Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id"

Transkripsi

1 Juni 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id

2 TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Juni 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,50% dan 5,75%. Kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014 dan 4±1% pada 2015, serta menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Bank Indonesia menilai proses penyesuaian ekonomi berjalan cukup baik, meskipun terdapat sejumlah risiko yang perlu diwaspadai, dan menempuh langkah-langkah antisipatif guna memastikan sasaran inflasi dapat dicapai dan kinerja transaksi berjalan terus membaik. Untuk itu, Bank Indonesia akan senantiasa memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta kebijakan untuk memperkuat struktur perekonomian domestik dan pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN), khususnya ULN korporasi. Selain itu, Bank Indonesia juga akan meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan. Perekonomian global terus membaik, meskipun dengan kecepatan yang moderat. Perbaikan ekonomi dunia terutama didorong oleh pulihnya ekonomi negara maju, sejalan dengan stimulus moneter yang berkelanjutan. Hal itu tercermin pada indikator penjualan dan kinerja manufaktur di Eropa dan AS yang terus membaik. Perbaikan ekonomi AS dan Eropa tersebut diperkirakan akan mendorong peningkatan volume perdagangan dunia. Sejalan dengan hal tersebut, harga komoditas mulai menunjukkan perbaikan. Ke depan, terdapat sejumlah risiko perekonomian global yang perlu untuk terus diwaspadai, antara lain, perlambatan ekonomi Tiongkok dan normalisasi kebijakan the Fed. Moderasi perekonomian domestik masih terus berlangsung. Konsumsi rumah tangga diperkirakan melambat, meskipun masih tumbuh cukup kuat (resilience). Hal ini didukung oleh perbaikan pendapatan dan penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden Ke depan, investasi juga diprakirakan melambat, didorong oleh melambatnya investasi bangunan sebagai dampak kebijakan stabilisasi perekonomian. Sementara itu, investasi nonbangunan cenderung mengalami peningkatan, tercermin dari meningkatnya pertumbuhan impor barang modal dan penjualan alat berat. Kinerja sektor eksternal diprakirakan masih melemah, terkait dengan melambatnya ekspor batubara dan ekspor mineral sejalan dampak temporer implementasi UU Minerba. Namun, ekspor manufaktur diperkirakan akan terus membaik seiring dengan pemulihan ekonomi global. Sejalan dengan kinerja sektor eksternal, neraca perdagangan mengalami defisit sesuai dengan pola musimannya, sementara neraca finansial membaik. Neraca perdagangan Indonesia pada April 2014 mengalami defisit sebesar 1,96 miliar dolar AS. Defisit tersebut sesuai dengan pola musimannya, antara lain terkait dengan meningkatnya permintaan menjelang bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Impor nonmigas mencatat peningkatan, didorong oleh kenaikan impor barang utama seperti mesin dan peralatan mekanik serta mesin dan peralatan listrik. Sementara itu, ekspor nonmigas berbasis sumber daya alam, seperti batubara dan minyak nabati, mencatat pertumbuhan negatif, seiring dengan melemahnya permintaan dari Tiongkok dan India. Di sisi lain, ekspor manufaktur 1

3 masih mengalami peningkatan. Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan neraca perdagangan akan kembali membaik, didorong oleh aktivitas ekspor manufaktur sejalan dengan perbaikan ekonomi global serta terkendalinya impor sejalan dengan moderasi permintaan domestik. Sementara itu, dari neraca finansial, aliran masuk modal asing diperkirakan terus membaik dipengaruhi prospek ekonomi domestik yang semakin sehat. Hingga Mei 2014, aliran masuk portfolio asing ke pasar keuangan Indonesia telah mencapai 11,04 miliar dolar AS. Dengan perkembangan tersebut, pada akhir Mei 2014, cadangan devisa Indonesia meningkat menjadi 107,0 miliar dolar AS, setara 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Nilai tukar rupiah mengalami depresiasi pada bulan Mei Rupiah secara ratarata melemah 0,81% (mtm) dari bulan sebelumnya menjadi Rp per dolar AS. Secara point to point (ptp), rupiah terdepresiasi sebesar 0,97% dan ditutup pada level Rp per dolar AS. Tekanan terhadap nilai tukar dipengaruhi oleh permintaan korporasi yang cenderung meningkat sesuai dengan pola musimannya untuk pembayaran ULN dan repatriasi dividen/kupon. Selain itu, pergerakan nilai tukar juga dipengaruhi oleh perilaku investor yang menunggu hasil Pemilihan Umum Presiden pada bulan Juli mendatang. Namun, tekanan lebih lanjut terhadap rupiah tertahan oleh berlanjutnya aliran modal masuk pada aset keuangan rupiah. Inflasi pada Mei 2014 masih terkendali, didukung oleh masih berlangsungnya koreksi harga beberapa bahan pangan dan stabilnya inflasi inti. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Mei mencatat inflasi sebesar 0,16% (mtm) atau 7,32% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar -0,02% (mtm) atau 7,25 % (yoy). Inflasi inti mencapai 0,23% (mtm), relatif stabil seperti bulan lalu, didukung oleh masih menurunnya harga global di tengah depresiasi Rupiah. Inflasi volatile food masih mencatat deflasi, meskipun dengan intensitas yang berkurang dari bulan sebelumnya. Hal ini didorong oleh melimpahnya panen komoditas cabai merah dan cabai rawit serta masih berlangsungnya panen beras di beberapa daerah. Sementara itu, inflasi administered prices pada bulan Mei sedikit meningkat, karena kenaikan tarif angkutan umum, khususnya angkutan udara dan kereta api, seiring dengan banyaknya hari libur. Bank Indonesia menilai inflasi sampai dengan Mei 2014 masih sejalan dengan pencapaian sasaran inflasi 4,5±1% pada 2014 dan 4,0±1% pada Ke depan, Bank Indonesia mencermati risiko inflasi yang berasal dari pola musiman perayaan hari besar keagamaan dan risiko lainnya seperti potensi tekanan penyesuaian administered prices dan peningkatan harga pangan akibat dampak El Nino. Dalam mengantisipasi risiko tersebut, Bank Indonesia akan memperkuat langkah-langkah penguatan koordinasi pengendalian inflasi, khususnya melalui forum TPI dan TPID. Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga dengan baik, ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan kinerja pasar keuangan. Ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang kuat. Pertumbuhan kredit kepada sektor swasta pada April 2014 melambat menjadi 18,5% (yoy) dari bulan sebelumnya 19,1% (yoy), sejalan dengan proses penyesuaian dalam perekonomian. Bank Indonesia akan terus berkoordinasi dengan OJK untuk mengarahkan pertumbuhan kredit ke depan agar dapat menopang pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih sehat dan seimbang. Sementara itu, kinerja bursa saham pada Mei 2014 semakin baik, tercermin pada IHSG yang meningkat 1,1% dari bulan sebelumnya ke level 4.893,91. Di sisi lain, kinerja pasar SBN menurun seiring dengan perilaku investor yang menunggu hasil Pemilihan Umum Presiden bulan Juli mendatang. 2

4 2 PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER Perkembangan Ekonomi Global Perbaikan ekonomi global berlangsung dengan kecepatan moderat Volume perdagangan internasional mulai membaik meski harga komoditas masih tumbuh negatif Perbaikan ekonomi global masih terus berlanjut, meskipun dengan kecepatan yang moderat. Perbaikan tersebut terutama didorong oleh semakin baiknya kondisi ekonomi di negara-negara maju (advanced countries) seperti AS dan Eropa, sejalan dengan stimulus moneter yang berkelanjutan. Hal itu tercermin pada indikator penjualan dan kinerja manufaktur di Eropa dan AS yang terus membaik. Sebaliknya, kondisi ekonomi di negara-negara berkembang cenderung menurun. Secara keseluruhan, perekonomian global pada tahun 2014 masih diperkirakan membaik dari tahun sebelumnya. Ke depan, terdapat sejumlah risiko perekonomian global yang perlu untuk terus diwaspadai, antara lain, perlambatan ekonomi Tiongkok dan normalisasi kebijakan the Fed. Seiring dengan perbaikan ekonomi global, khususnya di negara-negara maju, volume perdagangan internasional dan harga komoditas global mulai menunjukkan perbaikan. Volume perdagangan masih terus menunjukkan tren yang meningkat, sementara harga komoditas global mulai mengalami perbaikan meski masih tumbuh negatif. Perkiraan tersebut didukung oleh beberapa indikator, diantaranya pergerakan harga futures tembaga dan batubara yang pada bulan laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan bulan lalu. Selain itu, harga nikel juga tercatat naik cukup signifikan karena terbatasnya pasokan sejalan dengan pelarangan ekspor mineral yang diterapkan Indonesia. Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi domestik mengalami moderasi Konsumsi masih cukup kuat didukung antara lain oleh penyelenggaraan pilpres dan peningkatan keyakinan konsumen Moderasi perekonomian domestik masih terus berlangsung. Konsumsi rumah tangga diprakirakan melambat, meskipun masih tumbuh cukup kuat (resilience). Investasi juga diprakirakan melambat, khususnya investasi bangunan. Kinerja sektor eksternal diprakirakan masih lemah, khususnya terkait dengan perlambatan ekspor batubara dan mineral. Namun, ekspor manufaktur diperkirakan akan terus membaik seiring dengan pemulihan ekonomi global. Meskipun melambat, konsumsi rumah tangga diprakirakan masih cukup kuat pada triwulan II Masih kuatnya konsumsi rumah tangga didukung oleh perbaikan pendapatan, penyelenggaraan Pilpres 2014, dan peningkatan keyakinan konsumen. Secara umum, pendapatan rumah tangga penduduk kaya maupun miskin terus meningkat, terlihat dari jumlah penduduk miskin yang menurun (Grafik 1.1). Tingginya konsumsi rumah tangga kaya diperkirakan berkontribusi pada resiliensi pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Selain itu, masih kuatnya konsumsi juga didukung oleh belanja terkait Pilpres Di samping itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan II 2014 menunjukkan tren peningkatan (Grafik 1.2). Hasil survei Danareksa menunjukkan bahwa optimisme masyarakat terhadap prospek ekonomi enam bulan mendatang meningkat, sehingga rencana konsumen untuk membeli barang-barang tahan lama juga meningkat pada bulan Mei

5 Grafik 1.1 Tingkat Kemiskinan Grafik 1.2 Indeks Keyakinan Konsumen Investasi pada triwulan II 2014 juga diprakirakan melambat, khususnya investasi bangunan. Investasi bangunan masih akan termoderasi sebagai efek dari kebijakan stabilisasi perekonomian. Hal ini tercermin pada tren pertumbuhan KPR yang melambat, target penjualan developer yang lebih rendah dari tahun 2013, serta penjualan semen yang melambat (Grafik 1.3). Realisasi belanja modal pemerintah masih terbatas sehingga realisasi pembangunan infrastruktur juga terbatas. Sementara itu, investasi nonbangunan cenderung mengalami peningkatan, tercermin pada meningkatnya pertumbuhan impor barang modal dan penjualan alat berat. Hal tersebut didukung oleh Indeks Tendensi Bisnis BPS yang diprakirakan meningkat memasuki triwulan II 2014 (Grafik 1.4). Utilisasi kapasitas industri pengolahan di triwulan I 2014 yang meningkat ke kisaran atas historis yaitu 75% juga diperkirakan mampu menjadi insentif bagi pelaku usaha untuk berinvestasi. Grafik 1.3 InIndikator Investasi Bangunan Grafik 1.4 Indeks Tendensi Bisnis Namun kinerja eksternal masih lemah terkait perlambatan ekspor batubara dan mineral Kinerja sektor eksternal diprakirakan masih lemah, khususnya terkait dengan perlambatan ekspor batubara dan mineral. Sejak Februari 2014, ekspor komoditas mineral seperti tembaga, nikel dan bauksit belum terealisasi akibat terkendalanya implementasi UU Minerba. Proses perizinan ekspor (SPE) untuk beberapa perusahaan belum dapat dikeluarkan oleh Kementerian terkait. Kontraksi ekspor pertambangan juga didorong oleh turunnya ekspor batubara seiring moderasi perekonomian di Tiongkok. Selain itu kontraksi ekspor batubara juga disebabkan oleh peningkatan produksi domestik dan upaya dari Tiongkok untuk mengurangi pemakaian batubara terkait isu polusi. Ke depan, permintaan batubara dari Tiongkok diperkirakan akan terus melemah sejalan dengan meningkatnya produksi batubara domestik dan rencana pengurangan batubara dalam bauran energi. Namun demikian, terdapat potensi peningkatan permintaan batubara dari India dan negara-negara ASEAN karena meningkatnya kebutuhan listrik. Sementara 4

6 itu, ekspor Crude Palm Oil (CPO) diperkirakan juga masih melemah akibat kebijakan mandatory biofuel dalam negeri, faktor kebijakan negara pengimpor, dan lemahnya permintaan dari Tiongkok, India dan Pakistan. Bila tanpa CPO, ekspor manufaktur masih cukup solid sejalan dengan perkembangan eksternal yang membaik Di sisi lain, ekspor manufaktur non-cpo diprakirakan masih cukup solid sejalan dengan perkembangan eksternal yang membaik. Ekspor komoditas manufaktur non- CPO, seperti tekstil dan produk tekstil (TPT), logam dasar, karet olahan, bahan kimia, makanan olahan dan alas kaki tumbuh meningkat pada April Ke depan, seiring dengan membaiknya perekonomian negara maju, ekspor manufaktur non-cpo diprakirakan akan meningkat. Grafik 1.5 Ekspor Nonmigas Riil Impor pada triwulan II 2014 diprakirakan meningkat didorong oleh investasi nonbangunan yang meningkat. Perkembangan tersebut sejalan dengan data realisasi impor nonmigas riil pada April 2014 yang menunjukkan peningkatan, meskipun masih dalam teritori negatif. Impor nonmigas meningkat didorong oleh impor bahan baku dan barang modal, sementara impor barang konsumsi mengalami penurunan (Grafik1.6). Impor bahan baku yang meningkat adalah bahan mentah olahan untuk industri seiring aktivitas produksi dalam negeri. Impor suku cadang untuk mesin industri juga meningkat, sejalan dengan peningkatan barang modal. Sementara itu, peningkatan impor barang modal ditopang oleh impor mesin, alat komunikasi dalam bentuk telepon seluler, dan base station (modem dan alat transmisi untuk radio dan televisi). Namun demikian, impor mobil penumpang dan peralatan transportasi untuk industri masih terkontraksi, mengkonfirmasi terbatasnya potensi pertumbuhan investasi pada sisi alat angkut dari luar negeri. Dari sisi barang konsumsi, kontraksi pertumbuhan disebabkan oleh berlanjutnya kontraksi impor mobil penumpang, durable dan semi durable goods, serta impor bahan makanan untuk rumah tangga. Grafik 1.6 Impor Nonmigas Riil 5

7 Kinerja ekonomi pada triwulan II 2014 diprakirakan tumbuh terbatas sebagaimana tercermin pada sektor pertambangan. kinerja sektor pertambangan diperkirakan masih lemah seiring produksi minyak dan kinerja subsektor nonmigas yang menurun. Kinerja sektor bangunan dan sektor keuangan juga masih lemah terkait dengan kebijakan stabilisasi makroekonomi. Sementara itu, sektor manufaktur masih tumbuh terbatas di triwulan II 2014 terkait pemulihan ekonomi domestik. Di sisi lain, kinerja sektor pertanian diprakirakan tumbuh membaik didorong oleh pergeseran sebagian panen tabama dari triwulan I Sektor penghasil jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan komunikasi juga tumbuh membaik pada triwulan II 2014 karena dorongan Pemilu Presiden. Neraca Pembayaran Indonesia Defisit neraca perdagangan pada April 2014 merupakan tekanan temporer Sejalan dengan kinerja sektor eksternal, neraca perdagangan mengalami defisit sesuai dengan pola musimannya, sementara neraca finansial membaik. Neraca perdagangan Indonesia pada April 2014 mengalami defisit sebesar 1,96 miliar dolar AS. Defisit tersebut sesuai dengan pola musimannya, antara lain terkait dengan meningkatnya permintaan menjelang bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Kinerja neraca perdagangan tersebut dipengaruhi oleh neraca perdagangan nonmigas April 2014 yang berbalik dari surplus menjadi defisit, meskipun defisit neraca perdagangan migas tercatat lebih rendah dibandingkan kondisi Maret 2014 (Grafik 1.7). Sementara itu, membaiknya neraca finansial tercermin dari meningkatnya aliran masuk modal asing pada Mei Ke depan, neraca perdagangan diperkirakan kembali membaik, didorong oleh aktivitas ekspor manufaktur sejalan dengan perbaikan ekonomi global serta terkendalinya impor sejalan dengan moderasi permintaan domestik. Grafik 1.7 Neraca Perdagangan Indonesia Neraca perdagangan nonmigas pada April 2014 mencatat defisit 0,90 miliar dolar AS dibandingkan dengan surplus 2,02 miliar dolar AS pada Maret Defisit tersebut dipengaruhi ekspor nonmigas yang terkontraksi 7,09% (mtm) dan impor nonmigas yang meningkat 19,32% (mtm). Pertumbuhan negatif ekspor nonmigas terutama terjadi pada komoditas utama yang berbasis sumber daya alam seperti batubara dan minyak nabati (CPO) seiring dengan melemahnya permintaan dari Tiongkok dan India. Di sisi lain, ekspor manufaktur (seperti mesin/pesawat mekanik, pakaian jadi bukan rajutan, dan alas kaki) mengalami peningkatan, meski belum mampu menopang kinerja ekspor nonmigas. Sementara itu, pertumbuhan impor nonmigas mengalami peningkatan terutama didorong oleh kenaikan impor pada barang utama seperti mesin dan peralatan mekanik, mesin & peralatan listrik, dan besi baja. 6

8 Neraca perdagangan migas turut mengalami defisit pada April 2014, meskipun turun menjadi 1,06 miliar dolar AS dari 1,35 miliar dolar AS pada Maret Menyempitnya defisit neraca perdagangan migas tersebut didorong oleh kontraksi impor migas yang lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi ekspor migas. Impor migas terkontraksi 7,55% (mtm) akibat penurunan impor hasil minyak dan minyak mentah, sedangkan ekspor migas hanya mengalami penurunan sebesar 0,35% (mtm) akibat turunnya ekspor minyak mentah sebagai dampak turunnya produksi minyak dalam negeri. Aliran masuk dana asing terus berlanjut seiring kondisi ekonomi yang terjaga dan persepsi positif investor Di sisi neraca finansial, aliran masuk dana asing masih terus berlanjut. Kondisi perekonomian yang relatif terjaga mendorong persepsi investor terhadap ekonomi dalam negeri tetap positif. Positifnya persepsi investor tersebut mendorong investor asing pada Mei 2014 mencatat net beli 3,06 miliar dolar AS, melanjutkan net beli 2,20 miliar dolar AS pada bulan sebelumnya. Akumulasi kepemilikan asing tersebut terjadi di semua instrumen keuangan rupiah, baik saham, SUN maupun SBI (Grafik 1.8). Dengan perkembangan tersebut, hingga Mei 2014 aliran masuk portofolio asing ke pasar keuangan telah mencapai 11,04 miliar dolar AS. Grafik 1.8 Aliran Dana Nonresiden di Aset Rupiah Cadangan devisa pada akhir Mei 2014 meningkat menjadi 107 miliar dolar AS Dengan berbagai perkembangan tersebut, cadangan devisa pada akhir Mei 2014 tercatat sebesar 107,0 miliar dolar AS. Posisi cadangan devisa tersebut meningkat dari bulan sebelumnya sebesar terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa hasil ekspor migas Pemerintah dan aliran masuk modal portofolio asing yang masih terus berlanjut. Dengan posisi tersebut, cadangan devisa dapat membiayai 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, jauh berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Nilai Tukar Rupiah Rupiah melemah namun volatilitas tetap terjaga Nilai tukar rupiah pada Mei 2014 mengalami pelemahan namun dengan tingkat volatilitas yang tetap terjaga. Secara rata-rata, nilai tukar pada Mei 2014 melemah 0,81% (mtm) ke level Rp per dolar AS dari level Rp per dolar AS pada bulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, secara point-to-point rupiah terdepresiasi sebesar 0,97% dan ditutup di level Rp per dolar AS pada akhir bulan laporan (Grafik 1.9). Namun demikian, pelemahan rupiah tersebut disertai dengan tingkat volatilitas yang tetap terjaga bahkan menurun dari bulan sebelumnya. Di samping itu, pelemahan rupiah juga sejalan dengan beberapa pergerakan mata uang di kawasan (Grafik 1.10). 7

9 Rp/USD Harian Rata2 Bulanan Grafik 1.9 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 1.10 Apre/Depre Mata Uang Regional & Euro Pergerakan rupiah yang melemah pada bulan laporan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tekanan terhadap nilai tukar dipengaruhi oleh permintaan korporasi yang cenderung meningkat sesuai dengan pola musimannya untuk pembayaran ULN dan repatriasi dividen/kupon. Selain itu, pergerakan nilai tukar juga dipengaruhi oleh perilaku investor yang menunggu hasil Pemilihan Umum Presiden pada bulan Juli mendatang. Namun, tekanan lebih lanjut terhadap rupiah tertahan oleh berlanjutnya aliran modal masuk pada aset keuangan rupiah. Pada bulan laporan, investor asing membukukan net beli di semua instrumen keuangan rupiah, khususnya SUN diikuti saham dan SBI. Meski mengalami pelemahan, faktor risiko rupiah secara umum tetap terjaga. Terjaganya risiko tersebut sebagaimana ditunjukkan indikator risiko Credit Default Swap (CDS) yang berada pada tren menurun (Grafik 1.11). Selain itu, dari sisi likuiditas, beberapa indikator juga menunjukkan perbaikan sebagaimana tercermin pada meningkatnya volume transaksi serta terjaganya spread bid-ask dan spread kurs kuotasi-transaksi (Grafik 1.12). Grafik 1.11 CDS & VIX Indeks Grafik 1.12 Selisih Bid/Ask Rupiah Inflasi Inflasi Mei 2014 terkendali didukung koreksi bahan pangan dan inflasi inti yang stabil Inflasi Mei 2014 terkendali didukung masih berlangsungnya koreksi harga beberapa bahan pangan dan stabilnya inflasi inti. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Mei mencatat inflasi sebesar 0,16% (mtm) atau 7,32% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar -0,02% (mtm) atau 7,25 % (yoy). Inflasi inti relatif stabil seiring dengan moderatnya tekanan yang berasal dari eksternal maupun domestik. Inflasi volatile food mencatat deflasi, meskipun dengan intensitas yang berkurang dari bulan sebelumnya. Inflasi administered prices sedikit meningkat terkait kenaikan tarif angkutan udara dan kereta api (Grafik 1.13). 8

10 Grafik 1.13 Disagregasi Inflasi Mei 2014 Kelompok bahan pangan kembali mengalami deflasi didorong oleh panen yang sedang berlangsung. Deflasi bahan pangan tercatat sebesar - 0,22% (mtm) atau 7,09% (yoy), lebih rendah dari deflasi bulan sebelumnya sebesar -1,26% (mtm) atau 6,57% (yoy). Deflasi yang terjadi disebabkan oleh pasokan komoditas cabai dan beras yang meningkat seiring datangnya musim panen (Grafik 1.14). Cabai rawit menjadi penyumbang deflasi terbesar yakni -0,11%, seiring dengan panen raya di sentra-sentra produsen seperti Temanggung, Magelang, Wonosobo, Jeneponto & Gowa (Sulawesi Selatan), Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sementara itu, beras di sejumlah daerah diperkirakan masih akan mengalami panen sampai dengan Juni 2014 karena pergeseran masa panen akibat banjir di awal tahun. Namun, deflasi yang lebih dalam dari kelompok bahan pangan tertahan oleh inflasi pada daging ayam dan telur ayam. Kenaikan harga antara lain disebabkan oleh kenaikan harga DOC (Day Old Chicken), kondisi cuaca yang tidak menentu, dan respon terhadap kebijakan Pemerintah terkait pembatasan produksi yang diatur secara periodik (Tabel 1.1) Grafik 1.14 Pola Inflasi/Deflasi Volatile Food Tabel 1.1 Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Volatile Food No. Volatile Food %, mtm Contribution (%, mtm) Deflasi 1 Cabai Rawit (40.21) (0.11) 2 Cabai Merah (13.06) (0.05) 3 Beras (0.80) (0.03) 4 Bayam (5.45) (0.01) 5 Buncis (11.41) (0.01) 6 Kacang Panjang (9.63) (0.01) Inflasi 1 Dg. Ayam Ras Telur Ayam Ras Tomat Sayur Bawang Merah Tekanan inflasi dari kelompok administered price meningkat. Inflasi administered prices tercatat sebesar 0,30% (mtm) atau 16,85% (yoy), meningkat jika dibandingkan bulan lalu sebesar 0,28% (mtm) atau 17,64% (yoy) (Grafik 1.15). Kenaikan inflasi administered prices disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan, khususnya angkutan udara dan kereta api. Peningkatan harga tiket pesawat dan kereta api tersebut terkait dengan kenaikan permintaan akibat banyaknya hari libur. Selanjutnya, kenaikan inflasi administered juga didorong oleh peningkatan harga komoditas rokok. Hal ini sehubungan dengan harga 9

11 pasar rokok yang masih lebih rendah dari Harga Jual Eceran (HJE) sehingga harga masih berpotensi meningkat (Tabel 1.2). Sementara itu, dampak penyesuaian tarif listrik untuk kelompok Rumah Tangga dengan daya > 6600 VA terhadap inflasi diperkirakan kecil. Hal ini mengingat porsi rumah tangga dengan daya >6600 VA yang hanya sebagian kecil dari total rumah tangga. Tabel 1.2 Penyumbang Inflasi Kelompok Adimistered Prices Grafik 1.15 Inflasi Administered Prices Sementara itu, inflasi inti relatif stabil seiring dengan moderatnya tekanan baik yang bersumber dari eksternal maupun domestik. Inflasi inti tercatat sebesar 0,23 (mtm) sedikit menurun dari bulan lalu sebesar 0,24% (mtm). Dari sisi eksternal, tekanan relatif moderat seiring dengan terkendalinya nilai tukar rupiah dan masih menurunnya harga komoditas global. Hal ini tercermin dari inflasi inti traded yang stabil (Grafik 1.16). Sementara itu, dari sisi domestik, tekanan inflasi relatif melambat. Hal ini tercermin dari inflasi inti nontraded yang melambat seiring dengan koreksi harga bahan pangan semenjak bulan lalu akibat melimpahnya pasokan domestik (Grafik 1.17). Di sisi lain terdapat sedikit tekanan inflasi inti sebagaimana terlihat pada jasa perumahan akibat kenaikan sewa rumah yang dipicu oleh penyesuaian tarif listrik pelanggan Rumah Tangga dengan daya di atas 6600 VA. Grafik 1.16 Inflasi Core Traded dan Faktor Eksternal Grafik 1.17 Inflasi Inti Nontraded Inflasi inti yang stabil juga ditopang oleh ekspektasi inflasi yang terjaga. Di pasar barang, meski ekspektasi inflasi jangka pendek (3 bulan) sedikit meningkat seiring kenaikan permintaan lebaran, namun masih lebih rendah dibandingkan saat terjadi cost-push kenaikan harga BBM dan nilai tukar (Grafik 1.18). Sementara itu, hasil survei Consensus Forecast (CF) bulan Mei menunjukkan ekspektasi inflasi sampai dengan akhir tahun

12 masih stabil, namun di tahun 2015 sedikit meningkat dari 5,50% (yoy) menjadi 5,70% (yoy) (Grafik 1.19). Grafik 1.18 Ekspektasi Harga Pedagang Eceran Grafik 1.19 Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast Tahunan Secara spasial, inflasi inti Sumatera dan Jawa terkendali, sementara inflasi inti di Kawasan Timur Indonesia cenderung meningkat Secara spasial, inflasi di Sumatera dan Jawa cukup terkendali didukung koreksi harga pangan yang masih terjadi di daerah tersebut. Hal ini juga tercermin pada deflasi komoditas beras di seluruh daerah di Jawa dengan deflasi terbesar terjadi di Yogyakarta. Namun, inflasi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) cenderung meningkat terutama di sebagian Kalimantan dan Papua. Peningkatan inflasi ini dipicu terutama oleh kenaikan tarif angkutan udara dan beberapa komoditas bahan makanan seperti beras, daging ayam dan ikan segar. Gambar 1.1. Peta Sebaran Inflasi Ke depan, Bank Indonesia mencermati risiko inflasi yang berasal dari pola musiman perayaan hari besar keagamaan dan risiko lainnya seperti potensi tekanan penyesuaian administered prices dan peningkatan harga pangan akibat dampak El Nino. Dalam mengantisipasi risiko tersebut, Bank Indonesia akan memperkuat langkah-langkah penguatan koordinasi pengendalian inflasi, khususnya melalui forum TPI dan TPID. 11

13 Perkembangan Moneter Suku bunga PUAB cenderung stabil disertai penurunan volume PUAB Perkembangan suku bunga dan besaran moneter masih sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia. Selama Mei 2014, suku bunga PUAB cenderung stabil sementara suku bunga perbankan masih terus meningkat. Di sisi lain, kredit yang merupakan bagian dari M2, mencatat pertumbuhan yang terus melambat sejalan dengan moderasi perekonomian. Suku bunga PUAB O/N sepanjang Mei 2014 relatif stabil disertai penurunan volume PUAB. Rata-rata tertimbang suku bunga PUAB O/N pada bulan Mei relatif stabil sebesar 5,86% dibandingkan 5,87% pada bulan sebelumnya, sejalan dengan tertahannya kenaikan BI rate (Grafik 1.20). Namun demikian, spread suku bunga PUAB O/N terhadap DF O/N sedikit menyempit menjadi 10bps dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 12bps dan mendorong suku bunga PUAB O/N semakin ke bawah koridor suku bunga. Di sisi lain, spread suku bunga PUAB O/N terhadap BI rate melebar menjadi 165bps dari 163bps (Grafik 1.21). Sementara itu, rata-rata volume PUAB total menurun menjadi Rp11,1 triliun dari Rp12,1 triliun pada bulan sebelumnya seiring meredanya keketatan likuditas perbankan. Indikasi terjaganya likuiditas perbankan juga tercermin dari spread max-min yang relatif stabil dan rendah % % rpuab O/N rlending rate rdf O/N rbi Rate Jan 10 Apr 10 Jul 10 Oct 10 Jan 11 Apr 11 Jul 11 Oct 11 Jan 12 Apr 12 Jul 12 Oct 12 Jan 13 Apr 13 Jul 13 Oct 13 Jan 14 Apr 14 Grafik 1.20 Suku Bunga PUAB O/N % Vol DF O/N (RHS) rbi Rate rdf O/N Avg Vol DF: Rp 88.8T RRT Vol PUAB : Rp 11.1T Vol PUAB O/N (RHS) rpuab O/N rpuab : 5.86% 3.5 Jan 12 Apr 12 Jul 12 Oct 12 Jan 13Apr 13 Jul 13 Oct 13 Jan 14Apr 14 Rp T Grafik 1.21 Suku Bunga PUAB O/N & Vol DF O/N Suku bunga perbankan masih dalam tren meningkat. Pada April 2014, rata-rata tertimbang suku bunga kredit meningkat 3 bps menjadi 12,59% dari 12,56% sementara suku bunga deposito 1 bulan naik lebih tinggi sebesar 11 bps ke level 8,10% dari 7,99%. Berdasarkan jenis penggunaannya, kenaikan suku bunga kredit utamanya didorong oleh kenaikan suku bunga Kredit Investasi (KI) yang naik 6 bps menjadi 12,06%, sementara suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Konsumsi (KK) naik masing-masing 1 bps dan 4 bps menjadi 12,38% dan 13,25% (Grafik 1.22). Dengan perkembangan ini, spread antara suku bunga kredit dan suku bunga simpanan pada bulan April menyempit menjadi 449bps dari 457bps (Grafik 1.23). 12

14 % Data Per Apr 2014 Jan 08 Mar 08 May 08 Jul 08 Sep 08 Nov 08 Jan 09 Mar 09 May 09 Jul 09 Sep 09 Nov 09 Jan 10 Mar 10 May 10 Jul 10 Sep 10 Nov 10 Jan 11 Mar 11 May 11 Jul 11 Sep 11 Nov 11 Jan 12 Mar 12 May 12 Jul 12 Sep 12 Nov 12 Jan 13 Mar 13 May 13 Jul 13 Sep 13 Nov 13 Jan 14 Mar 14 Sb. Kredit Sb. Kredit Modal Kerja Sb. Kredit Investasi Sb. Kredit Konsumsi Grafik 1.22 Suku Bunga KMK, KI dan KK % Selisih rkredit rdepo1: 449 bps 8.10 Jan 05 Jul 05 Jan 06 Jul 06 Jan 07 Jul 07 Jan 08 Jul 08 Jan 09 Jul 09 Jan 10 Jul 10 Jan 11 Jul 11 Jan 12 Jul 12 Jan 13 Jul 13 Jan 14 Spread rhs Sb Kredit Sb Dep 1 bln BI rate Sb LPS Grafik 1.23 Selisih Suku Bunga Perbankan % Likuiditas perekonomian (M2) tumbuh lebih tinggi Berdasarkan komponennya, likuiditas perekonomian dalam arti luas (M2) tumbuh lebih tinggi terutama didorong oleh peningkatan pertumbuhan dana pihak ketiga di perbankan. Pada April 2014, M2 tercatat sebesar Rp3.732,1 triliun, tumbuh 11,0% (yoy) atau meningkat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 10,0% (yoy). Berdasarkan komponennya, pertumbuhan M2 yang meningkat tersebut bersumber baik dari komponen M1 (Uang Kartal dan Giro Rupiah) maupun komponen Uang Kuasi (Dana Pihak Ketiga yang terdiri dari simpanan berjangka dan tabungan baik rupiah maupun valas serta simpanan giro valas) (Grafik 1.24 dan Grafik 1.25) Pertumbuhan M2 (%yoy) M2 M1 Uang Kuasi Pertumbuhan M1 (%yoy) Kartal M Jan 11 Apr 11 Jul 11 Oct 11 Jan 12 Apr 12 Jul 12 Oct 12 Jan 13 Apr 13 Jul 13 Oct 13 Jan 14 Apr 14 Jan 11 Apr 11 Jul 11 Oct 11 Jan 12 Apr 12 Jul 12 Oct 12 Jan 13 Apr 13 Jul 13 Oct 13 Jan 14 Apr 14 Grafik 1.24 Pertumbuhan M2 dan Komponennya Grafik 1.25 Pertumbuhan M1 dan Komponennya Berdasarkan faktor yang mempengaruhi, pertumbuhan M2 yang lebih tinggi tersebut disebabkan oleh meningkatnya Net Foreign Assets (NFA). NFA tumbuh lebih tinggi sejalan dengan kenaikan cadangan devisa. Pada April 2014, cadangan devisa tercatat meningkat menjadi USD105,6 miliar dari USD102,6 miliar pada Maret Di sisi lain, Net Domestic Assets (NDA) tumbuh lebih rendah seiring dengan penyaluran kredit perbankan yang masih mengalami perlambatan sejalan dengan moderasi permintaan domestik. Kredit perbankan 1 pada April 2014 tumbuh 18,5% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan Maret 2014 yang sebesar 19,1% (yoy) (Grafik 1.26). 1 Perhitungan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 18,5% (yoy) pada April 2014 menggunakan konsep moneter yaitu pinjaman rupiah dan valas yang diberikan oleh Bank Umum dan BPR (tidak termasuk kantor cabang bank yang beroperasi di luar wilayah Indonesia) kepada penduduk (tidak termasuk Pemerintah Pusat). Sementara itu, pertumbuhan kredit menggunakan konsep perbankan pada April 2014 tercatat sebesar 19,0% (yoy). Kredit menurut konsep perbankan adalah pinjaman 13

15 %yoy Pertumbuhan M2: Faktor (%yoy) NDA M2 NFA Jan 11 Mar 11 May 11 Jul 11 Sep 11 Nov 11 Jan 12 Mar 12 May 12 Jul 12 Sep 12 Nov 12 Jan 13 Mar 13 May 13 Jul 13 Sep 13 Nov 13 Jan 14 Mar 14 May 14 Grafik Pertumbuhan M2 dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Industri Perbankan Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga ditopang oleh industri perbankan yang solid sehingga mendukung proses moderasi pertumbuhan ekonomi. Risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko pasar di industri perbankan masih tetap terkendali. Selain itu, ketahanan industri perbankan juga terpelihara, ditopang oleh modal yang masih kuat. Pertumbuhan kredit masih dalam tren melambat, tumbuh 18,5% pada April 2014 Pertumbuhan kredit masih dalam tren melambat sejalan dengan moderasi permintaan domestik. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, pada April 2014 kredit tumbuh 18,5% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan Maret 2014 yang sebesar 19,1% (yoy) (Grafik 1.27). Perlambatan kredit utamanya disumbang oleh perlambatan Kredit Modal Kerja (KMK), yang memiliki pangsa hingga 48% dari total kredit, menjadi 15,5% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya 16,3% (yoy). Pertumbuhan Kredit Konsumsi (KK) juga tercatat menurun menjadi 11,9% (yoy) dari 13,0% (yoy), sementara Kredit Investasi (KI) tumbuh meningkat menjadi 34,8% (yoy) dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 33,5% (yoy). Secara sektoral, perlambatan kredit dikontribusi utamanya oleh perlambatan di sektor perdagangan hotel restauran dan sektor konstruksi. Pertumbuhan kredit pada sektor-sektor tersebut melambat menjadi masingmasing 22,4% (yoy) dan 24,3% (yoy) dari 23,5% (yoy) dan 25,2% (yoy) pada bulan sebelumnya (Grafik 1.28). Grafik Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Grafik Pertumbuhan Kredit Menurut Sektor Ekonomi rupiah dan valas yang diberikan Bank Umum (termasuk kantor cabang bank yang beroperasi di luar wilayah Indonesia) kepada penduduk (termasuk Pemerintah Pusat) dan bukan penduduk. 14

16 Sementara itu, pada April 2014, pertumbuhan DPK justru meningkat didukung oleh pertumbuhan deposito yang merespon terus meningkatnya suku bunga simpanan. DPK 2 tercatat tumbuh 11,03% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 10,26% (yoy). Kenaikan pertumbuhan DPK ini utamanya dikontribusi oleh deposito yang tumbuh menjadi 14,12% (yoy) dari 12,29% (yoy) pada bulan sebelumnya. Pertumbuhan giro juga naik sebesar 6,55% (yoy) dari 6,23% (yoy) sementara pertumbuhan tabungan melambat menjadi 10,02% (yoy) dari 10,23% (yoy) pada bulan sebelumnya (Grafik 1.29). Grafik Pertumbuhan DPK Daya tahan perbankan masih terjaga. CAR = 19,35% dan NPL = 2% Di tengah tren moderasi permintaan domestik, ketahanan perbankan yang tercermin pada unsur permodalan perbankan tetap terjaga dan dibarengi risiko kredit yang terkendali. Pada April 2014, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih tinggi sebesar 19,35%, jauh di atas ketentuan minimum 8%. Angka ini relatif stabil dibandingkan dengan CAR pada akhir bulan sebelumnya yang sebesar 18,83%. Kondisi ini mencerminkan daya tahan perbankan yang masih kuat untuk mengatasi tekanan dan gejolak termasuk berlanjutnya tren kenaikan suku bunga. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah dan stabil di kisaran 2,00% (Tabel 1.3). Tabel 1.3 Kondisi Umum Perbankan Indikator Utama Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Total Aset (T Rp) 4, , , , , , , , , , , , ,008.1 DPK (T Rp) 3, , , , , , , , , , , , ,694.8 Kredit* (T Rp) 2, , , , , , , , , , , , ,361.3 LDR* (%) NPLs Bruto* (%) CAR (%) NIM (%) ROA (%) * tanpa channeling 2 Perhitungan pertumbuhan DPK sebesar 11,03% (yoy) pada April 2014 menggunakan konsep moneter yaitu simpanan milik pihak ketiga, baik dalam rupiah maupun valas, pada Bank Umum dan BPR (tidak termasuk kantor cabang bank yang beroperasi di luar wilayah Indonesia) dalam bentuk tabungan, giro, dan simpanan berjangka. DPK menurut konsep moneter tidak termasuk simpanan milik Pemerintah Pusat dan simpanan milik bukan penduduk. Sementara itu, DPK menurut konsep perbankan pada April 2014 mencatat pertumbuhan sebesar 12,0% (yoy). DPK menurut konsep perbankan adalah simpanan milik pihak ketiga, baik dalam rupiah maupun valas, pada Bank Umum (termasuk kantor cabang bank yang beroperasi di luar wilayah Indonesia) dalam bentuk tabungan, giro, dan simpanan berjangka. DPK menurut konsep perbankan meliputi pula simpanan milik Pemerintah Pusat dan simpanan milik bukan penduduk. 15

17 Pasar Saham dan Pasar Surat Berharga Negara Sejumlah sentimen positif mendukung penguatan IHSG ke level 4.893,91 di akhir Mei 2014 Pasar saham domestik selama Mei 2014 menunjukkan kinerja positif seiring dengan perbaikan data ekonomi domestik dan sentimen positif di tingkat global. IHSG pada Mei 2014 mencapai level 4.893,91 (30 Mei 2014) atau naik 1,1% (yoy) dibandingkan April 2014 yang sebesar 4.840,15. IHSG bahkan sempat mencapai level tertinggi sepanjang 2014 yaitu 5.031,57 (16 Mei) meski kemudian mengalami koreksi akibat aksi wait and see investor yang menunggu hasil pemilihan umum Presiden di bulan Juli mendatang. Namun demikian, kinerja IHSG ini lebih tinggi dibandingkan bursa saham lain di kawasan (Vietnam, Filipina, Thailand, Malaysia dan Singapura) (Grafik 1.30). Sektor infrastruktur mengalami penguatan terbesar dengan naik 6,5% (mtm) diikuti sektor pertambangan yang menguat 4,7% (mtm). Sementara itu, sektor lainnya menguat di kisaran 0,9-2,0%. Sektor yang mengalami pelemahan adalah sektor aneka industri, pertanian, dan konsumsi (Grafik 1.31). Grafik IHSG dan Indeks Bursa Global Mei 2014 Grafik Indeks Sektoral Mei 2014 Kinerja positif pasar saham tidak terlepas dari pengaruh perilaku investor non residen. Selama Mei 2014, investor non residen terus menambah kepemilikannya di pasar saham seiring dengan positifnya kondisi global dan meningkatnya optimisme investor terhadap perekonomian domestik. Investor non residen tercatat melakukan net beli sebesar Rp8,09 triliun, relatif stabil dibandingkan April 2014 yang mengalami net beli sebesar Rp8,67 triliun. Sampai dengan Mei 2014, posisi kepemilikan saham oleh investor non residen adalah sebesar 64% dan investor lokal sebesar 36% (Grafik 1.32). Grafik Kinerja IHSG dan Net Beli/Jual Asing 16

18 Kinerja SBN sedikit menurun akibat perilaku wait and see investor. Hal ini tercermin dari yield SBN yang meningkat 4,25 bps. Berbeda dengan situasi di pasar saham, kinerja pasar SBN mengalami sedikit penurunan seiring dengan perilaku investor yang menunggu hasil Pemilihan Umum Presiden di bulan Juli mendatang. Selama Mei 2014, yield SBN meningkat 4,25 bps menjadi 7,91% dibandingkan April 2014 yang sebesar 7,86%. Peningkatan yield terjadi di seluruh tenor. Yield jangka pendek, menengah dan panjang meningkat masingmasing sebesar 0,25 bps, 5,97 bps dan 6,13 bps menjadi sebesar 7,29%, 7,95% dan 8,65% (Grafik 1.33). Pelemahan harga SBN dimanfaatkan oleh pelaku non residen untuk terus menambah kepemilikannya di pasar SBN. Investor non residen tercatat menambah eksposur mereka pada pasar SBN. Selama Mei 2014, investor non residen membukukan net beli sebesar Rp20,15 triliun, meningkat dibandingkan kondisi April 2014 yang membukukan net beli sebesar Rp16,10 triliun (Grafik 1.34). Dibandingkan posisi April 2014, kepemilikan SBN oleh perusahaan asuransi, investor non residen, dan dana pensiun mengalami peningkatan sementara kepemilikan SBN oleh bank dan Bank Indonesia menurun. Dengan perkembangan tersebut, porsi kepemilikan asing di SBN meningkat menjadi 34,64% dibandingkan posisi bulan April 2014 yang sebesar 33,50%. Pembelian SBN oleh investor non residen terjadi di seluruh tenor. Grafik Perubahan Yield Bulanan (mtm) Grafik Yield SBN dan Net Jual/Beli Asing Bulanan Pembiayaan Non Bank Pembiayaan ekonomi non bank tetap terjaga meski masih berada dalam tren menurun sejalan dengan dampak moderasi pertumbuhan ekonomi. Selama Mei 2014, total pembiayaan melalui penerbitan saham perdana, right issue, obligasi korporasi, medium term notes, promissory notes dan instrumen keuangan lainnya mencapai Rp9,0 triliun atau tumbuh negatif -0,61% (yoy), sedikit membaik dibandingkan dengan pertumbuhan April 2014 yang mencatat -0,69% (yoy) (Tabel 1.4). Berdasarkan komponennya, pembiayaan nonbank pada Mei 2014 didominasi oleh obligasi yakni sebanyak Rp6,6 triliun. Sementara itu, pembiayaan melalui saham tercatat Rp0,5 triliun dimana sampai dengan Mei 2014 tercatat 10 perusahaan telah melakukan initial public offering (IPO) dari total 13 perusahaan yang direncanakan IPO pada tahun ini. 17

19 Rp, Triliun Tabel 1.4. Pembiayaan Non Bank TW I TW II TW III TW IV Total Mei TW I TW II TW III TW IV Total Jan Feb Mar Apr Mei TW I Total Non Bank Saham w/o Emiten Sektor Keuangan Obligasi w/o Emiten Sektor Keuangan MTN dan Promissory Notes + NCD w/o Emiten Sektor Keuangan Sumber: OJK, BEI, diolah 18

20 3 RESPONS KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Juni 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,50% dan 5,75%. Kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014 dan 4±1% pada 2015, serta menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Bank Indonesia menilai proses penyesuaian ekonomi berjalan cukup baik, meskipun terdapat sejumlah risiko yang perlu diwaspadai, dan menempuh langkah-langkah antisipatif guna memastikan sasaran inflasi dapat dicapai dan kinerja transaksi berjalan terus membaik. Untuk itu, Bank Indonesia akan senantiasa memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta kebijakan untuk memperkuat struktur perekonomian domestik dan pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN), khususnya ULN korporasi. Selain itu, Bank Indonesia juga akan meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan. 19

21 INDIKATOR TERKINI SEKTOR KEUANGAN Mar Juni Sep Des Jan Feb Mar Apr Mei SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 9 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2) IHSG Indeks 3) 4,941 4,819 4,316 4, , , , , , BESARAN MONETER (miliar Rp) Uang Primer 664, , , , , , , ,697 - M1(C+D) 810, , , , , , , ,620 - Uang Kartal (C) 331, , , , , , , ,491 - Uang giral (D) 478, , , , , , , ,129 - Uang Beredar Luas (M2 = C+D+T+S) 3,322,586 3,413,437 3,584,017 3,727,696 3,649,270 3,639,494 3,656,440 3,732,093 - Uang kuasi (T) 2,500,342 2,543,285 2,691,903 2,817,826 2,784,379 2,783,476 2,781,019 2,824,253 - Uang kuasi (Rupiah) 2,127,118 2,139,112 2,218,323 2,338,485 2,325,640 2,332,776 2,347,505 2,387,641 - Deposito 1,125,587 1,116,098 1,148,970 1,186,783 1,207,618 1,222,600 1,251,956 1,283,873 - Tabungan Total 1,001,530 1,023,014 1,069,352 1,151,702 1,118,022 1,110,176 1,095,549 1,103,768 - Deposito (Valas) 182, , , , , , , ,269 - Simpanan Giro Valuta Asing 190, , , , , , , ,343 - Surat Berharga Selain Saham (S) 12,132 11,594 24,394 22,805 22,223 21,492 21,928 21,220 - Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Uang Beredar 3,322,586 3,413,437 3,584,017 3,727,696 3,649,270 3,639,494 3,656,440 3,732,093 - Aktiva Luar Negeri Bersih 947, , ,110 1,011,361 1,035,758 1,013, ,705 1,015,014 - Aktiva Dalam Negeri Bersih 2,375,225 2,579,616 2,611,907 2,716,334 2,613,512 2,626,027 2,668,735 2,717,079 - Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat 366, , , , , , , ,193 - Tagihan Kepada Sektor Lainnya 2,973,874 3,180,790 3,382,424 3,525,435 3,490,575 3,503,344 3,544,990 3,605,194 - PERTUMBUHAN BESARAN MONETER (%,YOY) Uang Primer M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Uang Beredar Luas (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Total Deposito (Valas) Simpanan Giro Valuta Asing Surat Berharga Selain Saham (S) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Uang Beredar Aktiva Luar Negeri Bersih Aktiva Dalam Negeri Bersih Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat Tagihan Kepada Sektor Lainnya Inflasi bulanan (%, mtm) Inflasi tahunan (%, yoy) Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) 9,718 9,925 11,580 12,170 12,210 11,609 11,360 11,562 11,675 Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4) 12,727 11,970 12,248 13,672 12,051 11,983 12,648 11,772 - Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4) 10,971 12,029 11,811 11,313 11,372 10,357 10,487 12,652 - Net International Reserve (juta USD) Pertumbuhan PDB (%, yoy) Konsumsi Investasi (PMTDB) Perubahan Stok Ekspor Impor 1) minggu terakhir H A R G A SEKTOR EKSTERNAL INDIKATOR KUARTALAN 2) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw I Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Maret, April, Juni, Juli, September, Oktober dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respons kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar, dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respons kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Pengaturan dan Komunikasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Telp: /6902 Fax: gkm_komunikasi@bi.go.id Website: http// Dewan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Gubernur Mirza Adityaswara Deputi Gubernur Senior Halim Alamsyah Deputi Gubernur Ronald Waas Deputi Gubernur Perry Warjiyo Deputi Gubernur Hendar Deputi Gubernur 20

Ekonomi, Moneter dan Keuangan

Ekonomi, Moneter dan Keuangan Ekonomi, Moneter dan Keuangan T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 0 I. TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2014 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t er 1 T i n j a u a n K e b i j a k

Lebih terperinci

Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id

Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id Juni 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350 - Indonesia w w w.bi.go.id TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 10 Juli 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Mei 213 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 Indeks 17 1 13 1 9 7 Kadin-Roy Morgan AC Nielsen BI BPS Danareksa

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER November 2013 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 3 T i n j a

Lebih terperinci

Maret Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Maret Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Maret 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 13 Maret 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

April Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

April Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan April 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan TINJAUAN KEBIJA KA N M O NETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 8 April 2014 memutuskan

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 Oktober 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2014 menunjukkan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terjaga serta proses penyesuaian

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14 April 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan II 2014 Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2014 menunjukkan bahwa proses penyesuaian struktur perekonomian ke arah yang lebih seimbang masih

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18 Juni 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Oktober 2016 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) sebesar

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Perekonomian Indonesia triwulan IV 2013 dan Januari 2014 menunjukkan kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan Pemerintah sejak pertengahan tahun 2013 mulai

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14 Juli 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan I 2014 Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2014 menunjukkan stabilitas ekonomi semakin terjaga dan ditopang penyesuaian ekonomi yang tetap terkendali.

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Juli 2016 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,50%, dengan suku bunga Deposit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Kebijakan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Kebijakan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Kebijakan Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350 - Indonesia w w w.bi.go.id Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2016 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 September 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Maret 2016 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6,75%,

Lebih terperinci

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 109 ANALISIS TRIWULANAN Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 Tim Penulis Laporan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 149 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi April 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,09% (mtm) di bulan April (Tabel 1). Inflasi IHK

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 11 Desember 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,75%, dengan suku bunga Lending

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Inflasi Ramadhan 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA

PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA RINGKASAN 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 3 PEREKONOMIAN GLOBAL 4 PROSPEK PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Penurunan Harga BBM dan Panen Raya Dorong Deflasi Bulan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 April 2016 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%, dengan suku bunga Deposit

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 September 2016 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) sebesar

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juli 2017 Terkendali Inflasi Juli 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14-15 Desember 2016 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate)

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Inflasi 2016 Cukup Rendah dan Berada dalam Batas

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan II 2016 Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2016 meningkat dengan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terjaga. Meskipun masih belum

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juni 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,69% (mtm) di bulan Juni (Tabel 1). Inflasi IHK pada periode puasa dan lebaran

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 Koreksi Harga Pangan dan Faktor Musiman Dorong Deflasi Agustus INFLASI IHK Inflasi Agustus 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 INFLASI IHK Inflasi Mei 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,39% (mtm) di bulan Mei (Tabel 1). Inflasi IHK bulan ini meningkat dibanding

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan I 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2015 mengalami perlambatan, namun stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tetap terjaga. Perlambatan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Inflasi Bulan November 2016 Didorong Harga Pangan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016 Tekanan Inflasi di Bulan September 2016 Cukup Terkendali

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016 Tekanan Inflasi di Bulan Oktober 2016 Cukup Terkendali

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan I 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif pada triwulan I 2016 dan April 2016. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID Harga Pangan Dorong Inflasi Oktober 2017 Tetap Rendah INFLASI IHK Inflasi IHK sampai dengan Oktober 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017 RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Panen Dorong Deflasi Maret 2017 Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami deflasi 0,02% (mtm) di bulan Maret (Tabel 1). Deflasi bulan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Pengaturan dan Komunikasi Kebijakan Moneter Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER INFLASI IHK Inflasi September 2017 Terkendali Inflasi IHK sampai dengan September 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017. Pada bulan September inflasi

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Agustus 2013 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15 Agustus 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,50%. Penguatan bauran

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2013 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r 3 L a p o r a n

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan Dana Investasinya pada portfolio investasi Syariah yang disediakan pihak perusahaan. (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 Selama triwulan III-26, kondisi moneter menunjukkan ukkan perkembangan yang semakin membaik. Perkembangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI MARET 2016

ANALISIS INFLASI MARET 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) ANALISIS INFLASI MARET 2016 Komoditas Pangan Dorong Inflasi IHK Maret INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Selama triwulan I-27, kondisi moneter menunjukkan tren yang semakin membaik. Perkembangan yang membaik tersebut

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2016 Perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif pada triwulan III 2016 dan bulan Oktober 2016, disertai stabilitas makroekonomi

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Kondisi moneter selama triwulan IV-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini tercermin

Lebih terperinci