Pengembangan Model Sistem Dinamik untuk Analisis Ketersediaan Beras (Studi Kasus : Divre Jawa Timur)
|
|
- Glenna Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 Pengembangan Model Sistem Dinamik untuk Analisis Ketersediaan Beras (Studi Kasus : Divre Jawa Timur) Diajeng Permata I.J 1, Erma Suryani Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya erma@is.its.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan beras di Jawa Timur baik beras miskin (raskin) maupun beras umum yang beredar di pasaran dengan menggunakan pembagian wilayah dari Bulog Divre Jatim yaitu 13 Sub Divre). Ketersediaan beras di dalam penelitian ini ditandai dengan rasio pemenuhan beras umum dan raskin. Pemilihan pendekatan sistem dinamik didasarkan pada pertimbangan bahwa hubungan faktorfaktor yang mempengaruhi ketersediaan beras bersifat nonlinier. Hasilnya adalah sebuah model sistem dinamik ketersediaan beras pada Divre Jawa Timur beserta skenario kebijakan untuk meningkatkan ketersediaan beras di Sub Divre yang mengalami defisit yaitu Sub Divre 1, 7 dan 1. Kata Kunci: Sistem Dinamik, Produksi Beras, Distribusi Beras, Ketahanan Pangan I. PENDAHULUAN A pabila jumlah penduduk terus meningkat dengan kebutuhan kalori per kapita = kkal per hari, (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG), 4) dan prosentase peme nuhan kalori melalui padipadian = 58.4% (Buku Pedoman Menu Bergizi), dan kandungan kalori per kilogram padi = 36 kkal /kg (Sitepoe, 6), sementara produksi beras di Jawa Timur tidak meningkat signifikan bahkan cenderung menurun kembali pada tahun 11 ( karena adanya alih fungsi lahan sawah dan faktorfaktor lainnya, maka kebutuhan beras secara lokal ( tanpa impor) kurang dapat terpenuhi. Hal ini diperkuat oleh hasil proyeksi yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 5 menadi 73, juta jiwa (Data Statistik Indonesia, 13). Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi padi adalah dengan meingkatkan produktivitas. Faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman padi yang diteliti dalam penelitian ini ada tiga, yaitu : a) Curah hujan Curah hujan yang baik untuk padi adalah mm per bulan atau 15 mm per tahun ( Dinas Pertanian Jawa Timur,1) Jika terlalu rendah akan mengurangi kesuburan tanaman, sedangkan jika terlalu tinggi akan mengakibatkan banjir. Efek curah hujan terhadap produktivitas padi di setiap kabupaten/kota berbedabeda. Ada kabupaten yang produktivitasnya tidak terganggu saat curah hujan tinggi karena telah menggunakan teknologi pengendalian banjir yang baik dan ada juga kabupaten/kota yang produktivitasnya terganggu. Sehingga penulis melakukan analisis regresi untuk menentukan koefisien variabel curah hujan di setiap masingmasing kabupaten/kota, apakah negatif atau positif. b) Luas puso Departemen Pertanian mengklasifikasikan wabah Organisme Penganggu Tanaman Pangan (OPT) menjadi aman, potensial, sporadik, dan endemik. Untuk tanaman pangan padi, OPT utama yang dapat menurunkan produktivitas padi bahkan dapat mengakibatkan puso atau gagal panen adalah tikus, penggerek batang, dan wereng batang coklat. Diantara ketiga OPT tersebut yang paling berbahaya dan sulit dibasmi adalah wereng batang cokelat. c) Rasio Subsidi Pupuk Pemerintah memberikan subsisi untuk beberapa jenis pupuk kimia yaitu : urea, superphos, KCL, Phonska, ZA. Dari keempat pupuk tersebut, pupuk yang paling banyak dibeli petani dan dosis rekomendasinya paling tinggi untuk tanamapn padi adalah pupuk urea, sehingga di dalam Tugas Akhir ini hanya dipilih pupuk urea saja untuk dimasukkan ke dalam variabel. Dosis rekomendasi urea untuk tanaman padi adalah kg. Pemerintah menghitung kebutuhan pupuk dengan rumus luas panen kabupaten/kota tertentu dikali dengan dosis rekomendasi. Efek dari pemberian subsidi pupuk berbedabeda di masingmasing Kabupaten/Kota. Ada kabupaten/kota yang mengalami penurunan produktivitas cukup signifikan jika pemberian subsidi pupuk dari pemerintah melebihi jumlah kebutuhan Kabupaten/Kota tersebut sesuai dosis yang direkomendasikan, tetapi ada juga Kabupaten/Kota yang tidak terpengaruh, sehingga penulis menyebut variabel ini sebagai rasio subsidi pupuk urea. Penulis melakukan analisis regresi untuk mencari apakah ada hubungan positif atau negatif. Dari jumlah produksi padi, sekitar 31% disimpan petani sendiri, 515% diserap oleh Bulog, dan sisanya beredar di pasar (Dinas Pertanian Jawa Timur). Petani dalam menjual hasil panennya diberikan kebebasan untuk menjual ke Bulog atau ke pasar umum. (Bulog). Petani dalam menjual ke Bulog memperhitungkan Harga Pokok Pembelian Pemerintah (HPP). II. A. Sistem Perberasan KAJIAN PUSTAKA
2 Sistem perberasan nasional terdiri dari beberapa subsistem, antara lain subsistem produksi atau pasokan, distribusi, konsumsi atau permintaan, dan harga. Masingmasing subsistem terdiri atas elemen atau unsurunsur yang lebih spesifik dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan waktu, sehingga sistem perberasan bersifat dinamis (Irawan, 5). B. Sistem Dinamik Sistem Dinamik (SD) berawal dari World Dynamics karya Forrester tahun Ketika mencoba untuk memodelkan keberlanjutan seluruh bumi dalam satu masalah yang kompleks, Forrester mengembangkan SD dalam rangka untuk memberikan pemahaman tentang sistem dinamik yang kompleks dalam masalah berskala besar. Forrester melihat SD sebagai cara untuk menganalisis dan mewakili sistem yang kompleks melalui satu set alat dan teori sistem struktur. Terobosan karyanya di bidang ini, meskipun kontroversial, terus mempengaruhi banyak pekerjaan di SD sampai hari ini. Komunitas sistem dinamik menawarkan definisi baru dengan menyatakan bahwa SD adalah "suatu metodologi untuk mempelajari dan mengelola sistem umpan balik yang kompleks" (System Dynamic Society, 9). Sebuah sistem umpan balik yang kompleks akan terus berkembang dan model SD dapat memberikan wawasan tentang proses umpan balik dinamis yang mendorong evolusi. Pendekatan SD mengambil pandangan holistik dari keseluruhan sistem. SD tidak berkonsentrasi hanya pada bagaimana satu variabel X mempengaruhi satu variabel Y, melainkan memperhatikan bagaimana variabel Y mempengaruhi variabel X pada gilirannya dan juga setiap variabel lain di dalam sistem. "Sebuah sistem umpan balik dipengaruhi oleh perilaku masa lalunya." (Ahmad & Simonovic, 4). C. Regresi Linear Berganda Di dalam penelitian ini dilakukan analisis regresi linear berganda untuk mencari koefisien faktorfaktor yang mempengarhui produktivitas sebagai gambaran akan bobot faktorfaktor tersebut terhadap produktivitas di masingmasing Kabupaten / Kota. Regresi linier berganda adalah regresi yang melibatkan hubungan antara satu variabel tak bebas (Y) dihubungan dengan dua atau lebih variabel bebas. Bentuk umum dari persamaan regresi linier berganda adalah: Yi = a a1x1a X a 3 X 3 an X n i dengan i = 1,, n Di dalam tugas akhir ini pengujian regresi linear dengan cara melihat nilai r aquare dan p value. Jika r square mendekati 1 misalnya.98 maka model tersebut 98% dijelaskan oleh variabelvariabel yang diregresi, dan % dari variabel lain yang belum diketahui. Kemudian untuk masingmasing variabel, apabila nilai p<signifikansi yaitu.5 maka variabel tersebut berhubungan sangat kuat. (Caniago, 9). D. Penelitian Sebelumnya Penelitian yang pernah dilakukan oleh (Agus & Machmud, 13) adalah menganalisis ketersediaan ubi kayu..kebijakan berupa ekstensifikasi dan intensifikasi dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan ubi kayu. Subsistemnya adalah populasi, permintaan ubi kayu,dan luas lahan mempengaruhi neraca ketersediaan ubi kayu. III. METODE A. Data Masukan Data yang digunakan sebagai masukan model adalah datadata yang didapatkan dari Dinas Pertanian Jatim, Badan Pusat Statistik, Perum Bulog Jatim, dan data dari studi literatur yang terdiri dari : Populasi 38 Kabupaten/Kota Luas Lahan sawah, Luas panen padi, IP, produksi dan produktivitas 38 Kabupaten/Kota Ratarata konsumsi padi per kapita dan perhitungan jumlah kebutuhan kkal per kapita Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) penerima raskin 38 Kabupaten/Kota Jumlah pengadaan dan penyaluran raskin 38 Kabupaten/Kota HPP GKP dan Ratarata harga aktual GKP Curah hujan,luas puso,rasio subsidi pupuk urea 38 Kabupaten/Kota Impor Divre Jatim B. Pembuatan Konseptual Model Setelah base model sesuai dengan sistem nyata, kemudian model konseptual tersebut digambarkan dalam sebuah Causal Loop Diagram (CLD). Causal Loop dibuat untuk menggambarkan interaksi atau hubungan sebabakibat dari variabelvariabel utama yang akan dibuat dalam model. Hubungan sebabakibat dalam model dapat bersifat positif dan negatif. Gambar 1 menunjukkan CLD dari penelitian ini. intensifikasi supply baru beras umum divre1 rasio pemenuhan BARU beras umum sub divre1 produksi padi yang baru kab1 rasio pemenuhan BARU beras umum raskin Sub Divre 1 ekstensi fikasi supply baru raskin sub divre 1 rasio pemenuhan BARU RASKIN sub divre 1 Pembukaan sawah padi ratarata curah hujan Luas panen padi lack of supply kabupaten 1 produktivitas Luas sawah padi alih fungsi sawah Pembukaan sawah Luas sawah padi padi padi rasio pemenuhan beras umum SUB DIVRE 1 permintaan beras umum sub divre 1 subsidi pupuk produksi padi % dijual ke pasar divre 1 Kelahiran 1 Kelahiran n luas puso kab 1 kebutuhan beras per kapita Populasi Kabupaten 1 Kematian 1 Populasi Kabupaten n ratarata curah hujan % disimpan petani Luas panen padi jumlah pengadaan BULOG sub divre1 Kematian n produktivitas rasio pemenuhan RASKIN SUB DIVRE1 permintaan RASKIN SUB DIVRE 1 subsidi pupuk produksi padi RTS SUB DIVRE 1 luas puso kab n alih fungsi sawah padi lack of supply kebijakan pengadaan BULOG sub divre 1 % penjualan petani ke Bulog selisih HPP dibanding HA Kelahiran 1 Populasi Kabupaten 1 Kelahiran Populasi n Kabupaten n Kematian 1 Kematian n Gambar 1 Causal Loop Diagram Ketersediaan Beras Divre Jawa Timur
3 3 C. Pembuatan Base Model Basemodel merupakan model dasar yang nantinya akan dikembangkan untuk dianalisis. Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi variabelvariabel terkait yang mempengaruhi sistem utama. Pada tugas akhir ini ini kebutuhan (demand) dan pasokan (supply) beras Jawa Timur yang menjadi tumpuan utama yang mempengaruhi variabel rasio pemenuhan beras umum maupun raskin. D. Verifikasi dan validasi Verifikasi merupakan suatu langkah penerjemahan model simulasi konseptual (diagram alur dan asumsi) ke dalam bahasa pemrograman secara benar. Sementara Validasi bertujuan melakukan pengecekan apakah model konseptual simulasi adalah representasi akurat dari sistem nyata yang sedang dimodelkan (Law & Kelton, 1991). Pada tugas akhir ini, cara yang akan digunakan untuk untuk memvalidasi model adalah dengan menggunakan: 1. Perbandingan ratarata (mean comparisson) Prasyarat : S = Nilai ratarata hasil simulasi A = Nilai ratarata data. Perbandingan variasi amplitudo (% Error Variance) Prasyarat : Ss = Standard deviasi model Sa = Standard deviasi data Model valid bila E 3% Sedangkan untuk regresi, validisi dilakukan dengan melihat nilai p value. Jika confident level yang dipakai adalah 95%, maka P value <,5 menunjukkan hubungan antar variabel yang kuat. E. Pembuatan Skenario Setelah basemodel selanjutnya adalah pembuatan skenario simulasi untuk tahun 1. Jenis skenario yang dibuat terbagi menjadi yaitu skenario struktur (structure scenario) dan skenario parameter (parameter scenario). a) Skenario Parameter Berupa perubahan subsidi pupuk dan IP. Menurut Dinas Pertanian, salah satu usaha dalam meningkatkan produktivitas adalah memberikan subsidi pupuk urea dan meningkatkan IP secara bersamasama (Laporan Tahunan Dinas Pertanian Jawa Timur, 9). b) Skenario Struktur Intensifikasi Berupa intensifikasi dengan bantuan bibit unggul. Menurut (BPS Provinsi Papua Barat, 13), bantuan bibit unggul pada tahun 13 akan meningkatkan produktivitas sebesar 3.51%, sehingga penulis memilih menggunakan asumsi produktivitas meningkat 3.51% setiap tahunnya dari tahun 1. c) Skenario Struktur Ekstensifikasi Skenario struktur berupa ekstensifikasi lahan rawa. Berdasarkan data penggunaan lahan bukan sawah (Laporan Tahunan Dinas Pertanian Jawa Timur, 9,1,11), beberapa Kabupaten /Kota masih memiliki sejumlah hektar lahan rawa yang belum ditanami. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Validasi Base Model Pengujian terhadap model dari hasil perhitungan mean comparison dan amplitudo variation comparisson kurang dari 5% dan tidak lebih dari 3%, sehingga pembuatan model tersebut dikatakan valid dan benar. B. Hasil Run Base Model Sub Divre yang mengalami defisit ketersediaan beras ditandai oleh rasio pemenuhan beras umumraskin < 1 adalah Sub Divre 1 (Surabaya Utara), Sub Divre 7 (Malang), dan Sub Divre 1 (Madura). C. Pemberian Skenario Kebijakan Hasil dari pemberian skenario kebijakan pada Sub Divre yang mengalami defisit ketersediaan beras adalah sebagai berikut: 1) Skenario parameter a) Skenario pessimistic.45 rasio pemenuhan beras umumraskin Sub Divre 1 "rasio pemenuhan beras umumraskin Sub Divre 1" : Current Gambar Hasil skenario pessimistic pada Sub Divre rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre 7 "rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre 7" : Current Gambar 3 Hasil skenario pessimistic pada Sub Divre 7
4 4.9 rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre 1 c) Skenario optimistic 75 rasio pemenuhan beras umumraskin Sub Divre "rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre 1" : Current.45 Gambar 4 Hasil skenario pessimistic pada Sub Divre 1 Terlihat pada gambar 4 bahwa pemberian skenario pessimistic pada ketiga Sub Divre yang mengalami defisit menyebabkan penurunan rasio pemenuhan yang drastis hingga di bawah.5. b) Skenario most likely rasio pemenuhan beras umumraskin Sub Divre 1 "rasio pemenuhan beras umumraskin Sub Divre 1" : Current Gambar 8 Hasil skenario optimistic pada Sub Divre rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre "rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre 7" : Current "rasio pemenuhan beras umumraskin Sub Divre 1" : Current Gambar 5 Hasil skenario most likely pada Sub Divre 1 Gambar 9 Hasil skenario optimistic pada Sub Divre 7 rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre "rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre 1" : Current "rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre 7" : Current Gambar 6 Hasil skenario most likely pada Sub Divre rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre 1 Gambar 1 Hasil skenario optimistic pada Sub Divre 1 Pada gambar 81 terlihat bahwa skenario parameter optimistic bisa memperbaiki pemenuhan beras dari tahun 1 sampai. Jika dibandingkan dengan tanpa skenario, pada Sub Divre 1 dapat meningkat sebesar 7.8%. Sub Divre 7 sebesar 6/8%, dan Sub Divre 1 sebesar 37%. ) Skenario struktur intensifikasi rasio pemenuhan beras umumraskin Sub Divre 1.5 "rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre 1" : Current.45 Gambar 7 Hasil skenario most likely pada Sub Divre 1 Apabila dibandingkan dengan tanpa skenario, pemberian skenario most likely meningkatkan rasio pemenuhan Sub Divre 1 sebesar 1.5%, Sub Divre 7 sebesar.6%, dan Sub Divre 1 sebesar %. "rasio pemenuhan beras umumraskin Sub Divre 1" : Current Gambar 11 Hasil skenario intensifikasi pada Sub Divre 1
5 5 rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre 7 rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre "rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre 7" : Current Gambar 1 Hasil skenario intensifikasi pada Sub Divre 7.5 "rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre 1" : Current Gambar 16 Hasil skenario intensifikasi pada Sub Divre rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre 1 Pada gambar 1113 terlihat bahwa skenario struktur ekstensifikasi bisa sedikit memperbaiki pemenuhan beras dari tahun 1 sampai. Jika dibandingkan dengan tanpa skenario, pada Sub Divre 1 dapat meningkat sebesar 4.1%. Sub Divre 7 sebesar.6%, dan Sub Divre 1 sebesar 4%..95 "rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre 1" : Current Gambar 13 Hasil skenario intensifikasi pada Sub Divre 1 Pada gambar 1113 terlihat bahwa skenario struktur intensifikasi bisa sedikit memperbaiki pemenuhan beras dari tahun 1 sampai. Jika dibandingkan dengan tanpa skenario, pada Sub Divre 1 dapat meningkat sebesar 3.66%. Sub Divre 7 sebesar 3.7%, dan Sub Divre 1 sebesar3.7%. 3) Skenario struktur ekstensifikasi.45 rasio pemenuhan beras umumraskin Sub Divre 1 "rasio pemenuhan beras umumraskin Sub Divre 1" : Current Gambar 14 Hasil skenario ekstensifikasi pada Sub Divre rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre 7 "rasio pemenuhan raskinumum Sub Divre 7" : Current Gambar 15 Hasil skenario ekstensifikasi pada Sub Divre 7 V. KESIMPULAN Adapun beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini sebagai berikut : 1. Model yang dikembangkan dalam tugas akhir ini telah valid melalui pengujian means comparison ditunjukkan dengan nilai E1 <5% dan melalui pengujian amplitudo variations comparison ditunjukkan dengan nilai E <3% pada luas lahan sawah, luas panen, produksi, produktivitas, permintaan beras umum, pengadaan dan penyaluran raskin.. Berdasarkan hasil regresi linear berganda, dampak curah hujan, luas puso, dan rasio subsidi pupuk urea terhadap produktivitas masingmasing Kabupaten/Kota berbedabeda. Contohnya, beberapa Kabupaten/Kota tidak dipengaruhi curah hujan secara signifikan, tetapi beberapa Kabupaten/Kota lain sangat dipengaruhi oleh curah hujan. 3. Sub Divre yang mengalami surplus ketersediaan beras diurutkan dari yang paling tinggi adalah : Sub Divre 4 (Madiun), 3 (Bojonegoro), 9 (Banyuwangi), 13 (Ponorogo), 11 (Jember), (Surabaya Selatan), 5 Kediri), dan 8 (Probolinggo). 4. Sub Divre yang mengalami defisit ketersediaan beras adalah sebagai berikut: Sub Drive 1 (Surabaya Utara) karena laju alih fungsi lahan tinggi. Sub Divre 7 (Malang) karena permintaan yang selalu sedikit lebih tinggi dibanding pasokan. Sub Divre 1 (Madura) karena rendahnya produktivitas di semua Kabupaten/Kotanya. 5. Untuk mengatasi defisit di ketiga daerah tersebut telah dilakukan skenario kebijakan dan hasilnya pada tahun adalah sebagai berikut :
6 6 Sub Divre 1 (Surabaya Utara) paling baik ketika diberikan skenario struktur ekstensifikasi yaitu meningkat sebesar 4.1%, kemudian diikuti oleh skenario intensifikasi sebesar 3.66% dan skenario mengubah jumlah subsidi pupuk urea dan IP (secara most likely) yaitu sebesar 1.5%. Sub Divre 7 (Malang ) paling baik ketika dilakukan skenario struktur intensifikasi yaitu meningkat sebesar 3.4%, kemudian diikuti oleh skenario mengubah jumlah subsidi pupuk urea dan IP (secara most likely) sebesar.8% dan skenario ekstensifikasi yaitu sebesar.6%. Sub Divre 1 (Madura) paling baik ketika dilakukan skenario struktur intensifikasi yaitu meningkat sebesar 3.7%, kemudian diikuti oleh skenario ekstensifikasi sebesar 4% dan mengubah jumlah subsidi pupuk urea dan IP (secara most likely) yaitu sebesar %. 6. Departemen Pertanian Jawa Timur sebaiknya memprioritaskan Sub Divre 1 dalam upaya peningkatan produktivitas karena produktivitas masingmasing Kabupaten/Kota di dalam Sub Divre 1 ratarata hanya 4 ton/ha, selain itu sebaiknya Pemerintah Jawa Timur menjaga kesesuaian jumlah subsidi pupuk urea dengan kebutuhan di semua Sub Divre yang mengalami defisit ketersediaan beras agar tercapai hasil seperti ketika diberikan skenario parameter optimistik. [6] Law, A. M., & Kelton, W. D. (1991). Simulation modeling and analysis. McGrawHill. [7] System Dynamic Society. (9). 7th International Conference of the System Dynamics Society. Albuquerque, New Mexico: Curran Associates, Inc. [8] Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). (4). Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. [9] Workshop Bulog. (1). Pemantauan Stok Gabah / Beras di Tingkat Penggilingan. Surabaya: Bulog... SARAN Saran untuk pengembangan selanjutnya dari Tugas Akhir ini: Model sistem dinamik akan lebih baik lagi jika ditambahkan lebih banyak variabel yang mempengaruhi produktivitas contohnya seperti ketinggian tanah, bantuan pestisida,dan kelembapan udara. DAFTAR PUSTAKA [1] Agus, S., & Machmud. (13). Analisis Sistem Dinamik untuk Kebijakan Penyediaan Ubi Kayu (Studi Kasus di Kabupaten Bogor ). Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian Vol. 6, 48 [] Caniago, J. (9). Mehami Output Regresi dari Excel. Bandung: Andi. [3] Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. (13). Perkembangan Harga Beberapa Komoditi Pertanian. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. [4] Laporan Tahunan Dinas Pertanian Jawa Timur. (9). Bab VII : Permasalahan dan Upaya Pemecahan Masalah. [5] Laporan Tahunan Dinas Pertanian Jawa Timur. (9,1,11). Penggunaan Lahan Bukan Sawah (ha) per Kabupaten/Kota.
PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK ANALISIS KETERSEDIAAN BERAS (STUDI KASUS : DIVRE JAWA TIMUR)
PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK ANALISIS KETERSEDIAAN BERAS (STUDI KASUS : DIVRE JAWA TIMUR) Diajeng Permata Inggar Jati (5209100111) Pembimbing : Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D. Abstrak Penelitian
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (212) 15 1 Implementasi Sistem Dinamik Untuk Analisis Ketersediaan Pangan (UmbiUmbian) Sebagai Pengganti Konsumsi Beras Untuk Mencukupi Kebutuhan Pangan (Studi Kasus
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 dipemodelan dan Simulasi Perencanaan Permintaan dan Pasokan Menggunakan Metode Sistem Dinamik Untuk Mengatasi Kelangkaan Pupuk Wilayah Jawa Timur (Studi
Lebih terperinciSIMULASI SISTEM DINAMIK TERHADAP ANALISIS FAKTOR PERTUMBUHAN UKM SEKTOR PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PDRB PROVINSI JAWA TIMUR
SIMULASI SISTEM DINAMIK TERHADAP ANALISIS FAKTOR PERTUMBUHAN UKM SEKTOR PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROVINSI JAWA TIMUR Abstrak Umi Salama 1, Erma Suryani 2 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rasio Konsumsi Normatif Rasio konsumsi normatif adalah perbandingan antara total konsumsi dan produksi yang menunjukkan tingkat ketersediaan pangan di suatu wilayah. Rasio konsumsi
Lebih terperinciII. METODE PENELITIAN. A. Pemodelan dan Simulasi
1 MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK UNTUK MELIHAT PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KETERSEDIAAN BERAS DAN UBI KAYU (STUDI KASUS KABUPATEN MALANG) Nurina Setyaning Putri, dan Erma Suryani Jurusan Sistem Informasi,
Lebih terperinciLosses_kedelai LOSSES_kedelai_1. RAMP_LOSSES surplus. kebutuhan_kedelai. inisial_luas_tanam produski_kedelai Rekomendasi_pupuk
. Harga_Treser Coverage_area Biaya_Treser Unit_Treser Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1 RAMP_LOSSES surplus Harga_Rhi konsumsi_kedelai_per_kapita Biaya_Rhizoplus jumlah_penduduk pertambahan_penduduk RekomendasiR
Lebih terperinciPRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)
BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar
Lebih terperinciSTRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA PADI BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK
STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA PADI BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Agus Hasbianto, Aidi Noor, dan Muhammad Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan
Lebih terperinciAdityas Ismawati NRP Dosen Pembimbing Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D.
PEMODELAN HARGA PRODUSEN GABAH UNTUK MELINDUNGI KESEJAHTERAAN PETANI MENGGUNAKAN MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK MENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERUM BULOG Adityas Ismawati NRP. 5209100129 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL RANTAI PASOK PRODUKSI BERAS UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK
PENGEMBANGAN MODEL RANTAI PASOK PRODUKSI BERAS UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK Isnaini Muhandhis 1) dan Erma Suryani 2) 1) dan 2) Jurusan Sistem Informasi, Fak. Teknologi
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Kebijakan publik adalah keputusan pemerintah yang berpengaruh terhadap
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Gardner (1987) menyatakan penanganan masalah perberasan memerlukan kebijakan publik yang merupakan bagian dari kebijakan pembangunan
Lebih terperinciAnalisis Kebijakan Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 ISSN: 25796429 Surakarta, 89 Mei 2017 Analisis Kebijakan Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik Wiwik Budiawan *1), Ary Arvianto
Lebih terperinciPERAMALAN PRODUKSI KEDELAI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK
PERAMALAN PRODUKSI KEDELAI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Agung Brastama Putra 1) Budi Nugroho 2) E-mail : 1) agungbp.si@upnjatim.ac.id, 2) budinug@gmail.com 1 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat
PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun
Lebih terperinciAnalisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor. Lilis Ernawati
Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor Lilis Ernawati 5209100085 Dosen Pembimbing : Erma Suryani S.T., M.T., Ph.D. Latar Belakang
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-8 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-8 1 Model Simulasi Sistem Dinamik Dalam Perencanaan Kapasitas Supply Gas Di Sektor Industri dan Rumah Tangga Untuk Memenuhi Pasokan Gas di Masa Mendatang (Studi
Lebih terperinciPresented by muhammad isaini rahmatullah
IMPLEMENTASI SISTEM DINAMIK UNTUK ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN (UMBI-UMBIAN) SEBAGAI PENGGANTI KONSUMSI BERAS UNTUK MENCUKUPI KEBUTUHAN PANGAN (STUDI KASUS JAWA TIMUR) Presented by muhammad isaini rahmatullah
Lebih terperinciKEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI
KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI Prof. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: A-294
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 A-294 Analisa Harga dan Pemasaran untuk Meningkatkan abilitas UKM Kerajinan Kulit dengan Sistem Dinamik (Studi Kasus: Dwi Jaya Abadi Tanggulangin
Lebih terperinciProduksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada
47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-7 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (213) 1-7 1 ANALISIS FAKTOR PRODUKTIVITAS GULA NASIONAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK DAN PERMINTAAN GULA IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK Lilis
Lebih terperinciARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng
ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng wiwifadly@gmail.com ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah enganalisis dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan
Lebih terperinciAnalisis Penyebab Kenaikan Harga Beras
Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas
Lebih terperinciDAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.
DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. iv viii xi xii I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 9 1.3. Tujuan Penelitian 9 1.4. Manfaat Penelitian 10
Lebih terperinciMODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS SUPPLY
MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS SUPPLY GAS DI SEKTOR INDUSTRI DAN RUMAH TANGGA UNTUK MEMENUHI PASOKAN GAS DI MASA MENDATANG (STUDI KASUS: JAWA TIMUR) IDENTITAS PENULIS NAMA :
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Judul... Lembar Pengesahan... Lembar Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi...
DAFTAR ISI Halaman Judul... ii Lembar Pengesahan... iii Lembar Pernyataan... iv Kata Pengantar... V Daftar Isi... vii Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... X Daftar Lampiran... xi Abstrak... Xii I. PENDAHULUAN...
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang berfungsi sebagai makanan pokok sumber karbohidrat. Beras merupakan komoditi pangan yang memiliki
Lebih terperinciSkenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya
1 Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya Dewi Indiana dan Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng. Teknik Industri, Fakultas
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK PEMENUHAN LOGISTIK BERAS UNTUK MENJAGA STABILITAS HARGA BERAS (STUDI KASUS: PROVINSI JAWA TIMUR)
PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK PEMENUHAN LOGISTIK BERAS UNTUK MENJAGA STABILITAS HARGA BERAS (STUDI KASUS: PROVINSI JAWA TIMUR) Joko Suprianto, Erma Suryani Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi
Lebih terperinci3.3. PENGEMBANGAN MODEL
Selain teknologi pemupukan dan OPT, mekanisasi merupakan teknologi maju yang tidak kalah penting, terutama dalam peningkatan kapasitas kerja dan menurunkan susut hasil. Urbanisasi dan industrialisasi mengakibatkan
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1
Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh
Lebih terperinciGambar 2.5: Hasil uji sensitivitas 2.4. HASIL ANALISIS
Gambar 2.5: Hasil uji sensitivitas 2.4. HASIL ANALISIS Model yang dibangun dioperasikan berdasarkan data historis luas lahan sawah pada tahun 2000 2012 dari Biro Pusat Statistik (BPS) dengan beberapa asumsi
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)
BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) No. 75/11/35/Th.XII, 3 November 2014 A. PADI Produksi Padi Provinsi Jawa Timur berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM
Lebih terperinci4 PEMBANGUNAN MODEL. Gambar 13. Diagram sebab-akibat (causal loop) antar faktor sediaan beras. Bulog Jumlah penduduk. Pedagang pengumpul
4 PEMBANGUNAN MODEL Deskripsi Model Berdasarkan studi literatur dan observasi lapangan dapat dikenali beberapa pelaku utama yang berperan dalam pendistribusian beras dari tingkat petani sampai ke konsumen.
Lebih terperinciPROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:
PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN
Lebih terperinciPENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)
BAB II PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) Agung Prabowo, Hendriadi A, Hermanto, Yudhistira N, Agus Somantri, Nurjaman dan Zuziana S
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk Indonesia yang cukup pesat menyebabkan pemenuhan akan kebutuhan juga semakin banyak. Perkembangan tersebut terlihat pada semakin meningkatnya jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu sumber pangan utama
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah retrospektif. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan yaitu (1) Kabupaten Lampung Barat akan melakukan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh
Lebih terperinciPOTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN
POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN Suwarno Asisten Direktur Perum Perhutani Unit 2 PENDAHULUAN Perusahaan Umum (Perum) Perhutani Unit 2 berdasar Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2010 mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum dari masyarakat Indonesia. Baik di sektor hulu seperti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin
Lebih terperinciBPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PRODUKSI TANAMAN PADI DAN PALAWIJA NTT (ANGKA TETAP 2009 DAN ANGKA RAMALAN II 2010) No. 03/07/53/Th.XIII, 1 Juli 2010 PUSO NTT 2010 MENGHAMBAT PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Oleh karena itu, pertanian memegang peranan penting
Lebih terperinciPRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I 2015)
BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I 2015) No. 47/07/35/Th XIII,1 Juli 2015 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2014 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar
Lebih terperinciKAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN
Pendahuluan KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN 1. Dalam upaya mewujudkan stabilitas harga beras, salah satu instrumen kebijakan harga yang diterapkan pemerintah adalah kebijakan harga dasar dan harga maksimum,
Lebih terperinciPRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2014)
BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun ) No.22/03/35/Th XIII,2 Maret 2015 A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar 12,398 juta ton Gabah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan dengan penentuan lokasi secara purposive. Penelitian ini berlansung selama 2 bulan, dimulai
Lebih terperinciPENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT
VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 045/11/11/Th.V. 01 November 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2011,
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:
VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)
74 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 74-81 Erizal Jamal et al. ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) Erizal Jamal, Hendiarto, dan Ening Ariningsih Pusat Analisis Sosial Ekonomi
Lebih terperinciBab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan
122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)
Lebih terperinciAndalan Ketahanan Pangan
Andalan Ketahanan Pangan Disampaikan pada Workshop Pemantauan Stok Gabah/Beras di Tingkat Penggilingan Surabaya, 4-6 Juli 2012 KETAHANAN PANGAN UU. N0.7/1996 Tentang Pangan Adalah kondisi terpenuhinya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain
Lebih terperinciMODEL SIMULASI PENYEDIAAN KEBUTUHAN BERAS NASIONAL
2002 Arief RM Akbar Posted 7 November, 2002 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Oktober 2002 Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk
Lebih terperinci4.3. PENGEMBANGAN MODEL
terhadap berbagai aspek kehidupan (Amang dan Sapuan, 2000). Oleh karena itu, pengembangan sistem produksi kedelai nasional menuju swasembada dengan sistem modeling merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok dari 98 persen penduduk Indonesia (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia beras mempunyai bobot yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani di daerah pedesaan dimana tempat mayoritas para petani menjalani kehidupannya sehari-hari,
Lebih terperinciTabel 6.1 Neraca Daging Indonesia Tahun Berdasarkan pada Kondisi Eksisting...
DAFTAR ISI BAB I Kerangka Pikir Aplikasi System Modelling untuk Penyusunan Kebijakan Pertanian untuk Mewujudkan Swasembada Pangan (Haryono dan Hendriadi 1 A.)... BAB II Pencapaian Surplus 10 Juta ton Beras
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian merumuskan bahwa kegiatan pembangunan pertanian periode 2005 2009 dilaksanakan melalui tiga program yaitu :
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting, karena padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Produksi padi di dunia menempati
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Situasi Penawaran dan permintaan Beras di Indonesia. Kondisi penawaran dan permintaan beras di Indonesia dapat diidentifikasi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Situasi Penawaran dan permintaan Beras di Indonesia Kondisi penawaran dan permintaan beras di Indonesia dapat diidentifikasi berdasarkan perkembangan komponen utamanya yaitu produksi,
Lebih terperinciKETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya)
1 KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya) Hepi Hapsari 1, Endah Djuwendah 1, Eliana Wulandari 1 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas
Lebih terperinci9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)
9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, hal ini tidak terlepas dari keberadaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian adalah suatu kegiatan manusia dalam bercocok tanam yang meliputi kegiatan menghasilkan bahan pangan dengan memanfaatkan sumber daya tumbuhan. Pertanian memegang
Lebih terperinciPOLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN
POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220
Lebih terperinciSURVEI LUAS PANEN DAN LUAS LAHAN TANAMAN PANGAN 2015
RAHASIA VP2015-S 001. Subround yang lalu: 1. Januari-April 2. Mei-Agustus 3. September-Desember REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI LUAS PANEN DAN LUAS LAHAN TANAMAN PANGAN 2015 PENCACAHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi
Lebih terperinciMODEL KELEMBAGAAN PERTANIAN DALAM RANGKA MENDUKUNG OPTIMASI PRODUKSI PADI
2004 Pribudiarta Nur Posted 22 June 2004 Sekolah Pasca Sarjana IPB Makalah pribadi Pengantar ke Falsafah Sains (PPS702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Juni 2004 Dosen: Prof Dr Ir Rudy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Perhitungan ketersediaan beras di tingkat Provinsi Bali menggunakan
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Perhitungan ketersediaan beras di tingkat Provinsi Bali menggunakan pendekatan sistem dinamis, untuk waktu analisis tahun 2015 sd 2030. Data dan informasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang terus tumbuh berimplikasi pada meningkatnya jumlah kebutuhan bahan pangan. Semakin berkurangnya luas lahan pertanian dan produksi petani
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat
Lebih terperinciLahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien
Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=74226&lokasi=lokal
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Perberasan Indonesia Kebijakan mengenai perberasan di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1969/1970. Kebijakan tersebut (tahun 1969/1970 s/d 1998) mencakup kebijakan
Lebih terperinciKEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS
KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS Strategi Operasional Bulog Awal Tahun Awal tahun 2007 dibuka dengan lembaran yang penuh kepedihan. Suasana iklim yang tidak menentu. Bencana demi bencana terjadi di hadapan
Lebih terperinciIX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,
IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung dengan periodisasi tiga musim tanam jagung
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman
24 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Tebu 2.1.1 Budidaya Tebu Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimum dan dicapai hasil yang diharapkan.
Lebih terperinciMETODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)
31 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah restrospektif. Lokasi penelitian adalah Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan (Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Kabupaten karawang sebagai lumbung padi mempunyai peran penting dalam menjaga swasembada beras nasional tentunya demi menjaga swasembada beras nasional
Lebih terperinci