Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008"

Transkripsi

1

2

3 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September, November, dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Dewan Gubernur Boediono Gubernur Miranda S. Goeltom Deputi Gubernur Senior Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur Siti Ch. Fadjrijah Deputi Gubernur S. Budi Rochadi Deputi Gubernur Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur Adhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur Budi Mulya Deputi Gubernur 1

4 Daftar Isi I. Statement Kebijakan Moneter...3 II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter...5 Inflasi...6 Nilai Tukar Rupiah...7 Kebijakan Moneter...8 Strategi Kebijakan...8 Suku Bunga...9 Dana, Kredit, dan Uang Beredar...10 Pasar Modal...11 Kondisi Perbankan...14 III. Respon Kebijakan Moneter

5 I. Statement Kebijakan Moneter Perekonomian Indonesia masih terus merasakan rambatan dari krisis finansial global. Melemahnya perekonomian dunia telah mengimbas pada menurunnya kinerja perekonomian Indonesia. Dampaknya lebih dalam dari perkiraan semula. Berbagai indikator makroekonomi domestik mengalami penyesuaian dalam beberapa pekan terakhir. Ekonomi Indonesia sedang menuju keseimbangan barunya. Di sisi inflasi, melambatnya perekonomian dunia tentu menurunkan tekanan inflasi yang berasal dari harga barang internasional. Secara umum, tekanan inflasi di dalam negeri mereda. Meski demikian, Bank Indonesia masih mencermati beberapa risiko tekanan inflasi ke depan yang perlu terus diwaspadai. Menghadapi kondisi tersebut, Bank Indonesia memandang penting untuk menjaga kebijakan moneter yang tepat untuk dapat mencapai keseimbangan antara pencapaian sasaran inflasi dengan kestabilan ekonomi dalam jangka menengah panjang. Berbagai indikator perekonomian menunjukkan bahwa krisis perekonomian global telah mengalir dan menyebar pada kinerja perekonomian dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mengalami perlambatan. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh melambat, sama halnya dengan investasi yang diperkirakan melemah akibat menurunnya permintaan eksternal dan meningkatnya faktor risiko ketidakpastian perekonomian dunia. Pertumbuhan ekspor diperkirakan juga akan melambat sedangkan pertumbuhan impor diperkirakan akan tertahan. Di sisi penawaran, beberapa sektor utama penopang pertumbuhan yakni sektor pertanian dan industri diperkirakan tumbuh lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Namun, beberapa sektor seperti sektor pengangkutan dan telekomunikasi, serta sektor listrik, diperkirakan masih akan tumbuh tinggi. Di tengah berbagai perkembangan tersebut, inflasi tetap menjadi perhatian utama Bank Indonesia. Berbagai kebijakan Bank Indonesia diarahkan untuk mengurangi tekanan inflasi dalam jangka menengah panjang. Inflasi bulan Oktober 2008 tercatat sebesar 11,77% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya. Penurunan laju inflasi tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya inflasi pada kelompok volatile food dan sumbangan deflasi dari kelompok administered price. Sementara itu, dari sisi fundamental, melambatnya permintaan domestik serta berkurangnya 3

6 tekanan dari imported inflation menyebabkan tekanan pada inflasi inti cenderung menurun. Meski demikian, Bank Indonesia masih mencermati tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan serta pertumbuhan kredit perbankan yang masih tinggi. Dengan memperhitungkan berbagai hal yang mengurangi tekanan inflasi dan faktor risiko tersebut. Bank Indonesia masih memperkirakan inflasi IHK pada akhir tahun 2008 akan berada dalam kisaran 11,5% - 12,5%. Nilai tukar rupiah selama Oktober 2008 mengalami depresiasi. Sentimen global telah mendorong terjadinya perilaku menghindari risiko (risk aversion) oleh para investor asing. Secara alamiah, terjadinya krisis global menyebabkan para investor memindahkan portfolionya keluar dari Indonesia. Hal ini memicu terjadinya capital outflow, Meski kondisi fundamental Indonesia masih kondusif, perilaku tersebut menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah. Indonesia tidak sendiri dalam hal ini. Pelemahan nilai tular terjadi pada mata uang di kawasan regional, dengan penyebab yang sama, yaitu imbas dari sentimen global. Secara rata-rata, selama bulan Oktober 2008, Rupiah melemah 6,5% atau mencapai level Rp per USD. Di pasar saham, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia juga mengalami penurunan yang cukup signifikan sebagai imbas krisis keuangan global. Namun, untuk keseluruhan bulan investor masih mencatat net beli di pasar saham. Menghadapi prahara krisis global tersebut, kondisi perbankan Indonesia secara umum masih solid. Indikator-indikator utama perbankan menunjukkan ketahanan yang tetap baik dalam menghadapi gejolak pasar keuangan dunia. Kondisi likuiditas perbankan, yang sempat ketat di awalawal krisis, kini mulai longgar kembali. Berbagai kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah dan Bank Indonesia, seperti pelonggaran GWM. telah memberikan kontribusi pada kelonggaran likuiditas perbankan di pasar keuangan. Hal ini memberi keleluasaan bagi perbankan dalam menjalankan usahanya. Dengan berbagai perkembangan tersebut, dalam keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) tanggal 6 November 2008, Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada tingkat 9,5%. Selain menggunakan BI Rate, Bank Indonesia juga tetap mengoptimalkan penggunaan seluruh instrumen kebijakan moneter yang tersedia, seperti pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (OPT) dan menjaga stabilitas di pasar uang dan valas. Transmisi kebijakan moneter akan bekerja melalui pergerakan suku bunga yang dikaitkan dengan 4

7 suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sebagai sasaran operasional kebijakan moneter. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai timbulnya beberapa risiko global yang dapat mempengaruhi tekanan infasi dan kestabilan makeroekonomi. Untuk itu Bank Indonesia akan terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah dalam mencermati perkembangan dan prospek perekonomian global, regional dan domestik untuk mengamankan stabilitas ekonomi jangka menengah. II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Meningkatnya intensitas krisis di pasar keuangan global mewarnai perkembangan makroekonomi selama Oktober Imbas krisis global mendorong penurunan kinerja pasar keuangan regional termasuk Indonesia. Meskipun demikian, tekanan terhadap inflasi mulai mereda seiring dengan perlambatan ekonomi dunia dan penurunan harga komoditas internasional. Secara bulanan, laju inflasi pada Oktober 2008 mencapai 11,77% (yoy). Penurunan laju inflasi terutama bersumber dari penurunan inflasi volatile foods sejalan dengan penurunan harga komoditas internasional dan deflasi kelompok administered prices sehubungan dengan penyesuaian harga bahan bakar minyak jenis Pertamax dan Pertamax Plus. Meski menurun, beberapa tekanan inflasi ke depan tetap perlu diwaspadai terutama yang berasal dari sisi permintaan, masih tingginya pertumbuhan kredit, dan pelemahan nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah pada Oktober 2008 mengalami pelemahan dibanding bulan sebelumnya disebabkan oleh pengaruh faktor global. Dari sisi moneter, kenaikan BI Rate ditransmisikan ke jalur suku bunga yaitu suku bunga simpanan bank umum dan suku bunga kredit. Hal tersebut diikuti dengan penyaluran kredit dan pengumpulan dana yang meningkat. Di pasar keuangan, kinerja pasar saham mengalami penurunan yang cukup signifikan akibat memburuknya kondisi pasar keuangan global. Namun, penurunan saham lebih lanjut dapat ditahan dengan berbagai kebijakan BEI. Sementara itu, pelemahan juga terjadi kondisi serupa terjadi di pasar SUN, kinerja SUN mengalami tekanan yang tercermin pada peningkatan yield untuk hampir seluruh tenor. 5

8 I n f l a s i Penurunan harga komoditas internasional dan penurunan permintaan paska lebaran menahan laju inflasi pada Oktober Secara bulanan, laju inflasi pada Oktober 2008 menurun menjadi 0,45% dari 0,97% di bulan sebelumnya. Sedangkan secara tahunan, tekanan inflasi Oktober 2008 mencapai 11,77% menurun dibanding September 2008 sebesar 12,14%. Dengan perkembangan tersebut, inflasi hingga Oktober 2008 telah mencapai 10,96%, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (5,24%) (Grafik 2.1) Dilihat dari sumbangannya, inflasi IHK terutama bersumber dari kelompok Bahan Makanan (0,15%) dan kelompok Makanan Jadi. Minuman dan Tembakau (0,13%) (Grafik 2.2). Pada kelompok Bahan Makanan, komoditas yang dominan menyumbang inflasi antara lain ikan segar, Inflasi pada komoditas ikan segar mencatat peningkatan mencapai 3,48% akibat berkurangnya pasokan. Komoditas lain adalah daging ayam ras dan sapi yang masing-masing mencapai 0,04% dan 0,02% terkait terbatasnya pasokan akibat masih tingginya harga pakan ternak. Pada kelompok Makanan Jadi. Minuman dan Tembakau, masih tingginya harga tepung terigu menyebabkan beberapa komoditas makanan jadi antara lain mie masih memberikan sumbangan inflasi. Komoditas lain di luar kelompok tersebut yang masih memberikan sumbangan adalah komoditas bahan bakar terkait dampak konversi minyak tanah yang masih terus berlanjut. Menurunnya inflasi IHK pada Oktober 2008 terutama didorong oleh faktor nonfundamental, sementara faktor fundamental relatif stabil. Berdasarkan pendekatan sub kelompok yang dilakukan oleh Bank Indonesia, secara bulanan dan tahunan inflasi kelompok inti diperkirakan relatif stabil. Sementara inflasi volatile food dan administered relatif menurun. Penurunan inflasi volatile food terutama disebabkan oleh penurunan harga minyak goreng terkait penurunan harga CPO internasional. Selain itu, deflasi harga bumbu-bumbuan akibat meningkatnya pasokan turut memberikan kontribusi pada penurunan inflasi volatile food. Sementara itu, harga daging-dagingan masih menunjukkan peningkatan terkait terbatasnya pasokan akibat masih tingginya harga pakan ternak. Komoditas lain yang menunjukkan peningkatan adalah komoditas ikan segar. Peningkatan harga pada komoditas tersebut cukup signifikan akibat berkurangnya pasokan terkait faktor cuaca. Sementara itu, harga beras relatif stabil yang didukung oleh Grafik 2.1 IHK Grafik 2.2 Inflasi dan Sumbangan Inflasi per Kelompok (November m-t-m) 6

9 Grafik 2.3 Nilai Tukar vs Inflasi Barang Impor dan Core Traded Grafik 2.4 Ekspektasi Harga Konsumen Grafik 2.5 Ekspektasi Harga Pedagang produksi beras nasional dan pengadaan beras Bulog yang relatif baik. Stok beras per 28 Oktober 2008 sebesar juta ton yang merupakan stok tertinggi sejak tahun Sejalan dengan tidak adanya penerapan kebijakan administered prices strategis, inflasi administered prices pada Oktober 2008 relatif menurun dibanding bulan sebelumnya. Tekanan inflasi administered terutama terkait dengan masih meningkatnya harga rokok (sumbangan 0,03%) 1 dan kenaikan harga minyak tanah. Kenaikan harga minyak tanah antara lain disebabkan pencabutan subsidi minyak tanah per 15 Oktober 2008 di kota Semarang, yang menyebabkan harga minyak tanah melonjak dari Rp ,-/liter menjadi Rp ,-/liter (62%). Disisi lain, penurunan harga Pertamax dan Pertamax plus mengakibatkan inflasi komoditas bensin memberikan sumbangan deflasi di kelompok administered sebesar 0,01%. Sementara itu, tekanan dari faktor eksternal terus menurun sejalan dengan penurunan harga komoditas internasional. Namun di sisi lain, tekanan inflasi dapat muncul dari depresiasi nilai tukar yang cukup kuat, Dengan perkembangan tersebut, laju inflasi inti relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya. Relatif stabilnya inflasi inti terkait dengan penurunan tekanan imported inflation (Grafik 2.3) yang diimbangi oleh peningkatan harga beberapa komoditas terkait depresiasi nilai tukar. Penurunan imported inflation tersebut tercermin dari penurunan harga komoditas yang terkait dengan komoditas internasional seperti gandum dan kedelai. Sementara itu, dampak depresiasi nilai tukar yang minimal tercermin dari kenaikan harga obat-obatan yang relatif rendah sebesar 0,82%. Di sisi lain, ekspektasi inflasi cenderung menurun (Grafik 2.4 & 2.5) dan tekanan dari kesenjangan output diperkirakan berkurang sejalan dengan menurunnya permintaan. Sementara itu, dilihat dari komponen barangnya, emas perhiasan merupakan komoditas yang masih memberikan sumbangan terhadap inflasi, yaitu sebesar 0,05%. Nilai Tukar Rupiah Selama Oktober 2008, rupiah mengalami pelemahan akibat perilaku menghindari risiko (risk aversion) investor asing. Imbal hasil rupiah yang 1 Masih berlanjutnya kenaikan harga rokok diperkirakan terkait dengan rencana pungutan pajak rokok sebesar 25% yang akan dilakukan PEMDA (Kompas. 18 September 2008) 7

10 masih tinggi tidak mampu mencegah aliran dana asing keluar terutama dari SBI dan SUN. Secara rata-rata, rupiah melemah 6,5% dari Rp9.351/ USD menjadi Rp9.998/USD (Grafik 2.6). Sementara itu, pada akhir periode laporan, rupiah ditutup pada level Rp10.975/USD, melemah 14,5% dari level Rp9.385 di akhir September. Berkembangnya sentimen negatif yang bersumber dari faktor eksternal juga menyebabkan tingkat volatilitas rupiah meningkat dari 1,4% menjadi 3,15% (Grafik 2.7). Meningkatnya faktor risiko terutama yang bersumber dari eksternal berdampak signifikan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah (Grafik 2.8). Terjadinya outflow dana asing yang diakibatkan oleh perilaku flight to quality mengakibatkan pelemahan Rupiah cukup signifikan (Grafik 2.9). Meskipun imbal hasil investasi rupiah masih tinggi, tingginya faktor risiko tidak sanggup menahan aliran modal keluar. Meski demikian, capital outflow juga terjadi pada beberapa negara regional. Indikator risiko untuk kawasan Emerging Market menurun seperti tercermin pada peningkatan tajam indikator EMBIG (Emerging Market Bond Index Global) Spread yang merupakan spread antara yield UST-Notes dan komposit dari yield negaranegara emerging market. Investor menilai prospek penempatan dana di aset emerging market menurun seiring meluasnya dampak resesi dan kesulitan likuiditas global. Hal ini memicu investor mengalihkan dananya ke aset yang lebih aman. Kebijakan Moneter Grafik 2.6 Rata-rata Nilai Tukar Rupiah Grafik 2.7 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Strategi Kebijakan Di bulan Oktober 2008, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 9,5%. Keputusan tersebut diambil setelah mencermati dan mempertimbangkan dengan seksama perkembangan keuangan dan ekonomi global terakhir serta kemungkinan dampaknya terhadap perekonomian nasional. Bank Indonesia juga mencermati secara mendalam prospek perkembangan permintaan domestik, neraca pembayaran dan resiliensi sektor keuangan dalam negeri dalam konteks perubahan lingkungan global. Selain itu, dalam upaya mengendalikan inflasi. Bank Indonesia tetap melakukan optimalisasi penggunaan seluruh instrumen kebijakan moneter yang tersedia. Kebijakan stabilisasi rupiah diarahkan pada upaya menghindari gejolak nilai tukar yang terlalu tajam. Grafik 2.8 Pergerakan Mata Uang Dunia dan Regional 8

11 Grafik 2.9 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar pada November 2008 Beberapa kebijakan lain yang diambil oleh Bank Indonesia dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan adalah memperkenankan Bank untuk memindahkan portfolio SUN dari kategori Diperdagangkan dan Tersedia utk Dijual ke kategori Dimiliki Hingga Jatuh Tempo sampai dgn PSAK No.55 diberlakukan (1 Januari 2009) yang juga berlaku untuk Efek bersifat utang domestik lainnya yang bersifat jangka panjang, perpanjangan tenor FX Swap dari 7 hari menjadi 1 bulan, penyediaan pasokan valuta asing bagi perusahaan domestik melalui perbankan, penurunan rasio GWM valuta asing dari 3% menjadi 1%, pencabutan ketentuan mengenai batasan posisi saldo harian pinjaman luar negeri jangka pendek dengan meniadakan batasan posisi saldo harian pinjaman luar negeri jangka pendek, serta penyederhanaan hitungan GWM rupiah menjadi 7,5% dari DPK. Ke depan, Bank Indonesia akan terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah untuk mencermati perkembangan yang terjadi dan mengambil langkah yang diperlukan untuk menjaga ketahanan dan kestabilan sistem keuangan Indonesia agar senantiasa dapat terpelihara dengan baik. Grafik 2.10 Yield Spread Government Bond RI dan AS Grafik 2.11 Premi Swap Berbagai Tenor Suku Bunga Suku bunga PUAB O/N bergerak stabil disekitar BI Rate. Pada Oktober 2008, suku bunga PUAB O/N cenderung bergerak bias ke atas, mencerminkan kuatnya permintaan likuiditas di pasar uang. Namun, kondisi tersebut -berangsur pulih seiring dengan intensifnya operasi moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia serta mulai terasanya dampak penurunan GWM Rupiah sejak pertengahan pekan ke-empat Oktober Sementara itu, suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih panjang tetap meningkat. Hal tersebut mengindikasikan terdapatnya kebutuhan likuiditas sekaligus mencerminkan masih cukup tingginya persepsi risiko. Persepsi keketatan likuiditas di pasar uang di tengah berlanjutnya akselerasi pertumbuhan kredit memacu naiknya suku bunga deposito. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pendanaannya, perbankan terindikasi menaikkan suku bunga deposito di atas suku bunga penjaminan, khususnya bagi nasabah prima. Kenaikan suku bunga deposito tersebut bahkan lebih besar dibandingkan dengan kenaikan BI Rate pada periode yang sama. Dalam perkembangannya, hal tersebut belum kunjung mereda pasca diberlakukannya pelonggaran GWM. Suku 9

12 bunga deposito tertinggi untuk tenor 1-24 bulan tercatat mencapai 13,25% 14,31%. Sementara itu, kenaikan BI Rate ditransmisikan ke suku bunga kredit dengan magnitude yang semakin besar. Pada September 2008, rata-rata tertimbang suku bunga kredit modal kerja (KMK) meningkat drastis sebesar 51bps, yang terutama disumbang oleh kelompok Bank Asing dan Campuran. Sementara itu, rata-rata suku bunga kredit investasi (KI) yang sebelumnya turun, pada September 2008 turut naik signifikan mencapai 46bps, yang terutama dikontribusi oleh kenaikan suku bunga kredit investasi pada kelompok Bank Asing dan Campuran dan Bank Umum Swasta Nasional. Grafik 2.12 Perbandingan Yield Spread Beberapa Negara Tabel 2.1 Perkembangan Berbagai Suku Bunga Suku Bunga (%) 2008 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt BI Rate Penjaminan Deposito Dep 1 bulan (Weighted Average) n.a Dep 1 bulan (Counter Rate) Base Lending Rate Kredit Modal Kerja (KMK) n.a Kredit Investasi (KI) n.a Kredit Konsumsi (KK) n.a Dana, Kredit, dan Uang Beredar Naiknya BI Rate pada bulan Oktober 2008 direspon dengan meningkatnya pertumbuhan dana. Pada September 2008, DPK tumbuh sebesar 14,3%, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 9,7%. Kenaikan tersebut dikontribusi oleh hampir seluruh komponen. Deposito kembali tumbuh meningkat sejalan dengan semakin tingginya suku bunga deposito. Kenaikan pertumbuhan tersebut terjadi hampir pada seluruh tenor, khususnya 3 dan 6 bulan. Penyumbang utama dari naiknya pertumbuhan deposito adalah kelompok perorangan dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS). Sedangkan perlambatan pada komponen tabungan terjadi pada kelompok BUMS yang diindikasi terkait dengan pengalihan ke deposito seiring dengan semakin menariknya suku bunga. Grafik 2.13 Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan 10

13 Grafik 2.14 Perkembangan Dana vs BI Rate Grafik 2.15 Perkembangan Dana vs Kredit Grafik 2.16 Pertumbuhan Riil M1 dan M2 Sebaliknya, kenaikan BI Rate justru diikuti dengan pertumbuhan kredit. Efek tunda kebijakan moneter masih berlangsung di pasar kredit, sebagaimana tampak pada pertumbuhan tahunan kredit pada September 2008 yang mencapai sebesar 34,6%, naik dari bulan sebelumnya sebesar 32,5%. Berdasarkan penggunaannya, kenaikan pertumbuhan tahunan kredit pada bulan laporan masih terjadi pada kredit modal kerja (KMK), diikuti kredit konsumsi (KK) dan investasi (KI). Dari sisi debitur, kenaikan pertumbuhan kredit antara lain dinikmati oleh kelompok perusahaan pembiayaan, asuransi, BPR, dan perorangan. Likuiditas perekonomian tumbuh akseleratif dan secara nominal mulai lebih tinggi dari historis. Pada bulan September M1 dan M2 tumbuh masing-masing 19,6% dan 16,9%, meningkat dari bulan sebelumnya yang tumbuh masing-masing sebesar 12,5% dan 12,6%. Dengan perkembangan tersebut secara riil 2 pertumbuhan M1 dan M2 menjadi masing-masing sebesar 7,4% dan 4,7% meningkat tajam dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,7% dan 0,8%. Hal tersebut mengindikasikan adanya peningkatan aktivitas perekonomian (Grafik II.16). Sementara itu, pengganda uang M2 melambat sejalan dengan tingginya kebutuhan uang kartal. Pada September 2008, pengganda uang (money multiplier) M2 masih bergerak turun disumbang oleh masih kuatnya akselerasi permintaan uang kartal musiman menjelang hari raya Iedul Fitri dan libur bersama (Grafik 2.17). Hal tersebut terkait dengan berlanjutnya kegiatan perekonomian yang memerlukan ketersediaan uang kartal untuk kepentingan transaksi. Pasar Modal Berlanjutnya tekanan di pasar keuangan global terus menekan kinerja IHSG. Pecahnya bubble pasar keuangan global dan meningkatnya risiko kredit memicu terjadinya keketatan likuiditas di pasar-pasar keuangan. Selain itu ekspektasi mulai membaiknya kondisi perekonomian AS memicu pembalikan modal yang selama ini ditempatkan di berbagai belahan dunia kembali ke AS, sehingga memicu penguatan secara signifikan USD terhadap seluruh mata uang dunia. Perkembangan dan pembalikan modal ini mengakibatkan IHSG terkoreksi tajam hingga mencapai posisi 1111,39. Searah dengan kondisi tersebut, kapitalisasi pasar juga mengalami penurunan secara signifikan sebesar Rp453 2 Dihitung terhadap inflasi aktual. 11

14 triliun menjadi Rp1000,7 triliun pada akhir Oktober Kondisi IHSG kembali positif dan rebound setelah situasi global relatif membaik pasca diturunkannya kembali Fed Fund Rate sebesar 50 bps menjadi sebesar 1%. Mulai membaiknya IHSG juga didukung oleh berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mengantisipasi krisis lebih lanjut serta membaiknya perkembangan harga-harga secara umum di pasar domestik. Dengan perkembangan tersebut IHSG ditutup menguat pada posisi 1256,7 atau melemah 31,4% (mtm) pada Oktober 2008 (Grafik 2.18). Kejatuhan IHSG lebih dalam tertahan oleh faktor kebijakan. Berbagai upaya dan kebijakan yang dilakukan otoritas bursa diantaranya berupa larangan transaksi shortselling, suspensi perdagangan, dan autorejection batas bawah dapat menahan kejatuhan IHSG. Pelarangan short selling selama Oktober 2008 bertujuan untuk mengurangi spekulasi jual perdagangan ditengah momentum penurunan harga. Sementara itu. suspensi perdagangan yang dilakukan dari 8 sampai dengan 13 Oktober 2008 merupakan upaya untuk memberikan waktu kepada investor agar dapat berpikir rasional ditengah gejolak pasar keuangan. Bersamaan dengan itu. BEI juga memperpanjang suspensi beberapa emiten yang berpotensi menekan kinerja IHSG secara keseluruhan. Seiring dengan kembali dibukanya bursa. BEI menerapkan auto rejection batas bawah sebesar 10% untuk membatasi kejatuhan IHSG yang lebih dalam. Dalam perkembangan selanjutnya. BEI menerapkan asymetric auto rejection (batas atas 20% dan batas bawah 10%). Di samping berbagai kebijakan tersebut. Pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai kemudahan dalam melakukan buyback dan sekaligus menghimbau perusahaan BUMN untuk melakukan buyback sahamnya. Grafik 2.17 Perkembangan Angka Pengganda Uang Meskipun mencatat net jual yang cukup tinggi hingga pertengahan 3 bulan laporan, secara keseluruhan pelaku asing justru mencatat net beli selama Oktober 2008 (Grafik 2.19). Pelaku asing tercatat membukukan net beli sebesar Rp4,3 triliun selama Oktober Searah dengan kondisi tersebut proporsi kepemilikan asing berdasarkan data KSEI pada Oktober 2008 kembali naik menjadi sebesar 64,13% dari posisi September 2008 sebesar 62,27%. Walaupun terjadi aksi beli yang terutama dilakukan oleh investor asing namun masih terjadi penurunan confidence pelaku pasar yang ditandai dengan rendahnya nilai 3 Sampai dengan 30 Oktober 2008 tercatat net jual asing sebesar Rp71 Miliar. namun sampai dengan 31 Oktober 2008 tercatat net beli asing sebesar Rp4.14 Triliun. Grafik 2.18 IHSG dan BI Rate 12

15 Grafik 2.19 Net Beli Asing Saham perdagangan pasar dari rata-rata kondisi normal Rp4-5 triliun menjadi Rp2,7 triliun per hari. Sementara itu, faktor global semakin kuat memberi tekanan di pasar SUN dirasakan semakin kuat. Di tengah kondisi fundamental SUN yang cukup baik seperti tercermin pada ekspektasi inflasi yang mulai menurun dan kondisi fiskal yang terjaga, gejolak pasar keuangan global menyebabkan yield SUN untuk seluruh tenor terus naik. Bahkan, tidak berimbangnya tekanan jual dan beli menyebabkan harga SUN pada beberapa seri tidak terbentuk. Yield SUN untuk seluruh tenor secara ratarata mencapai 17,14% (end of period), naik sebesar 432bps dari posisi akhir September 2008 (Grafik 2.20). Dengan demikian, kenaikan spread high-low yield untuk periode 2008 mencapai 12,23%. Grafik 2.20 Pergerakan Yield SUN Grafik 2.21 Aktivitas Beli-Jual SUN Agustus 2008 Selain sebagai dampak dari kenaikan risiko eksternal dan melemahnya nilai tukar, penurunan kinerja SUN juga sejalan dengan kenaikan risiko emerging market. Kenaikan risiko emerging market tercermin dari berbagai indikator yang terdapat dalam Global Stability Financial Report (GSFR) IMF Oktober Searah dengan kondisi tersebut. EMBIG Indonesia mengalami kenaikan signifikan. Kondisi tersebut pada akhirnya menyebabkan confidence pelaku pasar menjadi terganggu dan tercermin dalam tipisnya volume dan frekuensi perdagangan. Nilai total perdagangan SUN pada Oktober 2008 tercatat sebesar Rp89 triliun atau turun Rp45 triliun dari posisi September Sementara itu, frekuensi rata-rata perdagangan SUN hanya sebesar 213 pada Oktober atau turun dari posisi 238 pada September Dari sisi kepemilikan, pelaku asing membukukan net jual sebesar Rp12,7 triliun. Penurunan kepemilikan asing tersebut khususnya terjadi pada SUN jangka pendek dan panjang sedangkan untuk jangka menengah relatif stabil. Di pasar reksadana, NAB masih bergerak turun searah dengan kinerja di sisi underlying-nya. Searah dengan gejolak pasar keuangan, reksadana berbasis SUN dan saham diperkirakan mengalami tekanan yang cukup besar. Beberapa analis memperkirakan NAB turun dari Rp86,1 triliun pada akhir September 2008 menjadi sekitar Rp75,0 triliun pada Oktober Dalam rangka mengurangi tekanan di pasar reksadana. Pemerintah akan memperkenalkan reksadana terproteksi dengan skema baru yang portofolionya berupa efek jangka panjang dan diperlakukan secara Hold To Maturity. 13

16 Kondisi Perbankan Kinerja sektor perbankan masih tetap baik. Indikator-indikator utama seperti CAR. NPL dan PDN perbankan menunjukkan ketahanan dalam menghadapi gejolak pasar. Net Interest Income (NII) pada September 2008 tercatat stabil dari bulan sebelumnya sebesar Rp9,3 triliun. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan-NPL) sama dengan bulan sebelumnya sebesar 3,9% (gross) dan 1,4% (net). Dari sisi modal, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio-CAR) meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 16,5%. Sedangkan Return On Asset (ROA) relatif stabil dari bulan sebelumnya, masing-masing sebesar 2,6%. Di sisi lain, kondisi likuiditas perbankan yang mulai longgar telah memberi keleluasaan bagi perbankan dalam menjalankan usahanya. Pertumbuhan kredit masih relatif stabil mencapai 34,6% dengan risiko kredit yang tetap terjaga. Meskipun demikian, ke depan risiko kredit masih perlu diwaspadai. Grafik 2.22 Perkembangan Volume dan Frekuensi Transaksi SUN Indikator Utama Tabel 2.2 Kondisi Umum Perbankan Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Total Aset (T Rp) DPK (T Rp) Kredit (T Rp) LDR (%) NPLs Gross (%) NPLs Net (%) CAR (%) NIM (%)

17 III. Respon Kebijakan Moneter Setelah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap arah perkembangan laju inflasi serta perkembangan ekonomi dan keuangan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 6 November 2008 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada tingkat 9,5%. Dalam menghadapi gejolak keuangan global yang berlanjut dan perlambatan ekonomi dunia yang makin nyata. Bank Indonesia memandang penting untuk menjaga kebijakan moneter yang tepat untuk dapat mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dengan upaya menjaga stabilitas moneter. Meskipun tekanan inflasi di dalam negeri mulai mereda, namun laju inflasi masih terbilang cukup tinggi mencapai 11,77% (yoy). Dengan memperhitungkan beberapa faktor risiko serta tekanan inflasi yang masih akan timbul hingga akhir tahun. Bank Indonesia memprakirakan inflasi IHK pada akhir tahun 2008 akan berada pada kisaran 11,5%-12,5% (yoy) dan pada 2009 akan turun pada kisaran 6,5%-7,5%. Sementara itu, dari sisi nilai tukar. Bank Indonesia senantiasa melakukan kebijakan stabilisasi rupiah yang diarahkan pada upaya menghindari gejolak nilai tukar yang terlalu tajam. Bank Indonesia tetap akan mengoptimalkan penggunaan seluruh instrumen kebijakan moneter yang tersedia, sembari terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah dalam mencermati perkembangan dan prospek perekonomian global, regional dan domestik untuk mengamankan stabilitas ekonomi jangka menengah. 15

18 Indikator Terkini SEKTOR KEUANGAN SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 1 bln 1) Suku bunga SBI 3 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2) IHSG Indeks 3) BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt 8,25 8,25 8,25 8,00 8,00 7,93 7,96 7,99 8,31 8,73 9,23 9,28 9,71 10,98 7,83 7,83 7,83 7,83 7,83 8,01 8,04 8,04 8,44 9,20 9,75 9,74 9,91 11,16 7,13 7,16 7,18 7,19 7,07 6,95 6,88 6,86 6,98 7,19 7,51 8,04 9,26-7,44 7,41 7,40 7,42 7,40 7,36 7,26 7,23 7,34 7,49 7,82 8,40 9,45-6,56 5,95 6,95 5,77 6,57 7,57 7,99 7,87 8,05 8,46 8,97 9,29 9,69 10, H A R G A Inflasi bulanan (%. mtm) Inflasi tahunan (%. yoy) 0,80 0,79 0,18 1,10 1,77 0,65 0,95 0,57 1,41 2,46 1,37 0,51 0,97 0,45 6,95 6,88 6,71 6,59 7,36 7,40 8,17 8,96 10,38 11,03 11,90 11,85 12,14 11,77 SEKTOR EKSTERNAL Rp/USD (akhir periode. nilai tengah) Ekspor Barang Non migas (f.o.b. juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f. juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD) INDIKATOR KUARTALAN Pertumbuhan PDB (%. yoy) Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor ,30 48,90 48,84 50,98 49,06 48,93 50,27 50,21 48,98 50,22 51,53 52,17 57,11 50, * 2008 Tw.IV Total Tw.I Tw.II Tw.III 6,25 6,32 6,32 6,44 6,11 5,11 4,90 5,47 5,53 6,67 12,07 9,16 15,61 13,05 11,99 65,77-96,86 169,20 169,38-34,98 7,27 8,02 15,46 15,93 14,33 13,60 8,89 17,77 16,73 11,92 * angka sementara * angka BPS berdasarkan tahun dasar ) minggu terakhir 2) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia. kecuali data pasar modal (BAPEPAM). IHK. ekspor/impor dan PDB dari BPS 16

Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008

Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ekonomi, Moneter dan Keuangan

Ekonomi, Moneter dan Keuangan Ekonomi, Moneter dan Keuangan T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 0 I. TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2014 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t er 1 T i n j a u a n K e b i j a k

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Kondisi moneter selama triwulan IV-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER November 2013 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 3 T i n j a

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Selama triwulan I-27, kondisi moneter menunjukkan tren yang semakin membaik. Perkembangan yang membaik tersebut

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 26 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 Selama triwulan III-26, kondisi moneter menunjukkan ukkan perkembangan yang semakin membaik. Perkembangan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Mei 213 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 Indeks 17 1 13 1 9 7 Kadin-Roy Morgan AC Nielsen BI BPS Danareksa

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter

Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 Kondisi moneter pada triwulan II-2006 masih menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. Hal ini tercermin dari nilai tukar yang masih menguat, inflasi

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-27 Kondisi selama triwulan IV-27 menunjukkan perkembangan makroekonomi yang semakin baik dengan stabilitas yang

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2005

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2005

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2005 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2 Laju inflasi IHK pada triwulan IV-2 mengalami peningkatan yang tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2005

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2005 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2005 Laju inflasi IHK pada triwulan III-2005 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama berasal dari kenaikan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Juni 2005

Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Juni 2005 Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Juni IKHTISAR Pertumbuhan ekonomi masih positif. Bulan Juni mencatat inflasi. Nilai tukar rupiah melemah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor sering kali dibingungkan apabila ingin melakukan investasi atas dana yang dimilikinya ketika tingkat bunga mengalami penurunan. Sementara itu, kebutuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Ekonomi Global 2011 Tahun 2011 merupakan tahun dengan berbagai catatan keberhasilan, namun juga penuh dinamika dan sarat

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan

Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan Inflasi Akhir semester I 2009 Inflasi sebesar 0,11% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,10 terjadi pada penghujung Jun. Inflasi

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

Ikhtisar. Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan.

Ikhtisar. Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan. Ikhtisar Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan. Pada Maret, laju inflasi masih relatif terkendali......, nilai tukar yang relatif stabil... Perkembangan perekonomian selama

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

Ikhtisar. Kestabilan ekonomi relatif terjaga.

Ikhtisar. Kestabilan ekonomi relatif terjaga. Ikhtisar Kestabilan ekonomi relatif terjaga. Pada April, laju inflasi masih relatif terkendali......, sementara itu nilai tukar sedikit tertekan namun masih terkendali. Perkembangan berbagai indikator

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 Tinjauan Kebijakan Moneter September 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG)

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

Ikhtisar. Kondisi eksternal masih kondusif dan permintaan domestik masih tinggi.

Ikhtisar. Kondisi eksternal masih kondusif dan permintaan domestik masih tinggi. Ikhtisar Kondisi eksternal masih kondusif dan permintaan domestik masih tinggi. Inflasi menunjukkan peningkatan. Nilai tukar rupiah stabil. Suku bunga instrumen moneter masih stabil. Perkembangan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Juli Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) kembali melambat. Posisi M2 pada akhir Juli tercatat sebesar Rp4.383,0 T, atau

Lebih terperinci

Ikhtisar. Perekonomian tahun 2003 relatif stabil dan membaik. Inflasi Desember 2003 menurun dibanding November...

Ikhtisar. Perekonomian tahun 2003 relatif stabil dan membaik. Inflasi Desember 2003 menurun dibanding November... Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Desember Ikhtisar Perekonomian tahun relatif stabil dan membaik. Inflasi Desember menurun dibanding November......diikuti dengan kurs yang masih stabil...

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM. Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia

TINJAUAN UMUM. Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia Tinjauan Umum 485 TINJAUAN UMUM Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia Selama triwulan I-2005, kinerja perekonomian Indonesia masih menunjukkan perkembangan yang membaik. Kestabilan makroekonomi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 Tim Penulis Laporan triwulan I-2003, Bank Indonesia Kondisi moneter selama triwulan I-2003 tetap stabil dan terkendali meskipun belum

Lebih terperinci