Bab 2. Landasan Teori. Definisi kebudayaan dijelaskan oleh Tylor dalam Agus (2006 : 34) sebagai berikut:
|
|
- Ivan Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab 2 Landasan Teori 2.1. Konsep Kebudayaan Definisi kebudayaan dijelaskan oleh Tylor dalam Agus (2006 : 34) sebagai berikut: Keseluruhan hidup manusia yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum moral, adat-istiadat, dan lainnya dari kemampuan dan kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut Beals dalam Agus (2006 : 34) mengatakan bahwa suatu kebudayaan adalah satu set cara berpikir dan bertindak yang dipelajari yang mencirikan pengambilan keputusan apapun sebagai kelompok manusia. Terdapat lima komponen sistem budaya, yaitu, kelompok atau masyarakat, lingkungan, benda yang dihasilkan oleh budaya yang bersangkutan, tradisi budaya yang ditempuh secara kolektif dan aktivitas atau perilaku. Koentjaraningrat (1990 : ) menekankan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Kebudayaan memiliki tiga wujud, yaitu; 1.Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai, norma, peraturan. 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. 3.Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Koentjaraningrat (1990 : 203) juga mengatakan bahwa, setiap unsur budaya, seperti; bahasa; organisasi sosial; teknologi dan peralatan; ilmu pengetahuan; religi atau sistem upacara keagamaan dan kesenian, terdiri dari gagasan atau ide, tindakan, dan benda hasil 11
2 tindakan tersebut. Banyak kebudayaan memiliki suatu unsur kebudayaan atau beberapa pranata tertentu yang merupakan suatu unsur pusat kebudayaan, sehingga digemari oleh sebagian besar masyarakat dan dengan demikian mendominasi banyak aktivitas atau pranata lainnya dalam kehidupan masyarakat. 2.2 Konsep Ritual Menurut Hornby dalam Agus (2006 : 96), ritual dapat dikategorikan dalam dua bentuk dalam Bahasa Inggris, yakni; ritual yang merupakan kata sifat dari upacara (rites), dan ritual yang merupakan kata benda. Sebagai kata sifat, ritual adalah segala sesuatu yang dihubungkan dengan upacara keagamaan, seperti ritual tari-tarian. Sedangkan sebagai kata benda, adalah segala yang bersifat upacara keagamaan, seperti upacara dalam suatu tempat peribadatan. Dalam antropologi agama, upacara ritual dikenal dengan istilah ritus. Ritus dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan berkah atau rezeki dari suatu pekerjaan, seperti upacara sakral ketika akan turun ke sawah, upacara menolak bahaya, upacara mengobati penyakit, dan upacara karena siklus perubahan kehidupan manusia (Norbeck dalam Agus, 2006 : 97). Menurut Malefjit dalam Agus (2006 : 97), motif diadakannya suatu ritus berbedabeda, tergantung pada agama yang melaksanakan ritus tersebut. Ritus berhubungan dengan kekuatan supernatural dan kesakralan akan sesuatu. Karena itu, istilah ritus atau ritual dipahami sebagai upacara keagamaan yang berbeda sama sekali dengan aktivitas ekonomis, rasional sehari-hari. Alam di sekitar dipercaya memiliki kekuatan gaib dalam bentuk animisme dan dinamisme, lalu diperlukan tindakan khusus yang dinamakan dengan ritus. Banyaknya upacara dan persembahan dalam masyarakat, mengingatkan 12
3 bahwa kehidupan mereka tidak terlepas dari rangkaian ritus. Memberikan persembahan merupakan ritus yang dilakukan terhadap sesuatu yang dianggap penting. Dalam setiap agama, upacara ritual atau ritus biasa dikenal dengan ibadat, kebaktian, berdoa, atau sembayang. Durkheim dalam Agus (2006 : 102) mengatakan bahwa upacara-upacara ritual adalah untuk meningkatkan solidaritas, untuk menghilangkan perhatian kepada kepentingan individu. Masyarakat yang melakukan ritual larut dalam kepentingan bersama. 2.3 Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang Terhadap Agama Agama adalah sebuah sistem yang terdiri dari ajaran (kepercayaan), ritual (aktivitas), dan jemaah (organisasi) (Nakamaki, 2003 : 11). Menurut Swyngedouw dalam Swanson (1993 : 60), bangsa Jepang menaruh minat yang sedikit sekali terhadap hal-hal yang berbau religi, dan ritual yang terkait dengan agama. Beberapa orang Jepang dalam satu sisi ataupun sama sekali tidak terlibat di dalamnya. Salah satu karakteristik dari sifat keagamaan orang Jepang adalah bahwa mereka sering kali mengikuti kegiatan keagamaan tergantung dari waktu acara keagamaan tersebut diadakan. Tetapi setelah acara tersebut berakhir, kehidupan normal mereka kembali berjalan seperti biasanya tanpa sedikitpun adanya keterkaitan dengan hal-hal yang bersifat keagamaan tersebut. Kebanyakan orang Jepang tidak melihat adanya kontradiksi dalam meminta berkah (blessing) atau keuntungan di dalam berbagai macam organisasi keagamaan. Dalam beberapa peristiwa. mereka melakukan pemujaan di kuil Shinto, dan dalam lain peristiwa kuil Buddha menjadi tempat perlindungan mereka. Bukan menjadi pengecualian bahwa orang yang sama, bisa saja mengunjungi gereja Kristiani di lain waktu. Dalam semua cara yang berbeda-beda ini, para pemuja dapat mengadaptasikan 13
4 diri mereka dalam peraturan tempat dan berperilaku sebagai layaknya umat yang percaya terhadap agama yang mereka jalankan. Banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hubungan tersebut dalam Nipponkyo (Agama Bangsa Jepang). Berdasarkan pada fenomena ini, dijelaskan dalam Nipponkyo bahwa, nilai sakral ketuhanan dan segala sesuatu yang di bawahinya merupakan anggota dari masyarakat Jepang, dari unit terkecil yakni keluarga sampai sebuah negara secara keseluruhan, sehingga dapat berjalan seiringan untuk pemeliharaan keharmonisan yang ada di antaranya. Masyarakat modern Jepang tidak memiliki keinginan yang kuat untuk mendeklarisasikan bahwa mereka beragama ketika ditanyakan, tetapi agama di Jepang selalu menjadi tempat orang Jepang dalam ritual keagamaan daripada dianggap sebagai pemegang dari suatu kepercayaan yang spesifik (Reader, 1993 : 34). Untuk memberikan pandangan tentang agama Jepang secara keseluruhan, perlu dijelaskan beberapa ciri-ciri umum pada masa sekarang ini yang muncul melalui dunia keagamaan orang Jepang. Menurut Reader (1993 : 40-41), ketujuh ciri-ciri tersebut, yakni; 1. pengaruh timbal balik yang berarti tidak hanya bermacam-macam agama bercampur baur, tetapi orang Jepang dan keluarga berpartisipasi dalam ritual dalam sejumlah tradisi agama, 2. kedekatan antara manusia, Tuhan dan alam, 3. arti penting keagamaan terhadap keluarga dan leluhur, 4. penyucian sebagai prinsip dasar kehidupan keagamaan, 5. pentingnya festival (matsuri) sebagai perayaan utama keagamaan, 6. pembagian ke dalam musim, 14
5 7. terdapat sebuah hubungan yang dekat antara agama dengan negara. Dalam ketujuh ciri-ciri tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang kuat dari Shinto, yang merupakan terapan yang mendasar dalam keagamaan Jepang (Reader, 1993 : 42). Menurut Kuroda dalam Tanabe (1999 : 452), Shinto dipandang sebagai kepercayaan asli masyarakat Jepang setempat, berlangsung sejak masa prasejarah sampai masa sekarang. Menurut Reader (1993 : 64), Shinto seringkali dideskripsikan sebagai agama nasional Jepang. Dapat ditegaskan bahwa Shinto merupakan kepercayaan bangsa Jepang yang berkaitan dengan orang Jepang dan lingkungan serta dunia tempat mereka tinggal. Kami, atau dewa Shinto, muncul di dunia bangsa Jepang, dan mitos serta legenda Shinto yang berkaitan dengan penciptaan dan permulaan negara Jepang. Shinto juga merupakan sebuah kepercayaan yang berfokus pada kesatuan dan komunitas bangsa Jepang. Nelson dalam Schnell (2000 : 165) mengatakan bahwa dalam kemasyarakatan Jepang, penggunaan teknologi yang maju berdampingan dengan adanya kegiatan keagamaan yang bersifat ketakhyulan. Shinto tidak terlihat sebagai agama, melainkan sebuah identitas kebudayaan orang Jepang. Banyak orang telah mendiskusikan peranan Shinto dalam sejarah dan kebudayaan bangsa Jepang, tetapi tergantung pada masing-masing orang, terdapat pandangan dan interpretasi yang berbeda-beda. Ichiro dalam Tanabe (1999 : 453), mendefinisikan Shinto dan Shintoness sebagai hasrat yang mendasari kebudayaan Jepang. sebagai berikut: Shinto has been the crucial element bringing the great mix of religions and rituals absorbed by the Japanese people into coexistence. Moreover, it has forced them to become Japanese in character. Terjemahannya : 15
6 Shinto telah menjadi eleman penting yang membawa campuran yang luar biasa dari agama dan ritual yang terserap oleh bangsa Jepang ke dalam hidup yang berdampingan. Terlebih, hal tersebut telah menjadikan bangsa Jepang dalam karakter. Masao dalam Tanabe (1999 : ) membagi pandangan tentang Shinto menjadi beberapa kelompok, yaitu; 1. Shinto dengan orang Jepang, merupakan hal yang abadi atau ada terus-menerus. Hal ini merupakan hasrat yang mendasari kebudayaan Jepang, sebuah otonomi yang mendasar dalam perubahan dan pemahaman bermacam-macam elemen kultural yang diimpor dari luar Jepang. Dalam kalimat Norinaga, beberapa elemen kultural dari berbagai periode (bahkan Buddhisme dan Konfusianisme) adalah Shinto pada periode tersebut. 2. Walaupun seseorang dapat saja berkata bahwa Shinto sebagai sebuah agama yang bersamaan dengan Buddha dan Taoisme, Shintoness adalah sesuatu yang lebih dari hal itu. Hal tersebut merupakan hasrat kultural atau energi bangsa Jepang, yang diwujudkan dalam adat kebiasaan yang lebih penting daripada suatu agama. Di sinilah, Shinto duniawi ditekankan. 3. Berdasarkan pada pola pikir berbagai macam kealamiahan agama Jepang, seseorang mungkin beragama Buddha ataupun Shinto pada saat yang bersamaan, dianggap sebagai karakteristik kebudayaan Jepang yang tidak dapat diubah. Menurut Nelson dalam Schnell (2000 : 165), Shinto ada terus-menerus karena, Shinto merupakan hal yang pokok dalam mendefinisikan sebuah pengertian akan identitas kultural dan Shinto tidak terkekang oleh ajaran agama yang terpusat, pemimpin yang kharismatik dan kitab suci. 16
7 2.4 Konsep Shinto Menurut Japanese Religion A Survey By The Agency For Cultural Affairs- (1990 : 29), Shinto adalah suatu bentuk kepercayaan praktisi keagamaan masyarakat Jepang. Shinto tidak mempunyai pendiri maupun kitab suci, tetapi kepercayaan utama dan ritualnya telah terjaga selama bertahun-tahun yang lalu. Berikut ini akan saya paparkan tentang arti dan aspek Shinto Arti dan Aspek Shinto Menurut Ono (1998 : 2), kata Shinto secara harafiah memiliki arti Jalan Ketuhanan, dan merupakan kepercayaan terhadap kami (dewa bagi orang Jepang). Bentuk kepercayaan terhadap kami ini sudah ada sejak zaman terdahulu dan masih ada sampai masa sekarang ini. Kata Shinto terdiri dari dua ideografi, yaitu 神 (shin), yang disamakan dengan istilah kami dalam masyarakat asli Jepang, dan 道 (dō atau tō), dibaca michi yang memiliki arti jalan. Dalam bahasa mandarin disebut dengan Shentao ( 神 道 ), dalam konteks konfusianisme, kata Shentao digunakan dalam pengertian hukum alam dan untuk menunjukkan jalan menuju kehidupan setelah kematian. Mengenai Shinto, Tanaka (1990 : ) mengatakan sebagai berikut: 一般的に 神道 と言った場合 日本民族などの国有の神 神霊に基づいて発生し 展開してきた宗教の総称 であるとされているが 神や神霊についての信念や伝統的な祭祀ばかりでなく 広く生活習俗や伝承されている考え方などもその中に含まれる Terjemahannya : 17
8 Secara umum Shinto adalah sebuah kata yang dipakai untuk mewakili kepercayaan tradisional bangsa Jepang yang berbasis kepercayaan terhadap dewa dan roh dan bukan hanya itu saja, secara luas ajaran Shinto juga menjadi pedoman bagi bangsa Jepang dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya. Shinto dalam istilah yang sederhana adalah nilai dasar orientasi bangsa Jepang dalam berbagai bentuk dan perkembangannya telah mempengaruhi sejarah Jepang serta hubungannya dengan kebudayaan asing. Menurut Ono (1998 : 3), dalam aspek personalnya Shinto menyatakan secara tidak langsung kepercayaan dalam kami, praktisinya dilakukan menurut pemikiran kami, serta kehidupan spiritual dicapai melalui pemujaan dan komunikasi dengan kami. Dalam aspek umumnya, Shinto bukan hanya sekedar kepercayaan, tetapi merupakan perilaku dan sikap, ide, dan cara melakukan sesuatu selama dua milenium dan telah menjadi bagian utuh dalam cara hidup orang Jepang. Demikianlah, Shinto merupakan sebuah kepercayaan individual di dalam kami, dan sebuah cara hidup bersama menurut pikiran kami, yang muncul berabad-abad yang lalu seperti berbagai macam pengaruh etnik dan kultural, baik itu pengaruh asli maupun pengaruh asing, yang bersumbu pada kesatuan negara di bawah keluarga kerajaan. Menurut Honda (2006 :14), yang dimaksud dengan fenomena Shinto adalah sebagai berikut: 神道という現像については たとえばお祭りえをしてきたとか 神社に祈 ってきたとか 神社に神様の前でご祈祷するとか 神様についての物語が 書かれている神道古典であるとか あるいは神道についての言葉で説明し た神道思想家たちの考えていたことといった いわず神道の歴史を材料に します Terjemahannya: 18
9 Yang dimaksud dengan fenomena Shinto misalnya; melaksanakan perayaan ibadah di kuil Shinto, memanjatkan doa di depan para dewa yang ada di kuil, cerita mengenai para dewa yang ditulis dalam catatan kuno Shinto, atau penjelasan para sejarahwan Shinto, dapat dikatakan penjelasan tersebut merupakan sejarah Shinto yang dimaterikan. Menurut Kuroda dalam Swanson (1993 : 7), menjelaskan bahwa Shinto telah lama dianggap sebagai sebuah elemen yang penting sekali dalam kepercayaan bangsa Jepang yang membawa hal tersebut menjadi suatu keistimewaan dan individualitas. Orang awam biasanya memandang Shinto antara lain; Shinto menanggung kepercayaan primitif, termasuk pemujaan terhadap alam dan hal-hal yang tabu terhadap kegare (kekotoran), tetapi tidak memiliki sistem doktrin yang jelas; Shinto ada dalam bemacam-macam bentuk, yakni; sebagai kepercayaan rakyat tetapi pada saat yang sama memiliki bentuk yang tetap suatu kepercayaan yang terorganisir, contohnya; ritual dan organisasi. Shinto juga memegang peranan penting dalam mitologi Jepang kuno dan menetapkan sebuah dasar pemujaan terhadap roh leluhur dan kaisar. Sejarahwan Sōkichi dalam Swanson (1993 : 10) telah mempelajari keberadaan kata Shinto dalam kesusastraan awal Jepang dan membagi artinya menjadi enam katagori : 1.) kepercayaan keagamaan yang ditemukan pada adat kebiasaan asli bangsa Jepang, termasuk kepercayaan takhyul. 2.) kewenangan, kekuasaan, aktivitas, atau perbuatan kami, status kami, menjadi kami, atau kami itu sendiri. 3.) konsep dan ajaran mengenai kami. 4.) ajaran yang dipropagandakan oleh kuli-kuil tertentu. 5.) jalan ketuhanan sebagai norma moral. 6.) sekte Shinto yang menjunjung tinggi satu aliran seperti yang ditemukan dalam agama baru. 19
10 Sōkichi menegaskan bahwa dalam Nihon Shoki, Shinto berarti kepercayaan religius yang ditemukan dalam adat-istiadat asli Jepang. Ada tiga aspek utama dalam ajaran Shinto, yaitu; (1) pertalian terhadap alam, (2) keharmonisan dengan kami, (3) ritual penyucian. Shinto memiliki beberapa aspek yang sampai sekarang masih populer, seperti; keberadaan kamidana (altar Shinto) di rumah orang Jepang, peranan Tuhan dalam pemberian berkah pada kehidupan, dan kepopuleran festival (matsuri). Shinto sangat berkaitan erat dengan kesuburan, produksi, dan pemeliharaan terhadap komunitas masyarakat. Sebagai aspek Shinto yang sampai sekarang masih berkelanjutan, festival sangat terkenal di dalam masyarakat Jepang saat ini. Upacara tanam padi dan upacara sejenis agricultural masih diadakan di kuil Shinto yang ada di seluruh pelosok daerah Jepang (Reader, 1993 :64-65) Pengertian Kami Holtom dalam Reader (1993 : 77), menjelaskan bahwa arti kami yang luas muncul pada kesusastraan Jepang yang ditulis oleh sarjana besar pada abad ke-8, Mootori Norinaga, sebagai berikut: I do not yet understand the meaning of the term, kami. Speaking in general, however, it may be said that kami signifies, in the first place, the deities of heaven and earth that appear in the ancient records and also the spirits of shrines where they are worshipped. It is hardly necessary to say that it includes human beings. It also includes such objects as birds, trees, plants, seas, mountains and so forth. In ancient usage, anything whatsoever which was outside the ordinary, which possessed superior power or which was awe-inspiring was called kami. Terjemahannya : Saya tidak begitu mengerti tentang arti dari bentuk kami. Jika berbicara secara umum, bagaimanapun bisa dikatakan bahwa kami menandakan, pada urutan pertama, penguasa surga dan bumi yang muncul di catatan kuno dan juga 20
11 merupakan jiwa daripada kuil, tempat di mana kami dipuja. Sulit dikatakan bahwa hal tersebut termasuk juga manusia. Hal tersebut juga termasuk objek seperti burung, pohon, tumbuhan, laut, gunung, dan sebagainya. Di dalam catatan kuno, segala sesuatu yang di luar hal yang biasa, yang mana memiliki kekuatan atau sangat menginspirasi disebut sebagai kami. Kami adalah sebuah kata dengan berbagai macam arti yang mungkin tidak ada definisi yang tepat dalam pengartiannya. Terjemahan secara literal berdasarkan karakter hurufnya adalah yang di atas, dan biasanya digunakan untuk menyatakan secara tidak langsung suatu bentuk kekuasaan. Orang Jepang terdahulu tidak sembarangan dalam mengaplikasikannya terhadap beberapa objek, yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa yang dianggap memiliki kekuasaan, mistis, kekuatan, ataupun sesuatu yang tidak dapat dipahami. Menurut Ono (1998 : 7), di antara objek dan fenomena yang telah ada pada zaman terdahulu yang dikatakan sebagai kami adalah kualitas pertumbuhan, kesuburan, dan produktivitas ; fenomena alam, seperti angin, dan guntur ; objek alam, seperti matahari, gunung, sungai, pohon dan batu karang ; beberapa binatang ; dan roh-roh leluhur Konsep Tsumi (Kekotoran) dan Konsep Oni Dalam Shinto Ritual utama dalam Shinto adalah upacara penyucian atau biasa disebut dengan oharai (Picken, 1994 : 171). Selain itu, kekotoran tersebut dapat timbul melalui berbagai cara. Dalam sub bab ini sebelum menjelaskan tentang oharai, akan saya paparkan tentang konsep tsumi dan konsep oni dalam Shinto, yang memiliki kaitan dengan oharai Konsep Tsumi Dalam Shinto Menurut Picken (1994 : ), Tsumi memiliki makna yang luas termasuk polusi, penyakit, dan bencana. Aksi atau tindakan tertentu, situasi, atau suatu 21
12 keadaan yang tidak diundang dapat menyebabkan kekotoran dan keadaan tersebut harus dihilangkan dengan tindakan pencegahan atau dengan ritual penyucian. Ama-tsu tsumi. Berkaitan dengan Ama-tsu-kami atau dewa surga (heavenly kami), terdapat Ama-tsu-tsumi atau kekotoran surga (heavenly impurities). Ini adalah perlambangan dari perilaku buruk kami bintang, Susano-o-no-mikoto, yang sangat bertentangan dengan Amaterasu. Kuni-tsu-tsumi. Berkaitan dengan Kuni-tsu-kami atau dewa bumi (earthly kami), terdapat Kuni-tsu-tsumi atau kekotoran bumi (earthly impurities). Hal ini termasuk terluka sampai meninggal, perilaku yang tidak sopan, penggunaan ilmu hitam, penyakit menular tertentu, kerusakan yang disebabkan oleh burung-burung yang merugikan, luka (kega), dan hal-hal lainnya di luar kendali manusia. Manusia secara moral bertanggung jawab atas beberapa hal ini, tetapi kebanyakan tidak. Kekotoran (impurities) di Jepang termasuk pada hal-hal yang terjadi pada masyarakat, yang dapat membahayakan hidup mereka. Magatsubi-no-kami. Ada juga godaan dari Magatsubi-no-kami (dari daratan Yomi) yang pengaruhnya hanya dapat dihilangkan oleh dewa penyucian (naobi-no-kami) Konsep Oni Dalam Shinto Menurut Tanaka (1997 : 339), figur oni menyerupai manusia, tetapi oni memiliki tanduk seperti kerbau dan cakar seperti macan, oni memiliki mulut yang lebar dan memakai kostum yang terbuat dari kulit macan. Zaman dahulu dikatakan bahwa oni dapat memakan manusia dan karakter mereka sangat bengis, kekuatan yang dahsyat, dan berani. Kami yang bersifat kuat, seperti; kami angin dan halilintar, digambarkan sebagai oni. 22
13 Hearn (2007 : 641) mengatakan bahwa oni merupakan sosok roh jahat atau jin yang datang dari dunia lain ke dunia manusia, serta dapat membawa bencana atau berkah. Diluar dari kekuatannya yang luar biasa dan menakutkan, oni dianggap sebagai makhluk yang bertentangan, memiliki sifat baik dan jahat, dan sering dijadikan objek pemujaan dan pengusiran. Karakter huruf oni ( 鬼 ) dalam bahasa Cina dibaca gui dan ditujukan pada jiwa dari seorang yang telah meninggal, sementara di Jepang dibaca sebagai oni (setan atau jin), mono (roh yang mendiami suatu tempat), atau kami. Berdasarkan kepercayaan tentang karakter oni, konsep oni dapat dibagi menjadi dua jenis utama: (1) roh jahat atau kami yang bersifat jahat, (2) oni sebagai kami yang bersifat baik. Jenis yang pertama adalah oni yang membawa melapetaka, kematian, dan kelaparan, yang dahulu kala dianggap sebagai makhluk yang tidak kelihatan. Jenis yang kedua dapat dilihat pada masa sekarang ini dari upacara dan festival pada tahun baru, misalnya; festival pengunjungan kami yang disebut dengan Namahage dimana orang memakai topeng oni, tarian sakaki-oni di perfektur Aichi untuk mengusir roh jahat Unsur-Unsur Penting Upacara Dalam Shinto Dalam semua upacara yang dilaksanakan oleh kuil, kecuali kegiatan sederhana pemujaan yang dilakukan oleh perseorangan, melibatkan empat elemen di dalamnya: penyucian (harai), persembahan (shinsen), doa (norito), dan pesta simbolik (naorai). Jika diamati, sederhana atau rumitnya keempat hal ini tergantung pada acara yang dilaksanakan. Hal ini merupakan ciri-ciri khusus Shinto bahwa pemujaan kami tidak hanya dari kedalaman hati seseorang, tetapi dalam sebuah tindakan nyata dari ritual keagamaan (Ono, 1998 : 51). 23
14 Harai (Penyucian) Berbagai macam tindakan ritual dilaksanakan dengan tujuan untuk menghilangkan segala jenis kontaminasi atau keadaan tercemar baik secara fisik maupun batin, menghindari kesialan, mencegah bencana dan malapetaka, dan mematahkan kutukan magis. Kekotoran tersebut dapat timbul melalui berbagai cara. Kekotoran dapat timbul karena adanya kontak dengan kekotoran secara fisik, penyakit maupun penyakit yang diberikan oleh kami sebagai hukuman atas suatu kesalahan, atau yang disebabkan oleh roh jahat. Segala jenis kekotoran tersebut harus dihilangkan dengan ritual penyucian (Holtom, 1995 : 29). Satu-satunya cara untuk menghilangkan tsumi adalah penyucian, atau disebut juga oharai. oharai memiliki tiga bentuk dasar; 1.) Harai dilakukan oleh pendeta dengan menggunakan harai-gushi, kertas pita wasiat yang secara simbolik memercikan seluruh tempat dan orang tersebut untuk disucikan. 2.) Misogi melibatkan tindakan pemercikan air dengan tangan di dalam sebuah ember kecil, dengan mandi di sungai atau laut, atau dengan berdiri di bawah air terjun yang mengalir. 3.) Imi melibatkan menghindari kata-kata atau tindakan tertentu. Contoh, kata kiru (memotong) seharusnya tidak boleh diucapkan pada saat upacara pernikahan. Kata deru (keluar) juga merupakan kata yang tabu (Picken, 1994 : 172). Penyucian dilakukan untuk menghilangkan semua polusi, ketidakbenaran, dan roh jahat yang mungkin membahayakan kehidupan manusia. Penyucian dapat dilakukan oleh para umat ataupun oleh pendeta (Ono, 1998 : 51 52). 24
15 Menurut Picken (1994 : ), para pendeta melakukan banyak macam ritual penyucian sepanjang tahun, salah satunya adalah yaku-barai. Yaku-barai merupakan upacara untuk menentramkan kami yang membawa masalah, atau penyucian seseorang untuk menghindari tahun yang kerap kali terjadi bencana. Kadang-kadang diterjemahkan juga sebagai pengusiran roh jahat. Orang Jepang percaya pada kenyataan adanya ketidakberuntungan dan malapetaka kemudian mereka mencoba untuk mencegah hal ini dengan melakukan upacara penyucian Shinsen (Persembahan) Kami disambut dalam komunitas masyarakat dan oleh masyarakat, dan kemudian persembahan disajikan. Persembahan tersebut disebut dengan shinsen. Persembahan yang biasanya diletakkan di atas meja altar adalah garam, sake, air, mochi, ikan (biasanya ikan tai), rumput laut (konbu), sayuran, buah dan padi-padian. Bahan persembahan dapat terdiri dari berbagai macam objek. Simbol persembahan yang biasa digunakan adalah sakaki, dan gohei. Berbagai macam bentuk hiburan juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk persembahan kepada kami, seperti; drama, musik, tarian, sumo, dan panahan Norito (Doa) Menurut Picken (1994 : ), Oharai disertai dengan pembacaan norito yang ditujukan pada kami, terdiri dari kata-kata khusus yang disusun dalam suara yang menyenangkan. Hal ini berasal dari kepercayaan pada kotodama, kekuatan mistik dan spiritual yang terletak dalam kata-kata. Kepercayaan pada kotodama ini berdasarkan pada kepercayaan Jepang kuno yang mempercayai bahwa kata-kata yang indah dapat 25
16 membawa keberuntungan, dan melalui kata-kata yang berlawanan dapat membawa ketidakberuntungan. Menurut Philippi dalam Havens (1990 : 398), norito adalah katakata yang memiliki arti, yang dapat menggerakan kekuatan religius di dalam diri manusia sebagaimana dapat menggerakan kekuatan spiritual termasuk kami dan roh orang yang telah meninggal Naorai (Makan Bersama) Persembahan diangkat dari altar untuk berbagai penggunaan. Kadangkala digunakan oleh pendeta atau diberikan, atau dikonsumsi pada saat naorai atau diberikan kepada para umat untuk dibawa pulang (Picken,1994 : ) Benda yang Dianggap Suci Dalam Shinto Berikut ini akan dijelaskan beberapa alat penting yang digunakan pada upacara menurut kepercayaan Shinto, yaitu; 1. Gohei Simbol persembahan, yakni; gohei, yang terdiri dari tongkat yang tersusun kertas putih yang dilipat-lipat dan digantung zig-zag, diletakkan pada bagian tengah sebelum pintu ruang kecil altar, merupakan sebuah persembahan kepada kami dan pada saat yang bersamaan juga merupakan simbol dari kehadiran kami. Warna kertas yang dipakai kadang berwarna, emas, silver, merah, biru tua atau warna logam, bahkan selain kertas kain juga dapat dipakai untuk gohei (Ono, 1998 : 21-25). 2. Mame Mame merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk penyucian dalam Shinto. Kacang-kacangan, dan bibit tanaman merupakan sumber dari kehidupan dan 26
17 dapat dipergunakan untuk menghindari roh jahat serta dapat memastikan produktivitas masa depan. Selain itu, kacang-kacangan merupakan objek yang dianggap sebagai sumber tenaga dan digunakan dalam ritual penyucian. Mame juga menandakan kekuatan tubuh dan kesehatan Hearn (2007 : 497). 3. Hamaya dan Hamayumi Picken (1994 : 181), mengatakan bahwa busur (hamaya) dan anak panah (hamayumi) merupakan simbol kekuatan yang dapat mematahkan ketidakberuntungan. 4. Sake Yarrow (2005 : 35) mengatakan, penggunaan sake dalam sebuah ritual sakral keagamaan membedakan antara tradisi dengan minuman beralkohol. Sake bukan hanya minuman beralkohol, tetapi juga merupakan sebuah media untuk beinteraksi dengan kami, dan roh-roh para leluhur. Kami dapat diundang melalui ritual dan sake. Sake merupakan sebuah wujud hadiah terhadap kedatangan dan sebagai wujud mengantar kami untuk pulang ke tempatnya. Penggunaan sake terlebih dahulu muncul dalam kojiki, dikatakan bahwa sake merupakan minuman para dewa (kami). 2.5 Konsep Matsuri Menurut Japanese Religion A Survey by The Agency for Cultural Affairs-, (1990 : 42), dalam bahasa Jepang, matsuri menunjuk pada dua arti yang terpisah tetapi berkaitan dengan fenomena yang ada dalam masyarakat Jepang, yaitu; festival masyarakat setempat dan kegiatan keimanan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut mengandung arti, menghadirkan kami sebagai tamu kehormatan pada sebuah tempat yang sakral, memberikan ekspresi ritual sebagai rasa kesadaran diri dan rasa terima kasih, mempersembahkan doa tidak hanya atas kebaikan kami serta berkat nyata yang 27
18 diberikan, tetapi juga untuk pembebasan dari hal yang buruk dan ketidakberuntungan, menyenandungkan kegembiraan hidup dalam lagu, serta menghargai keharmonisan di antara seluruh bentuk eksistensi yang ada dalam kehidupan. Dalam artinya yang kedua, kata matsuri memberikan kesan menyebarkan keinginan kami dalam keikutsertaan seseorang dalam aktivitas yang membuat alam semesta selaras dengan kehidupan, sadar bahwa berkah dan kekuatan hidup adalah bergantung pada kami. Mengenai matsuri, Yanagawa (1991 : 82) mengatakan sebagai berikut: 今祭りという言葉を定義もしないで使っていますが ここで祭りと言って るのは 日本の 祭り という意味よりもかなり広いので 人によっては 祝祭 という語を使って これは英語の festival の訳語として使うこともあ りますが 儀式もあると同時に 人々の楽しみという要素もあり 全体と してお祝いとか喜びとかいうものが一つの基調のことです Terjemahannya: Saat ini, kata matsuri digunakan tanpa mendefinisikannya terlebih dahulu, tetapi yang dimaksud dengan matsuri di sini adalah karena memiliki arti yang lebih luas daripada arti matsuri Jepang, tergantung pada masing-masing orang, matsuri dapat diartikan hari besar nasional, dipergunakan juga dalam terjemahan bahasa Inggrisnya yaitu festival, pada saat yang bersamaan terdapat upacara di dalam matsuri, unsur-unsur kesenangan pun ada, secara keseluruhan melakukan perayaan dan kesenangan merupakan salah satu dasar yang ada di dalamnya. Menurut Danandjaja (1997 : ), festival di Jepang dapat digolongkan menjadi dua kategori besar; matsuri (pesta rakyat), dan nenchū gyōji (hari raya tahunan). Matsuri merupakan folklor Jepang asli yang berhubungan dengan Shinto, yang dilakukan setiap tahun pada tanggal-tanggal tertentu. Sedangkan nenchū gyōji termasuk festival berskala lebih besar yang dilaksanakan setiap tahun dan berhubungan dengan musim, dan banyak di antaranya berasal dari folklor Cina dan Buddha. Di Jepang terdapat beberapa jenis matsuri, misalnya matsuri untuk memohon para dewa (seperti 28
19 memohon untuk keberhasilan panen), untuk mengucapakan terima kasih kepada para dewa, jenis lainnya yaitu; untuk mengusir penyakit dan bencana alam. Ada pula matsuri yang bersifat serius dan khusyuk tetapi ada juga yang meriah. Matsuri pada dasarnya adalah festival suci. Sebagian di antaranya berasal dari upacara penanaman padi dan upacara kesejahteraan spiritual penduduk setempat. Festival atau upacara seperti ini diambil dari ritus-ritus Shinto kuno yang bertujuan untuk mendamaikan hati para dewa dan menjamin kesuburan pertanian. Beberapa ritus Shinto telah diintegrasikan dengan ritus dan upacara dari Cina, sehingga disahkan menjadi festival resmi di dalam kalender tahunan yang harus dirayakan (nenchū gyōji). Matsuri memiliki dua aspek besar. Aspek pertama adalah komunikasi di antara para dewa dengan manusia, sedangkan aspek yang kedua yakni komunikasi di antara para peserta matsuri itu sendiri. Aspek pertama mencakup ritus penyucian atau penyucian diri (purificatory rites/monoimi), persembahan sesajian (shinsen), dan pesta makan diantara para dewa dengan manusia (naorai). Aspek kedua, yakni menikmati hiburan dan keramaian yang diadakan selama berlangsungnya matsuri. Matsuri berhubungan erat dengan pertanian padi, terutama dengan siklus penanamannya. Oleh karena itu, festival yang dirayakan pada musim semi dan gugur dianggap sebagai festival tahunan yang terpenting. Pesta rakyat musim semi bertujuan untuk mengusahakan agar panen membawa hasil yang baik dan berlimpah, sedangkan pesta rakyat musim gugur diadakan untuk mengucap syukur pada para dewa atas panen yang berlimpah. Picken (1994 : 176) mengatakan bahwa inti dari kegiatan Shinto di setiap kuil adalah festival. Ribuan matsuri diadakan di seluruh penjuru Jepang setiap tahunnya. Acara pemujaan kami yang diadakan setiap komunitas disebut dengan festival. Festival merupakan bagian lingkaran acara tahunan pada semua kuil di seluruh daerah. Setiap 29
20 kuil memiliki masing-masing acara tahunannya sendiri, kebanyakan berkaitan dengan pertanian, khususnya menanam padi, perlindungan pada waktu menanam padi, dan memanen padi. Festival mengikuti rangkaian dasar acara, dan komunitas lokal menambahkan aktivitas khusus serta sebuah sentuhan warna lokal tergantung pada acara yang akan berlangsung. Rangkaian utama dari acara tersebut adalah membacakan doa untuk kami, memberi persembahan kepada kami, dan berinteraksi dengan kami. 2.6 Konsep Mame-maki Dalam Setsubun Menurut Hicks dalam Danandjaja (1997 : 306), Setsubun adalah pesta rakyat yang pada dasarnya merupakan upacara pengusiran roh jahat, yang kini diadakan setiap tanggal tiga atau empat Febuari. Pada hari itu diadakan pelemparan kacang kedelai (Mame-maki) untuk mengusir roh jahat, sehingga upacara ini digolongkan ke dalam ritus penangkal pengaruh jahat (exorscim) dengan maksud melenyapkan pengaruh jahat yang dapat mendatangkan bencana. Secara harafiah Setsubun berarti pembagian musim. Istilah Setsubun pada mulanya dipergunakan untuk menunjuk malam sebelum hari pertama dari dua puluh empat bagian penanggalan surya di Jepang, yang dikenal dengan nama setsu. Kemudian istilah ini dipergunakan dalam arti yang lebih spesifik lagi, yaitu hari terakhir dari setsu, yang disebut daikan (dingin yang sangat), yang sama dengan malam dari risshun (hari pertama dari musim semi), yakni hari tahun baru penanggalan surya kuno, dan permulaan tradisional musim semi. Pada festival ini, kacang-kacangan (biasanya kacang kedelai) ditebarkan di dalam maupun di luar rumah atau bangunan, disertai dengan berteriak oni wa soto, fuku wa uchi! (enyahlah keburukan, datanglah keberuntungan!). Sudah menjadi adat kebiasaan, 30
21 pada hari itu para anggota keluarga makan kacang dalam jumlah yang sesuai dengan usia masing-masing. Setsubun merupakan festival keagamaan yang penting bagi masyarakat Jepang. Pada puncak upacaranya, diadakan pelemparan kacang kedelai sambil mengucapkan mantra untuk mengusir roh jahat dan mendatangkan keberuntungan. Upacara melemparkan kacang kedelai (Mame-maki) diadopsi dari Cina oleh kerajaan pada abad ke-9. Ketika itu ritual ini masih disebut dengan istilah Tsuina, yang merupakan upacara yang berasal dari Cina yang disebut Zhui nuo atau Chui nuo. Tsuina secara harafiah berarti mengusir kemalangan, dan diselenggarakan oleh kerajaan pada hari raya tahun baru. Ritual pelemparan kacang tersebut masuk dalam festival Setsubun pada zaman Muromachi ( Masehi). Sejak itulah ritual ini disebut Mamemaki. Menurut Picken (1994 : 181), Setsubun merupakan festival yang berasal dari negara Cina, yang diselenggarakan di kuil Shinto pada awal musim semi. Mencegah kesialan dan harapan datangnya keberuntungan yang disimbolisasikan dengan melempar kacang. 31
Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan
Bab 5 Ringkasan Skripsi Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan sendiri memiliki arti sebagai pedoman yang menyeluruh bagi kehidupan masyarakat yang memiliki budaya
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama
Bab 2 Landasan Teori 2.1. Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama Menurut Danandjaja (1997 : 165), sebelum mulai menguraikan agama-agama besar yang telah mempengaruhi Jepang, ada baiknya dijelaskan
Lebih terperinci3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.
Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~
Lebih terperinciBab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat
Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat dalam Jidai matsuri, berdasarkan empat unsur penting dalam matsuri yang sesuai dengan konsep Shinto. Empat
Lebih terperinciABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu
ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Kepercayaan Agama Dalam Masyarakat Jepang
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Kepercayaan Agama Dalam Masyarakat Jepang Di Jepang, mayoritas masyarakatnya menganut agama Buddha dan Shinto, dan setelah itu mayoritas terbanyak adalah Kristen yang mulai
Lebih terperinciANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA
ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia
Lebih terperinciPERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK
PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Mengenai Agama dan Tradisi di Jepang dalam Buku Panduan Jepang (1996)
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Agama Menurut Masyarakat Jepang Mengenai Agama dan Tradisi di Jepang dalam Buku Panduan Jepang (1996) disebutkan bahwa pada umumnya orang Jepang adalah penganut agama Shinto,
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan
BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat
Lebih terperinciUJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007
UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat
Bab 5 Ringkasan Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat perayaan-perayaan ataupun festival yang diadakan setiap tahunnya. Pada dasarnya, perayaan-perayaan yang ada di
Lebih terperinciPROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :
LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi
Lebih terperinciBab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri
Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri Tagata Jinja Hounen matsuri merupakan sebuah festival yang diadakan di Tagata Jinja yang terletak di
Lebih terperinciBAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup
BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga
Lebih terperinciUJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008
UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama Menurut Yanagawa (1991 : 60), orang asing yang berada di negara Jepang, bila memikirkan tentang agama orang Jepang sangatlah
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. 2.1 Giri dan Ninjou Dalam Budaya Masyarakat Jepang
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Giri dan Ninjou Dalam Budaya Masyarakat Jepang Menurut Kusunoki (1993:6) yang dituntut dari Japanologi adalah studi gejala-gejala budaya yang begitu luas yang berhubungan dengan
Lebih terperinciKENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)
KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) SKRIPSI Diajukan sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra WAETI
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia 2.1.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang Menurut Fujisawa (1981) dalam bukunya yang berjudul Zusetsu
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang Dewasa Ini. Pengertian agama bagi orang Jepang berbeda dengan orang Indonesia. Pengertian agama bagi orang Indonesia lebih mengarah kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh
Lebih terperinciJEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI
PENGGUNAAN TSUMORI ( つもり ) DAN TO OMOIMASU ( と思います ) PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH : PUTRI EKA SARI NIM: 115110601111022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.
Lebih terperinciDikerjakan O L E H SUNITA BR
PEMAKAIAN KATA (KABURU, KAKERU, HAKU, H KIRU, SURU) DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU U NO (KABURU, KAKERU, HAKU, KIRU, SURU) NO KOTOBA NO SHIYOU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SUNITA BR
Lebih terperinciSILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II
SILABUS PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II TEAM PENYUSUN Dra. MELIA DEWI JUDIASRI, M.Hum., M.Pd. Drs. DEDI SUTEDI, M.A., M.Ed. DIANNI RISDA,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG
PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA 2012110024 FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2016 i HALAMAN PERNYATAAN
Lebih terperinciBAB 2. Landasan Teori
BAB 2 Landasan Teori Dalam bab ini, penulis akan menguraikan landasan teori yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu teori hinshi 品詞, teori kandoushi 感動詞, dan teori iya い や. 2.1 Teori Hinshi 品詞 Masuoka dan
Lebih terperincimembahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.
1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam
Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI DENNY KUSNO NURRAKHMAN, Herniwati 1, Linna Meilia Rasiban 2 Departemen Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah
Lebih terperinciHALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Merupakan karya ilmiah yang saya susun di bawah bimbingan bapak Jonnie Rasmada Hutabarat, M.A., selaku Pembimbing I dan bapak Dr. Ari Artadi selaku Pembimbing II, tidak
Lebih terperinciTEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり
TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり Standar Kompetensi Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Sekolah. Kompetensi Dasar - Mengidentifikasikan waktu
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan melalui bahasanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), yang selanjutnya
Lebih terperinciMEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG
MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs.,M.A. media_pembelajaran@yahoo.co.jp Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa memiliki
Lebih terperinciPENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.
PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstrak Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat
Lebih terperinciSILABUS. Kegiatan Pembelajaran
SILABUS Seklah : SMPN 2 CIAMIS Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Semester : 1 ( Satu ) Standar : Mendengarkan 1. Memahami lisan berbentuk paparan atau dialg hbi dan wisata 1.1 Mengidentifikasi
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji
Lebih terperinciHALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Risanti Baiduri NIM :
Lebih terperinciPENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI
PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI OLEH HELDA DEWI ARINDAH NIM 105110200111005 PROGRAM STUDI S1 SASTRA
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat pengantar untuk berhubungan ataupun berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa adalah sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana yaitu bahasa. Di dalam bahasa terdapat kalimat yang terangkai dari katakata, frase-frase,
Lebih terperinciKESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOREDE DAN DAKARA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 SKRIPSI
KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOREDE DAN DAKARA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 SKRIPSI OLEH DWI YULI HERAWATI NIM 115110600111002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : 品詞というのはその語が文の中でどう使われているかで分類したものではなく ひとつひとつの語が潜在的な性質を調べて 日本語なら日本語の中にあるすべての語をグループ分けしたものです
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut penelitian dari Setiadi (2012: 9) menyatakan bahwa budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk budi dan daya yang membedakan makna antara budaya dan kebudayaan.
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam suatu cerita. Menurut Nurgiyantoro (2012), penokohan adalah pelukisan gambaran yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi makhluk hidup di seluruh dunia. Fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada seseorang baik secara lisan
Lebih terperinci映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析
映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 ノフィセチアワチ 0142012 マラナターキリスト教大学文学部日本語学科バンドン 2007 序論 苛めとは 弱い者を痛めつけることである 痛めつける方法は肉体的にも非肉体的つまり精神的によって為すことが出来る それにより 苛めを受ける人間は苦悩を味わうのである よく言われるように 日本の社会では集団が大きな役割を果しているのである 中根
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi
Lebih terperinci(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.
(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi, Koentjaraningrat (1990) mengemukakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi, Koentjaraningrat (1990) mengemukakan bahwa, kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat, seringkali terjadi keadaan saat masyarakat ingin mengungkapkan gagasan, pikiran maupun pendapat kepada orang lain dan terkadang
Lebih terperinciKARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN
KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所
Lebih terperinciBAB 2. Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori
Lebih terperinciPengaruh Media Kotoba Gazou (Gambar Kosakata) Terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik
Pengaruh Media Kotoba Gazou (Gambar Kosakata) Terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik Cicik Hariati Rusni Pendidikan Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI OLEH FIRA JEDI INSANI NIM : 105110201111050 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd
ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA Oleh: Juju Juangsih, M.Pd Abstraksi Penelitian ini menganalisis tentang kesalahan pembelajar bahasa Jepang dilihat
Lebih terperinciGAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12
GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12 SKRIPSI OLEH: AHMAD ALFIAN NIM 105110213111001 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Sintaksis Sintaksis merupakan salah satu bidang kajian dalam linguistik yang berkembang di Indonesia. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun yang memiliki makna dengan
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah
Bab 5 Ringkasan Menurut Kodansha (1993:649-658) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah 377.781km². Menurut Danandjaja (1997:1), kepulauan Jepang terbentang di sepanjang timur laut hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pekerjaan kreatif yang obyeknya adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk hasil pekerjaan kreatif yang obyeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Atar, 1993:8).
Lebih terperinciBJ システムについて Mengenai BJ System
BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムは日本語の文法 および漢字を基準にして独自に開発したシステム教材です BJ System adalah sistem pembelajaran bahasa Jepang yang berdasarkan tata bahasa dan tulisan KANJI. 文法を基準にしておりますので 汎用性の高い日本語を習得できます
Lebih terperinciPENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015
PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA
Lebih terperinciKEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI
KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI OLEH: RISKA FEBRIYANTI 105110207111008 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN
Lebih terperinciPENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM
PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM 0911120068 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto adalah
Bab 5 Ringkasan Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto adalah agama asli Jepang. Agama Budha masuk ke Jepang pada abad ke-6 dan agama Kristen disebarkan oleh Francis Xavier.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = tatacara). Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak sosial antarmanusia, karena kehidupan manusia yang tidak lepas dari aktivitas berkomunikasi
Lebih terperinciENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA
ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS
Lebih terperinciビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析
ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 エマラマアジザ 1000878012 ビナヌサンタラ大学 文学部日本語科 2011 Angket Kemampuan Penggunaan Hyougen ~te aru ~ てある dan ~te oku ~ ておく Sumber soal adalah Kiso Hyougen 50 to Sono
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengerti kepribadian bangsa Jepang, yakni dengan cara mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berawal dari ketertarikan penulis mengenai kuliner Jepang, penulis memiliki keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari pengamatan
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Psikologi Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Karena itu psikologi bisa diartikan sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prawiroatmodjo & Hoed (1997:115) dalam Dasar Dasar Linguistik Umum, menyatakan peranan bahasa sebagai berikut: Peranan bahasa dalam kehidupan manusia besar sekali.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi digunakan kata-kata yang terangkai menjadi sebuah kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan kata sambung (konjungsi)
Lebih terperinciSOAL PRE TEST. A. Pilihlah jawaban yang tepat untuk melengkapi kalimat di bawah ini! は に を ) やすみですか
Lampiran I SOAL PRE TEST NIM : A. Pilihlah jawaban yang tepat untuk melengkapi kalimat di bawah ini! れいあした例 : 明日 授業 ( は に を ) やすみですか くうこう 1. 私は母とタクシー ( に を で ) 空港へ行きました はいたた 2. 歯 ( で は が ) 痛いですから 何も食べないです
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. institusional penting yang melengkapi keseluruhan sistim sosial. Akan tetapi masalah
11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Religi Dalam masyarakat yang sudah mapan, agama merupakan salah satu struktur institusional penting yang melengkapi keseluruhan sistim sosial. Akan tetapi masalah agama
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pengumpulan data Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada mahasiswa tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami
Lebih terperinciKONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI
KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI OLEH ALLIN WEDARI 0911120005 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA
Lebih terperinciUcapan Terima Kasih. dapat mnyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Pengaruh Shinto dalam Jidai
Ucapan Terima Kasih Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat rahmat-nya lah, maka saya dapat mnyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Pengaruh Shinto dalam Jidai Matsuri di Kyoto. Skripsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenangwenang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik
Lebih terperinciHasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018
Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 - Registrasi ulang dimulai sejak pukul 7.30 09.00. Jika Telat diharuskan untuk registrasi ulang di bagian sekretariat, dan akan berpengaruh
Lebih terperinciANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE
ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE OLEH NINA JULIANA HELMI 0701705035 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA 2011
Lebih terperinciBab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima
Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Giri dan Ninjou Dalam Urashima Tarou Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Tarou dalam Nihon Ohanashi Meisakuzensyuu 2 Urashima Tarou
Lebih terperinciMonoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri, untuk dianalisis.
Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis unsur Shinto Oharai dalam Sanja Matsuri Saya akan membagi analisis Sanja Matsuri melalui empat unsur Shinto, yaitu Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri,
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut :
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Bushido Menurut Nitobe Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut : 武士道は文字通り武人あるいは騎士の道であり 武士がその職分を尽くす ときでも 日常生活の言行においても 守らなければならない道であって いいかえれば 武士の掟であり
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan interaksi atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan interaksi atau komunikasi. Apa yang terdapat pada komunikasi tersebut terdapat
Lebih terperinciMargaretha Argadian Asmara, 2015
ABSTRAK Dalam aktifitas pembelajaran sekarang ini, telah dijumpai pemakaian evaluasi diri yang digunakan pada pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Jepang yaitu can do statements. Can do statements
Lebih terperinciSILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE
SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE A. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah/Kode : Pengantar Bahasa Kode : MR 102 Bobot : 2 SKS Semester : 2 Jenjang : S-1 Dosen/Asisten : Drs. Mulyana
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. untuk mendukung analisis pemaknaan dari lagu Without You yang terdapat di bab 3.
Bab 2 Landasan Teori Dalam bab dua ini akan dibahas mengenai beberapa teori yang berhubungan dengan semantik yang meliputi makna dan majas disertai dengan pengkajian puisi. Hal tersebut untuk mendukung
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan
Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan digunakan adalah konsep dalam bahasa Jepang, konsep kanji, teori pembentukkan kanji (rikusho) dan nikuzuki
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Keigo Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang akan digunakan untuk menganalisis data. 2.1.1 Defenisi Keigo Menurut Hirabayashi, Hama (1988:1) dalam 外国人のため日本語例文
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III
SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2009/2010 JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III TEAM PENYUSUN HERNIWATI, S.PD.M.HUM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN
Lebih terperinci