Oleh : Lincah Andadari
|
|
- Suhendra Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 POTENSI HIBRID ULAT SUTERA HARAPAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI SUTERA. Oleh : Lincah Andadari Kementerian Kehutanan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan I. PENDAHULUAN Usaha agroindustri sutera alam sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena sumberdaya sangat mendukung pengembangan usaha tersebut. Sumberdaya alam berupa lahan yang sesuai didukung oleh agroklimat yang cocok untuk usahatani persuteraan alam mampu menghasilkan produktivitas dan kualitas hasil produksi yang optimum, cukup tersedia sangat luas di Indonesia, memiliki bagian-bagian daerah tertentu yang cocok untuk dikembangkannya usahatani persuteraan alam. Saat ini jumlah kebutuhan raw silk dunia cukup besar yaitu mencapai ton sedangkan produksi raw silk dunia hanya mencapai ton. Kebutuhan ini diprediksi akan terus meningkat seiring dengan semakin bertambahnya penduduk serta membaiknya perekonomian dunia. (Depperin, 2006) Salah satu kendala dalam usaha persuteraan alam di Indonesia adalah masih rendahnya produksi per satuan luas sehingga penghasilan yang didapatkan belum optimal. Disamping itu, banyak petani yang belum dapat menghasilkan kualitas kokon sebagaimana diinginkan oleh pengrajin sehingga impor benang masih berlangsung di beberapa daerah. Sehubungan dengan itu, usaha untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kokon perlu terus dilakukan, diantaranya melalui perbaikan jenis bibit ulat sutera (Kaomini dan Andadari, 2009). Kualitas bibit merupakan aspek penting dalam industri persuteraan karena sering menjadi penyebab kehilangan produksi atau kegagalan. Kualitas bibit yang baik adalah 1
2 bibit yang bebas penyakit, mempunyai persentase penetasan yang tinggi, memberikan penetasan yang seragam, dan menghasilkan kokon yang stabil (Saheb and Gowda, 1987; Kaomini, 2002). Dalam perdagangan kokon, penentuan harga didasarkan kepada kualitas kokon yang meliputi bobot kokon, rasio kulit kokon dan rasio kokon cacat. Bobot kokon dan rasio kokon cacat dipengaruhi oleh cara pemeliharaan ulat, sedangkan rasio kulit kokon oleh jenis bibit ulat. Rasio kulit kokon merupakan faktor yang penting karena berhubungan erat dengan hasil benang sutera, sehingga perlu didapatkan bibit ulat sutera yang mempunyai rasio kulit kokon tinggi agar dapat meningkatkan harga jual dari kokon tersebut (Kaomini, 2003; Datta, 2000). Kesesuaian lahan dan agroklimat pada calon lokasi budidaya merupakan faktor penentu yang menjadi acuan dan pertimbangan utama untuk dilaksanakan budidaya usahatani persuteraan alam di suatu lokasi pengembangan. Lokasi kebun murbei untuk mencapai hasil yang maksimal sampai dengan pemeliharaan ulat sutera sebaiknya dipilih pada tempat-tempat sebagai berikut :tinggi tempat antara 300 s/d 800 meter dpl, curah hujan antara s/d mm/tahun terbagi merata yaitu 8 bulan basah 4 bulan kering, tanah subur, ph 6,5 7, sinar matahari penuh dari pagi sampai sore, dapat diairi, tapi tidak ada genangan air, temperature 25 o C 30 o C. II. Tanaman murbei Tanaman murbei merupakan satu-satunya makanan bagi ulat sutera jenis Bombyx mori L. dan kualitas pakan ini berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ulat dan kualitas kokon yang dihasilkan. Ulat yang diberi daun murbei dengan nutrisi yang baik akan lebih tahan terhadap serangan penyakit dan menghasilkan kokon 20% lebih banyak (Kaomini, 2002). Sehingga untuk mencapai hasil yang maksimal baik kualitas maupun kuantitas usaha persuteraan alam pada tingkat produksi kokon sebagai produksi pertama, daun murbei merupakan faktor penentu.sebagai contoh: pada satuan luas yang sama, dengan teknik kesuburan tanah yang sama dan dipelihara dengan teknik yang sama, jika yang ditanam 2
3 merupakan jenis unggul, maka jumlah produksi daunnya maupun mutunya akan menghasilkan kokon yang lebih banyak dan lebih baik mutunya. Sudah diketahui dan sudah dibudidayakan di beberapa daerah pengembangan sutera beberapa jenis murbei yang mempunyai produksi daun yang tinggi seperti Morus cathayana, M. alba, M. multicaulis, dan M. alba var. Kanva-2 (Samsijah, 1986 dan Samsijah, 1992). Disamping itu ada jenis murbei yang menghasilkan produksi daun yang tinggi dan tidak berbeda banyak antara musim hujan dan musim kemarau yaitu M. multicaulis var. Kokuso. - Selain itu sudah didapatkan juga beberapa jenis murbei unggul antara lain dari 46 klon yang dicoba di Sulawesi, didapatkan 3 klon yang tahan kekeringan pada tingkat laboratorium yaitu KI-34, KI-41 dan KI-14. (Budisantoso, 2008) Sedangkan dari 40 klon hasil persilangan di Yogyakarta dan ditanam di Gn. Kidul dipilih 5 klon terbaik dari dari karakter produksi daun yaitu, jumlah cabang, jumlah daun, berat daun dan persen tumbuh secara keseluruhan yaitu jenis M. cathayana x Amakusaguwa IV.10, M.multicaulis, ASI, Shiwaguwa x Tsukasuguwa X.1 dan M.cathayana x Amakusagawa IV.6. Namun jenis-jenis tersebut belum diaplikasikan sebagai pakan ulat sutera. III. Hibrid harapan ulat sutera. Pembuatan hibrid baru mencakup beberapa tahap kegiatan yaitu seleksi galur murni sebagai bahan galur induknya, uji kualitas hibrid pada tingkat laboratorium dan uji kualitas pada tingkat petani pemelihara ulat sebagai calon konsumen dari hibrid tersebut. Melalui percobaan persilangan dari galur-galur yang dimiliki telah didapatkan hibrid BS-08 dan BS-09 yang mempunyai kualitas kokon dan serat yang lebih baik dari pada bibit komersil. Hibrid BS-08 mempunyai rasio kulit kokon tertinggi dan dapat mencapai 25% serta persentase serat tertinggi mencapai lebih dari 20%. BS-08 dan BS-09 tersebut sudah dilepas oleh Menteri Kehutanan pada tahun 2004 dan BS-09 sudah diproduksi menjadi bibit komersil oleh Pusat Pembibitan Ulat Sutera (PPUS) Candiroto di bawah pengelolaan Perum Perhutani. Kelemahan dari 2 jenis hibrid baru (BS-08 dan BS- 3
4 09) adalah tidak tahan terhadap serangan penyakit pada kondisi lingkungan yang kurang optimum (Kaomini dan Andadari, 2009). Untuk melengkapi ketersediaan bibit ulat sutera, telah dilakukan uji adaptasi bibit import Cina yang dibandingkan dengan bibit komersil (bibit yang berasal dari Perum Perhutani) yang hasilnya masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut : Bibit Cina, mempunyai kelebihan dalam parameter siklus hidup lebih pendek 1 hari, rendemen pemeliharaan dan daya gulung tinggi, sedangkan bibit perhutani mempunyai bobotk kokon lebih tinggi dan panjang serat lebih panjang. Namun akhir-akhir ini konsumen mengeluhkan tentang kualitas bibit import cina antara lain, rendahnya persentase penetasan sekitar 20%, sebagian petani sutera Sulawesi Selatan kembali menggunakan bibit ulat sutera dari Perum Perhutani Unit II (Soppeng) Peningkatan kualitas bibit terus dilakukan yang bertujuan untuk memudahkan pemeliharaan bagi petani dan telah diupayakan bibit ulat harapan yang sasarannya ulatnya kuat pada kondisi di bawah optimum dan menghasilkan kokon yang kualitas baik dan stabil. Saat ini telah didapatkan empat hibrid harapan yang sedang diuji di multi lokasi, berdasarkan uji lapangan pada kondisi agroklimat yang berbeda didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 1. Kualitas kokon dan benang empat hibrid harapan di pati, regaloh.. Perlakuan Rasio kulit Produksi Bobot Benang : Rendemen pintal kokon (%) kokon/boks kokon (g) kokon (g) (%) (kg) 932X102 (A) 20,55 a 36,20 1,73 b 01: ,47 804X927 (B) 21,94 a 38,22 1,99 a 01: ,35 804X921 (C) 21,20 a 33,51 1,77 b 01: ,31 804X102 (D) 19,96 ab 31,41 1,65 bc 01: ,21 BS 09 (E) 19,74 ab 27,31 1,80 b 01:27.0 3,71 C301 (F) 17,42 b 25,75 1,52 c 01:10.2 9,77 4
5 Keterangan : Nilai dalam kolom yang diikuti dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan. Ketinggian tempat Pati yaitu 80 m dpl dengan temperature harian berkisar o C dan kelembaban berkisar 80 92%, Dilihat dari faktor ketinggian tempat, lokasi ini kurang sesuai untuk pemeliharaan ulat, akan tetapi kegiatan ini memberikan lapangan kerja bagi penduduk sekitar 7 desa di sekeliling lokasi. Dengan demikian dapat memberikan penghasilan tambahan bagi petani tumpangsari, pemelihara ulat dan pemintal benang. Juga menyediakan kayu bakar sisa makanan ulat dan kayu pangkasan, menyediakan rumput ntuk pakan ternak serta menyediakan pupuk kompos dari kotoran ulat dan sisa daun pakan ulat. Penelitian uji adaptasi juga dilaksankan pada lokasi yang optimum dalam arti memiliki kesesuaian lahan dan agroklimat yang sesuai dengan kondisi murbei dan pertumbuhan ulat. Uji adaptasi dilaksanakn di Kabandungan, Sukabumi dengan hasil sebagai berikut : Sukabumi. Perlakuan Tabel 2. Kualitas kokon dan benang empat hibrid harapan di Kabandungan, Rasio kulit kokon (%) Produksi kokon/boks (kg) Bobot kokon (g) benang : kokon (g) rendemen pintal 932X102 (A) 19,22 b 31,66 1,73 b 1:7,17 13,94 804X927 (B) 20,54 a 34,20 1,82 a 1:7,47 13,38 804X921 (C) 20,35 a 40,63 1,84 a 1:7,52 13,29 804X102 (D) 19,00 b 31,48 1,65 c 1:7,47 13,38 BS 09 18,47 c 30,55 1,52 d 1:8,62 11,60 C ,90 d 32,60 1,48 d 1:11,31 8,84 Keterangan : Nilai dalam kolom yang diikuti dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan. (%) 5
6 Ulat dipelihara di Kebun Wanatani Cibidin, Desa Kabandungan, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi. Kondisi ruang pemeliharaan ulat mempunyai dinding dari bambu atau tidak berdinding dengan temperatur harian o C dan kelembaban 80 85%. Pada ke dua lokasi uji coba hybrid harapan ( Tabel 1 dan 2) terlihat bahwa bobot kokon tinggi dihasilkan pada perlakuan B dan C dan hal ini sejalan dengan hasil persentase kulit kokonnya kedua perlakuan tersebut mencapai rata-rata lebih dari 20%. Bobot kokon dan persentase kulit kokon terendah dihasilkan oleh bibit komersil yaitu C301 dengan bobot kokon 1,48 g dan persentase kulit kokon 17,90%. Dalam perdagangan kokon, penentuan harga didasarkan kepada kualitas kokon yang meliputi bobot kokon dan persentase kulit kokon. Bobot kokon dipengaruhi oleh cara pemeliharaan ulat sementara persentase kulit kokon dipengaruhi jenis ulat. Rasio kulit kokon merupakan faktor yang penting karena berhubungan erat dengan hasil benang sutera. Varietas ulat yang baik mempunyai persentase kulit kokon 22 25% (Kim, 1989), sedangkan Kaomini (2002) menyatakan bahwa persentase kulit kokon yang diperoleh dari sebuah kokon tergantung pada jenis atau ras ulat sutera, besarnya kokon dan kondisi pemeliharaan. Persentase kulit kokon hibrid di daerah tropis menurut Mah (1998) berkisar antara 18 22% sama halnya yang dikemukakan oleh Atmosoedarjo et al. (2000). Rataan persentase kulit kokon selama penelitian yaitu sekitar 18 20%. Hal ini berarti rataan persentase kulit kokon yang diperoleh selama penelitian berada pada kisaran persentase kulit kokon menurut Mah (1998). Persentase kulit kokon perlu diketahui karena berhubungan erat dengan persentase benang sutera (raw silk) dalam pemintalan. Besarnya tergantung jenis bibit (Kasip, 2001). Kualitas kokon dan benang hasil penelitian untuk empat hibrid harapan lebih tinggi dibandingkan dengan hibrid komersil sehingga keempat hibrid tersebut dapat dijadikan hibrid alternatif. Apabila dalam kondisi yang sama (kondisi agroklimat dan teknik pemeliharaan sama) apabila yang ditanam jenis murbei dan jenis ulat unggul akan memberikan respon positif secara keseluruhan, baik produksi dan kualitas daun murbei serta kokon yang 6
7 dihasilkan pertahun yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai uang (pendapatan) yang diperoleh petani sutera. KESIMPULAN 1. Pengembangan usahatani persuteraan alam nasional dengan di perkuat penelitian dan pengembangan di bidang persuteraan alam dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan Petani/masyarakat desa, menunjang pengembangan industri persuteraan alam modern di masa depan dan meningkatkan eksport komoditi non migas. 2. Tiga hibrid; 804 X 927; 804 X 921 dan 804 X 102 menghasilkan persentase penetasan dan rendemen pemeliharaan yang tinggi (> 90%). 3. Kualitas kokon ke tiga hibrid menunjukkan hasil yang lebih tinggi dengan rasio kulit kokon rata-rata 20%. 4. Tiga hibrid harapan mempunyai potensi untuk menjadi hibrid alternatif melengkapi hibrid komersil yang sudah ada. DAFTAR PUSTAKA [Depperin] Departemen Perindustrian. 2006b. Master Plan Pengembangan Sutera. Departemen Perindustrian. Datta, R.K Recent breakthroughs in sericultural technology in India to match the requirement of silk industry in tropics. Int. J. Indust. Entomol. 1(2): Kim, 1989 Kim, B.H Raw Silk Reeling. Associated Business Centre Limited. Colombo, Srilangka. Kaomini, M., dan L. Andadari Sintesis Hasil Penelitian Teknologi Peningkatan Produktivitas dan kualitas Produk Ulat sutera. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Tidak diterbitlkan. 7
8 Kasib, L, M Pembentukan Galur Baru Ulat Sutera (Bombyx mori L.) melalui Persilangan Ulat Sutera Bivoltine dan Polyvoltine. Disertas. Program Pascasarjana. Intitut Pertanian Bogor. Kaomini, M Pedoman Teknis Pemeliharaan Ulat Sutera. Samba Project, Bandung. Samsijah Pemilihan tanaman murbei yang sesuai untuk daerah Sindangresmi, Sukabumi, Jawa Barat. Buletin Penelitian Hutan 547. Santoso, B., Budisantoso, H Adaptasi varietas murbei hasil silangan. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Ujung Pandang. 8
PERSUTERAAN ALAM. UPAYA PENINGKATAN KUALITAS MURBEI DAN KOKON ULAT SUTERA Bombyx mori L. DALAM RANGKA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS MURBEI DAN KOKON ULAT SUTERA Bombyx mori L. DALAM RANGKA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TIM SUTERA BALITBANGHUT PERSUTERAAN ALAM MORIKULTUR SERIKULTUR 1 FAKTOR KEBERHASILAN
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Tabel 11 Hubungan jenis murbei dengan persentase filamen Jenis Murbei
10 Persentase Filamen Persentase filamen rata-rata paling besar dihasilkan oleh ulat besar yang diberi pakan M. cathayana sedangkan yang terkecil dihasilkan oleh ulat yang diberi pakan M. alba var. kanva-2.
Lebih terperinciKONDISI PEMELIHARAAN SUTERA DI INDONESIA
ULAT SUTERA UNGGULAN LITBANG TIM SUTERA PUSPROHUT BALITBANGHUT KONDISI PEMELIHARAAN SUTERA DI INDONESIA Penggunaan salah satu bibit untuk kondisi pemeliharaan yang beragam (C301), BS09 jarang produksi
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. yang bernilai tinggi, mudah dilaksanakan, pengerjaannya relatif singkat,
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persuteraan alam merupakan kegiatan yang menghasilkan komoditi yang bernilai tinggi, mudah dilaksanakan, pengerjaannya relatif singkat, tidak memerlukan tempat luas
Lebih terperinciPERANAN LITBANG dan INOVASI DALAM PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOKON ULAT SUTERA (Bombyx mori)
PERANAN LITBANG dan INOVASI DALAM PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOKON ULAT SUTERA (Bombyx mori) PERSUTERAAN ALAM MORIKULTUR SERIKULTUR Kebutuhan nasional benang sutera adalah 800 ton per tahun, sementara
Lebih terperinciMENINGKATKAN HARGA JUAL KOKON dengan MEMELIHARA HIBRID BARU ULAT SUTERA
MENINGKATKAN HARGA JUAL KOKON dengan MEMELIHARA HIBRID BARU ULAT SUTERA opendekatan PERMASALAHAN PENGEMBANGAN SUTERA DI KHPH BOALEMO GORONTALO - USAHA TANI SUTERA ALAM MERUPAKAN SALAH SATU DARI BERBAGAI
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN PAKAN MURBEI HIBRID TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KOKON
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN MURBEI HIBRID TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KOKON The Effect of Feeding of Mulberry Hybrid on the Productivity and the Quality of Cocoon of Silkworm Sugeng Pudjiono 1 ) dan
Lebih terperinciPELUANG AGROBISNIS SUTERA ALAM
PELUANG AGROBISNIS SUTERA ALAM TIM SUTERA BALITBANGHUT KEBUTUHAN SUTERA ALAM NASIONAL BENANG SUTERA 900 TON/THN RENDEMEN 1:8 KOKON 7.200 TON/THN KONDISI 2012 PRODUKSI KOKON 163.119 TON PRODUKSI BENANG
Lebih terperinciLincah Andadari 1 dan Sri Sunarti 2
KUALITAS KOKON HASIL PERSILANGAN ANTARA ULAT SUTERA (Bombyx mory L.) RAS CINA DAN RAS JEPANG Quality of crossedbreed cocoon between Japanese and Chinese races silkworm (Bombyx mory L.) Lincah Andadari
Lebih terperinciDOI. Lincah Andadari, 1 Rosita Dewi, 2 dan Sugeng Pudjiono Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Jl. Gunung Batu 5 Bogor.
Widyariset Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm. 96-105 Uji Adaptasi Lima Tanaman Murbei Hibrid Baru untuk Meningkatkan Produktivitas Persutraan Alam Adaptation Test of Mulberry s Five New Hybrids to Improve Natural
Lebih terperinciTIPOLOGI USAHA SUTERA ALAM DI KECAMATAN DONRI- DONRI KABUPATEN SOPPENG
Tipologi Usaha Sutera Alam di Kecamatan... Nurhaedah dan Wahyudi Isnan TIPOLOGI USAHA SUTERA ALAM DI KECAMATAN DONRI- DONRI KABUPATEN SOPPENG Nurhaedah Muin * dan Wahyudi Isnan Balai Litbang Lingkungan
Lebih terperinciMURBEI UNGGULAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN OLEH : SUGENG PUDJIONO LINCAH ANDADARI
MURBEI UNGGULAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN OLEH : SUGENG PUDJIONO LINCAH ANDADARI BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN YOGYAKARTA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciMURBEI UNGGULAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN MANFAAT PERSUTERAAN ALAM KPH
MURBEI UNGGULAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN OLEH : SUGENG PUDJIONO LINCAH ANDADARI BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN YOGYAKARTA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Divisi Persuteraan Alam, Ciomas, Bogor. Waktu penelitian dimulai
Lebih terperinciTopik 4. Ulat Sutera. Buku Seri Iptek V Kehutanan
Topik 4 Ulat Sutera 20. Budidaya Murbei... 68 21. Budidaya Ulat Sutera... 72 22. Murbei Unggul SULI-01... 76 23. Penanganan Kokon... 80 24. Prospek dan Tantangan Pengusahaan Sutera Alam 84 Indonesia...
Lebih terperinciJl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp , ; Fax Bogor
PENGARUH PUPUK LAMBAT LARUT DAN DAUN TANAMAN MURBEI BERMIKORIZA TERHADAP KUALITAS KOKON ULAT SUTERA (Effect of Slow Release Fertilizer and Leaf of Mulberry Inoculated with Mycorrhiza to Cocoon Quality
Lebih terperinciPERBANDINGAN HIBRID ULAT SUTERA ( Bombyx mori L.) ASAL CINA DENGAN HIBRID LOKAL DI SULAWESI SELATAN
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 11 No. 3, Desember 2014: 173183 ISSN: 18296327 Terakreditasi No.: 482/AU2/P2MILIPI/08/2012 PERBANDINGAN HIBRID ULAT SUTERA ( Bombyx mori L.) ASAL CINA DENGAN HIBRID
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Persuteraan Alam Budi daya ulat sutera jenis Bombyx mori (Lepidoptera, Bombycidae) sudah dikembangkan di negara China sejak 2500 tahun SM, yakni pada era Dinasti Han.
Lebih terperinciKajian Pengaruh Bobot Kokon Induk Terhadap Kualitas Telur Persilangan Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Ras Jepang Dengan Ras Cina
Jurnal Peternakan Indonesia, 11(2):173-180, 2006 ISSN: 1907-1760 173 Kajian Pengaruh Bobot Kokon Induk Terhadap Kualitas Telur Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Ras Jepang Dengan Ras Cina Y. C. Endrawati 1),
Lebih terperinciPENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM KABUPATEN WAJO, SULAWESI SELATAN
Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 2 No. 2, Agustus 2015: 129-136 ISSN : 2355-6226 E-ISSN : 2477-0299 PENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM KABUPATEN WAJO, SULAWESI SELATAN 1* 2 3 Jun Harbi,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Filamen Sutera Beberapa atribut yang berperan pada penentuan kualitas filamen sutera diantaranya panjang filamen, bobot filamen, tebal filamen, persentase bobot filamen, dan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kegiatan persuteraan alam di Kabupaten Polewali Mandar dilakukan secara terintegrasi oleh kelompok tani di Desa Pallis mulai dari pemeliharaan murbei sampai pertenunan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asal dan Penyebaran Tanaman Murbei Usaha persuteraan alam merupakan suatu kegiatan agroindustri yang memiliki rangkaian kegiatan yang panjang. Kegiatan tersebut meliputi penanaman
Lebih terperincin J enis il h hon t f
t a p e C k i id S Pemilihan Jenis Pohon Hut a n R a k y a t IPTEK Inovatif 4 i H rid BS-08 dan BS-09 Bibit Ulat Sutera ( B ombyx mori L.) Berkualitas Sistem Paku Berpori (SIMPORI) untuk Inokulasi Gaharu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5. Kandang Pemeliharaan Ulat Sutera Liar A. atlas di Komplek Kandang C
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Lokasi pemeliharaan larva, pengokonan, dan pengamatan kokon adalah Kandang Pemeliharaan Ulat Sutera Liar A. atlas di Kompleks Kandang Blok C. Lokasi
Lebih terperinciPERSUTERAAN ALAM SIFAT SIFAT UMUM TANAMAN MURBEI. Koleksi 32 jenis murbei KHDT Dramaga
PEMELIHARAAN ULAT SUTERA PERSUTERAAN ALAM TIM SUTERA BALITBANG LINGKUNGAN DAN KEHUTANAN MORIKULTUR SERIKULTUR Koleksi 32 jenis murbei KHDT Dramaga 8/21/2015 KEUNGGULAN BADAN LITBANG KEHUTANAN HIBRID SULI
Lebih terperinciOleh/ by: Abd. Kadir., Bugi K. Sumirat ABSTRACT ABSTRAK. Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Makasar, Sulawesi Selatan.
ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN PETANI SUTERA PADA BEBERAPA TEKNIK PEMELIHARAAN ULAT SUTERA DI KABUPATEN SOPPENG (Cost and income contribution analysis on cocoon farming that apply various technique in silk-worm
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ulat sutera merupakan poikilotermis yaitu hewan berdarah dingin yang hidupnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Suhu dan kelembaban pemeliharaan ulat berkisar
Lebih terperinciPengaruh Jenis Murbei terhadap Produktivitas Kokon Dua Hibrid Ulat Sutera Bombyx mori L
Pengaruh Jenis Murbei terhadap Produktivitas Kokon Dua Hibrid Ulat Sutera Bombyx mori L The Effect of Mulberry Types on the Productivity of Cocoon of Two Bombyx mori L Silkworm Hybrids Lincah Andadari,
Lebih terperinciJurnal Sainsmat, Maret 2012, Halaman 1-12 Vol. I, No. 1 ISSN
Jurnal Sainsmat, Maret 2012, Halaman 1-12 Vol. I, No. 1 ISSN 2086-6755 http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat Pemberian Jenis Murbei Morus multicaulis dan Morus cathayana Terhadap Produksi Kokon Ulat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ulat Sutera (Bombyx mori L.)
TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Ulat sutera merupakan serangga yang termasuk ke dalam Ordo Lepidoptera, yang mencakup semua jenis kupu dan ngengat. Ulat sutera adalah serangga holometabola,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Floss Floss merupakan bagian kokon yang berfungsi sebagai penyangga atau kerangka kokon. Pada saat akan mengokon, ulat sutera akan mencari tempat lalu menetap di tempat tersebut
Lebih terperinciBUDIDAYA ULAT SUTERA DAN PRODUKSI BENANG SUTERA MELALUI SISTEM KEMITRAAN PADA PENGUSAHAAN SUTERA ALAM (PSA) REGALOH KABUPATEN PATI
BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN PRODUKSI BENANG SUTERA MELALUI SISTEM KEMITRAAN PADA PENGUSAHAAN SUTERA ALAM (PSA) REGALOH KABUPATEN PATI Eka Dewi Nurjayanti Staff Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid
Lebih terperinciSutera Alam. Sri Mulyati
Sri Mulyati 48 Bab 6 Potret Sutera Alam Sejarah dan Perkembangan di Indonesia Sutera alam merupakan serat yang dihasilkan dari kepompong atau kokon larva kupu-kupu Bombyx mori hasil budidaya, yang telah
Lebih terperinciPENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAUN MURBEI (Kanva-2) DAN KUALITAS KOKON ULAT SUTERA (Bombyx mori L.) HENDRA EKO SUTEJA
PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAUN MURBEI (Kanva-2) DAN KUALITAS KOKON ULAT SUTERA (Bombyx mori L.) HENDRA EKO SUTEJA DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGARUH
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Permenhut Nomor P. 56/Menhut-II/2007, Persuteraan Alam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Permenhut Nomor P. 56/Menhut-II/2007, Persuteraan Alam adalah kegiatan agro-industri dengan hasil kokon atau benang sutera, terdiri dari kegiatan budidaya tanaman
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS ULAT SUTERA (Bombyx mori L) BS-09 SOPPENG DAN CANDIROTO DENGAN JENIS DAUN MURBEI BERBEDA YUNINDA ESTETIKA
PRODUKTIVITAS ULAT SUTERA (Bombyx mori L) BS-09 SOPPENG DAN CANDIROTO DENGAN JENIS DAUN MURBEI BERBEDA YUNINDA ESTETIKA DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciLampiran 1. Petunjuk instalasi dan penggunaan paket program Letulet melalui localhost
LAMPIRAN 67 Lampiran 1. Petunjuk instalasi dan penggunaan paket program Letulet melalui localhost Instalasi program letulet membutuhkan seperangkat PC dengan speksifikasi minimal sebagai berikut : 1. Satu
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 56/Menhut-II/2007 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN TELUR ULAT SUTERA MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 56/Menhut-II/2007 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN TELUR ULAT SUTERA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pengembangan persuteraan alam nasional terutama
Lebih terperinciASPEK BIOLOGIS ULATSUTERA (Bombyx mori L.) DARI DUA SUMBER BIBIT DI SULAWESI SELATAN
10 ASPEK BIOLOGIS ULATSUTERA (Bombyx mori L.) DARI DUA SUMBER BIBIT DI SULAWESI SELATAN Biological Aspect of Silkworm (Bombyx Mori L.) from Two Seeds Resources in South Sulawesi Sitti Nuraeni dan Beta
Lebih terperinciUJI COBA HIBRID MORUS KHUNPAI DAN M. INDICA SEBAGAI PAKAN ULAT SUTERA (Bombyx mory Linn.)
Available online at www.jurnal.balithutmakassar.org Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea eissn: 2407-7860 Ujicoba Hibrid Morus Khunpai dan pissn: M. Indica 2302-299X... Vol.4. Nurhaedah Issue 2 Muin, (2015)
Lebih terperinciPedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004
Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data impor ekspor benang sutera mentah Tahun Bulan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. MODEL PERENCANAAN PENDIRIAN AGROINDUSTRI SUTERA ALAM 1. Model Analisis Prakiraan Permintaan Benang Sutera Mentah Model analisis prakiraan permintaan benang sutera mentah digunakan
Lebih terperinciADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK
ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK Ida Bagus Aribawa dan I Ketut Kariada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Lebih terperinciPERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM DI KECAMATAN RANCAKALONG, KABUPATEN SUMEDANG SKRIPSI ACHMAD SUBANDY
PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM DI KECAMATAN RANCAKALONG, KABUPATEN SUMEDANG SKRIPSI ACHMAD SUBANDY PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun
Lebih terperinciVI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK
VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Nama ilmiah tanaman murbei adalah Morus spp merupakan genus dari
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Murbei (Morus alba) Nama ilmiah tanaman murbei adalah Morus spp merupakan genus dari family Moraceae. Pada umumnya tanaman murbei dikaitkan dengan budidaya ulat sutera untuk produksi
Lebih terperinciThe Preferences of Business Agent in the Development of Natural Silk in South Sulawesi Province (A Case Study in Enrekang Regency) ABSTRACT
PREFERENSI PELAKU USAHA DALAM PENGEMBANGAN PERSUTERAAN ALAM DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (Studi Kasus di Kabupaten Enrekang) The Preferences of Business Agent in the Development of Natural Silk in South
Lebih terperinciPerbandingan produktifitas ulat Sutra dari dua tempat pembibitan yang berbeda pada kondisi lingkungan pemeliharaan panas
Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan 21 (3): 10-17 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Perbandingan produktifitas ulat Sutra dari dua tempat pembibitan yang berbeda pada kondisi lingkungan
Lebih terperinciPERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM DI KECAMATAN RANCAKALONG, KABUPATEN SUMEDANG SKRIPSI ACHMAD SUBANDY
PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM DI KECAMATAN RANCAKALONG, KABUPATEN SUMEDANG SKRIPSI ACHMAD SUBANDY PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciPenggunaan Pupuk Organik untuk Peningkatan Produktivitas Daun Murbei (Morus sp.) Sebagai Pakan Ulat Sutera (Bombyx mori L.)
JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA Vol. 02 Desember 2011 Penggunaan Organik untuk Peningkatan Produktivitas Daun Murbei (Morrus sp.) 165 Vol. 02 No. 03 Desember 2011, Hal. 165 170 ISSN: 2086-8227 Penggunaan Organik
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera
TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra (Bombyx mori L.) Ulat sutera adalah serangga holometabola yang mengalami metamorfosa sempurna, yang berarti bahwa setiap generasi keempat stadia, yaitu telur, larva atau lazim
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Nama ilmiah murbei adalah Morus spp terdapat kira-kira 68 spesies dari
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Murbei Nama ilmiah murbei adalah Morus spp terdapat kira-kira 68 spesies dari genus Morus. Mayoritas dari spesies ini terdapat di Cina (24 spesies) dan Jepang (19 spesies).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.37/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN TELUR ULAT SUTERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Biaya Produksi Persuteraan Alam Biaya produksi usaha persuteraan alam di Kabupaten Polewali Mandar dan Enrekang terdiri dari biaya produksi kokon, biaya produksi benang,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di
TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai
Lebih terperincistabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu
PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa
Lebih terperinciPENGARUH UMUR PEMOTONGAN TERHADAP KANDUNGAN FRAKSI SERAT HIJAUAN MURBEI (MORUS INDICA L. VAR. KANVA-2)
PENGARUH UMUR PEMOTONGAN TERHADAP KANDUNGAN FRAKSI SERAT HIJAUAN MURBEI (MORUS INDICA L. VAR. KANVA-2) (The Effect of Harvesting Date on Content of Fiber Fractions Mulberry Forage (Morus Indica L. Var.
Lebih terperinciDAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA PRODUKSI APEL BATU Oleh : Ruminta dan Handoko
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA PRODUKSI APEL BATU Oleh : Ruminta dan Handoko 1. Pertumbuhan Apel dan Pengaruh Iklim Apel (Malus sylvestris Mill) merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. baku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) meningkat dari 365 ribu ton menjadi. 99% dan hanya 1% dipenuhi dari kapas domestik.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pengimpor bahan baku serat kapas terbesar kedua di dunia (Pamuji, et al., 2009). Secara umum pertumbuhan kebutuhan bahan baku industri tekstil
Lebih terperinciUJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR
UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR Amir dan St. Najmah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada lahan sawah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan
Lebih terperinciPERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat
MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Devisi Persuteraan Alam Ciomas. Waktu penelitian dimulai dari Juni
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PARASITOID DAN PREDATOR KUTU KEBUL PADA TANAMAN MURBEI (Morus sp)
IDENTIFIKASI PARASITOID DAN PREDATOR KUTU KEBUL PADA TANAMAN MURBEI (Morus sp) LINCAH ANDADARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Cocoon, drying and storage equipment, filament, silk thread, quality
KUALITAS FILAMEN DAN BENANG SUTERA DARI KOKON HASIL UJI COBA PENGERINGAN DAN PENYIMPANAN MENGGUNAKAN ALAT DESAIN P3HH BOGOR ( The Quality of Filament and Silk Thread Produced from Cocoon Processed with
Lebih terperinciPengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,
PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia dan tergolong spesies dengan viabilitas genetik yang besar. Tanaman jagung dapat menghasilkan
Lebih terperinciMODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK
MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor rosihan_rosman@yahoo.com ABSTRAK Dalam upaya mendukung
Lebih terperinciAD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HMT FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS HMT ADALAH : 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seperti akar tanaman jagung tanaman sorgum memiliki jenis akar serabut. Pada ruas batang terendah diatas permukaan tanah biasanya tumbuh akar. Akar tersebut dinamakan akar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik
38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah
Lebih terperinciPengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)
Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif Oleh : Sri Purwanti *) Pendahuluan Pangan produk peternakan terutama daging, telur dan susu merupakan komoditas
Lebih terperinciNurhaedah M. ABSTRAK. Kata Kunci : Optimalisasi, lahan, usahatani, terpadu
Optimalisasi Lahan Masyarakat dengan Penerapan. OPTIMALISASI LAHAN MASYARAKAT DENGAN PENERAPAN POLA USAHATANI TERPADU (Studi Kasus Bapak Sukri di Desa Mata Allo, Kecamatan Alla, Kabupaten Enrekang Sulawesi
Lebih terperinciBAB VII PEMBAHASAN UMUM. Dari rangkaian penelitian yang dilakukan, nampak bahwa ulat sutera liar Attacus
BAB VII PEMBAHASAN UMUM 7. 1. Polyvoltin Dari rangkaian penelitian yang dilakukan, nampak bahwa ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) adalah serangga polyvoltin yaitu dapat hidup lebih
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Attacus atlas Attacus atlas merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (Chapman, 1969). Klasifikasi A. atlas menurut Peigler (1989) adalah sebagai berikut: Kelas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. tergenang air pada sebagian waktu selama setahun. Saat ini pemanfaatan lahan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Lahan Kering dan Potensinya di Bali Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah digenangi air atau tergenang air pada sebagian waktu selama setahun. Saat ini pemanfaatan
Lebih terperinciSTUDI PENAMPILAN PRODUKSI ULAT SUTERA F1 HIBRID HASIL PERSILANGAN RAS JEPANG DAN RAS CINA YANG BERASAL DARI PUSAT PEMBIBITAN SOPPENG DAN TEMANGGUNG
STUDI PENAMPILAN PRODUKSI ULAT SUTERA F1 HIBRID HASIL PERSILANGAN RAS JEPANG DAN RAS CINA YANG BERASAL DARI PUSAT PEMBIBITAN SOPPENG DAN TEMANGGUNG Nur Cholis Bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciPEMBAHASAN Potensi Pucuk
52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan
Lebih terperinciTEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL
TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL Bagi Indonesia, ubi kayu merupakan komoditas pangan penting, dan ke depan komoditas ini akan semakin srategis peranannya bagi kehidupan masyarakat
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia
TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Teknologi produksi biomas jagung melalui peningkatan populasi tanaman.tujuan pengkajian
Lebih terperinci( Silkworm Rearing at Sudu Village, Alla District, Enrekang Regency, South Sulawesi)
BUDIDAYA ULAT SUTERA DI DESA SUDU, KECAMATAN ALLA, KABUPATEN ENREKANG, SULAWESI SELATAN ( Silkworm Rearing at Sudu Village, Alla District, Enrekang Regency, South Sulawesi) Nurhaedah M. dan/ and Achmad
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk akan terus menuntut pemenuhan kebutuhan dasar terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mahal di pasar internasional US$ 640/m 3 untuk kayu papan jati Jawa tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jati (Tectona grandis Linn.) merupakan salah satu jenis kayu komersial yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan diminati oleh banyak orang, baik dalam maupun luar negeri.
Lebih terperinciPP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)
Copyright (C) 2000 BPHN PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 62 TAHUN 1998 (62/1998) TENTANG PENYERAHAN
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam
Lebih terperinciMakalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September
PENGARUH UMUR SEMAI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN DI PERSEMAIAN 1) Oleh: Agus Sofyan 2) dan Syaiful Islam 2) ABSTRAK Suren (Toona sureni Merr), merupakan jenis yang memiliki pertumbuhan cepat dan kegunaan
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.
43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada
Lebih terperinci