UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI-16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LULU SOLIHAH, S.Far ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI-16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Apoteker LULU SOLIHAH, S.Far ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014

3

4

5 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua anugerah-nya sehingga kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Angkatan LXXVII di Apotek Mediko Farma Jl. Pinang Raya No. 10 Pondok Labu Jakarta, pada tanggal 17 Juni 16 Agustus 2013 telah dapat kami selesaikan. Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA merupakan bagian dari kegiatan perkuliahan program pendidikan profesi apoteker dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan mahasiswa. Setelah mengikuti kegiatan PKPA, diharapkan apoteker yang lulus nantinya dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat pada saat memasuki dunia kerja.. Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada: 1. Ibu Dra. Farida Indiyastuti, S.E., Apt., MM., selaku Apoteker Pengelola Apotek Mediko Farma sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan kesempatan PKPA di Apotek Mediko Farma dan menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan ini; 2. Ibu Dra. Juheini Amin, M.Si., Apt., selaku pembimbing dari Fakultas Farmasi menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan ini; 3. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi ; 4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.Si, Apt., selaku Pj.S. Dekan Fakultas Farmasi sampai tanggal 20 Desember 2013; 5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi ; 6. Bapak dan Ibu staf pengajar serta seluruh karyawan Fakultas Farmasi ; v

6 7. Seluruh karyawan di Apotek Mediko Farma yang telah banyak membantu dalam PKPA dan usaha memperoleh data yang penulis perlukan; 8. Semua pihak yang turut membantu selama penulisan laporan PKPA ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang membantu dalam proses penulisan laporan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi teman-teman sejawat. Terima kasih. Jakarta, Januari 2014 Penulis vi

7

8 ABSTRAK Nama : Lulu Solihah, S. Far NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Mediko Farma Jakarta Periode 17 Juni 16 Agustus 2013 Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Mediko Farma Jakarta bertujuan untuk memahami tugas pokok, fungsi dan peran apoteker pengelola apotek (APA) di apotek dan memahami kegiatan di apotek baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian. Tugas khusus yang diberikan berjudul Profil Penggunaan Obat Flu (Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas) di Apotek Mediko Farma bulan Januari-Maret Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengetahui profil penggunaan obat flu dengan memperoleh data sepuluh besar rata-rata penggunaan obat flu di apotek Mediko Farma pada bulan Januari-Maret Kata kunci : Apotek Mediko Farma, Profil penggunaan obat, Obat Flu Tugas umum : xiii + 63 halaman; 9 gambar; 11 lampiran Tugas khusus : v + 23 halaman; 3 gambar; 2 tabel; 4 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 16 ( ) Daftar Acuan Tugas Khusus : 10 ( ) viii

9 ABSTRACT Name : Lulu Solihah, S.Far NPM : Program Study : Apothecary profession Title : Apothecary Internship Program at Mediko Farma Pharmacy Jakarta Period June 17 th Agust 16 th 2013 Apothecary Internship Program at Mediko Farma Pharmacy Jakarta was aimed to understand the duties and functions and roles of pharmacists pharmacy manager (APA) in pharmacies and understanding the activities in both technical and nontechnical pharmacy activity. The Special assignment was given by title Profile Flu Drug Use at Mediko Farma Pharmacy from January to March The purpose of this special assignment was to determine the profile of the use of flu drugs by obtain data of the top ten on average use of flu drugs on Mediko Farma Pharmacy in Januari-March Keywords : Mediko Farma Pharmacy, Profile of drug use, Flu medicine General Assignment : xiii + 63 pages; 9 pictures; 11 appendices Specific Assignment : v + 23 pages; 3 pictures; 2 tables; 4 appendices Bibliography of General Assignment: 16 ( ) Bibliography of Specific Assignment: 10 ( ) ix

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ii iii iv v vii viii ix x xii xiii BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN UMUM Definisi Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Persyaratan Apotek Tenaga Kerja Apotek Pengelolaan Apotek Pelayanan Kefarmasian di Apotek Penggolongan Obat Pencabutan Surat Izin Apotek BAB 3. TINJAUAN KHUSUS APOTEK MEDIKO FARMA Sejarah Apotek Mediko Pengelolaan Organisasi dan SDM Lokasi dan Fasilitas Apotek Pengelolaan Perbelakan Farmasi Pelayanan Apotek Pengelolaan Narkotik Pengelolaan Psikotropik Kegiatan Non-Teknis Kefarmasian BAB 4. PEMBAHASAN BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN x

11 DAFTAR ACUAN LAMPIRAN xi

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Tanda Golongan Obat Bebas Gambar 2.2. Tanda Golongan Obat Bebas Terbatas Gambar 2.3. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas (P1-P6) Gambar 2.4. Tanda Golongan Obat Keras Gambar 2.5. Tanda Obat Golongan Narkotika Gambar 3.1. Bangunan Apotek Mediko Farma Gambar 3.2. Ruang Tunggu dan Etalase di Apotek Mediko Farma Gambar 3.3. Ruang Peracikan di Apotek Mediko Farma Gambar 3.4. Alat-alat Peracikan Puyer di Apotek Mediko Farma xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman. Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Mediko Farma Lampiran 2. Denah Bangunan Apotek Mediko Farma Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi Apotek Mediko Farma Lampiran 4. Format Surat Pesanan Apotek Mediko Farma Lampiran 5. Tanda Terima Faktur Lampiran 6. Alur Penerimaan Resep Lampiran 7. Salinan Resep Lampiran 8. Kuitansi Pembelian Obat Resep Lampiran 9. Kuitansi Pembelian Obat Bebas Lampiran 10. Format Surat Pesanan Obat Golongan Narkotika Lampiran 11. Format Surat Pesanan Obat Golongan Psikotropika xiii

14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan satu diantara unsur kesejahteraan yang menjadi tanggung jawab bersama bagi setiap masyarakat serta didukung oleh pemerintah. Sebagaimana yang tertera dalam Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi masyarakat maka diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh baik perseorangan maupun upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan harus ditingkatkan secara terus menerus untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Satu diantara tenaga kesehatan yang berperan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat adalah apoteker. Apotek sebagai satu diantara fasilitas pelayanan kesehatan merupakan tempat pengabdian bagi apoteker untuk memenuhi pelayanan kefarmasian dan perbekalan farmasi yang dibutuhkan masyarakat. Apotek adalah tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan lain kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian di apotek meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan dan pencampuran, selain itu penyimpanan, distribusi obat, pengolahan obat, pelayanan obat atas resep dokter dan pelayanan informasi obat (Presiden RI, 2009b) Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek wajib mengikuti paradigma pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya, kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif dan berorienasi pada pasien (pharmaceutical care) yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. Dalam rangka memperkenalkan, memberi wawasan dan pelatihan secara aktual untuk mempersiapkan calon apoteker yang dapat menjalankan tugas, fungsi 1

15 2 dan tanggung jawabnya, maka diadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) sebagai langkah awal pengenalan bagi calon Apoteker terhadap apotek. Atas dasar tersebut maka Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi (UI) telah mengadakan PKPA di Apotek Mediko Farma. Pada semester ini penulis mengikuti PKPA yang berlangsung pada tanggal 17 Juni 12 Juli 2013 dan 29 Juli 16 Agustus Praktek tersebut dimaksudkan agar calon Apoteker dapat memahami secara langsung mengenai peranan dan tanggung jawab apoteker di apotek dalam pelaksanaan pekerjaan kefarmasian, serta mampu terjun ke tengah masyarakat guna memberikan pelayanan kesehatan yang tepat. 1.2 Tujuan a. Mahasiswa PKPA dapat memahami tugas pokok, fungsi dan peran apoteker di sebuah apotek. b. Mahasiswa PKPA dapat memahami seluruh kegiatan yang dilakukan di sebuah apotek.

16 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Definisi Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No.51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Presiden RI, 2009b). Menurut PP No.51 tahun 2009, yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan, harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. 2.2 Landasan Hukum apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965 tentang Apotek. b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/ MENKES/ PER/ X/ 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 3

17 4 c. Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. e. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 695/ MENKES/PER/2007 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 184/MENKES/PER/II/1995 tahun tentang penyempurnaan pelaksanaan masa bakti dan izin kerja apoteker. g. Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. h. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. i. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Tugas dan fungsi apotek berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, adalah: a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata. 2.4 Tata Cara Perizinan Apotek Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek diatur dalam keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MenKes/Per/X/1993. Izin apotek diberikan oleh Menteri, yang kemudian wewenang pemberian izin dilimpahkan

18 5 kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut: a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir APT-1. b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan Formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam butir (b) dan butir (c) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan Formulir APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud butir (c), atau pernyataan butir (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek (SIA) dengan menggunakan Formulir APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/kota atau Kepala Balai POM dimaksud butir (c) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan Formulir APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam butir (f), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana.

19 6 i. Pemilik sarana yang dimaksud butir (h) harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. j. Terhadap permohonan izin apotek dan Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannnya dengan menggunakan Formulir APT-7. Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk mendirikan apotek di suatu tempat tertentu. Secara umum persyaratan izin apotek untuk Apotek yang bekerja sama dengan pihak lain adalah sebagai berikut: a. Surat permohonan APA yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan atau Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp. 6000,00. b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk PT yang disahkan atau terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM RI. c. Fotokopi KTP dari APA. d. Fotokopi Surat Izin Kerja (SIK) atau Surat Penugasan (SP) Apoteker, dengan lampiran surat keterangan selesai masa bakti apoteker bagi non pegawai negeri. e. Fotokopi surat status kepemilikan tanah: fotokopi sertifikat, bila gedung milik sendiri; fotokopi surat perjanjian kontrak bangunan minimal 2 (dua) tahun dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal dua tahun, bila kontrak atau sewa. f. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG). g. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB). h. Surat keterangan domisili dari kelurahan setempat.

20 7 i. Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan perundangan yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00. j. Peta lokasi dan denah ruangan. k. Surat pernyataan dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi atau obat dan tidak akan ikut campur dalam pengelolaan obat di atas materai Rp. 6000,00. l. Surat pernyataan APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada bidang farmasi lain di atas materai Rp. 6000,00. m. Surat pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu tanpa resep di atas materai Rp.6000,00. n. Struktur organisasi dan tata kerja atau tata laksana (dalam bentuk Organogram). o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan. p. SIK Asisten Apoteker atau D3 farmasi. q. Rencana jadwal buka apotek. r. Daftar peralatan peracikan obat. s. Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi. t. Formulir pelaporan narkotika dan psikotropika. u. Akte notaris perjanjian kerjasama APA dan PSA (asli atau legalisir). v. Surat izin atasan bagi apoteker Pegawai Negeri Sipil. Persyaratan izin apotek praktek profesi adalah sebagai berikut: a. Surat permohonan apoteker praktek profesi ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan atau Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp.6000,00. b. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) setempat yang menyatakan bahwa yang bersangkutan layak untuk melakukan apotek profesi yang diterbitkan setiap tahun sekali. c. Fotokopi KTP Apoteker apotek praktek profesi. d. Status kepemilikan bangunan, IMB, dan surat sewa menyewa minimal 2 tahun. e. Denah bangunan beserta peta lokasi. f. Daftar peralatan peracikan, etiket, dan lain-lain.

21 8 g. Fotokopi NPWP apoteker. h. SIK atau SP Apoteker dan pas foto 2x3 sebanyak dua lembar dengan melampirkan surat selesai masa bakti Apoteker. i. Surat pernyataan dari apotek bahwa selama buka apotek harus ada apotekernya (bila tidak ada apotekernya maka harus tutup). j. Jadwal buka apotek bersama dengan petugas atau apoteker yang lain yang ikut melakukan praktek profesi dengan melampirkan SIK dan KTP. 2.5 Persyaratan Apotek Persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 adalah sebagai berikut: a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, disebutkan bahwa: a. Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan penyerahan. e. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling.

22 9 f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat dan serangga. g. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, disebutkan bahwa apotek harus memiliki: a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien. b. Tempat untuk menampilkan informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi. c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien. d. Ruang racikan. e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun untuk pasien. Perlengkapan dan peralatan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rakrak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun rapi, terlindung dan debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan. 2.6 Tenaga Kerja Apoteker Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian dan non teknis kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian yaitu sarjana farmasi, ahli madya farmasi rumah sakit dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker yang sudah disumpah. Tenaga kefarmasian untuk kegiatan pelayanan kefarmasian di suatu apotek, antara lain: Apoteker Pengelola Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002, Apoteker Pengelola Apotek adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek. Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotek, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal (jika bekerja sama dengan pemilik sarana apotek).

23 10 Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Sesuai dengan Permenkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993, Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia. b. Telah mengucapkan sumpah/ janji Apoteker. c. Memiliki Surat Izin Kerja/ Surat Penugasan dari Departemen Kesehatan melalui dinas kesehatan daerah masing - masing. d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. Tugas dan Kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut: a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. b. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi. c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin. d. Melakukan pengembangan apotek. Seorang Apoteker Pengelola Apotek apabila berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, maka Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk apoteker pendamping serta apabila Apoteker pengelola Apotek dan apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker pengelola Apotek menunjuk Apoteker pengganti. Penunjukan dimaksud harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas kesehatan propinsi setempat. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 : a. Apoteker Pendamping, yakni apoteker yang bekerja di apotek selain APA dan/ atau menggantikan APA pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.

24 11 b. Apoteker Pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA jika APA berhalangan hadir selama lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di tempat lain Asisten Apoteker Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002, asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker dibawah pengawasan Apoteker. 2.7 Pengelolaan Apotek Pengelolaan apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/2002, kegiatan dalam pengelolaan apotek dibagi menjadi dua, yaitu pengelolaan teknis kefarmasian dan pengelolaan non teknis kefarmasian. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, penyerahan obat atau bahan obat, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat. Pengelolaan non teknis kefarmasian tersebut meliputi kegiatan administrasi, keuangan, pajak, personalia, kegiatan bidang material dan bidang lain yang berhubungan dengan apotek. Secara garis besar pengelolaan apotek dapat dijabarkan sebagai berikut: Pengelolaan Persediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pelayanan.

25 Perencanaan Kegiatan perencanaan meliputi penyusunan rencana keperluan yang tepat, mencegah terjadinya kekurangan dan sedapat mungkin mencegah terjadinya kelebihan perbekalan farmasi yang tersimpan lama dalam gudang serta meningkatkan penggunaan perbekalan farmasi. Pengelolaan perbekalan farmasi yang beragam memerlukan suatu perencanaan yang dilakukan secara cermat sehingga pengelolaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan pengadaan perbekalan farmasi yaitu: pola penyakit, daya beli masyarakat dan budaya masyarakat Pengadaan Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi. Penentu utama terhadap tersedianya obat dan total biaya kesehatan adalah pengadaan perbekalan farmasi yang efektif. Untuk meningkatkan pelayanan yang efektif dan efisien kepada pasien, maka pengadaan yang meliputi ketersediaan, keamanan, dan jaminan mutu perbekalan tersebut harus diterapkan sebaik mungkin. Prinsip pengadaan tidak hanya sekedar membeli barang, tetapi juga mengandung pengertian meminta kerja sama pemasok dalam menyediakan barang yang diperlukan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengadaan antara lain: a. Harus sesuai dengan keperluan yang direncanakan sebelumnya. b. Harus sesuai dengan kemampuan atau kondisi keuangan yang ada. c. Sistem atau cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku Penyimpanan Tata cara penyimpanan perbekalan farmasi dan penataannya disesuaikan dengan ketentuan peraturan yang berlaku dan sifat obat serta bentuk perbekalannya. Penyimpanan obat sebaiknya digolongkan berdasarkan bentuk sediaan, seperti sediaan padat dipisahkan dari sediaan cair atau setengah padat. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari zat-zat yang bersifar higroskopis. Serum, vaksin dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar disimpan dalam lemari pendingin. Penyusunan obat dapat dilakukan berdasarkan

26 13 alfabetis untuk mempermudah dan mempercepat pengambilan obat saat diperlukan. Pengeluaran barang di apotek sebaiknya menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out), sehingga obat-obat yang mempunyai waktu kadaluarsa lebih singkat disimpan paling depan dan memungkinkan diambil terlebih dahulu Pelayanan Apotek Peraturan yang mengatur tentang pelayanan apotek adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/SK/X/1993, yang meliputi : a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas tanggung jawab APA dan sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat; b. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat; c. Apotek tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten; d. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep, Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien. e. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat; f. Apabila Apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep; g. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker; h. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu tiga tahun;

27 14 i. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku; j. APA, apoteker pendamping, atau apoteker pengganti diijinkan untuk menjual obat keras yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) tanpa resep. DOWA ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI; k. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotek, APA harus menunjuk Apoteker pendamping; l. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti; m. Penunjukan harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi; n. Apoteker pendamping dan apoteker pengganti harus memenuhi persyaratan seperti persyaratan yang ditetapkan untuk APA; o. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus, Surat Izin Apotek atas nama Apoteker bersangkutan dicabut; p. APA turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan Apoteker pendamping dan Apoteker pengganti dalam hal pengelolaan apotek; q. Apoteker Pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan APA; r. Dalam pelaksanaan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh Asisten Apoteker; s. Asisten Apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek di bawah pengawasan Apoteker; Administrasi Dalam menjalankan pelayanan kefarmasia di apotek, perlu dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi : a. Administrasi Umum Pada bagian ini dilakukan pencacatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

28 15 b. Administrasi Pelayanan Pada bagian ini dilakukan pengarsipan resep, pengarsipan cacatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat. 2.8 Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pelayanan Resep Skrining Resep Apoteker melakukan kegiatan skrining resep yang meliputi: a. Memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi: nama dokter, nomor SIP, alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, nama pasien, alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien, dan berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang jelas dan informasi lainnya. b. Memeriksa kesesuaian farmasetik seperti bentuk sediaan, dosis, inkompatibilitas, stabilitas, cara dan lama pemakaian c. Melakukan pertimbangan klinis seperti adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya Penyiapan Obat Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Suatu prosedur tetap harus dibuat untuk melaksanakan peracikan obat, dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya, dan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai dengan pemberian informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan. Informasi obat pada pasien sekurangkurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

29 Informasi obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini, informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, jangka waktu pengobatan, cara penyimpanan obat, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi Konseling Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan Pelayanan Swamedikasi Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah tindakan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep (golongan obat bebas dan bebas terbatas) yang dilakukan secara tepat guna dan bertanggung jawab. Meskipun oleh dan diperuntukan untuk diri sendiri pengobatan sendiri harus dilakukan secara rasional. Hal ini berarti tindakan pemilihan dan penggunaan produk bersangkutan sepenuhnya merupakan tanggung jawab bagi para penggunanya. Pemerintah juga turut berperan serta dalam meningkatkan upaya pengobatan sendiri dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang obat wajib apotek. Obat wajib apotek (OWA) merupakan obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/Menkes/PER/X/1993 tentang kriteria obat yang diserahkan tanpa resep dokter, harus memiliki kriteria sebagai berikut: a. Tidak dikontraindikasikan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun

30 17 b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko akan kelanjutan penyakit c. Penggunaan tidak memerlukan cara khusus dan alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri Penggunaan OWA perlu dicatat tetapi tidak perlu dilaporkan. Beberapa kewajiban apoteker dalam penyerahan obat wajib apotek yaitu: a. Memenuhi ketentuan dan batasan yang tercangkup dalam tiap-tiap jenis obat wajib apoteker b. Membuat catatan pasien dan obat yang telah diserahkan c. Memberikan informasi tentang obat, meliputi dosis, aturan pakai, efek samping, dan informasi lainnya yang dianggap perlu Promosi dan Edukasi Apoteker harus memberikan edukasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Dalam kegiatan ini apoteker dapat berperan dalam penyebaran leaflet/ brosur, poster, penyuluhan dan lain-lainnya KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) di bidang kefarmasian merupakan rangkaian kegiatan interaksi positif antara Apoteker dengan pasien, keluarga pasien, atau dengan tenaga kesehatan. Tujuannya adalah untuk membangun hubungan dan kepercayaan dengan pasien, mendapatkan informasi dari pasien, memberikan instruksi pada pasien yang berkaitan dengan obat, serta untuk memberikan dukungan maupun semangat kepada pasien supaya penyakitnya cepat sembuh. Konseling dan informasi yang diberikan berupa informasi mengenai efek samping, dosis, cara penggunaan, interaksi obat, harga obat, dan lain-lain. Seorang Apoteker harus dapat menyarankan pengobatan yang rasional dan dapat memberikan alternatif pengobatan lain yang lebih aman dan efektif. Latar belakang perlunya KIE adalah sebagai berikut:

31 18 a. Ketidakpatuhan pasien Berbagai macam penyebab ketidakpatuhan antara lain status ekonomi pasien maupun adanya interaksi antara pasien dengan tenaga kesehatan yang kurang baik. Ketidakpatuhan ini dapat terjadi dalam bentuk resep tidak ditebus oleh pasien, resep yang lama tidak ditebus kembali, atau dosis yang tidak efektif membuat pasien menggandakan dosis sendiri. b. Penggunaan obat yang tidak rasional Hal ini dapat berupa obat tidak tepat indikasi, tidak tepat pasien, jenis obat, dosis, rute pemberian, waktu pemberian, durasi pemberian dan obat tidak terjangkau oleh pasien. c. Penggunaan obat yang tidak benar Hal ini lebih ditekankan pada teknik penggunaan obat oleh pasien. Terdapat beberapa bentuk sediaan obat yang memerlukan teknik khusus dalam penggunaannya agar lebih efektif, antara lain obat asma yang menggunakan inhaler, supositoria, dan obat tetes. KIE dapat memberikan manfaat, baik bagi pasien, keluarga pasien, tenaga kesehatan, maupun Apoteker. Beberapa manfaat tersebut, antara lain : a. Bagi pasien, keluarga, atau tenaga kesehatan 1) Menurunkan kesalahan dalam menggunakan obat 2) Menurunkan ketidakpatuhan. 3) Menurunkan efek samping obat. 4) Menurunkan biaya pengobatan. 5) Meningkatkan pemahaman tentang penyakit. 6) Meningkatkan penggunaan obat yang rasional. b. Bagi Apoteker 1) Meningkatkan citra profesi. 2) Meningkatkan kepuasan kerja. 3) Menarik pelanggan PIO (Pelayanan Informasi Obat) Peranan terhadap keberadaan Apoteker di apotek dalam pemberian informasi obat kepada pasien, dokter, maupun tenaga kesehatan lainnya sangat penting. Pelaksanaan PIO di apotek bertujuan untuk tercapainya penggunaan obat

32 19 yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, saat dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Dalam memberikan informasi obat, seorang Apoteker harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Mandiri, berarti Apoteker bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain yang menyebabkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektif. b. Objektif c. Seimbang, berarti Apoteker dalam memberikan informasi harus melihat dari berbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan. d. Ilmiah, berarti Apoteker dalam menyampaikan informasi harus berdasarkan sumber data atau referensi yang dapat dipercaya. e. Berorientasi pada pasien, berarti informasi yang disampaikan tidak hanya mencakup informasi produk, seperti ketersediaan, kesetaraan generik, melainkan juga mencakup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien Pelayanan Residensial (Home Care) Apoteker diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk geriatric dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk kegiatan ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan. 2.9 Penggolongan Obat Obat adalah suatu zat yang digunakan dengan dosis tertentu untuk diagnosis, pengobatan, peringanan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau hewan. Obat-obat yang beredar di Indonesia, digolongkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan ke dalam 5 (lima) kategori, yakni obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat golongan psikotropika, dan obat golongan narkotika. Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi tanda/ logo pada kemasan yang terlihat. Beberapa peraturan tersebut antara lain:

33 20 a. Kepmenkes RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. b. Kepmenkes RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tantang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G. c. Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VIII/90 tentang Obat Wajib Apotek. d. Permenkes RI No. 688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika. e. UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika Obat Bebas Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter disebut obat bebas (Departemen Kesehatan RI, 2006). Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Obat Bebas Contoh obat bebas : Antasida, Vitamin B Obat Bebas Terbatas Obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan disebut dengan obat bebas terbatas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Komposisi obat bebas terbatas mengandung bahan yang relatif toksik, sehingga dalam wadah atau kemasannya perlu dicantumkan tanda peringatan (P No.1 P No.6) dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau disesuaikan dengan kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna putih (Departemen Kesehatan RI, 2006). Obat Bebas Terbatas

34 21 Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya, yaitu: a. P No 1: Awas! Obat keras. Baca aturan pakai. Contoh: Decolgen b. P No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan. Contoh: Betadine Gargle c. P No 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh: Canesten d. P No 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. e. P No 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Dulcolax f. P No 6: Awas! Obat keras. Obat wasir jangan ditelan. Contoh: Anusol Suppositoria Obat Ethical Obat Keras Daftar G Obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter disebut dengan obat keras. Kemasan obat keras ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat huruf K yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam dengan latar warna merah. Obat-obat yang masuk ke dalam golongan ini antara lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika, beberapa obat tukak lambung dan semua obat injeksi (Departemen Kesehatan RI, 2006).

35 22 Gambar 2.4. Tanda Golongan Obat Keras Obat Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengarih selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktiviats mental dan perilaku. Penggolongan dari psikotropika adalah (Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, 1997): a. Psikotropika golongan I, yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya amfetamina, lisergida (LSD), meskalin. b. Psikotropika golongan II, yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang kuat dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya amfetamin, metamfetamin dan metilfenidat. Sekarang obat psikotropika golongan I dan II dikategorikan dalam narkotika golongan I. c. Psikotropika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya amobarbital, siklobarbital, dan pentazosina. d. Psikotropika golongan IV, yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya derivat diazepam, alprazolam, dan fenobarbital. Secara garis besar, kegiatan pengelolaan psikotropika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, pelayanan dan pemusnahan (Presiden RI, 1997):

36 23 a. Pemesanan psikotropika Obat-obat golongan psikotropika dipesan apotek dari Pedagang Besar Farmasi (PBF), dengan menggunakan surat pesanan (SP) psikotropika 3 (tiga) rangkap dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek yang dilengkapi nomor SIK dari apoteker dan stempel apotek. Satu surat pesanan dapat digunakan untuk beberapa jenis psikotropika. b. Penyimpanan psikotropika Obat-obat golongan psikotropika ini cenderung disalahgunakan sehingga disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau lemari khusus. c. Penyerahan psikotropika Penyerahan obat-obat golongan psikotropik oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan kepada pengguna/ pasien. d. Pelaporan psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan kepada Badan POM dan Direkorat Jenderal Binfar Alkes Kementerian Kesehatan secara online melalui website : Pelaporan dilakukan setiap bulan, paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dengan tembusan kepada Balai Besar POM. e. Pemusnahan Psikotropika Pada pemusnahan psikotropika, apoteker wajib membuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat kepastian. Menurut pasal 53 UU No.5 tahun 1997, pemusnahan psikotropika dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana, psikotropika yang diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku yang berlaku, kadaluarsa, serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika yang berkaitan dengan tindak pindana dilakukan oleh suatu tim yang terdiri dari pejabat yang mewakili Departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, Kepolisian Negara Republik Indonesia,

37 24 dan Kejaksaan sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang berlaku, dan ditambah pejabat dari instansi terkait dengan tempat terungkapnya tindak pidana tersebut, dalam waktu tujuh hari setelah mendapat kekuatan hukum tetap. Untuk psikotopika khusus golongan I, wajib dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dilakukan penyitaan. Pemusnahan psikotropika yang disebabkan karena kadaluarsa serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dilakukan oleh apoteker yang bertanggung jawab atas peredaran psikotropika dengan disaksikan oleh pejabat departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah mendapatkan kepastian Obat Narkotik Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan (Undang-undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika). Kemasan golongan narkotika ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat palang berwarna merah (Departemen Kesehatan RI, 2006). Narkotika dibedakan ke dalam 3 golongan, yaitu (Undang-undang No 35 tahun 2009 Tentang Narkotika): a. Narkotika golongan I, yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan, misalnya opium, kokain, dan ganja. b. Narkotika golongan II, yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan

38 25 pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan, misalnya morfin dan petidin. c. Narkotika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan ketergantungan, misalnya kodein. Pengelolaan Narkotika UU No. 35 tahun 2009 telah mengatur tata cara ekspor-impor, produk, penanaman, peredaran, penyediaan, penyimpanan dan penggunaan narkotika, untuk mencegah dan menanggulangi bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh efek samping penggunaan dan penyalahgunaan, memulihkan kembali penderita kecanduan narkotika, serta untuk memberantas peredaran gelap narkotika. Secara garis besar pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, pelayanan dan pemusnahan. a. Pemesanan Narkotika Kegiatan ini dilakukan ke PBF Kimia Farma dengan menggunakan surat pesanan narkotika empat rangkap yang ditandatangani oleh APA (tiga rangkap untuk PBF Kimia Farma dan satu rangkap untuk arsip apotek), dilengkapi nomor SIK dan stempel apotek. Satu lembar surat pesanan hanya digunakan untuk memesan satu jenis narkotika. b. Penyimpanan Narkotika Di dalam Permenkes No. 28/Menkes/Per/1978 pasal 5 dan 6 dijelaskan bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika, yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat; harus mempunyai kunci ganda yang berlainan; lemari dibagi dua sekat, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua digunakan untuk penyimpanan narkotika lainnya yang digunakan sehari-hari; lemari khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran kurang 40 x 80 x 100 cm dan harus dibaut pada tembok atau lantai; lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan; anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh

39 26 pegawai yang diberi kuasa; lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan yang tidak diketahui oleh umum. c. Pelayanan Resep yang mengandung Narkotika Menurut UU No. 35 tahun 2009, disebutkan bahwa narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. Selain itu, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997 disebutkan bahwa apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambahkan tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika. Selain kepada pasien, penyerahan obat golongan narkotika dapat dilakukan apotek kepada rumah sakit, puskesmas, apotek lain, balai pengobatan, dan dokter. d. Pelaporan Narkotika Undang-undang No. 22 tahun 1997 pasal 11 ayat 2, menyatakan bahwa importir, eksportir, pabrik obat, pabrik farmasi, PBF, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan atau pengeluaran narkotika yang ada dalam penguasaannya. Laporan penggunaan narkotika ini harus dilaporkan setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya yang ditujukan kepada Direkorat Jenderal Binfar Alkes Kementerian Kesehatan secara online pada website setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan dengan tembusan kepada Balai Besar POM. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika biasa disebut dengan SIPNAP adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit, dan Apotek). e. Pemusnahan Narkotika Sesuai dengan Permenkes RI No.28/Menkes/Per/I/1978 pasal 9 mengenai pemusnahan narkotika, Apoteker Pengelola Apotek dapat memusnahkan

40 27 narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan dan atau untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan. Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurangkurangnya memuat: tempat dan waktu (jam, hari, bulan, dan tahun), nama pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika, nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan, cara pemusnahan, tanda tangan, dan identitas lengkap penanggung jawab apotek, serta saksi-saksi pemusnahan. Pemusnahan narkotika harus disaksikan oleh petugas Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan untuk importir, pabrik farmasi dan unit pergudangan pusat; petugas Kantor Wilayah Departemen Kesehatan untuk pedagang besar farmasi penyalur narkotika, lembaga dan unit pergudangan propinsi, petugas Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II untuk apotek, rumah sakit, puskesmas dan dokter. Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada kepala kantor Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Badan/Balai Besar POM, dan sebagai arsip Pencabutan Surat Izin Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/2002, Kepala Dinas Kesehatan/Kota setempat dapat mencabut Surat Izin Apoteker, apabila: a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai APA. b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian. c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus menerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap undang-undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan ketentuan perundang-undangan lainnya. e. Surat Izin Kerja (SIK) APA tersebut dicabut. f. Pemilik sarana Apotek tersebut terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat. g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek

41 28 Namun sebelum pencabutan izin apotek dilakukan, terlebih dahulu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002) : a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan waktu masing-masing dua bulan dengan menggunakan contoh formulir model APT-12 b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan di apotek dengan menggunakan contoh formulir model APT-13 Pencabutan Surat Izin Apoteker dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan mengeluarkan surat keputusan yang ditunjukan kepada APA, menggunakan contoh formulir model APT-15, dengan tembusan yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi serta Kepala Balai POM setempat (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002). Apabila surat izin apotek dicabut, APA atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi, yaitu dengan cara sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002): a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu, dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. APA wajib melapor secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat atau petugas yang diberi wewenang tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas. Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut telah memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan menggunakan contoh formulir APT-14. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari tim pemeriksa Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

42 29

43 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK MEDIKO 3.1 Sejarah Apotek Mediko Apotek Mediko Farma didirikan pada tanggal 14 September 1976 berdasarkan akta notaris Mintarsih Natamihardja, SH. Pemilik sarana Apotek Mediko Farma adalah Dr. Sri Soesilastoeti sedangkan Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Mediko Farma saat ini adalah Dra. Farida Indyastuti, S.E., Apt., MM dengan SIA: 153/kanwil/SIA-78/ Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia Struktur organisasi sangat diperlukan dalam pengelolaan suatu apotek agar apotak dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sebuah apotek yang baik akan membawa apotek tersebut pada tujuan yang telah ditetapkan. Adapun struktur organisasi Apotek Mediko dapat dilihat pada lampiran 3. Apotek Mediko Farma memiliki 12 tenaga kerja, terdiri atas tenaga teknis farmasi dan tenaga non-teknis farmasi, dengan rincian sebagai berikut: Tenaga teknis farmasi: a. APA : 1 orang b. Aping : 1 orang (merangkap sebagai manager keuangan) c. Asisten Apoteker : 3 orang Tenaga non teknis farmasi: a. Tenaga administrasi : 2 orang (satu orang bagian pembelian, satu orang bagian faktur) b. Tenaga kasir : 2 orang c. Tenaga keamanan : 2 orang d. Tenaga kebersihan : 1 orang Apotek Mediko Farma beroperasi setiap hari Senin sampai Sabtu mulai pukul WIB, hari Minggu mulai pukul WIB, sedangkan hari libur nasional tutup. 30

44 Lokasi dan Fasilitas Apotek Mediko Lokasi Apotek Mediko Farma terletak di Jalan Pinang Raya No. 10, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Apotek Mediko Farma berlokasi di perempatan jalan dengan badan jalan satu arah yang tidak terlalu lebar dan berada disamping pusat perbelanjaan di dekat kawasan pemukiman penduduk yang mudah dijangkau oleh kendaraan dan dilalui oleh angkutan umum serta jaraknya yang tidak seberapa jauh dari RSUP Fatmawati. Apotek Mediko Farma dilengkapi pula dengan laboratorium klinik yang bersebelahan dengan apotek dan praktek dokter yang berada di lantai atas apotek. Praktek dokter terdiri dari dokter umum, dokter THT, dokter anak serta dokter kulit dan kelamin, sehingga dapat meningkatkan penerimaan resep di apotek. Papan nama apotek disertai nama laboratorium klinik dan praktek dokter nampak jelas di perempatan jalan dan di tempat parkir apotek sehingga memudahkan pelanggan baru untuk mencari lokasi Apotek Mediko Farma Fasilitas Bangunan fasilitas apotek terdiri dari tempat parkir pada halaman depan apotek, ruang bagian depan, dan ruang bagian belakang. Selain itu, apotek juga dilengkapi kamar mandi dan mushola untuk karyawan yang berada di bagian belakang apotek. Gambar bangunan apotek Mediko Farma dapat dilihat pada Gambar 3.1. Ruang bagian depan terdiri dari ruang tunggu dilengkapi kursi-kursi yang ditata rapi dan nyaman serta mesin dispenser untuk para pengunjung, tempat penerimaan resep dan pemberian harga obat bebas, tempat pembayaran obat resep maupun obat bebas (kasir), serta tempat pemajangan dapat obat bebas (OTC) dan obat obat fast moving. Penataan produk OTC dikelompokkan berdasarkan indikasi/ tujuan penggunaannya (batuk; flu; demam; sakit kepala; sakit perut; vitamin) dan bentuk sediaannya (solid, semisolid dan cair). Sediaan-sediaan yang banyak diminati pembeli diletakkan di bagian tengah etalase dan sejajar pandangan mata agar eye catching sehingga langsung dilihat oleh pengunjung yang masuk ke apotek. Selain itu, pada bagian paling atas lemari etalase terdapat beberapa box kosong berukuran besar dan mencolok yang dititipkan oleh

45 32 perusahaan untuk dipajang di Apotek Mediko Farma sebagai bagian dari promosi pada setiap pelanggan yang datang ke apotek. Selain produk OTC, apotek juga menjual perlengkapan bayi, produk-produk susu, produk-produk herbal, produkproduk kosmetik yang digunakan sehari-hari, serta alat-alat kesehatan lainnya seperti masker, sarung tangan, dan alat tes kehamilan yang ditata dietalase bagian depan. Gambar ruang tunggu apotek, dapat dilihat pada Gambar 3.2. Ruang bagian belakang terdiri dari ruang peracikan, tempat administratif serta tempat pencucian. Ruang peracikan digunakan untuk kegiatan verifikasi resep, penyiapan obat, peracikan, pemberian etiket, penulisan kopi resep dan kuitansi pembayaran obat. Ruang ini terdiri dari sebuah meja besar yang diletakkan di tengah ruangan dan dikelilingi dengan lemari obat keras yang berderet membentuk huruf L di sekeliling ruangan. Penataan ruang peracikan dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan sebaik mungkin dengan memperhatikan ruang gerak bagi para pekerja. Penataan obat keras dikelompokkan berdasarkan obat generik dan obat nama dagang, berdasarkan bentuk sediaannya, dan obat yang biasa diresepkan oleh dokter yang berpraktek di lantai atas apotek. Gambar ruang peracikan apotek dapat dilihat pada Gambar 3.3. Dalam ruang peracikan terdapat lemari narkotika, lemari pendingin untuk menyimpan obat-obat termolabil seperti supositoria, meja untuk menimbang disertai peralatan menimbang, lemari untuk menyimpan buku-buku literatur (Farmakope Indonesia, ISO, dan MIMS) serta wastafel. Selain itu, dirungan ini juga terdapat tempat untuk kegiatan administrasi seperti pemesanan obat kepada distributor dan pendataan perbekalan farmasi yang harus dipesan. Oleh sebab itu, ruang peracikan juga dilengkapi dengan dua buah computer, printer, telepon dan mesin fax. Denah tata ruang Apotek Mediko Farma terdapat pada Lampiran Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pengadaan Perbekalan Farmasi Apotek Mediko Farma melakukan perencanaan setiap hari Senin dan Kamis berdasarkan persediaan barang minimum dan penjualan di minggu sebelumnya. Perbekalan farmasi yang sudah hampir habis di buat daftar rencana pembelian pada buku defecta/buku pemesanan kemudian di serahkan ke bagian pembelian untuk dibuatkan surat pesanan. Pemesanan dilakukan menggunakan

46 33 surat pesanan langsung kepada petugas PBF yang bersangkutan atau melalui telepon langsung ke PBF yang dimaksud. Contoh surat pesanan dapat dilihat pada Lampiran 4. Pemesanan dan pembelian dilakukan setiap hari Senin dan Kamis oleh bagian pembelian yang bertanggung jawab langsung kepada APA. Surat pesanan perbekalan farmasi untuk obat keras, obat bebas terbatas dan obat bebas ditandatangani oleh Asisten Apoteker, sedangkan untuk obat psikoropik dan narkotik ditandatangani oleh APA. Pengadaaan perbekalan farmasi pada apotek Mediko Farma dilakukan dengan cara : a. Cash Order Delivery (COD) Pembelian yang pembayarannya dilakukan langsung pada saat perbekalan farmasi yang dipesan datang biasa dikenal dengan Cash Order Delivery (COD). Metode ini dilakukan pengadaan perbekalan farmasi yang baru dan/atau sangat dibutuhkan oleh apotek pada keadaan tertentu. b. Kredit Pembelian yang pembayarannya dapat dilakukan hingga batas waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan oleh PBF pemasok yang telah disepakati bersama dengan pihak apotek. c. Konsinyasi Titipan perbekalan farmasi dari pemilik kepada apotek dimana apotek bertindak sebagai Agen Komisioner yang menerima komisi bila perbekalan farmasi tersebut terjual sampai batas waktu kadaluarsa atau batas waktu yang disepakati disebut dengan istilah konsinyasi, dan bila perbekalan farmasi tersebut tidak laku maka perbekalan farmasi tersebut dapat dikembalikan kepada pemiliknya. Biasanya konsinyasi dilakukan untuk obat-obat yang masih baru dan belum dijual di apotek dan sedang dalam masa promosi, pembayaran dilakukan hanya terhadap perbekalan farmasi yang telah terjual. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kerjasama dengan PBF adalah ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan, bertanggung jawab terhadap pesanan perbekalan farmasi apabila terjadi kerusakan, memberikan jaminan terhadap perbekalan farmasi pesanan, ada kepastian memperoleh perbekalan farmasi yang dipesan, diskon yang diberikan, dan lamanya tanggal jatuh tempo pembayaran.

47 Penerimaan Perbekalan Farmasi Setiap hari Senin dan Kamis pada jam operasional apotek dilakukan penerimaan perbekalan farmasi oleh Asisten Apoteker. Pada saat penerimaan dilakukan pemeriksaan dokumen berupa kesesuaian antara surat pesanan dengan faktur, serta pemeriksaan fisik perbekalan farmasi yang diterima (tanggal kadaluarsa, keadaan fisik perbekalan farmasi, kode produksi/batch, dan lain lain). Apabila perbekalan farmasi yang diterima sesuai dengan surat pesanan, maka bagian pembelian atau asisten apoteker menandatangani dan memberi stempel apotek pada faktur. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali ke PBF dan salinan faktur disimpan di apotek. Setiap hari Selasa dan Jum at PBF melakukan tukar faktur yaitu PBF memberikan faktur asli disertai faktur pajak kepada apotek untuk kemudian dibayarkan oleh apotek berdasarkan tanggal jatuh tempo faktur tersebut dan untuk contoh tanda terima faktur dapat dilihat pada Lampiran Penyimpanan Perbekalan Farmasi Data mengenai perbekalan farmasi yang diterima kemudian dimasukkan ke dalam sistem komputer pada formulir penerimaan pesanan yang berisi antara lain tanggal pembelian, nama PBF, perbekalan farmasi yang diterima, tanggal kadaluarsa, potongan harga, dan harga. Setelah itu, perbekalan farmasi di tempatkan di etalase atau rak penyimpanan sediaan sesuai dengan kategori penyimpanannya. Apotek Mediko Farma melakukan penyimpanan perbekalan farmasi berdasarkan jenis perbekalan farmasi, penggolongan obat bebas dan obat resep (ethical), serta bentuk sediaan obat kemudian disusun menurut abjad. Penyimpanan obat bebas dikelompokkan pula berdasarkan indikasi/ farmakologi obat dan disusun sedemikian rupa dalam lemari kaca atau rak dengan perpaduan warna yang sesuai sehingga menarik perhatian pasien yang datang ke apotek. Obat resep (ethical) dikelompokkan pula berdasarkan generik, nama dagang dan obat yang sering diresepkan oleh dokter yang berpraktek di lantai atas apotek sehingga memudahkan pengambilan obat saat peracikan. Penyusunan perbekalan farmasi tersebut juga menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Penempatan obat sistem First In First Out (FIFO) yaitu perbekalan farmasi yang masuk lebih dulu diletakkan pada bagian yang paling depan dan/atau paling atas, agar memudahkan

48 35 dalam pengambilan sehingga yang terlebih dahulu masuk akan keluar terlebih dahulu. Pada penyusunan obat berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out) yaitu perbekalan farmasi yang memiliki tanggal kadaluarsa terlebih dahulu diletakkan di bagian yang paling depan dan/atau paling atas, sehingga yang batas kadaluarsa lebih dulu akan keluar terlebih dahulu Pengeluaran Perbekalan Farmasi Apotek Mediko Farma melakukan pengeluaran perbekalan farmasi dengan sistem FEFO (First Expired First Out), yaitu perbekalan farmasi yang dikeluarkan terlebih dahulu adalah perbekalan farmasi yang memiliki batas kadaluarsa lebih awal Pembuatan Sediaan Standar Apotek Mediko Farma juga melakukan pembuatan sediaan standar (Anmaak) dan pengemasan kembali sediaan standar ke dalam wadah yang lebih kecil. Sediaan standar adalah obat-obat yang dibuat oleh apotek berdasarkan resep- resep standar dalam buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan resep dokter. Sediaan standar ini dibuat untuk menyediakan sediaan yang jarang atau tidak terdapat di pasaran dengan harga jual relatif lebih murah. Beberapa sediaan standar yang dibuat di Apotek Mediko Farma adalah obat batuk hitam, salep 24, AAV (Asam salisilat, Asam benzoat, dan Vaselin album), boorschudmixtuur (BSM), ichtyol zalf, rivanol, alkohol 70% dan bedak salisilat. Adapula sediaan standar yang dibeli dalam skala besar lalu dikemas kembali dalam skala kecil seperti minyak cengkeh, minyak sereh, garam inggris, dan vitamin. Sediaan standar ini ditempatkan di rak obat bebas dan disusun berdasarkan abjad. 3.5 Pelayanan Apotek Apotek Mediko Farma melakukan pelayanan resep dan pelayanan obat bebas dan komoditi lain di luar sediaan farmasi (perlengkapan bayi, produkproduk susu, produk-produk herbal, produk-produk kosmetik, serta alat-alat kesehatan). Pembayaran dapat dilakukan secara tunai, debit, ataupun kredit. Pembayaran secara tunai sama dengan pembayaran secara kredit, tetapi untuk pembayaran secara kredit, kuitansi pembayarannya tidak diserahkan ke pasien tetapi disimpan Apotek untuk dilakukan penagihan pada awal bulan berikutnya.

49 Pelayanan Obat dengan Resep Apotek Mediko Farma melakukan pelayanan resep yaiu Asisten Apoteker menerima resep dari pasien, kemudian diperiksa ketersediaan obat dan dilakukan verifikasi resep (skrining resep) baik kelengkapan administratif, kesesuaian farmasetika dan kesesuaian farmakologi. Pelayanan resep dilakukan sesuai dengan HTKP (Harga, Timbang, Kemas, Penyerahan). Resep yang diterima diberikan harga berdasarkan harga yang terdapat pada sistem komputer, dimana untuk resep yang berasal dari dokter untuk dipakai sendiri atau pada keadaan tertentu lainnya, harga yang telah dihitung kemudian dikurangi diskon sejumlah yang ditentukan. Resep yang telah diberi harga diberikan kepada kasir untuk dibayar oleh pasien serta diberikan nomor urut resep. Resep dibawa ke bagian peracikan untuk disiapkan atau diracik oleh asisten apoteker. Resep yang telah selesai dikerjakan, dikemas, diberi etiket, dan dilakukan pemeriksaan akhir oleh apoteker atau asisten apoteker. Kemudian obat yang telah siap diserahkan kepada pasien oleh apoteker atas asisten apoteker disertai dengan penyampaian informasi yang berkaitan dengan obat tersebut. Pada saat penyerahan obat apoteker atau asisten apoteker meminta nomor telepon dan alamat pasien untuk data tambahan. Bagan alur penerimaan resep dapat dilihat pada Lampiran 6. Resep yang obatnya hanya diambil sebagian akan diberi salinan resep yang ditandatangani oleh apoteker/asisten apoteker dan diberi stempel apotek. Contoh salinan resep dapat dilihat pada Lampiran 7. Jika pasien menginginkan kuitansi pembayaran obat resep, apotek akan memberikannya. Contoh kuitansi pembelian obat resep dapat dilihat pada Lampiran 8. Resep yang telah selesai diracik dikumpulkan dan disusun berdasarkan nomor urut resep per hari lalu disimpan selama 3 tahun Pelayanan Obat Tanpa Resep Apotek Mediko Farma melakukan pelayanan penjualan obat tanpa resep dokter yang meliputi, obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat DOWA (Daftar Obat Wajib Apotek). Obat bebas ditandai dengan logo lingkaran berwarna hijau, obat bebas terbatas ditandai dengan logo lingkaran berwarna biru, sedangkan obat

50 37 DOWA merupakan obat dengan logo lingkaran berwarna merah dengan huruf K ditengah yang tercantum didalam Daftar Obat Wajib Apotek. Penyerahan DOWA yang dapat diserahkan oleh apoteker atau asisten apoteker harus disertai dengan pemberian informasi tentang penggunaan, manfaat serta efek samping yang ditimbulkan oleh obat. Jika pasien menginginkan kuitansi pembelian obat bebas apotek dapat memberikannya. Contoh kuitansi dapat dilihat pada Lampiran Pelayanan Informasi Obat dan Konseling Pelayanan informasi obat di Apotek Mediko sudah mulai dilakukan secara aktif maupun secara aktif meskipun belum sepenuhnya berjalan dengan baik karena masih terbatas pada pemberian informasi saat penyerahan obat. Pemberian informasi obat secara aktif yaitu pemberian informasi pada saat penyerahan obat mengenai nama obat/ zat aktif yang terkandung didalamnya, kekuatan obat (mg/g), bentuk sediaan, indikasi obat, efek samping, interaksi obat, jadwal dan cara pemakaian, cara penyimpanan serta dosis obat. Sedangkan secara pasif yaitu pasien menanyakan tentang obat dan asisten apoteker/apoteker menjawab. Kegiatan konseling saat ini di Apotek Mediko belum dapat dilakukan sepenuhnya dikarenakan ruangan untuk melakukan konseling terbatas Swamedikasi Kegiatan swamedikasi saat ini telah dilakukan di Apotek Mediko Farma. Obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi meliputi Obat Wajib Apotek, obat bebas terbatas, dan obat bebas. Obat Wajib Apotek merupakan obat dengan lingkaran merah dengan huruf K pada bagian tengah yang masuk dalam daftar obat wajib apotek. Penyerahan obat DOWA dilakukan oleh apoteker dan harus disertai dengan pemberian informasi tentang penggunaan, manfaat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat, namun yang sering bertindak dalam swamedikasi adalah asisten apoteker Pelayanan Lainnya Pelayanan lainnya di Mediko Farma untuk meningkatkan pendapatan apotek adalah menjualan produk-produk herbal dan kosmetik, menjualan alat-alat kesehatan, menjualan makanan ringan, adanya praktek dokter umum, dokter spesialis anak, dokter THT, dan dokter spesialis kulit dan kelamin serta pelayanan laboratorium.

51 Pengelolaan Narkotika Pemesanan Narkotika dipesan dengan Surat Pemesanan khusus narkotika yang ditujukan kepada PBF Kimia Farma sebagai distributor tunggal obat-obatan narkotika. Pembelian menggunakan Surat Pesanan Narkotika rangkap 4 yang telah ditandatangi oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA, jabatan, nama apotek serta stempel apotek. Dalam satu Surat Pesanan hanya berlaku untuk satu jenis narkotika.surat pemesanan narkotika dapat dilihat pada lampiran Penerimaan dan Penyimpanan Narkotika yang dipesan, diterima oleh Apoteker/Asisten Apoteker dengan mencantumkan nama jelas, SIK, tanda tangan, stempel apotek dan disertai tanggal dan waktu penerimaan narkotika. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Obat-obat golongan narkotika disimpan dalam lemari kayu khusus yang terkunci berukuran panjang 19,5 cm, lebar 15,5 cm dan tinggi 39 cm. Penyimpanan obat golongan narkotika dipisahkan untuk penggunaan seharihari dan untuk persediaan, namun lemari penyimpanan obat golongan narkotika pada Apotek Mediko Farma masih diletakan pada area yang sering dilalui di dalam area apotek. Contoh sediaan narkotika yang terdapat di apotek adalah Codein tablet 10 dan 20 mg, Codipront dan Codipront cum expectorant kapsul serta Codipront dan Codipront cum expectorant sirup Pelaporan Penggunaan Narkotika Laporan pemakaian obat-obat golongan narkotika dibuat setiap bulan dan dilaporkan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Pelaporan dilakukan langsung ke Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan (Ditjen Binfar Alkes) secara online melalui situs sipnap.binfar.depkes.go.id. Sistem pelaporan ini merupakan sistem baru dimana apotek terlebih dahulu membuat account pada situs tersebut dan mengunduh form pelaporan narkotika yang dibuat Ditjen Binfar Alkes. Setelah laporan dikirim akan ada surat balasan dari Ditjen Binfar Alkes

52 39 yang menyatakan telah menerima laporan. Pelaporan narkotika yang dilakukan di Mediko Farma hanya berupa laporan narkotika untuk sediaan jadi Pelayanan Narkotika Apotek Mediko farma hanya melayani resep asli yang mengandung narkotika atau salinan resep yang berasal dari Apotek Mediko Farma sendiri untuk mengambil sisa obat dengan terlebih dahulu diskrining kelengkapan resepnya serta harus disertai stempel dokter yang jelas. Pada saat penyerahan obat kepada pasien harus dicantumkan nama, nomor telepon yang dapat dihubungi, dan alamat pasien yang jelas. 3.7 Pengelolaan Psikotropik Pemesanan Pemesanan psikotropika dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Secara lengkap Surat Pesanan Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran Penerimaan dan Penyimpanan Penerimaan psikotropika dapat dilakukan oleh apoteker/asisten apoteker yang mempunyai SIK dan bukti penerimaan psikotropika ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek/ Asisten Apoteker. Penyimpanan psikotropika ini dilakukan terpisah dengan obat ethical lainnya, disimpan di dalam lemari khusus dan terjamin keamanannya, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penyalahgunaan. Contoh sediaan psikotropika yang terdapat di apotek Mediko Farma adalah Analsik tablet, Bellaphen tablet, Braxidin tablet, Cetalgin, Danalgin, Diazepam 2 mg, Esilgan 2 mg, Frisium 10 mg, Frixitas 0,25 mg, Lexotan 5 mg, Librax, Luminal 30 mg, Neurodial 5 mg, Proneuron, Spasmium 5 mg, Stesolid 5 mg, Stesolid rectal 5 dan 10 mg, Valium 2 mg, Valisanbe, dan Xanax Pelaporan dan penggunaan Psikotropika Laporan penggunaan psikotropika di Apotek Mediko Farma sama seperti laporan narkotika dimana di laporkan paling lambat tanggal 10 dibulan berikutnya. Pelaporan dilakukan langsung ke Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan secara online melaui situs Sistem pelaporan ini merupakan sistem baru dimana apotek terlebih dahulu membuat account pada situs tersebut dan menngunduh form pelaporan narkotika yang

53 40 dibuat Ditjen Binfar Alkes. Setelah laporan dikirim akan ada surat balasan dari Ditjen Binfar Alkes yang menyatakan telah menerima laporan Pelayanan Psikotropika Obat golongan psikotropika dapat diserahkan kepada pasien berdasarkan resep dokter atau salinan salinan resep dengan terlebih dahulu diskrining kelengkapan resepnya serta harus disertai stempel dokter yang jelas. Pada saat penyerahan obat kepada pasien harus dicantumkan nama, nomor telepon yang dapat dihubungi, dan alamat pasien yang jelas. 3.8 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Apotek tidak hanya menjalankan fungsi kefarmasian, tetapi juga menjalankan fungsi bisnis, yaitu melakukan kegiatan administrasi yang berfungsi untuk mencatat segala proses kegiatan kerja yang ada di apotek. Pengelolaannya dilakukan oleh bagian administrasi dan dibantu oleh bagian pembelian, kasir serta Asisten Apoteker yang kemudian diperiksa oleh manajer. Kegiatan non teknis farmasi yang dilakukan di apotek meliputi: Kegiatan Administrasi a. Administrasi Personalia Apotek Mediko Farma melakukan kegiatan administrasi personalia yang berkaitan dengan semua hal mengenai urusan pegawai yang meliputi absensi, gaji, hak cuti, dan fasilitas lain yang berhubungan dengan karyawan. b. Administrasi Penjualan Apotek Mediko Farma melakukan kegiatan administrasi penjualan dengan melakukan pencatatan baik menggunakan sistem komputer maupun pencatatan manual terhadap semua penjualan obat bebas dan obat bebas terbatas (OTC) maupun obat keras (ethical) serta perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) secara tunai atau debit. Selain itu, dilakukan juga pengaturan terhadap penentuan harga jual yang dimasukkan kedalam system komputer. Daftar harga jual inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam pemberian harga jual pada pasien dan apabila terdapat perubahan harga pembelian dari PBF (Pedagang Besar Farmasi) maka harga yang terdapat pada daftar harga jual juga akan diubah. c. Administrasi Pembelian Kredit atau Hutang Dagang

54 41 Apotek Mediko Farma melakukan pembelian produk dari PBF dengan cara tunai, kredit dan konsinyasi. Setiap PBF memberikan kebijaksanaan mengenai harga obat maupun diskon yang berbeda-beda kepada apotek. Pencatatan terhadap pembelian kredit dibuat berdasarkan faktur hutang yang masuk dari PBF ke apotek dan di buat dalam sebuah laporan oleh bagian administrasi untuk memudahkan pengawasan Sistem Administrasi Apotek Mediko Farma memiliki sistem administrasi untuk pengelolaan perbekalan farmasi mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, pelayanan dan pelaporan perbekalan farmasi yang masuk dan keluar. Pengelolaan ini dilakukan oleh bagian pembelian, administrasi dan asisten Apoteker. Kelengkapan administrasi di Apotek Mediko Farma meliputi : 1. Buku Defekta Daftar nama obat atau sediaan yang habis atau hampir habis dicatat dalam buku defekta untuk segera dipesan agar dapat memenuhi kebutuhan di apotek. Keuntungan buku ini adalah dapat digunakan untuk mengecek perbekalan farmasi yang sudah atau hampir habis dan mempercepat proses pemesanan sehingga ketersediaan perbekalan farmasi di apotek dapat terkontrol dan terjamin dengan baik. 2. Surat Pesanan (SP) Surat yang digunakan untuk memesan perbekalan farmasi yang diperlukan oleh apotek disebut Surat Pesanan yang terdiri dari 2 rangkap, dimana yang asli diserahkan pada pihak distributor sedangkan salinannya merupakan SP pertinggal di apotek untuk menyesuaikan perbekalan farmasi yang dating dengan perbekalan farmasi yang dipesan. Surat Pesanan ditandatangani asisten apoteker apabila akan melakukan pemesanan perbekalan farmasi. Dalam surat pesanan, terdapat tanggal pemesanan serta nama PBF yang ditunjuk. 3. Daftar harga sediaan farmasi di apotek Daftar harga jual apotek berasal dari harga yang diberikan PBF ditambah dengan pajak dan margin. Harga ini dapat diketahui dari daftar harga pada sistem komputer dan sistem manual/ hardcopy. Pada sistem ini tercantum nama obat

55 42 (merk dagang atau generik) yang disusun secara alfabetis serta spesifikasi produk sperti kekuatan dan volume sediaannya. 4. Sistem administrasi pembelian dan faktur Penerimaan perbekalan farmasi diinput dalam sistem komputer dengan mencantumkan tanggal, nama perbekalan farmasi, jumlah perbekalan farmasi, nama PBF, nomor faktur, tanggal jatuh tempo faktur, nomor batch, tanggal kadaluarsa, harga satuan, diskon yang diperoleh, total harga dan total pembayaran. Pencatatan ini dilakukan saat perbekalan farmasi datang berdasarkan faktur pengiriman perbekalan farmasi dari PBF. Nomor faktur dari pembelian pada PBF berisikan nomor faktur, tanggal pembelian, nama PBF, tanggal jatuh tempo, dan jumlah pembelian. Ketika dilakukan pembayaran faktur, maka ditulis tanggal dan waktu pembayaran pada faktur yang sudah dibayar. 5. Buku catatan penggunaan narkotika dan psikotropika Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran obat-obat golongan narkotika dan psikotropika, yang berisikan nama obat, bulan, persediaan awal, penambahan jumlah yang meliputi tanggal pembelian, jumlah, nama PBF, pengurangan dan sisa serta keterangan lain jika ada. Catatan harian narkotika dan psikotropika meliputi nomor resep, nama pasien, alamat pasien, nama dokter, alamat dokter, jumlah obat yang diresepkan dan sisa obat (dalam satuan tablet).

56 BAB 4 PEMBAHASAN Pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan merupakan satu diantara kegiatan teknis yang sangat penting dalam mempertahankan keberlangsungan suatu apotek. Ditinjau dari fungsi ekonomi, apotek merupakan tempat bisnis, maka pengelolaan apotek harus sesuai dengan prinsip bisnis yang dapat memberikan keuntungan kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan (stake holder) tanpa harus menghilangkan fungsi sosialnya di masyarakat. Perencanaan pengadaan dilakukan dengan melihat persediaan obat yang mulai kosong setiap harinya, biasanya dilakukan setiap pagi. Kegiatan perencanaan sebaiknya berdasarkan persediaan minimum yang merupakan jumlah persediaan terendah yang masih tersedia. Persediaan minimum untuk setiap barang akan berbeda, sesuai dengan sifat barang apakah termasuk fast moving atau tidak. Setelah dilakukan pemeriksaan persediaan barang, perbekalan farmasi yang sudah mulai kosong ini akan dicatat di buku defecta/buku pemesanan setiap hari Rabu dan Minggu, kemudian disusun berdasarkan PBF yang menyediakan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses pemesanan yang dilakukan esoknya juga untuk menentukan PBF mana yang akan diminta jasanya dalam pengadaan obat. Setelah buku defecta diisi, bagian pembelian akan membuat surat pesanan untuk diserahkan kepada PBF yang telah ditentukan. Pemesanan dilakukan setiap hari Senin dan Kamis, tetapi untuk perbekalan farmasi yang cito dan fast moving pemesanan dapat dilakukan kapanpun ketika persediaan sudah menipis karena kebutuhannya oleh pasien/konsumen sangat penting dan perputaran barang untuk obat-obat jenis ini lebih cepat. Pemesanan dapat dilakukan secara langsung dimana para sales dari distributor datang langsung ke apotek ataupun pemesanan melalui telepon. Sistem pemesanan barang harus memperhatikan faktor harga yang diberikan dan ketepatan waktu pengiriman juga harus diperhatikan apakah jumlah barang yang dipesan telah sesuai dengan persyaratan PBF yang berbeda-beda. Jadwal pemesanan yang 43

57 44 dilakukan dua kali dalam seminggu ini dapat mengurangi penumpukan barang, sehingga aliran kas tidak terganggu. Setelah pemesanan dilakukan, barang akan datang pada sore hari atau paling lambat esok harinya. Pada saat menerima barang, petugas yang menerima barang harus mencocokkan antara keadaan fisik barang dan jumlahnya dengan surat pesanan, jika sesuai maka petugas menandatangani surat pesanan dan memberikan stempel apotek. Pengadaan perbekalan farmasi yang dilakukan di apotek Mediko Farma dilakukan dengan pembelian secara kredit, tunai ataupun konsinyasi. Selain dilakukan dengan pembelian pengadaan obat juga dilakukan dengan produksi yang dilakukan di apotek. Proses produksi di apotek dilakukan dengan pembuatan sediaan standar (aanmaak), sediaan dibuat sesuai dengan kebutuhan apotek dan jika persediaan sediaan tersebut sudah menipis. Proses pengadaan di apotek sudah berjalan dengan cukup baik dan efektif, tetapi karena apotek belum menentukan stok pengaman (buffer stock) dan stok minimum bagi masing-masing obat dalam proses pemesanan barang, maka terkadang menyebabkan adanya kekosongan perbekalan farmasi. Hal ini dapat merugikan apotek karena ketika pelanggan membutuhkan obat dan terjadi kekosongan tidak semua pelanggan mau membeli obat dengan merk lain atau menunggu datangnya obat sehingga pelanggan kecewa. Untuk menghindari kekosongan tersebut maka apotek harus menentukan stok minimum untuk proses pemesanan. Setelah barang datang, maka seluruh barang langsung disimpan. Dalam hal ini apotek Mediko Farma tidak menyimpan digudang karena memang perputaran barangnya cepat dan barang yang dipesan tidak banyak, tetapi tetap ada lemari tertentu sebagai gudang untuk obat generik saja, hal ini untuk menjamin ketersediaan obat generik di apotek. Penyimpanan obat langsung dilakukan pada masing masing kotak/lemari obat. Perbekalan farmasi tetap disimpan dalam wadah asli pabrik dan disimpan pada kondisi ruangan yang baik dan tidak mempengaruhi kestabilan obat, hal ini sudah sesuai dengan standar dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027 tahun Penyimpanan narkotika dan psikotropika di Apotek Mediko Farma sudah dilakukan dalam lemari khusus, tetapi lemari yang digunakan hanya terdapat satu pintu dengan satu

58 45 kunci, selain itu dalam penyimpanannya narkotika dan psikotropika masih digabung dalam satu lemari meskipun letaknya dipisahkan. Penyimpanan narkotik dan psikotropik masih belum sesuai dengan Permenkes No. 28 Tahun 1978 dimana tertera bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika, lemari tersebut mempunyai kunci ganda yang berlainan kemudian lemari dibagi dua sekat yang masing-masing kuncinya yang berlainan. Sistem penyimpanan barang di Apotek Mediko Farma menggunakan metode First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO). Pada penyusunan obat berdasarkan sistem FEFO yaitu perbekalan farmasi yang memiliki tanggal kadaluarsa terlebih dahulu diletakkan di bagian yang paling depan dan/atau paling atas, sehingga yang batas kadaluarsa lebih dulu akan keluar terlebih dahulu sedangkan penempatan obat sistem FIFO yaitu perbekalan farmasi yang masuk lebih dulu diletakkan pada bagian yang paling depan dan/atau paling atas, agar memudahkan dalam pengambilan sehingga yang terlebih dahulu masuk akan keluar terlebih dahulu. Berdasarkan hasil pengamatan, obat yang datang langsung disimpan dalam kotak obat disusun berdasarkan datangnya barang/fifo sekaligus dilakukan pengecekan tanggal kadaluarsa sehingga bisa disusun berdasarkan tanggal kadaluarsanya/fefo. Pengontrolan tanggal kadaluarsa untuk obat OTC hanya dilakukan ketika barang datang, dan untuk obat yang disimpan di ruang racikan dilakukan dua kali seminggu ketika pendataan untuk defecta. Untuk mengontrol tanggal kadaluarsa, penandaan khusus atau pelabelan pada obat yang mendekati tanggal kadaluarsa dapat dilakukan dan sebaiknya setiap obat masuk harus dituliskan tanggal kadaluarsanya dalam sistem administrasi apotek. Perbekalan farmasi yang telah kadaluarsa akan dikumpulkan untuk dihitung kerugiannya, kemudian dilakukan pemusnahan yang disaksikan oleh para karyawan apotek. Evaluasi dari pengelolaan perbekalalan farmasi salah satunya dapat dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada pelanggan yang datang, kegiatan ini sudah dilaksanakan di Apotek Mediko Farma. Hasil dari kuisioner kemudian dapat dikumpulkan dan ditindaklanjuti untuk meningkatkan sistem pengelolaan perbekalan farmasi diapotek.

59 46 Kegiatan swamedikasi telah dilakukan di Apotek Mediko Farma. Obat yang digunakan dalam swamedikasi terdiri dari obat-obat OTC (obat bebas dan obat bebas terbatas) dan obat wajib apotek (OWA). Banyak pasien yang datang ke apotek untuk menyembuhkan penyakit ringan yang diderita dengan meminta langsung obat yang telah pasien ketahui dapat menyembuhkan penyakitnya. Dalam hal ini, pasien harus diberikan informasi mengenai penggunaan obat yang tepat selain itu petugas apotek yang menangani swamedikasi (biasanya dilakukan oleh asisten apoteker) harus membantu pasien menentukan obat yang sesuai dengan penyakit pasien agar pengobatan yang dilakukan rasional. Petugas Apotek Mediko juga melayani konseling jika diminta oleh pasien. Tujuan dilaksanakannya kegiatan konseling untuk pasien dengan penyakit kronis adalah untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menggunakan obat yang rasional. Konseling di Apotek Mediko masih dilakukan di lokasi penyerahan obat, hal ini dapat menyebabkan pasien yang berkonsultasi merasa tidak dijaga privasinya.

60 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan kegiatan PKPA yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan: a. Tugas dan fungsi Apoteker Pengelola Apotek adalah memimpin seluruh kegiatan kefarmasian di apotek, mengatur dan melaksanakan fungsi administrasi, melakukan fungsi kewirausahaan dan melakukan pengembangan apotek. b. Kegiatan di apotek meliputi kegiatan teknis kefarmasian yang terdiri dari pengelolaan perbekalan farmasi, pengelolaan narkotik dan psikotropik, pelayanan apotek (pelayanan obat dengan resep dan pelayanan obat tanpa resep) serta kegiatan non teknis kefarmasian yang terdiri dari kegiatan administrasi (umum, personalia, penjualan, pembelian, pajak, pergudangan dan piutang). 5.2 Saran Kegiatan pengelolaan Apotek Mediko Farma sudah baik, namun untuk mempertahankan kinerja serta meningkatkan mutu pelayanan di apotek dapat dilakukan beberapa upaya-upaya berikut : a. Untuk memenuhi persyaratan yang berlaku, maka perlu dilakukan pengadaan lemari khusus tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. b. Untuk memaksimalkan pengelolaan perbekalan farmasi dan menghindari kerugian apotek karena kekosongan barang di apotek, maka apotek harus menentukan stok minimum dalam proses pemesanan kedepannya. c. Untuk menghindari adanya barang yang kadaluarsa, sebaiknya setiap obat yang datang harus dimasukkan tanggal kadaluarsanya dalam sistem administrasi apotek. 47

61 DAFTAR ACUAN Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006a). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006b). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Sistem Pelaporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika dan Psikotropika Nasional. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Tata Cara Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotik. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993a). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 919/Menkes/Per/X/1993. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993b). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993c). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 924/ Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotik No.2. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993d). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 925/ Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Perubahan Golongan Obat No. 1. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1176/ Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 3. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009a). Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta. 48

62 49 Presiden Republik Indonesia. (2009b). Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009c). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

63 50

64 51 Gambar 3.1. Bangunan Apotek Mediko Farma Gambar 3.2. Ruang Tunggu dan Etalase di Apotek Mediko Farma

65 52 Gambar 3.3. Ruang Peracikan di Apotek Mediko Farma Keterangan : (a) Tablet crusher (mesin penghancur tablet) (b) Sealing machine (mesin pengemas) (c) Medicine packet (pembungkus puyer) (d) Plastic spoon (sendok plastik) Gambar 3.4. Alat-Alat Peracikan Puyer di Apotek Mediko Farma

66 53 Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Mediko Farma Pondok Labu

67 54 Lampiran 2. Denah Bangunan Apotek Mediko Farma

68 55 Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi Apotek Mediko Farma Pemilik Sarana Apotek Apoteker Pengelola Apotek Apoteker Pendamping (Manager Apotek) Asisten Apoteker Administrasi Kasir Petugas Kebersihan Petugas Keamanan Bagian Pembelian Bagian Faktur

69 56 Lampiran 4. Format Surat Pesanan Apotek Mediko Farma Apotek Mediko Farma Yth. Jl. Pinang Raya No. 10 Pondok Labu Cilandak, Jakarta Selatan Telp , Kepada SURAT PESANAN No. Nama Obat Packing Banyaknya Jakarta, 20.. APA

70 57 Lampiran 5. Tanda Terima Faktur

71 58 Lampiran 6. Alur Penerimaan Resep Penerimaan resep (Verifikasi resep dan pengecekan ketersediaan obat) Pemberian harga Pasien menerima nomor resep dan membayar di kasir Peracikan obat - Obat racikan - Obat jadi Pemberian etiket dan salinan resep Pemerikasaan kesesuaian obat Penyerahan obat Obat diterima pasien Resep disimpan oleh petugas

72 59 Lampiran 7. Salinan Resep

73 60 Lampiran 8. Kuitansi Pembelian Obat Resep

74 61 Lampiran 9. Kuitansi Pembelian Obat Bebas

75 62 Lampiran 10. Format Surat Pesanan Obat Golongan Narkotika

76 63 Lampiran 11. Format Surat Pesanan Obat Golongan Psikotropika

77 UNIVERSITAS INDONESIA PROFIL PENGGUNAAN OBAT FLU (OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS) DI APOTEK MEDIKO FARMA BULAN JANUARI MARET 2013 TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LU LU SOLIHAH, S.Far ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK DESEMBER 2013

78 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR LAMPIRAN... iv BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Flu (common cold) Obat OTC (Over The Counter)... 5 BAB 3 METODOLOGI EVALUASI Tempat dan Waktu Metode... 8 BAB 4 PEMBAHASAN... 9 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN i

79 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Sepuluh besar rata-rata obat flu yang digunakan per bulan. Selama bulan Januari sampai Maret 2013 (sediaan padat)... 8 Tabel 4.2 Sepuluh besar rata-rata obat flu yang digunakan per bulan. Selama bulan Januari sampai Maret 2013 (sediaan cair)... 9 ii

80 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Tabel penggunaan obat flu bulan Januari sampai Maret 2013 (sediaan padat) Lampiran 2 Diagram pemakaian obat flu bulan Januari sampai Maret 2013 (sediaan padat) Lampiran 3 Tabel penggunaan obat flu bulan Januari sampai Maret 2013 (sediaan cair) Lampiran 4 Diagram pemakaian obat flu bulan Januari sampai Maret 2013 (sediaan cair) iii

81 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering dijumpai di negara-negara maju maupun berkembang, seperti di Indonesia. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 didapatkan prevalensi nasional ISPA di Indonesia adalah 25,5% (Endah et.al, 2009). Flu dan common cold yang disebabkan oleh rhinovirus merupakan satu diantara penyakit ISPA yang paling sering diderita oleh manusia. Orang dewasa dapat mengalami 2-5 kali common cold dan anak sekolah dapat mengalami 7-10 kalinya (Eccles, 2005). Tingginya prevalensi flu dan common cold pada masyarakat menyebabkan banyak produsen obat untuk memproduksi obat flu yang tersusun dari 2-7 zat aktif. Berdasarkan penggolongan kelas terapinya, zat aktif tersebut merupakan analgetik, dekongestan nasal, antihistamin dan stimulansia. Zat aktif lain yang juga ditambahkan adalah antitusif, ekspektoran dan vitamin. Flu dan common cold merupakan infeksi saluran nafas atas yang disebabkan oleh virus, yang akan sembuh sendiri dan pengobatannya secara simptomatik. Gejala dari flu dan common cold sangat mudah diketahui sehingga para penderita dapat melakukan swamedikasi dengan membeli obat di apotek atau toko obat untuk menghilangkan gejala penyakit tersebut. Apotek sebagai fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat harus menjamin ketersediaan dan mutu obat yang akan dibeli oleh masyarakat. Obat flu yang digunakan oleh masyarakat adalah obat bebas dan obat bebas terbatas yang termasuk OTC (Over The Counter). Berdasarkan tingginya prevalensi flu dan banyaknya masyarakat yang menggunakan obat flu, maka dilakukanlah pengkajian terhadap penggunaan obat flu di Apotek Mediko Farma berdasarkan hasil penjualan selama bulan Januari hingga Maret 2013 untuk mengetahui sepuluh besar obat flu yang digunakan beserta kandungan zat aktifnya. 1

82 2 1.2 Tujuan Penyusunan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat flu dengan memperoleh data sepuluh besar rata-rata penjualan obat flu (obat bebas dan obat bebas terbatas) terbanyak Apotek Mediko pada bulan Januari sampai Maret 2013

83 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Flu (Common Cold) Flu (common cold, colds) lazim dijadikan sebutan bagi semua keadaan yang menimbulkan batuk, bersin, hidung tersumbat, pilek, demam, ataupun sakit kepala. Di kalangan kedokteran flu (common cold) dikelompokkan ke dalam infeksi saluran pernafasan atas. (Azwar, 2005) Definisi Flu (common cold) adalah infeksi akut oleh suatu rhinovirus yang terdapat dalam jumlah besar di udara (Tjay, 2007). Flu (common cold) biasa didefinisikan sebagai penyakit ringan akut dengan gejala awal sakit kepala, bersin, chilliness, dan sakit tenggorokan kemudian gejala berlanjut menjadi nasal discharge, obstruksi hidung, batuk, dan malaise. Umumnya keparahan gejala meningkat pesat, memuncak 2-3 hari setelah infeksi, dengan durasi rata-rata gejala 7-10 hari tetapi beberapa gejala bertahan selama lebih dari 3 minggu. (Eccles, 2005) Patogenesis Patogenesis flu (common cold) yang disebabkan oleh rhinovirus adalah sebagai berikut. Rhinovirus ditularkan melalui partikel aerosol atau melalui kontak langsung dengan sekret saluran pernapasan yang mengandung virus. Mukosa konjungtiva terpapar virus melalui duktus lakrimalis menuju ke mukosa hidung atau secara langsung kontak dengan mukosa hidung depan yang merupakan tempat inokulasi utama. Melalui mekanisme mukosilier, virus ditransfer ke nasofaring (Winkler et al., 2005) Pengobatan Flu dapat sembuh dengan sendirinya (self limmitted disease) yaitu kurang lebih selama satu minggu, bergantung pada daya tahan tubuh masing-masing orang. WHO telah merekomendasikan berbagai macam obat untuk menangani flu (common cold) sesuai dengan karakter manfaat obat tersebut (Budiarti, 2010). Obat-obat yang digunakan dalam menangani flu antara lain: 3

84 4 a. Dekongestan nasal Obat golongan -agonis digunakan sebagai dekongestan nasal pada pasien rhinitis alergi/rhinitis vasomotor dan pasien dengan infeksi saluran nafas atas dengan rhinitis akut. Obat golongan ini menyebabkan vasokontriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor 1 sehingga mengurangi volume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung. Dekongestan nasal sering diberikan peroral/topical. Zat aktif yang masuk kedalam golongan ini antara lain: efedrin, pseudoefedrin dan fenilpropanolamin (PPA). b. Analgetik Obat golongan analgetik yang digunakan dalam obat flu adalah analgetik perifer. Senyawa ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran dan juga tanpa menimbulkan efek adiktif. Kebanyakan obat ini juga berdaya antipiretis dan/atau antiradang. Dengan demkian analgetik tidak hanya digunakan sebagai obat antinyeri, melainkan juga pada demam dan peradangan. Obat-obat ini banyak diberikan untuk nyeri ringan, zat aktif yang termasuk golongan ini antara lain: parasetamol, asetosal, propifenazon atau aminofenazon. c. Batuk Obat batuk terbagi atas obat batuk produktif (berdahak) dan non produktif (kering). Obat batuk produktif terdiri atas obat-obat kelompok ekspektoransia (pengencer lendir) dan obat-obat kelompok mukolitika. Ekspektoran bekerja dengan memperbanyak produksi dahak (yang encer) sehingga mengurangi kekentalannya dan mempermudah pengeluarannya dengan batuk. Mekanisme kerjanya adalah merangsang reseptor-reseptor di mukosa lambung yang kemudian meningkatkan kerja kelenjar-sekresi dari saluran gastrointestinal dan sebagai refleks memperbanyak sekresi dari kelenjar yang berada di saluran napas. Zat-zat yang masuk kedalam kelompok ini antara lain: guaifenesin (gliserilguaiakolat), ammonium klorida yang banyak digunakan dalam OBH, kalium iodida, minyak atsiri seperti minyak permen dan minyak adas (Oleum foeniculi) Obat kelompok mukolitika mengurangi viskositas dahak dengan cara memutus jembatan disulfida pada dahak karena memiliki gugus-sulfhidril ( SH) yang saling mengikat pada makromolekulnya, obat kelompok mukolitika juga

85 5 bekerja dengan jalan memutuskan rantai panjang dari mukopolisakarida. Zat aktif obat yang termasuk dalam mukolitik antara lain: asetil sistein dan bromheksin. Obat untuk batuk kering adalah obat golongan penekan batuk. Obat golongan bekerja sentral dengan menekan pusat batuk di medula. Zat aktif yang memiliki mekanisme penekan batuk terbagi atas dua golongan, antara lain: golongan opiat yaitu kodein dan golongan non opiat yaitu dekstrometrofan dan noskapin. d. Antihistamin Obat golongan antihistamin adalah obat yang mampu melawan histamine secara kompetitif dari reseptornya dan dengan demikian mampu menghilangkan kerja histamine. Antihistamin yang digunakan dalam obat flu adalah AH1 yang menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan otot polos, selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas/keadaan lain pada penglepasan histamin endogen berlebih. Antihistamin berguna untuk mengobati alergi tipe eksudatif akut. Efeknya bersifat paliatif, membatasi dan menghambat efek histamin sewaktu reaksi antigen-antibodi terjadi. Antihistamin dapat menghilangkan bersin, rinore dan gatal pada mata, hidung dan tenggorokan pada pasien. Zat-zat ini terbagi kedalam 2 generasi, yang termasuk obat generasi pertama antara lain: klorfeniramin dan triprolidin serta difenhidramin dan prometazin yang digunakan untuk batuk. Sedangkan obat generasi kedua antara lain: astemizol, terfenadin, setrizin dan loratadin Obat OTC (Over The Counter) Obat OTC adalah obat obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Obat OTC terdiri dari: Obat Bebas Pengertian obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

86 6 Contoh obat flu yang termasuk kedalam golongan obat bebas yaitu Alpara, Mixagrip, OBH Nellco, OBH Combi, Phenacold dan Kidflu Obat Bebas Terbatas Pengertian obat bebas terbatas adalah obat yang termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Komposisi obat bebas terbatas mengandung bahan yang relatif toksik, sehingga dalam wadah atau kemasannya perlu dicantumkan tanda peringatan (P No.1 P No.6) dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau disesuaikan dengan kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna putih Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya, yaitu: a. P No 1: Awas! Obat keras. Baca aturan pakai. Contoh: Decolgen b. P No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan. Contoh: Betadine Gargle c. P No 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh: Canesten d. P No 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. e. P No 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Dulcolax f. P No 6: Awas! Obat keras. Obat wasir jangan ditelan. Contoh: Anusol Supositoria.

87 7 Pada produk obat flu oral hanya tercantum tanda peringatan nomor 1, contohnya yaitu: Actifed, Decolgen, Fludane, Neozep, Nalgestan, Paramex flu batuk, No Drof dan Hufagrip batuk pilek Berdasarkan peraturan perundang-undangan obat bebas dan obat bebas terbatas digunakan untuk pengobatan sendiri, penggunaannya harus sesuai dengan aturan dan keterangan yang tercantum pada brosur atau kemasan obatnya. Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah penggunaan obat tanpa resep oleh seseorang berdasarkan inisiatifnya sendiri. Walaupun demikian dalam hal ini apoteker berperan penting untuk memberikan saran dan informasi mengenai obat yang tersedia untuk melakukan pengobatan sendiri (Dian, 2010).

88 BAB 3 METODOLOGI EVALUASI 3.1 Tempat dan Waktu Pengumpulan dan pengkajian data penjualan obat flu bulan Januari Maret 2013 dilaksanakan di Apotek Mediko Farma Jl. Pinang No. 10 Pondok Labu Cilandak Jakarta Selatan pada tanggal Juni Metode Pengkajian profil penggunaan obat flu dilakukan dengan menganalisis hasil data penggunaan obat flu pada bulan Januari-Maret 2013 di apotek Mediko Farma. 8

89 BAB 4 PEMBAHASAN Obat flu merupakan satu diantara obat yang banyak dibeli oleh masyarakat. Penggunaan obat flu yang merupakan obat bebas dan obat bebas terbatas, dapat dibeli tanpa resep dokter oleh konsumen dan dilakukan atas inisiatif sendiri. Dalam hal ini konsumen melakukan swamedikasi untuk menyembuhkan gejala flu yang diderita, karena gejala flu yang berupa pilek, batuk, demam dan sakit kepala/pusing mudah dikenali sendiri oleh konsumen. Pendataan terhadap penggunaan obat flu perlu dilakukan untuk mengetahui profil pemakaian obat flu oleh konsumen dan membantu proses perencanaan pengadaan obat flu di apotek. Data tersebut menunjukkan profil produk obat flu yang banyak digunakan oleh para konsumen. Profil penggunaan obat flu dilakukan dengan memperoleh data penjualan obat flu di Apotek Mediko Farma selama bulan Januari sampai Maret Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan, apotek menjual 33 item produk obat flu sediaan padat dan 32 item produk dengan sediaan cair. Data penjualan obat flu setiap bulannya dapat dilihat pada lampiran 1 dan lampiran 3. Setelah dilakukan pengumpulan data, selanjutnya dilihat 10 besar item yang paling banyak digunakan oleh konsumen. Sepuluh besar rata-rata pemakaian obat flu sediaan padat dan cair selama bulan Januari sampai Maret 2013 dapat dilihat pada data Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Kandungan dari obat flu merupakan kombinasi dari beberapa golongan obat untuk meringankan gejala dari flu. Sepuluh besar obat flu rata-rata terdiri dari golongan obat 1) analgetik dan antipiretik yaitu parasetamol; 2) dekongestan nasal yaitu pseudoefedrin HCl dan fenilpropanolamin HCl; 3) antihistamin yaitu klorfeniramin maleat, difenhiramin HCl, fenilpropanolamin HCl dan triprolidin HCl; 4) antitusif yaitu dekstrometrofan HBr dan noskapin; 5) ekspektoran yaitu gliserilguaiakolat dan ammonium klorida yang biasa terdapat dalam OBH; dan 6) mukolitik yaitu bromheksin HCl. 9

90 10 Nama Produk Jml PCT PPA P.Efd CTM DMP Nos GG Neozep 44 x x x Salisilamid; vit C Decolgen 43 x x x Panadol 27 x x x F&B Decolsin 22 x x x x x Fludane 21 x x x x plus Ultraflu 20 x x x Bodrex F&B 18 x x x Nalgestan 17 x x Paratusin 17 x x x x x Fludane 14 x x x Tabel 4.1. Sepuluh besar rata-rata obat flu yang digunakan per bulan. Selama bulan Januari sampai Maret 2013 (sediaan padat) (Keterangan: 1: analgetik; 2: dekongestan nasal; 3: antihistamin; 4: antitusif; 5: ekspektoran; 6: kandungan lain) Berdasarkan data sepuluh besar obat flu sediaan padat, penggunaan obat flu oleh konsumen dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan/terkenalnya produk obat, karena produk merupakan obat flu yang sering muncul di iklan seperti Neozep, Decolgen, Panadol, Bodrex dan Ultraflu. Obat flu dengan bentuk sediaan padat digunakan oleh konsumen dengan umur diatas 12 tahun atau umur dewasa. Para konsumen biasanya datang ke apotek untuk membeli obat flu sebagai persiapan jika dikemudian hari menderita flu atau jika akan bepergian ke tempat dengan cuaca dingin, selain itu ada pula konsumen yang membeli ketika konsumen merasakan gejala flu. Dalam hal ini, konsumen yang datang ke apotek sedang mengalami gejala flu, maka dapat langsung diarahkan pengobatan yang tepat oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). APA dapat menanyakan secara langsung gejala apa yang dirasakan oleh konsumen, apakah gejala hanya pilek saja atau ada gejala lain seperti demam dan batuk, atau konsumen merasakan ketiga gejala tersebut. Jika konsumen membeli obat flu untuk persiapan pengobatan, maka APA harus menjelaskan penggunaan dari obat yang akan dibeli dengan gejala yang terjadi. Dari kesepuluh produk terbanyak hampir seluruhnya mengandung parasetamol yang berfungsi sebagai

91 11 analgetik dan antipiretik, hal ini harus diperhatikan bila konsumen tidak mengalami demam dan sakit kepala ketika terserang flu. Begitu pula dengan obat batuk, beberapa produk juga dikombinasi dengan obat batuk, dalam hal ini harus ditanyakan terlebih dahulu apakah batuk yang terjadi batuk kering atau berdahak, jika batuk kering maka diberikan obat flu yang mengandung antitusif seperti dektrometropan HBr dan jika batuk berdahak maka diberikan obat flu yang mengandung ekspektoran seperti gliserilguaikolat dan mukolitik seperti bromheksin HCl. Nama Produk Jml Pct PPA Efd P. Efd CTM DFH TPl DMP Nos GG Amm Cl UNI Baby cough 48 x x x OBH combi BF 29 x x x x OBH nelco spes 19 x x x x Hufagrip BP 17 x x x Actifed (hijau) 12 x x Actifed (merah) 9 x x x Allerin 9 x x x Triaminic BP 7 x x Paratusin 7 x x x x x OBH combi anak 6 x x x x Tabel 4.2. Sepuluh besar rata-rata obat flu yang digunakan per bulan. Selama bulan Januari sampai Maret 2013 (sediaan cair). (Keterangan: 1: analgetik; 2: dekongestan nasal; 3: antihistamin; 4: antitusif; 5: ekspektoran) Seperti halnya dengan penggunaan obat flu sediaan padat, penggunaan obat flu cairpun masih didominasi oleh produk-produk obat yang terkenal oleh masyarakat karena iklan yang ditampilkan. Tetapi ada yang menarik bahwa penggunaan tertinggi oleh konsumen adalah produk UNI Baby cough yang tidak menampilkan iklan secara visual. Hal ini dikarenakan sediaan cair lebih dimaksudkan untuk menangani gejala flu pada anak-anak agar lebih mudah

92 12 digunakan, selain itu produk Uni Baby cough ini juga tidak terlalu mahal seperti produk lainnya. Sediaan lain yang khusus dibuat untuk anak-anak yaitu Hufagrip, Triaminic dan OBH combi anak. Pemberian obat flu untuk anak harus sangat diperhatikan, dalam hal ini konsumen yang membeli selalu diingatkan akan dosis dan aturan pakai serta dijelaskan takaran obat yang harus diberikan. Selain penjelasan mengenai pemilihan produk obat flu, konsumen juga harus diinformasikan mengenai sakit flu dan cara-cara penanganan flu non farmakologis. Penyebab flu adalah virus sehingga akan sembuh dengan sendiri (tergantung dari sistem imun penderita) dan pengobatan yang dilakukan hanya untuk meringankan gejala dari flu yang dikhawatirkan menghambat kegiatan sehari-hari. Informasi tersebut diharapkan dapat membuat pengobatan yang dilakukan oleh konsumen menjadi rasional. Hasil pengkajian terhadap obat flu ini diharapkan dapat membantu proses perencanaan dan pengadaan obat flu bebas di Apotek Mediko Farma dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan obat flu dan membantu peningkatan kualitas hidup masyarakat dengan pengobatan yang rasional.

93 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Sepuluh besar rata-rata jumlah obat flu sediaan padat yang digunakan setiap bulan selama bulan Januari sampai Maret 2013 berturut-turut adalah Neozep, Decolgen, Panadol flu dan batuk, Decolsin, Fludane plus, Ultraflu, Bodrex F&B, Nalgestan, Paratusin dan Fludane. b. Sepuluh besar rata-rata jumlah obat flu sediaan cair selama bulan Januari sampai Maret 2013 berturut-turut adalah UNI Baby cough, OBH combi BF, OBH nelco spes, Hufagrip BP, Actifed orange, Actifed merah, Allerin, Triaminic BP, Paratusin dan OBH combi anak. 5.2 Saran a. Dalam rangka peningkatan kerasionalan penggunaan obat flu baik obat bebas dan obat bebas terbatas oleh masyarakat, sebaiknya dibuat standar pelayanan untuk obat flu bagi konsumen yang akan melakukan swamedikasi. b. Untuk menjamin ketersediaan obat flu, maka 3 besar obat flu yang paling banyak digunakan oleh konsumen harus selalu tersedia di apotek. 13

94 DAFTAR ACUAN Azwar, B., (2005), Bijak mengonsumsi obat flu. Tangerang: Kawan Pustaka. Budiarti, Aqnes., dkk (2010). Kerasionalan obat bebas dan obat bebas terbatas common cold dalam upaya swamedikasi oleh masyarakat di kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang. Hal:16-18 Dian R, Maya., Merry T. Anggraeni (2010). Evaluasi perilaku pengobatan sendiri terhadap pencapaian program Indonesia Sehat Prosiding Seminar Nasional UNIMUS Eccles, Ron. (2005), Understanding the symptoms of the common cold and influenza. Lancet Infect Dis. 5: Eccles, Ronald., Olaf Webber. (2009), Common cold. Birkhäuser Verlag. Basel Switzerland Endah P, Noer., Daroham, Mutiatikum. (2009). Penyakit ISPA hasil riskesdas di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan. Supp: Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. (2007). Obat-Obat Penting: Khasiat, penggunaan dan efek-efek sampingnya edisi ke enam. Jakarta : Penerbit PT Elex Media Komputindo Winkler P, de Vrese M, Laue Ch, et al. (2005) Effect of a dietary supplement containing probiotic bacteria plus vitamins and minerals on common cold infections and cellular immune parameters. Int J Clin Pharmacol Ther.43: World Health Organization, (2001) Cough and Cold Remedies for The Treatment of Acute Respiratory Infections In Young Children. Geneva, Switzerland. 14

95 LAMPIRAN 15

96 16 Lampiran 1. Tabel penggunaan obat flu bulan Januari sampai Maret 2013 (sediaan padat) No. 1 Alpara 2 Anadex Produk Obat 3 Bodrex F&B 4 Decolgen 5 Decolgen FX 6 Decolsin 7 Dextral 8 Dextrosin 9 Fludane (hijau) Fludane forte (biru) Fludane plus (merah) 12 Intunal Kandungan (mg) Pct : 500 PPA : 12,5 CTM : 2 Dmp : 15 Pct : 500 PPA : 15 CTM : 1 Dmp : 15 Pct : 500 P.Efd : 30 Dmp : 12 Pct : 400 PPA : 12,5 CTM : 1 Pct : 650 PPA : 30 CTM : 2 Pct : 400 P.Efd : 30 CTM : 1 Dmp : 10 GG : 50 PPA : 12,5 CTM : 1 Dmp : 10 GG : 50 PPA : 12,5 CTM : 2 Dmp : 15 GG : 100 Pct : 500 PPA : 12,5 CTM : 2 Pct : 650 PPA : 12,5 CTM : 2 Pct : 500 PPA : 12,5 CTM : 2 Dmp : 15 Pct : 300 PPA : 12,5 Dmp : 10 DCM : 1 GG : 50 Bulan Januari Februari Maret Rata-rata

97 17 (Lanjutan) No. Produk Obat 13 Intunal F 14 Inza 15 Inzamax 16 Konidin 17 Mextril 18 Mixagrip 19 Molexflu 20 Nalgestan 21 Neozep 22 No Drof 23 Panadol F&B (hijau) 24 Paramex F&B 25 Paratusin 26 Procold Kandungan (mg) Pct : 500 PPA : 15 Dmp : 15 DCM : 2 GG : 50 Pct : 300 P.Efd : 30 CTM : 1 Pct : 600 P.Efd : 30 CTM : 1 Dmp : 5 CTM : 2 GG : 100 PPA : 12,5 Dmp : 15 CTM : 1 GG : 100 Pct : 500 PPA : 15 CTM : 2 Pct : 500 PPA : 12,5 CTM : 2 PPA : 15 CTM : 2 Pct : 250 PPA : 15 S.Amid: 150 CTM : 2 Vit C : 50 Pct : 500 PPA : 12,5 Pct : 500 P.Efd : 30 Dmp : 15 Pct : 250 Ppz : 150 P.Efd : 30 Dmp : 15 Pct : 500 PPA : 15 Nos : 10 CTM : 2 GG : 50 Pct : 500 P.Efd : 30 CTM : 2 Bulan Januari Februari Maret Rata-rata

98 18 (Lanjutan) No. Produk Obat Kandungan Bulan (mg) Januari Februari Maret Rata-rata Pct : Refagan P.Efd : CTM : 2 28 Romilar DMP : Sanaflu Pct : 500 PPA : Pct : Sanaflu + batuk PPA : DMP : 15 Pct : Stop cold P.Efd : 30 CTM : GG : 50 Pct : Tuzaloz PPA : 15 CTM : Dmp : 10 Pct : Ultra flu PPA : CTM : 2 Keterangan: Pct : Parasetamol PPA : Fenilpropanolamin HCl P. Efd : Pseudoefedrin HCl Dmp : Dekstrometrofan HBr CTM : Klorfeniramin maleat DCM : Deksklorfeniramin maleat GG : Gliserilguaiakolat Nos : Noskapin Ppz : Propifenazon S.amid : Salisilamid Vit.C : Vitamin C

99 Lampiran 2. Diagram pemakaian obat flu bulan Januari sampai Maret 2013 (sediaan padat) (7) 43 (2) 5 22 (4) (10) 5 21 (5) (8) 44 (1) 1 27 (3) 4 Jan Feb Mar rata-rata 17 (9) (6)

100 20 Lampiran 3. Tabel penggunaan obat flu bulan Januari sampai Maret 2013 (sediaan cair) No. Produk Obat 1 Actifed (orange) 2 Actifed (merah) 3 Actifed (hijau) 4 Alco 5 Allerin 6 Anakonidin 7 Baby cough 8 Bisolvon flu 9 Bodrex F&B 10 Bodrexin 11 Cohistan 12 Decolgen 13 Decolsin Kandungan (mg) P. Efd : 30 Tpl : 12,5 P. Efd : 30 Tpl : 12,5 Dmp : 10 P. Efd : 30 Tpl : 12,5 GG : 100 P. Efd : 30 BPM : 2 DFH : 12,5 PPA : 2,5 GG : 30 Na citrat: 180 Alkohol : 5 % Dmp : 5 P.Efd : 7,5 GG : 25 CTM : 180 Pct : 120 CTM : 1 GG : 25 Ol.anisi : 0,1 % Bhx : 4 Pct : 150 CTM : 2 F.efrin : 5 Pct : 150 P.Efd : 10 Dmp : 25 Pct : 100 P.Efd : 7,5 GG : 50 Bhx : 2 CTM : 0,5 GG : 50 CTM : 1 Pct : 120 P.Efd : 7,5 CTM : 0,5 Pct : 250 P.Efd : 15 GG : 50 Dmp : 5 CTM : 0,5 Bulan Januari Februari Maret Rata-rata

101 21 (Lanjutan) No. Produk Obat 14 Dextrosin syr 15 Fludane 16 Fludane plus 17 Fludexin 18 Flutamol 19 Hufagrip BP 20 Hufagrip flu 21 Hufagrip pilek 22 Ikadryl 23 OBH combi anak 24 OBH combi BF Kandungan (mg) Dmp : 15 PPA : 12,5 GG : 50 DFH : 5 Pct : 125 CTM : 0,5 PPA : 3,125 Pct : 125 CTM : 0,5 PPA : 3,125 Dmp : 3,750 Pct : 120 F.efrin : 7,5 Prom : 5 Tiokol : 50 Pct : 125 PPA : 3,5 GG : 12,5 CTM : 0,5 Etanol : 2 % Dmp : 7,5 P.Efd : 15 CTM : 0,5 Pct : 120 P.Efd : 7,5 CTM : 0,5 GG : 50 P.Efd : 15 CTM : 1 Pct : 150 P. Efd : 15 DFH : 12,5 Amm Cl: 125 Na citrat: 5 Pct : 120 Efd : 7,5 CTM : 1 Succ liq: 100 Amm Cl: 50 Pct : 150 Efd : 2,5 CTM : 1 Succ liq: 167 Amm Cl: 50 Bulan Januari Februari Maret Rata-rata

102 22 (Lanjutan) No. Produk Obat 25 OBH nelco spes 26 OBH tropica extra 27 Paratusin 28 Poncolin D 29 Siladex C&C 30 Triaminic BP 31 Triaminic P 32 Vicks flu Kandungan (mg) Pct : 135 Efd : 2,5 CTM : 1,3 Succ liq: 100 Amm Cl: 40 Efd : 2,5 CTM : 1 Succ liq: 125 Amm Cl: 100 Pct : 125 P.Efd : 7,5 Nos : 10 CTM : 1 GG : 25 Succ liq: 125 Etanol : 10 % Efd : 8 CTM : 2 GG : 50 Alkohol: 1 % Dmp : 7,5 Dox : 2 P.Efd : 15 P.Efd : 15 Dmp : 5 P.Efd : 15 CTM : 1 Pct : 162,5 CTM : 1 P.Efd : 15 Dmp : 7,5 Bulan Januari Februari Maret Rata-rata Keterangan: Pct : Parasetamol Prom : Prometazin PPA : Fenilpropanolamin HCl Ppz :Propifenazon Ppz : Propifenazon S.amid : Salisilamid Efd : Efedrin HCl Succ.liq : Succus Liquiritae P. Efd : Pseudoefedrin HCl Tpl : Triprolidin HCl Dmp : Dekstrometrofan HBr Vit.C : Vitamin C CTM : Klorfeniramin maleat Bhx : Bromhexin HCl DFH : Difenhidramin HCl BPM : Bromfeniramin maleat GG : Gliserilguaiakolat Nos : Noskapin F. efrin : Fenilefrin

103 Jan Feb Mar rata-rata Actifed (orange) Actifed (merah) Actifed (hijau) Alco Allerin Anakonidin Baby cough Bisolvon flu Bodrex F&B Bodrexin Cohistan decolgen Decolsin Dextrosin syr Fludane Fludane plus Fludexin Flutamol Hufagrip BP Hufagrip flu Hufagrip pilek Ikadryl OBH combi anak OBH combi BF OBH nelco spes OBH tropica extra (6) 12 (5) 17 (4) (7) (10) (2) 19 (3) (1) Lampiran 4. Diagram pemakaian obat flu bulan Januari sampai Maret 2013 (sediaan cair) Paratusin Poncolin D Siladex C&C Triaminic pilek 5 7 (9) 4 5 Triaminic BP Vicks flu 7 (8)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: WAHID BEKTI FITRIANTO K 100 040 146 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JALAN PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU, JAKARTA SELATAN PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

APOTEK MEDIKO TA SELATAN LAPORAN DEPOK JANUARI. Laporan praktek..., Annisaa Nur, FFar UI, 2014

APOTEK MEDIKO TA SELATAN LAPORAN DEPOK JANUARI. Laporan praktek..., Annisaa Nur, FFar UI, 2014 UNIVERSITAS INDONESI IA LAPORAN PRAKTEKK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMAA JALAN PINANGG RAYA NO. 10 PONDOK LABU, JAKART TA SELATAN PERIODEE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBERR 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: ASRI MUHTAR WIJIYANTI K 100 040 150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZA MARLYNE,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IMELDA PRIANA, S.Farm. 1206329713

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 5 JL. CIKINI RAYA NO. 121 JAKARTA PUSAT PERIODE 3 SEPTEMBER 6 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RISKA EKA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34 A, JAKARTA PUSAT PERIODE 6 SEPTEMBER 17 OKTOBER 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34 A, JAKARTA PUSAT PERIODE 6 SEPTEMBER 17 OKTOBER 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34 A, JAKARTA PUSAT PERIODE 6 SEPTEMBER 17 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA HASAN,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana untuk memperoleh generasi yang baik perlu adanya peningkatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 31 JULI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 31 JULI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 31 JULI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER OGI ANDYKA PUTRA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN 1206313412 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 19 JUNI 12 JULI 2013 DAN 29 JULI 19 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan status kesehatan yang masih tergolong rendah. Hal ini dapat disebabkan kurangnya kepedulian dan pemahaman masyrakat Indonesia akan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci