Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Agama dan Kepercayaan Masyarakat Jepang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Agama dan Kepercayaan Masyarakat Jepang"

Transkripsi

1 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Agama dan Kepercayaan Masyarakat Jepang Setiap masyarakat dari berbagai negara di dunia memiliki kepercayaan terhadap agama, bahkan hal-hal mengenai agama diatur dalam undang-undang dasar negara masing-masing. Dengan demikian kebebasan beragama menjadi hak masing-masing individu yang bersangkutan. Hal tersebut sesuai dengan Religion of Japan dalam Utexas (2007). Agama sesungguhnya tidak mudah diberikan definisi atau dilukiskan, karena agama mengambil beberapa bentuk yang bermacam-macam di antara suku-suku dan bangsa-bangsa di dunia (Biyanto, 1999). Hal tersebut menjadi bukti bahwa sebenarnya agama adalah suatu hal yang abstrak dan tidak memiliki bentuk atau rupa, sebab simbol-simbol agama berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Demikian juga dengan Shinto yang memiliki kepercayaan terhadap gunung, pohon dan lain sebagainya yang berkaitan dengan hal-hal supranatural (Pye, 1982). Nishitani (1982 : 2), mengatakan bahwa masyarakat yang memerlukan agama hanya sebagai sarana pemenuhan kepentingan sosial, kepentingan manusia itu sendiri, 10

2 dan juga moral publik adalah suatu kesalahan. Menurut beliau, agama tidak boleh ditinjau dari sisi kegunaannya saja, melainkan agama harus menjadi penyanggah hidup kita apabila kita sedang berada dalam situasi yang sulit dan merasa hidup kita tidak ada gunanya dan mampu mendorong kita kembali ke atas, hal itulah yang menjadikan agama merupakan sesuatu yang penting dalam hidup ini. Masyarakat Jepang memiliki kepercayaan terhadap beberapa agama sekaligus. Hal ini sesuai dengan sebuah survei yang dilakukan oleh Keizai Koho Centre di Tokyo pada tahun 1990 sebagai berikut : Tabel Jumlah Penganut Agama Di Jepang Agama Jumlah Penganut Shinto 112,203,000 orang Buddha 93,396,000 orang Kristen 1,422,000 orang Agama lain, termasuk agama baru 11,412,000 orang Total 218,433,000 orang Sumber : Japanese Religions : Past and Present (1993) 11

3 Tabel di atas menunjukan bahwa jumlah total pemeluk agama di Jepang adalah sebesar 218,433,000 orang. Hal ini tidak masuk akal melihat jumlah total populasi masyarakat Jepang saat itu sebesar 120 juta jiwa. Dengan demikian, hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat Jepang memeluk lebih dari satu agama setiap individunya. Masyarakat Jepang bahkan mengatakan bahwa mereka tidak religius (Andreasen, 1993 : 33-34). Kecenderungan masyarakat Jepang yang memeluk lebih dari satu agama ini diperkuat dengan kalimat dalam Japanese Religion (1974 : 12) yang mengatakan sebagai berikut : The multiplicity and complexity of Japanese religious phenomena is related to an assimilative tendency in Japanese culture. Historically, Japan has addopted various cultural and religious traditions and therewith enriched her spiritual life. In this process the newly introduced traditions did not uproot the indigeneous but were invariably assimilated into a kind of homogeneous tradition which itself might be called Japanese religion. Keberagaman dan kekompleksan fenomena religi Jepang berhubungan dengan adanya kecendrungan penyerapan terhadap sesuatu hal dalam kebudayaan Jepang. Berdasarkan sejarah, Jepang mengadopsi berbagai kebudayaan dan tradisi keagamaan yang menambah kekayaan kehidupan spiritual. Dalam prosesnya, tradisi yang baru diperkenalkan tidak menyebabkan keaslian budaya hilang melainkan menyatu dengan baik dalam tradisi yang homogen dan dapat disebut sebagai religi Jepang. Selain itu, kepercayaan masyarakat Jepang terhadap banyak agama ini tidak menyebabkan terjadinya perpecahan melainkan berjalan selaras dengan harmonis dalam kehidupan masyarakat Jepang itu sendiri. 12

4 2.2 Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang di Kota Komaki Komaki adalah sebuah kota kecil yang terletak di prefektur Aichi yang berada di pulau terbesar di Jepang yaitu pulau Honshu, dan terletak di sebelah utara kota Nagoya yang menjadi ibukota prefektur Aichi. Komaki adalah sebuah kota kecil yang memiliki lahan pertanian yang luas, sehingga menjadikan masyarakat Komaki sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani, hal ini sesuai dengan Hounen Matsuri, Tagata Jinja dalam Yamasa Institute (2006). Dalam masyarakat pertanian, biasanya mempercayai adanya dewa-dewa atau kami yang berhubungan dengan pertanian. Hal ini berkaitan dengan ajaran Shinto. Berdasarkan studi arkeologi, Jepang sudah memasuki masa bertani sejak zaman Jomon. Dahulu, kelangsungan hidup masyarakat pertanian di Jepang bergantung kepada kesuksesan panen dan menjadi perhatian utama masyarakatnya. Kesuksesan panen berarti kelangsungan hidup masyarakat, sedangkan kegagalan panen akibat angin taufan, banjir, dan penyakit atau hama tanaman dianggap sebagai suatu kehancuran dari masyarakat pertanian itu sendiri. Oleh karena itu, masyarakat mengadakan upacara untuk meminta kesuksesan panen. Upacara ini lama-kelamaan berubah menjadi suatu peristiwa religius. Kemarahan dari kami atau dewa dikatakan sebagai penyebab kegagalan panen. Maka 13

5 untuk menghentikan maupun menghindari kemarahan kami diadakan matsuri (Ishikawa, 1986 : 87-88). Menurut Ishikawa (1986 : 89) : The Shinto deity evolved from a communal ceremony in which the community prayed for a good harvest. Therefore, the deity was not an object of individual worship but of communal worship. So there were as many deities as there were farming villages. Dalam komunitas yang berdoa untuk panen yang baik terdapat dewa Shinto yang dilibatkan dalam upacara yang berhubungan dengan masyarakat umum. Oleh karena itu, dewa bukanlah sebagai objek pemujaan individual, melainkan pemujaan masyarakat umum. Jadi sebanyak desa pertanian itulah para dewa ada. Hal ini membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat pertanian sangat berkaitan erat dengan Shinto, seperti juga dengan masyarakat di Komaki. 2.3 Konsep Shinto Masyarakat Jepang mengenal adanya Shinto yang merupakan kepercayaan utama sekaligus kepercayaan pertama di Jepang. Selain itu, Shinto dalam Religious Tolerance (2007) menyebutkan bahwa Shinto sudah ada di Jepang sejak abad ke-500 sebelum masehi, bahkan dapat juga lebih awal. Shinto sering dideskripsikan sebagai agama nasional Jepang berdasarkan perhatian dan cara hidup masyarakat Jepang yang menunjukan ketegasan religi Jepang. 14

6 Kehadiran Shinto di Jepang menunjukan awal mula terbentuknya Jepang, baik pulau maupun masyarakatnya. Dengan demikian, Shinto adalah agama yang memiliki fokus terhadap keutuhan Jepang dan komunitasnya, juga dengan masyarakat Jepang dan keberadaannya di dunia. Selain itu, agama Shinto menggabungkan beberapa hal yang beragam, mulai dari yang berorientasi kepada kepercayaan tradisional hingga ke nasional dan politik (Reader, 1994 : 64-67). Tulisan-tulisan mengenai asal-usul Shinto banyak terdapat dalam Nihonshoki dan juga Kojiki. Di dalam Nihonshoki dan juga Kojiki terdapat ulasan-ulasan mengenai kepercayaan politheisme yang terkandung dalam aspek-aspek ajaran agama Shinto, seperti dewa-dewi yang bernama Izanagi dan Izanami yang merupakan sepasang suami istri sebagai pembentuk gunung, sungai, pepohonan, tanaman obat-obatan, bahkan pulau-pulau di Jepang yang juga dianggap sebagai dewa. Dalam Nihonshoki dan Kojiki juga diceritakan mengenai asal usul kekaisaran Jepang. Kaisar Jepang dianggap sebagai keturunan langsung dari para dewa (Kato, 1971 : 67-68). Shinto hadir di Jepang berdasarkan kepercayaan tradisional masyarakat Jepang secara turun temurun dan tidak memiliki penemu langsung. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ono (1992 : 3) sebagai berikut : Unlike Buddhism, Christianity, and Islam, Shinto has neither a founder, such as Gautama the Enlightened one, Jesus the Messiah, or Mohammed the 15

7 Prophet ; nor does it have sacred scriptures, such as the sutras of Buddhism, the Bibble, or the Qur an. Tidak seperti Buddha, Kristen, dan Islam, Shinto tidak memiliki penemu, seperti Buddha Gautama Sang Pencerah, Yesus Kristus Sang Penyelamat, Nabi Muhammad ; dan juga tidak memiliki kitab suci, seperti sutra dalam Buddha, Alkitab, atau Al Qur an. Dengan demikian, dapat juga dikatakan bahwa Shinto merupakan kepercayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Jepang berdasarkan kepercayaan masyarakat Jepang itu sendiri, tidak seperti yang dikenal dengan ajaran Buddha dalam agama Buddha dan juga ajaran Kristus dalam agama Kristen (Ono, 1992 : 3). Tertulis pada What is Shinto? dalam Japan Society (2007), Shinto adalah sebuah campuran yang kompleks antara ritual dan kepercayaan masyarakat setempat, pada dasarnya merupakan kepercayaan animisme yang percaya terhadap keberadaan dewa dan dewi dalam wujud tanaman, dan hewan yang keramat, serta berbagai benda yang tidak bernyawa sekalipun. Selain itu, diungkapkan oleh Hooker (1999), Shinto juga dapat disebut sebagai Kannagara yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti jalan dewa. Shinto juga mengenal beberapa warna yang dianggap sebagai pembawa keberuntungan seperti merah dan putih. Warna merah dianggap dapat mengusir roh jahat dan penyakit. Di Jepang, warna merah juga dianggap sebagai simbol dari kebaikan dan kejahatan, pertengahan antara surga dan neraka, kematian dan kehidupan, sehingga pada 16

8 akhirnya dikatakan bahwa warna merah tidak hanya simbol dari kejahatan dan penyakit saja melainkan juga sebagai simbol kesembuhan, kesuburan, dan juga kelahiran (Schumacher, 2007). Sedangkan, warna putih di Jepang, merupakan simbol dari kesucian, sekaligus merupakan warna suci yang melambangkan para dewa (Hibi, 2000 : 70). Ono (1992 : 12-15) menggolongkan Shinto menjadi tujuh bagian, sebagai berikut : 1. Shinto populer. Shinto populer seringkali dikaitkan dengan berbagai ide dan kebudayaan yang dihubungkan dengan kepercayaan primitif selama berabad-abad lamanya dalam ketidakteraturan cara berfikir tradisional. Biasanya disebut juga dengan folk Shinto atau kepercayaan populer. 2. Shinto domestik. Shinto domestik lebih mengarah kepada praktik Shinto di rumah dengan sarana kamidana atau altar. 3. Sekte Shinto. Sekte Shinto tersusun dari beberapa kelompok heterogen pemerintahan Meiji yang memiliki hubungan dengan kuil Shinto, menekankan pemujaan kuil sebagai cara memuja negara, ditempatkan di bawah bagian yang terpisah dari kantor pemerintahan. Kemudian, beberapa dari grup utama menjadi badan yang mandiri dan secara resmi diklasifikasikan sebagai sekte Shinto. 4. Rumah tangga kekaisaran Shinto. Kekaisaran Shinto merupakan nama yang diberikan kepada tatacara upacara religius yang dilaksanakan di tiga kuil yang berada di 17

9 halaman istana yang biasanya digunakan khusus untuk keluarga kekaisaran. Kuil yang utama atau kashiko dokoro. Di dalamnya terdapat kaca suci (yata no kagami) yang dipercaya merupakan benda yang diberikan kepada cucu dari dewi matahari. Di sebelah barat, terdapat korei-den yang menjadi tempat perlindungan bagi arwah-arwah leluhur. Kemudian, pada sebelah timur terdapat shin-den yang berfungsi sebagai tempat suci yang ditujukan kepada dewa bumi dan dewa langit atau surga. 5. Kuil Shinto. Kuil Shinto merupakan tipe yang paling tua dan paling umum dalam hubungannya terhadap kepercayaan kepada dewa. Bahkan sudah ada kuil atau jinja sebelum adanya sejarah awal Jepang. Diperkirakan saat ini terdapat lebih dari 8000 kuil Shinto di Jepang. 6. Kuil Ise. Kuil Ise adalah kuil yang ditujukan kepada Amaterasu no omikami atau dewi matahari di Jepang. 7. Shinto Negara. Shinto negara merupakan gabungan dari rumah tangga kekaisaran Shinto dan juga kuil Shinto. Menurut Shintoism, Shinto dalam Believe (2004), terdapat empat penegasan dalam ajaran Shinto sebagai berikut : 18

10 1. : 2. : ; 3. :, 4. :, 1. Tradisi dan keluarga : Keluarga adalah mekanisme utama dilihat dari pemeliharaan tradisi. Festival yang utama adalah yang memiliki hubungan dengan kelahiran dan pernikahan. 2. Kecintaan terhadap alam : Alam adalah kesucian; berhubungan dengan alam berarti berada di dekat dewa. 3. Kebersihan fisik : seperti mandi, kebersihan tangan dan mulut. 4. Matsuri : Pemujaan, penghargaan terhadap dewa dan arwah leluhur. Shinto sebagai salah satu kepercayaan di Jepang mengenal adanya tsumi atau ketidaksucian dan cara untuk menghilangkan ketidaksucian tersebut yang dikenal dengan nama oharai (penyucian). Tsumi dapat juga diartikan sebagai polusi, penyakit, bencana, dan juga kesalahan. Beberapa hal, seperti situasi, kejadian yang tidak diharapkan atau tidak diundang dapat menjadi penyebab ketidaksucian dan harus dihilangkan dengan ritual penyucian. Tsumi dapat dibagi menjadi tiga yaitu Ama-tsu-tsumi (yang berhubungan dengan kami, dihubungkan dengan sifat-sifat buruk kami), Kuni-tsu-tsumi (yang berhubungan dengan ketidaksucian duniawi seperti kematian, penggunaan sihir, kelakuan yang tidak sopan, penyakit, segala sesuatu yang berhubungan dengan dosa), Magatsuhi-no-kami (yang berhubungan dengan dunia bawah atau dunia setan yang hanya dapat dihilangkan khusus dengan ritual penyucian dewa atau naobi-no-kami). Ketiga 19

11 jenis tsumi tersebut di atas hanya dapat dihilangkan dengan ritual penyucian atau oharai (Picken, 1994 : ). Picken (1994 : ), juga mengatakan bahwa ritual penyucian atau harai memiliki tiga unsur utama yaitu : 1. Harai: dilakukan oleh pendeta Shinto dengan cara simbolik mengayunkan haraigushi kepada orang yang akan disucikan. Haraigushi adalah sebuah tongkat dengan kertas berwarna putih. 2. Misogi: penyucian yang menggunakan media air, baik oleh tangan maupun dengan alat bantu seperti ember atau timba. Biasanya dilakukan di laut atau sungai. Peserta ritual ini biasanya menggunakan kimono khusus bahkan ada yang telanjang. 3. Imi : meliputi penghindaran pemakaian kata-kata yang dianggap tabu dalam beberapa acara. Seperti menggunakan kata kiru (potong) dalam acara pernikahan. Selain ketiga unsur utama tersebut, Shinto juga mengenal adanya yakubarai atau disebut juga dengan upacara penyucian ketidakberuntungan. Yakubarai ditujukan untuk menenangkan dewa yang membuat masalah atau sedang marah, selain itu dapat juga ditujukan untuk menyucikan orang-orang yang sedang berada dalam usia tidak baik atau tidak beruntung dalam kehidupan. Usia tidak baik atau tidak beruntung ini disebut dengan 20

12 yakudoshi. Usia-usia yang termasuk dalam kategori yakudoshi yang paling rentan adalah usia 42 tahun untuk laki-laki, dan 33 tahun untuk perempuan. Biasanya mereka yang berusia seperti di atas mendatangi jinja untuk menjalani upacara yakubarai (Picken, 1994 : ). Selain itu, menurut Sakashita (2006), usia 42 tahun dianggap termasuk dalam kategori yakudoshi karena di Jepang, cara pengucapan angka 4 adalah shi dan 2 adalah ni, maka apabila keduanya digabungkan akan terbentuk kata shini yang berarti mati. Kemudian, usia 33 tahun apabila digabungkan akan terbentuk kata sanzan yang berarti kesengsaraan. Menurut Uji (2007), usia yang termasuk dalam kategori yakudoshi adalah sebagai berikut : usia 19 tahun, 33 tahun, dan 37 tahun untuk perempuan. Usia 25 tahun, 42 tahun, dan 61 tahun untuk laki-laki. Dengan catatan usia tersebut di atas sudah ditambahkan 1 karena penghitungan hari kelahiran di Jepang yang dimulai dengan usia 1 dan menambahkan 1 setiap tahun baru. Jadi dengan demikian didapat angka yakudoshi yang lain yaitu sebagai berikut : 18 tahun, 32 tahun, 36 tahun untuk perempuan, dan 24 tahun, 41 tahun, 60 tahun untuk laki-laki. Adanya yakudoshi dapat dijadikan suatu kesempatan untuk lebih waspada terhadap nasib buruk atau ketidakberuntungan. Hal tersebut sesuai dengan artikel (yakudoshi) dalam Japanlink (2003) sebagai berikut : 21

13 Yakudoshi adalah kategori umur yang harus diwaspadai karena pada usia tersebut, seseorang dikhawatirkan akan lebih rentan terkena penyakit dan hal-hal buruk Konsep Kami Dalam Ajaran Shinto Dalam ajaran Shinto dikenal adanya kami atau dewa. The Cambridge Encyclopedia of Japan (1998 : 152) mengatakan bahwa objek utama dalam pemujaan Shinto dari zaman awal hingga zaman sekarang adalah para dewa yang dikenal dengan kami. Kami memiliki tiga kriteria sebagai berikut : 1. Kami tidak memiliki wujud tersendiri. Biasanya untuk menunjukan keberadaan mereka, mereka harus dipanggil atau dibujuk untuk hadir dalam bentuk yang sesuai, bentuk ini dikenal dengan yorishiro. Yorishiro biasanya memiliki bentuk yang panjang, dan tipis. Kayu, tongkat, batu panjang maupun spanduk adalah yang paling lazim digunakan. Selain itu, biasanya terdapat manusia yang digunakan sebagai medium atau media penghubung antara kami dan manusia, biasanya adalah wanita yang disebut dengan miko. 22

14 2. Kami dikatakan tidak memiliki moral, mereka adalah kekuatan yang merespon setiap tingkah laku manusia dalam komunitas berdasarkan perlakuan yang mereka terima. Dengan memperlakukan mereka secara baik dengan ritual yang pantas, memberikan persembahan, dan perhatian, maka mereka akan memberikan berkat berupa panen yang berhasil, perlindungan dari bencana kebakaran, penyakit, dan kelaparan. Namun, dengan menelantarkan mereka, maka mereka akan memberikan kutukan atau tatari. 3. Kami memiliki dunia tersendiri, namun mereka dapat dipanggil untuk datang ke dunia manusia dalam berbagai kesempatan. Sebagai contoh, dengan adanya musik dan juga tarian dalam matsuri, serta kata-kata magis, mereka meninggalkan dunia mereka untuk datang ke jinja setempat. Mereka diterima, dihibur, dimintai berkat, terkadang diberi pertanyaan sebelum mereka kembali ke dunia mereka. Bahkan terkadang kami juga dapat merasuki tubuh manusia kemudian mempergunakan manusia tersebut sekehendak hatinya. Ishikawa (1986 : 77) mengatakan bahwa terdapat banyak hipotesa atau pendapat mengenai asal-usul kata kami sejak zaman dahulu. Tidak ada satupun yang dapat diterima sebagai suatu teori. Salah satu hipotesa atau pendapat yang paling persuasif mengenai asal-usul kata kami, adalah bahwa kami merupakan transformasi dari kata kakurimi yang 23

15 memiliki arti sosok tersembunyi. Kata kami diambil dari suku kata pertama dan terakhir dari kata kakurimi. Picken (1994 : ) menggolongkan kami menjadi dua bagian besar atau utama dimana di dalam dua bagian utama tersebut terdapat beberapa kelompok kami sebagai berikut : 1. Kami yang terdapat dalam mitologi Jepang adalah : a) Amatsu-no-kami (dewa surga / langit) yang diketuai oleh Amaterasu no Omikami yang memiliki kuil di kuil Ise. b) Kunitsu-no-kami (dewa bumi) yang diketuai oleh Saruta Hito no Mikoto. 2. Kami yang tidak terdapat dalam mitologi Jepang adalah : a) Kami yang berkaitan dengan fenomena alam. Yang termasuk dalam kategori ini adalah para dewa yang memiliki hubungan dengan kejadian-kejadian alam seperti adanya dewa api, dewa angin, dewa air, dan lain sebagainya. b) Kami yang dikaitkan dengan sejarah personal. Berhubungan dengan orang-orang penting sepanjang sejarah yang kemudian namanya diabadikan dalam bentuk kuil. Sebagai contoh, Motoori Jinja yang diperuntukan bagi Motoori Norinaga. Terdapat konsep ikigami (manusia yang hidup sebagai dewa) di dalam kategori ini. 24

16 c) Kami yang berkaitan dengan asal politik. Dewa utama dalam kategori ini adalah Hachiman. Selain itu dapat juga termasuk di dalamnya berbagai dewa yang melindungi negara Jepang. d) Kami yang berhubungan dengan perdagangan, kemakmuran (ekonomi). Berkaitan dengan dewa-dewa pelindung pertanian. Yang paling terkenal adalah Inari (dewa yang memiliki wujud berupa rubah). Selain itu juga terdapat Shichi-fuku-jin (tujuh dewa keberuntungan) di dalam kategori ini. Ebisu, Daikoku ditambah lima dewa lagi termasuk dalam Shichi-fuku-jin. Perlu dicatat, tidak semua dewa yang termasuk dalam tujuh dewa keberuntungan ini merupakan dewa-dewa dalam Shinto, namun masyarakat Jepang tetap menggolongkannya sebagai dewa Peralatan yang Dipergunakan Dalam Shinto Dalam setiap prosesi upacara yang sesuai dengan Shinto, terdapat berbagai peralatan yang dipergunakan, baik dalam ritual penyucian maupun prosesi jalannya upacara. Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai peralatan yang biasanya digunakan dalam Shinto, khususnya dalam Tagata Jinja Hounen matsuri. Dalam ritual penyucian, terdapat beberapa peralatan yang digunakan sebagai 25

17 media penyucian, dengan kata lain dengan mempergunakan peralatan tersebut, secara simbolis tempat ataupun orang yang dianggap kotor atau tidak beruntung akan kembali menjadi suci dan bersih. Menurut Picken (1994 : 174), garam digunakan sebagai salah satu alat penyucian. Hal ini dikarenakan air garam dianggap memiliki kekuatan yang lebih besar apabila dibandingkan dengan air biasa. Garam dapat ditemukan terletak di berbagai tempat dan di berbagai upacara di Jepang. Garam juga dipergunakan sebagai persembahan dan diletakkan di altar Shinto bersamaan dengan air dan nasi. Selain garam, Schumacher (2007) mengatakan bahwa api, air biasa, dan juga sake (arak beras khas Jepang) juga digunakan sebagai alat penyucian atau oharai. Dalam ritual upacara penyucian Shinto, pemercikan yang menggunakan garam ini disebut dengan shubatsu. Ono (1992 : 24-25) juga mengatakan bahwa peralatan lain yang dipergunakan dalam upacara Shinto adalah haraigushi, spanduk, dan pedang. Haraigushi yaitu sebuah tongkat atau juga terkadang sebuah ranting pohon sakaki (cemara) yang disekelilingnya dipenuhi dengan kertas panjang dan digunakan sebagai alat penyucian dalam Shinto, spanduk sebagai simbol kehadiran kami, dan pedang yang berfungsi sebagai tanda kekuatan kami untuk memberikan keadilan dan kedamaian. Omikoshi atau disebut juga sebagai kuil yang dapat diangkut dan 26

18 dipindah-pindahkan, dapat dikategorikan sebagai peralatan yang dipergunakan dalam berbagai upacara Shinto. Terkadang, ada juga omikoshi yang dapat ditarik, dikenal dengan sebutan yatai atau dashi. Omikoshi, yatai dan juga dashi ini diangkat atau ditarik oleh para peserta upacara. Mereka memutar-mutar omikoshi, yatai, dan juga dashi tersebut secara liar sepanjang jalan (Picken, 1994 : 179). Dalam peralatan upacara Shinto, terdapat alat musik yang turut serta dipergunakan sebagai pelengkap. Dalam suatu upacara atau perayaan terdapat acara pengisi sebelum acara utama. Biasanya acara pengisi tersebut berupa musik-musik tradisional, dan juga tarian-tarian tradisional. Acara ini disebut dengan gagaku. Peralatan musik yang dipergunakan adalah uchi-mono atau gong, sankan yang di dalamnya terdapat tiga jenis alat musik tiup seperti fue (sejenis suling dengan enam lubang), sho (menyerupai angklung, terbuat dari bambu, yang berjumlah tujuh belas tabung), dan hichikiri (sejenis suling dengan sembilan lubang), serta suzu atau rebana (Picken, 1994 : 183). 2.4 Konsep Matsuri Kata matsuri tentu saja sudah tidak asing lagi dalam masyarakat Jepang, di Jepang matsuri dikenal sebagai perayaan publik atau disebut juga dengan festival (Askhenazi, 1993 : 4). 27

19 Matsuri itu sendiri menurut Lawanda (2004 : 16) adalah sebagai berikut, Matsuri merupakan ekspresi keyakinan keagamaan orang Jepang yang berfungsi memantapkan keyakinan bahwa dunia terdiri dari dunia nyata dan dunia gaib, ada manusia dan ada yang gaib, berinteraksi sebagai sebuah struktur. Oleh karena itu perlu dilakukan komunikasi dengan menggunakan metafora dan simbol-simbol yang dapat dipahami oleh kedua belah pihak. Sesuai dengan kalimat tersebut, dapat dikatakan bahwa matsuri di Jepang merupakan sebuah ekspresi keagamaan masyarakat yang menjadi sebuah ciri khas bangsa. Masyarakat Jepang menganggap bahwa hal-hal gaib harus bersatu dengan hal-hal nyata dalam sebuah matsuri. Yanagita dalam Yusuf (2006 : 20) mengatakan sebagai berikut : Matsuri adalah suatu batu loncatan atau jalan menuju kepercayaan suatu bangsa. Tidak ada jalan yang lain untuk menuju jalan dewa kecuali menempuh jalan ini. Matsuri berasal dari ajaran Shinto kuno yang memiliki hubungan dengan kepercayaan Shinto terhadap para dewa. Hal ini sesuai dengan yang tertulis dalam The Kodansha Bilingual Encyclopedia of Japan (1998 : 527) mengatakan sebagai berikut : Asal-usul matsuri berhubungan dengan pengolahan padi dan juga religi masyarakat setempat. Berasal dari ajaran suci Shinto kuno untuk perdamaian dengan para dewa dan roh orang mati, serta pemenuhan unsur agrikultural. 28

20 Ishikawa (1986 : 96), mengatakan bahwa matsuri merupakan sebuah upacara yang dipergunakan untuk mengundang para dewa dari surga untuk hadir ke sebuah desa pada hari yang telah ditentukan untuk menyampaikan rasa terima kasih atas panen yang berhasil dan juga berdoa untuk kesuksesan panen pada tahun yang akan datang. Dapat juga dikatakan bahwa matsuri adalah upacara untuk mengundang tamu yang sangat istimewa dan menunjukan kepada mereka kenyamanan dan keramahtamahan. Dalam kepercayaan kuno masyarakat Jepang, terdapat kepercayaan bahwa mereka harus menyucikan diri mereka sendiri dan juga area atau lingkungan tempat upacara dilangsungkan yang disebut dengan misogi. Ono (1992 : 51-57) mengatakan bahwa terdapat empat unsur penting yang terdapat dalam matsuri, yaitu sebagai berikut : 1. Oharai atau penyucian, bertujuan untuk menghilangkan polusi, ketidaksucian, ketidakbenaran, dan juga kejahatan. Biasanya dilakukan oleh pendeta Shinto menggunakan haraigushi. 2. Shinsen yakni persembahan kepada para dewa. Shinsen meliputi uang; makanan seperti nasi, ikan, sayuran, buah-buahan; minuman seperti sake dan air; peralatan seperti baju, perhiasan, sutra; dan objek simbolik seperti gohei. 3. Norito, yang disebut dengan norito adalah doa-doa yang diucapkan oleh pendeta 29

21 Shinto. Isi dari doa-doa tersebut dapat berupa pemujaan terhadap dewa, doa-doa tersebut biasanya mengandung unsur terima kasih kepada para dewa. 4. Naorai, naorai adalah sebuah perjamuan yang dilangsungkan pada setiap akhir upacara Shinto. Naorai sering disebut juga makan bersama dengan para dewa. Selain itu, digunakan juga sake sebagai simbol naorai yang menjadi perwujudan makan bersama-sama dengan para dewa. 2.5 Tagata Jinja Hounen Matsuri Sesuai dengan yang tertulis dalam Hounen Matsuri, Tagata Jinja pada Yamasa Institute (2006), Tagata Jinja Hounen matsuri yang sering disebut juga dengan Hounen-sai dilangsungkan secara rutin pada tanggal 15 Maret di kota pertanian Komaki. Sesuai dengan namanya, matsuri ini dilangsungkan di kuil Tagata yang diperkirakan berusia sekitar 1500 tahun. Matsuri ini dikenal oleh para turis dengan nama festival penis dan kuil Tagata sendiri dikenal dengan sebutan kuil penis. Simbol patung berbentuk penis yang digunakan di dalam matsuri ini bukanlah obyek pemujaan melainkan persembahan kepada kami, sebagai salah satu alternatif bentuk pemujaan kepada bumi yang merupakan sumber pemberi kehidupan kepada manusia. Lambang pemberi kesuburan dan pembaharuan yang dalam hal ini mereka simbolkan dengan patung penis laki-laki. Selain 30

22 itu, patung berbentuk penis laki-laki tersebut dipercaya sebagai jimat pemberi keberuntungan. Pada zaman dahulu, masyarakat Komaki yang menginginkan keturunan, ataupun yang sedang mencari jodoh maupun yang mengharapkan kesembuhan anaknya dari penyakit, datang ke kuil Tagata untuk meminta jimat keberuntungan. Setelah permohonan terkabul, mereka akan mengembalikan jimat keberuntungan tersebut berserta patung penis yang baru untuk dipersembahkan kepada dewa kesuburan. Sesuai dengan Hounen Matsuri dalam Asia For Visitor (2007), matsuri ini sebenarnya memiliki makna yang istimewa yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan seks dibalik simbol utamanya yang berupa sebuah patung berbentuk penis raksasa, yaitu sebagai perwujudan terima kasih dan permohonan masyarakat Komaki terhadap dewa kesuburan dan juga dewa pertanian atas keberhasilan panen. 31

Bab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri

Bab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri Tagata Jinja Hounen matsuri merupakan sebuah festival yang diadakan di Tagata Jinja yang terletak di

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci : Tagata Jinja Hounen matsuri, kami

Abstraksi. Kata kunci : Tagata Jinja Hounen matsuri, kami Abstraksi Salah satu kebudayaan yang terus dipertahankan di Jepang hingga sekarang adalah matsuri. Tagata Jinja Hounen matsuri yang menjadi topik pembahasan skripsi ini memiliki keunikan yang terletak

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat dalam Jidai matsuri, berdasarkan empat unsur penting dalam matsuri yang sesuai dengan konsep Shinto. Empat

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan Bab 5 Ringkasan Skripsi Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan sendiri memiliki arti sebagai pedoman yang menyeluruh bagi kehidupan masyarakat yang memiliki budaya

Lebih terperinci

Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri, untuk dianalisis.

Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri, untuk dianalisis. Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis unsur Shinto Oharai dalam Sanja Matsuri Saya akan membagi analisis Sanja Matsuri melalui empat unsur Shinto, yaitu Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri,

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah

Bab 5. Ringkasan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah Bab 5 Ringkasan Menurut Kodansha (1993:649-658) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah 377.781km². Menurut Danandjaja (1997:1), kepulauan Jepang terbentang di sepanjang timur laut hingga

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat Bab 5 Ringkasan Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat perayaan-perayaan ataupun festival yang diadakan setiap tahunnya. Pada dasarnya, perayaan-perayaan yang ada di

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut.

Lebih terperinci

Ucapan Terima Kasih. dapat mnyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Pengaruh Shinto dalam Jidai

Ucapan Terima Kasih. dapat mnyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Pengaruh Shinto dalam Jidai Ucapan Terima Kasih Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat rahmat-nya lah, maka saya dapat mnyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Pengaruh Shinto dalam Jidai Matsuri di Kyoto. Skripsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang yang oleh penduduknya sendiri disebut Nippon atau Nihon merupakan negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: 649-658). Barisan pulau-pulau

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anesaki, Masaharu History of Japanese Religion. Tokyo: Charles E

DAFTAR PUSTAKA. Anesaki, Masaharu History of Japanese Religion. Tokyo: Charles E DAFTAR PUSTAKA Anesaki, Masaharu. 1963. History of Japanese Religion. Tokyo: Charles E Tuttle Company Aoki, Eiichi. 1994. JAPAN, Profile of A Nation. Tokyo: Kodansha International Ltd Bellah, Robert N.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang memiliki kekayaan teknologi yang berkembang pesat dikarenakan adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang (Nippon/Nihon) secara harfiah memiliki arti asal-muasal matahari

BAB I PENDAHULUAN. Jepang (Nippon/Nihon) secara harfiah memiliki arti asal-muasal matahari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belaakang Masalah Jepang (Nippon/Nihon) secara harfiah memiliki arti asal-muasal matahari adalah sebuah negara di Asia Timur yang terletak di benua Asia di ujung barat Samudera

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak

Bab 5. Ringkasan. kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak Bab 5 Ringkasan Agama Shinto merupakan salah satu agama tertua dan dianggap sebagai kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak terputus dari zaman pra sejarah sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki

Bab 1. Pendahuluan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang Menurut Kodansha (1993:649-658) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah 377.781km². Menurut Danandjaja (1997:1), kepulauan Jepang terbentang di sepanjang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tertentu. Seperti halnya tanabata (festival bintang), hinamatsuri (festival anak

Bab 1. Pendahuluan. tertentu. Seperti halnya tanabata (festival bintang), hinamatsuri (festival anak Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Jepang banyak terdapat perayaan, festival, maupun ritual-ritual yang dilakukan setiap tahunnya. Biasanya setiap perayaan tersebut memiliki suatu makna tertentu.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia,

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG 2.1. Letak Geografis Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, membentang seperti busur yang ramping sepanjang 3.800 KM. Luas totalnya adalah 377.815

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. masyarakat Jepang yang pada perayaan shougatsu terdapat berbagai macam jenis

Bab 1. Pendahuluan. masyarakat Jepang yang pada perayaan shougatsu terdapat berbagai macam jenis Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Oshougatsu atau lebih dikenal dengan shougatsu adalah perayaan tahun baru masyarakat Jepang yang pada perayaan shougatsu terdapat berbagai macam jenis dekorasi-dekorasi

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci : Sanja matsuri

Abstraksi. Kata kunci : Sanja matsuri Abstraksi Salah satu kebudayaan yang terus dipertahankan di Jepang hingga sekarang adalah matsuri. Sanja matsuri yang menjadi topik pembahasan skripsi ini memiliki keunikkan yang terletak pada tarian tradisionalnya

Lebih terperinci

Harai: Telaah Konsep Religi Koentjaraningrat

Harai: Telaah Konsep Religi Koentjaraningrat Harai: Telaah Konsep Religi Koentjaraningrat Citra Ayu Pratiwi Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Jl. Dharmawangsa Dalam, Surabaya, 60286 Email: citra-a-p-11@fib.unair.ac.id

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut pandangan yang popular, masyarakat dilihat sebagai kekuatan impersonal yang mempengaruhi, mengekang dan juga menentukan tingkah laku anggota-anggotanya.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju, tetapi masyarakatnya tetap

Bab 1. Pendahuluan. tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju, tetapi masyarakatnya tetap Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaannya yang tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju, tetapi masyarakatnya tetap berpegang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI RELIGI DI JEPANG. Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI RELIGI DI JEPANG. Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI RELIGI DI JEPANG 2.1 Pengertian Religi Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada yang melakukan secara sungguh-sungguh, namun tidak orang yang

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai Agama dan Tradisi di Jepang dalam Buku Panduan Jepang (1996)

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai Agama dan Tradisi di Jepang dalam Buku Panduan Jepang (1996) Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Agama Menurut Masyarakat Jepang Mengenai Agama dan Tradisi di Jepang dalam Buku Panduan Jepang (1996) disebutkan bahwa pada umumnya orang Jepang adalah penganut agama Shinto,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu, tanda pengenal yang tetap (menyatakan sifat dan keadaan).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisi Jepang ada satu tradisi yang dapat mengangkat pamor pariwisata negeri

BAB I PENDAHULUAN. tradisi Jepang ada satu tradisi yang dapat mengangkat pamor pariwisata negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia dan kaya akan kebudayaan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat dan kemajuan media informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

EKSISTENSI SHINTO DALAM SHOGATSU

EKSISTENSI SHINTO DALAM SHOGATSU EKSISTENSI SHINTO DALAM SHOGATSU Ratna Handayani 1 ; Felicia 2 ; Sonya Munadir Syah 3 1,2,3 Japanese Department, Faculty of Language and Culture, Bina Nusantara University, Jln. Kemanggisan Ilir III No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar masyarakatnya tidak memeluk suatu agama atau kepercayaan tertentu. Namun, bukan berarti kehidupan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto adalah

Bab 5. Ringkasan. Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto adalah Bab 5 Ringkasan Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto adalah agama asli Jepang. Agama Budha masuk ke Jepang pada abad ke-6 dan agama Kristen disebarkan oleh Francis Xavier.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat

BAB I PENDAHULUAN. Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat mitos tersebut berasal. Tokoh-tokoh dalam mitos umumnya adalah para dewa atau makhluk setengah

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang terhadap Agama Menurut Yanagawa (1991 : 60), orang asing yang berada di negara Jepang, bila memikirkan tentang agama orang Jepang sangatlah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem kepercayaan yang terpadu, yang berhubungan dengan hal-hal yang sakral

BAB I PENDAHULUAN. sistem kepercayaan yang terpadu, yang berhubungan dengan hal-hal yang sakral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Agama adalah kepercayaan dan ritual yang berkaitan dengan keberadaan supranatural, kekuasaan, dan kekuatannya. Supranatural disini biasa disebut dengan nama

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Sudah sejak berabad-abad yang lalu berbagai kebudayaan asing masuk ke Jepang,

Bab 5. Ringkasan. Sudah sejak berabad-abad yang lalu berbagai kebudayaan asing masuk ke Jepang, Bab 5 Ringkasan Sudah sejak berabad-abad yang lalu berbagai kebudayaan asing masuk ke Jepang, dan tidak ada satu pun dari kebudayaan asing tersebut ditolak oleh kerajaan Jepang. Semua kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Jepang dikenal dengan istilah washoku atau nihon shoku.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Jepang dikenal dengan istilah washoku atau nihon shoku. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan Jepang dikenal dengan istilah washoku atau nihon shoku. Washoku atau nihon shoku merupakan salah satu makanan tradisional Jepang yang terdiri dari nasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masuknya berbagai agama sebelum kedatangan Islam di pulau Jawa berpengaruh besar pada adat istiadat, tata cara hidup, maupun praktik keagamaan sehari-hari orang Jawa.

Lebih terperinci

TINGKAH LAKU ORANG KRISTEN

TINGKAH LAKU ORANG KRISTEN TINGKAH LAKU ORANG KRISTEN Tingkah laku Kristen, gaya hidup seorang pengikut Allah. timbul sebagai satu sambutan karena rasa syukur kepada keselamatan agung Allah melalui Kristus. (Roma 12:1-2) Kristus

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Gambar 1. Teru teru bozu ningyou. Gambar 2. Peralatan Membuat Teru teru bozu ningyou. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Gambar 1. Teru teru bozu ningyou. Gambar 2. Peralatan Membuat Teru teru bozu ningyou. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Gambar 1. Teru teru bozu ningyou Gambar 2. Peralatan Membuat Teru teru bozu ningyou Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA Mock Joya, Volume IV, Quaint Customs and Manners of Japan https://id.wikipedia.org/wiki/teru_teru_b%c5%8dzu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

Pdt Gerry CJ Takaria

Pdt Gerry CJ Takaria Tingkah laku Kristen gaya hidup seorang pengikut Allah timbul sebagai satu sambutan karena rasa syukur kepada keselamatan agung Allah melalui Kristus. (Roma 12:1-2) Kristus itulah teladan kita. Ia secara

Lebih terperinci

Kitab Perjanjian Baru tidak memberikan informasi tanggal kelahiran Yesus sehingga pemunculan tanggal 25 Desember menimbulkan berbagai kontroversi

Kitab Perjanjian Baru tidak memberikan informasi tanggal kelahiran Yesus sehingga pemunculan tanggal 25 Desember menimbulkan berbagai kontroversi Kitab Perjanjian Baru tidak memberikan informasi tanggal kelahiran Yesus sehingga pemunculan tanggal 25 Desember menimbulkan berbagai kontroversi diantara kalangan Kristen sendiri. Darimana asal usul perayaan

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci : Aoba Matsuri, Shinto, Matsuri.

Abstraksi. Kata kunci : Aoba Matsuri, Shinto, Matsuri. Abstraksi Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan. Matsuri merupakan salah satu contoh dari kebudayaan Jepang tersebut. Setiap tahun bahkan setiap bulan masyarakat Jepang mengadakan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam gambaran penulis, Jepang adalah sebuah negara maju dalam berbagai hal seperti ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi dan lain-lain. Namun demikian, ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sering dijumpai bahwa mereka agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika

BAB 1 PENDAHULUAN. Sering dijumpai bahwa mereka agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila kita bertanya pada orang Jepang, apakah mereka memiliki agama. Sering dijumpai bahwa mereka agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika kita perhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan berkembang sebagai suatu hal yang diterima oleh setiap anggota masyarakat bersangkutan, yang dipegang

Lebih terperinci

RINGKASAN SUSHI. dari luar Jepang maupun dari orang Jepang sendiri adalah sushi. Sushi adalah

RINGKASAN SUSHI. dari luar Jepang maupun dari orang Jepang sendiri adalah sushi. Sushi adalah RINGKASAN SUSHI Salah satu makanan Jepang yang sangat digemari oleh banyak orang baik dari luar Jepang maupun dari orang Jepang sendiri adalah sushi. Sushi adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk melengkung, terbentuk dari timur laut ke barat daya di lautan

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk melengkung, terbentuk dari timur laut ke barat daya di lautan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara kepulauan yang wilayahnya terdiri dari pulaupulau berbentuk melengkung, terbentuk dari timur laut ke barat daya di lautan bagian timur benua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual yang dilaksanakan dan dilestarikan

Lebih terperinci

Abstraksi. Keyword: Aoi matsuri, Shintō, Matsuri. iii

Abstraksi. Keyword: Aoi matsuri, Shintō, Matsuri. iii Abstraksi Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan. Matsuri merupakan salah satu contoh dari kebudayaan Jepang tersebut. Setiap tahun masyarakat Jepang mengadakan berbagai macam matsuri. Ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan

Lebih terperinci

Tingkah laku Kristen, gaya hidup seorang pengikut Allah. timbul sebagai satu sambutan karena rasa syukur kepada keselamatan agung Allah melalui

Tingkah laku Kristen, gaya hidup seorang pengikut Allah. timbul sebagai satu sambutan karena rasa syukur kepada keselamatan agung Allah melalui Tingkah laku Kristen, gaya hidup seorang pengikut Allah. timbul sebagai satu sambutan karena rasa syukur kepada keselamatan agung Allah melalui Kristus. (Roma 12:1-2) Kristus itulah teladan kita. Ia secara

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Kebudayaan didefinisikan oleh Suparlan (1997: ) sebagai pedoman menyeluruh bagi

Bab 2. Landasan Teori. Kebudayaan didefinisikan oleh Suparlan (1997: ) sebagai pedoman menyeluruh bagi Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Budaya Kebudayaan didefinisikan oleh Suparlan (1997:102-103) sebagai pedoman menyeluruh bagi kehidupan sebuah masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut. Ia berkata: kebudayaan

Lebih terperinci

MASYARAKAT JEPANG MEMAKNAI MATSURI DALAM KEHIDUPANNYA

MASYARAKAT JEPANG MEMAKNAI MATSURI DALAM KEHIDUPANNYA MASYARAKAT JEPANG MEMAKNAI MATSURI DALAM KEHIDUPANNYA Herniwati * ABSTRAK Sebagai negara yang telah berhasil membangun di hampir semua bidang, Jepang ternyata tidak begitu saja meninggalkan budaya tradisionalnya.

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

Dikenal dengan nama Vulkan dalam mitologi Romawi. Ia adalah putra pertama dewa

Dikenal dengan nama Vulkan dalam mitologi Romawi. Ia adalah putra pertama dewa Zeus Dalam mitologi, Zeus adalah Dewa Pemimpin yang bertahta di Olympus. Ia menikah dengan adik perempuannya, Hera yang menjadi Dewi Penikahan. Zeus membagi dunia menjadi tiga dan membagi dunia-dunia tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

Dongeng Jepang Cerita berasal dari Kojiki (Legenda Jepang)

Dongeng Jepang Cerita berasal dari Kojiki (Legenda Jepang) Dongeng Jepang Cerita berasal dari Kojiki (Legenda Jepang) Diterjemahkan oleh : Ani Anipah & Fauziah Maulida Ulfah DONGENG JEPANG Dongeng terdapat di berbagai Negara. Dongeng merupakan cerita dimulainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,

Lebih terperinci

KONSEP AGAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG

KONSEP AGAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG KONSEP AGAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG Budi Mulyadi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Email: budi_mulyadi09@yahoo.com Abstract This research entitled The Religion Concept in The Life

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya Allah di

Lebih terperinci

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : Pertanyaan-pertanyaan : 1. Aspek manusia : penjual, pembeli dan si anak (Pada saat wawancara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB III 7 UPACARA KELAHIRAN DI JEPANG

BAB III 7 UPACARA KELAHIRAN DI JEPANG BAB III 7 UPACARA KELAHIRAN DI JEPANG 3.1 Sebelum Upacara Kelahiran Di Jepang ada beberapa acara atau upacara yang dilakukan sebelum kelahiran.pada kehamilan bulan ke 5 dirayakan perayaan yang dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

PASAL 21 LANGIT YANG BARU DAN BUMI YANG BARU

PASAL 21 LANGIT YANG BARU DAN BUMI YANG BARU PASAL 21 LANGIT YANG BARU DAN BUMI YANG BARU PENDAHULUAN Wahyu 21:1 Langit dan bumi yang sedang kita tempati inilah yang akan dibaharui oleh Tuhan. Tidak akan ada penciptaan bumi yang baru. Baru disini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang hidup ditengah-tengah masyarakat pasti mempunyai nama, yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak keanekaragaman budaya tradisional termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang sadar akan pentingnya waktu. Dimensi waktu yang dilalui manusia selalu menghasilkan berbagai peristiwa penting, baik itu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam ritual yang menjadi ciri khasnya. Masyarakat Karo pada masa dahulu percaya akan kekuatan mistis yang

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV. BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP 4.1. PENDAHULUAN Bertolak dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang terdapat dalam Bab I, yang dilanjutkan dengan pembahasan

Lebih terperinci

Beberapa pasal terakhir dari kitab Wahyu menggambarkan peristiwa akhir dari Pertentangan Besar:

Beberapa pasal terakhir dari kitab Wahyu menggambarkan peristiwa akhir dari Pertentangan Besar: Lesson 13 for March 26, 2016 Beberapa pasal terakhir dari kitab Wahyu menggambarkan peristiwa akhir dari Pertentangan Besar: Setan dirantai (Wahyu 20:1-3) Masa Penghakiman Seribu Tahun (Wahyu 20:4-6) Penghakiman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki

BAB 5 RINGKASAN. Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki BAB 5 RINGKASAN Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi yang bernama Koentjaraningrat (1990:180) mengatakan bahwa, kebudayaan

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. matahari adalah sebuah negara di Asia Timur yang terletak di suatu rantai kepulauan

Bab 1. Pendahuluan. matahari adalah sebuah negara di Asia Timur yang terletak di suatu rantai kepulauan Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Jepang ( 日本 ) Nippon/Nihon, yang secara harfiah memiliki arti asal mula matahari adalah sebuah negara di Asia Timur yang terletak di suatu rantai kepulauan benua Asia

Lebih terperinci

Oleh : Jumbuh Karo K ( ) Tommy Gustiansyah P ( )

Oleh : Jumbuh Karo K ( ) Tommy Gustiansyah P ( ) Oleh : Jumbuh Karo K (13148134) Tommy Gustiansyah P (14148114) Suku Nias adalah suku bangsa atau kelompok masyarakat yang mendiami pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara. Gugusan pulaupulau yang membujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang berbeda. Ini menjadi variasi budaya yang memperkaya kekayaan budaya bangsa Indonesia. Budaya merupakan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut. BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT Bab ini merupakan pembahasan atas kerangka teoritis yang dapat menjadi referensi berpikir dalam melihat masalah penelitian yang dilakukan sekaligus menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

PEDOMAN PEDOMAN VANG BARU

PEDOMAN PEDOMAN VANG BARU PEDOMAN PEDOMAN VANG BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Siapakah yang Menetapkan Itu? Pedoman-pedoman Di Manakah Saudara Dapat Menemukan Pedoman-pedoman Itu? Bagaimana Saudara Dapat Memenuhi

Lebih terperinci

Ota Rabu Malam. Musik Ritual. Disusun oleh Hanefi

Ota Rabu Malam. Musik Ritual. Disusun oleh Hanefi Ota Rabu Malam Musik Ritual Disusun oleh Hanefi MUSIK RITUAL Disusun oleh Hanefi Sistem Kepercayaan Pendekatan Sosiologis Tokoh: Emile Durkheim (1858-19170 Bentuk agama yang paling elementer dapat ditemukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa. Hal itu menjadikan Indonesia negara yang kaya akan kebudayaan. Kesenian adalah salah satu bagian dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif 2. Fungsi tari Tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis tari dalam kategori tari tradisional dan tari non trasional disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal

Lebih terperinci