UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PURWINDA HERIN MARLIASIH, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi Apoteker PURWINDA HERIN MARLIASIH, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012 ii

3 iii

4 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Safa, Jakarta Selatan. Laporan ini merupakan hasil PKPA periode periode 2 April 12 Mei 2012, sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Penulis menyadari laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dra. Hastuti Assauri, S.E., Apt., selaku pembimbing di Apotek Safa, yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan pengetahuan pada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA di Apotek Safa. 2. Ibu Dr. Dra. Nelly Dhevita Leswara, M.Sc., Apt., selaku pembimbing di Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI serta pembimbing PKPA di apotek Safa yang telah memberikan arahan dan bimbingan ada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA di Apotek Safa. 3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI. 4. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA. 5. Seluruh staf pengajar khususnya Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI. 6. Karyawan dan karyawati Apotek Safa: Mbak Fitri, Mbak Chusnul, Pak Agus, Ibu Sar dan Pak Midi atas bantuannya selama PKPA di Apotek Safa. iv

5 7. Teman-teman seperjuangan di Apotek Safa: Adel, Diah, Desy, Kak Lulu, Kak Dini, dan Kak Warren serta teman-teman di Apoteker UI Angkatan 74 atas kerjasama dan persahabatan selama masa perkuliahan dan pelaksanaan PKPA. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya laporan PKPA ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan semoga pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan penulis selama mengikuti PKPA dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Penulis 2012 v

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN UMUM Definisi Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Tata Cara Pendirian Apotek Tenaga Kerja Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Pengelolaan Apotek Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pengelolaan Keuangan Administrasi Pelayanan Apotek Pelayanan Resep Pelayanan Swamedikasi Promosi dan Edukasi Pelayanan Residensial (Home Care) Penggolongan Obat Obat Bebas Obat Bebas Terbatas Obat Keras Daftar G Psikotropika Narkotika Pengelolaan Obat Non Narkotika-Psikotropika Pemesanan Obat Non Narkotika-Psikotropika Penyimpanan Obat Non Narkotika-Psikotropika Pengelolaan Obat Narkotika Pemesanan Narkotika Penyimpanan Narkotika Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika vi

7 Pelaporan Narkotika Pemusnahan Narkotikan Pengelolaan Obat Psikotropika Pemesanan Psikotropika Pemusnahan Psikotropika Pelanggaran Apotek Pencabutan Surat Izin Apotek TINJAUAN KHUSUS APOTEK SAFA Sejarah Apotek Safa Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia Fasilitas dan Kegiatan Apotek Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pengadaan Perbekalan Farmasi Penyimpanan Barang Pelayanan Apotek Pelayanan Obat dan Resep Pelayanan Obat Tanpa Resep Pelayanan Obat dan Konseling Kegiatan Non Teknis Farmasi Kegiatan Keuangan Kegiatan Administrasi Pengelolaan Narkotika Pemesanan Penerimaan dan Penyimpanan Pelaporan Pengelolaan Psikotropika Pemesanan Penerimaan dan Penyimpanan Pelaporan Strategi Pengembangan Apotek PEMBAHASAN Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja Apotek Safa Letak dan Desain Apotek Pengelolaan Obat Pelayanan Kefarmasian KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN ` vii

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas Gambar 2.2 Penandaan Obat Bebas Terbatas Gambar 2.3 Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas Gambar 2.4 Penandaan Obat Keras Gambar 2.5 Panandaan Obat Narkotika viii

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Struktur Organisasi Apotek Safa Lampiran 2 Peta Lokasi Apotek Safa Lampiran 3 Papan Nama Apotek Safa Lampiran 4 Halaman Parkir Apotek Safa Lampiran 5 Desain Interior Apotek Safa Bagian Depan Lampiran 6 Desain Interior Apotek Bagian Dalam Lampiran 7 Rak Penyimpanan Obat Generik dan Obat Nama Dagang. 60 Lampiran 8 Rak Penyimpanan Obat Psikotropika Lampiran 9 Rak Penyimpanan Obat Racikan Lampiran 10 Lemari Penyimpanan Narkotika Lampiran 11 Blanko Kartu Stok Lampiran 12 Layout Apotek Safa Lampiran 13 Surat Pesanan Non Narkotik Lampiran 14 Surat Pesanan Narkotika Lampiran 15 Surat Pesanan Psikotropika Lampiran 16 Laporan Narkotika Lampiran 17 Contoh Laporan Psikotropika Lampiran 18 Berita Acara Pemusnahan Lampiran 19 Blanko Salinan Resep Lampiran 20 Blanko Kuitansi Lampiran 21 Blanko Etiket ix

10 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia sebagai suatu keadaan yang sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, dan sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif. Untuk menunjang upaya kesehatan dalam setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat. Demi tercapainya tujuan tersebut pemerintah menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan pemerataan sarana dan peningkatan pelayanan kesehatan yang didukung oleh penyediaan obat-obatan yang bermutu baik, aman, berkhasiat serta distribusi yang merata dengan harga yang terjangkau (Undang-Undang Republik Indonesia No.36, 2009). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker, seperti pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional dengan maksud meningkatkan mutu kehidupan pasien. Kegiatan kefarmasian menuntut apoteker untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan apotek dan berinteraksi langsung dengan pasien. Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien secara baik dan jelas dalam memberikan informasi (drug informer), memonitor penggunaan obat (drug monitoring), memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan apotek. 1

11 2 Selain memiliki aspek sosial kemanusiaan, apotek juga mempunyai aspek ekonomi. Oleh karena itu, apoteker memerlukan kemampuan manajemen untuk pengelolaannya sehingga dapat mendapatkan keuntungan bagi apotek tersebut. Namun, pemahaman melalui teori yang didapat dari perkuliahan saja tidak cukup, maka calon apoteker perlu dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman yang komprehensif antara teori dengan prakteknya secara langsung. Sebagai upaya agar para apoteker dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan baik, maka program profesi apoteker bekerja sama dengan Apotek Safa menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung selama 6 minggu sejak tanggal 2 30 April dan 1-12 Mei PKPA ini dilaksanakan dengan harapan agar calon apoteker dapat mengembangkan teori yang diperoleh selama perkuliahan dan memahami kegiatan rutin organisasi, manajerial, pelayanan kefarmasian secara langsung di apotek serta memahami peran dan tanggungjawab seorang apoteker di apotek. 1.2 Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Safa bagi para calon apoteker bertujuan untuk: 1. Memberikan pemahaman kepada calon apoteker mengenai peran dan fungsi apoteker pengelola apotek (APA) di apotek. 2. Melaksanakan dan memahami kegiatan di apotek baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian.

12 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Definisi Apotek Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dalam ketentuan umum, dijelaskan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (Peraturan Pemerintah No.51, 2009). Sementara berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Keputusan Menteri Kesehatan No.1332, 2002). Pekerjaan kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 adalah pembuatan, termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika (Peraturan Pemerintah No.51, 2009). Dalam pengelolaannya, apotek harus dikelola oleh Apoteker, yang telah mengucapkan sumpah jabatan dan telah memperoleh Surat Izin Apotek (SIA) dari Dinas Kesehatan setempat. 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. b. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 3

13 4 c. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian. d. Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 695/Menkes/Per/VI/2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 184 tahun 1995 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Izin Kerja Apoteker. f. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. g. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes /SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. h. Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. i. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/Menkes /Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. j. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 184/Menkes/Per/II/1995. k. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun 1980, tugas dan fungsi apotek adalah: a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

14 5 2.4 Tata Cara Pendirian Apotek Apotek agar dapat melakukan pelayanan kefarmasian harus memiliki izin yang berupa Surat Izin Apotek (SIA). Definisi SIA adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk menyelenggarakan pelayanan apotek di suatu tempat tertentu. Untuk mengajukan permohonan izin pendirian apotek perlu dipenuhi dua macam persyaratan, yaitu persyaratan APA dan persyaratan apotek. Persyaratan APA (Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin, 1993) adalah sebagai berikut: a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan. b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai seorang apoteker. c. Memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dari Menteri Kesehatan. d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi secara penuh dan tidak menjadi APA di apotek lain. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 adalah sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.922, 1993): a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.

15 6 Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah: a. Lokasi dan Tempat Lokasi usaha apotek pada umumnya adalah mudah diakses oleh masyarakat dan lingkungannya aman. Hal lain yang perlu dipertimbangkan terkait dengan letak apotek adalah ada atau tidaknya apotek lain, kemudahan untuk memarkir kendaraan, jumlah penduduk dan jumlah pelayanan kesehatan di sekitar apotek, dan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat. b. Bangunan Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan farmasi. Apotek harus mempunyai papan nama yang terbuat dari bahan yang memadai dan memuat nama apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek (APA), nomor SIA, dan alamat apotek. Luas bangunan apotek tidak dipermasalahkan, bangunan apotek terdiri dari ruang tunggu, ruang administrasi, ruang peracikan, ruang penyimpanan obat, dan toilet. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, ventilasi, dan sistem sanitasi yang baik. c. Perlengkapan Apotek Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan apotek. Perlengkapan yang harus tersedia di apotek adalah: 1. Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan,seperti timbangan, mortar, dan gelas ukur. 2. Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari obat dan lemari pendingin. 3. Wadah pengemas dan pembungkus seperti kertas perkamen dan plastik pengemas.

16 7 4. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropik, dan bahan beracun. 5. Alat administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi,kartu stok dan salinan resep. 6. Buku standar yang diwajibkan antara lain Farmakope Indonesia edisi terbaru. 2.5 Tenaga Kerja Apotek Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.889/MENKES/PER/V/2011, tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.889, 2011). Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan atau atau Tenaga teknis kefarmasian (Peraturan Pemerintah No.51, 2009). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/2002 terdapat beberapa definisi apotek yaitu: 1. APA adalah apoteker yang telah memiliki Surat Izin Apotek. 2. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. 3. Apoteker Pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga bulan) secara terus menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain.

17 8 4. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker. Selain itu, terdapat tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari (Umar, 2007): 1. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker. 2. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan, dan pengeluaran uang. 3. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan, dan keuangan apotek. 2.6 Tata Cara Perizinan Apotek Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek Pasal 4 adalah sebagai berikut: 1) Izin Apotek diberikan oleh Menteri. 2) Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 3) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri dan Tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Pasal 7 adalah sebagai berikut : 1) Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir APT-1. 2) Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima

18 9 permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan. 3) Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan Formulir APT-3. 4) Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam butir (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan Formulir APT-4. 5) Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud butir (3) atau pernyataan dimaksud butir (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek dengan menggunakan Formulir APT-5. 6) Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM sebagaimana dimaksud pada butir (3) masih belum memenuhi syarat, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan formulir APT-6. 7) Terhadap surat penundaan sebagaimana dimaksud dalam butir (6), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan. Pada Pasal 8 menerangkan Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana. Pemilik sarana yang dimaksud tersebut harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam Surat Pernyataan yang bersangkutan.

19 10 Pasal 9 menerangkan bahwa terhadap permohonan izin apotek dan APA atau lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasan-alasannya dengan mempergunakan Formulir Model APT Pengelolaan Apotek Seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek disebut pengelolaan apotek. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/2002 pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (Keputusan Menteri Kesehatan No. 1322/Menkes/SK/X/2002, 2002). a. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, penyerahan obat atau bahan obat, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat serta pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat dan perbekalan farmasi lainnya b. Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditas selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Secara garis besar pengelolaan apotek dapat dijabarkan sebagai berikut: Pengelolaan Perbekalan Farmasi Perencanaan Kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari kekosongan obat merupakan kegiatan perencanaan. Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obat-obatan dan alat kesehatan

20 11 perlu dilakukan pengumpulan data obat-obatan yang akan dipesan. Data obatobatan tersebut biasanya ditulis dalam buku defekta yaitu jika barang habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada bulan-bulan sebelumnya. Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan APA di dalam melaksanakan perencanaan pemesanan barang, yaitu memilih Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang ditawarkan murah, ketepatan waktu pengiriman, diskon dan bonus yang diberikan besar, jangka waktu kredit yang cukup, serta kemudahan dalam pengembalian obat-obatan yang hampir kadaluwarsa. Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, maka dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu memperhatikan: a. Pola penyakit, maksudnya adalah perlu memperhatikan dan mencermati pola penyakit yang timbul di sekitar masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tentang obat-obat untuk penyakit tersebut. b. Tingkat perekonomian masyarakat di sekitar apotek juga akan mempengaruhi daya beli terhadap obat-obatan. c. Budaya masyarakat dimana pandangan masyarakat terhadap obat, pabrik obat, bahkan iklan obat dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan obatobatan khususnya obat-obatan tanpa resep. Demikian juga dengan budaya masyarakat yang lebih senang berobat ke dokter, maka apotek perlu memperhatikan obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter tersebut Pengadaan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993 tentang PBF, menyebutkan bahwa pabrik dapat menyalurkan produksinya langsung ke PBF, apotek, toko obat, apotek rumah sakit, dan sarana kesehatan lain (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/per/X/1993, 1993). Pengadaan barang di apotek meliputi pemesanan dan pembelian. Pembelian barang dapat

21 12 dilakukan secara langsung ke produsen atau melalui PBF. Proses pengadaan barang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan, dilakukan dengan cara mengumpulkan data barangbarang yang akan dipesan dari buku defekta, termasuk obat baru yang ditawarkan pemasok. b. Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP). SP minimal dibuat 2 lembar (untuk pemasok dan arsip apotek) dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIPA. Pengadaan atau pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan cara antara lain (Anif, 2001): a. Pembelian dalam jumlah terbatas yaitu pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam waktu pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas dan PBF berada dalam jarak tidak jauh dari apotek, misalnya satu kota dan selalu siap untuk segera mengirimkan obat yang dipesan. b. Pembelian berencana dimana metode ini erat hubungannya dengan pengendalian persediaan barang. Pengawasan stok obat atau barang dagangan penting sekali, untuk mengetahui obat yang fast moving atau slow moving, hal ini dapat dilihat pada kartu stok. Selanjutnya dilakukan perencanaan pembelian sesuai dengan kebutuhan. c. Pembelian secara spekulasi merupakan pembelian dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena ada diskon atau bonus. Pola ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu jika diperkirakan akan terjadi peningkatan permintaan. Meskipun apabila spekulasinya benar akan mendapat keuntungan besar, tetapi cara ini mengandung resiko obat akan rusak atau kadaluwarsa Penyimpanan Tata cara penyimpanan obat sebaiknya digolongkan berdasarkan bentuk sediaan, seperti sediaan padat dipisahkan dari sediaan cair atau setengah padat.

22 13 Hal tersebut dilakukan untuk menghindari zat-zat yang bersifat higroskopis. Serum, vaksin dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar disimpan dalam lemari pendingin. Penyusunan obat dapat dilakukan secara alfabetis untuk mempermudah dan mempercepat pengambilan obat saat diperlukan. Pengeluaran barang di apotek sebaiknya menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out), sehingga obat-obat yang mempunyai waktu kadaluwarsa lebih singkat disimpan paling depan dan memungkinkan diambil terlebih dahulu Pengelolaan Keuangan Laporan keuangan yang biasa dibuat di apotek adalah: Laporan Rugi-Laba Laporan yang menyajikan informasi tentang pendapatan, biaya, laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu dikenal sebagai laporan rugi-laba. Laporan ini biasanya berisi hasil penjualan, HPP (Harga Pokok Penjualan), laba kotor, biaya operasional, laba bersih usaha, laba bersih sebelum pajak, laba bersih setelah pajak, pendapatan non usaha dan pajak Neraca Laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada waktu tertentu disebut neraca. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban yang disebut pasiva. atau dengan kata lain aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut. Oleh karena itu, dapat dilihat dalam neraca bahwa jumlah aktiva akan sama besar dengan pasiva. Aktiva dikelompokkan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar berisi kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Aktiva tetap dapat berupa gedung atau tanah, sedangkan pasiva dapat berupa hutang dan modal Laporan Utang-Piutang Laporan utang adalah laporan yang berisi utang yang dimiliki apotek pada periode tertentu dalam satu tahun, sedangkan laporan piutang berisikan piutang

23 14 yang ditimbulkan karena transaksi yang belum lunas dari pihak lain kepada pihak apotek Administrasi Administrasi yang biasa dilakukan apotek meliputi antara lain (Anif, 2001): a. Administrasi umum meliputi membuat agenda atau mengarsipkan surat masuk dan surat keluar, pembuatan laporan-laporan seperti, laporan narkotika dan psikotropika, pelayanan resep dengan harganya dan laporan pendapatan. b. Pembukuan meliputi pencatatan keluar dan masuknya uang disertai buktibukti pengeluaran dan pemasukan. c. Administrasi penjualan meliputi pencatatan pelayanan obat resep, obat bebas, dan pembayaran secara tunai atau kredit. d. Administrasi pergudangan meliputi pencatatan penerimaan barang, masing-masing barang diberi kartu stok dan membuat defekta. e. Administrasi pembelian meliputi pencatatan pembelian harian secara tunai atau kredit dan asal pembelian, mengumpulkan faktur secara teratur. Selain itu dicatat kepada siapa berhutang dan masing-masing dihitung besarnya hutang apotek. f. Administrasi piutang, meliputi pencatatan penjualan kredit, pelunasan piutang dan penagihan sisa piutang. Administrasi kepegawaian dilakukan dengan mengadakan absensi karyawan, mencatat kepangkatan, gaji dan pendapatan lainnya dari karyawan. 2.8 Pelayanan Apotek Menurut Permenkes No. 922/ Menkes/ Per/ X/1993, pelayanan apotek meliputi: a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab APA, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.

24 15 b. Apotek wajib menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan absah. c. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat bermerek dagang. Namun resep dengan obat bermerek dagang atau obat paten boleh diganti dengan obat generik. d. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat mengikuti ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara. Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Badan POM. e. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat. f. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat. g. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep. h. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker. i. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun. j. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundangundangan yang berlaku. k. Apoteker diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) tanpa resep Pelayanan Resep Skrining Resep Apoteker melakukan kegiatan skrining resep yang meliputi:

25 16 a. Memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi: nama dokter, nomor SIP, alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, nama pasien, alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien, dan berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang jelas dan informasi lainnya. b. Memeriksa kesesuaian farmasetik seperti bentuk sediaan, dosis, inkompatibilitas, stabilitas, cara dan lama pemberian. c. Melakukan pertimbangan klinis seperti adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan Penyiapan Obat Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, dan memberikan etiket pada wadah. Suatu prosedur tetap harus dibuat untuk melaksanakan peracikan obat, dengan memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep harus dilakukan sebelum obat diserahkan kepada pasien. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien Informasi Obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini, informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, jangka waktu pengobatan, cara penyimpanan obat, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

26 Konseling Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan Monitoring Penggunaan Obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya Pelayanan Swamedikasi Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa resep (golongan obat bebas dan bebas terbatas) yang dilakukan secara tepat guna dan bertanggung jawab. Hal ini mengandung makna bahwa walaupun oleh dan untuk diri sendiri, pengobatan sendiri harus dilakukan secara rasional. Tindakan pemilihan dan penggunaan produk yang bersangkutan sepenuhnya merupakan tanggung jawab para penggunanya. Pemerintah juga turut berperan serta dalam meningkatkan upaya pengobatan sendiri dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/Menkes/SK/VII/ 1990 tentang Obat Wajib Apotek. Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek (Keputusan Menteri Kesehatan Kesehatan No. 347 tahun 1990, 1990). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/Menkes/PER/X/1993 tentang kriteria obat yang diserahkan tanpa resep dokter, harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Tidak dikontraindikasikan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko akan kelanjutan penyakit.

27 18 c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Jenis obat wajib apotek didasarkan pada tiga surat keputusan menteri kesehatan yaitu: a. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek No. 1 yang terdiri dari 7 kelas terapi yaitu, oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut dan tenggorokan, obat saluran napas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, antiparasit, dan obat topikal (Keputusan Menteri Kesehatan Kesehatan No. 347 tahun 1990). b. Keputusan Menkes RI No. 924/Menkes/PER/IX/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2 yang terdiri dari 34 jenis obat generik sebagai tambahan lampiran Keputusan Menkes RI No. 347/MENKES/SK/VII/1990 tentang Obat. Wajib Apotek No 1. Daftar obat wajib apotek No. 2 tersebut terdiri dari, albendazol, basitrasin, karbinoksamin, klindamisin, deksametason, dekspantenol, diklofenak, diponium, fenoterol, flumetason, hidrokortison butirat, ibuprofen, isokonazol, ketokonazol, levamizol, metilprednisolon, niklosamid, noretisteron, omeprazol, oksikonazol, pipazetat, piratiasin kloroteofilin, pirenzepin, piroksikam, polimiksin B sulfat, prednisolon, skopolamin, silver sulfadiazin, sukralfat, sulfasalazin, tiokonazol, dan urea (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 924/Menkes/PER/IX/1993, 1993). c. Keputusan Menkes RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3 yang terdiri dari 6 kelas terapi yaitu, saluran pencernaan dan metabolisme, obat kulit, antiinfeksi umum, sistem muskuloskeletal, sistem saluran pernafasan, dan organ-organ sensorik.

28 19 Penggunaan OWA perlu dicatat tetapi tidak perlu dilaporkan. Beberapa kewajiban apoteker dalam penyerahan obat wajib apotek yaitu: a. Memenuhi ketentuan dan batasan yang tercakup dalam tiap-tiap jenis obat wajib apotek tersebut. b. Membuat catatan pasien dan obat yang telah diserahkan. c. Memberikan informasi tentang obat, meliputi dosis, aturan pakai, efek samping dan informasi lain yang dianggap perlu Promosi dan Edukasi Apoteker harus memberikan edukasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan, dengan memilihkan obat yang sesuai. Apoteker juga harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi antara lain dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster, penyuluhan dan lain-lain Pelayanan Residensial (Home Care) Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lanjut usia (lansia) dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record). 2.9 Penggolongan Obat Pemerintah menetapkan beberapa peraturan mengenai Tanda untuk membedakan jenis-jenis obat yang beredar di wilayah Republik Indonesia agar pengelolaan obat menjadi mudah. Beberapa peraturan tersebut antara lain yaitu : a. UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. b. Kepmenkes RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. c. Kepmenkes RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G.

29 20 d. Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VIII/90 tentang Obat Wajib Apotek. e. Permenkes RI No.688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika. Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu (Umar, 2007; Departemen Kesehatan RI, 1997): Obat Bebas Obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dikenal sebagai obat bebas. Tanda obat ini berupa lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas Obat Bebas Terbatas Obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter disebut obat bebas terbatas. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam. Gambar 2.2 Penandaan Obat Bebas Terbatas Contoh dari obat bebas terbatas yaitu, obat penghilang rasa sakit dan penurun panas, obat batuk, obat influenza, obat tetes mata untuk iritasi ringan, dan obat-obat antiseptik. Obat golongan ini termasuk obat keras namun dapat dibeli tanpa resep dokter. Komposisi obat bebas terbatas merupakan obat keras sehingga dalam wadah atau kemasan perlu dicantumkan tanda peringatan (P1 P6). Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (disesuaikan dengan warna kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna putih. Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya yaitu:

30 21 a. P No 1: Awas! Obat keras. Baca aturan memakainya. Contoh: Sanaflu. b. P No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan. Contoh: Gargarisma Khan. c. P No 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh: Tingtur lodii. d. P No 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. Contoh: Sigaret Asma. e. P No 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Sulfanilamid Steril. f. P No 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Anusol Suppositoria. P No. 1 Awas! Obat Keras Baca aturan memakainya P No. 2 Awas! Obat Keras Hanya untuk kumur, Jangan ditelan P No. 3 Awas! Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan P No. 4 Awas! Obat Keras Hanya untuk dibakar P No. 5 Awas! Obat Keras Tidak boleh ditelan P No. 1 Awas! Obat Keras Obat wasir, jangan ditelan Gambar 2.3 Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas Perbedaan obat antara daftar obat B dan daftar obat G adalah obat pada daftar obat B dapat diperoleh tanpa resep dokter asal memenuhi ketentuanketentuan sebagai berikut: a. Obat-obat dengan daftar obat B hanya boleh dijual dalam kemasan asli pabrik pembuatnya. b. Waktu penyerahan obat-obat tersebut pada wadahnya harus ada tanda peringatan berupa etiket khusus yang tercetak sesuai dengan ketentuan kementerian kesehatan seperti yang diuraikan diatas Obat Keras Daftar G Obat keras adalah obat-obatan yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksi, dan lain-lain, pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Tanda khusus obat

31 22 keras yaitu lingkaran merah dengan garis tepi hitam dan huruf K di dalamnya yang ditulis pada etiket dan bungkus luar. Gambar 2.4 Penandaan Obat Keras Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter dan dapat diulang tanpa resep baru bila dokter menyatakan pada resepnya boleh diulang. Obat-obat golongan ini antara lain antibiotika, obat jantung, hormon, obat diabetes, beberapa obat ulkus lambung, dan semua obat suntik Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Penggolongan dari psikotropika adalah (Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, 1997): a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: etisiklidina, tenosiklidina, metilendioksi metilamfetamin (MDMA). b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, fensiklidin. c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amobarbital, pentabarbital, siklobarbital. d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu

32 23 pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: diazepam, estazolam, etilamfetamin, alprazolam Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika, 2009). Gambar 2.5 Penandaan Obat Narkotika Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika,2009; Redaksi Sinar Grafika, 2002): a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kokain, opium, heroin, ganja. b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: fentanil, metadon, morfin, petidin c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kodein, norkodeina, etilmorfina Pengelolaan Obat Non Narkotika-Psikotropika (Umar, 2007) Pemesanan Obat Non Narkotika-Psikotropika Surat pesanan disiapkan oleh petugas pembelian berdasarkan daftar permintaan barang apotek. Supplier dipilih yang dapat memberikan harga relatif

33 24 lebih murah dibandingkan dengan supplier lainnya. Negosiasi mengenai harga, diskon, masa tenggang pembayaran (tunai atau kredit) dan pelaksanaan pembelian dilakukan oleh petugas. Pemesanan obat dapat dilakukan melalui telpon, fax, atau langsung pada salesman atau supplier yang datang ke apotek Penyimpanan Obat Non Narkotika-Psikotropika Berbeda dengan obat narkotika dan psikotropika, penyimpanan obat ini tidak memliki peraturan yang baku. Cara menyimpan obat ini dapat disesuaikan dengan sifat bahan obat, kelembaban, dan bahan wadah. Selain hal tersebut, penyimpanan dapat diefisienkan dengan menggunakan lemari yang dibuat seperti sarang tawon dan memperhatikan estetika Pengelolaan Obat Narkotika Narkotika merupakan bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. Pengendalian dan pengawasan narkotika, di Indonesia merupakan wewenang Badan POM. Untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi sediaan dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat narkotika adalah bahan berbahaya yang penggunaannya dapat disalahgunakan. Secara garis besar pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan dan pemusnahan (Umar, 2007) Pemesanan Narkotika Untuk memudahkan pengawasan maka apotek hanya dapat memesan narkotika ke PBF PT. Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan (SP), yang ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIPA dan SIA. Surat pesanan dibuat rangkap 4 dan setiap SP hanya untuk satu jenis obat narkotik. Surat Pesanan yang berwarna putih, kuning, biru untuk PBF, 1 lembar yang berwarna merah sebagai arsip (Umar, 2007).

34 Penyimpanan Narkotika Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika dan harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 1978): a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut melekat pada tembok atau lantai. e. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh menteri kesehatan. f. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang dikuasakan. g. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Hal yang harus diperhatikan dalam pelayanan resep yang mengandung narkotika antara lain (Departemen Kesehatan RI, 1997; Direktorat Jenderal POM, 1997): a. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan atau ilmu pengetahuan. b. Narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. c. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar salinan resep dokter. d. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali.

35 26 e. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. f. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika Pelaporan Narkotika Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan bahwa apotek wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementerian Kesehatan. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Ditjen Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet Pemusnahan Narkotika APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan. Apoteker Pengelola Apotek dan dokter yang memusnahkan narkotika harus membuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika yang sekurang-kurangnya memuat: a. Nama, jenis, sifat, dan jumlah narkotik yang dimusnahkan. b. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan pemusnahan. c. Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan pemusnahan.

36 27 d. Cara pemusnahan dibuat berita Acara Pemusnahan Narkotika dikirim kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Dati II/ Kodya dengan tembusan kepada Balai POM. Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan dan pelaporan narkotika dapat dikenai sanksi administratif oleh Menteri Kesehatan yang berupa: teguran, peringatan, denda administratif, penghentian sementara kegiatan atau pencabutan izin (Departemen Kesehatan RI, 1997; Direktorat Jenderal POM, 1997) Pengelolaan Obat Psikotropika Ruang lingkup pengaturan psikotropika adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika yaitu: a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan. b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika. c. Memberantas peredaran gelap psikotropika. Secara garis besar pengelolaan psikotropika meliputi: Pemesanan Psikotropika Kegiatan ini memerlukan surat pesanan (SP), dimana satu SP bisa digunakan untuk beberapa jenis obat. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan adalah dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh APA dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIPA dan SIA. Surat pesanan dibuat rangkap 3, serta satu SP untuk beberapa jenis obat psikotropik Penyimpanan Psikotropika Kegiatan ini belum diatur oleh perundang-undangan, namun, karena kecenderungan penyalahgunaan psikotropika, maka disarankan untuk obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus.

37 Pelaporan Psikotropika Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan melalui perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP). Mekanisme pelaporan psikotropika sama dengan pelaporan narkotika Pemusnahan Psikotropika Pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib dibuat Berita Acara dan dikirim kepada Suku Dinas Kesehatan, Dinas Kesehatan Dati II/Kodya dengan tembusan kepada Balai POM Pelanggaran Apotek Sanksi yang diberikan bagi pemilik atau pengelola apotek yang melanggar peraturan perundang-undangan dapat berupa sanksi administratif (mencakup peringatan, penghentian sementara kegiatan hingga pencabutan izin). Tingkat sanksi yang diberikan tergantung kepada tingkat keseriusan pelanggaran yang dilakukan oleh sarana tersebut (Sub Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002; Kementrian Kesehatan, 2002). Tahap pemberian sanksi tersebut adalah sebagai berikut: a. Peringatan secara tertulis kepada Pengelola atau Pemilik Sarana Apotek sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan. b. Pembekuan izin usaha Sarana Apotek dapat untuk jangka waktu 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan dan selama-lamanya 6 bulan. Penetapan Pembekuan Izin Apotek. Keputusan pencabutan SIA disampaikan langsung oleh kepala Dinas Kesehatan dengan tembusan kepada kepala Badan POM dan Balai POM setempat.

38 29 c. Pencabutan izin SIA (Surat Izin Apotek) Beberapa pelanggaran sarana apotek yang dapat dikenai sanksi peringatan tertulis adalah sebagai berikut (Sub Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002) : a) Administrasi pengelolaan obat tidak tertib. b) Kelengkapan apotek tidak lengkap. c) Merubah denah apotek tanpa melapor ke Suku Dinas Kesehatan. Untuk tindak pelanggaran yang lebih berat, maka sarana apotek akan dikenakan sanksi berupa peringatan keras bila (Sub Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002) : a. Mengadakan obat dari sumber yang tidak resmi. b. Bekerjasama dengan PBF atau Industri farmasi untuk menyalurkan obat keras kepada pihak lain yang tidak berhak. c. Mengganti obat generik dengan obat merek dagang. d. Tidak ada tenaga teknis farmasi (apoteker) pada jam buka apotek. e. Menjual obat generik di atas harga HET (harga eceran tertinggi). f. Mengganti obat generik dengan obat paten. Sarana apotek akan dikenakan sanksi berupa penghentian kegiatan sementara jika melakukan pelanggaran berupa (Sub Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002): a. Apotek tidak memiliki izin. b. Menyalurkan obat yang tidak memiliki izin edar (tidak terdaftar), baik obat bebas, obat keras, psikotropika maupun narkotika. c. Apotek pindah alamat tanpa izin. d. PSA (Pemilik Sarana Apotek) melanggar undang undang kefarmasian. e. Apotek dengan sengaja melakukan pengadaan dan pelayanan obat yang tidak memenuhi persyaratan mutu.

39 Pencabutan Surat Izin Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/2002, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dapat mencabut Surat Izin Apotek, apabila: a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai APA. b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian. c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus menerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan ketentuan perundang-undangan lainnya. e. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) APA tersebut dicabut. f. Pemilik sarana apotek tersebut terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat. g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek. Namun sebelum pencabutan izin apotek dilakukan, terlebih dahulu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002) : a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan waktu masing-masing dua bulan dengan menggunakan contoh formulir model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan di apotek dengan menggunakan contoh formulir model APT-13. Pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan mengeluarkan surat keputusan yang ditujukan kepada APA, menggunakan contoh formulir model APT-15, dengan tembusan yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi serta Kepala Balai POM setempat. Apabila surat izin apotek dicabut,

40 31 APA atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi, yaitu dengan cara sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002): a) Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b) Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c) APA wajib melapor secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat atau petugas yang diberi wewenang tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas. Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut telah memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan menggunakan contoh formulir APT-14. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari tim pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

41 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK SAFA 3.1 Sejarah Apotek Safa Apotek Safa awalnya merupakan Apotek Tanjakan yang kemudian pada tahun 1991 diambil alih kepemilikannya dan diubah namanya menjadi Apotek Safa. Lokasi Apotek Safa berada di Jalan Bukit Duri Tanjakan Nomor 68, Jakarta Selatan. Apotek Safa mendapat Surat Izin Apotek (SIA) pada tahun 1991 dengan nomor 134/Kanwil/SIA/1991 atas nama Dra. Adriani Y. Lutan Apt. dengan SIK No. 0251/ / / / Pemilik Sarana Apotek Safa adalah Ibu Fachriyah. 3.2 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia Suatu organisasi harus memiliki struktur organisasi yang baik agar pembagian tugas dan tanggung jawab dapat terlaksana dengan baik. Dalam menetapkan struktur organisasi sebuah apotek, harus disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan besarnya aktivitas apotek. Agar manajemen apotek dapat berjalan dengan baik, maka apotek harus memiliki struktur organisasi yang disusun dengan seksama meliputi pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas. Apotek Safa mempunyai beberapa orang karyawan dengan rincian sebagai berikut: Tenaga teknis farmasi: 1. APA : 1 orang 2. Asisten Apoteker : 2 orang Tenaga non teknis farmasi: 1. Juru resep : 1 orang 2. Tenaga administrasi dan keuangan : 2 orang 3. Tenaga kebersihan : 1 orang 32

42 Fasilitas dan Kegiatan Apotek Apotek Safa memiliki ruang tunggu yang cukup luas dan nyaman yang dilengkapi dengan tempat duduk yang cukup banyak dan tersusun rapi, kamar mandi, televisi, kipas angin, bahan bacaan seperti buku dan majalah, brosur dan selebaran (leaflet) mengenai produk obat. Selain itu, Apotek Safa juga memiliki lahan parkir yang cukup luas, sehingga memudahkan bagi konsumen untuk memarkir kendaraannya. Apotek Safa menyediakan praktek dokter umum, dokter penyakit dalam dan psikolog. Jika dilihat dari keaktifannya, hanya dokter penyakit dalam yang melakukan praktek dari hari Senin hingga Jumat. Sedangkan dokter umum dan psikolog melakukan praktek jika melakukan perjanjian dengan pasien sebelumnya. Pelayanan yang diberikan Apotek Safa dalam seminggu sebanyak 6 (enam) hari yaitu mulai hari Senin hingga Sabtu, sedangkan pada hari Minggu dan hari libur apotek tutup. Kegiatan pelayanan di Apotek Safa dilakukan dari pukul hingga yang dibagi menjadi 2 waktu kerja (shift) dengan tujuan mendukung kelancaran kegiatan pelayanan, yaitu pukul dan pukul , namun bila dokter belum selesai praktek maka apotek akan buka hingga praktek dokter selesai. Kegiatan pelayanan di Apotek Safa meliputi dua bagian yaitu pelayanan untuk over the counter (OTC) dan pelayanan obat dengan menggunakan resep. 3.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pengadaan Perbekalan Farmasi Pengadaan sediaan farmasi di Apotek Safa bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap obat dan perbekalan farmasi. Pengadaan barang di Apotek Safa dilakukan oleh asisten apoteker yang diberi wewenang dan tanggung jawab oleh apoteker. Pemesanan dan pembelian barang dilakukan jika barang tersebut habis atau hampir habis. Permintaaan pembelian sediaan farmasi khususnya obat, dilakukan setiap hari kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) melalui telepon atau salesman yang datang ke apotek. Asisten apoteker dapat

43 34 melakukan pengadaan barang dengan surat pesanan yang diparaf oleh asisten apoteker. Prinsip pengadaan barang pada Apotek Safa: a. Barang atau obat dipesan ke distributor yang resmi dan terpercaya. b. Jenis dan jumlah barang yang dibeli disesuaikan dengan kondisi keuangan dan kategori arus barang, termasuk fast moving atau slow moving. c. Pemesanan barang/obat berdasarkan pola peresepan dari dokter, epidemiologi atau penyakit yang sedang banyak diderita oleh pasien, dan produk-produk merek ternama (brand name) yang sedang digemari oleh masyarakat. d. Kondisi yang paling menguntungkan (mempertimbangkan mengenai harga, diskon, syarat pembayaran dan ketepatan barang datang). Pengadaan barang di Apotek Safa dilakukan dengan cara COD (cash on delivery), kredit dan konsinyasi. COD (cash on delivery) adalah pembelian barang dimana pembayaran dilakukan secara langsung pada saat barang datang, biasanya untuk pengadaan obat narkotika. Pembayaran yang dilakukan secara kredit adalah pembayaran dilakukan setelah jatuh tempo sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat. Konsinyasi adalah semacam penitipan barang dari distributor kepada apotek. Konsinyasi obat atau barang disertai semacam faktur yang berisi jenis dan jumlah obat atau barang dan harga obat atau barang tersebut sebagai tanda bukti. Biasanya konsinyasi dilakukan untuk obat-obat baru yang belum dijual di apotek atau sedang dalam masa promosi. Pembayaran dilakukan hanya terhadap barang konsinyasi yang telah terjual. Pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu pembelian secara terbatas, spekulasi, dan berencana. Dari ketiga cara tersebut Apotek Safa lebih menggunakan pembelian secara terbatas, hal ini untuk menghindari penumpukan barang, karena penumpukan barang belum tentu dapat meningkatkan omset, lebih baik dana tersebut digunakan untuk pengadaan barang lain agar perputaran modal tidak berhenti. Langkah-langkah pengadaan barang di Apotek Safa adalah: a. Barang yang habis atau hampir habis dicatat dalam buku defekta yang berisi nama barang dan keterangan (butuh segera atau tidak).

44 35 b. Pemesanan kepada PBF umumnya dilakukan melalui telepon atau surat pesanan langsung kepada salesman. Untuk pemesanan obat narkotika, dilakukan dengan surat pesanan yang diantar langsung kepada Kimia Farma. berdasarkan buku defekta. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kerjasama dengan PBF adalah : 1. responsibility yaitu bertanggung jawab terhadap barang pesanan 2. assurance yaitu jaminan terhadap barang pesanan 3. tangibles yaitu kepastian memperoleh barang yang dipesan 4. emphaty yaitu kemampuan membina hubungan 5. reliability yaitu ketepatan dalam pelayanan c. Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh asisten apoteker disertai dengan penerimaan faktur pembelian yang disesuaikan dengan surat pemesanan dari apotek. Pengecekan barang meliputi jumlah, jenis, waktu kadaluarsa, dan kondisi fisik barang. Jika barang sesuai dengan pesanan, maka faktur tersebut ditandatangani oleh asisten apoteker yang menerima barang disertai nama terang, tanggal penerimaan dan stempel apotek. Untuk pembelian secara tunai, faktur asli diserahkan kepada apotek. Namun untuk pembelian secara kredit, faktur asli yang telah ditandatangani dikembalikan pada pengirim barang dan salinan faktur disimpan oleh apotek untuk keperluan dokumentasi. Untuk faktur narkotika dan psikotropika disimpan terpisah. Barang yang baru datang tersebut kemudian diberi harga sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh apotek Penyimpanan Barang Barang-barang yang baru datang akan diberi harga terlebih dahulu dengan harga yang telah ditetapkan oleh apotek, kemudian ditempatkan di etalase atau rak-rak penyimpanan obat serta dilakukan pencatatan di kartu stok. Kartu ini diletakkan disamping setiap macam obat yang berfungsi untuk mengetahui tanggal pemasukan dan pengeluaran, jumlah pemasukan dan pengeluaran barang, dan sisa barang yang tersedia. Penempatan barang di apotek menggunakan sistem FIFO (First In First Out), demikian pula halnya obat-obat yang mempunyai waktu

45 36 kadaluarsa lebih singkat disimpan paling depan yang memungkinkan diambil terlebih dahulu atau sistem FEFO (First Expire First Out). Penyimpanan obat di Apotek Safa dilakukan berdasarkan: a) Obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan golongan obat. b) Obat ethical disusun secara alfabetis untuk mempermudah dalam pencarian atau pengambilan obat. c) Obat bebas disusun berdasarkan farmakologi dan estetika warna. d) Narkotika disimpan dalam lemari khusus narkotika. e) Psikotropika disimpan terpisah dengan obat ethical yang lain. f) Obat dengan penyimpanan khusus seperti suppositoria disimpan dalam lemari pendingin. 3.5 Pelayanan Apotek Pelayanan obat di Apotek Safa dilakukan dengan sistem tunai dan kredit. Pelayanan dengan resep tunai berasal dari dokter praktek di apotek maupun diluar apotek. Sedangkan pelayanan untuk resep kredit, apotek bekerjasama dengan suatu instansi dimana resep dikirim melalui fax dan obat diserahkan melalui sistem antar jemput. Dalam rangka meningkatkan pelayanan, diusahakan untuk memenuhi kelengkapan obat baik yang diresepkan dengan sistem pembayaran tunai maupun kredit. Apabila obat yang diresepkan tidak lengkap, maka apotek akan memenuhi ketersediaan obat tersebut dengan membeli di apotek lain. Untuk pelayanan resep kredit, jumlah obat yang kurang atau habis paling lambat diantar keesokan harinya. Penagihan dan pembayaran resep dari instansi tersebut dilakukan dua minggu sekali. Kegiatan penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi, baik obat bebas, obat wajib apotek (OWA), maupun obat dengan resep secara umum telah berjalan baik dan memenuhi ketentuan yang berlaku. Hal ini terlihat dalam pelayanan OWA dimana hanya obat-obat yang masuk dalam daftar OWA yang bisa diserahkan kepada pasien tanpa resep dokter, selain itu juga disertai dengan pemberian informasi tentang penggunaan, manfaat serta efek samping yang ditimbulkan oleh obat.

46 Pelayanan Obat dengan Resep Pelayanan atau penjualan dengan resep diberikan kepada pasien yang membeli obat dengan resep dokter secara tunai. Proses pelayanan resep di Apotek Safa sebagai berikut: a. Penerimaan Resep Setelah resep diterima dari konsumen, dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep dan dilanjutkan dengan pemeriksaan ketersediaan obat (dosis dan jumlah obat). Apabila ada penggantian obat, maka dilakukan atas persetujuan dokter atau pasien. Kemudian harga dari resep tersebut dihitung dan diberitahukan kepada konsumen untuk dimintai persetujuan. b. Pembayaran Obat Apabila konsumen telah setuju terhadap harga obat dalam resep, maka konsumen melakukan pembayaran secara tunai dan diberikan nomor urut resep. c. Peracikan dan Penyelesaian Resep Resep yang telah dibayar, kemudian dilakukan pembuatan etiket, penyiapan dan atau peracikan obat serta pengemasan obat sesuai dengan etiket pada bungkus masing-masing. Kemudian pembuatan salinan resep dan kuitansi (bila perlu). d. Pemeriksaan Akhir Sebelum diserahkan kepada konsumen, dilakukan pemeriksaan akhir dengan memeriksa kesesuaian penyiapan dan atau peracikan obat dengan resep, kesesuaian salinan resep dengan resep asli dan kebenaran kuitansi. e. Penyerahan Obat Kepada Pasien Penyerahan obat oleh asisten apoteker disertai dengan pemberian informasi yang diperlukan kepada pasien, seperti cara pakai dan informasi khusus yang diperlukan mengenai obat tersebut. Selain permberian informasi obat, asisten apoteker meminta data pasien seperti alamat dan nomor telepon. f. Penyimpanan Resep

47 38 Resep disimpan dan diurutkan sesuai dengan nomor urut resep. Penyimpanan dan pemisahan resep yang mengandung narkotika dan psikotropika serta pencatatan ke buku resep Pelayanan Obat Tanpa Resep Obat di apotek yang dapat dibeli tanpa resep dokter adalah obat bebas, bebas terbatas, dan obat wajib apotek (OWA) Penjualan Obat Bebas dan Bebas Terbatas Pelayanan obat bebas adalah pelayanan obat kepada konsumen tanpa melalui resep dokter. Obat-obat yang dapat dijual bebas adalah obat yang termasuk dalam daftar obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetika, dan alat kesehatan tertentu. Pembayaran obat bebas juga dilakukan di kasir, setelah lunas obat diserahkan kepada konsumen atau pembeli. Penjualan obat bebas tidak menggunakan nota pembelian, tetapi pasien dapat meminta struk pembelian apabila pasien menghendaki Pelayanan Obat Wajib Apotek Obat Wajib Apotek merupakan obat keras yang masuk dalam Daftar Obat Wajib Apotek. Penyerahan (DOWA) yang dapat diserahkan oleh apoteker atau asisten apoteker dan harus disertai dengan pemberian informasi tentang penggunaan, manfaat serta efek samping yang ditimbulkan oleh obat Pelayanan Informasi Obat dan Konseling Pelayanan Informasi Obat Pelayanan informasi obat sudah mulai dilaksanakan meskipun belum sepenuhnya berjalan dengan baik karena masih terbatas pada pemberian informasi saat penyerahan obat. Informasi obat yang diberikan adalah indikasi obat, cara pemakaian dan dosis obat Konseling Konseling bertujuan untuk membina hubungan antara apoteker dengan pasien; membangun kepercayaan pasien kepada apoteker dan menunjukkan

48 39 perhatian dan perawatan kepada pasien; memberikan informasi yang sesuai kondisi dan masalah penyakit pasien; membantu pasien menggunakan obat sesuai tujuan terapi dengan memberikan cara atau metode yang memudahkan pasien menggunakan obat dengan benar, meminimalkan terjadinya efek samping, efek yang tidak diinginkan serta mengatasi ketidakpatuhan; meningkatkan kemampuan pasien untuk mengatasi masalah dalam pengobatannya; dan agar pasien mengetahui sejarah pengobatan. 3.6 Kegiatan Non Teknis Farmasi Selain kegiatan teknis farmasi yang dijalankan oleh Apotek Safa, terdapat juga kegiatan non teknis farmasi berupa kegiatan keuangan dan kegiatan administrasi Kegiatan Keuangan Kegiatan keuangan meliputi kegiatan yang mencakup arus uang masuk dan uang keluar. Arus uang masuk berasal dari setiap transaksi penjualan di Apotek Safa, dan arus keluar berasal dari berbagai macam pengeluaran atau pembayaran hutang dagang. Apotek Safa memiliki satu orang karyawan khusus yang bertugas untuk mengurusi keuangan di apotek. Setiap karyawan pada tiap shift bertanggung jawab untuk membuat catatan pemasukan dan pengeluaran yang dibuktikan dengan nota pada shift yang menjadi tanggung jawabnya. Pencatatan pemasukan harian apotek biasanya dibagi dua yaitu pemasukan dari pagi hingga sore serta pemasukan dari sore hingga malam. Pendapatan dari Apotek Safa akan digunakan pengadaan barang dan keperluan operasional apotek. Keluar masuknya uang dicatat dalam buku-buku harian seperti: a) Buku kas untuk mencatat kegiatan yang terkait dengan uang yang ada di kas yang didalamnya tercatat semua pemasukan dan pengeluaran uang seharihari. b) Buku hutang merupakan dokumen apotek yang digunakan untuk mencatat hutang-hutang apotek. Buku ini mencatat semua transaksi pembelian barang dagangan dan berisi nomor faktur, tanggal, dan besar pinjaman obat yang diberikan oleh PBF.

49 40 c) Buku piutang merupakan dokumen apotek yang digunakan untuk mencatat piutang-piutang apotek yaitu pencatatan besarnya penyerahan obat ke instansi yang bekerja sama dengan Apotek Safa. d) Buku penjualan untuk mencatat hasil penjualan baik dari pendapatan resep, obat tanpa resep, atau barang dagangan. Dari transaksi yang terdapat pada buku-buku harian tersebut, maka dalam periode waktu tertentu Apotek Safa membuat laporan keuangan yang terdiri dari: a. Laporan laba rugi Laporan laba rugi dibuat setiap bulannya dan direkapitulasi setiap tahun. Laporan laba rugi berisi penjualan yang dikurangi stok awal ditambah pembelian dikurangi dengan stok akhir menghasilkan laba rugi sebelum operasional. Laba rugi sebelum operasional ini dikurangi biaya operasional akan menghasilkan laba rugi sebelum penyusutan. Laba rugi sebelum penyusutan dikurangi dengan penyusutan akan menghasilkan laba rugi setelah penyusutan. Setelah itu ditambah pendapatan non operasional menghasilkan laba rugi sebelum pajak kemudian dikurangi dengan pajak, barulah menghasilkan laba rugi bersih. b. Neraca akhir tahun Neraca ini biasanya digunakan untuk mengetahui posisi keuangan apotek pada akhir periode tutup buku. Buku ini berisi aktiva lancar, aktiva tetap dan pasiva. Aktiva lancar terdiri dari kas, uang bank, piutang, dan persediaan barang dagangan. Aktiva tetap terdiri dari inventaris apotek yaitu bangunan dan peralatan apotek. Total aktiva merupakan penjumlahan antara aktiva tetap dan aktiva lancar, sedangkan pasiva terdiri dari modal dan hutang Kegiatan Administrasi Sistem administrasi di Apotek Safa dimulai dari perencanaan barang, pengadaan barang, pengelolaan dan pelaporan barang keluar. Pengelolaan ini dilakukan oleh asisten apoteker yang dibantu oleh karyawan non asisten apoteker. Administrasi di apotek berfungsi untuk mencatat segala proses kegiatan kerja

50 41 yang ada di apotek. Kegiatan administrasi yang dilakukan di Apotek Safa meliputi: a. Administrasi pembelian kredit atau hutang dagang Apotek Safa melakukan pembelian dengan cara kredit dan kontan, biasanya setiap PBF memberikan kebijaksanaan harga obat maupun diskon yang berbeda-beda. Pencatatan pembelian kredit dibuat berdasarkan faktur hutang yang masuk ke apotek dan dibuat dalam sebuah laporan oleh bagian administrasi untuk memudahkan pengawasannya. b. Administrasi penjualan Administrasi penjualan di Apotek Safa meliputi pencatatan obat-obat yang terjual (obat ethical dan obat bebas). Semua transaksi penjualan baik penjualan obat resep maupun non resep yang terjadi setiap harinya dicatat per shift pagi atau sore dalam buku penjualan. Untuk membantu kelancaran proses penjualan obat-obat ethical, maka dibuat buku daftar harga yang memuat harga semua obat ethical di apotek. Pada buku ini tercantum nama obat dengan merek dagang, generik, maupun bahan baku yang disusun secara alfabetis agar memudahkan dalam mencarinya. Obat bebas tidak dibuat buku daftar harga karena langsung diberi harga setelah barang yang dipesan datang. c. Administrasi pembukuan Administrasi pembukuan diperlukan untuk mencatat transaksi-transaksi yang telah dilaksanakan seperti mencatat pembelian di kartu hutang, membuat laporan hutang yang sudah jatuh tempo. 3.7 Pengelolaan Narkotika Pemesanan Pemesanan narkotika dilakukan dengan surat pesanan khusus narkotika yang ditujukan kepada Kimia Farma sebagai distributor tunggal obat-obat narkotika Penerimaan dan Penyimpanan Penerimaan dilakukan oleh asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja dan bukti penerimaannya diterima dan ditandatangani oleh asisten apoteker.

51 42 Penyimpanannya pada lemari khusus yang terkunci, terjamin keamanannya, dan dapat dipertanggungjawabkan. Penyimpanan untuk penggunaan sehari-hari dan untuk persediaan diletakkan pada tempat yang sama Pelaporan Apotek membuat laporan pemasukkan dan pengeluaran narkotika berdasarkan dokumen di apotek yang harus sudah dikirimkan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Blanko pelaporan narkotika ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek, dibuat tiga rangkap dan dilaporkan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan, dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta, serta satu lembar yang digunakan sebagai arsip apotek. 3.8 Pengelolaan Psikotropika Pemesanan Pemesanan psikotropika dilakukan dengan surat pesanan khusus psikotropika yang dibuat 1 lembar asli diserahkan ke PBF yang bersangkutan Penerimaan dan Penyimpanan Penerimaan psikotropika dilakukan oleh asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja dan bukti penerimaannya diterima dan ditandatangi oleh asisten apoteker. Penyimpanan psikotropika dilakukan terpisah dengan obat ethical lain Pelaporan Penggunaan psikotropika dilaporkan sebulan sekali paling lambat tanggal 10 setiap bulan dan ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan dengan tembusan kepada Kepala Balai POM DKI Jakarta dan sebagai arsip. 3.9 Strategi Pengembangan Apotek Apotek Safa melakukan upaya pengembangan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumen serta meningkatkan pendapatan apotek. Upaya peningkatan tersebut dilakukan melalui pemberian informasi yang cukup jelas pada saat penyerahan obat kepada pasien atau konsumen, membantu pasien

52 43 dalam pemilihan obat dan memberikan alternatif pemberian obat generik berlogo pada pasien yang merasa harga obat yang dibelinya cukup membebani. Hal tersebut sekaligus bertujuan memasyarakatkan obat generik. Apotek Safa melakukan diversifikasi produk dan jasa untuk meningkatkan pendapatan apotek, yaitu dengan melakukan perluasan usaha agar memilik ciri khas sehingga menjadi berbeda dengan apotek yang lain. Diversifikasi yang dilakukan antara lain: a) Apotek menyediakan produk-produk kosmetik b) Apotek menyediakan produk keperluan rumah tangga c) Apotek menyediakan makanan dan minuman ringan d) Adanya usaha komplementer, yaitu laundry e) Praktek dokter dan lain-lain

53 BAB 4 PEMBAHASAN Apotek adalah suatu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya oleh apoteker kepada masyarakat. Apoteker bertanggung jawab dalam sebuah apotek untuk melakukan pekerjaan kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. 4.1 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja Apotek Safa Apotek Safa adalah apotek milik perseorangan (swasta) yang berfungsi sebagai sarana pelayanan kefarmasian untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu, juga memiliki fungsi ekonomi yang dapat menghasilkan keuntungan agar operasional tetap berlangsung. Agar kedua fungsi tersebut dapat berjalan lancar, maka diperlukan sistem manajemen yang baik untuk menunjang pelayanan kefarmasiannya. Penetapan struktur organisasi di setiap apotek dapat berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhan dan besarnya volume aktivitas apotek yang ditetapkan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Pada Apotek Safa, digunakan struktur organisasi wide span of control (rentang kendali lebar) yang membuat setiap karyawan di Apotek Safa bertanggung jawab langsung kepada APA dan Pemilik Sarana Apotek (PSA). Struktur organisasi di Apotek Safa yang sederhana membuat sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan di Apotek Safa tidak terlalu banyak sehingga mudah diawasi oleh APA dan PSA. Struktur sistem manajemen di Apotek Safa telah diterapkan dengan baik terlihat dengan adanya struktur organisasi apotek dan tanggung jawab masing-masing di setiap bagian, sehingga seluruh kegiatan di apotek dapat terkoordinasi dengan baik. Struktur organisasi Apotek Safa dapat dilihat pada Lampiran 1. 44

54 45 Sumber daya manusia di Apotek Safa memiliki enam orang tenaga kerja yang terdiri dari seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA), dua orang Asisten Apoteker (AA), seorang juru resep, dan dua orang tenaga non teknis kefarmasian untuk menangani bagian administrasi keuangan yang langsung bertanggungjawab kepada PSA. Peran APA di Apotek Safa masih belum maksimal karena ketidakhadiran APA pada jam buka apotek. Pelayanan resep biasanya dilakukan oleh asisten apoteker. Penentuan arah terhadap seluruh kegiatan di apotek diambil oleh asisten apoteker, kecuali wewenang dalam penandatanganan Surat Pemesanan (SP) serta laporan narkotika dan psikotropika yang tetap dilakukan oleh seorang APA. Apotek Safa buka mulai pukul setiap hari Senin sampai hari Sabtu yang terdiri dari 2 shift, pagi dan sore. Shift pagi dimulai dari pukul dan untuk shift sore dari pukul atau sampai apotek tutup. Apotek Safa terletak bersebelahan dengan praktek dokter sehingga biasanya tutup setelah semua resep dari dokter tersebut terlayani. Jika jam tutup adalah jam 22.00, tapi bila masih ada pasien, maka apotek belum tutup, menunggu pasien tersebut diperiksa oleh dokter dan melayani resep jika pasien ingin menebus obat di Apotek Safa. Hal ini dilakukan demi pelayanan kepada pasien agar pasien mudah dan dekat jika ingin membeli obat setelah diperiksa oleh dokter. Pada masing-masing shift, setiap AA di Apotek Safa menjalankan fungsi ganda yaitu fungsi pembelian, fungsi pelayanan dan administrasi umum yang meliputi pencatatan, pengarsipan, dan dokumentasi lainnya sehingga tidak ada posisi yang jelas di bagian penjualan maupun kasir yang menyebabkan seringkali penjualan tidak tercatat. Namun, fungsi ganda seperti ini memiliki sifat yang fleksibel, sehingga menjadikan hubungan antar karyawan Apotek Safa sangat baik dan suasana kekeluargaan sangat terasa di Apotek Safa karena setiap karyawan Apotek Safa harus saling berkoordinasi untuk mempertanggungjawabkan tugasnya secara langsung kepada APA dan PSA. Apotek Safa menyadari bahwa karyawan memegang peranan penting dalam meningkatkan penjualan di apotek. Oleh karena itu, karyawan disediakan tempat ibadah, snack pagi, makan siang dan makan malam sehingga setiap karyawan merasa nyaman dan bisa bekerja dengan baik dan memuaskan.

55 46 Kedisiplinan karyawan Apotek Safa cukup baik walaupun ada karyawan yang telat hadir, namun mereka menggantinya agar jam kerjanya memenuhi syarat. Jika ada karyawan yang berhalangan atau telat hadir, maka karyawan tersebut memberitahukan kepada karyawan lain untuk menggantikan tugasnya. 4.2 Letak dan Desain Apotek Apotek Safa terletak di Jalan Bukit Duri Tanjakan Nomor 68, Tebet, Jakarta Selatan. Daerah ini cukup strategis, dilalui oleh dua jalur kendaraan yang ramai dan berada di jalur lambat. Tidak terdapat pembatas jalan, sehingga kedua jalur dapat menuju ke Apotek Safa dengan mudah. Walaupun tidak terdapat trayek angkutan seperti angkot dan metromini, namun jalan di depan Apotek Safa cukup lebar, sehingga dapat dilalui kendaraan seperti mobil pribadi, bajaj, taksi, dan ojek. Selain itu, Apotek Safa dekat dengan Terminal Bus Kampung Melayu, Sekolah Menengah Atas, Stasiun Kereta Api Tebet, dan pemukiman penduduk yang padat. Hal ini membuat masyarakat lebih mudah untuk mengunjungi Apotek Safa. Jika kita menelusuri Jalan Bukit Duri Tanjakan, terdapat beberapa sarana kesehatan seperti Klinik Umum Bukit Duri 24 Jam, Praktek Dokter Gigi, Rumah Bersalin, dan Praktek Dokter serta cukup jauh dari apotek kompetitor, sehingga Apotek Safa merupakan satu-satunya apotek yang memiliki lokasi sangat strategis untuk dikunjungi. Apotek kompetitor tidak menimbulkan masalah bagi Apotek Safa karena harus menggunakan kendaraan untuk sampai ke apotek kompetitor terdekat. Apotek kompetitor dapat dimanfaatkan oleh Apotek Safa apabila obat yang diminta dalam resep tidak tersedia di Apotek Safa. Obat tersebut dapat dibeli di apotek kompetitor. Dengan demikian, kebutuhan pelanggan yang tidak tersedia di Apotek Safa tetap dapat terpenuhi. Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi Apotek Safa dapat dilihat pada Lampiran 2. Jika ditinjau dari desain eksterior, pada bagian depan bangunan Apotek Safa terdapat papan nama Apotek Safa yang terlihat cukup jelas dari kejauhan. Di bawah papan nama tersebut tedapat papan nama praktek dokter spesialis penyakit dalam. Pada siang hari, papan nama terlihat sangat jelas, namun pada malam hari

56 47 agak kurang terlihat karena kurangnya lampu penerang. Papan nama Apotek Safa dapat dilihat pada Lampiran 3. Apotek Safa memiliki halaman parkir yang cukup luas dan mampu menampung kendaraan para pelanggan apotek. Hal ini dapat memberikan kenyamanan bagi pasien yang membawa kendaraan pribadi. Halaman apotek dilengkapi pula dengan pagar yang menjamin keamanan apotek saat jam kerja sudah ditutup. Halaman parkir Apotek Safa dapat dilihat pada Lampiran 4. Akan tetapi, perlu diperhatikan mengenai bangunan apotek yang sudah terlihat cukup tua dan penggunaan kaca riben. Hal ini menjadi kekurangan dari desain eksterior Apotek Safa karena penggunaan kaca riben, membuat para calon pelanggan tidak bisa melihat langsung dari luar dengan jelas. Sehingga calon pelanggan tidak bisa melihat display obat-obat yang ada di apotek sehingga kurang meningkatkan motivasi untuk membeli. Apotek Safa terbagi atas ruang bagian depan dan ruang bagian dalam. Di bagian depan apotek, terdapat ruang tunggu bagi pasien yang cukup luas dan dilengkapi dengan tempat duduk yang banyak dan tersusun rapi, lemari pendingin, kasir, toilet, timbangan badan, televisi, kipas angin, bahan bacaan seperti buku dan majalah. Selain itu terdapat penjualan minuman, puding, es krim dan permen yang disediakan terutama bagi anak-anak yang ikut berkunjung ke Apotek Safa agar pelanggan tidak bosan ketika menunggu resepnya dikerjakan, serta toilet khusus bagi pelanggan apotek. Obat bebas dan promosi obat bebas berupa standing banner, poster, dan penyusunan dus obat bebas disusun dengan menarik pada bagian depan apotek. Obat OTC diletakkan dalam etalase dengan kaca transparan dan disusun rapi, sehingga terlihat jelas oleh pelanggan. Penataan obatobat OTC (Over The Counter), alat kesehatan, produk suplemen dan obat-obatan herbal di etalase depan sudah cukup rapi dan menarik. Antara ruang depan dan ruang racik dipisahkan oleh lemari obat OTC yang dibuat lebih tinggi dari etalase yang lain. Lemari pembatas dibuat lebih tinggi bertujuan untuk meletakkan obat OTC agar tidak tertutupi oleh etalase yang lebih pendek. Desain interior Apotek Safa bagian depan dapat dilihat pada Lampiran 5. Di belakang lemari OTC terdapat ruang racik. Antara kasir, ruang racik dan lemari OTC dibuat sedemikian rupa untuk memudahkan pelanggan agar dapat melihat dengan cukup jelas kegiatan yang ada di ruang racik, begitu pula

57 48 sebaliknya karyawan apotek dapat memantau ruang depan ketika menyiapkan obat. Oleh sebab itu, setiap pekerjaan yang dilakukan di dalam ruang racik harus dilakukan dengan rapi dan bersih karena pelanggan dapat melihat dengan cukup jelas dari depan ruang OTC. Penyusunan obat ethical diruang racik di Apotek Safa sudah tersusun dan tertata dengan rapi. Meja racik yang terletak di tengah ruangan yang dikelilingi oleh lemari obat ethical yang terdiri dari lemari obat generik, obat keras dan psikotropika yang tersusun berdasarkan alfabetis dan bentuk sediaannya. Desain interior Apotek Safa bagian dalam dapat dilihat pada Lampiran 6. Setiap obat disusun berdasarkan alfabetis dan bentuk sediaan sehingga memudahkan karyawan apotek untuk menyiapkan obat. Obat-obat psikotropika disusun dietalase yang berbeda namun berdekatan dengan obat golongan keras lainnya. Penempatan obat-obatan di Apotek Safa sudah cukup baik, namun terkadang masih ada obat yang tidak ditempatkan sesuai pada tempatnya karena sering digunakan atau karena keterbatasan tempat. Rak penyimpanan obat generik, obat nama dagang, psikotropika dan bahan obat racikan dapat dilihat pada Lampiran 7, 8 dan 9. Obat-obat golongan narkotika diletakkan ditempat yang terpisah dan tersembunyi, dilemari khusus, yang terbuat dari kayu, dibagi menjadi dua bagian dan dikunci. Hal ini menunjukkan bahwa Apotek Safa telah memenuhi persyaratan perundang-undangan mengenai pengelolaan obat golongan narkotika. Lemari penyimpanan obat narkotika dapat dilihat pada Lampiran 10. Sementara obat-obat yang memerlukan kondisi penyimpanan yang khusus disimpan di tempat yang suhunya terjaga, seperti lemari es untuk penyimpanan suppositoria dan ovula. Apotek Safa memiliki kartu stok yang terdapat di setiap kotak penyimpanan obat yang digunakan untuk mendokumentasikan jumlah obat yang masuk dan keluar. Blanko kartu stok obat di Apotek Safa dapat dilihat pada Lampiran 11. Namun, kartu stok ini kurang dipergunakan dengan baik sehingga sering terjadi kekosongan obat akibat tidak terdokumentasi jumlahnya. Padahal dengan adanya kartu stok obat-obat akan dapat dikelola dengan lebih baik dan tidak ada penolakan resep akibat kekosongan obat. Apotek Safa pun belum

58 49 memiliki ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan pengobatan pasien (patient medical record). Layout Apotek Safa secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran Pengelolaan Obat Sistem perencanaan pengadaan obat dan alat kesehatan di Apotek Safa didasarkan buku defekta yang ditulis berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan arus perjalanan obat (fast moving atau slow moving). Kemudian sistem pengadaan obat di Apotek Safa dilakukan setiap hari melalui telepon atau secara langsung ke pengantar obat (salesman) yang datang ke Apotek Safa. Pengadaan obat yang dilakukan setiap hari oleh Apotek Safa dimaksudkan agar jatuh tempo pembayaran obat-obatan yang dilakukan secara kredit tidak terjadi pada waktu yang bersamaan dan perputaran uang lebih terarah karena jumlah uang yang digunakan untuk pembayaran lebih dapat terbagi jumlahnya. Meskipun pemesanan obat dilakukan setiap hari, terkadang masih ada obat yang terlewat sehingga pengadaan obat terlambat dilakukan. Keterlambatan pengadaan obat dapat disebabkan oleh terlambatnya Pedagang Besar Farmasi (PBF) dalam mengantarkan pesanan Apotek Safa, yang menyebabkan adanya resep yang ditolak akibat kosongnya persediaan obat yang diinginkan oleh pelanggan. Namun, apabila memungkinkan Apotek Safa dapat memanfaatkan apotek kompetitor untuk memenuhi pelayanan resep pelanggan. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran di Apotek Safa masih kurang terorganisir secara baik, karena tidak adanya sistem perencanaan ketika akan melakukan pembelian. Pembelian obat dilakukan ke PBF yang resmi untuk menjamin bahwa obat yang dijual oleh apotek adalah obat asli dan bukan obat palsu. PBF dipilih yang terpercaya dan dapat mengantarkan obat dengan tepat waktu dan kualitas obat yang baik, serta dapat memberikan waktu jatuh tempo pembayaran lebih lama, atau disesuaikan dengan adanya obat-obatan tertentu yang hanya disalurkan oleh PBF tertentu. Selain pembelian secara kredit, Apotek Safa juga melakukan pengadaan obat dengan cara tunai dan konsinyasi.

59 50 Untuk obat golongan non narkotika, pemesanan dapat dilakukan melalui telepon dan surat pesanan dapat diberikan setelah obat datang. Contoh surat pesanan untuk obat non narkotika dapat dilihat pada Lampiran 13. Sedangkan untuk obat golongan narkotika, surat pesanan harus dikirimkan terlebih dahulu ke Kimia Farma yang telah ditandatangani oleh APA, baru kemudian obat narkotika dapat dikirim. Untuk obat narkotika satu lembar surat pesanan hanya digunakan untuk satu jenis obat. Contoh lembar surat pesanan narkotika dapat dilihat pada Lampiran 14. Sedangkan untuk obat golongan psikotropika, surat pesanan dalam satu lembar bisa untuk lebih dari satu obat, dan pemesanannya pun bisa dilakukan ke PBF selain PBF Kimia Farma, namun, tetap saja untuk surat pesanan golongan psikotropika harus dilengkapi dengan rangkap 3 disertai tandatangan APA, No SIK serta cap apotek. Lembar surat pesanan psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 15. Obat Narkotika dan Psikotropika diberikan kepada pasien menggunakan resep dari dokter. Setiap bulannya sebelum tanggal 10 apotek harus melaporkan penggunaan narkotika dan psikotropika. Laporan dibuat rangkap 4 ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta, serta arsip untuk Apotek Safa. Laporan Narkotika dapat dilihat pada Lampiran 16. Contoh laporan psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 17. Untuk obat narkotika dan psikotropika yang sudah kadaluwarsa atau tidak memenuhi syarat maka dilakukan pemusnahan obat. Pada saat pemusnahan, dibuat berita acara seperti pada Lampiran Pelayanan Kefarmasian Apotek Safa melayani pembelian obat dengan resep maupun pembelian obat bebas. Pembayaran obat di Apotek Safa dapat dilakukan dengan sistem kredit dan tunai. Pelayanan untuk resep kredit, Apotek Safa bekerjasama dengan suatu instansi dimana resep dikirim melalui fax dan obat diserahkan melalui sistem antar jemput. Hal ini merupakan salah satu cara yang menguntungkan karena pendapatan Apotek Safa tidak hanya bergantung pada pembelian tunai saja. Sedangkan pelayanan dengan resep tunai berasal dari dokter praktek di Apotek

60 51 Safa maupun diluar Apotek Safa. Jika obat hanya ditebus sebagian, maka apoteker atau asisten apoteker membuatkan salinan resep untuk pasien tersebut. Blanko salinan resep dapat dilihat pada Lampiran 19. Bila ada permintaan dari pasien dapat pula dibuatkan kuitansi atas harga obat-obatan yang dibeli pasien. Blanko kuitansi dan etiket Apotek Safa dapat dilihat pada Lampiran 20 dan Lampiran 21. Selain pelayanan yang berkaitan dengan obat, Apotek Safa juga melayani jasa laundry dengan bekerjasama dengan perusahaan laundry yang pusatnya berada di Bekasi. Karyawan Apotek Safa mengetahui pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan konsumen oleh karena itu, setiap karyawan selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan konsumen. Hubungan yang baik dengan konsumen harus dijaga untuk mempertahankan pelanggan lama sehingga tidak menutup kemungkinan untuk menarik pelanggan baru. Hubungan yang terjadi saat ini antara Apotek Safa dan konsumen cukup baik, hal ini terlihat dari keakraban yang beberapa kali tampak antara karyawan Apotek Safa dengan pelanggannya. Karyawan Apotek Safa berusaha memberikan pelayanan swamedikasi. Swamedikasi sangat berkaitan erat dengan konsep no pharmacist no service atau Tiada Apoteker Tiada Pelayanan (TATAP) yang sedang giat digalakkan agar dapat dilaksanakan di setiap apotek. Akan tetapi, disayang sekali karena Apotek Safa belum dapat mewujudkan pelaksanaan program TATAP disebabkan oleh kesibukan APA yang membuat kehadirannya di apotek belum bisa maksimal. Pelayanan dalam bentuk komunikasi, informasi serta edukasi kepada pelanggan masih kurang karena hanya dilakukan oleh asisten apoteker, yang tugasnya tidak hanya memberikan informasi kepada pasien, namun juga mengurusi perencanan, pembelian, dan mengatur kegiatan yang ada di apotek. Sebaiknya, informasi kepada pasien di berikan oleh seorang apoteker karena lebih kompeten dan memang tugas dari apoteker adalah memberikan informasi obat kepada pasien. Namun, karena apoteker jarang ada di tempat, sehingga pemberian informasi obat diberikan oleh asisten apoteker. Hal tersebut, tidak menjadi masalah bagi asisten apoteker karena asisten apoteker yang bekerja disana pun sebenarnya sudah resmi menjadi apoteker, hanya saja asisten apoteker tersebut baru lulus, sehingga belum mengurus surat izin praktek apotekernya. Meskipun informasi yang

61 52 diberikan oleh asisten apoteker hanya sekedarnya saja, namun informasi tersebut cukup memuaskan pelanggan karena asisten apoteker berusaha untuk memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya hingga pelanggan merasa cukup puas dengan informasi yang diberikannya. Dalam melayani pelanggan, karyawan juga tidak terlalu berorientasi pada keuntungan tetapi lebih pada kesembuhan konsumen. Hal ini terlihat dari rekomendasi asisten apoteker terhadap konsumen untuk memakai obat generik terutama untuk yang tidak mampu. Hal tersebut tentu saja untuk menjaga agar konsumen tidak merasa bahwa obatnya mahal sehingga akan membeli lagi di Apotek Safa. Pengelolaan terhadap resep yang masuk dilakukan dengan cara mengelompokkan resep tiap bulan berdasarkan bulan penerimaaan resep dan diurutkan sesuai dengan nomor resep. Apotek Safa menyimpan resep selama 3 tahun dan memusnahkannya setelah lebih dari 3 tahun. Secara keseluruhan, pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Apotek Safa belum berjalan dengan optimal dan dapat dikategorikan kurang dikarenakan kehadiran apoteker yang tidak intensif di apotek, sehingga semua pelayanan kefarmasian yaitu pemeriksaan resep, dispensing, penyerahan obat, dan pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dilakukan oleh asisten apoteker. Kegiatan administrasi dalam hal pengarsipan resep dilakukan dengan cara mengelompokkan resep tiap bulan berdasarkan bulan penerimaan resep, dan diurutkan sesuai dengan nomor resep. Kekurangan dari Apotek Safa adalah penggunaan kartu stok yang belum berfungsi secara maksimal sehingga sering terjadi kekosongan barang. Evaluasi terhadap mutu pelayanan apotek sebaiknya dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan pelayanan yang telah dilakukan. Apotek Safa juga belum memiliki prosedur tertulis yang jelas, agar setiap kegiatan yang dilakukan di apotek menghasilkan output yang sama. Sehingga akan meningkatkan kepuasan pelanggan serta menambah pelanggan baru.

62 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1) Apotek Safa adalah salah satu apotek swasta dengan sistem manajemen apotek yang sederhana. 2) Kegiatan pengelolaan di Apotek Safa meliputi kegiatan teknis kefarmasian dan kegiatan non teknis kefarmasian, serta kegiatan manajemen apotek dan dalam memberikan pelayanan kefarmasian di Apotek Safa sudah berjalan dengan cukup baik 3) Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Apotek Safa belum sepenuhnya menjalankan fungsinya sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku dalam mengelola semua kegiatan yang berlangsung di Apotek Safa, baik manajerial maupun pemberian pelayanan kefarmasian yang baik bagi pelanggan Apotek Safa. 5.2 Saran 1) Pemenuhan dan kelengkapan stok barang terutama untuk barang-barang yang bersifat fast moving dan barang yang sering diresepkan oleh dokter, hal ini sangat penting mengingat adanya pengaruh kepuasan pelanggan terhadap adanya barang yang ingin dibeli di Apotek Safa. 2) Peningkatan fasilitas fisik seperti bangunan, toilet, etalase agar terlihat rapi dan menarik bagi pelanggan. 3) Penerapan fungsi APA di apotek yang sesuai Undang-Undang dan peraturan yang berlaku perlu ditingkatkan di Apotek Safa atau dengan diadakannya apoteker pendamping. 4) Evaluasi terhadap pelayanan di Apotek Safa sebaiknya dilakukan baik dari internal maupun eksternal sehingga akan meningkatkan kualitas dari apotek yang tentunya juga akan meningkatkan kepuasan pelanggan apotek. 53

63 DAFTAR ACUAN Anif, M. (2001). Manajemen Farmasi Cetakan Ketiga. Yogyakarta: UGM Press. Departemen Kesehatan RI. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika, Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 Tentang Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993 Tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/Menkes/Per/X/1993 Tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 924/Menkes/PER/IX/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1997). Peraturan Menteri Kesehatan No. 688/Menkes/Per/VII/1997 Tentang Peredaran Psikotropika. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 992/Menkes/PER/X/

64 55 Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027 Tahun 2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (1997). Keputusan Kepala Direktorat Jenderal POM RI No. 336/E/SE/1997. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.889/MENKES?PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Redaksi Sinar Grafika. (2002). Undang-Undang Narkotika dan Psikotropika, Sinar Grafika, Jakarta. Sub Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta Umar, M. (2007). Manajemen Apotek Praktis. Jakarta: Nyohoko Brother's. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta

65 LAMPIRAN

66 56 Lampiran 1. Struktur Organisasi Apotek Safa

67 57 Lampiran 2. Peta Lokasi Apotek Safa Keterangan : = Apotek Amani = Apotek Salamat = Klinik bersalin Muh husein = Praktek drg. L. Suhanda = Klinik Umum 24 jam Bukit Duri = Praktek dr. Femi Mutia dan dr. Naharus Surur = RS Hermina

68 58 Lampiran 3. Papan Nama Apotek Safa Lampiran 4. Halaman Parkir Apotek Safa

69 59 Lampiran 5. Desain Interior Aoptek Safa Bagian Depan Lampiran 6. Desain Interior Apotek Bagian Dalam

70 60 Lampiran 7. Rak Penyimpanan Obat Generik dan Obat Nama Dagang Lampiran 8. Rak penyimpanan Obat Psikotropika

71 61 Lampiran 9. Rak Penyimpanan Obat Racikan

72 62 Lampiran 10. Lemari Penyimpanan Narkotika

73 63 Lampiran 11. Blanko Kartu Stok

74 64 Lampiran 12. Layout Apotek Safa Keterangan : A. Pintu Masuk B. Ruang Tunggu C. Ruang Peracikan D. Gudang Penyimpanan E. Musholla F. Toilet G. Ruang praktek dr. Sofyan, dr.dilla H. Ruang konsultasu psikolog dr. Nurul I. Ruang praktek dr. Ludin J. Ruang penyimpanan laundry K. Lahan parkir

75 65 Lanjutan Keterangan : 1. Lemari alat kesehatan 2. lemari es 3. Box es krim 4. Etalase obat bebas 5. Kasir 6. Tempat penerimaan resep 7. Tempat penyerahan obat 8. Kursi tunggu 9. Display brosur dan majalah kesehatan 10. Televisi 11. Lemari etalase obat bebas 12. Rak sediaan padat generik 13. Rak sediaan padat paten 14. Rak sediaan : a. Cair generik b. Cair paten c. Padat paten (abjad A-C) 15. Meja racik 16. Rak sediaan padat paten (abjad G-O) 17. Rak sediaan padat paten (abjad P-Z) 18. Alat timbang dan perlengkapan apotek 19. Rak sediaan: a. Semi padat b. Tetes mata dan telinga 20. Rak penyimpanan resep 21. Rak bahan baku farmasi 22. Lemari pendingin 23. Wastafel 24. Lemari narkotika

76 66 Lampiran 13. Surat Pesanan Non Narkotik

77 67 Lampiran 14. Surat Pesanan Narkotika

78 68 Lampiran 15. Surat Pesanan Psikotropika

79 69 Lampiran 16 Laporan Narkotika Apotik : APA : Alamat : LAPORAN PENGGUNAAN NARKOTIKA No. Nama Obat JULI 2010 Sediaan Stok Tgl/bln/thn Jumlah Tgl/bln/thn Jumlah Sisa Jakarta, 01 Agustus 2010 Apoteker Pengelola Apotek Nama APA SIK :

80 70 Lampiran 17. Contoh Laporan Psikotropika Apotik : APA : Alamat : LAPORAN PENGGUNAAN PSIKOTROPIKA JULI 2010 No. Nama Sediaan Satuan Stok awal Penerimaan Jumlah Pengeluaran Jumlah Stok Dari Untuk Akhir Jakarta, 01 Agustus 2010 Apoteker Pengelola Apotek Nama APA SIK :

81 71 Lampiran 18. Berita Acara Pemusnahan BERITA ACARA PEMUSNAHAN OBAT NARKOTIKA Pada hari ini..., jam..., tangal..., bulan...,tahun..., sesuai dengan Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002, tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 922/MENKES/X/1993, tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, kami yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Apoteker Pengelola Apotek : SIK/SP Nomor : Nama Apotek : Alamat Apotek : Telah melakukan pemusnahan : obat narkotika (sebagaimana tercantum dalam daftar terlampir) Tempat melakukan pemusnahan : Demikianlah berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab. Berita Acara ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dan dikirimkan kepada : 1. Kepala Suku Dinas Kesehatan kota Administrasi 2. Kepala Balai Besar POM Jakarta 3. Arsip Apotek Saksi-saksi : Jakarta, Yang mambuat berita acara,

82 72 Lampiran 19. Blanko Salinan Resep

83 73 Lampiran 20. Blanko Kuitansi Lampiran 21. Blanko Etiket

84 UNIVERSITAS INDONESIA PENATALAKSANAAN PENYAKIT HIPERLIPIDEMIA TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 PURWINDA HERIN MARLIASIH, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

85 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR LAMPIRAN... iv BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Etiologi Hiperlipidemia Biokimia Lemak dalam Darah Klasifikasi Kelainan Lemak Darah Hiperlipidemia Primer Hiperlipidemia Sekunder Gejala Pengobatan Hiperlipidemia Terapi Non Farmakologis Terapi Farmakologis Penatalaksanaan Hiperlipidemia Pengaturan Diet Penanganan Penyakit Sekunder dan Pemberian Obat BAB 3 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Metode BAB 4 PEMBAHASAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN ii

86 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Klasifikasi Lipoprotein... 6 Tabel 2.2 Klasifikasi Hiperlipidemia Menurut Fredrickson... 7 Tabel 2.3 Klasifikasi Hiperlipidemia Menurut Talbert... 8 Tabel 2.4 Penyakit dan Obat-obatan yang Menyebabkan Hiperlipidemia... 9 Tabel 2.5 Contoh Penyakit Sekunder Akibat Abnormalitas Lipoprotein... 9 Tabel 2.6 Pedoman Terapi iii

87 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Scan Resep Asli (dengan perubahan) Lampiran 2 Brosur Depan Lampiran 3 Brosur Belakang iv

88 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperlipidemia adalah salah satu penyakit tidak menular yang turut menyumbang sebagai penyakit pembunuh manusia terbesar di dunia. Menurut WHO (World Health Organization) penyakit tidak menular atau noncommunicable diseases (NCDs) telah menyebabkan kematian hampir 36 juta orang di seluruh dunia setiap tahun (World Health Organization, 2011). Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan terdapat peningkatan kadar lipid dalam darah yaitu trigliserida, kolesterol atau keduanya dan penurunan kadar HDL. Kadar kolesterol serta trigliserida yang tinggi dan berlangsung lama dapat menyebabkan penebalan pembuluh darah dengan risiko penyempitan pembuluh darah. Keadaan ini dapat mempengaruhi sistem organ dalam tubuh dan memicu timbulnya penyakit lain seperti arterosklerosis, perlemakan hati, dan stroke. (Ahlian, 2005) Faktor utama yang menyebabkan hiperlipidemia adalah meningkatnya taraf hidup masyarakat sehingga mengubah pola makan yang membuat peningkatan kadar kolesterol. Obesitas, usia, kurang olahraga, stres, gangguan metabolisme, dan gangguan genetik adalah faktor lain yang mempengaruhi peningkatan kolesterol dalam darah. Keadaan ini dapat ditimbulkan karena meningkatnya peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh. (Anwar, 2004) Di Indonesia prevalensi hiperlipidemia semakin meningkat. Penelitian di Jakarta pada tahun 1988 menunjukkan bahwa kadar rata-rata kolesterol total pada wanita adalah mg/dl dan pria 199,8 mg/dl, tahun 1993 meningkat menjadi 213,0 mg/dl pada wanita dan 204,8 mg/dl pada pria. Pada beberapa daerah nilai kolesterol yang sama yaitu Surabaya (1985) 195 mg/dl, Ujung Pandang (1990) 219 mg/dl dan Malang (1994) 206 mg/dl. (Anwar, 2004). 1

89 2 Perkembangan hiperlipidemia umumnya lambat dan seringkali bersifat asimptomatik atau tidak menunjukkan gejala yang khas. Hal ini cenderung membuat masyarakat mengabaikan pentingnya menjaga pola hidup dan asupan makanan, sehingga keadaan gawat baru dapat diketahui setelah timbulnya penyakit ikutan. Kemunculan penyakit ikutan yang lebih berat atau diagnosis yang terlambat menyebabkan kondisi pasien semakin parah dan mungkin berujung pada kematian. Penyakit ikutan yang timbul memacu pasien menggunakan obat-obatan yang lebih banyak dan bermacam-macam, sehingga pemakaiannya dapat memungkinkan terjadinya interaksi obat. Untuk mengatasi permasalahan di atas, diperlukan kerja sama antara tenaga kesehatan dan masyarakat. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat penting diperlukan untuk menciptakan masyarakat yang mampu menjaga kondisi kesehatan secara mandiri, mulai mempertahankan pola hidup yang benar serta waspada terhadap hiperlipidemia sejak dini. Apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat dengan cara memberikan edukasi kepada masyarakat. Selain itu melalui pelayanan kefarmasian, apoteker dapat mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan terapi hiperlipidemia, memberikan rekomendasi pengobatan yang tepat, melakukan monitoring keberhasilan terapi dan efek samping yang mungkin timbul, serta memberikan konseling. Agar peran apoteker di atas dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan pemahaman tentang patofisiologi, farmakologi, dan farmakoterapi penyakit hiperlipidemia. Selain itu, diperlukan juga keterampilan yang baik dalam memberikan edukasi dan konseling kepada pasien maupun berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain. Dalam tugas khusus ini akan dibahas mengenai patofisiologi, farmakoterapi, dan farmakologi yang berkaitan dengan hiperlipidemia agar dapat membantu apoteker untuk meningkatkan kemampuan pelayanan kefarmasiannya, khususnya untuk penyakit hiperlipidemia.

90 3 1.2 Tujuan 1. Meningkatkan pemahaman apoteker tentang hiperlipidemia dan penatalaksanaannya. 2. Meningkatkan pemahaman apoteker tentang pelayanan kefarmasian untuk penyakit hiperlipidemia.

91 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Etiologi Hiperlipidemia Hiperlipidemia atau dislipidemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar lemak yaitu kolesterol plasma, trigliserida (TGS), atau keduanya, atau penurunan kadar high density lipoprotein (HDL) yang memungkinkan mengakibatkan terjadinya aterosklerosis. Peningkatan kadar lemak dalam darah disebabkan karena dua faktor yaitu faktor primer (adanya gangguan-gangguan metabolisme lipid) atau faktor sekunder (komplikasi penyakit lain) (Goldberg, 2008). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hiperlipidemia dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Faktor primer (genetis) : Faktor primer yang dapat menyebabkan hiperlipidemia antara lain adanya perubahan atau mutasi dari satu atau banyak gen yang menyebabkan overproduksi trigliserida dan kolesterol LDL maupun kekurangan produksi HDL. Hiperlipidemia yang disebabkan oleh genetis biasanya banyak ditemukan pada kasus-kasus yang terjadi pada anak kecil (Goldberg, 2008). 2. Faktor sekunder Faktor sekunder ini biasanya menyebabkan hiperlipidemia pada orang dewasa. Penyebab sekunder yang paling penting di negara maju adalah gaya hidup dengan asupan makanan yang berlebihan lemak jenuh, kolesterol, dan lemak trans dalam jumlah besar. Penyebab sekunder lainnya adalah diabetes mellitus, konsumsi alkohol yang berlebihan, penyakit ginjal kronis, hipotiroidisme, primary biliary cirrhosis, dan penyakit hati kolestatik lainnya. Selain itu obat-obatan seperti tiazid, β-blockers, retinoid, ARV, estrogen dan progestin, serta glukokortikoid (Goldberg, 2008). 2.2 Biokimia Lemak dalam Darah (Suryaatmadja & Silaman) Lemak (disebut juga lipid) adalah zat yang kaya energi, yang berfungsi sebagai sumber energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh 4

92 5 dari makanan atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan bisa disimpan di dalam sel-sel lemak untuk cadangan. Terdapat 3 jenis lipid yaitu kolesterol, trigliserida dan fosfolipida. Untuk dapat diangkut dengan sirkulasi darah maka lipid, yang bersifat tidak larut di dalam air, berikatan dahulu dengan protein khusus, apoprotein, sedemikian rupa sehingga bentuk ikatan tersebut yang dikenal sebagai lipoprotein dapat larut di dalam air. Berdasarkan beberapa cara pemeriksaan dapat dibedakan beberapa jenis lipoprotein (LP) yaitu kilomikron, VLDL (very low density lipoprotein), LDL (low density lipoprotein) dan HDL (high density lipoprotein). Pengangkutan lipoprotein dapat dibedakan antara jalur eksogen dan endogen. Pada jalur eksogen mula-mula dibentuk kilomikron di sel epitel usus dari trigliserida dan kolesterol makanan. Melalui saluran limfe kilomikron masuk ke sirkulasi umum dan sampai ke kapiler jaringan adiposa dan otot rangka dimana enzim lipase lipoprotein (LL) memecah trigliserida dan melepaskan monogliserida dan asam lemak bebas (free fatty acid = FFA). Partikel sisa kembali ke sirkulasi umum. Setelah mengalami perubahan lalu diambil oleh hati. Hal ini berarti bahwa dengan cara tersebut trigliserida makanan diangkut ke jaringan adiposa sedangkan kolesterol makanan ke hati. Sebagian kolesterol ini akan diubah menjadi asam empedu, sebagian lagi diekskresi ke empedu tanpa diubah lagi dan sebagian lagi disebarkan ke jaringan lain. Pada jalur endogen trigliserida disintesa di hati bila mengandung asam lemak yang dengan gliserol membentuk trigliserida yang disekresi ke sirkulasi sebagai inti dari VLDL. Di kapiler jaringan terjadi penguraian trigliserida oleh LL dan penggantian trigliserida oleh ester kolesterol sehingga VLDL berubah menjadi LDL melalui IDL (intermediate density lipoprotein). LDL berfungsi untuk mengirimkan kolesterol ke jaringan ekstra hepatik seperti sel-sel korteks adrenal, ginjal, otot dan limfosit. Sel-sel tersebut mempunyai reseptor LDL di permukaannya. Di dalam sel LDL melepaskan kolesterol untuk pembentukan hormon steroid dan sintesa dinding sel. Selain itu ada pula sel-sel fagosit dari sistem retikuloendotel yang menangkap dan memecah LDL. Bila sel-sel mati maka kolesterol terlepas lagi dan diikat oleh HDL. Dengan bantuan enzim lesitin kolesterol asiltranferase (LCAT) kolesterol berikatan

93 6 dengan asam lemak dan dikembalikan ke VLDL dan LDL. Sebagian lagi diangkut ke hati untuk diekskresi ke empedu. Tabel 2.1 Klasifikasi Lipoprotein Ultrasentrifugasi Kilomikron VLDL LDL HDL 1) Diameter ) Susunan % Trigliserida % Kolesterol Ester % Kolesterol % Fosfolipid % Protein ) Apoprotein Utama A, B, C B, C, E B A, E 4) Asal Usus Usus, hati Hasil akhir Usus, hati metabolisme 5) Fungsi Transport trigliserida eksogen Transport trigliseridaen dogen VLD Transport kolesterol dan fosfolipid ke sel perifer Transport kolesterol dari sel perifer ke hati. 2.3 Klasifikasi Kelainan Lemak Darah Berdasarkan kadar lemak darah dibedakan antara hipolipidemia atau hipolipoproteinemia dan hiperlipidemia atau hiperlipoproteinemia. Kelainan dapat bersifat primer dimana kelainan lemak darah tersebut merupakan manifestasi utama biasanya familial. Dapat pula bersifat sekunder yang disebabkan adanya penyakit dasar. Hipolipidemia umumnya bersifat primer dan berkaitan dengan kadar kolesterol yang rendah misalnya defisiensi alfalipoprotein (penyakit Tangier), hipobetalipoproteinemia dan abetalipoproteinemia (sindrom Bassen Kornzweig). Pada 1967 Fredrickson, Levy dan Lees mengemukakan klasifikasi hiperlipidemia primer berdasarkan kadar kolesterol dan trigliserida plasma, ultrasentrifugasi dan elektroforesa lipoprotein. Dibaginya menjadi 5 tipe, yaitu I, II, III, IV dan V. Komisi WHO pada 1970 mengambil alih indentifikasi tersebut dan membedakan tipe II menjadi tipe IIa dan IIb. (Suryaatmadja & Silaman)

94 Hiperlipidemia Primer (Suyatna, 2007) Hiperlipidemia primer ditandai dengan kerusakan genetik yang meliputi kelainan pada protein, sel dan fungsi organ lainnya yang mengakibatkan keadaan yang tidak normal pada lipoprotein. Klasifikasi hiperlipidemia yang dikenal adalah klasifikasi Frederickson yang membagi hiperlipidemia atas dasar fenotip plasma dapat dilihat pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Klasifikasi hiperlipidemia menurut Fredrickson (Ross, Ross, & East, 2009) Fenotipe Penyakit Terkait Peningkatan Kolesterol TGA Atherogenisitas Lipoprotein Total I Hiperkilomikronemia Kilomikron Normal/+ + Tidak ada peningkatan Iia Familial hypercholesterolemi, polygenic hypercholesterolemi, nephrosis, hypothyroidism, LDL ++ normal ++ familial combined hyperlipidemia IIb Familial combined LDL dan hyperlipidemia VLDL III Dysbetalipoproteinem IDL ia IV Familial hypertriglyceridemia, VLDL Normal/ familial combined hyperlipidemia, sporadic hypertriglyceridemia, diabetes V Diabetes VLDL dan kilomikron Keterangan : IDL, intermediate density lipoprotein; LDL, low density lipoprotein; VLDL, very low density lipoprotein; TGA, Trigliserida; +, peningkatan.

95 8 Tabel 2.3 Klasifikasi hiperlipidemia menurut Talbert (Talbert, 2005) Fenotipe Lipid Hiperkolesterolemia Familial Hiperkolesterolemia Familial apo B100 defesiensi Poligenik hiperkolesterolemia Hipertrigliserida Fanilial Hipertrigliserida Familial LPL Familial apo CII defisiensi defisiensi Tingkat Lipid Plasma, mmol/l (mg/dl) TC = 7-13 ( ) TC = 7-13 ( ) TC = ( ) TG = ( ) TG > 8.5 (750) TG > 8.5 (>750) Lipoprotein Peningkatan Fenotipe Gejala Klinis LDL IIa Biasanya terdapat perkembangan santoma pada dewasa dan penyakit vaskular pada usia tahun LDL IIa Biasanya terdapat perkembangan santoma pada dewasa dan penyakit vaskular pada anakanak. LDL IIa Biasanya asimptomatik sampai perkembangan penyakit vaskuler, tidak ada santoma VLDL IV Asimptomatik, mungkin bisa diikuti dengan peningkatan resiko penyakit vaskuler Kilomikron, VLDL Kilomikron, VLDL Hipertrigliserida dan Hiperkolesterolemia Kombinasi hiperlipidemia Disbetalipoproteine mia TG = ( ); TC = ( ) TG = ( ); TC = ( ) I,V Mungkin bisa asimptomatik, mungkin bisa diikuti dengan pankreatitis, nyeri abdomen, pembesaran hati I,V Mungkin bisa asimptomatik, mungkin bisa diikuti dengan pankreatitis, nyeri abdomen, pembesaran hati VLDL,LDL IIb Biasanya asimptomatik sampai perkembangan penyakit vaskuler VLDL, IDL, LDL normal III Biasanya asimptomatik hingga perkembangan penyakit vaskuler Hiperlipidemia Sekunder Hiperlipidemia sekunder ditandai dengan kelainan pada lipid sebagai akibat dari kelainan suatu penyakit atau efek samping dari terapi obat dimana hal

96 9 tersebut tercatat memiliki presentasi hingga 40% dari semua tipe pada hiperlipidemia. Tabel 2.4 Penyakit dan obat-obatan yang dapat menyebabkan hiperlipidemia (Talbert, 2005) LDL Kolesterol Trigliserida HDL Kolesterol Kondisi Lain Diabetes Hipotirodisme Penyakit Obstruksi Hati Penyakit Ginjal Sindrom Nefrotik Gagal Ginjal Kronis Pasien Hemodialisis Obesitas Obat Estrogen Progesteron Protease Inhibitor Anabolik Steroid Kortikosteroid Isotretionin Siklosporin Antipsikosis Diuretik Tiazid Β-Bloker Tabel 2.5 Contoh Penyakit Sekunder akibat dari Abnormalitas Lipoprotein (Talbert, 2005) Abnormalitas Kasus Sekunder Lipoprotein Hiperkolesterolemia Hipertiroidisme Hipertrigliseridemia Penyakit obstruksi hati Sindrom nefrotik Obat : progestin, diuretik thiazid, glukokortikoid, beta bloker, isotretionin, inhibitor protease, siklosporin, mirtazapin Obesitas Diabetes mellitus

97 10 HDL Rendah Hepatitis akut Limphoma Obat : Alkohol, estrogen, isotretionin, beta bloker, glukokortikoid, resin asam empedu, thiazid, asparaginase, interferon, antifungi turunan azole, mirtazapin, steroid anabolik. Malnutrisi Obesitas Obat : steroid anabolik, probukol, isotretionin, progestin. 2.4 Gejala (LIPI, 2009) Biasanya kadar lemak yang tinggi tidak menimbulkan gejala. Kadangkadang, jika kadarnya sangat tinggi, endapan lemak akan membentuk suatu pertumbuhan yang disebut xantoma di dalam tendo (urat daging) dan di dalam kulit. Kadar trigliserida yang sangat tinggi (sampai 800 mg/dl atau lebih) bisa menyebabkan pembesaran hati dan limpa dan gejala-gejala dari pankreatitis (misalnya nyeri perut yang hebat). 2.5 Pengobatan Hiperlipidemia (Suyatna, 2007) Terapi Non Farmakologis a) Pengaturan Diet Prinsip utama pengobatan hiperlipidemia adalah mengatur diet yang mempertahankan berat badan normal dan mengurangi kadar lipid plasma. Individu dengan berat badan berlebih sebaiknya segera memulai makanan dengan diet penurun berat badan. Mereka dianjurkan makan makanan rendah kolesterol (<300 mg/hari), rendah lemak total (<30% dari kalori) dan rendah lemak jenuh (< 10% dari kalori). Pasien defisiensi lipoprotein lipase jarang memerlukan diet dengan total lemak yang sangat rendah. Pasien tanpa penyakit jantung koroner, diharuskan mengubah gaya hidup (diet, latihan fisik, penurunan berat badan) selama 3-6 bulan sebelum mulai terapi. Sebelum pengobatan dimulai penyebab hiperlipidemia sekunder harus diobati

98 11 seperti diabetes melitus, sindrom nefrotik, penggunaan alkohol, esterogen, hipotiroidisme, kelebihan glukokortikoid, penyakit hati obstruktif, dll. Tabel 2.6 Pedoman Terapi Kadar yang ingin dicapai (mg/dl) Kadar batas hingga tinggi (mg/dl) Kolesterol Total < > 240 LDL < > 160 HDL > 40 > 60 Trigliserida < > 200 Kadar tinggi (mg/dl) b) Menghilangkan Faktor Resiko Bila seseorang dengan faktor resiko hiperlipidemia dipacu oleh beberapa penyakit lain seperti diabetes melitus, pecandu alkohol atau hipotiroidisme maka penyakit tersebut perlu diobati. Pasien tersebut dianjurkan menghindari faktorfaktor yang dapat meningkatkan pembentukan arterosklerosis, yaitu menghentikan rokok, mengobati hipertensi, olahraga cukup dan pengawasan kadar gula darah pada pasien diabetes Terapi Farmakologis Pengobatan hiperlipidemia didasarkan atas hubungan hiperlipidemia dengan aterosklerosis (koroner dan perifer), pankreatitis akut (dengan hipergliseridemia) dan tendisitis serta xanthoma (kosmetik) Obat yang Menurunkan Lipoprotein Plasma a) Asam Fibrat Klofibrat sebagai hipolipidemik digunakan di Amerika Serikat tahun Tetapi penggunaanya menurun dan tidak digunakan lagi karena studi WHO 1978 menunjukkan walaupun terjadi penurunan kolesterol, obat ini tidak menurunkan kejadian kardiovaskuler. Selain itu pada kelompok klofibrat ditemukan kejadian peningkatan angka mortalitas. Derivat asam fibrat yang masih digunakan sampai saat ini adalah gemfibrozil, fenofibrat, dan bezafibrat.

99 12 Sebagai hipolipidemik, obat ini bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor peroxisome proliferator activated reseptors (PPARs), yang mengatur transkripsi gen. Akibat interaksi ini, terjadilah peningkatan oksidasi asam lemak, sintesis LPL dan penurunan ekspresi Apo C-III. Peningkatan kadar LPL meningkatkan klirens lipoprotein yang kaya trigliserida. Penurunan produksi Apo C-III hati akan menurunkan VLDL. HDL meningkat karena peningkatan ekspresi Apo A-I dan Apo A-II. Profil obat golongan asam fibrat adalah sebagai berikut: Farmakokinetik : Semua derivat asam fibrat diabsorbsi lewat usus secara tepat dan lengkap (>90%), terutama bila diberikan bersama makanan. Kontraindikasi : Pasien gagal hati dan ginjal, wanita hamil dan menyusui. Efek samping : Gangguan saluran cerna (mual, mencret, perut kembung, dll) yang terjadi pada 10% pasien. Efek samping lain adalah ruam kulit, alopesia, impotensi, leukopenia, anemia, berat badan bertambah, gangguan irama jantung, dll. Interaksi : Peningkatan toksisitas bila digunakan bersama statin, siklosporin, furosemid, MAO Inhibitor, dan probenesid. Penurunan efek bila digunakan bersama resin dan rifampin. Golongan fibrat dapat meningkatkan efek klorpropamid, furosemid, sulfonylurea, dan warfarin. Posologi : Kelas Obat Dosis Lazim (mg/hari) Pemberian Asam Fibrat Gemfibrozil 600 mg 2 x sehari Fenofibrat mg 1 x sehari Bezafibrat 200 mg 1-3 x sehari b) Resin Derivat resin merupakan hipolipidemik yang paling aman karena tidak diabsorbsi di saluran cerna. Obat ini relatif aman digunakan pada anak-anak.

100 13 Kolestiramin adalah garam klorida dari basic anion exchange resin yang berbau dan berasa tidak enak. Resin menurunkan kadar kolesterol dengan cara mengikat asam empedu dalam saluran cerna, mengganggu sirkulasi enterohepatik sehingga ekskresi steroid yang bersifat asam dalam tinja akan meningkat. Penurunan kadar asam empedu ini oleh pemberian resin akan menyebabkan meningkatnya produksi asam empedu yang berasal dari kolesterol. Sirkulasi enterohepatik dihambat oleh resin sehingga kolesterol yang diabsorbsi lewat saluran cerna akan terhambat dan keluar bersama tinja. Kedua hal ini akan menyebabkan penurunan kolesterol dalam hati. Selanjutnya penurunan kadar kolesterol dalam hati akan menyebabkan dua hal yaitu : meningkatnya jumlah reseptor LDL sehingga katabolisme LDL meningkat dan meningkatnya aktivitas HMG CoA reduktase. Peningkatan HMG CoA akan mengurangi efek penurunan kolesterol oleh resin. Efek resin akan meningkat jika diberikan bersama dengan penghambat HMG CoA reduktase. Profil obat golongan resin adalah sebagai berikut: Kontraindikasi : Hipersensitivitas dengan resin atau komponen lain dalam produk obat. Efek samping : Gangguan saluran cerna seperti, mual, muntah, dan konstipasi. Klorida yang diabsorpsi dapat menyebabkan terjadinya asidosis hiperkloremik terutama pada pasien muda yang menerima dosis besar. Akibat terjadi gangguan absorbsi lemak dapat terjadi gangguan absorpsi vitamin A, D dan K serta hipoprotrombinemia. Interaksi : Obat ini mengganggu absorbsi klorotiazid, furosemid, propanolol, statin, tiroksin, digitalis, besi, fenilbutazon, dan warfarin sehingga obat-obat ini harus diberikan 1 jam sebelum atau 4 jam setelah pemberian kolestiramin. Pemberian bersama antikoagulan harus dilakukan hati-hati karena dapat terjadi perpanjangan masa protrombin. Kehamilan : Kategori B (Kolesevam), kategori C (kolestiramin dan kolestipol)

101 14 Posologi : Kelas Obat Dosis Lazim (mg/hari) Pemberian Resin Kolestiramin dan kolestipol g Dibagi menjadi 2-4 kali sehari Colesevelam 625 mg 2x3 tablet sehari c) Penghambat HMG CoA Reduktase Golongan statin adalah hipolipidemik yang paling efektif dan aman. Obat ini efektif untuk menurunkan kolesterol. Pada dosis tinggi juga dapat menurunkan trigliserida yang disebabkan oleh peninggian VLDL. Statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol dalam hati, dengan menghambat HMG CoA reduktase. Proses ini menyebabkan peningkatan sintesis reseptor LDL yang akan menurunkan kadar kolesterol darah lebih besar lagi. Selain LDL, VLDL, dan IDL juga menurun, HDL akan meningkat. Profil obat golongan statin adalah sebagai berikut : Farmakokinetik : Semua obat golongan statin mengalami metabolisme lintas pertama di hati. Waktu paruhnya sekitar 1-3 jam, kecuali atorvastatin (14 jam) dan rosuvastatin (19 jam). Obat ini sebagian besar terikat oleh protein plasma, diekskresi di hati ke dalam cairan empedu dan sebagian lagi lewat ginjal. Kontraindikasi : Penyakit hati aktif atau peningkatan persisten serum transaminase yang tidak dapat diterangkan. Hamil dan laktasi serta hipersensitif. Efek samping : Umumnya statin ditoleransi baik oleh pasien. Pada 1-2% pasien terjadi peningkatan kadar transaminase hingga melebihi 3 kali normal. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengontrolan kadar transaminase. Obat harus dihentikan jika kadar transaminase tinggi. Efek samping yang potensial dan berbahaya adalah miopati dan rabdomiolisis. Efek samping yang lain adalah gangguan saluran cerna, sakit kepala, rash, neuropati perifer dan sindrom lupus. Interaksi : Antibiotik makrolida, siklosporin, ketokonazol,

102 15 penghambat protease HIV menyebabkan kompetisi dengan CYP3A4 yang menyebabkan akumulasi. Sebaliknya obatobat yang menstimulasi CYP3A4 seperti fenitoin, barbiturat, griseofulvin, dan rifampin, akan mengurangi kadar plasma statin. Posologi : Kelas Obat Dosis Lazim (mg/hari) Pemberian Statin Lovastatin mg 1 x sehari Pravastatin mg 1 x sehari Simvastatin 5-80 mg 1 x sehari Fluvastatin mg 1 x sehari Atorvastatin mg 1 x sehari Resuvastatin mg 1 x sehari d) Asam Nikotinat Asam nikotinat (niasin) adalah salah satu vitamin B kompleks yang hingga kini digunakan secara luas di Amerika Serikat untuk pengobatan dislipidemia. Untuk mendapatkan efek yang hipolipidemik, asam nikotinat harus diberikan dalam jumlah yang cukup besar daripada efeknya yang dibutuhkan sebagai vitamin. Pada jaringan lemak, asam nikotinat menghambat hidrolisis trigliserida oleh hormone-sensitive lipase, sehingga mengurangi transport asam lemak bebas ke dalam hati dan mengurangi sintesis trigliserida hati. Penurunan sintesis trigliserida akan menyebabkan berkurangnya produksi VLDL sehingga kadar LDL menurun. Selain itu, asam nikotinat juga meningkatkan aktivitas LPL yang akan menurunkan kadar kilomikron dan trigliserida VLDL. Profil obat asam nikotinat adalah sebagai berikut: Kontraindikasi : Tidak dianjurkan pemakaian pada wanita hamil. Efek samping : Gatal dan kemerahan terutama di daerah wajah dan tengkuk, gangguan fungsi hati yang ditandai dengan kenaikan kadar fosfatase alkali dan transaminase terutama pada dosis tinggi, gangguan saluran pencernaan,

103 16 pandangan kabur, hiperurisemia dan hiperglikemia. Interaksi : Niasin dapat mempengaruhi hasil laboratorium yaitu meningkatkan fungsi hati, hiperurisemia, dan hiperglisemia. Niasin berinteraksi pada pemberian aspirin. Posologi : Obat Dosis Lazim (mg/hari) Pemberian Asam nikotinat 2-6 g Terbagi dalam 3 dosis, dimulai dari dosis rendah 3 kali mg sehari, lalu dinaikkan setelah 1-3 minggu. e) Probukol Probukol dapat menurunkan kadar LDL dan menghambat oksidasi LDL sehingga menghambat pembentukan aterosklerosis. Mekanisme kerja penurunan kadar LDL oleh obat ini tidak melalui reseptor LDL melainkan melalui penghambatan sintesis LDL di hati dan katabolisme fraksional dari LDL. Probukol juga berperan sebagai antioksidan yang menghambat oksidasi LDL sehingga menghambat pembentukan sel busa yang juga akhirnya menghambat pembentukan aterosklerosis. Obat ini dapat dikombinasi dengan hipolipidemik lainnya. Pemberian bersama resin meningkatkan efek hipolipidemiknya. Probukol menimbulkan konsistensi tinja yang lunak sehingga memperbaiki efek samping resin yang menimbulkan konstipasi. Kombinasi probukol dengan klofibrat tidak boleh dilakukan karena kadar HDL akan lebih rendah. Profil obat probukol adalah sebagai berikut: Farmakokinetik : Walaupun larut dalam lemak, obat ini diabsorbsi terbatas lewat saluran cerna (<10%), tetapi kadar darah yang tinggi dapat dicapai bila obat ini diberikan bersamaan dengan makanan. Kontraindikasi : Pasien infark jantung atau dengan kelainan EKG dan ulkus peptik. Efek samping : Gangguan gastrointestinal ringan (diare, flatus, nyeri perut

104 17 dan mual), kadang terjadi eosinofilia, parestesia, edema angioneurotik dan adanya perubahan kardiovaskuler Interaksi : Kombinasi probukol dengan klofibrat akan menurunkan kadar HDL. Pemberian probukol bersama makanan akan meningkatkan absorpsinya Posologi : 500 mg 2x1 bersamaan dengan makan pagi dan makan malam Penghambat Absorbsi Kolesterol Intestinal a) Ezetimibe Ezetimibe menghambat absorpsi sitosterol dan kolesterol dalam usus. Obat ini efektif untuk menurunkan kolesterol total walaupun asupan makanan tidak mengandung kolesterol karena menghambat reabsorbsi kolesterol yang diekskresi dalam empedu. Profil obat ezetimibe adalah sebagai berikut: Farmakokinetik : Ezetimibe diabsorpsi dengan baik lewat saluran cerna, dalam usus mengalami glukoronidasi dan diekskresi ke dalam empedu. Waktu paruh sekitar 22 jam, dan 80% obat diekskresikan ke dalam tinja. Kontraindikasi : Wanita hamil dan menyusui, penderita insufisiensi ginjal, disfungsi hepar, dan hipersensitif terhadap ezetimibe. Efek samping : Ezetimibe umumnya ditoleransi dengan baik. Ezetimibe memiliki efek samping berupa nyeri dada (3%), pusing (3%), sakit kepala (8%), diare (3-4%), nyeri abdomen (3%), dan arthralgia (4%). Interaksi : Pemberian bersama fibrat meningkatkan kadar ezetimibe dalam plasma, sebaliknya jika diberikan bersama kolestiramin, kadar ezetimibe dalam plasma menurun. Posologi : 5-10 mg per hari, diberikan sekali sehari.

105 Penatalaksanaan Hiperlipidemia Kadar kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab aterosklerosis (koroner). Banyak penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan kadar kolesterol total atau LDL berperan dalam pembentukan lesi aterosklerosis, sedangkan peninggian HDL dianggap protektif. Pengobatan hiperlipoproteinemia meliputi sebab-sebab penyakit sekunder (diabetes melitus, hipotiroid, sindrom nefrotik), pengaturan diet dan obat Pengaturan Diet Pengaturan diet dilakukan meliputi pengurangan konsumsi kalori total dan lemak menjadi kurang dari 30% dan dari lemak jenuh menjadi kurang dari 10%; konsumsi kolesterol < 300 mg/hari dan mempertahankan berat badan ideal. Kadar kolesterol dianggap normal jika kurang dari 200 mg/dl, borderline jika antara mg/dl dan hiperkolesterolemia jika di atas 240 mg/dl. Pasien dengan penyakit jantung koroner atau ekivalen (penyakit vaskular perifer atau karotis simtomatis, aneurisma aorta abdomen, resiko mendapat penyakit jantung koroner dalam 10 tahun mendatang > 20% diabetes melitus) harus mendapat terapi hipolipidemik. Berikut ini terdapat beberapa tips dalam pengaturan diet untuk hiperlipidemia : 1. Berat badan harus selalu stabil, berusaha jangan selalu minum bir, membiasakan cara hidup yang sehat, seperti berhenti merokok, olahraga, dan berusa mengurangi tekanan hidup. 2. Menghindari gorengan dan makanan berlemak seperti bagian kulit ayam dan kulit babi. 3. Memasak sayur menggunakan minyak yang bagus, (non saturated fatty acid), misalnya minyak kacang, minyak sayur, minyak zaitun dan jangan memakai minyak dengan lemak jenuh tinggi 4. Memasak makanan dengan cara direbus atau dikukus. 5. Menghindari makanan yang mengandung kolesterol tinggi seperti bagian dalam (otak, hati, dan ginjal), telur, dan udang.

106 19 6. Memperbanyak makanan yang banyak mengandung serat sepert buahbuahan dan sayuran Penanganan Penyakit Sekunder dan Pemberian Obat Pemberian obat dilakukan jika diet telah dilakukan selama 3-6 bulan, tanpa hasil yang memadai. Terapi dengan obat hipolipidemik dapat mencegah komplikasi aterosklerosis. Studi arteriografi menunjukkan bahwa walaupun terapi dengan hipolipidemik hanya menimbulkan pembesaran diameter lumen minimal, tetapi hal ini dapat mengurangi kejadian koroner akut. Terapi hipolipidemik juga memperbaiki disfungsi endotel, mengurangi spasme dan menstabilkan plak arteosklerosis. Upaya penanganan penyakit ini berlangsung untuk waktu yang lama, maka perlu dipertimbangkan resiko pada pemberian obat hipolipidemik. Penggunaan obat untuk hiperkolesterolemia meliputi pemberian resi atau trial dengan asam nikotinat, penghambat HMG-CoA reduktase, derivat asam fibrat (gemfibrosil) atau probukol. Keadaan hipertrigliseridemia diobati dengan gemfibrosil dan asam nikotinat dengan kemungkinan penggunaan penghambat HMG-CoA reduktase. Terapi menggunakan kombinasi hipolipidemik dapat dilakukan bila penurunan LDL dan VLDL kurang memadai dengan terapi obat tunggal, atau bila terdapat peningkatan kadar HDL yang rendah. Tetapi perlu diingat kombinasi ini dapat meningkatkan resiko timbulnya efek samping. Contoh kombinasi ini ialah asam fibrat dengan resin atau asam nikotinat dengan resin untuk hipelipidemia multipel, tetapi kombinasi pertama dapat meningkatkan resiko kolelitiasis. Kombinasi statin dengan resin atau niasin bermanfaat untuk hiperkolesterolemia familial. Kombinasi asam nikotinat dengan resin juga dapat digunakan untuk menurunkan LDL pada pasien hiperkolesterolemia familial heterozigot, sedangkan penggunaan statin dan ezetimibe bersifat sinergistik untuk pengobatan hiperkolesterolemia primer dan hiperkolesterolemia familial homozigot.

107 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan pada tanggal 2 April 12 Mei 2012 di Apotek Safa, Jl. Bukit Duri Tanjakan No. 68, Jakarta Selatan. 3.2 Metode Metode yang digunakan dalam penulisan tugas ini adalah penelusuran literatur mulai dari buku, jurnal, laporan penelitian, dan panduan (guideline) baik dari sumber tertulis maupun sumber elektronik. Selain itu, penulis juga melakukan pengambilan data dari resep-resep terkait hiperlipidemia yang diterima apotek Safa. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu: 1. Penyusunan kerangka penulisan secara sistematis. 2. Pencarian informasi terkait topik yang dibahas serta pengkajian informasi yang diperoleh. 3. Pengambilan data resep terkait topik yang dibahas. 4. Pengembangan penulisan tugas. Resep-resep terkait hiperlipidemia yang diamati adalah resep-resep yang diterima di apotek Safa sejak November 2011 hingga Januari

108 BAB 4 PEMBAHASAN Hiperlipidemia adalah peningkatan kadar lemak dan kolesterol dalam darah, biasa juga disebut sebagai dislipidemia. Peningkatan LDL (Low Density Lipoprotein) diperkirakan sebagai penyebab utama resiko aterosklerosis, dislipidemia juga dapat didefinisikan sebagai peningkatan TC (Total Cholesterol) atau TGC (Triglycerides) atau penurunan kadar HDL (High Density Lipoprotein). Hiperlipidemia dapat muncul karena pengaruh faktor genetik yaitu terjadinya gangguan pada transpor lipoprotein. Selain faktor genetik, faktor non genetik seperti pengaruh pola hidup, penyakit dan obat-obatan yang digunakan juga mempengaruhi kadar lipid dalam darah. Gejala hiperlipidemia biasanya ditunjukkan dengan adanya xanthoma atau deposit kolesterol pada daerah di bawah kulit tangan, alis, sekitar mata atau di telapak kaki. Kadar kolesterol yang tinggi menyebabkan aliran darah menjadi kental sehingga oksigen menjadi kurang, sehingga gejala yang timbul adalah gejala kurang oksigen seperti sakit kepala dan pegal-pegal. Namun, sebagian juga tidak menunjukan tanda-tanda khusus, sehingga adanya hiperlipidemia cenderung baru diketahui setelah penyakit sekunder muncul. Oleh karena itu, penting dilakukan pemeriksaan yang menunjukkan kadar kolesterol dalam darah secara rutin minimal satu tahun sekali terutama pada usia lanjut atau orang-orang yang memiliki riwayat hiperkolesterolemia. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui hiperkolesterol sedini mungkin sehingga dapat mencegah penyakit yang diakibatkan. Pembuluh darah yang terganggu paling sering menyebabkan penyakit jantung dan stroke, tapi tidak hanya kedua penyakit mematikan tersebut, ternyata pembuluh darah yang terganggu juga dapat menyebabkan impotensi. Kadar kolesterol dalam darah dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan darah di laboratorium kesehatan. Diagnosis terhadap riwayat pengobatan, pemeriksaan fisik, dan tes darah perlu dilakukan untuk mengetahui kadar LDL, HDL dan trigliserida. Namun, jika tidak sempat ke laboratorium, kadar kolesterol darah bisa 21

109 22 diukur menggunakan alat cholesterol-meter. Bentuk dan fungsinya pun mirip dengan glucose-meter pada diabetisi. Hanya saja cholesterol-meter ini mengukur kolesterol dalam darah bukan glukosa. Penanganan terhadap hiperlipidemia biasanya fokus terhadap penurunan kadar LDL, sehingga dibuat kriterian penerimaan terhadap TC dan LDL. Kadar TC 200 mg/dl dan LDL 130 mg/dl, dinilai dapat beresiko terjadinya aterosklerosis, terutama jika peningkatan terjadi pada masa anak-anak dan remaja. Peningkatan TC dan LDL pada anak-anak dan remaja disebabkan oleh kelainan genetik metabolisme lemak seperti hiperkolesterolemia familial. Sedangkan hiperlipidemia yang biasa terjadi pada orang dewasa, cenderung disebabkan karena pola hidup atau makanan yang dikonsumsi. Selain itu beberapa hal seperti kebiasaan merokok, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik dapat menjadi faktor resiko terjadinya hiperlipidemia. Pada penanganan hiperlipidemia, apoteker berperan dalam pemberian pelayanan kefarmasian untuk mengoptimalkan terapi hiperlipidemia. Tahap pertama dalam pemberian pelayanan kefarmasian evaluasi. Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan terapi obat. Pada pelayanan kefarmasian di komunitas seperti di apotek, tahap assesmen atau evaluasi dilakukan dengan cara wawancara pasien. Pada proses assesmen, hal-hal yang dilakukan adalah mengkaji ketepatan dan lama terapi yang digunakan, mengkaji kesesuaian dosis dan bentuk obat terkait kondisi pasien, mengkaji ada atau tidaknya efek samping ataupun ROTD yang potensial akan terjadi, mengkaji ada atau tidaknya interaksi obat, mengkaji respon terapi, maupun kegagalan terapi, serta menilai kepatuhan dan faktor yang menyebabkan kegagalan terapi. Selanjutnya, apoteker dapat memberikan rekomendasi terkait terapi yang diterima pasien. Dalam rekomendasi terapi diajukan saran tentang pemilihan atau penggantian obat, perubahan dosis, interval, dan bentuk sediaan dan terapi pendukung yang tepat. Perlu diketahui bahwa pengobatan hiperlipidemia itu sendiri mencakup perubahan pola hidup segar dan bugar yang terdiri dari 4S yaitu makan sehat, berpikir sehat, istirahat sehat dan aktivitas sehat. Makan sehat dapat diartikan

110 23 dengan menghindari makanan yang tinggi lemak dan sumber kolesterol, hindari alkohol dan konsumsi gula yang berlebihan. Makan makanan tinggi serat, menggunakan minyak mufa (mono-unsaturated fatty acid) dan pufa (polyunsaturated fatty acid), suplementasi minyak ikan, vitamin antioksidan dan mempertahankan berat badan ideal. Minyak atau lemak nabati masih dapat dikonsumsi asal tidak berlebihan, sebab lemak nabati tidak mengandung kolesterol dan sedikit kadar lemak jenuhnya (saturated fat). Senyawa lemak yang banyak terdapat dalam lemak nabati adalah lemak tak jenuh (unsaturated fat) yang tidak menaikkan kadar kolesterol darah, bahkan menurut beberapa laporan penelitian dapat menurunkan kadar kolesterol LDL. Faktor yang berperan meningkatkan terjadinya aterosklerosis adalah radikal bebas yang dapat ditangkal dengan antioksidan pada buah-buahan seperti jeruk, strawberry dan anggur, juga sayuran terutama yang berwarna merah seperti tomat dan wortel. Dalam berpikir sehat, diperlukan pengelolaan stress dengan baik. Jika hidup dan bekerja di kota besar, bisa dipastikan sangat sukar untuk bebas stress. Namun, jika stress dapat dikelola dengan baik justru dapat memacu kreativitas dan semangat, sehingga derajat kehidupan dan kesehatan pasien dapat meningkat. Berolah-raga secara teratur dapat menurunkan kadar kolesterol total dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Olahraga membantu membakar kolesterol atau lemak dalam tubuh menjadi energi. Untuk mendukung pengobatan, seorang apoteker perlu mengidentifikasi setiap potensi masalah medis yang mendasari, yang mungkin akan menyebabkan hiperlipidemia. Jika perubahan gaya hidup tidak mempengaruhi perubahan kadar lipid yang optimal, maka obat-obatan dapat diberikan. Dalam penanganan hiperlipidemia, apoteker perlu bekerjasama dengan dokter untuk memberikan pilihan terapi yang tepat. Pedoman nasional saat ini menunjukkan bahwa target penurunan kadar kolesterol LDL kurang dari 100 mg/dl untuk individu yang sudah menderita penyakit jantung atau diabetes, kurang dari 130 mg/dl untuk mereka yang memiliki risiko penyakit jantung, dan kurang dari 160 mg/dl untuk lainnya. Dalam hal ini dokter dapat menghitung nilai

111 24 resiko untuk penyakit jantung. Nilai ini kemudian dapat digunakan untuk menentukan apakah perlu mulai memakai obat untuk menurunkan kolesterol. Asam fibrat, resin, penghambat HMG CoA reduktase, asam nikotinat dan ezetimibe adalah obat kolesterol yang beredar di Indonesia. Obat yang termasuk golongan asam fibrat adalah gemfibrozil (Lopid), fenofibrat (Tricor) dan ciprofibrat. Gemfibrozil sangat efektif dalam menurunkan trigliserid plasma. Gemfibrozil meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase sehingga bersihan partikel kaya trigliserid meningkat. Kadar kolesterol HDL juga meningkat pada pemberian Gemfibrozil. Golongan fibrat menurunkan produksi LDL dan meningkatkan kadar HDL. LDL banyak menumpuk di arteri sehingga meningkatkan resiko penyakit jantung, sedangkan HDL memproteksi arteri atas penumpukkan tersebut. Obat antihiperlipidemik yang termasuk golongan resin adalah kolestiramin (chlolestyramine) yang bekerja dengan cara mengikat asam empedu di usus dan meningkatkan pembuangan LDL dari aliran darah. Penghambat HMG CoA reduktase antara lain golongan statin seperti pravastatin, simvastatin (Mevacor), rosavastatin, fluvastatin, atorvastatin (Lipitor). Golongan ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan kolesterol dengan cara menghambat kerja enzim yang ada di jaringan hati yang memproduksi mevalonate, suatu molekul kecil yang digunakan untuk mensintesa kolesterol dan derivat mevalonate. Selain itu meningkatkan pembuangan LDL dari aliran darah. Asam nikotinat (nicotinic acid) atau niasin atau vitamin B3 yang larut air. Dengan dosis besar asam nikotinat diindikasikan untuk meningkatkan HDL atau kolesterol baik dalam darah. Sedangkan ezetimibe (Zetia) dapat menurunkan total kolesterol dan LDL juga meningkatkan HDL dengan cara mengurangi penyerapan kolesterol di usus. Saat pasien menerima obat yang diberikan, apoteker hendaknya dapat memberikan konseling mengenai terapi yang diterima pasien. Dikutip dari Majalah Farmacia edisi Desember 2009 pasien dari Indonesia hanya 31,3% yang mencapai target penurunan kolesterol, sedangkan sisanya sebesar 68,7 persen gagal menurunkan tingkat kolesterol seperti yang diharapkan. Banyak faktor yang menyumbang kegagalan tersebut, namun yang paling utama adalah masalah kepatuhan berobat (compliance), dosis yang tidak adekuat, dan perilaku dokter

112 25 maupun pasien sendiri. Hampir separuh pasien (44,1%) mengaku lupa minum obat, 52,2% pasien lupa minum obat sekali dalam dua minggu atau lebih, dan 54% menyatakan bahwa lupa minum obat penurun kolesterol tidak akan berdampak pada kadar kolesterol mereka. (Ana, 2009) Melihat laporan kasus tersebut, pemberian dosis yang adekuat perlu diperhatikan pada pelaksanaan terapi pada penderita hiperkolesterolemia. Tapi pemberian dosis tinggi di awal terapi juga bukan merupakan tindakan yang tepat. Riwayat pengobatan sebelumnya perlu dilihat untuk menentukan pemberian dosis pengobatan selanjutnya. Untuk meminimalkan efek samping, sebaiknya pengobatan dimulai dengan dosis rendah dan ditingkatkan perlahan jika memang diperlukan. Pemberian obat hendaknya dilakukan pada saat yang tepat. Kolesterol dibentuk pada malam hari sehingga obat-obatan hipolipidemik seperti golongan statin yang bekerja menghambat pembentukan kolesterol tepat diberikan pada saat malam hari ketika sintesis kolesterol hepatik paling tinggi. Perlu diberitahukan pada pasien bahwa obat anti hiperlipidemia tidak menunjukkan efek secara langsung dalam menurunkan kolesterol dan penggunaannya dilakukan dalam jangka penjang sehingga efek samping obat harus dikenali dengan baik, seperti nyeri otot yang terjadi pada beberapa pengguna golongan statin. Apoteker perlu melakukan monitoring terapi obat meliputi monitoring efektivitas terapi dan monitoring Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD). Monitoring efektivitas terapi obat pada kasus hiperlipidemia dilakukan dengan memantau tanda vital seperti ada atau tidaknya pengurangan keluhan pasien seperti sakit kepala, nyeri, dan pegal-pegal. Jika sudah terjadi penyakit sekunder seperti hipertensi dan kardiovaskuler, maka perlu diperhatikan pengecekan tekanan darah. Terapi yang efektif tentunya akan menurunkan tekanan darah. Selain itu, parameter klinik yang dapat dijadikan tanda kesuksesan terapi seperti denyut nadi dan irama jantung berangsur-angsur mendekati normal. Monitoring ROTD meliputi monitoring efek samping obat, dan interaksi obat. ROTD yang banyak dijumpai pada penanganan hiperlipidemia antara lain gangguan saluran cerna (mual, mencret, perut kembung, dll). Efek samping lain adalah ruam kulit, alopesia, impotensi, leukopenia, anemia, dan gangguan irama jantung.

113 26 Pelaksanaan monitoring terapi obat bagi pasien di apotek memiliki keterbatasan, antara lain kesulitan untuk mengikuti perkembangan pasien setelah keluar dari apotek. Metode yang dapat digunakan adalah monitoring melalui telepon baik apoteker yang menelepon pasien maupun sebaliknya pasien melaporkan melalui telepon tentang kejadian yang tidak diharapkan kepada apoteker. Praktek dokter spesialis penyakit dalam yang terletak bersebelahan dengan apotek membuat apotek Safa sering melayani resep hiperlipidemia. Salah satu contoh resep yang diterima apotek Safa adalah sebagai berikut : Dr. X I.D. YYY Jl. ZZZZ Tebet Jakarta Selatan R/ Simvastatin tab 10 mg No.XX S 1 dd 1 malam R/ Kalmeco 500 mg No.XX S 3 dd 1 R/ Thrombo Aspilet tab No.X S 1 dd 1 R/ Stugeron tab No. XV S 3 dd 1 R/ Merislon tab No.XV S 3 dd 1 R/ Sibelium 5 mg No.V S 1 dd 1 Pro : Bapak A Umur : - Alamat : - Jakarta, 21/3/2012 TIDAK BOLEH DIGANTI TANPA PERSETUJUAN DOKTER Ketika menerima resep, hendaknya dilakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis resep.

114 27 Jika ditinjau dari kelengkapan administrasi, pada resep tersebut telah terdapat nama dokter, nomor izin praktek dokter, alamat dokter, tanggal penulisan resep, nama pasien dan paraf dokter (Lampiran 1), namun umur pasien dan aturan minum obat belum dicantumkan dalam resep. Pada kasus ini, seorang apoteker hendaknya dapat mengambil tindakan yang tepat dengan menanyakan pada dokter mengenai informasi penggunaan obat dan umur pasien. Kesesuaian farmasetik dapat dilihat dari bentuk sediaan yang tepat diberikan pada pasien. Obat-obatan yang diresepkan berbentuk tablet dan kapsul (kalmeco). Bentuk sediaan yang dipilih sudah cocok diberikan pada pasien karena pasien sudah dewasa. Dari resep tersebut diduga pasien menderita hiperlipidemia dengan penyakit ikutan sakit kepala berat. Simvastatin digunakan untuk menghambat pembentukan kolesterol hepatik, kalmeco mengandung mecobalamin, merupakan analog sianokobalamin yang berfungsi untuk pengobatan neuropati perifer. Thrombo aspilet mengandung aspirin dengan dosis 80 mg digunakan untuk mengurangi kekentalan darah, sehingga meningkatkan sirkulasi darah ke otak. Stugeron mengandung cinnarizine, merislon mengandung betahistine mesilate dan sibelium yang mengandung flunarizine yang berfungsi sebagai pengobatan vertigo. Sebagai terapi utama digunakan simvastatin dari golongan statin. Simvastatin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol dalam hati, dengan menghambat HMG CoA reduktase. Dosis pengobatan dewasa adalah mg per hari, jika belum dicapai hasil terapi yang optimal, dosis dapat ditingkatkan minimal setelah 4 minggu pemakaian dengan dosis maksimal 80 mg per hari. Pada resep ini, simvastatin ditujukan untuk pemakaian selama dua puluh hari. Simvastatin dikontraindikasikan terhadap pasien dengan riwayat penyakit hati, wanita hamil dan menyusui. Simvastatin dapat menyebabkan peningkatan level serum ranolazin, verapamil, diltiazem dan imatinib dan menurunkan level serum jika digunakan bersamaan dengan siklosporin, danazol, dan gemfibrosil. Efek samping yang pernah dilaporkan dari penggunaan simvastatin adalah gangguan neurologik seperti disfungsi saraf krainal, tremor, insomnia, dan neuropati perifer. Kalmeco mengandung mecobalamin yang digunakan dalam

115 28 pengobatan neuropati periperal. Pada kasus hiperlipidemia, kalmeco diresepkan kemungkinan untuk mengantisipasi timbulnya efek samping neuropati perifer yang ditimbulkan oleh penggunaan simvastatin. Thrombo aspilet mengandung asam asetil salisilat yang diindikasikan untuk pengobatan dan pencegahan trombosis (agregasi platelet). Pemberian antiplatelet mendukung pengobatan hiperlipidemia karena mampu memperlancar sirkulasi darah dengan cara pencegahan pembentukan platelet. Namun perlu diperhatikan penggunaannya bagi pasien yang memiliki riwayat penyakit seperti sensitif terhadap aspirin, hemorhage subkutan, hemofilia, thrombositopenia dan pasien dengan terapi antikoagulan. Selain itu perhatian terhadap penderita tukak lambung juga perlu karena asam asetilsalisilat bersifat asam dan bersifat korosif terhadap lambung. Dosis penggunaannya sekali sehari satu tablet (80 mg) setelah makan. Pada resep, pasien diberikan terapi sebanyak sepuluh tablet yang dapat digunakan untuk sepuluh hari. Bentuk sediaannya berupa tablet salut, sehingga tablet tidak boleh digerus atau dihancurkan dan langsung ditelan utuh. Stugeron mengandung cinnarizine, merislon mengandung betahistine mesilate dan sibelium yang mengandung flunarizine yang berfungsi sebagai pengobatan vertigo. Kadar kolesterol yang tinggi dapat menimbulkan sakit kepala, pusing bahkan vertigo yang ditandai dengan bumi seperti berputar, gangguan keseimbangan kadang disertai muntal dan mual. Pengobatan vertigo biasanya diberikan secara kombinasi. Sibelium (Flunarizin) adalah kalsium bloker yang bekerja mengurangi eksitatori sistem saraf pusat dengan menekan pelepasan glutamat dan bekerja langsung sebagai depresor. Stugeron (Cinnarizine) dan Merislon (Betahistine Mesilate) adalah antihistamin yang menimbulkan efek antikolinergik dan marangsang penghambatan monoaminergik sehingga dapat menyebabkan vasodilatasi perifer. Informasi yang perlu disampaikan kepada pasien saat konseling antara lain: 1. Simvastatin sebaiknya diminum sekali sehari satu tablet pada saat malam hari sebelum tidur 2. Thrombo aspilet adalah obat golongan AINS yang dapat mengiritasi lambung, jadi sebaiknya diminum setelah makan agar protektifitas

116 29 lambung baik. Bentuk sediaan berupa tablet salut sehingga tidak boleh dikunyah, digerus atau dihancurkan dan langsung ditelan dalam keadaan untuh. 3. Obat-obatan diminum secara teratur hingga kondisi membaik dan keluhan mengenai pusing dan sakit kepala hilang. Pengobatan hiperlipidemia memerlukan tahapan terapi yang panjang sehingga pasien diharapkan patuh menjalani terapi obat yang diberikan. 4. Senantiasa menerapkan pola hidup sehat, mengontrol asupan makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol, berolahraga secara teratur, dan hindari stress atau tekanan pikiran yang berat. Selain memberikan pelayanan kefarmasian, apoteker juga dapat berperan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat agar masyarakat lebih memahami tentang penyakit hiperlipidemia, gejalanya, penanganannya, hingga pencegahannya. Hal tersebut diperlukan karena tingginya prevalensi penyakit hiperlipidemia disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat seperti belum terbiasanya menerapkan pola hidup sehat dan cenderung gemar mengkonsumsi makanan cepat saji dan kurang berolahraga. Edukasi dapat diberikan melalui penyuluhan atau dengan membuat leaflet-leaflet yang dapat dibaca sendiri oleh masyarakat. Materi edukasi harus disampaikan dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami oleh masyarakat awam. Leaflet untuk edukasi tentang penyakit hiperlipidemia dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.

117 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Hiperlipidemia merupakan faktor resiko terbesar penyebab penyakit jantung koroner (PJK) yang menjadi penyebab kematian terbesar di dunia. Penyakit hiperlipidemia dapat ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan maupun berdasarkan gejala-gejala klinis yang diperlihatkan pasien. 2. Pengobatan hiperlipidemia terdiri dari terapi non farmakologis yaitu penyesuaian pola hidup sehat dan terapi farmakologis dengan pemberian obat-obatan untuk menyeimbangkan kadar lipid darah. 3. Apoteker berperan dalam penanggulangan hiperlipidemia dengan memberikan pelayanan kefarmasian seperti mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan terapi hiperlipidemia, memberikan rekomendasi pengobatan yang tepat, melakukan monitoring keberhasilan terapi dan efek samping yang mungkin timbul, serta memberikan konseling dan memberikan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang penyakit hiperlipidemia, penanganan, pengobatan, dan pencegahannya. 5.2 Saran Edukasi kepada masyarakat tentang penyakit hiperlipidemia hendaknya dapat dilakukan secara berkesinambungan. Selain itu, pelayanan kefarmasian yang sudah dilakukan sekarang ini diharapkan lebih ditingkatkan lagi, terutama di dalam lingkup farmasi komunitas yaitu apotek. 30

118 DAFTAR ACUAN Ahlian, A. (2005). Perbedaan Profil Lipid Darah Manusia pada Asupan Lemak Normal dan Lemak Tinggi Anak dengan Obesitas Usia 6-7 Tahun. Ana. (2009, Desember). Kardiovaskuler, Studi CEPHEUS : Potret Kegagalan Terapi Hiperkolesterolemia. Retrieved Mei 22, 2012, from Farmacia, Wahana Komunikasi Lintas Spesialis: Anwar, B. (2004). Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. e-usu Repository, Goldberg, A. C. (2008, September). The Merck Manual for Health Care Professionals. Retrieved Mei 7, 2012, from Dyslipidemia: orders/lipid_disorders/dyslipidemia.html?qt=&sc=&alt LIPI, U. (2009). Kolesterol Tinggi. UPT Balai Informasi Teknologi LIPI. Ross, L. A., Ross, B. S., & East, H. (2009). Dyslipidemia. In W. D. Linn, M. R. Wofford, M. E. O'Keefe, & L. M. Posey, Pharmacotherapy in Primary Care (pp ). Now York: Mac Graw Hill. Suryaatmadja, M., & Silaman, E. (n.d.). Diagnosa Laboratorium Kelainan Lemak Darah. Cermin Dunia Kedokteran, 30. Suyatna, F. (2007). Antiangina. In S. G. Gunawan, Farmakologi dan Terapi (pp ). Jakarta: Deaprtemen Farmakologi dan Terapetik, FK UI. Talbert, R. L. (2005). Hyperlipidemia. In J. T. Dipiro, Pharmaccotherapy : A Pathophysiologic Approach 6th edition. (pp ). New York: Mc Graw Hill. 31

119 LAMPIRAN

120 32 Lampiran 1 Scan Resep Asli (dengan perubahan)

121 Lampiran 2 Brosur Depan 33

122 Lampiran 3 Brosur Belakang 34

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DESY INDRIWINARNI, S.Farm. 1106046780

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET JAKARTA SELATAN PERIODE 16 JANUARI - 25 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI-2 JULI 2011 DAN 1 13 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. SULTAN HASANUDDIN NO.42 KEBAYORAN BARU, BLOK M PERIODE 3 APRIL 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA KELAPA GADING JL. BOULEVARD GADING TIMUR KAV 6 KOMP SPBU 34 KELAPA GADING, JAKARTA UTARA PERIODE 1 APRIL 4 MEI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA KELAPA GADING JL. BOULEVARD GADING TIMUR RAYA KAV.6 KELAPA GADING, JAKARTA UTARA PERIODE 8 APRIL 11 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET JAKARTA SELATAN PERIODE 2 JULI 10 AGUSTUS 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UTAMI

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 143 JL.MARGONDA RAYA NO. 154 A, DEPOK PERIODE 2 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 143 JL.MARGONDA RAYA NO. 154 A, DEPOK PERIODE 2 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 143 JL.MARGONDA RAYA NO. 154 A, DEPOK PERIODE 2 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER FAMELLA YULISTIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 19 JUNI 12 JULI 2013 DAN 29 JULI 19 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 10 29 MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 5 JL. CIKINI RAYA NO. 121 JAKARTA PUSAT PERIODE 3 SEPTEMBER 6 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN 1206313412 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NITA KARTIKA, S. Farm. 1206313425 ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tenpat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (PP no. 51 tahun 2009) Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK NINE-EIGHTEEN COMMERCIAL AREA G-02 LOBBY TOWER 1 APARTEMENT CASABLANCA PERIODE 4 AGUSTUS 2014 30 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA JL. BOULEVARD GADING TIMUR RAYA KAV.6 KELAPA GADING, JAKARTA UTARA PERIODE 1 APRIL 4 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: WAHID BEKTI FITRIANTO K 100 040 146 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA KELAPA GADING JAKARTA UTARA JL. BOULEVARD GADING TIMUR RAYA KAV. 6 PERIODE 8 APRIL 11 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL...

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... A. PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI-16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IMELDA PRIANA, S.Farm. 1206329713

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG a. PENDAHULUAN Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZA MARLYNE,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA AYU DWI AJIE SAPUTRI, S.Farm. 1106046673

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci