KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS
|
|
- Devi Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS Strategi Operasional Bulog Awal Tahun Awal tahun 2007 dibuka dengan lembaran yang penuh kepedihan. Suasana iklim yang tidak menentu. Bencana demi bencana terjadi di hadapan kita, membuat perekonomian bangsa oleng. Harga beberapa produk naik tajam, ketersediaan di pasar menipis dan pasokan ke pasar terlihat menurun. Beras sebagai produk yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia juga terpengaruh oleh kondisi tersebut. Harga beras melambung sejak awal Desember 2006, petani belum mulai panen (bahkan ada beberapa yang belum mulai tanam), konsumen khawatir dengan harga yang semakin tak terjangkau, dan pedagang berupaya untuk menjual dengan harga yang jauh lebih menguntungkan dibanding harga saat membelinya. Kondisi pasar yang tidak dalam mekanismenya memunculkan peran pemerintah untuk melakukan intervensi, menjaga agar tidak ada pihak yang dirugikan sehingga perekonomian dapat menjadi normal. Meskipun bencana tidak dapat diprediksi, namun tetap harus diwaspadai dan menyiapkan langkahlangkah antisipasi maupun langkah penanggulangannya. Pada saat inilah, Bulog kembali dilihat banyak pihak. Sebagai lembaga pemerintah yang identik dengan beras (walaupun penuh kritikan), kenaikan harga beras yang cukup tinggi saat ini membuat semua pihak berteriak agar BULOG segera bertindak. Presiden SBY mengamanatkan agar RASKIN tahun 2007 dipercepat pada akhir Desember 2006 sebagai upaya mengurangi permintaan beras ke pasar oleh RT Miskin. BULOG sebagai penyedia beras untuk RASKIN siap melaksanakan dengan penuh tanggung jawab membantu RTM memperoleh akses terhadap pangan dengan harga yang terjangkau. Masalah administrasi dan segala hal yang berkaitan dengan tata laksana sebuah program, untuk sementara diabaikan demi tujuan program yang lebih baik. BULOG juga diperintahkan untuk melakukan impor beras sebagai upaya untuk menambah cadangan beras pemerintah sebagai bagian dari cadangan untuk bencana dan pengendalian gejolak harga. Bencana alam yang banyak terjadi tanpa bisa kita hindari, memaksa pemerintah untuk mengeluarkan cadangan beras pemerintah yang tersimpan di BULOG. Dalam rangka pengendalian kenaikan harga beras maka dilakukan operasi pasar. Program-program tersebut adalah program yang harus dilaksanakan dalam jangka pendek sebagai upaya penanggulangan kondisi perekonomian saat ini. Namun tetap harus dipertimbangkan kondisi jangka menengah dan jangka pendek untuk dapat mengantisipasi apabila terjadi krisis kembali. Beberapa hal yang menjadi prioritas Perum BULOG dalam permasalahan penyediaan stok beras, pengendalian harga dan pendistribusian beras adalah 1
2 dengan mengoptimalkan operasional BULOG dalam pengadaan dalam negeri, pemupukan stok, peningkatan efektivitas RASKIN dan operasi pasar. Strategi Pengadaan Dalam Negeri Pengadaan BULOG dilakukan sebagai realisasi mandat pemerintah dalam Inpres Perberasan dengan melakukan pembelian gabah dan beras dalam negeri pada Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Inpres tentang HPP tetap diperlukan sebagai jaminan peraturan perundang-undangan. Namun yang menjadi prioritas bahwa insentif untuk peningkatan produksi dan pendapatan petani, stabilisasi harga serta disparitas harga DN dengan harga LN harus tetap menjadi pertimbangan utama dalam penyusunan HPP Apabila melihat perkembangan harga gabah yang diterima petani pada tingkat penggilingan, terlihat bahwa pada tahun 2006 kita telah mampu memberikan insentif harga yang cukup menarik untuk peningkatan produksi dan pendapatan petani padi. Rata-rata harga gabah yang selalu berada di atas HPP memberikan indikasi bahwa harga yang diterima petani cukup tinggi. Pada tahun 2007 (pada musim tanam 2006/2007) ini perlu diwaspadai adanya gejala El-Nino yang berdampak pada musim kering yang lebih panjang. Telah terlihat bahwa di beberapa daerah sentra produksi beras terjadi kemunduran panen. Bahkan di beberapa daerah, ditemui tanaman yang baru tanam seminggu mengalami kekeringan karena kekurangan air. Petani belum mengolah tanah pada bulan Oktober - Nopember seperti tahun-tahun biasanya karena musim hujan yang ditunggu belum juga turun. Kemunduran yang mencapai 1,5-2,5 bulan akan sangat mempengaruhi produksi. Dalam Inpres Perberasan, Perum BULOG mendapatkan tugas untuk melakukan pengadaan dalam negeri pada harga pembelian Pemerintah. Indikator suksesnya pengadaan adalah apabila kasus harga jatuh (harga gabah di bawah HPP) sangat kecil. Untuk itu Bulog perlu ikut serta mengamati perkembangan harga gabah mingguan sehingga dapat dilakukan pengadaan secepatnya di daerah harga gabah jatuh dan akan mampu mengangkat harga di daerah tersebut. Pengamatan harga yang diakui oleh banyak pihak adalah yang dicatat oleh BPS. Untuk itu koordinasi dengan BPS dalam hal ini Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) perlu terus dipupuk dan lebih diintensifkan sebagai early warning system untuk pengadaan dalam negeri BULOG. Dari sisi operasional BULOG, pada tahun 2007 diprognosakan jumlah pengadaan sebanyak 1,8 juta ton setara beras dalam bentuk 1,52 juta ton gabah (965,2 ribu ton setara beras) dan 834,8 ribu ton beras. Untuk mencapai jumlah tersebut diperlukan kerja keras secara bersama-sama dari sisi perencanaan, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi. Pengadaan harus segera dimulai sejak awal panen dengan pelayanan yang lebih baik. Aparat BULOG di daerah (Kagud dan Kasi Pengadaan) harus turun ke lapangan untuk memantau perkem-bangan panen dan kesiapan Mitra Kerja dalam menyerap produksi padi petani, sehingga pasokan pengadaan sesuai dengan yang diharapkan. 2
3 Rencana Pengadaan LN/Impor 500 ribu ton Beras Melihat kondisi stok Bulog saat ini yang semakin menipis dengan mandat untuk mempercepat penyaluran RASKIN dan mengguyur pasar dengan OP, maka melalui melalui SK Mendag No. 1294/ M-DAG/12/2006 tanggal 27 Desember 2006, BULOG ditunjuk melaksanakan impor sebanyak 500 ribu. Jumlah beras impor tersebut akan menambah stok yang dikelola Bulog dalam rangka memenuhi stok beras untuk keperluan penyaluran beras Raskin dan Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Perum BULOG akan melaksanakan tugas tersebut melalui dua mekanisme, pertama mekanisme perjanjian antara Pemerintah RI dan Pemerintah negara pemasok (G to G) sejumlah 250 ribu ton, dan kedua melalui mekanisme lelang terbuka sejumlah 250 ribu ton dengan mengundang perusahaan internasional maupun lokal yang berminat. Penyaluran Beras Operasi Pasar Sebagai Upaya Pengendalian Harga Apabila pengadaan dilakukan sebagai bagian dari intervensi pemerintah terhadap pasar beras dari sisi permintaan, maka OP dilakukan sebagai intervensi pemerintah dari sisi penawaran. Harga beras yang melambung tinggi telah memaksa pemerintah melakukan intervensi melalui penyaluran sebagian Cadangan Beras Pemerintah dalam kegiatan Operasi Pasar (OP). Sejak pertengahan Desember 2006, realisasi OP Beras CBP dalam rangka mengatasi kenaikan harga beras telah mencapai ton. Jumlah OP Beras yang cukup banyak terutama di daerah-daerah defisit beras, seperti NTT ton, Bengkulu ton, Riau ton, dan DKI Jakarta ton. Adanya OP Beras yang hampir merata di seluruh daerah, walaupun jumlahnya masih belum cukup besar telah sedikit mampu mengerem laju kenaikan harga beras yang cukup tinggi. Sebagai indikator dimulai dan diakhiri OP, maka data harga beras yang terkini dan dapat dipertanggungjawabkan mewakili kondisi di pasar, harus menjadi perhatian utama. Selama ini BULOG mendapatkan laporan harga beras dari Divre yang menjadi sinyal bagi Bulog untuk memberikan usulan secara lisan kepada Pemerintah Daerah untuk melakukan OP. Perkembangan harga beras tersebut juga menjadi indikator dalam penghentian OP. Pencatat harga beras tingkat konsumen bukan hanya dilakukan oleh BULOG tetapi juga oleh lembaga lain diantaranya BPS sebagai lembaga resmi statistik, Dinas Perdagangan, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian ataupun dinas lainnya. Namun yang disayangkan bahwa harga beras yang tercatat tersebut terkadang tidak sama terutama dalam posisi harga pada saat pengamatan. Secara statistika hal tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan responden, waktu pengataman, objek pengamatan dan lokasi pengamatan. Sesuai dengan UU No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik, bahwa data yang diakui adalah data BPS. Data tersebut yang akan menjadi sinyal untuk memulai dan mengakhiri penyaluran beras OP. Sayangnya, BPS baru mempublikasikan data tersebut pada 3
4 awal bulan untuk data bulan sebelumnya. Pihak di luar BPS sulit mendapatkan data terkini per hari ini. Untuk itu, Bulog perlu meningkatkan koordinasi dengan BPS baik di tingkat pusat maupun daerah. Dengan demikian data dari Divre yang dilaporkan ke Kantor Pusat Bulog adalah data yang sama dengan data yang diklaporkan BPS daerah ke BPS Pusat. Koordinasi dengan BPS di tingkat daerah dapat dilakukan dengan aktifnya peranan Gasar dalam Tim Evaluasi Harga (TEH). Sayangnya belum semua daerah mengaktifkan TEH-nya. Untuk itu mengaktifkan kembali TEH (dengan prakarsa dari Gasar Divre/Sub Divre) melalui pendekatan dengan Pemerintah Daerah setempat dengan melibatkan seluruh instansi yang berkepentingan dengan pengamatan harga. Dalam tim tersebut perlu disepakati tentang jenis beras yang akan dipantau (sesuai dengan hasil Survei Peredaran Berasnya), menentukan beras kualitas medium dan beras setara CBP, serta melaporkan data yang sama pada waktu yang sama ke kantor pusat masing-masing instansi. Dengan demikian tidak akan ada polemik lagi di tingkat pusat atas perbedaan data yang dilaporkan oleh masing-masing instansi dari daerah. Laporan beras nantinya diupayakan sama dengan beras tertimbang hasil survei BPS dan dilaporkan berdasarkan 45 kota sebagai tempat pencatatan inflasi nasional. Strategi Program RASKIN 2007 Dengan perintah Presiden SBY di Solo pada awal Desember 2006 tentang percepatan RASKIN, maka telah dilakukan penyaluran RASKIN pada akhir Desember 2006 di beberapa daerah. Total pagu RASKIN tahun 2007 adalah 1,896 juta ton yang akan disalurkan kepada 15,8 juta RTM penerima manfaat di seluruh Kabupaten.Kota di 33 propinsi. Jumlah pagu ini lebih tinggi ton dibanding pagu tahun 2006 untuk menjangkau sasaran yang lebih banyak 4,97 juta RTM. Sampai dengan tanggal 17 Januari 2007, jumlah penyaluran RASKIN telah mencapai 59,6 juta ton di 22 Divisi Regional Perum BULOG, dengan harapan pada Januari 2007 dapat terealisasi 158 ribu ton sesuai dengan rencana bulanannya. Sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh Tim Universitas Brawijaya sebagai salah satu lembaga yang mengevaluasi pelaksanaan RASKIN pada tahun 2006, bahwa ada tiga tahapan strategi ditambah satu strategi penguatan. Strategi diawali dari perencanaan dan penetapan lebih awal. Hal ini untuk mengantisipasi adanya perbedaan antara data yang tercatat yang yang dapat dijangkau oleh dana APBN pemerintah pusat. Data penerima manfaat dapat lebih mudah untuk diperoleh setiap warga terutama bagi perencana kebijakan. Untuk itu kriteria penerima manfaat yang lebih sederhana di tingkat nasional sebagai patokan awal yang dapat diperkaya dengan kebijakan lokal. Perencanaan data ini telah dilakukan Tim RASKIN Pusat sejak bulan Oktober 2006, dan disampaikan kepada daerah pada akhir Desember 2006 untuk perencanaan lebih awal di daerah. Dengan perencanaan lebih awal, strategi berikutnya adalah Pemda dapat 4
5 mengalokasikan dana APBD untuk dapat menutupi selisih pagu tersebut. Untuk menjalankan strategi tersebut maka Divre BULOG harus terus mensosialisasikan perlunya RASKIN sebagai bagian dari program pemerintah daerah dalam pelayanan minimum kepada masyarakat terutama dalam penyediaan akses pangan kepada Rumah Tangga Miskin. RTM adalah bagian dari masyarakat pemerintah daerah yang mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan akses pangan baik secara fisik maupun secara ekonomi. Strategi ketiga agar RASKIN tidak jatuh ke tangan yang salah adalah dengan melalui pendampingan sistemik yang terus menerus dilakukan sehingga RASKIN hanya untuk si miskin dapat tertanam dalam pribadi setiap warga. Pendampingan dilakukan oleh kelompok yang independen yang tidak lagi berkepentingan dengan RASKIN dalam arti bukan perencana, pengelola maupun pelaksana. Pelaksanaan pendampingan berhubungan dengan pendanaan. Sudah siapkan program RASKIN membiayai pendampingan secara sistemik pada areal yang luas sepanjang tahun? Strategi Pengelolaan Stok Beras Dengan harapan realisasi pengadaan sesuai dengan kuantitas yang diprognosakan pada kualitas yang tepat, maka diharapkan stok yang dikelola BULOG adalah stok kualitas terbaik pada jumlah yang cukup untuk melaksanakan tugasnya. Dalam pengelolaan stok yang harus dilakukan BULOG adalah mengamankan dalam hal kuantitas dan tetap menjaga kualitas sehingga beras yang diterima konsumen tidak lagi menjadi image buruk bagi BULOG. Selama ini, apabila disebutkan beras BULOG yang terbayang pada responden adalah beras dengan kualitas rendah yang dibagikan hanya kepada orang miskin yang relatif aksesnya terhadap pusat pengaduan lemah. Strategi untuk memperkuat stok adalah dengan mengamankan stok minimal cukup untuk 3 bulan ke depan penyaluran rutin di setiap Divre/Subdivre. Strategi yang lain adalah melakukan rekonsiliasi stok secara rutin di setiap Divre baik triwulanan maupun semesteran. Jumlah stok yang tercatat di seluruh Divre Perum BULOG posisi tanggal 15 Januari 2007 sebesar ton, yang terdiri dari ton beras dan ton gabah (3.033 ton setara beras). Berdasarkan pengelolaannya, dari total stok tersebut terbagi menjadi stok CBP sebanyak ton dan sisanya adalah stok milik Perum BULOG. Dalam kegiatan operasional, memang diperlukan strategi-strategi khusus untuk mencapai target sesuai dengan yang direncanakan (prognosa). Untuk itu semua jajaran BULOG baik di Pusat maupun di Daerah diharapkan melangkah bersama-sama dalam satu jalur yang sudah disepakati bersama yaitu Meningkatkan Citra BULOG menuju masa depan yang lebih cerah. (dede, bun, es) 5
Andalan Ketahanan Pangan
Andalan Ketahanan Pangan Disampaikan pada Workshop Pemantauan Stok Gabah/Beras di Tingkat Penggilingan Surabaya, 4-6 Juli 2012 KETAHANAN PANGAN UU. N0.7/1996 Tentang Pangan Adalah kondisi terpenuhinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum dari masyarakat Indonesia. Baik di sektor hulu seperti
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut UU pangan no 18 tahun 2012 pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, dan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,
PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBahan FGD Antisipasi Penerapan Kebijakan RASTRA Sistem Tunai Oleh : Dirjen Pemberdayaan Sosial
Bahan FGD Antisipasi Penerapan Kebijakan RASTRA Sistem Tunai Oleh : Dirjen Pemberdayaan Sosial Kementerian sosial RI 1 SEJARAH SINGKAT PROGRAM SUBSISI RASTRA Kemarau panjang, serangan wereng & belalang,
Lebih terperinciRegulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1
Ringkasan Eksekutif Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1 Perum Bulog didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2003. Merujuk pada PP tersebut, sifat usaha, maksud, dan tujuan
Lebih terperinciBUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Beras bagi masyarakat Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik di negara ini. Gejolak
Lebih terperinci2015 PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN TERHADAP EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara agraris, Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat konsumsi tertinggi pada komoditas padi, khususnya beras.kebiasaan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang berfungsi sebagai makanan pokok sumber karbohidrat. Beras merupakan komoditi pangan yang memiliki
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN
WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS KELUARGA MISKIN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan yang sampai saat ini dianggap sebagai komoditi terpenting dan strategis bagi perekonomian adalah padi, karena selain merupakan tanaman pokok bagi sebagian
Lebih terperinciMANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1)
56 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 56-65 Handewi P.S. Rachman et al. MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1) Handewi P.S. Rachman, A.Purwoto, dan G.S. Hardono Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Republik Indonesia pada Konfrensi Dewan Ketahanan Pangan tanggal 25 mei 2010, yang menyatakan pentingnya cadangan pangan nasional maupun daerah yang cukup, memadai
Lebih terperinciPELAPORAN DATA STOCK GABAH DAN BERAS DI PENGGILINGAN. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Jakarta, 7 April 2016
PELAPORAN DATA STOCK GABAH DAN BERAS DI PENGGILINGAN Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Jakarta, 7 April 2016 1 OUT LINE A. PENDAHULUAN B. STOK BERAS DAN SEBARANNYA C. HASIL MONITORING DAN PELAPORAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA
KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA Direktur Utama Perum BULOG Disampaikan pada Seminar & Pameran Pangan Nasional Pasok Dunia FEED THE WORLD Tema : Menuju Swasembada yang Kompetitif dan Berkelanjutan
Lebih terperinciINFLASI DAN KENAIKAN HARGA BERAS Selasa, 01 Pebruari 2011
INFLASI DAN KENAIKAN HARGA BERAS Selasa, 01 Pebruari 2011 Sekretariat Negara Republik Indonesia Tahun 2010 telah terlewati dan memberi catatan inflasi diatas yang ditargetkan yakni mencapai 6,96%. Inflasi
Lebih terperinciKETAHANAN PANGAN: B E R A S
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) KETAHANAN PANGAN: B E R A S Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut
Lebih terperinciBoks 2. Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya
Boks Pola Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya Pendahuluan Salah satu komoditas yang memiliki kontribusi besar bagi inflasi Kota Palangka Raya adalah beras. Konsumsi beras
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014
PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA DUMAI, Menimbang
Lebih terperinciDeputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Unit : Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Indikator Target Terwujudnya koordinasi dan Presentase hasil
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.162,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04/M-DAG/PER/1/2012 TENTANG PENGGUNAAN CADANGAN BERAS PEMERINTAH UNTUK STABILISASI HARGA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH DAN CADANGAN PANGAN MASYARAKAT KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset
Lebih terperinciKAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI
KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI Pendahuluan 1. Situasi perberasan yang terjadi akhir-akhir ini (mulai Maret 2008) dicirikan dengan
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN BANG`KA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG
1 GUBERNUR KEPULAUAN BANG`KA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG CADANGAN PANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN
BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciDAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.
DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. iv viii xi xii I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 9 1.3. Tujuan Penelitian 9 1.4. Manfaat Penelitian 10
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling asasi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling asasi. Kecukupan, aksesibilitas dan kualitas pangan yang dapat dikonsumsi seluruh warga masyarakat, merupakan
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010 WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa guna kelancaran
Lebih terperinci2011, No beras pemerintah yang sebelumnya telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.02/2009; d. bahwa berdasarkan pertimbangan
No.462, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Cadangan Beras Pemerintah. Penghitungan. Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/PMK.02/2011 TENTANG
Lebih terperinciPELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 1 Petani sering merugi Bulog belum hadir di petani Rantai pasok panjang Struktur
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras adalah salah satu sumber makanan pokok masyarakat Indonesia khususnya dan bangsa-bangsa di Asia pada umumnya. Tingkat komsumsi beras nasional relatif lebih tinggi
Lebih terperinciSOSIALISASI PENGELOLAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2018
SOSIALISASI PENGELOLAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2018 BALAI CADANGAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH JL. RAYA SECANG SEMARANG KM 1, KRINCING, SECANG MAGELANG TELP/FAX
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 927, ,10
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan hidup yang terpenting bagi manusia setelah udara dan air adalah kebutuhan akan pangan. Pangan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia agar dapat melangsungkan
Lebih terperinciII. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN
II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN A. Landasan Hukum Memahami pentingnya cadangan pangan, pemerintah mengatur hal tersebut di dalam Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan, khususnya dalam pasal
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH
INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH PRESIDEN, Dalam rangka stabilisasi ekonomi nasional, melindungi tingkat pendapatan petani,
Lebih terperinciPoliteknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pendistribusian beras miskin atau yang lebih dikenal dengan sebutan raskin, sebagai salah satu program penanggulangan kemisikinan kluster 1. Termasuk Program
Lebih terperincipertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih
1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan Penelitian... 9 1.4 Manfaat
Lebih terperinciOPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS
OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS A. Landasan Konseptual 1. Struktur pasar gabah domestik jauh dari sempurna. Perpaduan antara produksi padi yang fluktuatif, dan penawaran
Lebih terperinciBAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA
BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA 131 132 STABILISASI HARGA DAN PASOKAN PANGAN POKOK Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
Lebih terperinciKEPUTUSAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN DIREKTUR UTAMA PERUM BULOG NOMOR : 25 TAHUN 2003 NOMOR : PKK-12/07/2.003
KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN DIREKTUR UTAMA PERUM BULOG NOMOR : 25 TAHUN 2003 NOMOR : PKK-12/07/2.003 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN MENTERI DALAM NEGERI DAN DIREKTUR
Lebih terperinciGEJALA MALADMINISTRASI DALAM PENGELOLAAN DATA PERSEDIAAN BERAS NASIONAL DAN KEBIJAKAN IMPOR BERAS
REPUBLIK INDONESIA GEJALA MALADMINISTRASI DALAM PENGELOLAAN DATA PERSEDIAAN BERAS NASIONAL DAN KEBIJAKAN IMPOR BERAS Jakarta, 15 Januari 2018 Hasil Monitoring Pasokan dan Eskalasi Harga Beras,10-12 Januari
Lebih terperinciKebijakan Pangan, BULOG dan Ketahanan Pangan
Kebijakan Pangan, BULOG dan Ketahanan Pangan Sutarto Alimoeso Direktur Utama Perum BULOG Disampaikan Dalam Diskusi Pembangunan Pertanian dan Pendidikan Tinggi Pertanian Lustrum XIII Fakultas Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan menyerap 42 persen angkatan kerja (BPS, 2011). Sektor pertanian
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim, sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama perekonomian Indonesia, bahwa pada tahun 2010 sektor ini menyumbang
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun
BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2009 Nomor 1 Seri E.7 PERATURAN WALIKOTA PADANG PANJANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENYALURAN BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN)
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \l TAHUN 2017 TENTANG CADANGAN PANGAN
0 GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \l TAHUN 2017 TENTANG CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.105, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Penugasan. PERUM BULOG. Ketahanan Pangan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan
Lebih terperinciKEGIATAN ANALIS KETAHANAN PANGAN BIDANG CADANGAN PANGAN. Oleh: Dr. Ardi Jayawinata,MA.Sc Kepala Bidang Cadangan Pangan
KEGIATAN ANALIS KETAHANAN PANGAN BIDANG CADANGAN PANGAN Oleh: Dr. Ardi Jayawinata,MA.Sc Kepala Bidang Cadangan Pangan 1 Outline 1. Pendahuluan 2. Kegiatan Cadangan Pangan Masyarakat 3. Kegiatan Cadangan
Lebih terperinciCUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010
CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 I. LATAR BELAKANG Peraturan Presiden No.83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan menetapkan bahwa Dewan Ketahanan Pangan (DKP) mengadakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Beras merupakan makanan pokok utama penduduk Indonesia
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Hal tersebut disebabkan oleh pertambahan penduduk Indonesia
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 019 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI PASAR DAN MONITORING HARGA BERAS DI INDONESIA
SISTEM INFORMASI PASAR DAN MONITORING HARGA BERAS DI INDONESIA Iin Mu minah 1), Wahyu W. Pamungkas 2), Wahdat Kurdi 3) 1) LOGIC (Logistic and Supply Chain Center) Universitas Widyatama E-mail: iin.muminah@widyatama.ac.id
Lebih terperinciSiaran Pers Nomor : 13/Humas Kesra /IV/2014. Jakarta, 21 April 2014
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Siaran Pers Nomor : 13/Humas Kesra /IV/2014 RAKOR EVALUASI TRIWULAN I DAN PENDALAMAN HASIL KAJIAN KPK TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM
Lebih terperinciEVALUASI DAN PERMASALAHAN PENDISTRIBUSIAN RASKIN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
EVALUASI DAN PERMASALAHAN PENDISTRIBUSIAN RASKIN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 1 Disampaikan Oleh : Kepala Perum BULOG Divre Kalteng Palangka Raya, 03 Juli 2015 Peran BULOG Dalam Kedaulatan Pangan: Stabilisasi
Lebih terperinciBAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN
BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN 5.1. Deskripsi Program Beras Untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) 5.1.1. Prinsip Pengelolaan Raskin Prinsip pengelolaan Beras untuk Rumah Tangga Miskin
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka stabilisasi ekonomi nasional,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENYALURAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENGHITUNGAN, PEMBAYARAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA CADANGAN BERAS PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidupnya selalu berusaha mencari yang terbaik. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN PRODUKSI BERAS NASIONAL DALAM MENGHADAPI KONDISI IKLIM EKSTRIM
INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN PRODUKSI BERAS NASIONAL DALAM MENGHADAPI KONDISI IKLIM EKSTRIM PRESIDEN, Dalam upaya mengamankan produksi gabah/beras nasional serta antisipasi
Lebih terperinciWALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA HARGA TEBUS RASKIN DAN PETUNJUK TEKNIS PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH
Lebih terperinciPROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH
PROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH BAMBANG WIDIANTO SEKRETARIS EKSEKUTIF (TNP2K) JAKARTA, 29 JANUARI 2013 TUJUAN DAN PRINSIP UTAMA PROGRAM RASKIN Mengurangi beban
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, peningkatan ketahanan
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka Penyediaan
Lebih terperinciPELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 Hotel Aston, Pontianak 2 4 Agustus 2016 Petani sering merugi Bulog belum hadir di petani Rantai pasok panjang Struktur pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, proses distribusi menjadi salah satu aspek penting dalam sebuah badan usaha. Distribusi dapat diartikan sebagai bagian penghubung
Lebih terperinciLAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN
LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN ahanan pangan nasional harus dipahami dari tiga aspek, yaitu ketersediaan, distribusi dan akses, serta
Lebih terperinciKAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH
KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH Oleh: Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TUJUAN KEBIJAKAN DAN KETENTUAN HPP Harga jual gabah kering panen (GKP) petani pada saat panen raya sekitar bulan Maret-April
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, peningkatan ketahanan pangan, pengembangan ekonomi pedesaan,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,
PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Pada tahun 1960, Indonesia mengimpor beras sebanyak 0,6 juta ton. Impor beras mengalami peningkatan pada tahun-tahun
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PERMENTAN/PP.320/5/2017 TENTANG OPERASI PASAR MENGGUNAKAN CADANGAN BERAS PEMERINTAH DALAM RANGKA STABILISASI HARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Raskin adalah salah satu program pemerintah untuk membantu masyarakat yang miskin dan rawan pangan, agar mereka mendapatkan beras untuk kebutuhan rumah tangganya.
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TIMUR
GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR SALINAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 55 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2014
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB
PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB Gedung Badan Ketahanan Provinsi Nusa Tenggara Barat 1. ALAMAT Badan Ketahanan Provinsi Nusa Tenggara Barat beralamat di Jl. Majapahit No. 29 Mataram Nusa Tenggara
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 95 TAHUN 2009 PENYEDIAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DI JAWA BARAT TAHUN 2009
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 95 TAHUN 2009 TEN TANG PENYEDIAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DI JAWA BARAT TAHUN 2009 Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk mewujudkan
Lebih terperinciG U B E R N U R J A M B I
G U B E R N U R J A M B I PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG MEKANISME PEMBAYARAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA SUBSIDI RASKIN DI PROVINSI JAMBI TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBadan Urusan Logistik (BULOG) adalah suatu Lembaga Pemerintah Non. Departemen (LPND) yang ditugasi untuk mengendalikan dan menjaga kestabilan
Bab PENGAJUAN I MASALAH A. Latar Belakang Badan Urusan Logistik (BULOG) adalah suatu Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang ditugasi untuk mengendalikan dan menjaga kestabilan harga bagi produsen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,
Lebih terperinciMELAMBUNGNYA HARGA BERAS DAN SOLUSI PENYELESAIANNYA
MELAMBUNGNYA HARGA BERAS DAN SOLUSI PENYELESAIANNYA Pendahuluan 1. Pada bulan Februari 2015 media pembertitaan elektronik, cetak, dan onlinesibuk memberitakanadanya kenaikan tajam harga beras, terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer dan internet dewasa ini berkembang pesat dan telah mendorong pertumbuhan diberbagai bidang teknologi informasi. Dengan teknologi tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan, pertama, sektor pertanian merupakan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 016 TAHUN 2016
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 016 TAHUN 2016 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras bagi bangsa Indonesia dan negara-negara di Asia bukan hanya sekedar komoditas pangan atau
Lebih terperinci