PEMBAHASAN Potensi Pucuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBAHASAN Potensi Pucuk"

Transkripsi

1 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan pucuk yang dipetik harus disesuaikan dengan standar yang akan diolah. Unit Perkebunan Tambi memiliki target dalam meningkatkan produksi, minimal sesuai target yang telah direncanakan. Target yang harus dicapai berupa kualitas dan kuantitas. Hal tersebut disebabkan pada saat ini pasar meminta kualitas yang bagus. Senyawa kimia yang paling berperan dalam kualitas teh adalah senyawa polifenol golongan katekin. Senyawa tersebut terdapat dalam jumlah banyak pada pucuk dan daun muda, dan makin sedikit jumlahnya dengan makin tuanya daun. Oleh karena itu, makin muda daun makin besar potensinya dalam menghasilkan teh yang berkualitas dalam (inner quality) yang tinggi (Pusat penelitian Teh dan Kina, 2002). Potensi pucuk di atas bidang petik diantaranya dipengaruhi oleh jumlah pucuk burung dan pucuk peko. Jika pucuk burung banyak terdapat di atas bidang petik maka pertumbuhan pucuk muda menjadi terhambat dan jumlah pucuk pada petikan berikutnya menjadi sedikit. Semakin tinggi persentase pucuk peko di atas bidang petik maka semakin tinggi potensi pucuk yang dapat dipetik. Hal ini dikarenakan jika produksi tinggi, namun kondisi pucuk didominasi pucuk burung akan menurunkan kualitas hasil olahan teh kering (Mangoendidjojo, 2002). Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa perbedaan bahan tanam klon/seedling menunjukkan perbedaan besarnya simpangan pada setiap bahan tanam yang digunakan. Kondisi pucuk di Unit Perkebunan Tambi memiliki perbedaan di setiap bloknya. Berdasarkan hasil pengamatan, persentase pucuk peko terbesar terdapat pada klon Gambung 7 sebesar persen. Klon Gambung 7 memiliki persentase pucuk peko paling tinggi dibandingkan dengan klon TRI 2025, seedling Hibrid maupun Asam. Klon Gambung 7 lebih tinggi persen pucuk pekonya karena 52

2 53 manajemen kebun, bahan tanam, dan potensi genetik yang lebih baik. Gambung 7 berasal dari bahan tanam asal stek yang memiliki keunggulan sama dengan induknya. Gambung 7 merupakan salah satu klon unggulan Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) tahun Ditinjau dari persentase pucuk peko dan burung, klon Gambung 7 lebih berpotensi dibandingkan dengan TRI 2025 (Astika et al., 1999). Potensi hasil dari klon Gambung 7 dapat mencapai lebih dari kg/ha/tahun dengan potensi kualitas yang baik dan mempunyai tingkat ketahanan yang tinggi terhadap penyakit cacar daun teh. Persentase pucuk peko terendah dihasilkan klon TRI Klon TRI merupakan salah satu klon anjuran yang dikeluarkan pada tahun 1978, tetapi TRI 2025 sangat rentan terhadap penyakit cacar daun. Untuk bahan tanam seedling Asam memiliki persentase pucuk peko terbesar 45.8% dibandingkan dengan Hibrid sebesar 40.5 persen. Bahan tanaman yang berasal dari klon ternyata menghasilkan potensi pucuk yang lebih tinggi daripada seedling. Hal-hal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pucuk burung dan pucuk peko adalah asal bahan tanam, cuaca atau musim, petikan sebelumnya, kesehatan tanaman, ketersediaan unsur hara dalam tanah (pemupukan), siklus petik, dan ketinggian tempat (elevasi). Menurut Sriyadi et al. (1999) faktor lingkungan tumbuh yang berbeda dan intensitas penyinaran juga mempengaruhi pertumbuhan pucuk peko dan pucuk burung pada tanaman teh. Asal bahan tanam yang sangat toleran dan tahan terhadap perubahan musim adalah seedling Asam dan Hibrid. Akan tetapi kejadian bencana alam seperti angin kencang sangat merugikan tanaman teh seperti yang terjadi pada tanaman teh Hibrid di Blok Pemandangan. Ketika musim hujan tanaman cenderung menumbuhkan pucuk peko, sedangkan pada akhir musim hujan tanaman cenderung mengalami dormansi sehingga banyak pucuk yang menjadi pucuk burung yang sangat berpengaruh terhadap kualitas teh yang dihasilkan. Pucuk burung yang tertinggal dapat mengakibatkan pucuk burung menjadi tua dan dapat menghambat pertumbuhan pucuk peko baru. Menurut Ghani (2002) pada periode pucuk burung, pucuk menjadi tidak aktif dan menghambat pertumbuhan peko. Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) 53

3 54 menambahkan adanya pucuk cakar ayam juga dapat mempercepat pucuk peko menjadi pucuk burung. Pucuk burung yang tertinggal akan menjadi semakin tua yang menyebabkan kualitas pucuk menurun. Banyaknya pucuk burung yang tertinggal merupakan kesalahan pemetik dan pembimbing petik karena kurangnya pengawasan yang dilakukan terhadap tenaga kerja petik. Menurut Rosyadi (2008) hal lainnya yang mempengaruhi ketersediaan pucuk peko adalah sistem petikan berat dengan gunting yang dilakukan secara terus-menerus menyebabkan pertumbuhan pucuk tertekan yang ditunjukkan dengan pertumbuhan pucuk burung lebih tinggi dibandingkan pucuk peko. Kesehatan tanaman juga sangat mempengaruhi potensi pucuk yang dihasilkan. Tanaman teh yang terserang hama dan penyakit dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman teh terganggu. Kesehatan tanaman sangat didukung oleh ketersediaan unsur hara dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) yang baku. Ketersediaaan unsur hara meliputi kegiatan pemupukan yang dilakukan pada tanaman teh. Pemupukan yang efisien dapat meningkatkan produktivitas dan kesehatan tanaman teh (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1993). Usaha peningkatan jumlah pucuk peko seiring dengan pengurangan jumlah pucuk burung dapat dicapai dengan pemupukan berimbang (Rosyadi, 2008). Hasil penelitian Hargono et al. (1999) menunjukkan klon TRI 2025 merupakan salah satu klon yang sangat rentan terhadap penyakit cacar daun (blister blight) dan merupakan penyakit utama yang menyerang perkebunan teh di UP Tambi. Penyakit cacar daun disebabkan oleh cendawan Exobasidium vexans Massae. Menurut Adisewojo (1982) penyakit cacar daun cepat menyebar pada kebun-kebun yang kelembaban udaranya tinggi, intensitas cahaya matahari yang rendah, dan berkabut. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan potensi pucuk klon TRI 2025 di Blok Pemandangan sangat rendah. Blok Pemandangan merupakan blok yang terletak pada ketinggian tempat tertinggi mencapai m dpl dibandingkan dengan Blok Taman, Blok Panama, dan Blok Tanah Hijau. Siklus petik yang kurang stabil juga dapat menyebabkan persentase pucuk peko menurun karena apabila siklus petik terlalu panjang maka tanaman cenderung akan 54

4 55 akan mengalami pertumbuhan yang dorman sehingga pucuk menjadi pucuk burung. Menurut Adisewojo (1982) siklus tanaman yang terlalu panjang dapat berdampak pada penyebaran hama dan penyakit karena memberi kesempatan terhadap hama dan penyakit untuk berkembang biak dengan cepat. Penyakit cacar akan menghasilkan spora baru dalam jangka waktu 12 hari. Hargono et al. (1999) menambahkan bahwa pemetikan dengan siklus pendek kurang dari 9 hari dapat memperkecil sumber penularan penyakit baru karena siklus perkembangan spora cacar daun teh dapat terputus dan pucuk teh yang terserang telah terpetik. Siklus petik tanaman ditetapkan berdasarkan kondisi tanaman di lapangan, luas lahan, dan ketersediaan tenaga kerja. Dalam upaya menggali potensi dan menanggulangi kekurangan tenaga pemetik pada musim panen puncak Unit Perkebunan Tambi memberlakukan pemetikan menggunakan gunting dan mesin tipe GT 120. Pemetikan menggunakan mesin merupakan program baru yang mulai dilakukan sejak bulan Februari Pemetikan mesin tersebut masih dalam tahap percobaan. Penggunaan mesin petik hingga saat ini hanya dilakukan di Blok Pemandangan dan Taman, karena jumlah mesin petik masih terbatas, yaitu hanya ada 2 unit. Hasil pucuk yang tinggi dapat dicapai bila pemetikan dilakukan secara benar, walaupun menggunakan mesin petik. Selain itu, penerapan pemetikan secara mekanis bertujuan meningkatkan kapasitas pemetik, tetapi tetap harus memperhatikan standar mutu pucuk. Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 5 penggunaan gunting petik di Blok Pemandangan menghasilkan kondisi pucuk yang lebih baik dibandingkan dengan mesin petik, baik dari kuantitas maupun kualitas. Perbedaan tersebut disebabkan oleh operator mesin petik kurang terampil, siklus petik yang belum stabil dan terlalu panjang serta singkatnya waktu pengamatan yang dilakukan terhadap mesin petik yang hanya 2 bulan saja. Menurut Dalimoenthe dan Kartawijaya (1999) keterampilan pemetik dengan menggunakan alat petik dan perdu teh yang telah dikondisikan untuk dipetik secara mekanis maka kualitas dan kesehatan tanaman tidak akan terganggu. Hasil penelitian Abbas et al. (2003) menambahkan bahwa pemetikan teh menggunakan mesin GT 120 dapat menggali potensi hasil kebun. Penggunaan mesin petik untuk kedepannya diharapkan dapat menghasilkan pucuk yang potensi mutunya 55

5 56 lebih baik karena saat ini pengoperasian mesin petik di Unit Perkebunan Tambi masih dalam masa transisi dan tahap percobaan. Tinggi Bidang Petik dan Tebal Daun Pemeliharaan Tinggi bidang petik pada tanaman teh sangat mempengaruhi kapasitas pemetik dan produksi pucuk yang dihasilkan. Tinggi bidang petik harus tetap dipertahankan cm agar mempermudah tenaga kerja pemetik dalam memanen pucuk teh (Johan dan Dalimoenthe, 2009). Pengukuran tinggi bidang petik dilakukan mulai dari permukaan bidang pangkas sampai permukaan bidang petik. Pengukuran tinggi bidang petik diamati pada dua klon dan dua seedling yang berbeda yaitu Gambung 7, TRI 2025, Hibrid, dan Asam. Berdasarkan Tabel 6 tinggi bidang petik di Unit Perkebunan Tambi berkisar cm. Tinggi bidang petik terendah terdapat pada tanaman teh dengan bahan tanam asal seedling Hibrid yang terletak di Blok Pemandangan. Hal ini disebabkan oleh tanaman teh di Blok Pemandangan mengalami banyak kerusakan karena diterpa angin kencang pada tahun Angin yang terlalu kencang merusak perdu tanaman teh sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman teh terganggu. Menurut Johan dan Dalimoenthe (2009) tinggi bidang petik yang ideal untuk tanaman teh berkisar cm. Tinggi bidang petik di bawah 80 cm masih ditemui pada bahan tanam asal seedling Asam di Blok Taman, Hibrid di Pemandangan, dan Hibrid di Panama. Hal ini disebabkan bahan tanam seedling Hibrid dan Asam merupakan tanaman tua menghasilkan (TTM), dengan umur berkisar tahun. Umur tanaman juga sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Tanaman teh yang terlalu pendek dapat mengakibatkan kurang efisiennya pemetikan yang dilakukan oleh tenaga kerja petik. Hal ini berdampak pada penurunan kapasitas pemetik dan hanca petik per harinya. Tanaman yang bersal dari klon Gambung 7 dan TRI 2025 memiliki tinggi bidang petik yang ideal dan sesuai dengan standar tinggi bidang petik yang efisien untuk petikan gunting. Tinggi tanaman dapat dipengaruhi oleh umur tanaman, kesehatan tanaman dan umur pangkas. 56

6 57 Pucuk yang dipetik mengakibatkan tanaman kehilangan zat pati sekitar 7.5 persen. Kehilangan zat pati akibat pucuk yang dipetik tidak akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu asalkan daun-daun yang tertinggal pada perdu cukup memadai untuk melakukan fotosintesis (Johan dan Dalimoenthe 2009). Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 6 tebal daun pemeliharaan di Unit Perkebunan Tambi berkisar cm. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang efektif untuk melakukan fotosintesis sebanyak 4-5 lapis dengan ketebalan cm. Unit Perkebunan Tambi saat ini memiliki kebijakan tersendiri untuk ketebalan daun pemeliharaan cm. Daun pemeliharaan yang ketebalannya masih di bawah 25 cm saat ini sedang dalam proses pengupayaan menaikkan tebal daun pemeliharaan agar tebal daun pemeliharaaannya sesuai standar. Daun pemeliharaan yang ketebalannya sudah memenuhi standar perkebunan terus diupayakan agar ketebalannya stabil. Pada perdu teh yang daun pemeliharaannya terlalu tipis, maka pemetikan segera dinaikkan 1 daun atau meninggalkan 1 daun di atas kepel (k+1). Daun pemeliharaan yang terlalu tebal mengakibatkan hasil fotosintesis banyak digunakan oleh daun pemeliharaan sehingga hasil fotosintat untuk pertumbuhan pucuk atau tunas berkurang mengakibatkan produksi berkurang. Hanca Petik Hanca petik adalah luas areal petik yang harus selesai dipetik dalam satu hari. Pelaksanaan hanca petik di lapangan seringkali berbeda dengan hanca yang telah diperhitungkan. Hanca petik sangat dipengaruhi oleh kondisi pucuk, topografi lahan, jumlah tenaga kerja pemetik. Hanca petik pada setiap blok berbeda-beda bergantung pada luas lahan produktif, siklus petik dan jumlah tenaga kerja. Pengaturan hanca petik masing-masing blok ditentukan oleh mandor petik. Pada kenyataannya di lapangan, hanca petik yang telah direncanakan sering kali tidak sama dengan realisasinya. Hal ini disebabkan oleh topografi kebun, jumlah tenaga kerja yang kurang dan terbatasnya waktu. Topografi kebun yang miring menyulitkan pemetik dalam menjangkau tempat yang lebih tinggi. Jika hanca petik tidak 57

7 58 terselesaikan dalam sehari maka jam kerja akan ditambah dan akan dilanjutkan pada hari berikutnya. Solusi lain dalam menyelesaikan hanca yang tidak terselesaikan adalah dengan melakukan pemetikan pada hari libur. Keadaan seperti ini juga dapat mengakibatkan siklus petik terlalu panjang dan kebun menjadi kaboler. Jumlah Tenaga Pemetik Tenaga petik merupakan komponen terpenting dalam mencapai produksi yang optimal. Ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan rasio kebutuhan tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk mencapai produksi yang maksimal. Unit Perkebunan Tambi memiliki empat blok yang masing-masing blok memiliki jumlah tenaga kerja petik yang berbeda-beda bergantung pada luas lahan produktif. Berdasarkan Tabel 8 tenaga kerja petik yang tersedia di UP Tambi berjumlah 178 orang sedangkan kebutuhan tenaga kerja petik berdasarkan rasio tenaga petik adalah sebanyak 190 orang. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa UP Tambi kekurangan tenaga pemetik. Hal tersebut disebabkan kurangnya minat penduduk setempat untuk menjadi tenaga pemetik karena menurut penduduk upah yang diterima sangat minim. Kurang terpenuhinya tenaga kerja pemetik dapat berakibat tidak terselesaikannya hanca yang telah ditetapkan dan tidak tercapainya target produksi yang sudah direncanakan. Kekurangan tenaga kerja petik dapat diatasi dengan menaikkan upah pemetik dan mengoptimalkan penggunaan mesin petik. Kapasitas Pemetik Kapasitas pemetik adalah bobot pucuk yang harus dicapai oleh pemetik dalam 1 hari. Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 9 kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi sebanyak kg pucuk/orang. Kapasitas pemetik berbeda beda antar pemetik yang satu dengan pemetik yang lainnya bergantung pada keterampilan pemetik, kondisi pucuk, topografi lahan, cuaca, dan jam kerja efektif dalam sehari. Kapasitas pemetik akan tinggi apabila pucuk yang tersedia di atas bidang petik dan kecepatan pemetik dalam melakukan pemetikan pucuk tinggi. 58

8 59 Pucuk yang telah dipetik dimasukkan ke dalam waring. Waring memiliki kapasitas kg pucuk /waring. Berdasarkan Tabel 9 kapasitas waring di Unit Perkebunan Tambi sebesar kg/waring. Jumlah waring yang dimiliki setiap blok berbeda-beda. Kapasitas waring bergantung jumlah waring yang tersedia di setiap blok, produksi pucuk yang dihasilkan setiap blok, dan kapasitas pemetik. Analisis Petik dan Analisis Pucuk Analisis hasil petikan merupakan pemeriksaan pucuk yang dihasilkan pada pelaksanaan pemetikan. Analisis hasil petikan terdiri atas dua macam yaitu analisis petik dan analisis pucuk. Analisis petik adalah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis petikan atau rumus petik yang dihasilkan, yang dinyatakan dalam persen. Analisis petik bertujuan untuk menilai keterampilan pemetik, menilai kesehatan tanaman, dan menilai kondisi kebun. Pucuk dianggap rusak apabila pada pucuk tersebut terdapat daun-daun yang rusak, sobek, terlipat, dan terperam. Analisis pucuk di UP Tambi dilakukan setiap hari setelah pemetikan di kebun. Analisis pucuk dilaksanakan di pabrik oleh seorang analis. Tujuan analisis pucuk adalah untuk memprediksi hasil olahan dan untuk menentukan harga pucuk (besarnya upah petikan, memperkirakan grade mutu teh yang dihasilkan. Jika analisis mencapai 55% maka pemetik mendapatkan premi sebesar Rp 30,00/kg pucuk basah. Berdasarkan Tabel 11 hasil analisis petik di Unit Perkebunan Tambi manghasilkan rata-rata persentase pucuk halus 1.75 %, pucuk medium %, pucuk kasar %, dan pucuk rusak persen. Berdasarkan hasil analisis tersebut pucuk halus sangat rendah. Jika persentase pucuk halus melebihi dari 5 % maka pemetik banyak melakukan kesalahan seperti pemetikan di luar ketentuan. Pucuk kasar lebih tinggi daripada pucuk medium maka akan mempersulit dalam proses pengolahan karena daun sudah terlalu tua. Analisis petik juga dilakukan pada pucuk hasil petikan dengan menggunakan mesin petik GT 120 untuk membandingkan hasil analisis dengan menggunakan gunting petik. Berdasarkan Tabel 12 pemetikan dengan menggunakan gunting petik 59

9 60 dan mesin petik menghasilkan pucuk dengan kategori petikan kasar. Pelaksanaan pemetikan yang tidak tepat dapat dilihat dari persentase pucuk kasar yang tinggi dan keterampilan pemetik yang rendah dapat dilihat pada persentase pucuk halus dan rusak. Analisis pucuk yang dilakukan petugas analisis di pabrik selama 4 bulan terakhir (Januari-April 2012) memiliki rata rata 45.21% memenuhi syarat (MS) dan 54.79% tidak memenuhi syarat (TMS). Nilai MS tersebut belum memenuhi standar Unit Perkebunan Tambi yaitu minimal 55 persen. Nilai MS yang rendah dapat disebabkan oleh kebun yang kaboler, siklus yang terlalu panjang, dan kerusakan pucuk. Kebun kaboler terjadi karena siklus petik yang terlalu panjang. Kerusakan pucuk dapat terjadi karena faktor alam dan manusia. Faktor alam berupa angin kencang maupun gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT). Faktor manusia sangat berpengaruh besar terhadap terjadinya kerusakan pucuk. Kerusakan karena gunting petik, pemadatan pucuk dalam waring yang melebihi kapasitas, pengangkutan dengan truk yang melebihi kapasitas. 60

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan 46 PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara 10-15

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011 PEMBAHASAN Analisis Petik Analisis petik merupakan cara yang dilakukan untuk memisahkan pucuk berdasarkan rumus petiknya yang dinyatakan dalam persen. Tujuan dari analisis petik yaitu menilai kondisi kebun

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN Sistem Petikan PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) sebagai komoditas perkebunan memberikan kontribusi yang besar terhadap perolehan devisa negara dari komoditas non migas sub sektor

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan METODE MAGANG 10 Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, mulai tanggal 1 Maret 3 Juli 2010. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA 3 Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh dengan tinggi 6 9 m. Tanaman teh dipertahankan

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 0 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama kurang lebih empat bulan. Waktu magang dimulai dari bulan Maret hingga Juli

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif 15 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1865 Perusahaan Perkebunan Tambi adalah salah satu perusahaan milik Belanda, dengan nama Bagelen Thee en

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat

Lebih terperinci

SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan

SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan yang dilakukan dalam minggu tersebut. Log Kerja Harian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh hitam merupakan salah satu komoditas yang dikenal masyarakat sejak tahun 1860. Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan devisa non migas

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor, 2009 PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah.

Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Management of Tea Plucking (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) at Unit

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 LAMPIRAN 61 62 Tanggal Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Kadar Air 74-77% Bahan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 20 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Persiapan Bahan Tanam Persiapan bahan tanam dimulai dengan penyediaan bahan tanam (pembibitan). Pembibitan dalam budidaya teh dapat dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Tambi Pada tahun 1865, PT Perkebunan Tambi merupakan perkebunan teh milik Pemerintahan Hindia Belanda yang disewakan kepada pengusaha swasta Belanda yang bernama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu spesies yang berasal dari famili Theaceae. Di seluruh dunia tersebar sekitar 1 500 jenis yang berasal

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Wonosobo Naelatur Rohmah dan Ade Wachjar * Departemen

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan jenis minuman yang sudah dikenal di seluruh dunia, konsumsi teh menjadi suatu hal yang umum bagi seluruh masyarakat karena mengkonsumsi teh dapat berdampak

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) Pruning at Plantation Unit of

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DI LAPANG

PELAKSANAAN DI LAPANG PELAKSANAAN DI LAPANG Pembibitan Aspek Teknis Pembibitan merupakan bagian penting dalam suatu usaha perkebunan teh. Bahan tanam untuk perkebunan teh seluruhnya berasal dari areal pembibitan. Areal pembibitan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN 15 Sejarah Umum PT Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan swasta. Pada masa perkembangannya PT Perkebunan Tambi telah mengalami beberapa perubahan. Pada tahun 1865

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi 14 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Perusahaan Perkebunan Tambi sekitar tahun 1865 merupakan perusahaan perkebunan milik Belanda dengan nama Bagelen Tehe dan Kina Maatschaappij yang berada di Netehrland.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kunt.) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH DINA MUTIARA A

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kunt.) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH DINA MUTIARA A i PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kunt.) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH DINA MUTIARA A24063156 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PENGGUNAAN GUNTING PETIK PADA KOMODITAS TEH DI KECAMATAN CIKALONG WETAN-KABUPATEN BANDUNG

PENGKAJIAN PENGGUNAAN GUNTING PETIK PADA KOMODITAS TEH DI KECAMATAN CIKALONG WETAN-KABUPATEN BANDUNG PENGKAJIAN PENGGUNAAN GUNTING PETIK PADA KOMODITAS TEH DI KECAMATAN CIKALONG WETAN-KABUPATEN BANDUNG The Assessment of Picked Scissors in Tea Commodity in the East Cikalong Sub District-Bandung District

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH MARIYATUL QIBTIYAH A24052711 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

Dina Ernawati, SP. dan Vidiyastuti Ari Yustiani, SP.

Dina Ernawati, SP. dan Vidiyastuti Ari Yustiani, SP. FLUKTUASI SERANGAN PENYAKIT CACAR DAUN TEH (Exobasidium vexans Mass.) PADA TRIWULAN II 2013 DI WILAYAH KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Dina Ernawati, SP.

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Kendal, Central Java Ade Wachjar * dan Supriadi

Lebih terperinci

HASIL DAN KERAGAMAN GENETIK TUJUH KLON TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DI DUA LOKASI DENGAN KETINGGIAN BERBEDA

HASIL DAN KERAGAMAN GENETIK TUJUH KLON TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DI DUA LOKASI DENGAN KETINGGIAN BERBEDA HASIL DAN KERAGAMAN GENETIK TUJUH KLON TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DI DUA LOKASI DENGAN KETINGGIAN BERBEDA YIELD AND GENETIC VARIABILITY OF SEVEN TEA CLONES (Camellia sinensis (L.) Kuntze) IN TWO

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

Unjuk kerja mesin petik tipe 120 pada pemetikan tanaman teh assamica dengan jarak antara baris 120 cm

Unjuk kerja mesin petik tipe 120 pada pemetikan tanaman teh assamica dengan jarak antara baris 120 cm Unjuk kerja mesin petik tipe 120 pada pemetikan tanaman teh assamica dengan jarak antara baris 120 cm (Tadjudin Abas) Unjuk kerja mesin petik tipe 120 pada pemetikan tanaman teh assamica dengan jarak antara

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Unit Perkebunan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan PT. Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri teh. Tahun 85 kebun-kebun teh di Bagelen, Wonosobo disewakan kepada Tuan D. Vander Sluij

Lebih terperinci

LAPORAN MAGANG KERJA MINGGU KE II. Kegiatan Magang Kerja Di PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) Wilayah III Afd. Gunung Gambir Kabupaten Jember

LAPORAN MAGANG KERJA MINGGU KE II. Kegiatan Magang Kerja Di PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) Wilayah III Afd. Gunung Gambir Kabupaten Jember LAPORAN MAGANG KERJA MINGGU KE II Kegiatan Magang Kerja Di PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) Wilayah III Afd. Gunung Gambir Kabupaten Jember Oleh : Mayang Septiana Prajamukti 115040200111042 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES

PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) PADA PEMELIHARAAN TANAMAN TEH MENGHASILKAN (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DENGAN ASPEK KHUSUS PEMETIKAN DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH MUHAMMAD

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN, HASIL DAN KUALITAS PUCUK TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DI BERBAGAI TINGGI TEMPAT

PERTUMBUHAN, HASIL DAN KUALITAS PUCUK TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DI BERBAGAI TINGGI TEMPAT PERTUMBUHAN, HASIL DAN KUALITAS PUCUK TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DI BERBAGAI TINGGI TEMPAT THE GROWTH, YIELD AND QUALITY OF TEA TIP (Camellia sinensis (L.) Kuntze) IN VARIOUS ELEVATIONS Lintang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman teh (Camellia Sinensis (L) O. Kuntze) merupakan tumbuhan hijau yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara dan 95 o -105

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANG

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANG 18 PELAKSANAAN TEKNIS LAPANG Aspek Teknis Pembibitan Unit Perkebunan Bedakah memiliki lokasi pembibitan yang berada di Blok Bismo seluas 0.47 ha. Bangunan pembibitan (naungan kolektif) terbuat dari anyaman

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT PERKEBUNAN TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT PERKEBUNAN TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT PERKEBUNAN TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH INTEN PRAMITA SUBAGJO A24052645 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE Agung Mahardhika, SP ( PBT Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya Tanaman teh (Camelia sinensis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Pucuk teh sangat menentukan

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo 3 TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo rata-rata lahan marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERKEBUNAN. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PENGELOLAAN PERKEBUNAN. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PENGELOLAAN PERKEBUNAN Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perkebunan RSK dipimpin oleh seorang administratur yang bertanggung jawab langsung kepada direktur area atas pengelolaan unit usaha yang meliputi

Lebih terperinci

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM Penanganan dan Pengelolaan Saat Panen Mengingat produk tanaman obat dapat berasal dari hasil budidaya dan dari hasil eksplorasi alam maka penanganan

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008.

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008. lampiran Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008. Tanggal Uraian kegiatan Lokasi Prestasi kerja (satuan/ HOK) Standar Penulis 11Feb08

Lebih terperinci

LAPORAN MAGANG KERJA MINGGU KE I. Kegiatan Magang Kerja Di PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) Wilayah III Afd. Gunung Gambir Kabupaten Jember

LAPORAN MAGANG KERJA MINGGU KE I. Kegiatan Magang Kerja Di PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) Wilayah III Afd. Gunung Gambir Kabupaten Jember LAPORAN MAGANG KERJA MINGGU KE I Kegiatan Magang Kerja Di PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) Wilayah III Afd. Gunung Gambir Kabupaten Jember Oleh : Mayang Septiana Prajamukti 115040200111042 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH 11 KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH Sejarah Perkebunan Pada tahun 1865 PT Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta milik Belanda dengan nama Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pengelolanya adalah

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman teh merupakan tanaman tahunan yang menghasilkan daun sebagai hasil produksinya. Tanaman ini dapat tumbuh subur dan berkembang baik di daerah dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini terdiri dari pengamatan selintas dan pengamatan utama. Data pengamatan selintas dan utama disajikan berbentuk tabel pengamatan beserta

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. No. Tabel Judul Tabel No. Hal.

DAFTAR TABEL. No. Tabel Judul Tabel No. Hal. DAFTAR ISI Halaman Judul... No Hal. Intisari... i ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR Oleh : Sunarto Gunadi *) Abstrak Lahan pesisir sesuai dengan ciri-cirinya adalah sebagai tanah pasiran, dimana dapat dikategorikan tanah regosal seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH

ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH INDRIANI NOVITA PRATIWI A24070131

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin mengglobalnya perekonomian dunia dan era perdagangan bebas, di Indonesia juga dapat diharapkan menjadi salah satu pemain penting. Dalam perekonomian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Teh Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun 1694 terdapat perdu teh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai Oktober 2009. Suhu rata-rata harian pada siang hari di rumah kaca selama penelitian 41.67 C, dengan kelembaban

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN Bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan suatu industri. Bahan baku yang baik menjadi salah satu penentu mutu produk yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN PEMETIKAN PUCUK DAUN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT TAMBI, WONOSOBO JAWA TENGAH

STUDI PENGELOLAAN PEMETIKAN PUCUK DAUN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT TAMBI, WONOSOBO JAWA TENGAH STUDI PENGELOLAAN PEMETIKAN PUCUK DAUN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT TAMBI, WONOSOBO JAWA TENGAH QORI LELYANA A24070068 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci