BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS"

Transkripsi

1 BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1. Conceptual Framework Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pemasaran yang dapat menanggulangi isu bisnis yang terjadi saat ini. Salah satu tahapan dalam merumuskan solusi yaitu membetuk suatu kerangka pemikiran terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan untuk pembentukan strategi pemasaran. Faktorfaktor yang mempengaruhi strategi pemasaran untuk lampu LHE Sinar dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 2.1: Conceptual Framework Conceptual Framework diatas bertujuan untuk merumuskan suatu strategi pemasaran baru yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi saat ini. Namun sebelum dapat dirumuskan diperlukan suatu analisis tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan menjadi landasan dalam perumusan strategi pemasaran baik faktor internal (dari dalam perusahaan) ataupun faktor external (lingkungan). Analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah: 10

2 1. Faktor Internal :Corporate/Bussines Strategy, SWOT Analysis, 4 P (Marketing Mix) 2. Faktor External :Five Forces Porter, PEST Analysis, Market Analysis Corporate Strategy Corporate Strategy adalah proses pemilihan arah yang akan dituju oleh perusahaan. Dimana dalam prosesnya ada dua pertanyaan yang mendasari corporate strategy ini 1 : 1. In what business (es) will we or should we compete? 2. How shall we fundamentally conduct that business/those business? Berikut ini adalah gambar yang menjelaskan strategy apa saja yang dapat dipilih didalam Corporate Strategy. Gambar 2.2: Corporate strategic Choice Sumber: Modul Kuliah, Lecture 4 - Strategic Mkt - MBA ITB.pdf 1 MBA ITB, sillabus MM60M2, Lecture 4 - Strategic Mkt - MBA ITB.pdf, dokumen yang tidak dipublikasikan 11

3 Dalam pemilihan directional strategy ini PT. Nikkatsu Electric Works menggunakan Vertical Growth. Pemilihan ini dikarenakan: i. Perusahaan hanya berkonsentrasi terhadap satu bidang industry, yaitu industry elektronika. ii. Pemilihan ini diambil karena perusahaan menginginkan pertumbuhan (Growth) dalam penjualan LHE Sinar. iii. Dengan pemilihan growth strategy ini aktivitas perusahaan akan bertambah khususnya di bidang pemasaran. iv. Pemilihan Vertical Growth karena perusahaan dalam pendistribusian LHE Sinar terlihat masih kurang, ini terbukti dengan belum tersebarnya produk LHE Sinar di Indonesia karena hanya terdapat 4 distributor saja yang mendistribusikan LHE Sinar. Dengan pemilihan Vertical Growth ini diharapakan perusahaan mencari lagi dan mengembangkan jalur distribusinya hingga mencapai seluruh kota di Indonesia Business Strategy (SWOT Analysis) Analisis SWOT(Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) adalah alat perencanaan strategi yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, lawan dan ancaman meliputi dalam proyek atau dalam spekulasi bisnis. Ini melibatkan obyek yang spesifik pada spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor didalam dan faktor di luar yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan dalam mencapai obyek tersebut 2.Berikut ini akan ditampilkan SWOT dari perusahaan PT. Nikkatsu Electric Works dalam industry perlampuan di Indonesia STRENGTH S1 : PT. Nikkatsu Electric Works memiliki experience yang cukup lama di bidang industry elektronika. 2 Wikipedia.net, SWOT Analysis, Dikutip 21 April, 2008 dari 12

4 S2 : Nama PT. Nikkatsu yang sudah dikenal industry elektronika baik di dalam dan di luar negeri S3 : Memiliki skill dan kemampuan untuk menghasilkan produk-produk berkualitas. Didukung oleh teknologi dan teknisi ahli yang didatangkan langsung dari Jepang S4 : Memiliki jaringan (network) yang luas, baik di luar negeri dan di Indonesia. Jaringan Luar negeri meliputi distributor di Asia, Eropa dan Timur Tengah. Jaringan di dalam negeri adalah jaringan distributor ballast dan transformer yang tersebar di setiap provinsi di Indonesia. S5 : LHE Sinar telah terstandarisasi dengan SNI dan ISO WEAKNESS W1 : Brand Sinar yang belum terlalu dikenal di Indonesia,. Brand Sinar dikenal konsumen hanya pada produk Ballast, dimana 60% dari produksi ballast Sinar adalah untuk pasar luar negeri (ekspor), sehingga untuk pasar lokal (dalam negeri) brand Sinar kurang dikenal. W2 : Belum adanya segmentasi dan targeting yang jelas dari produk LHE Sinar. W3 : Belum adanya system marketing yang bagus untuk mendukung promosi dari LHE Sinar. Saat ini LHE Sinar hanya bergantung dari promosi yang dilakukan oleh distributor. W4 : Belum adanya CRM (Customer Relationship Management) untuk melakukan hubungan kerjasama yang baik dengan para supplier. W5 : Jalur distribusi yang belum merata, dan kurang tersebar untuk produk LHE Sinar W6 : Kurangnya promosi yang dilakukan untuk memasarkan LHE Sinar W7 : Tingginya tingkat LHE yang reject dikarenakan komponen yang harus impor dari China W8 : Tidak adanya sales force yang bertugas menyampaikan informasi kepada konsumen, sehingga konsumen kurang mendapatkan informasi dan benefit dari LHE Sinar 13

5 W9 : Informasi LHE belum sampai ke masyarakat pedesaan, hanya baru sampai di daerah perkotaan saja OPPORTUNITY O1 : Keluarnya regulasi pemerintah yang mendukung berkembangnya industry LHE di Indonesia. O2 : Terus bertambahnya demand pasar LHE di Indonesia Konsumen lampu pijar mulai beralih ke LHE karena lebih hemat listrik, dan umur ekonomisnya lebih lama O3 : Bertambahnya jumlah pelanggan listrik THREAT T1 : Munculnya pemain baru di industry LHE, hal ini diakibatkan industry lampu termasuk low barier to entry. Pemain baru dapat mengancam para pemain lama karena T2 : Banyaknya produk substitute T3 : Banyaknya produk impor yang tidak memiliki standarisasi dari pemerintah, namun dijual dengan harga murah Five Forces Porter Michael Porter beranggapan bahwa hal yang sangat diperhatikan oleh perusahan adalah intensitas persaingan dalam industri perusahaan tersebut 3. Untuk menganalisa persaingan tersebut Michael porter merumuskan sebuah model pendekatan terhadap analisis industri yang dikenal dengan Five Forces Porter. 3 Weelen, Thomas L. & Hunger, J. David, Strategic Management and Business Policy, Pearson Prentice Hall, Hal

6 Threat of New Entrants Bargaining Power of Supplier Rivalry among existing firms in the industry Bargaining Power of Buyers Threat of Substitutes Gambar 2.3: The Five Forces model of Industry Competition Sumber : Marketing Management, Phillip Kotler p Rivalry among Existing firms in the Industry Sumber persaingan yang paling utama dalam sebuah industri adalah perusahaan lain yang bergerak di satu industri dengan perusahaan tersebut. Sebuah strategi yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat berhasil jika strategi tersebut memberikan keunggulan kompetitif dibandingkan dengan strategi yang dilakukan oleh perusahaan lain 4. Persaingan yang terjadi pada industry lampu di Indonesia sangat besar (High Rivalry). Persaingan ini dapat dilihat dengan banyaknya competitor yang ada, baik competitor asing, ataupun competitor lokal. Berikut ini daftar perusahaan-perusahaan yang memproduksi lampu di Indonesia 5 : 4 David, Fred R Strategic Management Concepts and Cases, Tenth Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey, hal Aperlindo, Majalah Sentra Elektrik, Maret-April 2008, hal

7 Tabel 2.1: Produsen LHE di Indonesia No. Perusahaan Merek 1 PT. Sinar Angkasa Rungkut LUXRAM 2 PT. Gunawan elektrindo VISICOM 3 PT. Sinar Angkasa Rungkut CHIYODA 4 PT. Panasonic Lighting Indonesia PANASONIC 5 PT. Nikkatsu Electric Works SINAR 6 PT. Tjipto Langgeng Abadi FOCUS 7 PT. Hikari ELECTRA 8 PT. Logam Martha Asri Prima ETERNA 9 PT. Lentera Jaya LECTRON 10 PT. Sinko Prima Alloy ELITECH 11 PT. Niko Indonesia NIKO 12 PT. Ningbo Indonesia SHINYOKU 13 PT. Sharp Indonesia SHARP 14 PT. Citra Hannochs HANNOCHS 15 PT. GMP/VYBA VYBA Perusahaan-perusahaan diatas tersebar di berbagai kota Indonesia, dan keseluruhan dari perusahaan tersebut adalah anggota APERLINDO (Asosiasi Industri Perlampuan Indonesia). Pada Gambar 2.5 akan ditampilkan Peta industri LHE di Indonesia. 16

8 17 Gambar 2.4: Peta Penyebaran LHE di Indonesia

9 Dengan banyaknya produsen LHE di Indonesia maka akan terjadi perebutan dalam penguasaan pangsa pasar di Indonesia. Dalam perebutan pangsa pasar, para produsen lokal harus bersaing juga dengan para produsen asing seperti Phillips, GE, Osram, dimana para produsen asing tersebut sudah memiliki pangsa pasar yang cukup besar di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan data yang menjelaskan tentang jumlah LHE impor yang masuk ke Indonesia 6. Gambar 2.5: Data Impor LHE Sumber: Majalah Sentra Elektrik, Maret-April 2008, hal. 42 Selain dari competitor asing, industry perlampuan di Indonesia pun mendapat ancaman dari produk-produk impor dengan kualitas rendah, sehingga harganya pun jauh lebih rendah bila dibandingkan produk lokal. Dengan harga yang jauh dibawah produk lokal, secara otomatis konsumen lebih memilih produk impor dengan kualitas rendah tersebut, sehingga pasar direbut juga oleh produk impor kualitas rendah Threat of Substitute Products or Services Produk pengganti adalah produk yang mempunyai tampilan yang berbeda namun dapat memuaskan kebutuhan yang sama dengan produk lain 7. Produk pengganti juga merupakan ancaman yang cukup besar untuk suatu produk karena bila produk 6 Aperlindo, Majalah Sentra Elektrik, Maret-April 2008, hal Weelen, Thomas L. & Hunger, J. David, Strategic Management and Business Policy, Pearson Prentice Hall, Hal

10 pengganti tersebut ternyata dapat memberikan kepuasaan yang lebih dalam memenuhi kebutuhan, tidak menutup kemungkinan bila produk pengganti tersebut menggeser eksistensi dari produk yang lama. Selain itu pula fluktuasi harga dari suatu produk dapat mempengaruhi konsumen untuk mencari produk pengganti yang memiliki fungsi signifikan. Produk subtitusi dari produk LHE antara lain Lampu Pijar dan Lampu Neon. Penggunaan lampu pijar dan lampu neon di Indonesia masih sangat besar, hal ini dapat dibuktikan dengan data dibawah ini: Tabel 2.2: Konsumsi Lampu Listrik di Indonesia Konsumsi Lampu Listrik di Indonesia Tahun Pijar Neon LHE ,000,000 50,000,000 40,000, ,000,000 55,000,000 50,000, ,000,000 60,000,000 60,000, ,000,000 60,000,000 70,000, ,000,000 65,000,000 90,000, ,000,000 65,000, ,000,000 Sumber: Aperlindo, Majalah Sentra Elektrik, Maret-April 2008, hal. 42. Gambar 2.6: Grafik Perbandingan konsumsi lampu Dari Grafik diatas dapat dilihat bahwa penggunaan lampu pijar di Indonesia sudah mulai menurun, hal ini dikarenakan banyak konsumen yang beralih menggunakan 19

11 LHE. Namun konsumsi penggunaan lampu neon di Indonesia mengalami peningkatan, hal ini dapat menjadi ancaman bagi LHE untuk mengambil alih seluruh pasar lampu listrik di Indonesia Threat of New Entrants Selain harus memikirkan pesaing-pesaing yang sudah ada, perusahaan juga harus mempertimbangkan kemunculan pendatang baru potensial. Jika sebuah perusahaan dapat dengan mudah memasuki suatu pasar, persaingan diantara perusahaan dalam pasar tersebut akan semakin meningkat. Berikut ini adalah beberapa hambatan untuk memasuki suatu pasar (barrier to entry) 8 : - Perlunya untuk mendapatkan skala ekonomis (economies of scale) dengan cepat. - Pentingnya teknologi dan prosedur khusus. - Kurangnya pengalaman. - Loyalitas konsumen yang kuat (terhadap perusahaan yang sudah ada). - Preferensi merek yang kuat. - Kebutuhan modal yang besar. - Kurangnya saluran distribusi yang memadai. - Kebijakan hukum pemerintah. - Bea masuk. - Kurangnya akses terhadap bahan baku. - Dimilikinya paten oleh perusahaan yang sudah ada. - Lokasi yang kurang menguntungkan. - Serangan balik yang mungkin dilakukan oleh perusahaan yang sudah ada. Pertumbuhan jumlah perusahaan lampu di Indonesia cukup pesat, hal ini dibuktikan dengan bermunculan perusahaan-perusahaan baru. Berikut ini data-data pertumbuhan industry lampu di Indonesia. Tabel 2.3: Data Industri LHE di Indonesia 8 David, Fred R Strategic Management Concepts and Cases, Tenth Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey, hal

12 No. Perusahaan Lokasi Merek Produk (Juta) Invest (US $ 000) Pekerja 1 PT. Sinar Angkasa Rungkut * Surabaya LUXRAM 60 20, PT. Gunawan elektrindo ** Jakarta VISICOM 30 5, PT. Sinar Angkasa Rungkut Surabaya CHIYODA , PT. Panasonic Lighting Indonesia Pasuruan PANASONIC , PT. Nikkatsu Electric Works ** Bandung SINAR 5 2, PT. Tjipto Langgeng Abadi ** Sidoarjo FOCUS 5 2, PT. Hikari ** Jakarta ELECTRA 5 2, PT. Logam Martha Asri Prima ** Jakarta ETERNA 5 2, PT. Lentera Jaya ** Mojokerto LECTRON 5 2, PT. Sinko Prima Alloy ** Surabaya ELITECH 10 2, PT. Niko Indonesia Semarang NIKO 5 2, PT. Ningbo Indonesia *** Jakarta SHINYOKU 30 4, PT. Sharp Indonesia *** Jakarta SHARP 5 2, PT. Citra Hannochs *** Medan HANNOCHS 5 2, PT. GMP/VYBA *** Jakarta VYBA 5 2, TOTAL , *) Produksi dari 20 juta menjadi 60 juta per Agustus 2007 **) Investasi 2005/2006 ***) Dalam Proses Sumber: Aperlindo, Majalah Sentra Elektrik, Maret-April 2008, hal. 43 Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa perusahaan-perusahaan yang baru muncul pada tahun 2005/2006 adalah: 1. PT. Gunawan Elektrindo 2. PT. Nikkatsu electric Works 3. PT. Tjipto Langgeng Abadi 4. PT. Hikari 5. PT. Logam Martha Asri Prima 6. PT. Lentera Jaya 7. PT. Sinko Prima Alloy Dan perusahaan yang saat ini sedang dalam proses yaitu 1. PT. Ningbo Indonesia 2. PT. Sharp Electric Indonesia 3. PT. Citra Hannochs 4. PT. GMP/VYBA Hanya dalam kurun waktu 3 tahun saja sudah bermunculan para pemain baru di industry lampu yaitu sebanyak 11 perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa hambatanhambatan untuk memasuki pasar LHE ini tidak terlalu besar, dengan begitu industry LHE di Indonesia termasuk low barier to entry. Hal ini dipengaruhi juga oleh regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah (dijelaskan pada sub-bab Political-Legal 21

13 Environment) tentang program hemat energy yang berakibat bertambahnya pasar LHE, selain itu rendahnya nilai investasi berpengaruh juga karena investasi minimum yang dibutuhkan untuk membuat perusahaan LHE ini adalah ± $ , Bargaining power of buyer Perusahaan pesaing dapat memberikan garansi yang lebih lama atau pelayanan yang khusus untuk mendapatkan kesetiaan pembeli jika kekuatan negosiasi mereka besar 9. Pembeli cenderung akan memiliki kemampuan negosiasi yang lebih besar jika 10 : - Terdapat lebih banyak penjual dibandingkan pembeli : Jika jumlah pembeli lebih sedikit daripada penjual, terutama jika setiap pembeli membeli suatu produk dalam jumlah yang besar dan atau setiap penjual hanya memproduksi dalam jumlah yang relatif kecil, posisi pembeli akan menjadi lebih kuat dibandingkan penjual. - Terdapat alternatif sumber penawaran yang siap sedia : Terutama dalam penawaran produk atau jasa komoditas, pembeli akan mudah sekali untuk membelinya di tempat lain. - Biaya pembeli untuk berpindah tempat relatif kecil : Ketika ketidaknyamanan atau biaya yang harus dikeluarkan oleh pembeli untuk berubah supplier relatif kecil, pembeli akan berada di tempat yang lebih kuat karena mereka dapat membanding-bandingkan terlebih dahulu untuk mendapatkan penawaran yang terbaik Pada industry LHE, bargaining power of buyer termasuk besar, hal ini dikarenakan: 1. Adanya produk substitusi sehingga pembeli memiliki banyak alternatif dalam membeli LHE. 2. Banyaknya competitor produk sejenis dengan berbagai macam merek yang menawarkan berbagai macam kelebihan. 3. Masih kuatnya brand awareness produk impor seperti Phillip dan GE, sehingga brand lokal menjadi kurang terdengar di masyarakat. 4. Bagi PT. Nikkatsu, jalur distribusi yang belum benar sehingga, penyebaran LHE merk Sinar belum tersebar dengan merata. Hal ini mengakibatkan konsumen 9 David, Fred R Strategic Management Concepts and Cases, Tenth Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey, hal Hooley, Graham., John Saunders., Nigel Piercy Marketing Strategy and Competitive Positioning. Prentice Hall International, England, hal

14 tidak mengetahui bahwa produk Sinar ini sudah ada di pasaran dan tidak mengetahui benefit yang ditawarkan oleh produk Sinar. Hal yang perlu dilakukan untuk menurunkan bargaining power of buyer adalah dengan membentuk jaringan distribusi yang bagus disertai dengan jalur informasi yang dapat langsung diserap oleh konsumen Bargaining power of suppliers Kemampuan supplier untuk bernegosiasi mempengaruhi ketatnya persaingan dalam sebuah industri, terutama jika hanya terdapat sedikit sekali supplier, ketika hanya terdapat sedikit sekali pengganti bahan baku yang berkualitas atau ketika biaya untuk perubahan bahan baku sangat mahal 11. Bagi industry LHE, bargaining power of supplier sangat besar, hal ini dikarenakan 80% komponen (bahan baku) LHE adalah komponen impor. Tidak adanya perusahaan-perusahaan lokal yang memproduksi komponen-komponen LHE adalah masalah yang dihadapi oleh industry LHE. Selama ini para produsen LHE harus mengimpor komponen-komponen tersebut dari negarachina, karena hanya negara China yang sudah memproduksi komponen-komponen LHE. Banyaknya jumlah order yang datang ke negara China mengakibatkan China sebagai supplier memiliki bargaining power yang besar. Berikut ini hasil wawancara dengan Direktur Utama PT. Nikkatsu Electric Works yang membuktikan bahwa bargaining power of supplier adalah besar. Negara China sebagai supplier LHE terbesar di Asia memiliki bargaining power yang besar. Karena kita sebagai produsen LHE lokal masih sangat tergantung kepada supplier dari China. Kita sulit untuk memproduksi komponen sendiri karena biaya atau cost dari membuat sendiri lebih besar bila dibandingkan dengan mengimpor dari China. Oleh karena itu semua produsen LHE di Indonesia pasti memesan barang dari China karena lebih efisien bila dibandingkan dengan membuat komponen sendiri. Kita tau gampang aja, di Indonesia tinggal di assembly (dirakit), diperiksa kualitasnya dan langsung dilempar ke pasar. Namun kita juga sering mendapatkan kendala yaitu dengan banyaknya komponen yang reject (rusak), kurang lebih sekitar 6% dari total order, hal ini disebabkan komponen LHE adalah barang yang rentan terhadap goncangan sehingga perlu ekstra hati-hati dalam pengirimannya. Kita tidak bisa meretur (mengembalikan) product yang reject ke China karena untuk ongkos transport saja sudah sangat besar David, Fred R Strategic Management Concepts and Cases, Tenth Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey, hal Drs. H. Dicky Hidayat, Wawancara pribadi oleh Denny Ilyas, Bandung, 16 April

15 2.5 Political-Legal Environment Regulasi-regulasi yang dikeluarkan pemerintah untuk mendukung perkembang industry perlampuan di Indonesia: 1. Permendag No.14 dan 30 tahun 2007, memberlakukan SNI Wajib untuk LHE yang berlaku effektif tanggal 7 September 2007, sebagai hambatan non tariff. Peraturan ini mempersempit ruang gerak dari produk impor yang memiliki kualitas rendah dan tidak memiliki standarisasi. 2. Program Harmonisasi tariff yang menaikkan bea masuk LHE dari 5% menjadi 15% pada tahun Hal ini mengakibatkan munculnya perusahaanperusahaan LHE baru di Indonesia. 3. PP No. 1/2007, tentang Fasilitas Pajak untuk penanaman modal di bidangbidang usaha tertentu Keputusan Menteri Perindustrian No.11/M-IND/PER/3/2006 tentang pedoman teknis penggunaan produksi dalam negeri, dimana peraturan ini merupakan petunjuk pelaksanaan (juklak) dari Kepres No.80 tahun Kebijakan tersebut diyakini akan dapat meningkatkan kinerja industry dalam negeriyang saat ini tengah terpuruk akibat kemerosotan daya saing yang semaikin rendah dibandingkan dengan negar lainnya di Asia Analisis Pasar Dari tabel 2.2: Konsumsi Lampu Listrik di Indonesia dan gambar 2.6: Grafik Perbandingan konsumsi lampu, dapat terlihat bahwa pasar LHE ini sedang terus mengalami peningkatan. Selain itu regulasi-regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah akan mempengaruhi pertumbuhan pasar LHE di Indonesia. Peningkatan jumlah pengguna LHE di Indonesia pun meningkat sesuai dengan bertambahnya jumlah pelanggan PLN. Berikut ini data mengenai pertumbuhan jumlah pelanggan PLN. 13 Direktorat Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika, Identifikasi awal Lampu Hemat Energi (LHE) vs Lampu pijar, Departemen Perindustrian Republik Indonesia 24

16 Tabel 2.4: Pertumbuhan Pelanggan PLN Tahun Pelanggan PLN ,195, ,804, ,000, * 40,000,000 *) estimasi Selain faktor-faktor diatas, terdapat pula program pemerintah yang dapat meningkatkan pasar LHE di Indonesia, yaitu Proyek 60 juta Lampu yang akan dibagikan secara cuma-cuma bagi pelanggan PLN di Indonesia. Dengan adanya proyek ini masyarakat akan mendapatkan experience yaitu dengan mengetahui dan mengerti benefit yang ditawarkan oleh LHE ini. Dengan adanya experience tersebut masyarakat akan beralih menjadi pengguna LHE, dan meninggalkan lampu pijar dan lampu neon. Dari perbandingan Gambar 2.4: Data Impor LHE dan Tabel 2.2: Konsumsi Lampu Listrik di Indonesia, dapat diketahui market share LHE di Indonesia pada tahun Gambar 2.7: Market Share LHE di Indonesia pada tahun 2008 Gambar diatas memperlihatkan bahwa market share di Indonesia masih dikuasai produsen asing, yaitu sebesar 72% Pasar industry LHE di Indonesia dipengaruhi juga oleh pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin bertambah dari tahun-ke tahun. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. 25 Tabel 2.5 : Proyeksi Pertumbuhan Penduduk di Indonesia

17 Laki-laki dan Perempuan / Male + Female Age , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Total 205, , , , , , Sumber: Dari tabel diatas terlihat bahwa pertumbuhan penduduk di Indonesia bertambah setiap tahunnya. Tahun 2004 hanya sebayak 216 juta jiwa meningkat menjadi 219 juta jiwa pada tahun Hal ini mengakibatkan pertumbuhan pasar akan meningkat setiap tahunnya. Tabel 2.6 : Data Jumlah Kepala Keluarga 26

18 JUMLAH KEPALA KELUARGA, JUMLAH JIWA DALAM KELUARGA, RATA-RATA JIWA PER KELUARGA DAN SEX RATIO MENURUT PROPINSI (HASIL PENDATAAN KELUARGA TAHUN 2004) JUMLAH JUMLAH RATA- No PROPINSI KEPALA JIWA RATA JUMLAH JIWA DALAM KELUARGA Kode KELUARGA DALAM JIWA Prop KELUARGA * PER KK Laki-laki Perempuan Sex Ratio (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 9 DKI JAKARTA 1,492,090 6,158, ,100,097 3,057, JAWA BARAT 9,828,448 37,044, ,350,804 18,694, JAWA TENGAH 8,626,258 32,417, ,164,872 16,252, D.I. YOGYAKARTA 860,437 3,007, ,481,252 1,526, JAWA TIMUR 10,047,266 35,133, ,311,055 17,821, B A L I 803,515 3,087, ,549,606 1,537, B A N T E N 1,974,042 8,114, ,057,954 4,056, JAWA BALI 33,632, ,962, ,015,640 62,947, Nanggroe Aceh Darussalam 827,695 3,558, ,744,698 1,813, SUMATERA UTARA 2,553,618 11,600, ,683,908 5,916, SUMATERA BARAT 1,006,880 4,211, ,088,302 2,123, SUMATERA SELATAN 1,575,574 6,739, ,354,970 3,384, LAMPUNG 1,707,646 7,066, ,563,452 3,502, NUSA TENGGARA BARAT 1,168,021 4,244, ,083,023 2,161, KALIMANTAN BARAT 903,015 3,845, ,964,618 1,880, KALIMANTAN SELATAN 844,673 3,059, ,526,442 1,532, SULAWESI UTARA 551,102 2,150, ,097,375 1,052, SULAWESI SELATAN 1,908,096 7,855, ,824,840 4,030, BANGKA BELITUNG 245,382 1,015, , , GORONTALO 231, , , , LUAR JAWA BALI I 13,522,754 56,224, ,877,476 28,347, R I A U 958,002 4,219, ,132,030 2,086, JAMBI 636,229 2,536, ,261,695 1,274, BENGKULU 367,206 1,476, , , NUSA TENGGARA TIMUR 962,961 4,258, ,111,894 2,146, KALIMANTAN TENGAH 438,289 1,793, , , KALIMANTAN TIMUR 619,238 2,548, ,334,329 1,214, SULAWESI TENGAH 547,155 2,222, ,106,308 1,116, SULAWESI TENGGARA 449,019 1,900, , , MALUKU 287,391 1,287, , , PAPUA 322,863 1,390, , , MALUKU UTARA 189,883 1,007, , , Sumber: keluarga/index.php?option=com_proyeksi Dari data diatas terlihat bahwa pasar potensial masih berada di wilayah Jawa dan Bali. Daerah tersebut adalah daerah yang perlu dioptimalkan penyebaran distribusinya. Dengan meningkatnya jumlah kepala keluarga, maka pasar industry LHE akan terus berkembang, karena salah satu target dari LHE adalah para keluarga yang memiliki rumah tinggal P (Marketing Mix) Existing 27

19 Product Produk LHE adalah lampu yang memiliki fungsi sama seperti dengan lampu neon.keunggulan LHE disini adalah lampu yang hemat energy. Hemat energy disini karena pemakaiannya tidak membutuhkan daya listrik yang cukup besar. Berikut ini akan diberikan ilustrsi contoh perhitungan saving 14. Tabel 2.7: Perhitungan Saving LHE Perhitungan rumah tangga LHE 8Watt vs lampu pijar 40 Watt LHE (8 Watt) Pijar (40 Watt) Umur Lampu 4000 jam 1000 jam Jumlah Lampu ekivalen 1 pcs 4 pcs Harga Lampu/pcs Rp ,- Rp 3.000,- Investasi Lampu Rp ,- Rp ,- Perhitungan penghematan LHE 8Watt vs lampu pijar 40 Watt Tarif PLN (2006) = Rp 560/ Kwh Perkiraan waktu pakai = 6 jam/hari Perbedaan = 40 Watt - 8 Watt = 32 Watt Effisiensi = 32 watt x 6 jam x 1 thn(365 hr) = watt hour/tahun (70 kwh/thn) Dengan mengunakan LHE biaya penghematan listrik pertahun = 70 x Rp 560 = Rp ,- /lampu Penghematan secara nasional Pelanggan PLN 2007 = pelanggan Asumsi kebutuhan titik lampu rumah tangga = 5 titik lampu Kebutuhan lampu nasional pertahun = x 5 = Pcs Penghematan biaya daya listrik penggunaan LHE per tahun = x Rp = Rp 6,6 Trilyun Kebutuhan investasi untuk mengganti lamu pijar 40 watt dengan LHE 8 watt = (Rp Rp ) x = Rp 510 Milyar 14 Direktorat Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika, Identifikasi awal Lampu Hemat Energi (LHE) vs Lampu pijar, Departemen Perindustrian Republik Indonesia 28

20 PT. Nikkatsu Electric Works sangat menjaga kualitas dari produk LHE Sinar. hal ini dibuktikan dengan: 1. Penggunaan raw material yang berkualitas tinggi 2. Menggunakan SDM yang berkualitas. 3. Menjaga Quality Control 4. Menggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi dalam proses perakitan 5. Memiliki umur ekonomis yang cukup lama yaitu 6000 jam 6. Menggunakan fuse pengaman yang bertujuan agar LHE tidak mudah rusak ketika terjadi penurunan atau kenaikan tegangan secara tiba-tiba 7. Memiliki garansi selama 1 tahun Produk LHE yang dihasilkan PT. Nikkatsu Electric Works sangat bervariasi, bentuk dan daya yang berbeda-beda. Berikut ini akan ditampilkan type dari LHE Sinar : 29

21 Tabel 2.8: Tipe dan Variasi dari LHE Sinar TYPE Sinar" ENERGY SAVER 2U Sinar" ENERGY SAVER VIP CLASS 2U SLIM TUBE E-14 Sinar" ENERGY SAVER 3U Sinar" ENERGY SAVER JUMBO 4U E-27 Sinar" ENERGY SAVER SPIRAL Sinar" ENERGY SAVER CRYSTAL Sinar" ENERGY SAVER DÉCOR Sumber: Divisi Marketing, PT. Nikkatsu Electric Works SU2-5W SU2-7W SU2-9W SU2-11W SU2-13W SU2-15W SU2-18W SU2-5W SU2-7W SU2-9W SU3-11W SU3-15W SU3-20W SU3-25W SU4-45W 14mm x 125mm SU4-65W 15mm x 155mm SSP-15W SSP-20W SSP-25W SSP-30W SCR-11W SCR-15W SCR-20W SDC-11W SDC-15W SDC-20W Untuk mendukung proses pemasaran dari LHE Sinar PT. Nikkatsu mensertifikasi produk LHE Sinar ini dengan standarisasi SNI (Standard Nasional Indonesia) dan sertifikasi ISO Certificate No Dari segi packaging produk LHE Sinar, dapat dianalisis: a. Menggunakan karton yang tebal b. Desain kurang menarik 30

22 c. Tulisan Brand Sinar kurang besar d. Sudah memiliki pengaman anti goyang (safety) e. Warna Packaging yang kurang menarik Price Daftar harga sinar di distributor adalah sebagai berikut ini Tabel 2.9: Daftar Harga Agen dan End User TYPE AGENT PRICE PRICE Sinar" ENERGY SAVER 2U SU2-5W 8,260 11,800 SU2-7W 8,260 11,800 SU2-9W 8,400 12,000 SU2-11W 8,750 12,500 SU2-13W 9,100 13,000 SU2-15W 9,450 13,500 SU2-18W 9,800 14,000 Sinar" ENERGY SAVER VIP CLASS 2U SLIM TUBE E-14 SU2-5W 9,800 14,000 SU2-7W 10,150 14,500 SU2-9W 10,850 15,500 Sinar" ENERGY SAVER 3U SU3-11W 11,760 16,800 SU3-15W 12,250 17,500 SU3-20W 13,580 19,400 SU3-25W 15,610 22,300 Sinar" ENERGY SAVER JUMBO 4U E-27 SU4-45W 14mm x 125mm 45,500 65,000 SU4-65W 15mm x 155mm 53,200 76,000 Sinar" ENERGY SAVER SPIRAL SSP-15W 16,100 23,000 SSP-20W 17,150 24,500 SSP-25W 18,200 26,000 SSP-30W 18,900 27,000 Sinar" ENERGY SAVER CRYSTAL SCR-11W 18,200 26,000 SCR-15W 18,200 26,000 SCR-20W 21,000 30,000 31

23 Tabel 2.10: Daftar Harga Agen dan End User (Cont.) TYPE AGENT PRICE PRICE Sinar" ENERGY SAVER DÉCOR SDC-11W 18,200 26,000 SDC-15W 18,200 26,000 SDC-20W 21,000 30,000 Sumber: Data divisi Marketing PT. Nikkatsu Electric Works Perbandingan harga dan kualitas dengan competitor dapat dilihat pada gambar dibawah ini, dimana produk yang dibandingkan adalah produk LHE type energy saver 3U/11 Watt. Gambar 2.8: Positioning Map LHE di Indonesia Sumber: Data Divisi Marketing PT. Nikkatsu Electric Works Dari data-data diatas dapat dianalisis: 1. Harga dari produsen ke agen dan harga agen ke end user memiliki selisih yang cukup besar sehingga agen dapat mendapatkan untung yang cukup besar yaitu 32

24 sekitar 30%. Agen bisa mendapatkan bonus tambahan apabila dapat mencapai target yang diberikan oleh PT. Nikkatsu Electric Works, bentuk bonus yang diberikan adalah tambahan discount kepada agen. 2. Harga LHE Sinar mampu bersaing dengan para competitor-nya, Dilihat dari positioning map bahwa harga sinar berada pada level middle namun tetap menjaga kualitas produknya. 3. Belum adanya marjin yang jelas untuk setiap channel distribution. 4. Harga jual agen yang bertempat di tempat yang cukup jauh seperti daerah Indonesia Timur, boleh menaikkan harga jual ke end user dikarenakan harus menambah ongkos operasional Place Saat ini proses distribusi produk LHE Sinar hanya melalui 4 distributor di Indonesia. Peta penyebaran distribusi LHE Sinar dijelaskan pada gambar dibawah ini. Gambar 2.9: Peta penyebaran distribusi LHE Sinar Dari data yang didapatkan, dapat diambil analisis: 1. Produk LHE Sinar hanya memiliki 4 distributor. 2. Hanya terdapat 2 distributor tunggal, yaitu PT. Rada (Surabaya) dan PD. S. Makmur (Medan) 33

25 3. Wilayah potensial yaitu di daerah Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten belum terdapat distributor, sehingga produk LHE Sinar tidak dijual di daerah tersebut. 4. Proses distribusi yang belum maksimal, karena belum mencapai ke seluruh daerah di Indonesia. 5. Tidak adanya CRM (Customer relationship Management) dalam membangun kerjasama dengan para distributor. 6. Kurangnya benefit yang diberikan bagi distributor Promotion Saat ini PT. Nikkatsu Electric Works baru melakukan promosi dengan cara ATL (Above the Line) dan BTL (Below the line). Promosi yang dilakukan dengan cara ATL adalah dengan memasang iklan pada media cetak dan menyebarkan leaflet. Berikut ini adalah contoh promosi ATL LHE Sinar. Gambar 2.10: Contoh Promosi ATL LHE Sinar Sumber: Divisi Marketing, PT. Nikkatsu Electric Works 34

26 Sedangkan untuk BTL, dilakukan dengan cara: 1. Membuka gerai pada pameran-pameran elektronik. 2. Menjadi sponsor dalam acara seminar. Selain promosi-promosi diatas, PT. Nikkatsu Electric Works, sedang membangun kerjasama dengan pemerintah khususnya PLN, dalam pengerjaan proyek 60 juta Lampu yang akan diberikan secara cuma-cuma bagi pelanggan PLN di seluruh Indonesia. Secara tidak langsung kerjasama ini membangun nama LHE Sinar di Indonesia, karena para pemenang tender 60 juta Lampu ini adalah perusahaanperusahaan yang telah terstandarisasi dan diakui di Indonesia. Dengan begitu nama Sinar akan dilihat dan diakui oleh masyarakat Indonesia. Dari data diatas dapat dianalisis, bahwa promosi yang dilakukan oleh perusahaan: 1. Belum begitu efektif, karena informasi produk tidak sampai ke masyarakat. 2. Hanya dilakukan promosi untuk end-user, sedangkan yang perlu lebih diperhatikan adalah promosi terhadap pihak distributor. 3. Promosi tidak akan efektif bila produk Sinar belum terdapat banyak di daerahdaerah di Indonesia. 4. Tidak adanya promotion mix, yaitu Sales Promotion, Advertising, Sales Force, Public Relations, Direct mail telemarketing and internet Rekap Kuesioner Perusahaan Selain data-data hasil analisis diatas, didapatkan pula data tambahan yaitu hasil rekapitulasi kuesioner yang ditujukan kepada para distributor sebagai bahan laporan tahunan perusahaan tahun Berikut ini adalah hasil rekapitulasi tersebut. 15 Kotler, Phillip, Marketing Management, Pearson Prentice Hall Third edition. hal

27 Tabel 2.11: Hasil Rekapan Kuesioner tahun 2007 REKAPAN KUISIONER TAHUN 2007 LAMPU HEMAT ENERGY (LHE) Pertanyaan Sangat Tidak Sangat tidak Memuaskan Cukup Memuas Memuaskan Memuas kan kan Total Kualitas Pengiriman Kemasan Harga Pelayanan Sumber: Laporan Tahunan PT. Nikkatsu 2007 Gambar 2.11: Grafik Hasil Rekapitulasi Keusioner LHE Sumber: Laporan Tahunan PT. Nikkatsu

28 Dapat dilihat dari hasil kuesioner diatas bahwa: Kualitas produk LHE : Cukup Memuaskan Pengiriman : Memuaskan Kemasan : Cukup Memuaskan Harga : Cukup Memuaskan (Standar) Pelayanan : Memuaskan Dari hasil diatas dapat dianalisis bahwa dibutuhkan perbaikan-perbaikan lagi untuk Kualitas Produk, Kemasan, dan Harga. Untuk pengiriman dan pelayanan sudah memuaskan para konsumen. Kualitas produk dianggap kurang karena masih banyak barang yang diretur (dikembalikan) karena rusak. Kemasan dianggap kurang menarik, dan Harga tidak terdapat discount atau bonus, sehingga LHE Sinar menjadi kurang diprioritaskan AKAR MASALAH Dari isu bisnis dapat dilihat bahwa permasalahan yang terjadi adalah penjualan penurunan. Setelah dilakukan analisis baik dari faktor internal dan faktor external dapat diambil beberapa akar masalah, yaitu. 1. Internal Organisasi Terdapat masalah dalam internal organisasi yang disebabkan oleh performance dari divisi marketing kurang optimal. Hal ini dikarenakan oleh strategi marketing yang dijalankan kurang tepat, sehingga tidak mencapai sasaran. Strategi marketing yang dirancang harus sesuai atau terintegrasi dengan corporate strategi dan bisnis strategi. 2. Produk Dalam produk masalah yang terjadi adalah banyaknya komponen reject yang berasal dari supplier. Selain itu packaging yang kurang menarik menjadi salah satu permasalahan dalam produk ini. 37

29 3. Price Dalam penentuan price perusahaan dianggap belum jelas dalam pembagian marjin antarasetiap channel distribution. 4. Place Masalah yang terjadi di Place adalah jalur distribusi masih sangat lemah disebabkan oleh kurangnya saluran distribusi dan belum optimalnya strategi distribusi yang dilakukan. Selain itu dalam channel management perusahaan belum menggunakannya secara optimal. 5. Promosi Dalam segi promosi masalah yang terjadi adalah promosi yang dilakukan oleh perusahaan dianggap kurang, karena masih sedikit sekali distributor dan retailer yang menjual produk LHE Sinar ini. Gambar 2.12: Diagram Fish Bone 38

DAFTAR PUSTAKA. David, Fred R Strategic Management Concepts and Cases, Tenth Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey

DAFTAR PUSTAKA. David, Fred R Strategic Management Concepts and Cases, Tenth Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey DAFTAR PUSTAKA Aperlindo, Majalah Sentra Elektrik, Maret-April 008 David, Fred R. 005. Strategic Management Concepts and Cases, Tenth Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey Direktorat Jenderal Industri

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN BUSINESS TO BUSINESS PRODUK LAMPU HEMAT ENERGY SINAR Studi Kasus: PT. Nikkatsu Electric Works PROYEK AKHIR

STRATEGI PEMASARAN BUSINESS TO BUSINESS PRODUK LAMPU HEMAT ENERGY SINAR Studi Kasus: PT. Nikkatsu Electric Works PROYEK AKHIR STRATEGI PEMASARAN BUSINESS TO BUSINESS PRODUK LAMPU HEMAT ENERGY SINAR Studi Kasus: PT. Nikkatsu Electric Works PROYEK AKHIR Oleh: DENNY ILYAS NIM : 29106016 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA 4.1 Rencana Implementasi Pada Bab IV ini akan dilakukan perencanaan implementasi untuk melakukan strategi pemasaran produk LHE Sinar. Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam menganalisa, kami menggunakan data dengan pengumpulan menggunakan teknik sebagai berikut : a. Wawancara Dengan cara ini, penulis melakukan tanya jawab dengan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Data Umum Perusahaan Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Data Umum Perusahaan Profil Perusahaan BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan bertumbuhnya pasar LHE (Lampu Hemat Energi) di dunia dan khususnya di Indonesia, membuat banyak investor di Indonesia mencoba bisnis di industry lampu ini. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perusahaan dalam menjalankan usahanya dihadapkan pada 2 macam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perusahaan dalam menjalankan usahanya dihadapkan pada 2 macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perusahaan dalam menjalankan usahanya dihadapkan pada 2 macam lingkungan yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Perusahaan yang semakin membesar akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan BAB 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Business Plan Kerangka pikir penulis untuk model bisnis ini terdiri dari delapan langkah yaitu diantaranya berupa : 1. Identifikasi business model saat ini : dimana

Lebih terperinci

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS Prentice Hall, 2002 8-1 PENTINGNYA MANAJEMEN STRATEGIS APA YANG DIMAKSUD MANAJEMEN STRATEGIS? Sekumpulnan keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan jumlah penjualan (sales) produk LHE Sinar pada tahun 2008. Penjualan yang menurun pada tahun 2007 disebabkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Strategic Strategy dalam sebuah perusahaan terdiri dari beberapa pergerakan kompetitif dan pendekatan bisnis yang manager lakukan untuk mengembangkan bisnis, menarik dan melayani

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Sebelum masuk ke perumusan, disini penulis menjelaskan kembali penggunaan beberapa analisis dalam rangka merumuskan strategi pemasaran untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Tim GFP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Tim GFP KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan limpahan rahmat-nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis yang berjudul Analisis dan Perumusan Strategi Marketing untuk

Lebih terperinci

SETAHUN PROGRAM DEMAND SIDE MANAGEMENT

SETAHUN PROGRAM DEMAND SIDE MANAGEMENT SETAHUN PROGRAM DEMAND SIDE MANAGEMENT 2001-2002 A. Program DSM 1. Latar Belakang : Kebijakan Pemerintah di bidang energi yang ditempuh sejak awal tahun 1980 an dan direvisi secara periodik dituangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Market Assessment. Marketing Strategy. Business Plan. Conclusion

BAB III METODOLOGI. Market Assessment. Marketing Strategy. Business Plan. Conclusion 40 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Market Assessment SWOT Porter s Five Forces Marketing Strategy Business Plan Conclusion Gambar 3.1 Kerangka Pikir 41 3.2. Penjelasan Kerangka Pikir Pertama-tama,

Lebih terperinci

Mata Kuliah. - Markom Industry Analysis- Analisis Situasional Perusahaan. Ardhariksa Z, M.Med.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM

Mata Kuliah. - Markom Industry Analysis- Analisis Situasional Perusahaan. Ardhariksa Z, M.Med.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM Mata Kuliah Modul ke: - Markom Industry Analysis- Analisis Situasional Perusahaan Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising Analisis Situasional Apa yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut di bawah ini: 1. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Strategi Pemasaran Selain perencanaan, suatu perusahaan memerlukan pemasaran yang efektif untuk mencapai sasaran dan tujuan. Pemasaran yang efektif meliputi kombinasi dari elemen-elemen

Lebih terperinci

Integrated Marketing Communication 2

Integrated Marketing Communication 2 Modul ke: 03Fakultas Eppstian Fakultas Ilmu Komunikasi Integrated Marketing Communication 2 Analisis Situasi Pasar dengan Model Michael Porter, GE Matrix, dan Product Life Cycle (PLC) Syah As ari, M.Si

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Business Model Menurut Alan Afuah business model adalah kumpulan aktivitas yang telah dilakukan sebuah perusahaan, bagaimana hal tersebut dilakukan, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 RUMAH Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan pangan. Rumah biasanya digunakan manusia sebagai tempat berlindung dari panas matahari dan hujan. Selain

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara. Analisis Strategi Pemasaran Untuk Pengembangan Pasar Pada PT. Padang Digital Indonesia

Universitas Bina Nusantara. Analisis Strategi Pemasaran Untuk Pengembangan Pasar Pada PT. Padang Digital Indonesia Universitas Bina Nusantara Analisis Strategi Pemasaran Untuk Pengembangan Pasar Pada PT. Padang Digital Indonesia Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Skripsi Strata 1 Semester Ganjil tahun 2006/2007 Yuyun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 126 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis mendalam tentang PT. Asuransi Wahana Tata serta melakukan perhitungan terhadap setiap aspek yang berkaitan dengan pengembangan strategi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim GFP, kesimpulan yang kami dapatkan adalah sebagai berikut : Pasar anggrek di Indonesia masih sangat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Yield Management Internet telah menyebabkan banyak perusahaan untuk mempertimbangkan kembali model bisnis mereka saat ini dan mengevaluasi bagaimana untuk menangkap potensi pendapatan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang didisain untuk dapat menyediakan lingkungan yang terintegrasi dan sistematis

Lebih terperinci

RAPAT KERJA TAHUN 2008 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI IATT MELALUI PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KLASTER DAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH

RAPAT KERJA TAHUN 2008 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI IATT MELALUI PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KLASTER DAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH RAPAT KERJA TAHUN 2008 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI IATT MELALUI PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KLASTER DAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH Kamis, 28 Pebruari 2008 DIREKTORAT JENDERAL IATT VISI Terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah PT. Nikkatsu Electric Works

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah PT. Nikkatsu Electric Works BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah PT. Nikkatsu Electric Works PT. Nikkatsu (lengkapnya PT. Nikkatsu Electric Works yang beralamat di Jl.Cimuncang no.70 Bandung) adalah perusahaan swasta nasional dengan status

Lebih terperinci

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter 5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter 8:34 PM No comments dada Dalam buku " Competitive Strategy " disebutkan bahwa terdapat 5 kekuatan strateri bisnis yang merupakan kerangka

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS INDUSTRI

BAB 3 ANALISIS INDUSTRI BAB 3 ANALISIS INDUSTRI Analisa lingkungan mikro merupakan suatu analisa untuk mengetahui kekuatan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup suatu industri. Dengan menganalisa lingkungan mikro, kita bisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Strategic Company Strategy merupakan kombinasi dari pergerakan kompetitif dan pendekatan bisnis yang manager lakukan untuk melayani pelanggan, dapat memenangkan

Lebih terperinci

CHAPTER 3: ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL

CHAPTER 3: ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL CHAPTER 3: ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL LINGKUNGAN EKSTERNAL Lingkungan di luar perusahaan Sifat uncontrollable Identifikasi Peluang dan Ancaman Jenis: 1. Lingkungan Jauh 2. Lingkungan Dekat FUNGSI ALE

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

Analisis Manajemen Strategi Pada produk BKP Sport

Analisis Manajemen Strategi Pada produk BKP Sport Analisis Manajemen Strategi Pada produk BKP Sport Mata Kuliah : Manajemen Strategik Dosen : Prof. Dr. Rudy C. Tarumingkeng Disusun oleh : Vicky Harseno (01-2014-093) Pito Fibriyanto (01-2014-097) Melissa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Produk obat merupakan produk industri yang mempunyai pasar yang sangat besar di Indonesia. Persaingan antar produsen obat di dalam industri farmasi tetap tumbuh meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat terus berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Sesuai dengan tujuan penelitian, maka terlebih dahulu akan dibahas mengenai persaingan usaha di bidang minuman isotonik ini melalui analisa teori Five Competitive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Suatu perusahaan yang bergerak dalam sebuah industri hampir tidak ada yang bisa terhindar dari persaingan. Setiap perusahaan harus memiliki suatu keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 sebesar 5,1%. Kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 sebesar 5,1%. Kondisi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi ekonomi Indonesia yang belum membaik sejak tahun 2013, dan kondisi ekonomi global yang juga mengalami perlambatan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR TABEL... v. DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR TABEL... v. DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 6 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia telah berkembang ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia telah berkembang ke arah yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia telah berkembang ke arah yang lebih baik. Hal ini terlihat sejalan dengan pesatnya perkembangan dunia bisnis, dimana semakin

Lebih terperinci

FUNGSI PEMASARAN DALAM PERUSAHAAN.

FUNGSI PEMASARAN DALAM PERUSAHAAN. FUNGSI PEMASARAN DALAM PERUSAHAAN Definisi Sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis Merencanakan menentukan harga Mempromosikan Mendistribusikan barang dan jasa memuaskan kebutuhan pembeli. Pemasaran meliputi:

Lebih terperinci

ANALISIS SWOT DALAM MENENTUKAN EFEKTIFITAS STRATEGI PEMASARAN PADA PT. RUANG ASRI UNTUK MU (RAUM) Disusun Oleh:

ANALISIS SWOT DALAM MENENTUKAN EFEKTIFITAS STRATEGI PEMASARAN PADA PT. RUANG ASRI UNTUK MU (RAUM) Disusun Oleh: ANALISIS SWOT DALAM MENENTUKAN EFEKTIFITAS STRATEGI PEMASARAN PADA PT. RUANG ASRI UNTUK MU (RAUM) Disusun Oleh: Nama : DAKSINA SYALSA PERTIWI NPM : 11213979 Pembimbing : ENNY SUKOWATI, SE., MM BAB I LATAR

Lebih terperinci

Gambar 3.5 Framework analisis Five Forces Sumber: Pearce dan Robinson (1997)

Gambar 3.5 Framework analisis Five Forces Sumber: Pearce dan Robinson (1997) Analisis Kompetitif Model Lima Kekuatan Porter (Five Forces) Analisis ini menggunakan teori Michael Porter mengenai 5 (lima) kekuatan yang mempengaruhi posisi perusahaan dalam dunia bisnis untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III EVALUASI BISNIS

BAB III EVALUASI BISNIS BAB III EVALUASI BISNIS 3.1. Evaluasi Pencapaian Bisnis Konveksi Pakaian KVKU Pola gaya hidup konsumtif masyarakat Indonesia sangat berpengaruh terhadap performa penjualan KVKU dari tahun ke tahunnya.

Lebih terperinci

ASPEK LINGKUNGAN INDUSTRI. Lecture Note : Ir. M. Yamin Siregar, MM

ASPEK LINGKUNGAN INDUSTRI. Lecture Note : Ir. M. Yamin Siregar, MM ASPEK LINGKUNGAN INDUSTRI Lecture Note : Ir. M. Yamin Siregar, MM Analisis Lingkungan Industri Five Competitive Forces by Michael E. Porter (Model 5 Kekuatan Persaingan) Porter s Five Competitive Forces/Model

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tetapi juga menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Dengan adanya

I. PENDAHULUAN. tetapi juga menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Dengan adanya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi komunikasi saat ini tidak hanya menjadi kebutuhan masyarakat umum tetapi juga menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Dengan adanya perkembangan bisnis operator

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Liquefied Petroleum Gas (LPG) LPG adalah singkatan dari Liquefied Petroleum Gas yang di Iindonesia (oleh PERTAMINA) diproduksi /dipasarkan dengan nama dagang Elpiji. Elpiji umumnya

Lebih terperinci

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6 Pemasaran Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si Definisi Pemasaran Kotler dan Lane (2007): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan

Lebih terperinci

2.1.2 SEO (Search Engine Optimization)

2.1.2 SEO (Search Engine Optimization) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori- Teori Umum 2.1.1 Marketing Menurut (David, 2011, hal. 103), David, Fred R. (2011). Strategic Management : Concept and Cases 13th Edition. marketing dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis harus menghadapi tuntutan bisnis yang terus menerus mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis harus menghadapi tuntutan bisnis yang terus menerus mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis, suatu persaingan antara perusahaan sudah menjadi tradisi yang tidak dapat dihindari. Tetapi perusahaan yang ingin bertahan dalam dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Keuangan Metode analisis keuangan yang digunakan dalam pengukuran pngembalian investasi bisnis SPBG adalah sebagai berikut : a. Sensitivity Analysis Pada perhitungan

Lebih terperinci

IMC 2. Analisa Situasi Pasar : Porter, GE Matrix, Past performance. Berliani Ardha, SE, M.Si. Red tulips are associated with love.

IMC 2. Analisa Situasi Pasar : Porter, GE Matrix, Past performance. Berliani Ardha, SE, M.Si. Red tulips are associated with love. Modul ke: IMC 2 Analisa Situasi Pasar : Porter, GE Matrix, Past performance Fakultas Komunikasi Program Studi Advertising & Marketing communication Berliani Ardha, SE, M.Si Red tulips are associated with

Lebih terperinci

BAB V ANALISA SWOT, PEMASARAN, DAN LINGKUNGAN BISNIS

BAB V ANALISA SWOT, PEMASARAN, DAN LINGKUNGAN BISNIS 65 BAB V ANALISA SWOT, PEMASARAN, DAN LINGKUNGAN BISNIS 5.1. Analisa SWOT 5.1.1. Strength (Kekuatan) - Mempunyai ragam variasi kegunaan yang tinggi (masak, membuat roti, minum, mengobati penyakit autisme,

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: 10 Entrepreneurship and Inovation Management Berisi : SEGMENTATION TARGETING - POSITIONING Fakultas Ekonomi Dr. Tukhas Shilul Imaroh,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Sektor industri masih menjadi motor penggerak perekonomian nasional, dan

1. PENDAHULUAN. Sektor industri masih menjadi motor penggerak perekonomian nasional, dan 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sektor industri masih menjadi motor penggerak perekonomian nasional, dan dalam lima tahun terakhir sektor ini tetap dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Metodologi BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Start Studi Literatur Observasi Perusahaan - Visi & Misi Perusahaan - Kebijakan Manajemen Analisis Kondisi Internal Value Chain Analysis (Showa Global

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dijabarkan berbagai kesimpulan yang didapat. Dari kuesioner yang diadakan, bisa ditarik

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PADA PERUSAHAAN PLASTIK DENGAN PORTER FIVE FORCES

ANALISIS STRATEGI PADA PERUSAHAAN PLASTIK DENGAN PORTER FIVE FORCES AGORA Vol. 3, No.1, (2015) 736 ANALISIS STRATEGI PADA PERUSAHAAN PLASTIK DENGAN PORTER FIVE FORCES Paskalino Jimmy Foris dan Ronny H. Mustamu. Program Manajemen Bsinis, Program Studi Manajemen, Universitas

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

E-Marketing dalam E-Business

E-Marketing dalam E-Business 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang e-marketing di dalam Dalam e-business terdapat E-Marketing dimana e-marketing juga berperan dalam penyusunan sistem e- business.berikut ini adalah beberapa definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada industri otomotif nasional pada saat ini, meskipun pada tahun 2011 terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pada industri otomotif nasional pada saat ini, meskipun pada tahun 2011 terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi berdampak sangat besar pada industri otomotif nasional pada saat ini, meskipun pada tahun 2011 terjadi permasalahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dibuat tidak berdasarkan tekanan apapun dan murni dari hasil analisa yang diperoleh. Dari analisa yang dilakukan pada Bab IV, maka dapat diambil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Pemasaran Menurut Paul D. Converse, Harvey W. Huegy dan Robert V. Mitchell, dalam bukunya Elements of Marketing menyatakan bahwa marketing didefinisikan sebagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki daya saing yang relatif baik di pasar internasional. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki

Lebih terperinci

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing diharuskan mampu dalam memahami perubahan struktur pasar dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisis Pasar dan Industri II.1.1. SWOT Analysis Ialah salah satu alat analisis untuk mengevaluasi kondisi internal dan eksternal berdasarkan kekuatan (strengths), kelemahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Merek merupakan salah satu indikator kualitas sekaligus

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif Dari hasil analisa, penulis mencoba membagi persaingan retail bakery dalam beberapa kuadran pada gambar dibawah ini : Tabel 4.1 Mapping Outlet Retail

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Sistem Informasi dan manajemen Fakultas Ilmu Komputer dan Ekonomi Semester Ganjil 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Sistem Informasi dan manajemen Fakultas Ilmu Komputer dan Ekonomi Semester Ganjil 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Sistem Informasi dan manajemen Fakultas Ilmu Komputer dan Ekonomi Semester Ganjil 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN STRATEGI E-MARKETING PADA PT. INTERIOR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perilaku Konsumen Ada beberapa macam definisi spesifik mengenai perilaku konsumen, diantaranya sebagai berikut: Perilaku konsumen adalah aktifitas aktifitas individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya jumlah penjualan mobil dari tahun ke tahun. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa, para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya jumlah penjualan mobil dari tahun ke tahun. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa, para pelaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan industri otomotif di Indonesia dalam beberapa tahun ini berkembang dengan sangat pesat dan diperkirakan akan terus bertambah dalam beberapa

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PD. Sarana Mangun Lancar merupakan salah satu industri daur ulang pipa Poly Vinyl Chloride (PVC) yang terletak di kota Ciamis dan berdiri sejak tahun 2001. Saat ini perusahaan tersebut telah memiliki

Lebih terperinci

6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 104 Saran 105 DAFTAR PUSTAKA 106 LAMPIRAN 111 RIWAYAT HIDUP

6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 104 Saran 105 DAFTAR PUSTAKA 106 LAMPIRAN 111 RIWAYAT HIDUP iii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 4 Ruang Lingkup Penelitian 4 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PELUANG YANG KOMPETITIF. Pertemuan 03 3 SKS

STRATEGI DAN PELUANG YANG KOMPETITIF. Pertemuan 03 3 SKS Materi 1. Era Informasi 2. Strategi dan Peluang Yang Kompetitif 3. Database dan Database Warehouse 4. Desain Database 5. Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas 6. E-Commerce STRATEGI DAN PELUANG

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam menerapkan strategi pemasaran yang tepat, maka diperlukan metodemetode yang tepat untuk mengevaluasi kondisi pasar saat ini baik yang bersifat external environment maupun yang

Lebih terperinci

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS Kiki Alibasah Dosen Jurusan Sistem Informasi STMIK Sumedang Email : kikialibasah78@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melakukan aktivitas sehari hari kita pasti membutuhkan penerangan, lampu merupakan satu komponen penting dalam sistem penerangan baik di dalam maupun di luar

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Tim GFP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Tim GFP KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN DAN BRAND

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, konsep pemasaran mengalami perkembangan dan penerapannya nyata dalam aktivitas perekonomian sehari-hari di semua jenis atau macam jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melalui fungsi transformasi sumberdaya manusia, iptek dan sosial, perguruan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melalui fungsi transformasi sumberdaya manusia, iptek dan sosial, perguruan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melalui fungsi transformasi sumberdaya manusia, iptek dan sosial, perguruan tinggi menempati posisi yang strategis dalam pembangunan masyarakat. Perkembangan masyarakat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bantuan dan rahmat-nya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan.

KATA PENGANTAR. Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bantuan dan rahmat-nya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan. KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bantuan dan rahmat-nya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Setelah memperoleh bekal pendidikan selama masa perkuliahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis dewasa ini menunjukkan intensitas yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis dewasa ini menunjukkan intensitas yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis dewasa ini menunjukkan intensitas yang semakin tinggi diberbagai bidang industri. Industri elektronik merupakan salah satu industri yang saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan juga berfungsi sebagai Financial Intermediaries antara pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan juga berfungsi sebagai Financial Intermediaries antara pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Industri perbankan merupakan suatu industri yang sangat mengutamakan pelayanan dan juga berfungsi sebagai Financial Intermediaries antara pihak yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen maka produsen perlu memahami perilaku

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen maka produsen perlu memahami perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Semakin beragamnya keinginan dan kebutuhan

Lebih terperinci

Solusi Bisnis. Jika kita melihat kondisi persaingan yang dihadapi oleh UKM Indonesia. secara umum dan Perusahaan Denmarx secara khususnya, maka dapat

Solusi Bisnis. Jika kita melihat kondisi persaingan yang dihadapi oleh UKM Indonesia. secara umum dan Perusahaan Denmarx secara khususnya, maka dapat BAB III Solusi Bisnis Jika kita melihat kondisi persaingan yang dihadapi oleh UKM Indonesia secara umum dan Perusahaan Denmarx secara khususnya, maka dapat disimpulkan bahwa persaingan yang terjadi sangat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Properti Properti berasal dari bahasa Latin yaitu proprietas atau berarti kepemilikan, dan merujuk pada satu atau lebih entitas yang dimiliki seseorang atau badan organisasi, dimana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....... i DAFTAR ISI......... iii DAFTAR TABEL..... vii DAFTAR GAMBAR..... ix DAFTAR LAMPIRAN...... x I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.... 1 1.2. Perumusan Masalah.... 4 1.3.

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Subafood Pangan Jay a didirik an pada tanggal 14 Juni 2004, dengan ak te Notaris Imas Fatimah No. 42 di Jakarta dan sudah disahkan oleh Menteri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PERENCANAAN PENELITIAN DAN TINJAUAN PUSTAKA Langkah pertama dalam melakukan penelitan adalah dengan mengidentifikasi masalah yang ada dan menentukan tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

Perbuatan atau Kegiatan yang Dilarang Pasal 17 24

Perbuatan atau Kegiatan yang Dilarang Pasal 17 24 Perbuatan atau Kegiatan yang Dilarang Pasal 17 24 Defenisi Praktek Monopoli: pemusatan kekuatan ekonomi (penguasaan yang nyata atas suatu pasar yang relevan) sehingga dapat menentukan harga barang dan

Lebih terperinci

RENCANA PASAR DAN PEMASARAN

RENCANA PASAR DAN PEMASARAN IV. RENCANA PASAR DAN PEMASARAN Dalam menganalisis aspek pasar dan pemasaran, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti kedudukan produk saat ini, komposisi, dan perkembangan permintaan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menunjang aktivitas sehari-hari untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menunjang aktivitas sehari-hari untuk itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, teknologi merupakan suatu hal yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menunjang aktivitas sehari-hari untuk itu pengetahuan masyarakat

Lebih terperinci

Analisa Strategi Manajemen pada Perusahaan AimFood Indonesia

Analisa Strategi Manajemen pada Perusahaan AimFood Indonesia Analisa Strategi Manajemen pada Perusahaan AimFood Indonesia Mata Kuliah : Manajemen Strategik Dosen : Prof. Dr. Rudy C. Tarumingkeng Disusun oleh : Vicky Harseno (01-2014-93) PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

Tugas Analysis IFAS, EFAS dan Matriks SWOT dalam Studi Kasus PT. Gojek Indonesia

Tugas Analysis IFAS, EFAS dan Matriks SWOT dalam Studi Kasus PT. Gojek Indonesia Tugas Analysis IFAS, EFAS dan Matriks SWOT dalam Studi Kasus PT. Gojek Indonesia Oleh : Friesa Ergo M (01216156) UNIVERSITAS NAROTAMA JL. ARIEF RACHMAN HAKIM NO. 51 SURABAYA TELP (031) 5946404, FAX (031)

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejalan dengan perkembangan teknologi saat ini, energi listrik memegang peranan penting dan kebutuhannya yang terus meningkat dalam menunjang pembangunan

Lebih terperinci