HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016."

Transkripsi

1 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat dari data profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun Ternak yang paling banyak dipelihara oleh penduduk Desa Sukanegara adalah ternak kerbau dari rumpun Kerbau Bagedur. Desa Sukanegara dijadikan sebagai basis peternakan kerbau. Ternak kerbau di Desa Sukanegara dipelihara dalam kandang-kandang yang terletak didalam hutan diluar pemukiman masyarakat. Bentuk kandang persegi panjang dengan bangunan sederhana dari material dari kayu dan beratap jerami atau genteng serta beralaskan semen. Aktivitas rutinitas peternak dimulai pada pagi hari dimana peternak mulai melepas ternak kerbau ke ladang penggembalaan/lahan perkebunan. Pada musim tanam padi dimulai, ternak kerbau digembalakan di areal persawahan dan diluar musim tanam kerbau digembalakan di areal kosong di sekitar atau didalam lahan perkebunan Administratif Daerah Desa Sukanegara merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Desa Sukanegara mempunyai jarak 7 km dari Kecamatan Carita, 67 km dari Kabupaten Pandeglang, dan 79km dari Ibukota Provinsi Banten yaitu Kota Serang. Desa Sukanegara memiliki batasbatas administratif yaitu sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukarame 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kawoyang

2 27 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda. Desa Sukanegara memiliki rata-rata curah hujan 293,39 mm setiap tahunnya dan suhu rata-rata C. Kondisi ini sangat sesuai untuk dikembangkannya peternakan kerbau di Desa Sukanegara, karena kerbau merupakan ternak yang relatif mampu beradaptasi pada suhu tropis dan pemeliharaannya juga tidak terlalu sulit Tata Guna Lahan Tata guna lahan Desa Sukanegara menunjukan bahwa luas wilayah sebanyak 472 ha yang terdiri dari agroekosistem lahan sawah 160 ha dan agroekosistem lahan darat seluas 312 ha yang terdiri dari lahan perhutanan dan perkebunan Mata Pencaharian Penduduk Kondisi mata pencaharian Desa Sukanegara didominasi oleh sektor pertanian dan peternakan, dapat dilihat pada tabel berikut:

3 28 Tabel 2. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Mata Pencaharian No Jenis Pekerjaan Jumlah Kepala Keluarga 1. Petani/Peternak PNS/ABRI Pedagang Buruh Pengrajin Lainnya 20 Jumlah Sumber: Monografi Desa Sukanegara 2016 Data Tabel 2. menunjukan bahwa mata pencaharian yang paling besar adalah di sektor pertanian yaitu sebagai petani dan peternak. Melihat kondisi Desa Sukanegara didominasi oleh sektor pertanian dan peternakan, maka wilayah ini sangat berpotensi dalam usaha pertanian dan peternakan. Ternak kerbau merupakan ternak yang paling mendominasi sebagai sumber pendapatan penduduk karena faktor cuaca dan iklim serta ketersediaan hijauan Karakteristik Peternak Umur Responden Umur merupakan salah satu aspek dari karakteristik peternak dan berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menerima sesuatu yang baru. Umur yang lebih muda akan lebih rensponsif dalam menerima suatu inovasi bila dibandingkan dengan umur yang lebih tua. Maka dari itu umur merupakan salah satu faktor yang menunjang produktivitas dan keberhasilan suatu usaha. Hurlock (2001) membagi umur menjadi tiga kelompok yaitu dewasa awal (15-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa lanjut (>61 tahun). Pengelompokan umur responden dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

4 29 Tabel 3. Pengelompokan Umur Responden No. Kelompok Umur Jumlah Responden...Tahun......Orang......% > Jumlah Data pada Tabel 3 menunjukan bahwa responden terbagi menjadi dua kelompok yaitu dewasa awal dan dewasa madya. Pada saat dewasa awal dan dewasa madya, seseorang telah mulai bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Badan Pusat Statistik mengelompokan umur seseorang dalam bekerja menjadi 3 kelompok yaitu umur belum produktif (0-14 tahun), umur produktif (15-64 tahun), dan umur tidak produktif (>64 tahun). Berdasarkan pada Tabel 3, seluruh responden berada pada kategori umur produktif. Tingginya proporsi responden yang berumur produktif disebabkan karena secara psikologis, pada umur tersebut seseorang dapat mulai bekerja. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Santrock (2002) yang menyebutkan bahwa masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya. Keaktifan peternak berumur produktif berkaitan dengan produktivitas seseorang dalam melakukan aktivitas. Peternak yang berada pada usia produktif, akan lebih mampu melakukan pekerjaan dengan maksimal karena ketahanan fisik yang masih kuat. Sesuai dengan pendapat Lestari, dkk (2009) umur peternak yang produktif mempengaruhi kemampuan fisik dan pola pikir sehingga sangat potensial dalam mengembangkan usaha ternaknya. Usia produktif merupakan saat yang baik untuk untuk melakukan usaha karena tenaga masih potensial, tuntutan tanggung jawab yang besar, kemauan yang keras, serta keinginan untuk menambah pengetahuan ataupun keterampilan masih besar (Atmadilaga, 1991).

5 Tingkat Pendidikan Formal Tingkat pendidikan formal responden bervariasi mulai dari SD, SMP, sampai SMA. Responden yang berpendidikan, pada umumnya memiliki pola pikir yang sudah terarah, serta berkeinginan untuk mencari informasi baru yang dapat dipercaya untuk menambah pengetahuan dan keterampilan. Tingkat pendidikan responden dapat dilihat di Tabel 4. Tabel 4. Tingkat Pendidikan Formal Responden No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden...orang......% SD SMP SMA 4 16 Jumlah Pada tabel 4. terlihat bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan yang sedang yaitu hanya di tingkat SMP sebesar 48%. Hal ini terjadi karena tuntutan dari orang tua yang mengharuskan mereka segera bekerja mengelola ternak yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara responden yang pendidikan terakhirnya SD sebesar 36% dan SMA sebesar 16%. Umumnya seseorang yang tingkat pendidikannya rendah memiliki kekurangan dalam hal berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Menurut penelitian Setyorini (2000), bahwa tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingkat pemahamanya terhadap sesuatu yang dipelajari. Tingkat pendidikan yang rendah menghambat intensitas peternak dalam menggali informasi peternakan melalui penyuluh maupun media penyuluhan. Dalam hal ini pendidikan formal merupakan hal yang penting untuk mendukung berlangsungnya penerimaan tingkat penerapan inovasi di kalangan peternak. Namun tingkat pendidikan formal yang rendah dapat diperbaiki dengan pendidikan non formal diantaranya melalui penyuluhan pada peternak dan lamanya beternak.

6 31 Hal tersebut dimaksudkan untuk mendukung tingkat pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan secara keseluruhan yang secara langsung berhubungan dengan dunia usahanya. Seluruh responden mendapatkan pendidikan non formal dari penyuluhan yang disampaikan oleh penyuluh dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang. Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku agar peternak tahu dan mampu melaksanakan hal yang disuluhkan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya Tingkat Pengalaman Beternak Salah satu aspek atau faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha ternak adalah pengalaman beternak, karena dari pengalaman seseorang dapat mempelajari kemungkinan dan masalah yang akan terjadi sehingga akan membantu dalam mengambil keputusan. Tingkat pengalaman beternak responden dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Tingkat Pengalaman Beternak Responden No. Pengalaman Beternak Jumlah Responden...tahun......orang......% > > Jumlah Tabel 5 menunjukan bahwa sebagian besar reponden memiliki pengalaman beternak kerbau selama 5-10 tahun sebesar 64%. Secara umum pengalaman beternak yang dimiliki kelompok peternak Desa Sukanegara cukup lama. Hal ini dibuktikan dari keterampilan peternak dalam memelihara kerbau telah didapatkan sejak remaja karena beternak kerbau merupakan usaha turun-temurun. Namun peternak masih mempunyai kecenderungan untuk menerapkan cara pemeliharaan

7 32 yang bersifat tradisional sehingga pola pemeliharaan ternak kerbau bersifat ekstensif. Hal ini sesuai dengan pendapat Febriana dan Liana (2008) bahwa pengalaman beternak yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik. Pengalaman beternak sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Semakin lama seseorang memiliki pengelaman beternak akan semakin mudah peternak mengatasi kesulitan- kesulitan yang dialaminya. Ditambahkan oleh Atmadilaga (1995) bahwa semakin lama beternak maka peternak akan semakin berpengalaman dan mereka dapat belajar dari pengalaman yang pernah dialaminya untuk memajukan usaha selanjutnya Jumlah Kepemilikan Ternak Peternak responden memiliki jumlah yang bervariasi yaitu dari 1-40 ekor. Jumlah kepemilikan merupakan indikator keberhasilan suatu usaha peternakan (Murwanto, 2008). Jumlah kepemilikan ternak tersebut merupakan salah satu karakteristik peternak. Berikut hasil penelitian jumlah kepemilikan ternak responden disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Kepemilikan Ternak Responden No. Skala JumlahResponden...orang......% Kecil (1-5 ekor) Sedang (6-10 ekor) Besar (>10 ekor) 1 4 Jumlah Pada Tabel 6. terlihat bahwa sebagian besar jumlah kepemilikan ternak kerbau pada kelompok ternak ini adalah sebesar 64% yaitu berada pada skala kecil, responden berskala sedang sebesar 32%, dan responden dengan skala besar sebesar

8 33 4%. Jumlah kepemilikan ternak pada skala kecil dikarenakan terbatasnya modal, minimnya pegetahuan akan manajemen pakan dan pemeliharaan, serta kemampuan responden untuk menambah skala usahanya. Dalam hal ini mengakibatkan tidak berkembangnya usaha ternak sehingga mengakibatkan jumlah kepemilikan yang rendah. Taslim (2011) menyatakan bahwa, skala kepemilikan dibawah 7 ekor per peternak hasilnya tidak optimal dengan produktivitas rendah, berakibat kehidupan peternak yang stagnan, bahkan tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Sementara itu, responden dengan jumlah kepemilikan ternak diatas 10 ekor berjumlah 1 orang. Responden yang memiliki ternak dengan jumlah kepemilikan diatas 10 ekor telah mampu untuk menjalankan manajemen usaha ternak yang baik, sehingga produktivitas ternaknya terus meningkat dan perlahan pendapatannya semakin bertambah yang pada akhirnya diinvestasikan dalam bentuk kepemilikan ternak yang bertambah banyak. Kepemilikan ternak tersebut akan berpengaruh secara langsung pada para peternak dan berakibat terhadap tingkat pendapatan ekonomi responden. Hal ini sejalan dengan pendapat Paturochman (2005) yang menyatakan bahwa besar kecilnya skala usaha sangat mempengaruhi tingkat pendapatan, jadi makin tinggi skala usaha pemilikan maka makin besar tingkat pendapatan peternak. Skala kepemilikan ternak kerbau yang besar menghasilkan output yang besar juga Perilaku Komunikasi Perilaku komunikasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh peternak untuk menyampaikan dan memperoleh informasi dari lingkungan. Perilaku komunikasi sangat penting untuk dipelajari dalam suatu kelompok, karena dengan mengetahui perilaku komunikasi anggota kelompok, maka diharapkan penyampaian informasi yang diberikan akan searah dengan tujuan komunikasi.

9 34 Perilaku komunikasi pada penelitian ini dapat diungkapkan berdasarkan tiga hal yang sesuai dengan pendapat Rogers (1983) yaitu pencarian informasi, kontak personal atau komunikasi interpersonal dengan sesama anggota sistem sosial, dan keterdedahan pada media massa. Berikut hasil penelitian mengenai kategori perilaku komunikasi para peternak responden di Desa Sukanegara disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Kategori Perilaku Komunikasi No. Kategori Jumlah Peternak Presentase...orang......% Rendah Sedang Tinggi 1 4 Jumlah Data pada Tabel 7 menunjukan bahwa secara umum perilaku komunikasi peternak kerbau termasuk dalam kategori sedang (64%) dimana perilaku komunikasi peternak responden tersebut meliputi tiga faktor yaitu pencarian informasi, kontak personal atau komunikasi interpersonal dengan sesama anggota sistem sosial, dan keterdedahan pada media massa yang dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabel 8. Perilaku Komunikasi No Uraian Kategori Rendah Sedang Tinggi...% Pencarian Informasi Kontak Personal atau Komunikasi Interpersonal dengan Sesama Anggota Sistem Sosial 3. Keterdedahan pada Media Massa Pencarian informasi sebagian besar berada pada kategori sedang (84%), sebagian kecil lainnya berada pada kategori rendah dengan persentase 12%, dan

10 35 kategori tinggi dengan persentase 4%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sebagian besar sudah mencari dan mendatangi sumber informasi, seperti kepada sesama peternak, penyuluh, dan dokter hewan. Inisiatif didalam mencari dan mendatangi sumber informasi tersebut khususnya pada sesama peternak dan penyuluh umumnya berasal dari keinginan peternak itu sendiri. Ketika para peternak menemukan masalah atau sesuatu yang perlu ditanyakan menyangkut ternak kerbau dan usaha ternaknya biasanya langsung mendatangi peternak lainnya, yang dianggap lebih tahu dari dirinya. Demikian pula ketika, hal tersebut tidak bisa memecahkan masalahnya maka peternak akan menghubungi penyuluh. Adanya fakta yang menunjukan, bahwa peternak mencari informasi dari tiga sumber, memberi gambaran bahwa peternak belum merasa cukup bila hanya dari satu atau dua sumber informasi saja. Menurut Suranto (2011), proses komunikasi melibatkan seorang komunikan atau penerima informasi dengan seorang komunikator atau sumber informasi, apabila komunikan berinteraksi dengan banyak komunikator maka akan diperoleh informasi yang dibutuhkan segera menjadi lebih lengkap. Berikut sumber informasi yang digunakan oleh peternak responden disajikan pada Tabel 9: Tabel 9. Sumber Informasi Peternak Responden di Desa Sukanegara Sumber Informasi Jumlah Peternak N...%... A. Kontak Personal - Penyuluh Dokter Hewan Ketua Kelompok Sesama Peternak B. Media Cetak dan Elektronik - Leaflet Koran Handphone Televisi Pada Tabel 9 terlihat bahwa sumber informasi kontak personal yang digunakan oleh semua peternak adalah petugas penyuluh. Hal ini disebabkan karena para peternak sangat menyukai informasi yang disampaikan oleh penyuluh, mereka menilai informasi yang disampaikan lebih terpercaya. Sumber informasi berikutnya

11 36 adalah ketua kelompok dan sesama peternak. Hal ini dikarenakan para peternak setiap hari berkomunikasi ketika mencari pakan, memberikan pakan, dan berkumpul di kandang saat akan menggembalakan ternaknya. Adapun untuk sumber informasi yang berasal dari media cetak dan elektronik yaitu leaflet dan televisi. Leaflet yang beredar di peternak berasal dari dari Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang yang diberikan kepada para peternak melalui petugas penyuluh. Untuk televisi, meskipun seluruh peternak responden dapat menjangkaunya namun jarang acara televisi yang menampilkan tentang peternakan kerbau. Acara televisi yang berkaitan dengan peternakan kerbau yang pernah ditayangkan yaitu tentang peternakan kerbau di Toraja. Pada Tabel 9 juga terlihat bahwa minat responden untuk mengakses informasi melalui media massa cukup tinggi terutama pada media cetak yaitu leaflet dan media elektronik yaitu televisi. Media massa adalah saluran komunikasi yang bersifat universal, mampu menyajikan informasi yang aktual dan langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Berbagai informasi dapat diperoleh melalui media massa baik yang bersifat umum ataupun khusus, penyajiannya yang didukung visualisasi yang menarik, sehingga media massa merupakan salah satu saluran komunikasi massa yang efektif dalam penyampaian informasi, hal ini dikarenakan media massa relatif mampu menembus ruang dan waktu menjangkau khalayak yang banyak dalam satuan waktu yang relatif singkat. Keterdedahan media massa yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tingkat kualitas dan kuantitas akses peternak terhadap media massa yang meliputi kekerapan responden melihat/menonton televisi, mendengarkan radio, membaca koran, membaca leaflet dan media lainnya. Perubahan perilaku khalayak tidak hanya dipengaruhi oleh keterdedahan pada satu media massa tetapi juga memerlukan lebih dari satu saluran komunikasi massa lainnya seperti tv, radio, film, dan bahan cetakan lainnya (Schramm dan Kincaid 1977). Media yang umumnya dapat diakses oleh peternak sebagian besar adalah media massa cetak dan elektronik seperti koran, leaflet, radio dan televisi. Media massa yang biasa diakses oleh peternak dalam memperoleh media massa relatif beragam. Media massa cetak yang biasa diakses peternak adalah koran dan leaflet, sedangkan media elektronik yang biasa diakses peternak antara lain radio dan televisi.

12 37 Berikut frekuensi komunikasi (pertemuan) peternak dengan sumber informasi kontak personal disajikan pada tabel 10. Tabel 10. Frekuensi Komunikasi No Sumber Informasi Tinggi (2 kali atau lebih) Frekuensi Sedang (1 kali) Rendah (tidak pernah) 1. Penyuluh Dokter Hewan Sesama Peternak Pada tabel 10 menunjukan bahwa frekuensi komunikasi dengan sumber informasi kontak personal yang paling sering adalah sesama peternak dengan frekuensi sebanyak 2 kali pertemuan atau lebih. Hal ini disebabkan karena jarak rumah antar peternak berdekatan sehingga mempengaruhi intensitas terjadinya komunikasi antar peternak. Kesalahan pemilihan waktu dalam memberikan penyuluhan membuat sebagian peternak tidak dapat mengikuti penyuluhan sehingga ada peternak yang memiliki frekuensi komunikasi 2 kali pertemuan atau lebih dan ada pula yang memiliki frekuensi komunikasi 1 kali pertemuan saja. Berbeda dengan dokter hewan yang hanya mendatangi peternakan saat mengadakan kegiatan ataupun hanya datang saat peternak memiliki ternak yang sakit, hal tersebut mengakibatkan frekuensi komunikasi dengan sumber informasi dokter hewan tergolong rendah Hubungan Antara Karakteristik Peternak dengan Perilaku Komunikasi Peternak Kerbau Berikut ini hasil perhitungan koefisien korelasi Rank Spearman (rs) menggunakan SPSS yang menggambarkan hubungan antara karakteristik peternak dengan perilaku komunikasi peternak kerbau di Desa Sukanegara disajikan pada tabel 11.

13 38 Tabel 11. Nilai Korelasi antara Karakteristik Peternak dan Perilaku Komunikasi Karakteristik Peternak Perilaku Komunikasi Umur 0,40 Tingkat Pendidikan Formal 0,20 Tingkat Pengalaman Beternak -0,41 Jumlah Kepemilikan Ternak 0,31 * Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). Berdasarkan pada uraian diatas diperoleh hasil yang menunjukan bahwa karakteristik peternak kerbau yang mempunyai hubungn rendah tapi pasti dengan perilaku komunikasi adalah umur, tingkat pendidikan formal, dan jumlah kepemilikan ternak, dengan nilai koefisien korelasi Rank Spearman (rs) berturutturut 0,401, 0,204, dan 0,314. Berdasarkan uraian diatas, umur, tingkat pendidikan formal, dan jumlah kepemilikan ternak mempunyai korelasi yang nyata dan searah (positif) dengan perilaku komunikasi. Hal ini menunjukan bahwa semakin produktif umur seseorang maka semakin tinggi juga perilaku komunikasinya, semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka semakin tinggi pula perilaku komunikasinya, serta semakin tinggi jumlah kepemilikan ternak maka semakin tinggi pula perilaku komunikasinya. Mengacu pada aturan Guilford, interpretasi nilai koefisien hubungan umur, tingkat pendidikan formal, dan jumlah kepemilikan ternak terhadap perilaku komunikasi berada pada kisaran 0,20 < rs 0,40 yang berarti termasuk dalam kategori rendah tapi pasti. Dapat dikatakan bahwa walaupun hubungan keduanya rendah tetapi saling berhubungan secara pasti. Semakin tinggi jumlah kepemilikan ternak maka perilaku komunikasinya sudah berlangsung secara baik. Karakteristik peternak merupakan karakter atau sifat individu yang membedakan dirinya dengan orang lain, tetapi tidak menutup kemungkinan terdapat peternak yang memiliki sifat yang hampir sama. Karakteristik peternak akan muncul ketika seseorang berinteraksi dengn lingkungannya. Lingkungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan interaksi manusia. Pada saat seseorang berinteraksi maka akan terjadi komunikasi baik itu secara verbal maupun

14 39 non verbal. Setiap individu akan menampilkan teknik dan keterampilannya dalam berkomunikasi, hal ini akan menjadi suatu perilaku dalam berkomunikasi dan merupakan ciri khas individu tersebut yang dapat menentukan sejauh mana tingkatan perilaku komunikasinya. Dalam penelitian ini, karakteristik peternak yang paling nyata hubungannya dengan perilaku komunikasi yaitu umur, tingkat pendidikan formal, dan jumlah kepemilikan ternak. Umur berhubungan dengan perilaku komunikasi karena para responden yang berada di usia produktif lebih sering mencari informasi seputar usaha ternaknya dan melakukan komunikasi kontak personal dengan beberapa sumber informasi. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Santrock (2002) yang menyatakan masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis. Tingkat pendidikan formal berhubungan dengan perilaku komunikasi karena berperan dalam kemampuan peternak untuk bisa membaca dan menulis. Para peternak kelompok Desa Sukanegara sebagian besr merupakan tamatan Sekolah Menengah Pertama, mereka lebih aktif mencari informasi. Hal ini dikarenakan karena pada tingkat pendidikan formal SMP peternak sudah bisa membaca dan menulis sehingga mereka lebih mudah untuk mengakses informasi baik media cetak atapun media elektronik. Selain itu, dalam pendidikan formal, setiap orang akan mendapatkan wawasan yang lebih luas sehingga pola pikir orang yang berpendidikan akan lebih berkembang dan menjadikannya lebih mudah dalam mengadopsi pengetahuan dan mengadopsi inovasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Soekartawi (2005) yang mengungkapkan bahwa mereka yang berpendidikan tinggi akan relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah akan sulit melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat.

15 40 Jumlah kepemilikan ternak berhubungan dengan perilaku komnikasi, karena semakin tinggi jumlah ternak yang dimiliki maka responden tersebut akan lebih aktif dalam hal pemenuhan kebutuhan informasi karena pada umumnya peternak yang memiliki jumlah ternak dengan skala besar (>10 ekor) akan menjadikan usaha ternaknya sebagai usaha pokok, sehingga untuk mencapai keberhasilan usahanya maka peternak tersebut akan lebih banyak mendatangi sumber informasi, melakukan kontak personal atau komunikasi interpersonal, mengakses media cetak, dan mengakses media elektronik. Apabila jumlah ternak yang dimiliki semakin banyak, maka kemungkinan peternak menghadapi kendala dari usaha ternaknya tersebut semakin besar. Selain itu, dengan banyakanya jumlah ternak yang dimiliki, maka akan semakin bervariasi pula jenis kendala yang dihadapi peternak. Peternak yang memiliki skala kepemilikan kecil tentu akan memiliki perilaku komunikasi yang berbeda dengan perilaku komunikasi peternak skala sedang dan skala besar baik itu dari aspek teknis maupun non teknis, sehingga akan mendorong peternak melakukan komunikasi untuk menghadapi kendala yang dihadapinya. Peternak dengan jumlah kepemilikan kecil tidak mempraktekan pengetahuan tentang manajemen pemeliharaan, manajemen pakan, dan manajemen usaha ternak yang diberikan secara rutin oleh penyuluh. Peternak kerbau skala kecil cenderung mengabaikan dan kurang mempercayai metode inseminasi buatan yang diberikan oleh penyuluh sehingga ternak yang dimiliki jarang menggunakan metode inseminasi buatan melainkan mereka cenderung menggunakan metode kawin alam. Sulitnya mendapat pakan selain rumput dan hijauan juga dialami oleh peternak dengan jumlah kepemilikan kecil. Tabel 9 menunjukan bahwa hubungan karakteristik peternak lainnya seperti tingkat pengalaman beternak terhadap perilaku komunikasi mempunyai nilai koefisien korelasi Rank Spearman yang negatif. Pengalaman beternak berhubungan negatif dengan perilaku komunikasi yang maknanya adalah semakin rendah tingkat

16 41 pengalaman beternak seseorang dalam beternak kerbau maka semakin tinggi perilaku komunikasinya. Hal ini dikarenakan peternak yang masih minim pengalamannya cenderung lebih giat dalam mencari informasi seputar usaha ternaknya baik di dalam desa maupun keluar desa. Perubahan perilaku seseorang terhadap penerimaan ide-ide baru, akan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, karakteristik ekonomi, dan lingkungan (Hare, 1962). Perilaku komunikasi merupakan perilaku yang muncul akibat aktivitas yang dilakukan secara terus menerus ketika seseorng berkomunikasi, dengan tujuan mendapatkan ide baru, mengubah sikap, kepercayan, dan opini.

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Pandeglang merupakan sentra populasi kerbau di Provinsi Banten dengan jumlah populasi kerbau sebesar 29.106 ekor pada tahun 2012 (Arfiani, 2016). Beternak

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI Volume 11, Nomor 1, Hal. 31-37 ISSN 0852-8349 Januari - Juni 2009 HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini yaitu para peternak kerbau di kelompok peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini yaitu para peternak kerbau di kelompok peternak 16 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dari penelitian ini yaitu para peternak kerbau di kelompok peternak Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang. 3.2 Metode Penelitian

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

Hubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal...Muhammad Fauzi

Hubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal...Muhammad Fauzi HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PETERNAK DALAM BETERNAK SAPI PERAH (Kasus Pada Kelompok Peternak Sapi Perah TPK Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik Individu 6.1.1. Umur BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dan berada pada rentang usia 40 sampai 67 tahun. Sebaran responden hampir

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Sumedang Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah sebesar 155.871,98 ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Gandus terletak di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Kecamatan Gandus merupakan salah satu kawasan agropolitan di mana

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Responden pada penelitian ini adalah peternak yang berdiam di Desa Dompu, Moyo Mekar dan Desa Sepakat Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat dengan karakteristik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kambing perah peranakan etawah (PE) merupakan ternak dwiguna yang

I PENDAHULUAN. Kambing perah peranakan etawah (PE) merupakan ternak dwiguna yang 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kambing perah peranakan etawah (PE) merupakan ternak dwiguna yang dapat menghasilkan susu dan daging. Ternak tersebut dapat dijadikan salah satu alternatif untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 47 BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 6.1 Keterdedahan Rubin (2005) mengartikan terpaan media sebagai suatu aktivitas khalayak dalam memanfaatkan atau menggunakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Blora terbagi dalam 16 kecamatan yaitu Kecamatan Jati, Kecamatan Randublatung, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV.1. Keadaan Geografis Watang Pulu adalah salah satu dari 11 kecamatan di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, Indonesia. Kecamatan Wattang Pulu terletak

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 68 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini merupakan Cross Sectional dengan metode survei yang menggunakan kuesioner, lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Lampung Barat.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 84 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan 105 o 45 Bujur Timur dan 5

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Desa Mekarjaya merupakan salah satu dari 13 (tiga belas desa) yang berada di Kecamatan Bungbulang. Kecamatan Bungbulang merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Jatitujuh berada di wilayah Utara Kabupaten Majalengka dan berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah, terletak diantara 110 50` - 111 15` Bujur Timur dan 6 25` - 7 00` Lintang

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah Penelitian dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih dan Cihaurbeuti. Tiga kecamatan ini berada di daerah Kabupaten Ciamis sebelah utara yang berbatasan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Mina Padi 1. Umur Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan berfikir petani dalam melaksanakan usaha taninya, hal tersebut juga berkaitan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Tabel 1 Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi (Dahlan 2001) No. Parameter Nilai Interpretasi 1. Kekuatan Korelasi (r) 2. Nilai p 3. Arah korelasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Desa Sumber Makmur yang terletak di Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung memiliki luas daerah 889 ha. Iklim

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah merupakan wilayah, pengembangan kakao yang cukup potensial. Komoditi ini merupakan sumber mata pencaharian

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o PEMBAHASAN I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian A. Kondisi Fisik Alami Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o LS serta 119 o 42 o 18 o BT 120 o 06 o 18 o BT yang terdiri

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 124,00 ha.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 124,00 ha. 39 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Keadaan Fisik Wilayah Penelitian Desa Buminagara merupakan sebuah desa di Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa

Lebih terperinci

1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Ciater terbagi kedalam 7 desa dengan luas wilayahnya, antara lain:

1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Ciater terbagi kedalam 7 desa dengan luas wilayahnya, antara lain: 37 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1.1.1 Keadaan Fisik Wilayah Penelitian Secara administratif, Ciater merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Subang, Jawa

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan PENGANTAR Latar Belakang Pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang berkelanjutan merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan baku industri; memperluas lapangan kerja

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan plasma nutfah Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan. Penampilan dari ayam kampung sangat beragam, mulai dari bentuk fisik, sifat genetik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Gorontalo memiliki letak yang sangat strategis sebagai pusat akses lintas daerah karena posisinya berada di titik tengah wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi)

MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi) Volume 11, Nomor 2, Hal. 01-07 ISSN 0852-8349 Juli - Desember 2009 MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten 47 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten Pringsewu terletak pada 140 0 42 0-105 0 8 0 BT dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian a) Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Giriharjo merupakan salah satu desa di Kecamatan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN AKHMAD HAMDAN dan ENI SITI ROHAENI BPTP Kalimantan Selatan ABSTRAK Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia yang memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga berjarak 10

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan pengalaman dalam usahatani.

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan pengalaman dalam usahatani. BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan data primer yang diperoleh dari 84 orang petani sampel, maka dapat dikemukakan karakteristik petani sampel, khususnya

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat 5.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Cisurupan terletak kurang lebih 18 Km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografis Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng merupakan salah satu pasar hewan yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Buana Sakti terletak di Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Buana Sakti terletak di Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur, 25 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Wilayah 1. Letak dan Luas Desa Buana Sakti Desa Buana Sakti terletak di Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Desa Buana

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano 23 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano 4.1.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat sebelah selatan, di antara 6

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 29 DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI Deskripsi Karakteristik Individu Petani Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa umur petani anggota

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Letak geografis Kabupaten Landak adalah 109 40 48 BT - 110 04 BT dan 00

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tantangan utama pembangunan peternakan sapi potong dewasa ini adalah permintaan kebutuhan daging terus meningkat sebagai akibat dari tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi Desa Pendowoharjo terletak di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul yang merupakan dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Margosari Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Desa Margosari dibuka pada tahun 1953 berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER 4.1. Keadaan Umum Lokasi Desa Cibaregbeg masuk wilayah Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, yang merupakan tipologi desa dataran rendah dengan luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci