TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER"

Transkripsi

1 TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Agustus 2013 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15 Agustus 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,50%. Penguatan bauran kebijakan Bank Indonesia untuk pengendalian inflasi, pengelolaan neraca pembayaran yang lebih sustainable, dan penguatan stabilitas sistem keuangan, dilakukan melalui optimalisasi sejumlah instrumen kebijakan moneter dan makroprudensial. Pertama, penguatan operasi moneter terus dilakukan untuk mengintensifkan pengendalian ekses likuiditas yang cenderung meningkat pasca Ramadhan. Dalam hal ini, Bank Indonesia akan menerbitkan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) dan menyempurnakan ketentuan GWM-LDR untuk memperkuat penyaluran kredit dan penghimpunan dana yang prudent, serta menyempurnakan GWM Sekunder untuk memperkuat manajemen likuiditas perbankan. Kedua, stabilisasi nilai tukar jangka panjang Rupiah tetap dilakukan sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian dan sekaligus untuk pengelolaan neraca pembayaran yang lebih sustainable. Ketiga, Bank Indonesia akan melakukan langkah-langkah pengawasan bank (supervisory actions) untuk mengendalikan pertumbuhan kredit yang dinilai masih relatif tinggi pada sejumlah bank dan sektor tertentu, termasuk yang mempunyai kandungan impor tinggi. Penguatan kebijakan makroprudensial ini, termasuk penyempurnaan GWM-LDR dan GWM Sekunder, sekaligus dimaksudkan untuk memperkuat kemampuan bank dalam menghadapi risiko dan memperkuat stabilitas sistem keuangan. Keempat, Bank Indonesia akan menyempurnakan sejumlah ketentuan untuk pengembangan pasar valas domestik lebih lanjut dan sekaligus untuk meningkatkan pasokan valas secara lebih efektif, termasuk ketentuan mengenai pembelian valas terhadap rupiah untuk bank, transaksi derivatif dan pinjaman luar negeri jangka pendek perbankan. Bank Indonesia meyakini bauran kebijakan tersebut akan memadai untuk mengarahkan inflasi tahun 2014 sesuai dengan sasarannya sebesar 4,5%±1%, serta dapat mendukung penyesuaian ekonomi domestik bergerak secara terkendali ke arah yang lebih sehat dan seimbang. Penguatan koordinasi dengan Pemerintah terus dilakukan termasuk untuk pengendalian inflasi dan pengelolaan neraca pembayaran. Bank Indonesia tetap mewaspadai kinerja ekonomi global yang menunjukkan risiko perlambatan pertumbuhan dan ketidakpastian pasar keuangan yang masih tinggi. Pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2013 diperkirakan lebih rendah dari prakiraan sebelumnya, dari 3,2% menjadi 3,1%. Revisi ke bawah terutama terjadi akibat realisasi pertumbuhan negara emerging, terutama Cina dan India, yang lebih rendah. Pada saat yang sama, harga komoditas dunia juga masih menurun, kecuali harga minyak. Sementara itu, gejolak pasar keuangan global yang pada Juli 2013 sedikit mereda, ke depan perlu terus dicermati terutama terkait pengaruh spekulasi implementasi pengurangan (tapering) stimulus moneter oleh the Fed. Kinerja perekonomian global yang tidak menggembirakan tersebut cenderung berdampak negatif terhadap kinerja perekonomian Indonesia baik melalui jalur perdagangan maupun jalur keuangan. Perekonomian nasional menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dari prakiraan sebelumnya sebagai dampak dari perlambatan ekonomi global dan kenaikan inflasi di dalam negeri. Setelah mencatat pertumbuhan 6,0% (yoy) pada triwulan I 2013, ekonomi Indonesia tumbuh melambat menjadi 5,8% (yoy) pada triwulan II Ekspor, meskipun telah tumbuh positif, masih belum cukup kuat menopang pertumbuhan ekonomi akibat masih lemahnya permintaan ekonomi global. Ekspor yang belum kuat serta melemahnya daya beli akibat inflasi yang meningkat berpengaruh kepada perlambatan konsumsi rumah tangga dan juga investasi non-bangunan. Ke depan, risiko perlambatan ekonomi masih tetap besar. Secara keseluruhan Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2013 menuju batas bawah kisaran 5,8%-6,2% dan untuk 2014 berada dalam kisaran 6,4%-6,8%. Tinjauan Kebijakan Moneter 1

2 Di sisi eksternal, tekanan pada perekonomian nasional masih berlanjut. Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2013 mengalami defisit yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perbaikan NPI ditopang surplus yang cukup signifikan pada Transaksi Modal dan Finansial (TMF) antara lain akibat meningkatnya aliran modal masuk langsung (FDI) dan penerbitan obligasi valas Pemerintah. Di sisi lain, defisit pada Transaksi Berjalan (TB) tercatat meningkat relatif tinggi, terutama didorong oleh terus menurunnya ekspor karena perlambatan ekonomi global dan penurunan tajam harga komoditi global, di tengah masih tingginya impor baik migas maupun nonmigas sesuai dengan pola musiman. Defisit pada TB juga dipengaruhi oleh pembayaran bunga utang yang cukup besar pada triwulan II Cadangan devisa pada akhir Juli 2013 tercatat 92,67 miliar dolar AS atau setara dengan 5,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, di atas standar kecukupan internasional. Ke depan, dengan pengetatan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh Bank Indonesia, serta langkah koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, NPI diprakirakan kembali membaik ditopang penurunan defisit pada TB sejalan dengan dampak perlambatan permintaan domestik dan penyesuaian pada nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah selama Juli 2013 terdepresiasi sesuai dengan arah fundamentalnya. Secara rata-rata, rupiah melemah 1,95% (mtm) dibandingkan dengan bulan sebelumnya ke level Rp per dolar AS. Sementara itu, secara point-to-point, rupiah terdepresiasi 3,43% (mtm) dan ditutup di level Rp per dolar AS. Bank Indonesia menilai tren pelemahan nilai tukar rupiah tersebut masih sejalan dengan kondisi fundamental perekonomian serta dapat mendukung upaya mempercepat perbaikan keseimbangan kondisi eksternal dan menopang pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih sehat. Inflasi IHK pada Juli 2013 melonjak tinggi mencapai 3,29% (mtm) atau 8,61% (yoy), jauh lebih tinggi dari inflasi IHK bulan Juni 2013 dan prakiraan Bank Indonesia. Peningkatan inflasi terutama didorong kenaikan tajam inflasi kelompok volatile food, sedangkan peningkatan inflasi kelompok administered karena dampak langsung kenaikan harga BBM bersubsidi tercatat tidak jauh berbeda dengan prakiraan Bank Indonesia. Inflasi inti, meskipun meningkat, masih cukup terkendali dipengaruhi dampak lanjutan (second round effect) yang lebih rendah dibandingkan dengan pola historis pasca kenaikan harga BBM bersubsidi. Ke depan, tekanan inflasi diprakirakan akan mereda. Prospek tersebut dipengaruhi oleh berakhirnya faktor musiman terkait Lebaran dan Tahun Ajaran Baru Sekolah, serta melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik. Bank Indonesia meyakini bahwa dengan tren penurunan inflasi ke depan maka inflasi IHK tahun 2014 diprakirakan dapat kembali pada kisaran sasaran sebesar 4,5%±1%. Stabilitas sistem keuangan juga tetap terjaga, dengan didukung stabilitas industri perbankan. Di tengah tren perlambatan kredit perbankan, ketahanan industri perbankan tetap solid tercermin pada rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang masih tinggi sebesar 18% dan berada jauh di atas ketentuan minimum 8%, serta rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross yang masih rendah sebesar 1,9% pada bulan Juni Kondisi likuiditas perbankan secara keseluruhan masih tejaga, meskipun Loan-to-Deposit Ratio (LDR) relatif tinggi yaitu 87,2% pada Juni Sementara itu, kredit melambat dari 21,0% (yoy) pada Mei 2013 menjadi 20,6% (yoy) pada Juni 2013, sejalan dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia terus mencermati pertumbuhan kredit yang masih cukup tinggi pada beberapa bank dan pada sejumlah sektor ekonomi, termasuk yang mempunyai kandungan impor tinggi, yang dikhawatirkan dapat mengganggu kinerja industri perbankan dan stabilitas sistem keuangan. Tinjauan Kebijakan Moneter 2

3 II. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara umum masih dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang masih melambat. Pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2013 diperkirakan lebih rendah dari prakiraan sebelumnya, dari 3,2% menjadi 3,1%. Revisi ke bawah terutama terjadi akibat realisasi pertumbuhan negara emerging, terutama Cina dan India, yang lebih rendah. Pertumbuhan PDB Cina melambat pada triwulan II 2013 menjadi 7,5% (yoy) dipengaruhi oleh penurunan ekspor dan pelemahan investasi, khususnya pada sektor manufaktur. Pada saat yang sama, harga komoditas dunia juga masih menurun, kecuali harga minyak. Sementara itu, gejolak pasar keuangan global yang pada Juli 2013 sedikit mereda, tetap perlu terus dicermati terutama terkait pengaruh spekulasi implementasi pengurangan (tapering) stimulus moneter oleh the Fed. Kinerja perekonomian global yang tidak menggembirakan tersebut cenderung berdampak negatif terhadap kinerja perekonomian Indonesia baik melalui jalur perdagangan maupun jalur keuangan. Perekonomian nasional menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dari prakiraan sebelumnya sebagai dampak dari perlambatan ekonomi global dan kenaikan inflasi di dalam negeri. Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2013 tercatat 5,81% (yoy) melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 6,03% (yoy) dan lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia sebesar 5,9% (yoy) (Tabel 2.1). Ekspor, meskipun telah tumbuh positif, masih belum cukup kuat menopang pertumbuhan ekonomi akibat masih lemahnya permintaan ekonomi global. Ekspor yang belum kuat dan permintaan konsumsi rumah tangga yang melambat kemudian berpengaruh pada investasi (pembentukan modal tetap domestik bruto/pmtb) khususnya investasi nonbangunan, yang mengalami kontraksi. Demikian pula konsumsi pemerintah yang meningkat pada triwulan II 2013 juga belum cukup kuat menopang peningkatan pertumbuhan ekonomi. Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran %Y-o-Y, Tahun Dasar 2000 Komponen 2013 I II Konsumsi Rumah Tangga 5,17 5,06 Konsumsi Pemerintah 0,42 2,13 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 5,78 4,67 Ekspor Barang dan Jasa 3,57 4,78 Impor Barang dan Jasa -0,06 0,62 PDB 6,03 5,81 Sumber : BPS Konsumsi rumah tangga tumbuh melambat menjadi 5,06% (yoy) pada triwulan II 2013 dari 5,17% (yoy) pada triwulan I Perlambatan konsumsi rumah tangga tidak terlepas dari pengaruh daya beli yang menurun akibat kenaikan harga yang tinggi. Pengaruh ini terutama terjadi pada kelompok konsumen menengah bawah. Penurunan daya beli konsumen tersebut tercermin pada hasil survei Bank Indonesia dan Danareksa yang menunjukkan pelemahan keyakinan konsumen (Grafik 2.1). Pelemahan konsumsi rumah tangga juga dikonfirmasi oleh perlambatan indikator penjualan mobil yang terus melambat cukup signifikan sejak triwulan IV 2012 (Grafik 2.2). Tinjauan Kebijakan Moneter 3

4 Sumber: BI dan Danareksa Sumber: Gaikindo, CEIC Grafik 2.1 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 2.2 Penjualan Mobil Konsumsi pemerintah tumbuh meningkat sesuai dengan pola serapan anggaran pemerintah. Konsumsi pemerintah tercatat sebesar 2,13% (yoy) pada triwulan II 2013, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 0,42% (yoy). Berdasarkan komponennya, peningkatan pengeluaran pemerintah ditopang oleh belanja barang yang meningkat. Sementara itu, belanja pegawai mengalami penurunan sehubungan dengan pergeseran pencairan gaji ke-13 bagi PNS/TNI/Polri dan Pensiunan ke triwulan III Sebagaimana disebutkan sebelumnya, investasi pada triwulan II 2013 tumbuh melambat 4,67% (yoy), lebih rendah dari 5,78% (yoy) pada triwulan I Pelemahan kinerja investasi terutama terjadi pada kelompok investasi non-bangunan, seperti mesin dan alat angkut luar negeri, yang mengalami kontraksi. Sementara itu, investasi bangunan masih tumbuh kuat, meskipun sedikit melambat dari triwulan sebelumnya sejalan dengan aktivitas konstruksi yang sedikit termoderasi. Perlambatan investasi juga sejalan dengan penggunaan kapasitas produksi industri pengolahan yang masih rendah selama semester I 2013 sehingga mengurangi insentif berinvestasi (Grafik 2.3). Investasi Nonbangunan (Skala Kanan) Kapasitas Utilisasi Industri Pengolahan Sumber: CEIC, SKDU Grafik 2.3 Investasi Nonbangunan dan Kapasitas Utilisasi Industri Pengolahan Ekspor, meskipun belum terlalu kuat, secara umum tumbuh membaik pada triwulan II 2013 dari 3,57% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi menjadi 4,78% (yoy) pada triwulan laporan. Perbaikan ekspor tersebut sejalan dengan membaiknya permintaan dari AS, Jepang, India dan masih tetap kuatnya permintaan dari negara-negara ASEAN. Sementara itu, ekspor ke Cina cenderung melambat sejalan dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi di Cina. Berdasarkan komponen, peningkatan ekspor terjadi di seluruh kelompok komoditi, terutama pada komoditas primer pertanian dan manufaktur, disusul oleh pertambangan (Grafik 2.4). Akselerasi ekspor manufaktur didorong oleh meningkatnya permintaan ekspor Crude Palm Oil (CPO), makanan olahan, produk logam dasar serta Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Ekspor pertambangan juga tercatat meningkat didorong oleh kenaikan ekspor batubara dan tembaga yang cukup signifikan. Peningkatan ekspor pertanian ditopang oleh Tinjauan Kebijakan Moneter 4

5 beberapa komoditas unggulan seperti ikan, udang, dan coklat. Kinerja ekspor migas pada periode yang sama juga menunjukkan perbaikan ditopang oleh kenaikan produksi minyak. Sejalan dengan perbaikan ekspor, impor juga tumbuh positif pada triwulan II Impor pada triwulan laporan tumbuh positif 0,62% (yoy), setelah pada triwulan I 2013 mengalami kontraksi sebesar 0,06% (yoy). Kenaikan impor terjadi pada kelompok bahan baku dan barang konsumsi, sedangkan impor kelompok barang modal relatif tertahan (Grafik 2.5). Komoditi impor bahan baku yang menguat diantaranya ialah bahan baku makanan minuman untuk industri dan bahan baku dasar untuk industri. Peningkatan impor barang konsumsi terutama pada komoditi makanan dan minuman untuk rumah tangga sejalan dengan dibukanya keran impor beberapa produk hortikultura dan persiapan menjelang bulan Ramadhan. Sementara itu, impor barang modal masih dalam tren menurun pada hampir seluruh komponennya terkait dengan moderasi investasi nonbangunan dan penjualan kendaraan. Grafik 2.4 Pertumbuhan Riil Ekspor Grafik 2.5 Pertumbuhan Riil Impor Berdasarkan lapangan usaha, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2013 dipengaruhi kontraksi di sektor pertambangan serta perlambatan di sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sektor pertambangan mencatat kontraksi yang cukup dalam sebesar -1,19% (yoy) (Tabel 2.2). Sementara itu, sektor pertanian melambat disebabkan oleh produksi tanaman bahan makanan yang melambat seiring dengan berlalunya masa panen raya. Sektor jasa-jasa mengalami perlambatan sejalan dengan kontraksi di subsektor jasa pemerintahan umum. Kontraksi tersebut terkait dengan penurunan belanja pegawai pemerintah karena pergeseran pembayaran gaji ke-13 PNS/TNI/Polri dan Pensiunan ke triwulan III Di sektor lainnya yaitu sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan dan sektor industri pengolahan mencatat pertumbuhan yang relatif stabil. Sementara itu, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh meningkat di atas proyeksi sejalan meningkatnya jumlah pelanggan dan pemakaian data seluler serta membaiknya subsektor pengangkutan. Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha %Y-o-Y, Tahun Dasar 2000 S e k t o r 2013 I II Pertanian,Peternakan,Kehutanan,& Perikanan 3,61 3,20 Pertambangan & Penggalian -0,20-1,19 Industri Pengolahan 5,89 5,84 Listrik, Gas & Air Bersih 6,55 6,60 Konstruksi 7,00 6,88 Perdagangan, Hotel & Restoran 6,54 6,47 Pengangkutan & Komunikasi 9,98 11,46 Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan 8,35 8,07 Jasa-jasa 6,48 4,48 PDB 6,03 5,81 Sumber : BPS Tinjauan Kebijakan Moneter 5

6 Ke depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 diperkirakan menuju batas bawah kisaran 5,8-6,2%. Prakiraan tersebut tersebut antara lain dipengaruhi oleh dampak melambatnya pertumbuhan ekonomi Cina dan meningkatnya tekanan inflasi. Namun, persiapan penyelenggaraan Pemilu 2014 diperkirakan dapat kembali mendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV Sehubungan dengan prospek ekonomi tersebut, Bank Indonesia akan memperkuat koordinasi kebijakan bersama Pemerintah dalam mengelola perekonomian agar dapat tumbuh lebih seimbang dan sehat, di tengah proses pemulihan ekonomi dunia yang belum sesuai dengan harapan. Pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi diprakirakan meningkat kembali pada kisaran 6,4-6,8%. NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Di sisi eksternal, tekanan pada perekonomian nasional masih berlanjut. Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2013 mengalami defisit yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perbaikan NPI ditopang surplus yang cukup signifikan pada Transaksi Modal dan Finansial (TMF) antara lain akibat meningkatnya aliran modal masuk langsung (FDI) dan penerbitan obligasi valas Pemerintah. Di sisi lain, defisit pada Transaksi Berjalan (TB) tercatat meningkat relatif tinggi, terutama didorong oleh terus menurunnya ekspor karena perlambatan ekonomi global dan penurunan tajam harga komoditi global, di tengah masih tingginya impor baik migas maupun nonmigas sesuai dengan pola musiman. Defisit pada TB juga dipengaruhi oleh pembayaran bunga utang yang cukup besar pada triwulan II Cadangan devisa pada akhir Juli 2013 tercatat 92,67 miliar dolar AS atau setara dengan 5,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, di atas standar kecukupan internasional. Ke depan, NPI diprakirakan kembali membaik. Dengan pengetatan baluran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh Bank Indonesia, serta langkah koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, NPI diprakirakan kembali membaik ditopang penurunan defisit pada TB sejalan dengan dampak perlambatan permintaan domestik dan penyesuaian pada nilai tukar rupiah. NILAI TUKAR RUPIAH Selama Juli 2013, rupiah terdepresiasi sesuai dengan fundamentalnya. Perkembangan ini dipengaruhi berlanjutnya kebutuhan impor di tengah ekspor yang melambat, serta dampak reposisi kepemilikan non-residen di aset keuangan domestik. Secara rata-rata, pada Juli 2013 rupiah melemah 1,95% (mtm) ke level Rp per dolar AS dari Rp9.875 per dolar AS pada bulan sebelumnya. Sementara itu, secara point-to-point, rupiah terdepresiasi 3,43% dan ditutup di level Rp per dolar AS (Grafik 2.6). Pelemahan Rupiah disertai tingkat volatilitas yang sedikit meningkat, namun tetap terkendali. Secara umum, pelemahan mata uang juga dialami oleh mata uang negara-negara lainnya di kawasan, antara lain dipengaruhi menguatnya sentimen pengurangan laju stimulus The Fed (Grafik 2.7). Tinjauan Kebijakan Moneter 6

7 Rata-rata USD/IDR Harian Rata2 Bulanan Grafik 2.6 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 2.7 Pergerakan Mata Uang Kawasan dan Eropa Reposisi kepemilikan non-residen di aset keuangan domestik terhadap pelemahan rupiah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Lonjakan inflasi pada Juli 2013 sebagai dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi dan gangguan pasokan bahan makanan menimbulkan sentimen negatif bagi pelaku non-residen dan mempengaruhi pelemahan rupiah tersebut. Dari faktor eksternal, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh sentimen negatif terkait meningkatnya ketidakpastian global yang disebabkan oleh potensi pertumbuhan ekonomi dunia yang bias ke bawah. Pertumbuhan ekonomi China yang melambat pada triwulan II 2013 menjadi sebesar 7,5% (yoy) dari 7,7% pada triwulan sebelumnya semakin menegaskan prospek perekonomian global yang bias ke bawah. Selain itu, ketidakpastian tapering off QE oleh The Fed menyebabkan investor global melakukan reposisi kepemilikannya pada aset keuangan Emerging Market di Asia termasuk Indonesia. Perkembangan rupiah pada Juli 2013 mendapat tekanan di awal bulan, namun terkoreksi paska pernyataan Ben S Bernanke terkait tapering off QE. Di awal bulan, membaiknya sektor tenaga kerja AS menguatkan sentimen percepatan tapering off sehingga meningkatkan indikator risiko. Namun, pernyataan Bernanke bahwa perekonomian AS masih membutuhkan kebijakan moneter akomodatif mengoreksi turun faktor risiko di akhir bulan. Berbagai dinamika ini tergambar pada indikator Credit Default Swap (CDS) obligasi Indonesia yang sempat melonjak tinggi di awal bulan, namun kembali turun di akhir bulan (Grafik 2.8). Tarik ulur pengurangan laju pembelian obligasi oleh The Fed menjadi faktor dominan yang menimbulkan gejolak di pasar keuangan global selama Juli Imbal hasil berinvestasi di aset rupiah masih kompetitif dibandingkan negara kawasan berpengaruh kepada tetap terkendalinya penempatan aset non-residen di pasar keuangan domestik. Tingkat imbal hasil yang dicerminkan oleh selisih suku bunga dalam negeri dengan luar negeri (UIP-Uncovered Interest Parity) masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara kawasan, terlebih setelah dinaikkannya suku bunga acuan. Lebih tingginya UIP Indonesia mengindikasikan bahwa berinvestasi di aset rupiah memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan berinvestasi di aset mata uang negara kawasan. Jika memperhitungkan faktor risiko masing-masing negara (CIP-Covered Interest Parity), sebagaimana dicerminkan oleh yield spread antara obligasi masing-masing negara dengan US T- Note, berinvestasi di aset rupiah juga masih memberikan keuntungan yang lebih baik (Grafik 2.9). Tinjauan Kebijakan Moneter 7

8 bps Credit Default Swap USD 5 Year Senior Source: Bloomberg Philippines Thailand Korea China Indonesia Malaysia bps Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Grafik 2.8 CDS Indonesia dan Negara Kawasan Grafik 2.9 Covered Interest Parity (CIP) I N F L A S I Inflasi IHK pada Juli 2013 melonjak tinggi mencapai 3,29% (mtm) atau 8,61% (yoy), jauh lebih tinggi dari inflasi IHK bulan Juni 2013 dan prakiraan Bank Indonesia (Grafik 2.10). Peningkatan inflasi terutama didorong kenaikan tajam inflasi kelompok volatile food, sedangkan peningkatan inflasi kelompok administered price karena dampak langsung kenaikan harga BBM bersubsidi tercatat tidak jauh berbeda dengan prakiraan Bank Indonesia. Inflasi inti, meskipun meningkat, masih cukup terkendali dipengaruhi dampak lanjutan (second round effect) yang lebih rendah dibandingkan dengan pola historis pasca kenaikan harga BBM bersubsidi. IHK Inti Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Peningkatan inflasi kelompok volatile food tidak terlepas dari pengaruh gangguan pasokan kelompok pangan. Inflasi volatile food mencapai 6,07% (mtm) atau 16,12% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yakni sebesar 1,18% (mtm) atau 11,46% (yoy). Gangguan pasokan yang dipicu oleh terbatasnya produksi domestik dan masih minimalnya realisasi impor mendorong kenaikan harga terutama pada komoditas bawang merah, daging sapi, daging ayam dan cabai. Kenaikan harga yang signifikan pada beberapa komoditas pangan tersebut menyumbang inflasi 0,88% atau sekitar 27% dari inflasi IHK (Tabel 2.3). Sementara itu, kenaikan biaya distribusi dan biaya produksi akibat waktu pengeringan padi yang lebih lama menjadi faktor penambah tekanan inflasi beras selama bulan Juli 2013 (Grafik 2.11). Secara spasial, kenaikan inflasi pangan terutama terjadi hampir di seluruh daerah terutama Jakarta, Jawa, dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) antara lain didorong oleh meningkatnya biaya distribusi, permintaan musiman Ramadhan, dan terbatasnya pasokan. Tinjauan Kebijakan Moneter 8

9 Tabel 2.3 Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Volatile Food Jul-13 Komoditas %,mtm Kontribusi (%, mtm) Inflasi Bawang Merah 60,03 0,48 Daging Ayam 14,59 0,22 Cabe Rawit 51,97 0,11 Beras 1,43 0,08 Telor Ayam 7,27 0,06 Daging Sapi 3,74 0,04 Kentang 15,45 0,03 Tomat 14,67 0,03 Cabe Merah 4,87 0,03 Deflasi Bawang Putih 6,82 0,03 Sumber : BPS Grafik 2.11 Inflasi Beras Tekanan inflasi pada kelompok administered prices mencapai puncaknya pada Juli 2103 terutama akibat kenaikan harga BBM bersubsidi di bulan Juni. Inflasi administered prices pada Juli 2013 meningkat 7,90% (mtm) atau 15,10% (yoy). Kenaikan inflasi kelompok ini banyak disumbang oleh inflasi bensin dan solar serta tarif angkutan dalam kota yang menyumbang sekitar 1,32% (Tabel 2.4). Selain itu, tarif angkutan udara juga mengalami kenaikan sesuai dengan pola musiman seiring dengan meningkatnya permintaan terkait dengan musim liburan dan perayaan hari keagamaan. Tabel 2.4 Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Administered Prices Jul-13 Komoditas %,mtm Kontribusi (%, mtm) Inflasi Bensin Kenaikan Transpor Dalam Kota Rokok Filter Bahan Bakar Rumah Tangga Solar Sumber : BPS Inflasi inti pada Juli 2103 secara umum masih pada level yang terkendali, meskipun tercatat meningkat. Hasil identifikasi menunjukkan dampak lanjutan (second round effect) dari kenaikan harga BBM bersubsidi tercatat yang lebih rendah dibandingkan dengan pola historis pasca kenaikan harga BBM bersubsidi. Berdasarkan komponennya, kenaikan inflasi inti pada Juli 2013 terutama bersumber dari faktor dalam negeri seperti kenaikan harga BBM bersubsidi pada akhir Juni 2013 yang meningkatkan biaya transportasi dan kenaikan harga bahan pangan, peningkatan permintaan musiman di bulan Ramadhan, dan dimulainya tahun ajaran baru. Inflasi inti pada bulan ini mencapai 0,99% (mtm) atau 4,44% (yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan lalu sebesar 0,32% (mtm) atau 3,98% (yoy). Beberapa komoditas utama yang mengalami tekanan inflasi adalah makanan jadi (processed food), biaya pendidikan, dan harga bahan bangunan. Inflasi inti yang masih terkendali pasca kenaikan harga BBM bersubsidi dipengaruhi beberapa faktor. Pada satu sisi, tekanan inflasi dari sisi eksternal sejauh ini masih minimal. Masih berlangsungnya tren penurunan harga komoditas global mampu meredam dampak pelemahan nilai tukar terhadap inflasi. Tekanan sisi eksternal yang minimal tercermin pada inflasi inti traded yang berada dalam tren menurun di sekitar 1,74% (yoy) (Grafik 2.12). Pada sisi lain, permintaan juga masih dapat direspon dengan memadai oleh penawaran. Kondisi ini tercermin pada kapasitas utilisasi yang tercatat Tinjauan Kebijakan Moneter 9

10 stabil di sekitar 73%, dan khusus sektor industri pengolahan masih di bawah 70% (Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)-Triwulan II 2013). Grafik 2.12 Inflasi Inti dan Faktor Eksternal Faktor lain yang memengaruhi terkendalinya inflasi inti ialah ekspektasi inflasi yang mulai menurun pasca kenaikan harga BBM bersubsidi. Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) menunjukkan ekspektasi inflasi dari sisi pedagang yang mulai menurun meskipun masih di level yang tinggi. Ekspektasi inflasi 3 bulan yang akan datang sedikit menurun setelah diimplementasikannya kenaikan harga BBM bersubsidi dan berlalunya aktivitas di bulan Ramadhan serta perayaan lebaran (Grafik 2.13). Namun demikian, ekspektasi inflasi 6 bulan yang akan datang mengalami sedikit peningkatan terkait Natal dan Tahun Baru. Sementara itu, hasil Survei Konsumen (SK) pada bulan Juli menunjukkan ekspektasi harga dari sisi konsumen yang mengalami penurunan baik untuk 3 bulan maupun 6 bulan yang akan datang seiring dengan kembali normalnya permintaan paska bulan Ramadhan dan Lebaran. Di pasar keuangan, ekspektasi inflasi untuk tahun 2013 berdasarkan hasil survei Consensus Forecast bulan Juli mencapai 6,9% meningkat dibandingkan hasil survei bulan sebelumnya sebesar 5,9% yang didorong oleh kenaikan harga BBM bersubsidi (Grafik 2.14). %,yoy Inflasi IHK aktual (skala kanan) Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad (CMA 5) %,yoy Grafik 2.13 Ekspektasi Inflasi Konsumen Grafik 2.14 Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast Ke depan, tekanan inflasi diprakirakan akan mereda. Prospek tersebut dipengaruhi oleh berakhirnya faktor musiman terkait Lebaran dan Tahun Ajaran Baru Sekolah, serta melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik. Bank Indonesia meyakini bahwa dengan tren penurunan inflasi ke depan maka inflasi IHK tahun 2014 diprakirakan dapat kembali pada kisaran sasaran sebesar 4,5%±1%. Tinjauan Kebijakan Moneter 10

11 PERKEMBANGAN PASAR UANG ANTAR BANK, PERBANKAN, DAN PASAR KEUANGAN Pasar Uang Antar Bank Suku bunga PUAB overnight (O/N) meningkat sejalan dengan kenaikan Deposit Facility (DF) dan BI Rate. Suku bunga rata-rata PUAB O/N pada bulan Juli meningkat menjadi 4,65% dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu sebesar 4,35%, sejalan dengan kenaikan BI Rate yang menjadi 6,50% dan kenaikan suku bunga DF O/N menjadi 4,75% (Grafik 2.15). Di sisi volume, transaksi di PUAB mengalami penurunan dari Rp 14,2 triliun menjadi Rp 9,5 triliun sejalan dengan siklusnya, sedangkan transaksi DF O/N justru meningkat dari Rp 70,9 triliun menjadi Rp 101,4 triliun. Dari perkembangan suku bunga PUAB tergambar pula penurunan rata-rata spread atau selisih antara suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah. Kondisi ini mencerminkan menurunnya risiko transaksi di PUAB. Pada bulan Juli 2013, spread tersebut menurun menjadi 18 bps dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu sebesar 24 bps sejalan dengan kondisi PUAB yang terkendali. Kendati demikian, spread PUAB dan JIBOR terhadap tenor O/N cenderung meningkat yang dapat mengindikasikan semakin mahalnya tenor yang lebih panjang (Grafik 2.16). 7,0 6,5 6,0 % Vol DF O/N (RHS) rbi Rate rdf O/N Vol PUAB O/N (RHS) Rp T rpuab O/N bps Spread PUAB O/N (bps) 2-4 Hari 1 Minggu 2 Minggu 1 Bulan 5,5 5,0 4,5 Avg Vol DF: Rp101,4 T RRT Vol PUAB : Rp9,5 T rpuab : 4.65% , ,5 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Okt-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Grafik 2.15 Suku Bunga PUAB O/N 0-10 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 Mei-13 Jun-13 Jul-13 Grafik 2.16 Spread Suku Bunga PUAB O/N Kinerja Perbankan Pada bulan Juni 2013, suku bunga deposito tercatat meningkat, namun dibarengi oleh suku bunga kredit yang menurun. Pada Juni 2013, suku bunga deposito 1 bulan naik 7 bps menjadi 5.60 % dibandingkan dengan bulan Mei 2013 yang sebesar 5.53% (Tabel 2.3). Sementara itu, rata-rata suku bunga kredit menurun sebesar 6 bps menjadi 11,93% dari bulan sebelumnya sebesar 11,99%. Penurunan suku bunga kredit terjadi di seluruh jenis penggunaan kredit. Suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) turun 5 bps menjadi 11,41%, suku bunga Kredit Investasi (KI) turun sebesar 3 bps menjadi 11,14% dan suku bunga Kredit Konsumsi (KK) turun 6 bps menjadi 13,14% (Grafik 2.17 dan Tabel 2.5). Kenaikan suku bunga deposito yang dibarengi dengan penurunan suku bunga kredit tersebut telah memperkecil selisih (spread) antara suku bunga deposito dan suku bunga kredit pada Juni 2013 menjadi 6,33% dari 6,46% pada bulan sebelumnya (Grafik 2.18). Tinjauan Kebijakan Moneter 11

12 Tabel 2.5 Perubahan Suku Bunga Perbankan Suku Bunga (%) Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun BI Rate Penjaminan Deposito Dep 1 bulan (rata-rata tertimbang) Kredit Modal Kerja (KMK) Kredit Investasi (KI) Kredit Konsumsi (KK) % % Selisih rkredit - rdepo1: 6.33% Per Juni 2013 korelasi: rlps dan rdep :0.91 korelasi ; BI rate dan rdep: Jan-05 Jul-05 Jan-06 Jul-06 Jan-07 Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Jul-09 Jan-10 Jul-10 Jan-11 Jul-11 Jan-12 Jul-12 Jan-13 Spread-rhs Sb Kredit Sb Dep 1 bln BI rate Sb LPS Grafik 2.17 Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan Grafik 2.18 Suku Bunga Perbankan Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) masih menurun pada Juni 2013, meskipun suku bunga deposito mencatat kenaikan. Pada bulan Juni 2013, pertumbuhan DPK menurun 14,2% (yoy) mencapai Rp3.374 triliun, dibandingkan dengan bulan Mei 2013 sebesar 15,1% (yoy) (Grafik 2.19). Pertumbuhan DPK yang melambat terutama didorong oleh turunnya pertumbuhan tabungan dan deposito. Pangsa deposito dalam DPK masih cukup tinggi sebesar 44%, sementara pangsa tabungan dan giro masing-masing sebesar 32% dan 24%. Pada sisi lain, pertumbuhan kredit pada Juni 2013 masih dalam tren melambat menjadi 20,6% (yoy) sejalan dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi (Grafik 2.19). Secara sektoral, perlambatan kredit pada Juni 2013 dipengaruhi oleh melambatnya kredit sektor lainnya (sektor non produktif). Kredit pada sektor pengangkutan dan komunikasi juga melambat menjadi 28,2% (yoy). Sementara itu, kredit untuk industri pengolahan, sektor perdagangan, serta sektor jasa dunia usaha tumbuh kuat masing-masing menjadi 24,9% (yoy), 32,9% (yoy) dan 22,3% (yoy) dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya masing-masing sebesar 24,5%, 32,0% dan 20,9% (yoy). Grafik 2.19 Pertumbuhan Kredit, DPK, BI Rate Tinjauan Kebijakan Moneter 12

13 Secara keseluruhan, dengan kinerja perbankan tersebut, stabilitas industri perbankan tetap terjaga. Di tengah tren perlambatan kredit perbankan, ketahanan industri perbankan tetap solid tercermin pada rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang masih tinggi sebesar 18% dan berada jauh di atas ketentuan minimum 8%. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross yang masih rendah sebesar 1,88% pada bulan Juni 2013 (Tabel 2.6). Tabel 2.6 Kondisi Umum Perbankan Dari berbagai kondisi moneter tersebut, likuiditas perekonomian dalam arti sempit (M1) tercatat meningkat pada Juni Pertumbuhan M1 meningkat menjadi 10,2% (yoy), dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 9,8% (yoy) terutama didorong oleh peningkatan giro rupiah akibat operasi keuangan pemerintah yang ekspansif. Sementara itu, pertumbuhan uang kartal tercatat menurun, antara lain dipengaruhi melambatnya pertumbuhan ekonomi. Pada ruang lingkup likuiditas perekonomian dalam arti luas (M2), pertumbuhannya tercatat melambat menjadi 11,8% (yoy) dibandingkan dengan bulan Mei 2013 sebesar 14,4% (yoy) (Grafik 2.20). Berdasarkan faktor yang mempengaruhinya, perlambatan M2 terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan kredit yang melambat dan kontraksi Net Foreign Asset (NFA) yang semakin dalam %, yoy % M2 M1 BI Rate (RHS) Rata-rata periode sebelum krisis Mei 2006-Sept 2008 M1: 21.5%, M2: 15,7% 0 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Grafik 2.20 Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian 6 4 Pasar Keuangan Pasar Saham Kinerja bursa saham domestik mengalami koreksi dibandingkan bulan sebelumnya. IHSG terkoreksi 4,3% ke level 4.610,37 dibandingkan dengan bulan sebelumya (Grafik 2.21). Pelemahan IHSG dipengaruhi oleh perilaku investor asing yang masih mengurangi kepemilikannya di pasar saham akibat sentimen negatif, meskipun jumlahnya jauh menurun. Selama Juli 2013, investor asing mencatat jual neto sebesar Rp2,48 triliun, jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode Juni 2013 yang mencatat jual neto sebesar Rp20,13 triliun. Berdasarkan sektor ekonomi, penurunan kinerja bursa saham diwarnai pergerakan negatif hampir pada seluruh sektor, kecuali infrastruktur. Selama Juli 2013, indeks sektoral Tinjauan Kebijakan Moneter 13

14 mengalami pelemahan dengan sektor pertanian yang tertinggi sebesar 16,6%, disusul sektor industri dasar 11,4%. Sementara sektor lainnya menurun 0,1-9,9%. Namun, sektor infrastruktur tercatat tumbuh positif 0,7%. (Grafik 2.22). Pelemahan bursa saham domestik selama bulan Juli 2013 terutama dipicu oleh sentimen negatif dari domestik dan global. Dari faktor domestik, sentimen muncul terkait dampak peningkatan inflasi akibat kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi, pelemahan nilai tukar, defisit transaksi berjalan dan aksi profit taking investor. Selain itu, tekanan bursa domestik juga dipengaruhi sentimen eksternal, antara lain menurunnya optimisme terhadap perbaikan corporate earnings setelah rilis beberapa pendapatan emiten yang lebih rendah dari perkiraan, melambungnya harga minyak melebihi 100 dolar AS per barel sebagai reaksi kekhawatiran dari situasi politik di Mesir, Standard & Poor's Rating Services (S&P) yang memangkas peringkat utang Italia dari BBB+ menjadi BBB, dan antisipasi klarifikasi dari pernyataan The Fed terhadap rencana Tapering Quantitative Easing-nya. Pelemahan lebih lanjut IHSG dapat tertahan oleh sejumlah sentimen positif global. Dari Eropa, pertemuan menteri keuangan Uni Eropa di Brussels memutuskan untuk memberikan bail out Yunani sebesar 8,6 miliar dolar AS. Dari AS, rilis minutes FOMC menyatakan bahwa the Fed masih akan melanjutkan kebijakan stimulusnya. Selain itu, berkembang spekulasi kebijakan stimulus pemerintah China untuk mendorong ekonominya , , , , , ,00 - Net Jual/Beli Foreign Buy/Sell Neto (RHS, Rp T) JCI IHSG ( Skala Kanan, Rp T) ,00 15,00 10,00 5,00 - (5,00) (10,00) (15,00) (20,00) (25,00) Property Properti -9,7% Agriculture Pertanian-16,6% Perdagangan Trade Consumption Konsumsi Misc. Industri Industry Lain -4,8% -2,7% -6,6% Basic Industri Industry Dasar -11,4% Keuangan Finance -0,1% Pertambangan Mining -9,9% Infrastruktur Infrastructure 0,7% IHSG Monthly Perubahan Changes bulanan IHSG -4,3% -20% -15% -10% -5% 0% 5% Grafik 2.21 IHSG dan Net Beli/Jual Asing Grafik 2.22 IHSG dan Perkembangan Sektoral Pasar Surat Berharga Negara (SBN) Sejalan dengan tekanan di pasar saham, kinerja SBN mengalami pelemahan di seluruh tenor. Secara keseluruhan pergerakan imbal hasil (yield) SBN pada Juli 2013 meningkat sebesar 71,83 bps ke level 7,71% dibandingkan dengan Juni 2013 sebesar 6,99% (Grafik 2.23). Sementara itu, imbal hasil SBN untuk jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing naik sebesar 71,68 bps, 77,45 bps dan 60,80 bps menjadi sebesar 7,18%, 7,73% dan 8,39%. Imbal hasil SBN 10 Tahun meningkat sebesar 70 bps ke level 7,83% dibandingkan dengan Juni 2013 sebesar 7,13%. Peningkatan yield SBN ini tercatat lebih besar dibandingkan dengan negara kawasan (Grafik 2.24). Pelemahan yield di pasar SBN didorong oleh kekhawatiran terhadap defisit transaksi berjalan, pelemahan nilai tukar Rupiah, dan meningkatnya inflasi kedepan seiring dengan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi. Selain itu, tekanan terhadap kinerja SBN juga dipengaruhi sentimen global seiring dengan kembali meningkatnya kekhawatiran perlambatan ekonomi global. Tinjauan Kebijakan Moneter 14

15 9 8,5 8 7,5 7 6,5 6 5,5 5 4,5 4 % Spread Jun Jul 2013 Jun-13 bps Jul Tenor Indonesia Malaysia Filipina Philipina Vietnam Thailand Grafik 2.23 Perubahan Imbal Hasil SBN Bulanan Grafik 2.24 Perubahan Yield SBN Negara Kawasan Di tengah pelemahan kinerja SBN, investor non-residen menambah kepemilikannya setelah pada bulan sebelumnya mengalami jual neto. Aksi beli investor asing dilakukan pada SBN tenor menengah (5-10 tahun). Aset domestik dinilai masih memberikan imbal hasil yang cukup menarik sehingga selama Juli 2013, investor asing mencatat beli neto sebesar Rp2,81triliun untuk seluruh tenor (Grafik 2.25). Namun, aksi tersebut masih terbatas dibayangi oleh sentimen terkait inflasi, defisit transaksi berjalan dan isu global. 15,0 Short Term Mid Term Long Term 'yield SBN' 10,0 10,0 7,3 9,0 5,0 5,2 5,8 5,3 4,1 2,8 1,4 1,4 5,7 4,1 3,7 3,5 5,5 0,6 2,0 4,4 4,6 8,0 0,0 7,0 (5,0) (1,9) (2,9) (1,6) (2,9) (3,9) (2,0) (2,8) (5,6) (1,6) 6,0 (5,8) (10,0) (8,6) (7,7) (8,9) 5,0 (11,0) (15,0) 4,0 Jan Feb Mar Apr May June July August Sept Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agustus Sept Okt Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Grafik 2.25 Net Beli/Jual Asing Per Tenor Tinjauan Kebijakan Moneter 15

16 III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15 Agustus 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,50%. Penguatan bauran kebijakan Bank Indonesia untuk pengendalian inflasi, pengelolaan neraca pembayaran yang lebih sustainable, dan penguatan stabilitas sistem keuangan, dilakukan melalui optimalisasi sejumlah instrumen kebijakan moneter dan makroprudensial. Pertama, penguatan operasi moneter terus dilakukan untuk mengintensifkan pengendalian ekses likuiditas yang cenderung meningkat pasca Ramadhan. Dalam hal ini, Bank Indonesia akan menerbitkan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) dan menyempurnakan ketentuan GWM-LDR untuk memperkuat penyaluran kredit dan penghimpunan dana yang prudent, serta menyempurnakan GWM Sekunder untuk memperkuat manajemen likuiditas perbankan. Kedua, stabilisasi nilai tukar jangka panjang rupiah tetap dilakukan sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian dan sekaligus untuk pengelolaan neraca pembayaran yang lebih sustainable. Ketiga, Bank Indonesia akan melakukan langkah-langkah pengawasan bank (supervisory actions) untuk mengendalikan pertumbuhan kredit yang dinilai masih relatif tinggi pada sejumlah bank dan sektor tertentu, termasuk yang mempunyai kandungan impor tinggi. Penguatan kebijakan makroprudensial ini, termasuk penyempurnaan GWM-LDR dan GWM Sekunder, sekaligus dimaksudkan untuk memperkuat kemampuan bank dalam menghadapi risiko dan memperkuat stabilitas sistem keuangan. Keempat, Bank Indonesia akan menyempurnakan sejumlah ketentuan untuk pengembangan pasar valas domestik lebih lanjut dan sekaligus untuk meningkatkan pasokan valas secara lebih efektif, termasuk ketentuan mengenai pembelian valas terhadap rupiah untuk bank, transaksi derivatif dan pinjaman luar negeri jangka pendek perbankan. Bank Indonesia meyakini bauran kebijakan tersebut akan memadai untuk mengarahkan inflasi tahun 2014 sesuai dengan sasarannya sebesar 4,5%±1%, serta dapat mendukung penyesuaian ekonomi domestik bergerak secara terkendali ke arah yang lebih sehat dan seimbang. Penguatan koordinasi dengan Pemerintah terus dilakukan termasuk untuk pengendalian inflasi dan pengelolaan neraca pembayaran. Tinjauan Kebijakan Moneter 16

17 SEKTOR KEUANGAN INDIKATOR TERKINI Juni Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 9 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2) IHSG Indeks 3) 3,956 4,142 4,060 4,263 4,350 4,276 4,317 4,454 4,796 4,941 5,034 5,069 4,819 4,610 BESARAN MONETER (miliar Rp) Uang Primer 627, , , , , , , , , , , , ,678 - M1(C+D) 779, , , , , , , , , , , , ,603 - Uang Kartal (C) 314, , , , , , , , , , , , ,250 - Uang giral (D) 464, , , , , , , , , , , , ,353 - Uang Beredar Luas (M2 = C+D+T+S) 3,050,355 3,054,534 3,089,011 3,125,533 3,161,726 3,205,129 3,304,645 3,265,869 3,277,426 3,319,468 3,357,823 3,423,155 3,410,511 - Uang kuasi (T) 2,254,329 2,269,809 2,304,474 2,318,559 2,376,102 2,393,320 2,452,503 2,467,124 2,479,959 2,497,223 2,512,648 2,584,890 2,540,313 - Uang kuasi (Rupiah) 1,915,625 1,926,046 1,960,339 1,968,062 2,009,812 2,022,975 2,092,654 2,095,427 2,105,861 2,123,999 2,143,605 2,172,287 2,136,140 - Deposito 1,016,060 1,017,021 1,030,262 1,030,830 1,060,357 1,058,871 1,066,527 1,079,275 1,098,083 1,123,609 1,131,219 1,154,681 1,113,915 - Tabungan Total 899, , , , , ,105 1,026,127 1,016,152 1,007,778 1,000,390 1,012,386 1,017,606 1,022,224 - Deposito (Valas) 164, , , , , , , , , , , , ,689 - Simpanan Giro Valuta Asing 173, , , , , , , , , , , , ,484 - Surat Berharga Selain Saham (S) 16,610 12,932 12,108 11,457 10,640 10,406 10,420 10,829 10,861 12,132 12,902 15,335 11,594 - Tagihan kepada Sektor Lainnya 2,653,871 2,668,447 2,696,876 2,758,170 2,791,363 2,833,571 2,920,934 2,897,711 2,921,209 2,970,116 3,024,127 3,105,295 3,175,394 - Tagihan pada Sektor Swasta 2,361,812 2,378,914 2,406,188 2,471,071 2,504,939 2,504,347 2,584,819 2,556,620 2,571,080 2,616,046 2,654,443 2,671,621 2,671,621 - H A R G A Inflasi bulanan (%, mtm) Inflasi tahunan (%, yoy) SEKTOR EKSTERNAL Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) 9,480 9,485 9,560 9,588 9,615 9,605 9,670 9,698 9,667 9,719 9,722 9,795 9,925 10,278 Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4) 12,420 13,168 11,238 13,011 12,636 13,202 12,313 12,386 11,897 12,727 12,480 13,308 11,970 - Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4) 12,918 13,282 10,366 11,733 13,053 12,479 11,715 11,608 11,619 10,969 12,792 13,200 12,127 - INDIKATOR KUARTALAN Tw.II Tw.III 2012 Pertumbuhan PDB (%, yoy) Konsumsi Investasi (PMTB) Perubahan Stok Ekspor Impor ) minggu terakhir 2) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS Tw.IV Tw.I 2013 Tw.II Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September, dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respons kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober, dan Desember. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar, dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respons kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Pengaturan dan Komunikasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Telp: /8163 Fax: bkm_tod@bi.go.id Website: Dewan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Gubernur Halim Alamsyah - Deputi Gubernur Ronald Waas - Deputi Gubernur Perry Warjiyo Deputi Gubernur Hendar Deputi Gubernur Tinjauan Kebijakan Moneter 17

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Mei 213 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 Indeks 17 1 13 1 9 7 Kadin-Roy Morgan AC Nielsen BI BPS Danareksa

Lebih terperinci

Ekonomi, Moneter dan Keuangan

Ekonomi, Moneter dan Keuangan Ekonomi, Moneter dan Keuangan T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 0 I. TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2014 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t er 1 T i n j a u a n K e b i j a k

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER November 2013 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 3 T i n j a

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2013 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r 3 L a p o r a n

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Perekonomian Indonesia triwulan IV 2013 dan Januari 2014 menunjukkan kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan Pemerintah sejak pertengahan tahun 2013 mulai

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

Maret Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Maret Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Maret 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 13 Maret 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar

Lebih terperinci

PDB Dunia (rhs) Jan-02 May-02 Sep-02 Jan-03 May-03 Sep-03 Jan-04 May-04 Sep-04 Jan-05 May-05 Sep-05 Jan-06 May-06 Sep-06 Jan-07 May-07 Sep-07 Jan-08 May-08 Sep-08 Jan-09 May-09 Sep-09 Jan-10 May-10 Sep-10

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 10 Juli 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2014 menunjukkan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terjaga serta proses penyesuaian

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14 Juli 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility

Lebih terperinci

Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id

Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id Juni 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350 - Indonesia w w w.bi.go.id TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14 April 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan Dana Investasinya pada portfolio investasi Syariah yang disediakan pihak perusahaan. (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Pengaturan dan Komunikasi Kebijakan Moneter Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18 Juni 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 Oktober 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci

Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id

Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id Juni 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350 - Indonesia w w w.bi.go.id TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan I 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2015 mengalami perlambatan, namun stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tetap terjaga. Perlambatan

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan II 2014 Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2014 menunjukkan bahwa proses penyesuaian struktur perekonomian ke arah yang lebih seimbang masih

Lebih terperinci

April Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

April Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan April 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan TINJAUAN KEBIJA KA N M O NETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 8 April 2014 memutuskan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan I 2014 Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2014 menunjukkan stabilitas ekonomi semakin terjaga dan ditopang penyesuaian ekonomi yang tetap terkendali.

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

CARLINK PRO SAFE Dana Investasi Pasar Uang

CARLINK PRO SAFE Dana Investasi Pasar Uang SAFE 29-Jan-16 NAV: 11.00% Tabel Kinerja CARLink SAFE Total Dana Kelolaan 1,286,637,672.00 Memberikan hasil investasi yang kompetitif dengan mengutamakan keamanan dan tingkat likuiditas yang tinggi. Pasar

Lebih terperinci

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 109 ANALISIS TRIWULANAN Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 Tim Penulis Laporan

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Kondisi moneter selama triwulan IV-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA April 2015 Tim Riset SPMD Overview The Fed siap menaikan suku bunga acuan kapan saja yang berpotensi menarik dana tiba-tiba (sudden reversal) dari emerging market termasuk

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Maret 2016 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6,75%,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter

Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 April 2016 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%, dengan suku bunga Deposit

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 149 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009 Perkembangan Asumsi Makro BAB I BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009 1.1 Pendahuluan Memasuki tahun 2009, efek lanjutan dari pelemahan ekonomi global semakin dirasakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA

PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA RINGKASAN 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 3 PEREKONOMIAN GLOBAL 4 PROSPEK PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Oktober 2016 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) sebesar

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy) Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa il Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada il mengalami perlambatan. Posisi M2 akhir il sebesar Rp4.274,9 T, atau

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Selama triwulan I-27, kondisi moneter menunjukkan tren yang semakin membaik. Perkembangan yang membaik tersebut

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 Tim Penulis Laporan triwulan I-2003, Bank Indonesia Kondisi moneter selama triwulan I-2003 tetap stabil dan terkendali meskipun belum

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Juli 2016 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,50%, dengan suku bunga Deposit

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 11 Desember 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,75%, dengan suku bunga Lending

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

Kebijakan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Kebijakan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Kebijakan Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350 - Indonesia w w w.bi.go.id Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2016 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan II - 2007 1 SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 September 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 Selama triwulan III-26, kondisi moneter menunjukkan ukkan perkembangan yang semakin membaik. Perkembangan

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan I 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif pada triwulan I 2016 dan April 2016. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global...

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global... Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i BAB I PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR APBN DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL TAHUN ANGGARAN 2009 1.1 Pendahuluan... 1.2 Ekonomi Global... 1.3 Dampak pada Perekonomian

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 Tinjauan Kebijakan Moneter September 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG)

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci