Bab 2. Landasan Teori. Kebudayaan didefinisikan oleh Suparlan (1997: ) sebagai pedoman menyeluruh bagi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2. Landasan Teori. Kebudayaan didefinisikan oleh Suparlan (1997: ) sebagai pedoman menyeluruh bagi"

Transkripsi

1 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Budaya Kebudayaan didefinisikan oleh Suparlan (1997: ) sebagai pedoman menyeluruh bagi kehidupan sebuah masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut. Ia berkata: kebudayaan adalah pedoman menyeluruh bagi kehidupan sebuah masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut. Setiap orang sebagai anggota masyarakat adalah pendukung kebudayaan yang menggunakan model-model tatanan social masyarakatnya secara selektif, yang mereka rasakan paling cocok atau terbaik untuk dijadikan acuan bagi interpretasi yang penuh makna untuk mewujudkan tindakan-tindakan dalam menghadapi linkungannya dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang terkandung di dalamnya. Tindakan-tindakan dilakukan sesuai dengan dan berada dalam batas-batas pranata sosial yang cocok. Manusia tidak bisa dipisahkan dengan kebudayaan, sebagai mana dikemukakan oleh Geertz (1992:529) bahwa kebudayaan sebagai perangkat mekanisme kontrol adalah rencana-rencana, resep-resep, aturan-aturan, instruksi-instruksi untuk mengatur tingkah laku, bukan hanya dilihat sebagai adat- istiadat, tradisi-tradisi, dan kumpulan-kumpulan kebiasaan. Kebudayaan bersifat dinamis dan senantiasa perkembangan itu dilakukan untuk kemajuan masyarakatnya dalam menghadapi perubahan di lingkungan hidup, baik lingkungan fisik, alam, maupun sosialnya. Kebudayaan adalah suatu mekanisme kontrol yang terwujud dalam bentuk aturan dan resep yang menjadi nilai dan norma masyarakat dalam mengatur tingkah laku untuk mendorong terjadinya perubahan dan kemajuan kebudayaan. Hal ini dikarenakan kebudayaan terdiri atas perangkat-

2 perangkat yang menjadi sistem acuan atau model kognitif yang berlaku bagi berbagai tingkat pengetahuan, perasaan, dan kesadaran. Kebudayaan sebagai suatu mekanisme kontrol yang terwujud dalam bentuk aturan-aturan dalam mengatur tingkah laku ini bersifat dinamis dan berkembang sejalan dengan kemajuan perkembangan di lingkungan masyarakatnya. Kehidupan masyarakat Jepang sampai pada masa sebelum Perang Dunia II semula adalah kehidupan petani dengan mata pencaharian pokok bertani. Masyarakat tradisional Jepang yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau adalah masyarakat nelayan dan petani. Mereka mengenal padi sejak dari permulaan zaman Yayoi (3 abad SM). Bagi petani di desa khususnya, beras bukan sekedar sesuatu yang dibutuhkan untuk menghilangkan rasa lapar, tapi juga merupakan salah satu makanan pokok. 2.2 Konsep Shinto Shinto adalah kepercayaan tradisional atau kepercayaan asli masyarakat Jepang yang sering dikenal pula sebagai hati dari masyarakat Jepang. Sejak zaman dahulu Shinto telah menjadi bagian dari pandangan hidup orang Jepang. Ono (1989:6) menjelaskan kata Shinto sebagai berikut: Shinto terdiri atas dua huruf, yaitu shin yang bisa dibaca kami ( 神 ) dan to ( 道 ) yang bisa dibaca michi. Jadi Shinto berarti kami no michi atau jalan kami. Istilah kami sebenarnya merujuk pada penghormatan untuk jiwa yang mulia, suci, yang memiliki implikasi pada makna memuja, kebajikan, dan otoritas mereka. Pada Tanaka (1990: ) terdapat pengertian Shinto seperti berikut ini:

3 いっぱん一般 にほんみんぞく しんれい に 神道 といった場合 日本民族などのこゆの神 神霊に しんねんもとづいての信念や伝的な祭り としばかりでなく 広く生活 しゅうぞく 習 俗 ふく や伝承されている考え方などもその中に含まれる Secara umum Shinto adalah sebuah kata yang dipakai untuk mewakili kepercayaan terhadap dewa dan roh. Dan tidak hanya itu, secara luas ajaran Shinto juga menjadi pedoman bagi orang jepang dalam menjalankan kehidupannya. Shinto sering dideskripsikan sebagai agama nasional Jepang berdasarkan cara hidup masyarakat Jepang yang menunjukan ketegasan religi Jepang. Kemunculan Shinto di Jepang menunjukan awal mula terbentuknya Jepang, baik pulau maupun masyarakatnya. Karena itu Shinto adalah agama yang fokus terhadap keutuhan Jepang dan komunitasnya, juga dengan masyarakat Jepang dan keberadaannya di dunia. Shinto juga menggabungkan beberapa hal yang beragam, mulai dari yang berorientasi kepada kepercayaan tradisional hingga ke nasional dan politik (Reader, 1994:64-67). Yamakage (1989) memberikan pengertian Shinto sebagai berikut: Arti: むきょうぎむかいりつむぐうぞうかくのごとく 神道は ( 無協議 無戒律 無偶像 ) が立前である では いかなる神聖物が神道にはあるのかということになるが そのせいいきかがみ昔 神道の聖域には無かった もちろん古代の神道は ( 鏡 ) も無 しょうこんかざりぶつ く 性根である 飾 物 も無かったのである ( 岩と樹木 ) があっただけ Shinto adalah suatu prinsip hidup yang bukan merupakan suatu agama, bukan juga firman tuhan, dan bukan pula penyembahan berhala. Lalu mengapa sebuah bangunan menjadi hal penting bagi Shinto, padahal pada zaman dahulu tidak

4 terdapat tempat suci kepercayaan Shinto. Shinto zaman dahuku tidak memakai cermin dan hiasan megah/agung untuk tempat pemujaannya. Mereka hanya menggunakan batu dan pohon. Pandangan mengenai Shinto yang dikemukakan oleh Danandjaja pada buku yang berjudul Folklor Jepang, adalah sebagai berikut: Walaupun mempunyai satu nama, agama Shinto merupakan gabungan kepercayaan primitive yang sukar untuk di golongkan sebagai suatu agama, namun bisa dikatakan sebagai suatu kepercayaan. Kepercayaan Shinto adalah berupa pemujaan terhadap leluhur, alam. Tuhan yang dipuja dalam kepercayaan Shinto disebut dengan kami (dewa). Menurut kepercayaan mereka, dewa dapat ditemukan dimana saja, seperti di pohon tua, air terjun, dan lain sebagainya (Danandjaja 1997: 164). Tertulis pada What is Shinto? Dalam Japan Society (2007) Shinto adalah sebuah campuran yang kompleks antara ritual dan kepercayaan masyarakat setempat, pada dasarnya merupakan kepercayaan animisme yang percaya terhadap keberadaan dewa dan dewi dalam wujud tanaman, dan hewan yang keramat, serta berbagai benda yang tidak bernyawa sekalipun. Shinto juga mengenal beberapa warna yang dianggap sebagai keburuntungan seperti merah dan putih. Warna merah dianggap dapat mengusir roh jahat dan berbagai penyakit. Di Jepang, warna merah juga dianggap sebagai simbol dari kebaikan dan kejahatan, pertengahan antara surga dan neraka, kematian dan kehidupan, sehingga pada akhirnya dikatakan bahwa warna merah tidak hanya dikatakan sebagai simbol dari kejahatan dan penyakit saja melainkan juga simbol kesembuhan, kesuburan, dan juga kelahiran. Sedangkan warna putih, merupakan simbol dari kesucian, sekaligus merupakan warna suci yang melambangkan para dewa ( Hibi, 2000:70) Asal-usul Shinto terdapat dalam Nihonshiki dan Kojiki. Di dalam Nihonshiki dan Kojiki terdapat ulasan mengenai kepercayaan politheisme yang terkandung dalam aspek-aspek ajaran agama Shinto, seperti dewa yang merupakan pasangan suami istri Izanagi dan Izanami sebagai pembentuk pulau

5 Jepang. Dalam Nihonshiki dan Kojiki juga diceritakan mengenai asal-usul kekaisaran Jepang. Kaisar Jepang dianggap sebagai keturunan langsung dari para dewa. Shinto menekankan hak, sensibilitas, dan sikap. Di dalam Shinto terdapat empat penegasan atau penguatan (Greider, 2001), yaitu: 1. Tradisi dan keluarga : berhubungan dengan kelahiran dan pernikahan 2. Kecintaan akan alam : alam adalah suci, berhubungan dengan alam berarti berhubungan dengan hutan 3. Kebersihan fisik : mandi, mencuci tangan, membersihkan mulut 4. Matsuri : untuk pemujaan kepada para dewa dan roh leluhur Perayaan musiman diadakan pada musim semi, musim panen, dan peringatan-peringatan khusus dari sejarah kuil atau pelindungan roh. Perayaan lain yang termasuk didalamnya adalah perayaan Tahun Baru atau shougatsu ( 正月 ) pada 1-3 Januari, Hinamatsuri ( ひな祭り ) pada 3 Maret, Festival Bintang( 星祭り ) pada 7 Juli, Onie no matsuri atau daijousai ( 大嘗祭 ) pada awal musim gugur November Konsep Kami Dalam Ajaran Shinto Dalam ajaran Shinto dikenal adanya kami atau dewa. Ishikawa (1989: 77) mengatakan bahwa terdapat banyak hipotesa mengenai asal-usul kata kami sejak zaman dahulu. Salah satunya adalah bahwa kami merupakan transformasi dari kata kakurimi yang memiliki arti sosok tersembunyi. Kata kami diambil dari suku kata pertama dan terakhir dari kata kakurimi.

6 Picken (1994: ), menggolongkan kami menjadi dua bagian besar atau utama dimana di dalam dua bagian utama tersebut terdapat beberapa kelompok kami sebagai berikut: 1) Kami yang terdapat dalam mitologi Jepang adalah: a) Amatsu-no-kami (dewa surga/langit) yang diketuai oleh Amaterasu no Omikami yang memiliki kuil di Ise. b) Kunitsu-no-kami (dewa bumi) yang diketuai oleh Saruta Hito no Mikoto. 2) Kami yang tidak terdapat dalam mitologi Jepang adalah: a) Kami yang berkaitan dengan fenomena alam. Yang termasuk dalam kategori ini adalah para dewa yang memiliki hubungan dengan kejadian-kejadian alam seperti adanya dewa api, angin, air, dan lain sebagainya. b) Kami yang dikaitkan dengan sejarah personal. Berhubungan dengan orang-orang penting sepanjang sejarah yang kemudian namanya diabadikan dalam bentuk kuil. Contoh, Motoori jinja yang diperuntukan bagi Mootori Morinaga. c) Kami yang berkaitan dengan asal politik. Dewa utama dalam kategori ini adalah Hachiman. Selainitu terdapat juga di dalamnya berbagai dewa yang melindungi negara Jepang. d) Kami yang berhubungan dengan perdagangan, kemakmuran (ekonomi). Berkaitan dengan dewa-dewa pelindung pertanian. Yang paling terkenal adalah Inari (dewa yang berbentuk rubah). Selain itu terdapat juga Shici-fuku-jin (tujuh dewa keberuntungan) di dalam kategori ini.

7 Konsep dasar Shinto adalah kepercayaan terhadap kedewaan, maka di dalam Shinto juga terdapat dunia para dewa. Dewa-dewa yang berada di dunia, dewa tersebut adalah dewa-dewa yang dipuja oleh para pengikut Shinto. Menurut Honda (2006 : 148), beberapa di antara dewa-dewa Shinto tersebut adalah Shichifukujin (tujuh dewa keberuntungan), yang di dalamnya termasuk : 1. Ebisu ( 恵比須 ), yaitu dewa kemakmuran. 2. Daikokuten ( 大黒天 ), yaitu dewa kekayaan. 3. Benzaiten ( 弁財天 ), yaitu dewa kesusastraan, kesenian dan ilmu pengetahuan. 4. Bishamonten ( 毘沙門天 ), yaitu dewa keberuntungan. 5. Hotei ( 布袋 ), yaitu dewa kebahagiaan. 6. Fukurokuju ( 福禄寿 ), yaitu dewa umur panjang. 7. Jurojin ( 寿老人 ), yaitu dewa kebijaksanaan. Menurut Picken (1994 : 120), Shichifukujin (tujuh dewa keberuntungan) berlayar dengan menggunakan kapal harta karun Takarabune. Di dalam kapal itu berisi topi yang membuat orang menjadi tidak kelihatan dan tas uang yang tidak akan pernah kosong. Menurut Picken (1994 : ), dewa Ebisu adalah satu-satunya dewa dari ketujuh dewa yang ada dalam Shichifukujin yang berasal dari Jepang. Dewa Ebisu sangat populer sebagai dewa kemakmuran yang membawa berkat-berkatnya dari laut. Dalam Shinto, Ebisu sama dengan Kotoshironushi no mikoto. Ebisu pada umumnya digambarkan memegang alat pancing ikan atau kail di tangan kanannya dan membawa seekor ikan tai di tangan kirinya.

8 Menurut Picken (1994 : 120), Daikokuten adalah salah satu dari tiga dewa yang berasal dari India yang terdapat dalam Shichifukujin. Dalam Shinto, Daikokuten sama dengan Okuninushi no Mikoto. Daikokuten biasanya digambarkan bertubuh gemuk dan berwajah tersenyum. Dia digambarkan sedang berdiri atau duduk di atas dua karung beras dan memegang sebuah palu kayu ajaib pengabul di tangan kanannya dan membawa tas karung besar yang berisi harta yang digantungkan di pundak kirinya. Dewa Daikokuten merupakan dewa kekayaan Peralatan yang Digunakan dalam Shinto Dalam setiap prosesi upacara yang sesuai dengan Shinto, terdapat berbagai peralatan yang dipergunakan, baik dalam ritual penyucian maupun dalam prosesi jalannya upacara. Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai peralatan yang biasanya digunakan dalam Shinto. Dalam ritual penyucian, terdapat beberapa peralatan yang digunakan sebagai media penyucian. Dengan kata lain dengan mempergunakan peralatan tersebut secara simbolis tempat ataupun orang yang dianggap kotor atau tidak beruntung akan kembali menjadi suci dan bersih. Menurut Picken ( 1994: 174), garam juga dipergunakan sebagai salah satu alat penyucian. Hal ini dikarenakan karena garam memiliki kekuatan yang lebih besar apabila dibandingkan dengan air biasa. Garam juga dipergunakan sebagai persembahan dan diletakkan di altar Shinto bersamaan dengan air dan nasi. Selain garam Schumacher (2007) mengatakan bahwa api, air biasa, dan juga sake juga digunakan sebagai alat penyucian atau Oharai. Ono ( 1992: 24-25) juga mengatakan bahwa peralatan lain yang dipergunakan dalam upacara Shinto adalah Haraigushi, spanduk, dan pedang. Haraigushi yaitu sebuah tongkat atau juga terkadang sebuah ranting pohon sasaki (cemara) yang disekelilingnya dipenuhi dengan kertas

9 panjang dan digunakan sebagai alat penyucian dalam Shinto, spanduk sebagai simbol kehadiran kami dan pedang yang berfungsi sebagai tanda kekuatan kami untuk memberikan keadilan dan kedamaian. Menurut Ross ( 1989: 75) dalam ajaran Shinto terdapat benda-benda yang dianggap suci seperti pedang, kaca, dan perhiasan mutiara. Ketiga benda ini merupakan benda yang sangat penting bagi umat Shinto. Ross menjelaskan arti dari ketiga benda itu sebagai berikut: The mirror reflects from it bright surface every object as it really is, irrespective or goodness or badness, beauty or the reverse. This is the very nature of the mirror, which faithfully symbolizes truthfulness, one of the cardinal virtues. The jewel signifies soft-hearted-ness and obedience, so that is becomes a symbol of benevolence. The sword represent the virtue of strong decision, i,e, wisdom. Without the combine strength of these three fundamental virtues, peace in the realm cannot be expected. Cermin memantulkan atau mencerminkan dari permukaan terangnya setiap objek seperti bentuk objek itu sendiri, tanpa tergantung kebaikan atau keburukan, keindahan ataupun sebaliknya. Itu merupakan sifat dasar cermin yang dengan jujur menggambarkan keadaan yang sebenarnya, salah satu dari pokok kebaikan. Perhiasaan menandakan atau melambangkan kelembutan hati dan ketaatan ataupun kepatuhan, jadi perhiasan menjadi sebuah simbol atau lambang perbuatan baik atau kebajikan. Pedang menggambarkan kebaikan atau sifat baik keputusan yang kuat, yaitu kebijaksanaan. Tanpa gabungan atau kombinasi tiga kebaikan atau kebajikan dasar tersebut, kedamaian tidak akan terwujud. Dalam peralatan upacara Shinto, terdapat juga alat musik yang turut serta sebagai pelengkap. Dalam suatu upacara atau perayaan terdapat acara pengisi sebelum acara utama. Biasanya acara pengisi tersebut berupa musik-musik tradisional, dan juga tarian-tarian. Acara ini disebut dengan gagaku. Peralatan musik yang dipergunakan adalah uchi-mono atau gong, sankan yang didalamnya terdapat tiga jenis alat musik tiup seperti fue (sejenis suling dengan enam lubang), sho (menyerupai angklung dengan jumlah tujuh belas tabung), dan hichikiri (sejenis suling dengan sembilang lubang) serta suzu atau rebana ( Picken, 1994: 183). 2.3 Konsep Ritual

10 Turner (1989:3) mengungkapkan bahwa makna kata ritual berasal dari kata chidika, yang dalam bahasa Ndembu berarti kewajiban. Turner mengatakan: The Ndembu word for ritual is chidika, which also means a special engagement or an obligation. This is connected with the idea that one is under an obligation to venerate the ancestral shades. Menurut bahasa Ndembu makna kata ritual berasal dari kata chidika, yang mana sama artinya sama dengan obligasi. Ini berhubungan dengan ide-ide dimana salah satu dari obligasi untuk memuliakan arwah para leluhur. Menurut Turner (1989:95), ritual merupakan kewajiban yang harus dilalui oleh seseorang dengan melakukan serangkaian kegiatan, yang menunjukkan suatu proses dengan tata cara tertentu. Seseorang atau kelompok yang menjalani ritual berada di dalam liminalitas, yaitu masa seseorang atau sekelompok menjalani suatu rangkaian kegiatan yang diperlukan dalam kehidupannya. Rangkaian kegiatan ini dilakukan di suatu lingkungan yang bersifat umum dan terbuka sebagai sebuah peristiwa. Pada saat itu seseorang atau kelompok wajib menjalani ritual. Ia atau mereka diatur oleh aturan-aturan, tradisi, kaidah-kaidah, dan upacara yang berlaku selama peristiwa tersebut berlangsung. Liminial adalah sistem dalam proses ritual yang penyelenggaraannya bersifat terbuka, dan berada dalam struktur yang teroganisir secara teratur. Sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh pelakunya, ritual juga dihubungkan dengan kewajiban seseorang atau kelompok untuk menghormati dan memuliakan para leluhurnya. Ritual mempersiapkan seseorang atau kelompok memasuki tahap kehidupan sosial berikutnya yang belum pernah dialami. Dalam proses liminalitas, seseorang atau kelompok yang menjalani ritual dipisahkan dari kehidupan sehari-hari untuk sementara waktu dan bergabung dengan orang lain yang juga akan menjalani ritual. Liminalitas ini ditandai dengan adanya masa pemisahan, kebebasan, dan penyatuan di suatu lingkungan yang bersifat umum, yang terlepas dari lingkungan kehidupan

11 sehari-harinya, atau dari lingkungan induknya. Masa ini merupakan inisiasi, yaitu suatu proses ritual wajib dilalui oleh pelaku ritual. 2.4 Konsep Matsuri Perayaan tahunan di Jepang dibagi menjadi dua bagian, yaitu matsuri (pesta rakyat) dan nenchuu gyouji (perayaan tahunan) yang juga sering disebut dengan Nenchu gyouji. Lawanda (2000: 55-58), mengatakan pengertian matsuri sebagai agama dan sosial menjadikan matsuri sumber dari dan untuk kehidupan masyarakat orang Jepang. Matsuri sendiri merupakan sistem kepercayaan keagamaan sekaligus merupakan ekspresi keyakinan keagamaan Jepang. Sebagai keyakinan, matsuri diselenggarakan dengan struktur-struktur yang terkait dengan dan ada di dalam matsuri yaitu Ie yang menjadi dasar dalam kehidupan sosial orang Jepang dan sumber hidup orang Jepang. Matsuri ditetapkan atau disusun dan diselenggarakan oleh sekumpulan Ie yang meyakini dewa yang dipuja dalam setiap pelaksanaan matsuri. Pemujaan dewa oleh sekelompok Ie yang terintegrasi dalam dewa yang sama dipuja yaitu senso, untuk memperoleh berkah dari leluhur pendiri kelompok keturunannya. Dewa yang dipuja oleh suatu matsuri berpusat di kuil Shinto (jinja) dengan sekelompok Ie dibawah satu kepala Ie (honke) merupakan anggota jinja bersangkutan. Dalam Shinto seluruh kehidupan adalah kerukunan dan keserasian pemikiran dengan kami. Kehidupan sehari hari dihormati sebagai pelayanan untuk kami yaitu sebagai dengan diadakannya matsuri, yang artinya lebih dalam dari pelayanan dan peribadatan. Matsuri dibuat besar besaran dari yang sederhana hingga yang rumit. Setiap individu beribadat di depan altar dan persembahan pagi dan malam dilakukan oleh pendeta, ribuan orang bisa hadir dalam setiap matsuri.

12 Setelah membaca Nihon no matsuri karya Yanagita (1989: 43), pengertian matsuri yang diuraikan dalam karya tersebut berbeda dengan istilah matsuri dalam pengertian festival. Kunio yanagita mengemukakan: 祭りは.. 今で言うならば おそばにいる である 奉仕と言ってもよいか知らぬが もっと具体的に言えば御様子をむかい 何でも仰せごとがあれば昔 思召のままに勤仕しようと言う態度に他ならぬ ただ遠くなら敬意を表すると言うだけではないのであった Arti: Istilah matsuri sekarang ini berarti berada di samping dewa. Mungkin dengan istilah lain dapat dikatakan melayani dewa, tetapi sebagai wujud konkritnya matsuri adalah suatu sikap menyambut kehadiran dewa, dengan menyajikan segala sesajian yang ada dan menunjukkan sikap mengabdikan diri kepada dewa. Matsuri bukan berarti hanya menunjukkan penghormatan terhadap dewa dari kejauhan ( Yanagita, 1989: 43). Menurut Ono (1998:51-52), ada empat unsur penting dalam matsuri: a) Monoimi(Penyucian) Monoimi adalah penyucian yang harus dilakukan ketika akan melaksanakan matsuri. Monoimi biasanya dilakukan oleh para Toya, yaitu pemimpin upacara ritual dalam matsuri itu sebagai orang yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan matsuri. Monoimi diadakan dengan maksud untuk membersihkan diri dari dosa dan hal-hal yang bersifat kotor dalam diri manusia.

13 yaitu : Monoimi terbagi atas tiga. Menurut Picken (1994 : 172) terdapat tiga bentuk cara penyucian, 1) Harai Harai merupakan penyucian yang dilakukan oleh pendeta dengan menggunakan harai-gushi (sebuah tongkat yang ditempelkan kertas putih yang berbentuk zig-zag). Harai-gushi tersebut dilambaikan pada tempat atau orang yang menginginkan penyucian. 2) Misogi Misogi merupakan penyucian dengan menggunakan air. Misogi dapat dilakukan dengan cara mengambil air dengan tangan atau ember kecil atau dengan cara berdiri dibawah air terjun. Schumacher (2007) juga mengatakan bahwa air digunakan sebagai salah satu bentuk penyucian. Hal ini dikarenakan bahwa air dianggap sebagai air mata dewa sehingga memiliki kekuatan yang besar untuk mengusir roh jahat. Api, garam, dan sake (arak beras khas Jepang) juga digunakan sebagai alat penyucian atau oharai. Dalam ritual upacara Shinto, pemercikan yang menggunakan air ini disebut dengan misogi. 3) Imi Imi merupakan penyucian dengan cara menghindari kata-kata atau tindakan tertentu, seperti larangan penggunaan kata-kata kiru dan deru pada hari pernikahan. b) Shinzen (Persembahan Sesajian) Shinzen adalah sesajian yang diadakan untuk persembahan kepada dewa. Sesajian yang paling umum adalah kue mochi, arak (sake), ganggang laut, sayur-sayuran, buah-buahan, serta bungabunga petik. Menurut Picken (1994 : 183), ada empat jenis persembahan pada umumnya yakni :

14 1. Uang Persembahan uang biasanya dilakukan dengan melempar koin ke dalam kotak persembahan di depan dekat altar atau dengan menyumbangkan dana untuk kepentingan kuil. 2. Makanan dan Minuman Persembahan makanan berupa makanan yang belum dimasak maupun yang sudah dimasak. Persembahan ini berupa makanan kesukaan dari kami yang dihormati sebagai orang yang bersejarah. 3. Barang Berbagai macam benda yang hebat termasuk ke dalam persembahan ini, seperti kertas zaman dulu, kain sutra atau katun, senjata, bahkan alat pertanian. Di beberapa kuil terdapat pula persembahan berupa hewan. 4. Kegiatan simbolis Berbagai macam hiburan, seperti tarian, drama, gulat, dan panahan juga dianggap sebagai persembahan kepada kami. Musik dan tarian juga bertujuan untuk memberikan hiburan kepada kami tetapi para pemuja juga dapat menikmatinya. Berbagai hiburan itu disebut juga dengan gagaku yang sering ditampilkan pula di berbagai matsuri. Berikut ini adalah penjelasan mengenai musik dan tarian dalam Shinto (Picken, 1994 : 178) : Music and dance include several separate forms that are arts in their own right. Kagura is a classical Japanese dance performed by shrine maidens (miko). Dance have a central place in Japanese religion, it was a dance that enticed Amaterasu out of cave. To the music of fue and the rhythm of drumbeats, the lion performs a sequence of dance.

15 Musik dan tarian termasuk beberapa bentuk yang terpisah yang memiliki unsur keseniannya sendiri. Kagura adalah sebuah tarian Jepang yang dipertunjukkan oleh gadis perrawan kuil (miko). Tari-tarian ini mempunyai bagian penting dalam agama orang Jepang. Tarian tersebut adalah tairan yang menarik Amaterasu untuk keluar dari gua. Seiring dengan alunan musik fue dan irama gendang, tarian singa mempertunjukkan rangkaian tariannya. c) Norito (Doa) Norito adalah doa-doa yang dibacakan oleh seorang kannushi (pendeta Shinto) dengan menggunakan gaya bahasa Jepang kuno untuk menjelaskan kepada dewa tentang arti dan alasan dalam mengadakan matsuri. Isi doa-doa tersebut adalah mengungkapkan rasa terima kasih kepada dewa serta memohon kepada dewa dengan tujuan untuk meminta kesejahteraan atau perlindungan kepada dewa. d) Naorai (Jamuan Suci) Naorai adalah jamuan makan bersama para peserta matsuri yang dilakukan pada akhir upacara Shinto. Makanan yang dimakan adalah sesajian yang telah disediakan bagi para dewa dan sudah di doakan oleh kannushi (pendeta Shinto). 2.5 Daijousai Daijousai merupakan sebuah ritual persembahan kepada para dewa dan leluhur kaisar yang berasal dari hasil panen padi pada saat zaman kaisar Jinmu. Ritual tersebut setidaknya berlangsung pada akhir abad ke-7 dan dilakukan kembali pada saat zaman Meiji, menggantikan perayaan panen kekaisaran atau yang dikenal dengan niinamesai yang

16 menandai ritual penobatan takhta bagi seorang kaisar baru serta memperingati hari kembalinya fungsi kekaisaran pada zaman Meiji. Pada era modern yaitu pada saat penobatan tahta kaisar Hirohito, Daijosai diadakan di tahun yang sama dengan wafatnya kaisar yang terdahulu yaitu kaisar Yoshihito. Upacara daijousai biasanya diadakan pada awal musim gugur sekitar awal bulan November dan diadakan di dua buah bangunan sederhana yang berada di pekarangan istana yaitu Yuki-den dan Suki-den. Selain serangkaian upacara penobatan kaisar baru, daijousai juga menyuguhkan makanan-makan yang terbuat dari berbahan dasar beras, makanan-makanan tersebut akan dijadikan sebagai media persembahan kepada Amaterasu dan para nenek moyang. Sesuai dengan New York Times (1990) daijousai tidak hanya memiliki makna sebagai perwujudan rasa terima kasih kepada para dewa atas keberhasilan panen, dan penobatan tahta kekaisaran. Daijousai juga mempunyai makna yang istimewa, yaitu sebagai sebuah usaha keras bangsa Jepang untuk mengangkat tradisi pertanian padi, dan juga sebagai penegasan sisi keistimewaan dari kebudayaan Jepang. Pada tahapan Mitashizume, terdapat tiga regalia yang akan diberikan kepada calon kaisar. Regalia ini mempunyai makna bahwa tampuk kekaisaran Jepang telah berpindah kepada kaisar yang telah dinobatkan, regalia ini terdiri dari pedang Kusanagi, perhiasan Magatama, dan Cermin Kashiko Dokoro. Regalia ini mempunyai fungsi dan makna masing-masing, pedang Kusanangi adalah merupakan pemberian langsung dari dewi matahari Amaterasu kepada cucu laki-lakinya yaitu Ninigi sebagai bukti ia memiliki wewenang untuk memimpin dataran Jepang. Pedang Kusanagi tersebut sebagai tanda kekuatan dari para dewa atau kami untuk menjaga dan memberi perlindungan bagi manusia. Selain itu terdapat perhiasan Magatama, berdasarkan Kojiki perhiasan ini merupakan hadiah dari kedelapan dewa kepada dewi Amaterasu agar ia mau keluar dari tempat persembunyiannya. Bentuk perhiasan ini kecil, berwarna hijau, dan berbentuk koma

17 melambangkan kepulauan negara Jepang yang kecil namun kuat. Selain melambangkan kepulauan Jepang, perhiasan Magatama juga melambangkan atau menandakan kelembutan hati. Yang terakhir adalah cermin perunggu atau Kashiko Dokoro. Cermin ini hadiah dari salah satu dewi, yaitu dewi Amano Uzume. Cermin ini diberikan kepada dewi Amaterasu agar ia dapat melihat dirinya sendiri dan melihat kesengsaraan yang ditimbulkan dirinya karena bersembunyi di dalam gua dan mengakibatkan bumi tanpa cahaya. Dalam ajaran Shinto terdapat benda-benda yang dianggap suci seperti pedang, kaca, dan perhiasan mutiara. Ketiga benda ini merupakan benda yang sangat penting bagi umat Shinto.

Bab 5. Ringkasan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah

Bab 5. Ringkasan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah Bab 5 Ringkasan Menurut Kodansha (1993:649-658) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah 377.781km². Menurut Danandjaja (1997:1), kepulauan Jepang terbentang di sepanjang timur laut hingga

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat dalam Jidai matsuri, berdasarkan empat unsur penting dalam matsuri yang sesuai dengan konsep Shinto. Empat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama

Bab 2. Landasan Teori Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama Bab 2 Landasan Teori 2.1. Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama Menurut Danandjaja (1997 : 165), sebelum mulai menguraikan agama-agama besar yang telah mempengaruhi Jepang, ada baiknya dijelaskan

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri

Bab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri Tagata Jinja Hounen matsuri merupakan sebuah festival yang diadakan di Tagata Jinja yang terletak di

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. institusional penting yang melengkapi keseluruhan sistim sosial. Akan tetapi masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI. institusional penting yang melengkapi keseluruhan sistim sosial. Akan tetapi masalah 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Religi Dalam masyarakat yang sudah mapan, agama merupakan salah satu struktur institusional penting yang melengkapi keseluruhan sistim sosial. Akan tetapi masalah agama

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Giri dan Ninjou Dalam Urashima Tarou Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Tarou dalam Nihon Ohanashi Meisakuzensyuu 2 Urashima Tarou

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri, untuk dianalisis.

Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri, untuk dianalisis. Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis unsur Shinto Oharai dalam Sanja Matsuri Saya akan membagi analisis Sanja Matsuri melalui empat unsur Shinto, yaitu Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri,

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ. (Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama Menurut Yanagawa (1991 : 60), orang asing yang berada di negara Jepang, bila memikirkan tentang agama orang Jepang sangatlah

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai Agama dan Tradisi di Jepang dalam Buku Panduan Jepang (1996)

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai Agama dan Tradisi di Jepang dalam Buku Panduan Jepang (1996) Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Agama Menurut Masyarakat Jepang Mengenai Agama dan Tradisi di Jepang dalam Buku Panduan Jepang (1996) disebutkan bahwa pada umumnya orang Jepang adalah penganut agama Shinto,

Lebih terperinci

Ucapan Terima Kasih. dapat mnyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Pengaruh Shinto dalam Jidai

Ucapan Terima Kasih. dapat mnyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Pengaruh Shinto dalam Jidai Ucapan Terima Kasih Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat rahmat-nya lah, maka saya dapat mnyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Pengaruh Shinto dalam Jidai Matsuri di Kyoto. Skripsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pengumpulan data Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada mahasiswa tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran SILABUS Seklah : SMPN 2 CIAMIS Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Semester : 1 ( Satu ) Standar : Mendengarkan 1. Memahami lisan berbentuk paparan atau dialg hbi dan wisata 1.1 Mengidentifikasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah

Lebih terperinci

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 - Registrasi ulang dimulai sejak pukul 7.30 09.00. Jika Telat diharuskan untuk registrasi ulang di bagian sekretariat, dan akan berpengaruh

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan Bab 5 Ringkasan Skripsi Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan sendiri memiliki arti sebagai pedoman yang menyeluruh bagi kehidupan masyarakat yang memiliki budaya

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : 品詞というのはその語が文の中でどう使われているかで分類したものではなく ひとつひとつの語が潜在的な性質を調べて 日本語なら日本語の中にあるすべての語をグループ分けしたものです

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenangwenang

Lebih terperinci

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり Standar Kompetensi Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Sekolah. Kompetensi Dasar - Mengidentifikasikan waktu

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki

Bab 1. Pendahuluan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang Menurut Kodansha (1993:649-658) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah 377.781km². Menurut Danandjaja (1997:1), kepulauan Jepang terbentang di sepanjang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,. 1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs.,M.A. media_pembelajaran@yahoo.co.jp Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori

Lebih terperinci

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II SILABUS PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II TEAM PENYUSUN Dra. MELIA DEWI JUDIASRI, M.Hum., M.Pd. Drs. DEDI SUTEDI, M.A., M.Ed. DIANNI RISDA,

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal BAB 3 ANALISIS DATA Dalam Bab 3 ini, saya akan menjelaskan mengenai spesifikasi kuesioner dan validasi instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal kuesioner yang

Lebih terperinci

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) SKRIPSI Diajukan sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra WAETI

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Definisi kebudayaan dijelaskan oleh Tylor dalam Agus (2006 : 34) sebagai berikut:

Bab 2. Landasan Teori. Definisi kebudayaan dijelaskan oleh Tylor dalam Agus (2006 : 34) sebagai berikut: Bab 2 Landasan Teori 2.1. Konsep Kebudayaan Definisi kebudayaan dijelaskan oleh Tylor dalam Agus (2006 : 34) sebagai berikut: Keseluruhan hidup manusia yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Keigo Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang akan digunakan untuk menganalisis data. 2.1.1 Defenisi Keigo Menurut Hirabayashi, Hama (1988:1) dalam 外国人のため日本語例文

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin

Lebih terperinci

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengerti kepribadian bangsa Jepang, yakni dengan cara mempelajari

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna Bab 4 Simpulan dan Saran Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna figuratif yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan Vol.32 sebagai bahasa sasaran dan manga クレヨンしんちゃん

Lebih terperinci

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所

Lebih terperinci

BAB I. Pada perang dunia II tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan yang. setelah pasca perang dunia II diantaranya kekurangan pangan yang

BAB I. Pada perang dunia II tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan yang. setelah pasca perang dunia II diantaranya kekurangan pangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada perang dunia II tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan yang mengakibatkan perekonomian Jepang hancur. Adanya perubahan terjadi setelah pasca perang dunia

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Agama dan Kepercayaan Masyarakat Jepang

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Agama dan Kepercayaan Masyarakat Jepang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Agama dan Kepercayaan Masyarakat Jepang Setiap masyarakat dari berbagai negara di dunia memiliki kepercayaan terhadap agama, bahkan hal-hal mengenai agama diatur dalam undang-undang

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. mengikuti perkembangan di zaman modern sekarang ini. Selain menjalankan kehidupan

Bab 5. Ringkasan. mengikuti perkembangan di zaman modern sekarang ini. Selain menjalankan kehidupan Bab 5 Ringkasan Jepang merupakan salah satu negara maju di kawasan Asia yang berkembang pesat mengikuti perkembangan di zaman modern sekarang ini. Selain menjalankan kehidupan yang serba modern, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Bahasa Indonesia dikenal istilah kesusastraan. Kata kesusastraan merupakan bentuk dari konfiks ke-an dan susastra. Menurut Teeuw (Rokhmansyah, Alfian. 2014 :

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Dalam bab ini, penulis akan menguraikan landasan teori yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu teori hinshi 品詞, teori kandoushi 感動詞, dan teori iya い や. 2.1 Teori Hinshi 品詞 Masuoka dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam sebuah kehidupan bermasyarakat, saling berkomunikasi dan berinteraksi adalah hal yang selalu terjadi setiap saat. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pengertian agama menurut orang Indonesia lebih mengarah kepada agama Samawi,

Bab 2. Landasan Teori. Pengertian agama menurut orang Indonesia lebih mengarah kepada agama Samawi, Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Agama Dalam Masyarakat Jepang Pengertian agama bagi orang Jepang berbeda dengan orang Indonesia. Pengertian agama menurut orang Indonesia lebih mengarah kepada agama Samawi,

Lebih terperinci

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang. PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstrak Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE A. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah/Kode : Pengantar Bahasa Kode : MR 102 Bobot : 2 SKS Semester : 2 Jenjang : S-1 Dosen/Asisten : Drs. Mulyana

Lebih terperinci

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh. Kanji MORFOLOGI BAHASA JEPANG Pengantar Linguistik Jepang 7 April 2014 morfologi 形態論 けいたいろん Definisi Objek Kajian Morfologi merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Kepercayaan Agama Dalam Masyarakat Jepang

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Kepercayaan Agama Dalam Masyarakat Jepang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Kepercayaan Agama Dalam Masyarakat Jepang Di Jepang, mayoritas masyarakatnya menganut agama Buddha dan Shinto, dan setelah itu mayoritas terbanyak adalah Kristen yang mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prawiroatmodjo & Hoed (1997:115) dalam Dasar Dasar Linguistik Umum, menyatakan peranan bahasa sebagai berikut: Peranan bahasa dalam kehidupan manusia besar sekali.

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci : Tagata Jinja Hounen matsuri, kami

Abstraksi. Kata kunci : Tagata Jinja Hounen matsuri, kami Abstraksi Salah satu kebudayaan yang terus dipertahankan di Jepang hingga sekarang adalah matsuri. Tagata Jinja Hounen matsuri yang menjadi topik pembahasan skripsi ini memiliki keunikan yang terletak

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA Oleh: Juju Juangsih, M.Pd Abstraksi Penelitian ini menganalisis tentang kesalahan pembelajar bahasa Jepang dilihat

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran NAMA SEKOLAH : SMA NEGERI 1 KRIAN MATA PELAJARAN : BAHASA JEPANG MATERI POKOK : SALAM, UNGKAPAN dan HURUF KELAS / SEMESTER : X / I ALOKASI WAKTU : 6 Jam Pelajaran ( 6 x

Lebih terperinci

BAB 3 PENGGUNAAN KATA HAI DALAM KOMIK KOBO-CHAN

BAB 3 PENGGUNAAN KATA HAI DALAM KOMIK KOBO-CHAN BAB 3 PENGGUNAAN KATA HAI DALAM KOMIK KOBO-CHAN Komik-komik Kobo-Chan yang menjadi sumber data terdiri dari 7 seri komik. Dari ketujuh seri komik tersebut, 20 data akan dianalisis tujuan penggunaan kata

Lebih terperinci

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP:

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP: PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG Oleh : Amaliatun Saleha NIP: 19760609 200312 2 001 JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2006 ABSTRAK Salah

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan Bab 5 Ringkasan Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan dan menunjukkan keterkaitan dengan karya sastra yang terbit sebelumnya. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru dalam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = tatacara). Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen

Lebih terperinci

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III) ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III) Hargo Saptaji, Hani Wahyuningtias, Julia Pane, ABSTRAK Dalam Bahasa Jepang, partikel (joshi) sangat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Dikerjakan O L E H SUNITA BR PEMAKAIAN KATA (KABURU, KAKERU, HAKU, H KIRU, SURU) DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU U NO (KABURU, KAKERU, HAKU, KIRU, SURU) NO KOTOBA NO SHIYOU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. oleh tokoh ibu, yang tercermin melalui drama Freeter, Ie wo Kau. Dalam drama ini

Bab 3. Analisis Data. oleh tokoh ibu, yang tercermin melalui drama Freeter, Ie wo Kau. Dalam drama ini Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini, penulis akan menganalisis penyebab gangguan depresi yang dialami oleh tokoh ibu, yang tercermin melalui drama Freeter, Ie wo Kau. Dalam drama ini diceritakan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk berkomunikasi dalam pengungkapan gagasan atau perasaan yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk berkomunikasi dalam pengungkapan gagasan atau perasaan yang ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki peribahasa, peribahasa pada umumnya digunakan manusia untuk berkomunikasi dalam pengungkapan gagasan atau perasaan yang ingin diungkapkan

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Merupakan karya ilmiah yang saya susun di bawah bimbingan bapak Jonnie Rasmada Hutabarat, M.A., selaku Pembimbing I dan bapak Dr. Ari Artadi selaku Pembimbing II, tidak

Lebih terperinci

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 ノフィセチアワチ 0142012 マラナターキリスト教大学文学部日本語学科バンドン 2007 序論 苛めとは 弱い者を痛めつけることである 痛めつける方法は肉体的にも非肉体的つまり精神的によって為すことが出来る それにより 苛めを受ける人間は苦悩を味わうのである よく言われるように 日本の社会では集団が大きな役割を果しているのである 中根

Lebih terperinci

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 エマラマアジザ 1000878012 ビナヌサンタラ大学 文学部日本語科 2011 Angket Kemampuan Penggunaan Hyougen ~te aru ~ てある dan ~te oku ~ ておく Sumber soal adalah Kiso Hyougen 50 to Sono

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia 2.1.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang Menurut Fujisawa (1981) dalam bukunya yang berjudul Zusetsu

Lebih terperinci

SOAL PRE TEST. A. Pilihlah jawaban yang tepat untuk melengkapi kalimat di bawah ini! は に を ) やすみですか

SOAL PRE TEST. A. Pilihlah jawaban yang tepat untuk melengkapi kalimat di bawah ini! は に を ) やすみですか Lampiran I SOAL PRE TEST NIM : A. Pilihlah jawaban yang tepat untuk melengkapi kalimat di bawah ini! れいあした例 : 明日 授業 ( は に を ) やすみですか くうこう 1. 私は母とタクシー ( に を で ) 空港へ行きました はいたた 2. 歯 ( で は が ) 痛いですから 何も食べないです

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : X MIA 6 (kelas Eksperimen)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : X MIA 6 (kelas Eksperimen) LAMPIRAN 88 89 90 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas Semester : SMAN 1 Yogyakarta : Bahasa Jepang : X MIA 6 (kelas Eksperimen) : 2 (dua) Pertemuan ke : 1 dan 2 Alokasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Teori-teori Perkawinan dalam Masyarakat Jepang Sebelum Tahun 1946

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Teori-teori Perkawinan dalam Masyarakat Jepang Sebelum Tahun 1946 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Perkawinan dalam Masyarakat Jepang Sebelum Tahun 1946 Masyarakat Jepang memiliki adat istiadat perkawinan yang mungkin terlihat tidak umum bagi orang-orang dari negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meirina Andreany, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meirina Andreany, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika membicarakan objek, baik berupa benda maupun orang lain, kita mengenal kata tunjuk. Kata tunjuk dalam Bahasa Indonesia adalah kata ini dan itu. Dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi, Koentjaraningrat (1990) mengemukakan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi, Koentjaraningrat (1990) mengemukakan BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi, Koentjaraningrat (1990) mengemukakan bahwa, kebudayaan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada)

PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada) ABSTRAK PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada) Tia Martia, Metty Suwandany, Zainur Fitri, Irawati Agustine, Syamsul Bachri Jurusan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi, membantu manusia menyampaikan atau mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi, membantu manusia menyampaikan atau mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan objek penelitian linguistik. Dilihat dari fungsinya bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia, sebab bahasa sebagai alat komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempelajari bahasa kedua terjadi di seluruh dunia karena berbagai sebab seperti imigrasi, kebutuhan perdagangan dan ilmu pengetahuan serta pendidikan. Belajar bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pekerjaan kreatif yang obyeknya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pekerjaan kreatif yang obyeknya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk hasil pekerjaan kreatif yang obyeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Atar, 1993:8).

Lebih terperinci

FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO

FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra SKRIPSI LARAS BUDIARTI 2014110903 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang Dewasa Ini. Pengertian agama bagi orang Jepang berbeda dengan orang Indonesia. Pengertian agama bagi orang Indonesia lebih mengarah kepada

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Risanti Baiduri NIM :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara maju di Asia yang kedudukannya di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara maju di Asia yang kedudukannya di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara maju di Asia yang kedudukannya di dunia setingkat dengan negara-negara di Eropa dan Amerika. Letak geografis Jepang terletak di Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa karena bahasa merupakan alat penghubung atau alat untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan oleh manusia dalam kegiatannya sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2009/2010 JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III TEAM PENYUSUN HERNIWATI, S.PD.M.HUM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MINWA : GAMBARAN NILAI KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG

MINWA : GAMBARAN NILAI KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG MINWA : GAMBARAN NILAI KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG Yuliani Rahmah yuliani.rahmah@live.undip.ac.id Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract [Title: MINWA: The Reflection of Japanese society

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL POSTTEST. Kompetensi Dasar 毎日の生活

KISI KISI SOAL POSTTEST. Kompetensi Dasar 毎日の生活 KISI KISI SOAL POSTTEST Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Kelas / Semester : XII / 2 Alokasi Waktu : 10 Menit Jumlah Soal : 20 butir Penulis : Azka D. Nurilmatin N o Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi makhluk hidup di seluruh dunia. Fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada seseorang baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 4 KESIMPULAN Sebelumnya, telah dilakukan penelitian tentang realisasi penolakan dalam bahasa Jepang terhadap permohonan, penawaran, undangan, dan pemberian saran. Hasil penelitian-penelitian tersebut

Lebih terperinci