3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006
|
|
- Veronika Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 Kondisi moneter pada triwulan II-2006 masih menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. Hal ini tercermin dari nilai tukar yang masih menguat, inflasi yang terjaga dan terus menurun, serta kondisi likuiditas yang memadai. Relatif kondusifnya kondisi moneter tersebut, serta prospek inflasi kedepan yang diperkirakan akan sesuai dengan target yang ditetapkan, yaitu 8±1% dan 6±1% (y-o-y) untuk masingmasing tahun 2006 dan 2007, maka Rapat Dewan Gubernur (RDG) 9 Mei 2006, memutuskan untuk menurunkan BI Rate menjadi 12,50% atau turun 25 basis poin (bps) dari 12,75% yang ditetapkan pada bulan Desember 2005 lalu. Pada bulan berikutnya,bank Indonesia mempertahankan BI Rate tersebut seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap kestabilan makroekonomi, terutama nilai tukar. Selain itu, kebijakan tersebut juga diperkuat dengan penyempurnaan kebijakan operasional guna menyerap likuiditas lebih optimal melalui penerapan sistem Fixed Rate Tender (FRT) dalam lelang SBI sejak 10 Mei 2006 Sinyal kebijakan moneter melalui penurunan BI Rate tersebut diikuti juga diikuti dengan penurunan suku bunga instrumen moneter seperti suku bunga FASBI overnight (O/N),FASBI 7 hari, dan suku bunga SBI Repo. Dari sisi transmisi kebijakan moneter, sinyal penurunan BI Rate pada Mei 2006 diikuti oleh penurunan suku bunga perbankan secara terbatas. Di pasar saham, perubahan BI Rate sebesar 25 bps pada awalnya berkontribusi positif pada perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kembali mencatat indeks harga tertinggi baru, namun seiring dengan meningkatnya faktor sentimen dari perkembangan bursa global dan ekspektasi naiknya suku bunga AS, perkembangan pasar saham kemudian berbalik arah. INFLASI Perkembangan inflasi IHK pada triwulan II-2006 terus terjaga dan terus menurun Disamping perkembangan nilai tukar rupiah yang menguat, beberapa faktor positif yang memberikan kontribusi pada penurunan inflasi IHK tersebut adalah minimalnya kenaikan harga komoditi yang ditetapkan oleh Pemerintah (administered prices) dan adanya perbaikan ekspektasi inflasi serta permintaan aggregat yang masih lemah. Sementara itu, secara triwulanan, penurunan laju inflasi IHK dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terutama disebabkan oleh melambatnya laju inflasi kelompok volatile food akibat dampak musim panen yang masih terasa di awal triwulan dan melambatnya laju inflasi inti. Dengan perkembangan tersebut, laju inflasi triwulanan pada triwulan II-2006 cenderung menurun, mencapai 0,87% (qt-q) dibandingkan dengan triwulan II-2005 yang mencapai 1,05% (q-t-q) maupun triwulan I-2006 yang mencapai 1,98% (q-t-q). Sementara itu, laju inflasi tahunan pada akhir triwulan II-2006 juga menurun menjadi 15,53% (y-o-y), dibandingkan 15
2 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2006 Persen (y-o-y) Persen (y-o-y) IHK 21 Inti (exclusion) Volatile Food Administered (kanan) Grafik 3.1 Inflasi IHK, Administered, Inti dan Volatile Foods Transportasi dan Komunikasi Kesehatan Sandang Perumahan Rokok Bahan Makanan Grafik 3.2 Inflasi dan Sumbangan Inflasi per Kelompok Triwulan II-2006 (q-t-q) Tabel 3.1 Sumbangan Inflasi Beberapa Komoditas Administered prices (%)Admistered Komoditas 0,42 0,62 0,97 1, Sumbangan Rokok 0,05 Bensin 0,03 Tarif PAM 0,02 Minyak Tanah 0,02 (Rp/lt) Tabel 3.2 Harga Jual SPBU Bensin Nonsubsidi di Jawa Feb 2006 Mei 2006 Pertamax Pertamax Plus ,48 Sumbangan TW II 2006 Inflasi TW II ,64 %(q-t-q) triwulan I-2006 yang mencapai 15,74% (y-o-y) (Grafik 3.1). Sedangkan laju inflasi kalender mencapai 2,87%, juga lebih rendah bila dibandingkan dengan laju inflasi kalender pada 2005 yang mencapai 4,28%. Selama triwulan laporan, kelompok barang yang dominan dalam menyumbang inflasi adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, kelompok sandang, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, serta kelompok bahan makanan. (Grafik 3.2). Inflasi administered prices pada akhir triwulan II-2006 mencapai 0,56% (q-t-q), lebih rendah bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 1,39% (q-t-q). Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, secara tahunan infasi kelompok administered prices juga menurun menjadi 30,01% dari 31.07% pada triwulan I Namun, secara kuartalan inflasi administered prices sedikit meningkat bila dibandingkan triwulan I-2006 tersebut (0,48%, q-t-q). Secara umum, tekanan inflasi administered prices terus menurun sejalan dengan minimnya implementasi kebijakan administered prices yang bersifat strategis. Selama triwulan laporan, tekanan inflasi kelompok administered prices terutama diakibatkan oleh kenaikan HJE rokok pada il 2006 sebesar 10%. Selain itu, terdapat kenaikan harga minyak tanah yang lebih disebabkan oleh kelangkaan pasokan di beberapa daerah, kenaikan tarif air minum PAM di kota Padang yang tinggi yaitu sekitar 52,16% 1Ω, serta kenaikan harga bensin Pertamax dan Pertamax Plus ratarata sebesar 12% yang tercatat di dalam komoditas bensin pada Mei 2006 (Tabel 3.1 dan 3.2). Pada triwulan II-2006, inflasi volatile food mengalami penurunan, yaitu mencapai 0,62%, menurun bila dibandingkan dengan triwulan I-2006 yang mencapai 5,68%. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh masih terasanya dampak musim panen sampai dengan pertengahan triwulan laporan. Namun demikian, penurunan laju inflasi volatile food sedikit tertahan sebagai akibat berakhirnya musim panen serta faktor bencana alam yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Laju inflasi inti pada akhir triwulan II-2006 mencapai 1,08% (q- t-q), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,63% (q-t-q) dan juga lebih rendah bila dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan II-2005 yang mencapai 1,14% 1 Kenaikan tarif air minum PAM yang tercatat di dalam IHK. 16
3 Indeks % (y-o-y) Grafik 3.3 Survei Ekspektasi Konsumen (q-t-q). Secara tahunan, laju inflasi inti pada akhir triwulan laporan mencapai 9,58% (y-o-y), relatif stabil bila dibandingkan dengan triwulan I-2006 sebesar 9,64% (y-o-y). Stabilnya inflasi inti tersebut terkait dengan perkembangan ekspektasi inflasi masyarakat yang cenderung membaik untuk jangka pendek dan menguatnya nilai tukar. Membaiknya ekspektasi inflasi tersebut tercermin pada hasil Survei Konsumen (Grafik 3.3) dan Survei Penjualan Eceran yang menunjukkan penurunan. Di sisi lain, tekanan inflasi inti dari kesenjangan permintaan dan penawaran (output gap) juga masih minimal. Indikasi tersebut ditunjukkan oleh pertumbuhan M1riil sebagai cerminan daya beli masyarakat yang mengalami penurunan. Sementara itu, Indeks Penjualan Eceran (Grafik 3.4) yang dihasilkan oleh Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia, pada triwulan II-2006 juga menunjukkan perkembangan yang cenderung menurun meski pada akhir triwulan mulai terlihat sedikit peningkatan NILAI TUKAR RUPIAH Selama triwulan II-2006, nilai tukar rupiah bergerak dinamis dengan adanya pembalikan tren dari menguat menjadi melemah. Adapun secara rata-rata, nilai tukar rupiah menguat dibanding triwulan Grafik 3.4 Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran sebelumnya disertai dengan menurunnya volatilitas. Rata-rata nilai tukar rupiah pada triwulan ini menguat sekitar 2% menjadi Rp 9.111/USD dari Rp 9.299/USD pada triwulan I-2006 (Grafik 3.5). Fluktuasi pergerakan rupiah juga sedikit lebih stabil, tercermin dari menurunnya volatilitas menjadi 3,03% dari 3,86% pada triwulan I-2006 (Grafik 3.6). Sementara itu secara bulanan, tren penguatan rupiah yang terjadi sejak akhir 2005 masih berlanjut pada paro pertama triwulan ini, dan mencapai level terkuat di Rp 8.722/USD. Akan tetapi, pada pertengahan Mei rupiah melemah cukup signifikan dan sempat mencapai level Rp an. Hal ini menyebabkan secara point to point rupiah melemah dari Rp 9.060/USD pada akhir triwulan I-2006 menjadi Rp 9.263, atau terdepresiasi sebesar 2,2% Total Peralatan Rumah Tangga Makanan dan Tembakau Pakaian Rp/USD Rata-rata Nilai tukar 1 bulan Rata-rata harian selama 1 triwulan Grafik 3.5 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ,939 9,008 9, Pelemahan rupiah lebih disebabkan oleh faktor eksternal terkait dengan ekspektasi berlanjutnya kebijakan moneter ketat di AS, sementara kondisi fundamental ekonomi masih tidak banyak berubah. Setelah meningkatkan suku bunga menjadi 5% pada 9 Mei 2006, Fed diperkirakan akan menahan suku bunga di level tersebut. Namun, beberapa indikator ekonomi yang dirilis setelah itu menunjukkan besarnya tekanan inflasi AS. Hal ini mengakibatkan ekspektasi pasar berubah dan memperkirakan Fed akan kembali menaikkan suku bunga untuk menahan laju inflasi. Perubahan ekspektasi tersebut telah mengakibatkan terjadinya penyesuaian investasi global terutama di negara 17
4 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II ,0 9,0 8,0 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 Persen Volatilitas Harian Rata-rata Volatilitas Triwulanan ,65 3, emerging markets sehingga menimbulkan tekanan depresiatif pada mata uang lainnya. Dari sisi fundamental, kondisi neraca pembayaran masih terjaga bahkan mencatat surplus yang cukup besar. Surplus NPI tersebut ditopang oleh terms of trade (TOT) yang cenderung membaik dan relatif masih tingginya selisih suku bunga dalam dan luar negeri yang mencerminkan tingginya tingkat pengembalian potensial investasi rupiah. Dari sisi risiko, faktor risiko cenderung mixed, tetapi indikator yield spread menunjukkan adanya peningkatan risiko. Yield spread antara yankee bond dan UST note yang pada awal triwulan terus Grafik 3.6 membaik mencapai level 153 bps, berbalik memburuk sampai Volatilitas Nilai Tukar Rupiah akhir triwulan dan ditutup di level 178 bps (Grafik 3,7). Walaupun demikian, level ini masih lebih rendah dari triwulan I 2006 yang mencapai 196 bps. Indikator risiko lainnya, seperti premi swap (Grafik 3.8) dan country rating justru menunjukkan adanya perbaikan. Pada triwulan II-2006 terjadi ekses permintaan valas baik oleh pelaku asing maupun dengan pihak dalam negeri. Penarikan aliran modal oleh pelaku asing terkait dengan terjadinya perkembangan eksternal. Hal ini tercermin dari net permintaan valas di transaksi spot antara perbankan domestik Rp/USD Persen ,0 dengan nonresiden (Grafik 3.9). Sementara itu ekses permintaan valas dari transaksi antara bank dengan pihak dalam negeri ,5 (terutama korporasi) meskipun jumlahnya relatif kecil namun ,0 cukup memberikan tekanan terhadap rupiah sejalan dengan ,5 2,0 meningkatnya permintaan valas. Permintaan valas korporasi digunakan untuk keperluan impor, di mana hal ini relatif sejalan dengan perkembangan impor nonmigas yang cenderung ,5 IDR/USD Yield Spread meningkat. Dengan perkembangan di atas, secara keseluruhan Grafik , pasar valas mengalami ekses permintaan dan memberikan tekanan yang cukup berarti terhadap rupiah. Perkembangan Yield Spread dan Nilai Tukar Rupiah Persen 18,0 16,0 14,0 Premi 1 M Premi 3 M 12,0 Premi 6 M Premi 12 M 10,0 Premi O/N 8,0 6,0 4,0 2,0 0, Sumber : Reuters (diolah) Grafik 3.8 Premi Swap Berbagai Tenor KEBIJAKAN MONETER Strategi Kebijakan Setelah melakukan asesmen perekonomian secara keseluruhan dan mempertimbangkan sejumlah faktor risiko yang dapat mengganggu kinerja ekonomi ke depan, periode triwulan II-2006 ditandai dengan titik balik arah kebijakan moneter yang baru. Pada bulan Mei 2006, BI Rate untuk pertama kalinya diturunkan 25 bps menjadi 12,50% setelah dipertahankan pada level 12,75% sejak Desember Meskipun penurunan tersebut hanya sebesar 25 bps, namun hal tersebut telah menandai arah kebijakan moneter menuju siklus yang baru. Kebijakan tersebut ditempuh dalam rangka mengarahkan ekspektasi inflasi 18
5 Juta USD masyarakat pada sasaran inflasi IHK yang ditetapkan yakni Rp/USD masing-masing sebesar 8±1% dan 6±1% (y-o-y) untuk tahun Inflows 2006 dan Langkah ini didukung dari sisi operasional di mana beberapa penyempurnaan dilakukan dalam upaya mendukung efektivitas BI Rate sebagai satu-satunya reference rate. Secara umum, pelaksanaan kebijakan moneter selama triwulan II-2006 berjalan cukup optimal. Hal ini antara lain terlihat dari suku bunga PUAB yang cenderung mendekati BI Rate, mulai turunnya suku bunga perbankan, serta kondisi likuiditas yang masih sesuai dengan perkiraan awal tahun. Grafik 3.9 Di bidang nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan Permintaan dan Penawaran Valas serangkaian upaya untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Berdasarkan Transaksi Spot Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan instrumen suku bunga, serta penyempurnaan berbagai instrumen moneter yang diperlukan. Selain itu Bank Indonesia juga terus berupaya menjaga kecukupan cadangan devisa yang dapat digunakan sebagai penyangga apabila terjadi pembalikan modal secara mendadak, terutama pascapercepatan pelunasan utang IMF sebesar $ 3,8 juta yang dilakukan pada 30 Juni Di samping itu, Bank Indonesia juga terus memantau beberapa peraturan terkait nilai tukar terutama untuk mengendalikan tekanan terhadap melemahnya rupiah dari arus modal asing jangka pendek (khususnya dalam bentuk swap beli) dan atau transaksi valas yang tidak mempunyai transaksi ekonomi yang mendasarinya (non-underlying transactions). Peraturan tersebut antara lain seperti yang tertera pada ketentuan PBI 7/14/2005 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank yang dikeluarkan pada tanggal 14 Juni Outflows Aliran Dana Asing (Net) dari Transaksi Spot Nilai Tukar Rp/USD (rata-rata bulanan) Koordinasi kebijakan dengan Pemerintah terus dilakukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi. Bank Indonesia terus berupaya untuk bersinergi bersama Pemerintah dalam mengoptimalkan stimulus fiskal serta memperbaiki iklim investasi yang merupakan kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Adapun langkahlangkah untuk menuju hal itu terus disinergikan, antara lain adalah upaya untuk mempercepat belanja modal pemerintah, mempercepat realisasi anggaran terutama untuk Pemerintah daerah serta mendorong kemajuan implementasi perbaikan iklim investasi dan infrastruktur. Suku Bunga Sejalan dengan penurunan BI Rate menjadi 12,50% pada Mei 2006, seluruh suku bunga instrumen moneter juga mengalami penurunan. Suku bunga FASBI 7 hari dan FASBI O/N menjadi berada pada level 10,50% dan 7,50%. Sementara itu suku bunga SBI Repo menjadi 15,50%. Dari sisi kebijakan operasional, per tanggal 10 Mei 2006 telah mulai dilakukan Fixed Rate Tender (FRT) pada lelang SBI 1 bulan. FRT adalah suatu prosedur lelang di mana suku bunga lelang terlebih dulu ditetapkan sebelum lelang dilaksanakan. Dalam hal ini, Bank Indonesia mengumumkan suku 19
6 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2006 bunga SBI yang akan diterima sebelum lelang SBI dimulai. Bersamaan dengan pelaksanaan FRT untuk lelang SBI 1 bulan tersebut telah pula untuk pertama kalinya dilakukan penjarangan lelang SBI 3 bulan menjadi tiap 3 bulan sekali. Sementara itu, per 2 Mei 2006 window FASBI 7 hari ditutup sampai waktu yang belum ditentukan. Meskipun demikian, terdapat diskresi penyediaan window fasilitas FASBI 7 hari untuk menyediakan atau mengurangi likuiditas dalam upaya memperkuat pengelolaan likuiditas pasar uang jangka pendek di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) paska pelaksanaan FRT. Menurunnya BI Rate diikuti oleh kecenderungan penurunan suku bunga deposito. Rata-rata tertimbang suku bunga deposito Rupiah berjangka waktu 1 bulan menurun dari 11,8% pada akhir triwulan sebelumnya menjadi 11,6% pada bulan Mei (Grafik 3.10). Sedangkan suku bunga deposito 1 bulan counter rate secara rata-rata stabil di sekitar 10,4%, seiring dengan masih tetapnya suku bunga penjaminan deposito Rupiah 1 bulan pada level 12,50%. Sementara itu, rata-rata tertimbang suku bunga PUAB O/N meningkat menjadi 9,7-10,4%, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang berada pada kisaran 9,3-9,9%. Kenaikan tersebut berkaitan dengan penyesuaian manajemen likuiditas perbankan sehubungan dengan penerapan FRT pada bulan Mei Kedepan, diharapkan tingkat suku bunga PUAB akan semakin mendekati BI Rate sebagaimana yang berlaku secara umum (best practices). Kenaikan suku bunga PUAB disertai dengan naiknya volatilitas. Pada triwulan II-2006 volatilitas suku bunga PUAB O/N mencapai 2,8-3,1% atau naik dari triwulan sebelumnya yang mencapai 1,3-1,4%. Menurunnya BI Rate belum diikuti oleh penurunan suku bunga kredit. Selama triwulan laporan, secara rata-rata tertimbang semua jenis suku bunga kredit relatif stabil kecuali untuk suku bunga kredit konsumsi yang masih cenderung naik. Secara weighted average, pada akhir Mei 2006 suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI) tercatat masing-masing mencapai 16,3% dan 15,9%, relatif tidak berubah dibanding akhir triwulan I Sementara itu Kredit Konsumsi (KK) tercatat sebesar 17,8%, naik dari 17,5% pada akhir triwulan I-2006 (Grafik 3.10). Dengan perkembangan suku bunga dana dan kredit yang demikian, selisih suku bunga di antara keduanya masih sedikit meningkat. Persen BI Rate* Depo 1 bl Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Penjaminan Depo 1 bl Grafik 3.10 Perkembangan Berbagai Suku Bunga Dana, Kredit, dan Uang Beredar Meskipun BI Rate sudah turun namun perkembangan dana masyarakat masih meningkat. Pertumbuhan deposito yang sejak awal 2005 terus naik, tampak mulai melambat sejak Maret Namun cukup tingginya kenaikan giro dan tabungan telah mendorong naiknya laju pertumbuhan DPK secara total. Pada akhir Mei 2006, DPK mengalami pertumbuhan sebesar 19,4% (y-o-y), lebih tinggi dari akhir bulan sebelumnya sebesar 14,8% (y-o-y). Masih tingginya kepercayaan masyarakat kepada perbankan nasional dan masih menariknya suku bunga di dalam negeri menjadi penyebab masih tingginya penghimpunan dana 20
7 Persen (y-o-y) 50 masyarakat pada perbankan nasional. Total DPK Giro Sementara itu, pada akhir Mei 2006 kredit perbankan mengalami Tabungan Deposito 40 pertumbuhan yang melambat. Sampai dengan akhir Mei 2006, 30 posisi kredit perbankan mencapai Rp 747,58 triliun (Tabel 3.3) 20 atau meningkat sebesar 14,9% (y-o-y). Akan tetapi, 10 pertumbuhan tersebut melambat dibanding dengan - pertumbuhan yang terjadi pada bulan sebelumnya sebesar ,9% (y-o-y) maupun dari periode yang sama tahun sebelumnya (20) sebesar 26,8% (y-o-y). Perlambatan pertumbuhan terjadi pada Grafik 3.11 seluruh jenis kredit dan hampir seluruh sektor ekonomi. Perkembangan Dana Dari sisi uang beredar, likuiditas perekonomian mengalami perkembangan yang positif. Pada akhir Mei 2006 secara nominal M2 tumbuh sebesar 18,3%, lebih tinggi Tabel 3.3 dibanding pertumbuhan Perkembangan Kredit bulan sebelumnya yang Perkembangan (T Rp) Pertumbuhan (y-t-d, %) Pangsa Sektor mencapai 14,7%. Dengan * * * pertumbuhan tersebut, pada OUTSTANDING KREDIT - Kredit Modal Kerja % 48.6% 48.2% akhir Mei 2006 level M2 - Kredit Investasi % 18.4% 18.3% tercatat sebesar Rp 1.237,5 - Kredit Konsumsi % 28.3% 27.9% - Kredit channeling (15.43) (3.02) % 4.7% 5.7% triliun, meningkat sebesar Rp Total % 100.0% 100.0% 42,4 triliun dari akhir triwulan * posisi Mei I Adapun kenaikan tersebut dipengaruhi oleh depresiasi nilai tukar (dari Rp 9.075/USD pada Maret 2006 menjadi Rp 9.220/ USD pada Mei 2006). Dari sisi komponen, kenaikan M2 disumbang oleh hampir seluruh komponennya, terutama uang giral dan uang kuasi Rupiah. Sementara itu dari sisi faktor-faktor yang mempengaruhinya, kenaikan M2 terutama disumbang oleh kenaikan posisi kredit kepada bisnis dan rumah tangga dalam denominasi rupiah dan tagihan bersih kepada pemerintah pusat (NCG). Dengan pertumbuhan demikian, secara riil uang beredar telah tumbuh PDB, M2 Riil (%) Velocity positif (Grafik 3.12), meskipun masih jauh lebih rendah dari 8 2,60 sebelum krisis. Sementara itu sepanjang tahun 2006 penciptaan 6 2,50 4 2,40 uang cukup stabil walaupun dengan kecenderungan yang 2 2,30 melambat (Grafik 3.13). Kondisi tersebut disumbang oleh 0 2,20 perkembangan M2 yang cenderung tumbuh selaras dengan -2 2,10 base money. -4 2,00-6 1, PDB M2 Riil Velocity * Grafik 3.12 Pertumbuhan Ekonomi dan Likuiditas Perekonomian 1,80 1,70 Pasar Keuangan Pada kurun waktu Triwulan II-2006 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat level tertinggi baru, sebelum kemudian terkoreksi dan ditutup pada level lebih rendah dari 21
8 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II ,00 7,00 6,00 5,00 4,00 triwulan sebelumnya. Pada awal triwulan II-2006 hingga M1/M0 (%) MM2 (M2/M0) MM1 (M1/M0) 1,90 1,70 1,50 1,30 1,10 0,90 0,70 0,50 pertengahan periode laporan, perkembangan indeks saham menunjukkan tren yang meningkat. Hal ini juga didukung oleh kebijakan penurunan BI Rate sebesar 25 bps pada 9 Mei 2006 yang sesuai dengan ekspektasi pasar sehingga disambut positif oleh investor bursa saham. IHSG yang pada saat itu dalam kondisi bullish terus berakselerasi dengan cepat hingga mencatat level tertinggi baru pada 11 Mei 2006 di posisi 1.553,062, yang merupakan posisi tertinggi indeks dalam sejarah perjalanan pasar saham di Indonesia. Sejak awal il hingga 11 Mei 2006 Grafik 3.13 (sebelum mengalami koreksi), IHSG meningkat sebesar 17,4% Perkembangan Angka Pengganda Uang atau 230,08 poin dari posisi akhir triwulan I-2006 sebesar 1.322,974. Akan tetapi kondisi yang menggembirakan tersebut ternyata tidak berlangsung lama karena tepat sehari setelah pencapaian level tertinggi, indeks langsung terkoreksi tajam dan terus tertekan. Indeks kemudian terkoreksi terus-menerus hingga sempat berada di level 1.234,198 lalu rebound dan kemudian secara gradual bergerak tipis di kisaran di level Di akhir triwulan II-2006, IHSG ditutup pada level 1.310,263. M2/M0 (%) Terkoreksinya IHSG dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor utama yang mempengaruhi kejatuhan IHSG adalah keluarnya data ekonomi AS yang menimbulkan ekspektasi pasar akan berlanjutnya kenaikan suku bunga Fed Fund sehingga pasar saham global terkoreksi. Perkembangan ini memicu kepanikan pelaku pasar dengan melakukan penjualan yang besar untuk segera merealisasikan keuntungan maupun upaya cut loss sehingga pada gilirannya membuat IHSG terjun bebas hingga sempat menyentuh level 1.309,045 atau turun 15,71% dalam waktu sepekan. Technical correction yang terjadi di bursa saham Indonesia juga dialami beberapa bursa regional dan dunia. Di sisi lain, sentimen terkait interest rate differential yang mempengaruhi perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS semakin menambah tekanan negatif pada perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta. Hal ini menyebabkan penurunan yang terjadi pada IHSG termasuk yang paling besar bila dibandingkan dengan beberapa bursa lainnya. Namun demikian, dari akumulasi net beli asing selama periode laporan, masih terlihat animo pemodal non residen untuk bertransaksi di pasar saham Indonesia. Hal ini tercermin dari posisi net beli asing yang mencapai Rp3,1 triliun (Grafik 3.14). Seperti pada pasar saham, perdagangan SUN di awal triwulan laporan menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, namun kemudian diikuti oleh tekanan jual. Sejak awal tahun 2006, perdagangan SUN semakin marak seiring dengan stabilnya suku bunga kebijakan dan ekspektasi diturunkannya suku bunga tersebut dalam waktu dekat (lebih cepat dari perkiraan semula). Peningkatan aktivitas ini terus berlanjut pada triwulan II-2006, tercermin dari menurunnya yield SUN pada saat itu. Akan tetapi pasca pertengahan Mei tekanan jual mulai meningkat seiring dengan gejolak di pasar modal dan pasar valas. Adanya tekanan jual di pasar SUN sempat membuat yield SUN semua tenor yang mulanya berada di bawah level BI Rate 22
9 menjadi naik hingga pertengahan Juni. Aksi jual SUN dilakukan oleh investor asing dengan melepas sekitar Rp 8,5 triliun sejak 12 Mei hingga 29 Mei 2006, sehingga menyebabkan total net jual asing selama bulan Mei tercatat Net Foreign (Miliar Rp) IHSG Net Beli IHSG sebesar Rp 0,1 triliun dari posisi net beli rata-rata di atas Rp 3 triliun. Namun demikian, pada akhir triwulan laporan, investor asing kembali masuk ke pasar SUN meski masih dalam jumlah yang relatif kecil sehingga posisi kepemilikan asing kembali stabil sekitar Rp 48,3 triliun Sumber : BEJ May 13- May 20- May 27- May 03- Jun 10- Jun Grafik 3.14 IHSG dan Net Beli Asing pada Triwulan II-2006 Volume (Triliun Rp) 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 Volume Net Jual Frekuensi 0,0 Jan-05 Mar Mei Jul Sep Nov Jan-06 Mar Grafik 3.15 Aktivitas Perdagangan SUN 17- Jun 24- Jun Frekuensi Mei Selanjutnya, kepanikan investor di pasar SUN menyebabkan lelang SUN di bulan Mei dan Juni kurang diminati. Pada awal triwulan laporan, lelang di bulan il 2006 masih menunjukkan perkembangan yang cukup menguntungkan Pemerintah. Namun untuk periode dua bulan berikutnya perkembangan yang sama tidak terjadi. Pada periode tersebut Pemerintah melakukan masing-masing 1 kali lelang reopening untuk seri FR26 dan FR37 dengan total dana yang diserap sebesar Rp 4,4 triliun. Pada lelang bulan Mei, dari target indikatif sebesar Rp 3,0 triliun, Pemerintah hanya memenangkan sebesar Rp 1,3 triliun dan di bulan Juni dari target sebesar Rp 2,0 triliun hanya dimenangkan sebesar Rp 3,1 triliun (dari total bidding Rp 3,7 triliun). Relatif sedikitnya jumlah yang diserap ditengarai karena yield yang diminta oleh investor cukup tinggi dibanding pertimbangan Pemerintah karena adanya faktor nilai tukar dan yield spread. Dari sisi investor, di tengah perkembangan yang terjadi, kelompok non residen tetap menunjukkan minat yang cukup besar dibanding kelompok lainnya. Kondisi yang sama juga terjadi pada lelang debt switching di awal bulan Juni di mana Pemerintah menyatakan tidak ada pemenang karena tingginya yield yang diminta para investor. 23
3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Selama triwulan I-27, kondisi moneter menunjukkan tren yang semakin membaik. Perkembangan yang membaik tersebut
Lebih terperinci3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 Selama triwulan III-26, kondisi moneter menunjukkan ukkan perkembangan yang semakin membaik. Perkembangan
Lebih terperinci3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Kondisi moneter selama triwulan IV-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini tercermin
Lebih terperinci1. Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1
Lebih terperinci3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006 Kinerja neraca pembayaran yang mencatat surplus cukup besar telah mendukung penguatan nilai tukar
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel
Lebih terperinci3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2007
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-27 Kondisi selama triwulan IV-27 menunjukkan perkembangan makroekonomi yang semakin baik dengan stabilitas yang
Lebih terperinci3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2005
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2 Laju inflasi IHK pada triwulan IV-2 mengalami peningkatan yang tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.
Lebih terperinci3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2005
3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2005 Laju inflasi IHK pada triwulan III-2005 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama berasal dari kenaikan
Lebih terperinciINDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER
PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2006
Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 26 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,
Lebih terperinciFebruari 2017 RESEARCH TEAM
RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004
Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia
Lebih terperinciBANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :
Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005
Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,
Lebih terperinciTINJAUAN KEBIJAKAN MONETER
TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0
Lebih terperinciKinerja CARLISYA PRO MIXED
29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%
Lebih terperinciJuni 2017 RESEARCH TEAM
RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO
PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK
Lebih terperinciBANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :
Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)
Lebih terperinciBANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :
Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009
Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006
Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter Februari 2006
Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,
Lebih terperinciMonthly Market Update
Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003
1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan
Lebih terperinciBANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :
Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)
Lebih terperinciKondisi Perekonomian Indonesia
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan
Lebih terperinci... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K
1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari
Lebih terperinciaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen
Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%
Lebih terperinciANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007
ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter November 2008
Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN:
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004
Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND
LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006
Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan
Lebih terperinciUang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR
(M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh
Lebih terperinciIV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia
IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran
Lebih terperinciKinerja CARLISYA PRO SAFE
29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield
Lebih terperinciRingkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia
Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,
BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004
Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan I 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan I 2004, Bank Indonesia Membaiknya
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter September 2005
Tinjauan Kebijakan Moneter September 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,
Lebih terperinciInflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan
Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan Inflasi Akhir semester I 2009 Inflasi sebesar 0,11% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,10 terjadi pada penghujung Jun. Inflasi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun
Lebih terperinciSURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%
Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012
Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,
Lebih terperinciaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)
Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa il Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada il mengalami perlambatan. Posisi M2 akhir il sebesar Rp4.274,9 T, atau
Lebih terperinciSTATEMENT KEBIJAKAN MONETER
TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 April 2016 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%, dengan suku bunga Deposit
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter September 2012
Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,
Lebih terperinciaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar
(M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
Lebih terperinciSTATEMENT KEBIJAKAN MONETER
TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14 April 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003
Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND
LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito
Lebih terperincimeningkat % (yoy) Feb'15
Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND
LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi
Lebih terperinciUang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi
Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik
BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.
Lebih terperinciKinerja CARLISYA PRO FIXED
29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010
Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,
Lebih terperinciAlamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.
September 2014-1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon
Lebih terperinciPerkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur
1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK
Lebih terperinciIkhtisar. Perekonomian tahun 2003 relatif stabil dan membaik. Inflasi Desember 2003 menurun dibanding November...
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Desember Ikhtisar Perekonomian tahun relatif stabil dan membaik. Inflasi Desember menurun dibanding November......diikuti dengan kurs yang masih stabil...
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter November 2005
Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA
PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA RINGKASAN 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 3 PEREKONOMIAN GLOBAL 4 PROSPEK PERTUMBUHAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah
Lebih terperinciTINJAUAN UMUM. Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia
Tinjauan Umum 485 TINJAUAN UMUM Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia Selama triwulan I-2005, kinerja perekonomian Indonesia masih menunjukkan perkembangan yang membaik. Kestabilan makroekonomi
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008
Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,
Lebih terperinciUang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi
Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Juli Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) kembali melambat. Posisi M2 pada akhir Juli tercatat sebesar Rp4.383,0 T, atau
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND
LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito
Lebih terperinciEkonomi, Moneter dan Keuangan
Ekonomi, Moneter dan Keuangan T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 0 I. TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2014 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t er 1 T i n j a u a n K e b i j a k
Lebih terperinciPerkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global
2015 Vol. 2 Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pertumbuhan Ekonomi P erkembangan indikator ekonomi pada kuartal
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN:
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 149 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 Tim Penulis
Lebih terperinciLaporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Juni 2005
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Juni IKHTISAR Pertumbuhan ekonomi masih positif. Bulan Juni mencatat inflasi. Nilai tukar rupiah melemah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif dan
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003
1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 Tim Penulis Laporan triwulan I-2003, Bank Indonesia Kondisi moneter selama triwulan I-2003 tetap stabil dan terkendali meskipun belum
Lebih terperinciAnalisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN
Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 109 ANALISIS TRIWULANAN Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 Tim Penulis Laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan
Lebih terperinciSuharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan
Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian
Lebih terperinciPERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH
PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH Asumsi nilai tukar rupiah terhadap US$ merupakan salah satu indikator makro penting dalam penyusunan APBN. Nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat berpengaruh
Lebih terperinciSURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%
SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter November 2012
Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010
Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,
Lebih terperinciaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar
Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Agustus 2015 Likuiditas perekonomian terakselerasi didukung pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan. Posisi uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh
Lebih terperinciPENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia)
1. SBI 3 bulan PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia) SBI 3 bulan digunakan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen untuk melakukan operasi
Lebih terperinciLAPORAN KEBIJAKAN MONETER
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2014 menunjukkan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terjaga serta proses penyesuaian
Lebih terperinciIkhtisar. Kestabilan ekonomi relatif terjaga.
Ikhtisar Kestabilan ekonomi relatif terjaga. Pada April, laju inflasi masih relatif terkendali......, sementara itu nilai tukar sedikit tertekan namun masih terkendali. Perkembangan berbagai indikator
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013
Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,
Lebih terperinci% (yoy) Feb'15 Mar'15*
Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa et Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada et mengalami peningkatan. Posisi M2 tercatat Rp4.246,3 T, tumbuh 16,3,
Lebih terperinciLAPORAN KEBIJAKAN MONETER
RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Perekonomian Indonesia triwulan IV 2013 dan Januari 2014 menunjukkan kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan Pemerintah sejak pertengahan tahun 2013 mulai
Lebih terperinci