Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA"

Transkripsi

1 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

2 Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.6 Tahun Penyampaian laporan tersebut pada hakikatnya merupakan salah satu wujud dari akuntabilitas dan transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Laporan triwulan ini merupakan laporan triwulan pertama di tahun 2012 yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode Januari Maret ii

3 KATA PENGANTAR Mari kita sama-sama bersyukur karena stabilitas ekonomi makro Indonesia pada triwulan I-2012 tetap terjaga sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi perekonomian dan keuangan global yang masih mengalami perlambatan seiring berlarutnya krisis di Eropa tidak menimbulkan dampak signifikan bagi perekonomian Indonesia. Berbagai indikator makro, moneter, perbankan dan sistem pembayaran menunjukkan kondisi yang positif. Pada triwulan I-2012, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 6,5% dengan inflasi serendah 0,88% (qtq) atau 3,97% (yoy). Sebagaimana diatur dalam pasal 58 Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah diubah terakhir dengan Undang-Undang nomor 6 tahun 2009, Bank Indonesia telah menyusun laporan tertulis tentang pelaksanaan tugas dan wewenang periode triwulan I Laporan ini dibuat sebagai bentuk akuntabilitas kepada publik dan menguraikan berbagai kondisi dan risiko yang dihadapi, respons kebijakan yang ditempuh, dan proses serta sumber daya yang digunakan untuk melaksanakan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama triwulan I Selanjutnya, laporan ini menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia guna melakukan penilaian terhadap kinerja Dewan Gubernur dan Bank Indonesia secara keseluruhan. Kondisi perekonomian yang kuat tentunya tidak terlepas dari dukungan sistem keuangan yang kondusif. Industri perbankan mampu menunjukkan ketahanan ditengah goncangan keuangan global dan berkinerja optimal dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Berbagai aktivitas perekonomian selama tahun 2011 juga didukung dengan kelancaran transaksi di sistem pembayaran dan pengedaran uang. Untuk mencapai kinerja yang positif, berbagai kebijakan telah ditempuh oleh Bank Indonesia. Dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, Bank Indonesia senantiasa berkoordinasi secara intensif dengan Pemerintah dan seluruh stakeholder terkait. Dengan memperhatikan berbagai risiko yang ada, Bank Indonesia menyadari bahwa respons kebijakan kedepan akan semakin kompleks. Untuk itu, Bank Indonesia akan senantiasa mencermati berbagai tantangan dan menyikapinya secara terukur dengan mengutamakan efisiensi dan tata kelola yang baik. Jakarta, 4 Mei 2012 GUBERNUR BANK INDONESIA Darmin Nasution iii

4 Halaman ini sengaja dikosongkan iv

5 DAFTAR ISI Kata Pengantar... iii Daftar Isi... v Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Bab 1 Ringkasan Eksekutif... 1 Kinerja Perekonomian...2 Kebijakan yang Ditempuh...3 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Inflasi Pertumbuhan Ekonomi Neraca Pembayaran Nilai Tukar Rupiah Perkembangan Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Perkembangan Suku Bunga Perbankan Perkembangan Bank Umum Perkembangan Perbankan Syariah Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan Pengedaran Uang...29 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Stabilitas Moneter Kebijakan Moneter Pengelolaan Operasi Moneter dan Nilai Tukar Koordinasi dengan Pemerintah dalam Pengendalian Inflasi Pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN) Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung Perumusan Kebijakan...37 v

6 2. Stabilitas Sistem Perbankan Kebijakan dan Pengawasan Bank Umum Pengaturan Bank Umum Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) Kesiapan Bank Indonesia Terkait Implementasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pengawasan Bank Umum Kebijakan dan Pengawasan Perbankan Syariah Kebijakan dan Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Penguatan Sektor Riil dan Penyaluran Kredit UMKM Perizinan dan Informasi Perbankan Investigasi dan Mediasi Perbankan Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang Kebijakan Sistem Pembayaran Kebijakan Pengedaran Uang Kerjasama Internasional Komunikasi dan Edukasi Kebijakan...58 Bab 4 Manajemen Intern Bank Indonesia Akuntabilitas dan Transparansi Audit Intern Keuangan Intern Sistem Informasi Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) Aspek Hukum Program Sosial Bank Indonesia...67 Lampiran Produk Hukum Bank Indonesia Selama Triwulan I Peraturan Bank Indonesia Peraturan Dewan Gubernur Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia Surat Edaran Intern Bank Indonesia...72 Daftar Istilah...73 Daftar Singkatan...77 vi

7 DAFTAR TABEL Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Syariah Indikator Utama Kinerja BPR Nilai Transaksi Pembayaran Volume Transaksi Pembayaran Perkembangan Indikator Pengedaran Uang Rasio Uang Palsu...30 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 3.1. Realisasi Penarikan Utang Luar Negeri Pemerintah Realisasi Pembayaran Utang Luar Negeri Pemerintah Kegiatan Perizinan Bank Umum Tahun Perkembangan Jumlah Debitur dan Fasilitas SID Statistik Perkembangan Investigasi Tipibank Triwulan I Statistik Jenis Informasi yang Diterima dan Tindak Lanjut Sengketa yang Memenuhi Persyaratan Untuk Ditindaklanjuti Berdasarkan Kelompok Produk...50 vii

8 DAFTAR GRAFIK Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 2.1. Perkembangan Inflasi Perkembangan Harga Beras Kapasitas Utilisasi Survei Konsumen Survei Penjualan Eceran Neraca Perdagangan Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Triwulan I Kinerja Mata Uang Regional Asia Triwulan I Volatilitas Mata Uang Regional Asia Triwulan I Pergerakan Premi Swap Perkembangan CDS Obligasi Pemerintah Tenor 5 Tahun di Negara Kawasan Perbandingan CIP Beberapa Negara Suku Bunga PUAB overnight dan BI rate Suku Bunga PUAB overnight & JIBOR Suku Bunga PUAB overnight dan Volume Deposit Facility Jumlah Pelaku PUAB Volume PUAB Komposisi Tenor PUAB Perkembangan BI rate, Suku Bunga Kredit dan Deposito Rupiah Perkembangan Rata-rata Suku Bunga Kredit Per Jenis Penggunaan Perkembangan Uang Rupiah yang Diedarkan...29 viii

9 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 3.1. Suku Bunga Operasi Moneter Posisi Instrumen Operasi Moneter Permintaan Informasi Debitur Individual (IDI) Progress Penanganan Kasus Tipibank di Penegak Hukum (Tahun 1999 s.d Triwulan I-2012) Sebaran Jenis Tipibank...49 ix

10 Halaman ini sengaja dikosongkan x

11 BAB 1 Ringkasan Eksekutif Kinerja perekonomian Indonesia selama triwulan I-2012 tetap terjaga di tengah tren perlambatan ekonomi dunia. Inflasi terkendali di level yang rendah disertai pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi. Stabilitas sistem keuangan tetap terkendali, didukung kinerja industri perbankan yang tetap solid, meskipun nilai tukar sedikit tertekan sebagai pengaruh ketidakpastain ekonomi global. Berbagai capaian ini tidak terlepas dari dukungan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia serta koordinasi yang intensif dengan pemerintah sehingga dapat menjaga stabilitas makroekonomi.

12 Bab 1 Ringkasan Eksekutif Kinerja Perekonomian Inflasi IHK selama triwulan I-2012 tetap terkendali. Inflasi IHK pada triwulan I-2012 masih tercatat rendah sebesar 0,88% (qtq) atau 3,97% (yoy), meskipun sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan komponennya, sumber tekanan inflasi terutama berasal dari inflasi kelompok volatile food, sementara inflasi kelompok inti dan administered price masih tercatat rendah. Tekanan inflasi dari kelompok volatile food disebabkan oleh masih tingginya harga beras dan adanya kenaikan harga komoditas bumbu-bumbuan. Inflasi inti yang masih tercatat rendah dipengaruhi oleh terjaganya pasokan barang dan jasa, meskipun kenaikan harga komoditas global non-pangan serta depresiasi rupiah sedikit memberikan tekanan kenaikan. Sementara itu, inflasi administered price tetap rendah kendati pemerintah pada triwulan laporan menaikkan harga cukai rokok. Dengan perkembangan inflasi IHK hingga triwulan I-2012 tersebut, Bank Indonesia memperkirakan inflasi masih konsisten dengan sasaran sebesar 4,5%+1% pada 2012 dan Namun demikian, risiko inflasi yang berasal dari peningkatan ekspektasi inflasi yang dipicu oleh ketidakpastian rencana penyesuaian subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) akan tetap dicermati. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2012, meskipun dibayangi kemungkinan adanya kebijakan BBM pemerintah, diperkirakan masih tetap tinggi. Ditopang oleh inflasi yang terkendali, perekonomian triwulan I-2012 diperkirakan tumbuh sebesar 6,5% (yoy). Sumber utama pertumbuhan ekonomi berasal dari konsumsi rumah tangga yang masih kuat sejalan dengan optimisme konsumen yang tetap tinggi. Peran investasi sebagai sumber pertumbuhan juga semakin meningkat didukung oleh iklim usaha yang kondusif dan potensi pendanaan yang meningkat. Sementara kinerja ekspor diperkirakan tumbuh melambat akibat berlanjutnya pelemahan ekonomi global yang menyebabkan turunnya daya serap negara mitra dagang utama. Di tengah perlambatan kinerja ekspor, impor masih tumbuh tinggi dengan masih kuatnya permintaan domestik. Ke depan, prospek ekonomi Indonesia keseluruhan 2012 masih tetap kuat pada kisaran 6,3-6,7%, meskipun berbagai faktor risiko masih tetap perlu diwaspadai. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) selama triwulan I-2012 mengalami penurunan. Penurunan kinerja NPI terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja neraca transaksi berjalan akibat ekspor yang melambat dan impor yang meningkat. Sementara transaksi modal dan finansial (TMF) diperkirakan masih mengalami surplus yang cukup besar ditopang oleh aliran investasi langsung dan portofolio. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir Maret 2012 mencapai USD 110,5 miliar atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Penurunan kinerja yang terjadi pada NPI memengaruhi nilai tukar rupiah yang mengalami pelemahan selama triwulan I Rupiah secara point-to-point melemah sebesar 0,87% (qtq) ke level Rp 9.139/USD atau secara rata-rata melemah 1,03% (qtq) menjadi Rp 9.066/USD. Kendati melemah, volatilitas nilai tukar rupiah masih terjaga pada level yang rendah dibandingkan dengan negaranegara di kawasan. Kondisi ini tidak terlepas dari langkah stabilisasi nilai tukar rupiah yang ditempuh Bank Indonesia, baik dengan intervensi di pasar valas maupun pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder, yang pada gilirannya tetap menjaga stabilitas pergerakan nilai tukar rupiah. Berdasarkan faktor yang memengaruhinya, tekanan terhadap nilai tukar rupiah antara lain berasal dari penyesuaian portofolio investor asing akibat pengaruh sentimen global dan ekspektasi 2

13 Bab 1 Ringkasan Eksekutif inflasi yang meningkat di dalam negeri. Selain itu, permintaan valas yang cenderung meningkat seiring dengan kuatnya impor, termasuk impor migas untuk konsumsi BBM di dalam negeri, juga menimbulkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Sejalan dengan kinerja makroekonomi yang tetap terjaga, stabilitas sistem keuangan juga tetap terkendali. Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (Financial Stability Index/FSI) pada akhir triwulan I-2012 tercatat stabil pada level 1,64. Stabilitas sistem keuangan tersebut didukung oleh kinerja sektor perbankan yang tetap terjaga sebagai industri yang mendominasi sistem keuangan Indonesia. Rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio), tercatat tinggi mencapai 18,41% pada Februari 2012, jauh di atas CAR minimum 8%. Permodalan bank yang tinggi tersebut dicapai melalui peningkatan profitabilitas bank. Sementara itu, intermediasi perbankan juga terus membaik tercermin dari pertumbuhan kredit yang hingga akhir Februari 2012 mencapai 24,2% (yoy). Penyaluran kredit perbankan tersebut lebih ditujukan pada sektor-sektor produktif sebagaimana tampak dari Kredit Investasi yang tumbuh tinggi (33,2% yoy), sementara Kredit Modal Kerja dan Kredit Konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 23,4% (yoy) dan 19,6% (yoy). Kinerja perekonomian Indonesia juga didukung oleh keandalan sistem pembayaran dan terpenuhinya kebutuhan uang kartal masyarakat. Sistem pembayaran sebagai bagian dari sistem keuangan tetap menunjukkan kinerja yang terjaga selama triwulan I Nilai dan volume transaksi sistem pembayaran selama triwulan I-2012 menunjukkan peningkatan sejalan dengan naiknya kegiatan perekonomian. Meningkatnya transaksi sistem pembayaran tersebut didukung dengan ketersediaan Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) dan Sistem Kliring Bank Indonesia (SKNBI), yang mencapai 99,97%. Selain itu, kinerja sistem pemrosesan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dan Uang Elektronik yang diselenggarakan oleh pihak di luar Bank Indonesia juga tetap terjaga. Dari sisi pengedaran uang, kebutuhan uang kartal masyarakat masih cukup tinggi. Tingginya kebutuhan uang kartal masyarakat diikuti dengan adanya peningkatan Uang yang Diedarkan (UYD) selama triwulan I Kebijakan Yang Ditempuh Kondisi perekonomian yang kondusif selama triwulan I-2011 tidak terlepas dari dukungan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia serta koordinasi intensif dengan pemerintah. Berbagai langkah kebijakan tersebut yang disertai dengan koordinasi yang erat dengan instansi terkait, diharapkan dapat membawa perekonomian Indonesia ke level yang lebih tinggi dengan tetap menjaga pencapaian inflasi pada kisaran sasaran yang ditetapkan. Di bidang moneter, kebijakan Bank Indonesia selama triwulan laporan tetap diarahkan untuk mengendalikan inflasi agar mencapai sasarannya dengan tetap memberikan ruang bagi pertumbuhan ekonomi. Kebijakan moneter tersebut ditempuh dengan menurunkan BI rate sebesar 25 bps selama triwulan I-2012, sehingga BI rate pada akhir triwulan I-2011 menjadi 5,75%. Selain itu, dalam rangka pendalaman pasar keuangan dan mendorong pengelolaan likuiditas perbankan, Bank Indonesia juga melebarkan batas bawah koridor (suku bunga Deposit Facility) sebesar 50 bps sehingga menjadi 200 bps di bawah BI rate. 3

14 Bab 1 Ringkasan Eksekutif Dari sisi operasional, Bank Indonesia melakukan penguatan operasi moneter untuk mengendalikan ekses likuiditas jangka pendek. Strategi pengelolaan operasi moneter Bank Indonesia selama triwulan I-2012 ditujukan untuk mengoptimalkan penyerapan likuiditas melalui berbagai instrumen moneter jangka panjang, antara lain melalui Reverse Repo Surat Berharga Negara (RR SBN). Penyerapan likuiditas melalui RR SBN ini juga ditujukan untuk meningkatkan peran SBN sebagai instrumen moneter untuk memperdalam dan meningkatkan resiliensi pasar SBN dalam menghadapi gejolak eksternal. Operasi moneter juga dilakukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Langkah ini ditempuh melalui stabilisasi nilai tukar yang dilakukan secara terukur, antara lain dengan melakukan intervensi di pasar valas dalam bentuk transaksi spot dan forward. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan monitoring dan komunikasi intensif dengan peserta pasar valas untuk mencegah volatilitas nilai tukar rupiah yang berlebihan. Bank Indonesia juga melakukan beberapa kerjasama baik dengan pemerintah maupun kerjasama internasional. Kerjasama dengan pemerintah untuk pengendalian inflasi dilakukan melalui Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Kerjasama tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa pencapaian inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh sisi permintaan, melainkan juga dari sisi pasokan. Kerjasama dengan pemerintah juga dilakukan untuk menjaga stabilitas pasar keuangan domestik. Di samping itu, Bank Indonesia juga aktif melakukan kerjasama dengan bank sentral dan lembaga keuangan lainnya, baik di tataran regional maupun internasional. Selain kebijakan moneter, Bank Indonesia juga mengeluarkan berbagai kebijakan dan regulasi ketentuan untuk menjaga stabilitas sistem perbankan. Ketentuan yang diterbitkan antara lain mengenai Laporan Berkala Bank Umum dan besaran Loan To Value (LTV) Kredit Kepemilikan Rumah serta Down Payment (DP) Kredit Kendaraan Bermotor. Ketentuan tersebut ditujukan untuk meningkatkan prinsip kehati-hatian perbankan. Aturan lain yang diterbitkan yaitu ketentuan mengenai produk Qardh beragun emas, yang ditujukan untuk mencegah spekulasi pelaksanaan pembiayaan beragun emas (gadai emas) di perbankan syariah. Bank Indonesia juga melakukan penyesuaian program Arsitektur Perbankan Indonesia (API) untuk mempersiapkan perbankan menghadapi persaingan global. Penyesuaian program API ditujukan untuk mendorong perbankan agar menjadi lebih efisien dan optimal dalam menjalankan fungsi intermediasi. Salah satu program API yang dilakukan antara lain mendorong implementasi program BPD Regional Champion (BRC) untuk mengoptimalkan peran dan kinerja BPD. Selain itu, Bank Indonesia bekerja sama dengan perbankan tetap meneruskan program Financial Inclusion untuk meningkatkan askes lembaga keuangan kepada berbagai lapisan masyarakat. Dengan telah disahkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia telah menempuh langkah-langkah persiapan untuk mengalihkan fungsi pengawasan bank ke OJK melalui pembentukan task force. Selain itu, Bank Indonesia juga membentuk task force untuk mempersiapkan penyiapan bisnis proses Stabilitas Sistem Keuangan dan Bank Indonesia pasca UU OJK. Berbagai upaya tersebut dilakukan melalui koordinasi dengan instansi terkait sehingga pengalihan fungsi pengawasan dari BI ke OJK dapat dilakukan dengan lancar. 4

15 Bab 1 Ringkasan Eksekutif Di bidang sistem pembayaran, kebijakan Bank Indonesia tetap diarahkan untuk menjaga kelancaran, keamanan dan efisiensi sistem pembayaran, dengan tetap memperhatikan perlindungan konsumen. Untuk meningkatkan efisiensi sistem pembayaran, Bank Indonesia mendorong interoperabilitas sistem pembayaran retail melalui National Payment Gateway (NPG). Sebagai salah satu implementasi NPG, Bank Indonesia memfasilitasi terbentuknya interkoneksi layanan ATM Bank Mandiri dan BCA. Selanjutnya untuk melindungi kepentingan konsumen, Bank Indonesia menyempurnakan ketentuan mengenai penyelenggaraan APMK. Melalui penyempurnaan ketentuan tersebut, diatur batasan dan tanggung jawab yang jelas dalam penggunaan debt collector oleh perbankan. Selain itu, terdapat penyeragaman perhitungan dan pembatasan maksimum suku bunga kartu kredit. Untuk meningkatkan kelancaran dan keamanan sistem pembayaran, Bank Indonesia juga terus mengembangkan Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II. Sementara di bidang pengedaran uang, kebijakan Bank Indonesia tetap ditujukan untuk mendukung ketersediaan uang rupiah dalam jumlah dan nominal yang cukup serta layak edar. Selain itu, Bank Indonesia meningkatkan layanan kas sehingga dapat menjangkau wilayah terdepan dan daerah terpencil, yang dilakukan antara lain bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Laut (TNI - AL). Untuk mendukung kelancaran tugas pokok di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran, Bank Indonesia juga menempuh berbagai kebijakan di bidang manajemen internal. Di bidang keuangan, pelaksanaan manajemen keuangan Bank Indonesia ditujukan untuk memelihara sustainabilitas, transparansi dan akuntabilitas keuangan Bank Indonesia. Untuk itu, Bank Indonesia melanjutkan program Asset Liability Management (ALM) dengan pemerintah, dan melanjutkan implementasi Performance Based Budgeting (PBB) secara bertahap. Di bidang teknologi informasi, kebijakan diarahkan untuk menyediakan sistem informasi yang terintegrasi dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia. Sementara di bidang sumber daya manusia, kebijakan diarahkan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Bank Indonesia melalui peningkatan kompetensi dan kepemimpinan, serta penyelarasan organisasi Bank Indonesia yang sejalan dengan arah strategi ke depan. 5

16 Bab 1 Ringkasan Eksekutif Halaman ini sengaja dikosongkan 6

17 BAB 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Perekonomian Indonesia selama triwulan I-2012 tetap menunjukkan kinerja yang baik, di tengah tren perlambatan ekonomi dunia. Tekanan inflasi yang masih terkendali mendukung pertumbuhan ekonomi tetap tinggi. Kinerja perbankan juga tetap solid sementara sistem pembayaran berjalan lancar. Prospek ekonomi Indonesia tahun 2012 diperkirakan masih cukup kuat ditopang konsumsi rumah tangga dan investasi, meskipun pengaruh perlambatan ekonomi global tetap dicermati. Melalui berbagai upaya pengendalian inflasi, inflasi 2012 diharapkan masih terkendali dalam sasaran 4,5% + 1%, meskipun risiko meningkatnya ekspektasi inflasi terkait dengan kebijakan BBM pemerintah tetap diwaspadai.

18 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1. Inflasi Inflasi IHK pada triwulan I-2012 masih terkendali. Tekanan inflasi terutama berasal dari kelompok volatile food, sementara inflasi inti terkendali dan inflasi administered relatif rendah. Inflasi IHK pada triwulan I-2012 secara umum masih terkendali, meskipun terdapat risiko peningkatan tekanan inflasi ke depan. Inflasi IHK tercatat sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun peningkatan tersebut lebih disebabkan oleh faktor non-fundamental khususnya perkembangan harga pada kelompok volatile food. Sementara itu, inflasi inti masih tercatat dalam tren menurun dan inflasi administered relatif rendah. Dengan perkembangan tersebut inflasi IHK pada triwulan laporan tercatat 0,88 (qtq) atau 3,79% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,79% atau 3,79% (yoy) (Grafik 2.1). Tekanan inflasi IHK pada triwulan I-2012 terutama berasal dari kelompok volatile food. Inflasi kelompok volatile food pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,65%(qtq) atau 4,45% (yoy), melonjak dari triwulan sebelumnya deflasi 0,32% (qtq) atau 3,37% (yoy). Perkembangan inflasi volatile food triwulan laporan ini cukup berbeda dengan pola musimannya, dimana pada triwulan pertama tahun kalendar pada umumnya mencatat inflasi yang rendah. Inflasi pada kelompok volatile food terutama disumbang oleh masih tingginya harga beras pada akhir triwulan laporan. Komoditas beras menjadi penyumbang inflasi tertinggi pada triwulan laporan antara lain sejalan dengan dampak kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) beras per 1 Maret 2012 sebesar 30%. Harga beras pada triwulan I-2012 meningkat 3,05% (qtq) atau 17,58% (yoy) (Grafik 2.2). Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Grafik 2.2 Perkembangan Harga Beras 8

19 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tekanan inflasi volatile food juga dipengaruhi oleh naiknya harga komoditas bumbu-bumbuan seperti cabai dan bawang putih. Kenaikan harga bumbu-bumbuan terjadi akibat faktor cuaca yang kurang menguntungkan yang antara lain telah menurunkan produktivitas panen aneka cabai di akhir periode dan mendorong kenaikan harga cabai. Faktor cuaca yang kurang menguntungkan yang berdampak pada timbulnya gelombang tinggi di laut juga berpengaruh pada kenaikan harga beragam ikan laut. Inflasi inti yang masih terkendali di tengah permintaan domestik masih kuat, tidak terlepas dari dukungan sisi penawaran yang masih memadai dalam memenuhi permintaan domestik. Perkembangan ini antara lain tercermin dari kapasitas utilisasi yang masih belum sepenuhnya digunakan (baru sekitar 70%) (Grafik 2.3). Dengan pengaruh positif ini, inflasi inti triwulan laporan tercatat sebesar 4,25% (yoy), menurun dibanding triwulan sebelumnya 4,34% (yoy). Sementara secara triwulanan, inflasi inti tercatat meningkat dari 0,47% (qtq) menjadi 0,97% (qtq), sejalan dengan pola musiman di awal tahun terkait kuatnya permintaan di periode liburan panjang dan perayaaan hari keagamaan (Imlek). Grafik 2.3 Kapasitas Utilisasi Namun demikian, perkembangan kondisi eksternal dan ekspektasi inflasi perlu dicermati karena terindikasi mulai meningkatkan tekanan inflasi inti. Dari sisi eksternal, tekanan imported inflation terutama terjadi melalui dampak kenaikan harga komoditas global non-pangan. Sepanjang triwulan I-2012, harga emas global meningkat cukup signifikan 17,81% (yoy), demikian pula harga energi global naik 8,95% (yoy). Kenaikan harga komoditas global non-pangan tersebut kemudian mendorong kenaikan inflasi inti khususnya melalui harga emas domestik yang meningkat 19,61% (yoy). Dari sisi ekspektasi inflasi, terindikasi dalam beberapa bulan terakhir mengalami peningkatan yang berisiko meningkatkan tekanan inflasi inti. Hal ini tercermin pada hasil Survei Konsumen dan Survei Penjualan Eceran yang menunjukkan tren peningkatan ekspektasi inflasi ke depan (Grafik 2.4 dan Grafik 2.5). 9

20 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 2.4 Survei Konsumen Grafik 2.5 Survei Penjualan Eceran Inflasi kelompok administered prices masih tercatat rendah, meskipun sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi administered prices tercatat sebesar 2,92% (yoy), sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya, 2,78% (yoy). Sementara secara triwulanan, inflasi administered prices meningkat dari 0,45% (qtq) menjadi 0,92% (qtq). Kenaikan inflasi kelompok ini terutama didorong dampak kebijakan pemerintah menaikkan harga cukai rokok per 1 Januari 2012 sebesar 16%. Selain rokok, sumbangan inflasi juga berasal dari bahan bakar sebesar 0,03% (qtq) akibat kenaikan harga BBM non-subsidi yang menyesuaikan dengan kenaikan harga minyak internasional. Secara geografis, berbagai perkembangan inflasi IHK pada triwulan laporan banyak dipengaruhi oleh inflasi di Jakarta dan Kawasan Timur Indonesia (KTI), terutama pada akhir triwulan. Inflasi di Jakarta dipengaruhi oleh besarnya inflasi kelompok bahan makanan terutama aneka bumbu, buah-buahan, dan sayuran akibat mulai terbatasnya pasokan dari daerah sentra produksi utama di Jawa. Kenaikan inflasi aneka bumbu di Jakarta tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata periode yang sama dalam lima tahun terakhir. Inflasi di KTI juga turut dipengaruhi kenaikan harga bahan makanan, kelompok makanan jadi, dan kelompok kesehatan, meskipun deflasi yang cukup besar pada kelompok transportasi khususnya angkutan udara menahan kenaikan inflasi lebih lanjut. Dengan perkembangan inflasi IHK hingga triwulan I-2012 tersebut, Bank Indonesia memperkirakan inflasi masih konsisten dengan sasaran sebesar 4,5%+1% pada 2012 dan Namun demikian, risiko inflasi yang berasal dari peningkatan ekspektasi inflasi yang dipicu oleh ketidakpastian rencana penyesuaian harga BBM subsidi perlu dicermati. 10

21 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 2. Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Indonesia selama triwulan I-2012 diperkirakan tetap tumbuh tinggi, ditopang kuatnya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya peran investasi. Sementara ekspor tumbuh melambat dengan berlanjutnya pelemahan ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan laporan diperkirakan juga masih kuat. Ekonomi Indonesia triwulan I-2012 diperkirakan tumbuh sekitar 6,5% (yoy) (Tabel 2.1). Perkiraan pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang permintaan domestik yang tetap kuat sejalan dengan pengaruh positif terkendalinya inflasi dalam menjaga daya beli masyarakat. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diperkirakan cenderung melambat sejalan dengan perlambatan ekonomi global. Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan % yoy, Tahun Dasar 2000 Komponen Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I* Konsumsi Rumah Tangga 4,7 4,5 4,6 4,8 4,9 4,7 5,0 Konsumsi Pemerintah 0,3 2,8 4,5 2,8 2,8 3,2 3,0 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,5 7,3 9,3 7,1 11,5 8,8 10,6 Ekspor Barang dan Jasa 15,3 12,2 17,2 17,8 7,9 13,6 10,2 Impor Barang dan Jasa 17,3 14,4 15,3 14,0 10,1 13,3 10,3 PDB 6,2 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 *Proyeksi Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2012 bersumber dari masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan tetap tingginya pertumbuhan investasi. Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih kuat, ditopang oleh terjaganya keyakinan konsumen dan daya beli masyarakat. Sementara itu, kinerja investasi diperkirakan meningkat, didukung oleh optimisme pelaku usaha, meningkatnya potensi pendanaan, serta realisasi proyek infrastruktur terutama listrik. Pada saat yang sama, belanja pemerintah juga membaik sehingga memberikan penguatan tambahan terhadap kegiatan ekonomi domestik. Realisasi belanja pemerintah, termasuk belanja modal, pada Februari 2012 tercatat lebih besar dari triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekspor diperkirakan melambat akibat masih tingginya ketidakpastian perekonomian global. Sebaliknya, impor diperkirakan masih tumbuh tinggi sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik. Secara sektoral, motor pertumbuhan ekonomi terutama bersumber dari sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Dari sektor industri pengolahan, pertumbuhan yang tinggi dipengaruhi oleh kuatnya permintaan domestik. Tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan terutama didukung oleh pertumbuhan pada subsektor industri makanan dan minuman, membaiknya subsektor industri semen sejalan dengan meningkatnya konstruksi, dan pulihnya subsektor industri alat angkut pascabanjir Thailand. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, pertumbuhan yang tinggi didukung oleh aktivitas domestik yang bergairah, tercermin dari tingginya 11

22 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran indeks penjualan eceran (Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia) dan optimisme dunia usaha (Survei Keyakinan Dunia Usaha Bank Indonesia). Di samping itu, tingkat hunian hotel dan jumlah wisatawan mancanegara juga menunjukkan kinerja yang baik hingga Februari Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2012 juga ditopang oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yang diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi. Subsektor pengangkutan masih akan tumbuh sejalan adanya rencana penambahan pesawat oleh beberapa maskapai penerbangan dan kenaikan jumlah penumpang kereta api. Pada subsektor komunikasi, pertumbuhan yang tinggi berasal dari penggunaan internet. Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia pada 2012 masih dapat tumbuh pada kisaran 6,3%-6,7% (Tabel 2.2). Prospek perekonomian tersebut terutama ditopang oleh permintaan domestik yang masih cenderung meningkat terutama terkait dengan kinerja investasi dan konsumsi rumah tangga. Di sisi lain, ekspor diperkirakan akan mengalami perlambatan pertumbuhan akibat melambatnya ekonomi global serta menurunnya harga komoditas internasional secara umum. Kendati demikian, beberapa risiko ketidakpastian masih perlu dicermati karena dapat memengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi. Risiko tersebut terutama bersumber dari terus berlanjutnya perlambatan ekonomi global, peningkatan harga minyak dunia, serta ketidakpastian terkait kebijakan bahan bakar minyak bersubsidi. Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral % yoy, Tahun Dasar * Sektor * Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I* Pertanian 3,0 3,7 3,6 2,6 1,9 3,0 3,0 3,0-3,5 Pertambangan & Penggalian 3,6 4,4 1,0 0,6 (-0,3) 1,4 0,6 0,7-1,1 Industri Pengolahan 4,7 5,0 6,2 6,9 6,7 6,2 6,3 6,0-6,4 Listrik, Gas & Air Bersih 5,3 4,3 3,9 5,2 5,8 4,8 5,6 5,5-6,0 Bangunan 7,0 5,2 7,5 6,3 7,8 6,7 8,1 7,5-8,0 Perdagangan, Hotel & Restoran 8,7 7,9 9,3 9,2 10,2 9,2 9,3 8,7-9,2 Pengangkutan & Komunikasi 13,4 13,4 10,9 9,5 9,2 10,7 10,2 9,9-10,4 Keuangan, Persewaan & Jasa 5,7 7,0 6,7 6,9 6,7 6,8 6,7 6,4-6,8 Jasa - jasa 6,0 7,0 5,7 7,8 6,5 6,7 6,6 6,4-6,8 PDB 6,2 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3-6,7 *Proyeksi Bank Indonesia 3. Neraca Pembayaran Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia selama triwulan I-2012 mengalami penurunan akibat kinerja ekspor yang melambat. Namun aliran masuk dana asing berupa investasi langsung maupun investasi portofolio menahan penurunan kinerja NPI lebih lanjut. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I-2012 diperkirakan menurun akibat kinerja neraca transaksi berjalan yang menurun cukup besar. Penurunan kinerja neraca transaksi berjalan pada satu sisi dipengaruhi oleh kinerja ekspor yang melambat sejalan dengan melambatnya 12

23 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran kegiatan ekonomi global. Pada sisi lain, kinerja transaksi berjalan disebabkan oleh masih kuatnya impor, akibat masih tingginya aktivitas ekonomi domestik termasuk konsumsi bahan bakar minyak yang meningkat, ditengah harga minyak dunia yang berada pada level tinggi (Grafik 2.6). Grafik 2.6 Neraca Perdagangan Penurunan NPI tertahan karena transaksi modal dan finansial yang diperkirakan masih mencatat surplus. Surplus tersebut bersumber dari aliran masuk dana asing, baik berupa investasi langsung maupun investasi portofolio. Aliran investasi langsung pada triwulan I-2012 yang cukup besar masih mendominasi aliran masuk modal asing. Investasi portofolio oleh asing selama triwulan laporan mengalami peningkatan terutama pada saham dan Surat Utang Negara (SUN). Investor asing mencatat beli neto di pasar saham sebesar Rp 10,02 triliun, sementara kepemilikan asing pada instrumen SUN meningkat sebesar Rp 1,86 triliun, meskipun sempat mengalami koreksi pada Februari dan Maret Dengan berbagai perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan I-2012 mencapai 110,5 miliar dolar AS. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Kinerja NPI pada tahun 2012 diperkirakan akan mencatat surplus yang lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan surplus neraca pembayaran terutama disebabkan oleh defisit transaksi berjalan yang lebih besar karena melambatnya ekspor. Perlambatan ekspor sejalan dengan perlambatan permintaan dunia di tengah impor yang terus meningkat seiring dengan kuatnya permintaan domestik dan tingginya konsumsi BBM. Sementara itu, transaksi modal dan keuangan diperkirakan masih mengalami surplus yang cukup besar ditopang oleh aliran investasi langsung dan portofolio. 13

24 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 4. Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar rupiah selama triwulan I-2012 mengalami tekanan karena faktor domestik dan eksternal, dengan volatilitas yang tetap terjaga. Kinerja NPI yang menurun pada triwulan I-2012 memberikan tekanan kepada pergerakan nilai tukar rupiah. Secara point to point, nilai tukar rupiah ditransaksikan melemah sebesar 0,87% ke level Rp 9.139/USD pada akhir triwulan laporan dibandingkan dengan akhir triwulan IV-2011 (Grafik 2.7). Kuatnya tekanan terhadap nilai tukar rupiah mengakibatkan pelemahan rupiah secara triwulanan lebih tinggi dibandingkan dengan mata uang di kawasan (Grafik 2.8). Grafik 2.7 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Triwulan I-2012 Grafik 2.8 Kinerja Mata Uang Regional Asia Triwulan I-2012 Kendati mengalami pelemahan, volatilitas nilai tukar rupiah selama triwulan I-2012 relatif terjaga pada level yang rendah dibandingkan dengan negara-negara di kawasan, yaitu sekitar 5,27% ytd per tanggal 30 Maret 2012 (Grafik 2.9). Kondisi ini tidak terlepas dari langkah stabilisasi nilai tukar rupiah yang ditempuh Bank Indonesia, baik dengan intervensi di pasar valas maupun pembelian SBN dari pasar sekunder, yang pada gilirannya tetap menjaga stabilitas pergerakan nilai tukar rupiah. Secara bulanan, tekanan terhadap rupiah cukup kuat terjadi pada Februari - Maret Tekanan tersebut, selain dipengaruhi oleh kuatnya impor, juga disebabkan oleh penyesuaian portofolio investor asing di instrumen keuangan domestik. Hal ini merespons ketidakpastian ekonomi global yang meningkat dan risiko domestik terkait peningkatan ekspektasi inflasi. Terdapat beberapa faktor eksternal yang mendorong penyesuaian portofolio investor asing dan sentimen negatif terhadap rupiah pada Februari dan Maret Faktor-faktor tersebut antara lain ketidakjelasan penanganan krisis utang dan fiskal Yunani, penurunan peringkat kredit beberapa negara kawasan Eropa serta ketidakpastian mengenai target defisit Spanyol. Sementara dari kawasan 14

25 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 2.9 Volatilitas Mata Uang Regional Asia Triwulan I-2012 Asia, koreksi target pertumbuhan China oleh People Bank of China (PboC) dari 8% menjadi 7,5%, memberikan tekanan pada prospek ekspor negara kawasan Asia ke China, yang pada gilirannya memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah. Dari sisi domestik, penyesuaian portofolio investasi oleh asing bersumber dari meningkatnya ekspektasi inflasi sebagaimana tercermin pada kenaikan premi swap (Grafik 2.10). Kenaikan premi swap mengindikasikan persepsi risiko oleh pasar yang semakin besar terhadap ekonomi domestik sehingga memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah ke depan. Kendati demikian, secara umum persepsi risiko investor terhadap Indonesia masih cukup baik. Kondisi ini tercermin pada level Credit Default Swap (CDS) obligasi pemerintah yang masih berada pada tren menurun, meski sedikit meningkat pada akhir triwulan (Grafik 2.11). Grafik 2.10 Pergerakan Premi Swap Grafik 2.11 Perkembangan CDS Obligasi Pemerintah Tenor 5 Tahun di Negara Kawasan 15

26 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Peringkat layak investasi (investment grade) Indonesia dan terjaganya fundamental ekonomi domestik telah menahan pelemahan nilai tukar rupiah lebih dalam. Peningkatan peringkat kredit Indonesia menjadi peringkat layak investasi memberikan optimisme bagi investor terhadap prospek ekonomi Indonesia. Menyusul langkah lembaga pemeringkat Fitch, pada 18 Januari 2012, Moody s Investor Service menaikkan status sovereign credit rating Indonesia sebesar 1 notch dari Ba1 menjadi Baa3 dengan stable outlook (investment grade). Selain itu, prospek NPI 2012 yang mencatatkan surplus memberikan sentimen positif bagi nilai tukar rupiah dalam menghadapi berbagai tekanan eksternal. Jumlah cadangan devisa yang memadai, sustainabilitas fiskal yang terjaga, serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif tinggi, juga memberikan kontribusi positif terhadap nilai tukar rupiah. Minat investor terhadap aset rupiah masih tetap tinggi sejalan dengan imbal hasil investasi di aset domestik yang masih kompetitif dibandingkan dengan negara kawasan. Imbal hasil tersebut tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP Uncovered Interest Parity) masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan regional. Bahkan dengan memperhitungkan premi risiko (CIP Covered Interest Parity), daya tarik investasi dalam rupiah pun masih lebih tinggi (Grafik 2.12). Grafik 2.12 Perbandingan CIP Beberapa Negara 5. Perkembangan Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Suku bunga PUAB menurun selama triwulan I-2012 sebagai respons terhadap kebijakan Bank Indonesia. Volume PUAB juga menurun sebagai dampak dari jumlah likuiditas bank jangka pendek yang besar. Suku bunga PUAB pada triwulan I-2012 menurun dibandingkan dengan triwulan IV Penurunan suku bunga PUAB tersebut merupakan respons pelaku pasar terhadap kebijakan Bank Indonesia (Grafik 2.13). 16

27 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 2.13 Suku Bunga PUAB overnight dan BI rate Bank Indonesia sejak 18 Januari 2012 memutuskan untuk memperlebar koridor bawah suku bunga operasi moneter (Deposit Facility) yang semula 150 bps menjadi 200 bps di bawah BI rate, atau menjadi 4%. Sementara suku bunga Lending Facility tetap pada level 7,00% (BI rate +100 bps). Selanjutnya pada Februari 2012, Bank Indonesia menurunkan BI rate sebesar 25 bps sehingga BI rate menjadi 5,75%. Penurunan BI rate ini menyebabkan suku bunga Deposit Facility turun menjadi 3,75% dan suku bunga Lending Facility turun menjadi 6,75%. Rata-rata suku bunga PUAB tenor satu hari (overnight) tercatat sebesar 3,97% menurun dibanding rata-rata triwulan sebelumnya sebesar 4,8%. Pergerakan suku bunga tersebut sejalan dengan kuotasi pelaku di pasar uang, yaitu suku bunga Jakarta Inter Bank Offered Rate (JIBOR) dan diikuti oleh penurunan suku bunga PUAB tenor lainnya (Grafik 2.14). Suku bunga PUAB tenor 2-4 hari turun dari 4,82% menjadi 3,98%, sementara tenor satu minggu turun dari 4,84% menjadi 3,99%. Dengan penurunan pada seluruh tenor, rata-rata volatilitas suku bunga PUAB overnight secara Grafik 2.14 Suku Bunga PUAB overnight & JIBOR 17

28 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran triwulanan maupun tahun kalender stabil di kisaran 3 bps. Adapun rata-rata volatilitas suku bunga PUAB overnight sepanjang 2011 sebesar 5 bps dan sepanjang triwulan IV-2011 sebesar 2 bps. Pergerakan suku bunga PUAB overnight koridor bawah suku bunga, selain merespons kebijakan suku bunga Bank Indonesia, juga disebabkan kondisi ekses likuiditas perbankan. Kondisi tersebut tercermin dari kecenderungan besarnya posisi instrumen operasi moneter, khususnya Deposit Facility. Deposit Facility meningkat 107% dari rata-rata harian Rp 78,2 triliun di triwulan IV-2011 menjadi Rp 162,3 triliun di triwulan I-2012 (Grafik 2.15). Peningkatan tajam tersebut menggambarkan perilaku bank menjaga ketersediaan likuiditas jangka pendek yang sangat konservatif. Hal ini terkait dengan karakteristik likuiditas bank yang sangat volatile dan bersifat jangka pendek sehingga preferensi bank untuk menempatkan dananya pada instrumen operasi moneter tenor menengah panjang relatif rendah. Grafik 2.15 Suku Bunga PUAB overnight dan Volume Deposit Facility Dari sisi volume, total nominal transaksi PUAB seluruh tenor pada triwulan I-2012 secara rata-rata mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV-2011, yaitu dari Rp 9,96 triliun per hari (151 transaksi/ hari) menjadi Rp 5,49 triliun per hari (77 transaksi/hari). Penurunan volume PUAB tersebut merupakan dampak dari jumlah likuiditas bank berjangka pendek yang besar. Kondisi ini sekaligus menunjukkan masih terbukanya ruang untuk penguatan operasi moneter lebih lanjut. Penurunan volume transaksi PUAB selama triwulan I-2012 diikuti dengan penurunan jumlah bank yang melakukan transaksi, dari 64 bank pada triwulan IV-2011 menjadi 45 bank (Grafik 2.16 ). Volume transaksi PUAB dengan tenor overnight masih mendominasi keseluruhan transaksi PUAB (sekitar 50% dari total volume). Sementara volume transaksi dengan tenor yang lebih panjang sedikit meningkat. Volume transaksi PUAB dengan tenor 2-4 hari meningkat dari 13% menjadi 14% sementara volume transaksi tenor 1 minggu meningkat dari 23% menjadi 24% (Grafik 2.17). 18

29 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 2.16 Jumlah Pelaku PUAB Grafik 2.17 Volume PUAB Penurunan porsi volume transaksi PUAB dengan tenor overnight diikuti dengan peningkatan volume PUAB di tenor-tenor yang lebih panjang dari tenor overnight (2 hari s.d. 1 minggu) (Grafik 2.18). Perubahan komposisi penempatan bank pada PUAB tersebut tidak terlepas dari upaya Bank Indonesia untuk memperpanjang jangka waktu instrumen Operasi Moneter (strategi lengthening), utamanya kebijakan untuk menonaktifkan instrumen Operasi Moneter dengan tenor yang kurang dari 1 bulan. Dengan ketiadaan Operasi Moneter tenor jangka pendek, perbankan terdorong untuk melakukan transaksi di PUAB guna memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Grafik 2.18 Komposisi Tenor PUAB 19

30 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 6. Perkembangan Suku Bunga Perbankan Tren penurunan suku bunga perbankan, baik suku bunga simpanan maupun suku bunga kredit, masih tetap berlanjut. Likuiditas perbankan yang masih cukup besar serta kebijakan penurunan suku bunga Bank Indonesia berpengaruh positif terhadap penurunan suku bunga simpanan perbankan. Tren penurunan suku bunga simpanan perbankan masih berlanjut. Pada triwulan I-2012, rata-rata suku bunga simpanan turun sebesar 35 bps dari 6,40% pada Desember 2011 menjadi 6,05% pada Februari 2012 (Grafik 2.19). Penurunan suku bunga simpanan diikuti dengan turunnya suku bunga kredit perbankan. Pada periode yang sama, rata-rata suku bunga kredit turun sebesar 30 bps dari 12,34% pada Desember 2011 menjadi 12,04% pada Februari Sementara suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK), masing-masing tercatat rata-rata sebesar 11,83%, 11,29%, dan 12,90%, mengalami penurunan dibanding posisi Desember 2011 masing-masing tercatat ratarata sebesar 0,15%, 0,40%, dan 0,48% (Grafik 2.20). Hal tersebut menunjukkan bahwa penurunan suku bunga Bank Indonesia telah direspon perbankan dengan penurunan suku bunga kredit meskipun tidak secepat penurunan suku bunga simpanan. Grafik 2.19 Perkembangan BI rate, suku bunga kredit dan deposito rupiah (%) Grafik 2.20 Perkembangan Rata-rata Suku Bunga Kredit Per Jenis Penggunaan (%) Faktor lain yang juga mendorong penurunan suku bunga kredit adalah ketentuan yang mewajibkan bank untuk mempublikasikan data Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK). Selama triwulan I-2012, penurunan SBDK tertinggi terjadi pada segmen non-kpr sebesar 46 bps, diikuti segmen ritel sebesar 21 bps, segmen KPR sebesar 20 bps dan segmen korporasi sebesar 12 bps. Dibandingkan posisi Maret 2011 (saat SBDK pertama kali dipublikasikan oleh perbankan), terdapat penurunan SBDK cukup signifikan, yaitu 65 bps untuk segmen KPR, 51 bps untuk segmen non-kpr, 45 bps untuk segmen korporasi dan 40 bps untuk segmen ritel (Tabel 2.3). 20

31 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 2.3 Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan (%) Seluruh Sampel Segmen Kredit qtq Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar- Feb Koporasi 10,51 10,58 10,64 10,72 10,54 10,55 10,51 10,50 10,36 10,18 10,12 10,06 (0,12) (0,45) Retail 11,80 12,21 11,84 11,91 12,00 12,08 12,04 11,98 11,78 11,61 11,52 11,40 (0,21) (0,40) KPR 11,16 11,25 11,35 11,38 11,03 11,03 11,04 10,98 10,82 10,71 10,62 10,51 (0,20) (0,65) Non KPR 11,56 11,70 11,76 11,86 11,86 11,96 11,88 11,83 11,68 11,51 11,22 11,05 (0,46) (0,51) Ket : data tanpa outlier dan perhitungan secara weighted average 7. Perkembangan Bank Umum Kinerja perbankan selama triwulan I-2012 tetap terjaga di tengah perlambatan ekonomi global. Permodalan meningkat didukung profitabilitas yang tinggi. Fungsi intermediasi juga berjalan dengan baik. Perbankan Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang positif selama triwulan I-2012 (sampai dengan Februari 2012) di tengah perlambatan ekonomi global. Kinerja positif tersebut tampak dari kondisi permodalan perbankan yang lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Meningkatnya permodalan bank dicapai melalui profitabilitas yang cukup tinggi (Tabel 2.4). Tabel 2.4 Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Indikator Utama Triwulan I* Triwulan II 2011 Triwulan III Triwulan IV Triwulan I * Total Aset (triliun Rp) 2.993, , , , ,11 DPK 2.287, , , , ,94 - Giro 529,77 577,00 580,56 652,65 624,17 - Tabungan 1.044, , , , ,83 - Deposito 713,21 753,68 797,01 898,30 883,95 Kredit 1.773, , , , ,03 NPLs (triliun Rp) 49,36 53,46 55,51 47,69 51,42 CAR (%) 18,07 17,00 16,63 16,05 18,41 NPL Gross (%) 2,78 2,74 2,67 2,17 2,33 ROA (%) 2,86 3,07 3,12 3,03 3,62 BOPO (%) 86,07 85,92 87,14 85,42 85,96 LDR (%) 77,54 80,01 81,70 79,00 79,71 Jumlah Bank Jumlah Kantor * Posisi Februari 2012 Rasio kecukupan modal (CAR) tercatat sebesar 18,41% pada akhir triwulan I-2012, naik 2,36% dari 16,05% pada Desember Kenaikan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan CAR pada triwulan I-2011 yang hanya meningkat sebesar 0,39%. 21

32 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tingginya profitabilitas disumbang dari laba yang meningkat. Sampai dengan Februari 2012, perbankan membukukan laba sebesar Rp15,5 triliun, atau meningkat 40,49% dibandingkan laba pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp11,04 triliun. Profitabilitas perbankan tersebut berasal dari pendapatan operasional dan laba non operasional perbankan masing-masing sebesar 52,9% dan 47,1%. Pendapatan operasional sebagian besar masih berasal dari bunga kredit (58,9%). Peningkatan perolehan profitabilitas tersebut didukung dengan efisiensi perbankan yang ditunjukkan dengan rasio Biaya Overhead terhadap Pendapatan Overhead (BOPO) pada kisaran 86%. Sementara itu, total aset perbankan Indonesia pada akhir triwulan I-2012 mencapai Rp 3.628,11 triliun, turun Rp 24,72 triliun dari Rp 3.652,83 triliun pada Desember Penurunan aset tersebut terkait penurunan DPK yang mengalami siklus tahunan sebagaimana terjadi pada triwulan I-2011 (turun Rp 15,72 triliun). Perkembangan intermediasi perbankan menunjukkan perkembangan positif. Penyaluran kredit perbankan pada triwulan I-2012 mencapai Rp triliun, tumbuh 0,13% (qtq) atau sebesar 24,19% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya. Dengan peningkatan tersebut, sumbangan kredit terhadap pembiayaan perekonomian yang direpresentasikan dari proporsi kredit terhadap GDP diperkirakan masih akan berada pada kisaran 30%. Kredit untuk tujuan produktif pada triwulan I-2012 yaitu KMK dan KI secara tahunan masing-masing tumbuh sebesar 23,4% dan 33,2%. Sementara itu, untuk KK secara tahunan tumbuh sebesar 19,6%. Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya, pada tahun ini KI dan KK tercatat tumbuh lebih besar (tahun sebelumnya 18,6% dan 13,2%). Untuk KMK, pertumbuhan sebesar 23,4% melambat dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu (35,4%). Hal ini terkait dengan adanya shifting kredit dari KMK ke KI karena ekspektasi positif terhadap kondisi perekonomian. Secara sektoral, pertumbuhan kredit pada triwulan I-2012 secara tahunan terbesar berasal dari sektor listrik, air dan gas (49,3%), diikuti sektor pertambangan (36,52%), sektor pertanian (29,4%), dan pengangkutan (28,7%). Sementara dari sisi kualitas kredit, rasio NPL gross perbankan pada triwulan I-2012 juga membaik yaitu sebesar 2,33% dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 2,80%. Penurunan rasio NPL tersebut terkait dengan adanya hapus buku kredit bermasalah yang dilakukan bank pada akhir triwulan IV Perkembangan intermediasi perbankan yang positif didukung oleh sumber dana yang memadai. Meskipun terjadi penurunan, Dana Pihak Ketiga (DPK) masih tetap menjadi sumber utama pembiayaan kredit oleh perbankan. Pada akhir triwulan I-2012, DPK tercatat sebesar Rp 2.763,9 triliun, menurun 0,75% dari Rp 2.808,2 triliun pada Desember Dibandingkan dengan triwulan IV-2011, komponen DPK yang meningkat hanya deposito yang tumbuh sebesar 21,86%, sedangkan giro dan tabungan menurun masing-masing sebesar 4,36% dan 1,75%. Namun apabila dibandingkan dengan triwulan I-2011 (yoy), seluruh komponen DPK mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi pada tabungan (23,94%) diikuti oleh deposito (20,19%) dan giro (17,82%). Berdasarkan pangsa terhadap DPK, deposito masih mendominasi dana masyarakat di perbankan, mencapai 45,44% dari total DPK. 22

33 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Jumlah bank umum pada triwulan I-2012 tercatat sebanyak 120 bank, terdiri dari 109 bank umum konvensional dan 11 bank umum syariah. Jumlah bank umum mengalami penurunan dibandingkan triwulan I-2011 sebanyak satu bank karena adanya merger bank pada bulan Juli Kinerja perbankan yang tetap terjaga, berkontribusi positif pada kestabilan sistem keuangan secara keseluruhan. Hal ini tidak terlepas dari peranan sistem perbankan yang masih mendominasi sistem keuangan Indonesia dengan pangsa aset perbankan mencapai 79%. Kondisi kestabilan sistem keuangan tersebut tercermin pada indeks Stabilitas Sistem Keuangan (Financial Stability Index/FSI) triwulan I-2012 (Maret 2012) pada level 1,64 atau relatif stabil dibandingkan triwulan IV-2011 pada level 1, Perkembangan Perbankan Syariah Perbankan syariah menunjukkan kinerja yang positif selama triwulan I Permodalan, profitabilitas dan efisiensi perbankan syariah tetap stabil, didukung fungsi intermediasi yang meningkat. Sejalan dengan kinerja bank umum yang positif, perbankan syariah yang terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), juga menunjukkan kinerja yang baik selama triwulan I Total aset perbankan syariah meningkat, terutama disebabkan mulai ekspansinya BUS-BUS baru yang berdiri tahun sebelumnya. Kinerja positif perbankan syariah juga tercermin pada permodalan, profitabilitas, dan efisiensi yang relatif stabil. Pada triwulan I-2012 (sampai dengan Februari 2012), total aset BUS dan UUS mencapai Rp 145,6 triliun, meningkat 0,1% (qtq) atau 43,9% (yoy). Adapun total aset BPRS mencapai Rp 3,7 triliun, meningkat 5,1% (qtq) atau 30,3% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, total aset perbankan syariah mencapai ± 4,1% dari total aset industri perbankan nasional, meningkat dari posisi sebelumnya yang hanya mencapai 3,5%. Selama triwulan I-2012, CAR BUS dan UUS turun dari 16,63% menjadi 15,91% karena jumlah pembiayaan mengalami peningkatan namun setoran modal relatif tetap. Sementara untuk BPRS, fenomena yang terjadi adalah kebalikan dari BUS dan UUS sehingga CAR justru meningkat dari 23,5% menjadi 25,20%. Profitabilitas perbankan syariah sebagaimana tercermin pada rasio ROA tetap stabil selama triwulan laporan. ROA BUS dan UUS tetap berada di kisaran 1,79% sementara ROA BPRS tetap sebesar 2,70%. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh tingkat pertumbuhan pendapatan sebelum pajak (earning before tax) dengan tingkat pertumbuhan aset pada periode tersebut relatif tidak berbeda. Efisiensi perbankan syariah yang tercermin pada rasio BOPO untuk BUS dan UUS pada triwulan I-2012 juga tetap stabil pada kisaran 78,4%. Sementara rasio BOPO BPRS meningkat dari 76,3% menjadi 78,1%. Peningkatan rasio BOPO BPRS mencerminkan belum optimalnya pengelolaan biaya operasional di BPRS. Skala usaha BPRS yang jauh lebih kecil dari BUS juga berdampak pada belum efisiennya biaya operasional BPRS. Dari segi pembiayaan, pada triwulan laporan pembiayaan BUS dan UUS tercatat sebesar Rp 103,71 triliun, meningkat 1,02% (qtq) dari sebelumnya Rp 102,66 triliun. Sementara pembiayaan BPRS 23

34 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran terlihat lebih menggembirakan dengan adanya peningkatan pembiayaan sebesar 5,22% (qtq), dari Rp 2,68 triliun menjadi Rp2,82 triliun. Terbatasnya peningkatan penyaluran pembiayaan pada triwulan I-2012 terkait dengan siklus pencapaian target pembiayaan yang mulai dipacu pada triwulan II dan seterusnya. Kualitas pembiayaan (NPF gross) BUS dan UUS pada triwulan I-2012 mencapai 2,82% meningkat dibandingkan triwulan IV-2011 (2,52%). Sementara NPF BPRS mencapai 6,6% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 6,1%. Hal tersebut terkait dengan adanya hapus buku pembiayaan bermasalah pada triwulan IV DPK BUS dan UUS pada triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp 114,62 triliun, turun 0,68% (qtq) dari Rp 115,41 triliun. Penurunan terutama karena adanya penarikan dana giro BUS di bulan Februari 2012 oleh Kementerian Agama. Namun berdasarkan pemantauan Bank Indonesia, kondisi likuiditas bank syariah masih cukup aman karena secondary reserve yang dimiliki rata-rata diatas 150% dibandingkan Tabel 2.5 Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Syariah Indikator Utama Triwulan I Triwulan II 2011 Triwulan III Triwulan IV Triwulan I * BUS + UUS Total aset (Rp. triliun) 101,19 109,75 123,36 145,47 145,62 DPK (Rp. triliun) 79,65 87,03 97,74 115,41 114,62 - Giro 9,15 9,46 10,30 12,01 10,83 - Tabungan 23,07 25,44 28,10 32,59 33,13 - Deposito 47,44 52,12 59,35 70,81 70,65 Pembiayaan (Rp. triliun) 74,25 82,62 92,84 102,66 103,71 Jumlah NPF (Rp triliun) 2,68 2,94 3,25 2,59 2,93 CAR (%) 16,17% 16,59% 16,18% 16,63% 15,91% NPF Gross (%) 3,60% 3,55% 3,5% 2,52% 2,82% NPF Net (%) 2,02% 1,62% 2,02% 1,34% 1,71% ROA (%) 1,97% 1,84% 1,80% 1,79% 1,79% BOPO (%) 77,63% 78,13% 77,54% 78,41% 78,39% FDR (%) 93,22% 94,93% 94,97% 88,94% 90,49% Jumlah Bank - BUS UUS Jumlah Kantor Jumlah layanan syariah (office channeling) BPRS Total aset (Rp. triliun) 2,84 3,08 3,28 3,52 3,70 DPK (Rp. triliun) 1,67 1,78 1,90 2,10 2,25 Pembiayaan (Rp. triliun) 2,16 2,43 2,56 2,68 2,82 Jumlah NPF (Rp triliun) 0,15 0,17 0,17 0,16 0,19 CAR (%) 28,42% 26,71% 24,8% 23,5% 25,2% NPF Gross (%) 7,15% 7,09% 6,9% 6,1% 6,6% NPF Net (%) 6,00% 5,60% 5,8% 5,1% 5,6% ROA (%) 2,6% 2,72% 2,8% 2,7% 2,7% BOPO (%) 77,83% 77,35% 75,7% 76,3% 78,1% FDR (%) 129,40% 136,19% 134,7% 127,7% 125,0% Jumlah Bank Jumlah Kantor * Posisi Februari

35 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran dengan dana haji. Adapun dana pihak ketiga BPRS mengalami pertumbuhan sebesar 7,14% (qtq), dari Rp 2,10 triliun menjadi Rp 2,25 triliun. Dengan perkembangan pembiayaan dan DPK sebagaimana di atas, maka rasio financing to deposit (FDR) BUS dan UUS mencapai 90,49%, dari sebelumnya sebesar 88,94%. Adapun rasio FDR BPRS tercatat 125% dari sebelumnya sebesar 128%. Sejalan dengan perkembangan perbankan syariah, terjadi peningkatan jaringan kantor perbankan syariah. Pada triwulan I-2012, tercatat penambahan jumlah kantor BUS dan UUS sebanyak 269 kantor (qtq) sehingga menjadi kantor. Ekspansi usaha juga terlihat dari peningkatan jumlah kantor BPRS selama triwulan I-2012 sebanyak 10 kantor (qtq) sehingga menjadi 374 kantor (Tabel 2.5). 9. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sejalan dengan bank umum dan bank syariah, kinerja BPR selama triwulan I-2012 juga tetap terjaga. Perkembangan kinerja yang positif juga ditunjukkan oleh BPR. Selama triwulan I-2012 (sampai dengan Februari 2012), total aset BPR mengalami peningkatan. Pertumbuhan aset BPR didukung oleh permodalan dan profitabilitas BPR yang juga meningkat. Selain itu, fungsi intermediasi BPR juga berjalan dengan baik. Pada akhir triwulan I-2012, total aset BPR mencapai Rp 56,90 triliun, tumbuh 1,99% (qtq) atau 19,49% (yoy). Pertumbuhan tersebut relatif sama dengan tingkat pertumbuhan aset pada akhir triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ini lebih disebabkan oleh peningkatan ekspansi kredit BPR (aktiva) dan peningkatan penghimpunan dana oleh BPR (pasiva). Selain mencatat pertumbuhan total aset, permodalan BPR selama triwulan I-2012 juga meningkat. Peningkatan modal BPR yang tercermin pada CAR mencapai 30,77%, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 28,68%. Peningkatan permodalan tersebut berasal dari pemupukan laba ditahan maupun setoran modal dalam bentuk fresh money. Pada periode laporan, modal disetor BPR juga meningkat sebesar 1,11% (qtq) yaitu dari Rp 5,51 triliun menjadi Rp 5,57 triliun. Profitabilitas BPR yang dicerminkan oleh rasio ROA dan return on equity (ROE) selama triwulan laporan juga mengalami peningkatan. ROA meningkat 22 bps yaitu dari 3,32% pada triwulan IV menjadi 3,54%. Adapun ROE meningkat 207 bps dari 29,46% menjadi 31,53%. Peningkatan kinerja BPR yang cukup baik pada triwulan I-2012, yang salah satunya tercermin dari profitabilitas BPR, tidak diikuti oleh peningkatan efisiensi operasional BPR. Hal tersebut tercermin dari peningkatan rasio BOPO BPR sebesar 40 bps, dari 79,47% pada triwulan IV-2011 menjadi 79,82% pada triwulan I Kinerja BPR juga tercermin dari fungsi intermediasi yang berjalan baik. Pada triwulan I-2012, kredit BPR mampu tumbuh 3,37% yaitu dari Rp 41,09 triliun pada triwulan IV-2011 menjadi Rp 42,48 triliun. Sementara kualitas kredit BPR mengalami sedikit tekanan dengan rasio NPL gross mencapai 5,57%, meningkat 35 bps dibandingkan NPL triwulan IV-2011 sebesar 5,22%. 25

36 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Sejalan dengan pertumbuhan kredit, DPK yang dihimpun BPR juga meningkat. DPK pada triwulan I-2012 tumbuh sebesar 3,17% (qtq) yaitu dari Rp348,20 triliun pada triwulan IV-2011 menjadi Rp39,42 triliun. Pertumbuhan DPK terbesar terjadi pada deposito yang mencapai 3,50%. Tingkat pertumbuhan kredit dan DPK yang cukup baik, mampu mempertahankan LDR BPR pada level 79,47%. Jumlah BPR pada triwulan laporan mencapai BPR, yang terdiri dari BPR Perseroan Terbatas, 243 BPR Perusahaan Daerah dan 34 BPR koperasi. Jumlah BPR tersebut mengalami penurunan sebanyak empat BPR dibandingkan triwulan IV Penurunan disebabkan konversi satu BPR menjadi BPRS, merger dari tujuh BPR menjadi dua BPR dan pendirian dua BPR baru. Meskipun jumlah BPR menurun, jangkauan pelayanan BPR semakin luas dengan bertambahnya jaringan kantor cabang BPR sebanyak 23 kantor cabang, dari kantor pada triwulan IV-2011 menjadi kantor pada triwulan I Jumlah kantor kas juga bertambah sebanyak 26 kantor kas dari kantor pada triwulan IV-2011 menjadi pada triwulan I (Tabel 2.6) Tabel 2.6 Indikator Utama Kinerja BPR Indikator Triwulan I Triwulan II 2011 Triwulan III Triwulan IV Triwulan I * Total Aset (triliun Rp) 47,6 49,6 52,3 56,1 56,9 DPK (triliun Rp) 32,9 34,0 38,8 38,2 39,4 - Tabungan 10,3 10,5 10,9 12,0 12,3 - Deposito 22,6 23,5 24,9 26,1 27,0 Kredit 35,7 38,0 39,6 41,0 42,4 Jumlah NPLs (triliun Rp) 2,3 2,3 2,4 2,1 2,3 CAR (%) 31,70 29,54 28,69 28,68 30,77 NPLs Gross(%) 6,41 6,21 6,09 5,22 5,57 NPLs net (%) 4,53 4,45 4,34 3,67 3,96 ROA (%) 3,92 3,83 3,57 3,32 3,54 BOPO (%) 78,86 78,75 79,28 79,47 79,82 LDR (%) 80,00 82,69 81,81 78,54 79,47 Jumlah Bank Jumlah Kantor** * Posisi Februari 2012 ** Meliputi kantor pusat, kantor cabang dan kantor kas 10. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Selama triwulan I-2012, penyaluran kredit ke sektor UMKM tetap berjalan lancar. Realisasi kredit UMKM 1 pada triwulan laporan (s.d akhir Februari 2012) menurun sebesar Rp 9,09 triliun (-1,9%) dari Rp 479,89 triliun pada Desember 2011 menjadi Rp 470,80 triliun. Pertumbuhan kredit yang negatif merupakan fenomena awal tahun karena belum banyaknya kredit yang disalurkan oleh bank dengan belum terlalu ekspansifnya permintaan dari nasabah. Dengan penyaluran kredit tersebut, kontribusi kredit UMKM terhadap total kredit perbankan mencapai 20,8%. 1 berdasarkan definisi usaha dalam UU. No.20/2008 tentang UMKM 26

37 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Dari sisi kualitas, NPL kredit UMKM pada akhir triwulan laporan mencapai 4,00%, sedikit lebih tinggi dibanding posisi Desember 2011 sebesar 3,63%. NPL kredit UMKM tertinggi pada KMK sebesar 4,28% karena mayoritas kredit UMKM digunakan untuk modal kerja. Sementara itu, Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah disalurkan hingga triwulan laporan tercatat sebesar Rp 3,90 triliun (berdasarkan data Kementerian Koordinator Perekonomian). Dengan penyaluran tersebut, realisasi KUR mencapai 13,02% dari target yang ditetapkan untuk 2012 sebesar Rp 30 triliun. Secara keseluruhan, total plafon KUR yang telah direalisasikan oleh bank pelaksana mencapai Rp 67,33 triliun. NPL KUR sampai dengan akhir triwulan laporan tercatat sebesar 2,80%, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 2,66%. Penyaluran KUR berdasarkan wilayah masih terpusat di Jawa (49,24% dari total KUR) disusul oleh Sumatera (23,28%), Sulawesi (10,12%), Kalimantan (10,18%), Bali (4,32%) dan Papua (2,86%). Sedangkan berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran KUR masih didominasi oleh sektor perdagangan (37,15%). 11. Perkembangan Sistem Pembayaran Peningkatan nilai dan volume transaksi sistem pembayaran pada triwulan I-2012 dapat dipenuhi oleh kinerja sistem pembayaran yang aman dan lancar. Transaksi sistem pembayaran pada triwulan I-2012 mengalami peningkatan baik dari sisi nilai maupun volume, dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Nilai transaksi meningkat sebesar Rp triliun (112,3%, yoy) didominasi transaksi pengelolaan moneter Bank Indonesia, terutama penempatan likuiditas bank di instrumen deposit facility. Sedangkan volume transaksi meningkat sebanyak 90 juta transaksi (15,2%, yoy), terjadi pada seluruh sistem pembayaran (Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), kliring, kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan kartu ATM/Debet, maupun uang elektronik). (Tabel 2.7 dan Tabel 2.8) Dibandingkan triwulan sebelumnya, transaksi sistem pembayaran mengalami penurunan. Penurunan tersebut lebih disebabkan oleh siklus musiman, yakni pembayaran berbagai transaksi keuangan baik oleh individu maupun korporasi, cenderung dilakukan pada akhir tahun dibandingkan pada awal tahun. Peningkatan nilai dan volume transaksi sistem pembayaran, didukung oleh kinerja sistem pembayaran yang baik. Ketersediaan layanan Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS), serta Sistem Kliring Bank Indonesia (SKNBI) pada triwulan laporan mencapai 99,97%. Dengan pencapaian tersebut, setelmen transaksi dana bernilai besar maupun ritel, serta setelmen surat berharga melalui Bank Indonesia dapat dilaksanakan secara aman dan lancar, dan relatif tanpa gangguan berarti. Sistem pembayaran dengan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) dan uang elektronik yang diselenggarakan di luar Bank Indonesia juga terselenggara dengan baik selama triwulan laporan. 27

38 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 2.7 Nilai Transaksi Pembayaran Nilai (Rp triliun) % Naik / (Turun) 2012 Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I qtq yoy RTGS , , , , , ,7 48,5 120,2 - Pengelolaan Moneter 5.934, , , , , ,8 98,2 283,2 - Pemerintah 603,8 668,4 856, , ,3 759,3 (33,9) 25,8 - Masyarakat 2.957, , , , , ,1 (3,9) 18,4 - Pasar Modal 530,6 539,3 546,4 481, ,7 573,7 19,2 8,1 - Valas 894,2 975,0 931,8 624, ,2 671,2 7,5 (24,9) - PUAB 1.298, , , , ,8 715,7 (46,0) (44,9) - Lain-lain 2.040, , , , , ,0 (0,6) 19,8 Kliring 460,2 476,1 506,7 527, ,6 507,4 (3,8) 10,3 Debet 338,6 344,3 361,5 367, ,2 368,5 0,2 8,8 - Cek 42,3 42,2 46,7 50,5 181,7 49,0 (3,0) 15,9 - Bilyet Giro 296,2 302,0 314,6 317, ,0 319,3 0,7 7,8 - Warkat Debet Lainnya 0,1 0,1 0,1 0,1 0,5 0,1 17,4 1,1 Kredit 121,6 131,7 145,2 159,8 558,4 139,0 (13,0) 14,3 APMK 606,7 634,9 695,0 723, ,6 743,9 2,9 22,6 - Kartu Kredit 42,9 45,1 46,8 47,8 182,6 47,4 (0,7) 10,4 - Kartu ATM dan ATM/Debet 563,7 589,9 648,2 675, ,0 696,5 3,1 23,6 Uang Elektronik 0,2 0,2 0,3 0,3 1,0 0,3 15,9 83,9 Total , , , , , ,4 45,8 113,1 Tabel 2.8 Volume Transaksi Pembayaran Volume (ribu transaksi) % Naik / (Turun) 2012 Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I qtq yoy RTGS 3.678, , , , , ,4 (6,6) 13,2 - Pengelolaan Moneter 23,0 20,7 17,2 17,7 78,6 17,9 1,5 (21,9) - Pemerintah 155,7 174,6 192,1 247,5 770,0 172,2 (30,4) 10,6 - Masyarakat 3.171, , , , , ,3 (5,0) 14,9 - Pasar Modal 15,4 16,2 17,9 16,0 65,4 20,4 27,3 32,6 - Valas 31,4 31,9 30,6 19,0 112,9 17,5 (7,8) (44,3) - PUAB 25,8 28,1 21,3 20,3 95,6 10,4 (48,9) (59,8) - Lain-lain 255,5 265,4 274,5 299, ,0 281,7 (6,0) 10,2 Kliring , , , , , ,0 (9,6) 7,2 Debet , , , , , ,4 2,4 2,4 - Cek 908,4 918,2 915,6 932,0 3,674,1 934,6 0,3 2,9 - Bilyet Giro 9.306, , , , , ,2 2,6 2,3 - Warkat Debet Lainnya 216,0 218,2 219,3 216,8 870,2 222,6 2,7 3,1 Kredit , , , , , ,5 (17,2) 11,3 APMK , , , , , ,9 2,0 23,8 - Kartu Kredit , , , , , ,1 (0,5) 5,7 - Kartu ATM dan ATM/Debet , , , , , ,8 2,3 25,6 Uang Elektronik 8.399, , , , , ,8 35,6 105,5 Total , , , , , ,0 2,1 24,2 28

39 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 12. Perkembangan Pengedaran Uang Tingginya kebutuhan uang kartal masyarakat diikuti dengan adanya peningkatan Uang Yang Diedarkan (UYD) selama triwulan laporan. Uang Yang Diedarkan (UYD) atau yang umum dikenal sebagai uang kartal, pada triwulan I-2012 menunjukkan peningkatan, baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya (Grafik 2.21). Grafik 2.21 Perkembangan Uang Rupiah yang Diedarkan Pada triwulan laporan, rata-rata jumlah UYD tercatat sebesar Rp343,93 triliun meningkat Rp 4,42 trilliun atau 1,30% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelum nya. Kenaikan tersebut ditengarai sebagai antisipasi masyarakat terhadap kenaikan harga barang konsumen seiring dengan kemungkinan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemerintah. Hal tersebut dikonfirmasikan dengan peningkatan jumlah UYD dari Bank Indonesia ke perbankan dan masyarakat (outflow) yang signifikan pada hari-hari menjelang pengumuman rencana kenaikan harga BBM. Adapun secara tahunan, UYD naik sebesar Rp 42,83 trilliun atau 14,22%, sejalan dengan aktivitas perekonomian yang meningkat. UYD yang ada di perbankan pada triwulan I-2012 meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dari 14,91% menjadi 15,38%. Pangsa UYD di perbankan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya menurun dari sebelumnya 16,80%. Penurunan tersebut sebagai dampak dari penyempurnaan kebijakan Bank Indonesia terkait penyetoran dan penarikan uang oleh bank umum yang diimplementasikan sejak Maret Dengan ketentuan yang baru, bank umum memiliki akses yang lebih luas untuk menyetorkan kelebihan uang kartalnya ke Bank Indonesia. Kondisi tersebut menyebabkan pangsa uang kartal di perbankan menurun dan berdampak positif terhadap optimalisasi manajemen pengelolaan kas bank. Dari sisi pecahan, komposisi UYD pada triwulan I-2012 didominasi uang pecahan besar (Rp ke atas) yang mencapai 92,51% dari total UYD dan sisanya merupakan uang pecahan kecil (Rp

40 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ke bawah). Nominal pecahan yang mendominasi adalah Rp dan Rp , masing-masing sebesar 56,16% dan 33,67% dari total UYD. Peningkatan kebutuhan uang oleh masyarakat dapat diimbangi dengan upaya Bank Indonesia untuk mengedarkan uang yang layak edar dalam jumlah yang cukup. Kebutuhan uang kartal oleh masyarakat masih cukup tinggi, namun relatif menurun dibandingkan dengan permintaan uang kartal pada akhir Jumlah uang layak edar dari Bank Indonesia ke perbankan dan masyarakat (outflow) selama triwulan I-2012 mencapai Rp 62,31 triliun. Untuk menjaga kesegaran uang layak edar, Bank Indonesia melakukan pemusnahan uang tidak layak edar yang masuk ke Bank Indonesia (inflow). Selama triwulan I-2012, tercatat inflow ke Bank Indonesia sebesar Rp 95,34 triliun, terdiri dari uang kertas sebesar Rp 95,31 triliun dan uang logam sebesar Rp 29,32 miliar. Dari inflow uang kertas tersebut, sebesar 34,68% atau setara dengan 1,52 miliar lembar uang rupiah kertas dengan nilai Rp 33,05 trilliun, merupakan uang tidak layak edar sehingga dilakukan pemusnahan. (Tabel 2.9) Sampai dengan Maret 2012, uang palsu ditemukan sebanyak bilyet. Rasio uang palsu terhadap UYD adalah tiga bilyet per bilyet UYD (0,0003%). (Tabel 2.10) Temuan uang palsu tersebut didominasi uang kertas pecahan Rp dan Rp dengan pangsa masing-masing 52,98% dan 40,51%. Wilayah penemuan uang palsu sebagian besar berada di Jawa dan Bali. Tabel 2.9 Perkembangan Indikator Pengedaran Uang Indikator Triwulan I Triwulan II 2011 Triwulan III Triwulan IV Triwulan I UYD 301,53 302,21 338,33 339,51 343,93 Posisi Kas 158,22 141,72 113,65 90,03 89,34 Inflow 65,36 55,52 102,50 70,05 95,34 Outflow 36,81 80,32 123,27 107,20 62,31 Pemusnahan 42,45 37,82 39,88 41,67 33,05 Tabel 2.10 Rasio Uang Palsu PECAHAN Januari - Maret 2012 (Bilyet) Uang Kertas : JUMLAH UYD Rata-rata Maret 2012 (Bilyet) Rasio UPAL/UYD 0,0003% 30

41 BAB 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Memperhatikan perkembangan kondisi ekonomi global dan domestik, Bank Indonesia menempuh berbagai kebijakan. Kebijakan moneter ditempuh untuk mengarahkan inflasi pada sasaran yang telah ditetapkan dengan tetap menjaga laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bank Indonesia juga memperkuat ketahanan perbankan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian bank. Untuk mendukung kebijakan tersebut, kelancaran sistem pembayaran dan pemenuhan uang beredar juga menjadi fokus kebijakan Bank Indonesia selama triwulan I Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan pihak terkait lainnya, serta melakukan upaya edukasi dan komunikasi dengan stakeholders.

42 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 1. Stabilitas Moneter Bank Indonesia menempuh berbagai kebijakan moneter yang didukung oleh pengelolaan operasi moneter dan nilai tukar, serta diperkuat dengan koordinasi erat bersama pemerintah dan instansi terkait guna menjaga stabilitas moneter Kebijakan Moneter Kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia pada triwulan I-2012 tetap diarahkan untuk mengendalikan inflasi agar mencapai sasarannya, dengan tetap memberikan ruang bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan arah kebijakan tersebut Bank Indonesia menurunkan BI rate pada Februari sebesar 25 bps dari 6% menjadi 5,75% dan dipertahankan hingga akhir triwulan I Selain itu, pada Januari 2012, Bank Indonesia melakukan pelebaran koridor bawah suku bunga Deposit Facility dari 150 bps menjadi 200 bps dibawah BI rate. Kebijakan Bank Indonesia pada triwulan I-2012 yang cenderung akomodatif diperlukan untuk memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, di tengah menurunnya kinerja ekonomi global. Prospek penurunan kinerja global tersebut terutama terkait dengan terkendalanya pemulihan ekonomi di kawasan Eropa. Sementara itu, ekonomi China dan India mulai menunjukkan indikasi perlambatan. Kondisi ekonomi global yang kurang menguntungkan tersebut akan memengaruhi kinerja ekspor Indonesia, yang selanjutnya akan berdampak pada kinerja perekonomian secara keseluruhan. Pada Maret 2012, Bank Indonesia mempertahankan BI rate sebesar 5,75%. Tingkat BI rate tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi dari sisi fundamental ke depan yang diperkirakan masih relatif terkendali. Meskipun demikian, Bank Indonesia tetap mewaspadai risiko peningkatan tekanan inflasi secara temporer ke depan dari kemungkinan adanya kebijakan terkait BBM yang ditempuh pemerintah. Guna memperkuat langkah kebijakan tersebut, Bank Indonesia juga melakukan penguatan operasi moneter untuk mengendalikan ekses likuiditas jangka pendek. Selain itu, Bank Indonesia juga terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial. Untuk mendukung berbagai kebijakan yang ditempuh, Bank Indonesia melakukan penguatan strategi komunikasi dalam upaya mengarahkan persepsi pasar. Komunikasi yang dilakukan memberikan penekanan pada kehati-hatian Bank Indonesia terhadap peningkatan ekspektasi inflasi dan kesiapan Bank Indonesia untuk mengambil respons kebijakan yang antisipatif. Penguatan strategi komunikasi dilakukan bersamaan dengan penguatan koordinasi dengan pemerintah. Penguatan koordinasi ditujukan untuk mengendalikan inflasi melalui forum Tim Pengendali Inflasi (TPI)/ Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan menyiapkan langkah antisipatif dampak negatif ketidakpastian kebijakan BBM bersubsidi dan sustainabilitas fiskal terhadap respons pasar. Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk mengarahkan inflasi 2012 dan 2013 menuju sasaran inflasi pada kisaran 4,5% ± 1%. 32

43 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 1.2. Pengelolaan Operasi Moneter dan Nilai Tukar Strategi pengelolaan operasi moneter pada triwulan I-2012 diarahkan untuk mengoptimalkan penyerapan likuiditas melalui berbagai instrumen moneter jangka panjang. Strategi ini secara konsisten diterapkan oleh Bank Indonesia, melanjutkan perpanjangan tenor instrumen operasi moneter yang telah dimulai sejak Melalui strategi tersebut, pengelolaan operasi moneter dilakukan dengan mengoptimalkan penyerapan likuiditas melalui instrumen Term Deposit (TD) jangka panjang (tenor enam dan sembilan bulan), Reverse Repo Surat Berharga Negara (RR SBN) tenor tiga dan enam bulan, serta hanya menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan tenor sembilan bulan. Optimalisasi penyerapan ekses likuiditas juga dilakukan dengan membentuk struktur suku bunga operasi moneter yang lebih baik. Upaya tersebut dilakukan dengan memperlebar koridor bawah suku bunga operasi moneter (Deposit Facility) mulai bulan Januari Kebijakan tersebut bertujuan untuk mendorong perbankan memperkuat manajemen likuiditas, dengan mendorong bank saling bertransaksi, sekaligus diharapkan dapat meningkatkan efisiensi perbankan. Selanjutnya, pada Maret 2012 Bank Indonesia mengarahkan suku bunga bertenor lebih panjang menjadi lebih tinggi dibandingkan suku bunga bertenor pendek. Dengan strategi ini pada akhir Maret 2012 suku bunga pada tenor terpanjang (sembilan bulan) sudah tercatat di level 4,00%, atau lebih tinggi dibandingkan kondisi akhir Februari 2012 (Grafik 3.1). Sementara suku bunga Deposit Facility masih tercatat sebesar 3,75%. Grafik 3.1 Suku Bunga Operasi Moneter Untuk memperkuat pengelolaan moneter dalam mengantisipasi pembalikan modal yang tiba-tiba (sudden capital reversal), penawaran SBI juga semakin dibatasi. Sejalan dengan hal tersebut, frekuensi pelaksanaan lelang TD ditingkatkan dengan jangka waktu yang lebih panjang. Pada akhir triwulan I-2012 posisi instrumen SBI tercatat sebesar Rp 98 triliun, turun 20% dari posisi akhir tahun 2011 yang sebesar Rp 123 triliun (Grafik 3.2). 33

44 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Grafik 3.2 Posisi Instrumen Operasi Moneter Secara keseluruhan, posisi instrumen moneter selama triwulan I-2012 didominasi oleh Deposit Facility dengan porsi sebesar 45%, diikuti oleh SBI (21%), TD (18%) dan RR SBN (16%). Besarnya posisi Deposit Facility menunjukkan perilaku berjaga-jaga perbankan dalam mengantisipasi kebutuhan likuiditas di akhir triwulan I Kebutuhan terbesar terutama digunakan untuk penyetoran pajak, pembelian SBN dan aliran keluar uang kartal. Selain Deposit Facility, instrumen operasi moneter yang juga mengalami peningkatan signifikan baik secara nominal maupun proporsi adalah RR SBN. Peningkatan tersebut sejalan dengan arah kebijakan Bank Indonesia untuk menggunakan RR SBN sebagai salah satu instrumen moneter. Kepemilikan SBN oleh Bank Indonesia meningkat dari Rp 65,88 triliun pada akhir triwulan IV-2011 menjadi Rp 76,32 triliun pada akhir triwulan I Sejalan dengan peningkatan kepemilikan SBN oleh Bank Indonesia, posisi RR SBN meningkat dari Rp 58 triliun pada akhir triwulan IV-2011 menjadi Rp 73 triliun di akhir triwulan I Secara proporsi, instrumen RR SBN meningkat dari 11% menjadi 16% dari total instrumen operasi moneter. Ke depan, berbagai upaya penguatan di sektor moneter akan terus dilakukan Bank Indonesia guna meningkatkan efektivitas kebijakan moneter. Untuk itu Bank Indonesia meninjau kembali kerangka kebijakan moneter dan operasi moneter. Penguatan di sektor moneter juga dilakukan dengan semakin mengintegrasikan operasi di pasar rupiah dan valas, serta memperkuat pelaksanaan kebijakan nilai tukar. Selanjutnya Bank Indonesia juga melakukan akselerasi pendalaman pasar keuangan. Pasar keuangan yang berkembang baik merupakan sumber pembiayaan alternatif bagi ekonomi nasional serta meningkatkan efisiensi operasi moneter. Strategi percepatan pendalaman pasar keuangan domestik dilaksanakan melalui pendekatan lima pilar yaitu: i) regulasi dan standarisasi; ii) pasar dan instrumen; iii) kelembagaan; iv) infrastruktur sistem; dan v) pemahaman dan edukasi. Hingga akhir triwulan I-2012, Bank Indonesia telah menyelesaikan beberapa kegiatan terkait upaya pendalaman pasar keuangan. Pada pilar regulasi dan standarisasi, Bank Indonesia telah 34

45 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia menyempurnakan ketentuan Pasar Uang Antarbank berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) dan persyaratan pembelian valuta asing terhadap rupiah. Disamping itu, bersama Bapepam-LK, Bank Indonesia terlibat dalam finalisasi penyusunan draft Global Master Repo Agreement (GMRA) sebagai standarisasi transaksi repo antar-pelaku pasar. Pada pilar pasar dan instrumen, telah dilaksanakan pertemuan antar-otoritas untuk mendorong pengembangan produk-produk keuangan non-bank. Pengembangan tersebut bertujuan untuk memperluas alternatif sumber pembiayaan perekonomian dan terciptanya konvergensi harga produkproduk keuangan domestik. Disamping itu, terdapat penambahan instrumen pada PUAS melalui pengenalan pengelolaan likuiditas berbasis perdagangan komoditas syariah dan asesmen mekanisme lindung nilai syariah. Pada pilar kelembagaan, telah dilaksanakan penguatan koordinasi dan kerjasama dengan Kementerian Keuangan dalam rangka percepatan pendalaman pasar keuangan. Penguatan koordinasi dilakukan melalui rangkaian pertemuan yang dilaksanakan pada level pimpinan maupun teknis. Pada pilar infrastruktur, Bank Indonesia melakukan pengembangan infrastruktur. Pengembangan dilakukan terhadap BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II yang saat ini sedang berjalan. Selain itu, persiapan pengembangan infrastruktur pasar keuangan juga didukung dengan asesmen terkait Electronic Trading Platform, yang antara lain berfungsi sebagai sarana transaksi bagi Bank Indonesia dalam pelaksanaan operasi moneter dan bagi pelaku pasar di pasar uang antar bank (konvensional dan syariah). Pada pilar pemahaman dan edukasi, telah dilakukan diseminasi informasi kepada pelaku pasar dan stakeholders lainnya terkait ketentuan pasar uang dan pasar valas. Dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Bank Indonesia senantiasa melakukan pemantauan dan komunikasi yang intensif dengan pelaku pasar. Selain itu, untuk menjaga keseimbangan di pasar valas domestik, Bank Indonesia juga melakukan intervensi dalam bentuk transaksi spot dan forward. Keberadaan Bank Indonesia di pasar valas domestik mampu memberikan keyakinan kepada peserta pasar sehingga pergerakan nilai tukar rupiah relatif stabil. Kondisi ini dicapai ditengah tekanan sentimen negatif akibat kondisi perekonomian global serta rencana pemerintah melakukan penyesuaian kebijakan terkait BBM bersubsidi Koordinasi dengan Pemerintah dalam Pengendalian Inflasi Arah kebijakan moneter Bank Indonesia juga ditempuh dengan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah. Kebijakan ini ditempuh mengingat dinamika inflasi di Indonesia masih diwarnai oleh pengaruh berbagai guncangan yang terjadi di sisi pasokan. Selain itu, berbagai kebijakan pemerintah di bidang harga terkait barang-barang strategis seperti bahan bakar, tarif listrik dan angkutan, juga sering diikuti kenaikan inflasi yang cukup signifikan. Pada triwulan I-2012, TPI telah melakukan beberapa kali pertemuan untuk mengevaluasi permasalahan inflasi tahun 2011 dan program kerja Topik pembahasan dalam forum koordinasi TPI di antaranya penetapan sasaran inflasi tahun , program komunikasi TPI dan beberapa langkah terkait upaya pengendalian inflasi. 35

46 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Beberapa usulan terkait pengendalian inflasi antara lain mendorong Bulog untuk meningkatkan pengadaan dalam negeri melalui peningkatan target penyerapan. Terkait dengan kemungkinan kebijakan pemerintah untuk menyesuaikan kebijakan BBM bersubsidi, forum TPI telah menyiapkan program pemanfaatan dana subsidi transportasi untuk menekan kenaikan tarif angkutan. Selain itu, juga dibahas mengenai usulan skema Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) Pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN) Sejalan dengan fungsi Bank Indonesia sebagai pemegang kas pemerintah, Bank Indonesia menatausahakan penarikan Utang Luar Negeri (ULN) pemerintah untuk pembiayaan proyek, pembiayaan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan pengelolaan portofolio utang serta melakukan pembayaran ULN pemerintah yang jatuh waktu. Selama triwulan I-2012 (sampai dengan Februari 2012) jumlah penarikan ULN pemerintah yang diadministrasikan Bank Indonesia tercatat sebesar USD 1.681,8 juta, termasuk penerbitan Global Medium Term Notes RI 0142 sebesar USD 1.475,3 juta. Adapun realisasi pembayaran ULN pemerintah mencapai USD 725,1 juta (Tabel 3.1 dan Tabel 3.2) Tabel 3.1 Realisasi Penarikan ULN Pemerintah Tabel 3.2 Realisasi Pembayaran ULN Pemerintah (Juta USD) Triwulan 1* Januari Februari Maret Total (Juta USD) Triwulan 1* Januari Februari Maret Total Pemerintah 1.644,6 37, ,8 Multilateral 4,7 17,0 21,7 Bilateral 132,9 13,1 146,0 FKE 11,0 6,4 17,4 Komersial 20,7 0,7 21,3 Bond 1.475, ,3 Total 1.644,6 37, ,8 * Posisi Februari 2012 Pemerintah 388,7 335,2-723,9 Multilateral 153,7 123,2 276,9 Bilateral 34,4 14,7 49,1 FKE 23,8 141,7 165,5 Komersial 0,6 8,4 9,0 Bond 176,2 47,2 223,4 Bank Indonesia - 1,2-1,2 Multilateral - 1,2 1,2 Bilateral - Komersial - Total 388,7 336,4-725,1 * Posisi Februari 2012 Mempertimbangkan konsekuensi terhadap kredibilitas negara, aspek penting dalam pembayaran ULN pemerintah yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah mengutamakan pembayaran kewajiban pemerintah yang aman, akurat dan tepat waktu. Untuk itu, Bank Indonesia menjamin ketersediaan valuta asing yang diperlukan sesuai dengan valuta pinjaman yang harus dibayarkan. Untuk mendukung kinerja tersebut, Bank Indonesia secara bulanan melakukan rekonsiliasi data realisasi pembayaran ULN dengan pemerintah. Sebagai perwujudan dari pelaksanaan transparansi informasi mengenai perkembangan ULN Indonesia, Bank Indonesia bersama dengan Kementerian Keuangan menerbitkan publikasi Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI). Publikasi tersebut menyajikan data ULN pemerintah, Bank Indonesia 36

47 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia dan sektor swasta. Publikasi tersebut diharapkan dapat menjadi referensi utama bagi stakeholder domestik dan internasional dalam memperoleh data yang akurat mengenai ULN Indonesia. Pada triwulan I-2012, telah diterbitkan publikasi SULNI edisi Januari-Maret 2012, yang dapat diakses melalui website Bank Indonesia. Selain menerbitkan SULNI, Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan juga menerbitkan Statistik Utang Sektor Publik Indonesia (SUSPI). Publikasi tersebut memuat data utang pemerintah, Bank Indonesia dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), baik utang domestik maupun ULN. Penerbitan SUSPI merupakan implementasi dari Public Sector Debt Statistics/SUSP, yang merupakan joint program antara World Bank dan IMF dalam rangka penyediaan data utang sektor publik di setiap negara dalam standar internasional yang comparable. Peran SUSP dirasakan semakin penting saat terjadinya Sovereign Debt Crisis di beberapa negara Eropa dan kemudian menjadi concern G20 dalam perumusan kebijakan fiscal sustainability dan financial reform. Pada Januari 2012, SUSPI untuk periode triwulan I-2010 sampai dengan triwulan II-2011 telah disampaikan kepada World Bank/IMF dan telah dipublikasikan dalam website World Bank. Sementara pada akhir Maret 2012, proses updating data SUSPI untuk triwulan III-2011 dan triwulan IV-2011 telah difinalisasi oleh Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan, dan direncanakan akan disampaikan kepada World Bank/IMF pada awal April Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung Perumusan Kebijakan Dalam rangka mendukung perumusan kebijakan, Bank Indonesia melakukan penyediaan data/ statistik dan informasi ekonomi, keuangan serta moneter. Selain itu, untuk mendukung penetapan kebijakan moneter yang kredibel, Bank Indonesia juga menyusun laporan/analisis dan melaksanakan berbagai jenis survei yang terkait dengan kondisi eksternal, keuangan, moneter dan sektor riil. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, Bank Indonesia senantiasa mengedepankan upaya untuk mewujudkan data/statistik dan informasi yang CRATA yaitu komprehensif (comprehensive), terpercaya (reliable), akurat (accuracy), terkini (timelines) dan mudah untuk diakses (accessible) serta sesuai dengan standar yang berlaku secara internasional. Dalam penyajian data, Bank Indonesia menyusun laporan NPI. Laporan tersebut memberikan gambaran terkini peranan sektor eksternal dalam perekonomian, aliran sumber daya dari dan ke negara lain, struktur ekonomi dan perdagangan, permasalahan utang luar negeri serta perubahan posisi cadangan devisa dan potensi tekanan nilai tukar. Di samping itu, Bank Indonesia juga melakukan analisis sektor riil dan sektor finansial. Analisis sektor riil dilakukan dengan memanfaatkan hasil survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia seperti Survei Konsumen (SK), Survei Penjualan Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Survei Harga Properti Residensial (SHPR), Survei Perbankan (SP) dan Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi (SPIME). Sedangkan analisis sektor finansial antara lain dalam bentuk analisis Neraca Arus Dana (NAD) dan perusahaan pembiayaan. 37

48 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Dalam rangka meningkatkan kualitas hasil survei, Bank Indonesia senantiasa melakukan pengembangan dan penyempurnaan metodologi survei. Pada triwulan I-2012, Bank Indonesia melakuan penyempurnaan metodologi SPE. Penyempurnaan tersebut meliputi perhitungan indeks, penambahan cakupan kota dari lima kota menjadi 10 kota, jumlah responden dan perubahan tahun dasar dalam pelaksanaan survei. Guna mendiseminasikan data berikut hasil analisis/laporan dan hasil survei, Bank Indonesia secara kontinyu mengelola publikasi statistik, analisis laporan dan hasil survei kepada masyarakat. Data tersebut dapat diperoleh melalui website Bank Indonesia ( 2. Stabilitas Sistem Perbankan Melalui bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta langkah-langkah yang dilakukan Bank Indonesia bersama perbankan, stabilitas sistem perbankan selama triwulan I-2012 tetap terjaga Kebijakan dan Pengawasan Bank Umum Pengaturan Bank Umum Pada triwulan I-2012, Bank Indonesia menerbitkan penyempurnaan ketentuan mengenai Laporan Berkala Bank Umum 1 (LBBU) yang antara lain mencakup: 1) Penyempurnaan formulir laporan profil maturitas sesuai ketentuan mengenai manajemen risiko likuiditas dan penyempurnaan formulir pos-pos neraca mingguan dalam rangka penyelarasan dengan format LBU yang baru; 2) Penambahan formulir laporan perhitungan ATMR untuk Risiko Kredit, 3) Penambahan formulir laporan suku bunga dasar kredit (SBDK). Bank Indonesia juga telah menerbitkan ketentuan mengenai besaran Loan To Value (LTV) untuk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dan Down Payment (DP) untuk Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) 2. Penerbitan ketentuan dimaksudkan agar perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan KPR dan KKB, mempertimbangkan pertumbuhan kredit tersebut meningkat cukup signifikan. Selain itu, ketentuan diterbitkan mengingat belum terdapat standarisasi aturan penyaluran kredit KPR dan KKB. Ketentuan Penyempurnaan LBBU mulai berlaku pada tanggal 15 Maret Adapun ketentuan mengenai besaran LTV untuk KPR dan DP untuk KKB mulai berlaku pada tanggal 15 Juni Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/ 8 /DPNP tanggal 6 Maret 2012 perihal Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/15/DPNP tanggal 12 Juli 2006 perihal Laporan Berkala Bank Umum 2. Surat Edaran Ekstern Nomor 14/10/DPNP tanggal 15 Maret 2012 tentangpenerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Kendaraan Bermotor. 38

49 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) Kegiatan yang dilakukan pada triwulan I-2012 dalam implementasi API mencakup struktur perbankan yang sehat (pilar 1), sistem pengaturan yang efektif (pilar 2), industri perbankan yang kuat (pilar 4) serta perlindungan nasabah (pilar 6) Penguatan Struktur Perbankan yang Sehat Pada triwulan I-2012, kegiatan yang dilakukan Bank Indonesia untuk mewujudkan struktur perbankan yang sehat antara lain dengan melakukan kajian kebijakan multilicensing yang membatasi kegiatan bank sesuai perijinan (license) yang diberikan. Kajian tersebut bertujuan untuk: 1) Memperkuat ketahanan dan efisiensi perbankan dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan dan meningkatkan daya saing industri perbankan untuk menghadapi globalisasi; 2) Mengotimalkan intermediasi perbankan di berbagai sektor komersial yang potensial dan memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian; 3) Meningkatkan kesesuaian pengembangan produk dan aktivitas bank dengan skala, karakteristik, kompetensi, dan kesiapan infrastruktur bank; 4) Mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dengan mengatur kembali perizinan pembukaan jaringan kantor serta meningkatkan prinsip resiprokalitas dalam hal pembukaan jaringan kantor dengan negara lain. Selain itu, Bank Indonesia menyempurnakan rencana pengaturan kepemilikan bank. Pengaturan tersebut bertujuan untuk mengurangi dominasi satu pihak terhadap kepemilikan bank. Bank Indonesia juga terus mendorong implementasi program BPD Regional Champion (BRC) guna mengoptimalkan peran dan kinerja BPD. Berdasarkan hasil evaluasi posisi Desember 2011, Net Interest Margin (NIM) BPD terbilang tinggi. Untuk itu, Bank Indonesia mendorong upaya peningkatan efisiensi BPD sehingga dapat mendorong penurunan suku bunga kredit. Dengan demikian, BPD mampu berperan sebagai agent of regional development dengan memberikan kontribusi yang lebih baik bagi pertumbuhan ekonomi daerah Sistem Pengaturan yang Efektif Bank Indonesia mewujudkan sistem pengaturan yang efektif melalui implementasi Basel II dan penyiapan Basel III. Implementasi ini merupakan proses adopsi inisiatif reformasi keuangan global untuk meningkatkan ketahanan perbankan. Fokus pelaksanaan tugas pokok dan kebijakan Bank Indonesia terkait dengan implementasi Basel II yang dilakukan selama triwulan I-2012 adalah: 1. Perhitungan kecukupan modal minimum yang dikaitkan dengan risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional Sejak Januari 2012, perhitungan ATMR Risiko Kredit telah menggunakan pendekatan standar 3. Perhitungan yang baru ini melengkapi perhitungan modal bank yang terkait dengan risiko pasar 4 dan risiko operasional 5. Selanjutnya, ketentuan akan berdampak pada penyesuaian beberapa 39

50 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia aspek pengaturan dalam ketentuan risiko pasar 6, khususnya yang terkait dengan perhitungan beban modal untuk risiko spesifik. Berdasarkan hasil kajian dan diskusi yang dilakukan dengan perbankan, Bank Indonesia akan melanjutkan proses pengaturan perhitungan modal bank dengan menggunakan pendekatan yang lebih kompleks (advanced approaches). 2. Proses review oleh pengawas Bank Indonesia bersama perbankan telah melakukan diskusi mengenai pokok-pokok pengaturan modal sesuai dengan profil risiko. Profil risiko bank merupakan salah satu faktor penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan kerangka pengawasan bank berbasis risiko (risk based bank rating/ RBBR). Profil risiko yang dinilai meliputi risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko kepatuhan, risiko hukum, risiko reputasi dan risiko stratejik. 3. Disiplin pasar Bank Indonesia telah menyusun pokok-pokok penyempurnaan ketentuan mengenai Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia. Penyempurnaan ketentuan tersebut sejalan dengan penerapan PSAK 60 (IFRS 7) mengenai pengungkapan instrumen keuangan yang akan diberlakukan dalam penyusunan laporan keuangan akhir Desember Pokok-pokok pengaturan tersebut telah dibahas bersama perbankan. Persiapan Implementasi Basel III Secara umum, kerangka Basel III mencakup (1) peningkatan kualitas permodalan, konsistensi dan transparansi permodalan; (2) peningkatan rasio permodalan bank; (3) perluasan cakupan risiko dalam kerangka permodalan bank; (4) penerapan rasio leverage (leverage ratio) yang berfungsi untuk mendukung rasio permodalan bank; (5) mengurangi procyclicality dan mendorong penyediaan countercyclical buffer; (6) mengatasi risiko sistemik; dan (7) menerapkan standar likuiditas global. Sesuai dokumen Basel III, mulai tahun 2013 implementasi seluruh persyaratan yang ditetapkan akan dilakukan secara bertahap oleh perbankan di negara anggota Basel Committee on Banking Supervision (BCBS), termasuk Indonesia. Pada awal 2019, seluruh persyaratan telah diterapkan secara penuh. Dalam rangka persiapan implementasi Basel III, Bank Indonesia telah melaksanakan comprehensive Quantitative Impact Study (QIS) terhadap dua bank besar yang dipilih menjadi responden berdasarkan data Desember 2010 dan Juni Hasil QIS menunjukkan bahwa level pemenuhan perbankan nasional terhadap standar permodalan dan likuiditas berada di atas angka minimum yang dipersyaratkan. Pelaksanaan QIS akan dilakukan secara berkelanjutan guna memantau dan mengantisipasi dampak penerapan Basel III. 3. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 13/6/DPNP mengenai Pedoman Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk Risiko Kredit dengan Menggunakan Pendekatan Standar. 4. SE No. 9/31/DPNP tentang Pedoman Penggunaan Model Internal dalam Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar. 5. SE No. 11/3/DPNP tentang Perhitungan ATMR untuk Risiko Operasional dengan Menggunakan Pendekatan Indikator Dasar. 6. SEBI No. 9/33/DPNP tentang Pedoman Penggunaan Metode Standar dalam Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar 40

51 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Selain itu, secara rutin setiap bulan Bank Indonesia memantau level permodalan seluruh perbankan sesuai konsep Basel III dengan menggunakan data Laporan Bulanan Bank Umum (LBU). Saat ini, Bank Indonesia sedang menyiapkan consultative paper (CP) mengenai rencana pengaturan permodalan bank sesuai Basel III untuk mendapatkan tanggapan dari stakeholders terkait Industri Perbankan yang Kuat Bank Indonesia terus mendorong peningkatan efisiensi perbankan untuk mewujudkan industri perbankan yang kuat. Upaya peningkatan efisiensi perbankan merupakan tindak lanjut dari pengaturan SBDK. Selama triwulan I-2012, Bank Indonesia melakukan pemantauan dan tindak lanjut atas aspek-aspek yang menyebabkan munculnya ketidakefisienan perbankan antara lain biaya promosi dan biaya operasional lainnya Perlindungan Nasabah Selama triwulan I-2012, Bank Indonesia meneruskan program Keuangan Inklusif (Financial Inclusion). Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses berbagai lapisan masyarakat kepada lembaga keuangan. Kegiatan keuangan inklusif dilakukan melalui (1) Edukasi Keuangan dan Perlindungan Nasabah (2) Kelayakan keuangan (Financial Eligibility); (3) Kebijakan yang mendukung; (4) Fasilitasi; dan (5) Reformasi kebijakan. Bank Indonesia telah merumuskan konsep awal Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) berkoordinasi dengan Sekretariat Wakil Presiden RI (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan / TNP2k). Disamping itu, Bank Indonesia sedang menyusun kajian mengenai branchless banking, database financial identity number, kredit start-up dan melaksanakan financial literacy survey. Bank Indonesia juga tengah menyiapkan rangkaian kegiatan Financial Inclusion. Kegiatan lain yang akan dilakukan mencakup Indonesia Banking Expo, seminar tingkat ASEAN mengenai Financial Inclusion, olimpiade perbankan, dan pencanangan hari menabung nasional. Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap perbankan dan produk keuangan, Bank Indonesia melakukan berbagai kegiatan edukasi keuangan. Kegiatan dilakukan melalui perluasan cakupan pelaksanaan kurikulum pendidikan keuangan, pelaksanaan edukasi keuangan bagi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI), dan pelaksanaan kampanye peningkatan akses menabung Kesiapan Bank Indonesia Terkait Implementasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia bersama Kementerian Keuangan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk pengalihan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan perbankan ke OJK. Pada tanggal 14 Februari 2012, telah dibentuk Tim Bersama Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia yang dituangkan dalam SKB Menkeu dan GBI 7 yang pada intinya merupakan kesepakatan Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan untuk mendukung kelancaran dan efektivitas proses penyiapan seluruh aspek organisasi OJK. 7. SKB No.43/KMK.010/2012 dan No.14/6/KEP.GBI/

52 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Bank Indonesia secara internal telah membentuk dua task force dalam persiapan pengalihan tugas pengawasan bank ke OJK. Task Force pertama yaitu Task Force Pengalihan Fungsi Pengawasan Bank ke OJK dan kedua, Task Force Penyiapan Bisnis Proses Stabilitas Sistem Keuangan dan Bank Indonesia ke depan. Selama triwulan I-2012, Bank Indonesia telah melakukan berbagai pembahasan, baik secara internal maupun dengan melibatkan instansi terkait khususnya Kementerian Keuangan. Pembahasan antara lain mengenai kompilasi dokumen sistem pengawasan bank yang berlaku saat ini yang diantaranya meliputi pedoman dan metodologi pengawasan bank, sistem informasi pengawasan serta SOP. Selain itu, dibahas mengenai inventarisasi dan identifikasi ketentuan mikroprudensial dan makroprudensial, pemetaan materi pengembangan pengawasan, pengaturan dan perizinan, serta penggunaan sistem informasi perbankan, infrastruktur hardware termasuk masalah sharing data dan informasi untuk kepentingan Bank Indonesia dan OJK. Hal lain yang juga dibahas yaitu penyusunan struktur organisasi dan sistem SDM OJK Pengawasan Bank Umum Salah satu tugas pokok pengawasan bank selama triwulan I-2012 adalah memantau likuiditas yang dimiliki bank-bank, terutama likuiditas valas untuk mengantisipasi dampak krisis keuangan global. Pemantauan likuiditas secara harian difokuskan pada liquidity reserve yang dimiliki bank, posisi kredit dan DPK. Pengawasan juga diarahkan untuk memantau secara intensif kualitas kredit bank. Pemantauan dilakukan dengan mengevaluasi kinerja perkreditan dan unit bisnis yang menangani bisnis utama bank, yaitu kecukupan organisasi, kebijakan dan SOP. Selain itu, pemantauan juga dilakukan melalui stress test dampak penurunan kualitas kredit terhadap CAR bank. Secara umum, hasil pemantauan menunjukkan bahwa kondisi likuiditas perbankan nasional masih terkendali. Kondisi tersebut tercermin dari indikator-indikator keuangan yang masih di atas batas minimal. Selama triwulan I-2012, alat likuid perbankan terjaga dengan baik yang ditunjukkan dengan kemampuan perbankan dalam memenuhi ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM) baik rupiah maupun valas Kebijakan dan Pengawasan Perbankan Syariah Pada triwulan I-2012, Bank Indonesia menerbitkan ketentuan mengenai Produk Qardh Beragun Emas bagi BUS dan UUS 8. Penerbitan ketentuan bertujuan untuk menjaga prinsip kehati-hatian bank dan mencegah spekulasi pelaksanaan pembiayaan beragun emas (gadai emas) di perbankan syariah. Selain itu, Bank Indonesia juga sedang melakukan finalisasi ketentuan mengenai Fit and Proper Test bagi Pengurus BUS dan UUS dalam rangka harmonisasi dengan ketentuan yang berlaku bagi perbankan konvensional. 8. SE Bank Indonesia No.14/7/DPbS tanggal 29 Februari 2012 perihal Produk Qardh Beragun Emas bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah 42

53 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap BUS, UUS dan BPRS difokuskan pada aspek risiko operasional, risiko kredit, kepatuhan penerapan prinsip syariah, dan good corporate governance. Guna melengkapi infrastruktur pengawasan BPRS, Bank Indonesia telah menyusun aplikasi dan pedoman penilaian pengawasan dini BPRS 9 yang mulai diimplementasikan pada Januari Implementasi aplikasi dan pedoman tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan intuisi pengawas bank syariah dalam mendeteksi permasalahan bank lebih awal dan dapat menyelaraskan kegiatan off-site dan on-site supervision. Bank Indonesia juga melakukan berbagai riset selama tahun 2012 untuk meningkatkan peran perbankan syariah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Pertama, kajian mengenai Tindak Lanjut Indeksasi Return Sektor Riil Sebagai Benchmark Pricing Produk Perbankan Syariah. Kedua, kajian mengenai Business Model Perbankan Syariah Indonesia, Ketiga, kajian mengenai Perilaku Usaha Perbankan Syariah Indonesia. Keempat, kajian mengenai Alternatif Regulatory Incentive untuk Mendorong Akselerasi Pertumbuhan dan Peningkatan Kualitas Perbankan Syariah. Dalam rangka proses perizinan pengurus dan kelembagaan perbankan syariah, Bank Indonesia telah melaksanakan fit and proper test calon pengurus Bank Syariah. Selama triwulan I-2012, fit and proper test dilakukan terhadap dua orang calon anggota Direksi BUS, satu orang calon anggota Dewan Komisaris (Dekom) BUS, dua orang calon anggota Direksi BPRS, dua orang calon anggota Dekom BPRS dan satu orang calon Pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing. Dari sisi perizinan kelembagaan, selama triwulan I-2012 terdapat pendirian BPRS baru yaitu PT BPRS Bahari Berkesan yang berlokasi di Ternate, Maluku Utara, dan pencabutan izin usaha PT BPRS Kafalatul Ummah yang berlokasi di Deli Serdang, Sumatera Utara. Dengan perubahan tersebut jumlah bank syariah dan UUS tetap menjadi 11 BUS, 24 UUS dan 155 BPRS. Sementara permohonan izin pendirian BPRS yang masih dalam proses mencapai 32 BPRS (30 permohonan pendirian baru dan 2 permohonan konversi BPR menjadi BPRS). Selain itu, dalam rangka keanggotaan Bank Indonesia pada lembaga/organisasi keuangan syariah internasional, pada Maret 2012 Bank Indonesia menghadiri pertemuan Council Meeting Islamic Financial Service Board (IFSB). Pertemuan membahas antara lain mengenai finalisasi IFSB guidance principle stress test dan liquidity risk management. Bank Indonesia juga menghadiri Governing Board Meeting International Islamic Liquidity Management (IILM) yang antara lain membahas mengenai amandemen Article of Agreement (AoA) Kebijakan dan Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Untuk meningkatkan peran dan kapasitas BPR dalam pembiayaan terhadap sektor usaha mikro dan kecil, Bank Indonesia terus mendorong terbentuknya lembaga Apex BPR. Pembentukan lembaga Apex BPR didasarkan atas kesepakatan antara bank umum yang menjadi Apex dengan BPR anggota yang diwakili oleh pengurus asosiasi BPR di daerah (DPD Perbarindo). Lembaga Apex BPR memiliki tiga fungsi utama yaitu pengelolaan dana anggota (pooling funds), pemberian bantuan keuangan 9. SE Intern No. 14/3/INTERN tanggal 24 Januari

54 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia (financial assisstance), dan bantuan teknis (technical assisstance). Pembentukan lembaga Apex BPR sejalan dengan program Bank Indonesia yang lain yakni BRC (BPD Regional Champion). Hingga saat ini, telah terbentuk enam lembaga Apex BPR yang terdiri dari lima BPD (Sumatera Barat, Riau-Kepri, Jawa Timur, Kalimantan Selatan dan Jawa Tengah) dan satu bank umum (Bank Andara). Lembaga Apex yang terbentuk pada triwulan I-2012 adalah Apex BPR untuk wilayah Jawa Tengah, yang beranggotakan 217 BPR dari total 263 BPR yang ada. Pembentukan Apex BPR Jawa Tengah ditandai dengan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara DPD Perbarindo Jawa Tengah dan BPD Jateng. Adapun materi utama MoU tersebut antara lain penempatan Simpanan Wajib Minimum (SWM) anggota sebesar Rp 30 juta per BPR, dengan fasilitas likuiditas yang dapat diperoleh BPR maksimal sebesar 10 kali dari SWM atau Rp 300 juta per BPR anggota Penguatan Sektor Riil dan Penyaluran Kredit UMKM Bank Indonesia turut mendorong pertumbuhan sektor UMKM melalui koordinasi dengan pihak terkait lain. Hal ini mempertimbangkan peranan UMKM yang strategis dalam perekonomian nasional. Sebagai upaya penguatan sektor riil dan UMKM, Bank Indonesia melakukan berbagai penelitian, antara lain mengenai pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam pengaturan LKM ke depan. Selain itu, pada triwulan I-2012 Bank Indonesia melakukan diseminasi hasil penelitian sebelumnya mengenai potensi ekonomi dan pengembangan UMKM di daerah perbatasan dan tertinggal (Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Bengkayang - Kalimantan Timur, Kabupaten Pulau Morotai - Maluku Utara, Kabupaten Belu - Nusa Tenggara Timur). Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh masukan dan mensinergikan konsep pengembangan potensi ekonomi dan UMKM di wilayah perbatasan dan tertinggal dengan para pemangku kepentingan yang lain. Bank Indonesia juga melakukan diseminasi hasil penelitian Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJu) Unggulan UMKM yang telah dilaksanakan di 12 provinsi. Diseminasi dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada stakeholders mengenai produk unggulan yang potensial di wilayah tersebut. Pada tahun 2012, penelitian yang sama akan dilakukan di sembilan provinsi. Selanjutnya, sebagai bagian dari upaya percepatan pendirian Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD), Bank Indonesia menyelenggarakan Workshop Arah Sistem Penjaminan Kredit Daerah di Indonesia. Workshop bertujuan untuk memaparkan rekomendasi hasil kerja sama antara Bank Indonesia dan JICA dalam Project Capacity Development for Supporting Industry Development : Credit Guarantee System. Pengembangan UMKM juga dilakukan melalui penguatan sinergi antara Bank Indonesia dengan pihak terkait. Kegiatan yang dilakukan mencakup (i) pengembangan klaster cabai dan bawang merah, (ii) penciptaan wirausaha baru, (iii) pemetaan dan pendalaman klaster komoditas unggulan daerah serta komoditas utama penyumbang inflasi di indonesia, (iv) penguatan ketahanan pangan daerah, dan (v) pengembangan klaster nasional lainnya. Pengembangan klaster cabai dan bawang merah didasarkan pada pertimbangan kedua komoditas tersebut merupakan penyumbang inflasi nasional yang cukup besar. Klaster cabai merah dilaksanakan 44

55 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia di enam provinsi, sedangkan klaster bawang merah dilaksanakan di dua provinsi. Sampai dengan triwulan I-2012 telah dilaksanakan pendataan peserta klaster untuk menjaring informasi terkait kondisi awal penerima program yang meliputi data individu, aspek produksi, aspek keuangan, aspek pasar dan aspek penunjang lainnya. Kegiatan lain yang dilakukan yakni upaya penciptaan wirausaha baru. Program dilatarbelakangi oleh tingginya tingkat pengangguran terbuka dan rendahnya jumlah wirausahawan di Indonesia. Melalui program ini, Bank Indonesia sekaligus berkontribusi untuk mensukseskan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) yang dicanangkan oleh Pemerintah sejak 2 Februari Sampai dengan triwulan I-2012 telah dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dengan mengundang beberapa kementerian yang pernah melaksanakan program yang sama, lembaga internasional seperti ILO dan GIZ, Perguruan Tinggi (PT) dan penerima beasiswa BI (UI, UNJ, IPB dan UIN Syarif Hidayatullah). Rencananya pihak Perguruan Tinggi akan membantu pelaksanaan program kerja Bank Indonesia antara lain dalam proses seleksi awal dan pengumpulan data mahasiswa yang memiliki minat dan bakat untuk menjadi wirausahawan yang rencana akan dituangkan dalam bentuk formal yaitu MOU atau Perjanjian Kerjasama. Pemetaan dan pendalaman klaster komoditas unggulan daerah dan komoditas utama penyumbang inflasi di Indonesia, bertujuan untuk memperoleh model pengembangan klaster yang sesuai dengan kondisi perekonomian masing-masing daerah. Beragamnya pendekatan klaster yang dikembangkan di Indonesia, mulai dari klaster industri sampai dengan klaster UMKM dan terminologi yang juga beragam seperti sentra, minapolitan, argropolitan dan gapoktan melatarbelakangi perlunya pemetaan klaster secara komprehensif. Selama triwulan I-2012 telah dilaksanakan koordinasi awal dengan pihak terkait baik pusat maupun daerah, menyelenggarakan Focus Group Discussion dalam rangka penentuan dan identifikasi komoditas klaster, serta melakukan persiapan survei pada triwulan II Dalam rangka stabilisasi harga, Bank Indonesia melakukan penguatan ketahanan pangan daerah. Sebagai pilot project, dipilih komoditas beras dan cabai. Sampai dengan triwulan I-2012 telah dilaksanakan koordinasi dengan pemangku kepentingan baik pusat maupun daerah malalui Focus Group Discussion yang menghasilkan rekomendasi pola awal pengembangan ketahanan pangan dimasing-masing wilayah. Komoditas lain yang dikembangkan melalui pola klaster adalah komoditas jarak. Sampai dengan triwulan I-2012 telah dilaksanakan sosialisasi dan koordinasi dengan stakeholder di daerah dan pihak swasta. Kegiatan tersebut dalam upaya meningkatkan awareness dan komitmen masing-masing pihak, serta menyusun lending model komoditas jarak. Menindaklanjuti hal tersebut, telah dicapai kesepahaman yang dituangkan dalam MoU antara beberapa kelompok tani dengan pihak swasta terkait pembelian hasil produksi jarak. Selain pengembangan klaster nasional, Bank Indonesia melalui Kantor Bank Indonesia di daerah juga melaksanakan pengembangan klaster daerah dengan komoditas yang terkait industri kecil dan sektor pertanian lain. Sampai dengan triwulan I-2012 telah dilaksanakan koordinasi dengan para pemangku kepentingan lain, penyusunan dan pelaksanaan program kerja antara lain dengan menyelenggarakan Focus Group Discussion, sosialisasi, pelatihan Good Agriculture Practices (GAP), sekolah lapang, bazar intermediasi perbankan dan penguatan modal sosial. 45

56 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Upaya pengembangan UMKM oleh Bank Indonesia juga dilaksanakan dengan menyelenggarakan kerjasama pelatihan dengan instansi lain. Pada triwulan I-2012, telah dilaksanakan pelatihan bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan topik Analisa Usaha Perikanan Budidaya dan Manajemen Keuangan Usaha Skala Kecil Perizinan dan Informasi Perbankan Dalam rangka menciptakan pengelolaan perbankan yang sehat, Bank Indonesia melaksanakan uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test). Fit and proper test dilakukan terhadap calon Pemegang Saham Pengendali (PSP), anggota Dewan Komisaris dan Direksi, termasuk pimpinan kantor cabang bank asing dan pemimpin kantor perwakilan. Selain itu, Bank Indonesia juga mengelola perizinan kelembagaan bank yang mencakup perubahan jaringan kantor, rencana akuisisi, perubahan penggunaan izin usaha akibat perubahan nama bank, Tabel 3.3 Kegiatan Perizinan Bank Umum Tahun JENIS KEGIATAN Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I PELAKSANAAN FIT & PROPER TEST 1. Pemegang Saham Pengendali Dewan Komisaris Direksi (termasuk pimpinan kantor cabang bank asing dan pemimpin kantor perwakilan asing) JARINGAN KANTOR 1. Pembukaan a. Kantor Wilayah (Kanwil) b. Kantor Cabang (KC) c. Kantor Cabang Pembantu (KCP) d. Kantor Fungsional (KF) Penutupan a. Izin usaha b. Kantor Perwakilan c. Kantor Cabang (KC) d. Kantor Cabang Pembantu (KCP) e. Kantor Fungsional (KF) Pemindahan Alamat a. Kantor Pusat (KP) b. Kantor Wilayah (kanwil) c. Kantor Cabang d. Kantor Cabang Pembantu e. Kantor Fungsional f. Kantor Perwakilan Bank Perubahan status a. Peningkatan Status - KCP menjadi KC KK menjadi KCP b. Penurunan Status - KC menjadi Kantor Kas KC menjadi KCP Perubahan Penggunaan izin usaha (Perubahan nama)

57 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia pemberian izin sebagai bank umum devisa, dan perubahan bentuk badan hukum. Kegiatan perizinan tersebut merupakan bagian dari pengawasan Bank Indonesia untuk memastikan agar operasional bank sesuai dengan Rencana Bisnis Bank (Tabel 3.3). Sebagai bagian dari infrastruktur industri keuangan dalam mendukung prinsip kehati-hatian serta efisiensi penyediaan dana di industri perbankan, Bank Indonesia mengelola Sistem Informasi Debitur (SID). Pada triwulan I-2012, jumlah pelapor SID tercatat sebanyak 120 Bank Umum, BPR, dan 16 Perusahaan Pembiayaan, dengan total kantor pelapor sebanyak kantor. Jumlah pelapor tersebut meningkat dibandingkan triwulan IV-2011, dengan adanya penambahan satu pelapor dari perusahaan pembiayaan dan 73 pelapor dari BPR. Data fasilitas kredit yang tercatat dalam SID mencapai 112,9 juta, meningkat 3% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya atau 18% (yoy). Sejalan dengan peningkatan data tersebut, data debitur juga meningkat sebesar 4% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya atau 12% (yoy), sehingga menjadi 59,7 juta debitur (Tabel 3.4). Tabel 3.4 Perkembangan Jumlah Debitur dan Fasilitas SID Tahun Triwulan I (dalam juta) Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Jumlah Debitur 53, ,8 57,1 59,7 Jumlah Fasilitas 95, ,4 109,9 112,9 Dari sisi penggunaan informasi, jumlah permintaan Informasi Debitur Individual (IDI) selama triwulan I-2012 mencapai 8,352 juta. Permintaan tersebut meningkat 36,81% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, namun menurun 36,83% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan permintaan disebabkan adanya transisi implementasi sistem baru yang diberlakukan pada triwulan IV Grafik 3.3 Permintaan Informasi Debitur Individual (IDI) 47

58 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan kualitas data SID, Bank Indonesia melanjutkan penyempurnaan sistem yang difokuskan pada pembersihan data (data cleansing). Target pembersihan data mencakup seluruh pelapor SID. Tujuan program tersebut yakni menghilangkan duplikasi data fasilitas, data lunas, dan data tidak utuh. Dengan upaya tersebut, jumlah kesalahan data diharapkan dapat ditekan hingga menjadi kurang dari 2% dari total fasilitas Investigasi dan Mediasi Perbankan Dalam rangka mewujudkan penegakan hukum di bidang perbankan, Bank Indonesia melakukan tindak lanjut hasil pengawasan bank dengan melakukan penanganan kasus-kasus yang diduga mengandung tindak pidana perbankan (Tipibank). Selama triwulan I-2012, telah dilakukan investigasi terhadap 23 kasus yang diduga mengandung Tipibank yang terjadi pada 18 bank (Tabel 3.5). Tabel 3.5 Statistik Perkembangan Investigasi Tipibank Triwulan I-2012 KETERANGAN Bank Umum BPR Total Jumlah Kasus Jumlah Kantor Bank Jumlah Kasus Jumlah Kantor Bank Jumlah Kasus Jumlah Kantor Bank 1. Jumlah Yang Masih Dalam Proses Pada Periode Sebelumnya*) Jumlah Kasus Yang Masuk Jumlah Yang Dilaporkan Kepada Penyidik Jumlah Yang Dalam Proses**) *) Data disesuaikan **) Proses Investigasi dan/atautim Kerja/Pleno dan/atau Pelaporan Hasil investigasi yang diduga mengandung Tipibank selanjutnya dilaporkan kepada penegak hukum untuk tindak lanjut pengenaan sanksi pidana melalui pembahasan forum Tim Kerja. Pada triwulan I-2012, telah dilaksanakan rapat Tim Kerja Tingkat Pusat sebanyak satu kali. Sedangkan di daerah telah dilaksanakan sebanyak enam kali rapat Tim Kerja di enam Kantor Bank Indonesia dan dua kali rapat Tim Pleno di dua Kantor Bank Indonesia. Rapat kerja tersebut merupakan implementasi dari Nota Kesepahaman Bank Indonesia, Polisi Republik Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia tentang koordinasi penanganan tindak pidana perbankan, yang telah ditandatangani pada 19 Desember Perkembangan penanganan tindak pidana perbankan terhadap kasus-kasus yang telah dilaporkan oleh Bank Indonesia kepada penegak hukum, serta sebaran jenis Tipibank secara kumulatif sampai dengan triwulan I- 2012, sebagai berikut: Disamping melakukan fungsi investigasi, Bank Indonesia juga melaksanakan fungsi mediasi perbankan. Fungsi mediasi perbankan dilakukan untuk menyelesaikan sengketa antara nasabah 48

59 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Grafik 3.4 Progress Penanganan Kasus Tipibank di Penegak Hukum (Tahun 1999 s.d. Triwulan I-2012) Grafik 3.5 Sebaran Jenis Tipibank dan bank secara sederhana, murah dan cepat. Sengketa tersebut dapat timbul dengan semakin meningkatnya keragaman dan kompleksitas produk yang ditawarkan oleh perbankan, semakin pesatnya perkembangan teknologi serta semakin mudahnya mengakses produk dan jasa bank. Selain itu, semakin baiknya tingkat pendidikan dan pengetahuan/pengalaman nasabah mengakibatkan nasabah menjadi semakin kritis terhadap produk/jasa yang ditawarkan. Dalam rangka meningkatkan kualitas dan mutu pengelolaan serta penyajian data terkait berbagai informasi yang diterima, pada tahun 2012 telah dilakukan pengelompokan kembali penyajian data mengenai informasi sengketa yang diterima dari masyarakat. Perubahan ini lebih menekankan kepada informasi yang memiliki potensi untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya melalui mediasi perbankan, termasuk pada tahap pra mediasi. Tabel 3.6 Statistik Jenis Informasi yang Diterima dan Tindak Lanjut Jenis Informasi / Tindak Lanjut Carried Over (2011) 1. Sengketa yang diterima dan ditangani a. Sengketa yang telah diselesaikan : - Klarifikasi kepada bank Edukasi Mediasi 1 9 b. Sengketa yang sedang dalam proses penanganan Informasi lainnya 185 a. Informasi yang selesai ditindaklanjuti : 42 - Klarifikasi kepada bank 6 - Edukasi 18 - Penerusan kepada Satker/instansi terkait 18 b. Informasi yang sedang diproses 51 c. Tidak ditindaklanjuti 92 49

60 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Selama triwulan I-2012, dari 213 informasi yang diterima oleh Bank Indonesia, 28 informasi memenuhi persyaratan untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya melalui mediasi perbankan. Untuk 185 informasi lainnya, sebanyak 3% telah selesai melalui proses klarifikasi awal kepada bank, 10% ditindaklanjuti dengan penyampaian edukasi kepada nasabah/kuasanya, 10% dengan penerusan kepada satuan kerja/instansi lainnya dan 50% tidak ditindaklanjuti karena tidak memenuhi persyaratan mediasi (Tabel 3.6 dan Tabel 3.7). Berdasarkan kelompok produk, dari 28 informasi atau sengketa yang memenuhi syarat untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya melalui mediasi perbankan, 18 sengketa merupakan sengketa terkait kelompok produk sistem pembayaran atau mencapai 64,3% dari total seluruh sengketa. Lima sengketa lainnya merupakan sengketa kelompok produk penyaluran dana atau mencapai 17,9% dari total seluruh sengketa. Selama triwulan I-2012, tingkat kepuasan nasabah terhadap mediasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia mencapai 5.5 dari skala 6. Tabel 3.7 Sengketa yang Memenuhi Persyaratan Untuk Ditindaklanjuti Berdasarkan Kelompok Produk Kelompok Produk Persentase Penghimpunan Dana 4 14,3% Penyaluran Dana 5 17,9% Sistem Pembayaran 18 64,3% Produk Kerjasama 0 0,0% Produk Lainnya 1 3,6% Diluar permasalahan produk perbankan 0 0,0% Total ,0% 3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang Kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk menjaga kelancaran, kemanan dan efisiensi sistem pembayaran. Sementara kebijakan pengedaran uang ditujukan untuk mendukung ketersediaan uang rupiah dalam jumlah dan nominal yang cukup serta layak edar Kebijakan Sistem Pembayaran Kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran diarahkan untuk menjaga keamanan dan kelancaran serta meningkatkan efisiensi sistem pembayaran. Untuk meningkatkan layanan sistem pembayaran yang dikelola Bank Indonesia, Bank Indonesia melakukan berbagai penyempurnaan pengelolaan operasional sistem. Selain itu, Bank Indonesia juga terus berupaya menjaga kelancaran pelaksanaan sistem pembayaran dan melindungi kepentingan konsumen juga dilakukan terhadap penyedia APMK dan Uang Elektronik, yang diselenggarakan oleh pihak lain di luar Bank Indonesia. Upaya tersebut dilakukan melalui pengawasan dan penyempurnaan ketentuan agar layanan sistem pembayaran memenuhi ketentuan dan standar yang telah ditetapkan. 50

61 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Pada awal triwulan I-2011, Bank Indonesia menerbitkan penyempurnaan ketentuan tentang Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu 10. Ketentuan yang baru tersebut lebih mengedepankan aspek kehati-hatian dan manajemen risiko oleh penyelenggara APMK serta perlindungan terhadap konsumen. Dalam aturan tersebut, Bank Indonesia mengatur batasan dan tanggung jawab yang lebih jelas terkait kerjasama perbankan dengan pihak lain yang menyediakan jasa penunjang (debt collector) berikut sanksinya. Bank Indonesia juga mendorong praktek transparansi informasi dan produk APMK oleh perbankan. Untuk lebih melindungi konsumen, Bank Indonesia juga mengatur penyeragaman perhitungan dan pembatasan maksimum suku bunga kartu kredit. Dengan berbagai penyempurnaan aturan tersebut yang diimbangi dengan pengawasan yang lebih efektif oleh Bank Indonesia, diharapkan praktek-praktek yang merugikan konsumen kartu kredit dapat dieliminasi. Bank Indonesia juga masih melanjutkan berbagai upaya dalam meningkatkan efisiensi sistem pembayaran. Hal tersebut dilakukan dengan mendorong interoperabilitas sistem pembayaran retail melalui National Payment Gateway (NPG) dan interoperabilitas uang elektronik. Kebijakan interoperabilitas antar sistem tersebut bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan transfer dana meskipun dengan sistem perbankan yang berbeda. Dengan demikian, hanya dengan satu kartu, masyarakat dapat melakukan transfer dana ke perbankan yang berbeda. Transaksi yang lebih efisien pada gilirannya akan meningkatkan efisiensi transaksi ekonomi. Bagi perbankan, kebijakan interoperabilitias juga memberikan manfaat turunnya biaya overhead karena perbankan tidak perlu melakukan investasi untuk menyediakan sistem dengan standar yang berbeda. Upaya ini pada gilirannya juga berdampak terhadap peningkatan efisiensi ekonomi secara nasional. Sebagai tahap awal rencana interoperabilitas seluruh penyelenggara sistem pembayaran retail, Bank Indonesia terus melanjutkan proses pembentukan institusi NPG. Selain itu Bank Indonesia juga melakukan pembahasan dalam rangka menyusun kebijakan dan operasionalisasi NPG serta menyusun business requirement NPG. Diharapkan pada 2014 seluruh industri telah menjalankan NPG. Salah satu wujud rintisan interoperabilitas sistem pembayaran yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah memfasilitasi interkoneksi sistem antara dua bank besar di Indonesia yakni antara Bank Mandiri dan BCA. Menindaklanjuti serangkaian persiapan interkoneksi yang telah dilakukan pada periode sebelumnya, pada 16 Januari 2012 Bank Indonesia meresmikan kerjasama layanan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) antara Bank Mandiri dengan BCA. Dengan terkoneksinya layanan pembayaran di kedua bank tersebut, maka semakin memperluas jaringan layanan sistem pembayaran yang terhubung dalam jaringan kedua bank tersebut. Kondisi ini mempermudah masyarakat untuk melakukan transaksi secara lebih cepat dan efisien. Pada gilirannya, sinergi kedua bank tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri perbankan secara nasional dalam menghadapi era persaingan global. Selain interoperabilitas di industri ATM, Bank Indonesia juga mendorong interkoneksi uang elektronik. Untuk merealisasikan upaya tersebut, Bank Indonesia membahas rencana pengembangan potensi 10. PBI No. 14/2/PBI/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu 51

62 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia pasar uang elektronik dan kelembagaan dengan pihak-pihak yang menjadi prinsipal uang elektronik. Pembahasan tersebut diharapkan dapat menjadi panduan bagi Bank Indonesia dan industri dalam mengimplementasikan interoperabilitas uang elektronik. Upaya lain yang dilakukan Bank Indonesia dalam menjaga keandalan sistem pembayaran yakni dengan meneruskan kebijakan standarisasi chip pada kartu ATM/Debet. Kebijakan yang mulai digulirkan pada triwulan IV-2011 ditargetkan dapat diterapkan secara menyeluruh oleh perbankan pada akhir Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan masyarakat dalam bertansaksi menggunakan kartu ATM/Debet. Teknologi chip dinilai mampu mengurangi kejahatan yang dilakukan melalui infrastruktur kartu saat ini yang masih berbasis pita magnetik (antara lain melalui metode skimming). Untuk mewujudkan target standarisasi kartu ATM/Debet berbasis chip tersebut, Bank Indonesia terus mempersiapkan infrastruktur pendukungnya. Pada triwulan I-2012, Bank Indonesia mendorong forum prinsipal untuk melanjutkan pembentukan lembaga sertifikasi (certification body) yang akan memberikan akreditasi bagi pihak-pihak yang terlibat dalam program standarisasi kartu chip. Selain berbagai upaya di atas, Bank Indonesia juga masih meneruskan pengembangan BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II untuk mempertahankan dan meningkatkan kapasitas layanan kedua sistem tersebut. Hal tersebut guna mengimbangi tren peningkatan jumlah transaksi pada BI-RTGS dan BI-SSSS dari waktu ke waktu sejalan dengan perkembangan ekonomi. Selain itu pengembangan ini juga dilakukan sebagai persiapan mengantisipasi kebutuhan konektivitas BI-RTGS dan BI-SSSS dengan infrastruktur sistem keuangan lainnya baik domestik maupun internasional. Dengan pengembangan ini diharapkan akan tercapai peningkatan kemampuan mitigasi risiko serta efisiensi penyelenggaraan sistem baik dari sisi efisiensi penggunaan likuiditas maupun infrastruktur. Dalam rangka pengembangan tersebut, pada triwulan laporan Bank Indonesia telah melaksanakan pertemuan dengan working group (WG) dan sosialisasi kepada seluruh peserta BI-RTGS dan BI-SSSS untuk menyampaikan informasi perkembangan proyek dan penjelasan proses bisnis, cakupan fungsi/ fitur aspek bisnis serta infrastruktur teknologi informasi komunikasi sistem BI-RTGS/SSSS Generasi II. Sosialisasi yang dilakukan juga bertujuan untuk mempersiapkan kesiapan peserta sistem. Selain dengan pihak eksternal, Bank Indonesia juga melakukan penyelarasan internal guna mempersiapkan ketentuan terkait pengembangan BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II. Di samping peningkatan layanan Bank Indonesia kepada masyarakat, Bank Indonesia juga berupaya meningkatkan layanan kepada Pemerintah, yaitu melalui pengembangan Sistem Bank Indonesia Government electronic Banking (BIG-eB). Sistem BIG-eB merupakan fasilitas online banking kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sehingga Kemenkeu dapat memperoleh informasi saldo, mutasi rekening secara real time dan melakukan transaksi secara online. Setelah pada periode sebelumnya diselesaikan penyusunan business requirement pengembangan sistem BIG-eB, pada periode laporan Bank Indonesia telah melaksanakan kegiatan User Acceptance Test (UAT) secara internal sebagai persiapan pelaksanaan UAT dengan pihak eksternal. 52

63 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 3.2. Kebijakan Pengedaran Uang Strategi kebijakan Bank Indonesia di bidang pengedaran uang ditopang oleh tiga pilar yakni peningkatan kualitas uang di masyarakat dan pemenuhan permintaan uang, peningkatan efektivitas operasional kas Bank Indonesia dan perbankan, serta pengembangan layanan kas Bank Indonesia. Strategi kebijakan peningkatan kualitas uang dilakukan untuk menjaga agar uang rupiah dalam kondisi layak edar dengan kualitas yang dapat diterima karena nilai ekonomi yang terpercaya, aman dari pemalsuan, dan mudah dikenali ciri-ciri keasliannya. Untuk mewujudkan hal tersebut, berbagai langkah kebijakan yang akan dilaksanakan pada 2012 meliputi pengkajian penyempurnaan desain uang, melanjutkan survei kualitas uang dan preferensi kebutuhan uang rupiah, menyempurnakan dan mendiseminasikan standar uang, serta melakukan pemantauan pengolahan uang layak edar kepada perbankan dan perusahaan Cash in Transit (CIT). Selanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang layak edar, Bank Indonesia melakukan distribusi uang baik secara langsung maupun bekerjasama dengan perbankan melalui kas titipan. Berkaitan dengan upaya peningkatan efektivitas operasional kas Bank Indonesia, salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan mempersiapkan penyempurnaan mesin sortasi uang kertas dengan fungsi peracikan yang dilaksanakan di seluruh kantor Bank Indonesia. Melalui penyempurnaan tersebut diharapkan dapat mempercepat proses pengolahan uang dan meningkatkan akuntabilitas dalam pengolahan dan pemusnahan uang rupiah tidak layak edar. Sementara dalam rangka mengembangkan layanan kas, Bank Indonesia melanjutkan strategi layanan kas di wilayah terpencil dan terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Strategi tersebut dilakukan melalui kerjasama Bank Indonesia dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) guna memperlancar alur distribusi uang. Melalui kesinambungan penyediaan transportasi, diharapkan akan tercapai tujuan untuk memperluas wilayah layanan kas Bank Indonesia. Menindaklanjuti kerjasama Bank Indonesia dengan TNI-AL, pada 22 Februari 2012 telah dilakukan penandatanganan Piagam Kesepakatan Bersama (PKB) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Bank Indonesia dengan TNI-AL. Cakupan kerjasama tersebut yakni layanan kas dan Program Sosial Bank Indonesia di wilayah terpencil dan perbatasan. Beberapa wilayah yang menjadi prioritas antara lain wilayah Maluku, Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua, Kepulauan Mentawai (Sumatera Barat), Kepulauan Sangihe - Talaud (Sulawesi Utara) dan Kepulauan Anambas - Natuna (Kepulauan Riau). Sebagai tindak lanjut kerjasama tersebut, pada triwulan I-2012 Bank Indonesia dan TNI-AL tengah mematangkan rencana dan jadwal distribusi uang Dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap uang rupiah, Bank Indonesia juga terus melaksanakan upaya preventif penanggulangan peredaran uang palsu. Pada triwulan I-2012, upaya tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan Training of Trainers (ToT), sosialisasi keaslian uang rupiah bekerjasama dengan mitra strategis, serta penyebaran informasi keaslian uang rupiah melalui berbagai media publikasi termasuk pencetakan kalender. Beberapa lembaga yang menjadi mitra strategis dalam pelaksanaan ToT keaslian uang rupiah antara lain Perhimpunan Pengusaha Rekreasi dan Hiburan Umum (PPRHU), Asosiasi Perusahaan Jasa Angkutan Uang Tunai (APJATIN), PT. Pos Indonesia wilayah DKI Jakarta. Kerjasama tersebut akan diperluas pula dengan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO). 53

64 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Bank Indonesia juga telah merampungkan Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center (BI CAC) sebagai pusat analisis uang palsu, dengan bantuan teknis dari Bundesbank (Jerman). Dalam rangka implementasi Undang-undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Bank Indonesia juga terus melakukan penyesuaian pelaksanaan tugas dan kewenangan di bidang pengedaran uang. Penyesuaian antara lain terkait dengan (i) kewenangan mengeluarkan, mengedarkan, mencabut dan menarik uang rupiah; (ii) koordinasi antara Bank Indonesia dengan pemerintah dalam menetapkan pecahan uang, bahan baku uang, perencanaan, pencetakan, pemusnahan uang; serta (iii) koordinasi dan pembentukan badan pemberantasan rupiah palsu. Menindaklanjuti berbagai penyesuaian tersebut, Bank Indonesia telah menyusun Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia dan pemerintah yang akan menjadi landasan dalam pelaksanaan koordinasi dalam rangka perencanaan dan pencetakan, serta pemusnahan rupiah. Selain itu, Bank Indonesia juga turut mendukung pembentukan badan yang akan mengkoordinasikan pemberantasan uang palsu sebagaimana amanat UU tentang Mata Uang. Dari sisi transparansi, Bank Indonesia juga telah melaksanakan amanat UU tentang Mata Uang dengan menyampaikan laporan mengenai jumlah dan nilai nominal uang rupiah yang dimusnahkan periode Juli September 2011 dan periode Oktober Desember 2011 kepada Kementerian Hukum dan HAM untuk dicantumkan dalam Lembaran Negara. Selain itu Bank Indonesia juga menyampaikan Laporan Pengelolaan Rupiah Triwulan III dan Triwulan IV-2011 kepada DPR RI. 4. Kerjasama Internasional Dalam mendukung pelaksanaan tugasnya, pada triwulan I-2012 Bank Indonesia berpartisipasi aktif melakukan kerjasama internasional di tataran regional maupun multilateral. a. Kerjasama ASEAN Kerjasama masih difokuskan pada peningkatan stabilitas sektor keuangan dan liberalisasi serta integrasi sektor keuangan menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) pada Sejumlah kesepakatan telah dicapai dalam pertemuan ASEAN Central Bank Governors Meeting (ACGM) dan ASEAN Finance Ministers Meeting (AFMM) pada akhir Maret 2012 di Phnom Penh, Kamboja. Beberapa kesepakatan yang dihasilkan sebagai berikut: 1. Komitmen Menteri Keuangan ASEAN untuk memelihara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan kawasan di tengah masih besarnya tantangan ekonomi global. Dalam konteks pertumbuhan jangka menengah, pertumbuhan ekonomi diarahkan agar lebih bersumber pada permintaan domestik. Dalam mencapai tujuan tersebut, diperlukan dukungan komitmen reformasi struktural dan pertumbuhan yang lebih berimbang dengan lebih mengedepankan investasi swasta serta pemerataan pembangunan. 2. Dalam konteks kerjasama regional, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral memberikan endorsemen atas hal-hal sebagai berikut: 54

65 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia a. Hasil stock-tacking Taskforce on ASEAN Banking Integration Framework (TF-ABIF) terhadap kondisi negara anggota. b. Pengembangan kerangka kerja capital account liberalization (CAL Framework) untuk memandu negara anggota dalam proses liberalisasi aliran modal. c. Negosiasi liberalisasi jasa keuangan putaran ke-enam di bawah ASEAN Framework Agreement on Services. d. Finalisasi berbagai action plans untuk memastikan kelancaran implementasi milestone dan timeline dalam rangka harmonisasi sistem pembayaran dan setelmen ASEAN. e. Pembentukan Steering Committee on Capacity Building (SCCB) yang bertugas melakukan pencocokan antara permintaan dan penawaran berbagai kebutuhan capacity building untuk mendukung integrasi keuangan ASEAN. f. Publikasi laporan bertajuk The Road to ASEAN Financial Integration yang memberikan asesmen singkat terhadap peta keuangan dan rekomendasi terhadap proses integrasi keuangan di ASEAN. b. Kerjasama ASEAN dengan Mitra Dialog (ASEAN+3) Pada triwulan I-2012, telah dilakukan pembahasan di level Deputi Menteri Keuangan dan Bank Sentral. Pembahasan mencakup berbagai inisiatif kerjasama keuangan antara lain penguatan regional financial safety net, pengembangan pasar obligasi regional, dan kemungkinan area kerjasama keuangan baru. Terkait penguatan regional financial safety net, saat ini tengah dilakukan pembahasan mengenai upaya penguatan Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) dan ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) sebagai unit surveillance independen kawasan. c. Kerjasama Bank Sentral (i). Koordinasi dan Sharing Informasi antar Bank Sentral di Kawasan SEACEN 11 SEACEN Governors Meeting Februari 2012 difokuskan pada upaya peningkatan kerjasama dan koordinasi antara anggota SEACEN guna mengantisipasi serta meminimalisir dampak gejolak eksternal terhadap stabilitas ekonomi dan keuangan. Untuk mengantisipasi dan meminimalisir kemungkinan terjadinya krisis, pengelolaan fiskal, keseimbangan antara stabilitas harga dan stabilitas keuangan, serta potensi munculnya risiko sistemik perlu lebih diperhatikan. Sehubungan dengan itu, para Gubernur sepakat agar SEACEN dapat menjadi wadah untuk melakukan studi yang mendalam guna merumuskan kebijakan moneter dan makroprudensial yang lebih efektif. 11. SEACEN atau South East Asian Central Banks adalah forum kerjasama bank sentral/otoritas moneter kawasan Asia Pasifik yang beranggotakan 18 negara yaitu: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei, Cambodia, Myanmar, Vietnam, Korea, China, Taiwan, Fiji, Mongolia, Nepal, Papua NG, Sri Lanka, dan Laos. 55

66 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia (ii). Koordinasi dan Sharing Informasi antar Bank Sentral di Kawasan EMEAP 12 EMEAP Special Governors Meeting Februari 2012 difokuskan pada pembahasan isu peningkatan peran dan efektivitas forum EMEAP dalam mendukung stabilitas ekonomi dan keuangan di kawasan. Perkembangan ekonomi global yang semakin tidak pasti dapat memengaruhi kondisi negara-negara di kawasan EMEAP. Oleh karena itu, disepakati untuk memperkuat monitoring dan surveillance, memperkuat posisi EMEAP dalam mengomunikasikan isu-isu moneter dan keuangan (EMEAP S regional voice), serta mempertajam hasil-hasil riset EMEAP. d. Kerjasama Bank Sentral di Bank for International Settlement (BIS) Pada triwulan I-2012, Bank Indonesia berpartisipasi aktif pada BIS Bimonthly Meeting pada 8-9 Januari Pada pertemuan tersebut, sejumlah isu yang dibahas yaitu manajemen nilai tukar, dampak pembelian surat utang oleh bank sentral dan penyusunan kerangka kerja untuk menilai implementasi Basel III. Pembahasan mengenai manajemen nilai tukar dilatarbelakangi meningkatnya tekanan pasar keuangan global di awal tahun 2012 dan melemahnya pertumbuhan ekonomi global yang berpotensi menyebabkan aliran modal keluar dari negara berkembang. Pembahasan difokuskan pada upaya meredam permasalahan depresiasi dan volatilitas nilai tukar dalam jangka pendek. Upaya dilakukan dengan tetap menjaga keseimbangan nilai tukar jangka menengah (exchange rate path). Dalam pertemuan tersebut, Bank Indonesia mengemukakan pengalaman Indonesia dalam manajemen nilai tukar. Pembahasan mengenai dampak pembelian surat utang oleh bank sentral difokuskan pada tiga hal utama yaitu imbal hasil surat utang pemerintah (bond yields), makroekonomi domestik, serta dampak rambatan antar negara (International spillover effects). Pembahasan isu ini dilatarbelakangi langkah beberapa bank sentral (seperti FedRes, BoE, BoJ dan ECB) dalam menyikapi krisis melalui pembelian obligasi dalam jumlah besar untuk memberikan stimulus ekonomi. Dalam kasus Indonesia, peran bank sentral dalam pasar obligasi lebih diprioritaskan untuk mendukung salah satu fungsi bank sentral yaitu stabilitas nilai tukar disamping menjaga stabilitas pasar keuangan. Pembahasan mengenai penyusunan kerangka kerja untuk menilai implementasi Basel III dilakukan pada pertemuan Governors and Head of Supervision (GHOS). Pembahasan dilakukan dalam rangka mereview kerangka Basel yang diinisiasi untuk mengurangi kerentanan di sektor keuangan khususnya perbankan. Dalam sesi ini, dibahas pula mengenai komitmen penerapan Basel III oleh negara anggota. Pembahasan tersebut sangat penting sebagai input bagi Indonesia dalam penyiapan penerapan ketentuan Basel bagi perbankan domestik. 12. The Executives Meeting of East Asia-Pacific Central Banks (EMEAP), adalah organisasi kerjasama antara bank sentral dan otoritas moneter di kawasan Asia Timur dan Pasifik. EMEAP terdiri dari 11 anggota yaitu Reserve Bank of Australia, People s Bank of China, Hong Kong Monetary Authority, Bank Indonesia, Bank of Japan, The Bank of Korea, Bank Negara Malaysia, Reserve Bank of New Zealand, Bangko Sentral ng Pilipinas, Monetary Authority of Singapore, dan Bank of Thailand. 56

67 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia e. Keanggotaan Dalam IMF Dalam rangka persiapan International Monetary and Financial Committee (IMFC) 13 Spring Meeting April 2012 di Washington DC, diselenggarakan pertemuan IMFC Deputies tanggal Maret 2012 di Singapura. Dalam pertemuan tersebut, Bank Indonesia berperan aktif dalam pembahasan: 1. Quota 14 dan tatakelola IMF (governance and quota, quota formula), Saat ini tengah dilakukan review formula penghitungan kuota anggota IMF. Sebagian besar deputies negara anggota IMF (termasuk Indonesia) mendukung porsi variabel Produk Domestik Bruto (PDB) yang lebih besar dalam formula kuota. 2. Laporan surveillance IMF yang dikonsolidasi (consolidated multilateral surveillance report/cmsr) CMSR merupakan laporan yang menggabungkan top-line messages dari produk-produk multilateral surveillance IMF, seperti WEO, GFSR, Fiscal Monitor dan Spillover Reports. CMSR menggambarkan kondisi perekonomian global terkini yang dipergunakan sebagai dasar bagi penyusunan Action Plan IMF. 3. Landasan hukum untuk surveillance IMF Perlu dilakukan review kerangka hukum IMF Surveillance mengingat kerangka hukum yang dipergunakan, yaitu 2007 Decision, dianggap sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini. Surveillance berdasarkan 2007 Decision kurang memadai dalam mengintegrasikan surveillance bilateral dan multilateral, serta belum memberikan kerangka penanganan isu global melalui aksi bersama (collective action). Untuk itu, IMF mengusulkan Integrated Surveillance Decision (ISD) untuk menggantikan 2007 Decision. f. Kerjasama Negara-Negara G20 Sepanjang triwulan I-2012, Bank Indonesia telah melaksanakan dan berpartisipasi dalam mengikuti berbagai kegiatan terkait keanggotaan Indonesia dalam forum G20 sebagai berikut: 1. Rapat koodinasi jalur keuangan G20 RI, yaitu pembahasan isu-isu G20 jalur Sherpa tahun 2012 dan koordinasi penyusunan updating Mutual Assessment Program (MAP) Indonesia Pertemuan tingkat Deputi, Pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20. Fokus pembahasan pertemuan meliputi: a. Pemulihan perekonomian global dengan mengefektifkan koordinasi kebijakan dan meningkatkan monitoring implementasi komitmen melalui Framework for Strong, Sustainable And Balanced Growth (FSSBG); 13. IMFC merupakan komite pengambil kebijakan tertinggi di IMF sebelum hasilnya di bawa ke Board of Governor (untuk beberapa isu tertentu ) untuk disahkan.imfc merupakan pertemuan lanjutan yang membahas isu-isu IMF, termasuk isu kelembagaan dan aktivitas IMF, maupun perkembangan ekonomi dan keuangan dunia, yang intinya adalah pertemuan perwakilan dari 24 Voting Group negara anggota IMF, untuk menyampaikan posisi/stance kelompok negara-negara konstituen. Indonesia pada tahun 2012 ini bertindak selaku wakil dari SEAVG untuk menyuarakan kepentingan konstituen di IMFC. 14. Besarnya quota negara anggota mencerminkan hak suara, kontribusi finansial serta hak akses pinjaman IMF negara anggota tersebut 57

68 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia b. Upaya mereformasi arsitektur keuangan internasional (reformasi IFA/International Financial Architecture Reform) guna mengantisipasi berbagai perkembangan perekonomian global yang memerlukan respons segera; c. Melanjutkan penguatan regulasi sektor keuangan; d. Mengatasi volatilitas harga komoditas, khususnya energi dan produk pertanian, yang dianggap berpotensi mengganggu pencapaian tujuan bersama (strong, sustainable and balanced growth); e. Mendiskusikan isu-isu terkait pembangunan untuk mencapai kesejahteraan bersama (shared prosperity); f. Melanjutkan koordinasi kebijakan terkait isu penting global lainnya seperti memerangi korupsi dan penguatan dimensi sosial pada proses globalisasi. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan pembahasan level teknis di Working Group (WG) antara lain: (i) teleconference Energy & Commodity Market (Januari, Februari, dan Maret 2012); (ii) teleconference International Financial Architecture (Januari 2012); (iii) teleconferene Framework for Strong Sustainable and Balanced Growth (Februari 2012); (iv) pertemuan WG-Framework for Strong Sustainable and Balanced Growth (Januari 2012 dan Maret 2012); (v) Pertemuan WG-International Financial Architecture (Januari dan Februari 2012). 5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan Kegiatan komunikasi dan edukasi kebijakan dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas implementasi kebijakan Bank Indonesia. Guna meningkatkan efektivitas implementasi berbagai kebijakannya, Bank Indonesia secara intensif melakukan komunikasi dan edukasi kepada stakeholders. Melalui kegiatan tersebut, Bank Indonesia berupaya agar perkembangan kondisi ekonomi, moneter, perbankan dan sistem pembayaran serta arah kebijakan Bank Indonesia menjadi jelas dan dapat dipahami, sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Komunikasi dan edukasi kebijakan dilakukan melalui berbagai media antara lain penyampaian publikasi, siaran pers, pidato Dewan Gubernur, konferensi pers, dan pencantuman data dan informasi melalui website Bank Indonesia. Bank Indonesia juga melakukan sosialisasi, edukasi dan pelatihan kepada stakeholders yang terkait langsung dengan kebijakan (misal: perbankan, asosiasi, kalangan industri, instansi terkait dan akademisi) maupun kepada masyarakat melalui pesan layanan masyarakat di berbagai media komunikasi. Diseminasi kebijakan perbankan yang dilakukan selama triwulan I-2012 antara lain berupa sosialisasi ketentuan SBDK di Pontianak, Manado, Mataram, Bukittinggi, dan Banjarmasin pada bulan Januari Selain itu, dilakukan workshop Prospek Pembiayaan Sektor Perikanan Tangkap tanggal 19 Januari 2012 di Batam, serta seminar Financial Inclusion dengan topik Affordable Financial Access for All, bekerjasama dengan Alliance for Financial Inclusion (AFI) tanggal Maret 2012 di Surakarta. 58

69 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Terkait perbankan syariah, Bank Indonesia melakukan program komunikasi, sosialisasi dan edukasi masyarakat melalui ib Campaign. Kegiatan yang dilakukan antara lain dalam bentuk dukungan Bank Indonesia dan ib terhadap film Negeri 5 Menara, Blogshop dan Lomba Menulis Blog bekerjasama dengan Kompasiana (di Bandung, Surabaya dan Makassar), serta exposure media. Sosialisasi dan edukasi perbankan syariah difokuskan pada lima segmen utama, yaitu kalangan profesional, netizen (pengguna internet), keluarga, akademisi dan ulama, serta kalangan muda. Selama triwulan I-2012, beberapa sosialisasi yang dilakukan antara lain Seminar Nasional Perbankan Syariah dengan tema Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia yang diselenggarakan oleh Universitas Islam As-Syafi iyah, Gunadarma Sharia Economic Event (G-SENT) 2012, Workshop Perbankan Syariah oleh UIN Syarif Hidayatullah, Seminar Produk Perbankan Syariah oleh Universitas Trisakti, dan Seminar Guru Sukses Mulia yang diselenggarakan oleh Teachers Working Group Indonesia. Selain itu, juga telah dilakukan Focus Group Discussion (FGD) bagi Kelompok Pengusaha Pertambangan serta Training of Trainers (TOT) Perbankan Syariah bekerjasama dengan KBI Bengkulu dan STAIN Bengkulu. Selain komunikasi dan edukasi kebijakan, Bank Indonesia juga melakukan edukasi mengenai kebanksentralan. Upaya tersebut diwujudkan antara lain melalui penambahan mata kuliah kebanksentralan di perguruan tinggi, kegiatan pengajaran kebanksentralan, dan kegiatan pelatihan. Pada triwulan I-2012, penambahan mata kuliah kebanksentralan antara lain dilakukan bekerja sama dengan Universitas Andalas, Padang. Kegiatan pengajaran mata kuliah kebanksentralan telah dilakukan di beberapa perguruan tinggi yang memiliki kerja sama dengan Bank Indonesia. Untuk memperluas cakupan edukasi kebanksentralan, Bank Indonesia juga melakukan sosialisasi di beberapa perguruan tinggi dan sekolah menengah, antara lain Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, Universitas Islam Malang, Universitas Andalas dan SMAN 70 Jakarta. Pada triwulan laporan, Bank Indonesia juga melakukan kegiatan pelatihan melalui Training of Trainers (TOT) kebanksentralan yang diberikan kepada kalangan akademisi di perguruan tinggi yang telah menyelenggarakan kegiatan kuliah kebanksentralan. Selain itu, pelatihan dilakukan melalui penyelenggaraan Lokakarya Kebanksentralan bagi Guru SMA/SMK Bidang Studi Ekonomi di Solo dan Manado. 59

70 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Halaman ini sengaja dikosongkan 60

71 BAB 4 Manajemen Intern Bank Indonesia Untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia secara akuntabel dan dalam koridor tata kelola organisasi yang baik, selama triwulan I-2012 Bank Indonesia melaksanakan berbagai kegiatan strategis di bidang manajemen intern. Dalam pelaksanaan tugas, Bank Indonesia memegang prinsip-prinsip akuntabilitas dan transparansi kepada publik serta memenuhi berbagai kewajiban yang diamanatkan dalam Undang-Undang tentang Bank Indonesia

72 Bab 4 Manajemen Intern Bank Indonesia 1. Akuntabilitas dan Transparansi Sebagai bentuk akuntabilitas pelaksanaan tugas sesuai amanat Undang-Undang Bank Indonesia, pada triwulan I-2012 Bank Indonesia melaporkan pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat - Republik Indonesia (DPR-RI). Laporan disampaikan baik melalui rapat kerja maupun secara tertulis yang mencakup hasil pelaksanaan tugas selama tahun 2011 dan rencana kegiatan tahun Termasuk yang dilaporkan dalam rencana kegiatan tahun 2012 adalah Peta Strategi Bank Indonesia Peta Strategi mencakup beberapa sasaran strategis dan Key Performance Indicators (KPI) beserta target-targetnya. Peta Strategi bagi DPR-RI menjadi salah satu acuan dalam menilai kinerja Bank Indonesia secara terukur dan obyektif. Adapun bagi Bank Indonesia merupakan pedoman bagi pelaksanaan kegiatan seluruh satuan kerja dan pencapaian target Bank Indonesia. Terkait akuntabilitas anggaran, Bank Indonesia telah menyampaikan rencana anggaran kegiatan operasional tahun 2012 dan evaluasi pelaksanaan anggaran operasional tahun 2011 untuk mendapatkan persetujuan DPR-RI. Untuk mengukur pencapaian pelaksanaan tugas, Bank Indonesia secara berkala melakukan jajak pendapat, baik melalui survei maupun Focus Group Discussion (FGD) kepada stakeholders eksternal. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan dan keyakinan stakeholders sebagai masukan perbaikan pelaksanaan tugas Bank Indonesia ke depan. Pada triwulan I-2012, pengukuran kinerja Bank Indonesia di bidang moneter, stabilitas sistem keuangan, dan sistem pembayaran dilakukan melalui FGD. Hasil FGD merupakan indikasi awal pencapaian kinerja Bank Indonesia sebelum pelaksanaan survei yang dilakukan pada akhir semester I dan II. Berdasarkan FGD pada akhir triwulan I-2012, diperoleh hasil bahwa kinerja Bank Indonesia telah melampaui target yang ditetapkan yakni nilai 4 dari skala 1-6. Hal tersebut tercermin dari tingkat keyakinan stakeholders terhadap kredibilitas kebijakan moneter dengan nilai 4,25, dan tingkat keyakinan stakeholders terhadap stabilitas sistem keuangan dengan nilai 4,31. Adapun tingkat kepuasan masyarakat terhadap ketersediaan uang layak edar memperoleh nilai 4,60. Dalam rangka transparansi pelaksanaan tugas, Bank Indonesia senantiasa meningkatkan komunikasi dengan pemerintah dan stakeholders melalui penyampaian berbagai laporan maupun pelaksanaan forum koordinasi. Transparansi dimaksud diharapkan akan meningkatkan efektivitas kebijakan sejalan dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap arah kebijakan Bank Indonesia. Berbagai laporan pelaksanaan tugas, hasil riset, kajian, survey, statistik dan materi lain terkait tugas Bank Indonesia juga dapat diakses melalui website Bank Indonesia ( 2. Audit Intern Dalam mendukung pencapaian sasaran strategis di bidang audit intern, kebijakan audit intern Bank Indonesia yang meliputi kegiatan audit (assurance) dan konsultasi (consulting) ditujukan untuk 62

73 Bab 4 Manajemen Intern Bank Indonesia memberikan nilai tambah bagi tercapainya tujuan organisasi. Kebijakan audit intern dilakukan melalui pendekatan yang sistematis dalam mengevaluasi dan menyempurnakan efektivitas proses tata kelola organisasi (governance), manajemen risiko (risk management), dan pengendalian intern (internal control). Selama triwulan I-2012, telah dilaksanakan serangkaian kegiatan audit umum dan konsultasi yang menghasilkan sejumlah rekomendasi untuk ditindaklanjuti. Kegiatan audit dan konsultasi juga didukung oleh peningkatan kompetensi auditor dan diharapkan akan menghasilkan auditor yang memiliki sertifikasi internasional dan nasional. Selain kegiatan audit dan konsultasi, Bank Indonesia juga memfasilitasi pelaksanaan audit Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) terhadap Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI). Selama triwulan I-2012, telah dilakukan beberapa kali pembahasan dengan BPK-RI terkait penyelesaian tindak lanjut temuan. Pada akhir triwulan I-2012, posisi sementara penyelesaian tindak lanjut temuan BPK-RI sejak LKTBI 1999 sampai dengan LKTBI 2010 adalah sebanyak 1127 butir (87,09%) dari total 1294 butir temuan. Kebijakan pengembangan audit intern pada tahun 2012 masih mengacu pada kerangka blueprint pengembangan audit intern Sasaran akhir yang akan dicapai adalah terwujudnya audit intern yang sesuai dengan standar profesi audit intern dan ekspektasi stakeholder. Dalam mencapai sasaran tersebut, telah dilaksanakan program kerja pengembangan kebijakan dan prosedur kerjaserta persiapan pengembangan otomasi mekanisme kerja dan proses penyusunan Sistem Manajemen Mutu (SMM) kegiatan audit intern. 3. Keuangan Intern Kebijakan manajemen keuangan intern Bank Indonesia diarahkan dalam upaya meningkatkan pelaksanaan good governance dan memelihara sustainabilitas keuangan Bank Indonesia yang mendukung pelaksanaan tugas pokok di bidang kebijakan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Dengan berakhirnya tahun anggaran 2011, memenuhi amanat Undang-Undang tentang Bank Indonesia, pada triwulan I-2012 telah disampaikan LKTBI 2011 kepada BPK-RI. LKTBI tersebut menjadi dasar bagi BPK-RI untuk menilai pemenuhan penggunaan anggaran Bank Indonesia. Selama triwulan I-2012, kondisi keuangan Bank Indonesia baik penerimaan maupun pengeluaran relatif terjaga. Dari sisi penerimaan, terdapat peningkatan penerimaan Bank Indonesia dibandingkan triwulan I-2011 yang berasal dari hasil pengelolaan cadangan devisa sebesar Rp miliar dan pengelolaan Surat-Surat Berharga (SSB) dalam negeri sebesar Rp miliar. Dari sisi pengeluaran, selama triwulan I-2012, pengeluaran Bank Indonesia terutama digunakan untuk pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (OPT) sebesar Rp miliar dan pembayaran jasa giro pemerintah sebesar Rp 968 miliar. Pengeluaran OPT tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011 yang disebabkan turunnya BI rate dari 6,75% pada akhir triwulan I-2010 menjadi 5,75% pada triwulan I-2012, dan dampak kebijakan pelebaran batas bawah koridor suku bunga operasi moneter dari 100 bps menjadi 150 bps. Sementara itu, pengeluaran untuk jasa giro pemerintah cenderung meningkat setiap tahun sejalan dengan peningkatan volume giro pemerintah di Bank Indonesia. 63

74 Bab 4 Manajemen Intern Bank Indonesia Terkait pengelolaan keuangan dalam rangka mendukung sustainabilitas, transparansi dan akuntabilitas keuangan Bank Indonesia, telah dilakukan upaya-upaya sebagai berikut: 1. Melanjutkan program Asset Liability Management (ALM) dengan pemerintah, dengan prinsip utama tetap memperhatikan kondisi keuangan Bank Indonesia dan pemerintah, serta memperbaiki neraca keuangan Republik Indonesia. Kegiatan utama yang dilakukan dalam program ALM meliputi: a. Revisi Surat Keputusan Bersama (SKB) tahun 2003 mengenai penyelesaian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), khususnya terkait syarat minimal modal Bank Indonesia serta restrukturisasi Surat Utang Pemerintah (SUP) SRBI-01, b. Penyusunan SKB mengenai restrukturisasi dan konversi SUP menjadi SBN tradable. 2. Melaksanakan implementasi Performance Based Budgeting (PBB) secara bertahap, antara lain dengan melaksanakan tiga besaran kegiatan utama yaitu: a. Penyelarasan Sasaran Strategis Bank Indonesia dengan Program Kerja dan Produk yang dihasilkan, b. Penyusunan business process pelaksanaan PBB serta penetapan Standard Cost sebagai tahapan pelaksanaan PBB, dan c. Pengembangan aplikasi pendukung PBB. 4. Sistem Informasi Kegiatan pengelolaan dan pengembangan sistem informasi Bank Indonesia dilakukan dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang moneter, stabilitas sistem keuangan, dan sistem pembayaran. Pada triwulan I-2012, Bank Indonesia telah melakukan finalisasi Rencana Strategis Sistem Informasi Bank Indonesia (Renstra SIBI) , yang akan menjadi acuan bagi perencanaan dan pengembangan serta pengelolaan sistem informasi sampai dengan tahun Sebagai bentuk dukungan terhadap pelaksanaan kebijakan dan operasional moneter serta stabilitas sistem keuangan, pada triwulan I-2012 Bank Indonesia melakukan finalisasi penyusunan Grand Design Pelaporan. Grand Design Pelaporan bertujuan untuk: (i) meningkatkan pengelolaan sistem informasi melalui penyediaan data dan informasi yang lebih berkualitas, (ii) mengembangkan dan melaksanakan sistem pelaporan dengan lebih terintegrasi, handal, akurat, dan stabil, (iii) menyederhanakan jenis sistem aplikasi pelaporan, sehingga beban pelapor khususnya perbankan menjadi berkurang. Terkait dukungan terhadap kelancaran sistem pembayaran, selama triwulan I-2012 Bank Indonesia melanjutkan pengembangan sistem aplikasi BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II. Sistem aplikasi dimaksud ditujukan untuk meningkatkan kualitas layanan transfer dana antar bank, baik mencakup aspek kuantitas jumlah transaksi yang dapat diakomodir, kecepatan, maupun keamanan sistem aplikasi. Secara bersamaan, juga sedang dipersiapkan instalasi infrastruktur untuk mendukung implementasi sistem aplikasi BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II pada akhir triwulan IV

75 Bab 4 Manajemen Intern Bank Indonesia Untuk mempersiapkan pengalihan pengawasan perbankan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), saat ini sedang diprioritaskan pengembangan aplikasi Sistem Informasi Perbankan (SIP) Tahap I dan Tahap II. Aplikasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas data dan informasi pengawasan perbankan, yang dilakukan dengan mengintegrasikan beberapa sistem aplikasi terkait data dan informasi untuk pengawasan perbankan. Selain itu, Bank Indonesia telah melakukan kajian persiapan dan tahapan pelaksanaan pengelolaan sistem informasi pengawasan perbankan yang akan diserahterimakan kepada OJK. Kajian tersebut ditujukan untuk memastikan kelancaran pertukaran informasi antara OJK dan Bank Indonesia, sehingga masing-masing lembaga dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Selain itu, kajian ditujukan untuk menjaga kesinambungan ketersediaan data dan informasi sektor perbankan ke Bank Indonesia, dalam mendukung pelaksanaan kebijakan dan operasional moneter dan stabilitas sistem keuangan. Dalam rangka peningkatan kerja sama di bidang teknologi informasi antara bank sentral dan otoritas moneter di kawasan Asia Timur dan Pasifik, pada triwulan I-2012, Bank Indonesia berpartisipasi dalam pertemuan bank sentral dan otoritas moneter mengenai perkembangan dan rencana pengembangan terkait Data Center and Disaster Recovery Center (DC DRC) dan pengamanan TI (IT Security). 5. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) Kebijakan Bank Indonesia di bidang organisasi dan SDM terutama difokuskan pada pemenuhan SDM secara kuantitas dan kualitas sesuai formasi efektif, dan penyesuaian organisasi sejalan dengan arah dan strategi Bank Indonesia. Untuk memenuhi SDM secara kuantitas dan kualitas, Bank Indonesia melakukan pengelolaan SDM yang mencakup (i) perencanaan, (ii) pemenuhan, dan (iii) pengembangan SDM. Pada triwulan I-2012, Bank Indonesia telah merencanakan kebutuhan SDM dengan memperhitungkan dampak pembentukan OJK dan penyempurnaan organisasi. Pemenuhan kebutuhan SDM dilakukan melalui proses promosi dan mutasi dari level setingkat Pegawai Tata Usaha (PTU) sampai dengan Direktur, serta rekrutmen pegawai dan Tenaga Honorer Outsourcing (THOS). Dalam upaya meningkatkan kompetensi dan motivasi pegawai, Bank Indonesia terus melaksanakan berbagai program pengembangan kompetensi SDM. Selama triwulan I-2012 telah dilaksanakan program sertifikasi di sektor sistem pembayaran, internasional, dan manajemen intern, serta program non-sertifikasi berupa pelatihan perbankan dan moneter. Bank Indonesia juga secara rutin mengirimkan pegawai untuk mengikuti Program Tugas Belajar (PTB) S2 dan S3 di luar negeri, serta mengikuti program penugasan di berbagai institusi di dalam dan luar negeri. Dalam rangka penguatan leadership, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2012 Bank Indonesia melaksanakan beberapa Program Penyelarasan Kultur (PPK) di Satuan Kerja yang difokuskan pada penguatan kualitas manajemen kinerja dan penguatan asesmen kompetensi. Selanjutnya, dalam rangka menjamin tersedianya SDM yang berkualitas secara tepat waktu, pada triwulan I-2012, Bank Indonesia telah menyempurnakan sistem pemenuhan SDM yang dilakukan untuk memenuhi prinsip just in time, objektivitas dan check & balance. 65

76 Bab 4 Manajemen Intern Bank Indonesia Terkait penyesuaian organisasi yang sejalan dengan arah dan strategi Bank Indonesia, telah dibentuk unit kerja sebagai pelaksana monitoring DHE efektif sejak 1 Januari Selain itu, Bank Indonesia juga telah melakukan penyempurnaan kebijakan manajemen SDM dengan mengubah penyebutan pangkat, nama jabatan, Satuan Kerja dan Unit Kerja. 6. Aspek Hukum Berdasarkan Undang-Undang, Bank Indonesia merupakan badan hukum publik yang berwenang menetapkan peraturan-peraturan yang digunakan sebagai landasan hukum dalam pelaksanaan tugas sebagai bank sentral. Pada triwulan I-2012, Bank Indonesia telah mengeluarkan beberapa peraturan baik yang berlaku untuk pihak eksternal maupun internal Bank Indonesia. Dalam rangka melaksanakan tugas secara efektif, dukungan perangkat peraturan perundangundangan sebagai landasan hukum menjadi diperlukan. Oleh karena itu, Bank Indonesia senantiasa berpartisipasi dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) dan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP), yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia, baik sebagai nara sumber maupun anggota tim penyusun. Dalam rangka koordinasi dan harmonisasi, Bank Indonesia juga berperan aktif dalam pembahasan antar kementerian terkait RUU tentang Pasar Modal, RUU tentang Koperasi, RUU tentang Lembaga Keuangan Mikro, RUU tentang Balai Harta Peninggalan, RUU tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme, RUU Amandemen Undang-Undang (UU) tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), RUU tentang Pengelolaan Keuangan Haji serta RUU tentang Badan Hukum di Luar PT dan Koperasi Tindak Pidana. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan pembahasan dengan Kementerian Keuangan terkait draft RUU Amandemen UU tentang Bank Indonesia yang telah disampaikan pada tahun Partisipasi Bank Indonesia dalam penyusunan RPP, antara lain RPP tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan dan Pemisahan PT, RPP tentang Penyelenggaraan Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), RPP tentang Pelaksanaan UU Sistem Resi Gudang, RPP tentang Penyelenggaraan Koordinasi dan Pengendalian Pemberdayaan UMKM, dan RPP tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos. Bank Indonesia juga bekerja sama dengan beberapa instansi/kementerian terkait dalam rangka pelaksanaan UU. Kerja sama antara lain dengan (i) Kementerian Keuangan dalam rangka implementasi UU tentang Perbendaharaan Negara (terkait pelaksanaan treasury single account) dan UU tentang Pajak Penghasilan, (ii) Kementerian Koperasi dan UKM dalam rangka implementasi UU tentang UMKM, dan (iii) Kementerian Komunikasi dan Informasi dalam rangka implementasi UU tentang ITE. Selain itu, dalam rangka melakukan kajian terkait kedudukan Bank Indonesia dalam ketatanegaraan Indonesia, Bank Indonesia mengadakan kerja sama penelitian dengan Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada dan Fakultas Hukum Universitas Negeri Sebelas Maret. 66

77 Bab 4 Manajemen Intern Bank Indonesia Selanjutnya, guna mendukung pengembangan dan pembangunan hukum nasional, Bank Indonesia melakukan sosialisasi secara berkala yang dilakukan baik melalui diskusi terbatas maupun pemberian kuliah umum di perguruan tinggi maupun di instansi Kepolisian, Kehakiman, dan Kejaksaan. Selain itu, Bank Indonesia secara berkala menerbitkan Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan yang didistribusikan antara lain kepada perguruan tinggi, perbankan, lembaga penelitian, lembaga eksekutif/yudikatif/legislatif, dan kantor hukum. Pada forum internasional, sehubungan dengan liberalisasi sektor jasa termasuk sub sektor jasa perbankan, Bank Indonesia turut aktif dalam pembahasan dengan instansi terkait baik dalam forum nasional maupun menghadiri sidang terkait WTO, ASEAN, APEC, serta kerjasama bilateral maupun regional. Peran serta Bank Indonesia dalam forum internasional dimaksud terkait dengan aspek hukum dalam pembahasan legal text maupun dalam penyusunan Schedules of Specific Commitments (SoC) sub sektor perbankan. Melalui peran aktif tersebut, diharapkan dapat mengamankan kepentingan Indonesia khususnya di sub sektor jasa perbankan dan sektor jasa pada umumnya. Bank Indonesia bersama kementerian terkait juga menghadiri sidang UNCITRAL, khususnya dalam working group security interest, insolvency law, dan arbitration. Hasil dari sidang-sidang dimaksud menjadi masukan bagi Bank Indonesia dalam pengembangan dan pembangunan sistem hukum nasional. 7. Program Sosial Bank Indonesia Kegiatan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) merupakan program pemberian bantuan kepada masyarakat yang bertujuan untuk: (1) membantu upaya pemecahan permasalahan yang terjadi di masyarakat, yang memengaruhi pelaksanaan tugas Bank Indonesia, (2) mendukung berbagai kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan perhatian dan pemahaman masyarakat terhadap berbagai aspek yang terkait dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan (3) membantu upaya swadaya masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas kehidupan. Dalam upaya meningkatkan kualitas pemenuhan prinsip-prinsip governance, pada triwulan I-2012, Bank Indonesia melakukan penyempurnaan ketentuan mengenai PSBI. Penyempurnaan meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi hingga pelaporan sebagai bentuk pertanggungjawaban program. Melalui penyempurnaan aturan tersebut, diharapkan program sosial yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia dapat lebih memberikan manfaat secara luas bagi masyarakat dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip governance. Untuk tahun 2012, PSBI diprioritaskan guna mendukung pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi dan pengembangan UMKM serta sektor riil. Namun demikian, Bank Indonesia juga memiliki concern pada aspek-aspek lainnya guna mendukung peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. 67

78 Bab 4 Manajemen Intern Bank Indonesia Selama triwulan I-2012, Bank Indonesia melaksanakan berbagai program sosial pada beberapa bidang. Di bidang pengembangan ekonomi telah dilaksanakan program klaster di wilayah Kendari dan Padang, dan pengembangan produksi pakan ternak dan pengembangan embrio UMKM tekstil di wilayah Bandung. Di bidang pendidikan, Bank Indonesia memberikan bantuan pengembangan sarana prasarana pendidikan anak usia dini, taman kanak kanak, sekolah anak jalanan di wilayah Jabodetabek dan beberapa lembaga pendidikan informal di wilayah Konawe, Sulawesi Utara. Di bidang sosial dan keagamaan, Bank Indonesia memberikan dukungan perbaikan sarana ibadah di Denpasar, Manado dan Bekasi serta kegiatan bakti sosial di wilayah Bandung yang dilaksanakan bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Padjajaran. Sebagai bentuk kepedulian terhadap korban bencana alam, Bank Indonesia memberikan bantuan tanggap darurat kepada korban bencana banjir bandang di Serang dan korban kebakaran di Tambora, Jakarta Barat dan Kampung Dukuh Bandung. Terkait program Desa Kita di Desa Srikaton, Bengkulu yang telah memasuki tahun terakhir, pada tahun 2012 kegiatan akan difokuskan pada persiapan sustainability program yang diwujudkan melalui penguatan lembaga dan usaha termasuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan peningkatan kualitas hasil usaha. Sedangkan untuk program Desa Kita di Dusun Wael, Ambon, untuk tahun 2012 akan difokuskan pada tahap penguatan lembaga dan operasional penunjang serta peningkatan kualitas hasil usaha pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu. Meskipun pengukuran efektivitas program secara keseluruhan belum dilakukan, namun programprogram sosial yang dilakukan dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia telah mampu memberdayakan masyarakat untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik. Selain itu, program-program sosial tersebut membantu Pemerintah Daerah dalam mengembangkan komoditikomoditi yang menjadi sumber pendorong inflasi daerah atau komoditi unggulan daerah. 68

79 LAMPIRAN Produk Hukum Bank Indonesia Triwulan I-2012

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Pemerintah

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Triwulan IV dan Tahun 2011 ...Penyampaian Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Selama triwulan I-27, kondisi moneter menunjukkan tren yang semakin membaik. Perkembangan yang membaik tersebut

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan I 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan I 2004, Bank Indonesia Membaiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 Selama triwulan III-26, kondisi moneter menunjukkan ukkan perkembangan yang semakin membaik. Perkembangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan II - 2007 1 SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Triwulan III 2011 ...Penyampaian Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Kondisi moneter selama triwulan IV-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN 0522-2572 Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 149 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Di tengah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global, kinerja perekonomian domestik selama tahun

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Juli Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) kembali melambat. Posisi M2 pada akhir Juli tercatat sebesar Rp4.383,0 T, atau

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang

CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang 31-Jan-17 NAV: 1,355.077 CARLISYA PRO Adalah gabungan dari Dana Tabarru dan Dana Investasi dimana Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Triwulan II. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

Triwulan II. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 Tim Penulis Laporan triwulan I-2003, Bank Indonesia Kondisi moneter selama triwulan I-2003 tetap stabil dan terkendali meskipun belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap

CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap 31-Jan-17 NAV: 1,494.165 CARLISYA PRO Adalah gabungan dari Dana Tabarru dan Dana Investasi dimana Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy) Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa il Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada il mengalami perlambatan. Posisi M2 akhir il sebesar Rp4.274,9 T, atau

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter

Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. September 2014-1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Triwulan III. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

Triwulan III. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan III 2014 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam

Lebih terperinci

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 109 ANALISIS TRIWULANAN Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 Tim Penulis Laporan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii RINGKASAN EKSEKUTIF Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2016 membaik walaupun risiko yang berasal dari dampak lambatnya pertumbuhan ekonomi global dan domestik masih cukup besar. Perbaikan tersebut

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA April 2015 Tim Riset SPMD Overview The Fed siap menaikan suku bunga acuan kapan saja yang berpotensi menarik dana tiba-tiba (sudden reversal) dari emerging market termasuk

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Perekonomian Indonesia triwulan IV 2013 dan Januari 2014 menunjukkan kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan Pemerintah sejak pertengahan tahun 2013 mulai

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2014 menunjukkan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terjaga serta proses penyesuaian

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci