan yang holistik, bukan merupakan ilmu yang parsial antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 4 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 4 menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu bangsa selalu disertai pembangunan bidang pendidikan. UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 4 menyatakan bahwa guru sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu, bahasa Indonesia juga memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika seharusnya berpusat pada siswa, bukan pada guru. Belajar matematika merupakan proses mengkonstruksi konsep-konsep dan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam peningkatan sumber daya manusia dan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di Indonesia.

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU PADA TEMA UDARA BERBASIS NILAI RELIGIUS MENGGUNAKAN 4 STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU PADA TEMA UDARA BERBASIS NILAI RELIGIUS MENGGUNAKAN 4 STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) seharusnya dilakukan secara terpadu. Melalui pembelajaran IPA terpadu siswa diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari sains yang menekankan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari sains yang menekankan pembelajaran yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biologi merupakan bagian dari sains yang menekankan pembelajaran yang memberikan pengalaman secara langsung, atau siswa ditekankan untuk aktif dalam proses

Lebih terperinci

PROFIL DAN ANALISIS MATERI IPBA DALAM KTSP

PROFIL DAN ANALISIS MATERI IPBA DALAM KTSP ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 12 No. 2 Desember 2008 PROFIL DAN ANALISIS MATERI IPBA DALAM KTSP Oleh : Winny Liliawati dan Taufik Ramlan Ramalis Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas

Lebih terperinci

Oleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI

Oleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI Oleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI MENGAPA GURU PERLU MEMAHAMI METODOLOGI PEMBELAJARAN? S elain faktor penguasaan materi, salah satu faktor lain yang dapat mempengaruhi profesionalisme guru

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd Pendidikan IPA, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Makalah disampaikan dalam PPM Workshop Pengembangan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Silakan pilih menu Unit waktu Pengembang Silabus Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah-langkah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GASAL. Abstrak

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GASAL. Abstrak IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GASAL Andi Desy Yuliana Mukti 1), Trustho Raharjo 2), Edy Wiyono 2) 1). Alumnus Prodi Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA FKIP UNS 2). Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak

Lebih terperinci

ANALISIS MISKONSEPSI GERAK MELINGKAR PADA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) FISIKA SMA KELAS X SEMESTER I

ANALISIS MISKONSEPSI GERAK MELINGKAR PADA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) FISIKA SMA KELAS X SEMESTER I ISSN: 2228 0691 Jurnal Pendidikan Fisika (2013) Vol.1 No.1 halaman 73 April 2013 ANALISIS MISKONSEPSI GERAK MELINGKAR PADA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) FISIKA SMA KELAS X SEMESTER I 1) Nurul Fitrianingrum,

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan kondisi

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014 Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 318 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development adalah metode penelitian yang

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit waktu Pengembang Silabus Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah-langkah Pengembangan Silabus

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP KURIKULUM 2013? (Berbasis Scientific Approach)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi aspek yang paling berpengaruh dalam upaya membentuk generasi bangsa yang siap menghadapi masalah-masalah di era globalisasi. Namun, kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kepentingan hidup. Secara umum tujuan pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kepentingan hidup. Secara umum tujuan pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk kepentingan peserta didik dalam membantu perkembangan potensi dan kemampuannya agar bermanfaat bagi kepentingan

Lebih terperinci

Pengembangan Bahan Ajar Berbasis 3D ebook sebagai Buku Penunjang Siswa SMP/ MTs Materi Fisika Listrik Dinamis

Pengembangan Bahan Ajar Berbasis 3D ebook sebagai Buku Penunjang Siswa SMP/ MTs Materi Fisika Listrik Dinamis 1 Pengembangan Bahan Ajar Berbasis 3D ebook sebagai Buku Penunjang Siswa SMP/ MTs Materi Fisika Listrik Dinamis Ari Safitri Dani Sukma, Sulur, Widjianto Universitas Negeri Malang E-mail: arry.omoryy@gmail.com;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghapusan desentralisasi pendidikan oleh pemerintah. Pembaharuan sistem

BAB I PENDAHULUAN. penghapusan desentralisasi pendidikan oleh pemerintah. Pembaharuan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan di Indonesia dengan mengadakan pembaharuan sistem pendidikan nasional, diantaranya pembaharuan dan penghapusan

Lebih terperinci

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN. Pusat Kurikulum - Balitbang Depdiknas

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN. Pusat Kurikulum - Balitbang Depdiknas PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN 1 PENGEMBANGAN SILABUS 1. Landasan Pengembangan Silabus 2. Pengertian Silabus 3. Pengembang Silabus 4. Prinsip Pengembangan Silabus 5. Tahapan Pengembangan Silabus

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Buku Ajar Ekonomi Untuk SMA Kelas XII IPS Semester Ganjil

Analisis Kelayakan Buku Ajar Ekonomi Untuk SMA Kelas XII IPS Semester Ganjil 1 Analisis Kelayakan Buku Ajar Ekonomi Untuk SMA Kelas XII IPS Semester Ganjil Suliyanah, Bambang Hari Purnomo, Titin Kartini Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi pendidikan yang intinya untuk

Lebih terperinci

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1 PENGEMBANGAN SILABUS 1. Landasan Pengembangan Silabus 2. Pengertian Silabus 3. Pengembang Silabus 4. Prinsip Pengembangan Silabus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemampuan berpikir siswa pada usia SMP cenderung masih berada pada tahapan kongkrit. Hal ini diungkapkan berdasarkan hasil pengamatan dalam pembelajaran IPA yang

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi MERENCANAKAN PROGRAM PEMBELAJARAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI KTSP Pertemuan XI Desain Pembelajaran STAI SMQ Bangko Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami perencanaan program pembelajaran dalam rangka implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu SMP negeri di kabupaten garut tahun pelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP sebagai seperangkat rencana dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebab telah berhasil memasuki semua aktivitas manusia. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sebab telah berhasil memasuki semua aktivitas manusia. Perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan TIK dewasa ini disebut sebagai revolusi teknologi informasi sebab telah berhasil memasuki semua aktivitas manusia. Perkembangan Teknologi Informasi

Lebih terperinci

Terima kasih telah mengunjungi

Terima kasih telah mengunjungi PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Beragam strategi yang dilakukan bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan pembelajaran matematika yang harus dicapai. 1. dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan pembelajaran matematika yang harus dicapai. 1. dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman konsep merupakan bagian yang paling penting dalam pembelajaran matematika. karena dengan penguasaan konsep akan memudahkan siswa dalam mempelajari

Lebih terperinci

ANALISIS MISKONSEPSI BUKU PHYSICS FOR SENIOR HIGH SCHOOL YEAR X (BILINGUAL) KARANGAN PURWOKO DAN FENDI PADA MATERI SEMESTER I

ANALISIS MISKONSEPSI BUKU PHYSICS FOR SENIOR HIGH SCHOOL YEAR X (BILINGUAL) KARANGAN PURWOKO DAN FENDI PADA MATERI SEMESTER I ANALISIS MISKONSEPSI BUKU PHYSICS FOR SENIOR HIGH SCHOOL YEAR X (BILINGUAL) KARANGAN PURWOKO DAN FENDI PADA MATERI SEMESTER I Skripsi Oleh : Nur Fadhillah K2307042 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika.

Lebih terperinci

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Wayan Memes (2000), mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajar dapat membantu peserta didik dalam penguasaan materi. pelajaran atau buku ajar yang merupakan pegangan penting bagi peserta

BAB I PENDAHULUAN. ajar dapat membantu peserta didik dalam penguasaan materi. pelajaran atau buku ajar yang merupakan pegangan penting bagi peserta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyaknya buku ajar dalam dunia pendidikan yang semakin maju memberikan banyak pilihan lembaga pendidikan, guru, maupun siswa untuk mendapatkan buku ajar yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Menurut Arikunto (2007), metode penelitian deskriptif adalah suatu metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Derajat Pemahaman Konsep Fungsi a. Derajat Pemahaman Derajat dapat diartikan sebagai tingkatan. Sedangkan menurut Walle, Pemahaman dapat

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS

PENGEMBANGAN SILABUS PENGEMBANGAN SILABUS Afid Burhanuddin, M. Pd. Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit waktu Pengembang Silabus Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah-langkah Pengembangan Silabus

Lebih terperinci

Desain. Produk. Revisi Produk. Produksi Massal

Desain. Produk. Revisi Produk. Produksi Massal BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian Research & Development (R&D). Research & Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kalangan guru ilmu pengetahuan sosial (IPS) Negeri se Kecamatan Ambarawa.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kalangan guru ilmu pengetahuan sosial (IPS) Negeri se Kecamatan Ambarawa. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Hasil penelitian ini menjawab masalah penelitian pada Bab I yaitu seberapa baik

Lebih terperinci

Pengembangan Silabus dan R P P. oleh : Susiwi S

Pengembangan Silabus dan R P P. oleh : Susiwi S Pengembangan Silabus dan R P P oleh : Susiwi S Bagian Pertama 2 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit waktu Pengembang Silabus Komponen Silabus

Lebih terperinci

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Media Pembelajaran CD Interaktif Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Media Pembelajaran CD Interaktif Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Saat ini perkembangan zaman, teknologi dan khususunya dunia pendidikan sudah semakin pesat. Hal ini dibuktikan dengan adanya pergantian, perubahan, dan revisi-revisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Yustina Jaziroh, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Yustina Jaziroh, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang memiliki hakikat sebagai produk, sikap, dan proses. Hakikat fisika sebagai produk berupa pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hakikat fisika adalah sebagai proses, sikap, dan produk (Collette dan Chiapetta, 1994, dalam Rudy, 2010). Salah satu produk fisika adalah konsep. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan seseorang akan memiliki pengetahuan yang lebih baik serta dapat bertingkah

Lebih terperinci

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 (BUKU SISWA) BUKU TEKS PELAJARAN SOSIOLOGI SMA/MA KELAS X

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 (BUKU SISWA) BUKU TEKS PELAJARAN SOSIOLOGI SMA/MA KELAS X DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 (BUKU SISWA) BUKU TEKS PELAJARAN SOSIOLOGI SMA/MA KELAS X I. KOMPONEN KELAYAKAN ISI A. Kelengkapan Materi Butir 1 Butir 2 Kelengkapan kompetensi Materi yang disajikan mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum memiliki peranan penting dalam pendidikan. Istilah kurikulum menunjukkan beberapa dimensi pengertian, setiap dimensi tersebut memiliki keterkaitan satu dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus A. Prinsip Pengembangan Silabus Prinsip-prinsip pengembangan silabus adalah: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengintegrasikan disiplin ilmu-ilmu sosial ke dalam satu bidang studi.

BAB I PENDAHULUAN. mengintegrasikan disiplin ilmu-ilmu sosial ke dalam satu bidang studi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran terpadu yang mengintegrasikan disiplin ilmu-ilmu sosial ke dalam satu bidang studi. Permendiknas No. 20

Lebih terperinci

ANALISIS BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KELAS IX. Oleh Meilia Pratiwi Drs. Syamsul Arif, M.Pd.

ANALISIS BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KELAS IX. Oleh Meilia Pratiwi Drs. Syamsul Arif, M.Pd. ANALISIS BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KELAS IX Oleh Meilia Pratiwi Drs. Syamsul Arif, M.Pd. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui relevansi, konsistensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Syarifudin, 2007: 21). Dalam arti luas, pendidikan berlangsung bagi siapapun,

BAB I PENDAHULUAN. (Syarifudin, 2007: 21). Dalam arti luas, pendidikan berlangsung bagi siapapun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah segala pengalaman (belajar) di berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu (Syarifudin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep Hudoyo (1988) mengartikan konsep sebagai ide yang dibentuk dengan memandang sifat-sifat yang sama dari sekumpulan eksemplar yang cocok, sedangkan Berg (1991)

Lebih terperinci

Eka Nurjanah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: e-book interaktif, menyimak, unsur-unsur intrinsik cerpen, kearifan lokal

Eka Nurjanah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: e-book interaktif, menyimak, unsur-unsur intrinsik cerpen, kearifan lokal PENGEMBANGAN E-BOOK INTERAKTIF PADA MATERI MENYIMAK UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN BERBASIS KEARIFAN LOKAL PANGKALAN BUN PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KUMAI Eka Nurjanah Mahasiswa Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah konsep Gaya dan Tekanan yang terdapat dalam Buku Sekolah Elektronik (BSE) dan buku cetak SMP/MTs kelas VIII.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengembangan Bahan Ajar a. Bahan ajar Menurut Depdiknas (2006: 4) bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KTSP. A. Rasional

PENGEMBANGAN KTSP. A. Rasional PENDAHULUAN Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun 006 tentang STANDAR ISI (SI) Materi Minimal dan Tingkat Kompetensi Minimal, untuk Mencapai Kompetensi Lulusan Minimal Memuat : 1. Kerangka Dasar Kurikulum.

Lebih terperinci