ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M."

Transkripsi

1 ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ Benny Winandri, M.Sc, MM ABSTRAK: PT. XYZ adalah industri yang memproduksi pakaian jadi. Seperti umumnya perusahaan perusahaan lain yang menginginkan kemajuan dan kesuksesan dalam persaingan di dunia industri pakaian jadi, PT. XYZ selalu meningkatkan efisiensi dengan cara menekan biaya produksi tanpa mengesampingkan kepuasan pelanggan serta perusahaan selalu melakukan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) disemua bagian atau departemen sehingga dapat menguntungkan perusahaan. Permasalahan yang sering timbul adalah rendahnya kemampuan lintasan dalam menghasilkan output yang berakibat tidak tercapainya target produksi yang telah direncanakan. Untuk mengatasinya perlu dilakukan penyeimbangan lintasan dengan menggunakan metode keseimbangan lintasan, seperti metode bobot posisi, metode pembebanan berurut, dan metode pendekatan wilayah. Penyeimbangan lintasan sangat penting diterapkan dalam lintasan produksi, khususnya pada perusahaan pakaian jadi yang memproduksi produk masal. Dengan adanya penyeimbangan lintasan, diharapkan lintasan dapat lebih terkendali sehingga mampu menghasilkan output sesuai dengan target yang direncanakan. Dengan melakukan penyeimbangan lintasan dapat mengurangi stasiun kerja yang berarti pengurangan penggunaan sumber daya, tenaga kerja, mesin, listrik dan lain-lain sehingga dapat menekan biaya produksi. Dari ketiga metode keseimbangan lintasan yang terbaik adalah metode pendekatan wilayah karena memiliiki efisiensi lintasan kerja tertinggi yaitu 81,66% dan keseimbangan waktu menganggur terendah, yaitu 18,33% kemudian dibandingkan dengan keseimbangan lintasan pada kondisi awal, masing-masing 53,77% dan 46,3%. Metode bobot posisi masing-masing 78,74% dan 1,6%. Berdasarkan metode keseimbangan lintasan yang terpilih, yaitu metode pendekatan wilayah, maka terjadi perubahan lay out lantai produksi karena berkurangnya stasiun kerja dari 41 stasiun kerja pada kondisi awal menjadi 7 stasiun kerja. Selain itu, dilakukan penyeimbangan lintasan pola aliran dan juga mengalami perubahan dari bentuk zig zag pada lay out awal menjadi bentuk U. Hal ini menyebabkan gerakan melangkah menjadi minimum dan waktu hilang akibat transportasi dapat ditekan. Kata kunci : Keseimbangan Lintasan 1. PENDAHULUAN PT. XYZ adalah perusahaan manufaktur di bidang garment, dimana salah satu kunci keberhasilannya terletak pada lancar atau tidaknya aliran produksi. Untuk mengetahui aliran produksi berjalan lancar atau tidak, dapat diketahui dengan melihat kemampuan lintasan tersebut dalam menghasilkan output apakah dapat memenuhi target produksi atau tidak. Keseimbangan lintasan erat hubungannya dengan produksi massal. Keseimbangan 1 lintasan merupakan metode yang dipergunakan untuk memperoleh suatu arus produksi yang lancar guna meningkatkan efisiensi penggunaan fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan melalui penyeimbangan waktu kerja antar proses. Keseimbangan lintasan dilakukan dengan menggabungkan beberapa proses yang ada dalam satu line produksi ke dalam satu stasiun kerja. Waktu yang dibolehkan untuk menyelesaikan elemen pekerjaan itu ditentukan oleh kecepatan lintas perakitan. Kecepatan semua stasiun kerja dalam melakukan elemen pekerjaan sebisa mungkin sama. Bila waktu siklus

2 suatu stasiun kerja dibawah waktu siklus idealnya, maka stasiun tersebut memiliki waktu menganggur. Pada akhirnya, keseimbangan lintasan bertujuan untuk meminimasi waktu menganggur yang dimiliki stasiun kerja sehingga didapat efisiensi lintasan yang tinggi.. LANDASAN TEORI Penyeimbangan lintasan dirasakan sangat penting untuk diterapkan dalam lintasan produksi, khususnya pada perusahaan garmen yang memproduksi produk massal. Karena pada umumnya, permasalahan yang sering timbul pada perusahaan garmen adalah tidak tercapainya target produksi yang direncanakan dalam waktu tertentu. Akibatnya, perusahaan perlu mengadakan upaya untuk tetap memenuhi keinginan pelanggan tepat pada waktunya, seperti penambahan sumber daya sehhingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan. Dengan adanya penyeimbangan lintasan, diharapkan lintasan dapat lebih terkendali sehingga mampu menghasilkan output sesuai dengan target yang direncanakan. Diharapkan pula dapat mengurangi jumlah stasiun kerja yang berarti pengurangan penggunaan sumber daya, seperti tenaga kerja, mesin, listrik, dan lain-lain sehingga dapat menekan biaya produksi. Sistem produksi terdiri dari kata, yaitu sistem dan produksi. Pengertian sistem menurut Vincent Gaspersz (004) adalah : Sistem adalah kelompok elemen yang berinteraksi atau saling tergantung secara teratur yang membentuk satu kesatuan menuju pencapaian suatu tujuan. Sedangkan pengertian produksi menurut Sritomo Wignjosoebroto (003) adalah: Serangkaian aktivitas yang diperlukan untuk mengolah ataupun merubah sekumpulan masukan (input) menjadi sejumlah keluaran (output) yang memiliki nilai tambah (added value). Jadi, pengertian sistem produksi berdasarkan penggabungan kedua kata tersebut diatas menurut Nasution (006) dapat diartikan sebagai: Sistem produksi merupakan kumpulan dari subsistemsubsistem yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Sedangkan menurut Buffa (1994),sistem produksi adalah: Wahana yang dipakai dalam mengubah masukan-masukan (input) sumber daya untuk menciptakan barang dan jasa yang bermanfaat. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari sistem produksi adalah kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling berinteraksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang mempunyai nilai tambah dan bermanfaat.. 1 Uji Kenormalan Data Uji kenormalan data dilakukan untuk mengetahui apakah waktu siklus yang diperoleh dari hasil pengukuran dari masing-masing elemen pekerjaan terdistribusi secara normal atau tidak. Dalam penelitian kali ini, digunakan program SPSS 1 One Sampel Kolmogorov-Smirnov Test untuk melakukan uji kenormalan data. Melalui hasil uji kenormalan data dengan menggunakan One Sampel Kolmogorov- Smirnov Test tersebut, dapat diketahui apakah data yang didapatkan terdistribusi normal atau tidak. Dan dalam pengujian kenormalan data kali ini diasumsikan bahwa Tingkat Keyakinan 95% (Z 95% = 1.96) dan Tingkat Ketelitian (α) 5%.. Uji Keseragaman Data Uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh waktu siklus dari masing-masing elemen pekerjaan seragam atau tidak. Keseragaman dari data populasi dapat diketahui dengan cara menentukan Batas Kendali Atas (BKA) dan Batas Kendali Bawah (BKB) dari

3 masing-masing waktu siklus elemen pekerjaan. Apabila ada data yang berada di luar BKA dan BKB, maka data tersebut dikatakan tidak seragam. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan revisi terhadap nilai rata-ratanya dengan membuang data yang berada di luar BKA dan BKB. Untuk melakukan uji keseragaman data, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:..1. Menghitung waktu siklus ratarata sub grup ( X ) Xi X = k Keterangan : X = Waktu siklus rata-rata (menit) i = Pengamatan ke-i k = Banyaknya sub grup yang terbentuk... Menghitung nilai standar deviasi sampel (σ ). Standar deviasi sampel (σ ) menunjukkan besarnya penyimpangan yang terjadi antara data sampel sebenarnya dengan nilai rata-ratanya. Nilai dari standar deviasi sampel (σ ) digunakan untuk menentukan BKA dan BKB. Untuk menghitung nilai standar deviasi sampel (σ ) digunakan rumus sebagai berikut: σ = Jika N 30 Jika N < 30 ( ) N i ( ) σ = i N 1 σ = σ k Keterangan : = Waktu siklus rata-rata (menit) k = Banyaknya sub grup yang terbentuk σ = Standar deviasi dari waktu siklus rata-rata sub grup i = Waktu siklus ke- i N = Jumlah data sampel..3.menghitung nilai BKA (Batas Kendali Atas) dan BKB (Batas Kendali Bawah) Nilai BKA dan BKB digunakan untuk pengeplotan data rata-rata sampel/sub group (). Untuk menghitung BKA dan BKB digunakan rumus sebagai berikut : (Feigenbaum, 1996) 1.Untuk tingkat keyakinan 68,7% BKA= X + σ BKB= X σ Maksudnya adalah 68,7% dari semua hasil pengukuran dalan distribusi akan terjadi diantara plus dan minus satu deviasi standar terhadap rata-rata..untuk tingkat keyakinan 95,45% BKA= X + σ BKB= X σ Maksudnya adalah 95,45% dari semua hasil pengukuran dalam distribusi akan terjadi diantara plus dan minus dua deviasi standar terhadap rata-rata. 3.Untuk tingkat keyakinan 99,73% BKA= X + 3σ BKB= X 3σ Maksudnya adalah 99,73% dari semua hasil pengukuran dalam distribusi akan terjadi diantara plus dan minus satu deviasi standar terhadap rata-rata. Keterangan : BKA = Batas Kendali Atas BKB = Batas Kendali bawah X = Waktu siklus rata-rata (menit) σ = Standar deviasi dari waktu siklus rata-rata sub grup 3

4 ..4 Uji Kecukupan Data Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui jumlah data (populasi) minimum dari masing-masing data yang harus diambil (N ). Apabila jumlah data yang diambil dari hasil pengukuran (N) masih kurang dari jumlah data yang seharusnya diambil (N >N), maka perlu dilakukan pengukuran kembali untuk mendapatkan jumlah data yang seharusnya diambil. Jika N N, maka data telah cukup, sebaliknya jika N > N maka yang diamati belum cukup. Untuk menghitung jumlah data (populasi) minimum yang harus diambil digunakan rumus sebagai berikut: 1.Apabila tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 10%. Jadi tingkat ketelitian 10% dan keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukuran membolehkan rata rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh 10% dari rata rata sebenarnya dan kemungkinan berhasil mendapatkan hasil ini adalah 95%. (Wignjosoebroto, Sritomo. 003) 0 N ' = N Xi Xi ( Xi).Apabila tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5%. Tingkat ketelitian 5% dan keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukuran membolehkan rata rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh 5% dari rata rata sebenarnya dari kemungkinan berhasil mendapatkan hasil ini adalah 95%. (Sutalaksana, Iftikar Z dkk. 1978) 40 N ' = N Xi Xi ( Xi) Keterangan : N = Jumlah pengamatan yang seharusnya diambil N = Jumlah pengamatan untuk elemen kerja diukur X = Data waktu siklus (menit) I = Pengamatan ke-i Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal (terlalu cepat), maka harga p akan lebih besar dari 1 (p > 1), sebaliknya jika operator dipandang bekerja di bawah normal, maka harga p lebih kecil dari 1 (p < 1). Seandainya, pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar, maka harga p sama dengan 1 (p = 1). Jika pengukuran-pengukuran telah selesai, yaitu semua data yang didapat memiliki keseragaman yang dikehendaki, dan jumlahnya telah memenuhi tingkattingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, maka selesailah kegiatan pengukuran waktu. Langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga memberikan waktu standar atau waktu baku. Waktu standar dapat didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu standar tersebut sudah mencakup kelonggaran waktu (allowances time) yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan. Untuk mendapatkan waktu standar maka terdapat beberapa langkah yang harus diikuti : (Sutalaksana, Iftikar Z dkk. 1978) a.menghitung waktu siklus rata rata (Ws) : Xi Ws = N b.menghitung faktor penyesuaian (p) : Faktor penyeuaian = 1 + p 4

5 c.menghitung waktu normal (Wn) : Wn = Ws p d.menghitung waktu baku (Wb) : Wb = Wn+ Wn A ( ) Keterangan : X = Data waktu siklus (menit) I = Pengamatan ke-i Ws = Waktu siklus (menit) P = Faktor penyesuaian Wn = Waktu normal (menit) A = Kelonggaran Wb = Waktu baku (menit) Salah satu aplikasi atau pemanfaatan dari diketemukannya waktu baku adalah guna menyeimbangkan lintasan produksi (the balancing of production lines). Proses keseimbangan lintasan pada dasarnya merupakan satu hal yang tidak pernah mencapai kesempurnaan. Di sini sedikit waktu lebih (etra time) yang lebih dikenal dengan istilah balancing delay tetap harus ditambahkan pada semua stasiun kerja. Hal ini tentu saja akan menambah besarnya waktu baku yang telah dihitung atau ditetapkan. Kondisi inilah yang merupakan satu hal yang merugikan dan yang dijumpai dalam sistem lintasan perakitan (assembly line). Kriteria yang digunakan dalam keseimbangan lintasan produksi adalah minimum waktu menganggur dan minimum keseimbangan waktu menganggur. Adapula yang menggunakan maksimum efisiensi tetapi pada prinsipnya ketiga hal tersebut sama. Secara matematis, ketiga kriteria tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: (Bedworth, David E, 198) a. Waktu menganggur Waktu menganggur ( n Ws) = i b. Keseimbangan waktu menganggur ( n Ws) t Keseimbangan Waktu menganggur = n Ws i t 100% c. stasiun kerja stasiun ker ja ti = Ws 100% d. lintasan kerja ti l int asan ker ja = 100% n Ws Keterangan: n = Jumlah stasiun kerja Ws = Waktu stasiun terbesar t = Total waktu operasi i i = Data waktu ke-1,, 3,..., n Metode keseimbangan lintasan perakitan yang digunakan adalah: 1. Metode Bobot Posisi Metode heuristik yang paling awal ialah metode bobot posisi. Metode ini diusulkan oleh W. B. Helgeson dan D. P. Birnie. Metode bobot posisi dapat dijelaskan sebagai berikut: (Kusuma Hendra, 001). Metode Pembebanan Berurut Kelemahan metode bobot posisi diatasi dengan menggunakan metode pembebanan berurut 3. Metode Pendekatan Wilayah (Region Approach) Metode ini dikembangkan oleh Bedworth untuk mengatasi kekurangan metode bobot posisi. Metode ini juga belum mampu menghasilkan solusi optimal, tetapi sudah cukup baik dan mendekati optimal. Pada prinsipnya metode ini berusaha membebankan terlebih dahulu operasi yang memiliki tanggung jawab keterdahuluan yang besar. Bedworth menyebutkan bahwa kegagalan metode bobot posisi ialah mendahulukan operasi dengan waktu operasi terbesar daripada operasi dengan waktu operasi yang tidak terlalu besar, tetapi diikuti oleh banyak operasi lainnya 5

6 Perancangan Tata Letak Fasilitas (Plant Layout) Salah satu kegiatan rekayasawan industri yang tertua adalah menata letak pabrik dan menangani pemindahan bahan. Sejalan dengan meluasnya pandangan rekayasawan industri ke arah kegiatan fasilitas fisik, kini rekayasawan menjadi paham bahwa hampir semua kegiatan yang mempunyai arti akan menuntut fasilitas fisik. Seringkali fasilitas seperti itu dapat dan harus direncanakan serta dirancang mengikuti prinsip dan aturan yang hampir sama dengan yang digunakan dalam tata letak pabrik. Sehingga perancangan fasilitas merupakan salah satu istilah yang penting bagi penyusunan unsur fisik. Adapun definisi perancangan fasilitas menurut James M. Apple (1990) adalah: Menganalisis, membentuk konsep, merancang dan mewujudkan sistem bagi pembuatan barang dan jasa. 3. METODE DAN HASIL Menentukan Kecepatan Lintasan yang Diinginkan Dalam melakukan perhitungan kecepatan lintasan yang diinginkan diperlukan datadata, diantaranya : Kecepa tan l int asan= 1, 87 menit pieces Perhitungan kecepatan lintasan pada setiap stasiun kerja adalah 1,87 menit/pieces. Perhitungan waktu baku elemen kerja yang terpanjang adalah 1,91 menit/pieces. Maka, kecepatan lintasan yang diinginkan stasiun kerja adalah 1,87 menit/pieces karena masih ada elemen kerja yang belum selesai dikerjakan. Kecepatan lintasan adalah 1,91 menit/pieces. Keseimbangan Beban Awal Keseimbangan beban awal adalah keseimbangan beban kerja aktual operator yang terjadi pada lintasan produksi. Beban kerja operator disebut efisiensi diartikan kecepatan yang mampu ditempuh oleh masing-masing operator dibagi dengan kecepatan lintasan yang diinginkan. Keseimbangan beban awal digunakan untuk menganalisa keseimbangan lintasan produksi dengan cara membandingkan keseimbagan beban awal dengan metode-metode keseimbangan lintasan lainnya untuk mengetahui metode mana yang memiliki efisiensi tertinggi dan waktu menganggur terendah. Tanggal diproduksi=5 Januari 013 Tanggal diekspor=1 Februari 013 Jadi, hari kerja efektif adalah 8 hari. Jam efektif per hari=8 jam kerja/hari Jumlah pieces yang diproduksi = pieces Adapun perhitungan kecepatan lintasan yang diinginkan adalah sebagai berikut : Waktu yang tersedia Kecepa tan l int asan= Re ncana produksi Kecepa tan l int asan 8 hari = 8 jam hari 60 pieces menit jam 6

7 Adapun grafik beban kerja operatror pada keseimbangan beban awal sebagai berikut: Grafik Beban Kerja Operator pada Keseimbangan Awal 1 (%) Grafik Beban Kerja Operator pada Keseimbangan Beban Awal Sumber : Data dari perusahaan Selanjutnya menghitung efisiensi lintasan dan waktu menganggur pada lintasan. ti l int asan ker ja = 100% n Ws 4,11 l int asan ker ja = 100% 41 1,91 4,11 l int asan ker ja = 100% 78,31 l int asan ker ja = 53,77% Keseimbangan Waktu menganggur ( n Ws) ti = 100% n Ws Keseimbangan Waktu menganggur ( 41 1,91) 4,11 = 100% 41 1,91 Keseimbangan Waktu menganggur = 46,3% Pada keseimbangan beban awal memiliki efisiensi lintasan kerja sebesar 53,77% dan waktu menganggur sebesar 46,3%. Penyeimbangan Lintasan Analisa penyeimbangan lintasan dengan menggunakan tiga metode keseimbangan lintasan, yaitu: 1. Metode Bobot Posisi. Metode Pembebanan Berurut 3. Metode Pendekatan Wilayah (Regional) Metode Bobot Posisi Metode ini untuk menyeimbangkan lintasan yang memiliki prinsip melakukan pembebaban operasi dengan cara mengurutkan operasi-operasi berdasarkan bobot posisinya. Operasi yang memiliki bobot posisi terbesar terlebih dahulu dibebankan pada stasiun kerja. Menghitung kecepatan lintasan Perhitungan kecepatan lintasan adalah 1,91 menit/pieces. Setelah dilakukan perhitungan, maka diketahui bahwa efisiensi lintasan kerja dengan menggunakan metode bobot posisi adalah sebesar 78,74% dan waktu menganggur sebesar 1,6%. Hasil perhitungan penyeimbangan lintasan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada grafik berikut: vii

8 1 Grafik Beban Kerja Operator dengan Menggunakan Metode Bobot Posisi (%) Grafik Beban Kerja Operator dengan Menggunakan Metode Bobot Posisi Metode Pembebanan Berurut Metode pembebanan berurut melakukan pembebanan pekerjaan pada setiap stasiun kerja dengan cara membebankan terlebih dahulu operasi-operasi yang seluruh matriks, penyeimbangan lintasan dengan metode pembebanan berurut. Menghitung kecepatan lintasan yang diinginkan Kecepatan lintasan metode ini adalah 1,91 menit/pieces. Membebankan operasi-operasi pada stasiun-stasiun kerja yang dimulai dengan operasi yang memiliki seluruh elemen matriks operasi pendahulu nol dan waktu operasi terbesar Hasil perhitungan dalam bentuk grafik dan pola aliran operasi yang terbentuk dari pembebanan kerja dengan menggunakan metode pembebanan berurut pada grafik berikut: (%) 1 8 Grafik Beban Kerja Operator dengan Menggunakan Metode Pembebanan Berurut Grafik Beban Kerja Operator dengan Menggunakan Metode Pembebanan Berurut Sumber : Data dari perusahaan setelah diolah. 8

9 Metode Pendekatan Wilayah (Regional) Penyeimbangan beban kerja menurut metode pendekatan wilayah pada prinsipnya berusaha membebankan terlebih dahulu operasi-operasi yang berada di wilayah sebelah kiri dan memiliki waktu operasi terbesar. Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode pendekatan wilayah ini adalah : Penyeimbangan lintasan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar berikut: 1 Grafik Beban Kerja Operator dengan Menggunakan Metode Pendekatan Wilayah (%) Analisa Keseimbangan Lintasan dengan Ketiga Metode Keseimbangan Lintasan Hasil perhitungan yang telah dilakukan, efisiensi lintasan kerja dengan menggunakan ketiga metode keseimbangan lintasan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan efisiensi lintasan kerja pada kondisi awal. Sebaliknya, keseimbangan waktu menganggur pada ketiga metode keseimbangan lintasan lebih rendah jika dibandingkan dengan keseimbangan waktu menganggur pada kondisi awal. Perbandingan efisiensi lintasan kerja, keseimbangan waktu menganggur (balance delay), dan jumlah stasiun kerja pada kondisi awal dan ketiga metode keseimbangan lintasan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Perbandingan Hasil Perhitungan Pada Kondisi Awal dan Ketiga Metode Keseimbangan Lintasan Metode Keseimbangan Lintasan Lintasan (%) Balance Delay (%) Jumlah Kondisi Awal 53,77 46,3 41 Metode Bobot Posisi 78,74 1,6 8 Metode Pembebanan Berurut 78,74 1,6 8 Metode Pendekatan Wilayah (Regional) 81,66 18,34 7 9

10 1 Grafik Beban Kerja Operator pada Keseimbangan Awal 1 Grafik Beban Kerja Operator dengan Menggunakan Metode Bobot Posisi (%) 8 (%) (1) () 1 Grafik Beban Kerja Operator dengan Menggunakan Metode Pembebanan Berurut 1 Grafik Beban Kerja Operator dengan Menggunakan Metode Pendekatan Wilayah (%) 8 (%) (3) (4) Perbandingan Grafik Beban Kerja Operator Pada (1) Kondisi Awal, () Metode Bobot Posisi, (3) Metode Pembebanan Berurut, dan (4) Metode Pendekatan Wilayah (Regional) Berdasarkan tabel dan gambar diatas, maka terlihat jelas bahwa metode keseimbangan lintasan dengan menggunakan metode pendekatan wilayah (regional) memiliki efisiensi lintasan kerja tertinggi, yaitu 81,66% dan keseimbangan waktu menganggur terendah, yaitu 18,34% dibandingkan dengan kondisi awal, metode bobot posisi, dan metode pembebanan berurut. Maka dari itu, metode keseimbangan lintasan yang dipilih untuk direkomendasikan dan diaplikasikan pada line 1 PT XYZ adalah metode pendekatan wilayah. Analisa Layout Lintasan Berdasarkan Metode Keseimbangan Lintasan Berdasarkan hasil analisa, maka terjadi perubahan bentuk layout karena penurunan jumlah stasin kerja, yaitu dari 41 stasiun kerja pada kondisi awal menjadi 7 stasiun kerja pada keseimbangan lintasan menggunakan metode pendekatan wilayah. Hal ini tentu berdampak pada berubahnya pola aliran dan luas lantai produksi line 1. Hal ini merupakan keuntungan bagi perusahaan. Bagi perusahaan, keuntungan terletak pada berkurangnya luas lantai produksi yang dibutuhkan sehingga biaya investasi juga berkurang. Perbandingan perbedaan layout pada kondisi awal dan layout setelah dilakukan keseimbangan lintasan pada tabel berikut ini: 10

11 Perbandingan Perbedaan Layout Pada Kondisi Awal dan Layout Setelah Keseimbangan Lintasan No. Tata Letak Kondisi Awal Setelah Keseimbangan Lintasan 1 Pola Aliran Pada kondisi awal, pola aliran berbentuk garis lurus dan zigzag Pada kondisi setelah dilakukan keseimbangan lintasan pola aliran berbentuk U dengan tujuan untuk mengurangi waktu hilang akibat transportasi yang jauh Transportasi Waktu yang dibutuhkan untuk perpindahan (transportasi) barang dari proses satu ke proses lainnya cukup banyak Waktu yang dibutuhkan untuk perpindahan perpindahan barang dari proses satu ke proses lainnya lebih singkat karena berkurangnya stasiun kerja sehingga lintasan lebih pendek daripada kondisi awal dan minimnya gerakan melangkah operator dalam proses produksi 3 Luas Lantai Setiap stasiun kerja membutuhkan luas lantai produksi sebesar 1 m, sehingga luas lantai yang dibutuhkan pada kondisi awal adalah sebesar 41 m karena jumlah staiun kerja pada keseimbangan awal adalah 41 SK Luas lantai produksi yang dibutuhkan pada kondisi ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan kondisi awal karena jumlah stasiun kerja yang terbentuk lebih sedikit, jaitu 7 SK. Maka Luas lantai yang dibutuhkan setelah dilakukan keseimbangan lintasan adalah 7 m 4. KESIMPULAN Berdasarkan analisa dari hasil yang diperoleh, maka diambil kesimpulan, yaitu: Upaya peningkatan efisiensi lintasan kerja pada line 1 PT XYZ pada pembuatan produk celana NIKE style 68015, maka dilakukan penyeimbangan beban pekerjaan dengan menggunakan tiga metode keseimbangan lintasan. Ketiga metode keseimbangan lintasan tersebut, yaitu metode bobot posisi, metode pembebanan berurut, dan metode pendekatan wilayah (regional) yang selanjutnya akan dibandingkan dengan keseimbangan awal lintasan. Penyeimbangan beban pekerjaan dilakukan berdasarkan kecepatan lintasan stasiun kerja, yaitu 1,91 menit/pieces. Dalam melakukan penyeimbangan beban pekerjaan dengan menggunakan metode bobot posisi, metode pembebanan 11 berurut, dan metode pendekatan wilayah (regional), maka metode keseimbangan lintasan yang terbaik adalah metode pendekatan wilayah. Metode pendekatan wilayah dipilih karena metode ini memiliki efisiensi lintasan kerja tertinggi, yaitu 81,66% dan keseimbangan waktu menganggur terendah, yaitu 18,34% dibandingkan dengan keseimbangan lintasan pada kondisi awal, yaitu masingmasing 53,77% dan 46,3%, metode bobot posisi, yaitu masing-masing 78,74% dan 1,6%, dan metode pembebanan berurut, yaitu masingmasing 78,74% dan 1,6%. Metode keseimbangan lintasan yang terpilih, yaitu metode pendekatan wilayah, maka terjadi perubahan layout lantai produksi karena berkurangnya jumlah stasiun kerja dari 41 SK pada kondisi awal menjadi 7 SK pada kondisi setelah dilakukan keseimbangan lintasan. Selain itu, setelah dilakukan penyeimbangan lintasan pola aliran juga

12 mengalami perubahan dari bentuk zigzag pada layout awal menjadi bentuk U pada metode pendekatan wilayah. Hal ini menyebabkan gerakan melangkah menjadi minimum sehingga waktu hilang akibat transportasi yang berlebihan dapat ditekan. 5. DAFTAR PUSTAKA 1. Buffa Elwood.S, Sistem Produksi, Frederick W. Taylor, Pengukuran Waktu Kerja 3. Sritomo Wignjosoebroto, Pengertian Produksi, Suta Laksana, Penyesuaian Menurut Cara Shumard, Nasution, Arman Hakim, Perhitungan Bobot Posisi Untuk tiap Operasi Vincent Gasperz, Sistem Produksi,. 1

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teknik Pengukuran Data Waktu Jam Henti Di dalam penelitian ini, pengukuran waktu setiap proses operasi sangat dibutuhkan dalam penentuan waktu baku setiap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan peralatan) yang dipergunakan untuk pembuatan produk. Line Balancing (Lintasan Perakitan) biasanya

Lebih terperinci

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING Yayan Indrawan, Ni Luh Putu Hariastuti Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Putu_hrs@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu ( Barnes h.257 ) Studi Gerak dan Waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi massal, dimana dalam proses produksinya harus dibagikan pada seluruh operator sehingga beban kerja

Lebih terperinci

PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE

PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 239-248 PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE Puji Astuti Saputri, Shantika

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING Joko Susetyo, Imam Sodikin, Adityo Nugroho Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains

Lebih terperinci

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Di era globalisasi ini, fashion merupakan tuntutan dari gaya hidup berbagai kalangan di masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan yang bergerak di industri pakaian berlomba untuk menghasilkan produk

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFSIENSI DAN PRODUKTIVITAS KINERJA MELALUI PENDEKATAN ANALISIS RANGKED POSITIONAL WEIGHT METHOD PT. X

PENINGKATAN EFSIENSI DAN PRODUKTIVITAS KINERJA MELALUI PENDEKATAN ANALISIS RANGKED POSITIONAL WEIGHT METHOD PT. X PENINGKATAN EFSIENSI DAN PRODUKTIVITAS KINERJA MELALUI PENDEKATAN ANALISIS RANGKED POSITIONAL WEIGHT METHOD PT. X Komarudin dan Rudi Saputra Teknik Industri, Institut Sains dan Teknologi Nasional ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Menurut Baroto (2002, p192), aliran proses produksi suatu departemen ke departemen yang lainnya membutuhkan waktu proses produk tersebut. Apabila terjadi hambatan atau

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Observasi lapangan Identifikasi masalah Pengumpulan data : 1. Data komponen. 2. Data operasi perakitan secara urut. 3. Data waktu untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Keseimbangan Lini

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Keseimbangan Lini BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Keseimbangan Lini engolahan data Gambar 4.1 Skema Metodologi Penelitian 79 A Perancangan Keseimbangan Lini Metode

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

DAFTAR ISI DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRAK Perkembangan industri manufaktur dan tingkat persaingan yang ada saat ini menimbulkan permasalahan yang kompleks. Salah satu permasalahan yang paling penting dalam suatu industri manufaktur

Lebih terperinci

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem 24 pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Pengertian dari waktu baku yang normal,wajar, dan terbaik dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu baku

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Keseimbangan Lintasan Keseimbangan lintasan adalah lintasan produksi dimana material berpindah secara kontinyu dengan laju rata-rata yang sama melalui sejumlah stasiun kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga hasil sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga hasil sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, sistem produksi terdiri dari elemen input, proses dan elemen output. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah suatu analisis yang mencoba melakukan suatu perhitungan keseimbangan hasil produksi dengan membagi beban antar proses secara berimbang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkat Kinerja Operator (Performance Rating) Perancangan sistem kerja menghasilkan beberapa alternatif sehingga harus dipilih alternatif terbaik. Pemilihan alternatif rancangan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN 2017 Firman Ardiansyah E, Latif Helmy 16 MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN Firman Ardiansyah Ekoanindiyo *, Latif Helmy * * Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI STASIUN KERJA DENGAN PENDEKATAN REGION LINE BALANCING ( STUDI KASUS DI PT. TRIANGLE MOTORINDO )

PENINGKATAN EFISIENSI STASIUN KERJA DENGAN PENDEKATAN REGION LINE BALANCING ( STUDI KASUS DI PT. TRIANGLE MOTORINDO ) PENINGKATAN EFISIENSI STASIUN KERJA DENGAN PENDEKATAN REGION LINE BALANCING ( STUDI KASUS DI PT. TRIANGLE MOTORINDO ) Haryo Santoso ) Abstrak Ketidakseimbangan alokasi elemen-elemen kerja pada Lintasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Cara Kerja Pada laporan skripsi ini penelitian cara kerja menggunakan metode penelitian yang dilakukan melalui operation process chart. Dan dalam perhitungan untuk

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP)

Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP) Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP) Umi marfuah 1), Cholis Nur Alfiat 2) Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kerja Studi kerja adalah penelaahan secara sistematik terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk : (Barnes, 1980, Halaman 6) 1. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Pembebanan (loading) dapat diartikan pekerjaan yang diberikan kepada mesin atau operator. Pembebanan menyangkut jadwal waktu kerja operator dalam kurun waktu satu hari

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI Jaka Purnama Laboratorium Sistem Produksi Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi masal, dimana tugas-tugas yang dikerjakan dalam proses harus dibagi kepada seluruh operator agar beban kerja dari para operator

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ Lina Gozali, Andres dan Feriyatis Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara e-mail: linag@ft.untar.ac.id

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Multi Garmenjaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri garment. Penulis melakukan pengamatan pada lini produksi produk celana jeans yang diproduksi secara mass production. Masalah

Lebih terperinci

Peningkatan Kapasitas Produksi pada PT. Adicitra Bhirawa

Peningkatan Kapasitas Produksi pada PT. Adicitra Bhirawa Peningkatan Kapasitas Produksi pada PT. Adicitra Bhirawa Karine Santoso Putri, I Gede Agus Widyadana 2, Herry Christian Palit 3 Abstract: Currently, PT. Adicitra Bhirawa wants to increase their production

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan sistem kerja Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancanganterbaik dari system kerja yang bersangkutan. Teknik-teknik

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Line Balancing Line Balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Di dalam sebuah sistem kerja unsur manusia, mesin, peralatan kerja dan lingkungan fisik pekerjaan harus diperhatikan dengan baik secara sendirisendiri maupun

Lebih terperinci

USULAN PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI PADA LINE FINAL ASSEMBLING KWH OB91Z GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN PRODUK

USULAN PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI PADA LINE FINAL ASSEMBLING KWH OB91Z GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN PRODUK Usulan Penyeimbangan Lintasan Produksi pada Line Final Assembling KWH... USULAN PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI PADA LINE FINAL ASSEMBLING KWH OB91Z GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN PRODUK 1) Siti

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI Citra Palada Staf Produksi Industri Manufaktur, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE Jln. Gaya Motor III No. 5, Sunter II, Jakarta 14350 citra.palada@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 229-238 ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI Dwi Yuli Handayani, Bayu Prihandono,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Pabrik roti seperti PT Nippon Indosari Corpindo merupakan salah satu contoh industri pangan yang memproduksi produk berdasarkan nilai permintaan, dengan ciri produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Penjadwalan Salah satu masalah yang cukup penting dalam system produksi adalah bagaimana melakukan pengaturan dan penjadwalan pekerjaan, agar pesanan dapat selesai sesuai

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN 125 BAB V ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis Dari Ketiga Metode Tabel 5.1 Hasil Perbandingan dari ketiga Metode METODE OBJEK PERCOBAAN 1 PERCOBAAN 2 Line Efficiency 91.37% 94.41% RPW Balance

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data yang ada pada bab sebelumnya, maka akan dilakukan analisis guna mengetahui hasil yang lebih optimal. Pembahasan ini dilakukan untuk memberikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Tenda Trijaya Indonesia merupakan salah satu perusahaan tenda yang terpercaya kualitasnya. Perusahaan ini menjadi pemasok ke departemen sosial, perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, bahkan

Lebih terperinci

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja (Studi Waktu / Time Study) Perbaikan postur Perbaikan proses Perbaikan tata letak Perbaikan metode /cara kerja Data harus baik, representasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual

BAB V ANALISA HASIL Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual BAB V ANALISA HASIL 5.1. Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kondisi aktual saat ini tidak seimbang penyebab utama terjadinya ketidak seimbangan lintasan

Lebih terperinci

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric Abstrak Heru Saptono 1),Alif Wardani 2) JurusanTeknikMesin,

Lebih terperinci

Perbaikan Keseimbangan Lintasan di Lini Produksi ECOSS Perusahaan Heat Exchanger

Perbaikan Keseimbangan Lintasan di Lini Produksi ECOSS Perusahaan Heat Exchanger Perbaikan Keseimbangan Lintasan di Lini Produksi ECOSS Perusahaan Heat Exchanger Ardityo Irawan 1 Abstract: PT XYZ is one of the company that produce heat exchanger in Indonesia. The Company developing

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh BAB 2 STUDI LITERATUR Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh sumberdaya produksi secara efisien dan efektif sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum (maximum profit). Tanpa

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV SURYA ADVERTISING & T SHIRT merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri garment. Jenis produk yang diproduksi perusahaan meliputi kemeja lengan panjang, kemeja lengan pendek, kaos

Lebih terperinci

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D Adi Kristianto Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sarjanawiyata

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong semua perusahaan khususnya industri manufaktur saling bersaing untuk menghasilkan produk yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1 Landasan Teori Keseimbangan lini perakitan (line balancing) merupakan suatu metode penugasan pekerjaan ke dalam stasiun kerja-stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Sistem Kerja Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja yang bersangkutan. Teknikteknik dan

Lebih terperinci

Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing

Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing Erwanto, et al / Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing / Jurnal Titra, Vol.5, No 2, Juli 2017, pp. 387-392 Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing Intan Mei Erwanto 1, Prayonne

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perusahaan bertipe repetitive manufacturing dengan produksi

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perusahaan bertipe repetitive manufacturing dengan produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan perusahaan bertipe repetitive manufacturing dengan produksi massal, peranan perencanaan produksi sangat penting, terutama dalam penugasan kerja

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstrasi Hasil Pengumpulan Data Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly adalah digunakan untuk pengukuran waktu dimana pengukuran waktu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Apriana (2009) melakukan penelitian mengenai penjadwalan produksi pada sistem flow shop dengan mesin parallel (flexible flow shop) sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknik Pengukuran Kerja Pengukuran kerja adalah metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Teknik pengukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sejumlah penelitian yang berkaitan dengan penjadwalan produksi telah dilakukan, antara lain oleh Wigaswara (2013) di PT Bejana Mas Perkasa.

Lebih terperinci

Manajemen Perakitan Mesin Traktor Tangan Iseki-Agrindo Model KAI 711

Manajemen Perakitan Mesin Traktor Tangan Iseki-Agrindo Model KAI 711 Manajemen Perakitan Mesin Traktor Tangan IsekiAgrindo Model KAI 7 Arthur Yanny Leiwakabessy ) FakultasTeknik Universitas Pattimura Ambon Email : arthur.leiwakabessy@gmail.com Abstrak Penjadwalan adalah

Lebih terperinci

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) Kelvin Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya kelvin@stts.edu ABSTRAK Aliran produksi

Lebih terperinci

Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE)

Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE) Available online at http://jurnal.yudharta.ac.id/v/index.php/jkie Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE) RANCANGAN KESEIMBANGAN LINTASAN STASIUN KERJA GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI WAKTU SIKLUS

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Menurut Suryabrata (1983), metode deskriptif dilakukan dengan membuat deskripsi secara sistematis,

Lebih terperinci

Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja

Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja Performa (2012) Vol. 11, No. 2: 75-84 Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja Burhan,1), Imron Rosyadi NR 2) dan Rakhmawati 1) 1) Program

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO

PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO Darsini Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo E-mail : dearsiny@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan Laporan Tugas Akhir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan sejumlah besar komponen yang harus dirakit, perencanaan produksi memegang

Lebih terperinci

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT Lina Gozali *, Lamto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran Kerja Menurut Sritomo, pengukuran kerja adalah : metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Salah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian yang akan dilakukan dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu mengukur waktu produktif, menganalisis faktor faktor penyebab rendahnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Efisien dalam dunia industri berarti memanfaatkan sumber daya sedemikian rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat menghasilkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA DENGAN PENERAPAN KAIZEN (Studi Kasus pada PT Beiersdorf Indonesia PC Malang)

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA DENGAN PENERAPAN KAIZEN (Studi Kasus pada PT Beiersdorf Indonesia PC Malang) ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA DENGAN PENERAPAN KAIZEN (Studi Kasus pada PT Beiersdorf Indonesia PC Malang) ANALYSIS OF PRODUCTIVITY AND WORK EFFICIENCY IMPROVEMENT WITH KAIZEN

Lebih terperinci

Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA

Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA Pengertian Sampling pekerjaan adalah suatu prosedur pengukuran cara langsung yang dilakukan pada waktu-waktu yang ditentukan secara acak. Standar pekerja

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Flowchart Metode Penelitian Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai Studi Pendahuluan: Pengamatan flow process produksi Assembly

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Produksi Proses produksi adalah serangkaian aktifitas yang diperlukan untuk mengolah ataupun merubah sutu kumpulan masukan (input) menjadi sejumlah keluaran (output) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusatpusat

BAB I PENDAHULUAN. massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusatpusat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Keseimbangan lintasan perakitan berhubungan erat dengan produksi massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusatpusat kerja,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efektifitas 2.1.1. Pengertian Efektifitas Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENINGKATAN EFISIENSI LINTASAN PADA LINE PRODUKSI SHORT SIZE V-BELT TIPE A-JGG-B SIZE 60 DI PT.

TUGAS AKHIR ANALISIS PENINGKATAN EFISIENSI LINTASAN PADA LINE PRODUKSI SHORT SIZE V-BELT TIPE A-JGG-B SIZE 60 DI PT. TUGAS AKHIR ANALISIS PENINGKATAN EFISIENSI LINTASAN PADA LINE PRODUKSI SHORT SIZE V-BELT TIPE A-JGG-B SIZE 60 DI PT. BANDO INDONESIA Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

Lamp n (menit) x/n

Lamp n (menit) x/n BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Hasil Pengukuran Waktu Dibawah ini merupakan hasil pengukuran langsung (menggunakan stopwatch) waktu rakit panel. Box n (menit) x/n 1 2 3 4 5 1 11.9 12.5

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU KERJA

PENGUKURAN WAKTU KERJA PENGUKURAN WAKTU KERJA Usaha untuk menentukan lama kerja yg dibutuhkan seorang Operator (terlatih dan qualified ) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yg spesifik pada tingkat kecepatan kerja yg NORMAL

Lebih terperinci

METODE REGION APPROACH UNTUK KESEIMBANGAN LINTASAN

METODE REGION APPROACH UNTUK KESEIMBANGAN LINTASAN Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 205 212. METODE REGION APPROACH UNTUK KESEIMBANGAN LINTASAN Maria Pitriani Miki, Helmi, Fransiskus Fran INTISARI Lintasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Line Balancing Line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya work station

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Industri garmen sebagai salah satu industri utama pemuas kebutuhan masyarakat akan sandang terus berkembang. Bergesernya alasan kebutuhan dan perhatian masyarakat

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Di dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi perusahaan, maka sebelumnya harus dilakukan pengamatan dan penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH Dalam pembuatan skripsi ini, diperlukan serangkaian langkah-langkah yang sistematis dan logis untuk memberikan pedoman dan kemudahan dalam melakukan analisis terhadap implementasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran yang menjadi landasan dalam penyusunan dan penyelesaian masalah dalam pembuatan laporan skripsi ini adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I-1

BAB I Pendahuluan I-1 I-1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan yang ketat antar industri manufaktur di bidang elektronik dan permintaan konsumen yang terus menigkat setiap tahunnya, membuat para pelaku industri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian kerja dalam kaitannya dengan upaya peningkatan produktifitas. Analisa dan penelitian kerja adalah suatu aktifitas yang ditujukan untuk mempelajari prinsip-prinsip atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Dari penelitian menerangkan bahwa, Perancangan kerja merupakan suatu disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prosedur dan prinsip

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi masal, dimana tugastugas yang dikerjakan dalam proses harus dibagi kepada seluruh operator agar beban kerja dari operator merata.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengukuran Kerja Pengukuran kerja ialah penerapan teknik yang direncanakan untuk menerapkan waktu bagi pekerja yang memenuhi syarat untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. 2.1.1. Studi Waktu Menurut Wignjosoebroto (2008), pengukuran

Lebih terperinci

APLIKASI BINARY INTEGER PROGRAMMING UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI LINTASAN SEBAGAI FUNGSI OUTPUT PRODUKSI DI PT INDOJAYA PRIMA SEMESTA-PASURUAN

APLIKASI BINARY INTEGER PROGRAMMING UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI LINTASAN SEBAGAI FUNGSI OUTPUT PRODUKSI DI PT INDOJAYA PRIMA SEMESTA-PASURUAN APLIKASI BINARY INTEGER PROGRAMMING UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI LINTASAN SEBAGAI FUNGSI OUTPUT PRODUKSI DI PT INDOJAYA PRIMA SEMESTA-PASURUAN Husin 1) dan Abdullah Shahab 2) 1) Program Studi Magister Manajemen

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV WATTOO WATTOO GARMENT merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri garment. Dalam kegiatan produksinya, CV WATTOO WATTOO GARMENT ini memproduksi bermacam-macam pakaian anak-anak sesuai

Lebih terperinci

Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali

Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali Ghany Sayyida Nur Arifiana *1), I Wayan Suletra 2) 1) Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Chitose Indonesia MFG merupakan suatu perusahaan yang bergerak pada bidang industri manufaktur dengan produk utamanya berupa kursi yang terbuat dari bahan baku logam. Perusahaan menerapkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS DAN EFISIENSI LINI TRIMMING DENGAN METODE MOODIE YOUNG DAN SIMULASI PROMODEL PADA PERAKITAN MOBIL BMW DI PT.

PENINGKATAN KAPASITAS DAN EFISIENSI LINI TRIMMING DENGAN METODE MOODIE YOUNG DAN SIMULASI PROMODEL PADA PERAKITAN MOBIL BMW DI PT. PENINGKATAN KAPASITAS DAN EFISIENSI LINI TRIMMING DENGAN METODE MOODIE YOUNG DAN SIMULASI PROMODEL PADA PERAKITAN MOBIL BMW DI PT. GAYA MOTOR Iveline Anne Marie 1, Lamto Widodo 2 dan Michelle Melsha Sugiarto

Lebih terperinci