BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Toyota Production System (TPS) Sistem Produksi Toyota, dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor krisis minyak di tahun Tujuan utama dari sistem ini adalah menyingkirkan, lewat aktivitas perbaikan, berbagai jenis pemborosan yang tersembunyi dalam perusahaan (Moden, 1993; 1) Bahkan selama periode pertumbuhan lambat, Toyota dapat meraih laba melalui pengurangan biaya melalui sistem produksi yang sama sekali menyingkirkan sediaan dan tenaga kerja yang terlalu banyak. Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa sistem ini adalah sistem manajemen produksi yang revolusioner Falsafah Dasar Pengelolaan produk melalui sistem produksi yang tepat untuk menghasilkan produk dengan cara yang seefisien dan seproduktif mungkin sudah menjadi tuntutan yang mendesak. Banyak sistem produksi yang dikenal tetapi kembali lagi, juga dalam hal ini Jepang sudah membuktikan kesungguhannya dan berbicara tentang pelaksanaan sistem produksi ternyata banyak yang mengacu kepada Sistem Produksi Toyota.

2 10 Apa sebenarnya yang menjadi sasaran dari kegiatan produksi? Sebenarnya sederhana saja, yaitu (Adrianto, 2002; 1) 1. Menghasilkan produk yang berkualitas kepada masyarakat. 2. Dengan harga yang pantas, dengan usaha yang terus menerus untuk mengurangi biaya dan dengan menghilangkan segala jenis MUDA 3. Pengiriman barang yang tepat waktu dan lead time yang sependek mungkin agar dicapai fleksibelitas dalam proses produksi berdasarkan kebutuhan pasar. 4. Mengembangkan potensi setiap anggota perusahaan berdasarkan rasa saling menghormati, kepercayaan dan kerjasama. Kegiatan produksi memerlukan keterlibatan yang maksimum dari setiap pekerja, dan kita harus menghargai dengan cara memadai keterlibatan tersebut. Inisiatif dan kreativitas semaksimum mungkin dari setiap pekerja adalah inti dari sistem produksi. Untuk mencapai sasaran di atas, adalah tugas yang luar biasa sulit yang memerlukan standarisasi kerja yang sempurna, tidak hanya kualitas yang baik, biaya yang rendah, dan delivery yang tepat tetapi standarisasi harus dibuat dengan perhatian terhadap keselamatan kerja dan operasi kerja yang mudah Karakteristik Industri Mobil Ciri produk industri mobil adalah variasi produk yang semakin banyak dan pergantian produk yang begitu cepat. Dan juga produk industri mobil dijual di luar negeri sehingga haruslah sesuai dengan benyak jenis persayaratan. Menyadari tuntutan itu, maka jenis yang dihasilkan akan terus bertambah.

3 11 Kesulitan dari semuanya adalah adanya tuntutan dari costumer yang selalu bertambah setiap saat, dan hal ini memerlukan fleksibelitas didalam manufacturing process, untuk mampu mengantisipasi setiap perubahan produk. Oleh karena itu kita harus memahami karakteristik dari industri mobil (andrianto, 2002; 2) : 1. Kegiatan produksi merupakan suatu kegiatan yang terintegerasi, banyak sekali jenis proses produksi yang diperlukan sejak bahan baku sampai kepada produk akhir. Hal ini perlu kita perhatikan karena setiap jenis proses produksi mempunyai karakteristik yang berbeda, yang memerlukan pengaturan yang mungkin berbeda-beda. Ditambah lagi dengan macammacam jenis material yang dipakai seperti metal, rubber, glass, ceramics, dan lain sebagainya 2. Kegiatan perakitan adalah kegiatan labour intensive, ketergantungan terhadap unsur orang dalam proses perakitan sangat tinggi. Dengan jenis produk yang bermacam-macam yang menjadi tuntutan dari customer kita, maka ketergantungan terhadap orang dalam proses produksi akan meningkat terus. 3. Lead time dari produk baru sejak dari design sampai ke pasar sangat lama sehingga koordinasi antar proses sejak dari design, part supply, production preparation mutlak diperlukan sebelum akhirnya kita perkenalkan produk baru tersebut ke pasar dan karena waktu yang lama maka kegiatan ini merupakan kegiatan dengan resiko yang tinggi. 4. Kegiatan produksi memerlukan investasi yang besar, untuk membeli mesin peralatan dan pabrik, hal ini harus dipertimbangkan dengan hatihati. Tidak

4 12 hanya pada saat membuat pabrik baru untuk produk tertentu, tapi juga pada saat pengembangan produk tertentu yang juga memerlukan investasi baru. Dengan segala karakteristik di dalam kegiatan industri mobil ditambah lagi dengan banyaknya produk sejenis, maka kegiatan ini merupakan kegiatan yang mempunyai resiko besar dan ketidak pastian. Banyaknya industri untuk produk sejenis tetapi hanya beberapa yang berhasil untuk mencapai sasaran, yaitu PROFIT. Menghadapi kondisi pasar yang tidak menentu yang selalu dihadapi oleh dunia industri, kita harus mencoba mengatasi hal ini dengan usaha kedalam pabrik kita sendiri (Andrianto, 2002; 3). Kita tidak bisa selalu mengharapkan bahwa pasar akan menyerap hasil produksi kita dengan harga berapa saja. Kita juga tidak bisa mengharapkan untuk membeli bahan baku sesuai dengan harga sekarang, semua hal tersebut ada diluar kendali kita, tetapi hal-hal tersebut mempengaruhi nasib perusahaan kita, jika kita tidak ingin membiarkan hal tersebut, kita harus berusaha bagaimana kita dapat mengatasinya. Beberapa kegiatan dalam manufacturing proses memang diperlukan dan beberapa lain tidak diperlukan. Usaha untuk membedakan antara yang benar-benar diperlukan dan yang tidak diperlukan adalah kunci dari usaha untuk menurunkan biaya produksi. Setiap elemen dari keseluruhan proses produksi yang tidak mengahasilkan Added Value (nilai tambah) kepada produk haruslah dianggap sebagai pemborosan (MUDA). Usaha untuk menghilangkan MUDA membawa kita kepada sistem atau metoda dan proses yang dikenal sebagai Production System. Ada 4 jenis pemborosan dalam operasi poduksi pembuatan (Moden, 1993; 2-3) :

5 13 1. Sumber daya produksi terlalu banyak 2. Produksi berlebihan 3. Sediaan terlalu banyak 4. Investasi modal yang tidak perlu Pertama, pemborosan ditempat kerja pembuatan terutama adalah sumber daya produksi yang terlalu banyak, yaitu tenaga kerja yang terlalu banyak, fasilitas yang terlalu banyak, dan sediaan yang terlalu banyak. Bila unsur-unsur ini terdapat dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang diperlukan, baik orang, perlengkapan, bahan ataupun produk, mereka hanya akan menambah nilai, misalnya tenaga kerja terlalu banyak mengakibatkan biaya personalia berlebihan, fasilitas terlalu banyak mengakibatkan biaya penyusutan tinggi, dan sediaan terlalu banyak mengakibatkan area berlebihan. Selain itu, sumber daya produksi yang terlalu banyak menciptakan pemborosan sekunder yaitu produksi berlebihan, yang dipandang sebagai pemborosan jenis terburuk. Produksi berlebihan terjadi bila orang terus melanjutkan pekerjaan pada saat operasi pokok seharusnya dihentikan. Produksi berlebihan menyebabkan pemborosan jenis ketiga yang ditemukan pada pabrik pembuatan yaitu sediaan terlalu banyak. Sediaan ekstra menciptakan kebutuhan akan tenaga kerja yang lebih banyak, perlengkapan yang lebih banyak, dan lantai yang lebih luas untuk mengangkut dan manyimpan sediaan, pekerjaan ekstra ini kemudian akan membuat produksi berlebihan tidak kelihatan.

6 14 Dengan adanya sumber daya yang terlalu banyak, produksi yang berlebihan, dan sediaan yang banyak bersamaan dengan berjalannya waktu, permintaan untuk pemborosan jenis keempat akan berkembang. Jenis keempat ini yakni investasi modal yang tidak perlu, mencakup. 1. Pembangunan gudang untuk menyimpan sediaan ekstra. 2. Penambahan pekerja ekstra untuk me ngangkut sediaan ke gudang baru 3. Pembelian mesin pengangkat barang untuk tiap barang angkut 4. Penambanhan karyawan pengendali sediaan untuk menangani gudang baru 5. Penambahan operator untuk memperbaiki sediaan yang rusak 6. Pembuatan proses untuk memanajemeni persyaratan dan jumlah sediaan yang berbeda-beda jenisnya. 7. Penambahan orang untuk menangani pengendalian sediaan yang dikomputerisasi Empat sumber pemborosan ini semuanya juga akan menaikan biaya adminstratif, biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung, dan biaya umum misalnya penyusutan, dan lain- lain Tujuan Toyota Production System (TPS) Secara singkat ada tiga hal yang menjadi tujuan Toyota Production System, yaitu: 1. Pengurangan biaya (cost reduction) dan penghilangan Muda. 2. Menghasilkan barang tepat waktu dalam jumlah yang tepat. 3. Menghasilkan barang yang berkualitas dengan biaya yang murah.

7 15 Meskipun pengurangan biaya merupakan tujuan terpenting sistem ini, pertamatama harus dipenuhi tiga sub tujuan lain, yaitu: 1. Pengendalian jumlah, yang memungkinkan sistem menyesuaikan diri dengan fluktuasi harian dan bulanan dalam permintaan, baik jumlah maupun variasinya. 2. Jaminan mutu, yang memastikan bahwa tiap proses hanya akan memasok unit yang baik kepada proses berikutnya. 3. Menghormati kemanusiaan, yang harus dibudayakan karena sistem menggunakan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran biayanya. Tujuan utama dari sistem ini tidak dapat dicapai tanpa realisasi dari berbagai subtujuan yang ada Target Toyota Production System (TPS) Target Toyota Production System adalah : 1. Hanya membuat barang yang dapat dijual Untuk memproduksi barang yang dapat terjual adalah dengan cara menyesuaikan waktu produksi dengan waktu penjualan. Oleh karena itu, dalam memproduksi diperlukan cara produksi dan standar waktu yang dapat diatur atau disesuaikan : Tack time Di dalam membuat barang yang hanya dapat dijual maka standar panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang tersebut

8 16 harus dapat diatur agar dapat memenuhi permintaan konsumen. Hal inilah yang dimaksud dengan Tack time. Tack time adalah kecepatan produksi yang dinyatakan dalam satuan waktu untuk melakukan suatu proses atau satu unit part, dan secara umum berlaku di seluruh proses baik dari proses perakitan maupun sampai proses akhir yaitu barang jadi. Just in Time Just in Time adalah produksi atau mengirim barang yang hanya diperlukan dengan jumlah dan pada waktu yang dibutuhkan. Just in Time ini merupakan salah satu tiang utama dari konsep Toyota Production System. Kanban Kanban adalah salah satu alat kontrol penting untuk produksi Just in Time. Proses berikut hanya mengambil atau menarik barang yang diperlukan dari proses sebelumnya. Proses sebelumnya hanya memproduksi sejumlah barang yang telah diambil oleh proses berikutnya. 2. Membuat mobil yang berkualitas baik Built in Quality Pola pikir terhadap kualitas adalah salah satu hal yang sangat penting. Dasar pemikiran seperti itu diwujudkan dengan Membangun kualitas di dalam proses. Untuk itu masing-masing orang mempunyai tanggung

9 17 jawab dalam prosesnya sampai proses itu selesai, sedangkan proses berikutnya adalah konsumen. Sehingga menjalankan built in quality merupakan hal yang sangat penting. Jidoka Jidoka adalah jika perlengkapan mesin yang dipakai untuk proses produksi dapat mendeteksi kelainan yang timbul atau pada barang yang sedang diproses dan perlengkapan mesin tersebut dapat berhenti secara otomatis. Tujuan utama dari Jidoka adalah : Membuat barang yang kualitasnya agar 100% baik. Mencegah rusaknya perlengkapan mesin. Penyederhanaan manpower (tidak perlu operator untuk mengawasi jalannya mesin atau perlengkapan). Tindakan pencegahan agar defect tidak terulang kembali Tindakan ini adalah sulit untuk mencegah secara total timbulnya barang defect dan repair. Untuk itu penting sekali mengadakan penanganan terhadap defect yang timbul tersebut. Dengan penanggulangan yang hanya bersifat sementara/darurat, akan menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya defect dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, perlu tindakan penanggulangan untuk mencegah agar tidak timbul defect kembali.

10 18 3. Membuat barang dengan biaya yang lebih murah Yang disebut dengan membuat barang dengan biaya yang lebih murah adalah dengan hubungan biaya pembuatan dengan manusia, material, perlengkapan, dan lain-lain. Jadi pembuatan barang memerlukan biaya seminimal mungkin atau dapat disebut dengan membuat barang yang lebih murah. Heijunka Yang disebut Heijunka adalah me-level-kan jumlah dan jenis barang yang bermacam-macam. Ini menjadi persyaratan awal dari produksi Just in Time dalam Toyota Production System. Standar Kerja Standar kerja adalah alat untuk mengkombinasikan dengan baik antara perlengkapan dan orang dalam mencapai produksi yang efisien. Atau dapat disebut juga sebagai alat Kaizen (usaha perbaikan suatu hal untuk menjadi lebih baik, yang tak pernah berhenti/berakhir) yang efisien. Standar kerja merupakan pedoman bagi operator dalam menjalankan pekerjaannya di tempat kerja. Standar kerja juga berfungsi sebagai pembagian tugas kerja operator yang dapat dipakai untuk pengembangan cost reduction sehingga merupakan pedoman kerja yang tidak ada Muda-nya

11 Konsep Pokok Toyota Production System (TPS) Ada empat konsep pokok yang merupakan tiang utama bagi Toyota Production System, yaitu : 1. Just in Time (JIT) Merupakan alat untuk produksi tepat waktu, dengan hanya menghasilkan barang yang diperlukan, dalam jumlah yang diperlukan, dan pada waktu yang diperlukan. 2. Autonomasi (Jidoka) Merupakan pengendalian cacat secara otonom. Jidoka mendukung JIT dengan tidak memungkinkan unit cacat dari proses terdahulu untuk mengalir ke proses berikutnya dan mengacaukannya. 3. Tenaga kerja fleksibel (Shonjika) Berarti mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan perubahan permintaan. 4. Pemikiran kreatif atau gagasan inovatif (Soikufu) Berarti kemampuan untuk mengeluarkan pemikiran kreatif dan menerima saran dari para pekerja. 2.2 Just in Time (JIT) Konsep JIT berasal dari Jepang, berawal dari kunjungan Kiichiro Toyoda pada tahun 1936 mengambil konsep Ford Conveyer System khususnya untuk memproduksi mobil dengan volume rendah, kemudian dikembangkan dan diuraikan menjadi konsep JIT dalam perusahaan otomotif Toyota Jepang. Konsep JIT digunakan:

12 20 1. Pertama kali digunakan dalam penerapannya untuk manajemen persediaan (Inventory). 2. JIT dipandang sebagai suatu pendekatan terhadap pengendalian mutu dan perencanaan produksi (Pull Sistem atau sistem Kanban) Dan Toyota Motor Company, Japan menguraikan JIT pada Toyota Production Sistem adalah JIT bertujuan untuk menurunkan ongkos produksi dengan menghilangkan Muda (Pemborosan), Mura (Ketidak teraturan), Muri (Hal yang berlebihan). Just in Time (JIT) adalah suatu sistem manufaktur yang bertujuan untuk mengoptimalkan proses-proses dan prosedur dengan mengurangi (menghilangkan) pemborosan-pemborosan atau dengan kata lain JIT adalah sistem atau ide untuk memproduksi dan membawa barang atau produk yang dubutuhkan pada saat dibutuhkan dan sejumlah yang dibutuhkan saja. Yang dimaksud dengan Just in Time pada dasarnya adalah sistem produksi yang berupaya untuk (Gaspersz, 2002; 37) : 1. Hanya memproduksi atau mengirim barang yang dibutuhkan. 2. Pada saat yang tepat ketika dibutuhkan; dan 3. Dalam jumlah yang tepat sesuai dengan yang dibutuhkan Dalam sistem produksi konvensional biasanya di setiap proses dibuat jadwal, apabila permintaan pasar berubah maka akan terjadi penumpukan atau kekurangan persediaan, yang mengakibatkan lead time proses menjadi lama. Dengan cara konvensional ini juga tidak ada koordinasi antar proses.

13 21 Dengan sistem JIT akan dapat dihindari masalah di atas, yaitu dengan mengikuti 3 prinsip : 1. Sistem tarik (pull sistem) 2. Aliran proses yang kontinu 3. Menetapkan Tack time. Agar ketiga prinsip tersebut dapat dioperasikan secara efektif, diperlukan suatu pra-kondisi yang disebut Heijunka atau perataan produksi atau pe-level-an produksi. Pemerataan atau pe-level-lan tersebut dilakukan terhadap volume produksi dan pengaturan urutan model atau tipe barang yang akan diproduksi. Pada dasarnya sistem produksi Just in Time (JIT) mempunyai 6 (enam) tujuan dasar sebagai berikut: 1. Mengintegrasikan dan mengoptimumkan setiap langkah dalam proses manufakturing. 2. Menghasilkan produk berkualitas sesuai dengan keinginan pasar atau pelanggan. 3. Menurunkan ongkos produksi secara terus-menerus. 4. Menghasilkan produk hanya berdasarkan permintaan pelanggan. 5. Mengembangkan fleksibelitas manufakturing 6. Mempertahankan komitmen tinggi untuk bekerja sama dengan pemasok dan pelanggan.

14 22 Berikut ini adalah prinsip-prinsip dari sistem Just in Time (Andrianto, 2002; 24) : 1. Simplification (Penyederhanaan) Merupakan eliminasi dari hal-hal yang tidak perlu. Dapat berupa penyederhanaan produk, proses maupun prosedur yang akan menghasilkan suatu pengurangan dalam jumlah waste. Usaha penyederhanaan ini merujuk pada upaya pencapaian hasil yang sama dengan cara yang lebih sederhana, cara yang lebih mendasar atau dengan menggunakan lebih sedikit input. Selain itu, simplifikasi juga berarti membuang fitur-fitur yang tidak memberikan nilai tambah bagi produk. 2. Cleanliness and Organization (Kebersihan dan Keteraturan) Fasilitas di dalam banyak organisasi biasanya kotor dan tidak teratur. Hal ini akan mengakibatkan lebih sulit untuk melakukan pekerjaan, dan sering berakibat pada kualitas kerja yang buruk. Oleh karena itu, perbaikan proses yang kontinu harus dimulai dengan membersihkan dan mengatur fasilitas tersebut. Keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya kebersihan dan keteraturan yaitu: Memudahkan pekerjaan untuk melihat adanya kerusakan, kehilangan peralatan. Mengurangi kemungkinan terkontaminasinya suatu produk. Meningkatkan keselamatan kerja dan mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

15 23 Memudahkan pekerja untuk melihat adanya produk cacat. 3. Visibility (Kejelasan) Kejelasan berarti mengetahui apa yang telah terjadi, yang harus dilakukan serta yang seharusnya dilakukan dengan melihatnya. Inti dari kejelasan itu sendiri adalah untuk menyambungkan kembali atau mendefinisikan kembali informasi sehingga dapat terlihat oleh pekerja di lantai produksi dengan secepatnya, kapanpun mereka butuhkan. Hal ini dapat dilaksanakan, sebagai contoh dengan memasang papan informasi yang berisi standar produksi, instruksi kerja, target produksi, dan lain sebagainya. Dengan menyediakan informasi yang mudah terlihat seperti di atas, maka para pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan lebih baik, mengeliminasi bentuk pekerjaan yang tidak perlu dan tidak efektif, serta melakukan aktivitas kontrol. 4. Cycle Timing (Waktu Siklus) Waktu siklus adalah interval waktu diantara terjadinya sesuatu. Konsep waktu siklus merupakan suatu yang fundamental bagi Just in Time, terutama dengan menghilangkan pemborosan dari waktu siklus kerja yang sudah diperpendek dan mereduksi variasi kerja. Waktu siklus yang sudah diperpendek akan meningkatkan kapasitas produksi. Seiring dengan perbaikan aktivitas kerja, bukan hanya waktu siklus dapat diperpendek,

16 24 tetapi juga keseluruhan lead time, yang memiliki kontribusi bagi prinsip Just in Time yang lain, yakni agility (kemampuan proses). 5. Agility (Kemampuan Merespon) Chester Richard dalam bukunya Agile Manufacturing Beyond Lean mendeskripsikan agile manufacturer dalam konteks OODA-loop, sebuah konsep untuk mengobservasi situasi (observe), mengorientasikan diri (orient), mengambil keputusan (decide) dan melakukan aksi (act). Dengan demikian agile manufacturer adalah suatu bentuk produksi yang mampu bereaksi cepat terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi, merencanakan sesuatu untuk mengatasinya dan mampu memberikan respon meskipun tanpa rencana. Contoh agile manufacturing yang diterapkan dalam konsep Just in Time adalah mengurangi waktu set up dan produksi dalam ukuran batch yang kecil. Untuk mampu berpindah dari satu produksi ke produksi lainnya diperlukan kecepatan yang artinya harus ada pengurangan dalam waktu set up serta ukuran batch yang kecil. 6. Variability Reduction (Pengurangan Variasi) Variasi mewakili adanya penyimpangan jumlah dari nilai nominal yang telah ditentukan (target, standar) yang menunjuk pada adanya waste dan kualitas yang buruk. Reduksi variasi merupakan salah satu jalan kearah perbaikan, dengan asumsi bahwa standarnya adalah benar, maka variasi nol sama dengan tidak adanya waste dan zero defects. Dalam Just in Time, usaha mereduksi variasi ini diaplikasikan dalam beberapa hal seperti

17 25 standarisasi kerja, prosedur perawatan mesin, dan jadwal produksi yang merata. 7. Measurement (Pengukuran) Suatu pengukuran dibutuhkan untuk mengetahui dengan pasti tahapan tahapan yang telah dilalui, sedang maupun yang akan dilalui. Bentuk pengukuran yang dilakukan dalam lingkungan Just in Time meliputi pengumpulan data untuk membantu kelompok maupun individual untuk mengetahui adanya permasalahan, mencari solusi, dan menganalisa kemajuan kerja. Pekerja yang terlibat itu sendiri yang akan memutuskan apa yang harus diukur, bagaimana cara pengukurannya dan sebanyak mungkin mereka akan mengumpulkan datanya sendiri. Akhirnya pengukuran itu merupakan cara untuk membangun prioritas dan memusatkan perhatian pada area yang sangat membutuhkan perbaikan. Perhitungan Perfoma JIT dapat menggunakan persamaan berikut :..(2.1) 2.3 Kanban System Sistem Kanban adalah sistem informasi yang dapat mengontrol proses produksi, sehingga dapat memproduksi barang yang diperlukan dengan jumlah dan waktu tertentu. Kanban yang ada di sini merupakan salah satu metode yang digunakan dalam Toyota Production System. Dalam sistem ini, jenis dan jumlah unit yang

18 26 diperlukan ditulis pada suatu kartu mirip label yang disebut Kanban, yang dikirim oleh pekerja dari satu proses kepada pekerja pada proses yang terdahulu Definisi Kanban Kanban adalah suatu alat untuk mencapai produksi Just in Time. Kanban berupa suatu kartu yang biasanya ditaruh dalam amplop vinil berbentuk empat persegi panjang. Kartu Kanban berbentuk kartu yang dilaminating (dibungkus plastik) dengan bermacam informasi dan kode barcode yang mengidentifikasikan barang atau unit fisik yang dibawa, lokasi atau tempat tujuan dimana unit akan dibawa, dan asal lini produksi ataupun pemasok dimana unit fisik diproduksi sebelumnya. Berikut Ilustrasi supply part dengan metode kanban system dapat dilihat pada gambar 2.1 Gambar 2.1 Flow Proses Supply Part dengan Kanban System

19 Tujuan Kanban Sistem Kanban yang dikembangkan oleh Taiichi Ohno digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang mencakup: Mereduksi biaya dengan menghilangkan pemborosan (waste/scrap). Mencoba untuk menciptakan tempat kerja yang dapat merespon secara cepat terhadap adanya perubahan. Mendukung metode-metode untuk mencapai dan memastikan pengendalian kualitas. Merancang tempat keja berdasarkan rasa kemanusiaan, kepercayaan dan dukungan, dan membiarkan para pekerja mencapai potensi maksimalnya Fungsi Kanban Kanban mempunyai tiga fungsi umum, yaitu : 1. Memberikan instruksi mengenai produksi dan pengangkutan Penarikan suku cadang dan instruksi produksi Kanban menghasilkan instruksi kerja. Instruksi-instruksi tersebut mengenai apa, kapan, di mana dan berapa banyak yang harus diproduksi dan diangkut. Hal tersebut merupakan cara untuk berkomunikasi mengenai informasi antara urutanurutan proses dan proses berikutnya. 2. Sebagai alat untuk pengawasan visual Alat untuk pengawasan visual membantu untuk memonitor ketepatan dan lokasi pengaturan suku cadang. Pergerakan kanban bersama-sama dengan

20 28 suku cadang yang aktual, merupakan alat yang penting untuk pengawasan visual. Suku cadang tanpa Kanban dapat dengan mudah diidentifikasi. Suku cadang tersebut mengalami cacat, salah letak, dan sebagainya atau peraturan Kanban tidak dapat diobservasi secara tetap. Pengawasan visual membantu dalam dua hal yang sangat penting, yakni: Untuk meniadakan terjadinya over produksi (produksi yang berlebihan) Peraturan operasional Kanban adalah hanya memproduksi jumlah suku cadang yang ditarik kembali oleh proses berikutnya. Produksi suku cadang yang berlebihan adalah penting untuk meningkatkan inventarisasi namun menyebabkan timbulnya berbagai masalah dan kerugian. Untuk alasan ini proses selanjutnya harus mengikuti aturanaturan Kanban. Tidak boleh mengambil suku cadang tanpa menetapkan terlebih dahulu berdasarkan Kanban. Hal ini akan membantu pencegahan terjadinya produksi yang berlebihan. Untuk memonitor kemajuan dan medeteksi penundaan penundaan yang terjadi dalam proses yang berlangsung Heijunka atau produksi yang ditingkatkan merupakan kondisi sebelum proses produksi. Hal ini mengatur keadaan pabrik mengenai jumlah yang pasti dari produk-produk yang dihasilkan dalam jangka waktu yang diberikan. Kemudian Kanban dapat diangkut dalam jangka waktu

21 29 yang sama. Jika Kanban menumpuk, jelaslah bahwa produksi telah tertunda, jika Kanban menurun produksi meningkat sangat tinggi. 3. Sebagai alat dalam proses Kaizen Apabila Kanban dimengerti secara tepat, Kanban melayani sebagai suatu alat pengawasan visual. Sebagai suatu hasil jalur Kaizen memungkinkan perolehan Kanban yang begitu banyak meningkatkan inventaris. Namun adalah perlu untuk mengurangi jumlahnya, dan apabila terdapat penyebaran Kanban haruslah diperiksa (dicek) dan tindak balik perlu diambil melalui Kaizen. Di samping itu, prioritas dalam rangkaian produksi dapat ditentukan dari peningkatan atau penurunan suku cadang yang ditarik melalui proses selanjutnya dan pekerjaan yang telah diatur sedemikian rupa Jenis-jenis Kanban dalam sistem Just in Time (JIT) Sistem Kanban pada sistem JIT terdapat berbagai jenis, seperti yang terlihat pada gambar 2.2 Gambar 2.2 Jenis-jenis Kanban dalam sistem Just in Time

22 30 Secara garis besar ada dua jenis kanban yang sering digunakan dalam penerapan sistem Just in Time, yaitu: 1. Kanban Pengambilan (Withdrawal Kanban) Dalam Sistem Kanban, kanban pengambilan harus selalu mengikuti aliran material dari suatu proses ke proses yang lain (dari proses sesudah/subsequent process ke proses sebelumnya/preceding process). Suatu kanban pengambilan harus menspesifikasikan nomor part dan tingkat revisi, lot size, dan routing process. Kanban pengambilan harus menunjukkan nama proses sebelum (preceding process) beserta lokasinya dan proses sesudah (subsequent process) beserta lokasinya. Kanban pengambilan harus senantiasa melekat pada parts, apabila proses berikutnya mengambil parts dalam jumlah lot size tertentu maka kanban pengambilan akan bergeser lagi ke proses sebelumnya untuk memperoleh parts baru. Kanban pengambilan terdiri dari: Kanban Pengambilan Antar Proses Informasi yang terdapat pada kanban antar proses adalah identifikasi komponen yang sudah dibuat (nomor komponen dan jenis produk), keterangan proses sebelum dan proses sesudah, isi dalam setiap Sistem Kanban yaitu tipe dari pallet yang digunakan serta kualitas dari pallet tersebut, nomor kanban, dan siklus pengiriman. Kanban Pemasok

23 31 Informasi yang terdapat pada kanban pemasok adalah nomor kanban, nama komponen dan nomor komponen, waktu kedatangan pemasok, jenis pallet, kapasitas per-pallet, tipe produk dan model yang akan diproduksi, penggunaan komponen tiap unit, Cycle Issue, dan alamat kirim serta nama pemasok. 2. Kanban Perintah Produksi (Production Kanban) Kanban produksi berfungsi sebagai alat yang sah untuk mengeluarkan pesanan produksi kepada proses sebelum agar memproduksi lagi. Apabila kanban pengambilan tiba di lokasi proses sebelum maka akan menemukan container yang berisi parts yang telah dipesan tersebut. Setelah itu pekerja melampirkan kanban pengambilan pada container dan mengirimkannya ke proses sesudah yang memesan parts berdasarkan kanban produksi yang dikeluarkan. Kanban produksi terdiri dari: Kanban proses Kanban proses adalah suatu kanban yang digunakan untuk tujuan instruksi pemasangan komponen pada lini produksi atau disebut sebagai instruksi produksi. Kanban ini biasa digunakan untuk proses produksi satu per satu. Informasi yang terdapat dalam kanban produksi adalah jenis produk yaitu nama komponen yang digunakan serta nomor komponennya, proses mesin, jenis pallet, kapasitas per pallet, pemakaian pieces/unit/type, dan gambar.

24 32 Kanban Isyarat Kanban isyarat mempunyai fungsi untuk memberikan instruksi kepada operator untuk memproduksi sejumlah lot yang tercantum dalam kanban isyarat ini. Informasi yang tercantum dalam kanban isyarat adalah nama proses, jenis produk, jenis material, ukuran, dan alamat lokasi stok, jenis pallet dan kapasitas pesan ulang, lot size dan kuantitas pesan ulang serta tanggal dan jam produksi. 2.4 JUNBIKI System Dalam pelaksanaannya sistem kanban mengalami banyak perkembangan, salah satunya adalah dengan penerapan sistem Junbiki. Junbiki berasal dari bahasa Jepang yang berarti Persiapan (Preparation). Yang dimaksud dengan persiapan di sini adalah bahwa urutan produksi yang berada diproduksi sama dengan urutan yang diproduksi di pemasok. Hal ini sangat menunjang pelaksanaan sistem JIT dan dapat mengurangi persediaan seminimal mungkin, atau dengan kata lain adalah Junbiki adalah suatu sistem delivery (pengiriman) yang menggunakan sistem order (pemesanan) dengan menggunakan faks yang sesuai dengan heijunka pattern (urutan produksi) di line produksi. Metode ini mempunyai tujuan antara lain: 1. Mengurangi stok part (komponen) yang ada di line produksi dan di ware house (gudang) komponen 2. Menjaga kesalahan terhadap pemasangan komponen yang di butuhkan.

25 33 3. Mereduksi biaya produksi (tenaga kerja, energi, investasi). 4. Meningkatkan performa JIT. Berikut Ilustrasi supply part dengan metode Junbiki system dapat dilihat pada gambar 2.3 Gambar 2.3 Flow Proses Supply Part dengan JunbikiSystem Dalam menerapkan sistem Junbiki ini hal yang paling berpengaruh dan yang harus diperhatikan adalah waktu (Time) yang sangat menentukan. Dalam hal ini kita harus memperhitungkan waktu produksi didalam pelanggan (Tack time), waktu produksi dipemasok (production time) dan waktu pengiriman (handling dan delivery Time).

26 34 Untuk mengirim informasi mengenai urutan produksi sekaligus berlaku sebagai kanban pengambilan maka digunakan mesin Fax yang dikhususkan untuk keperluan ini. Teknologi ini disebut e-kanban (Electronic Kanban). Untuk menjalankan sistem Junbiki, lead time proses harus lebih dari lead time pengiriman ditambah lead time handling, atau dapat dirumuskan sebagai berikut :. (2.2) Tack time adalah waktu yang tersedia untuk memproduksi satu unit atau sebuah part berdasarkan waktu operasional yang tersedia dibandingkan dengan jumlah produk yang diperlukan. Atau dapat di rumuskan sebagai berikut :. (2.3) Dalam sistem produksi yang menggunakan ban berjalan (conveyor), tack time biasanya digunakan untuk menentukan waktu kerja tiap pos. Lead time/interval keberangkatan dan kedatangan truk supplier ke ADM dapat di tentukan berdasarkan persamaan dibawah ini : dengan :. (2.4)

27 Syarat Part Junbiki Suatu part atau komponen, dapat diperlakukan sebagai part Junbiki bila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Berdimensi besar (Big Parts), (part ataupun palet atau lorry) 2. Part tersebut merupakan Harigami part 3. Part tersebut harus unik, unik disini adalah bahwa part tersebut walaupun memiliki bentuk yang sama, tetapi memiliki speksifikasi yang berbeda, misalnya dalam hal warna, komposisi bahan jenis (harigami). 4. Merupakan assembly part (part yang langsung di pasang pada produk), bukan Sub assembly part (memerlukan proses lebih lanjut) Syarat Supplier untuk mengikuti metode Junbiki Selain part yang harus memenuhi syarat, supplier harus pula memenuhi syaratsyarat sebagai berikut : 1. Waktu informasi < Waktu proses, waktu informasi disini meliputi waktu loading, penerimaan fax dari perusahaan, pengiriman ke perusahaan, waktu unloading dan waktu suplai. 2. Alat transportasi (truk) harus bisa mengimbangi lead time atau interval keberangkatan dari supplier ke perusahaan. Syarat-syarat di atas mutlak harus dipenuhi perusahaan untuk memenuhi metode ini, apabila salah satu syarat tidak dapat dipenuhi, maka perusahaan tersebut tidak mengimplementasikan metode Junbiki ini.

28 Pemborosan (Muda) Pemborosan merupakan hal yang haris dihindari untuk mengimplementasikan Toyota Production System ini. Karena pemborosan (waste) merupakan segala sesuatu selain jumlah minimum material, peralatan, komponen, ruang atau waktu yang penting untuk menambah nilai produk. Sumber-sumber pemborosan yang diidentifikasikan oleh Toyota dan untuk pertama kali dideskripsikan oleh Taiichi Ohno adalah sebagai berikut: 1. Pemborosan dari memproduksi produk cacat. Idealnya, produk yang cacat diidentifikasi jauh sebelum sampai pada konsumen, bagaimanapun juga mengidentifikasi dan memperbaiki produk cacat adalah aktivitas yang tidak berguna dan menimbulkan biaya. Produk cacat membutuhkan tenaga kerja tambahan dan biaya material berhubungan. 2. Pemborosan dalam transportasi. Dua hal yang mempengaruhi jarak yang harus ditempuh oleh komponen dan alat transportasi yang digunakan adalah: Layout perusahaan (lokasi mesin, meja, departemen-departemen, area resepsionis, area shipping dan receiving, dan sebagainya). Urutan operasi yang dibutuhkan untuk mempoduksi komponen. Semua peralatan dan tenaga kerja yang terlibat dalam transportasi komponen akan memakan biaya dan tidak berguna (pemborosan).

29 37 3. Pemborosan dari persediaan/inventori. Toyota menyebut persediaan sebagai akar dari segala kejahatan. Persediaan merupakan komponen yang menunggu sesuatu, suatu pemborosan karena akan menimbulkan biaya-biaya yang berhubungan dengan membiarkan komponen menunggu dan kehilangan waktu dengan tidak menambahkan nilai pada komponen tersebut. Biaya simpan persediaan meningkat seiring dengan makin besarnya ukuran persediaan. Biaya simpan mencakup biaya untuk gudang, kertas kerja dan handling, asuransi, keamanan, dan sebagainya. Karena modal yang dibutuhkan untuk produksi ada dalam persediaan maka modal tersebut tidak dapat diinvestasikan di tempat lain, sehingga akan timbul opportunity cost. Persediaan disebut sebagai filosofi atau manajemen just in case, yang berarti bahwa manager menggunakannya sebagai pembendung dari hal-hal yang mungkin menjadi salah. Mereka gagal melihat alternatif-alternatif untuk menyelesaikan masalah-masalah, antara lain: Persediaan digunakan untuk menutupi fluktuasi permintaan di masa depan. Persediaan digunakan supaya aliran material tidak akan terganggu dengan adanya kerusakan mesin atau keterlambatan pengantaran. Persediaan digunakan untuk menutupi kecacatan pada material dan produk jadi. Persediaan yang besar merupakan akibat dari laju produksi yang tinggi, dimana menurut manager merupakan hal yang penting karena adanya set up yang memakan waktu dan biaya. Dengan pengurangan persediaan, masalahmasalah dalam sistem (peramalan yang buruk, perawatan mesin yang buruk,

30 38 ongkos set up yang tinggi, desain produk dan pengendalian kualitas yang buruk, dan sebagainya) akan terlihat, dan manajemen harus mengatasi masalah-masalah tersebut agar sistem tetap dapat bekerja. 4. Pemborosan dari produksi berlebih. Perusahaan kadang memproduksi lebih dari yang dapat dijual karena mereka ingin membangun persediaan atau karena mereka ingin tetap menjaga peralatan dan fasilitasnya tetap bekerja (mencapai utilisasi sumber yang tinggi). Apapun alasannya membuat produk dimana tidak ada permintaan merupakan suatu pemborosan. 5. Pemborosan dari waktu menunggu. Tidak seperti pemborosan akibat produksi berlebih, pemborosan dari waktu menunggu mudah diindentifikasi. Pemborosan ini mencakup menunggu perintah, material, komponen dari proses sebelumnya atau perbaikan peralatan. Pemborosan ini juga terjadi dalam proses atau operasi otomatis, yaitu ketika operator membongkar dan menyalakan mesin otomatis, dan melihat dan menunggu sampai mesin selesai. 6. Pemborosan dalam proses. Suatu proses dapat mengandung langkah-langkah yang tidak perlu atau tidak efektif. Pemborosan dalam proses dapat dihilangkan dengan menggunakan kelebihan dari kekuatan alam, sepeti gravitasi. Penghilangan pemborosan dalam proses dapat juga dicapai dengan meminimasi gerakan yang diperlukan untuk menjalankan kerja.

31 39 7. Pemborosan dari gerakan. Dalam kenyataannya, gerakan (motion) dan kerja (work) tidak sama. Kerja adalah salah satu jenis gerakan yang menambah nilai. Gerakan yang tidak diperlukan untuk melakukan kerja dianggap sebagai pemborosan. Suatu konsep yang berguna untuk mengidentifikasi pemborosan dari gerakan adalah work content. Tujuan untuk setiap pekerjaan adalah mencapai work content 100%. Hal ini dicapai dengan menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak berguna, bukan dengan meningkatkan kerja. 2.6 Produktivitas Proses produksi harus dipandang sebagai suatu perbaikan terus menerus (Continuous Improvement) (Gaspersz, 2000; 1), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide- ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, sampai distribusi kepada pelanggan. Seterusnya berdasarkan informasi sebagai umpan balik yang dikumpulka n dari pengguna produk (pelanggan) itu kita dapat mengembangkan ide- ide untuk menciptakan produk baru atau memperbaiki produk lama beserta proses produksi yang ada saat ini. Apabila ukuran keberhasilan produksi hanya dipandang dari sisi output, maka produktivitas dipandang dari dua sisi sekaligus, yaitu: sisi input dan sisi output. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam memproduksi output (barang dan atau jasa) (Gaspersz, 2000; 18)

32 Pengertian Produktivitas Kata produktivitas pertama kali dicetuskan oleh Quesney pada tahun Pada tahun 1883, Littre mendefinisikan produktivitas sebagai kemampuan untuk memproduksi. Pada abad 19 mulai dikenal definisi yang lebih khusus sebagai hubungan antara keluaran dan sumber-sumber yang digunakan dalam menghasilkan keluaran tersebut. Produktivitas sering dikacaukan dengan istilah produksi. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa produktivitas meningkat apabila produksi juga meningkat, padahal ini tidak benar, sebab produksi berkaitan dengan aktivitas menghasilkan produk atau jasa, sedangkan produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan sumber (input) didalam menghasilkan produk atau jasa. Dengan begitu, produktivitas adalah perbandingan dari beberapa keluaran dengan beberapa masukkan. Yang dimaksud dengan keluaran adalah hasil yang bermanfaat bagi manusia yang diperoleh dari suatu proses produksi, baik yang berbentuk barang maupun jasa. Efektivitas dapat dikatakan juga sebagai tingkat pencapaian hasil optimal yang direncanakan. Sedangkan yang dimaksud dengan masukan adalah sumber-sumber yang digunakan untuk memperoleh hasil atau dapat dikatakan juga bahwa efisiensi adalah tingkat pemanfaatan penggunaan sumber yang seminimal mungkin. Adapun masukan- masukan utamanya adalah faktor tenaga kerja, kapital, bahan baku, dan energi.

33 41 Menurut Mali (Mali, 1978; 7) produktivitas didefinisikan sebagai berikut: Produktivitas adalah ukuran seberapa besar penghematan sumber daya yang digunakan bersama dalam sua tu organisasi untuk memperoleh sekumpulan hasil. Hubungan produktivitas dengan efisiensi dan efektivitas dirumuskan sebagai berikut: Produktivitas = Keluaran yang diperoleh = Hasil yang dicapai Masukan Sumber yang digunakan = Efektivitas efisiensi..(2.5) Sedangkan pada tahun 1984, menurut David J. Sumanth seorang pakar produktivitas dari Amerika yang mengatakan bahwa apabila suatu negara hendak meningkatkan produktivitas nasionalnya maka harus dimulai dengan usaha yang bersifat formal melalui suatu konsep formal dalam meningkatkan performansi sistem secara mikro maupun makro. Pengukuran produktivitas model Sumanth sangat memperhatikan semua faktor masukan maupun keluaran dan mengkonversikan dalam suatu ukuran yang dapat dihitung. Menurut Simanjuntak dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia (Simanjuntak, 1985; 30) dikatakan bahwa: Produktivitas merupakan perbandingan antara seluruh hasil yang dicapai (Keluaran / Output) dengan keseluruhan sumber daya (masukan / Input) yang digunakan persatuan waktu.

34 42 Dari berbagai pengertian produktivitas diatas, secara umum produktivitas memuat pengertian sebagai berikut: perbandingan antara hasil yang dicapai (Output) dengan efektif dalam pencapaian tujuan keseluruhan sumber-sumber daya yang digunakan (Input) secara efisien. Untuk mencapai produktivitas, secara umum dapat menggunakan rumus: Produktivitas = keluaran (output) (2.6) Masukan (input) Produktivitas = Pencapaian tujuan = Fungsi (Efektivitas) Penggunaan sumber-sumber daya Fungsi (efisiensi) Dengan demikian untuk meningkatkan produktivitas yaitu dengan cara memperbesar rasio antara keluaran dan masukan. Peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan cara: Penggunaan sumber daya yang lebih sedikit untuk memperoleh jumlah produksi yang sama. Dalam hal ini perusahaan tidak memperbesar keluaran produksinya, tetapi sumber-sumber yang ada untuk menghasilkan keluaran digunakan lebih hemat dengan cara menghilangkan segala jenis pemborosan. Penggunaan sumber daya yang lebih sedikit untuk memperoleh jumlah produksi yang lebih besar. Dalam hal ini perusahaan meningkatkan produktivitasnya dengan cara mengerahkan segala kemampuan yang dimilikinya dengan bekerja lebih efektif dalam menghasilkan keluaran, sedangkan biaya-biaya yang dikeluarkan ditekan serendah mungkin.

35 43 Penggunaan sumber daya yang lebih besar untuk memperoleh jumlah produksi yang lebih besar lagi. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa perusahaan dalam kondisi tumbuh dan berkembang yang diperlihatkan dengan tingkat hasil penjualan dan produksi yang lebih besar dibandingkan dengan penambahan nilai investasi yang ditanam serta biaya-biaya yang dikeluarkan. Pengurangan jumlah produksi dengan konsekuensi pengurangan jumlah sumber daya yang lebih besar lagi. Dalam hal ini perusahaan mengalami penurunan volume penjualan atau produksi yang diikuti dengan penggunaan sumber-sumber dan pengeluaran biaya -biaya yang lebih hemat lagi. Penggunaan jumlah sumber daya yang sama untuk memperoleh jumlah produksi yang lebih besar. Dalam hal ini perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dengan cara meningkatkan faktor- faktor produksi seminimal mungkin melalui usaha -usaha yang cerdik, cerdas dan kreatif Jenis-Jenis Produktivitas Pendefinisian produktivitas dapat bermacam-macam tergantung dari konteks apa yang dibicarakan, apakah oleh ahli ekonomi, akuntan, manajer, politikus, atau ahli teknik industri. Namun demikian pada dasarnya ada 3 jenis dasar produktivitas, yaitu: 1. Produktivitas Total Produktivitas total adalah rasio keluaran terhadap semua faktor masukan. Dengan demikian, pengukuran produktivitas total mencerminkan pengaruh bersama dari

36 44 semua masukan dalam menghasilkan keluaran. Rumus yang digunakan untuk menghitung produktivitas total adalah sebagai berikut: Produktivitas Total = Total Keluaran atau Output Total Masukan Input.(2.7) 2. Produktivitas Parsial Produktivitas Parsial adalah rasio keluaran terhadap salah satu faktor masukan. Sebagai contoh produktivitas tenaga kerja (rasio dari keluaran dan masukan tenaga kerja), dan lain sebagainya. Rumusan yang digunakan untuk menghitung produktivitas parsial adalah sebagai berikut: produktivitas parsial = total keluaran masukan parsial..(2.8) Total keluaran dan masukan dalam produktivitas parsial, untuk melihat peningkatan pada setiap periode dapat ditentukan dengan persamaan berikut: %Output = output i output i - 1 x % output i 1..(2.9) %input = input i input i - 1 x % input i 1.. (2.10) Keuntungan mempergunakan produktivitas parsial adalah mudah dimengerti, mudah memasukkan data, mudah dalam menghitung indeks produktivitas, mudah dikelola dan indikator data sudah dikenal kalangan industri.

37 45 Kekurangan produktivitas parsial adalah jika digunakan sendiri dapat memberikan arti yang berbeda, tidak mempunyai kemampuan untuk menjelaskan seluruh peningkatan biaya, mempunyai indikasi memperbesar kesalahan dalam kontrol manajemen, dan lain- lain. 3. Produktivitas multi faktor atau faktor ganda Produktivitas multi faktor atau faktor ganda adalah rasio keluaran terhadap dua atau lebih faktor masukan, sebagai contoh: produktivitas multi factor tenaga kerja dengan faktor kapital. Dari ketiga jenis produktivitas diatas, baik keluaran (output) maupun masukan (input) harus dinyatakan dalam bentuk nyata atau secara fisik yang direduksi berdasarkan harga konstan dari periode dasar. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan pengaruh perubahan harga, sehingga hanya jumlah dari masukan dan keluaran saja yang dipertimbangkan. Jadi pengukuran produktivitas baik total maupun parsial diperlukan untuk rencana produktivitas. Bahkan untuk analisa dan pengembangan perusahaan (dalam jangka pendek) dibutuhkan pula indikator- indikator lain yang lebih spesifik, misalnya rasiorasio akunting Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Menurut David J. Sumanth, secara garis besar terdapat 12 faktor yang mempengaruhi naik-turunnya produktivitas, yaitu:

38 46 1. Investasi Besar kecilnya investasi akan menentukan modal usaha dan akan berpengaruh terhadap usaha untuk mempromosikan produk, pangsa pasar atau penggunaan kapasitas. 2. Rasio Kapital Buruh Bila rasio kapital buruh tinggi dapat diartikan bahwa perusahaan menggunakan teknologi tinggi, sehingga jumlah produksi per unit waktu meningkat. 3. Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan Pengembangan dapat meningkatkan produktivitas dengan menghasilkan inovasi-inovasi yang dapat memperbaiki keadaan produksi di pabrik. 4. Pemakaian Kapasitas Besar kecilnya keluaran per jam ditentukan persentase pemakaian kapasitas. 5. Peraturan Pemerintah Dalam hal ini peraturan pemerintah berperan dalam mengatur keseimbangan pencapaian sasaran industri dan sasaran sosial yang pada umumnya hal ini sering dipertentangkan. 6. Umur Pabrik dan Peralatan Umur pabrik dan peralatan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, sehingga dapat berpengaruh juga terhadap produktivitas.

39 47 7. Ongkos Energi Ketersediaan dan kemudahan memperoleh energi berpengaruh secara langsung terhadap biaya produksi dan operasi pabrik. 8. Komposisi Tenaga Kerja Dengan adanya pergeseran struktur kerja dari pekerja pabrik menjadi pekerja yang mengandalkan pengetahuan, maka akan semakin dibutuhkan adanya kerjasama, ketrampilan dan keahlian. 9. Etika kerja Seiring dengan meningkatnya penghargaan terhadap waktu maka pemanfaatan waktu harus seproduktif mungkin. 10. Ketakutan Pekerja akan Kehilangan Pekerjaannya Program meningkatkan produktivitas di perusahaan tanpa diimbangi dengan adanya komunikasi yang baik antara manajemen dengan para pekerja maka akan menimbulkan perasaan takut kepada para pekerja bahwa usaha-usaha peningkatan produktivitas yang dilakukan itu akan mengakibatkan hilangnya lapangan pekerjaan mereka. 11. Pengaruh serikat kerja Pengaruh serikat kerja ini sangat kuat sehingga diperlukan adanya pengertian dari pihak manajemen, sehingga dapat memberikan pengaruh positif terhadap produktivitas.

40 Manajemen Manajemen merupakan faktor yang paling berpengaruh terutama dalam proses perencanaan dan penjadwalan, pengaturan beban kerja, kejelasan instruksi kerja, evaluasi, serta dalam menumbuhkan motivasi kerja dan loyalitas pekerja terhadap perusahaan Faktor Umum Penyebab Penurunan Produktivitas Perusahaan Pada buku Improving Total Productivity, Paul Mali menjelaskan sebab-sebab yang mengakibatkan penurunan produktivitas, yaitu: 1. Pemborosan pemakaian sumber-sumber yang disebabkan karena ketidakmampuan dalam mengukur, mengevaluasi dan mengatur produktivitas para pekerja perkantoran yang sedang berkembang. 2. Meningkatnya inflasi yang disebabkan oleh pemberian imbalan dan pembagian keuntungan tanpa diimbangi dengan peningkatan produktivitas. 3. Melonjaknya biaya karena keinginan organisasi untuk berekspresi, sehingga mengurangi pertumbuhan. 4. Terjadinya penundaan dan keterlambatan dalam pengambilan keputusan karena ketidak jelasan wewenang serta tidak efisiennya dalam suatu organisasi yang sangat besar. 5. Motivasi yang rendah karena bertambahnya tenaga kerja yang baru, yang mempunyai latar belakang kehidupan yang berkecukupan dengan segala sikap yang baru.

41 49 6. Pengiriman peralatan yang terlambat karena terganggunya jadwal yang diakibatkan oleh kurangnya persediaan. 7. Adanya pertentangan dan tidak adanya kerja sama dalam memecahkan suatu masalah yang mengakibatkan organisasi bekerja tidak efektif. 8. Ketidakpuasan dan kebosanan dalam bekerja yang diakibatkan oleh terbatasnya proses pekerjaan. 9. Kesempatan dan penemuan baru yang mengalami penurunan karena pengaruh perubahan teknologi yang cepat dan membesarnya biaya. 10. Kemampuan para pelaksana menjadi tidak terpakai atau usang karena ketidakmampuan untuk mengikuti kecepatan perkembangan informasi dan teknologi. 11. Disiplin waktu dikacaukan oleh karena adanya keinginan untuk memperoleh waktu luang yang lebih banyak Manfaat Pengukuran Produktivitas Pengukuran Produktivitas dapat dilakukan pada berbagai skala unit kegiatan. Dimulai dari skala yang terkecil sampai yang terbesar, sehingga masingmasing tingkatan unit membentuk lingkaran pengukuran produktivitas yang masing- masing mempunyai manfaat sendiri. Menurut David J. Sumanth, pengukuran produktivitas pada tingkat perusahaan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Organisasi dapat menilai efisiensi penggunaan sumber-sumber dalam menghasilkan barang atau jasa.

42 50 2. Pengukuran produktivitas berguna untuk perencanaan sumber daya, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Usaha pengukuran produktivitas dapat digunakan untuk menyusun kembali sasaran ekonomi dan non-ekonomi perusahaan. 4. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat produktivitas saat ini dapat direncanakan target tingkat produktivitas di masa datang. 5. Strategi untuk ditentukan berdasarkan perbedaan antara tingkat produktivitas yang direncanakan dengan tingkat produktivitas yang diukur. 6. Pendekatan produktivitas yang dapat digunakan untuk membandingkan tingkat produktivitas dari perusahaan yang sejenis, baik di sektor industri maupun nasional. 7. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari pengukuran produktivitas dapat digunakan dalam perencanaan tingkat laba perusahaan. 8. Pengukuran produktivitas akan memciptakan tindakan persaingan yang sehat. 9. Penawaran kolektif dapat dicapai lebih rasional pada saat diperoleh perkiraan tingkat produktivitas

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari krisis

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh

Lebih terperinci

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) A. Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM Konsep Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaanperusahaan terbaik yang ada

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Pengertian Proses Dalam Operations Management for Competitive Advantage, Tenth Edition, Chase, Jacobs, Aquilano (2004, pp 102) memberikan pengertian bahwa proses adalah bagian

Lebih terperinci

MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM)

MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM) MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM) I. Sistem Produksi Barat Sistem produksi yang paling banyak dipakai saat ini adalah yang berasal dari Eropa dan Amerika. Sistem produksi tersebut

Lebih terperinci

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan TAKARIR Junbiki Kanaban Just In Time Inventori Sub Kontrak Supplier Tack time Cycle Time Man Power Cost Reduction Delivery Order Heijunka Pattern Lead Time One-Piece-Flow Muda Mura Muri Work In Process

Lebih terperinci

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus PENERAPAN JUST IN TIME PADA INDUSTRI FASHION SEBAGAI PENJAMINAN KUALITAS (QUALITY ASSURANCE) ABSTRAKSI Sistem Just in Time telah menjadi satu pendekatan umum dalam pengelolaan bahan baku/persediaan. Semakin

Lebih terperinci

Prepared by Yuli Kurniawati

Prepared by Yuli Kurniawati KONSEP JUST IN TIME Prepared by Yuli Kurniawati PENGERTIAN JIT JIT atau sistem produksi tepat waktu adalah sistem manajemen fabrikasi yang pada prinsipnya hanya memproduksijenis-jenisbarangyang dimintasejumlahyang

Lebih terperinci

14 PRINSIP TOYOTA WAY

14 PRINSIP TOYOTA WAY 14 PRINSIP TOYOTA WAY Bagian 1: Filosofi Jangka Panjang Prinsip 1. Ambil keputusan manajerial Anda berdasarkan filosofi jangka panjang, meskipun mengorbankan sasaran keuangan jangka pendek. - Miliki misi

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB XII JUST IN TIME

BAB XII JUST IN TIME Just In Time 167 BAB XII JUST IN TIME 12.1. Defenisi dan Konsep Dasar Just In Time. Just In Time (JIT) merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk mencapai produksi volume tinggi dengan

Lebih terperinci

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA Fajar Riyadi PT AT-Indonesia Email: fajarriyadisuyadinata@gmail.com

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota Bab 5 Ringkasan Perubahan dalam dunia industri di Jepang terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota atau disebut juga dengan Sistem

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data di dalam tulisan ini yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan di pengolahan dan analisis data terdiri dari : 1. Data Total

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Just In Time Pada tahun 1970 konsep Just In Time mulai dipopulerkan oleh Mr. Taiichi Ohno dan rekannya di Toyota Motor Company, Jepang. Akar dari konsep Just In Time dapat ditelusuri

Lebih terperinci

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Darsini Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl.

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) II YULIATI, SE, MM PRINSIP DASAR JUST IN TIME ( JIT ) 3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste) Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT ADM (Astra Daihatsu Motor) sebagai ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) terus berupaya

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen Akuntansi Biaya Modul ke: Just In Time And Backflushing Fakultas 07FEB Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Manajemen Content Just in time, Backflushing Competence Mahasiswa mampu mendeskripsikan system

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME A. Pendahuluan Dalam Laboratorium Sistem Produksi, dipelajari beberapa modul praktikum antara lain : Fisika Dasar, Elektronika Industri, serta Perencanaan dan Pengendalian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu rangkaian kerangka pemecahan masalah yang dibuat secara sistematis dalam pemecahan masalah yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Penelitian Ravishankar (2011) Penelitian yang dilakukan Ravishankar (2011) bertujuan untuk menganalisa pengurangan aktivitas tidak bernilai tambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh profit yang besar. Profit yang besar akan diperoleh jika perusahaan dapat menekan pengeluaran sekecil

Lebih terperinci

Evaluasi Sistem Bisnis Lean Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma master Black Belt

Evaluasi Sistem Bisnis Lean Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma master Black Belt 1. Apa Itu Lean? Evaluasi Sistem Bisnis Lean Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma master Black Belt Lean adalah suatu upaya terus-menerus (continuous improvement efforts) untuk: menghilangkan pemborosan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari

Lebih terperinci

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013 PENJADWALAN Penjadwalan adalah aspek yang penting dalam pengendalian operasi baik dalam industri manufaktur maupun jasa. Dengan meningkatkan titik berat kepada pasar dan volume produksi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI Modul ke: 05 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI Endang Duparman Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME (JIT) PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA 1. Pengertian Metode Just In Time (JIT) Manufaktur JIT adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi manajemen adalah sistem akuntansi yang berupa informasi yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer keuangan, manajer

Lebih terperinci

Strategi Peningkatan Produktivita s

Strategi Peningkatan Produktivita s MODUL PERKULIAHAN Strategi Peningkatan Produktivita s Sejarah Toyota Production System (TPS) Fakultas Program Pascasarjana Program Studi Magister Teknik Industri Tatap Kode MK Muka 01 B11536CA (M-203)

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL MINGGU KELIMA BELAS BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.SI. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM

MANAJEMEN OPERASIONAL MINGGU KELIMA BELAS BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.SI. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM MANAJEMEN OPERASIONAL MINGGU KELIMA BELAS BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.SI. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM KONSEP DASAR DAN TUJUAN ESENSI JIT LEAN PRODUCTION SYSTEM SISTEM KANBANA IMPLEMENTASI JIT DALAM USAHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium Prismatic Machines Di PT. Dirgantara Indonesia 1 Wita Anggraita P, 2 Widia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Just In Time Dalam situasi persaingan pasar global yang sangat kompetitif sekarang ini, dimana pasar menetapkan harga (produsen harus mengikuti harga pasar yang berlaku)

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL MINGGU KELIMA BELAS BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.SI. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM

MANAJEMEN OPERASIONAL MINGGU KELIMA BELAS BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.SI. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM MANAJEMEN OPERASIONAL MINGGU KELIMA BELAS BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.SI. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM POKOK BAHASAN KONSEP DASAR DAN TUJUAN ESENSI JIT LEAN PRODUCTION SYSTEM SISTEM KANBANA IMPLEMENTASI JIT

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Tepat Waktu (Just In Time) 2.1.1 Pengertian Just In Time JIT pada awalnya merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengontrol produksi dan mengurangi persedian.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

Just-in-Time Production Systems (JITPS) in Developing. Countries: The Nigerian Experience

Just-in-Time Production Systems (JITPS) in Developing. Countries: The Nigerian Experience TUGAS PPIC Just-in-Time Production Systems (JITPS) in Developing Countries: The Nigerian Experience Kamla-Raj 2010 J Soc Sci, 22(2): 145-152 (2010) Oleh: Chandra Silvi (105100303111002) Dyah Intani Enggaela

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh BAB 2 STUDI LITERATUR Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh sumberdaya produksi secara efisien dan efektif sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum (maximum profit). Tanpa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Just In Time 2.1.1.1. Pengertian Just In Time Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan otomotif di Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di

Bab I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di Bab I Pendahuluan 1 Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di segala bidang. Kondisi tersebut memaksa perusahaan harus dapat bekerja

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Pokok pembahasan pada tesis ini hanya akan difokuskan dalam rangka mengetahui bagaimana Janssen Cilag Indonesia dapat mencapai titik optimum di dalam manajemen persediaannya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice PROCEEDINGS IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Farahdhina Leoni 1, Oktri Mohammad Firdaus 2,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Tepat waktu (Just In Time) 2.1.1 Pengertian Just In Time Just in time adalah memproduksi dan mengirim barang yang diperlukan, pada saat diperlukan dan sejumlah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berisi penjelasan tahap-tahap yang dilalui penulis dalam menyusun penelitian. Tahap-tahap tersebut adalah tahap awal penelitian, tahap pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka melaksanakan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan rakyat, sektor yang memegang peranan penting setelah sektor pertanian adalah sektor manufaktur.

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. ANALISA WAKTU PENYIAPAN PROSES PEMBUATAN BLOUSE DENGAN KAIDAH JIT (JUST IN TIME) (Studi Kasus: PT. SENTRA GARMINDO Sukoharjo)

TUGAS AKHIR. ANALISA WAKTU PENYIAPAN PROSES PEMBUATAN BLOUSE DENGAN KAIDAH JIT (JUST IN TIME) (Studi Kasus: PT. SENTRA GARMINDO Sukoharjo) TUGAS AKHIR ANALISA WAKTU PENYIAPAN PROSES PEMBUATAN BLOUSE DENGAN KAIDAH JIT (JUST IN TIME) (Studi Kasus: PT. SENTRA GARMINDO Sukoharjo) Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia terus tumbuh sejalan dengan berkembangnya teknologi dan sistem produksi yang mendukung industri ini. Meningkatnya kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Just in Time. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

Akuntansi Biaya. Just in Time. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen. Akuntansi Biaya Modul ke: Just in Time Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Just in Time Just In Time adalah filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya

Lebih terperinci

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga BAB II A. Manajemen Operasi Manajemen Operasi membahas bagaimana membangun dan mengelola operasi suatu organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga pengendalian sistim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Data Penjualan Mobil Nasional Kuartal 1 Th (Sumber : Tugas Akhir / Muhammad Shalahudin /

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Data Penjualan Mobil Nasional Kuartal 1 Th (Sumber :  Tugas Akhir / Muhammad Shalahudin / BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat indonesia enggan untuk memanfaatkanya, dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

Definisi ilmu seni memindahkan menyimpan melindungi mengontrol/ mengawasi material

Definisi ilmu seni memindahkan menyimpan melindungi mengontrol/ mengawasi material Definisi 1. Material handling adalah ilmu dan seni memindahkan, menyimpan, melindungi, dan mengontrol/ mengawasi material. 2. Material handling merupakan penyediaan material dalam jumlah yang tepat, pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manapun. Dengan adanya globalisasi yang didukung oleh kemampuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. manapun. Dengan adanya globalisasi yang didukung oleh kemampuan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari oleh pihak manapun. Dengan adanya globalisasi yang didukung oleh kemampuan teknologi yang sangat pesat, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perusahaan-perusahaan disegala bidang usaha menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perusahaan-perusahaan disegala bidang usaha menghadapi berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, perusahaan-perusahaan disegala bidang usaha menghadapi berbagai tantangan baru. Persaingan internasional, teknologi yang semakin modern, perubahan

Lebih terperinci

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi TI4002-Manajemen Rekayasa Industri Teknik Industri, FTI ITB Hasil Pembelajaran Setelah menyelesaikan perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu: Menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi proses penerimaan order sampai dengan proses packing dengan mengeliminasi non-value added activities (aktivitas yang tidak bernilai

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X

PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X Amri Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Abstrak: Perkembangan ilmu pengetahuan pada era globalisasi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

Penerapan Sistem Pembelian Just In Time (JIT) untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas pada Perusahaan Manufaktur PENDAHULUAN

Penerapan Sistem Pembelian Just In Time (JIT) untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas pada Perusahaan Manufaktur PENDAHULUAN Penerapan Sistem Pembelian Just In Time (JIT) untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas pada Perusahaan Manufaktur 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Produksi dan Proses Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya 12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan hidup dalam lingkungan yang berubah cepat, dinamik, dan rumit. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya revolusioner.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik Gres Tenan milik Bp. Sardjono Atmomardoyo yang ada di Kampung Batik Laweyan turut andil dalam persaingan dalam hal industri fashion. Mulai dari bakal kain, tas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Jenis-Jenis Anggaran 1. Pengertian Anggaran Pengertian anggaran terus berkembang dari masa ke masa. Dulu anggaran hanya merupakan suatu alat untuk menyeimbangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Rantai Pasok Menurut Chopra & Meindl (2007) manajemen rantai pasok dikembangkan untuk mempercepat kebutuhan menyatukan pemrosesan bisnis kunci, dari pemasok awal sampai

Lebih terperinci

Tantangan Industri Manufaktur

Tantangan Industri Manufaktur Tantangan Industri Manufaktur Disampaikan oleh: M. Imron Mustajib, S.T., M.T. Penelitian Operasional II (TKI 226) 152) 1 1 Referensi 1. Askin, R.G., and Standridge, C.R., (1993), Modeling and Analysis

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Material Handling. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 14Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Material Handling. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 14Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Persediaan Modul ke: 14Fakultas Ekonomi & Bisnis Material Handling Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Pendahuluan Tujuan Material Handling Tujuan Material Handling Tujuan material

Lebih terperinci

BAB 1 LANDASAN TEORI

BAB 1 LANDASAN TEORI 5 BAB 1 LANDASAN TEORI 1.1 Produktivitas Menurut Sinungan (2003, P.12), secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian dan Tujuan Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan perdagangan ataupun pabrik selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat. Agar dapat memenangkan persaingan tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output).

BAB I PENDAHULUAN. bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output). BAB I 1.1 Latar belakang PENDAHULUAN Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output). Manajemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Toyota Way dan Toyota Production System (TPS) merupakan satu kesatuan pendekatan yang membuat Toyota berhasil menjadi perusahaan manufaktur terhebat di dunia. Dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Jurnal dan referensi diperlukan untuk menunjang penelitian dalam pemahaman konsep penelitian. Jurnal dan referensi yang diacu tidak hanya dalam negeri namun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, persaingan semakin ketat sehingga industri yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa harus dapat unggul dalam pasar. Kepuasan

Lebih terperinci

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP MODUL 11 MRP adalah suatu teknik yang menggunakan BOM (bill of materials), inventory dan master schedule untuk mengetahui kebutuhan suatu part pada suatu waktu. Struktur MRP MRP membutuhkan data dari Bill

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis jenis Muda ( pemborosan ) Muda (pemborosan) merupakan permasalahan yang sering dihadapi oleh setiap perusahaan manufaktur yang mengakibatkan tingginya biaya produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Dari penelitian menerangkan bahwa, Perancangan kerja merupakan suatu disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prosedur dan prinsip

Lebih terperinci