BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Just In Time Dalam situasi persaingan pasar global yang sangat kompetitif sekarang ini, dimana pasar menetapkan harga (produsen harus mengikuti harga pasar yang berlaku) serta pelanggan hanya membeli produk pada saat dibutuhkan dengan harga yang kompetitif pada tingkat kualitas yang diinginkan, strategi pasar tepat waktu (Just In Time) lebih tepat dibandingkan strategi produksi konvensional. Sistem produksi tepat waktu (Just In Time Production System) pada awalnya dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation di Jepang, sehingga sering disebut juga sebagai sistem produksi Toyota. Strategi ini kemudian diadopsi oleh banyak perusahaan Jepang, terutama setelah krisis minyak dunia pada tahun Tujuan utama dari sistem produksi tepat waktu ini adalah mengurangi ongkos produksi dan meningkatkan produkstivitas total industri secara keseluruhan dengan cara menghilangkan pemborosan (waste) secara terus menerus. Perkembangan sistem JIT di Jepang berkaitan dengan keadaan negaranya yang memiliki sumber daya alam yang terbatas, ketergantungan pada energi dan material impor, dan keadaan 5

2 geografisnya yang kurang menguntungkan. Maka itu Jepang mengembangkan suatu keengganan terhadap pemborosan. 6 Menurut Siswanto (2005 : 202) pemborosan-pemborosan yang dapat dikurangi atau dihilangkan dengan penerapan sistem JIT adalah sebagai berikut : 1. Pemborosan Produksi Berlebih Produksi berlebih merupakan dampak dari mentalitas superisor, yang selalu khawatir terhadap berbagai masalah yang dihadapi seperti gangguan mesin, cacat produksi atau ketidakhadiran karyawan sehingga mereka memaksakan diri untuk berproduksi lebih banyak agar selalu berada disisi yang aman. Pemborosan jenis ini merupakan akibat dari upaya mendahului jadwal produksi. Bila proses ini melibatkan mesin yang mahal harganya, seringkali terjadi pengabaian terhadap jumlah produk yang dibutuhkan, mesin harus berproduksi terus menerus agar pemanfaatannya efisien. Berproduksi lebih daripada yang dibutuhkan berdampak pada pemborosan yang sangat besar, seperti konsumsi material sebelum dibutuhkan, input yang dihamburkan berupa tenaga kerja dan energi utilitas, penambahan mesin tanpa dasar yang jelas, peningkatan beban bunga modal, penambahan ruang guna penyimpanan persediaan, tambahan kegiatan transportasi maupun administrasi. 2. Pemborosan Persediaan Dengan kelebihan barang-barang persediaan yang tinggal diam tidak ada nilai tambah yang tercipta. Tingkat kualitasnya justru menurun dengan bertambahnya waktu. Lebih buruk lagi nilainya dapat sirna karena kebakaran atau kebanjiran serta berbagai musibah lainnya. 3. Pemborosan Pengerjaan Ulang Karena Gagal atau Cacat Hasil produksi yang cacat mengganggu produksi dan membutuhkan pengerjaan ulang yang mahal. Seringkali produk cacat harus dimusnahkan, suatu pemborosan sumber daya maupun upaya yang telah ditanamkan. Pada lingkungan produksi massal modern, suatu gangguan pada mesin otomatis berkecepatan tinggi

3 7 dapat berakibat pada produk gagal atau cacat dalam jumlah yang sangat besar sebelum masalahnya dapat diisolasi. 4. Pemborosan Gerak Kerja Gerak kerja dari seorang yang tidak berkaitan langsung dengan nilai tambah adalah tidak produktif. Pemborosan waktu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk memberi nilai tambah harus dihilangkan sedapat mungkin. 5. Pemborosan Pemrosesan Pemborosan pada pemrosesan, pada banyak kasus umumnya diakibatkan karena kegagalan melakukan sinkronisasi proses. Kadang-kadang teknologi yang kurang tepat atau rancangan produk yang kurang baik berakibat pada pemborosan yang teradi pada pemrosesan. 6. Pemborosan Waktu Tunggu atau Penundaan Pemborosan waktu tunggu terjadi bila tangan operator kedapatan menganggur atau saat operator menunda kerja sebagai teknik mengatasi berbagai keadaan, seperti jalur kerja yang tidak seimbang, komponen yang belum tersedia atau gangguan mesin. Jenis pemborosan ini mudah dikenali. Kita dapat pula mengamati operator jaga yang hanya berfungsi mengawasi mesin selagi mesin bekerja menghasilkan nilai tambah, ini juga termasuk pemborosan waktu tunggu. 7. Pemborosan Transportasi Transport adalah kegiatan penting dalam operasi, namun sesungguhnya memindahkan material maupun benda kerja sama sekali tidak menciptakan nilai tambah pada barang tersebut. Lebih buruk lagi, kerusakan bahkan dapat terjadi dalam transport. Sebagai contoh bahan produksi yang diterima disimpan terlebih dahulu didalam gudang sebelum diproses, cara ini ternyata menimbulkan beban berupa penanganan khusus untuk persediaan tersebut. Strategi produksi JIT diterapkan pada seluruh sistem industri modern sejak proses rekayasa (engineering), pemesanan material dari pemasok (suppliers), manajemen material dalam industri, proses pabrikasi industri, sampai distribusi produk industri kepada pelanggan. Tampak bahwa sistem industri modern berorientasi pada kepuasan

4 8 pelanggan dengan jalan mengintegrasikan ketiga komponen utama, yaitu : pemasok material (input), proses pabrikasi (factory process), dan pelanggan (customers) sebagai satu sistem yang utuh. (Vincent Gaspersz : 2005). 1. Pengertian Just In Time Sistem JIT dikenal sebagai salah satu sistem dimana setiap komponen dalam lini produksi akan diproduksi segera pada saat diperlukan oleh langkah berikutnya. Strategi JIT dalam proses produksi tersebut mempunyai penekanan pada usaha perbaikan tahap-tahap dalam produksi dengan sasaran membuat semua kegiatan pada tahap produksi berlangsung tepat waktu. Pengertian JIT menurut Garrison dan Noreen (2006 : 38) adalah : sistem pengendalian persediaan dan produksi yang menghendaki bahan baku dibeli, dan unit yang diproduksi hanya sebatas kebutuhan dari pelanggan. Menurut Irton (2009:200) Just In Time adalah filosofi manajemen untuk mencapai dan mengeliminasi sumber-sumber pemborosan perusahaan dan biaya dengan menghasilkan barang pada tempat dan waktu yang tepat. Menurut Carter dan Usry (2006:323) menyatakan bahwa sistem Just In Time adalah filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya melalui eliminasi persediaan.

5 yaitu : Terdapat empat aspek pokok dalam konsep Just In Time, 9 a. Menghilangkan semua aktivitas atau sumber daya yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk dan jasa. b. Komitmen terhadap kualitas prima. c. Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi. d. Memberikan penekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan fisibilitas aktivitas yang memberikan nilai tambah. Dalam JIT departemen-departemen produksi direstrukturisasi kedalam sel-sel, setiap sel terdiri dari berbagai mesin-mesin. Penekanan JIT adalah pada mutu tinggi dan pengurangan persediaan. Penekanan kinerja berubah dari maksimumisasi kapasitas tetap ke pemenuhan permintaan jangka pendek dan kualitas. Pendekatan sistem JIT merupakan teknik pengendalian terbaik untuk meningkatkan produktivitas, hal itu disebabkan dalam sistem ini mengijinkan kegiatan produksi dan pembelian dilaksanakan dalam jumlah kecil dan pemesanan dilakukan sebelum material masuk proses produksi. Menurut Holy Icun

6 Yunarto dan Martinus Getty Santika (2005 : 119) faktor-faktor yang menunjang keberhasilan sistem JIT, antara lain : 10 a. Pemasok yang berkualitas tinggi. Pemesan harus menerima bahan dengan kualitas baik dari pemasok. Hubungan pembeli-penjual harus dibangun dan dipelihara terhadap pemasok yang berkualitas tinggi. b. Jaringan hubungan manajer dan pemasok. Perusahaan memiliki sejumlah minimal pemasok. c. Terkonsentrasi pada lokasi geografis tertentu. Jarak tempuh yang tidak terlalu jauh antara lokasi pemasok dan lokasi konsumen. d. Transportasi yang efisien serta material handling. Transportasi antara pemasok dan konsumen harus realibel. Perlengkapan harus diangkut sedekat mungkin dengan pengguna. e. Komitmen kuat manajemen. Manajemen harus mengambil tindakan dan membuta fasilitas yang dibutuhkan untuk memperlancar proses produksi. 2. Prinsip Prinsip dan Tujuan Just In Time Menurut Marc J. Schiniederjans yang dikutip oleh Siwanto (2005 : 200) terdapat delapan prinsip kunci Just In Time, yaitu : a. Memproduksi sesuai dengan pesanan b. Menyatukan produksi c. Mengeliminasi pemborosan d. Memproduksi secara terus menerus sampai dengan perbaikan e. Menyempurnakan kualitas produk f. Perhatian terhadap orang g. Mengeliminasi kemungkinan yang terjadi h. Pemeliharaan jangka panjang

7 11 Menurut Vincent Gasperz (2005 : 38) Tujuan utama JIT adalah menghilangkan pemborosan melalui perbaikan terus menerus (continuous improvement). Dibawah filosofi JIT, segala sesuatu baik material, mesin dan peralatan, sumber daya manusia, modal, informasi, manajerial, proses dan lain-lain yang tidak memberikan nilai tambah pada produk disebut pemborosan. Nilai tambah produk merupakan kata kunci dalam JIT. Nilai tambah produk diperoleh hanya melalui aktivitas aktual yang dilakukan langsung pada produk dan tidak melalui : pemindahan, penyimpanan, perhitungan, dan penyortiran produk. Pemindahan, penyimpanan, perhitungan, dan penyortiran produk, tidak menambah nilai produk itu, tetapi merupakan biaya, dan biaya yang dikeluarkan tanpa memberikan nilai tambah pada produk merupakan pemborosan. Menurut Vincent Gasperz (2005 : 38), pada dasarnya sistem produksi JIT mempunyai enam tujuan dasar sebagai berikut : 1. Mengintegrasikan dan mengoptimalkan setiap langkah dalam proses manufacturing. 2. Menghasilkan produk berkualitas sesuai keinginan pelanggan. 3. Menurunkan ongkos manufacturing secara terus menerus. 4. Menghasilkan produk hanya berdasarkan permintaan pelanggan. 5. Mengembangkan fleksibilitas manufacturing.

8 6. Mempertahankan komitmen tinggi untuk bekerja sama dengan pemasok dan pelanggan. 3. Elemen Elemen Dasar Just In Time 12 Menurut Holy Icun Yunarto dan Martinus Getty Santika (2005 : 117) untuk menjamin keberhasilan dalam penerapan sistem JIT ini dibutuhkan adanya kerjasama dari beberapa elemen penting. Elemen-elemen dasar tersebut adalah sebagai berikut : a. Resource yang fleksibel Berkaitan dengan tenaga kerja mesin yang digunakan. Dalam hal fleksibilitas tenaga kerja, tenaga kerja dilatih agar multi fungsi, artinya satu tenaga kerja biasa menjalankan beberapa mesin sekaligus. b. Cellular layout Bentuk layout sangat mempengaruhi produktivitas, oleh karena itu letak mesin-mesin harus diperhatikan sehingga operator mesin dan material hanya bergerak sedikit mungkin. c. Sistem tarik Secara garis besar sistem dorong berdasar pada rencana yang sudah dibuat sebelumnya, sedang sistem tarik berdasar pada permintaan customer. Penerapan sistem tarik dalam produksi menggunakan alat bantu yang disebut kanban. d. Kontrol kanban Kanban adalah metode Just In Time yang memakai ukuran lot atau container standar, dengan sebuah kartu menyertainya. e. Produksi dengan lot kecil Dengan produksi lot kecil akan didapat inventory level yang rendah. Oleh karena itu, produksi dengan lot kecil harus didukung dengan perbaikan yang terus menerus, terutama untuk waktu setup ketika terjadi penggantian barang yang diproduksi harus sekecil mungkin.

9 13 f. Waktu setup mesin dengan cepat Setup time dilakukan jika terjadi penggantian barang yang diproduksi pada suatu mesin. Dibeberapa perusahaan setup time sering menjadi bottleneck, padahal setup time merupakan elemen yang sangat penting dalam Just In Time. g. Kualitas yang tinggi Agar sistem just in time bekerja dengan baik, maka kualitas harus sangat tinggi karena tidak ada inventory tambahan yang digunakan sebagai buffer barang yang rusak, inventory tambahan disediakan sebagai buffer perubahan demand. h. Perbaikan yang terus menerus Perbaikan yang terus menerus sering disebut dengan continuous improvement atau dalam bahasa Jepang disebut dengan kaizen. Perbaikan yang terus menerus dilakukan untuk mengeliminasi waste dan juga membuat kegaitan operasi menjadi lebih baik. i. Keterlibatan total pekerja Keterlibatan pekerja secara total adalah sebuah sistem yang mendorong partisipasi setiap pekerja dari semua tingkat jabatan untuk melakukan perbaikan yang terus menerus. j. Total productive maintenance Mesin tidak dapat berjalan terus menerus tanpa adanya pemeliharaan. Ada dua jenis aktivitas pemeliharaan, yaitu breakdown maintenance dan preventive maintenance. Breakdown maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan ketika mesin dalam keadaan berhenti bekerja, perbaikan dilakukan agar mesin kembali pada kondisi semula sehingga dapat beroperasi kembali. Preventive maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan secara berkala untuk mencegah terjadinya break down. k. Jaringan supplier Dalam JIT dilakukan pemilihan supplier dalam jumlah sedikit dan kemudian dikembangkan hubungan jangka panjang yang kuat dengan supplier-supplier tersebut. l. Jaringan Customer Selain jaringan supplier, dalam JIT juga dikembangkan hubungan dengan customer utama untuk mengeliminasi

10 waste, mengurangi biaya, meningkatkan kualitas, dan meningkatkan customer service. m. Pengurangan waste Penerapan elemen-elemen diatas secara langsung atau tidak langsung akan mengurangi waste, sehingga perusahaan akan mengurangi biaya dan menambah nilai dengan mengeliminasi waste dari sistem produksi dan distribusi. n. Pengurangan inventory Dengan penerapan produksi dengan lot kecil maka akan dicapai inventory produksi yang rendah. 4. Manfaat Just In Time 14 Menurut Holy Icun Yunarto dan Martinus Getty Santika (2005 : 130) Penerapan Sistem Just In Time akan memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut : a. Inventory akan berkurang sehingga investasi dalam inventory berkurang dan berakibat kepada membaiknya kinerja perusahaan. b. Barang yang kadaluwarsa lebih sedikit c. Kualitas meningkat d. Mengurangi proses inspeksi dan pengerjaan kembali e. Deteksi yang cepat jika terjadi cacat produksi f. Biaya akan menjadi lebih rendah sehingga margin meningkat atau harga jual dapat dikurangi g. Kebutuhan ruangan / gudang berkurang sehingga investasi ruangan / gudang dapat dieliminasi. h. Lead time yang lebih pendek i. Produktivitas meningkat j. Fleksibilitas lebih besar k. Hubungan yang lebih baik dengan supplier

11 15 l. Aktivitas penjadwalan dan kontrol yang lebih sederhana m. Kapasitas meningkat n. Pemakaian sumber daya manusia yang lebih baik o. Lebih banyak variasi produk p. Kepuasan pelanggan yang lebih besar q. Respons yang lebih cepat terhadap pesanan pelanggan r. Mengurangi jumlah supplier sehingga ada supplier yang benar-benar dapat diandalkan dan terbina hubungan jangka panjang. B. Just In Time Purchasing Pembelian JIT adalah pembelian barang yang tepat waktu dan jumlah, sehingga barang tersebut dapat segera diterima untuk memenuhi permintaan atau untuk segera digunakan, dengan demikian barang tersebut tidak perlu disimpan di gudang sehingga tercapai persediaan nol. Penggunaan sistem JIT purchasing ini sudah lama diterapkan pada industri-industri yang produknya cepat rusak, seperti dalam industri pembuatan makanan, bunga segar, dan ikan segar. Namun sekarang pembelian JIT tidak hanya digunakan dalam industri yang produknya cepat rusak karena pembelian yang tidak sesuai dengan permintaan pabrik kemungkinan dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya pesanan atau mungkin persediaan terlalu besar. Menurut Garrison dan Noreen (2006 : 15), bila Just In Time dijalankan dengan tepat, maka akan meningkatkan beberapa hal :

12 16 1. Mengurangi biaya 2. Meningkatkan output 3. Mengurangi penundaan pelayanan kepada pelanggan. 4. Meningkatkan laba Karakteristik sistem JIT Purchasing menurut Garrison dan Noreen (2006 : 17) antara lain : 1. Barang dikirim sesegera mungkin sebelum permintaan atau penggunaan. Adanya peningkatan jumlah pengiriman dan adanya penurunan jumlah barang pengiriman. 2. Pengurangan jumlah pemasok untuk setiap jenis barang dan adanya pengurangan dalam biaya dan waktu perundingan dan pemrosesan data pembelian. Dimana, sedikit pemasok yang dipilih itu adalah pemasok yang mampu memenuhi kebutuhan akan pengiriman yang sering dalam jumlah yang sedikit, yang dapat diandalkan dalam mutu, harga dan ketetapan waktu pengiriman. 3. Penggunaan kontrak jangka panjang dengan pemasok yang meliputi jadwal pengiriman kualitas barang dan harga yang harus dibayar dengan pekerjaan tulis menulis untuk setiap transaksi hanya melibatkan satu hubungan telepon atau satu entri komputer. 4. Tidak adanya pengecekan oleh pembeli atas kualitas barangbarang yang dikirim. Pada perundingan awal para pemasok disadarkan tentang premi yang diberikan untuk penyerahan barang-barang yang bermutu tinggi dengan kuantitas tertentu yang dipesan jadi no defect, no inspection, no sorting, dan no repacking. 5. Pembayaran kepada pemasok dilakukan untuk tumpukan penyerahan bukan untuk setiap pengiriman. Karakteristik JIT Purchasing menurut Herzer dan Render (2005 : 564) sebagai berikut : 1. Pemasok (Supplier) a. Membuat kontrak jangka panjang dengan pemasok yang sedikit yang telah diseleksi dan tetap bersaing dalam harga.

13 b. Lokasi pemasok yang dekat dengan perusahaan dan pengelompokkan pemasok yang jauh. c. Penawaran kompetitif hanya dibatasi untuk sejumlah bahan baku yang baru. d. Kesadaran pihak pembeli untuk tidak melakukan integrasi ertikal agar tidak mematikan usaha pemasok. e. Pemasok juga disarankan untuk menetapkan JIT Purchasing pada sistem pembeliannya sendiri. 2. Kuantitas 17 a. Penggunaan kertas-kertas kerja yang minimal b. Tingkat output yang stabil c. Pemasok harus mengepak barang dalam jumlah yang tepat dan diharapkan untuk mengurangi ukuran lot produksinya. d. Adanya perjanjian kontrak jangka panjang, dimana dalam setiap pengiriman jumlah barang yang diserahkan dapat berubah-ubah, tetapi tetap untuk keseluruhan kontrak. 3. Kualitas a. Menjamin hubungan yang erat antara tenaga pengendalian kualitas pembeli dengan pemasok. b. Menurut syarat kualitas yang standar (ada spesifikasi produk yang minimum yang diharapkan dari pemasok). Dan membantu pemasok untuk memenuhi persyaratan mutu. c. Pemasok disarankan untuk menggunakan pengendalian proses daripada pemeriksaan proses. 4. Pengiriman a. Membuat jadwal pengiriman masuk. Barang dikirim segera sebelum permintaan atau penggunaan. b. Pengendalan proses pengiriman barang dengan menggunakan alat angkut dan gudang milik sendiri atau yang dikontrak dan trailer untuk konsolidasi muatan atau penyimpanan bukan dengan angkutan umum.

14 adalah : Tujuan JIT Purchasing menurut Heizer dan Render (2005 : 566) Menghilangkan persediaan dalam pabrik (in plant inventory). Persediaan bahan baku tidak diperlukan apabila bahan baku yang memenuhi standar kualitas dikirim ketempat dan waktu yang tepat pada saat dibutuhkan jika pemasok tidak dapat diandalkan. 2. Menghilangkan persediaan dalam perjalanan (in transit inventory). Departemen pembelian dapat mengurangi persediaan dalam perjalanan dengan menganjurkan pemasok dan calon-calon pemasok untuk memilih lokasi yang berdekatan dengan pabrik pembeli. Bila hal itu tidak memungkinkan departemen dapat memilih sistem konsinyasi atas persediaan, dimana hak atas barang tetap berada di tangan pemasok, semakin pendek arus barang semakin sedikit pula persediaan. 3. Menghilangkan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (non value added activities). Meminimalkan kegiatan yang tidak memberikan manfaat yang berguna bagi perusahaan, misalkan kegiatan penerimaan dan kegiatan koperasi penerimaan barang. 4. Meningkatkan kualitas dan tingkat keandalan Untuk meningkatkan mutu bahan baku, maka komitmen jangka panjang dengan pemasok akan mengurangi biaya administrasi atas permintaan penerimaan barang dan biaya negosiasi atas harga. Menurut Garrison dan Noreen (2006 : 20), manfaat Just In Time Purchasing antara lain : 1. Dengan jumlah pemasok yang kecil dan kontrak jangka panjang dengan pemasok akan mengurangi biaya administrasi atas permintaan penerimaan barang dan biaya negosiasi atas harga. 2. Pembelian pengendalian produksi, pengendalian persediaan dan pengawasan menjadi berkurang karena rework, inspeksi, penundaan pengiriman dan ketidakcocokan barang dapat berkurang dan barang yang akan dibeli dapat lebih dipercaya oleh pihak lain.

15 19 3. Biaya penyimpanan persediaan menjadi lebih rendah. 4. Biaya perbaikan barang rendah, karena ukuran lot yang kecil dan adanya pengiriman dengan frekuensi yang tinggi, disertai kontrak dengan pemasok yang menjamin kualoitas barang yang dikirim. 5. Identifikasi barang yang dekat dan hubungan telepin yang mudah bdan jurah dengan pemasok. Karena JIT Purchasing cenderung bekerjasama dengan pemasok yang letaknya tidak terlalu jauh. C. Just In Time Production Menurut George dan William (2006 : 400) Produksi Just In Time adalah membeli dan memproduksi dalam kuantitas yang paling kecil dan tepat waktu untuk pemakaian. Just In Time Production merupakan suatu sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya, dimana permintaan terhadap output terakhir dari produksi merupakan permintaan dari pelanggan. Mutu merupakan hal yang penting di dalam sistem Just In Time. Cacat tidak hanya menimbulkan pemborosan, tetapi juga bisa menyebabkan proses produksi terhenti. Karena tidak ada persediaan untuk mengganti kesalahan, maka mutu yang sempurna dituntut di dalam sistem JIT. Menurut Garrison dan Noreen (2006 : 15) berhubungan dengan mutu dalam tiga hal : 1. Just In Time mengurangi biaya pemerolehan mutu yang baik. Hal ini terjadi karena biaya produk sisa, produk yang memerlukan pengerjaan ulang, investasi persediaan dan biaya kerusakan

16 terkandung dalam persediaan. JIT menurunkan persediaan, sehingga lebih sedikit unit cacat yang diproduksi dan lebih sedikit unit yang perlu dikerjakan ulang. 2. Just In Time meningkatkan mutu. Selain mengurangi antrian dan waktu antar, JIT juga menjaga agar bukti kesalahan tetap diingat dan membatasi jumlah sumber kesalahan potensial. JIT menciptakan sistem peringatan awal untuk masalah-masalah mutu sehingga lebih sedikit unit produk yang diproduksi cacat dan umpan balik didapat secara tepat. 3. Mutu yang lebih baik berarti diperlukan lebih sedikit cadangan, sehingga dapat tersedia sistem JIT yang lebih mudah diterapkan. Seringkali tujuan penyimpanan persediaan adalah untuk melindungi dari kinerja produksi yang buruk yang ditimbulkan oleh mutu yang tidak dapat diandalkan. Bila ada mutu yang konsisten, JIT memungkinkan kita untuk mengurangi semua biaya yang berkaitan dengan persediaan. Menurut Heizer dan Render (2005 : 568), Just In Time Production dapat mengurangi waktu dan biaya produksi yang akan dikeluarkan suatu perusahaan dalam melakukan suatu kegiatan operasionalnya dengan cara-cara sebagai berikut : Demand pull system. Maksudnya proses produksi berjalan sesuai dengan jumlah permintaan dari proses berikutnya sehingga mengurangi atau meniadakan barang dalam proses (persediaan penyangga) dalam setiap pusat kerja. 2. One piece production. Maksudnya semua proses hanya akan diproduksi satu komponen saja dan langsung membawanya ke proses selanjutnya. Dengan pemakaian berarti tidak ada proses yang diijinkan untuk memproduksi dalam jumlah yang besar atau membuat surplus barang diantara proses. 3. Memelihara tingkat persediaan yang minimum. Filosofi Just In Time memusatkan tujuan pada memelihara tingkat persediaan yang minimum. Bahan baku dan komponen dibeli dan diterima hanya apabila dibutuhkan. Dengan demikian dapat mengurangi biaya yang digunakan untuk pemeliharaan gudang dan menghindari terjadinya keusangan persediaan. 4. Secara berkesinambungan berusaha mengurangi biaya set up mesin pada setiap tahapan pengolahan produksi dengan

17 menerapkan Total Quality Control (TQC) agar no defect, no rework, dan no inspection, serta mengurangi permintaan pembelian sekaligus mengurangi perubahan pesanan pada pemasok. 5. Pendekatan JIT terhadap produksi adalah tidak sekedar meminimalkan tingkat persediaan atau mengurangi waktu produksi. Sistem Just In Time menciptakan suatu produk yang berkualitas tinggi dalam keadaan yang paling efisien. Setiap tindakan dari operator mesin, orang yang melakukan setup, personel perbaikan dan pemeliharaan, dan juga manajemen perusahaan harus dilaksanakan untuk tujuan ini. Setiap karyawan yang melibatkan diri dalam produksi produk harus berusaha keras untuk melaksanakan dengan sebaik-baiknya. 6. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi. Oleh karena itu beberapa perusahaan yang telah menggunakan JIT Production merestrukturisasi kembali tata letak pabriknya, atau memperlancar aliran bahan baku atau produk diantara pusat kerja secara berurutan. 21 D. Just In Time Transportation and Deliver Sistem JIT yang diterapkan perusahaan manufacturing memiliki hubungan yang erat antara jadwal (schedule) pabrik dan jadwal pengiriman barang dari para pemasok. Sebab dalam hal ini pemasok harus menyediakan barang yang akan dikirm dengan tepat waktu, pada tempat yang diinginkan dan dalam kuantitas yang diminta. Menurut Supriyono (2007 : 16), ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada JIT Transportation and Delivery, yaitu : 1. Model angkutan dan perubahan jasa angkutan Pemasok diharuskan mengirim barang dalam ukuran lot kecil dan frekuensi yang cukup sering. JIT Transportation dan Delivery menghendaki penggunaan alat angkut yang berukuran kecil seperti truk kecil untuk mendukung pengirman yang lebih sering dan dalam ukuran lot kecil.

18 2. Berbagai informasi (information sharing) dan penggunaan micro computer Perusahaan dan pemasok harus saling berhubungan untuk dapat bertukar informasi. Informasi ini dapat berupa jadwal produksi, tanggal pengiriman maupun hal lain, sehingga pemasok dapat mengkoordinasikan proses perencanaan produksi agar sejalan dengan kebutuhan pembeli. Untuk itu digunakan Electronic Data Interchange (EDI) yang menghubungkan informasi antar perusahaan. Melalui EDI ini, semua transaksi dan dokumen dapat langsung dikirim tanpa harus ada orang yang mengantarkannya. Semua dokumen akan dikirmkan dan akan diterima secara elektronik. Hal ini tentu akan mengurangi biaya dalam persiapan dan pengiriman dokumen dari perusahaan pembeli ke pemasok, maupun sebaliknya. 22

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Darsini Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl.

Lebih terperinci

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) A. Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Penelitian Ravishankar (2011) Penelitian yang dilakukan Ravishankar (2011) bertujuan untuk menganalisa pengurangan aktivitas tidak bernilai tambah

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) II YULIATI, SE, MM PRINSIP DASAR JUST IN TIME ( JIT ) 3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste) Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap

Lebih terperinci

Just in time dalam Manajemen Logistik

Just in time dalam Manajemen Logistik Just in time dalam Manajemen Logistik Kerjakan secara benar sejak awal Bambang Shofari 1 JIT Menghasilkan produk/jasa yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan oleh customers dalam jumlah sesuai kebutuhan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi manajemen adalah sistem akuntansi yang berupa informasi yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer keuangan, manajer

Lebih terperinci

MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM)

MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM) MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM) I. Sistem Produksi Barat Sistem produksi yang paling banyak dipakai saat ini adalah yang berasal dari Eropa dan Amerika. Sistem produksi tersebut

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Just In Time 2.1.1.1. Pengertian Just In Time Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan otomotif di Jepang

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM Konsep Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaanperusahaan terbaik yang ada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Just In Time Pada tahun 1970 konsep Just In Time mulai dipopulerkan oleh Mr. Taiichi Ohno dan rekannya di Toyota Motor Company, Jepang. Akar dari konsep Just In Time dapat ditelusuri

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di

Bab I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di Bab I Pendahuluan 1 Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di segala bidang. Kondisi tersebut memaksa perusahaan harus dapat bekerja

Lebih terperinci

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga BAB II A. Manajemen Operasi Manajemen Operasi membahas bagaimana membangun dan mengelola operasi suatu organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga pengendalian sistim

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013 PENJADWALAN Penjadwalan adalah aspek yang penting dalam pengendalian operasi baik dalam industri manufaktur maupun jasa. Dengan meningkatkan titik berat kepada pasar dan volume produksi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME (JIT) PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA 1. Pengertian Metode Just In Time (JIT) Manufaktur JIT adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari krisis

Lebih terperinci

Penerapan Sistem Pembelian Just In Time (JIT) untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas pada Perusahaan Manufaktur PENDAHULUAN

Penerapan Sistem Pembelian Just In Time (JIT) untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas pada Perusahaan Manufaktur PENDAHULUAN Penerapan Sistem Pembelian Just In Time (JIT) untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas pada Perusahaan Manufaktur 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada Perusahaan Roti Roterdam Malang. Berdasarkan hasil analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada Perusahaan Roti Roterdam Malang. Berdasarkan hasil analisis 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian Indah (2004) dengan judul penelitian yaitu: Efisiensi perencanaan bahan baku dalam usaha untuk mencapai efisiensi tingkat

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI

IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI Luqman Hakim Fakultas Teknik Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo E-mail: hqm_az@yahoo.com Abstrak Tujuan Just

Lebih terperinci

ACTIVITY-BASED MANAGEMENT

ACTIVITY-BASED MANAGEMENT ACTIVITY-BASED MANAGEMENT Activity-based management (ABM) dimulai dari pemahaman yang mendalam personel tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya. Proses analisis nilai merupakan pendekatan

Lebih terperinci

Prepared by Yuli Kurniawati

Prepared by Yuli Kurniawati KONSEP JUST IN TIME Prepared by Yuli Kurniawati PENGERTIAN JIT JIT atau sistem produksi tepat waktu adalah sistem manajemen fabrikasi yang pada prinsipnya hanya memproduksijenis-jenisbarangyang dimintasejumlahyang

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM

BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM By Ir. B. INDRAYADI,MT JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 2 1 3 PRODUCTION INFORMATION SYSTEM FORECASTING MASTER PRODUCTION SCHEDULE PRODUCT STRUCTURE

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Just in Time. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

Akuntansi Biaya. Just in Time. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen. Akuntansi Biaya Modul ke: Just in Time Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Just in Time Just In Time adalah filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya

Lebih terperinci

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus PENERAPAN JUST IN TIME PADA INDUSTRI FASHION SEBAGAI PENJAMINAN KUALITAS (QUALITY ASSURANCE) ABSTRAKSI Sistem Just in Time telah menjadi satu pendekatan umum dalam pengelolaan bahan baku/persediaan. Semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT)

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) Nama mahasiswa : Henny Wunas NRP : 9106 201 408 Pembimbing : Prof. Ir. I Nyoman Pujawan,

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen Akuntansi Biaya Modul ke: Just In Time And Backflushing Fakultas 07FEB Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Manajemen Content Just in time, Backflushing Competence Mahasiswa mampu mendeskripsikan system

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing Sebagai yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa konsentrasi perhatian konsep JIT adalah pada aspek manusia, kualitas,

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN SISTEM JUST IN TIME TERHADAP BIAYA OVERHEAD PABRIK STUDI KASUS PADA PT XYZ

PENGARUH PENERAPAN SISTEM JUST IN TIME TERHADAP BIAYA OVERHEAD PABRIK STUDI KASUS PADA PT XYZ PENGARUH PENERAPAN SISTEM JUST IN TIME TERHADAP BIAYA OVERHEAD PABRIK STUDI KASUS PADA PT XYZ Nama : Octaviana Debhora S. NPM : 21209639 Pembimbing : B. Sundari, SE, MM Perusahaan hidup dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bagi banyak perusahaan industri, salah satu aset yang memerlukan perhitungan yang cermat adalah persediaan, karena pada umumnya persediaan merupakan salah

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME A. Pendahuluan Dalam Laboratorium Sistem Produksi, dipelajari beberapa modul praktikum antara lain : Fisika Dasar, Elektronika Industri, serta Perencanaan dan Pengendalian

Lebih terperinci

BAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN

BAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN BAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN 1 Biaya Sediaan Manajemen sediaan merupakan hal yang mendasar dalam membangun keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang. Kualitas, rekayasa produk, harga, kelebihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya 12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan hidup dalam lingkungan yang berubah cepat, dinamik, dan rumit. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya revolusioner.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Pokok pembahasan pada tesis ini hanya akan difokuskan dalam rangka mengetahui bagaimana Janssen Cilag Indonesia dapat mencapai titik optimum di dalam manajemen persediaannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Just In Time Just In Time merupakan manufacturing philosophy yang mulai diterapkan di Jepang pada tahun tujuh puluhan dan mulai diterapkan oleh perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN

AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN. Aktifitas Pergudangan : Penerimaan & Penanganan Penyimpanan Pengeluaran Pengendalian / Pengontrolan Perawatan Aktifitas gudang dijalankan dengan baik akan mempengaruhi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

MANAJEMEN PERSEDIAAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 MANAJEMEN PERSEDIAAN HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Biaya Persediaan Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam membangun keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi adalah perubahan tuntutan customer terhadap kualitas produk dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi adalah perubahan tuntutan customer terhadap kualitas produk dan ANALISIS PENGAMBILAN KREDIT BERDASARKAN SYARIAH OLEH SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2003 Slamet Tedy Siswoyo F.0198067 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu

Lebih terperinci

Evaluasi Sistem Bisnis Lean Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma master Black Belt

Evaluasi Sistem Bisnis Lean Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma master Black Belt 1. Apa Itu Lean? Evaluasi Sistem Bisnis Lean Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma master Black Belt Lean adalah suatu upaya terus-menerus (continuous improvement efforts) untuk: menghilangkan pemborosan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN VALUE-ADDED ACTIVITIES

PENGELOLAAN VALUE-ADDED ACTIVITIES PENGELOLAAN VALUE-ADDED ACTIVITIES dan NON-VALUE- ADDED ACTIVITIES MELALUI ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI (Studi Kasus Pada UD Karya Tunggal Sidoarjo)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka melaksanakan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan rakyat, sektor yang memegang peranan penting setelah sektor pertanian adalah sektor manufaktur.

Lebih terperinci

Hubungan Tingkat Penerapan Sistem Tepat Waktu (Just In Time) pada Sistem Produksi dengan Kinerja Non Keuangan

Hubungan Tingkat Penerapan Sistem Tepat Waktu (Just In Time) pada Sistem Produksi dengan Kinerja Non Keuangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa dekade akhir ini banyak organisasi perusahaan telah melakukan investasi pada teknologi-teknologi baru untuk tetap bersaing. Teknologi merupakan sumber

Lebih terperinci

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek. Bab III : Manajemen Inventori. Bab IV : Supply-Chain Management

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek. Bab III : Manajemen Inventori. Bab IV : Supply-Chain Management MANAJEMEN OPERASI 1 POKOK BAHASAN Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek Bab III : Manajemen Inventori Bab IV : Supply-Chain Management Bab V : Penetapan Harga (Pricing) 2 BAB III MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) PENGERTIAN Activity Based Management (ABM) adalah merupakan suatu metode pengelolaan aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan nilai (value) produk atau jasa untuk konsumen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan material adalah salah satu proses kunci dalam sebuah rantai

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan material adalah salah satu proses kunci dalam sebuah rantai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur merupakan suatu proses mengubah bahan baku menjadi barang jadi dengan menggunakan mesin, peralatan, serta tenaga kerja. Teknologi yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

Addr : : Contact No :

Addr : : Contact No : email Addr : heriyanto.lucky@gmail.com : dewa_emas@yahoo.com Contact No : 081318170013 SISTEM INDUSTRI MANUFAKTUR Industri manufaktur didefinisikan sebagai industri yang membuat produk dari bahan mentah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Pada bagian bab pendahuluan ini akan dijabarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan metodologi penelitian. Penelitian dilakukan di PT. Blambangan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh profit yang besar. Profit yang besar akan diperoleh jika perusahaan dapat menekan pengeluaran sekecil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian mengenai manufacturing cycle effectiveness dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian mengenai manufacturing cycle effectiveness dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai manufacturing cycle effectiveness dan efisiensi produksi telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perusahaan-perusahaan disegala bidang usaha menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perusahaan-perusahaan disegala bidang usaha menghadapi berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, perusahaan-perusahaan disegala bidang usaha menghadapi berbagai tantangan baru. Persaingan internasional, teknologi yang semakin modern, perubahan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota Bab 5 Ringkasan Perubahan dalam dunia industri di Jepang terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota atau disebut juga dengan Sistem

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL PADA CV. X

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL PADA CV. X PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL PADA CV. X Diana Khairani Sofyan 1* 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh-NAD *E-mail: hatikue@yahoo.com ABSTRAK CV. X merupakan

Lebih terperinci

Strategi Peningkatan Produktivita s

Strategi Peningkatan Produktivita s MODUL PERKULIAHAN Strategi Peningkatan Produktivita s Sejarah Toyota Production System (TPS) Fakultas Program Pascasarjana Program Studi Magister Teknik Industri Tatap Kode MK Muka 01 B11536CA (M-203)

Lebih terperinci

MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT

MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT Quality adalah salah satu issue dominan bagi banyak perusahaan, di samping waktu pengembangan produk yang cepat, fleksibilitas memenuhi permintaan customized

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini

Lebih terperinci

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi TI4002-Manajemen Rekayasa Industri Teknik Industri, FTI ITB Hasil Pembelajaran Setelah menyelesaikan perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu: Menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manapun. Dengan adanya globalisasi yang didukung oleh kemampuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. manapun. Dengan adanya globalisasi yang didukung oleh kemampuan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari oleh pihak manapun. Dengan adanya globalisasi yang didukung oleh kemampuan teknologi yang sangat pesat, akan

Lebih terperinci

BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS

BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS A. Aktivitas Bisnis Siklus Pengeluaran Siklus Pengeluaran adalah rangkaian kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR 1 SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR PENGERTIAN SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR Sistem yang digunakan untuk mendukung fungsi produksi, yang mencakup seluruh kegiatan yang terkait dengan perencanaan dan pengendalian

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 3, NO. 2, DESEMBER 2001: 80-86 SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Bernardo Nugroho Yahya Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan

Lebih terperinci

SIKLUS PRODUKSI. A. Definisi Siklus Produksi

SIKLUS PRODUKSI. A. Definisi Siklus Produksi SIKLUS PRODUKSI A. Definisi Produksi produksi adalah serangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pengolahan data yang berkaitan dengan proses pembuatan produk dan terjadi secara terus-menerus. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dengan berlandaskan teori mengenai pengelolaan persediaan bahan baku maka dapat dikatakan bahwa

Lebih terperinci

SISTEM JUST IN TIME ( JIT ) PENTING BAGI PERUSAHAAN INDUSTRI Oleh : Putu Sulastri

SISTEM JUST IN TIME ( JIT ) PENTING BAGI PERUSAHAAN INDUSTRI Oleh : Putu Sulastri SISTEM JUST IN TIME ( JIT ) PENTING BAGI PERUSAHAAN INDUSTRI Oleh : Putu Sulastri Abstraksi Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam

Lebih terperinci

MEMPRODUKSI BARANG DAN JASA (PRODUCING GOODS AND SERVICES) Gambar 11.1 Proses Transformasi Sumber Daya

MEMPRODUKSI BARANG DAN JASA (PRODUCING GOODS AND SERVICES) Gambar 11.1 Proses Transformasi Sumber Daya MEMPRODUKSI BARANG DAN JASA (PRODUCING GOODS AND SERVICES) A. MANAJEMEN OPERASI/PRODUKSI Manajemen Operasi (atau produksi) adalah pengarahan dan pengendalian suatu proses secara sistematis untuk mengubah

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada era globalisasi ini, setiap perusahaan menghadapi situasi serta permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kompetisi yang meningkat dan kemajuan teknologi yang cepat, mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang baik dan mampu bekerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LADASA TEORI Dalam penulisan tugas akhir ini diperlukan teori-teori yang mendukung, diperoleh dari mata kuliah yang pernah didapat dan dari referensi-referensi sebagai bahan pendukung. Untuk mencapai

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI 1 Sistem akuntansi memainkan peranan penting dalam mengukur kegiatan dan hasil kerja dari kegiatan tersebut, juga dalam menentukan reward

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan di bidang ilmu teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan di bidang ilmu teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan di bidang ilmu teknologi dan komunikasi tumbuh dengan sangat pesat. Hal tersebut membuat persaingan di dunia bisnis

Lebih terperinci

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA Fajar Riyadi PT AT-Indonesia Email: fajarriyadisuyadinata@gmail.com

Lebih terperinci

Just-in-Time Production Systems (JITPS) in Developing. Countries: The Nigerian Experience

Just-in-Time Production Systems (JITPS) in Developing. Countries: The Nigerian Experience TUGAS PPIC Just-in-Time Production Systems (JITPS) in Developing Countries: The Nigerian Experience Kamla-Raj 2010 J Soc Sci, 22(2): 145-152 (2010) Oleh: Chandra Silvi (105100303111002) Dyah Intani Enggaela

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output).

BAB I PENDAHULUAN. bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output). BAB I 1.1 Latar belakang PENDAHULUAN Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output). Manajemen

Lebih terperinci

BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS

BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS 13 BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS II.1. Activity Based Management II.1.1. Definisi Activity Based Management (ABM) atau manajemen berdasarkan aktivitas adalah pendekatan yang luas dan terpadu yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perdagangan global menyebabkan setiap perusahaan dituntut untuk menekan biaya produksi dengan melakukan proses produktivitas dan efisiensi pada proses

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

Definisi ilmu seni memindahkan menyimpan melindungi mengontrol/ mengawasi material

Definisi ilmu seni memindahkan menyimpan melindungi mengontrol/ mengawasi material Definisi 1. Material handling adalah ilmu dan seni memindahkan, menyimpan, melindungi, dan mengontrol/ mengawasi material. 2. Material handling merupakan penyediaan material dalam jumlah yang tepat, pada

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Just In Time and Backflushing. Ellis Venissa, MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Akuntansi Biaya. Just In Time and Backflushing. Ellis Venissa, MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Akuntansi Biaya Modul ke: Just In Time and Backflushing Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ellis Venissa, MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Kemampuan yang diharapkan Mampu mendeskripsikan sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi tidak terlepas dari pengertian manajemen. Dengan istilah manajemen yang dimaksudkan adalah

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Manajemen Pembelian. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Manajemen Pembelian. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: 02 Manajemen Persediaan Manajemen Pembelian Fakultas FEB Program Studi Manajemen Pembelian Salah satu fungsi manajemen persediaan yang berkaitan dengan pengadaan barang. Biaya pembelian mencapai

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis . Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 13 Pokok Bahasan Dosen : Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian manajemen pemasaran menurut Adi (2006:6) adalah suatu analisis, perencana, pelaksanaan serta kontrol program-program yang telah direncanakan

Lebih terperinci

Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat

Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat Secara Istilah sistem produksi Sistem pemasokan komponen atau material secara kontinu sehingga pekerja mendapatkan apa yang dibutuhkan, ditempatyang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

INVENTORY MANAGEMENT (MANAJEMEN PERSEDIAAN)

INVENTORY MANAGEMENT (MANAJEMEN PERSEDIAAN) INVENTORY MANAGEMENT (MANAJEMEN PERSEDIAAN) Bagian awal bab ini membahas manajemen persediaan tradisional yang meliputi biaya persediaan, alasan tradisional pengadaan persediaan, dan EOQ (economic order

Lebih terperinci