Tinjauan Kebijakan Moneter September 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tinjauan Kebijakan Moneter September 2011"

Transkripsi

1

2

3 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 Tinjauan Kebijakan Moneter September 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September, dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober dan Desember. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Dewan Gubernur Darmin Nasution Hartadi A. Sarwono Muliaman D. Hadad Ardhayadi Mitroatmodjo Budi Mulya Halim Alamsyah Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur 1

4 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 Daftar Isi I. Statement Kebijakan Moneter... 3 II. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter... 6 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia... 6 Neraca Pembayaran Indonesia... 8 Inflasi... 9 Nilai Tukar Rupiah Perkembangan Suku Bunga Domestik Dana, Kredit, dan Uang Beredar Pasar Saham Pasar Surat Berharga Negara Pasar Reksadana Kondisi Perbankan III. Respon Kebijakan Moneter

5 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang baik di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi triwulan III-211 diprakirakan akan mencapai 6,6%, ditopang oleh ekspor, konsumsi dan investasi. Ekspor diprakirakan masih tumbuh cukup tinggi sejalan dengan prakiraan masih tingginya realisasi perdagangan dunia serta harga komoditas internasional. Namun selanjutnya pengaruh penurunan pertumbuhan ekonomi global diprakirakan akan mulai terasa pada kinerja ekspor Indonesia. Di sisi lain, konsumsi masih tetap kuat sejalan dengan optimisme konsumen dan prakiraan peningkatan belanja Pemerintah sebagaimana pola historisnya. Sementara itu, kegiatan investasi juga meningkat, didukung oleh perkembangan proyek infrastruktur dan kebijakan Pemerintah mendukung investasi. Secara sektoral, kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi masih berasal dari sektor perdagangan, hotel & restoran, sektor transportasi & komunikasi, dan sektor industri. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-211 diprakirakan mengalami surplus yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Impor diperkirakan akan terus terakselerasi seiring dengan kegiatan ekonomi domestik yang meningkat, sehingga tekanan terhadap transaksi berjalan cenderung meningkat. Namun, hal tersebut masih dapat diimbangi oleh surplus transaksi modal dan finansial, meskipun sempat mengalami tekanan akibat perkembangan situasi global. Sejalan dengan itu, cadangan devisa pada akhir Agustus 211 tercatat sebesar 124,6 miliar dolar AS, atau setara dengan 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Nilai tukar Rupiah cenderung menguat meskipun relatif terbatas. Pada bulan Agustus 211, nilai tukar Rupiah secara rata-rata menguat tipis,% ke level Rp 8.2 per dolar AS dengan volatilitas yang menurun, meskipun sempat tertekan oleh faktor sentimen global terkait kekhawatiran terhadap prospek ekonomi AS dan Eropa. Penguatan Rupiah masih ditopang oleh fundamental ekonomi domestik yang kuat dan imbal hasil yang menarik. Bank Indonesia terus memonitor perkembangan nilai tukar Rupiah dan memastikan kecukupan likuiditas Rupiah dan valas yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan pasar domestik. 3

6 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 Tekanan inflasi terkendali. Inflasi IHK pada bulan Agustus 211 tercatat sebesar,93% (mtm) atau 4,79% (yoy). Melihat perkembangan ke depan, inflasi IHK hingga akhir tahun 211 diperkirakan akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Tekanan inflasi pada bulan Agustus berasal dari inflasi inti yang terkait dengan harga komoditas global, terutama emas, yang mengalami peningkatan, serta harga komoditas yang meningkat sejalan dengan faktor musiman, seperti biaya pendidikan dan angkutan udara. Sementara itu, inflasi volatile foods relatif terkendali di tengah meningkatnya permintaan seiring dengan hari raya Idul Fitri. Hal ini didukung oleh pasokan bahan makanan yang terjaga dengan baik. Di sisi lain, inflasi kelompok administered prices tercatat minimal karena tidak adanya kebijakan harga Pemerintah untuk komoditas strategis. Proyeksi inflasi kelompok volatile foods dan administered prices hingga akhir tahun 211 cenderung lebih rendah, masing-masing karena perbaikan pasokan yang ditunjang oleh impor dan kecenderungan harga minyak dunia yang menurun. Berbagai kecenderungan pada kelompok volatile foods dan administered prices tersebut diperkirakan dapat meredam tekanan inflasi IHK secara keseluruhan tahun 211. Stabilitas perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang membaik. Stabilitas industri perbankan masih tetap terjaga dengan baik, sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan rendahnya rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) gross di bawah %. Sementara itu, penyaluran kredit hingga akhir Agustus 211 mencapai 24,2% (yoy) yang sebagian besar disalurkan untuk pembiayaan kegiatan perekonomian yang produktif. Namun, Bank Indonesia tetap mencermati perkembangan kredit pada beberapa sektor yang cenderung konsumtif. Bank Indonesia berupaya mengoptimalkan fungsi intermediasi perbankan dalam mendukung ekspansi perekonomian nasional dengan tetap menjaga stabilitas sistem perbankan secara keseluruhan. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 September 211 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,7%. Dalam rangka mendorong kegiatan di pasar uang antar bank di tengah besarnya ekses likuiditas selama ini,bank Indonesia memperlebar batas bawah koridor suku bunga operasi moneter yang semula 1 bps menjadi 1 bps di bawah BI rate. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas perekonomian di tengah meningkatnya ketidakpastian sistem keuangan global yang dipicu masalah utang AS dan 4

7 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 Eropa. Meskipun gejolak yang ditimbulkan ketidakpastian perekonomian global masih terbatas, Bank Indonesia terus mencermati dampak penurunan kinerja ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja perekonomian Indonesia ke depan. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan mengambil respon suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu %±1% pada tahun 211 dan 4,%±1% pada tahun 212. Bank Indonesia juga akan mempererat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam rangka mengantisipasi dampak penurunan ekonomi dan keuangan global tersebut.

8 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 II. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Perbaikan ekonomi diperkirakan terus berlanjut pada triwulan III 211 yang diperkirakan tumbuh 6,6% dengan motor penggerak terutama bersumber dari sisi domestik yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi. Di sisi permintaan domestik, konsumsi rumah tangga akan tumbuh lebih tinggi didorong oleh optimisme konsumen dan belanja yang lebih besar pada momen hari raya Idul Fitri. Sementara itu, sesuai dengan tren penyerapan anggaran memasuki semester kedua yang mulai meningkat, realisasi belanja pemerintah diperkirakan tumbuh tinggi. Konsumsi pemerintah juga didukung oleh realisasi rapel gaji PNS, TNI dan pensiunan pada awal triwulan III. Investasi diperkirakan tumbuh menguat seiring meningkatnya realisasi belanja modal pemerintah dan tingkat penggunaan kapasitas utilisasi yang meningkat. Di sisi permintaan eksternal, perlambatan ekonomi global berpotensi mendorong kinerja ekspor tumbuh melambat. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 211 diperkirakan terakselerasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didukung oleh keyakinan konsumen yang menunjukkan optimisme yang tetap tinggi. Berdasarkan survei Konsumen BI bulan Agustus 211, Indeks Keyakinan Konsumen tercatat pada level yang tinggi sebesar 11,6. Optimisme tersebut didukung oleh persepsi konsumen atas kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi ekonomi enam bulan mendatang yang masih baik (Grafik 2.1). Keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan masih tetap kuat di tengah tren harga yang diperkirakan masih meningkat dalam tiga dan enam bulan mendatang. Perkiraan kondisi penghasilan saat ini dan ketersediaan lapangan kerja yang stabil merupakan faktor lain yang turut mendukung optimisme konsumen (Grafik 2.2). Hasil Survei Tendensi Konsumen (Grafik 2.3) juga menunjukkan optimisme konsumen yang meningkat pada triwulan II 211 dan diperkirakan berlanjut pada triwulan III 211. Perkiraan konsumsi rumah tangga yang meningkat juga didukung oleh masih berlangsungnya apresiasi rupiah, yang mendorong meningkatnya impor barang konsumsi. Peningkatan impor barang konsumsi tersebut Indeks 14, 13, 12, Optimis 11, 1, 9, 8, 7, Pesimis Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Keyakinan Konsumen IEK (Weighted) 6, * Sumber : Survei Konsumen - DSM Grafik 2.1 Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Indeks Penghasilan Saat Ini 2 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja * Sumber : Survei Konsumen - DSM Grafik 2.2 Indeks Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I II III* Sumber : Survei Tendensi Konsumen - BPS Grafik 2.3 Indeks Tendensi Konsumen BPS %, yoy Pendapatan Rumah Tangga Kaitan Inflasi dgn Kons. Sehari-hari -1 I II III IV I II III IV I II III* Sumber : CEIC & BPS, Data Tw III-211 berdasarkan data Juli 211 Grafik 2.4 Upah Riil Tk. Konsumsi Beberapa Kom. Makanan Indeks Tendensi Konsumen Pertanian Bangunan Hotel Indeks Industri Pertambangan 6

9 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 % yoy % yoy Industri Kaca dan Produknya - -4 Investasi Bangunan (sk. kanan) Konsumsi Semen (sk. kanan) Industri non-metallic -1-6 Konsumsi Listrik Industri mineral products -1 I II III IV I II III IV I II III IV I II III* *) berdasarkan data Juli 211 Sumber : BPS, CEIC, Buletin Eksim-DSM, data diolah Grafik 2. Investasi Bangunan & Indikatornya % yoy % yoy 12 Investasi Mesin dan Peralatan 1 Impor Mesin (Tanpa Impor Transportasi) IPI Machinery and Konsumsi Listrik Bisnis (skala kanan) Equipments Impor Mesin & Peralatan -8 I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : DSM, BPS, CEIC, diolah Grafik 2.6 Investasi Non-Bangunan & Indikatornya % 6,, 4,17 48,, 4,92 49,37 4, 41,6 43,9 39,3 4, 33,8 3, 3, 28,4 28,9 2, 2, 1, 1, H I H II H I H II H I H II H I H II H I H II* Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha, DSM Grafik 2.7 Nilai Investasi (Saldo Bersih) Indeks ITB (skala kanan) Pendapatan Usaha Penggunaan Kapasitas Produksi Jumlah Jam Kerja 8 I II III IV I II III IV I II III IV I II III* Sumber : Indeks Tendensi Bisnis, BPS Grafik 2.8 Indeks Tendensi Bisnis Indeks didukung meningkatnya daya beli konsumen khususnya PNS/TNI/Polri/ Pensiunan sejalan dengan pembayaran gaji ke-13 mulai Juli 211. Namun, perkembangan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah cenderung tertahan sehingga berpotensi menahan pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Upah riil buruh sektor industri, tambang dan bangunan naik terbatas sedangkan upah riil buruh tani dan hotel masih mengalami deflasi (Grafik 2.4). Peningkatan konsumsi rumah tangga dan optimisme terhadap kondisi perekonomian ke depan diperkirakan mendorong peningkatan pertumbuhan investasi pada triwulan III 211. Pertumbuhan investasi ditopang baik oleh investasi bangunan maupun nonbangunan. Investasi bangunan diperkirakan tumbuh lebih tinggi seiring dengan kegiatan konstruksi sektor properti yang meningkat. Indikator dini sektor bangunan seperti impor bahan bangunan menunjukkan peningkatan pada triwulan II 211 (Grafik 2.), dan konsumsi semen pada bulan Juli 211 tumbuh 17,3% (yoy). Meningkatnya volume impor barang modal dan alat angkut untuk bisnis pada akhir triwulan II 211 mendukung prospek pertumbuhan investasi nonbangunan tersebut (Grafik 2.6). Peningkatan pertumbuhan investasi juga tercermin pada optimisme para pelaku usaha. Optimisme tersebut terlihat dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan adanya peningkatan nilai investasi pada triwulan III 211 (Grafik 2.7). Membaiknya iklim investasi juga dikonfirmasi oleh Indeks Tendensi Bisnis, yang menunjukkan peningkatan untuk prakiraan triwulan III 211 (Grafik 2.8). Pada triwulan III 211, ekspor diperkirakan tetap tumbuh tinggi meskipun terdapat risiko penurunan akselerasi perekonomian global. Pertumbuhan ekspor yang tetap tinggi didukung oleh volume perdagangan dunia yang masih tumbuh tinggi. Kinerja ekspor yang cukup baik tersebut terutama ditopang oleh ekspor nonmigas yaitu dari sektor pertambangan dan pertanian (Grafik 2.9). Namun, perkembangan ekspor menghadapi risiko perlambatan terkait dengan moderasi perekonomian Amerika dan Eropa akibat krisis utang yang dialami oleh kawasan tersebut. Berdasarkan komponennya, risiko perlambatan pertumbuhan ekspor diperkirakan berdampak pada ekspor barangbarang industri. Sementara itu, ekspor pertambangan dan pertanian diperkirakan masih cukup tinggi sejalan dengan masih kuatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia. Negara-negara Asia merupakan tujuan utama bagi kegiatan ekspor untuk jenis barang 7

10 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 primer. Selain itu, dengan harga komoditas yang masih cukup tinggi kinerja ekspor diperkirakan dapat tetap terjaga (Grafik 2.1). Sebagai respons terhadap tingginya kinerja ekspor, kegiatan impor pada triwulan III 211 diperkirakan tumbuh cukup tinggi. Impor bahan baku dan barang modal masih meningkat di triwulan II 211 ditopang oleh kenaikan pertumbuhan bahan baku untuk industri serta perlengkapan alat angkut untuk industri (Grafik 2.11). Hal ini terkait dengan peningkatan arus mobilitas terkait Idul Fitri serta berangsur membaiknya kemampuan Jepang dalam memproduksi komoditas alat angkut. Beberapa faktor pendorong lain diperkirakan dapat menopang kegiatan impor seperti kenaikan permintaan domestik, meningkatnya konsumsi BBM di dalam negeri, serta stabilitas nilai tukar rupiah. Berdasarkan lapangan usaha, kondisi permintaan domestik dan eksternal yang masih cukup kuat diprakirakan mendukung kegiatan di sektor riil baik tradables maupun nontradables. Kegiatan sektor tradables yang diperkirakan tumbuh tinggi antara lain sektor pertanian terutama pada subsektor perkebunan dan subsektor perikanan yang didukung cuaca yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Selain itu, kegiatan sektor industri juga diperkirakan tumbuh cukup tinggi untuk memenuhi peningkatan permintaan domestik. Pada sektor nontradables, sektor bangunan diperkirakan tumbuh tinggi sejalan dengan kegiatan investasi yang meningkat. Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan juga cukup kuat ditopang oleh kinerja subsektor pengangkutan (terutama angkutan udara) dan subsektor komunikasi. Neraca Pembayaran Indonesia Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 211 diperkirakan tetap mengalami surplus. Sumber dari surplus tersebut berasal dari neraca Transaksi Modal dan Finansial (TMF) yang diprakirakan dapat mengimbangi defisit pada Transaksi Berjalan (TB). Pada akhir Agustus 211, cadangan devisa tercatat sebesar 124,6 miliar dolar AS atau setara dengan 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. %yoy %yoy 6, 3, 2, 4, 2, 1, 2, 1,,,, -2, -, Pertambangan -1, Industri Manufaktur -4, Pertanian -1, Total Ekspor - SITC (skala kanan) -2, -6, I II III IV I II III IV I II III IV I II -2, Sumber : DSM Grafik 2.9 Pertumbuhan Ekspor Non-Migas % yoy % yoy Total Ekspor Industri Manufaktur Pertanian Pertambangan (skala kanan) -2 I II III IV I II III IV I II III IV I II* Grafik 2.1 Indeks Harga Komoditas Ekspor Non-Migas % yoy Total Impor Bahan Baku -4 Barang Konsumsi Barang Modal -6 I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : DSM Grafik 2.11 Impor Non-Migas Neraca TMF pada triwulan III 211 diprakirakan mencatat surplus. Sumber utama surplus tersebut berasal dari adanya perkiraan aliran masuk modal portofolio sektor swasta terkait dengan rencana penerbitan obligasi korporasi global di akhir triwulan III. Selain itu, kuatnya fundamental 8

11 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 %, yoy Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi 1, 1,,, 1,9 Agustus '11 (mtm,%) I H K Inti Volatile Food Administered Prices Inti Vol.Food Adm.Prices,73 1, Rata-rata Agustus '11 Inflasi Ags (mtm,%) 23-21,6,29 Rata-rata Agustus '11 Inflasi Ags (mtm,%) 23-21,63 Rata-rata Inflasi Ags (excl. 29) Grafik 2.13 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa domestik serta prospek ekonomi yang tetap positif manarik aliran dana dalam bentuk investasi yang lebih bersifat jangka panjang. Peran investasi langsung (Foreign Direct Investment) yang lebih besar menjadikan struktur aliran modal lebih baik dan menopang perekonomian Indonesia. Ekspektasi perbaikan ekonomi Indonesia dan iklim investasi menyebabkan arus modal jangka panjang diperkirakan tetap akan tinggi. Neraca TB pada triwulan III 211 diprakirakan akan mengalami defisit sejalan dengan kinerja perekonomian. Kondisi defisit tersebut terutama bersumber dari impor yang masih tinggi sejalan dengan aktivitas perekonomian yang meningkat, penurunan ekspor gas, serta membesarnya defisit pada neraca pendapatan dan neraca jasa. Impor nonmigas menunjukkan peningkatan sesuai pola musimannya sehubungan dengan perayaan hari raya Idul Fitri. Kinerja ekspor nonmigas masih cukup baik kendati berpotensi lebih rendah dengan adanya risiko moderasi perekonomian global yang diiringi dengan koreksi harga komoditas dunia. I n f l a s i Inflasi sampai dengan Agustus 211 masih terjaga, meski pada Agustus 211 menunjukkan peningkatan akibat faktor musiman. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 211 tercatat sebesar,93% (mtm) atau 4,79% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan lalu yang mencatat inflasi IHK sebesar,67% (mtm) atau 4,61% (yoy) (Grafik 2.12). Meningkatnya inflasi pada Agustus 211 terutama bersumber dari inflasi inti yang disebabkan oleh kenaikan harga komoditas global yaitu emas serta beberapa komoditas domestik seperti biaya pendidikan dan angkutan udara. Di sisi lain, inflasi kelompok harga makanan yang bergejolak (volatile food) relatif lebih terkendali di tengah meningkatnya permintaan terkait perayaan hari raya Idul Fitri, didukung oleh pasokan yang memadai, terutama komoditas bumbu-bumbuan dan beras. Sementara itu, inflasi kelompok harga barang dan jasa yang diatur Pemerintah (administered prices) tercatat cukup rendah, yang disebabkan tidak adanya kebijakan Pemerintah terkait barang dan jasa yang bersifat strategis. Dengan perkembangan inflasi hingga Agustus 211 yang tercatat 2,69% (ytd) dan perkiraan pasokan bahan kebutuhan masyarakat yang akan tetap terjaga serta tidak adanya kebijakan Pemerintah terkait harga barang dan jasa yang bersifat strategis hingga akhir tahun, inflasi tahun 211 diprakirakan akan berada pada kisaran sasaran yang ditetapkan yaitu %±1%. 9

12 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 Inflasi kelompok harga makanan yang bergejolak ( (volatile food) pada Agustus 211 relatif rendah. Inflasi kelompok voletile food pada Agustus 211 tercatat sebesar 1,% (mtm) atau,64% (yoy), malambat dari bulan lalu yang mencatat inflasi sebesar 2,% (mtm) atau,7% (yoy). Melambatnya inflasi kelompok ini disebabkan oleh pasokan yang memadai, baik dari impor maupun dari domestik. Beberapa komoditas seperti bawang merah, bawang putih dan telur ayam bahkan mengalami deflasi terkait dengan besarnya pasokan komoditas-komoditas tersebut di pasar domestik. Sebagian besar daerah sentra produksi pangan, terutama di Jawa, mengalami masa panen gadu. Seiring dengan masa panen gadu disertai kebijakan impor beras, pasokan beras tersedia cukup memadai bagi kebutuhan masyarakat dan membawa inflasi beras yang relatif moderat. Pasokan komoditas pangan lain antara lain minyak goreng, daging, dan terlur ayam serta bumbubumbuan juga terjaga. Inflasi harga barang dan jasa yang diatur pemerintah ( (administered prices) pada Agustus 211 masih terjaga. Inflasi kelompok administered prices pada Agustus 211 tercatat sebesar,29% (mtm) atau 2,69% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan bulan lalu yang mencatat inflasi sebesar,21 (mtm). Peningkatan inflasi pada kelompok ini bersumber dari peningkatan tarif angkutan kereta api dan harga komoditas rokok. Namun, secara umum tidak terdapat perubahan signifikan dari inflasi administered prices, mengingat tidak ada rencana kebijakan Pemerintah terkait harga barang dan jasa yang bersifat strategis hingga akhir tahun 211. Inflasi inti pada Agustus 211 masih menunjukkan tren yang meningkat. Laju inflasi inti pada Agustus 211 mencapai 1,9% (mtm), atau,1% (yoy), meningkat relatif tinggi dari bulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebsar,42% (mtm) atau 4,% (yoy. Kenaikan inflasi inti pada Agustus 211 diperkirakan bersifat temporer, karena disebabkan oleh faktor musiman dan kejutan eksternal (external shock). Dari sisi domestik, kenaikan inflasi inti terutama berasal dari faktor musiman (nonpangan) antara lain angkutan udara dan biaya pendidikan. Peningkatan tarif angkutan udara terkait dengan pola musiman perayaan hari besar keagamaan, sementara inflasi pendidikan terkait dengan musim tahun ajaran baru. Dari sisi eksternal, kenaikan harga komoditas global, terutama emas (nonpangan), ditransmisikan pada kenaikan harga emas perhiasan di pasar domestik. Selain karena pengaruh harga global, permintaan yang cukup tinggi menjelang hari raya Idul Fitri, mendorong %, yoy Inti Inti - Pangan Inti - Non-Pangan Inti - Non-Pangan kec. emas Grafik 2.14 Inflasi Inti Pangan dan Nonpangan %, yoy CF 211 CF 212,9 6,,9, Sumber : Consensus Forecast Grafik 2.1 Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast IHK (%,yoy), skala kanan Survei Pedagang Eceran (3 bulan) 18 Survei Pedagang Eceran (6 bulan) Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Sumber : BI- SPE Grafik 2.16 Ekspektasi Inflasi Pedagangan (SPE) IHK (%,yoy), skala kanan Suveri Konsumen (3 bulan) Survei Konsumen (6 bulan) Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Sumber : BI - Survei Konsumen Grafik 2.17 Ekspektasi Inflasi Konsumen (SK)

13 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 kenaikan harga emas di sejumlah daerah. Dengan bobot emas yang cukup besar dalam inflasi inti, kenaikan harga emas yang cukup besar mendorong peningkatan inflasi inti. Selain itu, ekspektasi inflasi pada Agustus 211 membaik. Ekspektasi inflasi berdasarkan hasil survei Consensus Forecast turun dari,9%(yoy) menjadi,7% (yoy) (Grafik 2.1), walaupun ekspektasi di sektor riil, yaitu dari sisi pedagang dan konsumen, masih menunjukkan tren yang meningkat, akibat faktor musiman perayaan hari keagamaan (Grafik 2.16 dan 2.17). IDR/USD Jan Mar Mei Jul Sep NovJan Mar Mei Jul Ags Ags Ags Ags Ags Ags Ags Ags Ags Ags Grafik 2.18 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 2.19 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah 833 % IDR/USD 2, 1,8 1,6 1,4 1,2 1,,8,6,4,2 - % 11, 9, 7,, 3, 1, -1, Volatilitas Harian Rata-rata Volatilitas Nilai Tukar Harian Jan FebMarAprMei Jun Jul Ags SepOkt NovDes Jan FebMarApr Mei Jun Jul Ags Malaysia Indonesia Korea Filipina , Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Grafik 2.2 UIP (Uncovered Interest Parity) Nilai Tukar Rupiah Prospek fundamental perekenomian domestik yang kuat menopang penguatan nilai tukar di tengah faktor risiko pelemahan perekonomian global. Selama Agustus 211, rupiah mengalami penguatan secara ratarata sebesar,% ke level Rp8.2 per dolar AS dan ditutup pada level Rp8.33 per dolar AS. Apresiasi rupiah tersebut disertai oleh penurunan rata-rata volatilitas dari,29% di bulan sebelumnya menjadi,2% pada Agustus 211 (Grafik 2.18 dan 2.19). Tren penguatan nilai tukar rupiah tersebut sejalan dengan pergerakan mata uang di negara-negara kawasan. Dari sisi eksternal, sentimen negatif terhadap perekonomian global membatasi tren penguatan nilai tukar tukar rupiah. Perkiraan moderasi pertumbuhan perekonomian global terkait dengan dampak penurunan peringkat utang Amerika Serikat serta krisis utang di kawasan Eropa yang menyebabkan adanya peralihan alokasi investasi ke aset-aset yang lebih aman. Dari sisi domestik, prospek fundamental ekonomi domestik yang tetap kuat serta imbal hasil rupiah yang lebih kompetitif menjadi penopang tren penguatan nilai tukar rupiah. Prospek neraca pembayaran Indonesia yang cukup solid menjadi kekuatan nilai tukar rupiah terhadap berbagai tekanan eksternal. Walaupun persepsi risiko (indikator CDS) sempat meningkat akibat prospek perekonomian global yang negatif, daya tarik investasi dalam rupiah tetap tinggi. Hal ini disebabkan karena faktor risiko di sebagian besar negara-negara kawasan juga mengalami peningkatan seiring dengan melambatnya perekonomian global. Indikator imbal hasil investasi pada aset rupiah, yang tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP-Uncovered Interest Parity) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan regional Asia. 11

14 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 Daya saing Indonesia masih kompetitif dibandingkan dengan beberapa negara kawasan. Dampak penguatan nilai tukar rupiah terhadap kinerja ekspor ditengarai masih terbatas. Pertumbuhan ekspor masih cukup tinggi yakni sekitar 34,2% (yoy) sampai dengan Juli 211. Perkembangan Suku Bunga Domestik Suku bunga PUAB selama Agustus 211 mengalami penurunan terkait likuiditas yang besar di pasar uang. Rata-rata suku bunga PUAB O/N pada Agustus 211 menurun sebesar 9 bps dibandingkan dengan akhir bulan Juli yang tercatat sebesar,91% menjadi,82%. Sementara itu, rata-rata suku bunga PUAB dengan tenor lebih panjang bergerak sejalan dengan suku bunga PUAB O/N. Rata-rata suku bunga PUAB dengan tenor di atas 3 bulan berada pada kisaran kisaran,86% - 6,3%, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya (6,7% - 7,9%). Di sisi risiko, persepsi risiko likuiditas di PUAB selama Agustus 211 tetap terjaga sejalan dengan kondisi pasar uang yang likuid. Hal tersebut tercermin pada rata-rata selisih suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah yang menurun menjadin14bps dibandingkan dengan Juli (24bps). Di sisi suku bunga perbankan, suku bunga kredit pada Juli 211 masih bergerak menurun sementara suku bunga deposito relatif stabil. Sampai dengan Juli 211, bunga kredit modal kerja (KMK), kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK) masing-masing turun masing-masing sebesar, 2 dan bps dibandingkan dengan Juni 211 menjadi 12,%, 12,11% dan 14,32%. Sementara itu, suku bunga deposito 1 bulan relatif stabil pada level 6,86%, meningkat 4 bps dari kondisi Juni 211. Pergerakan suku bunga giro rupiah pada Juli 211 relatif stabil dibandingkan dengan Juni 211 yaitu pada level 2,1%, sementara suku bunga tabungan rupiah pada Juli 211 turun menjadi 2,68% dari sebelumnya 2,79% pada % 8, 6, 4, 2,, -2, -4, Indonesia Malaysia Filipina Korea -6, Feb Apr JunAgs Okt Des Feb Apr JunAgs Okt Des Feb Apr JunAgs Okt Des Feb Apr JunAgs Okt Des Feb Apr JunAgs Grafik 2.21 CIP (Covered Interest Parity) % bps Risiko Memburuk Risiko Memburuk 3, 4 Yield Spread 2,8 CDS Ind (RHS) 2,6 EMBIG Spread (RHS) 2,4 2,2 2, 2 1,8 1,6 1,4 1,2 1, 1 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sumber : Bloomberg Grafik 2.22 Indikator Risiko (CDS dan Yield Spread) Suku Bunga (%) Tabel 2.1 Perkembangan Berbagai Suku Bunga Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul BI Rate 6, 6, 6, 6, 6, 6, 6, 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 Penjaminan Deposito 7, 7, 7, 7, 7, 7, 7, 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 Dep 1 bulan (Weighted Average) 6,79 6,7 6,72 6,81 6,78 6,83 6,72 6,72 6,83 6,8 6,8 6,82 6,86 Base Lending Rate 12,39 12,38 12,21 12,7 11,98 11,98 12,3 11,84 12,21 12,6 12,22 12,1 12,8 Kredit Modal Kerja (KMK) 13,21 13,19 13, 13,1 12,96 12,83 12,7 12,72 12,69 12,68 12,61 12,6 12, Kredit Investasi (KI) 12,6 12,4 12,41 12,38 12,3 12,28 12,2 12,2 12,18 12,16 12,1 12,13 12,11 Kredit Konsumsi (KK) 14,92 14,83 14,7 14,6 14,3 14,3 14,48 14, 14,39 14,38 14,37 14,37 14,32 12

15 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 Juni 211. Dengan perkembangan tersebut, selisih suku bunga kredit terhadap deposito menjadi 6,13%, sedangkan selisih antara suku bunga kredit dengan rata-rata tertimbang suku bunga giro dan tabungan menjadi 1,37%. Selama Agustus 211, suku bunga kredit tercatat mengalami peningkatan. Berdasarkan data laporan harian bank umum (LHBU), suku bunga KI dan KK masing-masing naik 17 dan 16 bps, sementara suku bunga KMK meningkat relatif minimal dibandingkan dengan suku bunga kredit lain yaitu sebesar 9 bps. Dana, Kredit, dan Uang Beredar % yoy 4 3 2,3 21,9 2 21,9 K M K 1 K I K K Data per Juli Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Grafik 2.23 Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan %, yoy (1) Industri Pengolahan Jasa Dunia Usaha Pertanian Perdagangan Lainnya Pangsa (%) Industri Pertanian Pengolahan Perdagangan Jasa Dunia Usaha Lainnya (2) Jan Feb MarApr Mei Jun Jul AgsSep Okt Nov DesJan Feb MarAprMei Jun Jul Grafik 2.24 Pertumbuhan Kredit Sektoral Total 4,8 1, 17,9 1,3 3,2 83,7 42,1 28,4 17,9 14, 11,8 Dana pihak ketiga (DPK) mencatat pertumbuhan yang positif. Berdasarkan data Laporan Bank Umum (LBU) DPK bank pada Juli 211 mencapai Rp triliun atau tumbuh 18,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 16,3% (yoy). Pertumbuhan DPK tersebut terutama didorong oleh meningkatnya peran pertumbuhan deposito dan giro pada pertumbuhan total DPK. Dari data LHBU, perkembangan DPK pada Agustus 211 diindikasi meningkat 2,2% (yoy), ditopang oleh giro, tabungan dan deposito yang meningkat masing-masing sebesar 14,4%, 26,% dan 19,% (yoy). Penyaluran kredit perbankan masih dalam tren yang meningkat sejalan dengan kegiatan ekonomi yang terus membaik. Pada Juli 211, pertumbuhan total kredit (termasuk channeling) tercatat sebesar 23,% (yoy) menjadi Rp 2.2,3 triliun. Tren peningkatan penyaluran kredit diperkirakan masih berlanjut sebagaimana diindikasikan oleh perkembangan kredit LHBU sampai dengan Agustus yang mencatat pertumbuhan sebesar 24,6% (yoy Ekspansi pertumbuhan kredit, terutama ditopang oleh pertumbuhan KMK dan KI. Pada Juli 211 pertumbuhan KMK dan KI meningkat menjadi 2,3% dan 21,9% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 23,8% dan 2,8% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan KK melambat menjadi 21,9% (yoy) dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 23,2% (yoy). Dengan perkembangan tersebut pangsa KMK dan KI terus meningkat, sementara KK cenderung turun. Meskipun demikian pangsa KK terhadap total kredit masih cukup besar yaitu 3,4%. Secara sektoral, penyaluran kredit kepada sektor-sektor produktif menunujukkan peningkatan. Pada Juli 211 sumbangan kredit ke sektor- 13

16 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 sektor seperti jasa dunia usaha, sektor LAG (listrik, air dan gas) dan sektor industri pengolahan meningkat. Kredit sektor jasa dunia usaha, sektor LAG dan sektor industri pengolahan masing-masing tumbuh 42,1%, 92,4% dan 17,94 % (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 34,%, 9,1% dan 13,3% (yoy). Namun penyaluran kredit di sektor perdagangan dan pertanian tumbuh melambat masing masing sebesar 14,% dan 11,8%, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan masing-masing sebesar 23,6% dan 18,% (yoy). Likuiditas perekonomian masih menunjukkan tren peningkatan seiring dengan aktivitas ekonomi yang meningkat dan perkembangan dana pihak ketiga yang masih mencatat pertumbuhan yang positif. Uang primer menunjukkan peningkatan, sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi, terutama konsumsi menjelang hari raya Idul Fitri. Pertumbuhan uang primer pada Juli 211 sebesar 46,6% (yoy), meningkat cukup tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 3,7% (yoy).ƒsama halnya dengan uang primer, perkembangan M1 dan M2 juga masih berada dalam tren meningkat. Petumbuhan M1 pada Juli 211 tercatat 18,% (yoy) menjadi Rp 639,7 triliun. Pertumbuhan M1 tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Juni 211 yang mencapai 16,6% (yoy). Peningkatan pertumbuhan M1 terutama didorong oleh kontribusi uang kartal yang meningkat, sejalan dengan persiapan menyambut hari raya Idul Fitri. Di sisi lain, kontribusi giro relatif stabil terhadap pertumbuhan M1. Sementara itu, pertumbuhan M2 juga meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan M1 dan deposito. % yoy M (GWM %) M Currency GWM LDR GWM 8% GWM SR -1 data per Ags Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Grafik 2.2 Pertumbuhan Kartal dan Base Money %, yoy 3 2 M2 M1 BI Rate (RHS) %, yoy 21,3 2 18, 1,68 1 1, Per Juni 211 Rata-rata periode sebelum krisis Mei 26 - Sept M1: 21,%; M2: 1,7% 4 Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul OktJan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Grafik 2.26 Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian Pasar Saham Kondisi fundamental makro ekonomi serta mikro emiten yang cukup solid mampu menahan sentimen negatif pasar keuangan global terhadap pergerakan IHSG. Pada Agustus 211 IHSG mengalami pelemahan, sejalan dengan peningkatan faktor risiko eksternal antara lain (i) potensi gejolak harga minyak (oil shock), (ii) dampak rambatan krisis keuangan AS dan Eropa, (iii) potensi demand shock AS dan Eropa, (iv) kekhawatiran terjadi koreksi (bubble burst) di bursa saham serta, (v) pemburukan sentimen pasar. Meski demikian, kondisi fundamental makroekonomi dan mikro emiten yang cukup solid mampu menahan gejolak yang berlebih, sehingga koreksi yang terjadi relatif minimal jika dibandingkan dengan IHSG BI RATE 4 Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Grafik 2.27 IHSG dan BI Rate 14

17 Tinjauan Kebijakan Moneter - September JCI Indeks Ebitda (Skala kanan) Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Grafik 2.28 IHSG dan EBITDA Index Properti Pertanian Perdagangan Konsumsi Industri Lain Industri Dasar Keuangan Pertambangan Infrastruktur Grafik 2.29 Pertumbuhan Sektoral Dunia EM ASIA US (Dow Jones) Jepang (Nikkei) Inggris (FTSE) India (SENSEX) Hong Kong (Hang Seng) Shanghai (SHCOMP) Strait Times (STI) Kuala Lumpur (KLCI) Filipina Thailand (SET) Vietnam Indonesia (IHSG) -14,2% -1,3% -8,% -8,8% -6,8% -6,6% -3,6% -1,4% 2,% Perubahan Bulanan Grafik 2.3 Pertumbuhan Indeks Dunia % -1% -1% -% % % 1% 1% -1,6% -13,9% -7,1% -1,% -11,8% -12,9% -12,7% -13,8% -3,3% -6,7% -4,4% -8,% -,3% -7,% Perubahan Bulanan -2% -17% -14% -11% -8% -% -2% 1% 4% 7% koreksi bursa global. Dari sisi makroekonomi, indikator yang kondusif untuk mendorong kinerja bursa antara lain kebijakan Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 6,7%, inflasi yang terkendali, prospek pertumbuhan ekonomi yang positif serta nilai tukar yang relatif stabil. Sementara itu, dari sisi mikro, kondisi fundamental emiten yang cukup kokoh tercermin dari kondisi neraca yang cukup sehat serta pertumbuhan laba yang positif dalam laporan keuangan emiten. Dengan perkembangan tersebut IHSG ditutup pada level sebesar atau melemah 6,9% dibandingkan dengan Juli 211. Di sisi global, koreksi indeks bursa global berkisar antara 2,2% sampai dengan 14,7%. Rambatan peningkatan risiko eksternal terhadap pasar keuangan domestik lebih disebabkan oleh faktor sentiment pasar. Transmisi potensi demand shock di AS dan Eropa (PIIGS) melalui jalur perdagangan relatif minimal. Di samping itu, kepemilikan institusi keuangan domestik terhadap bond maupun equity di AS dan Eropa juga relatif terbatas. Demikian pula halnya dengan kepemilikan asing, berkebangsaan Eropa (PIIGS), terhadap aset domestik lebih rendah jika dibandingkan dengan negara kawasan. Dengan demikian, koreksi yang terjadi pada bursa saham domestik lebih dipengaruhi oleh faktor sentimen seperti penurunan peringkat kredit AS 1, kekhawatiran meningkatnya contagion effect krisis Eropa, penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2, rilis beberapa data ekonomi AS yang lebih buruk dari ekspektasi, dan adanya potensi krisis likuiditas bankbank di Eropa. Dari sisi sektoral, penurunan kinerja bursa saham tercermin pada indeks sektoral yang bergerak menurun, kecuali sektor konsumsi. Sektor pertambangan mengalami penurunan tertinggi yaitu mencapai 14,2%, diikuti oleh sektor perdagangan yang menurun sebesar 1,3%, sebagian sektor lainnya menurun dengan kisaran 1,4%-8,8%. Di tengah tekanan yang dialami bursa saham, sektor konsumsi masih mampu membukukan penguatan sebesar 2,%. Selain karena sektor tersebut banyak diminati oleh investor asing, karena Indonesia memiliki potensi pasar yang cukup besar, kenaikan sektor konsumsi sejalan dengan polanya yang cenderung meningkat pada hari raya keagamaan. Pergerakan IHSG yang cukup fluktuatif selama Agustus 211 menyebabkan pelaku nonresiden melakukan penyesuaian di bursa saham 1 oleh S&P dari AAA menjadi AA+ dengan outlook negative seiring dengan meningkatnya risiko utang AS dan risiko politik 2 menjadi 3,9% di 211 oleh Morgan Stanley 1

18 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 domestik. Investor asing mencatat jual neto sebesar Rp 8,4 triliun, setelah membukukan beli neto sebesar Rp,19 triliun pada bulan sebelumnya. Tekanan jual terbesar terutama dialami oleh emiten di sektor pertambangan dan properti. Pasar Surat Berharga Negara Kondisi fundamental makroekonomi yang cukup solid mampu mengangkat kembali kinerja Surat Berharga Negara (SBN) setelah sebelumnya mengalami tekanan. Peningkatan risiko eksternal, yang antara lain didorong oleh faktor sentimen seperti penurunan peringkat kredit AS, kekhawatiran meningkatnya contagion effect krisis eropa, penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, serta penurunan peringkat Jepang yang lebih rendah, menekan kinerja SBN pada pertengahan Agustus 211. Sejalan dengan meredanya faktor sentimen serta cukup kondusifnya kondisi makro, imbal hasil SBN kembali turun dan bahkan lebih rendah jika dibandingkan dengan Juli 211. Dengan perkembangan tersebut, secara bulanan imbal hasil SBN untuk tenor jangka pendek, menengah dan panjang masing masing turun sebesar,39 bps, 6,62 bps dan 7,86 bps, atau secara rata-rata imbal hasil turun sebesar 6,3 bps menjadi 7,42%. Penyesuaian portofolio juga dilakukan investor asing di pasar SBN. Investor nonresiden pada Agustus 211 mencatat jual neto sebesar Rp 1, triliun, setelah pada bulan sebelumnya membukukan beli neto sebesar Rp 13,8 triliun. Dalam perkembangannya, investor asing kembali masuk ke pasar SBN meski dalam jumlah yang relatif terbatas. Hal tersebut antara lain didorong oleh faktor imbal hasil yang masih menarik. SBN masih memberikan imbal hasil yang kompetitf baik secara nominal maupun riil dibandingkan dengan negara-negara di kawasan BI RATE (Skala Kanan) Imbal Hasil SBN Jan Mar MeiJul Sep Nov Jan Mar MeiJul Sep Nov Jan Mar MeiJul Sep NovJan Mar MeiJul Sep Nov Jan Mar MeiJul Grafik 2.31 Imbal Hasil SBN dan BI Rate thn 2thn 3thn 4thn thn 6thn 7thn 8thn 9thn 1thn 1thn 2thn 3thn Grafik 2.32 Perubahan Imbal Hasil SBN Bulanan Rp, Triliun () Deviasi Agustus dan Juli 26 Agustus Desember Juli 211 Grafik 2.33 Imbal HasilSBN dan Net Beli/ Jual Asing 1,,8,6,4,2, -,2 -,4 -,6 % 18, 16, 14, 12, 1, (1) Beli /Jual Asing Neto 8, Imbal Hasil SUN (1) 6, FebApr Jun Ags OktDes FebApr Jun Ags OktDes FebApr Jun Ags OktDes Feb Apr Jun Ags % 2 2 Imbal Hasil SBN Inflasi 1 12,7 1 3,,9 3,6 6,8 Thailand Vietnam Filipina Malaysia Indonesia Grafik 2.34 Imbal Hasil Negara Kawasan 16

19 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 Pasar Reksadana Pada Juli 211, kinerja reksadana menunjukkan perkembangan yang positif. Secara umum, kinerja reksadana yang tercermin dalam NAB tumbuh terbatas sekitar,4% dibandingkan dengan Juni 211. Peningkatan NAB reksadana tersebut ditopang oleh produk reksadana berbasis pasar uang dan pendapatan tetap. Sementara itu, produk reksadana campuran dan indeks justru mengalami koreksi. Dalam hal ini, portofolio asset untuk produk reksadana membukukan kinerja di atas kinerja IHSG (Tabel 2.2). Gejolak yang terjadi di pasar saham tidak berdampak signifikan terhadap kinerja reksadana. Gejolak di paar saham tidak memicu pencairan dana (redemption) pada industri reksadana. MTM Juli Des 21 Saham Pasar Uang Tabel 2.2 Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk) Campuran Pendapatan Tetap Terproteksi Indeks ETF- Saham ETF- Pendapatan Tetap Syariah -2,8% 16,7% -11,4% -9,7% -,7% -,8% -2,4% 2,4%,7% -3,% 1,7% 3,7% 1,% -,1%,1% -34,1% -2,9% -39,6%,8%,6%,8% 1,4%,9% 2,1% -3,9% 4,3% 8,8% 3,6% -2,9%,6%,2% 1,1% 4,1% 11,1% 6,7%,1% 6,3% 2,9% 4,8% 6,7% -1,6% -2,%,9% -,1% 1,% -,8% -,2% -1,2% -6,4% -,3% -4,4% -1,2% -1,6% 1,8% 2,8% -,1% 4,8% 3,2% 3,6% 1,1% -1,8% 2,1% -1,8% -,6%,3% -3,6% 4,7% 2,4%,9% -,6% -1,1%,7%,7% 7,% 6,% 1,8% -1,%,6% -2,8% 2,9% 9,4%,8% 7,8% 6,4% 4,4% 14,2% 1,3% 2,3% 2,8% 6,3%,% -2,2% 3,4% 1,% 1,1% 9,2% -11,4% 3,2% -1,8% 4,2% 2,1% -2,%,1% -4,% 2,8% 3,1% -21,1% -1,4% -1,%,9% 8,6%,6% -,1% -3,3% -,8% -3,6%,%,% 17,1% 2,1% 1,8%,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,% -13,8% -,1% 3,7% -1,% 2,7% -,9% 1,1%,% 1,4% -,4%,9% 1,7% 8,% -2,% 6,%,9%,% 9,% 7,2%,8% 3,6% 3,7% 3,6% 2,%,6%,8% 1,2% 3,9% 3,3% 4,2% 1,% 1,9% 3,9% 1,1%,3% -2,1% 1,3% -3,3%,4% 1,%,1% 1,% 1,8% -4,6%,3% -1,3% -,6%,3% 1,8%,%,%,7%,1% 9,9% -,% 4,9% -,3% -26,9%,9% 4,1% -,4%,4% 2,1% 11,2% 13,% -,9% 1,3% 21,% -7,8% 9,1% -9,3% 1,1% Total 17

20 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 Kondisi Perbankan Di tengah perlambatan ekonomi global dan berlarutnya penyelesaian krisis utang Eropa, kinerja sistem keuangan Indonesia masih tetap stabil, dengan kondisi permodalan dan likuiditas yang cukup terjaga. Berbagai indikator utama perbankan seperti seperti rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio CAR), rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan NPL), Net Interest Margin (NIM) dan Return On Asset (ROA) menunjukkan perkembangan yang tetap solid. CAR pada Juli 211 sebesar 17,2%, jauh berada di atas level minimal yang ditetapkan Bank Indonesia. Sementara itu, kualitas kredit cukup terkendali, tercermin dari kondisi kredit bermasalah (NPL gross) pada Juli 211 yang relatif rendah yaitu 2,8%. Indikator kinerja perbankan lain yaitu ROA relatif masih tinggi yaitu mencapai 3,% pada Juli 211, dengan NIM tetap stabil pada level,% (Tabel 2.3). Indikator Utama Tabel 2.3 Kondisi Umum Perbankan Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Total Aset (T Rp) 2.683, 2.7,2 2.78, ,4 2.86,3 3.8,9 2.99, ,1 3.6,8 3.69, ,4 3.19, ,8 DPK (T Rp) 2.82,6 2.92, , , , ,8 2.32, ,8 2.31,4 2.34, , , 2.464,1 Kredit * (T Rp) 1.627,4 1.67, ,1 1.7, , , 1.776,1 1.83, , , , ,6 2.2,3 LDR* (%) 78,1 79,8 78,8 78, 78, 76,8 77,2 78,8 78,4 8, 8, 81,2 81,3 NPLs Gross* (%) 3,4 3,4 3,3 3,6 3,4 2,9 3,1 3,1 3,2 3,2 3,2 3, 3,1 NPLs Net * (%),9,7,7,9 1,,7,9,9,9,9 1,1,9,9 CAR (%) 16, 16,2 16,4 16,4 16,3 17, 17, 18, 17,6 17,8 17,4 17, 17,2 NIM (%),,,,,,,,,6,,,, ROA (%) 2,9 2,8 2,8 2,9 2,8 2,7 3, 2,8 3,1 3, 3. 3,1 3, * dengan channeling 18

21 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 September 211 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,7%. Dalam rangka mendorong kegiatan di pasar uang antar bank di tengah besarnya ekses likuiditas selama ini, Bank Indonesia memperlebar batas bawah koridor suku bunga operasi moneter yang semula 1 bps menjadi 1 bps di bawah BI rate. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas perekonomian di tengah meningkatnya ketidakpastian sistem keuangan global yang dipicu masalah utang AS dan Eropa. Meskipun gejolak yang ditimbulkan ketidakpastian perekonomian global masih terbatas, Bank Indonesia terus mencermati dampak penurunan kinerja ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja perekonomian Indonesia ke depan. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan mengambil respon suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu %±1% pada tahun 211 dan 4,%±1% pada tahun 212. Bank Indonesia juga akan mempererat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam rangka mengantisipasi dampak penurunan ekonomi dan keuangan global tersebut. Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati dampak penurunan kinerja ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja perekonomian Indonesia. Dewan Gubernur melihat kecenderungan menurunnya pertumbuhan ekonomi negara maju, melambatnya volume perdagangan dunia, dan menurunnya harga komoditas global. Sementara itu, tingginya ekses likuiditas global dan persepsi risiko investor masih akan mendorong tetap derasnya aliran modal asing masuk ke negara-negara emerging economies, termasuk Indonesia, baik dalam bentuk PMA maupun investasi portofolio. Secara keseluruhan kecenderungan ini berpotensi akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan inflasi Indonesia pada 212, sementara aliran masuk modal asing dan apresiasi Rupiah diprakirakan akan berlanjut meskipun dengan volatilitas yang lebih tinggi. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan mengambil respon suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu %±1% pada 211 dan 4,%±1% pada 212. Bank Indonesia juga akan mempererat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam rangka mengantisipasi dampak penurunan ekonomi dan keuangan global tersebut. 19

22 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 Indikator Terkini SEKTOR KEUANGAN Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 9 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2) IHSG Indeks 3) - - 6,83 6,84 6,84 6,7 6,6 6, 6,71 6,72 6,79 6,79 6,7 6,72 6,81 6,78 6,83 6,72 6,72 6,83 6,9 6,9 6,96 6,69 6,99 7,3 7,6 6,88 6,82 6,91 6,34 6,32 6,33 6,3 6,16,68,83 6,21 6,27 6, ,18 7,36 7,36 6,8 6,8 6,82 6,96 6,91 6,9 6,48 6, 6, ,28 6,8 6,88 6, BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum H A R G A Inflasi bulanan (%, mtm) Inflasi tahunan (%, yoy),97 1,7,76,44,6,6,92,89,13 -,32, 6,22 6,44,8,67 6,33 6,96 7,2 6,84 6,6 -,31,12, 6,16,98,4,67 4,67 SEKTOR EKSTERNAL Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD) ,68 7,86 73,93 76,76 79,69 8,72 83,9 82,18 8, 88, ,87 96,9 96,6 8.8 na na 99,32 INDIKATOR KUARTALAN Pertumbuhan PDB (%, yoy)** Konsumsi Investasi (PMTB) Perubahan Stok Ekspor Impor Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 6,1,8 6,9 6, 6, 3,4,1 4,9 4,3 4,6 8, 9,2 8,7 7,3 9,2 24, 9,7-28,7 91,3 11,1 14,6 9,6 16,1 12,3 17,4 18,4 12,2 16,9 1,6 16, * angka sementara ** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2 *** angka prakiraan Bank Indonesia 1) minggu terakhir 2) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS 2

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ekonomi, Moneter dan Keuangan

Ekonomi, Moneter dan Keuangan Ekonomi, Moneter dan Keuangan T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 0 I. TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2014 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t er 1 T i n j a u a n K e b i j a k

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER November 2013 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 3 T i n j a

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Mei 213 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 Indeks 17 1 13 1 9 7 Kadin-Roy Morgan AC Nielsen BI BPS Danareksa

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2013 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r 3 L a p o r a n

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter

Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Selama triwulan I-27, kondisi moneter menunjukkan tren yang semakin membaik. Perkembangan yang membaik tersebut

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 Selama triwulan III-26, kondisi moneter menunjukkan ukkan perkembangan yang semakin membaik. Perkembangan

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Kondisi moneter selama triwulan IV-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

PDB Dunia (rhs) Jan-02 May-02 Sep-02 Jan-03 May-03 Sep-03 Jan-04 May-04 Sep-04 Jan-05 May-05 Sep-05 Jan-06 May-06 Sep-06 Jan-07 May-07 Sep-07 Jan-08 May-08 Sep-08 Jan-09 May-09 Sep-09 Jan-10 May-10 Sep-10

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Perekonomian Indonesia triwulan IV 2013 dan Januari 2014 menunjukkan kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan Pemerintah sejak pertengahan tahun 2013 mulai

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-27 Kondisi selama triwulan IV-27 menunjukkan perkembangan makroekonomi yang semakin baik dengan stabilitas yang

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA

PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA RINGKASAN 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 3 PEREKONOMIAN GLOBAL 4 PROSPEK PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2014 menunjukkan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terjaga serta proses penyesuaian

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Telepon : Fax : Website :

Telepon : Fax : Website : Untuk informasi Lebih lanjut hubungi : Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : + 62 21 381 8180 + 62 21 381 8163

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

Maret Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Maret Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Maret 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 13 Maret 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 Tim Penulis Laporan triwulan I-2003, Bank Indonesia Kondisi moneter selama triwulan I-2003 tetap stabil dan terkendali meskipun belum

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14 April 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Agustus 2013 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15 Agustus 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,50%. Penguatan bauran

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 26 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 149 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008

Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 Oktober 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Ikhtisar. Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan.

Ikhtisar. Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan. Ikhtisar Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan. Pada Maret, laju inflasi masih relatif terkendali......, nilai tukar yang relatif stabil... Perkembangan perekonomian selama

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

Ikhtisar. Kestabilan ekonomi relatif terjaga.

Ikhtisar. Kestabilan ekonomi relatif terjaga. Ikhtisar Kestabilan ekonomi relatif terjaga. Pada April, laju inflasi masih relatif terkendali......, sementara itu nilai tukar sedikit tertekan namun masih terkendali. Perkembangan berbagai indikator

Lebih terperinci

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN 0522-2572 Laporan Perekonomian Indonesia 2010 i Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 10 Juli 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Maret 2016 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6,75%,

Lebih terperinci

Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Juni 2005

Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Juni 2005 Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Juni IKHTISAR Pertumbuhan ekonomi masih positif. Bulan Juni mencatat inflasi. Nilai tukar rupiah melemah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif dan

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2005

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan I 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan I 2004, Bank Indonesia Membaiknya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18 Juni 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility

Lebih terperinci

PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur

PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur Surabaya 21 Desember 2016 OUTLINE 2 Perekonomian Global Perekonomian Nasional Kebijakan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Ikhtisar. Perekonomian tahun 2003 relatif stabil dan membaik. Inflasi Desember 2003 menurun dibanding November...

Ikhtisar. Perekonomian tahun 2003 relatif stabil dan membaik. Inflasi Desember 2003 menurun dibanding November... Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Desember Ikhtisar Perekonomian tahun relatif stabil dan membaik. Inflasi Desember menurun dibanding November......diikuti dengan kurs yang masih stabil...

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan II 2014 Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2014 menunjukkan bahwa proses penyesuaian struktur perekonomian ke arah yang lebih seimbang masih

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci