II. METODE PENELITIAN. A. Pemodelan dan Simulasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. METODE PENELITIAN. A. Pemodelan dan Simulasi"

Transkripsi

1 1 MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK UNTUK MELIHAT PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KETERSEDIAAN BERAS DAN UBI KAYU (STUDI KASUS KABUPATEN MALANG) Nurina Setyaning Putri, dan Erma Suryani Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi dan Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia Abstrak Perubahan iklim merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam dunia pertanian. Kegagalan panen terkait iklim sudah menyebabkan kerugian ekonomi dan melemahkan ketahanan pangan, dan ini cenderung menjadi lebih parah dikarenakan pemanasan global yang terus berlanjut. Oleh sebab itu perlu dilakukan pendekatan sistem agar proses dalam pertanian dapat berjalan sebagaimana mestinya. Untuk itu diperlukan suatu kajian yang dapat memberikan masukan bagi pemerintah untuk menjamin kelestarian pangan sehingga tercipta ketahanan pangan. Pada penelitian ini akan digunakan metode sistem dinamik yang dapat melibatkan faktor-faktor internal dan eksternal, serta dapat dilakukannya studi komprehensif jangka panjang melalui beberapa skenario.model yang dibuat didasarkan pada ekosistem yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hasil yang didapat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam menjamin kelestarian pangan sehingga tercipta ketahanan pangan. Kata Kunci : perubahan iklim, sistem dinamik, ketahanan pangan P I. PENDAHULUAN embangunan pertanian di Indonesia dengan prinsip kemandirian dan berkelanjutan senantiasa harus diwujudkan dari waktu ke waktu, sebagai prasyarat bagi keberlanjutan eksistensi bangsa dalam mengatasi ancaman kelangkaan pangan dunia yang dampaknya semakin terlihat nyata. Berkaca dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Vladivostok, Rusia, 8-9 September 2012, yang mengangkat tema ancaman krisis pangan global, perhatian terhadap masalah krisis pangan harus lebih ditingkatkan. Perubahan iklim akan memberikan dampak yang besar kepada pertanian, lalu hasil pertanian juga akan berdampak kepada ketahanan pangan. Perpaduan antara meningkatnya suhu rata-rata, siklus hidrologi yang terganggu sehingga menyebabkan musim kemarau lebih panjang dan musim hujan yang lebih intensif namun lebih pendek. Meningkatnya siklus anomaly musim kering dan hujan dan berkurangnya kelembapan tanah akan mengganggu sector pertanian. Perubahan iklim akan memperngaruhi hasil panen yang kemungkinan besar akan berkurang disebabkan oleh semakin keringnya lahan akibat musim kemarau yang lebih panjang. Pada skala yang ekstrem, berkurangnya hasil panen dapat mengancam ketahanan pangan. Selain itu, kebutuhan irigasi pertanian juga akan semakin meningkat namun disaat yang sama terjadi kekurangan air bersih karena mencairnya es di kutub utara yang menyebabkan berkurangnya cadangan air bersih dunia. Hal ini dapat berujung pada kegagalan panen berkepanjangan yang juga menyebabkan pasokan pangan menjadi sangat tidak pasti. Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah pertanian di Jawa Timur yang secara geografis terletak antara 07 46'48" '42" Lintang Selatan dan '42" '48" Bujur Timur. Letaknya yang berada pada dataran tinggi membuat Kabupaten Malang sebagai daerah pemasok makanan seperti, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, dsb. Namun dengan adanya perubahan iklim yang sering kali tidak menentu membuat pertanian di kabupaten Malang sering mengalami kegagalan panen. A. Pemodelan dan Simulasi II. METODE PENELITIAN Simulasi merupakan suatu teknik meniru operasioperasi atau proses- proses yang terjadi dalam suatu sistem dengan bantuan perangkat komputer dan dilandasi oleh beberapa asumsi tertentu sehingga sistem tersebut bisa dipelajari secara ilmiah (Law and Kelton, 1991). Dalam simulasi digunakan komputer untuk mempelajari sistem secara numerik, dimana dilakukan pengumpulan data untuk melakukan estimasi statistik untuk mendapatkan karakteristik asli dari sistem. Simulasi merupakan alat yang tepat untuk digunakan terutama jika diharuskan untuk melakukan eksperimen dalam rangka mencari komentar terbaik dari komponenkomponen sistem. Hal ini dikarenakan sangat mahal dan memerlukan waktu yang lama jika eksperimen dicoba secara riil. Dengan melakukan studi simulasi maka

2 2 dalam waktu singkat dapat ditentukan keputusan yang tepat serta dengan biaya yang tidak terlalu besar karena semuanya cukup dilakukan dengan komputer. Pendekatan simulasi diawali dengan pembangunan model sistem nyata. Model tersebut harus dapat menunjukkan bagaimana berbagai komponen dalam sistem saling berinteraksi sehingga benar-benar menggambarkan perilaku sistem. Setelah model dibuat maka model tersebut ditransformasikan ke dalam program komputer sehingga memungkinkan untuk disimulasikan B. Ketahanan Pangan Menurut UU No.7/1996 tentang Pangan, ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,aman,merata dan terjangkau.kondisi ketahanan pangan dapat diwujudkan melalui pemanfaatan sumberdaya pangan, kelembagaan dan budaya lokal. Hal ini berarti kebutuhan pangan penduduk dapat dipenuhi dari kemampuan produksi atau perdagangan antar wilayah, melalui hasil kerja suatu sistem ekonomi 5pangan yang terdiri atas subsistem ketersediaan (availability); subsistem keterjangkauan (accessibility) baik secara fisik maupun ekonomi serta subsistem stabilitas ketersediaan dan keterjangkauan. Aspek penting dalam perwujudan ketahanan pangan adalah pengembangan agribisnis pangan dan pengembangan kelembagaan pangan yang dapat menjamin keanekaragaman produksi, ketersediaan dan konsumsi pangan penduduk. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, setiap daerah otonom diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kebutuhan pangan masyarakatnya sesuai dengan kemampuan wilayah. Sebuah kondisi dimana terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU no.7,1996). Food security exists when all people, at all times, have physical and economic access to sufficient, safe, and nutritious food to meet their dietary needs and food preferences for an active and healthy life (FAO,1996). C. Pola Konsumsi Pangan Penelitian Junaidi (1997) menggunakan data primer yang beralokasi di Pulau Bungin, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat mendefinisikan pola konsumsi sebagai suatu kebisaaan tentang makan dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh mayoritas masyarakat sebagai refleksi dari keadaan lingkungan, sosial dan budaya masyarakat. Penelitian tersebut dilakukan dengan metode deskriptif. Gambaran pola konsumsi pangan meliputi: jenis bahan pangan pantangan (taboo) dikonsumsi, frekuensi makan, jumlah konsumsi pangan, jumlah konsumsi energi dan zat gizi serta mutu konsumsi pangan (PPH). Dalam penelitian ini diperoleh gambaran pola konsumsi pangan pada musim hujan dan musim kemarau menunjukkan bahwa sebagai sumber karbohidrat dan sekaligus sumber protein nabati dan ikan merupakan sumber protein hewani. Hampir tidak ada perbedaan frekuensi makan penduduk antar musim hujan dan musim kemarau. Umumnya penduduk makan tiga kali sehari. D. Verifikasi dan Validasi Verifikasi Verifikasi Model adalah proses menentukan apakah model simulasi merefleksikan model konseptual dengan tepat. Verifikasi dari suatu model bertujuan untuk menjamin kebenaran suatu model secara matematis dan konsisten secara logika Validasi Validasi adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses/metode dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik. Validasi Model adalah proses menentukan apakah model konseptual merefleksikan sistem nyata dengan tepat. Menurut Law dan Kelton (1991) validasi adalah sebuah proses menentukan apakah model konseptual merepresentasikan system nyata dengan tepat atau tidak. E1= [ S A] Model dianggap valid jika E1 5% Ss= standard deviasi model Sa = standard deviasi data Model dianggap valid bila E2 30% III. HASIL DAN PEMBAHASAN Data masukan yang digunakan untuk pengerjaan tugas akhir ini, yaitu: a. Luas lahan, Produktivitas, dan Produksi Padi kabupaten Malang b. Luas Lahan, Produktivitas dan Produksi Ubi Kayu kabupaten Malang c. Jumlah Populasi (angka kelahiran dan angka kematian) kabupaten Malang A S = nilai_ rata rata_ hasil_ simulasi A = nilai_ rata rata_ data Ss Sa E2 = Sa

3 3 d. Iklim, berdasarkan pengamatan dari beberapa stasiun klimatologi di kabupaten Malang Implementasi dari pemodelan data dapat dilihat pada Base Model Diagram berikut : suhu udara kec.angin curah hujan tekanan udara dampak perubahan iklim produktivitas padi konsumsi per jiwa luas area kab.malang Gambar 1 Base Model Diagram ketersediaan padi A. Pengembangan skenario area lain Pengembangan skenario yang dilakukan dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Skenario parameter 2. Skenario struktur Skenario parameter bertujuan untuk mengetahui produktivitas pangan pada kondisi optimis (nilai produktivitas tertinggi yang pernah dicapai), pesimis (nilai produktivitas terendah yang pernah dicapai, dan nilai rata-rata produktivitas (most-likely) yang sering terjadi dalam menghasilkan produksi dan ubi kayu dengan satuan ton per hektar berdasarkan kondisi saat ini. 1. Skenario Parameter produksi padi rasio demand rate of luas lahan produksi <jumlah populasi> luas lahan padi laju kelahiran Pada bagian ini, membuat skenario optimistis, skenario most likely dan skenario pesimistis melalui intensifikasi yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menoptimalkan lahan pertanian dan melakukan kekurangan dengan ubi kayu. Dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas padi 11 tahun mendatang. a. Skenario Intensifikasi Optimis Tingkat penambahan lahan padi dan ubi kayu 0 dalam arti tidak ada pembukaan lahan tanam baru (luas lahan konstan). Untuk Skenario Intensifikasi Optimis produktivitas ubi kayu naik sebanyak 4 ton per tahun. lack of supply rata-rata lahan per penduduk area permukiman lahan berubah fungsi alih lahan pertanian jumlah populasi laju kematian b. Skenario Intensifikasi Pesimis Tingkat penambahan lahan padi dan ubi kayu 0 dalam arti tidak ada pembukaan lahan tanam baru (luas lahan konstan). Untuk Skenario Intensifikasi Pesimis produktivitas ubi kayu naik sebanyak 2 ton per tahun. c. Skenario Intensifikasi Most-Likely Tingkat penambahan lahan padi dan ubi kayu 0 dalam arti tidak ada pembukaan lahan tanam baru (luas lahan konstan). Untuk Skenario Intensifikasi Pesimis produktivitas ubi kayu naik sebanyak 3 ton per tahun. d. Skenario Struktur Pada bagian skenario struktur, menggunakan ekstensifikasi lahan untuk perluasan lahan. Definisi dari ekstensifikasi lahan adalah perluasan areal pertanian ke wilayah yang sebelumnya belum dimanfaatkan manusia. Lahan ubi kayu dan padi akan terus meningkat sedangkan produktivitas dari keduanya tetap. e. Skenario Pemenuhan Ubi Kayu terhadap Beras Skenario ubi kayu terhadap dilihat dari rasio nya. Pada rasio, hasil dari demand dan produksi tidak signifikan. Maka daripada itu akan terjadi kekurangan supply yang akan diganti dengan produksi dari ubi kayu untuk menutupi kekurangan dari supply padi tersebut.

4 4 Jenis Skenario Produktivitas Padi (ton/ha) Tabel 1 Hasil Skenario Intensifikasi dan ekstensifikasi Tabel 2 Hasil Skenario Perluasan Lahan Padi (ha) Optimis Most- Likely Pesimis Struktur rasio demand skenario Dapat diketahui dari Table 1 bahwa kondisi saat ini untuk pertanian di kabupaten Malang dalam ketersediaan pangan belum dapat terpenuhi. Karena produktivitas petani kabupaten Malang saat ini berdasarkan skenario optimis, most-likely, dan pesimis hanya mencapai rata-rata ton, ton, ton untuk padi dan ton, ton, ton untuk ubi kayu. Dengan melakukan perluasan lahan sebesar 4% pada masing-masing lahan padi dan ubi kayu diharapkan dapat memenuhi ketersediaan pangan (ubi kayu) untuk menggantikan kebutuhan akan yang semakin lama semakin melonjak seiring dengan melonjaknya kepadatan penduduk. Table 2 menjelaskan tentang besar rasio berdasarkan produksi dan demand dari tahun beserta ubi kayu terhadap untuk tahun Namun dari table dapat dilihat bahwa produksi ubi kayu masih belum mampu menggantikan kebutuhan akan. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan terkait dengan pengerjaan tugas akhir ini adalah : 1. Iklim sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan produksi padi di kabupaten Malang. Korelasi antara iklim dan produksi padi juga bisa dikatakan rendah. Dampak dari perubahan iklim tersebut yaitu produktivitas padi berkurang sebesar ton/ha setiap tahunnya. 2. Intensifikasi dan ektensifikasi lahan dapat membantu ubi kayu sebagai bahan pangan lain selain dapat meningkatkan produksinya sehingga ubi kayu dapat menggantikan kebutuhan walaupun hanya beberapa persen saja. Saran Bagi institusi : Pemerintah kabupaten Malang seharusnya melakukan perluasan lahan terhadap lahan pertanian dan memberikan penyuluhan tentang mengkonsumsi bahan makanan selain agar jika terjadi kekurangan, para warga kabupaten Malang masih dapat mengkonsumsi makanan seperti ubi kayu. Bagi akademis ; Penelitian ini membahas tentang ketersediaan dan ubi kayu di kabupaten Malang. Untuk selanjutnya dapat dipertimbangkan pula variabel lainnya seperti dari segi ekonomi. V. DAFTAR PUSTAKA AR, Nuhfil Hanani Pengertian Ketahanan Pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi jawa Timur Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang. Edisi Tahun Kabupaten Malang dalam angka. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang. Edisi Tahun Kabupaten Malang dalam angka.

5 5 Ariyanto. Eko Shodiq Kajian dampak perubahan iklim terhadap produktivitas padi. Irawan Analisis ketersediaan nasional: suatu kajian simulasi pendekatan system dinamis. Penelitian Pertanian, Erma, Suryani Pemodelan dan Simulasi. Graha Ilmu. Yogyakarta. Law. Kelton Simulation Modelling and Analysis. 2 nd edition McGraw-Hill International Edition. Yayuk Penilaian Ketersediaan Sumberdaya Pangan Wilayah. Departemen Gizi masyarakat FEMA IPB. IPB Bogor. Dinas Pertanian kabupaten Malang Survei Pertanian : Produksi Pertanian Masyarakat Kabupaten Malang. BPS. Balitkabi Malang Jawa Timur Teknologi Produksi Padi, Jagung, Kacang Tanah, Kedelai, Ubi Kayu, Ubi Jalar. Perpustakaan Nasional. World Bank. Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim. Policy Brief. Robert Muetzelfeldt. 21 December CGIAR Research Program on Climate Change, Agriculture and Food Security (CCAFS). Badan Litbang Pertanian.Pedoman Umum IP Padi 400.

6 1 MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK UNTUK MELIHAT PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KETERSEDIAAN BERAS DAN UBI KAYU (STUDI KASUS KABUPATEN MALANG) Nurina Setyaning Putri, dan Erma Suryani Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi dan Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia Abstrak Perubahan iklim merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam dunia pertanian. Kegagalan panen terkait iklim sudah menyebabkan kerugian ekonomi dan melemahkan ketahanan pangan, dan ini cenderung menjadi lebih parah dikarenakan pemanasan global yang terus berlanjut. Oleh sebab itu perlu dilakukan pendekatan sistem agar proses dalam pertanian dapat berjalan sebagaimana mestinya. Untuk itu diperlukan suatu kajian yang dapat memberikan masukan bagi pemerintah untuk menjamin kelestarian pangan sehingga tercipta ketahanan pangan. Pada penelitian ini akan digunakan metode sistem dinamik yang dapat melibatkan faktor-faktor internal dan eksternal, serta dapat dilakukannya studi komprehensif jangka panjang melalui beberapa skenario.model yang dibuat didasarkan pada ekosistem yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hasil yang didapat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam menjamin kelestarian pangan sehingga tercipta ketahanan pangan. Kata Kunci : perubahan iklim, sistem dinamik, ketahanan pangan P I. PENDAHULUAN embangunan pertanian di Indonesia dengan prinsip kemandirian dan berkelanjutan senantiasa harus diwujudkan dari waktu ke waktu, sebagai prasyarat bagi keberlanjutan eksistensi bangsa dalam mengatasi ancaman kelangkaan pangan dunia yang dampaknya semakin terlihat nyata. Berkaca dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Vladivostok, Rusia, 8-9 September 2012, yang mengangkat tema ancaman krisis pangan global, perhatian terhadap masalah krisis pangan harus lebih ditingkatkan. Perubahan iklim akan memberikan dampak yang besar kepada pertanian, lalu hasil pertanian juga akan berdampak kepada ketahanan pangan. Perpaduan antara meningkatnya suhu rata-rata, siklus hidrologi yang terganggu sehingga menyebabkan musim kemarau lebih panjang dan musim hujan yang lebih intensif namun lebih pendek. Meningkatnya siklus anomaly musim kering dan hujan dan berkurangnya kelembapan tanah akan mengganggu sector pertanian. Perubahan iklim akan memperngaruhi hasil panen yang kemungkinan besar akan berkurang disebabkan oleh semakin keringnya lahan akibat musim kemarau yang lebih panjang. Pada skala yang ekstrem, berkurangnya hasil panen dapat mengancam ketahanan pangan. Selain itu, kebutuhan irigasi pertanian juga akan semakin meningkat namun disaat yang sama terjadi kekurangan air bersih karena mencairnya es di kutub utara yang menyebabkan berkurangnya cadangan air bersih dunia. Hal ini dapat berujung pada kegagalan panen berkepanjangan yang juga menyebabkan pasokan pangan menjadi sangat tidak pasti. Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah pertanian di Jawa Timur yang secara geografis terletak antara 07 46'48" '42" Lintang Selatan dan '42" '48" Bujur Timur. Letaknya yang berada pada dataran tinggi membuat Kabupaten Malang sebagai daerah pemasok makanan seperti, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, dsb. Namun dengan adanya perubahan iklim yang sering kali tidak menentu membuat pertanian di kabupaten Malang sering mengalami kegagalan panen. A. Pemodelan dan Simulasi II. METODE PENELITIAN Simulasi merupakan suatu teknik meniru operasioperasi atau proses- proses yang terjadi dalam suatu sistem dengan bantuan perangkat komputer dan dilandasi oleh beberapa asumsi tertentu sehingga sistem tersebut bisa dipelajari secara ilmiah (Law and Kelton, 1991). Dalam simulasi digunakan komputer untuk mempelajari sistem secara numerik, dimana dilakukan pengumpulan data untuk melakukan estimasi statistik untuk mendapatkan karakteristik asli dari sistem. Simulasi merupakan alat yang tepat untuk digunakan terutama jika diharuskan untuk melakukan eksperimen dalam rangka mencari komentar terbaik dari komponenkomponen sistem. Hal ini dikarenakan sangat mahal dan memerlukan waktu yang lama jika eksperimen dicoba secara riil. Dengan melakukan studi simulasi maka

7 2 dalam waktu singkat dapat ditentukan keputusan yang tepat serta dengan biaya yang tidak terlalu besar karena semuanya cukup dilakukan dengan komputer. Pendekatan simulasi diawali dengan pembangunan model sistem nyata. Model tersebut harus dapat menunjukkan bagaimana berbagai komponen dalam sistem saling berinteraksi sehingga benar-benar menggambarkan perilaku sistem. Setelah model dibuat maka model tersebut ditransformasikan ke dalam program komputer sehingga memungkinkan untuk disimulasikan B. Ketahanan Pangan Menurut UU No.7/1996 tentang Pangan, ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,aman,merata dan terjangkau.kondisi ketahanan pangan dapat diwujudkan melalui pemanfaatan sumberdaya pangan, kelembagaan dan budaya lokal. Hal ini berarti kebutuhan pangan penduduk dapat dipenuhi dari kemampuan produksi atau perdagangan antar wilayah, melalui hasil kerja suatu sistem ekonomi 5pangan yang terdiri atas subsistem ketersediaan (availability); subsistem keterjangkauan (accessibility) baik secara fisik maupun ekonomi serta subsistem stabilitas ketersediaan dan keterjangkauan. Aspek penting dalam perwujudan ketahanan pangan adalah pengembangan agribisnis pangan dan pengembangan kelembagaan pangan yang dapat menjamin keanekaragaman produksi, ketersediaan dan konsumsi pangan penduduk. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, setiap daerah otonom diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kebutuhan pangan masyarakatnya sesuai dengan kemampuan wilayah. Sebuah kondisi dimana terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU no.7,1996). Food security exists when all people, at all times, have physical and economic access to sufficient, safe, and nutritious food to meet their dietary needs and food preferences for an active and healthy life (FAO,1996). C. Pola Konsumsi Pangan Penelitian Junaidi (1997) menggunakan data primer yang beralokasi di Pulau Bungin, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat mendefinisikan pola konsumsi sebagai suatu kebisaaan tentang makan dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh mayoritas masyarakat sebagai refleksi dari keadaan lingkungan, sosial dan budaya masyarakat. Penelitian tersebut dilakukan dengan metode deskriptif. Gambaran pola konsumsi pangan meliputi: jenis bahan pangan pantangan (taboo) dikonsumsi, frekuensi makan, jumlah konsumsi pangan, jumlah konsumsi energi dan zat gizi serta mutu konsumsi pangan (PPH). Dalam penelitian ini diperoleh gambaran pola konsumsi pangan pada musim hujan dan musim kemarau menunjukkan bahwa sebagai sumber karbohidrat dan sekaligus sumber protein nabati dan ikan merupakan sumber protein hewani. Hampir tidak ada perbedaan frekuensi makan penduduk antar musim hujan dan musim kemarau. Umumnya penduduk makan tiga kali sehari. D. Verifikasi dan Validasi Verifikasi Verifikasi Model adalah proses menentukan apakah model simulasi merefleksikan model konseptual dengan tepat. Verifikasi dari suatu model bertujuan untuk menjamin kebenaran suatu model secara matematis dan konsisten secara logika Validasi Validasi adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses/metode dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik. Validasi Model adalah proses menentukan apakah model konseptual merefleksikan sistem nyata dengan tepat. Menurut Law dan Kelton (1991) validasi adalah sebuah proses menentukan apakah model konseptual merepresentasikan system nyata dengan tepat atau tidak. E1= [ S A] Model dianggap valid jika E1 5% Ss= standard deviasi model Sa = standard deviasi data Model dianggap valid bila E2 30% III. HASIL DAN PEMBAHASAN Data masukan yang digunakan untuk pengerjaan tugas akhir ini, yaitu: a. Luas lahan, Produktivitas, dan Produksi Padi kabupaten Malang b. Luas Lahan, Produktivitas dan Produksi Ubi Kayu kabupaten Malang c. Jumlah Populasi (angka kelahiran dan angka kematian) kabupaten Malang A S = nilai_ rata rata_ hasil_ simulasi A = nilai_ rata rata_ data Ss Sa E2 = Sa

8 3 d. Iklim, berdasarkan pengamatan dari beberapa stasiun klimatologi di kabupaten Malang Implementasi dari pemodelan data dapat dilihat pada Base Model Diagram berikut : suhu udara kec.angin curah hujan tekanan udara dampak perubahan iklim produktivitas padi konsumsi per jiwa luas area kab.malang Gambar 1 Base Model Diagram ketersediaan padi A. Pengembangan skenario area lain Pengembangan skenario yang dilakukan dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Skenario parameter 2. Skenario struktur Skenario parameter bertujuan untuk mengetahui produktivitas pangan pada kondisi optimis (nilai produktivitas tertinggi yang pernah dicapai), pesimis (nilai produktivitas terendah yang pernah dicapai, dan nilai rata-rata produktivitas (most-likely) yang sering terjadi dalam menghasilkan produksi dan ubi kayu dengan satuan ton per hektar berdasarkan kondisi saat ini. 1. Skenario Parameter produksi padi rasio demand rate of luas lahan produksi <jumlah populasi> luas lahan padi laju kelahiran Pada bagian ini, membuat skenario optimistis, skenario most likely dan skenario pesimistis melalui intensifikasi yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menoptimalkan lahan pertanian dan melakukan kekurangan dengan ubi kayu. Dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas padi 11 tahun mendatang. a. Skenario Intensifikasi Optimis Tingkat penambahan lahan padi dan ubi kayu 0 dalam arti tidak ada pembukaan lahan tanam baru (luas lahan konstan). Untuk Skenario Intensifikasi Optimis produktivitas ubi kayu naik sebanyak 4 ton per tahun. lack of supply rata-rata lahan per penduduk area permukiman lahan berubah fungsi alih lahan pertanian jumlah populasi laju kematian b. Skenario Intensifikasi Pesimis Tingkat penambahan lahan padi dan ubi kayu 0 dalam arti tidak ada pembukaan lahan tanam baru (luas lahan konstan). Untuk Skenario Intensifikasi Pesimis produktivitas ubi kayu naik sebanyak 2 ton per tahun. c. Skenario Intensifikasi Most-Likely Tingkat penambahan lahan padi dan ubi kayu 0 dalam arti tidak ada pembukaan lahan tanam baru (luas lahan konstan). Untuk Skenario Intensifikasi Pesimis produktivitas ubi kayu naik sebanyak 3 ton per tahun. d. Skenario Struktur Pada bagian skenario struktur, menggunakan ekstensifikasi lahan untuk perluasan lahan. Definisi dari ekstensifikasi lahan adalah perluasan areal pertanian ke wilayah yang sebelumnya belum dimanfaatkan manusia. Lahan ubi kayu dan padi akan terus meningkat sedangkan produktivitas dari keduanya tetap. e. Skenario Pemenuhan Ubi Kayu terhadap Beras Skenario ubi kayu terhadap dilihat dari rasio nya. Pada rasio, hasil dari demand dan produksi tidak signifikan. Maka daripada itu akan terjadi kekurangan supply yang akan diganti dengan produksi dari ubi kayu untuk menutupi kekurangan dari supply padi tersebut.

9 4 Jenis Skenario Produktivitas Padi (ton/ha) Tabel 1 Hasil Skenario Intensifikasi dan ekstensifikasi Tabel 2 Hasil Skenario Perluasan Lahan Padi (ha) Optimis Most- Likely Pesimis Struktur rasio demand skenario Dapat diketahui dari Table 1 bahwa kondisi saat ini untuk pertanian di kabupaten Malang dalam ketersediaan pangan belum dapat terpenuhi. Karena produktivitas petani kabupaten Malang saat ini berdasarkan skenario optimis, most-likely, dan pesimis hanya mencapai rata-rata ton, ton, ton untuk padi dan ton, ton, ton untuk ubi kayu. Dengan melakukan perluasan lahan sebesar 4% pada masing-masing lahan padi dan ubi kayu diharapkan dapat memenuhi ketersediaan pangan (ubi kayu) untuk menggantikan kebutuhan akan yang semakin lama semakin melonjak seiring dengan melonjaknya kepadatan penduduk. Table 2 menjelaskan tentang besar rasio berdasarkan produksi dan demand dari tahun beserta ubi kayu terhadap untuk tahun Namun dari table dapat dilihat bahwa produksi ubi kayu masih belum mampu menggantikan kebutuhan akan. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan terkait dengan pengerjaan tugas akhir ini adalah : 1. Iklim sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan produksi padi di kabupaten Malang. Korelasi antara iklim dan produksi padi juga bisa dikatakan rendah. Dampak dari perubahan iklim tersebut yaitu produktivitas padi berkurang sebesar ton/ha setiap tahunnya. 2. Intensifikasi dan ektensifikasi lahan dapat membantu ubi kayu sebagai bahan pangan lain selain dapat meningkatkan produksinya sehingga ubi kayu dapat menggantikan kebutuhan walaupun hanya beberapa persen saja. Saran Bagi institusi : Pemerintah kabupaten Malang seharusnya melakukan perluasan lahan terhadap lahan pertanian dan memberikan penyuluhan tentang mengkonsumsi bahan makanan selain agar jika terjadi kekurangan, para warga kabupaten Malang masih dapat mengkonsumsi makanan seperti ubi kayu. Bagi akademis ; Penelitian ini membahas tentang ketersediaan dan ubi kayu di kabupaten Malang. Untuk selanjutnya dapat dipertimbangkan pula variabel lainnya seperti dari segi ekonomi. V. DAFTAR PUSTAKA AR, Nuhfil Hanani Pengertian Ketahanan Pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi jawa Timur Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang. Edisi Tahun Kabupaten Malang dalam angka. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang. Edisi Tahun Kabupaten Malang dalam angka.

10 5 Ariyanto. Eko Shodiq Kajian dampak perubahan iklim terhadap produktivitas padi. Irawan Analisis ketersediaan nasional: suatu kajian simulasi pendekatan system dinamis. Penelitian Pertanian, Erma, Suryani Pemodelan dan Simulasi. Graha Ilmu. Yogyakarta. Law. Kelton Simulation Modelling and Analysis. 2 nd edition McGraw-Hill International Edition. Yayuk Penilaian Ketersediaan Sumberdaya Pangan Wilayah. Departemen Gizi masyarakat FEMA IPB. IPB Bogor. Dinas Pertanian kabupaten Malang Survei Pertanian : Produksi Pertanian Masyarakat Kabupaten Malang. BPS. Balitkabi Malang Jawa Timur Teknologi Produksi Padi, Jagung, Kacang Tanah, Kedelai, Ubi Kayu, Ubi Jalar. Perpustakaan Nasional. World Bank. Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim. Policy Brief. Robert Muetzelfeldt. 21 December CGIAR Research Program on Climate Change, Agriculture and Food Security (CCAFS). Badan Litbang Pertanian.Pedoman Umum IP Padi 400.

11 1 MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK UNTUK MELIHAT PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KETERSEDIAAN BERAS DAN UBI KAYU (STUDI KASUS KABUPATEN MALANG) Nurina Setyaning Putri, dan Erma Suryani Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi dan Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia Abstrak Perubahan iklim merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam dunia pertanian. Kegagalan panen terkait iklim sudah menyebabkan kerugian ekonomi dan melemahkan ketahanan pangan, dan ini cenderung menjadi lebih parah dikarenakan pemanasan global yang terus berlanjut. Oleh sebab itu perlu dilakukan pendekatan sistem agar proses dalam pertanian dapat berjalan sebagaimana mestinya. Untuk itu diperlukan suatu kajian yang dapat memberikan masukan bagi pemerintah untuk menjamin kelestarian pangan sehingga tercipta ketahanan pangan. Pada penelitian ini akan digunakan metode sistem dinamik yang dapat melibatkan faktor-faktor internal dan eksternal, serta dapat dilakukannya studi komprehensif jangka panjang melalui beberapa skenario.model yang dibuat didasarkan pada ekosistem yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hasil yang didapat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam menjamin kelestarian pangan sehingga tercipta ketahanan pangan. Kata Kunci : perubahan iklim, sistem dinamik, ketahanan pangan P I. PENDAHULUAN embangunan pertanian di Indonesia dengan prinsip kemandirian dan berkelanjutan senantiasa harus diwujudkan dari waktu ke waktu, sebagai prasyarat bagi keberlanjutan eksistensi bangsa dalam mengatasi ancaman kelangkaan pangan dunia yang dampaknya semakin terlihat nyata. Berkaca dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Vladivostok, Rusia, 8-9 September 2012, yang mengangkat tema ancaman krisis pangan global, perhatian terhadap masalah krisis pangan harus lebih ditingkatkan. Perubahan iklim akan memberikan dampak yang besar kepada pertanian, lalu hasil pertanian juga akan berdampak kepada ketahanan pangan. Perpaduan antara meningkatnya suhu rata-rata, siklus hidrologi yang terganggu sehingga menyebabkan musim kemarau lebih panjang dan musim hujan yang lebih intensif namun lebih pendek. Meningkatnya siklus anomaly musim kering dan hujan dan berkurangnya kelembapan tanah akan mengganggu sector pertanian. Perubahan iklim akan memperngaruhi hasil panen yang kemungkinan besar akan berkurang disebabkan oleh semakin keringnya lahan akibat musim kemarau yang lebih panjang. Pada skala yang ekstrem, berkurangnya hasil panen dapat mengancam ketahanan pangan. Selain itu, kebutuhan irigasi pertanian juga akan semakin meningkat namun disaat yang sama terjadi kekurangan air bersih karena mencairnya es di kutub utara yang menyebabkan berkurangnya cadangan air bersih dunia. Hal ini dapat berujung pada kegagalan panen berkepanjangan yang juga menyebabkan pasokan pangan menjadi sangat tidak pasti. Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah pertanian di Jawa Timur yang secara geografis terletak antara 07 46'48" '42" Lintang Selatan dan '42" '48" Bujur Timur. Letaknya yang berada pada dataran tinggi membuat Kabupaten Malang sebagai daerah pemasok makanan seperti, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, dsb. Namun dengan adanya perubahan iklim yang sering kali tidak menentu membuat pertanian di kabupaten Malang sering mengalami kegagalan panen. A. Pemodelan dan Simulasi II. METODE PENELITIAN Simulasi merupakan suatu teknik meniru operasioperasi atau proses- proses yang terjadi dalam suatu sistem dengan bantuan perangkat komputer dan dilandasi oleh beberapa asumsi tertentu sehingga sistem tersebut bisa dipelajari secara ilmiah (Law and Kelton, 1991). Dalam simulasi digunakan komputer untuk mempelajari sistem secara numerik, dimana dilakukan pengumpulan data untuk melakukan estimasi statistik untuk mendapatkan karakteristik asli dari sistem. Simulasi merupakan alat yang tepat untuk digunakan terutama jika diharuskan untuk melakukan eksperimen dalam rangka mencari komentar terbaik dari komponenkomponen sistem. Hal ini dikarenakan sangat mahal dan memerlukan waktu yang lama jika eksperimen dicoba secara riil. Dengan melakukan studi simulasi maka

12 2 dalam waktu singkat dapat ditentukan keputusan yang tepat serta dengan biaya yang tidak terlalu besar karena semuanya cukup dilakukan dengan komputer. Pendekatan simulasi diawali dengan pembangunan model sistem nyata. Model tersebut harus dapat menunjukkan bagaimana berbagai komponen dalam sistem saling berinteraksi sehingga benar-benar menggambarkan perilaku sistem. Setelah model dibuat maka model tersebut ditransformasikan ke dalam program komputer sehingga memungkinkan untuk disimulasikan B. Ketahanan Pangan Menurut UU No.7/1996 tentang Pangan, ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,aman,merata dan terjangkau.kondisi ketahanan pangan dapat diwujudkan melalui pemanfaatan sumberdaya pangan, kelembagaan dan budaya lokal. Hal ini berarti kebutuhan pangan penduduk dapat dipenuhi dari kemampuan produksi atau perdagangan antar wilayah, melalui hasil kerja suatu sistem ekonomi 5pangan yang terdiri atas subsistem ketersediaan (availability); subsistem keterjangkauan (accessibility) baik secara fisik maupun ekonomi serta subsistem stabilitas ketersediaan dan keterjangkauan. Aspek penting dalam perwujudan ketahanan pangan adalah pengembangan agribisnis pangan dan pengembangan kelembagaan pangan yang dapat menjamin keanekaragaman produksi, ketersediaan dan konsumsi pangan penduduk. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, setiap daerah otonom diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kebutuhan pangan masyarakatnya sesuai dengan kemampuan wilayah. Sebuah kondisi dimana terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU no.7,1996). Food security exists when all people, at all times, have physical and economic access to sufficient, safe, and nutritious food to meet their dietary needs and food preferences for an active and healthy life (FAO,1996). C. Pola Konsumsi Pangan Penelitian Junaidi (1997) menggunakan data primer yang beralokasi di Pulau Bungin, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat mendefinisikan pola konsumsi sebagai suatu kebisaaan tentang makan dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh mayoritas masyarakat sebagai refleksi dari keadaan lingkungan, sosial dan budaya masyarakat. Penelitian tersebut dilakukan dengan metode deskriptif. Gambaran pola konsumsi pangan meliputi: jenis bahan pangan pantangan (taboo) dikonsumsi, frekuensi makan, jumlah konsumsi pangan, jumlah konsumsi energi dan zat gizi serta mutu konsumsi pangan (PPH). Dalam penelitian ini diperoleh gambaran pola konsumsi pangan pada musim hujan dan musim kemarau menunjukkan bahwa sebagai sumber karbohidrat dan sekaligus sumber protein nabati dan ikan merupakan sumber protein hewani. Hampir tidak ada perbedaan frekuensi makan penduduk antar musim hujan dan musim kemarau. Umumnya penduduk makan tiga kali sehari. D. Verifikasi dan Validasi Verifikasi Verifikasi Model adalah proses menentukan apakah model simulasi merefleksikan model konseptual dengan tepat. Verifikasi dari suatu model bertujuan untuk menjamin kebenaran suatu model secara matematis dan konsisten secara logika Validasi Validasi adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses/metode dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik. Validasi Model adalah proses menentukan apakah model konseptual merefleksikan sistem nyata dengan tepat. Menurut Law dan Kelton (1991) validasi adalah sebuah proses menentukan apakah model konseptual merepresentasikan system nyata dengan tepat atau tidak. E1= [ S A] Model dianggap valid jika E1 5% Ss= standard deviasi model Sa = standard deviasi data Model dianggap valid bila E2 30% III. HASIL DAN PEMBAHASAN Data masukan yang digunakan untuk pengerjaan tugas akhir ini, yaitu: a. Luas lahan, Produktivitas, dan Produksi Padi kabupaten Malang b. Luas Lahan, Produktivitas dan Produksi Ubi Kayu kabupaten Malang c. Jumlah Populasi (angka kelahiran dan angka kematian) kabupaten Malang A S = nilai_ rata rata_ hasil_ simulasi A = nilai_ rata rata_ data Ss Sa E2 = Sa

13 3 d. Iklim, berdasarkan pengamatan dari beberapa stasiun klimatologi di kabupaten Malang Implementasi dari pemodelan data dapat dilihat pada Base Model Diagram berikut : suhu udara kec.angin curah hujan tekanan udara dampak perubahan iklim produktivitas padi konsumsi per jiwa luas area kab.malang Gambar 1 Base Model Diagram ketersediaan padi A. Pengembangan skenario area lain Pengembangan skenario yang dilakukan dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Skenario parameter 2. Skenario struktur Skenario parameter bertujuan untuk mengetahui produktivitas pangan pada kondisi optimis (nilai produktivitas tertinggi yang pernah dicapai), pesimis (nilai produktivitas terendah yang pernah dicapai, dan nilai rata-rata produktivitas (most-likely) yang sering terjadi dalam menghasilkan produksi dan ubi kayu dengan satuan ton per hektar berdasarkan kondisi saat ini. 1. Skenario Parameter produksi padi rasio demand rate of luas lahan produksi <jumlah populasi> luas lahan padi laju kelahiran Pada bagian ini, membuat skenario optimistis, skenario most likely dan skenario pesimistis melalui intensifikasi yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menoptimalkan lahan pertanian dan melakukan kekurangan dengan ubi kayu. Dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas padi 11 tahun mendatang. a. Skenario Intensifikasi Optimis Tingkat penambahan lahan padi dan ubi kayu 0 dalam arti tidak ada pembukaan lahan tanam baru (luas lahan konstan). Untuk Skenario Intensifikasi Optimis produktivitas ubi kayu naik sebanyak 4 ton per tahun. lack of supply rata-rata lahan per penduduk area permukiman lahan berubah fungsi alih lahan pertanian jumlah populasi laju kematian b. Skenario Intensifikasi Pesimis Tingkat penambahan lahan padi dan ubi kayu 0 dalam arti tidak ada pembukaan lahan tanam baru (luas lahan konstan). Untuk Skenario Intensifikasi Pesimis produktivitas ubi kayu naik sebanyak 2 ton per tahun. c. Skenario Intensifikasi Most-Likely Tingkat penambahan lahan padi dan ubi kayu 0 dalam arti tidak ada pembukaan lahan tanam baru (luas lahan konstan). Untuk Skenario Intensifikasi Pesimis produktivitas ubi kayu naik sebanyak 3 ton per tahun. d. Skenario Struktur Pada bagian skenario struktur, menggunakan ekstensifikasi lahan untuk perluasan lahan. Definisi dari ekstensifikasi lahan adalah perluasan areal pertanian ke wilayah yang sebelumnya belum dimanfaatkan manusia. Lahan ubi kayu dan padi akan terus meningkat sedangkan produktivitas dari keduanya tetap. e. Skenario Pemenuhan Ubi Kayu terhadap Beras Skenario ubi kayu terhadap dilihat dari rasio nya. Pada rasio, hasil dari demand dan produksi tidak signifikan. Maka daripada itu akan terjadi kekurangan supply yang akan diganti dengan produksi dari ubi kayu untuk menutupi kekurangan dari supply padi tersebut.

14 4 Jenis Skenario Produktivitas Padi (ton/ha) Tabel 1 Hasil Skenario Intensifikasi dan ekstensifikasi Tabel 2 Hasil Skenario Perluasan Lahan Padi (ha) Optimis Most- Likely Pesimis Struktur rasio demand skenario Dapat diketahui dari Table 1 bahwa kondisi saat ini untuk pertanian di kabupaten Malang dalam ketersediaan pangan belum dapat terpenuhi. Karena produktivitas petani kabupaten Malang saat ini berdasarkan skenario optimis, most-likely, dan pesimis hanya mencapai rata-rata ton, ton, ton untuk padi dan ton, ton, ton untuk ubi kayu. Dengan melakukan perluasan lahan sebesar 4% pada masing-masing lahan padi dan ubi kayu diharapkan dapat memenuhi ketersediaan pangan (ubi kayu) untuk menggantikan kebutuhan akan yang semakin lama semakin melonjak seiring dengan melonjaknya kepadatan penduduk. Table 2 menjelaskan tentang besar rasio berdasarkan produksi dan demand dari tahun beserta ubi kayu terhadap untuk tahun Namun dari table dapat dilihat bahwa produksi ubi kayu masih belum mampu menggantikan kebutuhan akan. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan terkait dengan pengerjaan tugas akhir ini adalah : 1. Iklim sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan produksi padi di kabupaten Malang. Korelasi antara iklim dan produksi padi juga bisa dikatakan rendah. Dampak dari perubahan iklim tersebut yaitu produktivitas padi berkurang sebesar ton/ha setiap tahunnya. 2. Intensifikasi dan ektensifikasi lahan dapat membantu ubi kayu sebagai bahan pangan lain selain dapat meningkatkan produksinya sehingga ubi kayu dapat menggantikan kebutuhan walaupun hanya beberapa persen saja. Saran Bagi institusi : Pemerintah kabupaten Malang seharusnya melakukan perluasan lahan terhadap lahan pertanian dan memberikan penyuluhan tentang mengkonsumsi bahan makanan selain agar jika terjadi kekurangan, para warga kabupaten Malang masih dapat mengkonsumsi makanan seperti ubi kayu. Bagi akademis ; Penelitian ini membahas tentang ketersediaan dan ubi kayu di kabupaten Malang. Untuk selanjutnya dapat dipertimbangkan pula variabel lainnya seperti dari segi ekonomi. V. DAFTAR PUSTAKA AR, Nuhfil Hanani Pengertian Ketahanan Pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi jawa Timur Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang. Edisi Tahun Kabupaten Malang dalam angka. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang. Edisi Tahun Kabupaten Malang dalam angka.

15 5 Ariyanto. Eko Shodiq Kajian dampak perubahan iklim terhadap produktivitas padi. Irawan Analisis ketersediaan nasional: suatu kajian simulasi pendekatan system dinamis. Penelitian Pertanian, Erma, Suryani Pemodelan dan Simulasi. Graha Ilmu. Yogyakarta. Law. Kelton Simulation Modelling and Analysis. 2 nd edition McGraw-Hill International Edition. Yayuk Penilaian Ketersediaan Sumberdaya Pangan Wilayah. Departemen Gizi masyarakat FEMA IPB. IPB Bogor. Dinas Pertanian kabupaten Malang Survei Pertanian : Produksi Pertanian Masyarakat Kabupaten Malang. BPS. Balitkabi Malang Jawa Timur Teknologi Produksi Padi, Jagung, Kacang Tanah, Kedelai, Ubi Kayu, Ubi Jalar. Perpustakaan Nasional. World Bank. Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim. Policy Brief. Robert Muetzelfeldt. 21 December CGIAR Research Program on Climate Change, Agriculture and Food Security (CCAFS). Badan Litbang Pertanian.Pedoman Umum IP Padi 400.

16 1 MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK UNTUK MELIHAT PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KETERSEDIAAN BERAS DAN UBI KAYU (STUDI KASUS KABUPATEN MALANG) Nurina Setyaning Putri, dan Erma Suryani Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi dan Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia Abstrak Perubahan iklim merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam dunia pertanian. Kegagalan panen terkait iklim sudah menyebabkan kerugian ekonomi dan melemahkan ketahanan pangan, dan ini cenderung menjadi lebih parah dikarenakan pemanasan global yang terus berlanjut. Oleh sebab itu perlu dilakukan pendekatan sistem agar proses dalam pertanian dapat berjalan sebagaimana mestinya. Untuk itu diperlukan suatu kajian yang dapat memberikan masukan bagi pemerintah untuk menjamin kelestarian pangan sehingga tercipta ketahanan pangan. Pada penelitian ini akan digunakan metode sistem dinamik yang dapat melibatkan faktor-faktor internal dan eksternal, serta dapat dilakukannya studi komprehensif jangka panjang melalui beberapa skenario.model yang dibuat didasarkan pada ekosistem yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hasil yang didapat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam menjamin kelestarian pangan sehingga tercipta ketahanan pangan. Kata Kunci : perubahan iklim, sistem dinamik, ketahanan pangan P I. PENDAHULUAN embangunan pertanian di Indonesia dengan prinsip kemandirian dan berkelanjutan senantiasa harus diwujudkan dari waktu ke waktu, sebagai prasyarat bagi keberlanjutan eksistensi bangsa dalam mengatasi ancaman kelangkaan pangan dunia yang dampaknya semakin terlihat nyata. Berkaca dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Vladivostok, Rusia, 8-9 September 2012, yang mengangkat tema ancaman krisis pangan global, perhatian terhadap masalah krisis pangan harus lebih ditingkatkan. Perubahan iklim akan memberikan dampak yang besar kepada pertanian, lalu hasil pertanian juga akan berdampak kepada ketahanan pangan. Perpaduan antara meningkatnya suhu rata-rata, siklus hidrologi yang terganggu sehingga menyebabkan musim kemarau lebih panjang dan musim hujan yang lebih intensif namun lebih pendek. Meningkatnya siklus anomaly musim kering dan hujan dan berkurangnya kelembapan tanah akan mengganggu sector pertanian. Perubahan iklim akan memperngaruhi hasil panen yang kemungkinan besar akan berkurang disebabkan oleh semakin keringnya lahan akibat musim kemarau yang lebih panjang. Pada skala yang ekstrem, berkurangnya hasil panen dapat mengancam ketahanan pangan. Selain itu, kebutuhan irigasi pertanian juga akan semakin meningkat namun disaat yang sama terjadi kekurangan air bersih karena mencairnya es di kutub utara yang menyebabkan berkurangnya cadangan air bersih dunia. Hal ini dapat berujung pada kegagalan panen berkepanjangan yang juga menyebabkan pasokan pangan menjadi sangat tidak pasti. Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah pertanian di Jawa Timur yang secara geografis terletak antara 07 46'48" '42" Lintang Selatan dan '42" '48" Bujur Timur. Letaknya yang berada pada dataran tinggi membuat Kabupaten Malang sebagai daerah pemasok makanan seperti, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, dsb. Namun dengan adanya perubahan iklim yang sering kali tidak menentu membuat pertanian di kabupaten Malang sering mengalami kegagalan panen. A. Pemodelan dan Simulasi II. METODE PENELITIAN Simulasi merupakan suatu teknik meniru operasioperasi atau proses- proses yang terjadi dalam suatu sistem dengan bantuan perangkat komputer dan dilandasi oleh beberapa asumsi tertentu sehingga sistem tersebut bisa dipelajari secara ilmiah (Law and Kelton, 1991). Dalam simulasi digunakan komputer untuk mempelajari sistem secara numerik, dimana dilakukan pengumpulan data untuk melakukan estimasi statistik untuk mendapatkan karakteristik asli dari sistem. Simulasi merupakan alat yang tepat untuk digunakan terutama jika diharuskan untuk melakukan eksperimen dalam rangka mencari komentar terbaik dari komponenkomponen sistem. Hal ini dikarenakan sangat mahal dan memerlukan waktu yang lama jika eksperimen dicoba secara riil. Dengan melakukan studi simulasi maka

17 2 dalam waktu singkat dapat ditentukan keputusan yang tepat serta dengan biaya yang tidak terlalu besar karena semuanya cukup dilakukan dengan komputer. Pendekatan simulasi diawali dengan pembangunan model sistem nyata. Model tersebut harus dapat menunjukkan bagaimana berbagai komponen dalam sistem saling berinteraksi sehingga benar-benar menggambarkan perilaku sistem. Setelah model dibuat maka model tersebut ditransformasikan ke dalam program komputer sehingga memungkinkan untuk disimulasikan B. Ketahanan Pangan Menurut UU No.7/1996 tentang Pangan, ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,aman,merata dan terjangkau.kondisi ketahanan pangan dapat diwujudkan melalui pemanfaatan sumberdaya pangan, kelembagaan dan budaya lokal. Hal ini berarti kebutuhan pangan penduduk dapat dipenuhi dari kemampuan produksi atau perdagangan antar wilayah, melalui hasil kerja suatu sistem ekonomi 5pangan yang terdiri atas subsistem ketersediaan (availability); subsistem keterjangkauan (accessibility) baik secara fisik maupun ekonomi serta subsistem stabilitas ketersediaan dan keterjangkauan. Aspek penting dalam perwujudan ketahanan pangan adalah pengembangan agribisnis pangan dan pengembangan kelembagaan pangan yang dapat menjamin keanekaragaman produksi, ketersediaan dan konsumsi pangan penduduk. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, setiap daerah otonom diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kebutuhan pangan masyarakatnya sesuai dengan kemampuan wilayah. Sebuah kondisi dimana terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU no.7,1996). Food security exists when all people, at all times, have physical and economic access to sufficient, safe, and nutritious food to meet their dietary needs and food preferences for an active and healthy life (FAO,1996). C. Pola Konsumsi Pangan Penelitian Junaidi (1997) menggunakan data primer yang beralokasi di Pulau Bungin, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat mendefinisikan pola konsumsi sebagai suatu kebisaaan tentang makan dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh mayoritas masyarakat sebagai refleksi dari keadaan lingkungan, sosial dan budaya masyarakat. Penelitian tersebut dilakukan dengan metode deskriptif. Gambaran pola konsumsi pangan meliputi: jenis bahan pangan pantangan (taboo) dikonsumsi, frekuensi makan, jumlah konsumsi pangan, jumlah konsumsi energi dan zat gizi serta mutu konsumsi pangan (PPH). Dalam penelitian ini diperoleh gambaran pola konsumsi pangan pada musim hujan dan musim kemarau menunjukkan bahwa sebagai sumber karbohidrat dan sekaligus sumber protein nabati dan ikan merupakan sumber protein hewani. Hampir tidak ada perbedaan frekuensi makan penduduk antar musim hujan dan musim kemarau. Umumnya penduduk makan tiga kali sehari. D. Verifikasi dan Validasi Verifikasi Verifikasi Model adalah proses menentukan apakah model simulasi merefleksikan model konseptual dengan tepat. Verifikasi dari suatu model bertujuan untuk menjamin kebenaran suatu model secara matematis dan konsisten secara logika Validasi Validasi adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses/metode dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik. Validasi Model adalah proses menentukan apakah model konseptual merefleksikan sistem nyata dengan tepat. Menurut Law dan Kelton (1991) validasi adalah sebuah proses menentukan apakah model konseptual merepresentasikan system nyata dengan tepat atau tidak. E1= [ S A] Model dianggap valid jika E1 5% Ss= standard deviasi model Sa = standard deviasi data Model dianggap valid bila E2 30% III. HASIL DAN PEMBAHASAN Data masukan yang digunakan untuk pengerjaan tugas akhir ini, yaitu: a. Luas lahan, Produktivitas, dan Produksi Padi kabupaten Malang b. Luas Lahan, Produktivitas dan Produksi Ubi Kayu kabupaten Malang c. Jumlah Populasi (angka kelahiran dan angka kematian) kabupaten Malang A S = nilai_ rata rata_ hasil_ simulasi A = nilai_ rata rata_ data Ss Sa E2 = Sa

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (212) 15 1 Implementasi Sistem Dinamik Untuk Analisis Ketersediaan Pangan (UmbiUmbian) Sebagai Pengganti Konsumsi Beras Untuk Mencukupi Kebutuhan Pangan (Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Declaration and World Food Summit Plan of Action adalah food security

BAB I PENDAHULUAN. Declaration and World Food Summit Plan of Action adalah food security BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Menurut Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan, pada pasal 1 ayat 17, menyebutkan ketahanan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan berdasarkan FAO pada World Food Summit 1996 menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan berdasarkan FAO pada World Food Summit 1996 menyatakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki multifungsi yang mencakup aspek ketahanan pangan, peningkatan kesejahteraan petani, pengentasan kemiskinan, dan menjaga kelestarian lingkungan.

Lebih terperinci

TANTANGAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

TANTANGAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL TANTANGAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL SEAFAST Center LPPM Dept Ilmu dan Teknologi Pangan INSTITUT PERTANIAN BOGOR Presentasi disampaikan pada acara Seminar dan Sosialisasi Program Indofood Riset Nugraha

Lebih terperinci

Presented by muhammad isaini rahmatullah

Presented by muhammad isaini rahmatullah IMPLEMENTASI SISTEM DINAMIK UNTUK ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN (UMBI-UMBIAN) SEBAGAI PENGGANTI KONSUMSI BERAS UNTUK MENCUKUPI KEBUTUHAN PANGAN (STUDI KASUS JAWA TIMUR) Presented by muhammad isaini rahmatullah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

Pengembangan Model Sistem Dinamik untuk Analisis Ketersediaan Beras (Studi Kasus : Divre Jawa Timur)

Pengembangan Model Sistem Dinamik untuk Analisis Ketersediaan Beras (Studi Kasus : Divre Jawa Timur) 1 Pengembangan Model Sistem Dinamik untuk Analisis Ketersediaan Beras (Studi Kasus : Divre Jawa Timur) Diajeng Permata I.J 1, Erma Suryani Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi Institut

Lebih terperinci

MEMPOSISIKAN KEMBALI BULOG SEBAGAI GARDA DEPAN KETAHANAN PANGAN PADA SUBSISTEM DISTRIBUSI

MEMPOSISIKAN KEMBALI BULOG SEBAGAI GARDA DEPAN KETAHANAN PANGAN PADA SUBSISTEM DISTRIBUSI Juara 2 Lomba Menulis Esai Perum BULOG dalam Rangka HUT Kemerdekaan RI ke-63 MEMPOSISIKAN KEMBALI BULOG SEBAGAI GARDA DEPAN KETAHANAN PANGAN PADA SUBSISTEM DISTRIBUSI Wiwid Ardhianto Divisi Pengadaan Perum

Lebih terperinci

PENGANEKARAGAMAN dan KEDAULATAN PANGAN

PENGANEKARAGAMAN dan KEDAULATAN PANGAN PENGANEKARAGAMAN dan KEDAULATAN PANGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Seafast center LPPM Departemen Ilmu & Teknologi Pangan KETAHANAN PANGAN (Food Security) UU No 7 (1996) Kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA 30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan

Lebih terperinci

Nurina Setyaning Putri

Nurina Setyaning Putri MODEL SIMULASI SISTEM DINAM MIK UNTUK MELIHAT PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KETE ERSEDIAAN BERAS DAN UBI KAYU (STUDI KASUS KABU UPATEN MALANG) Nurina Setyaning Putri 5208100042 Latar Be elakang erananlahansawahdipulaujawamasihsangatstrategis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK ANALISIS KETERSEDIAAN BERAS (STUDI KASUS : DIVRE JAWA TIMUR)

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK ANALISIS KETERSEDIAAN BERAS (STUDI KASUS : DIVRE JAWA TIMUR) PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK ANALISIS KETERSEDIAAN BERAS (STUDI KASUS : DIVRE JAWA TIMUR) Diajeng Permata Inggar Jati (5209100111) Pembimbing : Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D. Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015)

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015) PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA ) No. 15 /03/94 /Th. VIII, 1 Maret 2016 A. PADI Produksi Padi Provinsi Papua tahun diperkirakan mencapai 181.682 ton gabah kering

Lebih terperinci

PERANAN OTONOMI DAERAH DALAM MENDUKUNG PRODUKSI PANGAN DI PROVINSI RIAU

PERANAN OTONOMI DAERAH DALAM MENDUKUNG PRODUKSI PANGAN DI PROVINSI RIAU PERANAN OTONOMI DAERAH DALAM MENDUKUNG PRODUKSI PANGAN DI PROVINSI RIAU Taryono dan Hendro Ekwarso Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim

Lebih terperinci

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 dipemodelan dan Simulasi Perencanaan Permintaan dan Pasokan Menggunakan Metode Sistem Dinamik Untuk Mengatasi Kelangkaan Pupuk Wilayah Jawa Timur (Studi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Perubahan Iklim Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi seperti sekarang, maka diperkirakan pada tahun

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersedian pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi IDENTIFIKASI KOMODITI UNGGULAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOMODITI TANAMAN PANGAN UNTUK MENCIPTAKAN KETAHANAN PANGAN WILAYAH (Studi Kasus Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir) Hotden Leonardo Nainggolan

Lebih terperinci

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia. Pangan yang bermutu, bergizi, dan berimbang merupakan suatu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur.

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur. 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Geogafis Nusa Tenggara Timur adalah salah provinsi yang terletak di sebelah timur Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di selatan khatulistiwa

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM DINAMIK TERHADAP ANALISIS FAKTOR PERTUMBUHAN UKM SEKTOR PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PDRB PROVINSI JAWA TIMUR

SIMULASI SISTEM DINAMIK TERHADAP ANALISIS FAKTOR PERTUMBUHAN UKM SEKTOR PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PDRB PROVINSI JAWA TIMUR SIMULASI SISTEM DINAMIK TERHADAP ANALISIS FAKTOR PERTUMBUHAN UKM SEKTOR PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROVINSI JAWA TIMUR Abstrak Umi Salama 1, Erma Suryani 2 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 20/03/52/Th.VIII, 3 Maret 2014 ANGKA SEMENTARA TAHUN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT A. PADI Angka tetap 2012 (ATAP 2012)

Lebih terperinci

Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku

Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku Ismatul Hidayah dan Demas Wamaer Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Jl. Chr Splanit Rumah Tiga Ambon E-mail: ismatul_h@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010 Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010 Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Rusman Heriawan memperingatkan adanya penyusutan luas panen lahan padi nasional. Tahun ini saja

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional selama ini mempunyai tugas utama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menyediakan kesempatan kerja, serta

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KRITERIA DAN SYARAT KAWASAN PERTANIAN DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. olahan seperti: tahu, tempe, tauco, oncom, dan kecap, susu kedelai, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. olahan seperti: tahu, tempe, tauco, oncom, dan kecap, susu kedelai, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L)) merupakan komoditas strategis di Indonesia. Kedelai adalah salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung dengan periodisasi tiga musim tanam jagung

Lebih terperinci

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015)

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015) No. 62 /11 /94 /Th. VII, 2 November Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun (Berdasarkan Angka Ramalan II ) A. PADI Produksi padi Provinsi Papua tahun diperkirakan mencapai 204.891 ton gabah kering

Lebih terperinci

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD) 9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 19/3/52/Th.X, 1 Maret 216 ANGKA SEMENTARA TAHUN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT A. PADI Angka tetap 214 (ATAP 214) produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak

Lebih terperinci

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng wiwifadly@gmail.com ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah enganalisis dan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH LAPORAN AKHIR KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH Oleh : Bambang Irawan Herman Supriadi Bambang Winarso Iwan Setiajie Anugrah Ahmad Makky Ar-Rozi Nono Sutrisno PUSAT SOSIAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan hal yang penting bagi siapapun manusia dan dimanapun ia berada. Kebutuhan manusia akan pangan harus dapat terpenuhi agar keberlansungan hidup manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian yang mempunyai peranan yang strategis dan penting adalah sektor tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan pokok

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KREDIT KETAHANAN PANGAN (KKP) DALAM UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI KECAMATAN KUPANG TIMUR, KABUPATEN KUPANG TUGAS AKHIR

EFEKTIVITAS KREDIT KETAHANAN PANGAN (KKP) DALAM UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI KECAMATAN KUPANG TIMUR, KABUPATEN KUPANG TUGAS AKHIR EFEKTIVITAS KREDIT KETAHANAN PANGAN (KKP) DALAM UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI KECAMATAN KUPANG TIMUR, KABUPATEN KUPANG TUGAS AKHIR Oleh: MUHAMMAD FAUZI IBRAHIM HASAN L2D 000 440 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 28/07/11/Th.V. 01 Juli 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2010 DAN RAMALAN II TAHUN 2011) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2010,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pokok merupakan kebutuhan minimal manusia yang mutlak harus dipenuhi untuk menjamin kelangsungan hidup. Kebutuhan pokok manusia terdiri atas, kebutuhan pangan,

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 046/11/12/Th.VI. 01 November 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2012) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2012,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia

Lebih terperinci

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Latar Belakang Permasalahan yang menghadang Upaya pencapaian 10 juta ton surplus beras di tahun 2014 : Alih fungsi lahan sawah

Lebih terperinci

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PRODUKSI TANAMAN PADI DAN PALAWIJA NTT (ANGKA TETAP 2009 DAN ANGKA RAMALAN II 2010) No. 03/07/53/Th.XIII, 1 Juli 2010 PUSO NTT 2010 MENGHAMBAT PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman sebanyak keperluan untuk tumbuh dan berkembang. Tanaman apabila kekurangan air akan menderit (stress)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan pangan terus menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup manusia. Peningkatan jumlah populasi dunia, peningkatan suhu bumi yang disebabkan efek pemanasan global,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA Oleh : Bambang Irawan Adreng Purwoto Frans B.M. Dabukke Djoko Trijono PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL RANTAI PASOK PRODUKSI BERAS UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK

PENGEMBANGAN MODEL RANTAI PASOK PRODUKSI BERAS UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK PENGEMBANGAN MODEL RANTAI PASOK PRODUKSI BERAS UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK Isnaini Muhandhis 1) dan Erma Suryani 2) 1) dan 2) Jurusan Sistem Informasi, Fak. Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak asasi

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI PENYEDIAAN KEBUTUHAN BERAS NASIONAL

MODEL SIMULASI PENYEDIAAN KEBUTUHAN BERAS NASIONAL 2002 Arief RM Akbar Posted 7 November, 2002 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Oktober 2002 Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN

Lebih terperinci

I. LATAR BELAKANG POKOK BAHASAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL Posisi Pangan dalam Pembangunan Nasional

I. LATAR BELAKANG POKOK BAHASAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL Posisi Pangan dalam Pembangunan Nasional KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL 2010-2014 Oleh Prof. Dr.Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian Disampaikan pada (KIPNAS) Ke-10 diselenggarakan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 I. LATAR BELAKANG Peraturan Presiden No.83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan menetapkan bahwa Dewan Ketahanan Pangan (DKP) mengadakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang

Lebih terperinci

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN BAHASAN 1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN NUHFIL HANANI AR UNIVERSITAS BAWIJAYA Disampaikan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008) BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 40/11/34/Th. X, 03 November 2008 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008) Berdasarkan ATAP 2007 dan Angka Ramalan III (ARAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan barang ultra essential bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa air, manusia tidak mungkin bisa bertahan hidup. Di sisi lain kita sering bersikap menerima

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teorotis 3.1.1 Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008) mengungkapkan bahwa perlu tiga dimensi dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penentuan jenis tanaman pangan yang sesuai ditanam pada lahan tertentu didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai pendukung pengambilan keputusan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemandirian pangan pada tingkat nasional diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak dan aman

Lebih terperinci

II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN A. Landasan Hukum Memahami pentingnya cadangan pangan, pemerintah mengatur hal tersebut di dalam Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan, khususnya dalam pasal

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rasio Konsumsi Normatif Rasio konsumsi normatif adalah perbandingan antara total konsumsi dan produksi yang menunjukkan tingkat ketersediaan pangan di suatu wilayah. Rasio konsumsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Pertanian merupakan kegiatan yang penting dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sehingga perlu adanya keterampilan dalam mengelola usaha pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian merumuskan bahwa kegiatan pembangunan pertanian periode 2005 2009 dilaksanakan melalui tiga program yaitu :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung oleh ketersediaannya air yang cukup merupakan faktor fisik pendukung majunya potensi

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS BAB III PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS Uning Budiharti, Putu Wigena I.G, Hendriadi A, Yulistiana E.Ui, Sri Nuryanti, dan Puji Astuti Abstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak asasi individu serta sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) BAB II PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) Agung Prabowo, Hendriadi A, Hermanto, Yudhistira N, Agus Somantri, Nurjaman dan Zuziana S

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI KEDELAI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

PERAMALAN PRODUKSI KEDELAI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK PERAMALAN PRODUKSI KEDELAI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Agung Brastama Putra 1) Budi Nugroho 2) E-mail : 1) agungbp.si@upnjatim.ac.id, 2) budinug@gmail.com 1 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas

Lebih terperinci

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI : Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, definisi Undang-Undang Pangan No.7 tahun 1996 menjelaskan, pangan adalah segala sesuatu yang berasl dari sumber hayati dan air, baik yang diolah

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/07/12/Th.VI. 02 Juli 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2011 DAN RAMALAN I TAHUN 2012) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2011,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi

Lebih terperinci