Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013"

Transkripsi

1

2

3 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September, dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober dan Desember. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Dewan Gubernur Darmin Nasution Hartadi A. Sarwono Halim Alamsyah Ronald Waas Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur 1

4 Daftar Isi I. Statement Kebijakan Moneter...3 II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter...5 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia...5 Neraca Pembayaran Indonesia...9 Inflasi...10 Nilai Tukar Rupiah...12 Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Keuangan...14 Moneter...14 Kinerja Perbankan...16 Pasar Keuangan...19 Pasar Saham...19 Pasar Surat Berharga Negara (SBN)...20 III. Respons Kebijakan Moneter

5 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Februari 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 5,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi yang terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5%+1%. Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian Indonesia masih menunjukkan kinerja yang kuat, namun tetap mewaspadai masih tingginya tekanan terhadap keseimbangan eksternal sejalan dengan masih kuatnya impor di tengah pelemahan ekonomi global. Ke depan, Bank Indonesia akan memperkuat bauran kebijakan untuk mendorong penyesuaian keseimbangan eksternal sehingga defisit transaksi berjalan berada pada tingkat yang sustainable. Bank Indonesia akan tetap menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya dan mendorong terciptanya pasar valas yang lebih efisien. Selain itu, Bank Indonesia akan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam mengelola permintaan domestik, dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional. Perekonomian Indonesia tumbuh cukup kuat ditopang permintaan domestik, meskipun sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2012 mencapai 6,11%, sementara untuk keseluruhan tahun 2012 mencapai 6,23%. Konsumsi dan investasi pada triwulan IV 2012 masih tumbuh cukup kuat, meskipun sedikit termoderasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, ekspor mulai membaik seiring dengan membaiknya perekonomian di beberapa negara mitra dagang utama seperti China. Namun, pertumbuhan impor masih cukup tinggi seiring dengan kuatnya permintaan domestik. Pada triwulan I 2013, pertumbuhan ekonomi diprakirakan mencapai 6,2%, terutama ditopang permintaan domestik. Untuk keseluruhan tahun 2013, setelah memperhitungkan aktivitas ekonomi pada triwulan III dan IV 2013 termasuk pengeluaran untuk persiapan Pemilihan Umum (Pemilu) maka pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan mencapai kisaran 6,3%-6,8%. Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2012 membaik tercermin dari meningkatnya surplus meskipun defisit transaksi berjalan lebih tinggi dari prakiraan semula. Perbaikan NPI tersebut terutama disebabkan oleh kinerja transaksi modal dan finansial yang didukung oleh likuiditas pasar keuangan 3

6 global. Sementara itu, meningkatnya defisit transaksi berjalan terjadi terutama akibat menurunnya surplus neraca perdagangan nonmigas dan meningkatnya defisit neraca perdagangan migas. Ke depan, transaksi berjalan pada triwulan I 2013 diprakirakan mengalami perbaikan, terutama disebabkan oleh membaiknya kinerja ekspor sejalan dengan pemulihan ekonomi negara-negara mitra dagang utama seperti China dan AS. Cadangan devisa sampai dengan akhir Januari 2013 mencapai 108,78 miliar dolar AS atau setara dengan 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, di atas standar kecukupan internasional. Pada Januari 2013, rupiah secara rata-rata melemah sebesar 0,22% (mtm) ke level Rp9.654 per dolar AS dengan volatilitas yang tetap terjaga. Ke depan, Bank Indonesia terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian. Selain itu, Bank Indonesia akan mendorong pembentukan referensi nilai tukar rupiah di pasar spot domestik. Adanya referensi ini diharapkan dapat mendorong likuiditas dan efisiensi pasar valas sehingga memperdalam pasar keuangan domestik. Inflasi IHK pada Januari 2013 meningkat, namun diprakirakan akan tetap terkendali pada kisaran sasarannya. Inflasi IHK Januari mencapai 1,03% (mtm) atau 4,57% (yoy) akibat tingginya curah hujan yang menimbulkan gangguan distribusi dan produksi. Pasokan yang terganggu mendorong inflasi bahan pangan (volatile food) meningkat cukup tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu, inflasi inti masih tetap stabil (4,32%, yoy) didukung ekspektasi inflasi yang relatif terkendali, terkelolanya permintaan yang masih sesuai dengan kapasitas produksi, serta terjaganya nilai tukar rupiah. Ke depan, terdapat sejumlah faktor risiko yang perlu dicermati yang dapat meningkatkan tekanan inflasi, antara lain faktor cuaca yang dapat mengganggu produksi dan distribusi pangan dan kenaikan beberapa administered prices. Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan baik. Kinerja industri perbankan yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu, pertumbuhan kredit hingga akhir Desember 2012 mencapai 23,1% (yoy), meningkat dari 22,3% (yoy) pada bulan sebelumnya. Kredit modal kerja tumbuh cukup tinggi sebesar 23,2% (yoy) dan kredit investasi tumbuh stabil pada level yang tinggi sebesar 27,4% (yoy), dan diharapkan 4

7 dapat meningkatkan kapasitas perekonomian nasional. Sementara itu, kredit konsumsi tumbuh sebesar 20,0% (yoy). Ke depan, Bank Indonesia meyakini stabilitas sistem keuangan akan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang akan meningkat seiring dengan peningkatan kinerja perekonomian nasional. II. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Perekonomian Indonesia pada triwulan IV 2012 tumbuh sebesar 6,11% (yoy), sedikit melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,16% (yoy). Perlambatan PDB tersebut bersumber dari pertumbuhan permintaan domestik yang melambat dan terganggunya produksi tanaman bahan makanan akibat musim hujan. Konsumsi rumah tangga meskipun tumbuh lebih rendah, namun masih cukup tinggi ditopang oleh masih maraknya pembelian kendaraan bermotor, alat elektronik, jasa komunikasi, dan jasa angkutan udara. Konsumsi pemerintah mengalami kontraksi yang cukup dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya akibat rendahnya serapan belanja khususnya belanja barang. Kinerja investasi mengalami perlambatan yang bersumber dari investasi nonbangunan sejalan dengan melambatnya impor barang modal dan turunnya utilisasi kapasitas industri pengolahan. Di sisi eksternal, pemulihan kinerja ekspor pada triwulan IV 2012 lebih tinggi dari yang diprakirakan. Positifnya kinerja ekspor didukung oleh membaiknya perekonomian di beberapa mitra dagang utama seperti China dan meningkatnya harga komoditas di pasar internasional pada akhir tahun laporan. Merespons konsumsi rumah tangga yang masih kuat, pertumbuhan industri pengolahan (khususnya alat angkut, barang elektronika, mesin dan peralatan) yang masih tinggi, serta investasi bangunan yang masih tumbuh tinggi mendorong impor secara keseluruhan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada sisi sektoral, pertumbuhan PDB masih ditopang oleh tiga sektor utama yaitu industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), serta pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri pengolahan tumbuh 5

8 meningkat ditopang oleh mulai pulihnya kinerja ekspor dan menguatnya pertumbuhan konsumsi alat angkut dan elektronika. Sektor PHR juga tumbuh meningkat terutama pada subsektor perdagangan besar dan eceran sejalan dengan meningkatnya barang impor yang diperdagangkan, membaiknya perdagangan ekspor, dan akselerasi pertumbuhan manufaktur khususnya kendaraan bermotor. Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh melambat akibat pertumbuhan subsektor angkutan laut yang lebih rendah dan menurunnya angkutan rel. Masih kuatnya perekonomian Indonesia diprakirakan akan berlanjut pada triwulan I Permintaan domestik yang tetap kuat diprakirakan masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi serta didukung oleh berlanjutnya pemulihan ekspor secara bertahap. Konsumsi rumah tangga diprakirakan masih tumbuh tinggi meski optimisme konsumen sedikit melemah. Konsumsi pemerintah diprakirakan tumbuh sesuai pola historisnya. Kinerja investasi diprakirakan tetap kuat sejalan dengan optimisme dan iklim usaha yang kondusif di tengah permintaan domestik yang masih baik dan pemulihan kinerja eksternal. Kinerja ekspor diprakirakan membaik sejalan dengan pemulihan ekonomi negara-negara mitra dagang utama seperti China dan AS, meningkatnya harga komoditas internasional, dan pulihnya ekspor pertambangan yang lebih cepat dari yang diperkirakan. Sebagai respons terhadap menguatnya kinerja ekspor, impor berpotensi tumbuh meningkat. Konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2013 diprakirakan masih tumbuh pada level yang tinggi, meski berpotensi melambat dari prakiraan. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia pada triwulan I 2012 sedikit menurun. Penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya komponen keyakinan atas kondisi saat ini terutama indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama (Grafik 2.1). Penjualan mobil pada triwulan IV 2012 mengalami peningkatan sejalan dengan adanya program promosi penjualan di akhir tahun. Sama halnya dengan penjualan sepeda motor yang mampu mencatat pertumbuhan positif pada Desember 2012 (Grafik 2.2). Sementara itu, laju pertumbuhan penjualan eceran pada triwulan I 2013 diprakirakan sedikit melambat yang bersumber dari kelompok makanan dan minuman, perlengkapan rumah tangga, komunikasi dan barang lainnya (Grafik 2.3). Perlambatan penjualan eceran tersebut sejalan dengan menurunnya indeks ketepatan penjualan barang tahan lama pada Januari Grafik 2.1 Indeks Ketepatan Pembelian Barang Tahan Lama Grafik 2.2 Indeks Penjualan Eceran Grafik 2.3 Penjualan Eceran dan Kendaraan Bermotor 6

9 Grafik 2.4 Nilai Investasi SKDU Grafik 2.5 Indeks Tendensi Bisnis - BPS Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tetap tinggi juga ditopang oleh daya beli konsumen yang tetap kuat didorong oleh potensi peningkatan penghasilan di masa yang akan datang. Prospek peningkatan daya beli juga didukung oleh kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) riil pada tahun 2013 yang secara rata-rata meningkat sebesar 18,32%. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) menjadi Rp24 juta per tahun efektif berlaku pada Januari 2013 turut menyumbang peningkatan daya beli konsumen. Dari sisi pembiayaan, kredit konsumsi riil dari perbankan sebagai salah satu pendanaan konsumsi tumbuh stabil. Hal senada juga ditunjukkan oleh pembiayaan konsumen dari Lembaga Keuangan Bukan Bank yang tumbuh stabil. Investasi pada triwulan I 2013 diprakirakan tumbuh tinggi sejalan dengan optimisme pelaku usaha di tengah iklim usaha yang kondusif. Keyakinan akan kinerja investasi tersebut juga sejalan dengan konsumsi rumah tangga yang masih kuat serta kinerja ekspor yang mulai membaik. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan nilai investasi yang diprakirakan masih tinggi pada semester I 2013 (Grafik 2.4) dan investasi tersebut didominasi oleh investasi baru. Namun, komponen aktivitas bisnis pada SKDU diprakirakan sedikit menurun pada triwulan I Optimisme pelaku usaha menurut indeks tendensi bisnis BPS diprakirakan juga sedikit turun pada triwulan I 2013 (Grafik 2.5). Perspektif positif investasi juga turut didukung oleh kenaikan peringkat Indonesia menjadi layak investasi (investment grade) dari lembaga pemeringkat Rating & Investment (R&I) pada Oktober Hal tersebut dikonfirmasi oleh informasi anekdotal terkait masih maraknya rencana investasi perusahaan pada berbagai sektor. Beberapa perusahaan di sektor pengangkutan dan industri pengolahan mencatat rencana belanja modal yang meningkat. Kinerja investasi masih didukung oleh pertumbuhan investasi bangunan dan non bangunan. Investasi bangunan mengalami peningkatan sejalan dengan aktivitas ekonomi domestik yang masih baik seperti tercermin dalam penjualan properti, terutama untuk jenis komersial, hingga triwulan IV Penjualan semen dan impor bahan bangunan juga tercatat masih tumbuh baik. Pada tahun 2013, terdapat potensi peningkatan investasi di bidang properti seiring dengan kenaikan peringkat ibu kota Jakarta menjadi tujuan investasi teratas di Asia Pasifik 2013 dalam hasil survei Emerging Trends in Real Estate Asia Pasific Dikeluarkan oleh Price Water House Coopers dan Urban Land Institute. 7

10 Pada sisi investasi nonbangunan, investasi mesin berpotensi tumbuh melambat, terindikasi dari realisasi impor barang modal yang turun pada triwulan IV 2012, terutama impor mesin dan peralatan transportasi untuk industri. Indikator lainnya seperti konsumsi listrik industri dan indeks produksi manufaktur, khususnya mesin juga melambat. Namun, di sisi lain, investasi alat angkutan masih tumbuh baik yang terindikasi dari impor mobil penumpang (untuk investasi), impor suku cadang kendaraan yang tumbuh meningkat, dan penjualan kendaraan komersial yang relatif stabil. Kinerja ekspor pada triwulan I 2013 diprakirakan membaik yang didorong oleh mulainya proses pemulihan perekonomian dunia. Membaiknya ekspor juga didukung oleh pertumbuhan harga komoditas ekspor yang meningkat pada akhir tahun 2012 (Grafik 2.6). Kembali merangkaknya pertumbuhan ekspor nonmigas, terutama pada komoditas pertambangan, dapat mendorong membaiknya ekspor pada triwulan I Namun, kontraksi ekspor migas akibat belum tercapainya target lifting minyak diprakirakan masih berlanjut pada awal tahun Lifting minyak yang belum mencapai target dikarenakan faktor penyusutan produksi tambang lama dan adanya gangguan produksi. Grafik 2.6 Indeks Harga Komoditas Ekspor Non Migas Pertumbuhan impor pada triwulan I 2013 berpotensi kembali meningkat sejalan dengan mulai membaiknya ekspor dan masih kuatnya permintaan domestik. Pada akhir tahun 2012, moderasi impor kelompok bahan baku mulai tertahan terutama pada kelompok makanan dan minuman jadi untuk industri. Hal yang sama juga terindikasi pada membaiknya impor barang konsumsi. Sementara itu, impor migas berpotensi meningkat terkait dengan rencana pemerintah untuk tidak menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan produksi minyak domestik yang belum optimal. Dari sisi sektoral, kinerja perekonomian pada triwulan I 2013 diprakirakan masih tumbuh baik. Sektor industri pengolahan diprakirakan masih tumbuh meningkat yang didukung oleh masih kuatnya permintaan domestik dan pulihnya kinerja ekspor. Sektor pertanian diprakirakan tumbuh membaik sejalan dengan masuknya musim panen raya. Namun, kinerja sektor pertanian tersebut masih dibayangi risiko gangguan banjir yang menyebabkan pertumbuhannya tidak setinggi prakiraan. Sektor PHR diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari perkiraan didukung oleh masih baiknya aktivitas perekonomian domestik dan mulai pulihnya perdagangan ekspor. Sementara itu, kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih tumbuh tinggi didukung oleh masih Grafik 2.7 Nilai Riil Impor Non Migas 8

11 baiknya kinerja angkutan udara dan potensi komunikasi data. Kinerja sektor bangunan diprakirakan tumbuh meningkat sejalan dengan masih tingginya aktivitas investasi bangunan. Sektor pertambangan diprakirakan berpotensi tumbuh positif terkait dengan membaiknya kinerja ekspor setelah semula diprakirakan terkontraksi. Neraca Pembayaran Indonesia Kinerja neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2012 mengalami perbaikan. Hal tersebut tercermin dari tercatatnya surplus sebesar 3,2 miliar dolar AS pada triwulan laporan yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perbaikan kinerja NPI tersebut didorong oleh peningkatan surplus neraca transaksi modal dan finansial (TMF) yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan defisit neraca transaksi berjalan (TB). Untuk keseluruhan tahun 2012, NPI mencatat surplus sebesar 0,2 miliar dolar AS. Dengan perkembangan tersebut, jumlah cadangan devisa pada akhir Desember 2012 tercatat sebesar 112,8 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Neraca transaksi modal dan finansial mengalami surplus yang meningkat pada triwulan IV Surplus tersebut mencapai 11,4 miliar dolar AS. Surplus pada neraca TMF didukung oleh terjaganya kepercayaan investor dan adanya tambahan likuiditas di pasar keuangan global yang bersumber dari ekspansi moneter di negara-negara maju. Kenaikan surplus tersebut antara lain bersumber dari meningkatnya arus masuk investasi portofolio asing dalam bentuk pembelian surat berharga negara (SBN), baik berdenominasi rupiah maupun valuta asing. Arus masuk juga terjadi dalam bentuk penarikan dana milik perbankan domestik yang disimpan di luar negeri sebagai respons terhadap meningkatnya kebutuhan valuta asing di dalam negeri. Selain itu, dana asing dalam bentuk investasi langsung (PMA) yang masih mengalir juga berperan dalam peningkatan kinerja neraca TMF. Di sisi lain, defisit neraca transaksi berjalan tercatat meningkat. Peningkatan defisit transaksi berjalan tersebut merupakan dampak dari proses pemulihan ekonomi yang berjalan lambat, di tengah permintaan domestik yang masih kuat. Dalam triwulan IV 2012 defisit transaksi berjalan mencapai 7,8 miliar dolar AS, lebih besar dari triwulan sebelumnya, terutama diakibatkan oleh menurunnya surplus neraca 9

12 perdagangan nonmigas dan meningkatnya defisit neraca perdagangan migas. Kenaikan ekspor yang terjadi pada triwulan laporan tidak dapat mengimbangi kenaikan impor, yang terutama berasal dari barang konsumsi dan bahan bakar minyak (BBM), sejalan dengan konsumsi BBM yang terus meningkat. Dengan perkembangan tersebut, untuk keseluruhan tahun 2012, NPI mencatat surplus sebesar 0,2 miliar dolar AS. Transaksi berjalan pada triwulan I 2013 diprakirakan mengalami perbaikan, terutama disebabkan oleh membaiknya kinerja ekspor sejalan dengan pemulihan ekonomi negara-negara mitra dagang utama seperti China dan AS. Cadangan devisa sampai dengan akhir Januari 2013 mencapai 108,78 miliar dolar AS atau setara dengan 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, di atas standar kecukupan internasional. I n f l a s i Inflasi IHK pada Januari 2013 mencatat kenaikan yang tajam dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Inflasi IHK Januari tercatat sebesar 1,03% (mtm) atau 4,57% (yoy, Grafik 2.8). Kenaikan tersebut dipicu oleh tingginya inflasi kelompok volatile food yang mencapai 3,76% (mtm), lebih tinggi dari angka historisnya. Tingginya curah hujan di hampir seluruh daerah Indonesia menimbulkan gangguan produksi dan distribusi terutama produk sayur-mayur, buah-buahan, dan bumbu-bumbuan yang bersifat mudah rusak (perishable). Inflasi kelompok inti tercatat relatif stabil yakni sebesar 4,32% (yoy). Hal tersebut didukung oleh adanya peningkatan kapasitas sisi penawaran sehingga mampu merespons kenaikan permintaan, ekspektasi inflasi yang terkendali, terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah, serta relatif stabilnya harga komoditas global. Bencana banjir yang terjadi pada bulan laporan belum memberikan dampak yang signifikan terhadap inflasi inti seperti tercermin dari inflasi inti kelompok makanan yang masih relatif stabil. Sementara itu, inflasi administered prices tercatat masih cukup rendah yakni sebesar 2,42% (yoy) ditengarai akibat belum berdampaknya kenaikan harga Tarif Tenaga Listrik (TTL) pada bulan laporan. Kelompok volatile food mengalami peningkatan inflasi yang signifikan akibat musim penghujan yang terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia. Intensitas hujan yang cukup tinggi menyebabkan terjadinya banjir di berbagai wilayah sehingga mengganggu produksi dan distribusi beberapa komoditas seperti aneka daging, aneka bumbu, Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi 10

13 Grafik 2.9 Inflasi Beras 2013 dan Historis Tabel 2.1 Penyumbang Inflasi Volatile Food Komoditas Daging Ayam Cabe Merah Telur Ayam Bawang Merah Beras Bawang Putih Cabe Rawit Kentang Daging Sumber : BPS Inflasi (%, mtm) Grafik 2.10 Inflasi Inti Non-Tradable Januari 2013 Kontribusi (%, mtm) 9,63 0,14 38,11 0,11 8,90 0,07 16,03 0,07 0,96 0,06 11,45 0,04 15,03 0,02 7,21 0,02 1,53 0,02 sayur-mayur, dan buah-buahan. Akibat hal tersebut, realisasi inflasi volatile food mencapai 3,76% (mtm), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 1,82% (mtm). Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food menjadi sebesar 7,48% (yoy) dari 5,68% (yoy) pada Desember Penyumbang inflasi kelompok volatile food terutama berasal dari komoditas aneka daging seperti ayam ras, ikan segar, dan telur ayam; aneka bumbu seperti cabe merah, bawang merah, dan bawang putih; sayur-mayur seperti bayam dan kentang; serta buahbuahan seperti apel dan jeruk (Tabel 2.1). Kenaikan inflasi kelompok makanan terbesar terjadi di kawasan Sumatera dan Jawa, khususnya pada komoditas bumbu-bumbuan. Kenaikan harga aneka bumbu diperkirakan karena terbatasnya pasokan akibat faktor musiman dan gangguan cuaca, terutama di kawasan Sumatera dan Jawa serta terbatasnya pasokan dari jalur impor. Kenaikan harga aneka daging dipicu oleh meningkatnya harga pakan karena menurunnya pasokan akibat gangguan cuaca. Kondisi gelombang tinggi akibat cuaca ekstrim diperkirakan menyebabkan kenaikan harga ikan yang cukup signifikan. Sementara itu, harga beras pada Januari 2013 mencatat inflasi sebesar 0,96% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan historisnya pada saat terjadi cuaca ekstrim, seperti pada tahun 2002 dan 2007 serta rata-rata tiga tahun terakhir (Grafik 2.9). Terkendalinya harga beras tersebut didukung oleh pelaksanaan operasi pasar beras BULOG dan penyaluran beras miskin (raskin) sepanjang Januari Selain itu, realisasi impor beras pada tahun 2012 lalu turut menjaga stabilitas harga beras sebelum memasuki masa panen raya yang diperkirakan terjadi awal Maret mendatang. Koreksi harga yang terjadi pada minyak goreng domestik juga turut membantu meredam gejolak inflasi volatile food pada Januari Inflasi inti pada Januari 2013 relatif stabil pada level yang rendah, yakni mencapai 0,36% (mtm) atau 4,32% (yoy). Stabilnya inflasi inti didukung oleh ekspektasi inflasi yang relatif terkendali, terkelolanya permintaan sesuai dengan kapasitas produksinya, dan belum adanya tekanan yang berarti dari sisi eksternal. Terjadinya banjir di sebagian besar wilayah Jabodetabek sejauh ini belum memberikan dampak signifikan pada inflasi inti. Hal tersebut tercermin dari stabilnya inflasi inti makanan (5,51%, yoy). Liburan panjang di awal tahun juga tidak memberikan dampak tekanan pada inflasi, bahkan menyumbang deflasi sejalan dengan koreksi tarif angkutan udara. Selain itu, masih mampunya sisi penawaran dalam merespons permintaan, sebagaimana tercermin dari stabilnya inflasi kelompok industri dan inflasi inti nontradable, ikut mendorong 11

14 rendahnya inflasi inti secara keseluruhan (Grafik 2.10). Ekspektasi inflasi yang terkendali tercermin dari hasil survei ekspektasi perkembangan harga Consensus Forecast serta survei pedagang eceran dan konsumen yang dilakukan Bank Indonesia (Grafik 2.11 dan 2.12). Dari sisi eksternal, tekanan inflasi masih minimal seiring dengan terjaganya stabilitas nilai tukar dan relatif stabilnya harga komoditas global. Sementara itu, inflasi inti yang terjadi bersumber dari faktor musiman kelompok perumahan, yakni penyesuaian biaya tempat tinggal (Grafik 2.13) dan upah tukang bukan mandor. Inflasi administered prices pada Januari 2013 tercatat minimal sejalan dengan belum adanya dampak dari kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) pada bulan laporan. Inflasi kelompok administered prices tercatat sebesar 0,20% (mtm) atau 2,42% (yoy). Kenaikan TTL diperkirakan baru akan dibayar oleh konsumen pada Februari Kebijakan pemerintah terkait harga komoditas pada Januari 2013 yaitu kenaikan cukai rokok yang rata-rata mencapai 8,5%. Kenaikan cukai rokok tersebut lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai rata-rata sebesar 15%. Nilai Tukar Rupiah Selama Januari 2013 rupiah cenderung terdepresiasi, namun dengan volatilitas yang relatif stabil. Nilai tukar rupiah secara rata-rata melemah 0,22% (mtm) ke level Rp per dolar AS dari Rp per dolar AS pada bulan sebelumnya. Sementara itu, dilihat secara point-topoint (ptp) nilai tukar rupiah melemah sebesar 0,62% menuju ke level Rp per dolar AS dari posisi akhir bulan sebelumnya Rp per dolar AS (Grafik 2.14). Melemahnya rupiah dipicu oleh masih tingginya permintaan valuta asing (valas) domestik, baik dari korporasi maupun nasabah, di tengah pasokan yang terbatas. Hal tersebut mendorong meningkatnya ketidakseimbangan di pasar valas domestik. Di samping itu, pelemahan nilai tukar rupiah juga disebabkan oleh meningkatnya tekanan terhadap kinerja transaksi berjalan yang disebabkan oleh pertumbuhan ekspor yang masih terbatas dan impor yang masih tinggi, sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik. Meskipun rupiah melemah, volatilitas nilai tukar relatif masih stabil, sejalan dengan upaya stabilisasi oleh Bank Indonesia. Grafik 2.11 Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast Grafik 2.12 Ekspektasi Inflasi konsumen Grafik 2.13 Inflasi Sewa Rumah 12

15 Grafik 2.14 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 2.15 Indeks Risiko Global (VIX, MSCI Dunia) Grafik 2.16 CDS Indonesia dan Selisih Imbal Hasil Pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang menciptakan sentimen negatif. Kekhawatiran terhadap prospek kebijakan fiskal Amerika Serikat, kelangsungan program stimulus ekonomi oleh The Fed, serta masih tingginya ketidakpastian prospek penanganan krisis Eropa dan kondisi ekonomi makro Eropa yang masih lemah menyebabkan masih rentannya proses pemulihan ekonomi global. Selain itu, masih rendahnya harga komoditas internasional yang menjadi basis utama ekspor Indonesia ikut menciptakan kondisi yang tidak kondusif bagi perkembangan rupiah pada periode laporan. Namun, kebijakan bank sentral negara maju yang masih akomodatif serta kebijakan stimulus oleh The Fed (Quantitative Easing 3) dan European Central Bank (ECB) akan mendorong aliran dana masuk ke negara-negara dengan fundamental domestik yang cukup resilien dan menawarkan imbal hasil yang menarik, seperti Indonesia. Dengan demikian pelemahan rupiah lebih lanjut dapat tertahan dengan masuknya arus dana dari negara-negara maju tersebut. Selain sentimen negatif, perkembangan eksternal juga memberikan sentimen positif yang ikut memengaruhi pergerakan rupiah. Sentimen positif muncul dari risiko global yang mengalami moderasi menyusul positifnya perkembangan terkini di AS dan tercapainya kesepakatan guna menghindari fiscal cliff. Membaiknya risiko global tercermin dari penurunan indeks VIX (Volatility Index) dan indeks MSCI World (Morgan Stanley Capital International) selama Januari 2013 (Grafik 2.15). Indeks VIX sempat kembali meningkat pada pertengahan bulan laporan, seiring dengan semakin dekatnya batas waktu kenaikan debt ceiling AS yang kembali meningkatkan kekhawatiran di pasar keuangan global. Faktor risiko domestik selama Januari 2013 mengalami peningkatan. Hal tersebut dipicu oleh kekhawatiran berlanjutnya tekanan defisit neraca transaksi berjalan serta dinamika ketidakpastian global. Peningkatan risiko domestik tercermin pada kenaikan Credit Default Swap (CDS) dan imbal hasil yang mengindikasikan semakin tingginya kekhawatiran investor terhadap perekonomian Indonesia (Grafik 2.16). Namun, imbal hasil investasi di aset rupiah yang relatif lebih kompetitif dibandingkan dengan negara kawasan masih menjadi daya tarik bagi investor asing sehingga dapat menahan pelemahan nilai tukar rupiah lebih lanjut. Imbal hasil yang tercermin pada selisih antara suku bunga dalam negeri dan luar negeri (Uncovered Interest Parity/UIP) masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara kawasan (Grafik 2.17). Hal tersebut 13

16 mengindikasikan bahwa berinvestasi pada aset keuangan rupiah akan memberikan imbal hasil yang lebih tinggi. Bahkan jika memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi dalam denominasi rupiah masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan Korea, Malaysia, maupun Filipina (Grafik 2.18). Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Keuangan Moneter Suku bunga di pasar uang antar bank (PUAB) relatif stabil. Suku bunga PUAB Overnight (PUAB O/N) bergerak stabil pada batas bawah koridor dengan rata-rata sebesar 4,17% (17 bps di atas suku bunga Deposit Facility - DF O/N) sebagaimana bulan sebelumnya. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari strategi operasi moneter Bank Indonesia yang melaksanakan lelang Term Deposit/Reverse Repo SBN jangka pendek (di bawah 1 bulan) dengan frekuensi yang cukup sering. Relative spread suku bunga PUAB O/N terhadap BI Rate pada Januari 2013 stabil pada level 90,5% relatif sama dengan bulan sebelumnya sebesar 90,0%. Sementara itu, suku bunga PUAB dengan tenor lebih panjang bergerak searah dengan suku bunga PUAB O/N dengan volatilitas yang sedikit meningkat akibat volume transaksi yang terbatas (Grafik 2.19). Dari sisi risiko, persepsi risiko di PUAB relatif terjaga dan masih di bawah ambang batas (threshold) rata-rata dalam kondisi normal. Hal itu tercermin dari rata-rata selisih (spread) antara suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah pada Januari 2013 sebesar 8 bps, relatif sama dengan bulan sebelumnya sebesar 9 bps dan masih di bawah ambang batas rata-rata kondisi normal sebesar 32 bps. Sementara itu, volume transaksi di PUAB pada Januari 2013 relatif stabil dibandingkan dengan Desember 2012, namun lebih rendah dibandingkan dengan pola Januari tahun sebelumnya. Di sisi operasi moneter, Bank Indonesia terus berupaya melakukan penguatan operasi moneter untuk mengendalikan inflasi jangka pendek dan melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah. Selama bulan laporan, Bank Indonesia melakukan strategi moneter berupa pelaksanaan lelang Term Deposit (TD) dan Reverse Repo (RR) SBN berjangka pendek, yaitu di bawah satu bulan, dengan frekuensi yang lebih sering. Dengan Grafik 2.17 UIP (Uncovered Interest Parity) Grafik 2.18 CIP (Covered Interest Parity) Grafik 2.19 Suku Bunga PUAB O/N & Vol DF O/N 14

17 Grafik 2.20 Suku Bunga Perbankan melaksanakan strategi tersebut, struktur suku bunga pada Januari 2013 membaik, sebagaimana tercermin pada kemiringan (slope) suku bunga yang positif dan lebih tertata (smooth) dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Penguatan operasi moneter tersebut juga memberikan dampak pada ekspektasi inflasi yang lebih terkendali, struktur imbal hasil (yield) SBN yang relatif stabil (flattening yield curve) dan mendukung stabilisasi nilai tukar rupiah. Selain melakukan pengelolaan likuiditas rupiah, Bank Indonesia juga melakukan pengelolaan likuiditas valuta asing untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Pengelolaan likuiditas valuta asing dilakukan dengan menggunakan instrumen Term Deposit Valas (TD Valas) yang mulai diberlakukan sejak triwulan II Pada Januari 2013, Bank Indonesia menawarkan instrumen TD Valas dalam beberapa tenor, yaitu 7 hari, 14 hari dan 30/31 hari, dengan menyelenggarakan 5 (lima) kali lelang. Dari pelaksanaan beberapa kali lelang TD valas tersebut, Bank Indonesia berhasil menyerap valas senilai 30 miliar dolar AS. Sementara itu, seiring dengan tren penurunan suku bunga pasar uang di luar negeri, suku bunga TD Valas untuk seluruh tenor juga mengalami penurunan. Sepanjang Januari 2013, suku bunga rata-rata tertimbang TD Valas untuk tenor 7 hari dan tenor 14 hari masing-masing sebesar 0,12% dan 0,13%. Suku bunga tersebut tidak berubah dibandingkan dengan suku bunga bulan sebelumnya. Di sisi suku bunga perbankan, pada Desember 2012, suku bunga deposito meningkat sementara suku bunga kredit relatif stabil sehingga selisih suku bunga deposito dan kredit menurun. Suku bunga deposito 1 bulan naik sebesar 16 bps menjadi 5,58% dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sedangkan rata-rata suku bunga kredit stabil pada level 12,1% (Grafik 2.20). Dengan perkembangan tersebut, selisih suku bunga kredit dan deposito 1 bulan semakin mengecil dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi 6,53%. Meskipun mengalami penyempitan secara bulanan, selisih suku bunga pada Desember 2012 justru melebar menjadi 6,53% jika dibandingkan dengan Desember 2011 dengan selisih sebesar 6,43%. Selisih suku bunga yang masih lebar tersebut memberikan ruang bagi potensi penurunan suku bunga kredit, sejalan dengan perbaikan efisiensi operasional perbankan (penurunan margin bank) dan efisiensi penyaluran dana perbankan. Meski secara rata-rata suku bunga kredit stabil, namun suku bunga kredit modal kerja (KMK) turun. Suku bunga KMK menurun sebesar 15

18 12 bps menjadi 11,5% dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 11,6%. Sementara itu, suku bunga kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK) sedikit meningkat masing-masing sebesar 3 dan 5 bps menjadi 11,3% dan 13,6% dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 11,2% dan 13,5% (Grafik 2.21 dan Tabel 2.2). Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik, likuiditas perekonomian turut mengalami perlambatan. Pada Desember 2012, pertumbuhan M2 menurun menjadi 14,9% (yoy), dibandingkan dengan Desember 2011 sebesar 16,4% (yoy) dan November 2012 sebesar 17,4% (yoy). Sebagaimana halnya dengan pertumbuhan M2, pertumbuhan M1 juga menurun menjadi 16,4% (yoy) dibandingkan dengan Desember 2011 sebesar 19,4% (yoy) dan November 2012 sebesar Grafik 2.21 Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan Tabel 2.2 Perkembangan Berbagai Suku Bunga Suku Bunga (%) BI Rate Penjaminan Deposito Dep 1 bulan (rata-rata tertimbang) Kredit Modal Kerja (KMK) Kredit Investasi (KI) Kredit Konsumsi (KK Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan 6,00 6,00 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 6,75 6,50 6,00 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 6,35 6,26 5,97 5,66 5,42 5,35 5,39 5,39 5,42 5,40 5,49 5,42 5,58 n.a 12,16 12,14 12,11 12,01 11,86 11,78 11,79 11,78 11,73 11,70 11,68 11,61 11,49 n.a 12,04 11,73 11,69 11,62 11,56 11,51 11,46 11,42 11,35 11,36 11,29 11,24 11,27 n.a 14,15 14,14 14,15 14,13 14,10 14,03 13,90 13,92 13,69 13,67 13,60 13,53 13,58 n.a 20,0% (yoy). Perlambatan pertumbuhan likuiditas perekonomian (M2 dan M1) tersebut disebabkan oleh sumbangan giro rupiah yang menurun sebagai akibat dari perlambatan kredit yang sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik dari 6,5% pada tahun sebelumnya menjadi 6,2% pada tahun Selain itu penurunan M2 juga disebabkan oleh adanya peningkatan modal bank umum dan BPR, sebagaimana tercermin pada penurunan sumbangan Net Domestic Asset (NDA), di tengah stabilnya sumbangan Net Claims on Central Government (NCG) pada likuiditas perekonomian. Kinerja Perbankan Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan baik. Kinerja industri perbankan yang solid tercermin pada ketahanan perbankan yang ditunjukkan oleh tingginya rasio Grafik 2.22 Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian 16

19 kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu, pertumbuhan kredit hingga akhir Desember 2012 mencapai 23,1% (yoy), meningkat dari 22,3% (yoy) pada bulan sebelumnya. Berbagai rasio lainnya seperti Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Return on Asset (ROA) menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya. Sementara itu, dari segi profitabilitas, angka NIM tercatat masih cukup tinggi dibandingkan dengan rata-rata margin 20 negara, meskipun sedikit menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ke depan, Bank Indonesia meyakini stabilitas sistem keuangan akan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang akan meningkat seiring dengan peningkatan kinerja perekonomian nasional (Tabel 2.3). Indikator Utama Total Aset (T Rp) DPK (T Rp) Kredit * (T Rp) LDR* (%) NPLs Bruto* (%) CAR (%) NIM (%) ROA (%) 2011 Tabel 2.3 Kondisi Umum Perbankan Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 3.652, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,9 79,0 78,8 79,7 80,2 81,6 82,0 83,0 83,4 84,1 83,8 84,2 84,0 84,0 2,2 2,4 2,3 2,3 2,3 2,3 2,2 2,2 2,2 2,1 2,2 2,0 1,9 16,1 18,4 18,5 18,3 18,0 17,9 17,5 17,3 17,2 17,3 17,2 17,4 17,3 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 3,0 3,7 3,4 3,1 3,0 3,0 3,2 3,1 3,0 3,1 3,1 3,1 3, * tanpa channeling Grafik 2.23 Pertumbuhan Kredit, DPK, BI Rate Laju kredit perbankan pada Desember 2012 relatif masih cukup tinggi. Hal itu sejalan dengan permintaan domestik yang masih tumbuh cukup kuat di tengah perlambatan sektor eksternal. Pertumbuhan kredit, tidak termasuk channeling tercatat sebesar 23,1% (yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 22,3% (yoy) (Grafik 2.23). Dengan perkembangan tersebut ekspansi kredit selama tahun 2012 tercatat sebesar Rp508,8 triliun. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan kredit pada tahun 2012 mengalami perlambatan. Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh melambatnya kredit konsumsi. Perlambatan kredit konsumsi terutama disebabkan oleh turunnya kredit mobil, motor dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ukuran kurang dari 21 17

20 meter persegi 2. Pertumbuhan kredit mobil, motor dan KPR ukuran kurang dari 21 meter persegi pada Desember 2012 masing-masing sebesar 4,5%, -27,7% dan -32,5% (yoy), sementara pada Desember 2011 tumbuh masing-masing sebesar 62,3%, 4,7% dan 57,2% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan KPR ukuran di atas 70 meter persegi dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) ukuran di atas 70 meter persegi masih tumbuh tinggi masing-masing sebesar 47,2% dan 67,9% (yoy) 3. Di sisi lain, pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit investasi selama tahun 2012 tetap kuat. Pada Desember 2012, pertumbuhan kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI) masing-masing tercatat sebesar 23,2% dan 27,4% (yoy), masih tetap kuat dibandingkan dengan Desember 2011 sebesar 21,4% dan 33,2% (yoy) dan November 2012 sebesar 26,1% dan 19,8% (yoy). Secara akumulasi, selama tahun 2012, penyaluran KMK dan KI bertambah sebesar Rp248,3 triliun dan Rp127,2 triliun, meningkat dibandingkan dengan tahun 2011 masing-masing sebesar Rp188,2 triliun dan Rp115,7 triliun (Grafik 2.24). Grafik 2.24 Kredit Berdasar Jenis Penggunaan Dari sisi sektoral, perkembangan kredit pada Desember 2012 menunjukan perlambatan. Hal tersebut disebabkan terutama oleh perlambatan kredit sektor lainnya 4 (Kredit Konsumsi) yang hanya tumbuh sebesar 13,7% dibandingkan pada Desember 2011 yang tumbuh sebesar 24,3%. Selain kredit sektor lainnya, kredit untuk sektor pertambangan, jasa sosial dan jasa dunia usaha juga melambat, masing-masing menjadi 18,7%, 7,45% dan 23,8% (yoy), dibandingkan dengan Desember Sementara itu, kontribusi dari kredit konstruksi, industri pengolahan dan perdagangan masih relatif meningkat masing-masing menjadi 27,2%, 29,4% dan 34,2% (yoy) dibandingkan dengan Desember 2011 masingmasing sebesar 18,7%, 25,1% dan 19,3% (yoy). Dari sisi penawaran kredit, sumber dana untuk kredit yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh melambat. Pertumbuhan DPK pada Desember 2012 tercatat 15,8% (yoy) dibandingkan dengan Desember 2011 sebesar 19,0% (yoy) dan November 2012 sebesar 18,4% (yoy). Pertumbuhan DPK yang melambat tersebut disebabkan oleh penurunan pertumbuhan seluruh komponennya, baik deposito, giro maupun tabungan, sejalan dengan perlambatan kredit beberapa sektor produktif 5 2 Disebabkan oleh perubahan peraturan luas minimal rumah menjadi 36 m 2 dan tidak terpengaruh oleh kebijakan Loan to Value (LTV). 3 Kredit yang menjadi sasaran kebijakan LTV (Loan to Value). 4 Kredit sektor lainnya adalah pinjaman kepada bukan lapangan usaha. 5 Kredit sektor produktif setelah disalurkan, akan kembali masuk ke DPK khususnya pada giro. 18

21 Grafik 2.25 IHSG dan BI Rate serta pola belanja masyarakat (pola kartal) yang meningkat di akhir tahun terkait dengan liburan natal dan tahun baru. Meskipun DPK tumbuh melambat, potensi penyaluran kredit dari sisi penawaran (supply) masih besar. Hal itu dikonfirmasi oleh selisih antara posisi DPK dan posisi kredit yang berada pada tren yang terus meningkat, selain selisih antara pertambahan DPK dan pertambahan kredit yang juga masih positif Rp18 triliun. Pasar Keuangan Pasar Saham Di tengah risiko ketidakpastian perekonomian global yang masih tinggi, kinerja pasar saham domestik selama Januari 2013 masih tumbuh positif. IHSG mengalami penguatan seiring dengan stabilitas makro ekonomi yang relatif terjaga serta rilis laporan keuangan emiten yang positif. Dalam perkembangannya, IHSG dapat mencapai level tertinggi sebesar 4.465,48 pada 18 Januari Namun, bila dibandingkan dengan kawasan, kinerja bursa domestik masih lebih rendah dibandingkan dengan Vietnam, Filipina dan Thailand. Kinerja bursa domestik yang masih di bawah bursa kawasan didorong oleh sektor berbasis komoditas, sebagai penggerak bursa, yang belum sepenuhnya pulih serta sentimen defisit neraca perdagangan dan pelemahan nilai tukar rupiah 6. IHSG pada Januari 2013 ditutup pada level 4.453,70 (31 Januari 2013) atau naik 3,2% dibandingkan dengan Desember 2012 (Grafik 2.25). Pertumbuhan bursa domestik didorong oleh pergerakan indeks sektoralnya. Selama Januari 2013, sebagian besar indeks sektoral mengalami penguatan kecuali sektor pertanian, sektor aneka industri dan sektor perdagangan. Sektor properti mengalami penguatan tertinggi sebesar 11,4%, diikuti sektor keuangan sebesar 8,0%, sedangkan sektorsektor lainnya menguat dikisaran 0,4%-4,5% (Grafik 2.26). Prospek sektor properti yang positif dan perolehan laba perbankan menjadi pendorong tingginya minat investor pada kedua sektor tersebut. Sementara itu, sektor pertanian mengalami penurunan terbesar menyusul penurunan harga beberapa komoditas pertanian (Grafik 2.26). Grafik 2.26 IHSG dan Perkembangan Sektoral 6 Terutama terdampak pada saham-saham emiten yang memiliki eksposur dollar tinggi dalam operasionalnya. 19

22 Kuatnya fundamental domestik mendorong kepemilikan investor asing di pasar saham domestik meningkat cukup tajam. Investor asing mencatat beli neto sebesar Rp5,70 triliun pada Januari 2013, atau tumbuh tinggi dibandingkan dengan Desember 2012 yang hanya mencatat beli neto sebesar Rp0,12 triliun. Investor asing mulai melakukan pembelian selektif pada beberapa emiten yang tergolong undervalued yakni emiten yang tercatat kinerjanya tumbuh tinggi namun pertumbuhan harga sahamnya selama beberapa periode terakhir relatif terbatas. Pasar Surat Berharga Negara (SBN) Kinerja SBN bergerak bervariasi antar tenor. Imbal hasil (yield) SBN mengalami peningkatan pada tenor menengah dan panjang, sedangkan pada tenor pendek mengalami penurunan. Secara keseluruhan pergerakan imbal hasil SBN pada Januari 2013 cukup stabil, mengingat peningkatan yang terjadi relatif kecil, yaitu sebesar 4,20 bps ke level 5,20% dari 5,16% pada Desember Apabila dirinci lebih lanjut, imbal hasil SBN untuk tenor menengah dan panjang masing-masing naik sebesar 8,03 bps dan 8,63 bps menjadi 5,13% dan 5,26%, sedangkan pada tenor pendek imbal hasil mengalami penurunan sebesar 4,8 bps menjadi 4,51%. Imbal hasil SBN 10 Tahun mengalami peningkatan sebesar 13,80 bps ke level 5,33% dibandingkan dengan Desember 2012 sebesar 5,19% (Grafik 2.27). Terjadinya peningkatan imbal hasil pada tenor jangka menengah-panjang dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap pelemahan nilai tukar rupiah dan kenaikan inflasi serta defisit neraca transaksi berjalan yang masih membayangi pergerakan pasar. Meskipun demikian, apabila dibandingkan dengan negara-negara di kawasan, imbal hasil SBN masih cukup menarik (Grafik 2.28). Grafik 2.27 Perubahan Imbal Hasil SBN Bulanan Investor asing melakukan pembelian di pasar SBN dengan preferensi strategi memperpendek jatuh tempo (shortening duration). Dalam hal ini investor asing melakukan pembelian yang lebih intens pada SBN jangka pendek serta melepas secara terbatas kepemilikan SBN jangka panjang. Aksi beli asing didasarkan pada fundamental ekonomi domestik dan kesinambungan fiskal yang terjaga, meskipun risiko ketidakseimbangan eksternal masih besar. Sementara itu, kepemilikan SBN oleh bank, asuransi dan dana pensiun juga mengalami peningkatan selama Januari Dengan perkembangan tersebut, selama Januari 2013, investor asing mencatat beli neto sebesar Rp2,66 triliun, meningkat dibandingkan dengan Desember 2012 yang mengalami beli neto sebesar Rp0,66 triliun. Grafik 2.28 Imbal Hasil di Negara Kawasan 20

23 III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Februari 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 5,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi yang terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5%+1%. Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian Indonesia masih menunjukkan kinerja yang kuat, namun tetap mewaspadai masih tingginya tekanan terhadap keseimbangan eksternal sejalan dengan masih kuatnya impor di tengah pelemahan ekonomi global. Ke depan, Bank Indonesia akan memperkuat bauran kebijakan untuk mendorong penyesuaian keseimbangan eksternal sehingga defisit transaksi berjalan berada pada tingkat yang sustainable. Bank Indonesia akan tetap menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya dan mendorong terciptanya pasar valas yang lebih efisien. Selain itu, Bank Indonesia akan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam mengelola permintaan domestik, dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional. 21

24 Indikator Terkini SEKTOR KEUANGAN SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 9 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2) IHSG Indeks 3) BESARAN MONETER (miliar Rp) Uang Primer M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Uang Beredar Luas (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Total Deposito (Valas) Simpanan Giro Valuta Asing Surat Berharga Selain Saham (S) M2 - Rupiah Tagihan kepada Sektor Lainnya Tagihan pada Sektor Swasta Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan 4,88 3,82 3,83 3,93 4,24 4,32 4,46 4,54 4,67 4,75 4,77 4,80-6,26 5,97 5,66 5,42 5,35 5,39 5,39 5,42 5,40 5,49 5,42 5,58-6,68 6,52 6,31 6,00 5,89 5,76 5,67 5,61 5,69 5,66 5,81 5,76-4,43 3,93 3,81 3,81 3,83 4,10 4,17 4,29 4,24 4,27 4,29 4, H A R G A Inflasi bulanan (%, mtm) Inflasi tahunan (%, yoy) 0,76 0,05 0,07 0,21 0,07 0,62 0,70 0,95 0,01 0,16 0,07 0,54 1,03 3,65 3,56 3,97 4,50 4,45 4,53 4,56 4,58 4,31 4,61 4,32 4,30 4,57 SEKTOR EKSTERNAL Rp/USD (akhir periode. nilai tengah) Ekspor Barang Non migas (f.o.b. juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f. juta USD) 4) INDIKATOR KUARTALAN Pertumbuhan PDB (%, yoy) Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor 2012 Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV 6,3 6,4 6,2 6,1 5,0 5,5 4,5 3,9 10,0 12,3 9,8 7,3 164,1 108,7-9,5 94,6 7,9 2,2-2,6 0,5 8,0 10,9-0,2 6,8 1) minggu terakhir 2) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS 22

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Ekonomi, Moneter dan Keuangan

Ekonomi, Moneter dan Keuangan Ekonomi, Moneter dan Keuangan T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 0 I. TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2014 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t er 1 T i n j a u a n K e b i j a k

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Mei 213 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 Indeks 17 1 13 1 9 7 Kadin-Roy Morgan AC Nielsen BI BPS Danareksa

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Selama triwulan I-27, kondisi moneter menunjukkan tren yang semakin membaik. Perkembangan yang membaik tersebut

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Kondisi moneter selama triwulan IV-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter

Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 Oktober 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 10 Juli 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Perekonomian Indonesia triwulan IV 2013 dan Januari 2014 menunjukkan kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan Pemerintah sejak pertengahan tahun 2013 mulai

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy) Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa il Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada il mengalami perlambatan. Posisi M2 akhir il sebesar Rp4.274,9 T, atau

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 Selama triwulan III-26, kondisi moneter menunjukkan ukkan perkembangan yang semakin membaik. Perkembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER November 2013 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 3 T i n j a

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Juli Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) kembali melambat. Posisi M2 pada akhir Juli tercatat sebesar Rp4.383,0 T, atau

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Agustus 2013 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15 Agustus 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,50%. Penguatan bauran

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2014 menunjukkan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terjaga serta proses penyesuaian

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

% (yoy) Feb'15 Mar'15*

% (yoy) Feb'15 Mar'15* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa et Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada et mengalami peningkatan. Posisi M2 tercatat Rp4.246,3 T, tumbuh 16,3,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Maret Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Maret Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Maret 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 13 Maret 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan II - 2007 1 SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 Tim Penulis Laporan triwulan I-2003, Bank Indonesia Kondisi moneter selama triwulan I-2003 tetap stabil dan terkendali meskipun belum

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 149 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 Koreksi Harga Pangan dan Faktor Musiman Dorong Deflasi Agustus INFLASI IHK Inflasi Agustus 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 Kondisi moneter pada triwulan II-2006 masih menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. Hal ini tercermin dari nilai tukar yang masih menguat, inflasi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 Tinjauan Kebijakan Moneter September 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG)

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan Dana Investasinya pada portfolio investasi Syariah yang disediakan pihak perusahaan. (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14 April 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id

Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id Juni 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350 - Indonesia w w w.bi.go.id TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Desember 2016 Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) meningkat pada Desember 2016. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.003,3

Lebih terperinci

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN 0522-2572 Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Juni 2005

Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Juni 2005 Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Juni IKHTISAR Pertumbuhan ekonomi masih positif. Bulan Juni mencatat inflasi. Nilai tukar rupiah melemah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif dan

Lebih terperinci

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009 Perkembangan Asumsi Makro BAB I BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009 1.1 Pendahuluan Memasuki tahun 2009, efek lanjutan dari pelemahan ekonomi global semakin dirasakan

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Agustus 2015 Likuiditas perekonomian terakselerasi didukung pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan. Posisi uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci