BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Umum Perusahaan Profil Perusahaan PT. Carvil Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur pembuatan sepatu dan sandal yang mulai berdiri pada bulan November tahun PT. Carvil Abadi berlokasi di Jln. Muara Baru Komplek Pergudangan Nilakandi No 5-6, Penjaringan, Jakarta Utara. Modal dasar yang digunakan dalam mendirikan perusahaan berasal dari modal sendiri. Untuk saat ini PT. Carvil Abadi masih merupakan perusahaan yang mana seluruh sahamnya dipegang oleh keluarga pemilik. PT. Carvil Abadi merupakan salah satu produsen sepatu dan sandal lokal terbesar di Indonesia, yang memiliki outlet-outlet yang tersebar. Sebagai salah satu produsen sepatu dan sandal terbesar di Indonesia, PT.Carvil Abadi memiliki tujuan untuk menghasilkan sepatu dan sandal yang berkualitas dan memiliki nilai tinggi. PT.Carvil Abadi memiliki kapasitas produksi dari sampai dengan.000 pasang per harinya dan memiliki segmen pasar golongan masyarakat kelas menengah. Namun, PT. Carvil Abadi selaku produsen sepatu dan sandal juga memiliki ancaman, misalnya pesaing dari perusahaan yang bergerak dibidang yang sama seperti Bata. Untuk itu PT.Carvil Abadi memiliki komitmen untuk memberikan kualitas yang terbaik agar dapat memuaskan konsumen Visi dan Misi PT. Carvil Abadi Visi: Menjadi salah satu produsen pembuatan alas kaki yang berkualitas dan bermutu di Indonesia Misi: 43

2 44 1. Mengembangkan produk alas kaki sesuai perkembangan zaman dan model yang ada.. Meningkatkan kinerja karyawan sehingga dapat menjadi perusahaan yang berkompenten di bidangnya. 3. Menjalin hubungan dan kemitraan yang baik dengan konsumen Struktur Organisasi Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Berikut adalah struktur organisasi dari PT.Carvil Abadi.

3 45 Direktur Utama PT.Carvil Abadi General Manager Manajer Pembelian Manajer Keuangan & Accounting Manajer HRD Manajer IT Manajer Marketing dan R&D Manajer Pergudangan Staff Staff Staff Staff Staff Staff Accounting Staff Keuangan Gambar 4.1 Struktur organisasi Sumber : Data Primer ( 010 )

4 46 Berikut ini adalah deskripsi struktur organisasi yang terdapat pada PT.Carvil Abadi : 1. Direktur utama Direktur utama bertugas memeriksa laporan yang diberikan oleh general manager sebagai tolak ukut kemajuan perusahaan. Selain itu direktur utama juga bertugas sebagai penanggungjawab perusahaan untuk segala aspek dan memantau perkembangan perusahaan. General manager General manager adalah kepala dari seluruh bagian divisi manajer. General manager bertugas untuk memeriksa laporan dari seluruh bagian divisi manajer dan kemudian melaporkannya kepada direktur utama 3. Manajer pembelian Manajer pembelian memiliki tugas untuk mengurus program pembelian dan mengkoordinasikan proses pelaksanaan pembelian dan pengangkutan hasil penjualan. Dan juga mengusahakan teknik-teknik lain dalam pembelian untuk mendapatkan bahan baku yang berkualitas tinggi dan menguntungkan 4. Manajer keuangan dan accounting Manajer keuangan dan accounting mempunyai tugas-tugas sebagai berikut : Menyusun dan mengendalikan laporan keuangan berdasarkan pencatatan yang telah dilakukan dan menyajikan tepat pada waktunya Menyusun laporan keuangan dan laporan operasi lainnya Bertanggung jawab atas pengawasan kas Bertanggung jawab atas segala aktivitas yang berhubungan dengan keuangan perusahaan Mengesahkan penerimaan dan pengeluaran kas Bertanggung jawab mengenai pelaporan pajak, menghitung biaya produksi, penjualan dan administrasi.

5 47 5. Manajer HRD Manajer HRD ( Human Resource Development ) bertanggungjawab terhadap pengelolaan sumber daya manusia dalam sebuah organisasi. Pengelolaan dari sumber daya manusia yang ideal dalam organisasi memiliki beberapa aspek, yaitu : Seleksi dan perekrutan Pelatihan dan pengembangan Kompensasi Manajemen kinerja Perencanaan karir Hubungan karyawan Masing-masing aspek inilaih yang akan menopang kinerja HR dalam organisasi untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia berkualitas untuk menjawab kebutuhan bisnis dalam organisasi 6. Manajer IT Manajer IT bertugas menetapakn kebijakan dan strategi pengembangan serta pengelolaan SI/TI ( perangkat keras dan perangkat lunak computer ), memelihara dan mengawasi penggunaan SI/TI 7. Manajer Marketing dan R&D ( Research and Development ) Manajer marketing dan R&D memiliki tugas sebagai berikut : Merencanakan dan mengkoordinir pelaksanaan tugas dan pengembangan Mengajukan usulan penelitian untuk dapat menciptakan produk yang baru Bertanggungjawab terhadap perolehan hasil penjualan dan penggunaan dana promosi 8. Manajer pergudangan Manajer pergudangan memiliki tugas sebagai berikut : Mengawasi transaksi penerimaan dan pengeluaran barang gudang

6 48 Mengkoordinasi penjagaan dan pengawasan secara fisik terhadap barang gudang Menjaga sistem penerimnaan dan pengeluaran barang gudang Mengkoordinasikan jadwal pengiriman barang yang dijual kepada langganan agar tepat waktu 9. Staff Staff memiliki tugas untuk menjalankan tugas sebagaimana telah ditentukan atau ditetapkan oleh manajer masing-masing divisi dan bertanggungjawab atas tugas itu Jam Kerja PT.Carvil Abadi beroperasi selama 9 jam selama 5 hari dalam satu minggu, dengan penjadwalan kerja : Senin Kamis : Jumat : ( 30 menit lebih telat karena terpotong ibadah sholat jumat) 4. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan pada 3 stasiun kerja dimana setiap stasiun kerja dliakukan pengamatan sebanyak 30 kali Data Hasil Pengamatan Berikut adalah tabel data hasil pengamatan yang berupa elemen-elemen proses kerja beserta waktu siklusnya.

7 49 Tabel 4.1 Data hasil pengamatan Data Waktu Assembly per Assembly

8 50 Data Waktu Assembly per Assembly Rata-rata , Sumber : Hasil pengamatan ( 010 ) Tabel 4.1 Data hasil pengamatan ( Lanjutan ) Data Waktu Assembly per Assembly

9 51 Data Waktu Assembly per Assembly Rata-rata Sumber : Hasil pengamatan ( 010 ) Tabel 4.1 Data hasil pengamatan ( Lanjutan ) Data Waktu Assembly per Assembly

10 5 Data Waktu per Assembly Assembly Rata , Sumber : Hasil pengamatan ( 010 ) 4.3 Pengolahan Data Pengolahan data ini mencakup uji keseragaman data, perhitungan uji kecukupan data, perhitungan waktu normal dan waktu baku, dan perhitungan keseimbangan lini Uji Keseragaman Data Uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah ada data yang berada diluar batas kendali yang ada. Uji keseragaman data dapat dilakukan dengan menggunakan peta kontrol. Peta kontrol adalah suatu alat yang tepat guna dalam melakukan uji keseragaman data dan peta control ini dibuat dengan bantuan software minitab. Pengolahan uji keseragaman data dikerjakan melalui software Minitab v13.1. Langkah-langkah pengerjaan uji keseragaman data dengan Minitab adalah sebagai berikut :

11 53 1. Input data pada Minitab ( data 30 pengamatan pada 3 elemen kerja ) Gambar 4. Input data pada Minitab Sumber : Pengolahan data ( 010 )

12 54. Pilih Stat pada bagian Menu, lalu pilih submenu Control Chart dan kemudian pilih Xbar Gambar 4.3 Proses pengolahan data pertama pada Minitab Sumber : Pengolahan data ( 010 )

13 55 3. Pada Single column masukkan C1, Subgroup size 1. Data diolah satu per satu sesuai banyaknya jumlah stasiun kerja. Kemudian klik OK Gambar 4.4 Proses pengolahan data kedua pada Minitab Sumber : Pengolahan data ( 010 )

14 56 Berikut adalah tabel hasil uji keseragaman data tiap stasiun kerja ( assembly ) : Assembly 1 ( Pengeleman upper ) 9.5 X-bar Chart for C1 UCL=9.95 Sample Mean Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.5 Uji keseragaman data assembly 1 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses pengeleman upper ( assembly 1 ), seluruh sampel data berada dalam range antara ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai 9.95 ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

15 57 Assembly ( Pelipatan upper ) X-bar Chart for C 8. UCL=8.16 Sample Mean 7. Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.6 Uji keseragaman data assembly Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses pelipatan upper ( assembly ), seluruh sampel data berada dalam range antara 6.4 ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai 8.16 ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata 7.9. Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

16 58 Assembly 3 ( Pemasangan upper ke lining ) X-bar Chart for C3 4 UCL=4.1 Sample Mean 3 Mean=3.17 LCL= Sample Number 30 Gambar 4.7 Uji keseragaman data assembly 3 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses pemasangan upper ke lining ( assembly 3 ), seluruh sampel data berada dalam range antara.1 ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai 4.1 ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

17 59 Assembly 4 ( Sawing ) X-bar Chart for C UCL=30.43 Sample Mean 9.5 Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.8 Uji keseragaman data assembly 4 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses sawing ( assembly 4 ), seluruh sampel data berada dalam range antara 8.3 ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

18 60 Assembly 5 ( Trimming ) X-bar Chart for C UCL=13.5 Sample Mean 1.5 Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.9 Uji keseragaman data assembly 5 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses trimming ( assembly 5 ), seluruh sampel data berada dalam range antara ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai 13.5 ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

19 61 Assembly 6 ( Sablon size ) X-bar Chart for C UCL= Sample Mean Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.10 Uji keseragaman data assembly 6 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses sablon size ( assembly 6 ), seluruh sampel data berada dalam range antara ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

20 6 Assembly 7 ( Pembuatan variasi ) X-bar Chart for C7 31 UCL=30.87 Sample Mean 30 9 Mean=9.70 LCL= Sample Number 30 Gambar 4.11 Uji keseragaman data assembly 7 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses pembuatan variasi ( assembly 7 ), seluruh sampel data berada dalam range antara 8.53 ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

21 63 Assembly 8 ( Pemasangan variasi ) X-bar Chart for C UCL=53.83 Sample Mean Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.1 Uji keseragaman data assembly 8 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses pemasangan variasi ( assembly 8 ), seluruh sampel data berada dalam range antara 5.35 ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

22 64 Assembly 9 ( Pemasangan anti koya ) X-bar Chart for C UCL=13.69 Sample Mean Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.13 Uji keseragaman data assembly 9 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses pemasangan anti koya ( assembly 9 ), seluruh sampel data berada dalam range antara 1.33 ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

23 65 Assembly 10 ( Pembersihan upper ) X-bar Chart for C UCL=4.33 Sample Mean 41.9 Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.14 Uji keseragaman data assembly 10 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses pembersihan upper ( assembly 10 ), seluruh sampel data berada dalam range antara 41.4 ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai 4.33 ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

24 66 Assembly 11 ( Pembuatan pola dasar ) X-bar Chart for C11 8 UCL=8.19 Sample Mean 7 Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.15 Uji keseragaman data assembly 11 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses pembuatan pola dasar ( assembly 11 ), seluruh sampel data berada dalam range antara 6.14 ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai 8.19 ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

25 67 Assembly 1 ( Pembuatan pola lasting ) X-bar Chart for C UCL=15.79 Sample Mean Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.16 Uji keseragaman data assembly 1 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses pembuatan pola lasting ( assembly 1 ), seluruh sampel data berada dalam range antara ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

26 68 Assembly 13 ( Proses lasting ) X-bar Chart for C13 34 UCL=33.76 Sample Mean 33 Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.17 Uji keseragaman data assembly 13 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses lasting ( assembly 13 ), seluruh sampel data berada dalam range antara ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

27 69 Assembly 14 ( Pengeleman untuk lasting ) X-bar Chart for C UCL=80.76 Sample Mean Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.18 Uji keseragaman data assembly 14 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses pengeleman untuk lasting ( assembly 14 ), seluruh sampel data berada dalam range antara ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

28 70 Assembly 15 ( Pola tempel ) X-bar Chart for C UCL=9.51 Sample Mean 9.0 Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.19 Uji keseragaman data assembly 15 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses pola tempel ( assembly 15 ), seluruh sampel data berada dalam range antara 8.5 ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai 9.51 ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata 9.0. Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

29 71 Assembly 16 ( Pengeleman untuk tempel ) 45 X-bar Chart for C16 UCL=44.71 Sample Mean 44 Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.0 Uji keseragaman data assembly 16 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses pengeleman untuk tempel ( assembly 16 ), seluruh sampel data berada dalam range antara 43.0 ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

30 7 Assembly 17 ( Proses tempel ) X-bar Chart for C UCL=58.97 Sample Mean Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.1 Uji keseragaman data assembly 17 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses tempel ( assembly 17 ), seluruh sampel data berada dalam range antara ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

31 73 Assembly 18 ( Proses press ) X-bar Chart for C UCL=16.71 Sample Mean Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4. Uji keseragaman data assembly 18 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses press ( assembly 18 ), seluruh sampel data berada dalam range antara ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

32 74 Assembly 19 ( Proses paku ) X-bar Chart for C UCL=7.909 Sample Mean Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.3 Uji keseragaman data assembly 19 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses paku ( assembly 19 ), seluruh sampel data berada dalam range antara ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

33 75 Assembly 0 ( Pengeleman untuk logo ) X-bar Chart for C0 8.5 UCL=8.5 Sample Mean 8.0 Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.4 Uji keseragaman data assembly 0 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses pengeleman untuk logo ( assembly 0 ), seluruh sampel data berada dalam range antara 7.53 ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai 8.5 ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata 8.0. Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

34 76 Assembly 1 ( Penempelan logo ) X-bar Chart for C1 UCL= Sample Mean 60.5 Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.5 Uji keseragaman data assembly 1 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses penempelan logo ( assembly 1 ), seluruh sampel data berada dalam range antara ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

35 77 Assembly ( Finishing ) X-bar Chart for C UCL= Sample Mean 34.0 Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.6 Uji keseragaman data assembly Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses finishing ( assembly ), seluruh sampel data berada dalam range antara ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

36 78 Assembly 3 ( Packing ) X-bar Chart for C3 5.5 UCL=5.60 Sample Mean 5.0 Mean= LCL= Sample Number 30 Gambar 4.7 Uji keseragaman data assembly 3 Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari gambar diatas menunjukkan uji keseragaman yang dilakukan pada proses packing ( assembly 3 ), seluruh sampel data berada dalam range antara 4.58 ( LCL atau batas kelas bawah ) sampai 5.60 ( UCL atau batas kelas atas ) dengan rata-rata 5.09 Sehingga dapat disimpulkan data waktu yang diperoleh masih dalam batas kewajaran dengan kata lain data seragam. Maka data telah memenuhi syarat keseragaman data.

37 Uji Kecukupan Data Uji kecukupan data dihitung setelah semua waktu siklus dari 3 elemen kerja berada diantara Batas Kelas Bawah (BKB ) dan Batas Kelas Atas ( BKA ). Uji kecukupan data ini sangat penting untuk dilakukan, karena jika data yang diambil kurang maka akan mengurangi keakuratan perhitungan selanjutnya. Untuk dapat menghitung besar kecukupan data selain diperlukan besar tingkat kepercayaan, diperlukan juga untuk menentukan besarnya tingkat ketelitian. Tingkat ketelitian yang digunakan adalah sebesar 5%. Nilai N menunjukkan banyaknya pengukuran yang dilakukan, dalam hal ini besar nilai N adalah 30. Nilai N menunjukkan banyaknya pengukuran yang seharusnya dilakukan. Jika ternyata nilai N > N maka pengukuran yang telah dilakukan adalah masih kurang, sehingga harus dilakukan pengukuran kembali. Tetapi jika nilai N < N, maka pengukuran yang telah dilakukan sudah cukup. Berikut ini adalah hasil penghitungan uji kecukupan data tiap stasiun kerja ( assembly / ass ) : Tingkat keyakinan : 95% = 0.95 Tingkat ketelitian : 5% = 0.05 Z = 1 ( 1 tingkat keyakinan ) = 0.95 ( ) = Z tabel = 1.96

38 80 Tabel 4. Data pengolahan uji kecukupan WS Assembly Σxi (Σxi) Σxi 1 Pengeleman upper ,837.76,9.63 Pelipatan upper ,367.94, Pemasangan upper ke lining , , Sawing , , Trimming , , Sablon size , , Pembuatan variasi , , Pemasangan variasi 1,59.8,537, , Pemasangan anti koya , , Pembersihan upper 1, ,571, , Pembuatan pola dasar ,078.31, Pembuatan pola lasting , , Proses lasting , , Pengeleman untuk lasting ,769, , Pola tempel , , Pengeleman untuk tempel ,738, , Proses tempel ,049, , Proses press , , Proses paku , , Pengeleman untuk logo , , Penempelan logo ,30, ,07.56 Finishing ,048, , Packing , ,885.4

39 81 ( Ket : WS = Work station / Stasiun kerja ) Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Uji kecukupan data : N / X X Assembly 1 : N. /.,.,.. = Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup. Assembly : N. /.,.,.. = 0.01 Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = 0.01 < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup.

40 8 Assembly 3 : N. /.,.,.. = 0. Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = 0. < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup. Assembly 4 : N. /.,.,.. = 0.16 Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = 0.16 < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup.

41 83 Assembly 5 : N. /.,.,.. = 1.04 Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = 1.04 < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup. Assembly 6 : N. /.,.,.. = Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup. Assembly 7 : N. /.,.,.. = 0.18 Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = 0.18 < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup.

42 84 Assembly 8 : N. /.,.,,.,. = Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup. Assembly 9 : N. /.,.,.. = Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup. Assembly 10 : N. /.,.,,.,. = Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup.

43 85 Assembly 11 : N. /.,.,.. = 0.8 Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = 0.8 < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup. Assembly 1 : N. /.,.,.. = 0.31 Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = 0.31 < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup. Assembly 13 : N. /.,.,.. = Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup.

44 86 Assembly 14 : N. /.,.,,.,. = Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup. Assembly 15 : N. /.,.,.. = Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup. Assembly 16 : N. /.,.,,.. = 0.03 Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = 0.03 < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup.

45 87 Assembly 17 : N. /.,.,,.. = 0.03 Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = 0.03 < N = 30 ) sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup. Assembly 18 : N. /.,.,.. = 0.18 Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = 0.18 < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup. Assembly 19 : N. /.,.,.. = Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup.

46 88 Assembly 0 : N. /.,.,.. = Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup. Assembly 1 : N. /.,.,,.. = Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup. Assembly : N. /.,.,,.. = Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup.

47 89 Assembly 3 : N. /.,.,.. = Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa jumlah pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yang seharusnya diambil ( N = < N = 30 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan dan pengamatan data telah cukup Faktor Penyesuaian dan Kelonggaran Faktor penyesuaian pada PT. Carvil Abadi pada proses pengeleman upper ( Assembly 1 / Proses pengeleman upper ) Tabel 4.3 Faktor penyesuaian Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Skill Excellent B Effort Excellent B Condition Good C Consistency Excellent B Jumlah Sumber : Hasil pengamatan ( 010 ) (ket : Faktor penyesuaian assembly s / d assembly 3 dapat dilihat pada lampiran)

48 90 Faktor kelonggaran pada PT. Carvil Abadi pada proses pengeleman upper ( Assembly 1 ) Tabel 4.4 Faktor kelonggaran Faktor Kelonggaran ( % ) A.Tenaga yang dikeluarkan 1.Dapat diabaikan ( kerja dimeja, duduk ) 6.0 B.Sikap kerja 1.Duduk 1.0 C.Gerakan kerja 1.Normal 0 D.Kelelahan mata 4.Pandangan terus-menerus dengan fokus tetap 5.0 E.Keadaan temperatur tempat kerja 4.Normal 3.0 F.Keadaan atmosfer.cukup 4.0 G.Keadaan lingkungan yang baik 5.faktor-faktor berpengaruh dapat menurunkan kualitas 4.0 Jumlah 43.0 Sumber : Hasil pengamatan ( 010 ) (ket : Faktor kelonggaran assembly s / d assembly 3 dapat dilihat pada lampiran )

49 Waktu Siklus, Waktu Normal, dan Waktu Baku Perhitungan waktu siklus, waktu normal, dan waktu baku dilakukan pada setiap stasiun kerja ( 3 stasiun kerja ). Berikut adalah tabel perhitungan waktu siklus, waktu normal, dan waktu baku : Tabel 4.5 Perhitungan waktu baku Waktu Waktu Normal Waktu Baku Assembly Siklus (s) Penyesuaian (s(1+p)) Kelonggaran(diff) (n(1+a))

50 9 Waktu Waktu Normal Waktu Baku Assembly Siklus (s) Penyesuaian (s(1+p)) Kelonggaran(diff) (n(1+a)) Total Sumber : Pengolahan data ( 010 )

51 Kondisi Lintasan Awal Precedence Diagram Gambar 4.8 Precedence diagram Sumber : Pengolahan data ( 010 )

52 94 tabel berikut : Kondisi lintasan awal proses produksi sandal ( tipe WLI 04 ) ditunjukkan dalam Tabel 4.6 Kondisi lintasan awal proses produksi WS Assembly Waktu Baku Elemen Sebelumnya 1 Pengeleman upper Pelipatan upper Pemasangan upper ke lining Sawing Trimming Sablon size Pembuatan variasi Pemasangan variasi , 7 9 Pemasangan anti koya Pembersihan upper Pembuatan pola dasar Pembuatan pola lasting Proses lasting , 1 14 Pengeleman untuk lasting Pola tempel Pengeleman untuk tempel Proses tempel Proses press Proses paku

53 95 WS Assembly Waktu Baku Elemen Sebelumnya 0 Pengeleman untuk logo Penempelan logo Finishing Packing Sumber : Pengolahan data( 010 ) Perhitungan Efisiensi Awal Tabel 4.7 Elemen Kerja WS Assembly Waktu Idle Baku 1 Pengeleman upper Pelipatan upper Pemasangan upper ke lining Sawing Trimming Sablon size Pembuatan variasi Pemasangan variasi Pemasangan anti koya Pembersihan upper Pembuatan pola dasar Pembuatan pola lasting Proses lasting

54 96 WS Assembly Waktu Idle Baku 14 Pengeleman untuk lasting Pola tempel Pengeleman untuk tempel Proses tempel Proses press Proses paku Pengeleman untuk logo Penempelan logo Finishing Packing Σtsi = 1, Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Efisiensi Lini ( LE ) = LE = Tsi ( k)( CT ) x100% = 1, x 100% ( 3 )( ) = % Hasil perhitungan efisiensi lini pada kondisi awal sebesar 36.08%, dimana 36.08% merupakan tingkat efisiensi stasiun kerja rata-rata pada lini perakitan. Balance Delay ( BD ) = BD = ( k)( CT ) ( k)( CT ) Tsi x100%

55 97 = ( 3 )( ) 1, x 100% ( 3 )( ) = 63.9 % Hasil perhitungan balance delay pada kondisi awal diperoleh sebesar 63.9%, yang merupakan jumlah waktu menganggur suatu lini perakitan karena pembagian kerja antar stasiun yang tidak merata ( dinyatakan dalam persentase ). Smoothness Index ( SI ) = SI = (Tsimax- Tsi) = ( ) + ( ) + ( ) ( ) + ( ) + ( ) ( ) + ( ) + ( ) ( ) + ( ) + ( ) ( ) + ( ) + ( ) ( ) + ( ) + ( ) ( ) + ( ) + ( ) ( ) + ( ) = Hasil perhitungan smoothness index pada kondisi awal diperoleh sebesar , yang berarti kondisi awal lini perakitan memiliki tingkat waktu tunggu relatif sebesar Metode Line Balancing Metode Ranked Positional Weight ( RPW )

56 98 Tabel 4.8 Elemen kerja WS Assembly Waktu Baku Elemen Sebelumnya 1 Pengeleman upper Pelipatan upper Pemasangan upper ke lining Sawing Trimming Sablon size Pembuatan variasi Pemasangan variasi , 7 9 Pemasangan anti koya Pembersihan upper Pembuatan pola dasar Pembuatan pola lasting Proses lasting , 1 14 Pengeleman untuk lasting Pola tempel Pengeleman untuk tempel Proses tempel Proses press Proses paku Pengeleman untuk logo Penempelan logo

57 99 WS Assembly Waktu Baku Elemen Sebelumnya Finishing Packing Sumber : Pengolahan data ( 010 )

58 100 Perhitungan RPW ( Ranked Positional Weight ) Gambar 4.9 Precedence Diagram Sumber : Pengolahan data ( 010 )

59 101 RPW tiap elemen kerja diperoleh dari jumlah masing-masing elemen kerja sampai proses kerja akhir. RPW 1 : = RPW : = 90.4 RPW 3 : = RPW 4 : = RPW 5 : = RPW 6 : =

60 10 RPW 7 : = RPW 8 : = RPW 9 : = RPW 10 : = RPW 11 : = RPW 1 : = RPW 13 : = RPW 14 : = RPW 15 :

61 103 = RPW 16 : = RPW 17 : = RPW 18 : = RPW 19 : = RPW 0 : = RPW 1 : = RPW : = 5.69 RPW 3 : 3.356

62 104 Penyusunan elemen kerja dengan metode RPW ( Ranked Positional Weight ) Tabel 4.9 Elemen kerja berdasarkan RPW Waktu Elemen Assembly RPW Baku Sebelumnya , ,

63 105 Waktu Elemen Assembly RPW Baku Sebelumnya Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Elemen kerja dalam stasiun kerja menurut RPW (Ranked Positional Weight ) Tabel 4.10 Elemen kerja dalam stasiun kerja menurut RPW Stasiun Kerja Assembly Waktu Baku Station Time ( Tsi ) Idle

64 106 Stasiun Kerja Assembly Waktu Baku Station Time ( Tsi ) Idle Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Σtsi = Efisiensi Lini ( LE ) = LE = Tsi ( k)( CT ) x100% = 1, x 100% ( 11 )( ) = % Hasil perhitungan efisiensi lini setelah dianalisis dengan metode Ranked Positional Weight ( RPW ) sebesar 75.44%, dimana 75.44% merupakan tingkat efisiensi stasiun kerja rata-rata pada lini perakitan.

65 107 Balance Delay ( BD ) = BD = ( k)( CT ) ( k)( CT ) Tsi x100% = ( 11 )( ) 1, x 100% ( 11 )( ) = 4.56 % Hasil perhitungan balance delay setelah dianalisis dengan metode Ranked Positional Weight ( RPW ) diperoleh sebesar 4.56%, yang merupakan jumlah waktu menganggur suatu lini perakitan karena pembagian kerja antar stasiun yang tidak merata ( dinyatakan dalam persentase ). Smoothness Index ( SI ) = SI = (Tsimax- Tsi) = ( ) + ( ) + ( ) ( ) + ( ) + ( ) ( ) + ( ) + ( ) ( ) + ( ) = Hasil perhitungan smoothness index setelah dianalisis dengan metode Ranked Positional Weight ( RPW ) diperoleh sebesar , yang berarti kondisi awal lini perakitan memiliki tingkat waktu tunggu relatif sebesar Metode Largest Candidate Rule ( LCR ) Elemen kerja berdasarkan Largest Candidate Rule ( LCR )

66 108 Tabel 4.11 Elemen kerja berdasarkan LCR waktu baku Assembly Elemen Sebelumnya , ,

67 109 waktu baku Assembly Elemen Sebelumnya Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Rule ( LCR ) Elemen kerja disusun dalam stasiun kerja menurut metode Largest Candidate Tabel 4.1 Elemen kerja dalam stasiun kerja menurut LCR Station Idle Stasiun Kerja Assembly Waktu Baku Time ( Tsi )

68 110 Station Time Idle Stasiun Kerja Assembly Waktu Baku ( Tsi ) Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Efisiensi Lini ( LE ) = LE = Tsi ( k)( CT ) x100% = 1, x 100% ( 11 )( ) = % Hasil perhitungan efisiensi lini setelah dianalisis dengan metode Largest Candidate Rule ( LCR ) sebesar 75.44%, dimana 75.44% merupakan tingkat efisiensi stasiun kerja rata-rata pada lini perakitan. Balance Delay ( BD ) = BD = ( k)( CT ) ( k)( CT ) Tsi x100% = ( 11 )( ) 1, x 100% = 4.56 % ( 11 )( )

69 111 Hasil perhitungan balance delay setelah dianalisis dengan metode Largest Candidate Rule ( LCR ) diperoleh sebesar 4.56%, yang merupakan jumlah waktu menganggur suatu lini perakitan karena pembagian kerja antar stasiun yang tidak merata ( dinyatakan dalam persentase ). Smoothness Index ( SI ) = SI = (Tsimax- Tsi) = ( ) + ( ) + ( ) ( ) + ( ) + ( ) ( ) + ( ) + ( ) ( ) + ( ) = Hasil perhitungan smoothness index setelah dianalisis dengan metode Largest Candidate Rule ( LCR ) diperoleh sebesar , yang berarti kondisi awal lini perakitan memiliki tingkat waktu tunggu relatif sebesar

70 Metode Killbridge and Wester Precedence diagram berdasarkan metode Killbridge and Wester Gambar 4.30 Precedence diagram berdasarkan metode Killbridge-Wester Sumber : Pengolahan data ( 010 )

71 113 Elemen kerja berdasarkan metode Killbridge and Wester Tabel 4.13 Elemen kerja berdasarkan metode Killbridge-Wester Assembly Waktu Baku Kolom Elemen Sebelumnya I II III IV V VI VI VII 6, VIII VIII IX IX X 10, XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII 0

72 114 Assembly Waktu Baku Kolom Elemen Sebelumnya 0.73 XIX XX Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Elemen kerja disusun dalam stasiun kerja menurut metode Killbridge and Wester Tabel 4.14 Elemen kerja dalam stasiun kerja menurut Killbridge-Wester Stasiun Assembly Kolom Waktu Baku Station time ( Tsi ) Idle I II III IV V VI VI VII VIII VIII IX IX X

73 115 Stasiun Assembly Kolom Waktu Baku Station time ( Tsi ) Idle 6 14 XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Efisiensi Lini ( LE ) = LE = Tsi ( k)( CT ) x100% = 1, x 100% ( 11 )( ) = % Hasil perhitungan efisiensi lini setelah dianalisis dengan metode Killbridge-Wester sebesar 75.44%, dimana 75.44% merupakan tingkat efisiensi stasiun kerja rata-rata pada lini perakitan.

74 116 Balance Delay ( BD ) = BD = ( k)( CT ) ( k)( CT ) Tsi x100% = ( 11 )( ) 1, x 100% ( 11 )( ) = 4.56 % Hasil perhitungan balance delay setelah dianalisis dengan metode Killbridge-Wester diperoleh sebesar 4.56%, yang merupakan jumlah waktu menganggur suatu lini perakitan karena pembagian kerja antar stasiun yang tidak merata ( dinyatakan dalam persentase ). Smoothness Index ( SI ) = SI = (Tsimax- Tsi) = ( ) + ( ) + ( ) ( ) + ( ) + ( ) ( ) + ( ) + ( ) ( ) + ( ) = Hasil perhitungan smoothness index setelah dianalisis dengan metode Killbridge- Wester diperoleh sebesar , yang berarti kondisi awal lini perakitan memiliki tingkat waktu tunggu relatif sebesar Analisis Hasil Berdasarkan data-data perhitungan yang telah dibuat pada bagian pengolahan data, maka diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Ada tiga metode yang digunakan, yaitu metode RPW ( Ranked Positional Weight ), LCR ( Largest Candidates Rules ), dan KW ( Killbridge Wester )

75 117. Ada tiga parameter yang digunakan, yaitu : Line Efficiency, Balance Delay, dan Smoothness Index. Perbandingan parameter antar Metode Line Balancing Tabel 4.15 Analisis hasil Parameter Metode RPW LCR Killbridge-Wester Line Efficiency % % % Balance Delay 4.56 % 4.56 % 4.56 % Smoothness Index Sumber : Pengolahan data ( 010 ) Dari tabel perbandingan diatas, dapat dilihat bahwa metode yang memiliki nilai LE terbesar yaitu : RPW, LCR, dan Killbridge-Wester. Karena nilai LE terbesar dimiliki oleh tiga metode, maka belum memenuhi syarat pemilihan metode terbaik. Kesamaan nilai LE ini terjadi karena adanya kesamaan jumlah stasiun kerja yang dihasilkan, yaitu sebesar 11 stasiun kerja. Nilai BD pun mengalami kesamaan pada metode-metode yang memiliki kesamaan nilai LE. Hal ini dikarenakan nilai BD didapat dari selisih 100% dengan nilai LE. Oleh sebab itu, langkah kedua adalah melihat nilai SI terkecil. Dimana semakin kecil nilai SI yang didapatkan, maka line balancing yang dihasilkan semakin baik. Dikatakan demikian karena nilai SI meninjau selisih waktu setiap stasiun, sehingga SI yang terkecil, memiliki arti bahwa station time yang dimiliki hampir sama rata. Dengan station time yang cukup seragam, dapat memperkecil kemungkinan terjadinya bottleneck. Metode Killbridge Wester ( KW ) memiliki nilai SI terkecil, yaitu Maka syarat pemilihan metode terbaik terpenuhi. Metode terbaik adalah metode Killbridge Wester dengan nilai LE terbesar, yaitu 75.44%, dan nilai SI terkecil, yaitu yang terdiri dari 11 stasiun kerja.

76 118 Gambar 4.31 Stasiun kerja ideal Sumber : Pengolahan data ( 010 )

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Optimasi adalah persoalan yang sangat penting untuk diterapkan dalam segala sistem maupun organisasi. Dengan optimalisasi pada sebuah sistem

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Observasi lapangan Identifikasi masalah Pengumpulan data : 1. Data komponen. 2. Data operasi perakitan secara urut. 3. Data waktu untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu ( Barnes h.257 ) Studi Gerak dan Waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Observasi Lapangan Identifikasi Masalah Studi Kepustakaan Pengambilan Data Waktu Siklus Pengujian Waktu Siklus : 1. Uji Keseragaman Data 2. Uji Kenormalan

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester Genap tahun 2006/2007

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester Genap tahun 2006/2007 Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester Genap tahun 2006/2007 Optimalisasi Proses Produksi Dengan Usulan Lini Keseimbangan Pada CV. Teluk Harapan Alexander

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI Citra Palada Staf Produksi Industri Manufaktur, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE Jln. Gaya Motor III No. 5, Sunter II, Jakarta 14350 citra.palada@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1 Landasan Teori Keseimbangan lini perakitan (line balancing) merupakan suatu metode penugasan pekerjaan ke dalam stasiun kerja-stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 STUDI KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE-METODE HEURISTIK SERTA PERENCANAAN KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan penelitian diperlukan adanya tahapan-tahapan yang jelas agar penelitian yang dilakukan terarah, tahapan ini disusun ringkas dalam sebuah metodologi penelitian.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teknik Pengukuran Data Waktu Jam Henti Di dalam penelitian ini, pengukuran waktu setiap proses operasi sangat dibutuhkan dalam penentuan waktu baku setiap

Lebih terperinci

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem 24 pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Pengertian dari waktu baku yang normal,wajar, dan terbaik dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu baku

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstrasi Hasil Pengumpulan Data Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly adalah digunakan untuk pengukuran waktu dimana pengukuran waktu

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN MASALAH DAN ANALISA

BAB 4 PEMBAHASAN MASALAH DAN ANALISA BAB 4 PEMBAHASAN MASALAH DAN ANALISA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Komponen PT. Marino Pelita Indonesia memproduksi sepatu militer dalam 2 jenis yaitu jenis PDL (Pakaian Dinas Lapangan) dan PDH (Pakaian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Menurut Baroto (2002, p192), aliran proses produksi suatu departemen ke departemen yang lainnya membutuhkan waktu proses produk tersebut. Apabila terjadi hambatan atau

Lebih terperinci

Daftar Isi. Lembar Pengesahan... Kata Pengantar... Abstrak...

Daftar Isi. Lembar Pengesahan... Kata Pengantar... Abstrak... Daftar Isi Lembar Pengesahan... Kata Pengantar... Abstrak... Daftar Isi Daftar Gambar... Daftar Tabel... Daftar lampiran.. Bab 1 Pendahuluan... 1.1. Latar Belakang Masalah... 1.2. Identifikasi Masalah..

Lebih terperinci

Penerapan Metode Line Balancing Produk Tall Boy Cleopatra dan Aplikasinya pada Tata Letak Mesin PT. Funisia Perkasa

Penerapan Metode Line Balancing Produk Tall Boy Cleopatra dan Aplikasinya pada Tata Letak Mesin PT. Funisia Perkasa Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester genap tahun 2006/2007 Penerapan Metode Line Balancing Produk Tall Boy Cleopatra dan Aplikasinya pada Tata Letak Mesin PT.

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN HASIL

BAB 4 PEMBAHASAN HASIL BAB 4 PEMBAHASAN HASIL 4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Asia Dwimitra Industri merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri manufaktur yang berdiri sejak tahun 2008 dan berlokasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi massal, dimana dalam proses produksinya harus dibagikan pada seluruh operator sehingga beban kerja

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA DENGAN PENERAPAN KAIZEN (Studi Kasus pada PT Beiersdorf Indonesia PC Malang)

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA DENGAN PENERAPAN KAIZEN (Studi Kasus pada PT Beiersdorf Indonesia PC Malang) ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA DENGAN PENERAPAN KAIZEN (Studi Kasus pada PT Beiersdorf Indonesia PC Malang) ANALYSIS OF PRODUCTIVITY AND WORK EFFICIENCY IMPROVEMENT WITH KAIZEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi masal, dimana tugas-tugas yang dikerjakan dalam proses harus dibagi kepada seluruh operator agar beban kerja dari para operator

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang Penelitian..

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang Penelitian.. DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT...... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii vi x xii xiii BAB I BAB II PENDAHULUAN.. 1.1 Latar Belakang Penelitian.. 1.2

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ Lina Gozali, Andres dan Feriyatis Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara e-mail: linag@ft.untar.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Cara Kerja Pada laporan skripsi ini penelitian cara kerja menggunakan metode penelitian yang dilakukan melalui operation process chart. Dan dalam perhitungan untuk

Lebih terperinci

USULAN KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PEMBUATAN SEPATU TIPE SAMBA PADA PT.POONG WON INDONESIA. Muhammad Kastalani

USULAN KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PEMBUATAN SEPATU TIPE SAMBA PADA PT.POONG WON INDONESIA. Muhammad Kastalani Abstrak Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester [Genap] tahun 2005/2006 USULAN KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PEMBUATAN SEPATU TIPE SAMBA PADA PT.POONG WON INDONESIA Muhammad Kastalani 0600673223

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Line Balancing Line Balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau

Lebih terperinci

BAB VII SIMULASI CONVEYOR

BAB VII SIMULASI CONVEYOR BAB VII SIMULASI CONVEYOR VII. Pembahasan Simulasi Conveyor Conveyor merupakan peralatan yang digunakan untuk memindahkan material secara kontinyu dengan jalur yang tetap. Keterangan yang menjelaskan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 12 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu (Barnes h. 257) Studi gerak dan waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN LINE PRODUKSI DRIVE ASSY DI PT. JIDECO INDONESIA

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN LINE PRODUKSI DRIVE ASSY DI PT. JIDECO INDONESIA ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN LINE PRODUKSI DRIVE ASSY DI PT. JIDECO INDONESIA Sutarjo, ST. Sekolah Tinggi Teknologi Wastukancana Purwakarta Email : Sutarjo06@gmail.com Risris Nurjaman, MT. Dosen Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Di era globalisasi ini, fashion merupakan tuntutan dari gaya hidup berbagai kalangan di masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan yang bergerak di industri pakaian berlomba untuk menghasilkan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga hasil sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga hasil sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, sistem produksi terdiri dari elemen input, proses dan elemen output. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Flowchart Metode Penelitian Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai Studi Pendahuluan: Pengamatan flow process produksi Assembly

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian adalah langkah-langkah yang dibuat untuk memudahkan Pemecahkan suatu masalah dalam sebuah Penelitian. Berikut ini adalah Flow Chart Pemecahan

Lebih terperinci

PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE

PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 239-248 PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE Puji Astuti Saputri, Shantika

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Program Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2005/2006 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Keseimbangan Lini untuk Peningkatan

Lebih terperinci

Jakarta, 30 Maret Penulis

Jakarta, 30 Maret Penulis KATA PENGANTAR Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena berkat kemurahan-nya penulisan Tugas Akhir ini dapat penulis selesaikan sesuai yang diharapkan. Tugas Akhir dengan judul

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1. Landasan Teori Line Balancing Menurut Gaspersz (2004), line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Pembebanan (loading) dapat diartikan pekerjaan yang diberikan kepada mesin atau operator. Pembebanan menyangkut jadwal waktu kerja operator dalam kurun waktu satu hari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknik Pengukuran Kerja Pengukuran kerja adalah metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Teknik pengukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Line Balancing Line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya work station

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Efisien dalam dunia industri berarti memanfaatkan sumber daya sedemikian rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keseimbangan Lini Keseimbangan lini merupakan suatu metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini produksi sehingga

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 95 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Penelitian ilmiah adalah suatu proses pemecahan masalah dengan menggunakan prosedur yang sistematis, logis, dan empiris

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Kerja Pengukuran kerja yang dimaksudkan adalah pengukuran waktu kerja (time study) yaitu suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 USULAN KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PROSES PRODUKSI LEMARI PAKAIAN DIPABRIK AXIMA PADA PT. HADINATA BROTHERS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Operasi 2.1.1.1 Pengertian Manajemen operasi telah mengalami perubahan yang cukup drastis sejalan dengan perkembangan inovasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran Kerja Menurut Sritomo, pengukuran kerja adalah : metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Salah

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Multi Garmenjaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri garment. Penulis melakukan pengamatan pada lini produksi produk celana jeans yang diproduksi secara mass production. Masalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flowchart Penulisan Laporan Tugas Akhir Metode penelitian yang digunakan dalam laporan Tugas Akhir ini adalah dengan metode kuntitatif. Dimana penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP)

Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP) Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP) Umi marfuah 1), Cholis Nur Alfiat 2) Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D Adi Kristianto Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sarjanawiyata

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PADA LINTASAN TRANSMISI MF06 DENGAN PENERAPAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT

ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PADA LINTASAN TRANSMISI MF06 DENGAN PENERAPAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PADA LINTASAN TRANSMISI MF06 DENGAN PENERAPAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT Disusun oleh: Nama : Rizki Ari Sandi Npm : 36412550 Jurusan : Teknik Industri Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PENGUKURAN EFISIENSI PROSES PEMBUATAN HANGER TIPE TAC 6212 PADA PT. BIGGY CEMERLANG DENGAN ANALISIS LINE BALANCING

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PENGUKURAN EFISIENSI PROSES PEMBUATAN HANGER TIPE TAC 6212 PADA PT. BIGGY CEMERLANG DENGAN ANALISIS LINE BALANCING UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Ganjil 2005/2006 PENGUKURAN EFISIENSI PROSES PEMBUATAN HANGER TIPE TAC 6212 PADA PT. BIGGY CEMERLANG DENGAN ANALISIS LINE BALANCING

Lebih terperinci

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT Lina Gozali *, Lamto

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Multikarya Sinardinamika berdiri pada Desember 1990 dan mulai beroperasi pada Januari 1991. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran yang menjadi landasan dalam penyusunan dan penyelesaian masalah dalam pembuatan laporan skripsi ini adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Setiap pekerjaan pasti memiliki suatu sistem kerja tertentu untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sistem kerja memiliki peranan penting dalam menyelesaikan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peta Kerja Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efektifitas 2.1.1. Pengertian Efektifitas Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

DAFTAR ISI DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRAK Perkembangan industri manufaktur dan tingkat persaingan yang ada saat ini menimbulkan permasalahan yang kompleks. Salah satu permasalahan yang paling penting dalam suatu industri manufaktur

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PD. Sumur Sari adalah perusahaan yang memproduksi garam (garam meja/halus, garam dapur/briket, garam krosok), kerupuk (kerupuk sumur sari, kerupuk sumur sari super, kerupuk sumur sari bawang, kerupuk

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. pengukuran kerja ( work measurement ) yang meliputi teknik-teknik pengukuran waktu

BAB 3 LANDASAN TEORI. pengukuran kerja ( work measurement ) yang meliputi teknik-teknik pengukuran waktu BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengukuran Waktu Untuk mengukur kebaikan suatu sistem kerja diperlukan prinsip-prinsip pengukuran kerja ( work measurement ) yang meliputi teknik-teknik pengukuran waktu psikologis

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Di dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi perusahaan, maka sebelumnya harus dilakukan pengamatan dan penelitian

Lebih terperinci

PERANCANGAN LINE BALANCING DALAM UPAYA PERBAIKKAN LINI PRODUKSI DENGAN SIMULASI PROMODEL DI PT CATERPILLAR INDONESIA

PERANCANGAN LINE BALANCING DALAM UPAYA PERBAIKKAN LINI PRODUKSI DENGAN SIMULASI PROMODEL DI PT CATERPILLAR INDONESIA PERANCANGAN LINE BALANCING DALAM UPAYA PERBAIKKAN LINI PRODUKSI DENGAN SIMULASI PROMODEL DI PT CATERPILLAR INDONESIA Renty Anugerah Mahaji Puteri 1*, Wiwik Sudarwati 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN METODE HEURISTIK (STUDI KASUS PT XYZ MAKASSAR)

PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN METODE HEURISTIK (STUDI KASUS PT XYZ MAKASSAR) PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN METODE HEURISTIK (STUDI KASUS PT XYZ MAKASSAR) Saiful, Mulyadi, DAN Tri Muhadi Rahman Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual

BAB V ANALISA HASIL Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual BAB V ANALISA HASIL 5.1. Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kondisi aktual saat ini tidak seimbang penyebab utama terjadinya ketidak seimbangan lintasan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN 2017 Firman Ardiansyah E, Latif Helmy 16 MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN Firman Ardiansyah Ekoanindiyo *, Latif Helmy * * Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN 125 BAB V ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis Dari Ketiga Metode Tabel 5.1 Hasil Perbandingan dari ketiga Metode METODE OBJEK PERCOBAAN 1 PERCOBAAN 2 Line Efficiency 91.37% 94.41% RPW Balance

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas produksi yang terjadi pada sebuah perusahaan tidak hanya terbatas pada hal yang berkaitan dengan menghasilkan produk saja, namun kegiatan tersebut erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Produksi Proses produksi adalah serangkaian aktifitas yang diperlukan untuk mengolah ataupun merubah sutu kumpulan masukan (input) menjadi sejumlah keluaran (output) yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV SURYA ADVERTISING & T SHIRT merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri garment. Jenis produk yang diproduksi perusahaan meliputi kemeja lengan panjang, kemeja lengan pendek, kaos

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan tas. Ada 7 tipe tas yang diproduksi, yaitu tipe Cerier, Day Pack (Tas Punggung), Shoulder Bag (Tas Selendang), Hip Bag (Tas Pinggang),

Lebih terperinci

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 229-238 ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI Dwi Yuli Handayani, Bayu Prihandono,

Lebih terperinci

Analisis Keseimbangan Lintasan untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi dengan Pendekatan Line Balancing dan Simulasi

Analisis Keseimbangan Lintasan untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi dengan Pendekatan Line Balancing dan Simulasi Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.2, Juni 2013, pp.107-113 ISSN 2302-495X Analisis Keseimbangan Lintasan untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi dengan Pendekatan Line Balancing dan Simulasi Vickri Fiesta

Lebih terperinci

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric Abstrak Heru Saptono 1),Alif Wardani 2) JurusanTeknikMesin,

Lebih terperinci

ANALISIS LINE BALANCING PADA LINI PERAKITAN HANDLE SWITCH DI PT. X

ANALISIS LINE BALANCING PADA LINI PERAKITAN HANDLE SWITCH DI PT. X Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice PROCEEDINGS ANALISIS LINE BALANCING PADA LINI PERAKITAN HANDLE SWITCH DI PT. X Didit Damur Rochman, Wiring Respati Caparina. Program Studi Teknik

Lebih terperinci

2.10 Pengertian Efisiensi Pengertian Lintasan Produksi(Line Balancing) Keseimbangan Kapasitas Lintasan Produksi 25 2.

2.10 Pengertian Efisiensi Pengertian Lintasan Produksi(Line Balancing) Keseimbangan Kapasitas Lintasan Produksi 25 2. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv HALAMAN MOTTO...v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL....xi DAFTAR GAMBAR......xii

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Menentukan Waktu Siklus Tiap Proses. 4.1.1 Proses Pemasangan Komponen (Setting Part) 4.1.1.1 Elemen operasi pada proses ini adalah : 1. Setting holder magnet ke rotor dan

Lebih terperinci

Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing

Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing Erwanto, et al / Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing / Jurnal Titra, Vol.5, No 2, Juli 2017, pp. 387-392 Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing Intan Mei Erwanto 1, Prayonne

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil tahun 2007 / 2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil tahun 2007 / 2008 iv UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil tahun 2007 / 2008 ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN MODEL CJM 1.5 DENGAN METODE RANK POSITIONAL WEIGHT DI PT.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. 2.1.1. Studi Waktu Menurut Wignjosoebroto (2008), pengukuran

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENINGKATAN EFISIENSI LINTASAN PADA LINE PRODUKSI SHORT SIZE V-BELT TIPE A-JGG-B SIZE 60 DI PT.

TUGAS AKHIR ANALISIS PENINGKATAN EFISIENSI LINTASAN PADA LINE PRODUKSI SHORT SIZE V-BELT TIPE A-JGG-B SIZE 60 DI PT. TUGAS AKHIR ANALISIS PENINGKATAN EFISIENSI LINTASAN PADA LINE PRODUKSI SHORT SIZE V-BELT TIPE A-JGG-B SIZE 60 DI PT. BANDO INDONESIA Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. viii

DAFTAR LAMPIRAN. viii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI...v DAFTARTABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN... 1 1.1. LATAR BELAKANG...1 1.2. TUJUAN...2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 2.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia industri menyebabkan terjadinya persaingan yang cukup ketat antar perusahaan. Kualitas merupakan faktor dasar konsumen terhadap

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING Joko Susetyo, Imam Sodikin, Adityo Nugroho Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Deskripsi lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di UD. Rati Ayu yang bertempat di Jl.Pasar IV Mabar Hilir, Medan No 43, penelitian dilakukan dari siang sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data dan Informasi Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder, yaitu:tabel 3.1 Jenis Data dan Informasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Tenda Trijaya Indonesia merupakan salah satu perusahaan tenda yang terpercaya kualitasnya. Perusahaan ini menjadi pemasok ke departemen sosial, perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, bahkan

Lebih terperinci

LINE BALANCING DENGAN METODE RANKED POSITION WEIGHT ( RPW)

LINE BALANCING DENGAN METODE RANKED POSITION WEIGHT ( RPW) LINE BALANCING DENGAN METODE RANKED POSITION WEIGHT ( RPW) Ita purnamasari, Atikha Sidhi Cahyana Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Ip@ecco.com, atikhasidhi@umsida.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan peralatan) yang dipergunakan untuk pembuatan produk. Line Balancing (Lintasan Perakitan) biasanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian kerja dalam kaitannya dengan upaya peningkatan produktifitas. Analisa dan penelitian kerja adalah suatu aktifitas yang ditujukan untuk mempelajari prinsip-prinsip atau

Lebih terperinci

PERANCANGAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS DAN PENDEKATAN SIMULASI

PERANCANGAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS DAN PENDEKATAN SIMULASI TUGAS AKHIR PERANCANGAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS DAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS PADA PT WIJAYA PANCA SENTOSA FOOD) Ditulis untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH STASIUN KERJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DI PT. MERCEDES BENZ INDONESIA

PENENTUAN JUMLAH STASIUN KERJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DI PT. MERCEDES BENZ INDONESIA PENENTUAN JUMLAH STASIUN KERJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DI PT. MERCEDES BENZ INDONESIA KAREL L. MANDAGIE DAN IWAN Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri manufaktur yang begitu pesat menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri manufaktur yang begitu pesat menuntut perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri manufaktur yang begitu pesat menuntut perusahaan untuk terus bertahan dan berkembang. Perusahaan yang mampu bertahan dan berkembang dengan baik

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN ALUR PROSES PRODUKSI PADA INDUSTRI GARMEN DENGAN TEKNIK SIMULASI DAN LINE BALANCING PADA PT DIAN CITRA CIPTA

USULAN PERBAIKAN ALUR PROSES PRODUKSI PADA INDUSTRI GARMEN DENGAN TEKNIK SIMULASI DAN LINE BALANCING PADA PT DIAN CITRA CIPTA USULAN PERBAIKAN ALUR PROSES PRODUKSI PADA INDUSTRI GARMEN DENGAN TEKNIK SIMULASI DAN LINE BALANCING PADA PT DIAN CITRA CIPTA Johni Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT INKABA adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi produk berbahan dasar karet. Perusahaan menerapkan sistem produksi mass production dan job order. Engine mounting adalah salah satu

Lebih terperinci

Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja

Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja Performa (2012) Vol. 11, No. 2: 75-84 Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja Burhan,1), Imron Rosyadi NR 2) dan Rakhmawati 1) 1) Program

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data yang ada pada bab sebelumnya, maka akan dilakukan analisis guna mengetahui hasil yang lebih optimal. Pembahasan ini dilakukan untuk memberikan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN LINI BERDASARKAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN PREDETERMINED TIME SYSTEMS PADA PERAKITAN UPPER NCVS1.06 DI PT.ASIA DWIMITRA INDUSTRI

USULAN PERBAIKAN LINI BERDASARKAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN PREDETERMINED TIME SYSTEMS PADA PERAKITAN UPPER NCVS1.06 DI PT.ASIA DWIMITRA INDUSTRI USULAN PERBAIKAN LINI BERDASARKAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN PREDETERMINED TIME SYSTEMS PADA PERAKITAN UPPER NCVS1.06 DI PT.ASIA DWIMITRA INDUSTRI Diana Tjan 1, Muhamad Fadhli Farhan 2, Sanidhya Nurwulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1. Teknik Pengukuran Kerja Pengukuran kerja adalah metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Teknik pengukuran kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusatpusat

BAB I PENDAHULUAN. massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusatpusat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Keseimbangan lintasan perakitan berhubungan erat dengan produksi massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusatpusat kerja,

Lebih terperinci