Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama"

Transkripsi

1 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama Menurut Yanagawa (1991 : 60), orang asing yang berada di negara Jepang, bila memikirkan tentang agama orang Jepang sangatlah membingungkan, apakah orang Jepang memiliki agama atau tidak atau orang asing yang pertama kali datang ke negara Jepang pada saat akhir tahun, mereka akan sangat terkejut karena, ada banyak sekali pohon natal yang dihiasi dengan sangat indah. Lalu pada tahun baru setelah pekerjaan mereka selesai, kebanyakan orang Jepang datang ke tempat suci untuk berdoa dan itu membuat orang asing terkejut kembali. Kebanyakkan dari mereka datang untuk berdoa di Kuil Meiji yang ada di kota Tokyo dan kuil Heian yang ada di kota Kyoto. Bukan hanya orang tua saja tapi para anak muda juga melakukan hal yang sama. Orang Jepang berpikir mengenai agama pada umumnya, bahwa itu semua terbentuk dari hubungan antar manusia. Contohnya pada saat kita bertanya pada orang Jepang agama seperti apa yang mereka percayai, Lalu kita akan mendapat jawaban seperti ini, agama yang kita percayai adalah agama yang di rumah atau lebih dikenal dengan nama Shinto lokal atau Shinto domestik. Hal tersebut sesuai dengan yang disebutkan Yanagawa (1991 : 67) sebagai berikut : 実は 一般の日本人が考える宗教は 人間系の上で成立しているろいえるかと思います たとえば我々は 何か宗教を信じていますか と訊かれたときに 個人としては信じていけれども家の宗教はこれこれです という答え方をよくします 10

2 Sebenarnya, pemikiran orang Jepang tentang agama adalah bahwa agama terbetuk dari hubungan antar manusia. Contohnya pada saat kita bertanya pada orang Jepang Agama seperti apa yang dipercayai, Secara individu, agama yang kita percayai adalah agama yang dirumah jawaban seperti itu sering kita temui. Keluarga Shinto murni, bagaimanapun juga, akan melakukan seluruh upacara dan pelayanan dengan gaya Shinto. Dalam perkawinan, mereka tidak mempersoalkan agama. Perkawinan antar agama apapun bisa dengan mudah terjadi. Seseorang yang beragama Budha bisa menikah dengan penganut Shinto atau penganut Kristen atau sebaliknya. Begitu pula dalam menyelenggarakan akad nikah mereka dengan bebas memilih cara yang mereka ingini. Apakah dengan cara Shinto di jinja (kuil Shinto) atau dengan cara Budha di tera (kuil Budha) atau di kyokai (gereja), namun saat kematian biasanya mereka meminta bantuan tera (kuil Budha), karena di kuil Shinto tidak menerima penyelenggaraan kematian. Banyak yang mengatakan bahwa orang Jepang itu tidak beragama. Tapi jika di lihat dalam kehidupan sehari-harinya, sangatlah sulit untuk mengatakan orang Jepang itu tidak beragama. Misalnya, dalam setahun saja berbagai matsuri diselenggarakan, ziarah ke makam pada saat obon atau dikenal juga dengan istilah Bon no Hakamairi ( 盆の墓参り ). Pada saat tahun baru mengunjungi jinja (kuil Shinto) yang biasa disebut dengan Hatsumode ( 初詣 ). Lalu pada saat ada yang meninggal mereka melaksanakan upacara kematian di tera (kuil Budha). Pada saat musim ujian, orang tua beramai-ramai mengunjungi jinja, berdoa agar anaknya bisa lulus ujian atau bisa masuk perguruan tinggi yang diinginkan. Pada bulan Desember, Natal pun tidak ketinggalan untuk dirayakan. Tidak bisa disanggah lagi bahwa kehidupan orang Jepang itu erat dengan ritual 11

3 keagamaan. Orang Jepang pada umumnya jarang sekali mengakui kalau dirinya itu beragama Budha atau beragama Shinto ataupun agama lainnya. Kebanyakan bilang saya tidak beragama. Menurut mereka aktivitas itu seperti menyelengarakan matsuri, dan mengunjungi jinja bukanlah sebuah ritual agama, tapi tidak lebih dari sekedar tradisi saja. Menurut Gakken (1990), kepercayaan orang Jepang merupakan yang paling kompleks di dunia karena keterbukaannya pada semua agama, seperti yang terlihat pada kunjungan ke kuil Shinto pada tahun baru, pergi ke kuil Budha pada musim semi dan pada musim gugur untuk mengunjungi kuburan keluarga, dan kebiasaan membuat kue dan hadiah pada saat natal. Pada saat shi-chi-go-san masyarakat Jepang pergi ke kuil Shinto setempat, pada upacara pernikahan biasa dilaksanakan di gereja Kristen, dan pada upacara pemakaman kebanyakan dilakukan dalam upacara agama Budha. 2.2 Konsep Budaya Menurut Koentjaraningrat (1990 : 181), kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Kata budaya di sini hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari kebudayaan dengan arti yang sama. Masih menurut Koentjaraningrat (1990 : 186), kebudayaan mempunya tiga wujud, yaitu : 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, norma-norma, nilai-nilai, peraturan-peraturan, dan sebagainya. 12

4 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada di dalam kepala-kepala, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan itu hidup. Contohnya, kalau warga masyarakat menyatakan gagaan dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal sering berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis masyarakat tersebut. Wujud kedua dari kebudayaan yang disebut sistem sosial, mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan yang lain menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik, dan tidak memerlukan banyak penjelasan. Karena berupa seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat, maka sifatnya paling konkret, dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, di lihat dan di foto (Koentjaraningrat, 1990 : ). 2.3 Teori Ritual Ritual adalah segala yang dihubungkan atau disangkutkan dengan upacara keagamaan, seperti ritual dances, ritual laws. Dalam antropologi, upacara ritual dikenal dengan istilah ritus. Ritus dilakukan ada yang untuk mendapatkan berkah atau rejeki yang 13

5 banyak dari suatu pekerjaan, seperti upacara sakral ketika akan turun ke sawah, ada untuk menolak bahaya yang telah atau diperkirakan akan datang, ada upacara mengobati penyakit, ada untuk mengucapkan terima kasih kepada Tuhan atau dewa, ada upacara karena perubahan atau siklus dalam kehidupan manusia, seperti pernikahan, mulai kehamilan, kelahiran (Gustanudin, 2006 : 96-97). 2.4 Konsep Shinto Shinto terdiri dari dua kanji, yaitu Shin ( 神 ) atau disamakan dengan istilah kami yang berarti Tuhan dan To ( 道 ) yang disamakan dengan istilah michi yang berarti jalan. Shinto tidak memiliki kitab suci resmi yang dapat dibandingkan dengan bacaan seperti Injil atau Qur an. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ono (1998 : 3) sebagai berikut : Unlike Buddism, Christianity, and Islam, Shinto has neither a founder, such as Gautama the Enlightened one, Jesus the Messiah, or Mohammed the Prophed ; nor does it have scared scriptures, such as the Sutra s of Buddism, the Bible, or the Qur an. Tidak seperti Budha, Kristen, dan Islam, Shinto tidak memiliki penemu, seperti Gautama Sang Pencerah, Yesus Kristus Sang Penyelamat, atau Nabi Muhammad, dan juga tidak memiliki kitab suci, seperti Sutra dalam Budha, Alkitab, atau Al Qur an. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Shinto merupakan kepercayaan masyarakat Jepang itu sendiri, tidak seperti yang dikenal dalam ajaran Budha Gautama dalam agama Budha dan juga ajaran Yesus dalam ajaran Kristen (Ono, 1998 : 3). Dalam Shinto to Nihon Bunka (2006 : 13-14), arti Shinto adalah : 14

6 神道という現象については たとえばお祭りをしてきたとか 神社に祈っ てきたとか 神社の神様の前でご祈祷をするとか 神様についての物語が 書かれている神道古典であるとか あるいは神道について言葉で説明した 新党思想家たちの考えていたことといった 神道の歴史を材料にして考え るしかない Yang dimaksud dengan Shinto yaitu, seperti melaksanakan perayaan dengan mengunjungi kuil Shinto, memanjatkan doa di depan dewa-dewa yang ada di kuil, cerita mengenai dewa-dewa yang ditulis dalam catatan kuno Shinto, atau penjelasan para sejarahwan Shinto mengenai Shinto. Dapat dikatakan penjelasan tersebut merupakan sejarah Shinto yang dimaterikan. Cerita kuno yang disebut Kojiki ( 古事記 ) dan Nihon Shoki ( 日本初期 ) dianggap sebagai buku keramat Shinto. Buku tersebut ditulis pada tahun 712 dan 720 sesudah Masehi, dan merupakan kompilasi atau kumpulan tradisi, mitos, serta upacara-upacara Shinto kuno. Buku tersebut juga merupakan buku mengenai sejarah, topografi, dan kesusastraan Jepang kuno (Ono, 1998 : 10-11). Shinto sudah lama dianggap sebagai unsur penting dalam keagamaan di Jepang yang membuatnya berbeda dan spesial. Kuroda (1993 : 7), mengungkapkan mengenai pandangan orang terhadap Shinto adalah sebagai berikut : The common person s view of Shinto usually includes the following assumptions : Shinto bears the unmistakable characteristics of a primitive religion, including nature worship and taboos agains kegare (impurities), but it has no system of doctrine; it exists in diverse forms as folk belief. Pandangan orang secara umum mengenai Shinto biasanya meliputi asumsi berikut ini : Shinto memiliki karakteristik yang paling benar dari kepercayaan kuno, termasuk menyembah alam dan tabu terhadap kegare atau ketidaksucian, namun Shinto tidak memiliki sistem pengajaran atau doktin. Shinto muncul dari kepercayaan rakyat dalam bentuk yang bermacam-macam. Ciri-ciri dari Shinto adalah adanya pengorganisasian yang baik, contohnya susunan upacaranya, organisasi, dan kuil-kuilnya. Shinto juga memainkan peranan yang penting 15

7 dalam mitologi Jepang kuno dan menjadi dasar dalam penyembahan nenek moyang atau leluhur dan Kaisar. Singkatnya Shinto dianggap sebagai kepercayaan asli agama Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tidak terputus dari zaman pra sejarah hingga saat ini (Kuroda 1993 : 7). Menurut Ono (1998 : 22-31), pada jalan masuk ke kuil Shinto biasanya terdapat gerbang yang dinamakan torii. Torii merupakan sebuah pintu khusus untuk para dewa. Di zaman dulu torii digunakan sebgaai pintu gerbang biasa. Tapi pada saat ini penggunaan torii terbatas, yaitu hanya digunakan di lingkungan kuil, lingkungan istana, dan beberapa kuburan. Torii terdiri dari dua tiang dan dua palang. Gerbang tersebut adalah sebagai pembatas untuk memisahkan kehidupan dunia dan kehidupan kami. Biasanya ada dua hewan penjaga atau disebut komainu ( 狛犬 ) yang ditempatkan di masing-masing sisi gerbang dan hewan tersebut menjaga pintu masuk Shinto. Banyak orang lebih mengenal torii yang dapat diartikan sebagai pintu gerbang menuju tempat suci Shinto, dan beberapa diantaranya berpengaruh pada hiasan hiasan yang unik yang menghiasi langit langit atau atap tempat suci itu atau disebut shimenawa ( 注連縄 ). Gambar 2.3 : Torii Sumber: 16

8 Gambar 2.4 : Shimenawa Sumber : Gambar 2.5 : Komainu Sumber : Ono (1998 : 24-25) mengatakan bahwa peralatan yang dipergunakan dalam upacara Shinto adalah haraigushi, spanduk, dan pedang. Haraigushi yaitu sebuah tongkat atau juga terkadang ranting pohon sakaki (cemara) yang disekelilingnya dipenuhi dengan kertas panjang dan digunakan sebagai alat penyucian dalam Shinto, spanduk sebagai 17

9 simbol kehadiran kami, dan pedang yang berfungsi sebagai tanda kekuatan kami untuk memberikan keadilan dan kedamaian. Dalam upacara Shinto, terdapat pula alat musik yang turut serta dipergunakan sebagai pelengkap. Dalam suatu perayaan atau upacara biasanya terdapat acara pengisi sebelum acara utama dimulai. Acara pengisi tersebut berupa tari-tarian, musik, dan nyanyian tradisional. Acara ini disebut gagaku. Peralatan musik yang dipergunakan adalah uchi-mono (gong), taiko (drum), sankan yang didalamnya terdapat tiga jenis alat musik tiup seperti fue (sejenis suling dengan enam lubang), sho ( sejenis angklung, terbuat dari bambu yang berjumlah tujuh belas tabung), dan hichikiri (sejenis suling dengan sembilan lubang), serta suzu atau rebana (Picken 1994 : 183). Omikoshi adalah kuil yang dapat diangkut dan dipindah-pindahkan, dapat dikategorikan sebagai peralatan yang digunakan dalam upacara atau perayaan Shinto. Ada juga omikoshi yang dapat ditarik, dikenal dengan nama yatai atau dashi. Omikoshi, yatai atau dashi ini dapat ditarik atau diangkat oleh para peserta upacara (Picken 1994 :179). Shinto juga mengenal beberapa warna yang dianggap sebagai pembawa keberuntungan seperti warna merah dan warna putih. Warna merah dianggap dapat mengusir roh jahat dan penyakit. Di Jepang, warna merah juga dianggap sebagai simbol dari kebaikan dan kejahatan, persimpangan antara surga dan neraka, kematian dan kehidupan, sehingga pda akhirnya dikatakan bahwa warna merah tidak hanya simbol dari kejahatan dan penyakit saja melainkan juga sebagai simbol kesembuhan, kesuburan, dan juga kelahiran. Sedangkan, warna putih, di Jepang merupakan simbol dari kesucian, sekaligus merupakan warna suci yang melambangkan para dewa (Schumacher,2007). 18

10 Menurut Ono (1998 : 12-15), jenis-jenis Shinto adalah : a. Shinto Kuil Merupakan jenis Shinto tertua dan paling umum dalam hubungannya terhadap kepercayaan kepada dewa. Diperkirakan sudah ada lebih dari 8000 kuil Shinto di Jepang. b. Shinto Sekte Terdiri dari 13 kelompok yang terbentuk pada abad ke-19. Shinto Sekte ini tidak mempunyai kuil-kuil, tetapi mempunyai kegiatan religius dibalai pertemuan. c. Kuil Ise Kuil Ise adalah kuil yang ditujukan kepada Amaterasu no Omikami atau dewi matahari di Jepang. d. Shinto Populer Merupakan hasil dari berbagai ide dan kebudayaan yang dihubungkan dengan kepercayaan primitif selama berabad-abad lamanya dan berfikir secara tradisional. Biasanya disebut dengan folk Shinto atau kepercayaan populer. e. Shinto Lokal atau Shinto domestik Merupakan kegiatan keagamaan yang dilakukan di kamidana ( 神棚 ) atau yang disebut altar Shinto yang terdapat di dalam rumah. f. Shinto Kekaisaran Merupakan nama yang diberikan kepada tatacara upacara religius yang dilaksanakan di tiga kuil yang berada di halaman istana yang biasanya digunakan khusus untuk keluarga Kekaisaran. 19

11 g. Shinto Negara Shinto Negara merupakan gabungan dari Shinto Kekaisaran dan juga Kuil Ise. Dalam ajaran Shinto dikenal adanya kami atau dewa. Adapun yang dimaksud dengan kami menurut Ono (1998 : 6) adalah : Kami are the object of worship in Shinto. What is meant by kami. Fundamentally, the term is an honoric for noble, sacret spirits, which implies a sense of adocation for their virtues and authority. Kami merupakan objek penyembahan dalam kepercayaan Shinto. Apakah yang disebut dengan kami. Pada dasarnya, istilah kami adalah sebuah sebutan kehormatan bagi kaum bangsawan, sebuah semagat suci yang menyatakan rasa penyembahan untuk kebaikan dan penyembahan kami. Picken (1994: ), menggolongkan kami menjadi dua bagian utama dimana bagian-bagian tersebut terdapat beberapa kelompok kami sebagai berikut : 1. Kami yang terdapat dalam mitologi Jepang adalah a. Amatsu no kami (dewa surga atau langit) yang diketuai oleh Amaterasu no Omikami yang bertempat di kuil Ise. b. Kumitsu no kami (dewa bumi) yang diketuai oleh Saruta Hito no Mikoto. 2. Kami yang tidak terdapat dalam mitologi Jepang adalah a. Kami yang berkaitan dengan fenomena alam, seperti para dewa yang memiliki hubungan dengan kejadian-kejadian alam. Contohnya dewa angin, dewa api, dewa air, dan lain sebagainya. b. Kami yang dikaitkan dengan sejarah personal. Berhubungan dengan orang-orang penting sepanjang sejarah yang kemudian namanya diabadikan sebagai dalam bentuk kuil. 20

12 c. Kami yang berkaitan dengan asal politik. Dewa utama dalam kategori ini adalah Hachiman. d. Kami yang berhubungan dengan perdagangan, kemakmuran. Yang paling terkenal adalah Inari yaitu dewa yang mempunyai wujud berupa rubah. Selain itu juga terdapat Sichi-fuku-jin atau tujuh dewa keberuntungan. Tidak semua dewa Sichifuku-jin ini merupakan dewa-dewa dalam Shinto, namun masyarakat Jepang tetap menggolongkannya sebagai dewa. Pye (1996), mengatakan bahwa objek utama dalam pemujaan Shinto adalah para dewa yang dikenal dengan kami. Kami memiliki tiga kriteria sebagai berikut : 1. Kami tidak memiliki wujud sendiri. Biasanya untuk menunjukan keberadaan mereka, mereka harus dipanggil atau dibujuk untuk hadir dalam bentuk yang sesuai, bentuk ini dikenal dengan nama yorishiro. Yorishiro biasanya memiliki bentuk yang panjang dan tipis. Kayu, tongkat, dan spanduk adalah yang paling lazim digunakan. 2. Kami dikatakan tidak memiliki moral, mereka dalah kekuatan yang merespon setiap tingkah laku manusia dalam komunitas berdasarkan perlakuan yang mereka terima. Dengan memperlakukan mereka dengan baik, seperti memberikan persembahan dengan ritual yang pantas, maka mereka akan memberikan panen yang berhasil, perlindungan dari segala macam bencana. Namun, dengan menelantarkan mereka, maka mereka akan memberikan kutukan atau tatari. 3. Kami memiliki dunia sendiri, namun mereka dapat dipanggil untuk datang kedunia manusia dalam berbagai kesempatan. Sebagai contoh, dengan adanya musik dan 21

13 tarian dalam matsuri, serta kata-kata magis, kami meninggalkan dunia mereka dan datang ke jinja setempat. kami dihibur, dimintai berkat, atau diberi pertanyaan sebelum kami kembali ke dunia mereka. 2.4 Konsep Matsuri Matsuri disebut juga girei atau gyouji. Menurut Yanagita dalam Madubrangti (2008 : 22), matsuri pada hakikatnya adalah kegiatan yang diyakini atau dipercayai oleh masyarakat Jepang sebagai ritual terhadap pemujaan kepada leluhur dan kepada alam semesta. Orang memohon dan memanjatkan rasa syukur atas kemakmuran, kesejahteraan dan keselamatan yang diperolehnya. Setiap matsuri mengandung berbagai makna yang disampaikan di dalam kehidupan suatu masyarakat. Kepercayaan dan keyakinan orang Jepang tersebut diekspresikan dalam kegiatan yang disakralkan. Kegiatan ini terus berlangsung dalam kehidupan orang Jepang sebagai sesuatu pementasan yang disebut matsuri (Madubrangti, 2008 : 21). Matsuri dilaksanakan untuk menghindari malapetaka dan pada saat dilangsungkan matsuri juga diadakan upacara. Hal ini membuat semua orang bersenang-senang. Semua orang merayakannya dengan penuh gembira sebagai salah satu bentuk hormat mereka (Yanagawa, 1991 : 81). Matsuri merupakan upacara yang mendatangkan dewa untuk mendekatkan diri pada dewa dengan menyajikan sajian suci yang dilakukan oleh Pendeta Shinto dan merupakan perwujudan kepercayaan orang Jepang yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-harinya. Pada umumnya orang Jepang melakukan matsuri sebagai jalan dewa. 22

14 Tanpa matsuri tidak ada jalan lain menuju dewa. Mengenai hal ini Yanagita dalam Sutanto (2007 : 31) mengatakan sebagai berikut : 祭りは国民信仰の いうわばただ一筋の飛石であった この筋をあるいていくより他にはこれ神え道 すなわち神ながらの道というものを 究めることはできなかったわけである Matsuri merupakan suatu batu loncatan atau jalan menuju kepercayaan suatu bangsa. Tidak ada jalan lain menuju jalan dewa, kecuali menempuh satusatunya jalan ini. Masyarakat Jepang akan melaksanakan salah satu dari kegiatan matsuri ini secara periodik baik tua maupun muda. Melalui matsuri ini masyarakat Jepang dapat merasakan akan kehadiran dewa dalam kehidupan. Menurut Yanagita dalam Sutanto (2006 : 5), matsuri dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu ninigirei, nenchugyoji, dan tsukagirei. Kategori pertama, ninigirei, adalah matsuri yang diselenggarakan secara aksidental dan tidak semua orang mengalami atau melakukannya. Ninigirei merupakan kegiatan matsuri yang dilakukan jika seseorang telah berhasil mencapai sebuah pencapaian tertentu seperti tujuan agar terhindar dari segala kemalangan, atau lulus sekolah, mendapat pekerjaan, dan sebagainya. Kategori kedua, nenchugyouji, adalah matsuri yang diselenggarakan menurut kalender penanggalan dan dilakukan secara periodik setiap tahunnya. Salah satu tipe nenchugyoji yang paling terkenal adalah hatsumode. Hatsumode adalah upacara mengunjungi kuil untuk pertama kali pada saat tahun baru dan berdoa supaya tahun ini menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya. 23

15 Kategori ketiga, tsukagirei, adalah matsuri yang diselenggarakan oleh orang Jepang sepanjang hidup yang ia lakukan, mulai dari kelahiran sampai kematian atau bisa juga disebut dengan upacara peralihan. Upacara peralihan adalah upacara keagamaan yang berhubungan dengan tahap penting di dalam kehidupan manusia untuk melewati krisis yang menentukan dalam setiap tahap kehidupannya. Upacara tsukagirei dimulai ketika usia kandungan lima bulan, ditandai dengan penggunaan obi iwai, yaitu sabuk khusus yang dibeli di kuil. Setelah itu dikenal pula upacara hatsu miyamairi yaitu upacara mengunjungi kuil untuk pertama kali dan biasa dilakukan pada hari ke-23 bagi bayi lakilaki dan hari ke-30 bagi bayi perempuan. Kemudian pada usia ke-20 tahun para remaja Jepang akan mengikuti seijin no hi (hari kedewasaan) pada tanggal 15 Januari. Upacara tsukagirei yang terakhir adalah upacara kematian seseorang. Menurut Ono (1998:51-52), ada empat unsur penting dalam matsuri: a.monoimi(penyucian) Monoimi adalah penyucian yang harus dilakukan ketika akan melaksanakan matsuri. Monoimi biasanya dilakukan oleh para Toya, yaitu pemimpin upacara ritual dalam matsuri itu sebagai orang yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan matsuri. Monoimi diadakan dengan maksud untuk membersihkan diri dari dosa dan hal-hal yang bersifat kotor dalam diri manusia. Monoimi terbagi atas tiga. Menurut Picken (1994 : 172) terdapat tiga bentuk cara penyucian, yaitu : 1. Harai Harai merupakan penyucian yang dilakukan oleh pendeta dengan menggunakan harai-gushi (sebuah tongkat yang ditempelkan kertas putih yang berbentuk zig-zag). 24

16 Harai-gushi tersebut dilambaikan pada tempat atau orang yang menginginkan penyucian. 2. Misogi Misogi merupakan penyucian dengan menggunakan air. Misogi dapat dilakukan dengan cara mengambil air dengan tangan atau ember kecil atau dengan cara berdiri dibawah air terjun. Schumacher (2007) juga mengatakan bahwa air digunakan sebagai salah satu bentuk penyucian. Hal ini dikarenakan bahwa air dianggap sebagai air mata dewa sehingga memiliki kekuatan yang besar untuk mengusir roh jahat. Api, garam, dan sake (arak beras khas Jepang) juga digunakan sebagai alat penyucian atau oharai. Dalam ritual upacara Shinto, pemercikan yang menggunakan air ini disebut dengan misogi. 3. Imi Imi merupakan penyucian dengan cara menghindari kata-kata atau tindakan tertentu, seperti larangan penggunaan kata-kata kiru dan deru pada hari pernikahan. b. Shinzen (Persembahan Sesajian) Shinzen adalah sesajian yang diadakan untuk persembahan kepada dewa. Sesajian yang paling umum adalah kue mochi, arak (sake), ganggang laut, sayur-sayuran, buahbuahan, serta bunga-bunga petik. Menurut Picken (1994 : 183), ada empat jenis persembahan pada umumnya yakni : 1. Uang Persembahan uang biasanya dilakukan dengan melempar koin ke dalam kotak persembahan di depan dekat altar atau dengan menyumbangkan dana untuk kepentingan kuil. 25

17 2. Makanan dan Minuman Persembahan makanan berupa makanan yang belum dimasak maupun yang sudah dimasak. Persembahan ini berupa makanan kesukaan dari kami yang dihormati sebagai orang yang bersejarah. 3. Barang Berbagai macam benda yang hebat termasuk ke dalam persembahan ini, seperti kertas zaman dulu, kain sutra atau katun, senjata, bahkan alat pertanian. Di beberapa kuil terdapat pula persembahan berupa hewan. 4. Kegiatan simbolis Berbagai macam hiburan, seperti tarian, drama, gulat, dan panahan juga dianggap sebagai persembahan kepada kami. Musik dan tarian juga bertujuan untuk memberikan hiburan kepada kami tetapi para pemuja juga dapat menikmatinya. Berbagai hiburan itu disebut juga dengan gagaku yang sering ditampilkan pula di berbagai matsuri. Berikut ini adalah penjelasan mengenai musik dan tarian dalam Shinto (Picken, 1994 : 178) : Music and dance include several separate forms that are arts in their own right. Kagura is a classical Japanese dance performed by shrine maidens (miko). Dance have a central place in Japanese religion, it was a dance that enticed Amaterasu out of cave. To the music of fue and the rhythm of drumbeats, the lion performs a sequence of dance. Musik dan tarian termasuk beberapa bentuk yang terpisah yang memiliki unsur keseniannya sendiri. Kagura adalah sebuah tarian Jepang yang dipertunjukkan oleh gadis perrawan kuil (miko). Tari-tarian ini mempunyai bagian penting dalam agama orang Jepang. Tarian tersebut adalah tairan yang menarik Amaterasu untuk keluar dari gua. Seiring dengan alunan musik fue dan irama gendang, tarian singa mempertunjukkan rangkaian tariannya. 26

18 c. Norito (Doa) Norito adalah doa-doa yang dibacakan oleh seorang kannushi (pendeta Shinto) dengan menggunakan gaya bahasa Jepang kuno untuk menjelaskan kepada dewa tentang arti dan alasan dalam mengadakan matsuri. Isi doa-doa tersebut adalah mengungkapkan rasa terima kasih kepada dewa serta memohon kepada dewa dengan tujuan untuk meminta kesejahteraan atau perlindungan kepada dewa. d. Naorai (Jamuan Suci) Naorai adalah jamuan makan bersama para peserta matsuri yang dilakukan pada akhir upacara Shinto. Makanan yang dimakan adalah sesajian yang telah disediakan bagi para dewa dan sudah di doakan oleh kannushi (pendeta Shinto). 2.5 Konsep Jidai Matsuri Dalam Masaaki (2007 : 208), dijelaskan bahwa Jidai matsuri yang diadakan setiap tahun pada tanggal 22 Oktober, termasuk salah satu dari tiga matsuri terbesar di Kyoto selain Aoi matsuri dan Gion matsuri. Matsuri ini mulai diselenggarakan pertama kali pada tahun 1895 dan dilangsungkan di Heian Jingu (kuil Heian) yang diperkirakan sudah berusia sekitar 1200 tahun. Jidai matsuri di Kyoto dirayakan sebagai tanda terima kasih kepada Kaisar Kammu dan Kaisar Komei sebagai kaisar pertama dan kaisar terakhir yang memerintah Kyoto karena telah membangun Heian Jingu pada tahun 1895 dan untuk memperingati 1100 tahun perpindahan ibu kota Jepang dari Nara ke Kyoto oleh masyarakat kota Kyoto. Parade matsuri ini dimulai dari Kyoto Gosho (istana kekaisaran Kyoto) dan berakhir di Heian Jingu (kuil Heian). Lebih kurang pukul 14.30, iring-iringan parade akan mulai melalui torii (gerbang) raksasa yang berada lebih kurang 200 m di 27

19 selatan Heian Jingu. Iring-iringan yang pertama kali melintas dikenal dengan sebutan Jidai Gyoretsu lalu iring-iringan berikutnya terdiri dari satu kelompok ibu-ibu berkimono biru-putih membawakan tarian pembuka untuk menyambut iring-iringan parade selanjutnya sekaligus mengawali perjalanan parade ini memasuki Heian Jingu. Tidak lama kemudian satu per satu kelompok parade mulai melintas. Kelompok yang menggambarkan ksatria dan pasukan kerajaan pada era Restorasi Meiji adalah yang pertama melintas, kemudian diikuti oleh kelompok yang mewakili Periode Edo dan seterusnya. Ada juga kelompok yang menggambarkan pelaksanaan upacara-upacara, seperti Yamaguni Tai (upacara menembak), Shinko-Retsu (prosesi kereta suci), dan Hanagyoretsu (prosesi wanita pembawa bunga) sebagai upacara persembahan untuk kami atau dewa. Kyuusen Gumi (pasukan pemanah) menjadi penutup barisan panjang Jidai matsuri kota Kyoto ini. Semua itu dirayakan selama lebih dari 1000 tahun. 28

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat dalam Jidai matsuri, berdasarkan empat unsur penting dalam matsuri yang sesuai dengan konsep Shinto. Empat

Lebih terperinci

Ucapan Terima Kasih. dapat mnyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Pengaruh Shinto dalam Jidai

Ucapan Terima Kasih. dapat mnyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Pengaruh Shinto dalam Jidai Ucapan Terima Kasih Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat rahmat-nya lah, maka saya dapat mnyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Pengaruh Shinto dalam Jidai Matsuri di Kyoto. Skripsi

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri

Bab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri Tagata Jinja Hounen matsuri merupakan sebuah festival yang diadakan di Tagata Jinja yang terletak di

Lebih terperinci

Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri, untuk dianalisis.

Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri, untuk dianalisis. Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis unsur Shinto Oharai dalam Sanja Matsuri Saya akan membagi analisis Sanja Matsuri melalui empat unsur Shinto, yaitu Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri,

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci : Tagata Jinja Hounen matsuri, kami

Abstraksi. Kata kunci : Tagata Jinja Hounen matsuri, kami Abstraksi Salah satu kebudayaan yang terus dipertahankan di Jepang hingga sekarang adalah matsuri. Tagata Jinja Hounen matsuri yang menjadi topik pembahasan skripsi ini memiliki keunikan yang terletak

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama

Bab 2. Landasan Teori Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama Bab 2 Landasan Teori 2.1. Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama Menurut Danandjaja (1997 : 165), sebelum mulai menguraikan agama-agama besar yang telah mempengaruhi Jepang, ada baiknya dijelaskan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah

Bab 5. Ringkasan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah Bab 5 Ringkasan Menurut Kodansha (1993:649-658) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah 377.781km². Menurut Danandjaja (1997:1), kepulauan Jepang terbentang di sepanjang timur laut hingga

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang memiliki kekayaan teknologi yang berkembang pesat dikarenakan adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan Bab 5 Ringkasan Skripsi Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan sendiri memiliki arti sebagai pedoman yang menyeluruh bagi kehidupan masyarakat yang memiliki budaya

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Agama dan Kepercayaan Masyarakat Jepang

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Agama dan Kepercayaan Masyarakat Jepang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Agama dan Kepercayaan Masyarakat Jepang Setiap masyarakat dari berbagai negara di dunia memiliki kepercayaan terhadap agama, bahkan hal-hal mengenai agama diatur dalam undang-undang

Lebih terperinci

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia

Lebih terperinci

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Definisi kebudayaan dijelaskan oleh Tylor dalam Agus (2006 : 34) sebagai berikut:

Bab 2. Landasan Teori. Definisi kebudayaan dijelaskan oleh Tylor dalam Agus (2006 : 34) sebagai berikut: Bab 2 Landasan Teori 2.1. Konsep Kebudayaan Definisi kebudayaan dijelaskan oleh Tylor dalam Agus (2006 : 34) sebagai berikut: Keseluruhan hidup manusia yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Kebudayaan didefinisikan oleh Suparlan (1997: ) sebagai pedoman menyeluruh bagi

Bab 2. Landasan Teori. Kebudayaan didefinisikan oleh Suparlan (1997: ) sebagai pedoman menyeluruh bagi Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Budaya Kebudayaan didefinisikan oleh Suparlan (1997:102-103) sebagai pedoman menyeluruh bagi kehidupan sebuah masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut. Ia berkata: kebudayaan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisi Jepang ada satu tradisi yang dapat mengangkat pamor pariwisata negeri

BAB I PENDAHULUAN. tradisi Jepang ada satu tradisi yang dapat mengangkat pamor pariwisata negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia dan kaya akan kebudayaan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat dan kemajuan media informasi,

Lebih terperinci

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ. (Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.

Lebih terperinci

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,. 1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs.,M.A. media_pembelajaran@yahoo.co.jp Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. institusional penting yang melengkapi keseluruhan sistim sosial. Akan tetapi masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI. institusional penting yang melengkapi keseluruhan sistim sosial. Akan tetapi masalah 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Religi Dalam masyarakat yang sudah mapan, agama merupakan salah satu struktur institusional penting yang melengkapi keseluruhan sistim sosial. Akan tetapi masalah agama

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat Bab 5 Ringkasan Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat perayaan-perayaan ataupun festival yang diadakan setiap tahunnya. Pada dasarnya, perayaan-perayaan yang ada di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang yang oleh penduduknya sendiri disebut Nippon atau Nihon merupakan negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: 649-658). Barisan pulau-pulau

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM 0911120068 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak

Bab 5. Ringkasan. kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak Bab 5 Ringkasan Agama Shinto merupakan salah satu agama tertua dan dianggap sebagai kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak terputus dari zaman pra sejarah sampai

Lebih terperinci

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) SKRIPSI Diajukan sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra WAETI

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran SILABUS Seklah : SMPN 2 CIAMIS Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Semester : 1 ( Satu ) Standar : Mendengarkan 1. Memahami lisan berbentuk paparan atau dialg hbi dan wisata 1.1 Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang (Nippon/Nihon) secara harfiah memiliki arti asal-muasal matahari

BAB I PENDAHULUAN. Jepang (Nippon/Nihon) secara harfiah memiliki arti asal-muasal matahari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belaakang Masalah Jepang (Nippon/Nihon) secara harfiah memiliki arti asal-muasal matahari adalah sebuah negara di Asia Timur yang terletak di benua Asia di ujung barat Samudera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi, Koentjaraningrat (1990) mengemukakan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi, Koentjaraningrat (1990) mengemukakan BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi, Koentjaraningrat (1990) mengemukakan bahwa, kebudayaan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenangwenang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA 2012110024 FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2016 i HALAMAN PERNYATAAN

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai Agama dan Tradisi di Jepang dalam Buku Panduan Jepang (1996)

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai Agama dan Tradisi di Jepang dalam Buku Panduan Jepang (1996) Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Agama Menurut Masyarakat Jepang Mengenai Agama dan Tradisi di Jepang dalam Buku Panduan Jepang (1996) disebutkan bahwa pada umumnya orang Jepang adalah penganut agama Shinto,

Lebih terperinci

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP:

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP: PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG Oleh : Amaliatun Saleha NIP: 19760609 200312 2 001 JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2006 ABSTRAK Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh

Lebih terperinci

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Dikerjakan O L E H SUNITA BR PEMAKAIAN KATA (KABURU, KAKERU, HAKU, H KIRU, SURU) DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU U NO (KABURU, KAKERU, HAKU, KIRU, SURU) NO KOTOBA NO SHIYOU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Lebih terperinci

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang. PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstrak Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengerti kepribadian bangsa Jepang, yakni dengan cara mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Kepercayaan Agama Dalam Masyarakat Jepang

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Kepercayaan Agama Dalam Masyarakat Jepang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Kepercayaan Agama Dalam Masyarakat Jepang Di Jepang, mayoritas masyarakatnya menganut agama Buddha dan Shinto, dan setelah itu mayoritas terbanyak adalah Kristen yang mulai

Lebih terperinci

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Merupakan karya ilmiah yang saya susun di bawah bimbingan bapak Jonnie Rasmada Hutabarat, M.A., selaku Pembimbing I dan bapak Dr. Ari Artadi selaku Pembimbing II, tidak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ada beberapa pengertian budaya menurut beberapa ahli salah satu diantaranya

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ada beberapa pengertian budaya menurut beberapa ahli salah satu diantaranya BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Budaya 2.1.1 Pengertian budaya Ada beberapa pengertian budaya menurut beberapa ahli salah satu diantaranya adalah tokoh terkenal Indonesia yaitu Koentjaraningrat. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto sudah

Bab 1. Pendahuluan. Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto sudah Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto sudah ada sejak awal sejarah Jepang dan terus berlanjut hingga sekarang. Agama Budha masuk ke

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Giri dan Ninjou Dalam Urashima Tarou Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Tarou dalam Nihon Ohanashi Meisakuzensyuu 2 Urashima Tarou

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Risanti Baiduri NIM :

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : 品詞というのはその語が文の中でどう使われているかで分類したものではなく ひとつひとつの語が潜在的な性質を調べて 日本語なら日本語の中にあるすべての語をグループ分けしたものです

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut penelitian dari Setiadi (2012: 9) menyatakan bahwa budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk budi dan daya yang membedakan makna antara budaya dan kebudayaan.

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2009/2010 JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III TEAM PENYUSUN HERNIWATI, S.PD.M.HUM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI OLEH FIRA JEDI INSANI NIM : 105110201111050 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pengumpulan data Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada mahasiswa tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Lebih terperinci

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 ノフィセチアワチ 0142012 マラナターキリスト教大学文学部日本語学科バンドン 2007 序論 苛めとは 弱い者を痛めつけることである 痛めつける方法は肉体的にも非肉体的つまり精神的によって為すことが出来る それにより 苛めを受ける人間は苦悩を味わうのである よく言われるように 日本の社会では集団が大きな役割を果しているのである 中根

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana yaitu bahasa. Di dalam bahasa terdapat kalimat yang terangkai dari katakata, frase-frase,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat, seringkali terjadi keadaan saat masyarakat ingin mengungkapkan gagasan, pikiran maupun pendapat kepada orang lain dan terkadang

Lebih terperinci

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 - Registrasi ulang dimulai sejak pukul 7.30 09.00. Jika Telat diharuskan untuk registrasi ulang di bagian sekretariat, dan akan berpengaruh

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり Standar Kompetensi Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Sekolah. Kompetensi Dasar - Mengidentifikasikan waktu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddayah. Kata Buddayah adalah bentuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddayah. Kata Buddayah adalah bentuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Kebudayaan Para pakar Antropologi budaya Indonesia umumnya sependapat bahwa kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddayah. Kata Buddayah adalah bentuk jamak dari

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI OLEH DESY NITA SANJAYA 0911120088 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto adalah

Bab 5. Ringkasan. Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto adalah Bab 5 Ringkasan Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto adalah agama asli Jepang. Agama Budha masuk ke Jepang pada abad ke-6 dan agama Kristen disebarkan oleh Francis Xavier.

Lebih terperinci

PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA

PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA 105110201111014 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA Oleh: Juju Juangsih, M.Pd Abstraksi Penelitian ini menganalisis tentang kesalahan pembelajar bahasa Jepang dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pekerjaan kreatif yang obyeknya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pekerjaan kreatif yang obyeknya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk hasil pekerjaan kreatif yang obyeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Atar, 1993:8).

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat pengantar untuk berhubungan ataupun berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa adalah sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempelajari bahasa kedua terjadi di seluruh dunia karena berbagai sebab seperti imigrasi, kebutuhan perdagangan dan ilmu pengetahuan serta pendidikan. Belajar bahasa

Lebih terperinci

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI OLEH: SATRIO PRIBADI NIM 105110209111012 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH SHINTO PADA ZAMAN MEIJI TERHADAP SISTEM POLITIK, BUDAYA DAN PENDIDIKAN

PENGARUH SHINTO PADA ZAMAN MEIJI TERHADAP SISTEM POLITIK, BUDAYA DAN PENDIDIKAN PENGARUH SHINTO PADA ZAMAN MEIJI TERHADAP SISTEM POLITIK, BUDAYA DAN PENDIDIKAN Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra NIDA KUDSIAH 2013110165 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = tatacara). Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi, membantu manusia menyampaikan atau mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi, membantu manusia menyampaikan atau mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan objek penelitian linguistik. Dilihat dari fungsinya bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia, sebab bahasa sebagai alat komunikasi,

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI DENNY KUSNO NURRAKHMAN, Herniwati 1, Linna Meilia Rasiban 2 Departemen Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 エマラマアジザ 1000878012 ビナヌサンタラ大学 文学部日本語科 2011 Angket Kemampuan Penggunaan Hyougen ~te aru ~ てある dan ~te oku ~ ておく Sumber soal adalah Kiso Hyougen 50 to Sono

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pengertian agama menurut orang Indonesia lebih mengarah kepada agama Samawi,

Bab 2. Landasan Teori. Pengertian agama menurut orang Indonesia lebih mengarah kepada agama Samawi, Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Agama Dalam Masyarakat Jepang Pengertian agama bagi orang Jepang berbeda dengan orang Indonesia. Pengertian agama menurut orang Indonesia lebih mengarah kepada agama Samawi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi makhluk hidup di seluruh dunia. Fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada seseorang baik secara lisan

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna Bab 4 Simpulan dan Saran Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna figuratif yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan Vol.32 sebagai bahasa sasaran dan manga クレヨンしんちゃん

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan digunakan adalah konsep dalam bahasa Jepang, konsep kanji, teori pembentukkan kanji (rikusho) dan nikuzuki

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan ilmu bahasa yang diperlukan sebagai dasar untuk meneliti suatu bahasa. Ilmu linguistik terdapat dalam semua bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, ABSTRAK Bahasa merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan suatu maksud dan tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, perasaan dan pendapat yang kita utarakan.

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Dalam bab ini, penulis akan menguraikan landasan teori yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu teori hinshi 品詞, teori kandoushi 感動詞, dan teori iya い や. 2.1 Teori Hinshi 品詞 Masuoka dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari

BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berawal dari ketertarikan penulis mengenai kuliner Jepang, penulis memiliki keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari pengamatan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI. Oleh David Setyawan

PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI. Oleh David Setyawan PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI Oleh David Setyawan 0911121003 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DEIKSIS WAKTU DALAM DRAMA CLEOPATRA NA ONNATACHI KARYA OOISHI SHIZUKA SKRIPSI OLEH DEASSA CHINTIA SERA NIM

DEIKSIS WAKTU DALAM DRAMA CLEOPATRA NA ONNATACHI KARYA OOISHI SHIZUKA SKRIPSI OLEH DEASSA CHINTIA SERA NIM DEIKSIS WAKTU DALAM DRAMA CLEOPATRA NA ONNATACHI KARYA OOISHI SHIZUKA SKRIPSI OLEH DEASSA CHINTIA SERA NIM 0911120086 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Keigo Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang akan digunakan untuk menganalisis data. 2.1.1 Defenisi Keigo Menurut Hirabayashi, Hama (1988:1) dalam 外国人のため日本語例文

Lebih terperinci

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI PENGGUNAAN TSUMORI ( つもり ) DAN TO OMOIMASU ( と思います ) PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH : PUTRI EKA SARI NIM: 115110601111022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci