BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Teguh Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Pulubala merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Secara Geografis Kecamatan ini terletak di sebelah Barat dari kota Limboto yang merupakan Kabupaten ibu kota Kabupaten Gorontalo. Kecamatan terletak 0,30 0 Lintang Utara, 1,0 0 Lintang Selatan, Bujur Timur, 123,3 0 Bujur Barat. Kecamatan Pulubala dengan luas wilayah 210,27 km 2 ini berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo Utara di sebelah utara, Kecamatan Tibawa di sebelah timur, Kecamatan Boliyohuto dan Mootilango di sebelah barat. Kecamatan Pulubala merupakan daerah dataran Tinggi yang berada ± 25 Meter diatas permukaan laut yang memungkinkan wilayah ini menjadi daerah perkebunan, pertanian, peternakan. Luas Kecamatan Pulubala ± 208,46 Km2. Batas terjauh wilayah dari barat sampai ke Timur ± 13 dan dari Utara ke Selatan ±16 KM, jarak dari ibu kota Kabupaten ± 20 KM. Kecamatan Pulubala terdiri dari 11 desa yaitu: Mulyenegoro, Bakti, Pulubala Tridharma, Pongongaila, Puncak, Molamahu, Molalahu, Toyidito, Ayumolingo, dan Bukit Aren, dengan ibu kota Kecamatan terletak di Pongongaila. Jumlah dusun yang ada di Pulubala adalah 44. Menurut Bagian pemerintahan Kecamatan Pulubala, status pemerintahan desa-desa di Pulubala adalah desa. Jika dilihat dari status hukumnya maka semua desa yang di Kecamatan Pulubala sudah tergolaong defenitif.
2 Jumlah penduduk Kecamatan Pulubala 2011 sebesar 116 jiwa per km2. Desa yang paling padat penduduknya adalah Bukit Aren 230 jiwa / km2, sedangkan yang terendah adalah Mulyenegoro 62 jiwa / per km2. 2. Keadaan Penduduk Penduduk merupakan salah satu wilayah yang cukup luas dengan berbagai potensi serta didukung oleh sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Rasio jenis kelamin penduduk Pulubala ini berarti bahwa untuk setiap 101 penduduk laki-laki terdapat 100 penduduk perempuan, atau dapat dikatakan jumlah penduduk laki-laki di Pulubala lebih banyak dari penduduk perempuan. Tabel 1. Banyaknya penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Menurut Desa di Kecamatan Pulubala. Desa Laki-laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin Mulyonegoro Bakti Pulubala Tridharma Pongongaila Puncak Molamahu Molalahu Toyidito Ayumolingo Bukit Aren Jumlah , Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Gorontalo 2012.
3 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu negara adalah tersedianya cukup sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Di Kabupaten Gorontalo pada tahun Tabel 2. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan Tahun Jenjang Pendidikan APM APK SD 98,17 114,7 SMP 55,09 75,46 SMA 30,26 40,38 Sumber: Badan Pusat Statistik (Dinas Pendidikan Kabupaten Gorontalo). Berdasarkan Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka partisipasi kasar (APK) sebesar 114,7 artinya dari 100 penduduk usia 7-12 tahun terdapat 114 penduduk yang bersekolah di jenjang SD diluar usia 7-12 tahun. Angka Partisipasi Murni (APM) menggambarkan partisipasi penduduk bersekolah di jenjang tersebut sesuai kelompok usia pada jenjang tersebut APM SD 98,17 berarti dari 100 murid SD terdapat 98 murid yang bersekolah tepat waktu diusia 7-12 tahun. B. Karakteristik Responden 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi tingkat kemampuan dalam mengelola usaha terutama dalam beternak. Umumnya Peternak yang masih muda dan sehat relatif lebih mudah menerima dan mudah menanggung resiko serta memiliki kemampuan fisik yang kuat untuk bekerja dibandingkan pedagang yang sudah lanjut usia. Semakin tinggi umur seseorang
4 maka semakin rendah terantung sama orang lain. Menurut (febrina, 2008), bahwa umur produktif berkisar tahun, sedangkan yang belum produktif 0-15 tahun, dan yang tidak produktif > 65 tahun. Untuk mengetahui lebih jelas umur peternak Sapi Bali yang ada di Kecmatan Pulubala dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Tingkat Umur Responden No Umur Jumlah Responden Presentase (%) Keterangan Belum Produktif Produktif 3 > Tidak Produktif Jumlah Sumber : Data diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 3 di atas, terbagi atas 3 tingkatan umur peternak. Pertama, pedagang dari 0-15 tahun tidak ada pada umur ini pedagang belum produktif. Kedua, peternak yang memiliki kisaran umur tahun berjumlah 28 orang atau 93 %, pada umur ini peternak telah bekerja produktif, karena di usia yang masih terbilang muda kemampuan fisik peternak sangat kuat dan berenergik, sehingga sangat menunjang dalam meningkatkan produktifitas beternak. Ketiga, peternak yang berumur lebih dari 65 tahun atau tidak produktif berjumlah 2 orang atau 7 %, karena umur yang sudah lanjut usia kemampuan fisiknya sangat lemah. Ketiga kelompok ini tergolong kelompok belum produktif yang produktif, dan tidak produktif.
5 2. Pendidikan Menurut (Ihsan, 2011) bahwa tingkat pendidikan pemilik usaha mempengaruhi keputusan pembiayaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan pemilik usaha maka akan semakin mudah dan cepat orang yang menerima suatu inovasi dan pinjaman dari pihak luar di dalam membiayai usahanya. Hal ini sama dengan hasil penelitian (Mayangsari, 2000) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi kemampuannya untuk memperoleh modal atau pinjaman dari luar. Tingkat pendidikan responden dapat menunjang dalam peningkatan usaha, sehingga akan berdampak pada kemajuan. Berdasarkan penelitian di lapangan tingkat pendidikan peternak dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini. Tabel 4. Tingkat Pendidikan Responden No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. SD SMP SMA 4 13 Jumlah Sumber: Data diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dijelaskan tingkat pendidikan peternak Sapi di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo untuk pendidikan SD berjumlah 22 orang atau 74 %, pendidikan SMP berjumlah 4 orang atau 13 %, dan untuk SMA berjumlah 4 orang atau 13 %. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan peternak responden, dan merupakan salah satu faktor yang
6 menentukan keberhasilan, meskipun dengan pendidikan rendah minimal peternak telah mengetahui pentingnya suatu usaha dalam beternak. 3. Jumlah Tanggungan Keluarga Semakain besar jumlah tanggungan keluarga Peternak akan termotifasi untuk bekerja memperoleh pendapatan yang besar agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Tanggungan keluarga yang produktif bagi peternak merupakan sumber tenaga kerja yang utama untuk menunjang kegiatan usahanya, peternak responden di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo dapat di lihat pada tabel 5 berikut: Tabel 5. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Jumlah Tanggungan Jumlah Responden Persentase (%) > Jumlah Sumber: Data diolah, 2013 Berdasaran Tabel 5, dapat dilihat bahwa sebagian besar peternak sapi responden memiliki jumlah tanggungan keluarga yang cukup besar, ini dapat dilihat dimana jumlah responden yang memiliki tanggungan keluarga 4 6 orang atau lebih, sebanyak 14 orang atau 47 %. Hal ini akan mengakibatkan pengeluaran untuk keperluan pemenuhan kebutuhan sehari-hari semakin bertambah. Sedangkan yang memiliki tanggungan 4 6 orang berjumlah 14 orang atau 47 %, kemudian jumlah tanggungan yang > 6 orang berjumlah 2 orang atau
7 6 %. Pengeluaran tersebut terbilang standar untuk biaya yang ditanggung hanya sedikit dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. 4. Pengalaman Berdagang Selain faktor pendidikan yang dapat berpengaruh terhadap tingkat produktifitas dan kemampuan kerja seseorang, faktor pengalaman kerja juga merupakan salah satu indikator yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan menjalankan pekerjaan. Pengalaman kerja seseorang dapat dilihat dari lamanya seseorang tersebut menggeluti usaha atau pekerjaan tersebut. Umumnya mereka memiliki pengalaman banyak (Armin, 2011). Pengalaman berdagang merupakan faktor penentu dalam keberhasilan suatu usaha. Semakin banyak pengalaman maka semakin memiliki kemampuan dalam mengelola usaha ternaknya. Berdasarkan pengalaman berdagang ternak sapi yang ada di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada Tabel 6 berikut: Tabel 6. Pengalaman Berdagang Responden No Pengalaman Berdagang Jumlah Responden Persentase Tahun (Orang) (%) > Sumber: Data diolah, Jumlah Berdasarkan Tabel 6, dapat di lihat bahwa pengalaman berdagang yang dimiliki peternak responden cukup lama karena rata-rata peternak telah memiliki
8 pengalaman berdagang lebih dari 5 tahun sebanyak 28 orang atau 93 %, peternak yang memiliki pengalaman berdagang 2 tahun itu tidak ada atau 0%. Sedangkan sisanya peternak memiliki pengalaman berdagang itu 3 tahun sebanyak 2 orang atau 7 %. C. Pemasaran Ternak Sapi Bali Menurut (Fanani, 2002). Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial. Pada prinsipnya pemasaran adalah pengaliran barang dari produsen ke konsumen. Aliran barang tersebut dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran yang dalam hal ini tergantung dari sistem yang berlaku dan aliran yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran Ternak Sapi Bali yang ada di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo dilakukan peternak dengan baik yaitu dengan memenuhi peraturan yang berlaku seperti pembayaran iuran, surat-surat dalam transportasi dan lainlain, guna dalam proses pemasaran ternaknya. Proses penentuan harga peternak harga sendiri sebagian besar di tentukan sesuai dengan kondisi yang ada, seperti dalam memperingati hari-hari besar seperti Hari Raya Qurban yang tentunya harga sapi pun melonjak naik, maka hal inilah yang di manfaatkan para peternak untuk memperoleh keuntungan yang lebih banyak. Saluran pemasarn adalah saluran barang dan jasa dari produsen hingga ke konsumen akhir, dan menyelenggarakan berupa lembaga atau badan-badan yang bertugas
9 melaksanakan fungsi pemasaran sendiri atau memenuhi keinginan sedangkan pihak konsumen akan memberikan imbalan berupa margin kepada lembaga pemasaran tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa ada dua macam aktifitas pemasaran ternak Sapi Bali yang dilakukan di Pasar Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo yaitu pemasaran langsung dan pemasarn tidak langsung, kedua saluran yang dijalankan tersebut adalah: a. Saluran Pemasaran Langsung Peternak Sapi Konsumen Gambar 7. Bentuk saluran langsung Saluran pemasarn ini merupakan pemasaran langsung diterima dari peternak langsung berhubungan dengan pasar dan menjual ternaknya kepada konsumen, bentuk saluran ini sangat mudah untuk dilalui dan sebagian kecil dilakukan oleh peternak sapi yang ada di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan penelitian kebanyakan peternak sapi melakukan penjualan secara langsung tanpa adanya perantara. Tipe ini terjadi sewaktu-waktu peternak membutuhkan sesuatu untuk kebutuhan hidupnya. Berdasarkan wawancara hal ini dilakukan karena pada umumnya sentra perdagangan sapi berada di pasar Pulubala yang berdekatan dengan jarak rumah mereka sehingga untuk biaya pemasaran sapi lebih sedikit.
10 Bentuk saluran langsung merupakan bentuk saluran yang paling mudah untuk dilalui tanpa adanya perantara, saluran langsung dapat meningkatkan penerimaan peternak karena dengan biaya pemasaran sedikit dan bentuk saluran pemasaran yang pendek membuat peternak lebih bisa mendapatkan keuntungan yang lebih. Dengan kata lain pedagang yang memiliki modal kuat cenderung memperpendek saluran pemasaran maka penerimaanya akan lebih pula. b. Saluran Pemasaran Tidak Langsung Peternak Sapi Pedagang Pengumpul Konsumen Gambar 8. Bentuk saluran tidak langsung Pada saluran tidak langsung dilakukan jumlah responden 30 orang pada pedagang Sapi Bali, hal ini karena pedagang langsung mendatangi rumah peternak untuk membeli Sapi untuk dijual kembali ke konsumen. Pedagang pengumpul dapat melakukan penawaran yang rendah sesuai dengan kesepakatan yang disetujui oleh kedua pihak. Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Pulubala menunjukan bahwa sebagian besar pedagang adalah pedagang sapi yang kemudian dijual kembali ke konsumen dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari hasil pembelian sebelumnya. 1. Lembaga-lembaga pemasaran Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran produk-produk peternakan ini beragam sekali tergantung jenis yang di pasarkan. Bentuk saluran tidak langsung satu ini umumnya lebih banyak dilakukan pedagang ternak sapi yang ada di pasar Pulubala, dari produsen pedagang
11 pengumpul menjualnya langsung ke konsumen, dengan tambahan biaya pemasaran yang di keluarkan akan mengurangi hasil atau penerimaan yang mereka dapatkan. makin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran pemasaran yang akan dilalui. Peternak Sapi Pedagang Besar Konsumen Gambar 9. Bentuk saluran tidak langsung Pada saluran ketiga ini dari peternak sapi kemudian di jual kepada pedagang pengumpul lalu menjualnya kepada pedagang besar. Seperti yang dikemukakan (Nugraha, 2006) proses penyaluran produk dari pihak produsen hingga mencapai konsumen akhir, sering ditemui adanya lembaga-lembaga perantara, hingga konsumen akhir. Semakin jauh jarak antara produsen dengan konsumen maka saluran pemasaran yang terbentuk akan semakin panjang. Berdasarkan wawancara hasil analisis, saluran diperoleh pemasaran langsung dan tidak langsung. Pemasaran tidak langsung yaitu: Peternak, Pedagang Pengumpul Konsumen, Sedangkan saluran langsung yaitu Peternak, Konsumen. Dalam usaha untuk memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen dibutuhkan peran dari badan atau individu lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran adalah lembaga perantara yang terlibat dalam proses penyampaian barang dan jasa dari pihak produsen hingga ke tangan konsumen akhir. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam penelitian ini Produsen, Pedagang pengumpul, konsumen. a. Produsen (Peternak)
12 Produsen adalah peternak yang melakukan usaha ternak sapi yang ada di wilayah Kecamatan Pulubala yang berjumlah tiga puluh orang, dimana pihak pertama yang menyalurkan sapi ke konsumen. b. Pedagang pengumpul Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli langsung dari peternak sapi merupakan pihak kedua dari yang menyalurkan ternak sapi yang kemudian di jual kembali ke konsumen. Sistem penyaluran inilah yang dilakukan pedagang sapi yang ada di pasar Pulubala. Harga yang telah ditawarkan oleh peternak maka akan di jual kembali kepada konsumen tentunya dengan harga yang diatas harga pembelian sebelumnya demi mendapatkan suatu keuntungan dalam perdagangan. c. Pedagang besar Pedagang besar adalah pedagang yang membeli Sapi Bali dari pedagang pengumpul yaitu berjumlah satu orang yang umumnya berada di Gorontalo. Pedagang besar memiliki modal yang cukup besar sehingga mereka dapat menampung sementara ternak sapi untuk di jual kembali ke daerah lain tentunya hal ini memakan biaya yang cukup besar untuk biaya pemasaran dalam proses penyaluran hingga ke daerah lain. d. Konsumen Konsumen adalah orang yang membeli ternak sapi dari pedagang. Konsumen membeli ternak di pasar pulubala melalui peternak, pedagang pengumpul, pedagang besar. Konsumen biasanya membeli ternak sapi harga berkisar Rp Rp tergantung besar kecilnya ternak tersebut..
13 2. Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali Margin pemasaran merupakan selisih antara harga jual di tingkat produsen dan harga beli di tingkat pemasaran. Untuk menganalisis pemasaran ternak sapi di Pasar Pulubala para lembaga pemasaran melakukan bentuk pemasaran yang berbeda-beda sehingga harga yang di terima dari konsumen pun berbeda. 1. Saluran Pemasaran Langsung Saluran pemasaran terdiri dari : Produsen Konsumen. Saluran pemasaran yang pertama ini merupakan saluran pemasaran dan pengiriman yang paling kecil dari produsen. Saluran pemasaran ini tidak menggunakan lembaga pemasaran manapun, dan oleh karena itu merupakan saluran yang memiliki rantai pemasaran paling pendek. Berdasarkan wawancara di rumah maupun di pasar Pulubala peternak sapi yang umumya berada di Kecamatan Pulubala lebih menjual jenis ternak Sapi Bali. Saluran pemasaran yang dilakukan peternak adalah jenis saluran pemasaran langsung yaitu dari peternak langsung menjual ke konsumen, sehingga untuk biaya pemasarannya lebih sedikit. Saluran pemasaran langsung lebih muda di lalui tanpa adanya perantara sehingga tidak memiliki margin pemasaran. Secara rinci maka dapat dilihat pada Tabel 7. Analisis margin pemasaran, Farmer s Share, efesiensi pemasaran ternak Sapi Bali di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo.
14 Tabel 7. Data Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali No Uraian Harga Margin pemasaran Farmer s Share (Rp/ekor) I Pemasaran langsung 1. Peternak a. Harga jual b. Biaya pemasaran Transportasi Komisi Iuran pasar Pakan c. Total biaya Harga bersih Margin pemasaran 0 Sumber: Data diolah, 2013 Tabel 7 di atas menunjukan bahwa pada saluran pemasaran langsung itu tidak memiliki margin, hal ini terjadi karena bentuk saluran langsung dimana peternak (produsen) sendiri langsung memasarkan ternaknya kepada konsumen, untuk biaya pemasaran rata-rata peternak mengeluarkan biaya pemasaran yaitu transportasi Rp , komisi Rp iuran pasar Rp 7.895, pakan Rp dengan total biaya pemasaran Rp dengan harga bersih yang diterima peternak sejumlah Rp / ekor. 2. Saluran pemasaran tidak langsung Jenis saluran pemasaran tidak langsung merupakan saluran tidak langsung yang terdiri dari lembaga pemasaran : Produsen, Pedagang, Konsumen, dengan bentuk saluran pemasaran Peternak Pedangang pengumpul Konsumen. Umumnya, seorang pengumpul akan menjual ternak sapi di pasar bersama-sama dengan komoditas-komoditas ternak lain yang dibawanya. Berdasarkan
15 wawancara yang berada di lokasi penelitian di Pasar Kecamatan Pulubala yaitu pedagang pengumpul langsung membeli ternak Sapi Bali di rumah produsen (Peternak), kemudian dijual kembali di pasar pulubala. Proses penyaluran produk sampai ke konsumen akhir, di lalui oleh panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui semakin tinggi margin pemasaran maka semakin kecil bagian yang diterima oleh peternak. Hasil penelitian dimana harga di tingkat produsen dan harga pemasaran sehingga dapat di ketahui margin pemasaran ternak Sapi Bali di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali Tidak Langsung No Uraian Harga Margin pemasaran Farmer s Share (Rp/ekor) (%) II. Pemasaran tidak langsung 1.Peternak a. Harga jual Pedagang pengumpul Harga beli a. Biaya pemasaran Transportasi Komisi Iuran pasar Pakan b. Total biaya c. Keuntungan d. Harga jual ke konsumen Sumber: Data diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 8 diatas menunjukan bahwa pemasaran pada saluran pemasaran tidak langsung karena pedagang pengumpul langsung membeli ternak Sapi Bali kepada peternak (produsen) dan akan dijual kembali ke konsumen.
16 Pedagang pengumpul memperoleh margin pemasaran sebesar Rp dengan biaya pemasaran transportasi Rp dan komisi Rp , iuran pasar Rp 8.823, pakan sehingga total biaya Rp bagian yang diterima pedagang pengumpul pada keuntungan sebesar Rp , Farmer s Share sebesar 93,85%. 3. Saluran pemasaran tidak langsung II Jenis saluran ini merupakan saluran yang terpanjang yang ada di Kecamatan Pulubala, dari hasil wawancara maka dijelaskan bahwa pedagang pengumpul membeli ternak Sapi Bali langsung kepada produsen atau peternak sendiri kemudian dijual langsung kepada pedagang besar. Secara rinci biaya pemasaran dapat dijelaskan yaitu untuk biaya transportasi darat Rp /ekor, transportasi laut Rp /ekor, komisi yang diberikan Rp , biaya kandang yang dilakukan di daerah lain Rp /ekor, dan untuk surat pemotongan Rp /ekor. Dari hasil penjelasan maka dapat dijelaskan bahwa pemasaran tidak langsung dua ini merupakan pemasaran yang tidak mudah dilalui karena lebih memakan waktu yang lebih banyak. Secara rinci analisis margin pemasaran, farmer s share dan efesiensi pemasaran dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
17 Tabel 9. Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali Tidak Langsung No Uraian Harga Margin pemasaran Farmer s Share (Rp/ekor) (%) III Pemasaran tidak langsung 1. Peternak Pedagang pengumpul Harga beli Pedagang besar Harga beli a. Biaya pemasaran Transportasi darat Transportasi laut Komisi Kandang Surat pemotongan b. Total biaya c. Keuntungan Harga jual konsumen Sumber: Data diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 9 di atas menunjukan bahwa saluran III adalah bentuk saluran tidak langsung karena dilihat dari jalur pemasaran pedagang besar membeli Sapi Bali dari pedagang pengumpul membeli kepada peternak. Margin pemasaran yang di dapat dari saluran pemasaran III yaitu Rp , pada pedagang besar Rp biaya pemasaran transportasi darat Rp , transportasi laut Rp , surat pemotongan Rp , kandang , komisi Rp dengan farmer s share 84.21% sedangkan pada pedagang
18 besar farmer s share %. dengan keuntungan Rp Hal ini dibuktikan berdasarkan teoritis pada (Hanafie, 2010) semakin tinggi margin pemasaran maka semakin sedikit bagian yang diterima. Berlangsunya penjualan ternak sapi secara tidak langsung dua ini di lakukan oleh beberapa pihak lembaga pemasaran dari produsen, pedagang pengumpul, dan pedagang besar. Pedagang pengumpul sendiri dapat dikatakan pedagang menengah karena telah melakukan kerja sama secara langsung dengan pihak ketiga atau pedagang besar untuk menyalurkan ternak Sapi Bali langsung dari peternak langsung dijual kepedagang besar, berdasarkan wawancara hal ini dilakukan karena dengan biaya pemasaran yang lebih sedikit maka keuntungan yang di dapatkan akan lebih banyak, dibandingkan dengan penyaluran yang dilakukan oleh pedagang besar lebih memakan biaya yang besar dan waktu yang cukup lama sehingga keuntungan yang di terimanya akan lebih sedikit. 3. Farmer s Share Farmer s Share adalah perbandingan antara harga yang di terima petani dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir (Limbong dan Sitorus, 1987). Selanjutnya farmer s share sebagai selisih antara harga retail dengan margin pemasaran. Farmer s share merupakan bagian dari harga konsumen yang diterima oleh petani dan dinyatakan dalam persentase harga konsumen. Hal ini berguna untuk mengetahui porsi harga yang berlaku di tingkat konsumen di nikmati oleh petani (Nugraha, 2006). Tingkat efesiensi sebuah sistem pemasaran dapat dilihat dari penyebaran margin pemasaran, farmer s share (pembagian peternak) dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran.
19 4. Efesiensi Pemasaran Ternak Sapi Bali Menurut (Rahim dan Hastuti, 2007) efesiensi pemasaran dapat terjadi yaitu pertama jika pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, kedua persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, ketiga tersedianya fasilitas fisik pemasaran, dan keempat adanya kompetisi pasar yang sehat. Efisiensi pemasaran terbagi menjadi dua kategori yaitu efesiensi operasional teknologi dan efesiensi harga (ekonomi). Efisiensi opersional meliputi efesiensi dalam pengolahan, pengemasan, pengangkutan dan fungsi lain dari sistem pemasaran. Dengan adanya efesiensi operasional tersebut biaya akan menjadi lebih rendah dan output dari barang atau jasa tidak berubah atau bahkan meningkat kualitasnya. Sedangkan efesiensi harga, harus memperhatikan jumlah produsen yang ada di pasar, kemampuan dari produsen baru untuk memasuki pasar dan kemungkinan terjadi kolusi antar produsen (Limbong dan Sitorus, 1987). Dalam pemasaran ini yang digunakan dengan mengetahui efesiensi pemasaran ternak Sapi Bali di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo dapat dilihat dari margin pemasaran, bagian harga yang diterima peternak/produsen. Margin pemasaran merupakan selisih antara harga jual di tingkat produsen dan harga beli di tingkat pengecer. Untuk menganalisis pemasaran ternak Sapi Bali di Pasar Pulubala para lembaga pemasaran melakukan bentuk pemasaran yang berbeda-beda sehingga harga yang di terima dari konsumenpun berbeda. Secara rinci efisiensi pemasaran dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
20 Tabel 10. Efisiensi Pemasaran Ternak Sapi Bali No Uraian Harga Efisiensi pemasaran (Rp/ekor) ( % ) I Pemasaran langsung a. Harga jual konsumen b. Total biaya pemasaran II Pemasaran tidak langsung I a. Harga jual konsumen b. Total biaya pemasaran III Pemasaran tidak langsung II a. Harga jual konsumen b. Total biaya pemasaran Sumber: Data diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 10 di atas menunjukan bahwa terdapat tiga saluran yaitu saluran langsung, saluran tidak langsung I, dan saluran tidak langsung II. Pada saluran langsung harga jual ke konsumen Rp , total biaya pemasaran Rp dengan efisiensi pemasaran 1.40%. Pada saluran pemasaran tidak langsung I harga jual ke konsumen Rp , total biaya pemasaran Rp dengan efisiensi pemasaran 1.46%. Pada saluran pemasaran tidak langsung II harga jual ke konsumen Rp , total biaya pemasaran Rp dengan efisiensi pemasaran 8.31%.
Gambar 2. Lokasi penelitian Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Pulubala merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo yang memiliki 11 desa. Kecamatan
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL. Analisis Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali Di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. INDRYANI ALI NIM.
LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL Analisis Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali Di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. INDRYANI ALI NIM. 621409041 TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI Pembimbing I Pembimbing II Sri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan
A. Sapi Bali BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan banteng (Bibos) yang telah mengalami
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Provinsi Gorontalo, melalui undang-undang Nomor 38 Tahun 2000 merupakan Provinsi ke 32 setelah memarkan diri dari provinsi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan
TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Sapi Potong Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi
Lebih terperinciBAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Tataniaga Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Pemasaran Dalam penelitian ini yang diidentifikasi dalam sistem pemasaran yaitu lembaga pemasaran, saluran pemasaran, serta fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal
28 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal pedaging. Peternak merupakan pihak yang melakukan kegiatan pemeliharaan itik
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Pasar dan Pemasaran Pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk bertukar barang-barang mereka. Pasar merupakan suatu yang sangat
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kabupaten Brebes merupakan daerah sentra produksi bawang merah di Indonesia, baik dalam hal luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas per
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
Lebih terperinciTATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK
56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh
Lebih terperinciVII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten
BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang
Lebih terperincidan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan dan lautan yang sangat luas sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk berada di sektor pertanian. Sektor
Lebih terperinci8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK
69 adalah biaya yang ditanggung masing-masing saluran perantara yang menghubungkan petani (produsen) dengan konsumen bisnis seperti PPT dan PAP. Sebaran biaya dan keuntungan akan mempengarhui tingkat rasio
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pasar Ciroyom Bermartabat terletak di pusat Kota Bandung dengan alamat Jalan Ciroyom-Rajawali. Pasar Ciroyom
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Peternak Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis.
16 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian adalah saluran pemasaran Ayam Sentul di Kelompok Peternak Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis. Adapun pelaku saluran pemasaran Ayam
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kariyana Gita Utama (KGU) yang berlokasi di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat
Lebih terperinciElvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran
ANALISIS PEMASARAN IKAN NEON TETRA (Paracheirodon innesi) STUDI KASUS DI KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN CURUG JAYA II (KECAMATAN BOJONGSARI, KOTA DEPOK JAWA BARAT) Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep
Lebih terperinciANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT
ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT Adida 1, Kukuh Nirmala 2, Sri Harijati 3 1 Alumni Program
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga berjarak 6 km dari ibukota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertofografi rendah dengan luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermaksud menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebarannya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang ekologi manusia yang bermaksud menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebarannya dan aktivitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur
Lebih terperincibeberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada
4.1. Profil Wilayah BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 49 29 Lintang Selatan dan 6 0 50 44
Lebih terperinciBAB IV HASIL PEMBAHASAN. Kota Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo, Kecamatan Kabila juga di lintasi
BAB IV HASIL PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Kabila dilihat dari letak geografisnya terletak di posisi yang sangat strategis karena selain di lintasi oleh akses
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Gapoktan Bunga Wortel Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penetuan lokasi penelitian
Lebih terperinciKEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1, Letak dan Keadaan Geogrqfls Desa Pantai Raja terletak di kecamatan Perhentian
17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1, Letak dan Keadaan Geogrqfls Desa Pantai Raja terletak di kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar. Desa Pantai Raja merupakan satu
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus
Lebih terperinciVII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR
VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah
5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan
Lebih terperinciANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK
ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK Muhammad Fauzan Erzal *, Taslim** dan Adjat Sudradjat Masdar**
Lebih terperinciSeries Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun
Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani Soeharjo dan Patong (1973), mengemukakan definisi dari pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis Secara umum sistem pemasaran komoditas pertanian termasuk hortikultura masih menjadi bagian yang lemah dari aliran komoditas. Masih lemahnya pemasaran komoditas
Lebih terperinciLanjutan Pemasaran Hasil Pertanian
Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian BIAYA, KEUNTUNGAN DAN EFISIENSI PEMASARAN 1) Rincian Kemungkinan Biaya Pemasaran 1. Biaya Persiapan & Biaya Pengepakan Meliputi biaya pembersihan, sortasi dan grading
Lebih terperinciIV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas
IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk
28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR
BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani
6 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Kelayakan Usahatani II. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soeharjo dkk (1973) dalam Assary (2001) Suatu usahatani dikatakan layak atau berhasil apabila usahatani tersebut dapat menutupi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tataniaga Pertanian Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. Pemasaran adalah kegiatan mengalirkan barang dari produsen ke konsumen akhir
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA MAWAR POTONG DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Abstrak
DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT Armenia Ridhawardani 1, Pandi Pardian 2 *, Gema Wibawa Mukti 2 1 Alumni Prodi Agribisnis Universitas Padjadjaran 2 Dosen Dept. Sosial Ekonomi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Pelabuhan Pekalongan semula merupakan pelabuhan umum. Semenjak bulan Desember 1974 pengelolaan dan asetnya diserahkan
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang
V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang
Lebih terperinciPEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK
PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK Idah Lumahtul Fuad Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: faperta.@yudharta.ac.id ABSTRAKSI Degradasi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciFARMER SHARE DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KACANG HIJAU
Volume 6 No. 2September 2014 FARMER SHARE DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KACANG HIJAU (Vigna radiata, L.) DI KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN Oleh: Yudhit Restika Putri, Siswanto Imam Santoso, Wiludjeng
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN A. Profil Kabupaten Banyumas 1. Kondisi Geografis Kabupaten Banyumas Kabupaten Banyumas merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah yang terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung
Lebih terperinciBAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.
BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok
Lebih terperinciANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)
ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut) THE ANALYSIS OF MARKETING CHANNEL AND MARGIN ON BUFFALO (A Case Study in the Bungbulang District Garut
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar
BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Teori Pemasaran Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar adalah himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Trimurti merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Trimurti merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Trimurti memiliki luas
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaram Umum Objek Penelitian 1. Kota Bandar Lampung a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016 Gambar 4.1. Peta Administrasi Bandar
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kerangka Teoritis 2.1.1. Pemasaran Pemasaran menarik perhatian yang sangat besar baik oleh perusahaan, lembaga maupun suatu negara. Terjadi pergeseran kebutuhan sifat dari
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap,
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Cilacap Selatan berada dipusat kota Cilacap
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,
26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan
Lebih terperinciDISTRIBUSI DAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG PANJANG
DISTRIBUSI DAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) DARI KECAMATAN BATURITI KE KOTA DENPASAR A A Gede Ary Gunada 1, Luh Putu Wrasiati 2, Dewa Ayu Anom Yuarini 2 Fakultas Teknologi Pertanian,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Pulau Pahawang merupakan sebuah pulau yang terletak di Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung yang berada pada 5º40,2-5º43,2 LS dan 105º12,2-105º15,2 BT, Pulau Pahawang
Lebih terperinciIV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pola Distribusi Pemasaran Cabai Distribusi adalah penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Blora terbagi dalam 16 kecamatan yaitu Kecamatan Jati, Kecamatan Randublatung, Kecamatan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Pati merupakan salah satu bagian dari 35 Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pati merupakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur Karakteristik pembudidaya ikan KJA di Jatiluhur dilihat dari umur, pengalaman dan pendidikan.
Lebih terperinciBAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN
46 BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Profil Desa Tawangrejo 1. Letak geografis Secara geografis Desa Tawangrejo
Lebih terperinci